Osteosarcoma Case Report
Osteosarcoma Case Report
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
B. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat insiden pada usia kurang dari 20 tahun adalah 4.8 kasus per
satu juta populasi. Insiden dari osteosarkoma konvensional paling tinggi pada usia
10-20 tahun, Setidaknya 75% dari kasus osteosarkoma adalah osteosarkoma
konvensional. Observasi ini berhubungan dengan periode maksimal dari
pertumbuhan skeletal. Namun terdapat juga insiden osteosarkoma sekunder yang
rendah pada usia 60 tahun, yang biasanya berhubungan dengan penyakit paget.2
Gambar 1
C. FAKTOR RESIKO
Penyebab pasti dari osteosarkoma tidak diketahui, namun terdapat
berbagai faktor resiko untuk terjadinya osteosarkoma yaitu:1,2
a Pertumbuhan tulang yang cepat : pertumbuhan tulang yang cepat terlihat
sebagai predisposisi osteosarkoma, seperti yang terlihat bahwa insidennya
meningkat pada saat pertumbuhan remaja. Lokasi osteosarkoma paling
sering pada metafisis, dimana area ini merupakan area pertumbuhan dari
tulang panjang.
b Faktor lingkungan: satu satunya faktor lingkungan yang diketahui adalah
paparan terhadap radiasi.
c Predisposisi genetik: displasia tulang, termasuk penyakit paget, fibrous
dysplasia, enchondromatosis, dan hereditary multiple exostoses and
retinoblastoma (germ-line form). Kombinasi dari mutasi RB gene
(germline retinoblastoma) dan terapi radiasi berhubungan dengan resiko
tinggi untuk osteosarkoma, Li-Fraumeni syndrome (germline p53
mutation), dan Rothmund-Thomson syndrome (autosomal resesif yang
berhubungan dengan defek tulang kongenital, displasia rambut dan tulang,
hypogonadism, dan katarak)
D. PATOLOGI
E. PATOFISOLOGI
Gambar 2
Pada pemeriksaan X-Ray hasilnya bervariasi : daerah osteolitik yang berkabut
merupakan pengganti dengan daerah tebal osteoblastik yang tidak biasa. Batas
endosteal tergambarkan dengan kurang baik. Terkadang bagian korteks
melanggar dan tumor memperluas sampai ke jaringan yang berdekatan; ketika
hal ini terjadi, lapisan dari tulang baru terlihat, menyebar keluar dari korteks
-yang disebut dengan- efek sunburst. Ketika tumor muncul dari korteks,
reaktif tulang baru terbentuk pada sudut dari peninggian periosteal (Codmans
triangle). Ketika efek sunburst dan Codmans triangle muncul merupakan tipe
dari osteosarkoma, hal ini kadang-kadang dapat terlihat pada pertumbuhan
tumor yang cepat.
I A. Intracompartmental
I B. Extracompartmental
Stage II High-grade
II A. Intracompartmental
II B. Extracompartmental
Stage III Any Grade with metastase
III A. Intracompartmental
III B. Extracompartmental
Stadium konvensional
Radiografi
1. X-ray
Foto polos merupakan hal yang esensial dalam evaluasi pertama dari lesi
tulang karena hasilnya dapat memprediksi diagnosis dan penentuan pemeriksaan
lebih jauh yang tepat. Gambaran foto polos dapat bervariasi, tetapi kebanyakan
menunjukkan campuran antara area litik dan sklerotik. Sangat jarang hanya
berupa lesi litik atau sklerotik.
Gambar 3
Gambar 4
Gnathic tumor dapat berupa litik, sklerotik atau campuran dan sering
terjadi destruksi tulang, reaksi periosteal dan ekstensi pada jaringan lunak.
osteosarkoma intracortical dideskripsikan sebagai gambaran radiolusen
dan geographic, dan mengandung mineralisasi internal dalam jumlah yang kecil.
Osteosarkoma derajat tinggi mempunyai gambaran massa jaringan lunak yang
luas dengan berbagai derajat mineralisasi yang muncul dari permukaan tulang.
Osteosarkoma parosteal secara tipikal merupakan tumor berdensitas tinggi yang
muncul dari area tulang yang luas. Tidak seperti osteochondroma, osteosarkoma
parosteal tidak melibatkan kavitas medulla tulang.
MRI
Diagnosa banding
H. PENATALAKSANAAN
a) Medikamentosa
b) Pembedahan
Autologous bone graft: hal ini dapat dengan atau tanpa vaskularisasi.
Penolakan tidak muncul pada tipe graft ini dan tingkat infeksi rendah. Pada
pasien yang mempunyai lempeng pertumbuhan yang imatur mempunyai
pilihan yang terbatas untuk fiksasi tulang yang stabil (osteosynthesis).
Allograft: penyembuhan graft dan infeksi dapat menjadi permasalahan,
terutama selama kemoterapi. Dapat pula muncul penolakan graft.
Prosthesis: rekonstruksi sendi dengan menggunakan prostesis dapat soliter
atau expandable, namun hal ini membutuhkan biaya yang besar. Durabilitas
merupakan permasalahan tersendiri pada pemasangan implant untuk pasien
remaja.
Rotationplasty: tehnik ini biasanya sesuai untuk pasien dengan tumor yang
berada pada distal femur dan proximal tibia, terutama bila ukuran tumor
yang besar sehingga alternatif pembedahan hanya amputasi.
o Selama reseksi tumor, pembuluh darah diperbaiki dengan cara end-to-
end anastomosis untuk mempertahankan patensi dari pembuluh darah.
Kemudian bagian distal dari kaki dirotasi 180 dan disatukan dengan
bagian proksimal dari reseksi. Rotasi ini dapat membuat sendi ankle
menjadi sendi knee yang fungsional.
o Sebelum keputusan diambil lebih baik untuk keluarga dan pasien
melihat video dari pasien yang telah menjalani prosedur tersebut.
Resection of pulmonary nodules: nodul metastase pada paru-paru dapat
disembuhkan secara total dengan reseksi pembedahan. Reseksi lobar
atau pneumonectomy biasanya diperlukan untuk mendapatkan batas bebas
tumor. Prosedur ini dilakukan pada saat yang sama dengan pembedahan
tumor primer. Meskipun nodul yang bilateral dapat direseksi
melalui median sternotomy, namun lapangan pembedahan lebih baik jika
menggunakan lateral thoracotomy. Oleh karena itu direkomendasikan untuk
melakukan bilateral thoracotomies untuk metastase yang bilateral (masing-
masing dilakukan terpisah selama beberapa minggu).1
Sedangkan yang perlu diperhatikan pada pasien yang rawat jalan antara
lain:
Hitung jenis darah: pengukuran terhadap hitung jenis darah dilakukan dua
kali seminggu terhadap granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF)
pasien, pengukuran G-CSF dapat dihentikan ketika hitung neutrophil
mencapai nilai 1000 atau 5000/L. 1
Kimia darah: sangat penting untuk mengukur kimia darah dan fungsi hati
pada pasien dengan nutrisi parenteral dengan riwayat toksisitas (terutama jika
penggunaan antibiotik yang nephrotoxic atau hepatotoxic dilanjutkan.1
Monitoring rekurensi: monitoring harus tetap dilanjutkan terhadap lab darah
dan radiografi, dengan frekuensi yang menurun seiring waktu. Secara umum
kunjungan dilakukan setiap 3 bulan selama tahun pertama, kemudian 6 bulan
pada tahun kedua dan seterusnya. 1
Follow-up jangka panjang: ketika pasien sudah tidak mendapat terapi selama
lebih dari 5 tahun, maka pasien dipertimbangkan sebagai survivors jangka
panjang. Individu ini harus berkunjung untuk monitoring dengan pemeriksaan
yang sesuai dengan terapi dan efek samping yang ada termasuk evaluasi
hormonal, psychosocial, kardiologi, dan neurologis. 1
I. PROGNOSIS
Faktor yang mempengaruhi prognosis termasuk lokasi dan besar dari
tumor, adanya metastase, reseksi yang adekuat, dan derajat nekrosis yang dinilai
setelah kemoterapi.5
a) Lokasi tumor
b) Ukuran tumor
c) Metastase
Prognosis juga terlihat lebih baik pada pasien dengan nodul pulmoner
yang sedikit dan unilateral, bila dibandingkan dengan nodul yang bilateral, namun
bagaimanapun juga adanya nodul yang terdeteksi bukan berarti metastase. Derajat
nekrosis dari tumor setelah kemoterapi tetap merupakan faktor prognostik. Pasien
dengan skip metastase dan osteosarkoma multifokal terlihat mempunyai prognosa
yang lebih buruk.5
d) Reseksi tumor
BAB II
KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. PS
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Tanggal masuk : 21 September 2015
Ruangan : Teratai
Rumah sakit : RSUD Undata Palu
II. ANAMNESIS
Keluhan utama: nyeri pada lutut kiri
Anamnesis terpimpin: pasien masuk RSUD Undata dengan keluhan nyeri
pada lutut kiri, dialami sejak 3 minggu yang lalu sebelum masuk rumah
sakit. Pasien juga mengeluhkan bengkak pada lutut kirinya sejak 3 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien mengalami jatuh dari pohon
mangga dan jatuh saat melompat pagar 3 minggu yang lalu. Saat itu pasien
dibawa ke tukang urut dan diurut. Pasien juga dibawa ke RS Parigi dan
dipasangi gips, namun pasien melepas sendiri gipsnya setelah 1 minggu.
Lutut pasien bertambah bengkak setelah digunakan kembali untuk berjalan.
Riwayat demam (-), pingsan (-), pusing (-), sakit kepala (-), mual (-), muntah
(-).
Riwayat penyakit sebelumnya: pasien mulai mengeluhkan nyeri lututnya
sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan tiba-tiba dan dirasakan terus-
menerus.
Riwayat pengobatan : pasien sempat berobat 1 kali di RS Parigi, disuntik
antinyeri dilutut, namun nyeri dirasakan kembali.
Riwayat trauma : Riwayat kecelekaan lalu lintas di parigi (motor menabrak
motor) 1 tahun yang lalu, namun tdk ada keluhan saat itu.
Riwayat penyakit keluarga: tidak ada.
Kepala
- Bentuk: Normocephal
- Rambut: lurus, warna hitam distribusi padat.
- Kulit kepala: lesi (-)
- Wajah: Simetris, paralisis fasial (-), afek serasi, deformitas (-).
- Kulit: Keriput (-), pucat (-), sianosis (-), massa (-), turgor <2 detik.
Mata
- Eksoftalmus (-), palpebra edema (-), fungsi N. II baik, ptosis (-), kalazion
(-), pembengkakan saccus lacrimalis (-)
- Kornea: Katarak (-)
- Pupil: Bentuk isokor, bulat, diameter 2mm/2mm, refleks cahaya
langsung +/+ refleks cahaya tidak langsung +/+.
- Konjungtiva: anemis -/-
- Sklera: ikterik (-)
Mulut
- Bibir: sianosis (-), pucat (-)
- Gusi: gingivitis (-)
- Gigi: karies dentis (+)
- Lidah: deviasi lidah (-), lidah kotor (-), tremor (-)
- Tonsil: T1/T1 hiperemis (-)
Leher
- Inspeksi: jaringan parut (-), massa (-)
- Palpasi: pembengkakan kelenjar limfe (-), pembesaran pada kelenjar tiroid
(-), nyeri tekan (-), JVP R5 + 2 cm H2O
- Trakhea: deviasi trakhea (-)
Paru
- Inspeksi: normochest, retraksi (-), massa (-), cicatrix (-), spider nevi (-)
- Palpasi: nyeri tekan (-), ekspansi paru simetris kiri dan kanan, fremitus
taktil kesan normal.
- Perkusi: sonor (+) di seluruh lapang paru, batas paru hepar SIC VI dextra.
- Auskultasi: vesicular +/+, bunyi tambahan (-).
Jantung
- Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
- Palpasi: ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula (s), thrill (-)
- Perkusi
Batas atas : SIC II linea parasternal dextra et sinistra
Batas kanan: SIC V linea parasternal dextra
Batas kiri : SIC V linea midclavicula sinistra
- Auskultasi: bunyi jantung I/II murni reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
- Inspeksi: bentuk cembung terhadap thorax dan symphisis pubis, massa
(-), cicatrix (-).
- Auskultasi: peristaltik (+) kesan normal ( 20 kali/menit) diseluruh
kuadran abdomen , Bruit (-), friction rub (-)
- Perkusi: timpani (+) diseluruh kuadran abdomen, ascites (-)
- Palpasi: hepar/lien tidak teraba, nyeri tekan (+), ginjal tidak teraba.
Ekstremitas
- Atas: edema (-), akral dingin (-/-), ROM normal, refleks fisiologis
normal, refleks patologis (-), kekuatan 5/5, tonus normal. (status lokalis)
- Bawah: edema (-), akral dingin (-/-), ROM normal, refleks fisiologis
normal, refleks patologis (-), kekuatan 5/5, tonus normal.
Status lokalis:
- Regio : genue sinistra
- Inspeksi : tidak tampak luka, oedem (+), deformitas (+), hiperemis
(-) warna sama dengan kulit sekitar.
Gambar 7.
IV.RESUME
Pasien laki-laki 19 tahun masuk RSUD dengan keluhan nyeri pada lutut kiri,
dialami sejak 3 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga
mengeluhkan bengkak pada lutut kirinya sejak 3 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Sebelumnya pasien mengalami jatuh dari pohon mangga dan
jatuh saat melompat pagar 3 minggu yang lalu. Saat itu pasien dibawa ke
tukang urut dan diurut. Pasien juga dibawa ke RS Parigi dan dipasangi gips,
namun pasien melepas sendiri gipsnya setelah 1 minggu. Lutut pasien
bertambah bengkak setelah digunakan kembali untuk berjalan.
Pemeriksaan fisik:
- Regio : genue sinistra
- Inspeksi : tidak tampak luka, oedem (+), deformitas (+), hiperemis
(-) warna sama dengan kulit sekitar.
- Palpasi : nyeri tekan setempat (-), suhu sama dengan sekitar.
- ROM : gerakan aktif-pasif pada sendi lutut terbatas karena nyeri.
- NVD : CRT <2 detik.
- Sensoris : dalam batas normal
- Motoris : teraba A. dorsalis pedis
V. DIAGNOSIS AWAL
Suspek osteosarcoma
Radiologi
VIII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
IVFD futrolit 20 tetes/menit
Inj. Sharox 1 gram/12 jam
Inj. Ranitidin 1 ampul/12 jam/IV
Inj. Ketorolac 1 ampul/12 jam/IV
Non-medikamentosa: open biopsi
IX. PROGNOSIS
Faktor yang mempengaruhi prognosis termasuk lokasi dan besar dari tumor,
adanya metastase, reseksi yang adekuat, dan derajat nekrosis.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus, pasien laki-laki 19 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
nyeri pada lutut kiri akibat trauma pada patella sinistra. Trauma yang terjadi
dicurigai merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri yang dirasakan pasien.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada lokasi trauma, yaitu pada
regio genue sinistra, pada inspeksi tidak tampak luka, terdapat edema dan
deformitas dan juga warna sama dengan kulit sekitar daerah tersebut. Edema pada
daerah ini, yang dicurigai merupakan penyebab nyeri pada lutut pasien.
Gambar 8
1. Patel SR, Benjamin RS. 2008. Soft Tissue and Bone Sarcomas and Bone
Metastases. dalam: Kasper DL et al. Harrisons Principles of Internal
Medicine 17th ed. USA: McGRAW-HILL.
2. Sjamsuhidajat, De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC; Jakarta; 2014
3. Kawiyana S. 2009. Osteosarcoma, Diagnosis dan Penanganannya.
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/dr%20siki_9.pdf,
4. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Balai Penerbit FKUI;
Jakarta; 2008
5. Springfield D. 2010. Orthopaedics. dalam: Brunicardi FC. Schwartzs
Manual of Surgery 8th ed. USA: McGRAW-HILL.
6. Hide Geoff. 2008. Imaging in Classic Osteosarcoma. http://emedicine.
medscape.com/article/393927-overview.