Anda di halaman 1dari 37

BAB 3.

TEMPERATUR
PENDAHULUAN

Suhu adalah ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Ketika tangan kita dicelupkan ke dalam air
yang baru direbus, beberapa saat kemudian tangan kita akan merasakan panas. Demikian pula saat tangan
kita memegang es, ternyata tangan kita merasa dingin. Dalam kehidupan sehari-hari panas atau dingin
biasa digunakan untuk menjelaskan derajat suhu suatu benda. Suatu benda dikatakan panas, berarti benda
tersebut memiliki suhu yang tinggi. Demikian pula suatu benda dikatakan dingin, berarti benda tersebut
bersuhu rendah. Perasaan kita tidak dapat menyatakan suhu suatu benda dengan tepat, juga karena
jangkauan perasaan kita terbatas. Oleh karena itu manusia menciptakan suatu alat yang dapat digunakan
untuk mengukur suhu dan besarnya suhu dapat dilihat dari angka yang ditunjukkan.

MENGUKUR TEMPERATUR

Pengukuran Suhu. Suhu adalah ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Ketika tangan kita
dicelupkan ke dalam air yang baru direbus, beberapa saat kemudian tangan kita akan merasakan panas.
Demikian pula saat tangan kita memegang es, ternyata tangan kita merasa dingin. Dalam kehidupan
sehari-hari panas atau dingin biasa digunakan untuk menjelaskan derajat suhu suatu benda. Suatu benda
dikatakan panas, berarti benda tersebut memiliki suhu yang tinggi. Demikian pula suatu benda dikatakan
dingin, berarti benda tersebut bersuhu rendah. Perasaan kita tidak dapat menyatakan suhu suatu benda
dengan tepat, juga karena jangkauan perasaan kita terbatas. Oleh karena itu manusia menciptakan suatu
alat yang dapat digunakan untuk mengukur suhu dan besarnya suhu dapat dilihat dari angka yang
ditunjukkan.

Termometer
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu benda dengan tepat dan menyatakannya dengan angka disebut
termometer. Sebuah termometer biasanya terdiri dari sebuah pipa kaca beronggayang berisi zat cair
(alkohol atau air raksa), dan bagian atas cairan adalah ruang hampa udara. Termometer dibuat
berdasarkan prinsip bahwa volume zat cair akan berubah apabila dipanaskan atau didinginkan. Volume
zat cair akan bertambah apabila dipanaskan, sedangkan apabila didinginkan volume zat cair akan
berkurang. Naik atau turunnya zat cair tersebut digunakan sebagai acuan untuk menentukan suhu suatu
benda. zat cair sebagai bahan pengisi termometer ada dua macam, yaitu air raksa dan alkohol. Nah,
ternyata zat cair tersebut memiliki beberapa keuntungan dan kerugian.

a. Termometer air raksa.


Berikut ini beberapa keuntungan air raksa sebagai pengisi termometer, antara lain :

Air raksa tidak membasahi dinding pipa kapiler, sehingga pengukurannya menjadi teliti.

Air raksa mudah dilihat karena mengkilat.

Air raksa cepat mengambil panas dari suatu benda yang sedang diukur.

Jangkauan suhu air raksa cukup lebar, karena air raksa membeku pada suhu 40C dan mendidih
pada suhu 360 C.

Volume air raksa berubah secara teratur.

Selain beberapa keuntungan, ternyata air raksa juga memiliki beberapa kerugian, antara lain:
Air raksa harganya mahal.

Air raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah.

Air raksa termasuk zat beracun sehingga berbahaya apabila tabungnya pecah.

b. Termometer alkohol
Keuntungan menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain :

Alkohol harganya murah.

Alkohol lebih teliti, sebab untuk kenaikan suhu yang kecil ternyata alkohol mengalami perubahan
volume yang besar.

Alkohol dapat mengukur suhu yang sangat rendah, sebab titik beku alkohol 130C.

Kerugian menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain :

Membasahi dinding kaca.

Titik didihnya rendah (78C)

Alkohol tidak berwarna, sehingga perlu memberi pewarna dahulu agar dapat dilihat.

Termometer air raksa banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk mengukur panas
badanmu digunakan termometer demam. Sedangkan untuk mengukur suhu suatu ruangan
digunakan termometer dinding. Jenis-jenis termometer, antara lain :

Termometer zat cair dalam gelas, Termometer ini biasanya digunakan untuk mengukur
temperatur pada daerah batas pengukuran yang dipengaruhi oleh jenis zat termometrik yang
berupa cairan dalam pipa kapiler. Prinsip yang dipakai adalah zat cair memuai apabila
dipanaskan.

Termokopel, Termokopel terdiri dari dua jenis logam yang dihubungkan dan membentuk
rangkaiantertutup. Besarnya aliran listrik pada kawat berubah sesuai dengan perubahan suhu.
Keuntungan termokopel terletak pada kecepatanmencapai keseimbangan suhu dengan sistem
yang akan diukur.

Termometer hambatan listrik, Dasar kerja termometer ini adalah hambatan listrik dari logam
akan bertambah apabila suhu logam tersebut naik.

Termometer gas volume tetap, Termometer ini terdiri dari bola yang berisi gas
yang dihubungkan dengan tabungmanometer. Prinsip kerjanya adalah perubahan tekanan suatu
gas akibat perubahan suhu bila volumenya tetap.

3. Perbandingan Skala Termometer


Supaya suhu suatu benda dapat diukur dengan menggunakan termometer hingga diketahui nilainya, maka
dinding kaca termometer diberi skala dengan cara menandai titik-titik tertentu pada kaca. Setelah itu
masing-masing titik tersebut diberi angka untuk menunjukkan derajat panas atau dinginnya suatu
benda. Langkah yang dipakai untuk menentukan skala suhu termometer menurut Celsius, sebagai berikut:

Titik tetap bawah skala Celsius (0) menggunakan suhu air yang sedang membeku (es).

Titik tetap atas (100) menggunakan suhu air yang sedang mendidih pada tekanan udara normal
yaitu 1 atm.

Bagi jarak antara kedua titik tetap atas dan titik tetap bawah menjadi bagian yang sama (100
bagian). Hal ini menunjukkan bahwa jarak antara dua garis berurutan sama dengan 1C

Di bawah ini ditunjukkan perbandingan empat skala suhu, yaitu skala suhu Celsius, Reamur, Fahrenheit
dan Kelvin.

Termometer Celsius

Dibuat oleh Anders Celsius dari Swedia pada tahun 1701 - 1744.

Titik tetap atas menggunakan air yang sedang mendidih (100C).

Titik tetap bawah menggunakan air yang membeku atau es yang sedang mencair (00 C).

Perbandingan skalanya 100.

Termometer Reamur

Dibuat oleh Reamur dari Perancis pada tahun 1731.

Titik tetap atas menggunakan air yang mendidih (80R).

Titik tetap bawah menggunakan es yang mencair (0R).

Perbandingan skalanya 80.

Termometer Fahrenheit

Dibuat oleh Daniel Gabriel Fahrenheit dari Jerman pada tahun 1986 - 1736
Titik tetap atas menggunakan air mendidih (212F).

Titik tetap bawah menggunakan es mencair (0F).

Perbandingan skalanya 180.

Termometer Kelvin

Dibuat oleh Kelvin dari Inggris pada tahun 1848-1954

Titik tetap atas menggunakan air mendidih (373 K).

Titik tetap bawah menggunakan es mencair (273 K).

Perbandingan skalanya 100.

Hubungan antara Celsius, Reamur, Fahrenheit dan Kelvin sebagai berikut :


C : R : (F 32) : K
5:4:9:5
Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

TERMOMETER DAN SKALA TEMPERATUR

Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu atau alat yang digunakan untuk
menyatakan derajat panas atau dingin suatu benda. Termometer memanfaatkan sifat termometrik dari
suatu zat, yaitu perubahan dari sifat-sifat zat disebabkan perubahan suhu dari zat tersebut. Adapun jenis
zat cair yang digunakan pada termometer diantaranya sepeti:

Apa itu suhu dan termometer?


1. Termometer raksa

Termometer yang biasanya digunakan saaat ini adalah termometer air raksa. Fungi dari air raksa sebagai
penunjuk suhu suatu benda yang diukur, berikut ini beberapa keunggulan dari air raksa diantaranya
seperti:

Sangat peka terhadap perubahan dari suhu.

Dapat dipakai untuk mengukur suhu yang tinggi maupun yang rendah.

Mengkilap seperti perak sehingga mudah sekali untukdilihat.

Tidak akan membasahi dinding kaca.

Mengembang dan memuai secara teratur.

Raksa juga mempunyai kelemahan:

Harganya mahal dan susah diperoleh

Raksa tidak bisa mengukur suhu yang sangat rendah.

Raksa termasuk kedalam zat beracun sehingga berbahaya apabila tabungnya bocor atau pecah.

2. Termometer Alkohol

Selain cairan raksa, alkohol juga bisa digunakan untuk mengisi pipa termometer. Tapi penggunaan
alkohol pada termometer tidak sebanyak penggunaan air raksa. Alkohol dapat digunakan sebagai pengisi
pipa termometer sebab alkohol mempunyai beberapa keunggulan diantaranya seperti:

Mempunyai titik beku yang rendah

Harga yang relatif murah.

Dan mudah memuai.

Alkohol juga mempunyai beberapa kelemahan:

Alkohol dapat membasahi dinding kaca dari termometer.

Alkohol tidak bisa digunakan untuk mengukur suhu yang tinggi.

Dan alkohol tidak berwarna, sehingga perlu diberi warna supaya mudah untuk terlihat.
Jenis-jenis termometer yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari

Pembuatan termometer pertama kali dipelopori oleh Galileo Galilei (1564-1642) yaitu pada tahun 1595.
Alat tersebut disebut dengan sebutan termoskop yaitu berupa labu kosong dilengkapi oleh pipa yang
panjang dengan ujung pipanya yang terbuka. Awalnya dipanaskan sehingga udara dalam labu akan
mengembang. Lalu ujung pipa yang terbuka dicelupkan kedalam cairan berwarna. Saat udara dalam tabu
menyusut, zat cair masuk kedalam pipa akan tetapi tidak sampai labu, itu cara kerja dari
termoskop. Untuk suhu yang berbeda, tinggi kolom zat cair di dalam pipa juga akan berbeda. Tinggi dari
kolom ini dipakai untuk menentukan suhu. Prinsip kerja dari termometer buatan Galileo berdasarkan pada
perubahan volume gas di dalam labu.

Tetapi pada saat ini termometer yang sering digunakan terbuat dari bahan cair biasanya dari air raksa atau
alkhohol. Prinsip yang digunakan yaitu pemuaian zat cair saat terjadi peningkatan suhu yang benda.
Berikut ini beberapa jenis termometer yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari:

1. Termometer Klinis

Termometer jenis ini digunakan khusus untuk mendiagnosa penyakit dan umumnya diisi dengan cairan
raksa atau cairan alkohol. Termometer klinis memiliki lekukan yang cukup sempit yang berada di atas
wadahnya yang berfungsi untuk menjaga agar suhu yang ditunjukan setelah melakukan pengukuran tidak
berubah setelah termometer tersebut diangkat dari padan si pasien, dan skala yang terdapat pada
termometer ini berkisar antara 35 derajat celcius hingga 42 derajat celcius.

2. Termometer Laboratorium

Termometer Laboratorium menggunakan cairan raksa atau cairan alkohol. Jika cairan tersebut bertambah
panas maka akan memuai sehingga sekalanya akan bertambah. Supaya termometer ini sensitive terhadap
perubahan suhu maka dinding dari termometer dibuat setipis mungkin dan jika dapat memungkinkan
terbuat dari bahan konduktor.

3. Termometer Ruangan

Termometer ruangan berfungsi untuk mengukur suhu pada suatu ruangan. Termometer ini sama dengan
termometer yang lainnya tapi hanya saja skalanya yang beda, skala pada termometer ini berkisar antara
-50 derajat celcius sampai dengan 50 derajat celcius.

4. Termometer Digital

Prinsip kerja dari termometer digital sama dengan prinsip kerja termometer lainnya yaitu dengan cara
pemuaian, pada termometer ini menggunakan logam sebagai sensor suhunya yang kemudian memuai lalu
pemuaian tersebut di terjemahkan oleh rangkian elektronik dan ditampilkan dalam bentuk angka digital
yang dabat dibaca.
5. Termokopel

Termometer ini menggunakan bimetal sebagai bahan utamanya, saat terkena panas maka bimetal akan kea
rah yang koefisienny lebih kecil. Pemuaian tersebut lalu akan dihubungkan dengan jarum dan jarum
tersebut akan menunjukan angka tertentu, angka yang ditunjukan oleh jarum tersebut merupakan suhu
dari benda yang diukur.

SKALA TEMPERATUR
1. Termometer Skala Celcius
Skala Celcius merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Skala ini
ditetapkan oleh seorang ahli fisika berkebangsaan Swedia bernama Anders Celcius (1701 1744). Ia
menetapkan titik beku air sama dengan 0 derajat sebagai titik tetap bahwa, dan titik didih air sama dengan
100 derajat sebagai titik tetap atas. Di antara jarak kedua titik tersebut dibagi menjadi 100 satuan derajat.
Skala Celcius memiliki satuan derajat Celcius yang ditulis 0C.

2. Termometer Skala Fahrenheit


Skala Fahrenheit ditetapkan oleh Gabriel Daniel Fahrenheit (1686 1736), seorang ilmuwan fisika
berkebangsaan Jerman. Ia menetapkan titik beku air sama dengan 32 0 dan titik didih air sama dengan
2120 . Di antara jarak kedua titik tetap tersebut dibagi menjadi 180 satuan derajat. Penulisan nilai suhu,
misalnya 100 derajat fahrenheit, cukup ditulis 100 0F. Skala Fahrenheit banyak dipakai dinegara-negara
Eropa dan Amerika.

3. Termometer Skala Reamur


Skala Reamur adalah skala suhu yang dinamakan oleh Rene Antoine Ferchault de Reamur, yang pertama
mengusulkannnya pada 1731. Titik beku air adalah 0 derajat Reamur, titik didih air 80 derajat, serta
memiliki 80 satuan derajat, penulisan nilai suhu skala Reamur, misalnya 40 dejarat Reamur, ditulis 40 0R
skala ini mulanya dibuat dengan alkohol, jadi termometer Reamur yang dibuat dengan raksa sebenarnya
bukan termometer Reamur sejati. Skala Reamur digunakan secara luas di Eropa, terutama di Perancis dan
Jerman, tapi kemudian digantikan oleh Celcius. Saat ini skala Reamur jarang digunakan kecuali di
Industri permen dan keju.
4. Termometer Skala Kelvin
Lord Kelvin (1824 1907) adalah ilmuwan berkebangsaan Inggris yang menetapkan skala Kelvin. Skala
Kelvin ditetapkan berdasarkan perhitungan bahwa ada suhu minimal di alam ini. Hal tersebut didukung
oleh teori kinetik partikel bahwa pada suhu nol mutlak, partikel-partikel semua zat praktis tidak bergerak.
Suhu nol mutlak tersebut sama dengan -273,15 0C, biasanya dibulatkan menjadi -273 0C. Pada skala
Kelvin, titik beku air adalah 273 K dan titik didihnya 373 K. Skala kelvin memiliki satuan Kelvin,
ditulis 0K.

PEMAIAN TERMAL

Pemuaian terjadi pada 3 zat yaitu pemuaian pada zat padat, pada zat cair, dan pada zat gas.

Pemuaian pada zat padat ada 3 jenis yaitu pemuaian panjang (untuk satu demensi), pemuaian luas (dua
dimensi) dan pemuaian volume (untuk tiga dimensi).

1. Pemuaian panjang

adalah bertambahnya ukuran panjang suatu benda karena menerima kalor. Pada pemuaian panjang nilai
lebar dan tebal sangat kecil dibandingkan dengan nilai panjang benda tersebut. Sehingga lebar dan tebal
dianggap tidak ada. Contoh benda yang hanya mengalami pemuaian panjang saja adalah kawat kecil yang
panjang sekali.

Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu panjang awal benda, koefisien
muai panjang dan besar perubahan suhu. Koefisien muai panjang suatu benda sendiri dipengaruhi oleh
jenis benda atau jenis bahan. Alat yang digunakan untuk mengukur pemuaian panjang zat padat
adalah muschenbroek

Gambar muschenbroek

Secara matematis persamaan yang digunakan untuk menentukan pertambahan panjang benda setelah
dipanaskan pada suhu tertentu adalah
Tabel 1.1. Koefisien muai panjang

2. Pemuaian luas

adalah pertambahan ukuran luas suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian luas terjadi pada benda
yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, sedangkan tebalnya sangat kecil dan dianggap tidak ada.
Contoh benda yang mempunyai pemuaian luas adalah lempeng besi yang lebar sekali dan tipis.

Seperti halnya pada pemuian luas faktor yang mempengaruhi pemuaian luas adalah luas awal, koefisien
muai luas, dan perubahan suhu. Karena sebenarnya pemuaian luas itu merupakan pemuian panjang yang
ditinjau dari dua dimensi maka koefisien muai luas besarnya sama dengan 2 kali koefisien muai panjang.
Pada perguruan tinggi nanti akan dibahas bagaimana perumusan sehingga diperoleh bahwa koefisien
muai luas sama dengan 2 kali koefisien muai panjang.

3. Pemuaian volume

adalah pertambahan ukuran volume suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian volume terjadi benda
yang mempunyai ukuran panjang, lebar dan tebal. Contoh benda yang mempunyai pemuaian volume
adalah kubus, air dan udara. Volume merupakan bentuk lain dari panjang dalam 3 dimensi karena itu
untuk menentukan koefisien muai volume sama dengan 3 kali koefisien muai panjang. Sebagaimana yang
telah dijelskan diatas bahwa khusus gas koefisien muai volumenya sama dengan 1/273

Persamaan yang digunakan untuk menentukan pertambahan volume dan volume akhir suatu benda tidak
jauh beda pada perumusan sebelum. Hanya saja beda pada lambangnya saja. Perumusannya adalah
B. Pemuaian Zat Cair

Pada zat cair tidak melibatkan muai panjang ataupun muai luas, tetapi hanya dikenal muai ruang atau
muai volume saja. Semakin tinggi suhu yang diberikan pada zat cair itu maka semakin besar muai
volumenya. Pemuaian zat cair untuk masing-masing jenis zat cair berbeda-beda, akibatnya walaupun
mula-mula volume zat cair sama tetapi setelah dipanaskan volumenya menjadi berbeda-beda. Pemuaian
volume zat cair terkait dengan pemuaian tekanan karena peningkatan suhu.

Anomali Air
Khusus untuk air, pada kenaikan suhu dari 0 C sampai 4 C volumenya tidak bertambah, akan tetapi
justru menyusut. Pengecualian ini disebut dengan anomali air. Oleh karena itu, pada suhu 4C air
mempunyai volume terendah. Hubungan volume dengan suhu pada air dapat digambarkan pada grafik
berikut.

Gambar 3. Es mengapung karena massa jenisnya kecil. massa jenis kecil karena volume yang
besar.volume yang besar karena pemuaian. pemuaian ini bukan karena diberi kalaor tetapi karena kalor
turun (heran bukan)inikarena an

Pada suhu 4C, air menempati posisi terkecil sehingga pada suhu itu air memiliki massa jenis terbesar.
Jadi air bila suhunya dinaikkan dari 0C 4C akan menyusut, dan bila suhunya dinaikkan dari 4C ke
atas akan memuai. Biasanya pada setiap benda bila suhunya bertambah pasti mengalami pemuaian.
Peristiwa yang terjadi pada air itu disebut anomali air. Hal yang sama juga terjadi pada bismuth dengan
suhu yang berbeda.

C. Pemuaian pada Gas


1. Pemuaian Gas pada Suhu Tetap (Isotermal)
Pernahkah kalian memompa ban dengan pompa manual. Apa yang kalian rasakan ketika baru pertama
kali menekan pompa tersebut? Apa yang kalian rasakan ketika kalian menekannya lebih jauh? Awalnya
mungkin terasa ringan. Namun, lama kelamaan menjadi berat. Hal ini karena ketika kita menekan pompa,
itu berarti volume gas tersebut mengecil. Pemuaian gas pada suhu tetap berlaku hukum Boyle, yaitu gas
di dalam ruang tertutup yang suhunya dijaga tetap, maka hasil kali tekanan dan volume gas adalah tetap.
Dirumuskan sebagai:

P1V1 =P2V2

Keterangan:
P = tekanan gas (atm)
V = volume gas (L)

2. Pemuaian Gas pada Tekanan Tetap (Isobar)


Pemuaian gas pada tekanan tetap berlaku hukum Gay Lussac, yaitu gas di dalam ruang tertutup dengan
tekanan dijaga tetap, maka volume gas sebanding dengan suhu mutlak gas. Dalam bentuk persamaan
dapat dituliskan sebagai:

V1/T1 = V2/T2

Keterangan:
V = volume (L)
T = suhu (K)

3. Pemuaian Gas Pada Volume Tetap (Isokhorik)


Pemuaian gas pada volume tetap berlaku hukum Boyle-Gay Lussac, yaitu jika volume gas di dalam ruang
tertutup dijaga tetap, maka tekanan gas sebanding dengan suhu mutlaknya. Hukum Boyle-Gay Lussac
dirumuskan sebagai

P1/T1 = P2/T2
BAB.4 KALOR

A. PENDAHULUAN
Kalor adalah salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari satu benda ke benda lainnya karena
adanya perbedaan suhu. Ketika dua benda yang memiliki perbedaan suhu bertemu maka kalor akan
mengalir (berpindah) dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Contohnya ketika
kita mencampurkan air dingin dengan air panas, maka kita akan mendapatkan air hangat. Banyak yang
tidak tahu perbedaan antara suhu dan kalor, Suhu adalah nilai yang terukur pada termometer, sedangkan
kalor adalah energi yang mengalir dari satu benda ke benda lainnya. Adapula ilmuan dari Amerika
bernama Benjamin Thompson mengatakan bahwa kalor bukanlah zat alir, melainkan energi yang terjadi
karena adanya proses mekanik, seperti gesekan.

RUMUS DAN SATUAN KALOR

Satuan kalor adalah Kalori (Kal) atau Joule (J). Kalori adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk
memanaskan 1 gram air agar suhunya menjadi 1 derajat Celcius.

1 Kalori = 4,2 Joule

1 Joule = 0,24 Kalori

Rumus Kalor :

Keterangan :

Q = Kalor (J)

m : Massa Benda (kg)

c = Kalor Jenis (J Kg oC)

T = Perubahan Suhu (oC)

KALOR DAN PERUBAHAN PADA BENDA

Kalor Dapat Mengubah Suhu Zat

Pada hakikatnya, setiap benda yang suhunya lebih dari nol mutlak, maka benda tersebut memiliki Kalor.
Kandungan kalor inilah yang akan menentukan berapa suhu tersebut. Apabila benda ini dipanaskan maka
benda tersebut menerima tambahan kalor sehingga suhunya meningkat. Sedangkan apabila benda tersebut
didinginkan maka benda tersebut melepaskan kalor sehingga suhunya menurun.
A. MENYATAKAN KUALITAS KALOR

Beberapa benda jika diberikan kalor dalam satuan tertentu, benda tersebut akan mengalami perubahan
wujud. Contohnya adalah ketika es dipanaskan (diberi kalor) maka es (wujud padat) tersebut akan
menjadi air (Wujud Gas), dan apabila pemanasan terus dilakukan maka air tadi juga akan menjadi Gas.
Titik dimana suatu zat akan berubah menjadi Zat Cair disebut Titik Cair atau Titik Lebur benda.

Kualitas kalor dapat mengalami proses perpindahan melalui tiga cara , yaitu secara konveksi radiasi dan
konduksi (hantaran). Dalam hal ini perpindahan secara konveksi disebabkan oleh aliran fluida dari daerah
panas kedaerah yang dingin.Sedangkan perpindahan secara radiasi disebabkan oleh pancaran kuanta
materi yang membawa tenaga dari suatu sumber radiator kedaerah sekitarnya.Adapun konduksi adalah
proses perpindahan panas karena gerak kacau atom-atom/ molekul-molekul atau elektron-elektron bebas
dari suatu benda akibat pemanasan.Dalam hal ini makin panas suatu benda maka makin tinggi pula
tingkat-tingkat kekacauan itu. Akibatnya kebolehjadian zarrah-zarrah tersebut makin bertumbukan makin
besar, menyebabkan pelepasan tenaga dari suatu bagian sistem ke bagian lain makin besar.Selanjutnya
gejala ini menjalar keseluruh sistem. Akibat lanjutannya adalah terjadinya aliran tenaga (kalor) dari
daerah yang kalornya tinggi ke daerah yang kalornya rendah.

Gambar 9.4 Aliran kalor

Selanjutnya dalam uraian ini membahas konduksi panas saja. Sekarang tinjaulah suatu lempeng
konduktor panas yang tebalnya l dan luas penampang A dengan selisih suhu antara kedua belah
permukaannya adalah : t = t2 - t1. Secara empris kita dapat menyadari besarnya kalor persatuan waktu
yang mengalir melewati luasan A sebagai akibat perbedaan suhu kedua belah permukaannya adalah:

atau
(9.10)

dimana H menyatakan tenaga (kalor) persatuan waktu yang mengalir dari daerah yang suhunya tinggi
kedaerah yang suhunya rendah, sedangkan tanda negatif pada (9.10) melukiskan pelepasan kalor yang
menyebabkan berkurangnya kalor dari daerah yang suhunya tinggi.Berikutnya , untuk kalor yang tidak
homogen (tidak merata) disetiap lapisan, maka rumus (11-10) dapat ditulis sebagai berikut:

(9.11)
dengan K = Koefisien daya hantar yang satuannya adalah [K] = [ kalori/det.cm oC].

Akhirnya perlu dicatat disini bahwa apabila sistem sudah dalam setimbang maka aliran kalor secara
nantaran itu akan terhenti. Ini berarti menurut (9.11) suhu kedua belah permukaan sudah sama,atau
dengan kata lain H = 0.

Gambar 9.5 Penghantar bernetuk huruf Y

Sebagai contoh pemakaian tinjaulah suatu sistem penghantar yang berbentuk huruf Y yang ketiga
cabangnya sama besar penampangnya serta sama pula panjangnya.Dalam hal ini kalau t2 > t1,maka suhu
pada titik cabang penghantar dapat dihitung sebagai berikut. Andaikan suhu pada titik cabang kita tandai
dengan t, dan mengingat bahwa diandaikan pulatak ada kalor yang hilang, maka menurut (9.10) kita akan
dapatkan persamaan:

Dalam hal ini koefisien K ketiga cabang sama karena bahannya yang sama pula.Dari sangkutan ini segera
kita peroleh:

B. KALOR JENIS DAN KAPASITAS KALOR


Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa jika kalor diberikan pada dua benda yang berbeda, maka akan
menghasilkan suhu yang berbeda pula, Contohnya ketika minya dan air dipanaskan dengan suhu yang
sama maka minyak akan memiliki perubahan suhu 2 kali lebih besar dibandingkan air. Hal Ini
disebabkan oleh perbedaan kalor jenis yang dimiliki suatu benda. Kalor Jenis Benda adalah banyaknya
kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu dari 1 kg massa benda tersebut menjadi 1 derjat celcius.
Satuan dari Kalor Jenis adalah Kalori / Gram oCelcius atau dalam Sistem Internasional ditetapkan dengan
Joule / KilogramoCelcius. Kalor Jenis dapat dituliskan dalam persamaan berikut :

KALOR JENIS

Keterangan :

Q = Kalor (J)

m : Massa Benda (kg)

c = Kalor Jenis (J Kg oC)

T = Perubahan Suhu (oC)

Sedangkan kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat tersebut
sebanyak 1 derajat Celcius. Jika kalor Q menghasilkan suhu sebesar t maka kapasitas kalor dapat
dirumuskan

RUMUS KAPASITAS KALOR


C. PERPINDAHAN KALOR

Seperti yang telah kami jelaskan di awal bahwa perpindahan kalor terjadi dari benda bersuhu tinggi ke
benda yang bersuhu rendah. Ada tiga jenis perpindahan kalor yang dapat terjadi, yaitu :

Perpindahan Kalor Secara Konduksi

Perpindahan Kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat perantara (logam) tanpa
disertai perpindahan partikel partikel zat tersebut secara permanen. Contohnya adalah ketika kita
memanaskan salah satu ujung logam, maka ujung logam lainnya akan ikut panas karena terjadi hantaran
kalor dari suhu tinggi ke suhu rendah. Ketika memanaskan salah satu ujung logam, maka partikel yang
terdapat pada ujung logam tersebut akan bergetar dan membuat getaran terjadi pada partikel lain yang
terhubung dengannya. Sehingga seluruh partikel logam tersebut akan bergetar walaupun hanya satu ujung
logam yang dipanaskan, nah hal ini lah yang akan merangsang terjadinya perpindahan kalor.

Perpindahan Kalor Secara konveksi

Perpindahan kalor secara konveksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat yang disertai dengan
perpindahan bagian-bagian zat tersebut. Konveksi dapat terjadi pada zat cair atau gas. Ada dua jenis
perpindahan kalor secara konveksi, yaitu :

Konveksi Alamiah

Konveksi alamiah adalah konveksi yang dipengaruhi gaya apung tanpa faktor luar, dan disebabkan oleh
karena adanya perbedaan massa jenis benda. Contohnya adalah pada pemanasan air, massa jenis partikel
air yang sudah panas akan naik menjauh dari api dan digantikan dengan partikel air lain yang suhunya
lebih rendah. Proses ini membuat seluruh partikel zat cair tersebut akan panas sempurna.

Konveksi Paksa

Konveksi paksa adalah konveksi yang terjadi karena adanya pengaruh faktor luar (contoh tekanan), dan
perpindahan kalor dilakukan dengan sengaja/dipaksakan. Artinya aliran panas kalor dipaksa menuju ke
tempat yang ingin dituju dengan bantuan faktor luar seperti tekanan. Contohnya adalah pada kipas angin
yang akan membawa udara dingin ke tempat yang panas, dan radiator mobil yang memiliki sistem
pendingin mesin.

Perpindahan Kalor Secara Radiasi

Perpindahan kalor secara Radiasi adalah proses perpindahan kalor yang tidak menggunakan zat perantara.
Perpindahan kalor secara radiasi berbeda dengan konduksi dan konveksi. Pada Radiasi, agar terjadinya
perpindahan kalor, kedua benda tidak harus bersentuhan karena kalor dapat berpindah tanpa zat perantara.
Artinya kalor tersebut akan di pancarkan ke segala arah oleh sumber panas, dan akan mengalir ke segala
arah. Contohnya adalah saat kita dekat dengan api unggun dari sudut manapun, maka kita tetap akan
merasakan kehangatan dari sumber api, contoh lainnya adalah panas matahari yang sampai ke bumi dan
planet planet lain.
Pencegahan perpindahan kalor

Perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi dapat dicegah dengan mengisolasi ruangan
tersebut. Contoh sederhana penerapan cara ini adalah pada termos. Termos digunakan untuk menjaga
suhu air tetap panas dengan mencegah perpindahan kalornya.

KALORIMETER

Kalorimeter ini terdiri atas dua buah bejana dari tembaga yang kalor jenisnya belum diketahui. Bejana
tembaga kecil diletakkan dalam bejana lain yang lebih besar. Agar kedua bejana tidak bersentuhan,
diantara kedua bejana tersebut diletakkan isolator sebagai bahan penyekat kalor, contohnya gabus. Bahan
isolator ini berfungsi untuk menahan kalor yang ada di dalam kalorimeter agar tidak keluar serta tidak ada
kalor yang masuk dari luar. Umumnya tutup yang digunakan terbuat dari bahan kayu yang juga dapat
berfungsi sebagai isolator yang baik. Pada tutupnya terdapat dua buah lubang yang berguna untuk
meletakkan termometer dan pengaduk. Pada waktu sampel logam dimasukkan ke dalam kalorimeter, air
di dalamnya tidak perlu diaduk agar sistem dapat mencapai keseimbangan termal dengan segera. Batang
pengaduk ini biasanya terbuat dari bahan yang sama dengan bejana kalorimeter.
D. Asas Black
Kalor dapat mengalami perpindahan dari suatu benda ke benda lain atau dari suatu sistem ke sistem yang
lain. Jika dua benda yang berbeda suhunya dicampur maka kedua benda tersebut akan saling memberi
dan menerima kalor.

Dalam peristiwa memberi dan menerima energi kalor antara dua zat yang dicampur ini berlaku hukum
kekekalan energi untuk kalor yang menyatakan bahwa

kalor yang dilepaskan = kalor yang diterima

Pernyataan ini sama dengan asas Black yang ditemukan Joseph Black (17281799), yaitu kalor yang
diterima sama dengan kalor yang dilepaskan.

Jadi, kalor yang dilepaskan oleh benda yang suhunya lebih tinggi akan sama dengan kalor yang diterima
oleh benda yang suhunya lebih rendah.

Akan tetapi, pada kenyataannya, pernyataan tersebut tidak selalu dapat dibuktikan dengan percobaan. Hal
ini disebabkan ada kalor yang berubah menjadi energi bentuk lain sehingga seolah-olah hilang.

Jadi, pernyataan hukum kekekalan energi untuk kalor di atas hanya berlaku untuk keadaan ideal saja.

Rumus Asas Black

Keterangan :
m2 = masa materi yang suhunya lebih tinggi
c2 = kalor jenis materi yang suhunya lebih tinggi
m1 = masa materi yang suhunya lebih rendah
c1 = kalor jenis materi yang suhunya lebih rendah
T2 = suhu yang lebih tinggi
T1 = suhu yang lebih rendah

Ta = suhu akhir / suhu campuran


BAB. 5

PENDAHULUAN
Sebelum membahas hukumhukum Termodinamika terlebih dahulu kita harus tahu apa itu termodinamika.
Termodinamika merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara usaha dan kalor. Di dalam termodinamika
kita mengenal adanya sistem dan lingkungan. Dalam termodinamika sistem diarttikan sebagai kumpulan dari
benda benda atau objek yang diteliti atau menjadi pusat perhatian kita sedangkan lingkungan diartikan
sebagai benda atau objek yang berada di luar sistem. Batas ialah perantara antara siitem dan lingkungan.
Daerah tempat Sistem dan lingkungan berada disebut semesta.

B. Hukum I Termodinamika
Seperti yang telah disebutkan di atas, Hukum hukum Termodinamika membahas tentang kekekalan energi
antara sistem dan lingkungan. Ada dua
hukum dasar termodinamika, tetapi dalam artikel ini hanya akan dibahas hukum I Termodinamika.
Hukum I termodinamika menyatakan bahwa "Jumlah kalor pada suatu sistem adalah sama dengan perubahan
energi di dalam sistem tersebut ditambah dengan usaha yang dilakukan oleh sistem."
Hubungan antara kalor dan lingkungan dalam hukum I Termodinamika seperti yang ditunjukkan pada gambar
1.

Energi dalam sistem adalah jumlah total semua energi molekul yang ada di dalam sistem. Apabila sistem
melakukan usaha atau sistem memperoleh kalor dari lingkungan, maka energi dalam sistem akan naik.
Sebaliknya energi dalam sistem akan berkurang jika sistem melakukan usaha terhadap lingkungan atau sistem
memberi kalor pada lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perubahan energi dalam pada
sistem tertutup merupakan selisih kalor yang diterima dengan usaha yang dilakukan sistem.

C. Rumus Hukum I Termodinamika


Dari bunyi hukum I Termodinamika, maka rumus hukum I Termodinamika dapat dituliskan sebagai berikut :
Q = U + W atau U = Q W atau
Dimana :
U : Perubahan energi dalam sistem (J)
Q : Kalor yang diterima/dilepas sistem (J)
W : Usaha (J)

D. Perjanjian pada hukum I Termodinamika


Rumus hukum I Termodinamika digunakan dengan perjanjian sebagai berikut :
1. Usaha (W) bernilai positif (+) jika sistem melakukan usaha
2. Usaha (W) bernilai negatif (-) jika sistem menerima usaha
3. Q bernilai negatif jika sistem melepas kalor
4. Q bernilai positif jika sistem menerima kalor
Istilah-istilah Termodinamika

Berikut adalah beberapa istilah-istilah yang digunakan di dunia termodinamika beserta penjelasan
singkatnya:

1. Energi
Energi adalah sebuah properti yang tidak dapat dipisahkan dari suatu sistem. Setiap sistem dengan kondisi
tertentu (seperti tekanan dan temperatur) di dalamnya terkandung energi. Konsep energi diciptakan untuk
menggambarkan sejumlah proses, seperti konversi energi gerak ke panas. Satuan energi dalam SI adalah
Joule (J).

2. Sensible Heat
Adalah energi panas yang tersimpan di suatu benda sebagai akibat dari kenaikan temperatur yang terjadi
padanya. Satuan sensible heat dalam SI adalah kJ/kg.

3. Latent Heat
Panas laten adalah energi panas yang mengalir dari atau ke suatu material tanpa disertai perubahan
temperatur di dalamnya. Satuan SI nya adalah kJ/kg.

4. Internal Energy (Energi Dalam)


Energi dalam dari suatu sistem adalah energi yang terkandung di dalam suatu sistem berdasarkan properti
termodinamikanya, seperti tekanan dan temperatur. Perubahan nilai energi internal dari suatu sistem
hanya bergantung pada kondisi awal dan akhir dari sistem tersebut, dan bukan dari perubahan yang terjadi
selama proses yang terjadi pada sistem tersebut.

5. Entropy
Entropi adalah ukuran ketersediaan energi dari suatu sistem. Sebuah sistem dengan entropi yang tinggi,
berarti semakin rendah fungsi kerjanya. Satuan entropi dalam SI adalah kJ/kg.K.

6. Enthalpy
Merupakan besaran energi total per satu satuan massa dari suatu sistem termodinamika. Satuan entalpi
dalam SI adalah kJ/kg.

PERSAMAAN KEADAAN DALAM TERMODINAMIKA

Persamaan keadaan van der Waals

Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hokum Charles, disebut gas ideal. Namun, didapatkan,
bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata, tidak secara ketat mengikuti hukum gas ideal.
Semakin rendah tekanan gas pada temperatur tetap, semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal.
Semakin tinggi tekanan gas, atau dengan dengan kata lain, semakin kecil jarak intermolekulnya,
semakin besar deviasinya. Paling tidak, ada dua alasan yang menjelaskan hal ini. Pertama,
definisi temperatur absolut didasarkan asumsi bahwa volume gas real sangat kecil sehingga bisa
diabaikan.Molekul gas pasti memiliki volume nyata walaupun mungkin sangat kecil. Selain itu,
ketika jarak antarmolekul semakin kecil, beberapa jenis interaksi antarmolekul akan muncul.

Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan persamaan
keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der Waals atau persamaan
van der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal dengan cara sebagai berikut: dengan
menambahkan koreksi pada p untuk mengkompensasi interaksi antarmolekul; mengurango dari
suku V yang menjelaskan volume real molekul gas. Persamaan van der Waals didasarkan pada
tiga perbedaan yang telah disebutkan diatas dengan memodifikasi persamaan gas ideal yang
sudah berlaku secara umum. Pertama, van der Waals menambahkan koreksi pada P dengan
mengasumsikan bahwa jika terdapat interaksi antara molekul gas dalam suatu wadah, maka
tekanan riil akan berkurang dari tekanan ideal (Pi) sebesar nilai P.

Nilai P merupakan hasil kali tetapan besar daya tarik molekul pada suatu jenis jenis gas (a) dan
kuadrat jumlah mol gas yang berbanding terbalik terhadap volume gas tersebut, yaitu:

Kedua, van der Waals mengurangi volume total suatu gas dengan volume molekul gas tersebut,
yang mana volume molekul gas dapat diartikan sebagai perkalian antara jumlah mol gas dengan
tetapan volume molar gas tersebut yang berbeda untuk masing-masing gas (V nb).

Dalam persamaan gas ideal (PV = nRT), P (tekanan) yang tertera dalam persamaan tersebut
bermakna tekanan gas ideal (Pi), sedangkan V (volume) merupakan volume gas tersebut
sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan van der Waals untuk gas nyata adalah:

Dengan mensubtitusikan nilai P, maka persamaan total van der Waals akan menjadi:

Nilai a dan b didapat dari eksperimen dan disebut juga dengan tetapan van der Waals. Semakin
kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa kondisi gas semakin mendekati kondisi gas ideal.
Besarnya nilai tetapan ini juga berhubungan dengan kemampuan gas tersebut untuk dicairkan.
Berikut adalah contoh nilai a dan b pada beberapa gas.

a (L2 atm mol-2) b (10-2 L mol-1)

H2 0.244 2.661

O2 1.36 3.183

NH3 4.17 3.707


C6H6 18.24 11.54

Daftar nilai tetapan van der Waals secara lengkap dapat dilihat dalam buku Fundamentals of
Physical Chemistry oleh Samuel Maron dan Jerome Lando pada tabel 1-2 halaman 20. Pada
persamaan van der Waals, nilai Z (faktor kompresibilitas):

Untuk memperoleh hubungan antara P dan V dalam bentuk kurva pada persamaan van der Waals
terlebih dahulu persamaan ini diubah menjadi persamaan derajat tiga (persamaan kubik) dengan
menyamakan penyebut pada ruas kanan dan kalikan dengan V2 (V nb), kemudian kedua ruas
dibagi dengan P, maka diperoleh:

Kurva P terhadap V dalam persamaan van der Waals

Persamaan keadaan Lain pada Gas Nyata

1. Persamaan Kamerlingh Onnes

Pada persamaan ini, PV didefinisikan sebagai deret geometri penjumlahan koefisien pada
temperature tertentu, yang memiliki rasio P (tekanan) dan Vm (volume molar), yaitu sebagai
berikut:

Nilai A, B, C, dan D disebut juga dengan koefisien virial yang nilai dapat dilihat dalam
buku Fundamentals of Physical Chemistry oleh Samuel Maron dan Jerome Lando Pada tekanan
rendah, hanya koefisien A saja yang akurat, namun semakin tinggi tekanan suatu gas, maka
koefisien B, C, D, dan seterusnya pun akan lebih akurat sehingga dapat disimpulkan bahwa
persamaan Kamerlingh akan memberikan hasil yang semakin akurat bila tekanan semakin
bertambah.

1. Persamaan Berhelot

Persamaan ini berlaku pada gas dengan temperatur rendah ( 1 atm), yaitu:

Pc = tekanan kritis (tekanan pada titik kritis) dan Tc = temperatur kritis (temperatur pada titik
kritis). P, V, n, R, T adalah besaran yang sama seperti pada hukum gas ideal biasa. Persamaan ini
bermanfaat untuk menghitung massa molekul suatu gas.

1. Persamaan Beattie-Bridgeman
Dalam persamaan ini terdapat lima konstanta. Persamaan Beattie-Bridgeman ini terdiri atas dua
persamaan, persamaan pertama untuk mencari nilai tekanan (P), sedangkan persamaan kedua
untuk mencari nilai volume molar (Vm).

Dimana:

Nilai Ao, Bo, a, b, dan c merupakan konstanta gas yang nilainya berbeda pada setiap gas. Daftar
nilai Ao, Bo, a, b, dan c dapat dilihat dalam buku Fundamentals of Physical Chemistry oleh
Samuel Maron dan Jerome Lando pada tabel 1-5 halaman 23. Persamaan ini memberikan hasil
perhitungan yang sangat akurat dengan deviasi yang sangat kecil terhadap hasil yang didapat
melalui eksperimen sehingga persamaan ini mampu diaplikasikan dalam kisaran suhu dan
tekanan yang luas.

Persamaan keadaan Redlich-Kwong

Menggunakan faktor kompresibilitas: Persamaan keadaan Van der Waals

Persamaan keadaan Redlich-Kwong:

Untuk memperoleh kurva p terhadap v, kita harus mengubah persamaan keadaan Van der Waals
menjadi:

Sifat-sifat gas dapat dipelajari dari segi eksprimen dan dari segi teori. Hukum-hukum berikut
diperoleh dari hasil-hasil eksperimen, yaitu:

Hukum Boyle

Volume dari sejumlah tertentu gas pada temperature,tetap berbanding terbalik dengan
tekanannya.Secara sistematis dapat ditunjukan :

V = K 1/ P

V =Volume gas.

P =Tekanan gas.

K1 =Tetapan yang besarnya tergantung temperatur, berat gas, jens gas dan satuan P dan V
Hukum Charles

Dalam termodinamika dan kimia fisik, hukum Charles adalah hukum gas ideal pada tekanan
tetap yang menyatakan bahwa pada tekanan tetap, volume gas ideal bermassa tertentu
berbanding lurus terhadap temperaturnya (dalam Kelvin).

Secara matematis, hukum Charles dapat ditulis sebagai:

dengan

V: volume gas (m3),

T: temperatur gas (K), dan

k: konstanta.

Hukum ini pertama kali dipublikasikan oleh Joseph Louis Gay-Lussac pada tahun 1802, namun
dalam publikasi tersebut Gay-Lussac mengutip karya Jacques Charles dari sekitar
tahun 1787 yang tidak dipublikasikan. Hal ini membuat hukum tersebut dinamai hukum
Charles. Hukum Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay-Lussac merupakan hukum gas
gabungan. Ketiga hukum gas tersebut bersama dengan hukum Avogadro dapat digeneralisasikan
oleh hukum gas ideal. Volume suatu gas pada tekanan tetap, bertambah secara linear dengan
naiknya suhu. Hubungan volume gas dengan suhunya pada tekanan tetap, secara sistematis dapat
ditulis:

V = b.T

T = suhu dalam Kelvin

b = tetapan

V = volume gas

Avogadro

Avogadro mengamati bahwa gas-gas yang mempunyai volume yang sama. Karena jumlah
partikel yang sama terdapat dalam jumlah mol yang sama, maka hukum Avogadro sering
dinyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama (konstan),gas-gas dengan volume yang
sama mempunyai jumlah mol yang sama.
V = a.n

V = volume gas pada suhu dan tekanan tertentu

A = tetapan

n = jumlah mol

Contoh Soal:

1. Sebuah ban mobil dengan volume 0.6 m3 diisi hingga ke tekanan 200Kpa. Hitunglah massa udara
dalam ban tesebut jika temperaturnya adalah 200C .

Penyelesaian:

Udara di asumsikan sebagai gas ideal dengan kondisi-kondisi yang di berikan.Dalam persamaan
gas ideal, PV=mRT.kita gunakan tekanan absolut .jadi dengan menggunakan Patm=100Kpa

P=200+100=300Kpa dan T=20+273=293K

Massa yang dihitung sebesar

M= = =2.14 kg

Satuan yang digunakan dalam persamaan di atas harus di periksa kembali.

2. Hitunglah tekanan uap pada temperatur 5000C dan idensitas 24 kg/m3dengan mengunakan (a =
dan b = )
3. Pesamaan gas ideal
4. Persamaan van der Waals

Penyelesaian:

1. P = (24)(0,46)(773) = 8534 Kpa.


2. Dengan mengunakan nilai-nilai untuk a = dan b = , persamaan van der waals menghasilkan

P = = =7950 Kpa

Di dalam termodinamika dikenal ada 5 proses yaitu :


1. Proses pada tekanan konstan (isobarik)
2. Proses pada volume konstan (isokhorik)
3. Proses pada temperatur konstan (isotermal)
4. Proses adiabatis reversibel (isentropi)
5. Proses polytropis.

Sebelum kita membahas tentang kondisi pada masing-masing proses terlebih dahulu kita ingat kembali
beberapa persamaan persamaan yang berlaku seperti :

Persamaan gas ideal :

Perubahan energi dalam :

Perubahan entalpi :

Indek isentropis atau rasio panas jenis tekanan konstan terhadap panas jenis volume
konstan :

1. Proses tekanan konstan (isobarik)


Pada proses tekanan konstan, tekanan awal proses sama dengan tekanan akhir proses atau p 1= p2 . Bila p = C
maka dp = 0. Pada diagram p-V dapat digambar sebagai berikut.

Kerja akibat ekspansi atau kompresi gas pada tekanan konstan dapat dihitung sebagai berikut :
Perubahan energi dalam pada proses isobarik dapat dihitung :

Perubahan kalor pada proses isobarik dapat dihitung :

Dari persamaan gas ideal didapat :

dan

Sehingga :

Entalpi pada proses isobar :


2. Proses volume konstan (isokhorik)
Pada proses isokhorik, volume awal akan sama dengan volume akhir gas atau V1 = V2. Bila V1 = V2 maka dV =
0.
Pada diagram p-V dapat digambar sebagai breikut :

Pada proses isokhorik atau volume konstan, tidak ada kerja yang diberikan atau dihasilkan sistem, karena
volume awal dan akhir proses sama sehingga perubahan volume (dV) adalah 0. Pada proses isokhorik semua
kalor yang diberikan diubah menjadi energi dalam sistem.

Perubahan energi dalam pada proses isokhorik :


Kalor pada proses isokhorik :

Dimana dV = 0 sehingga dQ = dU = m.cv.(T2 T1)


Entalpi pada proses isokhorik :

3. Proses temperatur konstan (isotermal)


Pada proses isotermal, temperatur awal proses akan sama dengan temperatur akhir proses atau T 1 = T2 . kondisi
ini menyebabkan dT = 0 sehingga perubahan energi dalam sistem (dU) = 0.

Kerja pada proses isotermal dapat dihitung :


Dari hukum gas ideal :

Karena T = konstan maka p.V = konstan (C). sehingga maka

m, R dan T konstan maka :

Didapat:

Perubahan energi dalam pada proses isotermal adalah 0 sehingga besar perubahan kalor akan sama dengan
kerja pada proses isotermal.

Perubahan entalpi pada proses isotermal :


4. Proses Isentropis (adiabatis reversibel)

Proses adiabatis reversibel adalah proses termodinamika dimana tidak ada kalor yang masuk atau keluar dari
sistem (adiabatis) dan proses ini mampu balik (reversibel) artinya tidak ada hambatan atau gesekan. Pada
kenyataannya proses ini tidak ada di alam, tetapi penyederhaan yang demikian dapat mempermudah untuk
menganalisa sistem. Pada p-V diagram dapat digambarkan sebagai berikut.

Karena tidak ada kalor yang dapat masuk dan keluar dari sistem, maka tidak ada perubahan kalor atau dQ = 0.
Sehingga kerja yang diberikan atau dilakukan oleh sistem akan mengubah energi dalam sistem. Proses ini
berlangsung pada kondisi p.Vk = konstan. Dimana k adalah rasio panas jenis pada tekanan konstan dengan
panas jenis pada volume konstan atau sering disebut juga sebagai index isentropis. Kerja pada proses adiabatis
reversibel dapat dihitung sebagai berikut :
Karena proses berlangsung pada kondisi p.Vk = C , maka:

sehingga :

Perubahan energi dalam sistem adiabatis reversibel :

Tidak ada kalor yang masuk atau keluar sistem sehingga :


Entalpi pada proses adiabatis reversibel :

Entalpi proses adiabatis reversibel adalah massa dikali panas jenis tekanan konstan dan dikali dengan delta
temperatur. Dari mana asalnya coba turunin sendiri. Petunjuk dQ = 0 untuk proses ini.

5. Proses polytropis
Proses polytropis adalah proses termodinamika dengan index isentropis k = n dimana n > 1 atau p.V n = C.
Proses ini sama dengan proses adiabatis reversibel hanya dibedakan jika pada proses adiabatis, kalor tidak
dapat keluar atau masuk ke sistem, tetapi pada proses ini kalor dapat berubah (dapat keluar masuk sistem). p
V diagram untuk proses politropis sama dengan p-V diagram proses adiabatis.

Kerja pada proses politropis adalah sama dengan kerja pada proses adiabatis reversibel, hanya k diganti dengan
n dimana n > 1.

Karena proses berlangsung pada kondisi p.Vn = C , maka

sehingga :
Perubahan energi dalam sistem politropis :

Perubahan kalor dalam sistem politropis :

Bila n pada proses politropis sama dengan 1 maka proses akan berjalan mengikuti proses isotermal, sedangkan
bila besar harga n = k, maka proses akan berjalan berdasarkan proses adiabatis reversibel dan bila n sama
dengan 0, maka harga vn akan sama dengan 1 sehingga proses akan mengikuti proses tekanan konstan.
TUGAS FISIKA

TEMPERATUR, KALOR, DAN


TERMODINAMIKA 1

DosenPengasuh : Dra.Hj.Indrayani, M.Si

KELOMPOK 1
Nama : M.ANDRIAN HIMAWAN POHAN ( 1607210132 )

SYAHRUL HANAFI ( 1607210133 )


AKBAR ( 1607210134 )

MAWAR TIRANA ( 1607210135 )

PRASETYO HADI SYAHPUTRA ( 1607210136 )

Kelas : C.1 Pagi

FAKULTAS TEKNIK
UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai