Anda di halaman 1dari 9

Protein: Mioglobin dan Hemoglobin

PERAN BIOMEDIS
Protein heme mioglobin dan hemoglobin mempertahankan pasokan oksigen yang
esnisial untuk metabolisme oksidatif. Miogobin, suatu protein monomerik otot
merah, menyimpan oksigen sebagai cadangan untuk menghadapi kekurangan
oksugen. Hemoglobin, suatu proten tetermerik eritrosit, mengangkut O ke
jaringan dan mengembalikan CO dan protein ke paru paru. Sianida dan karbon
monoksida bersifat mematikan karna masing masing mengganggu fungsi fisologis
protein heme sitokrom oksidase dan hemoglobin. Struktur skunder sekunder
subunit subunit hemoglobin mirip dengan mioglobin. Namun, dsangat penting
bagi fingsinya. Sebagai contoh, 2,3 bisfosfoglisrat (BPG) mendorong pembebasan
O secara efisen dengan menstabilkan struktur kuterner deoksihhemoglobin.
Hemoglobin dan mioglobin menggambarkan hubungan struktur fungsi protein
serta dasar molukular penyakit genitik, seperti penyakit sel sabit dan talasmia.

HEME DAN BESI FERRO MEMILIKI KEMAMPUAN


DAN MENGANGKUT OKSIGEN
Mioglobin dan hemoglobin mengandung heme, suatu tetrapirol siklik yangterdiri
dari empat molukul pirol yang di satukan oleh jembatan metilan. Jaringan planar
ikatan ikatan rangkap ini menyerap sinar tampak dan mewarnai heme menjadi
merah tua. Subsstituen di posisi - heme adalah gugus metil (M), vinil (V), dan
propionat (Pr) yang tersusun dalam urutan M, V, M, V, M, Pr, Pr, M. Suatu atam
besi ferro. (Fe) terletak di bagian tengah tetrapirol planar. Protein lain dengan
gugus prostetik tetrapirol yang mengandung logam adalah sitokrom (Fe dan Cu)
dan krolofil (Mg). Oksidasi dan reduksi atom atom Fe dan Cu pada sitokrom
sangat penting bagi fungsi biologis zat ini sebagai pembawa eloktron. Sebaliknya
oksidasi Fe mioglobin atau hemoglobin menjadi Fe merusak aktifitas biologik
keduanya.

Mioglobin Kaya Akan Heliks


Oksigen yang tersimpan dalam mioglobin otot merah di bebaskan selama keadaan
kekurangan o (misalnya olahraga berat) untuk di gunakan di mitokondria otot
untuk menghasilkan ATP secara erob. Mioglobin, suatu residu polipeptida 153-
aminoasil (BM 17.000), mengalami pelipatan menjadi suatu bentuk padat yang
berukuran 4,5 x 3,5 x 2,5 nm. Sekitar 75% residu terdapat pada delapan heliks
kinan yang mengandung 7 20 residu. Heilks heilks ini yang di mulai di terminal
amino tersebut heilks A- H.khas pada protein gabuar, permukaan mioglobinnya
bersifat polar, sementara dengan hanya dua pengecualian bagian dalam
mengandung hanya residu nonpolar seperti Leu Val, Phe, dan Met. Pengecualian
adalah his E7 dan his F8, yaitu residu ketujuh dan kedelapan di heikls E dan F
yang terletak berdekatan dengan besi heme, tempat keduanya berfungsi dalam
mengikat 0.

Histidin F8 & E7 Melakukan Peran Unik dalam


Mengikat Oksigen
Heme pada mioglobin terletak di suatu celah antara heikls E dan heikls F yang
berorentasi dengan gugus propionat polarnya yang menghadap permukaan globin.
Sisanya terletak di bagian interior nonpolor. Posisi koordinasi kelima pada besi
berikatan pada netrogen cincin histidin proksimal, his F8. Histidin distal, his
E7, terletak di sisi cincin heme berlawanan dengan his F8.

Besi Berpndah Menuju Bidang Heme Ketika Oksigen


Terikat
Besi pada mioglobin tidak teroksigenasi terletak 0,03 nm (0,3 A) di luar cincin
heme, ke arah his F8. Oleh kerna itu, heme heme agak mengerut. Ketika o
menepati posisi keenam, besi bergerak dalam jarak 0,01 nm (0,1 A) pada bidag
cincin heme. Jadi, oksigenasi mioglobin di sertai oleh gerakan besi, his F8 dan
residu residu yang berikatan dengan his F8.

Apomioglobin Membentuk Lingkungan yang


Menghambat Besi Heme
Ketika o mengikat mioglobin, ikatan antara atom oksigen pertama dan Fe
menjadi tegak lurus terhadap bidang cincin heme. Ikatan yang menghubungkan
ataom oksigen pertama dan kedua terletak pada sudut 121 derajat terhadap bidang
heme yang mengarahkan oksigen kedua menjauhi histidin distal. Heme yang
terisolasi mengikat karbon monoksida (Co)25.000 kali lebih kuat daripada
oksigen. Karna CO terdapat dalam jumblah kecil di atmosfer dan terbentuk dalam
sel katabolisme heme, mengapa CO tidakmenggantikan O sepenuhnya dari besi
heme? Penjelasannya yang di terima adalah bahwa apoprotein mioglobin dan
hemoglobin menciptakan suatu bindered environment (lingkungan yang tak
ramah). Sementara CO dapat mengikat heme terisolasi dalam orentasi yang di
inginkannya, yi, dengan ketiga atam (Fe, C, O) tegsk lurus terhadap bidang heme,
histidin distal secara teris mencegah orentasi ini pada mioglobin dan hemoglobin.
Pengikatan dengan sudut yang kurang menguntungkan akan mengurangi kekuatan
ikatan heme CO menjadi sekitar 200 kali lipat dari pada ikatan heme O dan
pada kadar tersebut jumblah O yang biasanya mendominasi sangat berlebih di
bandingkan CO. Bagaimanapun, sekitar 1% mioglobin biasanya berkaitan dengan
karbon monoksida.
KURVA DISOSIASI OKSIGEN UNTUK MIOGLOBIN &
HEMOGLOBIN MENGGAMBARKAN PERAN FISIKIOLOGIS
KEDUANYA.
Mengapa mioglobin tidak cocok digunakan sebagai protein pengukur O, tetapi
sangat cocok untuk menyimpan O? Hubungan antara kosentrasi atau rekan
parsial O (PO) dan jumblah O yang terkait di nyatakan sebagai instrom saturasi
O . kurva pengikatan oksigen untuk mioglobin berbrntuk hiperbola. Jadi,
mioglobin secara cepat membebaskan O pada PO jaringan kapilar paru
(100mmHg). Namun karna membebaskan sebagian kecil dari O yang dikaitkan
dengan nilai PO yang biasanya di jumpai di otot aktif (20mmHg) atau jaringan
lain (40mmHg), maka mioglobin adalah kendaraan yang kurang efektif untuk
menyalurkan O. Namun ketika olahraga berat menurunkan PO jaringan otot
menjadi 5 mmHg, mioglobin membebaskan O untuk sistesis ATP di mitokondira
hingga aktifitas otat tetap berlanjut.

SIFAT ALOSTERIK HEMOGLOBIN DISEBABKAN OLEH


STRUKTUR KUATERNERNYA
Sifat masing masing hemoglobin merupakan konsekuensi struktur kuaterner serta
struktur sekunder dan tersiernya. Struktur kuaterner hemoglobin juga memberi
sifat tambahan yang tidak terdapat pada mioglobin monomerik sehingga
hemoglobin dapat beradaptasi dengan peran biologisnya yang unik. Selain itu,
sifat alosterik (yn alloslain sterus ruang) hemoglobin merupakan model untuk
memahami protein protein alosterik lain.

Hemoglobin Bersifst Tetramerik


hemoglobin adalah tetramer yang terdiri dari pasangan dua subunit polipeptida
yang berlainan. Hruruf yunani di gunakan untuk menemani masing masing jenis
subunit. Komposisi subunit hemoglobin utama adalah (HbA; hemoglobin
dewasa normal),y (HbF; hemoglobin janin), s (HbS; mioglobin sel sabit),
(HbA; hemoglobin dewasa minor).struktur primer rantai ,y, pada
hemoglobin manusia bersifat tetap.

Mioglobin & Subunit hemoglobin Memiliki Struktur


sekunder Sekunder dan Tresier yang Hampir Identik
meskipun jumblah dan jenis asam animo yang ada berbeda, mioglobin dan
polipeptida hemoglobin A memiliki struktur sekunder dan tresier yang hampir
identik. Kemiripan tersebut menckup lokasi heme dan delapan regio heliks serta
adanya asam animo dengan sifat serupa dilokasi lokasi yang sepadan. Meskipun
memiliki tuju ( bukan delapan ) regio heliks, polipeptida hemoglobin juga mirip
dengan mioglobin.

Oksigenasi Hemoglobin Memicu Perubahan Konformasi


Apoprotein
Hemoglobin mengikat empat molekul O per tetramer, satu per heme. Satu
melekul O akan lebih mudah mengikat tetramer hemoglobin jika molekul O
lainnya sudah terikat. Fenomena ini disebut cooperative binding, memungkinkan
hemoglobin memaksimalkan baik jumlah O yang dibebaskan di PO jaringan
perifer. Interaksi koperatif, suatu sifat eklusif protein multimerik, sangat penting
bagi kehidupan aerob.

P50 Menyatakan Afinitas Relatif Berbagai Hemoglobin


Terhada Oksigen
Kuantitas P50 suatu ukuran konsentrasi O adalah tekanan parsial O yang
menyebabkan satu rasi hemoglobin menjadi setengahnya. P50 dapat sangat
bervariasi, bergantung pada organisme, tetapi pada semua kasus besaran ini akan
melebihi PO jaringan periver. Sebagai contoh, P50 untuk HbA dan HbF janin
masing masing adalah 26 dan 20mm Hg. Diplasenta, perbedaan ini
memungkinkan HbF menginteraksi oksigen dari HbA di darah ibu namun, HbF
bersifat suboptimal pada masa pascapartum karna ofnitas yang tinggi terdapat
oksigen sehingga menyebabkan hemoglobin ini kurang dapat menyalurkan O
kejaringan. Komposisi subunit tetramer hemoglobin mengalami perubahan
komplek selama perkembangannya. Janin manusia pada awalnya membentuk
tetramer . Pada akhir trimester pertama, subunit dan telah diganti dengan
subunit dan , membentuk HbF ( ), hemoglobin masa kehidupan janin
lanjut. Sementara sintetis subunit dimulai pada trimesester ketiga, subunit
belum mengganti seluruh subunit Y untuk membentuk HbA dewasa () sampai
beberapa minggu setelah lahir.

Oksigenasi Hemoglobin Disertai Oleh Perubahan


Konformasi Besar
Terikatnya molekul O pertama kedioksi Hb menggeser besi heme kearah bidang
cincin Heme dari posisi sekitar 0,6nm dibelakangnya. Gerakan ini disalurkan
kehistidin peroksimal (F8) dan keresidu residu yang melekat padanya, yang
selanjutnya menyebabkan putusnya jembatan garam antara residu residu
terminal karboksi dikeempat subunit. Akibatnya, satu pasang subunit / berputar
15 derajat relatif terhadap yang lain sehingga tetramer menjadi lebih kompak.
Perubahan mencolok pada struktur sekunder, tresier , dan kuarterner menyertai
transisi hemoglobin ( yang dipicu oleh afinitas O tinggi ) dari keadaan T
( taut,tegang) berafinitas rendah menjadi keaadan R ( relaxed, rileks) berafinitas
tinggi. Perubahan ini meningkatkan secara bermakna afinitas heme yang belum
teroksigenasi terhadap O karna pengikatan selanjutnya mensyaratkan putusnya
jembatan garam yang berjumlah lebih sedikit. Istilah T dan R juga digunakan
masing masing untuk merujuk konformasi enzin alosterik berafinitas rendah
berafinitas tinggi.

Setelah Membebaskan O Dijaringan, Hemoglobin


mengangkut CO & Proton Keparu paru
Selain mengangkut O dari paru paru kejaringan perifer, hemoglobin
mengangkut CO, produk sampinga resperasi, dan proton jaringan perifer keparu
paru. Hemoglobin membawa CO sebagai karbamat yang terbentuk dengan
nitrogen terminal animo rantai polipeptida. Dioksihemoblobin mengangkut satu
proton untuk setiap dua molekul O yang dibebaskan dan berperan siknifikan
menentukan kafasitas pendaparan darah. pH karbamap mengubah muatan terminal
amino dari positif ke negetif yang mempermudah pembuatan ikatan garam antara
rantai dan . Karbamap hemoglobin merupakan sekitar 15% CO dalam darah
vena. Sebagian besar CO lainnya diangkut sebagai dikarbonat yang terbentuk
dalam eritrosit oleh hidrasi CO menjadi asam karbonat (H CO ) suatu proses
yang diaktifitasi oleh karbonit anhidrase. Pada Ph jaringan perifer yang agak
rendah ditambah karbamasi, menstabilkan keadaan T sehingga meningkatkan
penyaluran O diparu paru, prosesnya terbalik. Sewaktu O berikatan dengan
dioksi hemoglobin, proton dibebaskan dan berikatan dengan karbonat untuk
membentuk asam karbonat hidrasi H CO yang dikatalisasi oleh karbonit
anhidrase, membentuk CO yang kemudian dihembuskan keluar. Oleh sebab itu,
pengikatan oksigen mendorong pengeluaran CO. Penggabungan (coupling)
timbal balik pengikatan proton dan O ini disebut efek bohr. Efek bohr bergantung
pada interaksi kooperatif antara heme pada tetramer hemoglobin. Mioglobin,
suatu monumer, tidak memiliki efek bohr.

Proton Terbentuk Dari Putusnya Ikatan Garam Ketika


O Terikat
Proton yang berperan dalam efek bohr bearasal dari putusnya jembatan garam
sewaktu pengikatan O ke hemoglobin pada keadaan T. Konversi menjadi
keadaan R teroksigenasi memutuskan jembatan garam yang melibatkan residu
rantai His 146. Disosiasi proton yang terjadi kemudian His 146 mendorong
perubahan bikarbonat menjadi asam karbonat. Pada waktu pelepasan O struktur
T dan jembatan-jembatan garamnya kembali terbentuk. Perubahan konformasi ini
meningkatkan pK residu His 146 rantai , yang mengikat proton. Dengan
mempermudah pembentukan kembali jembatan garam, peningkatan konsentrasi
proton meningkatkan pembebasan O dari hemoglobin teroksigenasi (keadaan R).
Sebaliknya peningkatan PO mendorong pembebasan proton.

2,3 Bisfosfogliserat (BPG) Menstabilkan Struktur T


Hemoglobin
PO yang rendah dijaringan perifer mendorong pembentukan 2,3bisfosfogliserat
(BPG) dari zat antara glikolisis, yaitu 1,3-bisfosfogserat dieritrosit. Tetramer
hemoglobin mengikat satu molekul BPG diruang sentral yang dibentuk oleh
keempat subunitnya. Namun, ruang antara heliks-heliks H rantai yang melapisi
ruang tersebut cukup lebar untuk mengakomodasi BPG hanya jika hemoglobin
berada dalam keadaan T. BPG membentuk jembatan garam dengan gugus amino
terminal kedua rantai melalui Val NA1 dan dengan Lys EF6 dan His H21. Oleh
karena itu, BPG menstabilkan hemoglobin terdeoksigenasi (keadaan T) dengan
membentuk jembatan jembatan garam tambahan yang harus diputuskan sebelum
terkonversi keadaan R. Residu H21 pada subunit hemoglobin janin (HbF)
adalah Ser dan bukan His. Karena Ser tidak dapat membentuk jembatan garam,
BPG berikan lebih lemah dari HbF daripada dengan HbA. Stabilisasi lebih rendah
yang terjadi pada keadaan T oleh BPG merupakan penyebab lebih tingginya
hafinitas HbF terhadap O dari pada HbA.

Adaptasi di Ketinggian
Perubahan fisiologis yang terjadi saat berada ditempat yang terletak tinggi dalam
waktu lama antara lain mencangkup peningkatan jumlah eritrosit serta konsentrasi
hemoglobin dan BPG-nya. Peningkatan BPG menurunkan afinitas HbA untuk O
(penurunan P50) yang meningkatkan pembebasan O dijaringan. Antara lain
adalah induksi ekpresi hemoglobin janin untuk mencegah polimerisasi HbS,
tranplantasi sel tunas, dan dimasa mendaatang, terapi gen.

DAMPAK BIOMEDIS
Mioglobinura
Setelah terjadinya suatu cedera merusak yang masif, miglobin yang dibebaskan
dari serabut otot yang rusak akan mewarnai urine menjadi merah tua. Setelah
terjadinya infark miokardium, dapat dideteksi adanya mioglobin didalam plasma,
tetapi pemeriksaan enzim serum merupakan indeks cedera miokardium yang lebih
sensitif.

Anemia
Anemia, yaitu berkurangnya sel darah merah atau hemoglobin dalam darah, dapat
mencerminkan gangguan sinsetis hemoglobin atau gangguan produksi eritrosit.
Diagnosis anemia dimulai dengan pengukuran kadar hemoglobin darah secara
spektroskopik.

Talasemia
Cacat genetik yang dikenal sebagai talasemia terjadi akibat ketiadaan persial atau
total satu atau lebih rantai atau hemoglobin. Lebih dari 750 mutasi berbeda
telah berhasil diidentifikasi, tetapi hanya tiga yang sering ditemukan. Baik rantai
(talasemia alfa ) maupun ( talasemia beta) dapat terkena. Huruf atas (superscript)
menunjuan apakah suatu subunit sama sekali tidak ada ( dan ). Selain
transplantasi sumsum tulang, terapi bersifat simtomatik. Hemoglobin mutan
tertentu sering ditemukan pada banyak populasi, dan pasien sering mewarisi lebih
dari satu tipe. Oleh sebab itu, gangguan hemoglobin merupakan suatu pola
fenotipe klinis yang kompleks. Pemakaian pelacak DNA (DNA probe) untuk
diognosis penyakit golongan ini dibahas dibab 39.

Hemoglobin Terglikosilasi (HbA1e )


Ketika masuk eritrosit,glukosa darah menyebabkan glikosilasi gugus -amino
residu lisin dan terminal amino hemoglobin. Fraksi hemoglobin terglikosilasi
yang dalam keadaan normal berjumlah 5%, sepadan dengan konsentrasi glukosa
darah. karena waktu-parauh eritrosit biasanya adalah 60 gari, kadar hemoglobin
terglikosilasi (HbA1e ) mencerminkan kadar glukosa rata rata 6-8 minggu
terakhir. Oleh sebab itu, pengukuran HbA1e memberikan keterangan berharga
untuk penatalaksanaan diabetes molitus.

RINGKASAN
Miglobin bersifat monomerik; hemoglobin adalah suatu tetramer dari dua
tipe subunit ( pada HbA). Meskipun memiliki struktur primer
berbeda, mioglobin dan subunit hemoglobin memiliki struktur sekunder
dan tersier yang nyaris identik.
Heme, suatu tetrapirol siklik yang pada dasarnya planar dan sedikit
mengerut, memiliki Fe dibagian tenah yang berikatan dengan keempat
atom nitrogen heme, dengan histidin F8, dan oksiMb dan oksiHb juga
dengan O
Kurva pengikatan O untuk mioglobin berbentuk hiperbola, tetapi untuk
hemoglobin berbentuk sigmoid yakni suatu akibat interaksi kooperative
dalam tetramer. Interaksi kooperative memaksimalkan kemampuan
hemoglobin untuk mengangkut O pada PO jaringan.
Afinitas relatif berbagai hemoglobin untuk oksigen dinyatakan sebagai P50
yaitu PO yang mengakibatkan hemoglobin mengalami saturasi oksigen
sebesar 50%. Hemoglobin mengalami saturasi pada tekanan parsial organ
repiretorik yang bersangkutan, misalnya paru atau plasenta.
Pada oksigenasi hemoglobin, besi histidin F8, dan residu residu terkait
bergerak kearah cincin heme. Perubahan konformasi yang menyertai
oksigenasi antara lain adalah putusnya ikatan garam adan melonggarnya
struktur kuartener yang mempermudah ikatan O tambahan.
2,3-bisfofogliserat (BPG) diruang sentral dioksiHb membentuk ikatan
garam dengan subunit yang menstabilkan deoksiHb. Pada oksegenasi,
ruang sentral berkontraksi, BPG dikeluarkan dan struktur kuartener
melonggar.
Hemoglobin juga berfungsi dalam transfor CO dan proton dari jaringan
paru paru. Pembebsan O dari oksiHb dijaringan disertai oleh
penyerapan proton karena berkurangnya pa residu histidin.
Pada hemoglobin sel sabit (HbS), Val menggantikan 6 Glu HbA,
menciptakana suatu sticky patch yang memiliki komplemen di deoksi
Hb( tetapi tidak di dioksiHb). deoksiHbS mengalami polimerisasi pada
konsentrasi O rendah, membentuk serat yang menyebabkan eritrosit
terdistorsi membentuk sabit.
Talasemia alfa dan beta adalah anemia yang masing masing disebabkan
penurunan produksi subunit dan HbA.

BANYAK HEMOGLOBIN MUTAN PADA MANUSIA


TELAH BERHASIL DIINDENTIFIKASI
Mutasi di gen-gen yang menyandi subunit atau hemoglobin berpotensi
memengaruhi funsi biologis hemoglobin. Namun , hampir semua dari lebih 900
hemoglobin mutan pada manusia yang telah diketahui sangat jarang ditemukan
dan jinak tanpa menimbulkan masalah klinis. Jika suatu mutasi memang
menimbulkan gangguan fungsi biologis, keadaannya disebut hemoglobinopati.
Beberapa contoh diberikan berikut ini.

Methemoglobin & Hemoglobin M


Pada methemoglobinemia, besi heme adalah ferri dan bukan ferro. Jadi
methemoglobin tidak dapat mengikat atau mengangkut O secara normal enzim
methemoglobin reduktase mereduksi Fe methemoglobin menjadi Fe.
Methemoglobin dapat terbentuk oleh oksidasi Fe menjadi Fe sebagai efek
samping obat, seperti sulfonamid, dari hemoglobin M herediter atau akibat
berkurangnya aktivitas enzim methemoglobin reduktase. Pda hemoglobin M,
histidiin F8 (His F8) diganti oleh tirosin. Besi pada HbM membentuk kompleks
ionik ketat dengan anion fenolat tirosin yang menstabilkan bentuk Fe. Di varian
hemoglobin M rantai keseimbangan R, T menguntungkan keadaan T. Afinitas
oksigen berkurang dan efek bohr tidak dijumpai. Varian hemoglobin M rantai
memperlihatkan pertukaran R-T sehingga terjadi efek bohr. Mutasi yang
menguntungkan kedaan R ( misalnya hemoglobin chesapeake) meningkatkan
afinitas O secara memadai kejaringan feriver. Hipoksia jaringan yang terjadi
menyebabkan polisitemia, suatu peningkatan konsentrasi eritrosit.

Hemoglobin S
Pada HbS, asam animo nonpolar valin menggantikan residu permukaan polar
Glu6 subunit yang membentuk suatu sticky patch (bercak lengket)
hidrofobik pada permukaan subunit baik oksiHbS maupun deoksiHbS. Baik
HbA maupun HbS mengandung satu sticky patch komplementer pada permukaan
yang terpajan hanya pada keadaan terdeoksigenasi, yaitu keadaan R. Jadi pada
PO rendah deoksiHbS dapat mengalami polimerisasi menjadi serat panjang yang
tidak-larut. Pengikatan deoksiHbA mengakiri polimerisasi serat karena HbA tidak
memiliki sticky patch kedua yang diperlukan untuk mengikat molekul Hbyang
lain. Serat heliks yang terpuntir ini menyebabkan distorsi eritrosit menjadi bentuk
kas sabit sehingga sel ini menjadi rentan mengalami lisis di interstisium sinosid
limpa. Serat-serat ini juga menimbulkan banyak efek klinis sekunder. Pada PO
rendah seperti diketinggian,kecenderungan pembentukan polimer akan
meningkat. Terapi terapi baru bagi penyakit sel sabit.

REFERENSI
Bettati S ET AL: allosteric mechanism of haemoglobin: Rupture of salt-bridges
raises the oxygen affinityof the T-structur. J Mol Biol 1998;281:581.
Frauenfelder H, McMahon BH, Feninmore PW: Myoglobin: the hydrogen atom of
biologi and a paragigm of complexity. Proc Natl Acad Sci USA 2003;100:8615.
Hardison RC, et al. Databeses of human hemoglobin varants and orther resaurces
at the globin gene server. Hemoglobin 2001;25:183.
Lukin JA, Ho C: the sctructur-functionrelationship of hemoglobin in solution at
atomic resolution. Cham Rev 2004;104:1219.
Ordway GA, Garry DJ. Myoglobin: An essenital hemoprotein in striated muscle.J
Exp Biol 2004;207:3441.
Persons DA: Update on gane therapy for hemogloblin disorders. Cur opin mol
ther 2003;5;508.
Shrier SL, Angelucci E: New strategies in treatment of the thalassemias. Annu
Rev Med 2005;56:157.
Steinberg MH, Brugnara C: Pathophysiological-based approaches to treatment of
sickle-cell disease. Annu Rev Med 2003;54:89.
Weatherall DJ, etal: The hemoglobinopathies. Chapter 181 in The Metabolic and
Molecular Bases of Inberited Disase, 8th ed. Sciber CR et al (editors). McGraw-
Hill, 2000.

Anda mungkin juga menyukai