Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Penerapan sistem akuntansi pemerintahan dari suatu negara akan sangat bergantung
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku pada negara yang bersangkutan. Ciri-
ciri terpenting atau persyaratan dari sistem akuntansi pemerintah menurut PBB dalam
bukunya A Manual for Government Accounting, antara lain disebutkan bahwa:
1. Sistem akuntansi pemerintah harus dirancang sesuai dengan konstitusi dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku pada suatu negara.
2. Sistem akuntansi pemerintah harus dapat menyediakan informasi yang akuntabel dan
auditabel (artinya dapat dipertanggungjawabkan dan diaudit).
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah sistem akuntansi yang mengolah
semua transaksi keuangan, aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah pusat, yang
menghasilkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang tepat waktu dengan mutu
yang dapat diandalkan, baik yang diperlukan oleh badan-badan di luar pemerintah pusat
seperti DPR, maupun oleh berbagai tingkat manajemen pada pemerintah pusat.
Namun demikian, pada dasawarsa terakhir yang berkulminasi diundangkannya tiga paket
keuangan negara, terdapat dorongan yang kuat untuk memperbaharui akuntansi
pemerintahan di Indonesia. Beberapa faktor penting yang menjadi pendorong tumbuh
pesatnya perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia akhir-akhir ini antara lain,
adalah:
5. Masyarakat (LSM dan wakil rakyat). Masyarakat melaiui LSM dan wakil rakyat di
DPR, DPD, dan DPRD juga menaruh perhatian terhadap praktikgood governance pada
pemerintahan di Indonesia. Ditetapkannya undang-undang yang menyangkut tiga paket
keuangan negara dan pemerintahan daerah merupakan cerminan dari kontribusi aktif para
wakil rakyat di DPR. Di samping itu, pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN/APBD
memerlukan persetujuan dari DPR/DPRD.
6. Sektor Swasta. Perhatian dari sektor swasta mungkin tidak terlalu signifikan karena
akuntansi pemerintahan tidak terlalu berdampak secara langsung atas kegiatan dari sektor
swasta. Namun, penggunaan teknologi informasi dan pengembangan sistem informasi
berbasis akuntansi akan mendorong sebagian pelaku bisnis di sektor swasta untuk ikut
menekuninya.
8. Dunia Internasional (lender dan investor). World Bank, ADB, dan JBIC, merupakan
lembaga internasional (lender), yang ikut berkepentingan untuk berkembangnya akuntansi
sektor publik yang baik di Indonesia. Perkembangan akuntansi tadi diharapkan dapat
meningkatkan transparansi dan akuntanbilitas dari proyek pembangunan yang didanai oleh
lembaga tersebut. Lembaga ini, baik langsung maupun secara tidak langsung, ikut
berperanan dalam mendorong terwqjudnya standar akuntansi pemerintahan yang menopang
perubahan akuntansi pcnwrrntaiarn di Indonesia.
10. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. APIP yang meliputi Bawasda, Irjen, dan
BPKP merupakan auditor intern pemerintah yang berperan untuk membantu pimpinan
untuk terwujudnya sistem pengendalian intern yang baik sehingga dapat mendorong
peningkatan kinerja instansi pemerintah sekaligus mencegah praktek-praktek KKN.
Akuntansi pemerintahan sangat erat kaitan dan dampaknya terhadap sistem pengendalian
intern sehingga auditor intern mau tidak mau harus memiliki kemampuan di bidang
akuntansi pemerintahan sehingga dapat berperan untuk mendorong penerapan akutansi
pemerintahanyang sedang dikembangkan.
Meskipun ada perbaikan dalam akuntansi pemerintah di atas, penyempurnaan yang bersifat
mendasar belum pernah dilakukan, sedangkan sistem tersebut mempunyai kelemahan yaitu:
5. Tidak ada standar dan prinsip akuntansi pemerintah untuk menjaga ke-
wajaran dan keseragarnan perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan
pcrncrintah.
Dari tujuan utama di atas, penyusunan sistem akuntansi pemerintah pusat telah
dilaksanakan dan dilakukan implementasi secara bertahap. Penyusun standar dan prinsip
telah dilakukan seiring dengan penyusunan sistem akuntansi dan pembentukan pusat
akuntansi juga telah terselenggara dengan diresmikannya Badan Akuntansi Keuangan
Negara (BAKUN) pada Departemen Keuangan RI berdasarkan Keputusan Presiden Nomor
35/1992 tanggal 7 Juli 1992. Untuk mengembangan usaha yang telah ada, maka
dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 295/KMK.012/2001 tentang Tata
Pelaksanaan Pembukuan dan Pelaporan Keuangan pada Departemen/Lembaga dan
diimplementasikan tahun 2001.
Meski sudah ada BAKUN, pelaksanaan implementasi sistem dimaksud bukannya tidak
mengalami hambatan. Karena tak ada kewajiban dari peraturan perundang-undangan, maka
sistem akuntansi pemerintah pusat, departemen dan nondepartemen masih menggunakan
sistem pembukuan tunggal yang dalam banyak hal sulit dipertanggungjawabkan
kualitasnya. Dalam dunia akuntansi, sistem yang lebih dapat dipertanggungjawabkan
adalah sistem akuntansi berpasangan yang mewajibkan semua catatan akuntansi dimulai
dengan teknologi penjurnalan debit-kredit selalu seimbang berpasangan.
Patut dicatat, pada kebanyakan pandangan pakar akuntansi, sistem pem bukuan tunggal
belum pantas disebut sebagai suatu akuntansi. Yang disebut laporan keuangan berfokus
hanya pada laporan realisasi anggaran semata.
Catatan pemerintah pusat tentang investasi jangka panjang dan utang dilakukan secara tak
terstruktur atau informal. Di dalamnya termasuk catatan pengeluaran yang menggunakan
dana luar negeri, seperti bantuan, hibah dan utang. Karena standar akuntansi
kepemerintahan RI saat itu belum ada, praktek akuntansi pemerintah juga belum sesuai
prinsip akuntansi kepemerintahan yang berlaku umum, kode rekening akuntansi baku dan
berlaku bagi semua departemen/lembaga belum ada, serta neraca tak mungkin disusun
apalagi diterbitkan.
Pada tahun 1995, sebagai lanjutan dari pinjaman Bank Dunia dikembang kan lagi sistem
akuntansi pemerintah berbasis komputer yang open system melalui Proyek Pengembangan
Sistem Akuntansi Pemerintah tahap II dan implementasinya dilaksanakan secara bertahap.
Pada tahun 1999 telah dilakukan implementasi sistem akuntansi instansi untuk seluruh
Departemen/lembaga yang dapat menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.
Namun demikian masih menghadapi masalahenforcement-nya, karena pada saat itu masih
belum ada ketentuan perundangan yang mewajibkan penyusunan lapor an keuangan yang
Iengkap.
Paket Bantuan IMF tahun 1997/1998 berisi persyaratan good governance umumnya,
reformasi manajemen keuangan, lebih khusus lagi tentang reformasi akuntansi
pemerintahan. Reformasi akuntansi pemerintah mendapat momentumnya dengan terbitnya
UU Nomor 17 tahun 2003 tentang, Keuangan Negara yang mewajibkan adanya
suatu Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai basis penyusunan laporan keuangan
instansi pemerintah, diperkuat dengan UU Pemeriksaan Keuangan Negara. UU tersebut
menyatakan kebutuhan mendesak akan Standar Akuntansi sebagai basis penyusunan dan
audit laporan keuangan instansi pemerintah oleh BPK. Tanpa standar BPK tidak dapat
menerbitkan opini audit.
UU Perbedaharaan Negara Nomor 1 tahun 2004 mempunyai implikasi jadwal kerja amat
ketat dan bersanksi. Bentuk pertanggungjawaban APBN/APBD adalah laporan keuangan
yang harus sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Agar dalam penyusunan standar
akuntansi pemerintahan objektif maka dalam tahun 2002 (sebelum disahkan UU Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara) menteri keuangan membentuk Komite Standar
Akuntansi Pemerintah Pusat dan Pernerintah daerah.
Menurut ketentuan UU No. 1 Tahun 2004 Menteri atau pimpinan lembaga selaku pengguna
anggaran menyusun laporan keuangan dan disampaikan paling lambat 2 bulan setelah tahun
anggaran berakhir. Menteri Keuangan menyusun laporan keuangan pmerintah pusat untuk
disampaikan kepada presiden dalam tiga bulan setelah tahun anggaran yang lalu berakhir
setidak-tidaknya meliputi Laporan realisasi APBN. neraca, laporan arus kas dan catatan atas
lapuran keuangan yang dilampiri laporan keuangan perusahaan negara. Selanjutnya, BPK
membuat laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dilengkapi dengan opini seperti
umumnya dilakukan auditor eksternal
Penyelenggaraan sistem akuntansi pemerintah pusat berbasis double entry memiliki dasar
hukum sebagai berikut:
2. Keputusan Menteri Keuangan No. 476/KMK.O1/1991 tanggal 24 Mei 1991 tentang Sistem
Akuntansi Pemerintah.
Tujuan SAPP adalah untuk menyediakan informasi keuangan yang diperlukan dalam
hal perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pengendalian anggaran,
perumusan kebijaksanaan, pengambil keputusan dan penilaian kinerja pernerintah dan
sebagai upaya untuk mempercepat penyajian Perhitungan Anggaran Negara (PAN), serta
memudahkan pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif clan efisien.
2. Akuntansi anggaran
Penggunaan basis kas ini sesuai dengan Undang-Undang Perbendarahaan Indonesia dan
Keppres Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
Standar dan prinsip akuntansi adalah norma atau aturan dalam praktek yang dapat diterima
oleh profesi, dunia usaha, dan departemen/lembaga pemerintah yang berkcpentingan
dengan laporan keuangan.
Sistem dirancang agar pelaksanaan akuntansi dilakukan secara berjenjang dan dimulai pada
sumber data di daerah atau propinsi dan digunakan sebagai pedoman penyusunan unit-unit
akuntansi baik di tingkat wilayah maupun tingkat pusat.
Perkiraan yang digunakan unit akuntansi dan mata anggaran pada unit operasional anggaran
dan pelaksanaan anggaran sama, baik klasifikasi maupun istilahnya agar dapat memastikan
bahwa anggaran dan laporan realisasinya menggunakan istilah yang sama, serta
meningkatkan kemampuan sistem akuntansi untuk memberikan informasi/laporan yang
relevan, berarti, dan dapat diandalkan. Selain itu dapat digunakan untuk memudahkan
pengawasan atas ketaatan dengan pagu yang ditentukan dalam UU-APBN dan dalam do-
kumenallotment (DIK/DIP/SKO), serta memungkinkan perbandingan data laporan
keuangan, baik dalam satu laporan maupun antarlaporan.
Sistem Akuntansi Pernerintah Pusat, yang selanjutnya disebut SAPP, adalah serangkaian
prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan Pernerintah
Pusat. SAPP terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) dan Sistem Akuntansi Instansi
(SAI) yang menghasilkan Laporan Keuangan Pernerintah Pusat. SiAP memproses data
transaksi Kas Umum Negara dan Akuntansi Umum, sedangkan SAI memproses data
transaksi keuangan dan barang yang dilaksanakan oleh kementerian negara/ Icmhaga.
Sistem Akuntansi Pemerintah terbagi menjadi dua sistem utama yang mempunyai data
dan informasi akuntansi timbal halik yaitu:
Sistem Akuntasi Pusat, yang selanjutnya disebut SiAP, adalah serangkaian prosedur
manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada
Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.
SiAP terdiri dart SAKUN dan SAU. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara, yang
selanjutnya disebut SAKUN, adalah sub-SiAP yang menghasilkan Laporan Arus Kas dan
Neraca Kas Umum Negara yang selanjutnya disebut Neraca KUN. Sistern Akuntansi
Umum, yang selanjutnya disebut SAU adalah sub-SiAP yang menghasilkan Laporan
Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat dan Neraca.
Dalam rangka pelaksanaan SiAP sebagaimana dimaksud:
b. KPPN Khusus memproses data transaksi pengcluaran yang, berasal dari Bantuan Luar
Negeri (BLN );
c. Direktorat Pengelolaan Kas Negara (DPKN) mernproses data transaksi penerimaan dan
pengeluaran Bandahara Umurn Negara kantor pusat; dan
d. Direktorat informasi dan Akuntansi memproses data APBM serta melakukan verifikasi dan
akuntuns,: untuk data transaksi penerimaan dan pengeluaran BUN melalui kantor pusat
Sistem Akuntansi Instansi, yang selanjutnya disebut SAI, adalah serangkaian prosedur
manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada
Kementerian Negara/Lembaga. Setiap Kementerian Negara/Lembaga wajib
menyelenggarakan SAI untuk menghasilkan laporan keuangan termasuk Bagian Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan. Untuk melaksanakan SAI sebagaimana dimaksud dibentuk
Unit Akuntansi Keuangan terdiri dari:
a. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran, yang selanjutnya
disebut UAPA, adalah unit akuntansi instansi pada tingkat Kementerian Negara/ Lembaga
(pengguna anggaran) yang melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keuangan
maupun barang seluruh UAPPA-E1yang berada di bawahnya.
d. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran,
yang selanjutnya disebut UAKPA, adalah unit akuntansi clan pelaporan tingkat satuan
kerja.
Sistem Akuntansi Barang Milik Negara, yang selanjutnya disebut SABMN, adalah
subsistem dari SAI yang merupakan serangkaian prosedur yang saling berhubungan untuk
mengolah dokumen sumber dalam rangka menghasilkan informasi untuk menyusun neraca
dan laporan BMN serta laporan manajerial lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.
SABMN merupakan subsistem dari SAI. Untuk melaksanakan SABMN, Kementerian
Negara/Lembaga membentuk Unit Akuntansi Barang sehagai berikut:
a. Unit Akuntansi Pengguna Barang yang selanjutnya disebut UAPB adalah unit akuntansi
BMN pada tingkat kementrian/lembaga yang melakukan kegiatan penggabungan laporan
BMN dari UAPPB-E1. yang penanggung jawabnya adalah Menteri/Pirnpinan Lembaga.
b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I, yang selanjutnya disebut UAPPB-E1,
adalah unit akuntansi BMN pada tingkat Eselon1 yang melakukan kegiatan penggabungan
laporan BMN dari UAPPB-W dan UAKPB yang langsung berada di bawahnya yang
penanggung jawabnnya adalah pejabat Eselon I
c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah, yang UAPPB-W adalah unit akuntansi
BMN pada tingkat wilayah yang ditetapkan sebagai UAPPB-W dan melakukan kegiatan
penggabungan BMN dari UAKPB. penanggung jawabnya adatah Kepala Kantor Kepala
unit kerja. ditetapkan sebagai UAPPB-W.
d. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang, yang selanjutnya disebut satuan kerja/kuasa
pengguna barang yang memiliki wewenang menggunakan BMN