Anda di halaman 1dari 9

PEMBUATAN VCO DENGAN METODE ENZIMATIS DAN

KONVERSINYA MENJADI SABUN PADAT TRANSPARAN

Tuti Indah Sari, Evy Herdiana, Triana Amelia

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

ABSTRAK

Buah kelapa (cocos nucifera) merupakan komoditas Indonesia yang mempunyai nilai ekonomis yang
tinggi. Virgin coconut oil adalah salah satu produk olahan buah kelapa yang nilai jualnya sangat tinggi, karena
komposisi penyusun VCO terdiri dari asam lemak rantai sedang yang dapat menjaga kesehatan tubuh dan
menghalau berbagai serangan penyakit. Proses pembuatan minyak kelapa murni (VCO) yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode enzimatis dengan menggunakan bonggol nanas sebagai enzim bromelin. Variasi
jumlah bonggol nanas adalah 50 gram, 75 gram dan 100 gram. Semakin banyak jumlah bonggol nanas (enzim
bromelin) yang ditambahkan maka semakin banyak VCO yang dihasilkan. Setelah dianalisa, VCO yang paling
baik dihasilkan dengan 100 gram bonggol nanas. VCO yang diperoleh dari penelitian ini akan dimanfaatkan
sebagai bahan baku utama dengan NaOH 30% untuk membuat sabun padat transparan dengan pengadukan
pada temperatur 80 oC. Variabel yang diamati adalah waktu pengadukan (20 menit dan 30 menit) dan
kecepatan pengadukan (500 rpm, 550 rpm, 600 rpm, 650 rpm, dan 700 rpm). Semakin lama waktu pengadukan
maka sabun yang dihasilkan semakin banyak, tetapi warna sabun yang dihasilkan berwarna keruh kecoklatan.
Semakin cepat putaran pengadukan maka semakin banyak sabun yang dihasilkan. Namun, jika melewati kondisi
kecepatan pengadukan yang optimum maka busa yang dihasilkan lebih banyak sehingga akan mengurangi
produk sabun. Hasil penelitian menunjukkan kondisi yang optimum adalah pada waktu 20 menit dan kecepatan
pengadukan 600 rpm.

Kata kunci : buah kelapa, metode enzimatis, VCO, variabel pengadukan

I. PENDAHULUAN atau saponifikasi. Adapun proses pembuatan sabun


Minyak kelapa murni (VCO) merupakan yang cocok untuk industri kecil atau industri rumah
produk yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan tangga adalah dengan proses mixing (pengadukan).
seperti kelapa atau kelapa sawit. Salah satu proses Hal ini disebabkan karena proses ini sangat mudah
pembuatan minyak kelapa murni yang dapat untuk dilakukan karena peralatan yang digunakan
dikatakan mudah dan cukup murah untuk ukuran juga sederhana dan mudah dioperasikan.
industri kecil dan menengah ialah dengan metode Penelitian ini dilakukan untuk membuat
enzimatis. Metode ini dapat dikatakan cukup mudah dan menganalisa sabun yang dihasilkan dari bahan
untuk dilakukan karena bahan-bahan yang yang berupa minyak kelapa murni yang dibuat
diperlukan untuk pembuatan minyak kelapa murni sendiri dengan menggunakan metoda enzimatis
mudah untuk didapatkan. Selain itu proses dengan enzim bromelin yang terkandung didalam
pembuatan minyak kelapa murni dengan metode bonggol nanas. Variabel yang diamati adalah
enzimatis ini menggunakan peralatan yang cukup pengaruh variasi jumlah (gram) bonggol nanas pada
sederhana dan ekonomis sehingga dapat menghemat minyak kelapa murni (VCO) yang digunakan pada
biaya operasional pembuatan sabun. pembuatan sabun dan kecepatan perputaran
Sabun merupakan hasil hidrolisa dari asam pengaduk.
lemak dengan basa. Pada prinsipnya sabun Penelitian ini bertujuan untuk :
dihasilkan dengan mereaksikan lemak dengan basa. 1. Untuk memperoleh minyak kelapa murni dengan
Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa penyabunan kuantitas dan kualitas yang baik dan tahan lebih

50 Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17, Agsutus 2010


lama (tidak cepat tengik) dengan menggunakan Kita tidak dapat menemui satu macam
metode enzimatis sehingga sabun yang dihasilkan asam lemak hasil hidrolisa asam atau lemak, setiap
mempunyai kualitas yang baik. minyak atau lemak mengandung asam lemak yang
2.Mendapatkan dan menganalisa hasil sabun batang tidak sama. Jika asam lemaknya disebut gliserida
transparan yang diperoleh dari bahan baku campuran.
minyak kelapa murni hasil enzimatis. Perbedaan minyak dan lemak secara kimia
adalah derajat ketidakjenuhan minyak mengandung
II. TINJAUAN PUSTAKA ikatan rangkap lebih banyak dibandingkan lemak.
Tanaman kelapa (cocus nucifera linn) Sedangkan perbedaan secara fisik pada temperature
termasuk dalam kelas monocotyledonae, ordo kamar lemak bersifat padat dan cair, kecuali minyak
palmeleas, famili dari palmae yang mempunyai kelapa yang mencair pada temperature 25 oC.
organ-organ sebagai berikut : batang, daun, bunga, Secara fisik minyak kelapa berwarna kuning
dan buah. Kelapa adalah satu jenis tumbuhan dari kecoklatan, titik beku pada 18 20 oC. Berat
keluarga Arecaceae dan merupakan satu-satunya jenisnya 0,91 0,93 tergantung
spesies dalam genus Cocos dengan pohonnya suhu(Fessenden,1997).
mencapai ketinggian 30 m. Pohon kelapa biasanya Dalam minyak kelapa murni jenis asam
tumbuh di pinggir pantai. Ketinggian pohon kelapa lemak yang terbanyak adalah asam laurat
dapat mencapai 6 hingga 30 meter tergantung (C11H23COOH). Komposisi kimia senyawa
kepada variasinya. penyusun minyak kelapa murni adalah sebagai
Krim santan diperoleh dengan cara berikut :
pemerasan hasil parutan buah kelapa segar yang
ditambahkan dengan air. Kemudian hasil yang Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak
diperoleh dibiarkan selama selang waktu tertentu Kelapa Murni
sehingga akan terbentuk dua lapisan. Lapisan yang
bagian atas disebut dengan krim santan, sedangkan Asam lemak Rumus Jumlah
pada lapisan bawah dinamakan dengan skim santan Molekul (%)
(air santan). Krim santan merupakan fasa yang kaya Asam C5H11COOH 0,0 0,8
dengan minyak. Krim santan merupakan emulsi Kaproat
jenis M/A (minyak-air) dengan protein sebagai Asam C7H17COOH 5,5 9,5
emulgatornya. Protein ini membungkus minyak Kaprilat
dengan lapisan yang tipis, sehingga butir-butir Asam C9H19COOH 4,5 9,5
minyak tidak bergabung menjadi satu fasa dengan Kaprat
continue. Asam Laurat C11H23COOH 49 52
Kondisi emulsi krim santan menjadi
sangat stabil karena protein pada sebagian gugusnya Asama C13H27COOH 13 19
lebih sukar pada air (polar) sedangkan bagian gugus Mirisitat
lainnya lebih suka akan minyak (nonpolar). Protein Asam C15H31COOH 7,5
dapat berfungsi sebagai zat pengelmusi, karena Palmitat 10,5
protein terserap dalam permukaan antar cairan yang Asam C17H35COOH 1,0 3,0
tidak bercampur dengan minyak dan air. Gugus Stearat
yang non polar dari protein, misalnya rantai Asam C19H39COOH 0,0 0,4
samping yang alifatis (alanin, valin, leusin, Arachidat
isoleusin) dapat berikatan dengan gugus Asam C15H29COOH 0,0 1,3
hidrokarbon yang nonpolar. Palmitoleat
Lemak dan minyak pada umumnya Asam Oleat C17H33COOH 5,0 0,8
trigliserida yang merupakan ester dari gliserol.
Struktur trigliserida : Asam C17H31COOH 1,5 2,5
CH2O2CR lonoleat
Sumber : Thieme J.G(1968)
CHO2CH Selain mempunyai komposisi penyusun
yang terdiri dari asam lemak rantai menengah, VCO
CH2O2CR

Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17, Agsutus 2010 51


juga mempunyai beberapa sifat fisika dan sifat Tabel 2.3 : Standar Kualitas Virgin Coconut Oil
kimia. (AFCC)
Identity Interm
Tabel 2.2 : Karakteristik Fisika dan Kimia VCO Characteristics AFCC
Karakteristik fisika dan kimia Standar
Angka 255 265 Relative Density 0,915
penyabunan 0,920
Angka Iodium 8 10 Refractive index at 1,4480
Indeks bias 1,4480 40oC 1,4492
(refraksi) 1,4492 Kelembaban 0,1 0,5
Logam berbahaya Negatif maksimal (%)
Rapat massa 0,907 0,913 Insoluble impurities 0,05
(40oC) percent by mass max
Titik Beku (oC) 18 20 Saponification value 250 260
Titik Cair (oC) 24 26 min
Iodine value 4,1 11,0
Sebagai acuan yang dapat dijadikan tolak Unsafonifiable matter 0,2 0,5
ukur terhadap kualitas VCO dapat disesuaikan % by mass max
dengan standarisasi yang telah dikeluarkan oleh Spesific gravity at 0,915
Asian and Pasific Coconut Comunity (AFCC) dan 30o/30oC 0,920
Philipines National Standard (PNS) dengan kode Acid value max 0,5
PNS/BAFPS No 22 : 2004. Kedua badan Polenske value min 13
pemerintah tersebut telah membuat standar kualitas GLC range fatty acid compotition
VCO baik dilihat dari produk maupun proses Asam kaproik (%) 0,4 0,6
pembuatannya. Asam kaprilik (%) 5,0 10,0
Menurut AFCC, pembuatan VCO tidak Asam kaprik (%) 4,5 8,0
melihat proses dengan pemanasan atau tidak. Hal Asam laurik (%) 43,0 53,0
yang terpenting adalah VCO yang dihasilkan dari Asam miristik (%) 16,0 21,0
kelapa segar dan sudah matang serta hasil yang Asam palmitik (%) 7,5 10,0
diperoleh (minyak kelapa) tidak berubah. Dengan Asam palmitoleik 2,0 4,0
demikian, minyak kelapa yang dihasilkan dengan (%)
cara tradisional dan pemanasan bertingkat dapat Asam stearik (%) 5,0 10,0
dikategorikan sebagai VCO. Sedangkan PNS
Asam oleik (%) 1,0 2,5
memberikan standar kualitas yang lebih detail lagi,
Quality Characteristics
diantaranya bahwa VCO tidak dihasilkan melalui
Colour Water clean
proses kimia refining, deodorizing, dan bleaching.
Standar kualitas VCO yan dikeluarkan Free fatty acid (%) 0,5
oleh badan kerja sama negara-negara asia pasifik pH 5-6
terhadap kelapa (AFCC) dapat diamati dari Tabel Peroxide value 3
2.3. (meq/kg oil)
Pengolahan kelapa menjadi VCO dapat Total plate count -
dilakukan dengan berbagai cara, pada garis Oudur and taste Free oudur
besarnya ada dua macam cara pembuatannya, yaitu and taste
dengan cara kering dan cara basah : Contaminants
1. Cara kering Matter volatile at 0,2
2. Cara basah ada beberapa jenis proses 105oC (%)
yaitu :proses pemanasan (Konvensional/ klasik), Iron (Fe) (mg/kg) 5
pemanasan bertingkat., enzimatis, dan pengasaman Copper (mg/kg) 0,4
Lead (mg/kg) 0,1
Arsenik (mg/kg) 0,1

52 Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17, Agsutus 2010


Buah nanas 3.2 Bahan yang digunakan
Nanas adalah buah tropis dengan daging Buah kelapa yang cukup tua
buah berwarna kuning memiliki kandungan air 90% Aquadest
dan kaya akan Kalium, Kalsium, lodium, Sulfur, Bonggol nanas
dan Khlor. Selain itu juga kaya Asam, Biotin, NaOH
Vitamin B12, Vitamin E serta Enzim Bromelin. Gliserin
Enzim bromelin banyak terdapat pada bagian Gula pasir
bonggol buah nanas. Pada pembuatan minyak
Asam sitrat
kelapa dengan cara enzimatis, enzim bromelin
Etanol
mampu memecah ikatan protein minyak yang
Fragrance(tambahanuntuk pengharum
berada pada emulsi santan. Yang dirusak adalah
sabun)
proteinnya bukan lemaknya.
Sabun
Sabun merupakan hasil reaksi hidrolisa 3.3 Prosedur Penelitian
asam lemak dan basa. Peristiwa ini dikenal dengan 3.3.1 Pembuatan Krim Santan untuk bahan
peristiwa safonifikasi. Safonifikasi adalah proses minyak kelapa
1. Kelapa dikupas, diambil bagian dagingnya.
penyabunan yang mereaksikan suatu lemak atau
2. Daging kelapa kemudian diparut dan
gliserida dengan basa.
ditambah air dengan perbandingan 1:1,
Lemak dan sabun dari asam lemak jenuh
kemudian diremas-remas dan diperas,
dan rantai jenuh panjang (C16-C18) menghasilkan
pemerasan diulangi lagi dengan cara yang
sabun keras dan minyak dari asam lemak tak jenuh
sama.
dengan rantai pendek (C12-C14) menghasilkan sabun
3. Santan yang telah diperoleh dimasukkan
yang lebih lunak dan lebih mudah larut
kedalam toples dan tutup rapat selama 2
(Fessenden,1997).
jam hingga terbentuk dua lapisan.
Jenis sabun yang sering ditemui antara lain :
4. Lapisan atas dinamakan dengan krim,
a. Sabun Keras
sedangkan lapisan bawah dinamakan
Sabun keras adalah reaksi antara asam alkanoat
dengan skim (air santan).
dengan NaOH yang menghasilkan garam
5. Lapisan tersebut kemudian dipisahkan.
natrium.
Krim santan diambil untuk pembuatan
b. Sabun Lunak
minyak kelapa murni.
Sabun lunak adalah reaksi antara asam alkanoat
dengan KOH yang menghasilkan garam 3.3.2 Pembuatan minyak kelapa murni dengan
kalium. metode enzimatis
1. Ambil krim santan tadi sebanyak 500 ml.
2. Tambahkan bonggol nanas 50 gram yang
III. METODOLOGI PENELITIAN
sudah diparut kedalam krim santan, aduk
3.1 Alat Yang Digunakan
hingga merata.
Pengaduk mekanik
3. Diamkan campuran tersebut selama waktu
Beker gelas tertentu ( 22 jam) dalam toples tertutup.
Erlenmeyer 4. Setelah terbentuk tiga lapisan, pisahkan
Termometer minyak lalu saring dengan kertas saring.
Spatula 5. Ulangi langkah 1-4 untuk berat bonggol
Corong pemisah nanas 75 gram dan 100 gram.
Kertas saring
Gelas ukur 3.3.3 Pembuatan sabun
Hot plate 3.3.3.1 Pembuatan sabun batang (sabun dasar
Labu ukur padat)
Klem dan statif 1. Masukan aquadest kedalam NaOH teknis
Pipet tetes (padat) 30 gram secara perlahan-lahan
Buret sampai mencapai massa 100 gram. Aduk
Timbangan analititk perlahan hingga larut.
Indicator PP 2. Gunakan minyak kelapa murni yang telah
diproses dari enzimatis tadi sebanyak 20
Toples plastik
gram, tuangkan kedalam beker gelas.
Selang plastic

Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17, Agsutus 2010 53


3. Tuangkan campuran NaOH sebanyak 20,3 panasi agar cepat larut di atas penangas
gram kedalam beker gelas secara perlahan- air, didihkan selama 30 menit. Titar
lahan. dengan menggunakan HCL 0,1 N
4. Hidupkan mixer .Hentikan ketika telah hingga warna merah hilang
terbentuk trace, trace merupakan kondisi Perhitungan :
dimana campuran telah mulai mengental. Kadar Alkali Bebas =
5. Lalu campuran tadi dimasukkan ke dalam
cetakan sabun.
3.3.3.2 Pembuatan sabun transparan Keterangan :
1. Masukkan minyak kedalam beker gelas V = HCl 0,1 N yang dipergunakan
(ukuran 500 ml) sebanyak 20 gram. (ml)
Panaskan dengan pemanas (hot plate) atur N = Normalitas HCl yang
kisaran suhu 60 80oC. dipergunakan
2. Jika suhu sudah mencapai 60 80oC W = Berat contoh
tambahkan larutan NaOH dan hidupkan 0,056 = Berat setara KOH
mixer (pengaduk mekanik) atur kecepatan
putarannya. Lakukan selama 2 4 menit 3.3.4.3. Derajat Keasaman (pH)
hingga terbentuk sabun. a) Menyiapkan contoh yang akan dianalisa
4. Tambahkan gula, asam sitrat, etanol, air dan pH-nya (5 gr contoh dilarutkan dengan
gliserin. Pengadukan terus dilakukan 10 ml aquadest) .
hingga campuran menjadi homogen b) Cuci pH meter dengan aquadest agar pH
(dengan waktu yang telah ditentukan). meter dalam keadaaan netral (pH 7)
5. Setelah campuran menjadi homogen, c) Masukan pH meter kedalam contoh.
turunkan suhu pemanasan menjadi 40o C, d) Catat pH yang tampilkan.
tambahkan pewangi kedalam campuran..
6. Lalu campuran akhir dimasukkan ke dalam
cetakan sabun. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
3.3.4 Analisa Sabun Padat Dari percobaan yang telah dilakukan
3.3.4.1. Prosedur Perhitungan Kadar Air diperoleh data pengaruh banyaknya bonggol nanas
a) Menimbang 4 gram contoh yang telah yang digunakan terhadap kuantitas minyak kelapa
disiapkan dengan menggunakan cawan yang dihasilkan serta pengaruh kecepatan mixing
yang telah diketahui beratnya. terhadap hasil sabun dari proses saponifikasi yang
b) Memanaskan dalam lemari pengering telah dilakukan.
pada suhu 105 oC selama 2 jam.
Perhitungan : 4.1.1 Pengaruh berat bonggol nanas terhadap
kuantitas minyak yang dihasilkan.
Kadar air = Penelitian ini menggunakan metode
Keterangan : enzimatis untuk pembuatan Virgin Coconut Oil
W1 = Berat Contoh + Cawan (gram) (VCO) yaitu dengan menggunakan enzim bromelin
W2 = Berat Contoh Setelah pada nanas. Variasi yang dilakukan untuk metode
pengeringan (gram) enzim adalah variasi jumlah enzim (diwakilkan
W = Berat Contoh (gram) dengan variasi berat nanas).

3.3.4.2. Prosedur Perhitungan Alkali bebas Tabel 4.1. Pengaruh Berat Bonggol Nanas
a) Menyiapkan alkohol netral dengan 100 Terhadap Kuantitas Minyak yang Dihasilkan.
ml alkohol dalam beker gelas 500 ml, Bonggol Nanas (gr) Minyak Kelapa (ml)
tambahkan 0,5 ml petunjuk
phenolphthalein dan dinetralkan dengan 50 107
KOH 0,1 N dalam alkohol. 75 133
b) Timbang dengan teliti lebih kurang 2 100 155
gram contoh dan masukkan ke dalam
alkohol netral di atas, tambahkan batu
didih, pasang pendingin tegak dan

54 Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17, Agsutus 2010


pengaruh jumlah bonggol nanas (gr) terhadap minyak Tabel 4.2 Pengaruh Kecepatan Mixing dan
kelapa yang dihasilkan (ml) Jumlah Bonggol Nanas Terhadap Sabun yang
200
Dihasilkan Pada Waktu Mixing 20 Menit
Jumlah Kecepatan mixing (rpm)
minyak kelapa (ml

150
bonggol
100 500 550 600 650 700
(gram)
50
50 23,65 23,96 24,85 24,34 24,25
0
50 75 100 125
75 24,14 24,63 25,50 25,10 25,30
bonggol nanas (gr)

Grafik 4.1 Pengaruh Jumlah Bonggol Nanas (Gram) 100 24,60 25,65 26,05 25,60 25,76
Terhadap Jumlah Minyak yang Dihasilkan (Ml)

Pada Grafik 4.1 dapat dilihat secara 26.5

langsung bagaimana pengaruh banyaknya bonggol 26

hasil sabun (gram)


nanas (gr) yang digunakan terhadap hasil minyak 25.5
50
kelapa (ml). Perusakan protein atau denaturasi 25 75
protein untuk dapat mendapatkan minyak kelapa 100
24.5
dapat dilakukan dengan cara enzimatis.
Pada pembuatan minyak kelapa dengan 24

cara enzimatis, enzim bromelin mampu memecah 23.5

ikatan protein minyak yang berada pada emulsi 500 550 600 650 700 750
kecepatan mixing (rpm)
santan. Yang dirusak adalah proteinnya bukan
lemaknya. Dengan rusaknya protein maka ikatan Grafik 4.2 Pengaruh Kecepatan Mixing Terhadap
lipoprotein dalam santan juga akan terputus dengan Sabun yang Dihasilkan pada Waktu Mixing 20
sendirinya. Kemudian, minyak yang diikat oleh Menit
ikatan tersebut akan keluar dan mengumpul menjadi
satu. Pada Grafik 4.2 dapat dilihat bahwa
Dari Grafik 4.2.1 terlihat bahwa minyak terdapat peningkatan hasil sabun dengan adanya
kelapa (ml) yang dihasilkan akan meningkat dengan peningkatan kecepatan mixing yang digunakan
penambahan jumlah bonggol nanas (gr). Hal ini dalam reaksi saponifikasi. Hal ini dikarenakan
terjadi karena semakin banyak bonggol nanas maka semakin cepat pengadukan yang dilakukan maka
semakin banyak pula enzim bromelin yang akan akan menggeser kesetimbangan reaksi kekanan
memecah ikatan protein minyak pada emusi santan, yang akan semakin meningkatkan jumlah produk
sehingga semakin banyak pula minyak kelapa yang yang dihasilkan. Untuk kondisi optimum dalam
dihasilkan. pembuatan sabun padat transparan bukanlah pada
Lama waktu fermentasi untuk memperoleh kondisi kecepatan mixing yang paling tinggi. Hal
minyak kelapa dengan metode enzimatis adalah ini terjadi karena pada kecepatan yang paling tinggi
20 jam. Hasil minyak kelapa maksimal didapatkan lebih banyak menghasilkan busa sehingga pada
pada penggunaan bonggol nanas sebanyak 100 waktu sabun akan dicetak, busa-busa tersebut
gram yang menghasilkan minyak kelapa sebanyak dipisahkan dari sabun yang masih cair yang
155 ml, dan hasil minimal didapatkan pada mengakibatkan berat sabun berkurang pada saat
pengunaan bonggol nanas sebanyak 50 gram yang mengeras.
menghasilkan minyak kelapa sebanyak 107 ml. Jumlah sabun yang dihasilkan secara
kuantitas mencapai maksimal pada kecepatan
4.1.2 Pengaruh kecepatan mixing dan jumlah mixing 600 rpm dan jumlah minimum pada
bonggol nanas terhadap sabun yang kecepatan mixing 500 rpm. Produk sabun yang
dihasilkan pada waktu mixing 20 menit dihasilkan berwarna kuning bening transparan.
Warna kuning bening sabun disebabkan warna
minyak kelapa yang digunakan berwarna kuning
bening karena pengaruh penggunaan bonggol nanas
pada waktu pembuatan minyak kelapa tersebut.

Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17, Agsutus 2010 55


4.1.3 Pengaruh kecepatan mixing dan jumlah 4.1.4 Hasil analisa kadar air, angka penyabunan,
bonggol nanas terhadap sabun yang densitas, asam lemak bebas (FFA), warna
dihasilkan pada waktu mixing 30 menit dan aroma dari minyak kelapa murni
(VCO).
Tabel 4.3 Pengaruh Kecepatan Mixing dan
Jumlah Bonggol Nanas Terhadap Sabun yang Tabel 4.4 Hasil Analisa VCO Metoda Enzimatis
Dihasilkan Pada Waktu Mixing 30 Menit Karakteristik Standar Sampel
fisika dan 3
Jumlah Kecepatan mixing (rpm) kimia (100gr)
bonggol
(gram) Kadar air 0,1 0,5 % 0,17
500 550 600 650 700
50 25,11 25,98 27,32 27,06 26,85 Angka 250 260 min 282,20
penyabunan
75 25,82 26,54 26,71 27,10 27,47 Densitas 0,915 0,920 0,9205
(40oC)
100 27,12 28,11 28,65 28,55 28,30 Warna Bening Kuning
bening
Asam lemak 0,5 % max 1,42 %
29 bebas
28.5 Aroma Tidak berbau Nanas
hasil sabun (gram)

28
27.5
50
27
75
26.5
100
1. Kadar air
26
Analisa kadar air ini bertujuan
25.5
25
untuk mengetahui kandungan air dalam
24.5 minyak. AFCC menyatakan bahwa
500 550 600 650 700 750 kandungan air yang terdapat dalam VCO
kecepatan mixing (rpm) tidak boleh lebih dari 0,5%. Angka ini
menunjukkan bahwa kandungan air
Grafik 4.3 Pengaruh Kecepatan Mixing Terhadap mempengaruhi kualitas VCO yang
Sabun yang Dihasilkan Pada Waktu Mixing 30 dihasilkan, semakin banyak air yang
Menit terdapat dalam VCO maka semakin rendah
Pada Grafik 4.3 dapat dilihat pada kondisi kualitas VCO dan sebaliknya. Berdasarkan
kecepatan mixing meningkat dan semakin lama analisa yang telah dilakukan, VCO hasil
waktu mixing maka hasil sabun yang dihasilkan enzimatis ini memiliki kadar air yang
semakin banyak. Hal ini dikarenakan semakin memenuhi standar yang ditetapkan.
cepatnya kecepatan mixing dan dengan lama waktu 2. Angka Penyabunan
mixing 30 menit (waktu mixing yang lebih lama). Angka penyabunan adalah
Dapat dikatakan bahwa pada kondisi ini hasil sabun bilangan yang menunjukkan jumlah
lebih banyak bila dibandingkan dengan dengan miligram basa yang dibutuhkan untuk
kondisi yang sama tetapi lama waktu mixing 20 menyabunkan 1 gram lemak atau minyak.
menit. Reaksi saponifikasi pembentukan sabun Angka penyabunan pada analisa ini
lebih baik pada kondisi ini. Kenaikan kecepatan memenuhi standar.
mixing dan lama waktu mixing akan menggser
reaksi arah produk sabun, sehingga dihasilkan 3. Densitas
sabun yang lebih banyak. Densitas merupakan salah satu
Meskipun secara kuantitas lebih banyak sifat fisika yang dimiliki oleh suatu zat.
produk sabun yang dihasilkan pada waktu mixing Besarnya densitas suatu zat dapat diukur
30 menit tetapi warna sabun yang terlihat tidak dengan mengunakan sebuah alat yang
transparan. Sabun yang dihasilkan berwarna keruh bernama piknometer. Sandar densitas suatu
kecoklatan. Sehingga peneliti memilih untuk VCO yang dihasilkan berdasarkan AFCC
menganalisa produk sabun transparan yang (Asian and Fasific Coconut Community)
dihasilkan dengan waktu mixing 20 menit. adalah berkisar antara 0,915 0,920
gr/mL. Berdasarkan analisa yang

56 Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17, Agsutus 2010


dilakukan, densitas VCO cukup memenuhi Pembuatan sabun batang transparan ini
standar, yaitu 0,9205.. dilakukan pada temperatur 80 oC (berdasarkan
literatur 70 80 oC). Jika pembuatan sabun
4. Asam Lemak Bebas (FFA) dilakukan pada temperatur diatas 80 oC maka hasil
Analisa asam lemak bebas ini sabun yang diperoleh kurang baik dan berwarna
bertujuan untuk mengetahui kandungan keruh. Jika pembuatan sabun dilakukan dibawah 70
o
asam lemak bebas yang terdapat dalam C, sabun padat yang terbentuk kurang baik dan
minyak. Minyak yang baik untuk masih berbentuk gel (setelah di diamkan 24 jam
digunakan sebagai bahan baku sabun
adalah minyak yang mempunyai kadar 4.1.6 Hasil analisa kadar air, alkali bebas,
FFA yang tinggi. Kadar FFA maximum minyak mineral dan derajat keasaman
yang terdapat dalam minyak oleat adalah (pH) pada hasil sabun.
sebanyak 0,5 %. Sedangkan dalam VCO, 1. Kadar air
asam lemak yang paling banyak Hasil analisa hasil sabun memiliki kadar
terkandung di dalamnya adalah asam air kisaran 17,76 % hingga 32,48 %. Kadar air ini
laurat, yaitu sebanyak 45 % berat. Analisa cukup baik, karena untuk sabun padat memiliki
FFA adalah analisa asam lemak yang kadar air kisaran kurang dari 40%. Kadar air
terkandung dalam minyak sebagai asam dibawah 40% memberikan sifat sabun mulai
oleat. (Technology of Laundry and Toilet lunak hingga padat. Kadar air sabun padat ini
Soaps). Dari hasil analisa yang diperoleh, sangat di pengaruhi oleh variabel-variabel waktu,
minyak kelapa murni yang dihasilkan dari suhu, kecepatan mixing dan jumlah bonggol.
proses enzimatis ini mempunyai kadar Analisa kadar air ini sama dengan perhitungan
FFA 1,42 %. Kandungan FFA yang tidak kelembaban. Dilakukan pada suhu 105oC selama
memenuhi standar ini disebabkan oleh 2 jam, diperkirakan pada kondisi ini air yang
kandungan asam yang berasal dari bonggol terkandung dalam sabun menguap sehingga
nanas sebagai enzim bromelin. kandungan air (kelembaban) dapat diminimalkan.
2. Alkali bebas
5. Warna dan Aroma Kelebihan alkali dapat disebabkan karena
Karakteristik fisik dari VCO penambahan alkali yang berlebih pada proses
adalah warna dan aroma. VCO memiliki pembuatan sabun. Alkali bebas yang melebihi
warna yang bening dan tidak berbau. Pada standar dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
penelitian ini, minyak kelapa murni yang Menurut SNI (1994), kadar alkali bebas pada
dihasilkan memiliki warna kuning bening sabun maksimum sebesar 0,1%. Sedangkan
dan beraroma nanas yang berasal dari menurut Respective ISI Specification, kadar
enzim bromelin (bonggol nanas). alkali sabun 0,05 % - 0,3 %. Hasil analisa alkali
bebas pada sabun padat berkisar antara 0,57%
4.1.5 Pengaruh waktu mixing dan temperatur hingga 0,12%. Hasil sebagian besar dari sabun ini
terhadap sabun yang dihasilkan masih dalam keadaan yang aman terhadap kulit.
Pada pembuatan sabun padat ini dilakukan 3. Minyak mineral
dengan waktu mixing 20 menit dan 30 menit, Dari hasil analisa terlihat bahwa
sebelumnya telah dilakukan percobaan dengan senyawa minyak mineral yang terdapat pada
waktu mixing 10 menit tetapi sabun yang dihasilkan semua sabun ialah negatif, hal ini cukup baik.
tidak bisa mengeras (bukan sabun padat). Pada Karena minyak mineral merupakan bahan yang
waktu mixing 30 menit diperoleh sabun padat dan tidak boleh ada pada sabun, suatu hal yang tidak
dengan kuantitas yang paling banyak. Akan tetapi menguntungkan dari sabun pembersih ialah sabun
sabun padat yang dihasilkan berwarna keruh dapat mengendap dengan adanya mineral, sabun
kecoklatan yang tidak sesuai dengan tujuan yang sudah mengendap tidak dapat
penelitian yaitu mendapatkan sabun batang/padat menghilangkan kotoran (Fessenden, 1997).
yang transparan. Sabun batang/padat yang Adanya minyak mineral dalam sabun
transparan diperoleh pada waktu mixing 20 menit. menunjukan terjadinya kontaminasi baik selama
Sehingga sampel produk sabun yang akan di analisa persiapan bahan maupun pada proses pengolahan.
adalah sabun padat transparan dengan waktu mixing 4. Derajat keasaman (pH)
20 menit. Nilai derajat keasaman (pH) yang paling baik
dimiliki oleh sabun komersil dengan merk DOVE

Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17, Agsutus 2010 57


(pH 7). Sedangkan sabun komersil biasa lainnya Dewi, T.K., dan Arita S. 2007. Panduan Praktikum
memiliki pH kisaran 9 10 . Sabun dengan pH Operasi Teknik Kimia 2. Laboratorium
netral merupakan sabun yang baik, karena lembut Operasi Teknik Kimia Jurusan Teknik
untuk kulit. Hasil analisa untuk sabun padat Kimia FT Unsri.
memiliki pH dengan kisaran 8,98 hingga 11,24, Fessenden, 1997. Kimia Organik 2. Penerbit
hasil ini menunjukan nilai pH sabun padat yang Erlangga. Jakarta.
cukup baik. Menurut Wasitaatmaja (1997), pH Gaol, E.L., 2008, Sabun Transparan dari Minyak
yang sangat tinggi atau rendah dapat Sawit, Erik Lumban Gaol Website.
meningkatkan daya absorbsi kulit sehingga kulit Hambali, E., Suryani, A., dan Rivai, M. 2005.
menjadi iritasi seperti luka, gatal atau Membuat Sabun Transparan (untuk gift
mengelupas. pH yang terlalu tinggi atau rendah dan kecantikan). Penebar plus+ Gaya
juga dapat menyebebkan kulit kering. Berbudaya. Jakarta.
Martanto, R., dan Hidayat F. 2007. Menghitung
Daya Listrik Pembuatan VCO dengan
V. KESIMPULAN DAN SARAN Menggunakan Metode Elektroforesis.
5.1 Kesimpulan Laporan Penelitian Jurusan Teknik Kimia
1. Minyak yang dihasilkan lebih banyak jika Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
jumlah bonggol yang ditambahkan sebagai Miskah, S., 2008, Pengaruh Suhu dan Waktu
enzim bromelin juga lebih banyak. Inkubasi pada Pembuatan VCO dengan
2. Kecepatan mixing sebanding dengan Metoda Enzimatis dan Pengasaman, Jurnal
jumlah sabun yang dihasilkan hingga Teknik Kimia, No. 1 Vol. 15, Agustus
mencapai kondisi optimum. Pada 2008. Jurusan Teknik Kimia Fak. Teknik
penelitian ini kondisi optimum didapatkan Unsri, Inderalaya.
pada kecepatan mixing 600 rpm. Moeksin, R., Rahmawati, Y., & Rini P., 2008,
3. Pada penelitian ini, hasil sabun yang Pengaruh Penambahan Papain terhadap
optimum diperoleh pada waktu mixing 20 Kualitas VCO dengan Metode Enzimatis,
menit. Karena pada waktu mixing 10 menit Sentrifugasi dan Pemanasan, Jurnal Teknik
sabun yang dihasilkan berbentuk semi Kimia, No. 1 Vol. 15, Agustus 2008.
padat sedangkan pada waktu 30 menit Jurusan Teknik Kimia Fak. Teknik Unsri,
sabun yang dihasilkan berwarna keruh Inderalaya.
(tidak transparan). Oktarian A., dan Wijanarko W. 2006. Pembuatan
4. Sabun padat transparan hasil penelitian ini Virgin Coconut Oil
mempunyai kadar air < 40 %, alkali bebas
< 0,3 %, tidak ada kandungan minyak
mineral dan pH 10.
5.2 Saran
Pembuatan minyak kelapa murni (VCO)
hendaknya dilakukan dengan metode lain untuk
penelitian selanjutnya. Begitu juga dengan metode
pembuatan sabun padat transparan perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut sehingga didapatkan sabun
padat transparan yang lebih tahan lama.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2008. VCO dengan Metode enzimatis.
Diakses pada 4 November 2008 dari
http://www.wikipedia.com/.
Budi. 2008. Back to Nature Cara Sehat Murah dan
Alami. http://www.baliwae.com
Cahyana, Destika. 2005. Putaran Pemecah Minyak.
Trubus edisi Juni 2005 No. 427, hal. 22-
23. Jakarta

58 Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17, Agsutus 2010

Anda mungkin juga menyukai