Anda di halaman 1dari 105

BAB I

PENGKAJIAN TANDA-TANDA VITAL PADA IBU DAN BAYI

A. CARA MENGUKUR SUHU TUBUH


1. Pengertian Termometer
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu
(temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa
Latin thermo yang berarti bahang dan meter yang berarti untuk mengukur.
Prinsip kerja termometer ada bermacam-macam, yang paling umum
digunakan adalah termometer air raksa.
Termometer pertama sekali digagaskan oleh Galileo dengan
menggunakan pemuaian gas. Tetapi termometer yang pertama sekali dikenal
adalah termometer yang dibuat oleh Academi Del Cimento (1657-1667) di
Florence. Termometer yang dikenal ini terdiri dari tabung kaca dengan ruang
ditengahnya yang diisi air raksa atau alkohol yang diberi merah.
Selain termometer raksa, berdasarkan perkembangan zaman, saat ini
terdapat banyak jenis termometer, tetapi prinsip kerja sebenarnya sama.
Bisanya, kita memanfaatkan materi yang bersifat termometrik ( sifat materi
yang berubah terhadap temperatur ). Maksudnya, apabila suhu materi tersebut
berubah, bentuk dan ukuran materi tersebut juga akan berubah. Kebanyakan
termometer menggunakan materi yang bisa memuai ketika suhunya berubah.
2. Jenis-jenis Termometer
a. Termometer menurut isinya dibagi menjadi :
1) Termometer Raksa dan Alkohol
Termometer yang sering digunakan saat ini terdiri dari tabung
kaca, dimana terdapat alkohol atau air raksa pada bagian tengah
tabung. Ketika suhu meningkat, alkohol atau air raksa yang berada
didalam wadah akan memuai sehingga panjang kolom alkohol atau air
raksa akan bertambah. Sebaliknya, ketika suhu menurun panjang
kolom alkohol atau air raksa akan berkurang. Pada bagian luar tabung
kaca terdapat angka-angka yang merupakan skala termometer tersebut.
Angka yang ditunjukkan oleh ujung kolom alkohol atau air raksa
merupakan nilai suhu yang diukur.
Jenis khusus termometer air raksa, disebut termometer
maksimum, bekerja dengan adanya katup pada leher tabung dekat
bohlam. saat suhu naik, air raksa didorong keatas melalui katup oleh
gaya pemuaian. Saat suhu turun air raksa tertahan pada katup dan tidak
dapat kembali ke bohlam dan membuat air raksa tetap didalam tabung.
Air raksa akan membeku pada suhu -38,83 0C (-37,89 0F) dan hanya
dapat digunakan pada suhu diatasnya. Untuk menghindarinya,
termometer air raksa sebaiknya dimasukkan kedalam tempat yang
hangat saat temperatur dibawah -370C (-34,60F). termometer ini
mempunyai titik beku pada -61,10C (-78 0F). Marthen Kanginan
(2002:219)
Jenis Keuntungan Kerugian
termometer

Air Raksa Air Raksa mudah dilihat Air Raksa mahal


karena mengkilap Volume Raksa tidak dapat
raksa berubah secara digunakan utuk
teratur ketika terjadi mengukur suhu yang
perubahan suhu. sangat rendah.
Raksa tidak membasahi Raksa termasuk zat
kaca ketika memuai atau berbahaya sehingga
menyusut. termometer raksa
Jangkauan suhu raksa berbahaya jika
cukup lebar dan sesuai tabungnya pecah.
untuk pekerjaan
laboratorium.
Raksa dapat terpanasi
secara merata sehingga
menunjukkan suhu cepat
dan tepat.

Alkohol Alkohol lebih murah Alkohol memiliki titik


dibandingkan raksa. didih rendah yaitu 78 0C,
Alkohol teliti karena untuk sehingga pemakaiannya
kenaikan suhu yang kecil, terbatas (antara lain tidak
alkohol mengalami dapat mengukur suhu air
perubahan volume yang ketika mendidih).
besar. Alkohol tidak berwarna,
Alkohol dapat mengukur sehingga harus diberi
suhu yang sangat dingin warna terlebih dahulu
(suhu daerah kutub). agar mudah dilihat.
Karena titik beku alkohol Alkohol membasahi
sangat rendah yaitu - (melekat) pada dinding
1120C. kaca.

2) Termometer berdasarkan penggunaannya :


a) Termometer Klinis
Termometer ini khusus digunakan untuk mendiaknosa
penyakit dan bisanya diisi dengan raksa atau alkhohol.
Termometer ini mempunyai lekukan sempit diatas wadahnya yang
berfungsi untuk menjaga supaya suhu yang ditunjukkan setelah
pengukuran tidak berubah setelah termometer diangkat dari badan
pasien. Skala pada termometer ini antara 35°C sampai 42°C.
b) Termometer Laboratorium
Termometer ini menggunakan cairan raksa atau alkhohol.
Jika cairan bertambah panas maka raksa atau alkhohol akan
memuai sehingga skala nya bertambah. Agar termometer sensitif
terhadap suhu maka ukuran pipa harus dibuat kecil (pipa kapiler)
dan agar peka terhadap perubahan suhu maka dinding termometer
(reservoir) dibuat setipis mungkin dan bila memungkinkan dibuat
dari bahan yang konduktor.
c) Termometer Ruangan
Termometer ini berfungsi untuk mengukur suhu pada
sebuah ruangan. Pada dasarnya termometer ini sama dengan
termometer yang lain hanya saja skalanya yang berbeda. Skala
termometer ini antara -50°C sampai 50°C .
d) Termometer Digital
Karena perkembangan teknologi maka diciptakanlah
termometer digital yang prinsip kerjanya sama dengan termometer
yang lainnya yaitu pemuaian. Pada termometer digital
menggunakan logam sebagai sensor suhunya yang kemudian
memuai dan pemuaiannya ini diterjemahkan oleh rangkaian
elektronik dan ditampilkan dalam bentuk angka yang langsung
bisa dibaca.
e) Termometer Bimetal
Merupakan termometer yang menggunakan bahan bimetal
sebagai alat pokoknya. Ketika terkena panas maka bimetal akan
bengkok ke arah yang koefesiennya lebih kecil. Pemuaian ini
kemudian dihubungkan dengan jarum dan menunjukkan angka
tertentu. Angka yang ditunjukkan jarum ini menunjukkan suhu
benda.
3. Skala Termometer
Agar termometer bisa digunakan untuk mengukur suhu maka perlu
ditetapkan skala suhu. Terdapat dua skala suhu yang sering digunakan, antara
lain skala celcius dan skala Fahrenheit. Skala yang paling banyak digunakan
saat ini adalah skala celcius. Skala fahreheit paling banyak digunakan di
Amerika Serikat, skala suhu yang cukup penting dalam bidang sains adalah
skala mutlak atau kelvin. Halliday Resnick (1978:705)
Titik tetap celsius dan skala fahrenhait menggunakan titik beku dan
titik didih air. Titik beku suatu zat merupakan temperatur dimana wujud
padat dan wujud cair berada dalam keseimbangan (tidak ada perubahan zat).
Sebaliknya,titik didih suatu zat merupakan temperatur dimana wujud zat cair
dan gas berada dalam keseimbangan. Perlu diketahui bahwa titik beku dan
titik didih selalu berubah terhadap tekanan udara, karena itu, tekanan perlu
kita tetapkan terlebih dahulu. Biasanya digunakan tekanan standar, yaitu 1
atm. Yusrizal (2009:151).
4. Cara Mengukur Suhu Tubuh dengan Termometer
Ada 3 cara untuk mengukur suhu tubuh, yaitu: melalui dubur, mulut
dan di bawah ketiak. Yang perlu diingat adalah suhu yang diukur melalui
dubur lebih tinggi 0,5 derajat celcius dibandingkan suhu yang diukur melalui
mulut. Suhu yang diukur di bawah ketiak lebih rendah 0,5 derajat celcius
dibandingkan suhu yang diukur melalui mulut. Cara yang mana saja dapat
digunakan sesuai situasi dan kondisi yang mungkin. Yang penting saat
berkonsultasi dengan dokter jangan lupa disebutkan bagaimana cara
mengukur suhu tubuhnya.
a) Langkah-langkah untuk mengukur suhu tubuh melalui dubur (untuk bayi):
1) Beri jeli atau pelumas pada ujung termometer.
2) Baringkan bayi dalam posisi tengkurap.
3) Masukkan ujung termometer ke dalam dubur bayi kurang lebih
sedalam 3,5 cm.
4) Diamkan selama 3 menit, bayi tetap dalam posisi tengkurap.
5) Keluarkan termometer dari dubur bayi dan bacalah hasilnya.
b) Langkah-langkah untuk mengukur suhu tubuh melalui mulut :
1) Letakkan ujung termometer di bawah lidah.
2) Tutup mulut selama 3 menit.
3) Keluarkan termometer dari mulut dan bacalah hasilnya.
c) Langkah-langkah untuk mengukur suhu tubuh di bawah ketiak :
1) Letakkan termometer di bawah ketiak dengan posisi lengan ke arah
bawah.
2) Silangkan lengan di depan dada.
3) Tunggu sekitar 5 menit.
4) Keluarkan dan baca hasilnya.
5. Langkah Pengobatan Seteleh Pengukuran Suhu Tubuh dengan
Menggunakan Termometer.
Jika setelah diukur dengan termometer terbukti demam, maka Anda
dapat melakukan beberapa hal, tergantung suhu yang terukur, yaitu:
a. Jika suhu tubuh tidak lebih dari 38,9 derajat celcius maka tidak perlu
diberikan obat penurun demam.
b. Jika suhu tubuh melebihi 38,9 derajat celcius, maka dapat digunakan obat
penurun demam seperti acetaminofen atau paracetamol, dengan dosis 10-
15 mg/kg berat badan/kali.
c. Jangan berikan aspirin pada anak-anak karena dapat menyebabkan efek
samping yang dapat menyebabkan kematian.
Yang perlu diperhatikan lagi adalah kebutuhan cairan. Demam
meningkatkan kebutuhan akan cairan. Setiap kenaikan suhu tubuh sebesar 1
derajat celcius, maka kebutuhan cairan meningkat sebanyak 12,5%. Oleh
karena itu, orang yang demam tidak boleh kekurangan cairan sehingga
disarankan untuk banyak minum.
Pada kasus-kasus seperti di bawah ini sangat dianjurkan untuk segera
berkonsultasi dengan dokter, yaitu:
a. Bayi berusia kurang dari 3 bulan dengan suhu dubur sama dengan atau
lebih dari 38 derajat celcius.
b. Bayi berusia lebih dari 3 bulan dengan suhu dubur sama dengan atau lebih
dari 38,9 derajat celcius.
c. Bayi yang baru dilahirkan dengan suhu dubur kurang dari 38,1 derajat
celcius.
d. Anak berusia kurang dari 2 tahun dengan demam lebih dari 1 hari.
e. Anak berusia 2 tahun atau lebih dengan demam lebih dari 3 hari.
f. Orang dewasa dengan suhu dubur lebih dari 39,4 derajat celcius atau
demam lebih dari 3 hari.
g. Jika demam disertai gejala-gejala seperti: sakit kepala berat,
pembengkakan hebat pada tenggorokan, ruam kulit, mata menjadi sensitif
terhadap cahaya terang.
h. Kaku pada leher dan nyeri saat kepala ditundukkan.
i. Gangguan kesadaran.
j. Muntah yang terus menerus.
k. Sulit bernapas atau nyeri dada.
l. Nyeri perut atau nyeri saat buang air kecil.
6. Cara Kerja Termometer
Adapun cara kerja termometer secara umum adalah :
a. Sebelum terjadi perubahan suhu, volume air raksa berada pada kondisi
awal.
b. Perubahan suhu lingkungan disekitar termometer direspon air raksa
dengan perubahan volume.
c. Volume merkuri akan mengembang jika suhu meningkat dan akan
menyusut ketika suhu menurun.
d. Skala pada termometer akan menunjukkan nilai suhu sesuai keadaan
lingkungan.

B. CARA MENGHITUNG DENYUT NADI


1. Pengertian Denyut Nadi
Detak jantung atau juga dikenal dengan denyut nadi adalah tanda
penting dalam bidang medis yang bermanfaat untuk mengevaluasi dengan
cepat kesehatan atau mengetahui kebugaran seseorang secara umum. Pada
orang dewasa yang sehat, saat sedang istirahat maka denyut jantung yang
normal adalah sekitar 60-100 denyut per menit (bpm). Jika didapatkan denyut
jantung yang lebih rendah saat sedang istirahat, pada umumnya menunjukkan
fungsi jantung yang lebih efisien dan lebih baik kebugaran kardiovaskularnya.
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung
seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara
palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau
merasakan struktur dengan ujung-ujung jari, sedangkan pemeriksaan
dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan
suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003).
Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda
tergantung pada kapan waktu mengukur detak jantung tersebut (saat istirahat
atau setelah berolahraga). Variasi dalam detak jantung sesuai dengan jumlah
oksigen yang diperlukan oleh tubuh saat itu. Denyut jantung seseorang juga
dipengaruhi oleh usia dan aktivitasnya. Olahraga atau aktivitas fisik dapat
meningkatkan jumlah denyut jantung, namun jika jumlahnya terlalu
berlebihan atau di luar batas sehat dapat menimbulkan bahaya. Selain itu suhu
udara disekitar, posisi tubuh (berbaring atau berdiri), tingkat emosi, ukuran
tubuh serta obat yang sedang dikonsumsi juga mempengaruhi denyut nadi
seseorang.
2. Tujuan Pengukuran Denyut Nadi
Tujuan mengetahui jumlah denyut nadi seseorang adalah:
a. Untuk mengetahui kerja jantung
b. Untuk menentukan diagnosa
c. Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorang
3. Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi
a. Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi
kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut
jantung menetap dan iramanya terratur. Pada orang dewasa efek fisiologi
usia dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih
tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya.
Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampai
dengan usia dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian
frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia.
b. Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum, sub
maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda
dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per
menit, pada wanita 138 denyut per menit. Pada kerja maksimal pria rata-
rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita 164
denyut per menit.
c. Keadaan Kesehatan
Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau
frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru
sembuh dari sakit frekuensi jantungnya cenderung meningkat.
d. Riwayat Kesehatan
Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi
akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia
(kurang darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga
mengakibatkan peningkatan denyut nadi.
e. Intensitas dan Lama Kerja
Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut
nadi, lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan
kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi
sehingga tidak melampaui batas maksimal. Apabila melakukan pekerjaan
yang berat dan waktu yang lama akan mengakibatkan denyut nadi
bertambah sangat cepat dibandingkan dengan melakukan pekerjaan yang
ringan dan dalam waktu singkat.
f. Sikap Kerja
Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi
berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan
dengan posisi kerja duduk. Sehingga pada posisi berdiri denyut nadi lebih
cepat dari pada saat mekakukan pekerjaan dengan posisi duduk.
g. Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh
seseorang. Semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih cepat.
h. Kondisi Psikis
Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan
dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan,
kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi
seseorang.
4. Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi pada Sesudah Aktivitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah denyut nadi pada saat
sesudah beraktifitas yaitu:
a. Pengaruh Panas terhadap Denyut Nadi
Iklim kerja panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi
darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat dilingkungan panas,
maka darah akan mendapat beban tambahan, karena harus membawa oksigen
ke bagian otot yang sedang bekerja. Disamping itu darah juga harus
membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian itu juga
merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih
banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadi pun akan
meningkat pula.
b. Lokasi Pemeriksaan Denyut Nadi
1) Arteri radalis : Pada pergelangan tangan sejajar dengan ibu
jari
2) Arteri ulnaris : Pada pergelangan tangan sejajar dengan
kelingking
3) Arteri temporalis : Pada tulang pelipis
4) Arteri caratis : Pada leher
5) Arteri femoralis : Pada lipatan paha
6) Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki
7) Arteri politela : pada lipatan lutut
8) Arteri bracialis : Pada lipatan siku
9) Arteri Tibia posterior : Pada kaki diatas tumit
c. Hasil Pemeriksaan Normal Denyut Nadi
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
1) Bayi baru lahir : 140 kali per menit
2) Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit
3) Umur 1 - 6 bulan : 130 kali per menit
4) Umur 6 - 12 bulan : 115 kali per menit
5) Umur 1 - 2 tahun : 110 kali per menit
6) Umur 2 - 6 tahun : 105 kali per menit
7) Umur 6 - 10 tahun : 95 kali per menit
8) Umur 10 - 14 tahun : 85 kali per menit
9) Umur 14 - 18 tahun : 82 kali per menit
10) Umur di atas 18 tahun : 60 - 100 kali per menit
11) Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit
12) Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut
bradicardi.
13) Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut
tachicardi
d. Pengaruh Posisi Terhadap Kuantitas Denyut Nadi
Denyut nadi merupakan cermin respon jantung terhadap kebutuhan
oksigen tubuh. Kecepatan denyut nadi dapat digunakan sebagai patokan
respon tubuh terhadap kebutuhan oksigen pada keadaan basal. (Mohrman
D and Jane H,2006)
Pada hasil yang di dapat menunjukkan peningkatan denyut nadi
pada perubahan posisi dari berbaring telentang, duduk, dan berdiri. Ketika
klien coba berbaring telentang di dapatkan rata-rata sebesar 80,25, ketika
duduk di dapatkan rata-rata denyut nadi sebesar 80, dan ketika berdiri
didapatkan rata-rata denyut nadi sebesar 89.

C. CARA MENGHITUNG PERNAFASAN


1. Pemeriksaan Pernapasan
Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas antara mahkluk hidup
(organisme) dengan ligkungannya. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari
udara di lingkungan sekitar. Pengertian menghitung pernafasan adalah
menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu
menit.
Pemeriksaan pernapasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan
untuk menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi, irama kedalaman dan tipe
atau pola pernapasan. Respirasi normal untuk orang dewasa di kisaran sisa 12-
20 kali per menit.
Pola PernapasanTingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah
seseorang mengambil napas per menit. Tingkat respirasi biasanya diukur
ketika seseorang dalam posisi diam dan hanya melibatkan menghitung jumlah
napas selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada meningka
Seseorang dikatakan bernapas bila menghirup oksigen (O2) dan
mengeluarkan karbon dioksida (CO2) melalui sistim pernapasan. Bernapas
dapat dalam dan dapat pula dangkal. Pernapasan yang dalam akan mempunyai
volume udara yang besar, baik pada waktu tarik napas/ inspirasi/ inhalasi atau
pada waktu mengeluarkan napas/ ekspirasi/ekshalasi. Sedangkan pada
pernapasan dangkal maka volume udara akan mengecil.
2. Teknik pemeriksaan pernapasan
a. Lihat
b. Dengar
c. Rasakan
Pada penderita sadar jangan sampai penderita mengetahui bahwa
frekwensi pernapasannya sedang dihitung.
3. Frekuensi napas normal
a. Usia baru lahir sekitar 35 – 50 x/menit
b. Anak-anak 15 – 30x/menit
c. Usia 2-12 tahun 18 – 26 x/menit

Pola pernapasan Deskripsi


Dispnea Susah bernapas yang menunjukan
adanya retraksi
Bradipnea Frekuensi pernapasan lambat yang
abnormal, irama teratur
Takipnea Frekuensi pernapasan cepat yang
abnormal
Hiperpnea Pernapasan cepat dan dangkal
Apnea Tidak ada pernapasan
Cheyne stokes Periode pernapasan cepat dalam yang
bergantian dengan periode
apnea,umumnya pada bayi selama tidur
nyenyak, depresi dan kerusakan otak.
Kusmaul Napas dalam yang abnormal bisa cepat,
normal, atau lambat khususnya pada
asidosis metabolic
Biot Napas tidak teratur menunjukan adanya
kerusakan otak.

4. Sistem Respirasi Manusia


Istilah bernapas, seringkali diartikan dengan respirasi, walaupun secara
harfiah sebenarnya kedua istilah tersebut berbeda. Pernapasan (breathing)
artinya menghirup dan menghembuskan napas. Oleh karena itu, bernapas
diartikan sebagai proses memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam
tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan.
Sementara, respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi)
senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel sehingga diperoleh energi.
Energi yang dihasilkan dari respirasi sangat menunjang sekali untuk
melakukan beberapa aktifitas. Misalnya saja, mengatur suhu tubuh,
pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Oleh karena itu, kegiatan
pernapasan dan respirasi sebenarnya saling berhubungan.
5. Struktur Pernafasan Manusia
a. Hidung
Hidung merupakan alat pernapasan yang terletak di luar dan
tersusun atas tulang rawan. Pada bagian ujung dan pangkal hidung
ditunjang oleh tulang nasalis. Rongga hidung dibagi menjadi dua bagian
oleh septum nasalis, yaitu bagian kiri dan kanan. Bagian depan septum
ditunjang oleh tulang rawan, sedangkan bagian belakang ditunjang oleh
tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid.
Bagian bawah rongga hidung dibatasi oleh tulang palatum, dan
maksila. Bagian atas dibatasi oleh ethmoid, bagian samping oleh tulang
maksila, konka nasalis inferior, dan ethomoid sedangkan bagian tengah
dibatasi oleh septum nasalis.
Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut konka
nasalis superior, konka media dan konka inferior. Melalui celah-celah
pada ketiga tonjolan ini udara inspirasi akan dipanaskan oleh darah di
dalam kapiler dan dilembapkan oleh lendir yang disekresikan oleh sel
goblet. Lendir juga dapat membersihkan udara pernapasan dari debu.
Bagian atas dari rongga hidung terdapat daerah olfaktorius, yang
mengandung sel-sel pembau.
Sel-sel ini berhubungan dengan saraf otak pertama (nervus
olfaktorius). Panjangnya sekitar 10 cm. Udara yang akan masuk ke dalam
paru-paru pertama kali akan masuk melalui hidung terlebih dahulu.
Sekitar 15.000 liter udara setiap hari akan melewati hidung.
b. Faring
Udara dan makanan. Faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran
pencernaan (orofaring) pada bagian belakang. Udara dari rongga hidung
masuk ke faring. Faring berbentuk seperti tabung corong, terletak di
belakang rongga hidung dan mulut, dan tersusun dari otot rangka. Faring
berfungsi sebagai jalannya udara dan makanan. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian
depan dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang.
c. Laring
Dari faring, udara pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan
atau disebut juga laring. Laring tersusun atas kepingan tulang rawan yang
membentuk jakun. Jakun tersebut tersusun oleh tulang lidah, katup tulang
rawan, perisai tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan.
Pangkal tenggorokan dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan
(epiglotis). Jika udara menuju tenggorokan, anak tekak melipat ke bawah,
dan ketemu dengan katup pangkal tenggorokan sehingga membuka jalan
udara ke tenggorokan. Saat menelan makanan, katup tersebut menutupi
pangkal tenggorokan dan saat bernapas katup tersebut akan membuka.
Pada pangkal tenggorokan terdapat pita suara yang bergetar bila ada udara
melaluinya. Misalnya saja saat kita berbicara.
d. Trakea
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak
sebagian di leher dan sebagian di rongga dada. Dinding tenggorokan tipis
dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam
rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring bendabenda asing yang
masuk ke saluran pernapasan.
e. Bronkus
Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan kiri.
Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih vertikal
daripada kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus kanan akan mudah
kemasukan benda asing. Itulah sebabnya paru-paru kanan seseorang lebih
mudah terserang penyakit bronkhitis. Bronkus kemudian bercabang lagi
sebanyak 20-25 kali percabangan membentuk bronkiolus. Pada ujung
bronkiolus inilah tersusun alveolus yang berbentuk seperti buah anggur.
f. Paru-paru
Organ yang berperan penting dalam proses pernapasan adalah
paru-paru. Paru-paru merupakan organ tubuh yang terletak pada rongga
dada, tepatnya di atas sekat diafragma. Diafragma adalah sekat rongga
badan yang membatasi rongga dada dan rongga perut. Paru-paru terdiri
atas dua bagian, paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan
memiliki tiga gelambir yang berukuran lebih besar daripada paru-paru
sebelah kiri yang memiliki dua gelambir. Paru-paru dibungkus oleh dua
lapis selaput paru-paru yang disebut pleura. Semakin ke dalam, di dalam
paru-paru akan ditemui gelembung halus kecil yang disebut alveolus.
Jumlah alveolus pada paru-paru kurang lebih 300 juta buah. Adanya
alveolus ini menjadikan permukaan paru-paru lebih luas. Diperkirakan,
luas permukaan paruparu sekitar 160 m2 Dengan kata lain, paru-paru
memiliki luas permukaan sekitar 100 kali lebih luas daripada luas
permukaan tubuh.
Dinding alveolus mengandung kapiler darah. Oksigen yang
terdapat pada alveolus berdifusi menembus dinding alveolus, lalu menem
bus dinding kapiler darah yang mengelilingi alveolus. Setelah itu, masuk
ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat di
dalam sel darah merah sehingga terbentuk oksihemoglobin (HbO2).
Akhirnya, oksigen diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Setelah sampai
ke dalam sel-sel tubuh, oksigen dilepaskan sehingga oksihemoglobin
kembali menjadi hemoglobin. Oksigen ini digunakan untuk oksidasi.
Karbondioksida yang dihasilkan dari respirasi sel diangkut oleh plasma
darah melalui pembuluh darah menuju ke paru-paru. Sesampai di
alveolus, CO2 menembus dinding pembuluh darah dan dinding alveolus.
Dari alveolus, karbondioksida akan disalurkan menuju hidung untuk
dikeluarkan. Jadi proses pertukaran gas sebenarnya berlangsung di
alveolus.
6. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
a. Usia
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru
yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada
yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu
bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang
dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak
diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada
bentuk thorak dan pola napas.
b. Suhu
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan
berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah
panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah
jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat.
Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah
perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan
kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
c. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam
tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat
menjadi predisposisi penyakit paru.
d. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada
terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu
penyakitpenyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek
sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi
kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena
hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka
anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
e. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam
pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila
memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju
dan kedalaman pernapasan.
f. Jenis kelamin
Belalang betina dan belalang jantan memiliki kecepatan respirasi
yang berbeda.
g. Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan,
makin rendah O2 , sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup
belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian memiliki laju
pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
h. Polusi udara
Dengan adanya polusi udara, kecepatan pernapasan kita terganggu.
Bernapas menjadi lebih menyesakkan sehingga kecepatan pernapasan
menurun, jumlah oksigen yang dihisap menurun, kita pun menjadi lemas.
7. Metode perhitungan
Satu pernapasan adl satu kali menghirup napas dan satu kali
mengeluarkan napas (satu kali gerakan nak turun)Pernapasan dihitung selama
30 detik lalu dikalikan 2 untuk mendapatkan frekuensi pernapasantiap menit,
pada keadaan normal mungkin pernapasan hanya dihitung selama 15 detik
lalu hasilx dikalikan 4.
a. Persiapan alat :
1) Stop watch atau jam tangan
2) Stetoskop Buku catatan.
b. Cara kerja :
1) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
2) Membuka baju klien untuk mengobservasi pergerakan dada
3) Menghitung pernapasan klien dengan melihat gerakan inspirasi dan
ekspirasi, jika pernapasan teratur dihitung selama 30 detik dan
dikalikan 2, bila pernapasan tidak teratur dihitung selama 1 menit
4) Mendengarkan bunyi pernapasan dengan stetoskop, kemudian cek
apakah terdengar suara napas yang abnormal
5) Akhiri tindakan dengan baik
6) Mencuci tangan

D. CARA MENGUKUR TEKANAN DARAH


1. Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.
Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung,
ketegangan arteri, volume, dan laju serta kekuatan (viskositas) darah. Tekanan
darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat jantung
beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar
dari 100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal
biasanya 120/80 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut Martuti (2009), secara umum ada dua komponen tekanan
darah, yaitu tekanan darah sistolik (angka atas) yaitu tekanan yang timbul
akibat pengerutan bilik jantung sehingga ia akan memompa darah dengan
tekanan terbesar, dan diastolik (angka bawah) yang merupakan kekuatan
penahan pada saat jantung mengembang antar denyut, terjadi pada saat
jantung dalam keadaan mengembang (saat beristirahat). Tekanan darah
normal (normotensi) sangat dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke seluruh
tubuh, yaitu untuk mengangkut oksigen dan zat-zat gizi. Tekanan darah ada
dalam pembuuh darah, sedangkan tekanan darah tertinggi ada dalam arteri
terbesar (Martuti, 2009).
2. Metode Pengukuran Tekanan Darah
a. Metode Auskultasi
Tekanan darah arteri dalam manusia rutin diukur oleh metode
auskultasi. Manset yang dapat dikendalikan (manset Riva-Rocci)
dilekatkan ke manometer air raksa (sphygmomanometer) yang dibalutkan
sekeliling lengan dan stetoskop ditempatkan diatas arteria brachialis pada
siku. Manset ini dikembangkan sampai tekanan dalamnya tepat diatas
tekanan sistolik yang diperkirakan di dalam arteria brachialis. Arteri ini
ditutup dengan manset dan tidak ada bunyi yang terdengar dengan
stetoskop. Tekanan dalam manset kemudian direndahkan pelan-pelan pada
titik tekanan sistolik di dalam arteri tepat melebihi tekanan manset, maka
semburan darah lewat bersama tiap denyut jantung dan secara serentak
dengan tiap denyut, serta terdengar bunyi mengetok di bawah manset.
Tekanan manset saat bunyi pertama terdengar merupakan tegangan
sistolik. Karena tekanan manset direndahkan lebih lanjut, maka bunyi
menjadi lebih keras, lalu redup dan berkurang, dan akhirnya dalam
kebanyakan individu ia menghilang.
b. Metode Palpasi
Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan mengembangkan manset
lengan dan kemudian membiarkan tekanan turun dan menentukan tekanan
saat denyut radialis dapat diraba pertama kali. Karena kesulitan
menentukan dengan tepat kapan denyut pertama teraba, maka tekanan
yang didapat dengan metode palpasi ini biasanya 2-5 mmHg lebih besar
daripada yang diukur oleh metode auskultasi.
c. Peralatan Pengukuran Tekanan darah
1) Meja periksa/tempat tidur
2) Stopwatch/arloji(jam)
3) Sphygmomanometer(tensimeter).terdiri dari :
a) Manometer air raksa
b) -Manset udara
c) -Selang karet
d) -Pompa udara dari karet+sekrup pembuka penutup.
d) Stethoscope
e) Bangku latihan fisik
d. Teknik Pengukuran Tekanan darah
Berikut langkah-langkah untuk mengukur tekanan darah arteri
panduan mengikuti rekomendasi dari American Heart Association:
1) Awalnya, sebelum mengambil tekanan darah, pasien harus tetap duduk
dan beristirahat selama 5 menit
2) Konsumsi produk berkafein seperti kopi, cola, atau teh harus dihindari
selama minimal 30 menit sebelum mengukur tekanan darah. Selain itu,
kegiatan seperti merokok dan berolahraga 30 menit sebelum mengukur
tekanan darah juga harus dihindari.
3) Pilih sphygmomanometer merkuri standar atau aneroid (pegas dengan
jarum penunjuk) dengan ukuran manset yang memadai berdasarkan
ukuran lengan pasien.
4) Pasangkan manset pada kanan atau lengan kiri dari pasien.
5) Saat pengukuran tekanan darah, baik pasien maupun pemeriksa
dilarang berbicara berbicara.
6) Dapatkan denyut nadi pada arteri radialis, dan memulai memompa
sampai tidak terabanya denyut itu dan tandai tekanan yang didapat.
7) Selanjutnya, stetoskop ditempatkan ringan di atas arteri brakialis. Jika
stetoskop ditekan terlalu tegas, dapat menyebabkan turbulensi dan
hilangnya suara, sehingga mengurangi tekanan diastolik.
8) Pompa manset sampai tekanan 30 mmHg di atas di mana denyut arteri
radialis tidak lagi teraba.
9) Selanjutnya perlahan kempiskan manset (sekitar 23 mmHg per detak
jantung), dengarkan Korotkoff fase I sambil melihat ukuran tekanan
darah. Catat pengukuran dari sphygmomanometer di mana suara
pertama muncul, ini merupakan tekanan darah sistolik pasien.
10) Sambil melihat ke ukuran sphygmomanometer, terus perlahan-lahan
kempiskan manset. Catat pengukuran dari sphygmomanometer ketika
Korotkoff fase V dimulai, ini merupakan tekanan darah diastolik
pasien. Jika ada 10 mmHg atau lebih perbedaan antara Korotkoff fase
IV dan V maka tekanan di fase IV harus dicatat sebagai tekanan darah
diastolik. Hal ini dapat terjadi dalam kasus-kasus output jantung tinggi
atau vasodilatasi perifer, anak di bawah 13 tahun, atau wanita hamil.
Setelah suara Korotkoff terakhir yang didengar, terus kempiskan
manset selama 10 mmHg untuk memastikan bahwa tidak ada lagi
suara terdengar. Kemudian kempiskan manset secara total dan berikan
pasien waktu untuk beristirahat.
11) Tunggu minimal 30 detik dan ulangi 3 langkah sebelumnya untuk
mendapatkan pengukuran tekanan darah kedua. Jika pengukuran
memiliki perbedaan lebih dari 5 mmHg, maka pengukuran harus terus
dilakukan sampai didapat 2 kali berturut-turut pengukuran yang stabil.
Rata-rata dari 2 pengukuran stabil harus dicatat sebagai tekanan darah
pasien.
12) Kemudian tunggu 1-2 menit lagi dan ulangi langkah 4 sampai 10
untuk mengukur tekanan darah pada lengan yang berlawanan. Jika
terdapat perbedaan pengukuran antara 2 lengan, maka lengan dengan
pengukuran tertinggi yang dipakai.
13) Dalam pencatatan hasil, pencatatan tidak hanya pada tekanan yang
didapat saja, tetapi juga yang lengan yang digunakan, posisi lengan,
dan ukuran manset.
e. Mekanisme Pemeliharaan Tekanan darah
Tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal,
beberapa kelenjar endokrin, arteri dan jantung. Otak adalah pusat
pengontrol tekanan darah di dalam tubuh. Serabut saraf adalah bagian
sistem saraf otonom yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh
untuk menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah
dan kebutuhan khusus semua organ. Semua informasi ini diproses oleh
otak dan keputusan dikirim melalui saraf menuju organ-organ tubuh
termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan mengempis atau
mengembangnya pembuluh darah. Saraf-saraf ini dapat berfungsi secara
otomatis (Hayens, 2003).
Pada akhirnya tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses
fisiologis yang bekerja bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang
memastikan darah mengalir di sirkulasi dan memungkinkan jaringan
mendapatkan nutrisi agar dapat berfungsi dengan baik. Jika salah satu
mekanisme mengalami gangguan, maka dapat terjadi tekanan darah tinggi.
f. Faktor yang Mempertahankan Tekanan darah
Faktor-faktor yang mempertahankan tekanan darah yaitu:
1) Kekuatan memompa jantung.
2) Banyaknya darah yg beredar.
3) Viskositas darah.
4) Elastisitas dinding pembuluh darah.
5) Tahanan tepi.
g. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan darah
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu :
1) Umur
2) Kegiatan (kerja otot perubahan sikap)
3) Ketinggian (gravitasi)
4) Ekspirasi dan inspirasi
5) Kerja jantung
6) Pengaruh berpikir
h. Hasil Pengukuran Tekanan darah
1) Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
a) Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg
b) Usia 1 - 6 bulan : 90/60 mmHg
c) Usia 6 - 12 bulan : 96/65 mmHg
d) Usia 1 - 4 tahun : 99/65 mmHg
e) Usia 4 - 6 tahun : 160/60 mmHg
f) Usia 6 - 8 tahun : 185/60 mmHg
g) Usia 8 - 10 tahun : 110/60 mmHg
h) Usia 10 - 12 tahun : 115/60 mmHg
i) Usia 12 - 14 tahun : 118/60 mmHg
j) Usia 14 - 16 tahun : 120/65 mmHg
k) Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg
l) Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg
2) Seseorang dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan darahnya
adalah:
a) Hypertensi rendah : 140 - 159/ 90-99 mmHg
b) Hypertensi sedang : 160 - 169/100-109 mmHgHypertensi berat :
180 - 209/110-119 mmHg
3) Seseorang dikatakan hypotensi jika tekanan darahnya lebih kecil dari
110/70 mmHg
i. Pengaruh Posisi pada Pemeriksaan Tekanan darah
Tekanan darah memiliki sifat yang dinamis. Pada perubahan posisi
tubuh dari berbaring telentan, duduk, dan berdiri, tekanan darah
mengadakan penyusaian untuk dapat tetap menunjang kegiatan tubuh.
(Mohrman D and Jane H,2006) Pada keadaan berbaring telentang
didapatkan rata-rata tekanan sistolik sebesar 118,25 dan diastolic sebesar
79, sedangkan pada keadaan duduk tekanan sistolik didapatkan rata-rata
sebesar 118,75 dan diastolic sebesar 80,75, pada keadaan berdiri tekanan
sistolik didapatkan rata-rata sebesar 116,25 dan diastolic sebesar 83.
Pengukuran tekanan sistolik dan diastolic mengalami fluktasi, seharusnya
tekanan sistolik dan diastolic menunjukkan peningkatan dari posisi
berbaring telentang, duduk dan berdiri.
j. Pengaruh Latihan Fisik pada Pemeriksaan Tekanan darah
Menurut teori yang ada penurunan tekanan darah setelah
melakukan latihan fisik dapat terjadi karena pembuluh darah mengalami
pelebaran dan relaksasi. Aktivitas fisik tersebut dapat melemaskan
pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, sama halnya
dengan melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan air. Dalam hal ini,
latihan fisik/olahraga dapat mengurangi tahanan perifer.
Penurunan tekanan darah juga dapat terjadi akibat berkurangnya
aktivitas memompa jantung(Medical Journal, 2006). Otot jantung pada
orang yang rutin melakukan latihan fisik sangat kuat, maka otot jantung
pada individu tersebut berkontraksi lebih sedikit daripada otot jantung
individu yang jarang berolahraga, untuk memompakan volume darah yang
sama (Mirkin G and Hoffman M, 1978). Karena olahraga dapat
menyebabkan penurunan denyut jantung (Fox EL,1988), maka olahraga
akan menurunkan cardiac output, yang pada akhirnya menyebabkan
penurunan tekanan darah.Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan
dengan penurunan tekanan sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer
dicerminkan dengan penurunan tekanan diastolik. (Ganong, 1995)

E. CARA PEBERIAN OBAT


1. Obat Oral
Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai
karena ini merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman
bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat di berikan secara oral baik dalam
bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantu absorbsi , maka
pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian setengah gelas air
atau cairan yang lain. Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi
lambung dan menyebabkan muntah (mislanya garam besi dan Salisilat).
Untuk mencegah hal ini, obat di persiapkan dalam bentuk kapsul yang
diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi hancur
pada suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan obat jenis ini,
bungkus kapsul tidak boleh di buka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien di
beritahu untuk tidak minum antasaid atau susu sekurang-kurangnya satu jam
setelah minum obat. Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka
pemberian harus di lakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya
untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat di beri minuman
dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup pasien dapat
di beri minum, pencuci mulut atau kembang gula.
2. Obat Topikal
Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal
dengan cara mengoleskan atau menetskan obat pada permukaan kulit
tergantung dimana letak penyakit itu terjadi.
a. Pada Kulit
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada
kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion, sprei atau salep. Hal ini
dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau
menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi (contoh : lotion). Krim,
dapat mengandung zat anti fungal (jamur), kortikosteorid, atau antibiotic
yang dioleskan pada kulit dengan menggunakan kapas lidi steril.
Krim dengan antibiotic sering digunakan pada luka bakar atau
ulkus dekubitus. Krim adalah produk berbasis air dengan efek
mendinginkan dan emolien. Mereka mengandung bahan pengawet untuk
mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur, tetapi bahan pengawet tertentu
dapat menyebabkan sensitisasi dan dermatitis kontak alergi.Krim kurang
berminyak dibandingkan salep dan secara kosmetik lebih baik ditoleransi.
Sedangkan salep, dapat digunakan untuk melindungi kulit dari
iritasi atau laserasi kulit akibat kelembaban kulit pada kasus inkontenansia
urin atau fekal. Salep tidak mengandung air, mereka adalah produk
berbasis minyak yang dapat membentuk lapisan penutup diatas permukaan
kulit yang membantu kulit untuk mempertahankan air. Salep nenghidrasi
kulit yang kering dan bersisik serta meningkatkan penyerapan zat aktif,
dan karena itu berguna dalam kondisi kulit kering kronis. Salep tidak
mengandung bahan pengawet.
Losion adalah suspensi berair yang dapat digunakan pada
permukaan tubuh yang luas dan pada daerah berbulu.Losion memiliki efek
mengeringkan dan mendinginkan.
Obat transdermal adalah obat yang dirancang untuk larut kedalam
kulit untuk mendapatkan efek sistemik.Tersedia dalam bentuk
lembaran.Lembaran obat tersebut dibuat dengan membran khusus yang
membuat zat obat menyerap perlahan kedalam kulit. Lembaran ini juga
dapat sekaligus mengontrol frekuensi penggunaan obat selama 24 ± 72
jam. Tujuan pemberian pada kulit, yaitu :
1) Untuk mempertahankan hidrasi
2) Melindungi permukaan kulit
3) Mengurangi iritasi kulit
4) Mengatasi infeksi
b. Pada Mata
Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat
mata atau mengoleskan salep mata. Persiapan pemeriksaan struktur
internal mata dilakukan dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur
refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian dapat juga
digunakan untuk menghilangkan iritasi mata
Obat mata biasanya berbentuk cairan dan ointment/ obat salep
mata yang dikemas dalam tabung kecil.Karena sifat selaput lendir dan
jaringan mata yang lunak dan responsif terhadap obat, maka obat mata
biasanya diramu dengan kakuatan yang rendah misalnya 2 %.
c. Pada Telinga
Pemberian obat pada telinga dilakukan dengan cara memberikan
tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan
pada gangguan infeksi telinga, khususnya pada telinga tengah (otitis
eksternal) dan dapat berupa obat antibiotik.
3. Bentuk Obat
a. Oral
Bentuk oral adalah obat yang masuk melalui mulut. Pada
umumnya cara ini lebih disukai karena paling murah dan nyaman untuk
diberikan. Bentuk obat sediaan padat yang diberikan melalui oral yaitu :
1) Serbuk, campuran kering bahan obat atau zat kimia, diameter 1,2-1,7
µm dengan atau tanpa vehikulum serta untuk penggunaan.
Macam serbuk :
a) Serbuk terbagi
(1) Pulveres, dikemas dalam suatu bungkus/sachet untuk dosis
tunggal. Cara penggunaan dilarutkan atau disuspensikan
dalam aquadest sebelum diminum.
b) Serbuk tak terbagi
(1) Bulk powder tersedia sebagai sirup oral antibiotik dan
serbuk kering lainnya yang tidak poten (antasida,dll) untuk
multiple dose. Cara penggunaan dilarutkan atau
disuspensikan dalam aquadest sebelum diminum.
(2) Serbuk tabur, ditaburkan pada kulit.
(3) Serbuk injeksi, dilarutkan atau disuspensikan dalam aqua
pro injeksi.
2) Granul, sediaan bentuk padat berupa partikel serbuk dengan diameter
2-4µm dengan atau tanpa vehikulum. Cara penggunaan sebelum
diminum dilarutkan atau disuspensikan dulu dalam air pelarut yang
sesuai.
3) Tablet, sediaan obat berbentuk padat kompak dan merupakan tipe
umum dari suatu tablet. Berdasarkan formulasinya, tablet dapat berupa
: tablet padat biasa, tablet sublingual (dilarutkan dibawah lidah), tablet
bukal (dilarutkan antara pipi dan gusi), tablet bersalut gula (menutupi
bau dan rasa tidak enak), tablet bersalut enteric (untuk mencegahnya
larut dalam lambung dan sampai dan di usus halus baru dipecah).
Berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi 2 yaitu bulat pipih dengan
kedua permukaannya rata atau cembung, dalam perdagangannya
disebut Tablet. Sedangkan silindris seperti kapsul, dalam
perdagangannya disebut Kaplet.
4) Kapsul, sediaan padat, bahan aktifnya berbentuk padat atau setengah
padat dengan atau tanpa bahan tambahan dan terbungkus suatu
cangkang yang keras terbuat dari gelatin dengan atau tanpa bahan
tambahan.
b. Topikal
Bentuk obat ini dipakai untuk permukaan luar badan dan berfungsi
melindungi atau sebagai ventrikel untuk menyampaikan obat.
1) Lotion
Lotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebal dan
cenderung lebih emollient di alam dibandingkan dengan shake lotion.
Lotion biasanya terdiri dari minyak dicampur dengan air, dan tidak
memiliki kandungan alkohol. Bisanya lotion akan cepat mengering
jika mengandung alkohol yang tinggi.
2) Shake lotion
Shake lotion merupakan campuran yang memisah menjadi dua
atau tiga bagian apabila didiamkan dalam jangka waktu tertentu.
Minyak sering dicampur dengan larutan berbasis air.Perlu dikocok
terlebih dahulu sebelum digunakan.
3) Cream/ Krim
Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan
mempertahankan bentuknya apabila dikeluarkan wadahnya. Cream
biasanya digunakan untuk melembabkan kulit. Cream memiliki risiko
yang signifikan karena dapat menyebabkan sensitifitas imunologi yang
tinggi. Cream memiliki tingkat penerimaan yang tinggi oleh pasien.
Cream memiliki variasi dalam bahan, komposisi, pH, dan toleransi
antara merek generic.
4) Salep
Salep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal,
berminyak dengan viskositas tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit
atau selaput lendir. Salep digunakan sebagai pelembaban atau
perlindungan, terapi, atau profilaksis sesuai dengan tingkat oklusi yang
diinginkan.Salep digunakan pada kulit dan selaput lendir yang terdapat
pada mata (salep mata), vagina, anus dan hidung.Salep biasanya
sangat pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu juga memiliki
risiko rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau lemak.
5) Tetes
Tetes biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal
pada pengobatan bagian permukaan mata atau pada telinga pada
bagian dalamnya. Larutan yang sering di pakai adalah air dengan
campuran alkaloid dan bahan kimia yang lain.
4. Cara Kerja Pemberian Obat
a. Obat Oral
1) Peralatan :
a) Baki berisi obat-obatan atau kereta sorong obat-obat (tergantung
sarana yang ada)
b) Kartu rencana pengobatan
c) Cangkir disposible untuk tempat obat
d) Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
2) Tahap kerja :
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b) Cuci tangan
c) Kaji kemampuan pasien untuk dapat minum obat per oral
(kemampuan menelan, mual dan muntah, akan dilakukan
penghisapan cairan lambung, atau tidak boleh makan/minum).
d) Periksa kembali order pengobatan (nama pasien, nama dan dosis
obat, waktu dan cara pemberian). Bila ada keraguan laporkan ke
perawat jaga atau dokter.
e) Ambil obat sesuai yang diperlukan.
f) Bantu untuk minum obat dengan cara :
g) Apabila memberikan tablet atau kapsul dari botol, tuangkan
jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke
tempat obat. Jangan menyentuh obat dengan tangan. Obat berupa
kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
h) Yakin bahwa tidak pada pasien yang salah.
i) Atur posisi pasien duduk bila mungkin.
j) Kaji tanda-tanda vital pasien.
k) Berikan cairan/air yang cukup untuk membantu menelan, bila sulit
menelan anjurkan pasien meletakan obat di lidah bagian belakang,
kemudian pasien dianjurkan minum.
l) Bila obat mempunyai rasa tidak enak, beri pasien beberapa butir es
batu untuk diisap sebelumnya, atau berikan obat dengan
menggunakan lumatan apel atau pisang.
m) Catat tindakkan yang telah dilakukan meliputi nama dan dosis obat
yang diberikan, setiap keluhan dan hasil pengkajian pada pasien.
Bila obat tidak dapat masuk, catat secara jelas dan tulis tanda
tangan dengan jelas.
n) Kembalikan semua peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar
kemudian cuci tangan.
o) Lakukan evaluasi menegenai efek obat pada pasien kurang lebih
30 menit setelah waktu pemberian.
b. Obat Topikal
Selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau diinjeksikan,
berbagai jenis obat dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion,
liniment,ointment, pasta dan bubuk biasanya dipakai untuk pengobatan
gangguan dermatologis misalnya gatal-gatal, kulit kering, infeksi dan lain-
lain. Obat topikal juga dikemas dalam bentuk obat tetes (instilasi) yang
dipakai untuk tetes mata, telinga atau hidung serta dalam bentuk untuk
irigasi baik mata, telinga, hidung, vagina maupun rektum.
1) Pemberian obat kulit (dermatologis)
Obat dapat diberikan pada kulit dengan cara digosokkan,
ditepukkan, disemprotkan, dioleskan dan iontoforesis (pemberian obat
pada kulit dengan listrik).
Prinsip kerja pemberian obat pada kulit antara lain meliputi :
a) Gunakan teknik steril bila ada luka pada kulit.
b) Bersihkan kulit sebelum memberikan obat (bahan pembersih
dilentukkan oleh dokter).
c) Ambil obat kulit dari tempatnya dengan batang spatel lidah dan bukan
dengan tangan.
d) Bila obat perlu digosok, gunakan tekanan halus.
e) Oleskan obat tipis-tipis kecuali ada petunjuk lain.
f) Obat dalam bentuk cair harus diberikan dengan aplikator.
g) Bila digunakan kompres atau kapas lembab maka pelembab harus
steril.
2) Irigasi dan instilasi mata
Irigasi mata merupakan suatu tindakan pencucian kantung
konjungtiva mata. Berbagai bentuk spuit tersedia khusus untuk melakukan
irigasi tetapi bila tidak ada dapat digunakan spuit dengan tabung yang
besar. Peralatan yang digunakan harus dalam keadaan steril.
Obat mata biasanya berbentuk cairan (obat tetes mata) dan
ointment/obat salep mata yang dikemas dalam tabung kecil. Karena sifat
selaput lendir dan jaringan mata yang lunak dan responsif terhadap obat,
maka obat mata biasanya diramu dengan kekuatan yang rendah misalnya
2%. Cara irigasi dan instilasi mata :
a) Pastikan tentang adanya order pengobatan.
b) Siapkan peralatan.
(1) Untuk irigasi :
(a) Tabung steril untuk tempat cairan.
(b) Cairan irigasi sebanyak 60 sampai dengan 240cc dengan suhu
37ºC.
(c) Alas irigator mata atau spuit steril.
(d) Bengkok steril
(e) Bola kapas steril.
(f) Cairan normal salin steril (bila diperlukan).
(g) Perlak.
(h) Sarung tangan steril.
(2) Instilasi :
(a) Obat yang diperlukan.
(b) Kapas kering steril.
(c) Kapas basah (normal saline) steril.
(d) Kassa/penutup mata dan plester.
(e) Sarung tangan steril.
c) Siapkan pasien yaitu dengan memberitahu pasien tentang
irigasi/pengobatan yang diberikan. Bantu pasien mengatur posisi
duduk atau berbaring saling memiringkan kepala ke arah mata yang
sakit. Pasang kain penutup untuk melindungi pasien dan baju pasien
agar tidak basah dan pasang bengkok di bawah mata yang sakit (pada
pelaksanaan irigasi).
d) Kaji mata pasien. Amati adanya gangguan pada mata misalnya warna
merah, adanya kotoran, bengkak, pandangan kabur, mata sering
dikucek-kucek dan lain-lain.
e) Bersihkan kelopak mata dan bulu mata dengan nola kapas yang telah
dibasahi dengan cairan irigasi dengan arah dari kantus dalam menuju
kantus keluar.
(1) Masukkan cairan irigasi atau obat mata
(a) Untuk irigasi :
Buka mata dengan jari telunjuk dan ibu jari sehingga
kantong konjungtiva dapat dilihat. Pegang irigator yang telah
berisi cairan 2,5cm di atas mata. Arahkan air pada kantong
konjungtiva bawah dari kantus dalam menuju kantus luar.
Lanjutkan irigasi sampai air yang meninggalkan mata tampak
bersih. Anjurkan pasien untuk membuka dan menutup mata
secara teratur. Bila sudah selesai, bersihkan sekitar mata
dengan bola kapas.
(b) Untuk instilasi :
Periksa nama, kekuatan dan jenis obat. Anjurkan pasien
memandang ke atas dan beri pasien sebuah bola kapas. Buka
mata dengan cara menarik kelopak mata bawah dengan jempol
atau jari-jari tangan yang tidak memegang obat. Pegang obat
tetes dengan tangan satunya.
Dekatkan ke mata sampai berjarak 1 sampai 2 cm dari
mata lalu teteskan obat sesuai yang dibutuhkan pada kantong
konjungtiva bawah 1/3 dari luar. Bila obat berupa salep mata,
pegang pipa salep di atas kantung konjungtiva atas dan oleskan
sekitar 3 cm salep dari kantus dalam ke luar. Lalu anjurkan
pasien menutup mata tanpa mengusap obat keluar. Untuk obat
cair, pasien dianjurkan menutup mata selama 30 detik dan
menekan hati-hati duktus nasolakrimalis agar obat tidak masuk
ke dukus tersebut.
f) Bersihkan mata dengan cara mengusap dari arah dalam keluar.
g) Tutup mata bila diperlukan dan kaji respon pasien.
h) Bereskan alat yang digunakan dan catat tindakan dengan singkat dan
jelas.
3) Instilasi hidung
Obat yang diberikan melalui tetesan hidung (instilasi hidung)
diberikan biasanya dengan maksud menimbulkan astringent efekyang
merupakan efek obat dalam mengkerutkan selaput lendir yang bengkak.
Obat tetes hidung diberikan pula dengan tujuan untuk menyembuhkan
infeksi pada rongga atau sinus-sinus hidung.
Cara kerja instilasi hidung :
a) Pastikan tentang adanya order pengobatan.
b) Siapkan peralatan :
(1) Obat tetes hidung.
(2) Bola kapas.
c) Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan siapkan
pasien. Posisi pasien diatur berbaring terlentang dengan bagian bahu
disokong sebuah bantal sehingga kepala mengadah. Anjurkan pasien
untuk menghembuskan napas sedikit kuat sehingga lubang hidung
akan bersih.
d) Elevasikan lubang hidung dengan cara menekan ujung hidung dengan
jempol.
e) Pegang obat tetes hidung di atas lubang hidung dan teteskan obat pada
bagian tengah konka superior tulang etmoidalis (beritahu pasien untuk
bernapas melalui mulut sewaktu obat diteteskan).
f) Anjurkan pasien tetap dalam posisi ini selama 1 menit sehingga obat
dapat sampai pada semua dinding hidung.
g) Atur posisi pasien yang nyaman dan beritahu untuk bernapas melalui
hidung kembali.
h) Bereskan peralatan dan catat tindakan secara jelas dan singkat.
Cara kerja irigasi dan istilasi telinga :
(1) Pastikan tentang adanya order pengobatan.
(2) Siapkan peralatan
4) Irigasi dan instilasi vagina
Irigasi vagina merupakan suatu prosedur membersihkan vagina
dengan aliran air yang pelan. Tindakan ini dilakukan terutama untuk
memasukkan larutan antimikroba guna mencegah pertumbuhan
mikroorganisme penyebab infeksi, mengeluarkan kotoran dalam vagina
mencegah perdarahan (dengan cairan dingin atau hangat) dan mengurangi
peradangan.
Peralatan steril digunakan untuk melakukan irigasi vagina di
rumah sakit, terutama bila terdapat luka terbuka pada vagina. Jenis cairan
yang digunakan tergantung pada prosedur rumah sakit dan tujuan irigasi.
Biasanya digunakan cairan normal salin, sodium bikarbonat, air ledeng
dan lain-lain. Jumlah cairan bervariasi antara 1000 sampai dengan 2000
ml dan cairan dibandingkan pada suhu 40,5ºC.
Instilasi vagina dilakukan berbagai tujuan, antara lain untuk
mengobati infeksi atau menghilangkan rasa nyeri, maupun gatal pada
vagina. Obat yang dimasukkan melaui vagina dikemas dalam bentuk yang
bervariasi antara lain : cream, jelly, foam atau supositoria.
Cara kerja irigasi dan isntilasi vagina :
a) Pastikan tentang adanya order pengobatan
b) Siapkan peralatan
Untuk irigasi vagina :
(1) Set irigasi vagina (sering dikemas untuk pemakaian disposible)
yang terdiri dari ujung lancip/corong, pipa, klem dan kantong
cairan.
(2) Perlak
(3) Cairan irigasi
(4) Kapas lembab thermometer
(5) Bedpan
(6) Kertas tissue
(7) Sarung tangan
(8) Tiang/standart infuse
Untuk instilasi vagina :
(1) Obat yang berbentuk supositoria atau krim
(2) Sarung tangan disposible
(3) Pelumas untuk obat supositoria
(4) Aplikasi untuk krim vagina
(5) Kertas tissue/handuk
(6) Kapas pembersih perineum
c) Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan jelaskan
rasa tidak nyaman yang mungkin dirasakan selama tindakan.
Buka/suruh pasien menanggalkan pakaian bawah (tetap jaga privacy
pasien).
d) Atur posisi pasien dan tutupi bagian tubuh yang tidak digunakan. Pada
pelaksanaan irigasi, pertama-tama pasang perlak di bawah bokong
pasien, pasang bedpan dan atur posisi pasien di atas bedpan dengan
bahu lebih rendah dari pada panggul. Di bawah bagian lumbal dapat
dipasang bantal untuk mengurangi rasa tidak nyaman. Pada tindakan
instilasi obat, pasien diatur dalam posisi berbaring dengan lutut
ditekuk dan di rentangkan ke luar (dorsal recumbent)
e) Atur peralatan yang akan digunakan :
Untuk irigasi : tutup/klem pipa, gantung tabung cairan pada tiang
infus setinggi 30 cm dari vagina. Alirkan/isi pipa dan corong dengan
air.
Untuk instilasi : buka pembungkus obat supositoria dan letakkan di ats
pembungkusnya yang terbuka. Bila menggunakan aplikator, isi
aplikator dengan krim, jelly, atau foam sesuai kebutuhan.
f) Kaji keadaan dan bersihkan area perineal dengan cara pakailah sarung
tangan, inspeksi lubang vagina untuk mengetahui setiap peradangan,
perhatikan bau dan setiap cairan yang keluar. Lakukan pembersihan
parineal untuk menghilangkan mikroorganisme
g) Masukkan cairan irigasi, supositoria, krim, foam atau jelly sesuai
dengan kebutuhan
Untuk irigasi : alirkan sedikit cairan di area perineal, pelan-pelan
masukkan corong sedalam antara 7 sampai sampai dengan 10 cm
kemudian alirkan cairan pelan-pelan. Setelah semua cairan masuk dan
keluar, ambil corong dan bantu pasien duduk di ats bedpan.
Untuk supositoria : lumasi ujung supositoria dan ujung jari telunjuk
anda dengan jelly. Buka labia sehingga lubang vagina dapat dilihat.
Dorong supositoria ke dalam lubang vagina dengan jari telunjuk
sedalam 8-10cm. Setelah supositoria masuk, tarik jari telunjuk dan
anjurkan pasien tetap dalam posisi supinasi (terlentang) selama 5
sampai dengan 10 menit.
Untuk krim, jelly atau foam : pelan-pelan masukan aplikator ke dalam
lubang vagina, dorong pengokang secara hati-hati sampai obat obat
habis kemudian keluarkan aplikator.
h) Setelah selesai keringkan area perineal, ambil bedpan dan perlak dan
atur pasien dalam posisi yang nyaman.
i) Bereskan peralatan dan catat tindakan.
j) Kaji respon pasien yang antara lain meliputi : rasa sakit dan kotoran
atau cairan yang keluar.
5) Pemberian Obat Per Rektal dan Supositoria
Obat dapat diberikan melalui rektal. Obat dalam bentuk cairan
yang banyak diberikan melalui rektal yang sering disebut enema. Obat
tertentu dalam bentuk kapsul yang besar dan panjang (supositoria) juga
dikemas untuk diberikan melalui anus/rektum. Ada beberapa keuntungan
penggunaan obat supositoria antara lain:
a) Supositoria tidak menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan bagian
atas.
b) Beberapa obat tertentu dapat diabsorbsi dengan baik melalui dinding
permukaan rektum.
c) Supositoria rektal diperkirakan mempunyai tingkatan (titrasi) aliran
pembuluh darah yang besar, karena pembuluh darah vena pada rektum
tidak ditransportasikan melalui liver (Hahn, Oestrelch, Barkin, 1986).
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh perawat dalam
memberikan obat dalam bentuk enema dan supositoria, antara lain :
a) Untuk mencegah peristalti, lakukan enema retensi secara pelan dengan
cairan sedikit (tidak lebih dari 120 ml) dan gunakan rektal tube kecil.
b) Selama enema berlangsung, anjurkan pasien berbaring miring ke kiri
dan bernapas melalui mulut untuk merilekskan spingter.
c) Retensi enema dilakukan setelah pasien buang air besar.
d) Anjurkan pasien untuk berbaring telentang selama 30 menit setelah
pemberian enema.
e) Obat supositoria harus disimpan di lemari es karena obat akan meleleh
pada suhu kamar.
f) Gunakan pelindung jari atau sarung tangan. Gunakan jari telunjuk
untuk pasien dewasa dan jari ke empat pada pasien bayi. Anjurkan
pasien berbaring ke kiri dan bernapas melalui mulut agar spingter
rileks. Pelan-pelan dorong supositoria ke dalam.
g) Anjurkan pasien tetap miring ke kiri selama 20 menit setelah obat
masuk.
h) Bila diperlukan, beritahu pasien cara mengerjakan sendiri enema atau
memasukkan supositoria.

F. CARA PEMBERIAN OBAT PARENTAL/INJEKSI


Pemberian obat secara parenteral merupakan pemberian obat melalui
injeksi atau infuse. Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini
diberikan melalui beberapa rute pemberian, yaitu Intra Vena (IV), Intra Spinal
(IS), Intra Muskular (IM), Subcutaneus (SC), dan Intra Cutaneus (IC). Obat yang
diberikan secara parenteral akan di absorbs lebih banyak dan bereaksi lebih cepat
dibandingkan dengan obat yang diberikan secara topical atau oral. Perlu juga
diketahui bahwa pemberian obat parenteral dapat menyebabkan resiko infeksi.
Resiko infeksi dapat terjadi bila perawat tidak memperhatikan dan
melakukan tekhnik aseptic dan antiseptic pada saat pemberian obat. Karena pada
pemberian obat parenteral, obat diinjeksikan melalui kulit menembus system
pertahanan kulit. Komplikasi yang seringv terjadi adalah bila pH osmolalitas dan
kepekatan cairan obat yang diinjeksikan tidak sesuai dengan tempat penusukan
sehingga dapat mengakibatkan kerusakan jaringan sekitar tempat injeksi. Pada
umumnya pemberian obat secara parenteral di bagi menjadi 4, yaitu : Pemberian
Obat Via Jaringan Intra Kutan, Pemberian Obat Via Jaringan Subkutan,
Pemberian Obat Via Intra Vena : Intra Vena Langsung dan tak langsung,
Pemberian Obat Via Intramuskular
1. Pemberian Obat Via Jaringan Intra Kutan
a. Pengertian Intra Kutan
Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam
jaringan kulit. Intra kutan biasanya di gunakan untuk mengetahui
sensivitas tubuh terhadap obat yang disuntikkan.
b. Tujuan
Pemberian obat intra kutan bertujuan untuk melakukan skintest
atau tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian
obat melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di bawah dermis atau
epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian
ventral.
c. Hal-hal Yang Perlu Di Perhatikan Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1) Tempat injeksi
2) Jenis spuit dan jarum yang digunakan
3) Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
4) Kondisi atau penyakit klien
5) Pasien yang benar
6) Obat yang benar
7) Dosis yang benar
8) Cara atau rute pemberian obat yang benar
9) Waktu yang benar
d. Indikasi dan Kontra Indikasi- Indikasi : bisa dilkakukan pada pasien yang
tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk
diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal adalah
lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas. – Kontra Indikasi : luka,
berbulu, alergi, infeksi kulit
e. Alat dan Bahan
1) Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat dalam tempatnya
3) Spuit 1 cc/spuit insulin
4) Cairan pelarut
5) Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit)
6) Bengkok
7) Perlak dan alasnya.
f. Prosedur Kerja
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
3) Bebaskan daerha yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan
panjang terbuka dan keatasan
4) Pasang perlak/pengalas dibawah bagian yang akan disuntik
5) Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan
aquades. Kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang
lebih 1 cc dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
6) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan
suntikan.
7) Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik.
8) Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke atas
dengan sudut 15-20 derajat di permukaan kulit.
9) Suntikkkan sampai terjadi gelembung.
10) Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
11) Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal
dan jenis obat.
g. Daerah Penyuntikan :
1) Dilengan bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku
atau 2/3 dari pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari PD.
2) Di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus
deltoideus.
2. Pemberian Obat Via Jaringan SubKutan.
a. Pengertian
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan di bawah kulit
yang dapat dilakukan pada daerah lengan bagian atas sebelah luar atau
sepertiga bagian dairi bahu, paha sebelah luar, daerah dada dan sekitar
umbilicus (abdomen).
b. Tujuan
Pemberian obat melalui jaringan sub kutan ini pada umumnya
dilakukan dengan program pemberian insulin yang digunakan untuk
mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat 2 tipe larutan
yaitu jernih dan keruh karena adanya penambahan protein sehingga
memperlambat absorbs obat atau juga termasuk tipe lambat.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1) Tempat injeksi
2) Jenis spuit dan jarum suntik yang akan digunakan
3) Infeksi nyang mungkin terjadi selama injeksi
4) Kondisi atau penyakit klien
5) Apakah pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat
6) Obat yang akan diberikan harus benar
7) Dosisb yang akan diberikan harus benar
8) Cara atau rute pemberian yang benar
9) Waktu yang tepat dan benar
d. Indikasi dan kontra indikasi
1) Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerja sama, karena tidak memungkinkan diberikan obat secara oral,
bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau
saras besar di bawahnya, obat dosis kecil yang larut dalam air.
2) Kontra indikasi : obat yang merangsang, obat dalam dosis besar dan
tidak larut dalam air atau minyak.
e. Alat dan bahan
1) Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat
2) Obat dalam tempatnya
3) Spuit insulin
4) Kapas alcohol dalam tempatnya
5) Cairan pelarut
6) Bak injeksi
7) Bengkok perlak dan alasnya
f. Prosedur kerja
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Bebaskan daerah yang akan disuntik atau bebaskan suntikan dari
pakaian. Apabila menggunakan pakaian, maka buka pakaian dan di
keataskan.
4) Ambil obat dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan. Setelah
itu tempatkan pada bak injeksi.
5) Desinfeksi dengan kapas alcohol.
6) Regangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan
subkutan).
7) Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap ke atas dengan
sudut 45 derajat dari permukaan kulit.
8) Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah, suntikkan secara perlahan-
lahan hingga habis.
9) Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah
dipakai masukkan ke dalam bengkok.
10) Catat hasil pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis serta dosis
obat.
11) Cuci tangan.
g. Daerah Penyuntikan :
1) Otot Bokong (musculus gluteus maximus) kanan & kiri ; yang tepat
adalah 1/3 bagian dari Spina Iliaca Anterior Superior ke tulang ekor
(os coxygeus)
2) Otot paha bagian luar (muskulus quadriceps femoris)
3) Otot pangkal lengan (muskulus deltoideus)
3. Pemberian Obat Via Intra Vena :
a. Pengertian
Cara memberikan obat pada vena secara langsung. Diantaranya
vena mediana kubiti/vena cephalika (lengan), vena sephanous (tungkai),
vena jugularis (leher), vena frontalis/temporalis (kepala).
b. Tujuan
pemberian obat intra vena secara langsung bertujuan agar obat
dapat bereaksi langsung dan masuk ke dalam pembuluh darah.
c. Hal-hal yang diperhatikan
1) setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara 50 sampai 70
detik lamanya.
2) Tempat injeksi harus tepat kena pada daerha vena.
3) Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
4) Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
5) Kondisi atau penyakit klien.
6) Obat yang baik dan benar.
7) Pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat dan benar.
8) Dosis yang diberikan harus tepat.
9) Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi harus benar.
d. Indikasi dan kontra indikasi
1) indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara
oral dan steril.
2) kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
e. Alat dan bahan
1) daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat.
2) Obat dalam tempatnya.
3) Spuit sesuai dengan jenis ukuran
4) Kapas alcohol dalam tempatnya.
5) Cairan pelarut (aquades).
6) Bak injeksi.
7) Bengkok.
8) Perlak dan alasnya.
9) Karen pembendung.
f. Prosedur kerja
1) cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Bebaskan daerah yang akan disuntik dengan cara membebaskan
pakaian pada daerah penyuntikan, apabila tertutup, buka dan ke
ataskan.
4) Ambil obat pada tempatnya sesuai dosi yang telah ditentukan. Apabila
obat dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan aquades
steril.
5) Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan
injeksi.
6) Tempatkan obat yang telah di ambil ke dalam bak injeksi.
7) Desinfeksi dengan kapas alcohol.
8) Lakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas
daerah yang akan dilakukakn pemberian obat atau minta bantuan
untuk membendung daerah yang akan dilakukan penyuntikan dan
lakukan penekanan.
9) Ambil spuit yang berisi obat.
10) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan
memasukkan ke pembuluh darah.
11) Lakukan aspirasi, bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung
dan langsung semprotkan hingga habis.
12) Setelah selesai ambil spuit dengan menarik secara perlahan-lahan dan
lakukan masase pada daerah penusukan dengan kapas alcohol, spuit
yang telah digunakan di masukkan ke dalam bengkok.
13) Catat hasil pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
14) Cuci tangan.
4. Pemberian Obat Via Jaringan Intra Vena Secara tidak Langsung.
a. Pengertian
Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau
memasukkan obat ke dalam wadah cairan intra vena.
b. Tujuan
pemberian obat intra vena secara tidak langsung bertujuan untuk
meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapeutik dalam
darah.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1) injeksi intra vena secara tidak langsung hanya dengan memasukkan
cairan obat ke dalam botol infuse yang telah di pasang sebelumnya
dengan hati-hati.
2) Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
3) Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
4) Obat yang baik dan benar.
5) Pasien yang akan di berikan injeksi tidak langsung adalah pasien yang
tepat dan benar.
6) Dosis yang diberikan harus tepat.
7) Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi tidak langsung harus
tepat dan benar.
d. Indikasi dan kontra indikasi
1) indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara
oral dan steril.
2) kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
e. Alat dan bahan
1) Spuit dan jarum sesuai ukuran
2) Obat dalam tempatnya.
3) Wadah cairan (kantung/botol).
4) Kapas alcohol dalam tempatnya.
f. Prosedur kerja
1) cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Periksa identitas pasien dan ambil obat dan masukkan ke dalam spuit.
4) Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantung. Alangkah baiknya
penyuntikan pada kantung infuse ini dilakukan pada bagian atas
kantung/botol infuse.
5) Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol pada kantung/botol dan
kunci aliran infuse.
6) Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga
menembus bagian tengah dan masukkan obat secara perlahan-lahan ke
dalam kantong/botol infuse/cairan.
7) Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan
kantung cairan dengan perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung yang
lain.
8) Ganti wadah atau botol infuse dengan cairan yang sudah di injeksikan
obat di dalamnya. Kemudian gantungkan pada tiang infuse.
9) Periksa kecepatan infuse.
10) Cuci tangan.
11) Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu dan dosis pemberian.
g. Daerah Penyuntikan :
1) Pada Lengan (v. mediana cubiti / v. cephalika)
2) Pada Tungkai (v. Spahenous)
3) Pada Leher (v. Jugularis)
4) Pada Kepala (v. Frontalis atau v. Temporalis) khusus pada anak – anak
5. Pemberian Obat Via Intra Muskular
a. Pengertian
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi
penyuntikan dapat dilakukan pada daerah paha (vastus lateralis) dengan
posisi ventrogluteal (posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap),
atau lengan atas (deltoid).
b. Tujuan
Agar obat di absorbs tubuh dengan cepat.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1) Tempat injeksi.
2) Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
3) Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
4) Kondisi atau penyakit klien.
5) Obat yang tepat dan benar.
6) Dosis yang diberikan harus tepat.
7) Pasien yang tepat.
8) Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar.
d. Indikasi dan kontra indikasi
1) indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara
oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot
atau saras besar di bawahnya.
2) kontra indikasi : Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot
atau saraf besar di bawahnya.
e. Alat dan bahan
1) Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat.
2) Obat dalam tempatnya.
3) Spuit da jarum suntik sesuai dengan ukuran. Untuk dewasa
panjangnya 2,5-3 cm, untuk anak-anak panjangnya 1,25-2,5 cm.
4) Kapas alcohol dalam tempatnya.
5) Cairan pelarut.
6) Bak injeksi.
7) Bengkok.
f. Prosedur kerja
1) cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya.
Setelah itu letakkan dalam bak injeksi.
4) Periksa tempat yang akan di lakukan penyuntikan (perhatikan lokasi
penyuntikan).
5) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan
injeksi.
6) Lakukan penyuntikan :
a) Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara, anjurkan pasien
untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi.
b) Pada ventrogluteal dengan cara, anjurkan pasien untuk miring,
tengkurap atau telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang
akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi.
c) Pada daerah dorsogluteal dengan cara, anjurkan pasien untuk
tengkurap dengan lutut di putar kea rah dalam atau miring dengan
lutut bagian atas dan diletakkan di depan tungkai bawah.
d) Pada daerah deltoid (lengan atas) dilakukan dengan cara, anjurkan
pasien untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.
g. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
h. Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit, bila tidak ada darah yang
tertarik dalam spuit, maka tekanlah spuit hingga obat masuk secara
perlahan-lahan hingga habis.
i. Setelah selesai, tarik spuit dan tekan sambuil di masase daerah
penyuntikan dengan kapas alcohol, kemudian spuit yang telah di gunakan
letakkan dalam bengkok.
1) Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
2) Cuci tangan
j. Daerah Penyuntikan :
1) Bagian lateral bokong (vastus lateralis)
2) Butoks (bagian lateral gluteus maksimus)
3) Lengan atas (deltpid)
BAB II
PRINSIP-PRINSIP KEBUTUHAN HYGIENE PADA IBU DAN BAYI

A. KONSEP PERSONAL HYGIENE


1. Pengertian Personal Hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang
berarti personal yang artinya peroranagan dan hygiene berarti sehat.
Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahtaraan fisik dan
psikis (Tarwoto dan Wartonah, 2004).
Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan
untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis (Aziz
Alimul H, 2006).
Definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa personal hygiene
merupakan kegiatan atau tindakan membersihkan seluruh anggota tubuh yang
bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang.
Higiene adalah ilmu pengetahuan tentang kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan. Higiene personal adalah perawatan diri dengan cara melakukan
beberapa fungsi seperti mandi, toileting, higiene tubuh umum, dan berhias.
Higiene adalah persoalan yang sangat pribadi dan ditentukan oleh berbagai
faktor, termasuk nilai-nilai dan praktik individual. Higiene meliputi perawatan
kulit, rambut, kuku, gigi, rongga mulut dan hidung, mata, telinga, dan area
perineum-genital.
Pemeliharaan higiene perseorangan diperlukan untuk kenyamanan
individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri, pada orang sakit atau tantangan
fisik memerlukan bantuan perawat untuk melakukan praktik kesehatan yang
rutin. Selain itu, beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi
praktik higiene klien. Perawat menentukan kemampuan klien untuk
melakukan perawatan diri dan memberikan perawatan hygiene menrut
kebutuhan dan pilihan klien. Di lingkungan rumah, perawat membantu klien
dan anggota keluarga beradaptasi teknik dan pendekatan hygiene. Ketika
memberikan perawatan kesehatan rutin, perawat mengkaji status fisik dan
emosional klien, dan mengimplementasi proses perawatan bagi kesehatan
total klien. Misalnya, pengkajian lengkap tentang integumen dapat dilakukan
selama klien mandi dan perawat mengkaji tingkat psikososial klien juga.
2. Tujuan Personal Hygiene
Tujuan dari personal hygiene adalah:
a. Meningkatkan derajat kesehatan.
b. Memelihara kebersihan diri.
c. Memperbaiki personal hygiene.
d. Pencegahan penyakit.
e. Meningkatkan percaya diri.
f. Menciptakan keindahan
3. Dampak yang Timbul pada Masalah Personal Hygiene
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene (Tarwoto &
Wartonah, 2004) meliputi:
a. Dampak fisik
b. Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpelihara kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada
kuku.
c. Dampak psikososial.
d. Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.
4. Prinsip-prinsip perawatan personal higiene
Beberapa prinsip perawatan personal hygiene yang harus diperhatikan
oleh perawat (Potter & Perry, 2005), meliputi:
a. Perawat menggunakan keterampilan komunikasi terapeutik.
b. Perawat mengintegrasikan strategi perawatan lain (seperti: latihan rentang
gerak).
c. Perawat mempertimbangkan keterbatasan fisik klien.
d. Perawat menghormati pilihan budaya, kepercayaan nilai dan kebiasaan
klien.
e. Perawat menjaga kemandirian klien.
f. Menjamin privasi klien.
g. Menyampaikan rasa hormat dan mendorong kesehatan fisik klien.
h. Menghormati klien lansia.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
Sikap seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh
sejumlah faktor antara lain:
a. Citra tubuh (Body Image).
Citra tubuh mempengaruhi cara seseorang memelihara hygiene.
Jika seorang klien rapi sekali maka perawat mempertimbaagkan rincian
kerapian ketika merencanakan keperawatan dan berkonsultasi pada klien
sebelum membuat keputusan tentang bagaimana memberikan
perawawatan hygienis. Klien yang tampak berantakan atau tidak peduli
dengan hygiene atau pemeriksaan lebih lanjut untuk melihat kemampuan
klien berpartisipasi dalam hygiene harian(Potter & Perry, 2009).
Body image seseorang berpengaruhi dalam pemenuhan personal
hygiene karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya (Wartonah, 2004).
Penampilan umum pasien dapat menggambarkan
pentingnya personal hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan
konsep subjektif seseorang tentang tubuhnya, termasuk penampilan,
struktur atau fungsi fisik. Citra tubuh dapat berubah karena operasi,
pembedahan, menderita penyakit, atau perubahan status fungsional. Maka
perawat harus berusaha ekstra untuk meningkatkan kenyamanan dan
penampilan hygiene klien (Potter & Perry, 2009).
Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap
peningkatan citra tubuh individu (Stuart & Sudeen, 1999 dalam setiadi,
2005).
b. Praktik sosial.
Kelompok sosial mempengaruhi bagaimana pasien dalam
pelaksanaan praktik personal hygiene.Termasuk produk dan frekuensi
perawatan pribadi. Selama masa kanak-kanak, kebiasaan keluarga
mempengaruhi hygiene, misalnya frekuensi mandi, waktu mandi dan
jenis hygienemulut. Pada masa remaja, hygienepribadi dipengruhi oleh
teman. Misalnya remaja wanita mulai tertarik pada penampilan pribadi
dan mulai memakai riasan wajah. Pada masa dewasa, teman dan
kelompok kerja membentuk harapan tentang penampilan pribadi.
Sedangkan pada lansia beberapa praktikhygieneberubah karena kondisi
hidupnya dan sumber yang tersedia (Potter & Perry, 2009).
Menurut Wartonah, 2004 Pada anak-anak selalu dimanja dalam
kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola Personal
Hygiene.
c. Status sosial ekonomi.
Status ekonomi akan mempengaruh jenis dan sejauh mana
praktik hygiene dilakukan. Perawat harus sensitif terhadap status ekonomi
klien dan pengaruhnya terhadap kemampuan pemeliharaanhygieneklien
tersebut. Jika klien mengalami masalah ekonomi, klien akan sulit
berpartisipasi dalam akifitas promosi kesehatan seperti hygienedasar. Jika
barang perawatan dasar tidak dapat dipenuhi pasien, maka perawat harus
berusaha mencari alternatifnya. Pelajari juga apakah penggunaan produk
tersebut merupakan bagian dari kebiasaan yang dilakukan oleh kelompok
sosial klien. Contonya, tidak semua klien menggunakan deodorant atau
kosmetik (Potter & Perry, 2009).
Selain itu, menurut Friedman (1998) dalam Pratiwi (2008),
pendapatan dapat mempengaruhi kemampuan keluarga untuk
menyediakanfasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk
menunjang hidup dankelangsungan hidup keluarga. Sumber daya ekonomi
seseorang mempengaruhi jenisdan tingkatan praktik personal
hygiene. Untuk melakukan personal hygiene yang baikdibutuhkan sarana
dan prasarana yang memadai, seperti kamar mandi, peralatanmandi, serta
perlengkapan mandi yang cukup (misalnya: sabun, sikat gigi, sampo, dan
lain-lain).
d. Pengetahuan dan motivasi kesehatan.
Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting,
karenapengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Pengetahuan tentangpentingnya hygiene dan Kendati demikian,
pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup, pasien juga harustermotivasi
untuk memelihara personal higiene. Individu dengan pengetahuan
tentangpentingnya personal higene akan selalu menjaga kebersihan
dirinya untuk mencegahdari kondisi atau keadaan sakit (Notoatmodjo,
1998 dalam pratiwi, 2008).
Pengetahuan tentang hygieneakan mempengaruhi
praktik hygiene. Namun, hal ini saja tidak cukup, karena motivasi
merupakan kunci penting pelaksanaan hygiene. Kesulitan internal yang
mempengaruhi akses praktik hygieneadalah ketiadaan motivasi karena
kurangnya pengetahuan. Atasi hal ini dengan memeriksa kebutuhan klien
dan memberikan informasi yang tepat. Berikan materi yang
mendiskusikan kesehatan sesuaidengan prilaku yang ingin dicapai,
termasuk konsekuensi jangka panjang dan pendek bagi klien. Klien
berperan penting dalam menentukan kesehatan dirinya karena perawatan
diri merupakan hal yang paling dominan pada kesehatan masyarkat kita.
Banyak keputusan pribadi yang dibuat tiap hari membentuk gaya hidup
dan lingkungan sosial dan fisik (Pender, Murdaugh, dan Parsons, 2002
dalam Potter & Perry, 2009).
Penting untuk mengetahui apakah klien merasa dirinya memiliki
risiko. Contohnya: apakah klien merasa berisiko menderita penyakit gigi,
penyakit gigi bersifat serius, dan apakah menyikat gigi dan menggunakan
benang gigi dapat mengurangi risiko ini? Jika klien mengetahui risiko dan
dapat bertindak tanpa konsekuesi negatif, mereka lebih cenderung untuk
menerima koneling oleh perawat (Potter & Perry, 2009).
e. Variabel Budaya.
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi
kemampuanperawatan personal higiene. Seseorang dari latar belakang
kebudayaan yang berbeda,mengikuti praktek perawatan personal
higiene yang berbeda. Keyakinan yangdidasari kultur sering menentukan
defenisi tentang kesehatan dan perawatan diri.Dalam merawat pasien
dengan praktik higiene yang berbeda, perawat menghindarimenjadi
pembuat keputusan atau mencoba untuk menentukan standar
kebersihannya(Potter & Perry, 2005).
Beberapa budaya tidak menganggap sebagai hal penting ( Galanti,
2004 dalam Potter & Perry, 2009). Perawat tidak boleh menyatakan
ketidaksetujuan jika klien memiliki praktik higieneyang berbeda dari
dirinya. Di Amrika Utara, kebiasaan mandi adalah setiap hari sedangkan
pada budaya lain hal ini hanya dilakukan satu kali seminggu (Potter &
Perry, 2009).
f. Kebiasaan atau Pilihan pribadi.
Setiap pasien memiliki keinginanindividu dan pilihan tentang
kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatanrambut.
Pemilihan produk didasarkan pada selera pribadi, kebutuhan dan dana.
Pengetahuan tentang pilihan klien akan membantu perawatan yang
terindividualisai. Selain itu, bantu klien untuk membagun
praktik higienebaru jika ada penyakit. Contohnya, perawat harus
mengajarkan perawatan higienekaki pada penderita diabetes (Potter &
Perry, 2009).
g. Kondisi Fisik Seseorang.
Klien dengan keterbatasan fisik biasanya tidak memiliki energi dan
ketangkasan untuk melakukanhigiene. Contohnya: pada klien dengan
traksi atau gips, atau terpasang infus intravena. Penyakit dengan rasa nyeri
membatasi ketangkasandan rentang gerak. Klien di bawah efek sedasi
tidak memiliki koordinasi mental untuk melakukan perawatan diri.
Penyakit kronis (jantung, kanker, neurologis, psikiatrik) sering melelahkan
klien. Genggaman yang melemah akibat artritis, stroke, atau kelainan otot
menghambat klien untuk menggunakan sikat gigi, handuk basah, atau
sisir. (Potter & Perry, 2009).
6. Jenis-jenis personal hygiene
Jenis-jenis perawatan personal hygiene menurut Perry & Potter (2005)
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Berdasarkan Waktu
1) Perawatan dini hari
2) Perawatan dini hari merupakan perawatan diri yang dilakukan pada
waktu bangun tidur untuk melakukan tindakan seperti perapian dalam
pemeriksaan, mempersiapkan pasien melakukan sarapan dan lain-lain.
3) Perawatan pagi hari
4) Perawatan pagi hari merupakan perawatan yang dilakukan setelah
melakukan pertolongan dalam memnuhi kebutuhan eliminasi mandi
sampai merapikan tempat tidur pasien.
5) Perawatan siang hari
6) Perawatan siang hari merupakan perawatan yang dilakukan setelah
melakukan perawatan diri yang dapat dilakukan antara lain mencuci
mukan dan tangan, mebersihkan mulut, merapikan tempat tidur, serta
melakukan pembersihan lingkungan pasien.
7) Perawatan menjelang tidur
8) Perawatan menjelang tidur merupakan perawatan yang dilakukan
pada saat menjelang tidur agar pasien dapat tidur beristirahat dengan
tenang. Seperti mencuci tangan dan muka membersihkan mulut, dan
memijat dareah punggung
b. Berdasarkan Tempat
1) Perwatan diri pada kulit
Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang
dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau tarauma sehingga
diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan fungsinya.
2) Fungsi kulit:
a) Proteksi tubuh
b) Pengaturan temperatur tubuh
c) Pengeluaran pembuangan air
d) Sensasi dari stimulus lingkungan
e) Membantu keseimbangan cairan dan elektrolit
f) Memproduksi dan mengabsorsi vitamin D
3) Faktor yang mempengaruhi perubahan dan kebutuhan pada kulit:
a) Umur
b) Jaringan kulit
c) Kondisi atau keadaan lingkungan.
c. Mandi
Mandi bermanfaat untuk menghilangkan atau membersihkan bau
badan, keringat, dan sel yang mati serta merangasang sirkulasi darah dan
membuat rasa nyaman
d. Perawatan Diri Pada Kaki Dan Kuku
Perawatan kaki dan kuku untuk mencegah infeksi, bau kaki, dan
cedera jaringan lunak. Integritas kaki dan kuku ibu jari penting untuk
mempertahankan fungsi normal kaki sehingga orang dapat berdiri atau
berjalan dengan nyaman.
e. Perawatan Rambut
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi
sebagai proteksi dan pengatur suhu. Indikasi perubahan status kesehatan
diri juga dapat dilihat dari rambut. Perawatan ini bermanfaat mencegah
infeksi daerah kepala.
f. Perawatan Gigi Dan Mulut
Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus dipertahankan
kebersihannya. Sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk.
g. Perawatan Perineal Wanita
Perawatan perineal wanita meliputi genitalia eksternal. Prosedur
biasanya dilakukan selama mandi. Perawatan perineal mencegah dan
mengontrol penyebaran infeksi, mencegah kerusakan kulit, meningkatkan
kenyamanan dan mempertahankan kebersihan.
h. Perawatan Perineal Pria
Klien pria memerlukan perhatian khusus selama perawatn perinel,
khususnya bila ia tidak di sirkumsisi. Foreskin menyebakan sekresi
mengumul dengan mudah di sekitar mahkota penis dekat meatus uretral.
Kanker penis terjadi lebih sering pada pria yang tidak disirkumsisi dan
diyakini berkaitan kebersihan.
i. Kebutuhan kebersihan lingkungan pasien
Yang dimaksud disini adalah kebersihan pada tempat tidur.
Melalui kebersihan tempat tidur diharapakan pasien dapat tidur dengan
nyaman tanpa ganguan selama tidur sehingga dapat membantu proses
penyembuhan.

B. ANATOMI KULIT, MULUT DAN GIGI


1. Anatomi kulit
a. Pengertian Kulit
Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar
karena posisinya yang terletak di bagian paling luar. Luas kulit dewasa
1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan.
Klasifikasi berdasar : Warna, (terang (fair skin), pirang, dan hitam, merah
muda : pada telapak kaki dan tangan bayi, hitam kecokelatan : pada
genitalia orang dewasa)
Jenisnya : (Elastis dan longgar : pada palpebra, bibir, dan preputium,
Tebal dan tegang : pada telapak kaki dan tangan orang dewasa, Tipis :
pada wajah, Lembut : pada leher dan badan, Berambut kasar : pada
kepala)

Anatomi kulit secara histopatologik


1) Lapisan Epidermis (kutikel)

a) Stratum Korneum (lapisan tanduk)


lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng
yang mati, tidak berinti, protoplasmanya berubah menjadi
keratin (zat tanduk)
b) Stratum Lusidum
terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel
gepeng tanpa inti, protoplasmanya berubah menjadi protein
yang disebut eleidin. Lapisan ini lebih jelas tampak pada
telapak tangan dan kaki.
c) Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)
merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan
sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya.
Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa biasanya tidak
mempunyai lapisan ini.
d) Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell
layer (lapisan akanta )
terdiri dari sel yang berbentuk poligonal,
protoplasmanya jernih karena banyak mengandung
glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin dekat
ke permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat
jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri dari
protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar
jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang
disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel spinosum juga
terdapat pula sel Langerhans.
e) Stratum Basalis
(1) terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal
pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar
(palisade). Sel basal bermitosis dan berfungsi
reproduktif.
(2) Sel kolumnar => protoplasma basofilik inti lonjong
besar, di hubungkan oleh jembatan antar sel.
(3) Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell =>
sel berwarna muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap,
mengandung pigmen (melanosomes)
2) Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin) => terdiri dari
lapisan elastik dan fibrosa pada dengan elemen-elemen selular dan
folikel rambut.

a) Pars Papilare, bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung


serabut saraf dan pembuluh darah.
b) Pars Retikulare, bagian bawah yang menonjol ke subkutan.
Terdiri dari serabut penunjang seperti kolagen, elastin, dan
retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri dari cairan kental
asam hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat
pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas,
selanjutnya membentuk ikatan (bundel) yang mengandung
hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat elastin,
seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan makin
stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya
bergelombang, berbentuk amorf, dan mudah mengembang
serta lebih elastis.
c) Lapisan Subkutis (hipodermis), lapisan paling dalam, terdiri
dari jaringan ikat longgar berisi sel lemak yang bulat, besar,
dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak yang
bertambah. Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula
yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus
adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini
terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan
lemak berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda
pada beberapa kulit.
d) Vaskularisasi di kuli diatur pleksus superfisialis (terletak di
bagian atas dermis) dan pleksus profunda (terletak di subkutis)
b. Fungsi kulit
1) Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan
penunjang yang dapat melindungi tubuh dari gangguan :
a) fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
b) kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
c) panas : radiasi, sengatan sinar UV
d) infeksi luar : bakteri, jamur
Beberapa macam perlindungan :
a) Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan
mengadakan tanning (penggelapan kulit)
b) Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan
air.
c) Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum, perlindungan
kimiawo terhadap infeksi bakteri maupun jamur
d) Proses keratinisasi, sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati
melepaskan diri secara teratur.
2) Fungsi Absorpsi, permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan
absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah
antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.
3) Fungsi Ekskresi, mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh
seperti NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak
dengan bantuan hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum
untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir
ditemui sebagai Vernix Caseosa.
4) Fungsi Persepsi, kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan
subkutis. Saraf sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang
erotik.
a) Badan Ruffini di dermis dan subkutis, peka rangsangan panas
b) Badan Krause di dermis, peka rangsangan dingin
c) Badan Taktik Meissner di papila dermis, peka rangsangan rabaan
d) Badan Merkel Ranvier di epidermis, peka rangsangan rabaan
e) Badan Paccini di epidemis, peka rangsangan tekanan
5) Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi), dengan cara
mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh
darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi
yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis
(asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna
sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat
lebih edematosa (banyak mengandung air dan Na)
6) Fungsi Pembentukan Pigmen, karena terdapat melanosit (sel
pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen (melanosomes)
7) Fungsi Keratinisasi, Keratinosit dimulai dari sel basal yang
mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas
dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin
menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama
inti makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf.
Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit
terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8) Fungsi Pembentukan Vitamin D, kulit mengubah 7 dihidroksi
kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D
tubuh tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik
masih tetap diperlukan.
2. Anatomi Mulut
Mulut Merupakan jalan masuk sistem pencernaan berisi organ asesoris
berfungsi dalam proses awal pencernaan Rongga vestibulum terletak antara
gigi, bibir dan pipi sebagai batas luarnya Rongga oral utama, dibatasi gigi dan
gusi bagian depan, palatum lunak dan keras dibagian atas, lidah dibagian
bawah dan orofaring bagian belakang Bibir ; tersusun dari otot rangka
(orbikularis mulut) dan jaringan ikat
Berfungsi; Permukaan luar bibir dilapisi kulit mengundung folikel
rambut, kelenjar keringat serta kelenjar subasea Area transisional, memiliki
epidermis transparan Permukaan dalam bibir adalah membran mukosa
Pipi, mengandung otot buksinator mastikasi Lidah, dilekatkan pada dasar
mulut oleh frenulum lingua Berfungsi untuk mengerakkan makanan saat
dikunyah atau ditelan, untuk pengecapan dan produksi wicara.
a. Otot extrinsik, lidah berawal pada tulang dan jaringan diluar lidah
berfungsi dalam pengerakan lidah secara keseluruhan
b. Otot intrinsik lidah memiliki serabut yang menghadap keberbagai arah
untuk membentuk sudut satu sama lain.
c. Papila adalah elevasi jaringan mukosa dan jaringan ikat pada permukaan
dasar lidah’
d. Tonsil lingua adalah agregasi jaringan limfoid pada sepertiiga bagian
belakang lidah
3. Anatomi Gigi
Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam mulut. Gigi memiliki
struktur yang bervariasi yang memungkinkan untuk melakukan banyak tugas.
Fungsi utama dari gigi adalah untuk merobek dan mengunyah makanan. Akar
dari gigi tertutup oleh gusi. Gigi memiliki struktur pelindung yang disebut
email gigi, yang membantu mencegah lubang di gigi. Pulpa dalam gigi
menciut dan dentin terdeposit di tempatnya.
Mahkota gigi atau corona, merupakan bagian yang tampak di atas
gusi. Terdiri atas:
a. Lapisan email, merupakan lapisan yang paling keras.
b. Tulang gigi (dentin), di dalamnya terdapat saraf dan pembuluh darah.
c. Rongga gigi (pulpa), merupakan bagian antara corona dan radiks.
d. Leher gigi atau kolum, merupakan bagian yang berada di dalam gusi.
e. Akar gigi atau radiks, merupakan bagian yang tertanam pada tulang
rahang. Akar gigi melekat pada tulang rahang dengan perantaraan semen
gigi.
f. Semen gigi melapisi akar gigi dan membantu menahan gigi agar tetap
melekat pada gusi. Terdiri atas:
1) Lapisan semen, merupakan pelindung akar gigi dalam gusi.
2) Gusi, merupakan tempat tumbuh gigi.

Pada manusia terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang


berkembang dari interaksi antara sel epitel rongga mulut dan sel bawah
mesenkim. Setiap gigi berbeda-beda secara anatomi, tapi dasar proses
pertumbuhannya sama pada semua gigi.
Ada tiga tahap perkembangan dari masing-masing gigi, yaitu tahap
bud, cup, dan tahap bell. Pada tahap bell dibentuk enamel dan dentin.
Mahkota dan akar gigi mulai terbentuk dan termineralisasi. Setelah kalsifikasi
akar, akan tumbuh jaringan pendukung gigi, sementum, ligamentum
periodontal, serta tulang alveolar. Pertumbuhan ini terjadi pada gigi insisivus
dengan akar satu, premolar dengan beberapa akar atau molar dengan akar
multipel. Kemudian mahkota gigi komplit erupsi ke rongga mulut.
Pertumbuhan akar dan sementogenesis yang lanjut sampai gigi berfungsi dan
didukung oleh struktur gigi yang tumbuh sempurna.
Gigi tumbuh dari 2 tipe sel yaitu epitel oral dari organ enamel dan sel
mesenkim dari papiladental. Perkembangan enamel dari enamel organ dan
perkembangan dentin dari dental papila.
Tahap awal dari perkembangan gigi adalah berkembangnya lamina
dental yang timbul dari epitelium oral. Lamina dental berkembang menjadi
selapis epitel oral didorong ke bawah mesenkim di sekeliling batas dari
maksila dan mandibular joint. Pada pinggir utama dari lamina dental terdapat
20 area perluasan untuk pertumbuhan 20 gigi desidui. Pada tahap awal setiap
tunas/pertumbuhan gigi sudah ditentukan morfologi apakah itu insisivus,
kaninus, dan molar.
Pada manusia, jumlah gigi permanen ada 32 buah, dan terbagi menjadi
4 kuadran. Setiap kuadran terdiri dari 8 gigi, yaitu 2 gigi incisivus, 1 gigi
caninus, 2 gigi premolar, serta 3 gigi molar.

C. ORAL HYGIENE (Kebersihan Mulut dan Gigi)


1. Pengertian
Penyakit gigi merupakan penyebab umum dari kesehatan yang buruk.
Keadaan ini merupakan penyebab umum dari sebagian besar nyeri dan
perasaan tidak nyaman pada anak, demikian juga menimbulkan
ketidakmampuan dan cacat. Karena penyakit gigi dapat dicegah, maka penting
untuk melihat area dimana perawat dapat berperan dalam merawat gigi klien
anak.
Perawat gigi dan mulut pada masa balita dan anak teryata cukup
menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka pada tinggkatan usia
selanjutnya. Beberapa penyakit gig dan mulut dapat mereka alami jika
perawatan tidak dilakukan dengan baik. Diantaraanya caries (lubang pada
permukaan gigi), gingivitis (radang gusi), atau sariawan.
Oral hygiene merupakan tindakan membersihkan mulut sekaligus
organ-organ yang ada didalamnya (gigi, lidah, platum, platum molle) pada
anak maupun bayi, baik dikomunitas maupun pada anak yang sedang di rawat
di rumah sakit.
2. Tujuan
a. Oral hygiene bertujuan untuk mencegah kerusakan pada gigi yang
merupakan salah satu masalah utama pada anak-anak.
b. Mempertahankan mulut dan gigi agar tetap bersih dan tidak berbau
c. Mencegah infeksi pada mulut seperti kerusakan gigi, bibir pecah-pecah
atau stomatitis (sariawan)
d. Memberi rasa nyaman serta meningkatkan kepercayaan diri pasien
e. Membantu membangkitkan nafsu makan
3. Indikasi pasien menggosok gigi atau membersihkan mulut
a. Pada pasien stomatitis
b. Pada pasien yang mendapatkan oksigenasi dan Naso Gastrik Tube (NGT),
c. Pada pasien yang lama tidak menggunakan mulut
d. Pada pasien yang tidak mampu melakukan perawatan mulut secara
mandiri.
e. Pada pasien yang giginya tidak boleh di gosok dengan sikat gigi misalkan
karena tomatitis hebat
f. Pasien sesudah operasi mulut atau yang menderita patah tulang rahang.
g. Pasien yang memiliki masalah mulut seperti carries, plak, halitosis,
keliosis, gusi berdarah, dan radang pada gusi.
4. Kontraindikasi
a. Luka pada gusi jika terlalu kuat membersihkannya
b. Anak dengan post operasi labiopalatokizis
c. Anak dengan resiko aspirasi
5. Pengkajian Asuhan Keperawatan
Pada proses pengkajian tentang oral hygiene perawat memeriksa bibir,
gigi, mukosa buccal, gusi, langit-langit dan lidah klien. Perawat memeriksa
semua daerah ini dengan hati-hati tentang warna, hidrasi, tekstur, dan lukanya.
Klien yang tidak mengikuti praktek hygiene mulut yang teratur akan
mengalami penurunan jaringan gusi yag meradang, gigi yang hitam
(khususnya sepanjang margin gusi), karies gigi, kehilangan gigi, dan halitosis.
Rasa sakit yang dilokalisasi adalah gejala umumdari penyakit gusi
atau gangguan gigi tertentu. Infeksi pada mulut melibatkan organism seperti
Treponema pallidum, Neisseria gonorrhoeae, dan Hominisvirus herpes. Jika
klien hendak memperoleh radiasi atau kemoterapi sangat penting
mengumpulkan data dasar mengenai keadaan rongga mulut klien. Hali ini
berfungsi sebagai dasar untu perawatan preventif bagi klien saat mereka
melewati pengobatan.
a. Diagnosa
Pengkajian rongga mulut klien dapat menunjukkan perubahan
actual atau potensial dalam integritas struktur mulut. Diagnose
keperawatan yang berhubungan dapat merefleksikan masalah atau
komplikasi akibat perubahan rongga mulut. Penemuan perawat juga
menunjukkan kebutuhan kien untuk bantuan perawatan mulut karena
divisit perawatan diri. Identifikasi diagnose yang akurat memerlukan
seleksi factor yang berhubungan yang menyebabkan masalah klien.
Perubahan pada mukosa mulut akibat pemaparan radiasi misalnya
kan memerlukan intervensi berbeda daripada kerusakan mukosa akibat
penempatan selang endotrakea.
1) Diagnose yang sering muncul :
a) Perubahan membrane mukosa mulut yang berhubungan dengan :
(1) Trauma oral
(2) Asupan cairan yang terbatas
(3) Hygiene mulut yang tidak efektif
(4) Trauma yang berhubungan dengan kemoterapi atau terapi
radiasi pada kepala dan leher.
b) Nyeri yang berhubungan dengan Gingivitis
c) Deficit perawatan oral diri/oral berhubungan dengan perubahan
kesadaran, kelemahan ekteremitas atas.
d) Risiko infeksi berhubungan dengan trauma mukosa oral.
b. intervensi
1) Persiapan pasien
a) Melakukan pengecekan program terapi
b) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c) Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
2) Persiapan alat
a) Tissue
b) Gelas kumur berisi air matang hangat
c) Sikat gigi dan pastanya
d) Sarung tangan bersih
e) Bengkok
f) Perlak dan alasnya/handuk kecil
c. Implementasi
1) Menjaga privacy
2) Memasang perlak dan alasnya/handuk dibawah dagu pasien
3) Memakai sarung tangan
4) Membantu pasien untuk berkumur sambil menyiapkan bengkok
5) Membantu menyiapkan sikat gigi dan pastanya
6) Membantu pasien menyikat gigi bagian depan, samping dan dalam
7) Membantu pasien untuk berkumur sambil menyiapkan bengkok
8) Mengulangi membantu pasien menyikat gigi bagian depan, samping
dan dalam
9) Membantu pasien untuk berkumur sambil menyiapkan bengkok
10) Mengeringkan bibir menggunakan tissue
11) Merapikan pasien dan memberikan posisi senyaman mungkin
Hal yang perlu diperhatikan
1) Mengevaluasi hasil tindakan
2) Berpamitan dengan pasien
3) Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4) Mencuci tangan
5) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Higiene mulut yang baik termasuk kabersihan, kenyaman, dan
kelembaban struktur mulut. Perawatan yang tepat mencegah penyakit
mulut dan kerusakan gigi. Klien di rumah sakit atau fasilitas perawatan
jangka panjang seringkali tidak menerima perawatan agresif yang mereka
butuhkan. Perwatan mulut harus diberikan teratur dan setiap hari.
Frekuensi tindakan higiene bergantung pada rongga mulut klien.
d. Evaluasi
1) Melihat kembali perkembangan oral hygiene anak
2) Hasil yang diharapkan dari hygiene mulut tidak dapat dilihat dalam
beberapa hari
3) Pembersihan yang berulang-ulang harus sering kali dilakukan.

D. PERAWATAN KAKI DAN KUKU


1. Pengertian
Perawatan pada kuku kaki dan tangan bertujuan untuk mencegah
infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Perawatan tersebut penting untuk
ambulasi klien dan ketika klien berdii. Masalah yang berkaitan dengan kuku
kaki dan tangan dapat ditimbulkan karena perawatan yang salah atau kurang
seperti menggigit kuku atau pemotongan yang tidak tepat, pemaparan dengan
zat-zat kimia yang tajam, dan pemakaian alas kaki yang tidak pas. Masalah-
masalah tesebut dapat berakibat pada perubahan integritas kulit serta risiko
infeksi.
Berikut ini merupakan masalah umum pada kaki dan kuku (Potter &
Perry, 1997):
a. Kalus: Bagian yang mengeras dari epidermis terdiri dari massa sel tanduk
dan keratotik. Masalah ini dapat disebabkan oleh friksi atau tekanan lokal.
Kondisi dapat menyebabkan ketidaknyamanan jika memakai alas kaki
yang ketat.
b. Katimumul: Keratosis disebabkan oleh friksi dan tekanan dari alas kaki.
Jaringan dapat menempel dengan tulang jika dibiarkan tumbuh. Cara
berjalan klien akan berubah karena nyeri.
c. Kutil pada kaki (plantar wart): Luka yang menjamur, terlihat pada tumit
kaki dan disebabkan oleh virus papiloma. Kutil juga dapat menimbulkan
nyeri dan sulit berjalan.
d. Kuku yang tumbuh ke dalam: Jari kaki atau jari tangan masuk ke dalam
jaringan yang halus di sekitar kuku. Kuku yang masuk ke dalam akan
menimbulkan nyeri lokal jika terkena tekanan.
e. Kuku tanduk ram: Kuku yang meliuk panjang. Usaha perawat untuk
memotong kuku dapat menyebabkan kerusakan dasar kuku dengan risiko
infeksi.
f. Paronisa: Inflamasi jaringan sekitar jari, terjadi setelah bintil kuku atau
cedera lain. Terjadi pada orang yang sering berada di air dan umumnya
klien diabetes. Daerah dapat mengalami infeksi.
g. Bau kaki: Diakibatkan oleh keringat berlebihan yang meningkatkan
perkembangan organisme. Kondisi dapat menyebabkan ketidaknyamanan
akibat keringat berlebihan, dapat menimbulkan rasa malu.
h. Infeksi jamur kaki (Tinea pedis): Infeksi jamur pada kaki; disebabkan
pemakaian alas kaki yang ketat. Infeksi jamur dapat menyebar ke bagian
tubuh yang lain, terutama tangan. Dapat menular dan sering kambuh.
Tanda-tanda awal pada masalah kaki dan kuku biasanya adalah nyeri
dan lunaknya jaringan. Gejala-gejala ini dapat mempengaruhi postur klien dan
kelemahan pada kelompok otot tertentu. Klien dengan diabetes mellitus
membutuhkan perawatan kaki dan kuku yang khusus. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya suplai darah di bagian tersebut. Perawatan kebersihan pada kuku
dan kaki umumnya terdiri dari pemotongan kuku secara teratur,
membersihkan bagian bawah kuku (termasuk membersihkan, mencuci, dan
mengeringkan), dan memakai alas kaki yang pas. Perendaman dapat
dilakukan ketika kuku kotor atau tebal. Orangewood stick dapat digunakan
untuk membersihkan bagian dalam kuku. Tidak dianjurkan memakai logam
karena logam dapat merusak kuku dan membuat kuku menjadi kotor.
Pembersihan daerah antara jari satu dengan jari yang lain membutuhkan
perhatian khusus. Pelunak, misalnya krim dingin dapat menjaga agar kuku
dan kutikula tetap lembut.
Daerah dengan kalus tidak boleh dipotong. Sebaiknya melakukan
perendaman beberapa kali untuk membantu menghilangkan kalus. Lotion
sebaiknya digunakan secara rutin untuk menjaga kelembaban kulit dan
melembutkan daerah kalus. Jika sebaliknya (kelembaban berlebih/keringat
berlebih), bedak yang dapat menyerap air dapat digunakan pada daerah antara
jari. Klien harus memakai alas kaki yang pas dan bersih. Pas bukan berarti
ketat, namun nyaman untuk menopang kaki.
2. Pengkajian
Kuku kaki dan tangan dikaji dengan menggunakan teknik inspeksi dan
palpasi. Inspeksi meliputi pada bentuk plat kuku, sudut antara kuku dan dasar
kuku, tekstur kuku, warna dasar kuku, dan keutuhan jaringan sekitar kuku.
Secara umum, yang dikaji dari kuku adalah bentuk, warna, adanya lesi, dan
pertumbuhan. Ciri-ciri kuku normal yang sehat yaitu transparan, lembut dan
konveks dengan alas jari pink dan ujung putih tembus cahaya. Pada orang-
orang tertentu, misalnya orang Afrika Amerika, pigmentasi coklat atau hitam
secara normal ada di antara kuku dan dasar kuku. Kuku dikelilingi oleh
kutikula yang tumbuh melewati jari dan harus ditekan secara teratur ke
belakang (dipotong). Kulit di sekitar dasar kuku harus lembut dan tanpa
inflamasi. Perawat juga menanyakan pada klien apakah klien mengecat
kukunya dengan teratur dan menggunakan penghapus cat kuku karena zat
kimia yang terdapat pada produk tersebut menyebabkan kekeringan
berlebihan pada kuku.
a. Langkah-langkah pengkajian kuku adalah sebagai berikut:
1) Jelaskan pada klien apa yang akan dilakukan, mengapa hal tersebut
perlu dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan
bagaimana hasil pengkajian akan digunakan dalam merencanakan
perawatan dan terapi selanjutnya.
2) Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi yang tepat.
3) Berikan klien provasi.
4) Tanyakan apakah klien mempunyai salah satu riwayat berikut ini:
menderita diabetes melitus, penyakit sirkulasi perifer, cedera
sebelumnya, atau penyakit berat.
5) Inspeksi bentuk plat kuku untuk menentukan lekukan dan sudutnya.
a) Normal: lekuk konveks, sudut antara kuku dan dasar kuku
sekitar 160 derajat.
b) Deviasi dari normal: kuku sendok, tabuh (180 derajat atau lebih).
6) Inspeksi tekstur kuku jari tangan dan jari kaki.
a) Normal: Tekstur halus
b) Deviasi dari normal: Terlalu tebal (misalnya akibat sirkulasi yang
buruk, anemia defisiensi besi), terlalu tipis atau adanya alur (misal
anemia defisiensi besi), garis Beau (garis puth atau alur yang
melintang.
7) Inspeksi warna dasar kuku jari tangan dan jari kaki.
a) Normal: Klien berkulit terang kaya vaskular dan berwarna merah
muda, klien berkulit gelap mungkin memiliki pigmentasi cokelat
atau hitam pada guratan longitudinal.
b) Deviasi dari normal: Berwarna kebiruan atau keunguan (dapat
menunjukkan sianosis), pucat (dapat menunjukkan sirkulasi arteri
yang buruk).
8) Inspeksi jaringan di sekitar kuku
a) Normal: Epidermis utuh
b) Deviasi dari normal: Kuku menggantung paronisia (inflamasi)
9) Lakukan uji pemucatan untuk pengisian kapiler. Tekan dua atau lebih
kuku dengan ibu jari dan jari telunjuk, periksa adanya pemucatan dan
kembalinya warna merah pada dasar kuku.
a) Normal: cepat kembali ke warna merah muda atau warna asal
b) Deviasi dari normal: lambat kembali ke warna merah muda atau
warna asalnya (dapat mengindikasikan gangguan sirkulasi).
10) Dokumentasikan hasil pengkajian pada catatan klien menggunakan
formulir atau daftar tilik disertai catatan narasi jika perlu.
Pada bayi baru lahir, kuku tumbuh sangat cepat, sangat tipis
dan mudah patah. Pada anak-anak, kuku jari kaki yang bengkok, memar, atau
mengalami onikokriptosis dapat diakibatkan oleh sepatu yang terlalu sempit.
Perilaku anak-anak yang menggigit kuku harus didiskusikan dengan anggota
keluarga. Pada lansia, kuku tumbuh lebih lambat dan menebal. Pita
longitudinal biasanya ada, dan kuku cenderung retak. Pita pada kuku dapat
menunjukkan defisiensi protein, titik putih menunjukkan defisiensi seng, dan
kuku berbentuk sendok menunjukkan defisiensi zat besi. Pada klien dengan
kondisi rawat jalan atau klien komunitas, edukasi tentang perawatan kuku
perlu dilakukan. Perawat dapat mengajarkan klien atau anggota keluarga
mengenai perawatan kuku yang benar, termasuk cara memotong dan
membentuk kuku untuk menghindari paronikia.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah kuku
menurut NANDA antara lain:
a. Nyeri yang berhungan dengan:
1) pembentukan kalus
2) Kuku jari yang tumbuh ke dalam
b. Defisit perawatan diri mandi/higiene yang berhubungan dengan:
1) gangguan visual
2) perubahan koordinasi tangan
c. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan:
1) kerusakan perfusi arteri
2) praktik pemotongan kuku yang tidak tepat
3) friksi dari sepatu
4) cedera pada kuku
d. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan:
1) kerusakan perfusi arteri
2) alas kaki yang tidak pas
e. Risiko infeksi yang berhubungan dengan:
1) kulit yang rusak atau trauma
f. Defisit pengetahuan perawatan kaki dan kuku yang berhubungan dengan:
1) misinterpretasi informasi
2) kurang terpapar informasi.
4. Perencanaan
Perawat dapat memberikan perawatan terhadap kuku pada waktu
mandi atau pada waktu yang terpisah, menurut pilihan klien. Tujuan klien
menerima perawatan kuku dan kaki meliputi hal-hal berikut:
a) Klien akan memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut.
b) Klien akan mencapai rasa nyaman dan bersih.
c) Klien akan berjalan dan menanggung berat badan dengan normal
d) Klien akan memahami dan melakukan metode perawatan kuku dengan
benar.
5. Implementasi
Perawatan kaki dan kuku termasuk perendaman untuk melembutkan
kutikula dan lapisan sel tanduk, pembersihan dengan teliti, dan pengeringan
serta pemotongan kuku dengan tepat. Perawat dapat memberikan perawatan di
tempat tidur untuk klien imobilisasi atau mendudukkan klien di kursi. Berikut
ini merupakan langkah-langkah perawatan kuku (Potter &Perry, 1997):
a. Identifikasi klien yang berisiko untuk masalah kaki dan kuku, termasuk
hal berikut:
1) Lansia
Perubahan dalam fungsi sensori dan motorik dengan penuaan
yang mengganggu praktik perawatan diri. Perubahan fisiologis
mengubah kondisi kaki dan kuku.
2) Klien diabetes : Aliran darah ke jaringan perifer tidak adekuat.
3) Klien gagal jantung atau penyakit ginjal: Adanya edema jaringan dan
penurunan aliran darah ke ekstrimitas
4) Klien cedera serebrovaskular: Adanya paralisis residual atau
penurunan sensasi.
b. Dapatkan instruksi dokter untuk pemotongan kuku jika kebijakan institusi
mengharuskannya.
c. Jelaskan prosedur kepada klien, termasuk fakta bahwa perendaman yang
tepat membutuhkan beberapa menit.
d. Persiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan.
1) Baskom
2) Mangkok piala ginjal
3) Waslap
4) Handuk mandi atau handuk muka
5) Pemotong kuku
6) Stik jingga
7) Papan penghalus
8) Losion badam
9) Karpet alas mandi sekali pakai
10) Handuk kertas
11) Sarung tangan sekali pakai (tambahan)
e. Cuci tangan. Atur peralatan pada meja tempat tidur.
f. Tarik tirai sekitar tempat tidur atau tutup pintu kamar untuk privasi klien
g. Bantu klien duduk di samping tempat tidur jika memungkinkan. Letakkan
karpet alas mandi sekali pakai di lantai di bawah kaki klien. Letakkan
lampu panggilan dalam jangkauan klien.
h. Isi baskom mandi dengan air hangat. Periksa suhu air. Air hangat dapat
melunakkan kuku dan sel epidermis yang menebal, mengurangi inflamasi
kulit, dan meningkatkan sirkulasi lokal.
i. Letakkan baskom pada karpet alas mandi dan bantu klien meletakkan
kakinya ke dalam baskom.
j. Atur meja tempat tidur pada posisi rendah dan letakkan di atas pengkuan
klien untuk mencegah bahaya tumpah.
k. Isi mangkok piala ginjal dengan air hangat dan letakkan waskom di atas
handuk kertas di atas meja tempat tidur.
l. Instruksikan klien untuk meletakkan jari tangan pada mangkok dan
letakkan lengan klien pada posisi yang nyaman.
m. Biarkan kaki dan jari tangan klien terendam selama 10 sampai 20 menit.
Ganti air hangat dalam 10 menit jika diperlukan.
n. Bersihkan dengan lembut bagian bawah kuku jari tangan dengan stik
jingga saat jari-jari dicelup, kemudian pindahkan mangkok dan keringkan
jari secara menyeluruh.
o. Dengan pemotong kuku, potong kuku lurus memanjang dengan ujung jari
rata. Bentuk kuku dengan menggunakan papan penghalus.
p. Tekan kutikula ke belakang secara lembut dengan stik jingga.
q. Pindahkan meja tempat tidur jauh dari klien.
r. Gunakan sarung tangan sekali pakai dan gosok daerah kalus pada kaki
dengan waslap.
s. Bersihkan secara lembut bagian bawah kuku dengan stik jingga. Angkat
kaki dari waskom dan keringkan secara merata.
t. Bersihkan dan potong kuku jari kaki menggunakan prosedur Langkah 15-
16.
u. Gunakan losion untuk kaki dan tangan dan kemudian bantu klien kembali
ke tempat tidur dan posisi yang nyaman.
v. Buka sarung tangan sekali pakai dan buang pada tempatnya. Bersihkan
dan kembalikan peralatan dan bahan ke tempat yang sesuai. Letakkan
linen kotor pada tempatnya. Cuci tangan untuk mencegah transmisi
infeksi.
w. Inspeksi kuku dan kulit sekitarnya setelah perendaman dan pemotongan
kuku.
x. Catat prosedur dan observasi. Laporkan adanya kerusakan kulit.

E. MENYISIR RAMBUT
1. Pengertian
Personal Hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan
untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis.
Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai factor diantaranya : budaya,
nilai social pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap personal
hygiene, serta persepsi terhadap perawatan diri.
Jenis perawatan diri berdasarkan tempatnya di bagi menjadi beberapa
bagian yaitu personal hygiene pada kulit, personal hygiene pada kuku tangan
dan kuku kaki, personal hygiene pada rambut,personal hygiene pada mulut
dan gigi, dan personal hygiene pada genital. Dalam laporan ini kami
membahas personal hygiene pada rambut, yaitu menyisir rambut. Pengertian
dari menyisir rambut adalah mengatur rambut serapi-rapinya dengan
menggunakan sisir.
2. Tujuan
a. Menjaga rambut tetap bersih, rapi, dan terpelihara
b. Membantu merangsang sirkulasi darah pada kulit kepala
c. Membantu mendistribusikan minyak rambut
d. Mengkaji atau memantau masalah pada rambut dan kulit kepala
e. Memberikan perasaan senang pada klien.
f. Mencegah terjadinya sarang kutu atau kotoran lain.
g. Menambah kepercayaan diri.
3. Manfaat
a. Bagi pasien :
1) Merapikan rambut pasien agar tidak kusut
2) Memberi perasaan nyaman kepada pasien
b. Bagi siswa:
1) Dapat mencapai standar kompetensi
2) Dapat mengaplikasikan teori yang didapat disekolah.
3) Dapat membantu pasien dalam personal hygiene
4. Indikasi
a. Pada klien yang tidak dapat menyisir sendiri
b. Setiap selesai mandi dan jika perlu
5. Persiapan Alat
Baki berisi:
a. Sisir
b. Alas/handuk
c. Bengkok berisi larutan lisol 2-3
d. Potongan kertas tisu dalam tempatnya
e. Bengkok kosong
f. Tali pita atau karet untuk mengikat rambut jika perlu
g. Minyak rambut jika perlu
6. Prosedur Pelaksanaan
a. Bawa alat kedekat klien
b. Beri tahu klien dan jelaskan prosedur
c. Cuci tangan
d. Bentangkan handuk di bawah kepala klien kemudian dimiringkan
e. Kaji kulit kepala klien
f. Bagi rambut menjadi dua bagian
g. Sisir rambut mulai dari ujung, makin lama makin ke atas sampai pada
pangkal rambut
h. Kumpulkan rambut yang rontok dan bungkus dengan kertas kemudian
buang ke dalam bengkok kosong
i. Ikat ujung rambut yang panjang (membuat jalinan), demikian juga bagian
lainnya jika perlu.
j. Setelah menyisir rambut klien, bersihkan sisir dengan kertas tisu
kemudian masukkan ke dalam bengkok berisi larutan lisol dan buang
kertas tisu ke dalam bengkok kosong.
k. Ambil handuk di bawah kepala klien dan rapikan.
l. Bereskan alat, bersihkan kemudian kembalikan (simpan) ke tempat
semula.
m. Cuci tangan.
n. Dokumentasikan tindakan.
7. Evaluasi
a. Evaluasi tindakan
Nama: iq. Rasinah
Umur: 45 tahun
Prosedur Perawatan menyisir rambut pasien Ruang Angsoka berbeda jauh
dengan teori yang ada di buku. Dalam tindakan yang dilakukan di Ruang
Angsoka hanya menggunakan sisir dan tali pita karet untuk mengikat
rambut pasien tanpa larutan lisol, alas/handuk, potongan kertas tisu, dan
bengkok kosong.
b. Evaluasi Hasil
Setelah menyisir rambut iq. Rasinah, rambut yang sebelumnya
kusut menjadi rapi dan lurus kembali. Serta terlihat bagus ketika rambut
diikat dengan menggunakan karet. Sehingga pasien merasa nyaman dan
senang.

F. MENCUCI RAMBUT
Mencuci Rambut Pasien Di Tempat Tidur
1. Pengertian
Mencuci rambut dan kulit kepala dengan mempergunakan sabun atau shampo.
2. Tujuan
a. Membersihkan kulit kepala dan rambut.
b. Menghilangkan bau dan memberi rasa nyaman.
c. Merangsang peredaran darah di bawah kulit kepala.
d. Membasmi kutu atau ketombe.
3. Dilakukan pada
a. Pasien yang rambutnya kotor, dan keadaan umumnya mengizinkan.
b. Bagi pasien yang berkutu, sebelum dicuci harus diobati dan dipasang kap
kutu lebih dulu.
c. Pasien yang akan menjalani operasi besar (bila keadaan umumnya
mengizinkan).
4. Persiapan
a. Persiapan alat:
1) Handuk dua helai.
2) Perlak panjang sebagai alat.
3) Baskom berisi air hangat.
4) Gayung.
5) Shampo dan sabun dalam tempatnya.
6) Kain kasa dan kapas.
7) Ember kososng.
8) Bengkok (nierbekken).
9) Celemek untuk petugas.
10) Sampiran atau scherm.
11) Alat pengering rambut bila mungkin disediakan. 12. Sisir
b. Persiapan pasien:
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan.
Pelaksanaan:
1) Bila pasien tidak dapat duduk, posisi tidurnya diatur dengan kepala
dipinggir tempat tidur.
2) Ember diletakkan di bawah tempat tidur bagian kepala.
3) Perlak pengawas dipasang di bawah kepala, dengan sisi kanan dan
kirinya digulung sedikit ke dalam dan ujungnya berada di dalam
ember.
4) Lubang telinga dengan kapas, dan mata ditutup dengan kain kasa atau
saputangan pasien.
5) Dada ditutup dengan handuk sampai ke leher.
6) Rambut disisir, kemudian disiram dengan air hangat. Selanjutya
rambut dicuci dengan shampo atau sabun. Rambut dibilas beberapa
kali denagn air hangat, dn bersamaan dengan itu kepala dipijit-pijit.
7) Kepala diangkat dan diberi alas handuk, selanjutnya rambut
dikeringkan.
8) Kapas penutup lunang telinga dan kain kasa penutup mata diangkat
dan diletakkan dalam bengkok.
9) Rambut dikeringkan dengan handuk.
10) Rambut disisr rapi, kepala pasien diletakkan pada bantal yang telah
dialasi handuk kering.
11) Posisi pasien diatur kembali.
12) Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.
Perhatian:
1) Perhatikan keadaan umum pasien.
2) Hindari tindakan yang membuat pasien lelah atau kedingi

G. MEMANDIKAN BAYI DAN IBU


1. Pengertian Memandikan
Memandikan adalah suatu cara membersihkan tubuh seseorang dengan
cara menyiram, merendam diri dalam air (Choirunisa, 2009, p.59).
Dalam minggu minggu pertama bayi cukup mandi satu kali sehari
dipagi hari. Jika perlu sore hari cukup dibersihkandari kulit yang basah atau
keringat. Usahakan tidak langsung memandikan bayi etelah menyusu, sedang
lapar atau mengantuk untuk menghindarkan bayi muntah, kedinginan, atau
kaget.Tujuan dari memandikan bayi untuk membersihkan tubuh bayi
(Huliana, 2003,p.83).
2. Definisi Bayi
a. Bayi merupakan makluk yang sangat peka dan halus (Choirunisa, 2009,
p.59).
b. Memandikan bayi yang benar adalah suatu cara membersihkan tubuh bayi
dengan air dengan cara menyiram, merendam diri dalam air berdasarkan
urut-urutan yang sesuai (Choirunisa, 2009, p.59).
c. Kapan sebaiknya memandikan bayi
d. dapat dilakukan minimal 6-24 jam setelah melahirkna. verniks, suatu zat
yang menyerupai lilin yang menutupi bayi saat lahir, harus dibiarkan
terserap ke dalam kulit karena ini merupakan pelembab yang luar biasa.
Jika rambut bayi perlu dicuci, gunakan air dan sisir saja untuk mengangkat
kotoran. Anda dapat membersihkan bagian atas dan bawah bayi anda
dalam beberapa hari pertama, dengan menggunakan kapas (organic jika
memungkinkan) dan air, dengan lembut membasuh mukanya (hati-hati di
sekitar area halus sekitar mata) dan area popok. Ini memungkinkan kulit
bayi anda menyesuaikan diri dengan dunia luar. Kemudian, jika anda
memandikan bayi, peganglah dengan lembut di dalam air, dua atau tiga
kali seminggu. (Parker catharinr. 2008)
3. Apa yang sebaikya digunakan untuk membersihkan bayi
Gunakan air dan kapas pada bulan pertama, jika mata bayi anda
menjadi lengket, gunakan kapas yang direndam di dalam air matang yang
sudah didinginkan untuk membersihkan bagian tersebut. dengan lembut sekah
matanya dengan gerakan dari dalam keluar, dengan menggunakan beberapa
lembar kapas baru untuk setiap kali menyeka. Gunakan kapas untuk
menyekabagian luar telinnga dan hidung (Parker catharinr. 2008)
4. Peralatan Memandikan Bayi
a. Menyiapkan Keperluan Mandi
Menurut (Choirunisa, Ana Maria, 2009, p.59) salah satu kebutuhan
bayi antara lain memandikan bayi. Oleh karena itu memandikan bayipun
ada cara yang benar. Untuk itu diperlukan perlengkapan yang sesuai agar
acara memandikan bayi lancar, dan tidak tertunda yang mungkin saja
menyebabkan bayi kedinginan.
b. Berikut ini daftar lengkap keperluan untuk memandikan bayi:
1) Meja mandi khusus
2) Handuk mandi
3) Popok atau handuk bersih untuk alas mandi
4) Waslap 2
5) Kapas lembab di tempatnya
6) Kapas kering di tempatnya
7) Kapas pembersih bertangkai (Cotten bud)
8) Baby oil
9) Sabun
10) Bedak
11) Tempat pakaian kotor
12) Perlengkapan pakaian bayi
13) Pakaian untuk ganti
14) Perlak dan alasnya
15) waskom / ember berisi air hangat
16) Alkohol dan kasa steril untuk merawat tali pusat
17) Celemek
5. Prosedur pelaksanaan memandikan bayi
a. Siapkan keperluan mandi dan pakaian bayi sebelum pakaian bayi dilepas,
seperti sabun, sampo bayi, waslap pembasuh, gumpalan kapas untuk
membersihkan mata, handuk, popok, dan pakaian bersih dan air hangat
b. Cuci tangan dan pakai celemek
c. Menutup pintu dan jendela ruangan serta membuka pakaian bayi
d. Memeriksa air: Periksalah suhu air dengan siku atau bagian dalam
pergelangan tangan. Air tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin.jika
anda ingin memeriksa air dengan thermometer, suhu sebaiknya 290C .
e. Buka pakaian bayi dan masukkan pakaian ke ketempat kotor
f. Bersihkan bokong dengan kapas bila bayi BAB
g. Angkat bayi dari tempat tidur : Tangan kanan memegang kaki, tangan kiri
masuk melalui kuduk, kemudian menuju ke ketiak
h. Masukkan bayi dalam baskom berisi air hangat, Bayi masukkan ke dalam
bak mandi bayi dengan cara memegang kepala dan bahu kiri bayi dengan
tangan memegang lengan kiri bayi dan tangan kanan mengangkat bokong,
kepala berada di atas air.
i. Dengan menggunakan kapas depper / sisi handuk, seka mata
menggunakan kapas lembab dengan cara menghapus dari bagian dalam ke
arah luar. Setiap mengusap kapas harus diganti
j. Telinga bersihkan dengan kapas pembersih, setiap usapan kapas harus
diganti
k. Cuci muka bayi dengan washlap tanpa menggunakan sabun. setelah itu
keringkan dengan handuk (Keringkan muka dengan 1 sudut handuk)
Boleh menggunakan sabun tetapi hati-hati karena sabun dapat
menyebabkan iritasi pada mata dan kulit bayi. Mulailah membasuh tubuh
bayi dari bagian terbersih hingga terkotor.
l. Kemudian kepala bayi ditaruh di atas tangan kiri, lalu disabun kemudian
bersihkan dengan waslap sampai bersih.
m. Bersihkan dengan washlap bersabun pada area kepala dengan gerakan
memutar, leher, ketiak, badan, sela paha, dan sela bokong bayi hingga
rata,
n. Bagian punggung dibersihkan dengan menggnti tangan kiri, dan bayi
dengan bagian muka bersandar pada lengan kanan dengan waslap basah
sampai bersih, lihat daerah-daerah lipatan jangan ada yang tersisa.
o. Bokong, perinium, genetalia dibersihkan paling akhir untuk mencegah
kontaminasi karena daerah ini paling kotor.
p. Angkat bayi seperti pada waktu memasukkan bayi ke dalam bak mandi.
q. Letakkan kembali bayi diatas meja dengan alas handuk
r. Kepala, badan dan anggota tubuh lainnya dibersihkan dengan waslap yang
satunya (yang belum kena sabun) dengan menggunakan tangan kanan
s. Keringkan dengan handuk sampai ke sela- sela badan, Keringkan kepala
bayi diatas meja dengan gerakan memutar. Gosok kepala dengan baby oil
bila ada kotorannya, beri minyak telon, baby oil dan talk
t. Bila tali pusat belum lepas, lakukan perawatan tali pusat
u. Pakaikan pakaian bayi
v. Bersihkan telinga dan hidung dengan kapas pembersih, rambut disisir
w. Bila kuku panjang, potong kuku
x. Bungkus bayi dengan selimut
y. Bereskan tempat tidur dan alat
z. Cuci tangan
Waktu yang tepat untuk memandikan bayi adalah sebelum bayi tidur,
karena dapat membuatnya rileks hingga memudahkan bayi tidur. Hindari
memandikan bayi sebelum atau setelah makan karena perut bayi yang tertekan
akan membuatnya muntah. (Parker catharinr. 2008)
6. Dampak positif dan Dampak Negatif Memandikan Bayi
Keuntungan memandikan bayi merupakan saat-saat yang
menyenangkan untuk membangun hubungan yang sangat erat antara ibu dan
anak. Jika bayi sedang gelisah, maka mandi dengan air hangat akan menjadi
akan menjadi hal yang baik untuk menenangkan dan membantnya untuk dapat
tidur dengan nyaman (Iskarina,2008. 67).
Mandi mempunyai manfaat yang sangat bagus untuk kebersihan dan
kesehatan bayi, mandi akan memberikan rasa nyaman bagi tubuh bayi
(Choirunisa,2009.92).
Memandikan bayi adalah cara yang tepat bagi ibu untuk mengajarkan
cara membersihkan tubuh mereka sendiri (Iskarina,2008).
Memandikan bayi harus menggunakan air yang hangat jika
menggunakan air yang dingin akan menakutkan mereka. Gunakan bak mandi
yang khusus untuk memandikan bayi, selalu memegang bayi secara hati-hati
karena bayi akan licin saat dibasahi sehingga ibu harus memegang bayi secara
kuat tetapi harus tetap dengan kelembutan untuk menjaga bayi agar tidak
celaka, jatuh, tenggelam, air juga dapat masuk kedalam telinga bayi, jangan
memandikan bayi terlalu lama karena dapat menyebabkan perubahan suhu
tubuh bayi (hipotermi) dan air juga dapat masuk lewat hidung.
(Deswani,2010,p.88).
7. Faktor Yang Mempengaruhi Cara Memandikan Bayi
a. Faktor predisposisi (Predisposing Factors)
1) Pengetahuan
Pengetahuan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan
yang dapat merubah ke perilaku yang positif(Soekanto, 2009. 5).
Tidak semua orang tua berani memandikan bayinya sendiri,
alasan mereka adalah tidak mengerti cara memandikan bayi dengan
benar. Ketidaktahuan orang tua ini khususnya timbul dari orang tua
yang tidak mau tahu bagaimana cara memandikan bayinya malah
menyerahkan bayinya kepada baby sitter atau kepada orang tua
mereka, kurangnya pengetahuan ini karena latar belakang rendahnya
pendidikan (Choirunisa, 2009.79).
2) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita – cita tertentu
yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan
untuk mendapat informasi misalnya hal hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra
yang dikutip Notoadmodjo(2003), pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama
dalan memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan
(Nursalam, 2003)
pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah menerima informasi. Pendidikan dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang, tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan
kemampuan menyarap dan menerima informasi kesehatan, demikian
jaga orang tua atau ibu. Semakin tinggi pendidikan seseorang biasanya
mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas sehingga akan
lebih mudah menerima informasi kesehatan. Bagi orang tua yang
berpendidikan tinggi tidak begitu sulit untuk memandikan bayinya
sendiri. Sebaliknya orang tua yang berpendidikan rendah akan lebih
sulit untuk menerima informasi dan pengetahuan kesehatan, oleh
karena itu diperlukan pemahaman yang lebih untuk dapat memahami
informasi dan pengetahun tentang kesehatan.
3) Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang
yang menambah pengetahuan orang tersebut tentang suatu hal
Begitu pula ibu nifas yang dulu sudah pernah melahirkan akan
lebih mudah untuk merawat dan memandikan bayinya. Berbeda
dengan ibu nifas yang pertama kali melahirkan mereka akan canggung
untuk merawat bayinya. (Soekanto, 2009, 7).
b. Faktor Pendorong
1) Dukungan suami atau keluarga
Peran atau dukungan suami dan keluarga merupakan hal
terpenting dalam proses memandikan bayi yang benar. Kondisi ibu
nifas yang masih lemah apalagi ditambah dengan adanya luka jahitan
perineum yang menyebabkan ibu merasa malas dan tidak mau untuk
memandikan bayinya sendiri. Kondisi saat inilah dukungan suami dan
keluarga dibutuhkan untuk menambah kepercayaan diri ibu agar mau
dan berani memandikan bayinya sendiri (Setiadi, 2008. 35).

H. PERAWATAN PARINEAL DAN VULVA HYGIENE


1. Pengertian
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk
menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu
yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya
organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
2. Tujuan
a. Rasa nyaman terpenuhi / bersih
b. Tidak terjadi infeksi
c. Nyeri berkurang
3. Alat-Alat Perawatan Perenium
a. Betadine
b. Kassa steril
c. Pembalut bersih
d. Air cebok anti septik/air rebusan daun sirih
e. Celana dalam yang bersih
4. Cara Kerja
a. Melakukan cuci tangan
b. Mengatur posisi ibu yang nyaman : jika di tempat tidur posisi
semifowler/fowler, lutut ditekuk
c. Membuka baju bagian bawah
d. Membersihkan paha bagian atas dan keringkan ( kiri dan kanan )
e. Bersihkan lipatan bagian atas ( labia mayora ). Tangan kiri menarik
lipatan ke atas, tangan kanan membersihkan dengan hati-hati lipatan
kulit. Usap dari perineum kearah anus. Ulangi pada sisi yang
berlawanan
f. Regangkan lipatan bagian atas ( labia mayora) dengan tangan kiri.
Tangan kanan yang lain membersihkan dari area bagian atas lipatan (
pubis ) ke lubang tempat buang air besar ( anus ) dengan satu kali
usapan. Gunakan kapas yang berbeda. Area yang dibersihkan yaitu
lipatan bagian dalam ( labia minora , klitoris dan oripicium vagina )
g. Tuangkan air hangat ke area perineum dan keringkan
h. Merubah posisi dengan posisi miring
i. Bersihkan area anus dari kotoran dan feses jika ada. Bersihkan dari
arah depan (vagina) ke belakang (anus) dengan satu usapan. Ulangi
dengan kapas yang berbeda sampai bersih
j. Keringkan dengan handuk. Pasang pembalut pada celana dalam.
Celupkan pada kassa steril ke dalam larutan bethadine, peras lembab
dan tempelkan di daerah perineum ( bila ada jahitan ) atau bila ada
salep oleskan
k. Pasang celana dalam yang sudah dipasang pembalut, kemudian
dirapihkan
l. Pakai pakaian bawah
m. Cuci tangan
5. Hal-Hal Yang Harus Di Perhatikan
a. Menjaga perineum selalu bersih dan kering
b. Hindari penggunaan obat-obat tradisional pada perineum
c. Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 kali
perhari
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan (jika ada
luka episiotomi). Ibu harus kembali lebih awal jika ia mengalami
gejala-gejala seperti demam, mengeluarkan cairan yang berbau bususk
dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut menjadi nyeri
6. Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Perenium
a. Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi
terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian
jaringan sangat membutuhkan protein.
b. Obat-obatan
1) Steroid : Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menggangu
respon inflamasi normal.
2) Antikoagulan : Dapat menyebabkan hemoragi.
3) Antibiotik spektrum luas / spesifik : Efektif bila diberikan segera
sebelum pembedahan untuk patolagi spesifik atau kontaminasi
bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena
koagulasi intrvaskular.
c. Keturunan
Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan
dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang
mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat
dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat
terjadi penipisan protein-kalori.
d. Sarana prasarana
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana
dalam perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan
perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik.
e. Budaya dan Keyakinan
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan
perineum, misalnya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan
mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi
penyembuhan luka.
7. Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat
menghindarkan hal berikut ini :
a. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat
menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan
timbulnya infeksi pada perineum.
b. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada
saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat
pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi
pada jalan lahir.
c. Kematian ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan
terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu
post partum masih lemah (Suwiyoga, 2004)
8. Episiotomi
Episiotomi adalah insisi dari perinium untuk memudahkan
persalinan dan mencegah ruptur perinii totalis (Bagian Obsgyn, UNPAD).
Episiotomi adalah insisi perinium untuk memperlebar ruang pada lubang
keluar jalan lahir sehingga memudahkan kelahiran bayi.
a. Jenis – jenis episiotomi
1) Episiotomi Medialis adalah yang dibuat di garis tengah.
2) Episiotomi Mediolateralis dari garis tengah ke samping menjauhi
anus.
3) Episiotomi Lateralis 1-2 cm diatas commisuro posterior ke
samping.
4) Episiotomi Sekunder adalah ruptur perinii yang spontan atau
episiotomi medialis yang melebar sehingga dimungkinkan menjadi
ruptura perinii totalis maka digunting ke samping.
b. Fungsi Episiotomi
1) Episiotomi membuat luka yang lurus dengan pinggir yang tajam,
sedangkan ruptura perinii yang spontan bersifat luka koyak dengan
dinding luka bergerigi.
2) Luka lurus dan tajam lebih mudah dijahit.
3) Mengurangi tekanan kepala bayi.
4) Mempersingkat kala II.
5) Mengurangi kemungkinan terjadinya ruptura perinium totalis.
c. Keuntungan dan kerugian dari episiotomi
1) Episiotomi Medialis : mudah dijahit, anatomi maupun fungsionil
sembuh dengan baik, nyeri masa nifas ringan, dapat menjadi ruptur
perinii totalis.
2) Episiotomi Mediolateralis : Lebih sulit dalam penjahitan,anatomi
maupun fungsionil penyembuhan kurang sempurna, nyeri pada
hari-hari pertama nifas, jarang menjadi ruptura perinii.
9. Materi tentang vulva hygiene
Berikut ini adalah cara merawat vulva yang baik:
a. Biasakan mencuci vulva dengan air hangat. Keringkan baik-baik
dengan handuk yang halus dan bersih atau kertas tisu toilet yang
lembut. Bila vulva dalam keadaan iritasi hebat, dapat dikeringkan
dengan alat pengering blower (hair dryer) yang disetel dalam posisi
dingin dengan jarak lebih dari 30 cm. Vagina memunyai daya tahan
sendiri terhadap infeksi yang berupa cairan bersifat asam (pH
tertentu). Oleh karena itu, hindari kebiasaan "irigasi" (cuci vagina)
vagina, kecuali bila dianjurkan oleh dokter. Produk seperti ini dapat
mengganggu keasaman vagina dan mengganggu keseimbangan
mikroorganisme.
b. Rapikan (digunting) rambut pubis (jangan di cukur !) yang berlebihan
yang menyulitkan pengeringan daerah intim.
c. Pakailah celana dalam 100% katun. Hindarkan celana dalam nilon atau
bahan sintetis lainnya.
d. Bilas (rinse) celana dalam dengan baik setelah dicuci. Celana dalam
baru harus dicuci dahulu sebelum dipakai.
e. Hindarkan pemakaian celana ketat. Celana stretch pembentuk tubuh,
celana olah raga nilon, atau celana dengan penutup kaki nilon (nylon
pantihose/ panty girdles). Celana seperti ini akan menyebabkan panas
dan lembab yang merupakan situasi menguntungkan bagi
pertumbuhan kuman.
f. Hindari pemakaian produk "feminine hygiene" yang sesungguhnya
justru menjadi iritan, seperti panty liners (meskipun tipis), pengharum
(feminine spray/deodorant), vaselin, minyak-minyak, talk, atau bedak.
g. Jangan menggaruk daerah intim.
h. Beberapa wanita (dengan anjuran dokter) memerlukan vaginal
moisturizer atau pelembab, pembersih vagina, atau jelly untuk wanita
sekitar menopause.

I. CARA MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR PASIEN


1. Pengertian
Jenis Tempat tidur dan metode yang digunakan untuk
mengoperasikannya dapat berbeda diberbagai fasilitas kesehatan tetapi prinsip
dasar merapikan tempat tidur adalah sama. Baik untuk yang tinggal ditempat
tidur, maupun yang akan merawatnya, kualitas tempat tidur menjadi sangat
penting. Suatu tempat tidur secara umum harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Individu harus dengan mudah masuk dan keluar. Baik dengan bantuan
maupun sendiri.
b. Keamanan harus terjamin, meskipun dengan beberapa alat bantu.
c. Pasien atau penghuni harus dengan mudah dapat dirawat (terutama tinggi
tempat kerja penting disini).
d. Diatas tempat tidur harus dapat diletakkan beberapa alat bantu.
e. Tempat tidur, kasur dan bantal harus dapat dibersihkan dengan baik.
Sebuah tempat tidur disamping memenuhi syarat-syarat diatas
sebaiknya juga harus dapat disetel dalam berbagai posisi dan berada diatas
roda-roda. Kain yang dipakai untuk tempat tidur adalah kebanyakan katun
atau kain imitasi katun.
2. Jenis- Jenis Tempat Tidur
Tempat tidur yang umum adalah sebagai berikut:
a. Tempat tidur gatch
Tempat tidur yang tidak bisa digerakkan dengan tinggi 26 inci.
Fasilitas modern dilengkapi dengan tempat tidur yang bisa dinaikkan
sampai tinggi yang sesuai untuk memberikan askep dan dapat diturunkan
sampai 13 inci.
Untuk mengakomodasi Pasien yang bisa turun dari tempat tidur
posisi daerah kepala dan lutut pada tempat tidur dapat diatur untuk
kenyamanan. Hal ini dapat dilakukan dengan memutar engkol tempat
tidur.
b. Tempat tidur elektrik
Hampir sama dengan tempat tidur gatah, dalam hal bisa dinaikkan
dan diturunkan serta bagian kepala dan lutunya bisa disesuaikan. Tempat
tidur ini dioperasikan secara elektrik, dan sering digunakan dari fasilitas-
fasilitas yang besar.
c. Tempat tidur circo lectric
Kerangka tempat tidur khusus yang diletakkan didalam kerangka
sirkuler. Kerangka sirkuler ini dapat diputar. Pasien diletakkan dengan
aman terlebih dahulu dikerangka dalam sebelum digerakkan. Keseluruha
kerangka dalam berputar kedepan. Hal ini memberikan perubahan posisi
tanpa menimbulkan tekanan pada pasien. Tempat tidur ini dioperasikan
secara elektrik. Setelah diputar, Pasien bersandar diabdomennya.
Catatan: Dari sebagian besar fasilitas, perawat berlisensi harus
hadir selama pemutaran.
d. empat Tidur Stryker/Tempat Tidur Spinal
Kerangka berputar yang bertujuan sama dengan tempat tidur circ o
lectric tetapi di operasikan secara manual. Setelah pasien aman di
kerangka atas, sebuah engkol di gunakan untuk memutar keseluruhan
kerangka dan pasiennya. Pasien berbaring di atas kerangka tersebut
sampai di putar sekali lagi.
Catatan: di sebagian besar fasilitas seorang perawat berlisensi
harus hadir selama pemutaran.
3. Persiapan Tempat Tidur
a. Jenis Persiapan Tempat Tidur :
1) Unoccupied Bed (tempat tidur yang belum ada klien diatasnya):
a) Closed Bed (tempat tidur tertutup)
b) Open Bed (tempat tidur terbuka)
c) Aether Bed (tempat tidur pascaoperasi)
2) Occupied Bed (mengganti tempat tidur dengan klien di atasnya)
b. Prinsip Perawatan Tempat Tidur
a. Tempat tidur klien harus selalu bersih dan rapih.
b. linen diganti sesuai kebutuhan dan sewaktu-waktu, jika kotor.
c. Pengguaan linan bersih harus sesuai kebutuhan dan tidak boros.
4. Perawatan Tempat Tidur Terbuka (Open Bed)
a. Pengertian : Merupakan tempat tidur yang sudah disiapkan tanpa sprei
penutup(Over Laken).
b. Tujuan : Dapat segera digunakan.
1) Dilakukan :
a) Jika ada klien baru.
b) Pada tempat tidur klien yang dapat/ boleh turun dari tempat tidur.
c. Persiapan Alat
1) Tempat tidur, kasur, dan bantal
2) Alat tenun disusun menurut pemakaiannya.
3) Alas kasur
4) Laken/ sprei besar
5) Perlak
6) Stik Laken/ sprei melntang
7) Boven Laken
8) Selimut dilipat terbalik (bagian dalam selimut dilipatan luar)
9) Sarung bantal
d. Prosedur Pelaksanaan
1) Cuci tangan
2) Letakkan alat tenun yang telah disusun sesuai pemakaian didekat
tempat tidur.
3) Pasang alas kasur dan kasur.
4) Pasang sprei besar/ laken dengan ketentuan berikut:
a) Garis tengah lipatan diletakkan tepat ditengah kasur.
b) Bentangkan sprei, masukkan sprei bagian kepala ke bawah kasur
±30cm; demikian juga pada bagian kaki, tarik setegang mungkin.
c) Pada ujung setiap sisi kasur bentuk sisi 90°, lalu masukkan seluruh
tepi sprei kebawah kasur dengan rapi dan tegang.
5) Letakkan perlak melintang pada kasur ±50cm dari bagian kepala.
6) Letakkan stik laken diatas sprei melintang kemudian masukkan sisi-
sisinya kebawah kasur bersama dengan perlak.
7) Pasang boven pada kasur daerah bagia kaki, pada bagian atas yang
terbalik masukkan kebawah kasur ±10cm kemudian ujung sisi bagian
bawah (kaki) dibentuk 90° dan masukkan kebawah kasur. Tarik sisi
atas sampai terbentang.
8) Pasang selimut pada kasur bagian kaki, pada bagian atas yang terbalik
dimasukkan kebawah kasur ±10cm kemudian ujung sisi-sisinya
dibentuk 90° dan masukkan kebawah kasur. Tarik sisi atas sampai
terbentang.
9) Lipat ujung atas boven sampai tampak garis atau pitanya.
10) Masukkan bantal kedalam sarungnya dan letakkan diatas tempat tidur
dengan Bagian yang terbuka dibagian bawah.
11) Cuci tangan.
a) Jika telah tersedia tempat tidur tertutup, angkat over laken
kemudian lipat.
Perhatian:
a) Alat tenun yang sobek tidak boleh dipakai.
b) Memsang alat tenun harus tegang dan rata agar rapih dan nyaman
dipakai.
BAB III
PRINSIP KEBUTUHANELIMINASI URI DAN ALVI

A. KONSEP ELIMINASI

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URIN


C. PERUBAHAN DALAM ELIMINASI URIN
D. MENGAKJI RIWAYAT MASALAH ELIMINASI PADA KLIEN
E. MENGIDENTIFIKASI MASALAH-MASALAH TERKAIT DENGAN
ELIMINASI URIN
F. UPAYA MENGATASI MASALAH SISTEM PERKEMIHAN
G. MEMPERTAHANKAN KEBIASAAN ELIMINASI DENGAN TERAPI
OBAT
H. CARA MENGUATKAN OTOT DASAR PANGGUL
I. CARA MEMASANG DAN MENCABUT KATETER
J. CARA IRIGASI PADA KATETERISASI
K. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI ALVI
L. MASALAH DEFEKASI
M. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ALVI
N. CARA MENOLONG BUANG AIR BESAR PADA KLIEN DITEMPAT
TIDUR
O. CARA MELAKUKAN HUKNA

Anda mungkin juga menyukai