Dalam prosedur pendesainan pondasi pelat, distribusi tekanan sentuh di bawah dasar
pondasi tentunya harus diketahui terlebih dahulu sebelum menghitung momen
lentur, gaya geser, dan estimasi penurunan akibat pemampatan lapisan tanah di
sekitar pondasi. Distribusi tekanan sentuh ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain eksentrisitas beban, besarnya gaya momen yang bekerja, kekakuan struktur
pondasi, hubungan antara karateristik tegangan-deformasi serta tingkat kekasaran
dasar pondasi (Gambar 1).
ks = p/s
dengan,
ks = koefisien reaksi subgrade atau spring constant (kN/m3)
p = reaksi subgrade (kN/m2)
s = penurunan (m)
Gambar 2. Koefisien reaksi subgrade (ks) hanya berlaku pada daerah elastis.
Menurut Bowles (1997) dalam prakteknya sangatlah sulit membuat pondasi pelat
yang benar-benar kaku dengan distribusi reaksi subgrade (p) pada dasar pondasi
harus bersifat planar, dikarenakan pondasi yang kaku tetap rata saat mengalami
penurunan. Pondasi yang kaku harus memenuhi persyaratan keseimbangan bahwa
reaksi subgrade total sama dengan jumlah beban vertikal yang bekerja pada subgrade
dan momen beban vertikal terhadap sembarang titik sama dengan momen reaksi
subgrade total terhadap titik tersebut. Distribusi reaksi subgrade pada dasar pondasi
pelat yang kaku tidak bergantung pada derajat kompresibilitas subgrade. Kenyataan
ini memudahkan penjelasan perbedaan reaksi subgrade dan tekanan sentuh yang
sebenarnya. Jika beban resultan Q pada pondasi pelat setempat tersebut bekerja pada
titik berat pelat pondasi dengan luasan A, reaksi subgrade tersebar secara seragam
pada dasar pondasi tersebut sebesar Q/A di setiap titik. Namun pada distribusi
tekanan sentuh yang sebenarnya pada dasar pondasi yang sama mungkin sama sekali
tidak seragam. Distribusi tersebut bergantung pada karakteristik tegangan deformasi
dari subrade pada intensitas beban tersebut. Pada pondasi pelat yang sangat kaku,
karena distribusi reaksi subgradenya sederhana maka perhitungan dapat dilakukan
dengan analisis struktur konvensional seperti pada Gambar 3.
Untuk pendekatan praktis, asumsi distribusi linear reaksi subgrade dapat digunakan
dalam pendesainan pondasi pelat setempat. Namun demikian pada kasus seperti
dimensi pondasi yang relatif panjang atau lebar dan ketebalan pelat yang relatif tipis
tentunya harus dianalisis dengan pendekatan pondasi pelat yang fleksibel.
Pada pondasi pelat yang fleksibel, distribusi reaksi subgrade bergantung pada
besarnya nilai ks dan kekakuan lentur pondasinya. Fleksibilitas pelat berpengaruh pada
berkurangnya penurunan mulai dari pusat ke arah tepi pondasi, sehingga reaksi
subgrade juga berkurang mulai dari maksimum di bagian tengah sampai minimum
pada daerah tepinya. Jika pondasi pelat sangat fleksibel, bagian tepi pondasi
kemungkinan naik dan reaksi subgrade di bawah bagian luar pelat dapat menjadi nol.
Jika beban resultan Q pada pondasi pelat setempat tersebut bekerja pada titik berat
pelat pondasi dengan luasan A, maka jumlah reaksi subgrade pada dasar pondasi
tersebut harus sama dengan beban resultan Q ditambah berat sendiri pelat pondasi
(Wpelat) seperti persamaan di bawah ini.
Q + Wpelat = p dA + s.ks dA
Tabel 1. Kisaran nilai koefisien reaksi subgrade atau spring constant (ks)
(Bowles, 1997)
Jenis Tanah ks (kN/m3)
Loose sand 4800 - 16000
Medium dense sand 9600 - 80000
Dense sand 64000 - 128000
Clayey medium dense sand 32000 - 80000
Silty medium dense sand 24000 - 48000
Clayey soil:
qa < 200 kPa 12000 - 24000
200 < qa < 800 kPa 24000 - 48000
qa > 800 kPa > 48 000
Untuk pendekatan nilai ks, Bowles (1997) menyarankan nilai ks ditentukan dari
kapasitas dukung ijin tanah (qa) dengan rumus, ks= 40 x SF x qa ; jika faktor aman (SF)
diambil 3 maka nilai ks= 120 x qa.
Hasil analisis pondasi pelat dengan FEM adalah penurunan, momen lentur, dan reaksi
subgrade.
Struktur atas dimodelkan dengan tumpuan jepit dan dianalisis terpisah dengan
struktur pondasinya.
Reaksi tumpuan berdasarkan hasil analisis struktur pada struktur atas
kemudian diaplikasikan pada struktur pondasi sebagai beban pondasi.
Berdasarkan nilai momen lentur dan beban aksial yang bekerja pada pondasi
maka dapat dihitung dimensi pondasi yang diperlukan.
Beberapa metode dalam penentuan tekanan sentuh di bawah dasar pondasi dapat
dikelompokkan menjadi metode distribusi linear tekanan sentuh, metode pondasi
elastik yang sederhana dan yang lebih maju. Untuk pondasi yang relatif kecil atau
pondasi yang kaku, metode distribusi linear tekanan sentuh merupakan
penyederhanaan yang sesuai. Sedangkan untuk pondasi yang relatif besar atau
fleksibel, metode pondasi elastik lebih sesuai untuk digunakan. Disebut dengan
metode sederhana pondasi elastik karena penggunaan nilai spring constant (ks) rata-
rata dalam perhitungannya. Pada metode pondasi elastik yang lebih maju,
penggunaan nilai spring constant (ks) yang bervariasi di sepanjang pondasi dalam
perhitungannya. Menurut Ulrich (1995), hal ini disebabkan penggunaan spring
constant (ks) yang seragam dalam desain pondasi pelat merupakan penyederhanaan
yang berlebihan dari tekanan sentuh di bawah dasar pondasi yang akan
menyebabkan kesalahan dalam desain.
Metode yang lebih rumit dalam penentuan tekanan sentuh di bawah dasar pondasi
pelat adalah dengan mempertimbangkan kesesuaian antara penurunan pondasi dan
deformasi yang terjadi pada struktur atas sebagai bentuk dari interaksi tanah-struktur
(soil structure interaction).
Menurut Lopes (2000), kekurangan dari model Winkler adalah penurunan hanya
terjadi pada titik-titik di bawah dasar pondasi yang mengalami pembebanan pondasi
Jawab :
Nilai ks masing-masing joint pada elemen mesh 0,10 x 0,10 m pada Gambar 4,
Pada joint tengah = 31800 x 0,12 = 318 kN/m (mis. joint 17 s/d 29, 32 s/d 44)
Pada joint tepi = 31800 x 0,12 / 2 = 159 kN/m (mis. joint 2 s/d 15)
Pada joint ujung pondasi = 31800 x 0,12 / 4 = 79,5 kN/m (joint 1,15,241, dan 255)
Gambar 5. Pembebanan pondasi pelat setempat dan reaksi subgrade yang terjadi.
Jawab :
Jawab :
Beban pondasi pelat harus dirancang untuk menahan beban terfaktor (mis. dari
kombinasi beban 1,2.DL + 1,6.LL) dan reaksi tanah yang diakibatkannya. Luas bidang
dasar pondasi pelat atau jumlah penempatan tiang pancang harus ditetapkan
berdasarkan gaya dan momen tidak terfaktor (mis. dari kombinasi beban DL + LL)
yang disalurkan oleh pondasi pada tanah atau tiang pancang dan berdasarkan
tekanan tanah ijin atau kapasitas tiang ijin yang ditentukan berdasarkan prinsip
mekanika tanah.
Berdasarkan hasil analisis struktur besarnya penurunan (s) pada titik pusat pondasi
pelat setempat untuk kombinasi DL+LL adalah -0,00586 m, sehingga reaksi subgrade
yang terjadi adalah p = ks .s = 12000 x 0,00586 = 70,32 kN/m2 < qa (= 100 kN/m2)
(aman).
Besarnya momen terfaktor maksimum untuk sebuah pondasi pelat setempat harus
dihitung dengan membuat potongan bidang vertikal pada pondasi tersebut dan
menghitung momen dari semua gaya yang bekerja pada satu sisi dari bidang pondasi
pelat setempat yang dipotong oleh bidang vertikal tersebut. Penampang kritis untuk
perhitungan momen terletak pada muka kolom, pedestal atau dinding.
Momen terfaktor arah x dan y (Mu11 dan Mu22) adalah sama untuk beban dan bentuk
pelat pondasi yang simetris sehingga momen maksimum yang terjadi pada pelat
pondasi di penampang kritis muka kolom adalah Mu = +16,875 kN.m/m (Gambar 14)
Langkah perhitungan penulangan tunggal pada pelat pondasi adalah sebagai berikut,
Reaksi tumpuan yang bekerja pada pondasi pelat bekerja ke arah x dan y, untuk itu
perhitungan kuat gesernya harus mempertimbangkan kuat geser pons dan kuat geser
lentur. Penentuan ketebalan pelat pondasi biasanya didasarkan atas perhitungan kuat
geser pondasi, setelah itu untuk keperluan efisiensi jumlah penulangan ketebalan
pelat pondasi dapat ditambahkan. Ketebalan pondasi pelat di atas lapisan tulangan
bawah tidak boleh kurang dari 150 mm untuk pondasi pelat di atas tanah; ataupun
tidak kurang dari 300 mm untuk pondasi pelat di atas tiang pancang.
Pada perhitungan geser pons didasarkan atas perilaku kolom yang cenderung untuk
menekan atau melubangi pelat pondasi yang mengakibatkan timbulnya tegangan di
sekeliling kolom. Beberapa penelitian membuktikan bentuk kegagalan kuat geser
pons berupa retakan yang membentuk kerucut atau piramida terpancung melebar ke
bawah. Penampang kritis geser pons ditentukan sebagai bidang vertikal terhadap
pelat pondasi, mengelilingi kolom dengan keliling minimum (bo) pada jarak tidak
kurang dari setengah tinggi efektif (.d) pelat pondasi dari muka kolom (Gambar 15a
dan 15c). Untuk kolom tepi di titik dimana kantilever pelat melebihi ukuran kolom,
perimeter kritis bisa bersisi tiga atau bersisi empat. Besarnya nilai kuat geser beton (Vc )
untuk perhitungan geser pons adalah nilai terkecil dari 3 persamaan berikut ini dalam
satuan N-mm,
c) (1/6.
Vc = (1 + 2/ fc).bo.d
dengan c adalah rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek
pada kolom, nilai c 1,
s d/ bo + 2)(1/12.
Vc = ( fc).bo.d
dengan s adalah 40 untuk kolom interior, 30 untuk kolom
tepi dan 20 untuk kolom sudut,
fc).bo.d
Vc = (1/3.
Sedangkan untuk perhitungan kuat geser lentur, penampang kritis geser adalah
bidang vertikal memotong lebar di tempat yang berjarak sama dengan tinggi efektif
(d) dari muka kolom (Gambar 15b dan 15c). Persamaan kuat geser beton (Vc) untuk
perhitungan geser lentur dalam satuan N-mm adalah,
fc).bw.d
Vc = (1/6.
Untuk kedua jenis kuat geser pada pondasi pelat setempat apabila keduannya tanpa
penulangan geser, sebagai dasar perencanaan kuat geser adalah Vu Vn dengan
Vn = Vc. Faktor reduksi kekuatan () untuk perhitungan kuat geser adalah 0,75.
5 5
4 4
A
B B
2 1
3 1
6 6
4
A4
B B
3 1
3 2 1
d 45 th
3 2 1
d L d
L
Aeberhard, H.U, Ganz,H.R, Marti, P., Schuler, W., 1990, Post-Tensioned Foundation, VSL
International, Switzweland.
Bowles, J.E, 1997, Foundation Analysis and Design 5th Ed, McGraw-Hill, Singapore.
Coduto, D.,P, 1994, Foundation Design : Principles and Practices, Prentice Hall
International, New Jersey.
Lopes, F.,R, 2000, Design of Raft Foundation on Winkler Springs, Design Applications
of Raft Foundations (Hemsley ed.), Thomas Telford, UK.
Terzaghi, K., Peck, R.B, Mesri, G., 1996, Soil Mechanics in Engineering Practice 3th Ed,
John Wiley & Sons, New York.
Udiyanto, 1999, Menghitung Beton Bertulang, Divisi Penerbitan BPPS HMSFT,
Universitas Diponegoro
Ulrich, E., J, 1995, Subgrade reaction in mat foundation design - Design and
Performace of Mat Foundation, ACI Publication SP-152.