Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas karunia
dan rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini disusun dalam rangka untuk melengkapi tugas mata kuliah
Perlengkapan Kapal di jurusan Teknik Perkapalan FTK ITS.

Makalah ini berjudul Emergency Position-Indicating Radio Beacon


(EPIRB) yang berisi tentang pembahasan mengenai sebuah alat
komunikasi pada kapal, berupa benda yang dapat memancarkan sinyal
dalam keadaan darurat yang diharapkan dapat memberikan kontribusi
untuk mendeteksi lokasi suatu kapal dalam keadaan distress sehingga
mempermudah proses pencarian kapal tersebut.

Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ir. Hesty Anita
Kurniawati, M.Sc. selaku dosen kami dan pihak-pihak lain yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih ada kekurangan


yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran yang
dapat membangun sangat diharapkan oleh penulis. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat dan dapat berguna oleh pembaca.

Surabaya, 23 November 2016

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
BAB II BRIDGE NAVIGATIONAL WATCH ALARM SYSTEM (BNWAS)...........................2
2.1 Regulasi tentang BNWAS...........................................................................2
2.2 Pengertian BNWAS.................................................................................... 3
2.3 Tujuan Penggunaan BNWAS......................................................................3
2.4 Desain dan Instalasi BNWAS.....................................................................4
2.5 Kelebihan dan Kekurangan dari BNWAS....................................................6
2.6 Cara Kerja System (BNWAS).....................................................................7
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Jadwal pemberlakuan BNWAS menurut SOLAS Bab V Peraturan
19................................................................................................................2
Gambar 2 Bridge Navigational Watch Alarm System..................................3
Gambar 3 Bentuk BNWAS............................................................................4
Gambar 4 Urutan operasional dari BNWAS.................................................7
Gambar 5 Tombol pada BNWAS...................................................................7
Gambar 6 Diagram sistematik BNWAS........................................................8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada transportasi laut misalnya kapal, sekarang ini telah banyak
kejadian kecelakaan. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor yang
tidak dapat dipungkiri. Dalam berbagai kasus sering ditemukan adanya
hambatan dalam mencari lokasi dimana suatu kapal dalam keadaan
distress. Sehingga hal itu menyebabkan terhambatnya penanganan
oleh badan penyelamatan (SAR). Maka diperlukan suatu alat
komunikasi yang secara otomatis dapat memancarkan sinyal dalam
keadaan darurat sehingga dapat memberikan suatu peringatan tanda
bahaya dan informasi lokasi secara cepat dan andal apabila sebuah
kapal dalam suatu keadaan distress. Sehingga diciptakanlah suatu alat
yang disebut Emergency Position-Indicating Radio Beacon atau biasa
disingkat dengan EPIRB.

1.2. Tujuan

Tujuan dari makalah ini agar pembaca memahami EPIRB dan


pentingnya peralatan komunikasi yang baik untuk keselamatan.
BAB II
EMERGENCY POSITION-INDICATING
RADIO BEACON (EPIRB)

2.1 Regulasi tentang EPIRB

Emergency Position-Indicating Radio Beacon atau biasa disingkat


dengan EPIRB mulai diperkenalkan melalui SOLAS BAB IV Peraturan
7.1.6 tentang Radio Komunikasi yang menyatakan bahwa sejalan
dengan Peraturan 4 diperlukan EPIRB dimana mampu mengirimkan
peringatan marabahaya baik melalui layanan satelit yang mengorbit
kutub yang beroperasi di pita 406 MHz atau jika kapal bergerak
hanya pada pelayaran dalam layanan satelit geostasioner INMARSAT
yang beroperasi di pita 1,6 GHz. Adapun syarat-syarat EPIRB sesuai
dengan ketentuan SOLAS BAB IV Peraturan 7.1.6 adalah sebagai
berikut:
1. Dipasang dalam posisi mudah diakses
2. Siap diluncurkan secara manual dan mampu dibawa oleh satu
orang yang masuk kedalam survival craft
3. Mampu mengambang bebas jika kapal tenggelam dan secara
otomatis aktif ketika mengapung
4. Mampu diaktifkan secara manual

2.2 Pengertian EPIRB

Emergency Position-Indicating Radio Beacon atau biasa


disingkat dengan EPIRB adalah salah satu peralatan komunikasi
yang dipasang di sisi luar dek utama maupun tempat lain yang
mudah diakses untuk memberikan peringatan tanda marabahaya
secara otomatis dan informasi lokasi. EPIRB berfungsi untuk
memberikan tanda marabahaya secara otomatis dan informasi
lokasi dalam kasus dimana suatu kapal tenggelam sangat cepat
sehingga awak kabin tidak sempat mengirimkan panggilan SOS
atau Mayday untuk memberikan perhatian, maupun ketika semua
alat komunikasi gagal dilakukan. Hal ini dilakukan dengan
mengirimkan pesan kode pada frekuensi tertentu melalui stasiun
satelit dan bumi ke pusat penyelamatan koordinasi terdekat.
Beberapa EPIRB juga memiliki built-in GPS yang memungkinkan
layanan penyelamatan secara akurat yang dapat menemukan objek
sampai +/- 50 meter.

2.3 Tujuan Penggunaan EPIRB

Tujuan Emergency Position-Indicating Radio Beacon atau biasa


disingkat dengan EPIRB adalah untuk memberikan tanda
marabahaya secara otomatis dan informasi lokasi dalam kasus
dimana suatu kapal tenggelam sangat cepat menyebabkan awak
kabin tidak sempat mengirimkan panggilan SOS atau Mayday
untuk memberikan perhatian adanya kecelakaan, maupun ketika
semua alat komunikasi gagal dilakukan sehingga memudahkan
penentuan posisi mereka yang harus ditolong dalam usaha
pencarian dalam pemberian pertolongan.

2.4 Desain dan Instalasi EPIRB

EPIRB dapat dioperasikan secara otomatis atau manual


saat terjadi kecelakaan. EPIRB standar sekurang kurangnya
seharga 375 ($600), dengan GPS terpasang didalamnya memiliki
harga yang lebih tinggi. Setelah membeli EPIRB, tidak ada lagi biaya
tambahan, kecuali biaya penggantian baterai. Tidak seperti alat
penyelamatan dengan pendeteksi lokasi lainnya, EPIRB tidak
menggunakan biaya tambahan untuk sistem deteksi lokasi.

Kebanyakan EPIRB dilengkapi dengan baterai yang


bertahan minimal 5 tahun, jika tidak digunakan. Beberapa produk
memiliki baterai yang bisa diganti oleh pemilik, seperti Kannad
Marine EPIRB dengan GPS, akan tetapi banyak pula yang perlu
diganti oleh perusahaan yang memproduksi (biasanya untuk
penggantian baterai dan tambahan harga untuk baterai baru).
Gambar 1.1 Bentuk EPIRB

2.5 Jenis-Jenis EPIRB

EPIRB mengirimkan kode identifikasi digital pada 406 MHz, dan


berdaya rendah sinyal homing pada 121,5 MHz. EPIRB yang
dioperasikan pada frekuensi 406 MHz dilayani oleh satelit COSPAS-
SARSAT, dan biasa disebut EPIRB 406 MHz. EPIRB 406 MHz dibagi
menjadi dua kategori, yaitu

EPIRB Kategori I
EPIRB yang secara otomatis diaktifkan. Aktivasi otomatis dipicu ketika
EPIRB dilepaskan dari braket. EPIRB kategori I disimpan di braket
khusus yang dilengkapi dengan rilis hidrostatik. Mekanisme ini
melepaskan EPIRB pada kedalaman air dari 3-10 kaki. EPIRB kemudian
mengapung ke permukaan dan mulai melakukan pemancaran.

EPIRB Kategori II
EPIRB yang secara manual diaktifkan. Khusus untuk EPIRB kategori II,
harus disimpan di lokasi yang paling mudah diakses dengan cepat
dalam keadaan darurat.

Pada EPIRB 406 MHz sinyalnya dapat langsung dideteksi oleh satelit
geostasioner. Ini berarti bahwa sinyal singkat yang secara tidak
disengaja diberikan dapat diterima sehingga dapat menghasilkan
peringatan palsu. Untuk menghindari panggilan dari Coast Guard
pastikan bahwa ketika menguji EPIRB harus mematuhi peraturan dan
rekomendasi dari pabrikan.

2.6 Cara Kerja EPIRB

Anda mungkin juga menyukai