Anda di halaman 1dari 22

PENGGOLONGAN OBAT

I. Penggolongan Obat
Obat digolongkan menjadi 3 :
A. Berdasarkan Undang-Undang
1. Daftar Narkotika
Obat ini tergolong ke dalam ordonasi obat bius yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
- Hanya dapat diperoleh di apotek dengan resep dokter.
- Fotokopi/salinan resep tidak dapat dilayani harus resep asli.
- Pemakaiannya harus dilaporkan tiap bulan ke Dinkes Kota/Kabupaten
dengan tembusan Dinkes Propinsi dan Balai POM.
- Dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri.
- Dapat menimbulkan penurunan/perubahan kesadaran, ketergantungan,
ketagihan.
- Penandaan : lingkaran berwarna merah dengan palang merah di dalamnya,
contoh : Morfin, Dionin, Codein, Petidin.

2. Daftar G
Golongan obat ini memiliki ciri sebagai berikut :
- Hanya dapat diperoleh di Apotik dengan resep dokter.
- Penandaan : lingkaran berwarna merah dengan huruf K berwarna merah.
Obat golongan ini dibagi menjadi 2 :
a. Daftar Psikotropik, memiliki ciri sebagai berikut :
Psikiaktif melalui pengaruh selektif SSP yang menyebabkan
perubahan khas dan perilaku.
Bersifat transquilizer
Dapat menimbulkan ketergantungan
Pemakaiannya harus dilaporkan tiap bulan ke Dinkes Kota/Kabupaten
dengan tembusan Dinkes Propinsi dan Balai POM
Contoh : Diazepam, Nitrazepam, Amobarbital.
b. Daftar Obat Keras
Fotokopi/salinan resep dapat dilayani
Contoh : Antibiotika, Sulfonamida, Antalgin, Hormon.

3. Daftar W (Obat Bebas Terbatas)


- Dapat diperoleh tanpa resep dokter (Apotik, Toko Obat)
- Penandaan : lingkaran luar berwarna hitam dengan lingkaran dalam
berwarna biru, terdapat tanda peringatan.
Contoh : Decolgen, Betadin, Procold.

4. Daftar F (Obat Bebas)


- Dapat diperoleh tanpa resep dokter (Apotik, Toko Obat, Warung, Dll)
- Penandaan : lingkaran berwarna hijau.

1
B. Berdasarkan Efek Farmakologis
1. Analgesik dan Antipiretik
Berfungsi menghilangkan rasa sakit dan menurunkan panas.
Contoh : Antalgin, Salisilamid, Parasetamol

2. Antihistamin
Berfungsi mencegah terbebasnya histamine dari tubuh.
Contoh : CTM, Benadril.

3. Antimalaria
Berfungsi mencegah dan atau mengobati malaria karena Plasmodium
falsifarum atau vivax.
Contoh : Kinin HCl, Kinidin, Klorokuin, Suldox.

4. Antitusif
Bekerja langsung pada pusat batuk
Contoh : Codein HCl, Dektrometorfan HBr

5. Antasida
Bekerja langsung pada lambung mengikat kelebihan asam lambung.
Contoh : Al(OH)3, Gelusil, Mylanta, Mg(OH)2

6. Antibiotika/Antibakteri
Berkhasiat mencegah pertumbuhan bakteri dan membunuh bakteri atau
bakteriostatik/bakteisid.
Contoh : Amoksisilin.

7. Sedatif/Penenang
Berfungsi mempengaruhi SSP.
Contoh : Diazepam, Stesolid.

C. Berdasarkan Tempat Pemakaian


1. Obat Luar Dalam
Obat-obatan yang diberikan melalui mulut, kerongkongan sampai ke saluran
pencernaan makanan.
Contoh : Parasetamol, dll.

2. Obat Luar
Obat-obatan yang pada umumnya mempunyai efek lokal dan ada juga efek
sistemik yang pemberiannya tidak melalui mulut.
Contoh : Sediaan parenteral, salep/krim, supositoria, dll.

II. Penanaman Obat


A. Nama Resmi
Nama yang sesuai dengan yang terdapat pada Farmakope (buku resmi di suatu
negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang memuat tentang obat

2
dan persyaratannya) yang diberikan dalam bentuk sediaan yang terdiri dari
komponen utama dan bentuk sediaan.
Contoh : Kloramfenikol kapsul, parasetamol tablet.

B. Nama Umum (Generik)


Nama yang sudah habis masa patentnya yang boleh digunakan oleh siapa saja.
Contoh : Amoksisilin.

C. Nama Dagang
Nama yang diberikan oleh pabrik pembuatnya.
Contoh : Amoxan.

D. Nama Patent
Nama yang dipatentkan sesuai dengan UU Hak Patent dan masa berlakunya
belum habis dan hanya dapat digunakan oleh yang memiliki hak patentnya.
Contoh : Kernicetin kapsul/sirup, Panadol tablet/sirup.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian nama obat :


1. Bunyi dan susunan huruf harus ringkas dan jelas serta tidak mudah menimbulkan
keraguan.
2. Harus menunjukkan sifat farmakologi umum atau kelompok terapi/pengobatan.
3. Berwujud suku kata atau sifat suku kata yang berhubungan dengan kelompok
senyawa.
Contoh :
- Akhiran siklin untuk golongan antibiotik derivat tetrasiklin = oksitetrasiklin,
hidroksitetrasiklin.
- Awalan sulfa untuk golongan antimikroba = sulfonamide : Sulfadiazin,
Sulfasomidin, Sulfaguanidin.
- Akhiran Kort untuk golongan Kortison : Camviokort, Pehakort.

GOLONGAN OBAT
SSP (SUSUNAN SARAF PUSAT) DAN ANESTESI

Golongan obat SSP : obat-obat yang bekerja pada SSP, baik efek
merangsang/menghambat aktivitas SSP secara spesifik atau secara
umum

Obat-obat SSP terdiri dari :


I. Obat-obat psikofarmaka, yaitu :
- Sedativa dan hipnotika

3
- Antipsikotika
- Antidepresiva

II. Obat-obat gangguan neurologis, yaitu :


- Antiepileptika
- Obat-obat Parkinson dan demensia

III. Obat-obat yang menghalau/memblokir perasaan sakit, yaitu :


- Analgetika
- Anestetika umum
- Anestetika lokal.

A. Sedativa dan Hipnotika


- Sedatif hipnotik merupakan obat depresan SSP yang pada dosis terapi obat
sedative (obat-obat pereda) menekan aktivitas, menurunkan respon
terhadap perangsangan emosi dan menyenangkan, obat hipnotik (obat
tidur) menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta
mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis.
- Sedativa-hipnotika berkhasiat menekan SSP, bila dgnkan dalam dosis yang
meningkat akan menimbulkan efek berturut-turut yaitu peredaan, tidur,
pembiusan total. Pada dosis yang lebih besar lagi : koma, depresi
pernafasan, kematian. Bila diberi berulang kali dapat menimbulkan
ketergantungan dan ketagihan disertai dengan toleransi.
- Efek samping :
1. Depresi pernafasan terutama pada dosis tinggi.
2. Tekanan darah menurun (terutama senyawa barbiturat)
3. Sembelit pada penggunaan lama (barbiturat)
4. Hang over yaitu efek-efek sisa pada keesokan harinya, berupa mual,
ringan di kepala, termangu (hal ini karena kerja obat yang lama).
- Obat-obat hipnotika pada pemakaian yang berulang dan tiba-tiba
dihentikan sering mengakibatkan gejala obstinensi (gejala penarikan) yaitu
berupa menghebatnya keluhan semula (insomnia, rasa takut), tangan
gemetar, pusing, mual-muntah, berkeringat, debar jantung, sesak-napas dan
gangguan penglihatan.
- Stadia tidur ada 2, yaitu :
a. Tidur non REM = SWS : slow wave sleep = tidur tenang.
Ciri : denyut jantung, TD, pernafasan teratur, relaksasi otot tanpa
gerakan otot mata dan muka.
Penting bagi perbaikan dari sel-sel tubuh, lalu disusul dengan stadium
ke-2 yaitu tidur REM.
b. Tidur REM = tidur paradoksal

4
Otak memperlihatkan aktivitas listrik (EEG) sama dalam keadaan
bangun dan aktif disertai gerakan mata yang cepat, jantung, TD dan
pernafasan turun naik, aliran darah ke otak meningkat, terjadi mimpi.
Penting untuk kegiatan restorasi jaringan otak.
- Mekanisme Kerja
Barbiturat dan benzodiazepine pada dosis terapi bekerja dengan jalan
pengikatan pada reseptor di permukaan membran neuron (kulit otak),
efeknya adalah potensiasi penghambatan neurotransmisi oleh GABA di
sinaps semua saraf otak dan blockade dari pelepasan muatan listrik.
- Obat-obat sedatif dan hipnotika
a. Barbiturat
Penggunaannya sudah menurun kecuali fenobarbital.
Fenobarbital pada dosis rendah 15-30 mg sebagai pereda (sedatif)
Fenobarbital pada dosis tinggi < 100 mg sebagai obat tidur (hipnotika)
b. Golongan benzodiazepin
Obat-obat golongan ini efektif untuk mempercepat tidur,
memperpanjang waktu tidur, mengurangi frekwensi terbangun,
memperbaiki kualitas tidur.
Keuntungan obat golongan ini dibanding dengan yang lain :
- Tidak atau hampir tidak merintangi tidur REM
- Toksisitasnya rendah sekali.
Penggolongan benzodiazepin ada 3, yaitu :
1. Benzodiazepin long acting
Contoh : klordiazopoksid, diazepam, nitrazepam.
2. Benzodiazepin short acting
Contoh : lorazepam, temazepam, oksazepam, zopiclon.
3. Benzodiazepin ultra-short acting
Contoh : triazolam, midazolam, estazolam.
Efek samping Benzodiazepin :
Rasa kantuk, ataxsia, letih lesu, reaksi psikis, pusing-pusing, mulut
kering, gangguan lambung usus, BB meningkat, hilangnya libido,
hang-over (efeksia), gejala paradoksal, sindrom abstinensi, toleransi
dan ketergantungan, amnesia anterogade.

- Obat Hipnotik Sedatif


1. Nitrazepam : Mogadon
Menyebabkan perintangan tidur REM dan REM-rebound yang ringan.
Dosis : 2,5-10 mg, jam sebelum tidur.
2. Flunirazepam : Rohypnol
Tidak mengganggu tidur REM.
Dosis : 1-2 mg, jam sebelum tidur.
3. Estazolam : Esilgan

5
Dosis : 1-2 mg sebelum tidur
4. Lorazepam : Ativan
Dosis : 1-2,5 mg sebelum tidur.
5. Klordiazopoksid : Cetabrium
6. Zopiclon : I Movane
Tidak mempengaruhi tidur REM atau kedalaman tidur.
Dosis : 7,5 mg malam hari, maksimal 15 mg.
7. Prometazin : Phenergan
Sebagai pereda bagi anak-anak yang gelisah dan batuk. Dosis : 15-20
mg untuk anak-anak 1-5 tahun.

B. Anti Psikotika
= Neuroleptika / major tranquillizers
Yaitu : obat-obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis tertentu tanpa
mempengaruhi fungsi-fungsi umum, seperti berpikir dan kelakuan normal.
- Antipsikotik berkhasiat :
1. Meredakan emosi dan agresi.
2. Menghilangkan/mengurangi gangguan jiwa (impian dan halusinasi)
3. Menormalkan perilaku yang tidak normal.
- Antipsikotik terutama digunakan pada psikosis (penyakit jiwa hebat tanpa
keinsafan sakit pada pasien, misal : penyakit schizofrenia dan mania-
depresif.
Kegunaan lain (jarang digunakan karena efek sampingnya) :
1. Anxiolitis : meniadakan rasa bimbang, takut, kegelisahan dan agresi.
2. Antiemetis : misal Klorpromazin, dll
3. Analgetis : misal Haloperidol, dll
- Penggolongan Antipsikotik
1. A. Klasik
Contoh : klorpromazin, perfenazin, trifluoperazin, haloperidol,
pimozida.
2. A. Atypis
Contoh : sulpirida, klozapin, risperidon.
- Mekanisme kerja antipsikotik
Menghambat (agak) kuat reseptor dopamine (D2) di sistem limbis otak,
juga menghambat reseptor D1, D4, 1 (dan 2) adrenerg, serotonin,
muskarin dan histamin. Juga mempengaruhi glutamat dan GABA (gamma
amino-butyric acid).
- Efek samping (ES) Antipsikotik yang umum :
1. Gejala ekstrapiramidal (GEP) karena daya antidopaminnya, yaitu :
Parkinsonisme (hipokinesia, tremor, air liur berlebihan,
bradikinesia)
Dystonia akut (kontraksi otot-otot muka dan tengkuk, kepala
miring, kejang rahang, sukar bicara).

6
Akathisia (selalu ingin bergerak).
Dyskinesia tarda (gerakan abnormal tidak disengaja)
Sindrome neuroleptika maligne (demam, otot kaku, kesadaran
menurun, kelainan-kelainan SSO).
2. Galaktorrea (banyak keluar air susu), karena blockade dopamin.
3. Sedasi
4. Hipotensi ortostatis karena blokade reseptor 1 adrenergis.
5. Efek antikolinergis karena blockade reseptor muskarin.
6. Efek anti serotonin (stimulasi nafsu makan dan hiperglikemia)
7. Gejala penarikan dapat timbul.

- Penanganan schizofrenia
Umumnya dimulai dengan obat-obat antipsikotik klasik. Bila tidak efektif
lagi atau banyak efek sampingnya maka dianjurkan dengan obat-obat
atypis. Selain obat antipsikotik ini perlu ditambah obat-obat untuk
menanggulangi efek samping GEP, misal : antikolinergika (trihexyfenidyl
dan blockers (propanolol), benzodiazepin untuk mengatasi kegelisahan
dan kecemasan.
- Obat-obat Antipsikotik
1. Klorpromazin, Largactil
Khasiat antipsikotisnya lemah, efek samping terhadap hati dan darah,
efek sedatif yang kuat dan efek GEP sering terjadi.
Dosis untuk psikose : oral 3 x sehari 25 mg (HCl) selama 3-4 hari.
bila perlu dinaikkan sampai 1 g sehari.
2. Perfenazin, Trilafon
Khasiat antipsikosis kuat
Dosis untuk psikose : oral 2-3 x sehari 2-4 mg, maksimal 24 mg
sehari,
i.m. 100 mg (dekanoat) setiap 2-4 minggu.
3. Trifluoperazin, Stelazin
4. Flufenazin, Modecate
5. Haloperidol, Haldol, Serenace
Dosis untuk psikose : oral 2-4 x sehari 1,5-5 mg.
6. Droperidol, Thalamonal
Untuk kegelisahan akut, dosis : i.m/i.v : 5-10 mg.
7. Sulpirida, Dogmatil
Jarang menimbulkan GEP dan sedasi
Dosis untuk psikose : oral awal 1 x sehari 200 mg, 3 hari kemudian
berangsur-angsur dinaikkan sampai 3-4 x sehari 200 mg.

C. Anti Depresiva

7
= Obat anti murung yaitu obat-obat yang mampu memperbaiki suasana jiwa,
misal depresi mental.
- Depresi : gangguan dimana keadaan murung masih bertahan setelah 2-3
minggu atau bahkan memperburuk.
- Depresi diakibatkan karena : saraf-saraf otak kekurangan serotonin
(dan/atau NA).

- Penggolongan antipedresiva tdd :


1. A. Klasik
Contoh : amitriptilin, doksepin, imipramin, maprotilin, mirtazapin.
2. Obat-obat generasi ke-2
Lebih sedikit efek samping yaitu berkurang efek jantung dan
antikolinergis.
Contoh : Fluoxetin, Fluvoxamin, Trazodan.
3. MAO-Blockers tidak digunakan lagi.
4. Tryptofan, piridoksin, okstriptan.
- Mekanisme kerja :
Menghambat re-uptake serotonin dan NA di ujung-ujung saraf otak, dan
dengan demikian memperpanjang masa waktu tersedianya
neurotransmitter tersebut.
- Efek samping antidepresiva
1. Efek samping obat-obat klasik
a. Efek jantung (gangguan penerusan impuls jantung)
b. Efek antikolinergis, terutama amitriptilin, klomipramin
c. Sedasi, misal : amitriptilin.
d. Hipotensi ortostatis dan pusing.
e. Efek antiserotonin
f. Kelainan darah (jarang terjadi)
g. Gejala penarikan dapat terjadi (gangguan lambung usus, agitasi,
sukar tidur, nyeri kepala dan otot).
2. Efek samping obat-obat generasi ke-2 :
a. Efek serotininergnya (mual, muntah, malaise umum, nyeri kepala,
gangguan tidur, agitasi, gelisah).
b. Sindrome serotonin (gelisah, demam, menggigil, konvulsi,
kekakuan hebat, tremor, diare)
c. Efek antikolinergis/antiadrenergis dan efek jantung kurang atau
sama sekali tidak ada.
- Penggunaan Antidepresiva
1. Depresi
2. Gangguan panik
3. Ngompol malam
4. Analgetikum

8
5. Bulimia nervosa
6. Terapi interval migraine.

- Efek-efek antidepresiva baru nampak setelah 2-4 minggu setelah


permulaan terapi.
- Obat-obat antidepresiva :
1. Imipramin, tofranil
a. Untuk depesi, dosis : oral 3x sehari 25 mg (HCl), naikkan
sampai maksimal 300 mg/hari.
b. Untuk panik, dosis : 10-25 mg sehari.
2. Klomipramin, Anafranil
a. Untuk depresi, dosis : 2-3 x sehari 25 mg (HCl) maksimal 250 mg
sehari.
b. Untuk gangguan panik : 1 x sehari 25 mg, maksimal 200 mg
selama 6 bulan.
3. Amitriptilin, Tryptizol
Dosis pada depresi : 3x sehari 25 mg (HCl) @ 50-100 mg sebelum
tidur. Bila perlu dinaikkan berangsur-angsur sampai 150-300 mg,
maksimal 10 mg sehari.
4. Maprotilin, Ludiomil
Dosis pada depresi : 1-3 x sehari 25 mg (HCl) @ 25-75 mg sekaligus
sebelum tidur.
5. Fluoxetin : Prozac
Dosis pada depresi dan OCD : oral 20 mg sehari, bila perlu dinaikkan
setiap 2 minggu sampai maksimal 60 mg sehari dalam 2 dosis.
6. Triptofan
Dosis pada depresi : awal 0,5-1 g sehari dinaikkan berangsur-angsur
sampai maksimal 9 gr sehari dalam 3-6 dosis.
7. Piridoksin (vitamin B6)
Dosis pada depresi : 1 x sehari 100-200 mg.

D. Anti Epileptika (Anti Konvulsi)


= Obat yang dapat menanggulangi serangan epilepsy
- Epilepsi = sawan / penyakit ayan : suatu gangguan saraf yang timbul
secara tiba-tiba dan berkala, biasanya dengan perubahan kesadaran.
- Epilepsi terjadi karena : aksi serentak dan mendadak dari sekelompok
besar sel-sel saraf di otak, aksi ini disertai pelepasan muatan listrik yang
berlebihan dari neuron-neuron tersebut.
- Serangan epilepsy dapat ditimbulkan oleh : hipoglikemia, eclampsi,
meningitis, luka di otak seperti abses, tumor, arteriosklerosis, keracunan
timah hitam atau petidin.
- Jenis epilepsi ada 3 :

9
1. Grand mal : kejang kaku bersama kejutan-kejutan ritmis dari anggota
badan, hilangnya kesadaran, mulut berbusa, mata membelalak,
serangan 1-2 menit lalu pingsang, sadar kembali dengan perasaan
kacau dan depresi.
2. Petit mal : serangan yang singkat sekali beberapa detik dengan
penurunan kesadaran tanpa kejang. Penderita sering termenung.
3. Psikomotor/temporal : kesadaran menurun tanpa hilangnya ingatan.
penderita berbuat kelakuan otomatis dan
sering.
- Penentuan epilepsi dengan alat EEG (Elektroensefalogram), dengan cara
ini dapat ditentukan pemberian obat yang tepat.
- Status epilepticus : serangan yang bertahan lebih dari 30 menit, serangan
berlangsung beruntun dengan cepat tanpa diselingi keadaan sadar. Situasi
ini bisa gawat, karena kesulitan pernafasan dan kekurangan oksigen.
- Mekanisme kerja
1. Peningkatan ambang serangan dengan jalan menstabilkan membran
sel. Misal : asetazolamida, felbamat.
2. Mencegah timbulnya pelepasan muatan listrik abnormal di
pangkalnya dalam SSP, misal : fenobarbital, klonazepam.
3. Memperkuat efek GABA : misal : valproat dan vigabatrin.
4. Mengurangi neurotransmisi glutamat : misal : lamotrigin, topiramat.
- Efek samping antiepilepsi
Nausea, BB menurun, rontok rambut, kelainan psikis, darah dan hati
hirsutisme.
- Penanganan epilepsi :
1. Status epilepticus
a. Pemberian diazepam 10 mg i.v., lalu infus i.v. dari 200 mg/l selama
24 jam.
b. Pemberian injeksi i.v. fenitoin, diazepam, klonazepam.

2. Grand mal ditangani dengan :


a. Fenition 2-3 x 50-150 mg sehari.
b. Fenobarbital 2-3 x sehari 50-100 mg.
c. Valproat
d. Karbamazepin
e. Klonazepam.
3. Absences ditangani dengan (petitmal)
a. Suksimida 2-4 x sehari 300 mg/ethosuksimida 2-4 x sehari 250 mg.
b. Obat-obat lain yaitu valproat, klonazepam, diazepam, nitrazepam.
4. Temporal ditangani dengan :
a. Karbamazepin 3-6 x sehari 200 mg.
b. Primidon 3-6 x sehari 250 mg.
c. Fenitoin, fenobarbital, valproat, klonazepam.

10
5. Kejang demam pada anak-anak :
Diazepam 5-10 mg rektal ditambah parasetamol untuk demam.
- Obat-obat antiepilepsi
1. Fenobarbital, Luminal
Untuk grandmal dan status epilepticus, tidak untuk petitmal.
Dosis : 1-2 x sehari 30-125 mg, maksimal 400 mg dalam 2 kali.
Dosis pada status epilepticus : 200-300 mg.
2. Fenitoin : Difenil hidantoin
Efektif untuk grandmal dan temporal, tidak untuk petitmal.
3. Etosuksimida : Zarontin
Efektif untuk petitmal.
Dosis : 1-2 x sehari 250-500 mg sebagai tablet enteric.
4. Diazepam : Valium
Pada epilepsi dan status epilepticus.
5. Nitrazepam : Mogadon
6. Klobazam : Frisium
7. Klonazepam : Rivotril
8. Karbamazepin, Tegretol
Untuk grandmal dan temporal.
9. Asam Valproat
Efektif untuk petitmal, juga untuk grandmal dan temporal.
10. Asetazolamida, Diamox
Untuk petitmal, dosis : oral 1 x sehari 250 mg.
E. Obat-Obat Parkinson dan Demensia
1. Obat-obat Parkinson
Yaitu obat yang digunakan untuk mengobati penyakit Parkinson
- Parkinson adalah penyakit gemetar yang merupakan gangguan
neurohormon di sistem ekstrapiramidal otak.
Sistem ini mengendalikan 2 sistem yang berimbang yang masing-
masing bekerja sebagai neurohormon Ach dan Dopamin (DA) suatu
zat antara pada sintesis NA. Karena terjadi degenerasi sel-sel saraf
dopaminerg maka terdapat kekurangan dopamine dalam ganglia otak,
sehingga kesetimbangan terganggu dan yang menonjol sistem Ach.
- 3 Gejala utama Parkinson :
a. Kekakuan anggota gerak (rigor, hipertonia).
b. Mobilitas berkurang secara abnormal (bradykinesia)
c. Gemetaran (tremor)
- Obat Parkinson terdiri dari 2 kelompok :
a. Antikolinergika
Obat ini bekerja Lsg di SSP, tidak efektif untuk hipokinesia. Sering
dikombinasikan dengan Levodopa.
Contoh : Triheksifenidil, biperidin, deksetimida.
b. Dopaminergika (Agonis-DA)

11
Peningkatan kadar DA diotak, jarang mengurangi tremor,
dikombinasi juga dengan antikolinergika.
Cara kerjanya berdasarkan beberapa mekanisme :
Peningkatan sintesis DA di SSP (Levodopa dan Apomorpin)
Stimulasi reseptor DA (bromokriptin, lisurida, apomorpin,
pergolida)
Menghentikan penguraian DA oleh enzim MAO, misal :
selegilin.
Stimulasi pelepasan DA di ujung saraf dan menghambat
penarikan kembali di ujung saraf, misal : Amantadin.
- Efek samping obat-obat Parkinson :
a. Efek antikolinergika
b. Efek Agonis dopamine (sulit tidur akibat eksitasi)
c. Efek kejiwaan (takut, depresi, gejala psikose)

2. Obat-obat Demensia Alzheimer


Demensia yaitu merupakan penyakit neurodegeneratif dari cortex otak
yang bercirikan pemburukan berangsur-angsur dan progresif dari fungsi
kognitif dan akhirnya keruntuhan mental-total.
- Contoh Demensia : penyakit demensia alzheimer.
- Biasanya terjadi pada manula.
- Demensia bisa timbul akibat :
a. Penyakit Parkinson
b. AIDS, Sifilis
c. Penyalahgunaan alkohol
d. Depresi
e. Gangguan tiroid
f. Kekurangan vitamin tertentu (B12)
- Gejala Alzheimer : apatis, hilang inisiatif, konsentrasi lemah, lambat
berpikir dan bergerak, depresi yang lama, ingatan jangka pendek
hilang, perubahan perilaku, dalam waktu 5-10 tahun menjadi invalid
seluruhnya.
- Demensia diakibatkan oleh gangguan neurotransmisi pada sistem
kolinergis di otak akibat kerusakan otak, dimana kadar Ach di otak
makin menurun.
- Obat-obat Demensia Alzheimer :
a. Klinesterase-inhibitors : tackrin, rivastiqmin, metrifonal, donepezil.
b. Obat-obat alternatif untuk menghambat pemburukan demensia
alzheimer : asam liponat, vitamin E, gingko biloba.
- Penanganan dimensia alzheimer :

12
Ditujukan untuk peningkatan Ach dengan cara mencegah
penguraiannya di otak dengan jalan penghambatan kolinesterase.
- Obat-obat Parkinson dan obat-obat Demensia Alzheimer
a. Obat-obat Parkinson :
1) Levo-dopa, Laradova
Merupakan obat Parkinson yang paling efektif, dengan
khasiat meningkatkan kadar DA di otak.
Tidak efektif terhadap tremor.
Dosis : oral, awal 2-3 x sehari 125 mg selagi makan dan
dinaikkan setiap 2-4 hari dengan 125-250 mg sampai
tercapai dosis pemeliharaan dari 2,5-7 gram sehari.

2) Apomorfin, Uprima
Bersifat dopaminerg (agonis DA)
Dosis : s.c. (infus) 25-40 mg sehari @ 6 x sehari 1-7 mg.
3) Selegilin, Eldepryl
Untuk monoterapi pada awal penyakit Parkinson.
Dosis : 1-2 x sehari 5 mg (HCl)
4) Pergolida, Permax
Merupakan agonis dopamine kuat dan digunakan kombinasi
dengan Levo dopa pada Parkinson.
5) Amantadin : Symmetrel
Memberi efek lebih cepat, digunakan monoterapi atau
kombinasi dengan obat Parkinson lain.
6) Triheksifenidil : Arkine
Terutama untuk memperbaiki tremor, salivasio
b. Obat-obat Demensia Alzheimer
1) Tackrin, THA
Dosis : oral, awal 40 mg/hari selama 6 minggu, lalu dinaikkan
40 mg setiap 6 minggu maksimal 160 mg.
2) Rivastigmin
Untuk memperbaiki sedikit fungsi kognitif pada Alzheimer.
3) Asam liponat
Karena sifat daya antioksidannya yang kuat.

F. Analgetika
= Obat penghalang nyeri yaitu zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anastetika umum).
- Analgetika dibagi 2, yaitu :
1. Analgetika Non-Narkotik, dibagi 2 :
a. Analgetika antipiretik
b. Analgetika antiradang (anti inflamasi) = obat NSAIDS.
2. Analgetika Narkotika

13
- Nyeri
Zat endogen yang berperan pada rasa nyeri : Prostaglandin (PG) yang
menyebabkan sensitasi reseptor nyeri terhadap rangsang mekanik atau
kimiawi.

Klasifikasi nyeri ada 5 :


1. Nyeri akut : nyeri yang terjadi mendadak, ada yang ringan, sedang dan
berat.
Nyeri ringan diobati dengan analgetika non-narkotik.
Nyeri berat diobati dengan analgetika narkotik.
2. Nyeri kronik : nyeri yang menetap selama lebih dari 6 bulan dan sulit
diobati.
Dapat diobati dengan non-narkotik atau narkotik, jika tidak
menimbulkan depresi pernafasan.
3. Nyeri superficial : nyeri pada daerah permukaan kulit dan selaput
mukosa.
4. Nyeri visceral (nyeri dalam), nyeri dari otot polos dan organ diobati
dengan analgesik narkotik.
5. Nyeri somatik : nyeri dari otot rangka, ligamen dan sendi, diobati
dengan analgesik non-narkotik.
- Demam
Merupakan suatu gejala dimana merupakan reaksi tangkis yang berguna
dari tubuh terhadap infeksi, suhu tubuh meningkat diawali dilepaskannya
suatu zat pirogen endogen yang memacu penglepasan PG yang berlebihan
di hipotalamus, secara factual suhu tubuh meningkat lebih dari 38oC.
- Inflamasi = Radang
Yaitu adanya kerusakan mikrovaskular, peningkatan permeabilitas kapiler
dan migrasi leukosit ke jaringan radang.
5 ciri khas inflamasi : kemerahan, panas, pembengkakan, nyeri, hilangnya
fungsi selama inflamasi berbagai mediator kimia dilepaskan. Contoh : PG.
F.1. Analgetika Antipiretik
- Analgetika antipiretik : obat-obat yang mengurangi rasa nyeri dan
serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
- Penggunaan analgetika-antipiretik :
a. Meringankan/menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi SSP/
menurunkan kesadaran dan tidak menimbulkan ketagihan.
b. Untuk gangguan demam (karena infeksi virus/kuman, selesma,
pilek karena daya antipiretisnya.
c. Untuk anti radang seperti rematik dan encok.
- Mekanisme kerja obat :
a. Analgetika inhibisi PG diperifer

14
b. Antipiretik penurunan demam karena inhibisi PG dalam SSP
dan vasodilatasi di perifer (kulit) dengan bertambahnya
pengeluaran kalor dan keluarnya banyak keringat.
c. Anti inflamasi inhibisi sintesis PG.
- Efek samping analgetika-antipiretik :
a. Gangguan lambung usus (asetosal, salilisalmida, ibuprofen,
mefenamat acid, aminofenazon)
b. Kerusakan darah (asetosal, paracetamol, salisilamida, asam
mefenamat, antalgin)
c. Reaksi alergi pada kulit.
Efek samping ini karena penggunaan yang lama dalam dosis tinggi.
- Obat-obat Analgetika-Antipiretik
a. Asetosal, Aspirin, Naspro
Berkhasiat anti-nyeri, anti demam, anti radang pada dosis besar.
Efek samping : iritasi mukosa lambung, reaksi alergi kulit,
tinnitus.
Tidak boleh diberikan pada pasien asma, dapat mengakibatkan
kejang-kejang bronchi hebat.
Tidak boleh diberi pada anak-anak kecil yang menderita flu,
cacar air karena risiko terjadi sindroma Rye.
Dosis pada nyeri dan demam : oral, 4x sehari 0,5-1 mg sesudah
makan, maksimal 4 gr sehari.
b. Parasetamol; Panadol, Tempra, Bodrex
Berkhasiat analgetis dan antipiretis tapi tidak anti radang.
Efek samping : reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah,
jarang terjadi, hanya pada penggunaan kronis (3-4 gr sehari),
kerusakan hati pada dosis di atas 6 gram.
Dosis pada nyeri dan demam :
Oral, 2-3 x sehari 0,5-1 gr, maksimal 4 gr/hari dewasa
Anak-anak : 4-6 x sehari 10 mg/kg.
c. Metamizol, Metampiron, Antalgin
Berkhasiat analgetis, antipiretis, antiradang.
Efek samping : agranulositosis dan leukopenia.
Dosis : oral 0,5-4 gram sehari dalam 3-4 dosis.
d. Asam mefenamat; Ponstan
Berkhasiat analgesik, anti inflamasi, sering dipakai pada kasus
gigi maupun nyeri otot/sendi.
Efek samping : iritasi lambung, tinnitus, pusing.
Dosis : dewasa awal 500 mg, lalu 3-4 x sehari 250 mg
sesudah makan.
F.2. Analgetika-anti radang (NSAIDS)

15
- Yaitu obat-obat yang digunakan untuk menanggulangi gejala nyeri,
peradangan dan kekakuan.
- Berkhasiat analgetis, antipiretis, anti radang.
- Penggunaan :
a. Menghalau gejala penyakit rematik.
b. Untuk peradangan lain akibat trauma, misal setelah pembedahan atau
memar akibat olahraga.
c. Mencegah pembengkakan
d. Untuk kolik saluran empedu dan kemih.
e. Keluhan tulang pinggang dan nyeri haid.
f. Untuk nyeri kanker akibat metastase tulang.
- Mekanisme kerja :
Inhibisi sintesis PG dan inhibisi pembentukan leukotrien.
- Efek samping umum :
a. Efek ulcerogen : mual, muntah, nyeri lambung, gastritis.
b. Gangguan fungsi ginjal.
c. Agregasi trombosit dikurangi secara reversibel.
d. Reaksi kulit : ruam dan urtikaria.
e. Bronkokonstriksi pada penderita asma
f. Efek sentral
g. Gangguan fungsi hati dan fungsi haid.
- Obat-obat NSAIDS : Asetosal, diklofenac, indometasin, ibuprofen,
naproksen, ketoprofen, asam mefenamat, piroxicam, fenil butazon.
a. Ibuprofen ; Brufen, Proris
Obat yang paling banyak digunakan karena efek sampingnya yang
lebih ringan.
Daya analgetis dan anti radang cukup baik.
Dosis : nyeri (haid), demam, rema :
Awal 400 mg sesudah makan, lalu 3-4 x 200-400 mg.
Juga untuk demam pada anak-anak dapat diberikan.
b. Naproksen ; Naxen
Selain untuk nyeri juga untuk mengatasi serangan encok akut.
Dosis : oral dan rectal 2 x sehari 375-500 mg sesudah makan.
Serangan encok : awal 750 mg, setelah 8 jam 500 mg, lalu setiap 8
jam 250 mg.
Nyeri haid : awal 500 mg, lalu 2-3 x sehari 250 mg.
c. Diklofenac : Voltaren
Sering digunakan untuk segala macam nyeri dan secara parenteral
efektif untuk menanggulangi nyeri kolik hebat.
Efek samping terutama reaksi kulit.
d. Indometasin : Indocid
Selain untuk nyeri dapat digunakan untuk udema.

16
Efek samping sering terjadi khususnya efek ulcerogen.
Dosis : oral 2-3 x sehari 25-50 mg sesudah makan, maksimal 200
mg sehari.
e. Piroxicam : Feldene
Sering digunakan untuk nyeri haid dan serangan encok.
Efek samping dengan indometasin
Dosis : nyeri haid : 1 x sehari 40 mg selama 2 hari.
serangan encok : awal 40 mg, lalu 2 x sehari 20 mg selama
4-6 hari.
f. Asetosal dam asam mefenamat tidak digunakan lagi untuk obat rema
karena sering menimbulkan gangguan lambung usus.

F.3. Analgetika Narkotik = Opioida


- Adalah : zat yang bekerja terhadap rseptor opioid khas di SSP, sehingga
persepsi nyeri dan respon emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi).
Tubuh mensintesa zat-zat opioidnya sendiri, yaitu : zat-zat endorphin yang
juga bekerja melalui reseptor opioid tersebut.
Endorfin dapat menimbulkan efek menyerupai efek morfin.
- Mekanisme kerja
Endorfin bekerja dengan jalan menduduki reseptor-reseptor nyeri di SSP
sehingga perasaan nyeri dapat diblokir.
Khasiat analgetis opioida karena kemampuannya menduduki sisa-sisa
reseptor nyeri yang belum ditempati endorphin.
Khasiat analgetisnya sangat kuat, juga menimbulkan adiksi, rasa nyaman,
mengantuk, toleransi dan gejala putus obat (abstinensi).

- Efek samping umum :


a. Supresi SSP, misal : sedasi, depresi pernafasan, batuk, miosis,
hypothermia, mual muntah, perubahan suasana jiwa.
b. Menurunkan motilitas saluran cerna.
c. Retensi urin, menurunkan motilitas uterus.
d. Bronchokonstriksi.
e. Vasodilatasi, hipertensi, bradycardia.
f. Urtikaria dan gatal-gatal.
g. Kebiasaan dan ketergantungan (fisik dan psikis) dengan risiko adiksi
pada penggunaan lama.
h. Terjadi gejala abstinensi bila terapi dihentikan mendadak.
Misal : muntah-muntah, diare, tachycardia, mydriasis, tremor, kejang
otot, tensi meningkat, terjadi reaksi psikis hebat (mudah marah,
kekhawatiran mati).
- Antagonis morfin (opioida)

17
Yaitu : zat-zat yang dapat melawan efek-efek samping opioida tanpa
mengurangi kerja analgetiknya.
Contoh : Nalokson, nalorfin (terutama digunakan pada overdose,
intoksikasi)
- Contoh obat-obat Analgetika Narkotika
Morfin, kodein, heroin, petidin dan derifatnya fentanil, sufentanil,
metadon.
- Penggunaan
Untuk nyeri hebat, misal : kanker.
- Obat-obat analgetika narkotik :
a. Morfin : Kapanol
Digunakan pada nyeri hebat akut dan kronis seperti pada pasca bedah
dan setelah infark jantung, pada fase terminal kanker.
Dosis :
Dewasa, oral : 3-6 x sehari 10-20 mg (HCl)
Anak-anak, oral : 2 x sehari 0,1-0,2 mg/kg.
Sc/im : 3-6 x sehari 5-20 mguntuk dewasa.
b. Kodein : Codipront
Sering digunakan sebagai obat batuk dan obat anti nyeri yang
diperkuat melalui kombinasi dengan parasetamol.
Efek samping dan risiko adiksinya lebih ringan.
Dosis : nyeri, oral 3-6 x sehari 15-60 mg, batuk : 4-6 x sehari 10-20
mg, maksimal 120 mg/hari.
c. Sufentanil : Thalamonal
Digunakan terutama waktu anestesi dan pasca bedah, pada waktu his
dan persalinan dikombinasi dengan anastesi.
d. Meperidin (Petidin)
Terutama digunakan hanya untuk analgesik, misal : mengurangi nyeri
pada tulang dan otot polos.

G. Anestetika Umum
- Yaitu : obat yang dapat menimbulkan anastesia atau narkosa.
- Narkosa/anastesia : suatu keadaan depresi umum yang reversibel dari
pelbagai pusat di SSP dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan
sehingga mirip keadaan pingsan.
- Maksud penggunaan anastetika pada pembedahan :
1. Mencapai keadaan pingsan.
2. Merintangi rangsangan nyeri (analgesia)
3. Memblokir reaksi refleks terhadap manipulasi pembedahan.
4. Menimbulkan pelemasan otot.
Untuk mencapai maksud tersebut, anestetika umum dikombinasi dengan
hipnotika, analgetika, relaksansia otot.

18
- 4 Taraf-taraf narkosa :
a. Analgesia : kesadaran berkurang, rasa nyeri hilang, terjadi euphoria,
disertai halusinasi.
b. Eksitasi : kesadaran hilang, timbul kegelisahan
Tahap a dan b disebut tahap induksi.
c. Narkosa dan pembedahan : pernafasan menjadi dangkal, cepat dan
teratur seperti keadaan tidur, gerakan mata dan refleks mata hilang,
otot menjadi lemas. Pembedahan dilakukan pada tahap ini .
d. Kelumpuhan sum-sum tulang (paralisis medula oblongata) : kegiatan
jantung dan pernafasan berhenti. Tahap ini sedapat mungkin
dihentikan.
- Penggolongan anastesi umum berdasarkan pemberiannya :
a. Anastetika inhalasi
Diberikan sebagai uap melalui saluran pernafasan, maka abosrbsi
dan ekskresi cepat melalui paru-paru dalam keadaan utuh.
Terutama digunakan untuk memelihara anastesi.
Contoh : Gas tertawa, halotom, enfluran, senyawa kuno (eter,
kloroform) tidak digunakan lagi.
b. Anastetika intravena
Digunakan untuk mendahului induksi anastesi total, memelihara,
sebagai anastesi pada pembedahan singkat.
Contoh : thiopental, diazepam, midazolam, ketamin, propofol.
- Mekanisme kerja anastetika umum :
Berdasarkan perkiraan bahwa anastetika umum di bawah pengaruh protein
SSP dapat membentuk hidrat dengan air yang bersifat stabil. Hidrat gas ini
mungkin dapat merintangi transmisi rangsangan di sinaps sehingga
mengakibatkan anastesia.
- Efek samping umum :
a. Menekan pernafasan (Halotan, Enfluran)
b. Menekan sistem kardiovaskuler (Halotan, Enfluran)
c. Merusak hati (ginjal) senyawa kloroform.
d. Oliguri (reversibel) karena berkurangnya aliran darah di ginjal.
e. Menekan sistem regulasi suhu sehingga timbul perasaan kedinginan
pasca bedah.
- Teknik pemberian obat-obat inhalasi
a. Sistem terbuka
Cairan terbang (eter, kloroform), diteteskan ke atas sehelai kain kasa di
bawah suatu kap dari kawat yang menutupi mulut dan hidung pasien.
b. Sistem tertutup
Suatu mesin khusus menyalurkan campuran gas dan oksigen ke dalam
kap, dimana sejumlah CO2 ekshalasi dimasukkan kembali, contoh :
N2O, Halotan.

19
c. Insuflasi
Gas/uap ditiupkan ke dalam mulut, tenggorokan atau trakea dengan
perantaraan suatu mesin.
Contoh : pada pembedaan pengeluaran amandel.
- Obat-obat anastetika umum
a. N2O = gas tertawa
Digunakan untuk anastetika kedokteran gigi.
Sebagai anastetika lanjutan setelah induksi dengan anastetika IV.
Dosis : tracheal 50-66 v % bersama oksigen.
b. Halotan
Sebagai anastetikum pokok / anastetika pembantu pada narkosa.
Digunakan dalam sistem tertutup
Sebaiknya dikombinasi dengan suatu relaksan otot.
Dosis : tracheal 0,5-3 v %.
c. Enfluran
Merupakan anastetika inhalasi kuat yang digunakan pada berbagai
jenis pembedahan, juga sebagai analgetika pada persalinan.
Memiliki daya relaksasi otot, analgetis, menidurkan.
Dosis : tracheal 0,5-4 V %.
d. Ketamin ; Ketalar
Untuk pembedahan singkat dan untuk induksi anastesi.
Dosis : im 10 mg/kg, iv 2 mg/kg BB.
e. Tiopental : Pentothal
Digunakan untuk induksi dan narkose singkat pada pembedahan
kecil (misal di mulut).
Efek samping terpenting adalah depresi pernafasan.
Dosis : iv 100-150 mg lar. 2,5-5%.
f. Droperidol
Dikombinasikan dengan analgetika opioid fentanyl.
Dosis untuk induksi anastesi : iv 15-20 mg.

H. Anastetika Lokal = Zat-zat Penghalang Rasa Setempat


- Anastetika lokal : obat-obat yang pada penggunaan lokal merintangi
secara reversibel penerusan impuls-impuls saraf ke SSP dan dengan
demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa
panas atau dingin.
- Syarat suatu jenis obat dapat digunakan sebagai anastetika lokal :
a. Tidak merangsang jaringan
b. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf.
c. Toksisitas sistemis yang rendah.
d. Efektif dengan jalan injeksi atau lokal pada selaput lendir.

20
e. Mula kerjanya sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu
yang cukup lama.
f. Dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga
terhadap pemanasan.
- Mekanisme kerjanya :
a. Menghambat penerusan impuls dengan cara menurunkan permeabilitas
membran sel saraf untuk ion natrium, yang perlu bagi fungsi saraf
yang layak, hal ini karena adanya persaingan dengan ion-ion kalsium
yang berada berdekatan dengan saluran-saluran natrium dan membran
sel saraf, sehingga menurunkan laju depolarisasi, ambang kepekaan
terhadap rangsangan listrik lambat laun meningkat sehingga akhirnya
terjadi kehilangan rasa setempat secara reversibel.
b. Mengganggu fungsi semua organ dimana terjadi konduksi/transmisi
dari beberapa impuls.
- Efek anastetika lokal
Di samping khasiat anastetisnya ada juga efek yang penting, yaitu :
a. Menekan SSP
b. Menekan sistem kardiovaskuler.
Terutama pada dosis tinggi mengakibatkan penurunan kepekaan untuk
rangsangan listrik, menurunkan kecepatan penerusan impuls,
menurunkan daya kontraksi jantung.
c. Vasodilatasi
Karena blockade saraf adrenergik sehingga menimbulkan vasodilatasi
umum.
- Efek-efek samping anastetika lokal
a. Menghambat pernafasan dan sirkulasi darah akibat dari efek depresi
SSP dan efek kendiodepresifnya.
b. Reaksi hipersensitasi (urticaria, bronchospasme alergi, shock
anafilaksis.
- Penggunaan anastetika lokal
Sering digunakan secara parenteral pada pembedahan (agak) kecil dimana
anastesia umum tidak perlu. Yang paling banyak digunakan adalah :
a. Anastesia infiltrasi : misal pada daerah kecil di kulit atau gusi.
Beberapa injeksi diberikan pada atau sekitar jaringan yang akan
dianestesi sehingga hilang rasa di kulit dan di jaringan yang lebih
dalam.
b. Anastesia konduksi, injeksi di tulang belakang yaitu pada suatu tempat
berkumpulnya banyak saraf sehingga tercapai anestesia dari suatu
daerah yang luas, misal : lengan atau kaki.
c. Anastetika spinal : injeksi punggung.
Obat disuntikan di tulang punggung yang berisi cairan otak.

21
d. Anastetika epidural, obat disuntikkan di ruang epidural, injeksi
diberikan pada lokasi yang berbeda.
Misal :
Secara lumbal untuk persalinan sectio caesarea, obstetri dan
pembedahan perut bagian bawah.
Secara cervival hilang rasa di tengkuk.
Secara thoracal pemotongan di paru-paru dan perut bawah.
e. Anastesia permukaan
Digunakan sebagai penghalang rasa oleh dokter gigi, pembedahan
kecil, misal menjahit luka di kulit.
f. Anastesia lokal, sebagai larutan untuk nyeri mulut atau tablet isap,
sebagai salep-salep untuk gatal-gatal dan luka bakar, dalam
suppositoria anti wasir, pada tetes mata.
- Obat-obat Anastetika lokal
a. Kokain, anastetika lokal pertama
Hanya untuk anastesia permukaan pada pembedahan di THT, maka
dosis untuk anastesia THT : 1-10%.
b. Benzokain : Anestesin
Digunakan pada anestesi permukaan untuk menghilangkan nyeri dan
gatal-gatal, dalam supositoria 250-500 mg, salep 2%, bedah 5-20%.
c. Prokain : Novocaine
Untuk anastesia infiltrasi 0,25-0,5%.
d. Lidokain : Xylocaine
Banyak digunakan pada sediaan topikal, dan digunakan pada anastesia
permukaan dan infiltrasi.
e. Bupivakain : Marcaine
f. Fenol : calamine lotion
Konsentrasi 1% dan 1,3%.
- Untuk memperpanjang kerja dan anastetika lkal, sering ditambah
vasokonstriktor yaitu Adrenalin.

22

Anda mungkin juga menyukai