Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia industri
sangat besar. Sebelumnya dikenal dengan istilah human faktor, didefenisikan sebagai
ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan antara orang dengan lingkungan kerjanya,
terutama dengan hasil rancangan kerja. Ilmu ini muncul akibat banyaknya kesalahan yang
dilakukan dalam proses kerja.

Penelitian menunjukkan bahwa kesalahan dalam proses kerja lebih banyak


disebabkan oleh kesalahan dalam perancangan atau prosedur kerja. Sejumlah peralatan
kerja dirancang tidak sesuai dengan kondisi fisik, psikis, dan lingkungannya. Pada
dasarnya terdapat empat subkategori utama dari ergonomi yang harus diperhatikan
sehubungan dengan kemampuan manusia dalam melakukan kerja, yaitu skeletal/muscular
(kerangka/otot); sensory ( alat indera manusia ); enviromental (lingkungan); dan mental.

Kegiatan manusia pada umumnya terlibat dalam interaksi antara manusia-mesin. Yang
dimaksud dengan sistem manusia-mesin adalah kombinasi antara satu atau beberapa
manusia dengan satu atau beberapa mesin di mana satu dengan yang lainnya saling
berinteraksi untuk menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang
diperoleh. Sedangkan yang dimaksud dengan mesin dalam hal ini adalah mempunyai arti
luas, yaitu mencakup semua objek fisik seperti peralatan, perlengkapan, fasilitas, dan
bendabenda yang biasa digunakan oleh manusia.

Dalam sistem manusia-mesin terdapat dua interface penting dimana ergonomilah yang
memegang peranan penting di dalam hubungan tersebut. Interface tersebut antara lain:

1. Display yang dapat menghubungkan kondisi mesin pada manusia


2. Kontrol, yang mana manusia dapat menyesuaikan respon dengan feedback (timbal
balik) yang di peroleh dari display tadi.
Jadi antara display dan kontrol harus terdapat interaksi yang saling menyesuaikan. Untuk
mendesain interface-interface tersebut mula-mula kita harus memahami beberapa
karakteristik penting dari panca indera manusia yaitu penglihatan dan pendengaran yang

1
mempengaruhi pemahaman tentang display dan symbol-simbol(sinyal-sinyal) yang dapat
didengar. Karena manusia mempunyai ukuran-ukuran juga batasan dari penglihatan dan
pendengaran, maka interface perlu di disain sedemikian rupa agar manusia dapat
memakai sebuah mesin tertentu dengan cukup aman dan nyaman.

B. Tujuan
1. Diketahuinya sistem manusia-mesin
2. Diketahuinya mengenai control dan display

BAB II
PEMBAHASAN

A. The Human Machine-System


Sistem Manusia-Mesin adalah kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan
satu atau beberapa mesin, yang saling berinteraksi, untuk menghasilkan keluaran-
keluaran berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh.
Selanjutnya yang dimaksudkan dengan sistem manusia-mesin (man-machine system)
ialah kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin,
dimana salah satu dengan lainnya akan saling berinteraksi untuk menghasilkan keluaran-

2
keluaran berdasarkan masukanmasukan yang diperoleh. Dengan mesin maka disini
akan diartikan secara luas, yaitu mencakup semua objek fisik seperti mesin, peralatan,
perlengkapan, fasilitas dan benda-benda yang biasa dipergunakan manusia dalam
melaksanakan kegiatannya. Jelas tampak bahwa sistem biasa diklasifikasikan sebagai
closed system dimana manusia disini memegang posisi kunci, karena keputusan akan
sangat tergantung pada didirinya. Arus informasi dan arahnya dalam hal ini bisa
digambarkan sebagai berikut :
1. Display instrument akan mencatat dan memberikan informasi mengenai
perkembangan kegiatan/proses produksi yang berlangsung, operator kemudian
menyerap informasi ini secara visual (persepsi) dan mencoba menginterpretasikannya
secara seksama. Berdasarkan interpretasi yang dilakukan serta pengetahuan yang
sebelumnnya sudah dimiliki maka operator (manusia) kemudian mencoba membuat
keputusan.
2. Langka berikutnya, operator kemudian mencoba mengkomunikasikan keputusan yang
telah diambilnya kemesin dengan menggunakan mekanisme kontrol. Instrument
kontrol selanjutnya memberikan gambaran (display) mengenai hasil dari tindakan
yang telah dilakukan oleh operator, dan selanjutnya sistem kerja mesin akan
memberikan proses kegiatan produksi sesuai dengan program yang diberikan oleh
operator tersebut. Demikian seterusnya siklus ini akan berulang.
Dalam sistem manusia mesin yang dimodelkan secara sederhana dapat terlihat bahwa
problematik Ergonomic akan nampak dalam hal persepsi yang bisa diambil oleh manusia
(operator) dari instrumen display (mesin) dan handling operations yang dilaksanakan
operator pada saat menangani mekanisme kontrol dari mesin.

Pada gilirannya rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan efisiensi,


efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja
yang cocok, aman, nyaman dan sehat. Berikut ini adalah suatu sistem manusia-mesin
(Sutalaksana, 2006), yaitu:
1. Sistem manusia-mesin hubungan manual (manual machine)
Dalam sistem input akan langsung ditransformasikan oleh manusia menjadi output.
Disini manusia memegang kendali secara penuh didalam melaksanakan aktivitasnya,
peralatan kerja yang ada hanyalah sekedar menambah kemampuan dalam
menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

3
2. Sistem manusia semi otomatis (semi outomatic machine system).
Tidak seperti halnya pada manual sistem, mekanisme khusus yang akan mengolah
input atau informasi dari luar sebelum masuk ke dalam sistem kerja manusia dan
demikian pula reaksi yang berasal dari sistem manusia akan diolah atau dikontrol
lebih dahulu melewati suatu mekanisme tertentu sebelum suatu output berhasil
diproses.

3. Sistem manusia-mesin hubungan otomatis (automatic man machine system)


Disini mesin akan melaksanakan dua fungsi sekaligus yaitu menerima rangsangan
dari luar dan pengendalian aktivitas seperti umumnya dijumpai dalam prosedur kerja
yang normal. Fungsi operator disini hanyalah memonitor dan menjaga agar mesin tetap
bekerja dengan baik serta memasukkan data atau mengganti dengan program baru apabila
diperlukan.
Contoh dalam hal ini ialah seorang pekerja melaksanakan pekerjaannya dengan
menggunakan peralatan sederhana seperti ball-point untuk menulis. Disini manusia masih
memegang kendali (control) secara penuh didalam melaksanakan aktivitasnya. Peralatan
kerja yang ada hanyalah sekedar menambah kemampuan atau kapabilitasnya didalam
menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Sistem dimana manusia secara
penuh sebagai sumber tenaga (power) dan pengendali (control) langsung dikenal sebagai
sistem manual.
Adanya revolusi industri dan perkembangan teknologi yang pesat, maka telah berhasil
diketemukan berbagai macam mesin dan peralatan kerja yang semakin kompleks cara
kerjanya. Tidak seperti halnya pada manual man-machine system, maka dalam
semiautomatic man-machine system akan ada mekanisme khusus yang akan mengolah
masukan (input) atau informasi dari luar sebelum masuk kedalam sistem manusia.
Demikian pula reaksi yang berasal dari sistem manusia ini akan diolah atau dikontrol
terlebih dahulu melewati suatu mekaniske tertentu sebelum suatu output berhasil
diproses.
Contoh konkrit dari sistem tersebut adalah apa yang terjadi dalam cara kerja mobil.
Adanya instrumen-instrumen atau display-display panel dalam mobil akan mampu
menunjukkan kecepatan mobil yang sedang berjalan dan / atau jumlah bahan bakar yang
masih ada dalam tangki mobil tersebut. Disini manusia (pengemudi) tidak akan bisa
secara langsung mengendalikan atau mengontrol sumber tenaga penggerak mobil tersebut
secara langsung, karena dalam sistem ini mesinlah yang akan memberikan tenaga yang

4
mampu menyebabkan mobil bergerak. Manusia disini kemudian akan melaksanakan
fungsi kontrol dengan memakan waktu input-nya lewat display dan mekanisme lainnya
seperti kemudi, rem, gas, dan lain-lain. Sistem dimana mesin akan memberikan tenaga
(power) dan manusia akan melaksanakan fungsi kontrol dikenal sebagai sistem
semiautomatic. Berkonsok-bali dengan sistem manual, maka dalam sistem automatis
sistem mesin akan memegang peranan penuh secara langsung.
Disini mesin akan melaksanakan dua fungsi sekaligus, yaitu penerima rangsangan
dari luar (sensing) dan pengendali aktivitas seperti yang umum dijumpai dalam prosedur
kerja yang normal. Fungsi operator disini hanyalah memonitor dan menjaga agar supaya
mesin tetap bekerja secara baik, serta memasukkan data atau menggantikan dengan
program-program baru apabila diperlukan. Sistem dimana mesi akan berfungsi penuh
sebagai sumber tenaga (power) dan pengendali langsung aktivitas dikenal sebagai sistem
automatic. Penyelidikan tertahap fungsi manusia-mesin adalah didasarkan atas suatu
kenyataan bahwa antara manusia dan mesin masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Hal ini berarti bahwa ada beberapa pekerjaan yang akan lebih jika dikerjakan
oleh manusia dan sebaliknya ada pula beberapa jenis pekerjaan yang labih baik bila
dilaksanakan oleh mesin.
Penyelidikan terhadap fungsi manusia-mesin adalah didasarkan atas suatu kenyataan
bahwa antara manusia dan mesin masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Hal ini berarti bahwa ada beberapa pekerjaan yang akan lebih baik jika dikerjakan oleh
manusia dan sebaliknya ada beberapa bidang pekerjaan yang lebih baik jika dilakukan
oleh mesin.

Dari perbedaan kemampuan antara manusia dan mesin, maka diharapkan dengan
membuat hubungan sistem manusia-mesin akan bisa melengkapi satu sama lain.
1. Keterbatasan Manusia (dibandingkan mesin)
a. Tidak bisa menghasilkan tenaga fisik ataupun tekanan dalam jumlah besar,
misalnya untuk memotong logam.
b. Tidak bisa menggunakan kekuatan otot manusianya dengan intensitas yang
tetap dan/atau tingkat akurasi yang tinggi.
c. Tidak bisa menampilkan kecepatan kerja yang tinggi dan gerakan berulang
tanpa ada rasa lelah, bosan, maupun timbulnya kesalahan.
d. Tidak bisa melakukan analisis dan perhitungan permasalahan yang kompleks
secara cepat dan tepat.

5
e. Tidak bisa mengerjakan berbagai macam pekerjaan yang berbeda secara
bersamaan dalam waktu relative sama.
f. Tidak bisa menyimpan, memanggil/mengingat kembali sejumlah data dalam
jumlah besar secara tepat dan akurat.
g. Tidak bisa memberikan tanggapan secara cepat terhadap sinyal kendali yang
berubah-ubah dalam frekuensi yang sering.
h. Apabila kondisi lingkungan kerja berada di luar ambang batas kesanggupan,
maka manusia tidak bisa memberikan performansi yang memuaskan.
2. Kelebihan Manusia
a. Mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
b. Dapat merubah peranan dengan cepat dan teratur
c. Memungkinkan dapat bekerja dalam kondisi apapun
3. Keterbatasan Mesin (dibandingkan manusia)
a. Tidak bisa memberikan tanggapan terhadap "perintah-perintah" di luar batas
kemampuan yang sudah dirancang sebelumnya.
b. Tidak bisa memberi taggapan terhadap kejadian-kejadian yang tidak
diramalkan sebelumnya.
c. Tidak bisa "berpikir" induktif, yaitu menarik kesimpulan umum dari hal-hal
yang bersifat khusus.
d. Tidak bisa bertindak fleksibel, seperti menggunakan alternative-alternatif
baru yang tidak dirancang/diprogramkan sebelumnya.
e. Tidak bisa berpikir secara layak di luar batas beban atas kapasitas normalnya.

4. Kelebihan Mesin
a. Mempunyai sifat relatif lebih stabil
b. Dapat diatur dengan baik berdasarkan kebutuhan
c. Dapat melakaukan pekerjaan rutin / massal dengan standar
d. Dapat melakukan kalkulasi dengan cepat

B. Model Manusia-Mesin

Model Manusia-Mesin

Sistem kerja manusia-mesin sederhana terbagi menjadi 9 komponen

1. Komponen manusia dalam sistem kerja

2. Komponen mesin dalam sistem kerja

6
3. Lingkungan

a) Komponen Manusia:
1) The Effectors
Tiga effectors utama adalah: tangan, kaki, suara.

2) The Sensories
The senses/indera adalah alat/cara manusia membangun kesadaran (memahami)
terhadap kondisi sekitarnya.
Five senses/indera: sight, hearing, touch,taste, smell.
3) The Processing
Dalam melaksanakan aktivitas kerja, komponen manusia memerlukan energi
dan informasi.
Energi untuk kerja otot diperoleh dari proses-proses fisiologis, juga
dihasilkan sisa pembakaran.
Otak merupakan pusat pengolah data, yang terdiri dari low-level
programs untuk mengatur aktivitas kerja sensorimotor dasar, dan higher
level cognitive mengatur kerja yang berkaitan dengan otak.
Manusia merupakan penghasil/sumber sekaligus pengguna energi.

b) Komponen Mesin:
1) The Controlled Process
Operasi-operasi dasar pada mesin yang dikontrol oleh manusia.
2) Display
Aksi (gerak, kekuatan) yang muncul/ditunjukkan oleh satu atau lebih mesin yang
bekerja.
3) Controls
Interaksi antara manusia dengan mesin didasarkan pada ketetapan pengontrolan
(batasan) yang mampu dilakukan oleh effectors.
c) Lingkungan:

7
1) Workspace
Tempat dalam bentuk sesungguhnya (3 Dimensi) dimana sebuah kerja bisa
dilakukan.

2) Environment (Lingkungan Fisik)


Di dalamnya terdapat banyak aspek yang mempengaruhi manusia. Pendekatan
terhadap worksystems ditujukan pada cara yang mempengaruhi manusia dan
mesin bekerja.

Kebisingan, getaran, pencahayaan atau unsur iklim dikaitkan dengan aspek


ergonomis.

3) Work Organization
Pengertian dasar merujuk pada pengaturan langsung interaksi kerja antara
manusia dengan mesin. Secara luas merujuk kepada struktur organisasi dimana
aktivitas kerja berada yang didukung oleh sistem secara teknis maupun sosial.

Difference Machine M

Speed Much superior slow

Power Consistent at any level, large, constant standard forces 2Hp for 10 sec, 0.5Hp
continuous work over a day

Consistency Ideal for routine repetition, precision Not reliable-should be moni

Complex activity Multi channel Single channel

Memory Best for literal reproduction and short term memory Large storage multiple acc
strategies

Reasoning Good deductive Good inductive

Computation Fast, accurate, poor at error correction Slow, subject to error, good

8
Difference Machine M

Input sensitivity Some outside human senses, intensive to extraneous stimuli, Wide range and variety of s
poor for pattern detection) affected by heat, cold, noise
detection, can detect signals

Overload reliability Sudden breakdown Graceful degradation

Intelligence None Can deal with unpredictable

Manipulative abilities Specific Great versability

9
C. Control dan Display
Control

Controls disebut penggerak dalam standar ISO, mengirim input ke bagian dari
peralatan.Kontrol adalah alat (mekanik, elektromekanik) yang mengkonversikan
output dari manusia menjadi input bagi mesin. Variasi kontrol antara lain tombol,
panel dan sebagainya. Karakteristik penting dari kontrol bergantung dari
penggunaannya. 2 respon (on-off), beberapa nilai yang kontinyu (pengaturan
frekuensi pada radio), dan sebagainya.

Mereka pada umumnya dioperasikan dengan tangan atau kaki. Hasil dari kontrol
input ditunjukkan ke operator manapun yang berkaitan
dengan displays atau indikator atau oleh tindakan selanjutnya dari mesin itu.

Sejarah perancangan control dimulai pada tahun 1940-1950. Pada masa itu sering
disebut era tombol dan angka dalam kehidupan engineering karena banyak
penelitian yang telah dilakukan dalam control dan displays. Pada tahap selanjutnya
dirasakan perlunya standardisasi tombol dan angka, misalnya dengan ISO standars.
Kemudian perancangan control mulai banyak mendapat perhatian khusus terutama
pada penggunaan dalam militer dan industry, seperti penerapan standar MIL STD
1472, HDBK 759, SAE J 1138, 1139, dan 1048 HFS/ANSI 100 sudah menetapkan
petunjuk rancangan dengan terperinci. Beberapa penelitian tentang perancangan
control dan display diantaranya adalah Cott Van dan Kinkade (1972), Woodson
( 1981), dan Mc Cormick dan Sanders ( 1987). Selama bertahun-tahun kontrol
merupakan subjek yang diteliti sehubungan dengan mengidentifikasi karakteristik
yang membantu pengguna mencapai waktu minimal pada tugas kontrol dengan
sedikit usaha dan kesalahan.

Sanders dan McCormick (1987) mencirikan tindakan control sebagai berikut :

1. Mengaktifkan atau mematikan peralatan, seperti dengan mengunci ON-OFF


2. Membuat suatu pengaturan terpisah seperti pembuatan pemisah atau penyesuain
terpisah seperti pemilihan suatu saluran TV
3. Membuat suatu pengaturan yang kuantitatif suatu suhu atas alat pengatur panas ( ini
kasus khusus dari pengaturan terpisah)
4. Menggunakan pengendalian yang berlanjut seperti kemudi suatu mobil

10
5. masuk data seperti pada keyboard komputer.

Beberapa hal berikut adalah alasan mengapa control perlu dirancang dengan baik:

1. Disesuaikan dengan ergonomi tubuh manusia/operator yang mengoperasikan control


tersebut,
2. Meminimasi terjadinya human error dalam pengoperasian control
3. Meminimasi resiko terjadinya kecelakaan kerja
4. Meminimasi keluhan pemakaian alat
5. Agar efektif dan efisien dalam pengoperasian control
6. Alasan waktu dan dana

Sekumpulan kontrol harus dikelompokkan secara logika agar dapat diakses dengan
cepat oleh user. Mungkin hal ini tidak kelihatan terlalu kritis jika aplikasinya sederhana
seperti sebuah spreadsheet, namun akan menjadi vital jika digunakan misalnya pada aplikasi
kendali pabrik, penerbangan dan pengatur lalu lintas udara. Penempatan kontrol dan display
yang tidak tepat akan mengakibatkan inefisiensi dan frustasi bagi user terutama jika user
berada dalam tekanan yang besar dan dihadapkan pada sekumpulan kontrol dan display
dalam jumlah yang banyak.

Pengorganisasian kontrol dan display bergantung pada domain dan aplikasi yang
dibuat, namun hal-hal yang perlu diperhatikan harus meliputi apek-aspek berikut:

1. Aspek fungsional : kontrol diatur sedemikian rupa sehingga


terhubung secara fungsional antara satu dengan lainnya.
2. Aspek sekuensial: kontrol dan display diorganisasikan dengan
menunjukkan urutan penggunaannya pada aplikasi tertentu. Hal ini terutama pada
domain yang pengerjaan tugasnya secara berurutan, misalnya pada area penerbangan
(aviation).
3. Aspek frekuensi: kontrol dan display ditempatkan sesuai
dengan frekuensi penggunaannya, dengan fungsi yang paling sering digunakan
diletakkan pada lokasi yang mudah diakses. Selain pengaturan kontrol dan display yang
saling terkait satu dengan lainnya, keseluruhan interface sistem harus diatur sedemikian
rupa sehingga tepat dengan posisi user.

11
Sesuai dengan kegunaan fungsionalnya, perancangan control harus mengikuti prinsip-
prinsip berikut:

1. jenis control serupa dengan pengalaman yang lazim dilakukan


2. Ukuran control dan karakteristik gerakan serupa dengan pengalaman yang lazim
dilakukan.
3. Arah dari operasi control sesuai dengan arah pergerakan mesin
4. Operasi yang menuntut control yang bagus dan kekuatan kecil akan dilaksanakan
dengan tangan, dan kekuatan besar pada umumnya dengan kaki.

Control Actuation Force Or Torque


Kekuatan atau tenaga putaran yang diterapkan oleh operator untuk penggiatan dari control
harus dijaga serendah mungkin, terutama jika control harus sering dioperasikan.

Control-Effect Relationships
Hubungan antara control dan efek harus dibuat melalui akal sehat, penggunaan kebiasaan,
persamaan, kedekatan dan pengelompokan, persandian, label, dan teknik lainnya yang pantas.

Pengaturan dan pengelompokan dari control

1. Locate for The Ease of Operation( menempatkan untuk kemudahan dari operasi )
2. Primary Controls First ( control primer yang pertama )
3. Group Related Controls Together (kelompok kontrol yang terkait dengan fungsi yang
sama dikelompokkan bersama-sama)
4. Arrange for Sequential Operation ( menyusun untuk operasi percontohan)
5. Be Consistent
6. Dead-Man Control
7. Guard Against Accidental Activation ( menjaga terhadap pengaktifan yang kebetulan )
8. Pack Tightly But Do Not Crowd ( kemasan yang padat tetapi tidak berkerumun )

12
Karakteristik Control
Kode control
Tujuan dari pengokodean pada control adalah agar lebih mudah diidentifikasi dengan hasil
yang akurat dan operasi yang cepat. Kode control yang tepat juga dapat mengurangi waktu
latihan. 6 hal umum yang digunakan dalam metode pengkodean adalah label, warna, lokasi,
bentuk, ukuran dan tekstur.
Metode pengkodean yang termudah adalah pelabelan. Desain control operasi
minimumnya harus memiliki kriteria di bawah ini :
1. Fungsi pengontrolan
2. Posisi control
Warna
Warna yang digunakan harus spesisfik. Sekali menggunakan warna, maka warna
tersebut harus distandarkan. Mislanya, warna merah untuk kondisi darurat
Lokasi dari kode merujuk pada lokasi control. Ukuran, bentuk dan tekstur dari kode
membantu pengidentifikasian control tanpa perlu dilihat.

Control/ Rasio Respon


Konsep ini diterapkan pada control kontinyu, bukan pada control yang diposisikan dengan
pengaturan diskrit.Ini merupakan rasio antara jarak dari control gerakan dengan gerakan
sistem yang dicontrol.

Jarak Control
Jarak dari control membantu meminimalkan aktivasi control secara tidak sengaja. Ini juga
merupakan hal yang dipertimbangkan dalam pengelompokan control-control dalam suatu
alat.

Pengamanan Control untuk Aktivasi yang Tidak Disengaja


Dalam beberapa situasi, control dapat teraktivasi secara tidak sengaja. Dalam suatu kasus
seorang pekerja yang tidak sengaja menyentuh control yang menyebabkan pisau bergerak ke
bawah dan dapat saja melukai lengannya sendiri. Beberapa metode yang dapat digunakan
untuk meminimalisasi ketidak sengajaan ini antara lain :
1. Covering(pengkoveran)
Mengkover control merupakan langkah yang dapat ditempuh meskipun tidak efektif.

13
2. Locking(Penguncian)
3. Resistensi
Resistensi adalah fitur yang diinginkan dari control karena tingkat tertentu. Hal ini
membantu untuk mengatasi kemungkinan aktivasi yang disengaja.

Beberapa tipe resistensi control :

a. Resistensi elastic
Resistensi elastis menawarkan lebih banyak kekuatan kontra sebagai pemindahan
control meningkat. Itu berlaku kekuatan untuk mengontrol posisi nol saat control
dilepaskan.

b. Gerakan resistensi
Dua elemen penyusun gesekan resistensi adalah statis dan gesekan geser.
Redaman Viskos Resistensi
Hal itu bervariasi secara langsung dengan control kecepatan dan tergantung
pada perpindahan atau percepatan.
Resistensi Inersia
Resistensi inersia bervariasi secara langsung dengan control percepatan. Hal
ini juga membantu operator untuk mengontrol pergerakan halus.
4. Lokasi
Memisahkan antara control yang penting dan kurang penting.

5. Recessing
Control dapat ditempatkan di permukaan tersembunyi untuk meminimalkan tonjolan
permukaan lainnya.

6. Orientasi
Untuk mengontrol arah gerakan yang memungkinkan sedemikian rupa sehingga
gerakan yang tidak disengaja paling mungkin terjadi ke arah itu.

Umpan Balik Pada Operasi Control


Pengoperasian control sebaiknya disertai adanya umpan balik yang bersifat peringatan
kepada operator, jika pengoperasian control tersebut salah.

14
Kesesuaian
Secara ergonomis hal ini merujuk pada hubungan antara stimuli dan respon dari manusia.
Sanders dan McCormick berpendapat bahwa tipe-tipe kesesuaian adalah :
1. Spasial kompatibilitas
Dua elemen utama dari kompatibilitas spasial berlaku untuk menampilkan dan
mengontrol perangkat dan kesamaan fisik penataan fisik di area kerja

2. Kompatibilitas dari hubungan perpindahan.


Tipe kedua meliputi hubungan antara control dan kompatibilitas gerakan untuk
memindahkan elemen tampilan, menampilkan elemen tanpa gerakan-terkait, dan
sistem gerak control dari respon yang terkait. Contohnya adalah kesesuaian dari
control dengan pergerakan mesin. Control dirancang sehingga arah dari pergerakan
control adalah sesuai atau cocok dengan pergerakan respon dari pengendalian mesin,
suatu sarana (angkut), peralatan, komponen, atau aksesori.

3. Kompabilitas Konseptual
Kesesuaian jenis ini terkait dengan hubungan intrinsik antara item atau konsep.
Contohnya adalah tengkorak dan tulang bersilang yang menunjukkan bahaya, titik
nyala untuk meningkatkan unit pengisian lapangan, sinyal darurat berkabung, dan
sebuah pesawat di peta, yang menunjukkan sebuah bandara.

Display

Display adalah bagian dari lingkungan yang mengkomunikasikan keadaannya langsung


kepada manusia dalam bentuk lambang atau tanda. Displaybertujuan untuk menampilkan
informasi. Layar komputer merupakan display, tachometer pada mesin adalah
display, halaman buku adalah display.

Persoalan yang sering terjadi adalah display yang tidak mengkomunikasikan keadaan
secara langsung dan oleh karena itu kita perlu memikirkan bagaimana merancang suatu alat
yang bisa menerjemahkan informasi sehingga mudah dimengerti manusia. Display harus
dirancang dengan baik agar dapat menjalankan fungsinya untuk menyajikan informasi yang
diperlukan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya.

15
Manusia memperoleh informasi dari lingkungannya baik secara langsung (melihat ke
jalan, mendengar bunyi) maupun secara tidak langsung. Pengindraan secara tidak langsung
tersebut merupakan tipe yang relevan dengan penggunaan display. Dalam hal ini manusia
menerima informasi yang tidak dapat dirasakan oleh mekanisme sensori. Contohnya,
temperatur gas dalam tangki. Mata dan telinga tidak dapat mendeteksi. Namun pertambahan
temperatur tersebut dapat dilihat pada display instrumen.
KonsepHuman Centered Design sangat kuat dalam pembuatan display dan poster
karena terkait dengan sifat-sifat manusia sebagai penglihat dan pemaham isyarat.
Perancangan displayyang baik adalah apabila display tersebut dapat menyampaikan informasi
selengkap mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya.
Kajian ilmu ergonomi menitikberatkan perancangan display pada interaksi antara
manusia dengan display, di mana fungsi utama display adalah untuk menyajikan informasi
dengan format yang jelas (tidak bias) yang dapat dideteksi dengan jelas oleh manusia.

Kemampuan Signal untuk Terdeteksi


Fungsi utama dari display adalah menampilkan data yang benar dalam format yang
dapat dimengerti oleh manusia. Kemampuan suatu display untuk terdeteksi merupakan
kondisi dimana data yang awalnya tidak dapat terdeteksi dapat disadari dan dipahami oleh
manusia.
Ciri-ciri display dan poster yang baik adalah:
1. Dapat menyampaikan pesan
2. Bentuk/gambar menarik dan menggambarkan kejadian.
3. Menggunakan warna-warna mencolok dan menarik perhatian.
4. Proporsi gambar dan huruf huruf memungkinkan untuk dapat dilihat/dibaca.
5. Menggunakan kalimat-kalimat pendek, lugas, dan jelas.
6. Menggunakan huruf yang baik sehingga mudah dibaca.
7. Realistis sesuai dengan permasalahan.
8. Tidak membosankan.

Legibility (Ke-mampu baca-an)


Legibility dapat tercapai dengan mengoptimalkan kontras antara karakter dan latar,
penggunaan font yang mudah dilihat, minimasi kesalahan visual, opimasi dimensi karakter
dengan sudut yang tepat dan sebagainya.

Readability (Kelayakan Baca)

16
Readability ditentukan setelah legibility. Legibility dari data adalah persyaratan
minimum yang harus dimiliki demi keefektifan display. Helander merumuskan beberapa
faktor lain mengenai readability pada display seperti relevansi, lokasi, pemilihan kata
maupun frase, kejelasan, kesederhanaan.

Kondisi-kondisi yang dapat membuat signal lebih mudah terdeteksi adalah :


1. Meningkatkan durasi dari signal.
Patterson menunjukkan bahwa durasi minimum signal untuk suatu peringatan
seharusnya berkisar antara 100 ms dengan peningkatan 25 ms atau penurunan 25 ms.
Munson menemukan bahwa signal yang dapat terdeteksi haruslah berkisar antara 200
ms- 300 ms.
2. Menambah rasio signal
Deatherage menyebutkan bahwa intensitas signal yang dapat terdeteksi adalah 110dB.
3. Tampilan data yang multichannel
Untuk meningkatkan kemampuan display untuk dapat lebih mudah terdeteksi maka
informasi yang multichannel (visual, audio, gerakan) dapat ditambahkan.
4. Pemantauan data yang multichannel
Tampilan gambar akan lebih efektif apabila ditambahkan dengan suara dan
sebagainya.
5. Rata-rata tampilan signal yang optimal (tidak terlalu cepat maupun tidak terlalu
lambat)

Jenis- jenis Display


Display didefinisikan sebagai alat yang menyajikan informasi tentang lingkungan yang
dikomunikasikan dalam bentuk tanda-tanda atau lambang-lambang. Displaymenampilkan
data pada user yang kemudian diubah menjadi informasi. Data dapat saja berupa data statik
ataupun data dinamik. Display statis adalah display yang memberikan informasi tanpa
dipengaruhi oleh variabel waktu, misalnya peta, papan pengumuman atautampilan pada
mesin manual. Sedangkan display dinamis adalah display yang dipengaruhi oleh variabel
waktu, misalnya speedometer yang memberikan informasi kecepatan kendaraan bermotor
dalam setiap kondisi, ataualat penunjuk temperatur.

Display Kuantitatif

17
Display kuantitatif menampilkan informasi kuantitatif pada variabel yang berubah
atau pada variabel statis. Terdapat tiga jenis display kuantitatif yaitu :
1. Display digital
2. Skala berubah, indikator tetap
3. Indikator berubah, skala tetap
Grether dan Baker menyebutkan bahwa skala kurang efisien digunakan untuk
menampilkan informasi kuantitatif. Di lain sisi, untuk deviasi relatif dari nilai tertentu,
kombinasi penunjukan skala lebih baik jika digunakan. Sinclair, setelah menelaah literatur
menyimpulkan bahwa secara umum, display analog dengan penunjukan yang berubah dan
skala tetap jauh lebih baik dibanding display dengan penunjuk tetap dan skala yang berubah.

Desain Skala
Desain skala merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan. Desain skala itu sendiri
menyangkut desain penunjuk, progress angka, ukuran dan sebagainya.
1. Progress angka
Angka 1, 10 dan 5 merupakan angka-angka yang mudah untuk diingat. Menggunakan
angka desimal pada skala sama sekali tidak dianjurkan. Interval 4,3 dan 6 merupakan
progress angka yang buruk dan sama sekali tidak dianjurkan untuk digunakan.
2. Desain Penunjuk
Yang harus diperhatikan disini adalah jarak antara skala dan penunjuk. Penunjuk
harus memiliki sudut paling tidak 20o. Penggunaan warna yang seragam pada
penunjuk juga disarankan.
3. Tanda Skala
Biasanya, jika angka yang akan dita,pilkan sangat banyak penggunaan penunjuk tetap
dengan skala yang berpindah dapat dipertimbangkan. Tanda skala ini haruslah tertata
rapi dan tidak saling tumpang tindih.
4. Panjang Skala
Parameter ini ditentukan oleh kisaran dari variabel.
5. Ukuran Tanda Skala
Ukuran yang direkomendasikan oleh Figure adalah 71 cm (28 in)

Display Alphanumeric (Huruf dan Angka)


1. Tinggi karakter.
Peter dan Adams merekomendasikan hubungan antara tinggi karakter dan variabel
seperti di bawah ini :
H (Tinggi Karakter, cm) = 0.000866D + K1 + K2
H (Tinggi Karakter, in) = 0.0022D+ K1 + K2
Dimana,

18
D = Jarak pandang dalam cm (in)
K1 = Faktor koreksi dari penerangan dan kondisi
K2 = Faktor koreksi untuk tingkat kepentingan dari display

2. Orientasi Karakter
Orientasi huruf maupun angka harus dalam posisi yang tepat.
3. Rasio lebar/ tinggi karakter
Untuk angka perbandingannya adalah 3:5, sedangkan untuk huruf kapital
perbandingannya adalah antara 1:1 dan 3:5.
4. Rasio aturan lebar/tinggi.
Ini merupakan perbandingan ketebalan pada tinggi karakter. Untuk karakter yang
berwarna hitam pada latar putih rasio lebar / tinggi berkisar antara 1:6 hingga 1:8.
Berger menyarankan untuk karakter putih pada latar hitam, kisaranrasio lebar /
tingginya adalah 1:8 hingga 1:10.

Display Kualitatif
Biasanya variabel pada jenis display ini berubah-ubah. Contohnya adalah temperatur
pada mesin produksi. Operator hanya mengambil tindakan apabila temperatur menunjukkan
nilai tertentu. Contohnya, display menunjukkan 3 kondisi temperatur : dingin, hangat dan
panas. Jika hendak menggunakan display kualitatif, maka penggunaan penunjuk yang
berubah dengan skala tetap adalah yang terbaik.
Sekumpulan display kualitatif dikenal dengan sebutan status indikator. Unit-unit ini
memperlihatkan 2 status informasi yang harus diperhatikan pada sebuah sistem, mislanya
go/no go, on/off, working/idle dan normal/abnormal. Kondisi tersebut dapat saja
ditandai dengan lampu peringatan. Desain ergonomis dari suatu display haruslah dapat
menampilkan informasi yang mudah dipahami dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Parameter yang dipertimbangkan dalam mendesain lampu peringatan adalah :


1. Warna
Warna yang dianjurkan adalah merah, hijau, kuning dan putih.
2. Flash Rate (Rata-rata kedipan)
Kedipan lampu merupakan cara yang efektif untuk menarik respon dari operator.
Kedipan lampu optimal yang dianjurkan adalah 4 kedipan per detik.
3. Brightness (Kecermelangan)
4. Tampilan Multichannel
Dalam kondisi yang darurat, penambahan signal visual dapat dipertimbangkan.
5. Kontras dengan latar.

Display Simbolik

19
Simbol dapat saja merupakan cara yang efektif untuk menyampaikan informasi
pada user. Keuntungan dari penggunaan simbol adalah mudah dipahami oleh orang-orang
dari berbagai negara. Simbol sangat populer digunakan untuk menyampaikan peringatan dan
dihunakan secara luas pada rambu-rambu lalu lintas maupun fasilitas publik.
Setiap simbol yang digunakan harus disetujui oleh ISO (International Standards
Organization) dan harus diujicobakan terlebih dahulu di 6 negara. Simbol adalah gambar-
gambar sederhana dari suatu object yang mengandung suatu maksud tertentu.

Desain Display Elektronik


Sekarang ini banyak simbol-simbol elektronik yang mulai diperkenalkan, misalnya
LEDs (Light-emitting diode), dot matrix character generators, maupun liquid crystal.
Beberap saran pada desain elektronik antara lain :
1. Gunakan dot matrix character 7x7 atau 7x9
2. Garis yang menjelaskan karakter haruslah tajam, tidak berantakan dan mengunakan
pencahayaan warna yang seimbang.
3. Untuk data yang berubah, penggunaan gambar jangan sampai membingungkan dan
kabur.
4. Gunakan karakter vertikal.
5. Jarak titik antara 0.4 dan 0.6 mm (0.0157 hingga 0.0236 in)
6. Jarak antar karakter antara 1.1 hingga 1.4 kali lebar karakter.
7. Minimasi refleksi pada layar.
8. Gunakan kontras pada latar.
Display Auditori
Display auditori digunakan untuk menampilkan data dalam bentuk suara. Beberapa
contoh display auditori adalah klakson, bel, alarm dan sirine.
Beberapa pertimbanan dalam pembuatan display auditori antara lain :
1. Peringatan bahaya haruslah memiliki pola dan tempo yang berbeda secara nyata satu
sama lain.
2. Peringatan bahaya dapat saja berupa suara.
3. Frekuensi antara 150 1000Hz
4. Memiliki frekuensi yang harmoni.
5. Menggunkan signal modulat (1-3 kali / detik) atau bunti beep (1-8 kali/detik)

Speech Intelligibility

20
Saat ini, kebanyakan display auditori juga menyajikan output berupa suara untuk
memberi peringatan lebih pada operator. Speech intelligibility merupakan kemampuan untuk
menangkap suara peringatan yang dimaksud secara jelas dan benar.
Suara yang ditangkap sehari-hari memiliki spektrum antara 100 hingga 8000Hz.
Frekuensi vokal berkisar 800, 2200, 3000 dan 4200 Hz. Terdapat hubungan yang rumit antara
konsonan phoenemes dan pola spectrographic terkait.
Variabel-variabel terkait yang dapat dijadikan parameter untuk menrancang display
berupa suara ini adalah kesamaan dengan pesan yang hendak disampaikan, peningkatan rasio,
kemampuan didengar oleh kedua telinga, penggunaan kalimat yang mudah dimengerti.

Display Taktual
Display taktual digunakan untuk alat peringatan dan digunakan secara ekstensif oleh
tuna netra. Getaran mekanik, energi panas dan impuls elektrik dapat digunakan sebagai
bentuk display taktual. Jika menggunakan getaran mekanis maka amplitudo yang digunakan
berkisar antara 0.0004cm (0.00016 inchi). Tidak dianjurkan untuk menggunakan tekanan
yang kontinyu pada indra peraba. Voltage antara10 mA sampai 12 mA cukup dapat digunakan
untuk menarik perhatian tanpa menimbulkan ketidaknyamanan bagi pekerja.
Menurut Galer (1989), Display dan Informasi yang disampaikan terbagi atas tiga tipe,
yaitu (1) Display Kualitatif, (2) Display Kuantitatif, dan (3) Display Representatif. Untuk
jenis Display Kualitatif merupakan penyederhanaan dari informasi yang semula berbentuk
data numerik. Contoh display kualitatif misalnya informasi atau tanda ON, OFF pada
generator, DINGIN, NORMAL, PANAS pada pembacaan temperatur, BELL dan BUZZER
untuk menunjukkan informasi kehadiran, lampu kelap-kelip dan sirine sebagai tanda
peringatan (Warning devices). Jenis Display Kuantitatif memperlihatkan informasi numerik
dan biasanya disajikan dalam bentuk Digital ataupun Analog untuk suatu Visual
Display. Untuk Display Representatif, biasanya berupa sebuah working model atau
mimic diagram dari suatu mesin. Salah satu contohnya adalah diagram sinyal lintasan
kereta api.

Beberapa Hasil Penelitian dalam Perancangan Display


1. Display dalam bentuk skala kurang efektif dalam menampilkan informasi kuantitatif,
dibandingkan dengan display dalam bentuk counter (Grether & Baker)
2. Display analog dengan jarum penunjuk yang bergerak lebih baik dibanding dengan
jarum penunjuk yang tetap dan skala yang bergerak (Sinclair)

21
3. Diurutkan dari yang terbaik; interval pada penunjuk skala yang paling memudahkan
pengguna adalah interval dalam satuan, interval sepuluh, dan interval lima
4. Diurutkan dari yang terburuk; interval pada penunjuk skala yang paling menyulitkan
pengguna adalah interval empat, interval tiga, dan interval enam
5. Informasi dapat juga diberikan dalam bentuk kode warna. Indera mata sangat sensitif
terhadap warna BIRU-HIJAU-KUNING, tetapi sangat tergantung juga pada kondisi
terang dan gelap. Dalam Visual Display sebaiknya tidak menggunakan lebih dari 5
warna. Hal ini berkaitan dengan adanya beberapa kelompok orang yang memiliki
gangguan penglihatan atau mengalami kekurangan dan keterbatasan penglihatan pada
matanya.
6. Warna merah dan hijau sebaiknya tidak digunakan bersamaan begitu pula warna
kuning dan biru (Galer, 1989). Sedangkan menurut Bridger,R.S (1995) terdapat
beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan warna pada pembuatan
display. Kelebihannya antara lain: memberi tanda untuk data-data yang spesifik,
informasi dapat lebih cepat diterima, dan dapat terlihat lebih natural. Sedangkan
kekurangan dalam penggunaan warna pada pembuatan display diantaranya: dapat
menyebabkan fatique, membingungkan dan mungkin dapat memberikan reaksi
yang salah, dan tidak bermanfaat bagi orang yang buta warna.

Beberapa parameter disain yang direkomendasikan untuk lampu tanda bahaya:


1. Gunakan pengkodean warna
2. Gunakan flashing light, di mana flashing rate yang optimum adalah 4 per detik
3. Brightness
4. Tampilkan dengan multichannel
5. Buat kontras dengan latar

Beberapa parameter disain yang direkomendasikan untuk sinyal tanda bahaya:


1. Bunyi dari sinyal tanda bahaya harus memiliki pola tertentu
2. Menggunakan sinyal yang termodulasi ( 1 3 kali / detik) atau beep sounds (1 8
beep / detik)
3. Sinyal tanda bahaya dapat diperkuat dengan suara
4. Frekuensi sinyal dijaga antara 150 1000 Hz
5. Jika jarak ke target pendengar cukup jauh (lebih dari 330 m atau 1000 ft), gunakan
intensitas tinggi dan frekuensi di bawah 1000 Hz
6. Jika terdapat penghalang antara sumber sinyal tanda bahaya dengan target pendengar,
gunakan frekuensi di bawah 500 Hz

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sistem Manusia-Mesin adalah kombinasi antara satu/beberapa manusia dengan
beberapa/satu mesin dimana salah satu dengan yang lainnya akan saling
berinteraksi untuk menghasilkan output berdasarkan input yang diperoleh. Dan
yang dimaksud dengan mesin dalam hal tersebut yaitu mencakup semua objek
fisik seperti peralatan, perlengkapan fasilitas dan benda-benda. Dengan 3 (tiga)
macam kaitannya yang meliputi; Manual Man Machine System, Semi Automatic
Man-Machine System dan Automatic Man-Machine Sytem serta komponen-
kompennya yang meliputi komponen manusia, mesin dan lingkungan dalam
sistem kerjanya.
2. Dalam sistem manusia-mesin terdapat dua interface penting dimana ergonomilah
yang memegang peranan penting di dalam hubungan tersebut. Interface tersebut
antara lain:
a. Display yang dapat menghubungkan kondisi mesin pada manusia
b. Kontrol, yang mana manusia dapat menyesuaikan respon dengan feedback
(timbal balik) yang di peroleh dari display tadi.

23
3. DAFTAR PUSTAKA

4.

5. Bakri, Solichul Hadi. A. Analisis Sistem Manusia-Mesin dan Pemecahan Masalah


Ergonomi Melalui Pendekatan Participatory pada Ruang Pengendalian Lalu Lintas
Udara Bandar Udara Ngurah Rai. [Artikel] Di akses dari
http://shadibakri.uniba.ac.id/wp-content/uploads/2016/02/1A-ATC-
NGURAHRAI.pdf
6. Pratama, Bayu Adhi. 2016. Manusia Sebagai Sistem Manusia-Mesin. Di akses
pada http://bayuadhipratama123.blogspot.co.id/2016/09/manusia-sebagai-sistem-
manusia-mesin.html
7. Rahman, Redi. 2016. Universitas Islam Bandung [Skripsi] Di akses dari
http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/3212/06bab2_Redy
%20Rahman_10070210005_skr_2016.pdf?sequence=6&isAllowed=y
8. Nurhidayah. 2012. Analisa dan Perancangan Kontrol dan Display yang
Ergonomis. Diakses dari http://dhayarasj.blogspot.co.id/2012/05/bab-vii-analisa-
dan-perancangan-kontrol_17.html
9. https://aplikasiergonomi.wordpress.com
10.

24

Anda mungkin juga menyukai