Anda di halaman 1dari 66

2.

Standar Laporan Keuangan


a. Generally Accepted Accounting Principles (GAAP)
Dalam penyusunan suatu laporan keuangan harus mengacu pada standar baku yang
berlaku di suatu tempat, di Amerika Serikat mengacu pada Generally Accepted
Accounting Principles (GAAP) yang diterbitkan oleh Financial Accounting Standards Board
(FASB), sedangkan untuk di Indonesia sendiri selain mengacu pada standar yang berlaku
internasional, juga memiliki standar keuangan yang di terbitkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) yaitu Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).

b. American Institute of Certified Public Accountants (AICPA)


Merupakan organisasi Ikatan Akuntan Publik Amerika Serikat, sedangkan organisasi resmi
di Indonesia di sebut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

3. ASUMSI DASAR SUATU LAPORAN KEUANGAN

A HIERARCHY OF ACCOUNTING QUALITIES

Users of accounting Decision makers and their


information characteristics (for example,
understanding of prior knowledge)

Pervasive
constraint Benefits > Costs

Understandability

User-specific
qualities Decision usefulness

Primary decision specific


qualities Relevance Reliability

Ingredients of
primary qualities
Predictive Feedback Timeliness Verifiability Representationa
value value l faithfulness

Secondary and
interactive qualities Comparability Neutrality
(Including consistency)

Threshold for
Recognition Materiality

Source: Qualitative Characteristics of Accounting Information. Adapted from Figure 1 in FASB Statement of Financial Accounting
Concepts No. 2 (Stamford, CT: Financial Accounting Standards Board, 1980).
4. KARATERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN

Karateristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam
laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Karakteristik kualitatif laporan keuangan ini meliputi:

a. Business Entity
Konsep Entity disini berarti bahwa kegiatan usaha
sebagai satu kesatuan unit ekonomi yang berdiri sendiri
yang digambarkan dalam sebuah laporan keuangan guna
menggambarkan kegiatan usahanya dalam periode tertentu.
Suatu kegiatan usaha dapat merupakan kumpulan dari para
pemegang saham yang dijalankan tetapi dalam permodalan
terpisah dari harta pribadinya.

b. Going Concern or Continuity


Suatu kegiatan usaha dijalankan tentu agar menghasilkan suatu keuntungan/benefit bagi
usahanya dan diharapkan berdampak secara keseluruhan. Suatu usaha yang memiliki benefit
pasti akan dijalankan secara terus menerus dan diharapakan akan terus berkembang. Maka
dalam untuk menilai suatu kinerja perusahaan dibutuhkan suatu alat / tool yaitu suatu laporan
keuangan, yang dalam penilaiannya dilakukan secara terus menerus.

c. Time Period
Guna menilai suatu usaha maka suatu laporan keuangan memiliki batas-batas kapan
periode suatu usaha itu dijalankan. Misalnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun usaha.

d. Monetary Unit
Sebagai suatu kesatuan ekonomi maha suatu usaha dalam
menjalankan usaha harus memiliki standar-standar, salah
satunya adalah standar keuangan dalam hal ini dikhususkan satu
kesatuan uang misalnya nilai mata uang yang dipergunakan
misalnya Rupiah atau Dollar US. Maka dilaporan keuanganpun
menggunakan standar moneter yang berlaku diperusahaan
misalnya mata uang Rupiah di tampilan laporan keuangannya.

e. Historical Cost
Setiap kegiatan usaha tentu harus dilakukan suatu proses pencatatan, sedangkan
pencatatan keuangan adalah berdasarkan data/informasi biaya yang telah dijalani oleh
perusahaan, sehingga laporan keuanganpun menggunakan data masa lalu.

f. Realization
Pelaporan suatu laporan keuangan harus menggunakan data yang bersumber pada
informasi yang benar dan sesuai kenyataan dilapangan.

g. Matching
Secara keseluruhan laporan keuangan harus menggambarkan fungsi pengeluaran dan
fungsi pendapatan suatu usaha dalam periode tertentu. Bila suatu usaha terdapat tidak
matching digambarkan dalam suatu laporan Income statement.

h. Consistency
Laporan keuangan menggunakan data dari sumber yang selalu tetap tetapi berbeda
waktu-waktunya. Setiap pembuatan laporan keuangan didasarkan pada kebijakan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan sebagai suatu standar operasional (SOP).
i. Full Disclosure
Format laporan keuangan didasarkan pada semua aktivitas perusahaan tidak terkecuali
harta perusahaan turut diperhitungkan termasuk hutang piutang perusahaan, semua harus
diungkapkan dengan tujuan agar diketahui kondisi perusahaan pada saat tertentu.

j. Materiality
Isi dari laporan keuangan terdiri dari data dalam bentuk nominal uang, baik pecahan
besar maupun kecil tetap memiliki nilai yang secara keseluruhan akan berpengaruh terhadap
potensi perusahaan.

k. Industry Practices
Salah satu ciri laporan keuangan adalah menampilkan situasi perusahaan yang
direpresentasikan dalam nilai nominal uang. Kondisi aktivitas perusahaan yang termasuk
didalamnya posisi proses aktivitas kegiatan yang dimulai proses awal hingga selesai.

l. Transaction Approach
Ciri-ciri lain dari suatu laporan keuangan adalah menampilkan data keuangan yang
merupakan representasi aktivitas transaksi yang terjadi selama periode tertentu.

m. Cash Basis
Metode pengakuan uang kas dalam sistem pencatatan di laporan keuangan, yang
mengakui suatu transaksi telah terjadi apabila terjadi pembayaran secara tunai.

n. Accrual Basis
Berbeda dengan Cash basis, metode pengakuan tersaksi terjadi bila telah disetujui
tersebut, walaupun pembayaran menyusul.
MODUL ACARA PERKULIAHAN
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

BAB 2

LAPORAN KEUANGAN DAN LAPORAN LAINNYA PENGANTAR

1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan secara standar terdiri dari Balance Sheet, Income statement, laporan Cash
flows dan Catatan Tambahan (Footnotes) adalah guna mengevaluasi kondisi keuangan, tingkat
keuntungan/profitability, dan perputaran kas secara keseluruhan, sehingga pemakai memahami
situasi kondisi perussahaan dengan melihat laporan keuangan dan laporan keuangan lainnya.

Dua jenis laporan keuangan (utama) yang umumnya dibuat oleh setiap perusahaan adalah
Neraca dan laporan laba Rugi , yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan
(aktiva, pasiva dan modal) perusahaan pada saat tertentu.
Laporan Laba-Rugi adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai
kemampuan (potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja) selama periode
tertentu.

Meskipun neraca dan laporan Laba Rugi merupakan dua dokumen yang terpisah, akan tetapi
keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling terkait, serta merupakan suatu
siklus. Antara neraca dan laporan laba rugi sering dihubungkan dengan satu laporan yang disebut
laporan perubahan modal (laba ditahan), yang memberikan informasi mengenai perubahan
modal (laba ditahan) selama periode tertentu.

Hubungan antara neraca dan laporan laba rugi secara jelas digambarkan dengan skema
sebagai berikut:

1 Januari 2010 31 Desember 2010

Neraca
Laporan
R/L
a. Balance Sheet (Statement of Financial Position)

Sebuah Balance Sheet dapat menggambarkan kondisi keuangan secara keseluruhan pada
saat tertentu. Balance sheet dibagi kedalam tiga bagian utama yaitu: Assets, sebagai sumber
daya perusahaan; Liabilities, merupakan hutang/kewajiban perusahaan pada pihak lain; dan
Equity, sebagai representasi hak dari pemilki perusahaan.

PASIVA
AKTIVA
EKUITAS

Di bawah ini digambarkan hubungan antara Neraca, Laporan Cash Flow dan Income Statement ,
diperlihatkan dengan arah panah sbb:

ABC COMPANYTHE INTERRELATIONSHIP OF


FINANCIAL STATEMENTS

Balance Sheet Statement of Cash Flows for the Balance Sheet


December 31, 2000 Year Ended December 31, 2001 December 31, 2001

Assets Cash flows from Assets


Cash $25,000 operating activities: Cash $40,000
Receivables 20,000 Net Income $20,000 Receivables 20,000
Inventory 30,000 + Decrease in inventory 10,000 Inventory 20,000
Land 10,000 Decrease in accounts Land 20,000
Other assets 10,000 payable (5,000) Other assets 10,000
Total assets $95,000 Net cash flow from Total assets $110,000
operating activities (25,000)

Liabilities Cash flow from Liabilities


Accounts payable $25,000 investing activities: Accounts payable $20,000
Wages payable 5,000 Increase in land (10,000) Wages payable 5,000
Total liabilities $30,000 Net cash flow from Total liabilities $25,000
investing activities (10,000)
Stockholders equity Stockholders equity
Capital stock $40,000 Cash flow from Capital stock $50,000
Retained earnings 25,000 financing activities: Retained earnings 35,000
Total stockholders equity $65,000 + Capital stock 10,000 Total stockholders equity$85,000
Total liabilities and Dividends (10,000) Total liabilities and
stockholders equity $95,000 financing activities -0- stockholders equity $110,000
EXHIBIT 2-1 Net increase in cash $15,000
Cash at beginning of year 25,000
Cash at end of year $40,000

Income Statement for the Year


Ended December 31, 2001
Revenues $120,000
Expenses (100,000)
Net Income $20,000

Statement of Retained Earnings for


the Year Ended December 31, 2001
Beginning balance $25,000

+ Net Income 20,000


Dividends (10,000)

Ending balance $35,000


Di dalam neraca, masing-masing unsur disajikan dengan menganut ketentuan-ketentuan tertentu.
Aktiva disajikan menurut urutan likuiditas, kewajiban menurut urutan jatuh tempo, sedangkan
ekuitas disajikan menurut urutan kekekalan.

Neraca dapat disajikan dengan menggunakan dua bentuk (format), yaitu bentuk rekening
(skontro) dan bentuk laporan (stafel), yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Rekening (Skontro)
Pada bentuk ini, unsur aktiva disajikan pada sisi kiri (debit), sedangkan unsur kewajiban dan
ekuitas disajikan pada sisi kanan (kredit).

PASIVA (kredit)
AKTIVA
(debit)
EKUITAS (kredit)

2) Laporan (Stafel)
Pada bentuk ini baik aktiva, kewajiban maupun ekuitas disajikan secara urut dari atas ke
bawah, yang dimulai dari aktiva, kewajiban dan terakhir ekuitas.

AKTIVA

PASIVA

EKUITAS

b. Income Statement (Statement of Earnings)

The income statement summarizes revenues and expenses and gains and losses,ending
with net income. It summarizes the results of operations for a particular period of time. Net income
is included in retained earnings in the stockholders equity section of the balance sheet. (This is
necessary for the balance sheet to balance.)(Gibson, Charles H, Financial Reporting & Analysis, 8 ed, 40 p).

Bahwa income statement merupakan suatu laporan hasil operasional selama periode tertentu
meliputi penerimaan dan pengeluaran dan keuntungan serta kerugian, diakhiri oleh keuntungan
bersih. Keuntungan bersih yang berhubungan dengan laporan posisi Modal dan berdampak pada
modal (Balance sheet).

Laporan laba rugi dapat disajikan dengan menggunakan dua bentuk, yaitu bentuk single-step
dan bentuk multiple-step, yaitu dapat di jelaskan sebagai berikut:
1) Single-Step
Pada bentuk ini semua penghasilan yang diperoleh dari berbagai kegiatan/aktivitas
dikelompokkan menjadi satu kelompok yang disebut kelompok penghasilan, sedangkan untuk
semua beban dikelompokkan ke dalam satu kelompok yang disebut beban. Penghasilan
bersih (laba) merupakan selisih antara kelompok penghasilan dan total kelompok beban.
2) Multiple-Step
Pada bentuk ini penghasilan bersih (laba) dihitung secara bertahap sesuai dengan aktivitas
perusahaan. Dengan demikian, semua penghasilan dan beban disajikan sesuai dengan
kegiatan/aktivitas, yaitu kegiatan usaha, di luar usaha dan luar biasa.

Khusus penyajian untuk pos luar biasa di dalam laporan rugi laba, terdapat dua perlakuan
(konsep). Pada perlakuan (konsep) yang pertama, pos luar biasa dapat disajikan pada laporan
laba rugi. Sedangkan pada perlakukan (konsep) kedua, pos luar biasa tidak boleh disajikan pada
laporan laba rugi, melainkan disajikan pada laporan perubahan modal (laba ditahan). Konsep yang
menyajikan pos luar biasa pada laporan laba rugi dikenal sebagai konsep All-inclusive dan yang
tidak menyajikan disebut konsep Current Operating Performance.

Yang termasuk kelompok pos luar biasa yaitu


1) Keuntungan (gains), yaitu pos lain yang memenuhi definisi penghasilan dan yang mungkin
timbul atau tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang rutin, misalnya pos
yang timbul dalam pengalihan aktiva lancar, revaluasi sekuritas, kenaikan jumlah aktiva jangka
panjang.
2) Kerugian, Yang mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang timbul atau tidak
timbul dari aktivitas perusahaan yang jarang terjadi, seperti misalnya rugi karena bencana
kebakaran, banjir atau pelepasan aktiva tidak lancar.

Bentuk SINGLE-STEP
PT. ABC
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2010
Penjualan/Pendapatan XXXX

Harga Pokok XXX


Beban XXX (-)

Laba Sebelum Pajak XXXX (-)

Pajak XXX (-)

Penghasilan Bersih ( Penghasilan Setelah Pajak) XXXX

Bentuk MULTIPLE-STEP (All-inclusive)


PT. ABC
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2010

Penjualan/Pendapatan XXXX
Harga Pokok XXX (-)
Laba Kotor XXX
Beban Usaha XXX (-)
Laba Usaha XXX
Pendapatan dan Beban di Luar Usaha:
Pendapatan Sewa XX
Biaya Bunga (XX)
Pendapatan dan Beban di Luar Usaha: XXX (-)
Laba Sebelum Pos Luar Biasa XXX
Pos Luar Biasa
Rugi Kebakaran gedung (XXX) (-)
Laba Sebelum Pajak XXXX (-)
Pajak XXX (-)

Penghasilan Bersih ( Penghasilan Setelah Pajak) XXXX

PT. ABC
Laporan Perubahan Laba Ditahan
Untuk tahun yang Berakhir 31 Desember 2010

Laba Ditahan per 1 Januari 2010 XX


Penghasilan (Laba) Bersih Tahun 2010 XX (+)
XX
Dividen Tahun 2010 XX (-)
Laba Ditahan per 31 Desember 2010 XX

Bentuk MULTIPLE-STEP (Current Operating Performance)


PT. ABC
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2010

Penjualan/Pendapatan XXXX
Harga Pokok XXX (-)
Laba Kotor XXX
Beban Usaha XXX (-)
Laba Usaha XXX
Pendapatan dan Beban di Luar Usaha:
Pendapatan Sewa XX
Biaya Bunga (XX)
Pendapatan dan Beban di Luar Usaha: XXX (-)
Laba Sebelum Pajak XXXX (-)
Pajak XXX (-)

Penghasilan Bersih ( Penghasilan Setelah Pajak) XXXX

PT. ABC
Laporan Perubahan Laba Ditahan
Untuk tahun yang Berakhir 31 Desember 2010

Laba Ditahan per 1 Januari 2010 XX


Penghasilan (Laba) Bersih Tahun 2010 XX (+)
XX
Dividen Tahun 2010 ( XX )
Pos Luar Biasa (net of tax):
Rugi Kebakaran gedung (XXX) (-)
Laba Ditahan per 31 Desember 2010 XX

c. Statement of Stockholders Equity (Reconciliation of Stockholders Equity Accounts)

Menggambarkan posisi modal dari pemiliknya selama periode tertentu, dimulai dengan saldo
modal awal bulan, keuntungan ataupun kerugian yang didapat selama periode tertentu dan saldo
akhir posisi modal dari pemilik usaha. Dan hasil ahirnya dijadikan sebagai penambah atau
pengurang posisi modal di neraca.
d. Statement of Cash Flows (Statement of Inflows and Outflows of Cash)
The statement of cash flows details the inflows and outflows of cash during a specified
period of timethe same period that is used for the income statement. The statement of cash
flows consists of three sections: cash flows from operating activities, cash flows from investing
activities, and cash flows from financing activities. (Gibson, Charles H, Financial Reporting & Analysis, 8 ed,
40p)
Laporan yang menggambarkan posisi uang kas perusahaan pada periode tertentu, yang
ditandai oleh adanya uang masuk ke kas perusahaan (cash in flow) dan adanya penggunaan
uang kas oleh perusahaan (cash out flow), dengan tujuan sebagai alat control bagi perusahaan
dalam mengendalikan penggunaan dan posisi uang kas dalam settiap periode.

e. Footnotes (Notes)
The footnotes to the financial statements are used to present additional information about
items included in the financial statements and to present additional financial information. Footnotes
are an integral part of financial statements. A detailed review of footnotes is essential to
understanding the financial statements. (Gibson, Charles H, Financial Reporting & Analysis, 8 ed, 40p)

Laporan pelengkap dari laporan keuangan standar, misalnya laporan kondisi perusahaan
ditambah informasi data perusahaan sejenis secara quantitatif dengan tujuan sebagai informasi
pembanding bagi perusahaan.

2. Siklus Akuntansi
a. Recording Transactions
A transaction is an event that causes a change in a companys assets, liabilities, or
stockholders equity, thus changing the companys financial position. (Gibson, Charles H, Financial
Reporting & Analysis, 8 ed, 42p)
Transaksi adalah suatu kegiatan yang menyebabkan perubahan dalam aktiva, pasiva atau
modal, demikian pula perubahan pada posisi keuangan perusahaan. Transaksi dapat terjadi
diluar perusahaan maupun di dalam perusahaan. Transaksi di luar melibatkan pihak luar
perusahaan, sementara transaksi intern terjadi di dalam perusahaan. Sebagai contoh, sales
adalah sebuah transaksi luar, sementara itu menggunakan peralatan dari intern. Transaksi
harus dicatat/dibukukan dalam sebuah buku jurnal
Seluruh transaksi dapat dicatat dalam jurnal umum. Bagaimanapun, perusahaan dapat
menggunakan beberapa jurnal khusus untuk mencatat jurnal yang sering terjadi. Jurnal
khusus didesain disesuaikan dengan fungsinya yaitu mencatat / membukukan lebih efisien
yang tidak dapat diperoleh hanya dengan menggunakan jurnal umum. Jurnal umum digunakan
untuk mencatat transaksi yang diluar jurnal khusus.
Kumpulan perkiraan / account menampung informasi keuangan dari pencatata transaksi-
transaksi. Sebagai contoh perkiraan Cash, Land, dan Buildings. Sebuah sistem informasi
akuntansi dapat berupa sistem komputerisasi dan dapat secara sistem manual. Sistem manual
menggunakan T-accounts biasanya dipergunakan bagi penjelasan textbook karena sebuah T-
account adalah format logika/logical format. T-accounts memiliki posisi sisi kiri (debit) dan sisi
kanan (credit). Sebagai contoh T-account sebagai berikut:

Cash

Debit Credit

Sistem double-entry didesain untuk menghandle pencatatan transaksi-transaksi. Dalam


sistem double-entry, setiap transaksi di catat setiap transkasi dengan menggunakan mata
uang telah tercatatkan, dengan hasil akhir harus terjadi keseimbangan / balance
menggunakan prinsip keseimbangan perusahaan.
b. Recording Adjusting Entries

c. Preparing the Financial Statements

3. Auditors report
Sebagai seorang Auditor (Akuntan Publik) yang diposisikan independen dalam menguji suatu
laporan informasi akuntansi dari sebuah perusahaan. Sebuah laporan Auditor adalah merupakan
produk laporan standardari suatu pendapat opini Auditor tentang laporan keuangan setelah
melakukan kegiatan pemeriksaan/audit. Opini Auditor dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Unqualified opinion / Opini Wajar Tanpa Syarat


Dalam opini ini menetapkan bahwa laporan keuangan di laporkan secara wajar dan benar
dari keseluruhan komponen laporan keuangan, posisi laporan keuangan, hasil kegiatan
operasional, dan cash flow secara keseluruhan, sesuai standar yang telah ditetapkan
(PAI/GAAP dan NPA).

b. Qualified opinion / Opini Wajar


A qualified opinion states that, except for the effects of the matter(s) to which the
qualification relates, the financial statements present fairly, in all material respects, the
financial position, results of operations, and cash flows of the entity, in conformity with
generally accepted accounting principles. (Gibson, Charles H, Financial Reporting & Analysis, 8 ed, 44p)

c. Adverse opinion / Opini Berlawanan


This opinion states that the financial statements do not present fairly the financial position,
results of operations, and cash flows of the entity, in conformity with generally accepted
accounting principles. (Gibson, Charles H, Financial Reporting & Analysis, 8 ed, 44p)

d. Disclaimer of opinion / Opini Penolakan


A disclaimer of opinion states that the auditor does not express an opinion on the financial
statements. A disclaimer of opinion is rendered when the auditor has not performed an audit
sufficient in scope to form an opinion. (Gibson, Charles H, Financial Reporting & Analysis, 8 ed, 45p)

Auditor dalam melakukan pemeriksaan mendapatkan temuan-temuan yang tidak standar


yang berlaku sehingga menolak memberikan opini.
MODUL ACARA PERKULIAHAN
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

BAB 3

BASICS OF ANALYSIS

1. PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting bagi para pemakai
laporan keuangan dalam rangka pengembilan keputusan ekonomi. Pada sisi lain, ternyata bahwa
karena karakteristiknya, laporan keuangan bukanlah segala-galanya, karena laporan keuangan
memiliki keterbatasan.
Laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan
ekonomi, apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang akan
terjadi di masa mendatang. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses
pembandingan, evaluasi dan analisis trend, akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin
akan terjadi dimasa mendatang. Disinilah arti pentingnya suatu analisis terhadap laporan
keuangan.
Hasil analisis laporan keuangan akan mampu membantu menginterprestasikan berbagai
hubungan kunci dan kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai
potensi keberhasilan perusahaan di masa yang akan datang.

2. PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Analisis Laporan Keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam
rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa
sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang
paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.

Tujuan Utama
Posisi Kondisi
Keuangan Estimasi Kinerja
Hasil Operasi Prediksi

Perusahaan Di
Evaluasi
Masa Yad
3. TUJUAN ANALISIS

Manfaat Inf Data Para Pengguna


Laporan Keuangan
Laporan
Keuangan
Batasan Inf Yg Telah Butuh Inf Yang
terjadi Mungkin Terjadi

ALK

Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat dan teknik analisis
pada laporan dan data keuangan dalam rangka untuk memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-
hubungan yang berarti dan berguna dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian
fungsi yang pertama dan yang terutama dari analisis laporan keuangan adalah untuk
mengkonversi data menjadi informasi.

TUJUAN-TUJUAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger


1

alat forcasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang


2

sebagai proses diagnostik terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau


3 masalah lainnya

alat evaluasi terhadap manajemen


4

Mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan,


5 dan intuisi

Mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada
6 setiap proses pengambilan keputusan.

memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan pertimbangan-


7 pertimbangan
4. PROSEDUR ANALISIS

Berbagai langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan. Adapun langkah-
langkah yang harus ditempuh tersebut adalah sbb:

Memahami Latar Belakang Data Keuangan Perusahaan

Bidang Usaha Kebijakan Akuntansi

Memahami Kondisi-kondisi Yang Berpengaruh Pada Perusahaan


Informasi tentang
Perubahan Perubahan Selera Perubahan Intern
trend Faktor Ekonomi
(kecenderungan) Teknologi Konsumen Perusahaan

Mempelajari Dan Me-review Laporan Keuangan


Memastikan laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data keuangan yang relevan dan
sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku

Menganalisis Laporan Keuangan


Menggunakan metode dan teknik analisis yang Menginterprestasikan hasil analisis
ada (rekomendasi)

5. METODE DAN TEKNIK ANALISIS


Secara umum, metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi,
yaitu
a. Metode analisis horizontal (dinamis)
Merupakan metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan
untuk beberapa tahun (periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan
kecenderungannya.
Yang termasuk metode ini adalah sbb:
1) Teknik analisis perbandingan,
2) Analisis trend (index),
3) Analisis sumber dan penggunaan dana,
4) Analisis perubahan laba kotor.

b. Metode analisis vertikal (statis)


Merupakan metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada
tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dan pos
lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun (periode) yang sama.
Yang termasuk metode ini adalah sbb:
1) Teknik Analisis Persentase perkomponen (common-Size)
2) Analisis Rasio
3) Analisis Impas.
6. PRINSIP DASAR ANALISIS
Dalam hal ini akan digambarkan mengenai berbagai teknik analisis laporan keuangan
yang berbeda dan membahas prinsip-prinsip dasar yang harus dipahami dalam rangka
menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan, yaitu prinsip komparasi.

7. RATIO ANALYSIS
Rasio keuangan biasanya dinyatakan dalam satuan persentase (%) atau kali. Beberapa
jenis ratio dikelompokkan sebagai berikut:
a. Rasio Likuiditas yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Rasio ini dapat meliputi pula rasio-rasio yang mengukur efisiensi
penggunaan aktiva lancar.
b. Rasio Solvabilitas (struktur modal) yang mengukur tingkat perlindungan para kreditor jangka
panjang.
c. Rasio Return on Investment yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba, relatif dibandingkan dengan aktiva (investasi) yang digunakan.
d. Rasio Pemanfaatan Aktiva (Asset utilization) yang mengukur efisiensi dan efektivitas
penggunaan aktiva dalam mendukung penjualan perusahaan.
e. Rasio Kinerja Operasi (Operating Performance) yang mengukur efisiensi operasi
perusahaan.
f. Investor umumnya tertarik pada kelompok rasio profitabilitas tertentu.

Rasio dapat dihitung dari berbagai kombinasi atau pasangan angka. Dengan menggunakan pos-
pos yang ada pada laporan keuangan, dapat disusun suatu daftar angka rasio yang panjang.
Tidak ada suatu standar tentang jenis dan cara menghitung rasio-rasio tersebut.

8. LAPORAN KEUANGAN KOMPARATIF


Langkah awal dalam melakukan analisis laporan keuangan adalah dengan menyajikan
laporan keuangan secara komparatif, misalnya untuk dua tau tiga tahun atau lebih. Dengan
penyajian laporan keuangan seperti ini akan dapat diperoleh gambaran mengenai pergerakkan
dan kecenderungan serta memberikan petunjuk yang berharga dalam rangka memprediksikan
masa depan.
Pembandingan laporan keuangan untuk dua atau tiga tahun dapat dilakukan dengan
menghitung perubahan dari tahun ke tahun, baik dalam jumlah absolut (rupiah) maupun dalam
persentase. Pembandingan untuk jangka waktu yang lebih lama sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan trend.
Contoh laporan keuangan yang disajikan dalam bentuk komparatif sbb:
PT. ABC
Neraca Komparatif
Pe 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)

31 Desember Perubahan
Neraca
2009 2010 Rupiah %
Kas Rp. 1.300 Rp. 1.200 Rp. (100) (7,69)
Piutang dagang 1.200 1.000 (200) (16,67)
Persediaan 2.200 2.600 400 18,18
Tanah 2.300 3.700 1.400 60,86
Gedung 4.000 4.000 0 0
Mesin 4.000 5.000 1.000 25,00
Akumulasi Depre. (1.000) (1.500) 500 50,00
Total Aktiva Rp. 14.000 Rp.16.000 Rp.2.000 14,29
Utang Lancar Rp. 2.500 Rp. 2.200 Rp. (300) (12,00)
Utang Jk panjang 4.500 6.000 1.500 33,33
Modal 7.000 7.800 800 11,42
Total Utang dan Modal Rp. 14.000 Rp. 16.000 Rp. 2.000 14,29
Perubahan dalam rupiah perlu selalu diketahui agar diperoleh perspektif yang tepat dan
kesimpulan yang valid. Sedangkan perubahan dalam persentase dapat membantu, menentukan
berarti tidaknya (signifikan) perubahan tersebut.
Dari tabel tersebut diketahui bahwa perubahan dalam rupiah membantu analisis untuk
menfokuskan diri pada faktor-faktor kunci yang telah mepengaruhi posisi keuangan dan
profitabilitas perusahaan. Misalnya, selama tahun 2010, tanah mengalami peningkatan sebesar
Rp,1.400.000, yang diimbangi dengan peningkatan utang jangka panjang sebesar Rp.1.500.000.

9. ANALISIS TREND
Analisis trend merupakan salah satu teknik analisis laporan keuangan dan termasuk
metode analisis horizontal. Analisis ini menggambarkan kecenderungan perubahan suatu pos
laporan keuangan selama beberapa periode (dari tahun ke tahun), Pada teknik analisis ini, data
laporan keuangan untuk beberapa periode dinyatakan dalam satuan persentase atas dasar tahun
dasar.
Neraca dan laporan laba-rugi yang disusun dalam persentase trend dapat memberikan
informasi mengenai tingkat pertumbuhan masing-masing pos laporan keuangan dari tahun ke
tahun.
Contoh:
Tahun (Rupiah)
Uraian
2006 2007 2008 2009 2010
Penghasilan 100.000 115.000 130.000 145.000 160.000
Harga Pokok Penjualan 80.000 92.000 104.000 116.000 128.000
Laba Kotor 20.000 23.000 26.000 29.000 32.000
Biaya-biaya 10.000 11.500 13.000 16.000 18.000
Laba Bersih 10.000 11.500 12.500 13.000 13.200

Tahun (%)
Uraian
2006 2007 2008 2009 2010
Penghasilan 100% 115% 130% 145% 160%
Harga Pokok Penjualan 100% 115% 130% 145% 160%
Laba Kotor 100% 115% 130% 145% 160%
Biaya-biaya 100% 115% 135% 160% 188%
Laba Bersih 115% 125% 130% 132%

Saldo masing-masing pos pada tahun dasar (untuk kasus ini tahun 2006) dinyatakan
dalam persentase trend sebesar 100%, sedangkan saldo pos yang sama untuk tahun-tahun
selanjutnya dinyatakan dalam persentase atas dasar tahun dasar.
Jadi untuk pos penjualan tahun 2006 misalnya, bila dinyatakan dalam persentase menjadi:

= Saldo Pos Penjualan pada tahun 2008


Saldo Pos Penjualan pada tahun 2006 (tahun dasar)
= Rp.130.000
Rp.100.000
= 130 %

Dari analisis, tampak bahwa tingkat peertumbuhan penjualan selama lima tahun terakhir
stabil, yaitu sebesar 15% per tahun. Pertumbuhan penjualan ini ternyata tidak proporsional dengan
tingkat pertumbuhan laba bersih, yang justru cenderung menurun (khususnya sejak tahun 2006).
Penurunan tingkat pertumbuhan laba bersih ini disebabkan oleh naiknya tingkat pertumbuhan
pada pos biaya, khususnya tahun 2006.
10. COMMON-SIZE ANALYSIS

Dalam menganalisis laporan keuangan,sebaiknya dihitung pula proporsi suatu kelompok


atau sub-kelompok yang salah satu kelompoknya dibahas. Pada neraca misalnya, aktiva dianggap
bernilai 100% dan tiap pokok atau pos pada kategori aktiva ini dinyatakan dalam persentase dari
total aktiva.
Laporan keuangan dalam persentase per-komponen (common-size statement)
menyatakan masing-masing posnya dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya. Teknik
analisis, dengan cara menysun laporan keuangan seperti ini disebut teknik analisis common-size
dan termasuk metode analisis vertikal.
Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen dapat memberikan informasi
sbb:
1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang posisi
relatif aktiva lancar terhadap aktiva tidak lancar.
2. Struktur Modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai posisi relatif
utang perusahaan terhadap modal sendiri.
Laporan laba-rugi yang disusun dalam persentase per-komponen (common-size
percentage) dapat menggambarkan distribusi/alokasi setiap Rp.1,00 penjualan kepada masing-
masing elemen biaya dan laba. Sementara apabila disusun secara komparatif, dapat
menggunakan perubahan distribusi tersebut.

PT. ABC
Neraca Komparatif Dalam Persentase Per-komponen
Pe 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)

31 Desember Common-Size (%)


Neraca
2009 2010 2009 2010
Kas Rp. 1.300 Rp. 1.200 09,29 07,50
Piutang dagang 1.200 1.000 08,57 06,25
Persediaan 2.200 2.600 15,71 16,25
Tanah 2.300 3.700 16,43 23,13
Gedung 4.000 4.000 28,57 25,00
Mesin 4.000 5.000 28,57 31,25
Akumulasi Depre. (1.000) (1.500) (7,14) (9,348)
Total Aktiva Rp. 14.000 Rp.16.000 100% 100%
Utang Lancar Rp. 2.500 Rp. 2.200 17,86 13,75
Utang Jk panjang 4.500 6.000 32,14 37,50
Modal 7.000 7.800 50,00 48,75
Total Utang dan Modal Rp. 14.000 Rp. 16.000 100% 100%

Pos-pos di dalam neraca dikatagorikan menjadi dua, yaitu aktiva dan pasiva. Masing-
masing katagori ini (total aktiva dan total pasiva) dinyatakan sebesar 100%, sedangkan masing-
masing pos yang termasuk pada maasing-masing kategori dinatakan dalam persentase atas dasar
total aktiva atau pasiva (kategori). Jadi pos Kas yang 31 Des 2009 yang bersaldo Rp.1.300,- bila
dinyatakan dalam persentase komponen menjadi:
= Saldo Kas x 100%
Total Aktiva
= Rp. 1.300 x 100%
Rp.14.000
= 9,29%
Dari neraca yang disusun dalam persentase per-komponen tersebut, tampak bahwa
selama dua tahun, telah terjadi perubahan pada komposisi, baik aktiva (misalnya kas, persediaan)
maupun pasiva (misalnya utang jangka panjang).

11. ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA

Pada umumnya, dana dapat diartikan sebagai kas (dan setara kas) atau modal kerja.
Analisis sumber dan penggunaan dana, dimana dana diartikan sebagai kas, sangat berguna untuk
melihat aliran kas (cashflow) yang terjadi pada perusahaan selama periode tertentu.
Dengan menggunakan teknik (alat) analisis sumber dan penggunaan dana ini (analisis
aliran kas), pengelola perusahaan akan memperoleh informasi mengenai sebab-sebab trjadinya
surplus (defisit) kas selama periode tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan tentang kas.

31 Desember Analisis
Neraca
2009 2010 Sumber Penggunaan
Kas Rp. 1.300 Rp. 1.200 Rp. 100 Rp.
Piutang dagang 1.200 1.000 200 -
Persediaan 2.200 2.600 - 400
Tanah 2.300 3.700 1.000
Gedung 4.000 4.000 -
Mesin 4.000 5.000 1.400
Akumulasi Depre. (1.000) (1.500) 500 -
Total Aktiva Rp. 14.000 Rp.16.000
Utang Lancar Rp. 2.500 Rp. 2.200 - 300
Utang Jk panjang 4.500 6.000 1.500 -
Modal 7.000 7.800 800 -
Total Utang dan Modal Rp. 14.000 Rp. 16.000 Rp.3.100 Rp. 3.100

Pedoman pembuatan analisis sumber dan penggunaan kas (analisis aliran kas) ini adalah
sbb:
1. Untuk pos-pos aktiva (kecuali pos kas), bila terjadi kenaikan aktiva (saldo per 31 Desember
2010 lebih besar dibanding saldo per 31 Desember 2009, berarti telah terjadi aliran kas keluar
(cash out-flow), karena adanya penggunaan kas untuk pembelian aktiva tersebut. Sebaliknya
bila terjadi penurunan, berarti telah terjadi aliran kas masuk (cash in-flow) yang berasal dari
penjualan aktiva tersebut.
2. Untuk pos-pos utang dan modal berlaku aturan sebaliknya. Bila terjadi kenaikan utang atau
modal (saldo per 31 Desember 2010 lebih besar dibanding saldo per 31 Desember 2009),
berarti telah terjadi aliran kas masuk (cash in-flow), akrena adanya penerimaan kas dari
penerbitan utang atau setoran modal. Sebaliknya bila terjadi penurunan, berarti telah terjadi
aliran kas keluar (cash out-flow) yang digunakan untuk pelunasan utang atau penarikan
kembali modal.

Dari tabel ini tampak bahwa selama tahun 2010, telah terjadi penurunan kas sebesar
Rp.100.000. Hal ini disebabkan karena selama tahun tersebut, telah terjadi penggunaan kas
sebesar Rp.3.100.000 sementara sumber kas hanya sebesar Rp.3.000.000. Penggunaan kas
yang menonjol selama tahun 2010 adalah untuk pembelian tanah sebesar Rp.1.000.000 dan
pembelian mesin sebesar Rp.1.400.000. Sedangkan sumber kas yang menonjol adalah
penerbiatan utang jangka panjang Rp.1.500.000.
MODUL ACARA PERKULIAHAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

BAB 4

ANALISIS RASIO

1. PENDAHULUAN
Keputusan perusahaan yang umum dan senantiasa harus diambil adalah

Keputusan
Operasional /
Keputusan Operating
Pendanaan /
Keputusan Pembiayaan
Investasi / (Financing)
Investing

Hasil dari ketiga keputusan penting tersebut dicerminkan pada laporan keuangan utama yang
dihasilkan oleh perusahaan, yaitu neraca dan laporan laba-rugi.
a. Aktiva mencerminkan hasil keputusan investasi, yang meliputi jenis, kegunaan dan
besarnya (proporsi) investasi.
b. Pasiva mencerminkan hasil keputusan pendanaan, yang meliputi pula jenis, kegunaan
dan besarnya masing-masing sumber dana.
c. Sementara itu, perhitungan laba-rugi, dapat dilihat sebesar efektif penggunaan aktiva
untuk mendukung penjualan dan seberapa baiknya laba yang diperoleh dapat digunakan
untuk memberikan imbalan kepada para pemilik dana dan sebagai sumber dana untuk
investasi atau ekspansi.

2. TUJUAN DAN KLASIFIKASI RASIO


Suatu rasio mengungkapkan hubungan matematik antara suatu jumlah dengan jumlah
lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya. Akan menjadi bermanfaat bila
rasio tersebut memang memperlihatkan suatu hubungan dan mempunyai makna, misalnya
penjualan dan biaya pemasaran, lain halnya misalnya harga pokok penjualan dan surat
berharga, rasio ini tidak bermanfaat, karena hubungan tersebut tidak bermakna karena
masing-masing tidak ada hubungannya.
Rasio merupakan teknik analisis laporan keuangan yang paling banyak digunakan dan
merupakan alat yang dapat memberikan jalan keluar dan menggambarkan simpton (dejala-
gejala yang tampak) suatu keadaan. Jika diterjemahkan secara tepat, rasio juga dapat
menunjukkan area-area yang memerlukan penelitian dan penanganan yang lebih
mendalam.
Analisis rasio dapat menyingkap hubungan dan sekaligus menjadi dasar pembandingan
yang menunjukkan kondisi atau kecenderungan yang tidak dapat dideteksi bila kita hanya
melihat komponen-komponen itu sendiri.

Keputusan Investasi / Investing


Keputusan Pendanaan / Pembiayaan (Financing) Menilai efektivitas keputusan
Keputusan Operasional / Operating

Kekuatan
Kelemahan

AREA ANALISIS

Mengukur kemampuan memenuhi kewajiban


Likuiditas
perusahaan jk pendek

Mengukur kemampuan
Solvabilitas Kewajiban jk Panjang
perusahaan

Return On
Tingkat pengembalian investasi
Investment

Pemanfaatan Mengukur efisiensi dan efektivitas pemanfaatan


Aktiva setiap aktiva perusahaan

Kinerja operasi Efisiensi operasi perusahaan


PT. ABCD
Neraca Komparatif
Per 31 Desember 2009 dan 2010
(dalam ribuan Rupiah)

31 Desember
Uraian
2010 2009
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas dan Bank Rp. 431 Rp. 377
Deposito 51.429 19.000
Piutang Dagang 29.535 17.462
Piutang Lain-lain 4.022 3.570
Persediaan 55.190 51.549
Persekot Biaya 1.683 1.823
Total Aktiva lancar Rp. 142.290 Rp. 93.781
Aktiva Tetap Bersih Rp. 511.480 Rp. 533.522
Aktiva lain-lain
Pekerjaan dlm pelaksanaan Rp. 16.154 Rp. 32.207
Biaya Ditangguhkan 22.854 25.264
Aktiva Lainnya 4.544 4.341
Total Aktiva lain-lain Rp. 43.552 Rp. 61.812
TOTAL AKTIVA Rp. 697.322 Rp. 689.115

UTANG DAN MODAL


Utang Lancar
Utang Dagang Rp. 5.624 Rp. 1.920
Utang Jangka Panjang Jth Tempo 25.000 25.000
Utang Kapada Perusahaan Afiliasi 2.186 2.551
Utang Lain-lain 1.590 1.430
Total Aktiva Lancar Rp. 39.216 Rp. 35.778
Utang Bank Rp. 87.500 Rp 112.500
Utang Program pensiun 12.508 12.097
Utang PPh Ditangguhkan 44.759 32.564
Total Utang Rp. 183.983 Rp. 192.939
Modal sendiri
Modal saham Rp. 136.413 Rp. 136.413
Modal saham Disetor lainnya 277.760 277.760
Laba Ditahan 99.166 82.003
Total Modal Sendiri Rp. 513.339 Rp. 496.176
Total Utang dan Modal Rp. 697.322 Rp. 689.115
Laporan Laba-Rugi Komparatif
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2009 dan 2010
(dalam ribuan Rupiah)

Tahun
Uraian
2010 2009
Penjualan Rp. 217.332 Rp. 154.831
Harga Pokok Penjualan 153.231 130.456
Laba kotor Rp. 64.101 Rp. 24.375
Biaya Usaha 1.442 2.999
Laba usaha Rp. 62.659 Rp. 21.376
Pendapatan (Biaya) lain-lain
Pendapatan Bunga Rp. 1.589 Rp. 803
Biaya Bunga (7.087) (7.066)
Kerugian Kurs (221) (105)
Biaya lain-lain (2.741) (934)
Laba Diluar Usaha Rp. (8.460) Rp. (7.302)
Laba Sebelum pajak Rp. 54.199 Rp. 14.074
Pajak penghasilan Rp. 12.195 Rp. 3.167
Laba bersih Rp. 42.004 Rp. 10.907
Laba Bersih per saham Rp. 0,17 Rp. 0,04

3. RASIO LIKUIDITAS
Likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor jangka pendek. Untuk mengukur
kemampuan ini, biasanya digunakan angka rasio modal kerja, current ratio, acid-test/quick
ratio, perputaran piutang (account receivable turnover), dan perputaran persediaan (inventory
turnover).

a. Modal Kerja
Modal kerja merupakan selisih antara total aktiva lancar dan utang lancar.
Jumlah modal kerja menunjukkan jumlah aktiva yang dibelanjai dari sumber dana jangka
panjang, yang tidak memerlukan pembayaran kembali dalam jangka pendek. Makin besar
angka modal kerja ini, berarti makin besar tingkat proteksi kreditor jangka pendek, dan
makin besar kepastian bahwa utang jangka pendeknya akan dilunasi tepat waktu.

2010 2009
Total Aktiva Lancar (A) Rp. 142.290 Rp. 93.781
Total Hutang Lancar (B) 39.216 35.778

Modal Kerja (A)-(B) Rp. 103.074 Rp. 58.003

b. Current Ratio
Current ratio sangat berguna untuk mengukur likuiditas perusahaan. Aktiva
lancar menggambarkan alat bayar dan diasumsikan semua aktiva lancar benar-benar bisa
digunakan untuk membayar. Sedangkan utang lancar menggambarkan yang harus
dibayar dan diasumsikan semua utang lancar benar-benar harus dibayar.

Aktiva Lancar (AL)


Current Ratio (CR) =
Utang Lancar (UL)
Tahun 2009 Tahun 2010
Current ratio untuk PT. ABCD adalah 2,62:1= 93.781 3,63 : 1= 142.290
35.778 39.216

Dibandingkan dengan tahun 2009, current ratio tahun 2010 mengalami kenaikan, yang
berarti likuiditas juga mengalami kenaikan.

c. Acid-Test Ratio
Acid-Test Ratio atau quick ratio dirancang untuk mengukur seberapa baik
perusahaan dapat memenuhi kewajibannya, tanpa harus melikuidasi atau terlalu
tergantung pada persediaannya. Persediaan tidak bisa sepenuhnya diandalkan, karena
persediaan bukanlah sumber kas yang bisa segera diperoleh, dan bahkan mungkin tidak
mudah dijual lpada kondisi ekonomi yang lesu.

Aktiva Lancar (AL) Persediaan Persekot Biaya


Quick Ratio (QR) =
Utang Lancar (UL)

Acid-Test Ratio atau Quick Ratio PT.ABCD adalah

2010 2009
Kas dan Bank Rp. 431 Rp. 377
Deposito 51.429 19.000
Piutang Usaha 29.535 17.462
Piutang Lain-lain 4.022 3.570
Total Quick Assets Rp. 85.417 Rp. 40.409

Total Utang lancar Rp. 39.216 Rp. 35.778

Acid-Test Ratio 2,18 : 1 1,13 : 1

Dibanding dengan tahun 2009, acid-test ratio PT.ABCD tahun 2010 mengalami
kenaikan, yang berarti likuiditas juga mengalami kenaikan. Seperti halnya pada current
ratio, angka acid-test ini juga perlu dicermati masing-masing komponennya, untuk
memastikan bahwa semua komponen tersebut memang benar-benar likuid.

d. Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover)


Sebagai alat bayar, piutang dagang (biasanya jumlahnya cukup besar) juga harus
diuji (dievaluasi) likuiditasnya, yaitu dengan menghitung rasiio perputaran piutang dan
jumlah hari piutang.
Rasio perputaran piutang ini biasanya digunakan dalam hubungannya dengan
analisis terhadap modal kerja, karena memberikan ukuran kasar tentang sberapa cepat
piutang perusahaan berputar menjadi kas. Angka jumlah hari piutang ini menggambarkan
lamanya suatu piutang bisa ditagih (jangka waktu pelunasan/penagihan piutang).
Rasio perputaran piutang dan jumlah hari piutang ini dihitung dengan cara sbb:

Penjualan (Kredit)
Perputaran Piutang =
Rata-rata Piutang
Jumlah Hari Per tahun
Jumlah Hari Piutang =
Perputaran Piutang
Hal lain yang harus dievaluasi adalah
Kepada siapa piutang dagang ini diberikan ?
Piutang dagang dapat juga dijual atau dijaminkan (Factoring dan Pledging)

PT.ABCD Tahun 2010

Penjualan (Kredit)
Perputaran Piutang =
(Saldo A/R Awal+ Saldo A/R Akhir)/2
Rp.217.332
9,25 kali =
(Rp.17.462+Rp.29.535)/2
Jumlah Hari Per tahun
Jumlah Hari Piutang =
Perputaran Piutang
365
39,46 Hari =
9,25

Baik tidaknya angka jumlah hari piutang sebesar 40 hari ini sangat bergantung pada
termin kredit yang ditawarkan perusahaan kepada para pelanggannya. Jika misalnya
termin kredit yang diberikan adalah 30 hari, maka periode penagihan selama 40 hari ini
dapat dikatakan cukup baik. Akan tetapi, jika termin kredit yang diberikan adalah 10 hari
maka periode penagihan 40 hari ini memberikan petunjuk adanya masalah pada fungsi
penagihan atau pada manajemen kredit perusahaan.

e. Perputaran Persediaan
Sebagai bagian dari aktiva, maka persediaanpun harus diuji apakah likuid ataukah
tidak. Analisis rasio perputaran persediaan digunakan untuk mengukur berapa kali
persediaan perusahaan telah dijual selama periode tertentu, misalnya selama tahun
tertentu. Rasio perputaran persediaan dan jumlah hari persediaan ini dihitung sbb:

Harga Pokok Penjualan


Perputaran Persediaan =
Rata-rata Persediaan
Jumlah Hari Per tahun
Jumlah Hari Persediaan =
Perputaran Persediaan

Harga Pokok Penjualan


Perputaran Persediaan =
(Saldo Persd Awal + Akhir)/2
Rp.153.231
2,87 kali =
(Rp.51.549 + Rp.55.190)/2
Jumlah Hari Per tahun
Jumlah Hari Persediaan =
Perputaran Persediaan
365
127,18 Hari =
2,87
Apabila suatu perusahaan mempunyai rasio perputaran persediaan yang lebih
rendah dibanding rasio rata-rata industrinya, maka hal ini menunjukkan adanya persediaan
yang sudah usang atau persediaan yang terlalu tinggi. Sebaliknya, rasio perputaran
persediaan yang lebih rendah dibanding rata-rata, memberikan indikasi tingkat persediaan
tidak cukup.

Perputaran Persediaan < --- persediaan yang sudah usang atau persediaan yang
terlalu tinggi
Perputaran Persediaan > --- tingkat persediaan tidak cukup

4. RASIO SOLVABILITAS
Solvabilitas perusahaan menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan ini adalah debt-to-equity ratio dan time interest earned.

Kepentingan kreditor terhadap perusahaan adalah

Kredit Jangka
Kemampuan membayar bunga
Pendek

1. Kemampuan Membayar Bunga dan Pokok


Kredit Jangka Pinjaman
Panjang 2.Kebijakan perlindungan kreditor jk panjang
3. Prospek Laba dan perkiraan arus kas

a. Debt-to-Equity Ratio
Dalam rangka mengukur resiko, kreditor tidak mengesampingkan keseimbangan
antara proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik
perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang.
Keseimbangan ini diukur menggunakan rasio debt-to-equity sbb:

Total Utang
Debt-to-Equity =
Total Modal

Untuk kasus PT. ABCD

Tahun 2010
Rp.183.983
0,36 : 1 =
Rp.513.339
Tahun 2009
Rp.192.939
0,39 : 1 =
Rp.496.176

Menunjukkan bahwa jumlah aktiva yang didanai oleh kreditor untuk setiap Rp.1,00
aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan. Untuk tahun 2009, kreditor PT.ABCD
memberikan sebesar Rp.0,39 untuk setiap Rp.1,00 aktiva yang didanai oleh pemilik. Untuk
tahun 2010, kreditor memberikan jumlah yang lebih sedikit.
Kreditor jangka panjang pada umumnya lebih menyukai angka debt-to-equity ratio
yang kecil. Makin kecil angka rasio ini, berarti makin besar jumlah aktiva yang
didanai oleh pemilik perusahaan, dan makin besar penyangga resiko kreditor.

b. Time Interest Earned


Untuk mengukur kemampuan operasi perusahaan dalam memberikan
proteksi kepada kreditor jangka panjang, khususnya dalam membayar bunga.

Laba Sebelum Bunga & Pajak (EBIT)


Time Interest Earned =
Biaya Bunga

PT. ABCD tahun 2010


Rp.61.286
8,65 kali =
Rp.7.087

Tidak ada pedoman pasti tentang besarnya angka rasio ini yang dikatakan baik.
Pada umumnya, laba dipandang cukup untuk melindungi kreditor bila rasio ini besarnya 2
kali atau lebih. Sebelum mengambil kesimpulan final, sebaiknya dilihat terlebih dahulu
kecenderungan laba perusahaan, dan kemudian menentukan seberapa mudahnya
perusahaan dipengaruhi oleh perubahan musiman ekonomi.

5. RASIO RETURN ON INVESTMENT


Return on Investment mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh
perusahaan, baik dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut
maupun dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik (modal).
Secara terminologi adalah rasio untuk mengukur hubungan antara laba yang diperoleh
dan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

a. Return on Total Assets


Return on Total Assets mengukur kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat
kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan
seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya. Rasio ini dapat diperbandingkan dengan tingkat
bunga bank yang berlaku.

Laba Setelah Pajak tapi Sebelum Bunga


Return on Total Assets =
Aktiva Rata-rata

Laba yang dipakai adalah laba sebelum bunga, setelah pajak, untuk
menggambarkan besarnya laba yang diperoleh perusahaan sebelum didistribusikan baik
kepada kreditor maupun pemilik perusahaan.
Apabila tarif pajak rata-rata untuk tahun 2010 adalah
Pajak Penghasilan
Tarif Pajak Rata-rata =
Laba Sebelum Pajak

Rp.12.195
22,5 % =
Rp.54.199
Perhitungan Return on Total Assets PT.ABCD tahun 2010 adalah:

Laba Bersih Rp. 42.004.000


Tambah: Biaya Bunga: 7.087.000 x (1 - 0,225) 5.492.425
Total (A) Rp. 47.496.425
Total Aktiva awal tahun 2010 (B) Rp. 689.115.000
Total Aktiva akhir tahun 2010 (C) 697.322.000
Total (D) = (B) + (C) Rp. 1.386.437.000
Rata-rata aktiva : (E) = (D) : 2 Rp. 693.218.500
Return on Assets : (A) : (E) 6,85 %

Selama tahun 2010 PT.ABCD mampu memperoleh kembalian investasi sebesar 6,85
% dari rata-rata total aktiva yang digunakannya.

b. Return on Common StockholdersEquity


Return on Common Stockholders Equity atau Return on Equity (ROE)
digunakan untuk mengukur tingkat investasi dengan menggunakan dana yang berasal dari
pemilik perusahaan saja (pemegang saham).

Laba Bersih setelah Pajak Dividen Saham Istimewa


Return on Equity =
Rata-rata Modal Saham Biasa

ROE PT.ABCD tahun 2010


Laba Bersih Rp. 42.004.000
Kurang : Dividen saham istimewa 0
Laba Tersedia untuk saham biasa ( A ) Rp. 42.004.000
Rata-rata modal sendiri ( B ) Rp. 504.757.500
Rata-rata modal saham istimewa ( C ) 0
Rata-rata modal saham biasa (D) = (B) - (C) Rp. 504.757.500
Return on Equity : (A) : (D) 8,32 %

Saldo Awal Modal Sendiri + Saldo Akhir Modal Sendiri


Rata-rata Modal Sendiri =
2

Rp.496.176.000 + Rp.513.339.000
Rp.504.757.500 =
2

Dibandingkan dengan angka rasio ROA (6,85%), angka ROE ini lebih besar
(8,32%). Hal ini dapat terjadi karena adanya prinsip financial laverage atau trading on
the equity, hal ini juga memberikan indikasi bahwa sampai batas-batas tertentu,
perusahaan yang berutang justru dapat menguntungkan pemegang saham.
6. RASIO PEMANFAATAN AKTIVA
Rasio Pemanfaatan Aktiva ( Assets Utilization Ratio) digunakan untuk mengukur efisiensi
dan efektivitas pemanfaatan aktiva dalam rangka memperoleh penghasilan tersebut, karena
pada prinsipnya setiap aktiva yang diliki perusahaan diharapkan dapat mendukung perolehan
penghasilan yang menguntungkan.

a. Rasio Perputaran Total Aktiva


Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover) digunakan untuk mengukur
aktivitas dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan melalui
penggunaan aktiva tersebut dan juga mengukur seberapa efisien aktiva tersebut telah
dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan.

Penjualan
Perputaran Aktiva =
Aktiva Rata-rata

PT. ABCD

Penjualan

Perputaran Aktiva =
(Saldo Akhir dari Total Aktiva Thn x1 + Saldo Awal dari Total Aktiva Thn x0 )
2

Rp.217.322
0,31 kali =
(Rp.697.322+Rp.689.115) / 2

b. Rasio Perputaran Modal Kerja


Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover) digunakan untuk
memberikan indikasi perputaran modal kerja selama periode tertentu yaitu dengan
menghubungkan penjualan dengan modal kerja serta membandingkan dengan data
periode lalu, pesaing dan rata-rata industri dalam rangka memastikan cukup tidaknya
perputaran modal kerja tersebut.
Dalam rasio ini tidak diketahui angka yang pasti berapakah rasio perputaran
modal kerja yang baik. Tetapi secara umum, rasio perputaran modal kerja yang rendah
memberi indikasi tidak menguntungkannya penggunaan modal kerja. Dengan kata lain,
penjualan tidak cukup baik dalam kaitannya dengan modal kerja yang tersedia (tidak
efisien). Sebaliknya rasio yang tinggi menunjukkan telah terjadi kelebihan kapasitas.

Penjualan
Perputaran Modal Kerja =
Modal Kerja Rata-rata

(Modal Kerja x1 + Modal Kerja x2)


Modal Kerja Rata-rata =
2
PT.ABCD

((93.781-35.778)+(142.290-39.216))
Rp.80.539 =
2

Rp.217.322
2,69 kali =
Rp.80.539

c. Rasio Perputaran Aktiva Tetap


Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turnover) dipergunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk membuat aktiva tetap produktif dengan
menghasilkan penjualan atau dengan kata lain untuk mengukur efisiensi penggunaan
aktiva tetap.

Penjualan
Perputaran Aktiva Tetap =
Aktiva Tetap Rata-rata

Rata-rata aktiva tetap PT.ABCD untuk tahun 2010 adalah Rp.522.501 (saldo total
aktiva akhir Rp.511.480 ditambah saldo awal Rp.533.522 dibagi dua). Dengan demikian,
rasio perputaran aktiva tetap tahun 2010 adalah 0,42 kali (Rp.217.322/Rp.522.501)

d. Rasio Perputaran Aktiva lain-lain


Rasio Perputaran Aktiva lain-lain (Other Asset Turnover) untuk mengukur efisiensi
penggunaan aktiva lain-lain dalam menghasilkan penjualan.

Penjualan
Perputaran Aktiva Lain-lain =
Aktiva Lain-lain Rata-rata

Rata-rata aktiva lain-lain PT.ABCD untuk tahun 2010 adalah Rp.52.682 (saldo
total aktiva akhir Rp.43.552 ditambah saldo awal Rp.61.812 dibagi dua). Dengan
demikian, rasio perputaran total aktiva lain-lain tahun 2010 adalah 4,13 kali
(Rp.217.322/Rp.52.682).

7. RASIO KINERJA OPERASI


Rasio Kinerja Operasi ( Operating Performance Ratio ) digunakan untuk mengukur kinerja
operasi perusahaan, karena sudah merupakan suatu tuntutan bagi pengelola perudahaan
harus mampu bekerja efisiensi dan menjadi berkembang dan sehingga perlu suatu cara
pengukuran.

a. Rasio Laba Kotor Terhadap Penjualan


Rasio Laba Kotor Terhadap Penjualan (Gross Profit Margin) ini mengukur efisiensi
produksi dan penentuan harga jual.

Laba Kotor
Laba Kotor Terhadap Penjualan =
Penjualan
PT.ABCD tahun 2010

Rp.64.101
29,49 % =
Rp.217.332

Rasio ini sebaiknya dianalisis dengan cara dibandingkan dengan angka rata-rata
industri atau dengan melihat trend-nya.
Bagi perusahaan dagang dan manufaktur, angka rasio gross profit margin yang rendah
menandakan bahwa perusahaan tersebut rawan terhadap perubahan harga, bagi harga
jual maupun harga pokok. Berarti bahwa apabila terjadi perubahan pada harga jual atau
harga pokok. Berarti apabila terjadi perubahan pada harga jual atau harga pokok,
perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap laba perusahaan.

b. Rasio Laba Bersih Terhadap Penjualan


Rasio Net Profit margin untuk mengukur Rupiah nilai laba yang dihasilkan oleh
setiap satu rupiah penjualan.Dan Juga mengukur efisiensi produksi dan penentuan harga,
maka rasio net profit margin ini juga mengukur seluruh efisiensi, baik produksi,
administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak.

Laba Bersih
Rasio Laba Bersih/Penjualan =
Penjualan

PT.ABCD
Rp.42.004
19,33 % =
Rp.217.322

Meskipun rasio ini diharapkan tinggi, akan tetapi karena adanya kekuatan
persaingan industri, kondisi ekonomi, pendanaan utang, dan karakteristik operasi, maka
rasio ini biasanya berbeda diantara perusahaan.
Kombinasi rasio gross profit margin dan net profit margin akan dapat memberikan
informasi yang berharga mengenai struktur biaya dan laba perusahaan, serta
memungkinkan para analis untuk melihat sumber efisiensi dan ketidak efisienan
perusahaan.

c. Rasio laba Usaha Terhadap Penjualan


Rasio laba Usaha Terhadap Penjualan atau Operating Income Margin ini
memberi gambaran tentang efisiensi perusahaan pada kegiatan utama perusahaan.
Angka laba yang digunakan dalam perhitungan adalah berasal dari kegiatan pokok
perusahaan.

Laba Usaha
Laba Usaha Terhadap Penjualan =
Penjualan

PT.ABCD
Rp.62.659
28,83 % =
Rp.217.332
d. Rasio Harga Pokok Penjualan Terhadap Penjualan dan Biaya Usaha Terhadap
Penjualan

8. RASIO INVESTOR
a. Earning Per Common Share
b. Pos Luar Biasa
c. Struktur Modal yang Kompleks
d. Price/Earning Ratio
e. Percentage of Earning Retained
f. Dividend payout dan Dividend Yield Ratio
g. Book Value Per Share
MODUL ACARA PERKULIAHAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

BAB 5

ANALISIS LABA KOTOR

1. PENDAHULUAN

Analisis Laba Kotor Sebagai media untuk analisis sebab-sebab


(Gross Profit terjadinya penyimpangan yang tidak
Analysis) menguntungkan

Fokus Bahasan

Pengertian

Analisis laba Kotor atas Dasar


Standar / Anggaran

ANALISIS LABA KOTOR

Analisis Laba Kotor Data Periode


Sebelumnya

Manfaat Analisis Laba Kotor

Pembahasan mencakup baik untuk perusahaan yang hanya menjual satu jenis produk (single
product) maupun yang menjual lebih dari satu jenis produk (multiple product).
2. PENGERTIAN
Laba Kotor (Gross Profit/Gross Margin) adalah selisih antara Penjualan dengan Harga
Pokok Penjualan.

ANGGARAN REALISASI

REALISASI REALISASI
PERIODE PERIODE
BERJALAN SEBELUMNYA

Dalam menganalisis perubahan laba kotor, pembandingan dapat dilakukan antara


anggaran dan realisasi untuk periode berjalan; atau antara realisasi periode berjalan dan
periode sebelumnya. Apabila anggaran dapat disusun dengan cermat, umumnya lebih
disukai untuk membandingkan antara realisasi dan anggaran.Hal ini disebabkan karena dapat
digunakan untuk mengukur kinerja dengan cara membandingkan antara apa yang terjadi
sesungguhnya dengan yang semestinya terjadi.

3. ANALISIS LABA KOTOR ATAS DASAR ANGGARAN DAN BIAYA STANDAR


Dalam menganalisis perubahan laba kotor, pembandingan dapat dilakukan antara laba
kotor yang dianggarkan dan realisasi laba kotor untuk periode berjalan. Analisis atas
dasar anggaran ini dapat dilakukan baik untuk perusahaan yang menjual satu jenis produk
(single product) maupun yang menjual lebih dari satu jenis produk (multiple product).

a. Analisis Laba Kotor untuk Satu Jenis Produk (Single-Product)


Untuk analisis laba kotor ini digunakan contoh kasus PT.ABCD yang menjual satu jenis
produk. Berikut ini disajikan data perubahan (selisih) laba kotor dan data biaya perunit
PT.ABCD untuk tahun 2010, baik yang dianggarkan maupun yang direalisir.
Data Laba Kotor
Anggaran Realisasi Selisih %
Penjualan Rp. 750.000 Rp. 768.000 Rp. 18.000 2,4
HPP 600.000 616.800 (16.800) 2,8
Laba Kotor Rp. 150.000 Rp. 151.200 Rp.1.200 0,8
Cost of sales ratio 80 % 80,30 %
Gross profit ratio 20 % 19,70 %
Total 100 % 100 %

Data Biaya Per unit


Anggaran Realisasi Selisih
Volume (unit) 50.000 48.000 2.000
Harga Jual Rp. 15,00 Rp. 16,00 Rp. 1,00
Harga Pokok 12,00 12.85 0.85
Laba Kotor 3,00 3.15 0.15

Dari data ini dapat dilihat bahwa dibanding anggaran, penjualan realisasi 2,4 %
lebih tinggi (naik). Sedangkan harga pokok penjualannya 2,8 % lebih tinggi dibanding
anggarannya (naik). Kenaikan harga pokok penjualan lebih besar dibanding kenaikan
penjualannya. Oleh karena itu gross profit ratio mengalami penurunan dari 20 % menjadi
19,70 %. Penurunan laba kotor sebesar Rp.1.200,00 ini menunjukkan penurunan 0,8%
dari yang dianggarkan.

Gross Profit Ratio HPP : Penjualan

Cost of Sales Ratio Laba Kotor : Penjualan

Dari contoh di atas tampak hal buruk yang berpotensi berkembang di perusahaan
tersebut, yang dapat terlihat pada terjadinya penurunan gross profit ratio di satu sisi
(dari 20% menjadi 19,70%) dan kenaikan cost of sales ratio pada penjualan sisi lain
(dari 80% menjadi 80,30%).
Setiap perubahan pada cost of sales ratio dan gross profit ratio tersebut harus
dianalisis lebih jauh ke dalam kemungkinan selisih-selisih berikutnya:

1) Selisih Volume (volume variance)


Apabila volume penjualan mengalami perubahan, maka total penjualan dan total
harga pokok penjualan juga berubah, ssehingga laba kotor berubah.

2) Selisih harga jual (sales price variance)


Apabila harga jual perunit mengalami perubahan, maka total penjualan juga berubah,
sehingga laba kotor berubah.

3) Selisih harga pokok (cost price variance)


Bila harga pokok penjualan per unit mengalami perubahan, maka total harga pokok
penjualan juga berubah, sehingga laba kotor berubah.
Selisih volume (volume variance), selisih harga jual (sales price variance) dan selisih
harga pokok (cost variance) tersebut dihitung dengan cara sbb:

Perhitungan Selisih Volume

Volume penjualan dianggarkan: (A) 50.000 unit


Volume penjualan direalisir : (B) 48.000 unit
Selisih volume dalam unit: (D)=(A) (B 2.000 unit
Laba Kotor per unit dianggarkan : (E) Rp. 3,00
Selisih Volume penjualan (D) x (E) Rp. 6.000,00
(Tidak Menguntungkan)

Selisih volume Rp.6.000,00 tidak menguntungkan ini (karena volume yang


sesungguhnya dijual 2.000 unit lebih rendah dari yang dianggarkan) menunjukkan
kegagalan manajer departemen produksi untuk menghasilkan tingkat aktivitas produktif
yang semestinya dihasilkan, atau kegagalan manajer pemasaran untuk menghasilkan
tingkat aktivitas penjualan yang semestinya dihasilkan.

Perhitungan Selisih Harga Jual


Harga jual per unit dianggarkan: (A) Rp. 15,00
Harga jual per unit direalisir : (B) 16,00
Selisih harga jual per unit: (D)=(A) (B Rp. 1,00
Volume penjualan realisasi : (E) 48.000 unit
Selisih harga jual (D) x (E) Rp. 48.000,00
(Menguntungkan)

Selisih harga jual sebesar Rp.48.000,- menguntungkan ini menunjukkan


keberhasilan manajer pemasaran dalam meningkatkan total penjualan dengan cara
menaikkan harga jual per unit. Ini juga meyakinkan bahwa selisih volume penjualan
Rp.6.000,00 tidak menguntungkan (karena volume yang sesungguhnya dijual 2.000 unit
lebih rendah dari yang dianggarkan) disebabkan adanya kenaikan harga jual per unit.
Selisih harga jual Rp. 48.000,00 menguntungkan ini cukup besar untuk dapat
mengkompensasi selisih volume penjualan Rp.6.000,00 tidak menguntungkan. Dengan
demikian, untuk saat ini strategi yang digunakan oleh manajer pemasaran dengan
menaikkan harga jual per unit cukup berhasil, khususnya dalam usahanya meningkatkan
total penjualan.

Perhitungan Selisih Harga Pokok


Harga pokok per unit dianggarkan: (A) Rp. 12,00
Harga pokok per unit direalisir : (B) 12,85
Selisih harga pokok per unit: (D)=(A) (B Rp. 0.85
Volume penjualan realisasi : (E) 48.000 unit
Selisih harga pokok (D) x (E) Rp. 40.800,00
( Tidak Menguntungkan)

Selisih harga pokok sebesar Rp.40.800,00 tidak menguntungkan ini menunjukkan


kegagalan manajer departemen produksi dalam menjaga pengendalian yang ketat atau
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Dengan demikian, total perubahan (selish) laba kotor sebesar Rp.1.200,00
menguntungkan, perhitungan ringkatnya adalah sbb:
Selisih volume Rp. 6.000,00 Tidak menguntungkan
Selisih harga jual 48.000,00 Menguntungkan
Selisih harga pokok 40.800,00 Tidak menguntungkan
Selisih Laba Kotor Rp. 1.200,00 Menguntungkan

b. Analisis Laba Kotor untuk Banyak Produk (Multiple-Product)


Perbedaan
Multi Product Single Product
Selisih Volume

Selisih Vol Final


Selisih Volume Final Selisih Komposisi
(Pure Vol variance) (Mix variance)

1) Pada selisih volume final, efek perubahan volume fisik masing-masing produk yang
dijual (saling independen) dihitung.
2) Selisih komposisi, efek perubahan volume fisik untuk produk yang lebih
menguntungkan dan atau kurang menguntungkan dihitung.
3) Selish volume final dan selisih komposisi tidak akan mempunyai arti bila produk-
produk tersebut bukan substitusi (tidak saling bersubstitusi (tidak saling bersubstitusi),
meskipun secara matematis selisih-selisih tersebut dapat dihitung.

Untuk lebih menggambarkan keterangan diatas dibuat contoh sbb:


Analisis perubahan laba kotor PT.DEF yang memproduksi dan menjual dua macam produk,
yaitu produk G dan H.
Anggaran laba kotor PT. DEF didasarkan pada anggaran total pasar industri sebesar
Rp.63.000.000. Pada kondisi ini pangsa pasar yang dianggarkan adalah sebesar 20 %
(Rp.12.600.000 / Rp.63.000.000). sedangkan realisasi total pasar industri adalah
Rp.85.000.000. Pangsa pasar realisasi pada periode tersebut adalah 15% (Rp.12.750.000 /
Rp.85.000.000).
Apabila perusahaan mampu mencapai pangsa pasar seperti yang dianggarkan, maka
dengan total pasar industri realisasi (Rp.85.000.000) yang lebih besar dibanding pasar
industri yang dianggarkan (Rp.63.000.000), semestinya laba kotor realisasi lebih besar
dibanding laba kotor yang dianggarkan. Kenyataannya, laba kotor yang diarealisir sama
dengan laba kotor yang dianggarkan, seperti tampak pada tabel berikut:

Laba Kotor Selisih


Jenis Produk L/R
Anggaran Realisasi Laba Kotor
G Rp. 2.300.000 Rp. 2.700.000 Rp. 400.000 L L
H 3.600.000 3.200.000 400.000 R R
Rp. 5.900.000 Rp. 5.900.000 0 -

Anggaran Laba Kotor


Penjualan Dianggarkan Harga Pokok Dianggarkan Laba Kotor Dianggarkan
Jenis Unit Terjual
Produk Dianggarkan
Harga Harga
Total Total Per unit Total %
/unit /unit
G 10.000 unit Rp.480 Rp.4.800.000 Rp.250 Rp.2.500.000 Rp.230 Rp.2.300.000 48%
H 15.000 unit 520 7.800.000 280 4.200.000 240 3.600.000 46%
Total 25.000 unit Rp.504 Rp.12.600.000 Rp.228 Rp.6.700.000 Rp.236 Rp.5.900.000 47%
Realisasi Laba Kotor
Penjualan Dianggarkan Harga Pokok Dianggarkan Laba Kotor Dianggarkan
Jenis Unit Terjual
Produk Dianggarkan
Harga Harga
Total Total Per unit Total %
/unit /unit
G 15.000 unit Rp.480 Rp.6.750.000 Rp.270 Rp.4.050.000 Rp.180 Rp.2.700.000 40%
H 10.000 unit 600 6.000.000 280 2.800.000 320 3.200.000 53%
Total 25.000 unit Rp.510 Rp.12.750.000 Rp.274 Rp.6.850.000 Rp.236 Rp.5.900.000 46%

Meskipun laba kotor yang direalisir sama dengan laba kotor yang dianggarkan, akant etapi
analisis tetap harus dilakukan (mengingat pangsa pasar perusahaan ternyata tidak mampu
mencapai yang dianggarkan). Analisis terhadap laba kotor yang dianggarkan dan yang
direalisir secara rinci dilakukan untuk selisih-selisih sbb:
Selisih harga jual (sales price variance)
Selisih volume penjualan (sales volume variance) ditambah selisih volume harga pokok
(cost volume variance) yang dipecah ke dalam selisih :
Selisih volume penjualan final (final sales volume variance) dan
Selisih komposisi penjualan (sales mix variance)
Selisih harga-harga pokok (cost price variance)

Selisih Harga Jual


Harga / Unit Harga / Unit Volume Selisih
Produk L/R
Anggaran Realisasi Realisasi Harga Jual
G Rp.480 Rp.450 15.000 Rp.450.000 R
H 520 600 10.000 800.000 L
Total Rp.350.000 L

Selisih hargajual ini dihitung dengan cara mengalikan volume realisasi dengan perbedaan
harga jual per unit masing-masing produk (perbedaan harga jual per unit adalah selsih antara
harga jual per unit anggaran dan realisasi). Dari perhitungan ini tampak bahwa selsih harga
jual untuk produk H menguntungkan (laba), sementara untuk produk G tidak menguntungkan
(rugi). Secara keseluruhan, selisih harga jual bersifat menguntungkan.

Selisih Harga Pokok


Harga pokok Harga Pokok
Volume Selisih
Produk per Unit per Unit L/R
Realisasi Harga Pokok
Anggaran Realisasi
G Rp.250 Rp.270 15.000 Rp.300.000 R
H 280 280 10.000 0 -
Total Rp.300.000 R

Selisih harga pokok ini dihitung dengan cara mengalikan volume realisasi dengan
perbedaan harga pokok per unit masing-masing produk (perbedaan harga pokok per unit
adalah selsih antara harga pokok per unit anggaran dan realisasi). Dari perhitungan ini
tampak bahwa selisih harga pokok untuk produk G tidak menguntungkan (rugi), sementara
untuk produk H tidak terjadi selsih (realisasi mampu mencapai anggaran). Secara
keseluruhan, selisih harga pokok bersifat tidak menguntungkan.

Selisih Volume
Volume Volume Laba Kotor
Produk Selisih Volume L/R
Anggaran Realisasi Anggaran
G 10.000 15.000 Rp.230,00 Rp.1.150.000 L
H 15.000 10.000 240,00 1.200.000 R
Total Rp.50.000 L
Selisih volume ini, dimana produk bersifat non-substitusi, terjadi karena volume realisasi
tidak sama dengan volume yang dianggarkan. Dengan demikian, selsih volume dihitung
dengan cara mengalikan perbedaan volume tersebut dengan laba kotor per unit anggaran
masing-masing produk. Dari perhitungan ini tampak bahwa selisih volume untuk produk G
menguntungkan (laba), sementara untuk produk H selsihnya tidak menguntungkan. Secara
keseluruhan, selsih volume bersifat tidak menguntungkan.
Apabila produk G dan H tersebut merupakan produk substitusi, maka selisih volume final
dapat dihitung dengan cara mengalikan antara laba kotor rata-rata anggaran dan perbedaan
antara volume dianggarkan dan volume yang direalisir. Laba kotor rata-rata anggaran dihitung
dengan cara sbb:

Total Laba Kotor Dianggarkan


Laba Kotor Rata-rata =
Total Unit Dianggarkan

Rp.5.900.000,00
Rp.236,00 per unit =
25.000

Sedangkan selisih volume final (pure final volume variance) dihitung sbb:

Selisih Volume Final


(Produk Substitusi)
Volume Volume Laba Kotor
Produk Selisih Volume L/R
Anggaran Realisasi Anggaran
G 10.000 15.000 Rp.236,00 Rp.1.180.000 L
H 15.000 10.000 236,00 1.180.000 R
Total Rp. 0 -
xxxx

Selisih
Volume Volume
Produk Laba Kotor Selisih Volume L/R
Anggaran Realisasi
Anggaran*
G 10.000 15.000 Rp.6,00 Rp.30.000 R
H 15.000 10.000 -4,00 20.000 R
Total Rp.50.000 R
*) Produk G = Rp.236,00 Rp.230,00 = Rp.6,00
Produk Q = Rp.236,00 Rp.240,00 = -Rp.4,00
Xxxxxx

Selisih Produk G Produk H Total


Harga Jual Rp. 450.000 R Rp. 800.000 L Rp. 350.000 L
Harga Pokok 300.000 R -0- 300.000 R
Volume Final 1.180.000 L 1.180.000 R -0-
Komposisi 300.000 R 20.000 R 50.000 R
Rp. 400.000 L Rp. 400.000 R -0-
R = Tidak Menguntungkan (rugi)
L = Menguntungkan (laba)
Xxxxx
Selisih Pasar Industri
Total Penjualan Industri Anggaran Rp.63.000.000
Total Penjualan Industri Realisasi 85.000.000
Selisih Penjualan Industri Rp.22.000.000
(Bagian Pasar x % Laba Lotor)- Anggaran: 20% x 46,83% 0,09365
Selisih Pasar Industri Rp. 2.060.318
(laba)
Selisih Bagian Pasar
Laba Kotor pada Penjualan Realisasi,
Bila bagian pasar, % laba kotor seperti anggaran:
= Rp.85.000.000 x 20% x 46,83%
Rp. 7.960.318
Laba kotor pada penjualan dan bagian pasar
Realisasi (komposisi dan % laba kotor seperti
anggaran
Rp. 5.900.000
Selisih bagian pasar Rp. 2.060.318
(Rugi)

4. ANALISIS LABA KOTOR ATAS DASAR DATA PERIODE YANG LALU


Selain didasarkan pada anggaran atau biaya standar, analisis laba kotor dapat dilakukan
atas data periode lalu. Dengan dasar ini, perubahan laba kotor ditentukan dengan cara
membandingkan antara laba kotor periode berjalan dan laba kotor periode sebelumnya.
Seperti halnya pada analisis atas dasar anggaran, analisis laba kotor atas data periode yang
lalu juga dapat dilakukan untuk perusahaan yang menjual satu jenis produk (single product)
dan lebih dari satu jenis produk (multiple product).

a. Analisis Laba Kotor untuk Satu Jenis Produk (Single-Product)


Apabila perusahaan hanya memproduksi dan menjual satu jenis produk (sigle
product), maka perubahan laba kotor disebabkan karena adanya perubahan pada harga
jual perunit, harga pokok perunit dan volume penjualan (dan volume harga pokok).
Berikut ini disajikan data laba kotor yang diperoleh dari laporan laba-rugi
komparatif PT. GOOD untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2009 dan 2010:

2009 2010
Unit Total Unit Total
Penjualan 2.000 Rp.6.000.000 2.200 Rp. 6.380.000
Harga Pokok Penjualan 2.000 5.000.000 2.200 6.050.000
Laba Kotor Rp.1.000.000 Rp. 330.000

Selisih harga jual, harga pokok dan volume penjualan dihitung sbb:

Selisih Harga Jual Dan Volume Penjualan


Penjualan tahun 2010 (sebagai realisasi) Rp. 6.380.000
Penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009:
2.200 x Rp.3.000,00 Rp. 6.600.000
Selisih Harga Jual Rp. 220.000
(Rugi)

Penjualan 2010 pada harga 2009 Rp. 6.600.000


Penjualan tahun 2009 (sebagai standar) 6.000.000
Selisih Volume Penjualan Rp. 600.000
(Laba)

Selisih harga jual terjadi, karena harga jual per unit tahun 2010 (sebagai harga
realisasi) tidak sama dengan harga jual per unit tahun 2009 (sebagai harga standar). Oleh
karena harga realisasi (Rp. 2.900,00) lebih kecil dari harga standar (Rp.3.000,00), maka
selsih harga jualnya tidak menguntungkan (rugi)
Selisih volume penjualan terjadi karena volume penjualan tahun 2010 (realisasi) tidak
sama dengan volume tahun 2009 (standar). Oleh karena volume realisasi (2.200 unit)
lebih besar dibanding volume standar (2.000 unit), maka selsih volumenya
menguntungkan (laba).

Selisih Harga Pokok Dan Volume Harga Pokok


Harga Pokok Penjualan tahun 2010 Rp. 6.050.000
Harga Pokok Penjualan tahun 2010 pada harga pokok
tahun 2009: Rp. 5.500.000
2.200 x Rp.2.500,00
Selisih Harga Pokok Rp. 550.000
(Rugi)

Harga Pokok Penjualan 2010 pada harga 2009 Rp. 5.500.000


Harga Pokok Penjualan 2009 (sebagai standar) 5.000.000
Selisih Volume Harga Pokok Rp. 500.000
(Rugi)

Seperti halnya pada selisih harga jual, selisih harga pokok terjadi karena harga
pokok per unit realisasi (tahun 2010) tidak sama dengan harga pokok per unit standar
(tahun 2009). Sedangkan selisih volume harga pokok merupakan perbedaan antara
volume harga pokok tahun 2010 (2.200 unit) dan volume harga pokok tahun 2009 (2.000
unit). Selisih harga pokok tidak menguntungkan (harga pokok realisasi Rp.2.750 lebih
besar dari harga pokok standar Rp.2.500), dan selisih volume harga pokok tidak
menguntungkan (volume harga pokok realisasi 2.200 unit lebih besar dari volume harga
pokok standar 2.000 unit).
Total selish laba kotor sebesar Rp.670.000 tidak menguntungkan (laba kotor
tahun 2008 Rp. 330.000 dibanding laba kotor tahun 2009 Rp.1.000.000), dapat diringkas
sbb:

Harga Jual Rp.220.000 Tidak Menguntungkan


Volume Penjualan 600.000 Menguntungkan
Harga Pokok 550.000 Tidak Menguntungkan
Volume Harga Pokok 500.000 Tidak Menguntungkan
Selisih Laba Kotor Rp. 670.000 Tidak Menguntungkan

b. Analisis Laba Kotor untuk Banyak Produk (Multiple-Product)


Berikut ini disajikan sebagian data laba kotor yang diperoleh dari laporan laba-rugi
komparatif PT.IJK untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2009 dan 2010:

2009 2010 Perubahan


Penjualan (Bersih) Rp. 1.420.000 Rp. 1.418.000 Rp. 2.000
Harga Pokok Penjualan 1.157.500 1.217.500 60.000
Laba Kotor Rp. 262.500 Rp. 200.500 Rp. 62.000

Dibanding tahun 2009, penjualan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp.
2.000,00 dan harga pokok penjualan meningkat dengan Rp. 60.000,00, sehingga laba
kotor mengalami penurunan sebesar Rp.62.000,00.

Data tambahan tentang harga jual perunit, harga pokok perunit dan volume penjualan sbb:

Volume Penjualan 2009 HPP 2009


Produk
(unit) Per unit Total Per unit Total
X 6.000 Rp. 150,00 Rp.900.000 Rp.120,00 Rp.700.000
Y 3.500 120,00 420.000 100,00 350.000
Z 1.000 100,00 100.000 87,50 87.500
Rp.1.420.000 Rp.1.157.500

Volume Penjualan 2010 HPP 2010


Produk
(unit) Per unit Total Per unit Total
X 5.000 Rp. 160,00 Rp.800.000 Rp.140,00 Rp.700.000
Y 4.200 120,00 504.000 97,50 409.500
Z 1.200 95,00 114.000 90,00 108.000
Rp.1.418.000 Rp.1.217.500
Didalam menganalisis perubahan laba kotor, penjualan dan harga pokok penjualan tahun
2009 dipakai sebagai dasar atau standar pembandingan.

Langkah-langkah Analisis selisih

Selisih Vol Penjualan &


Menghitung Selisih Menghitung Selisih Vol HP dianalisis
Harga Jual & Vol Harga Pokok & Vol
Penjualan Harga Pokok ( Selisih Komposisi &
Selisih Vol Final)

Selisih Harga Jual Dan Volume Penjualan


Penjualan tahun 2010 (sebagai realisasi) Rp.1.418.000
Penjualan tahun 2010 pada harga jual 2009:
X : 5.000 x Rp.150,00 = Rp.750.000
Y : 4.200 x Rp.120,00 = Rp.504.000
Z : 1.200 x Rp.100,00 = Rp.120.000 Rp.1.374.000
Selisih Harga Jual Rp. 44.000
(Laba)

Penjualan tahun 2010 pada harga 2009 Rp.1.374.000


Penjualan tahun 2009 (sebagai standar) 1.420.000
Selisih Volume Penjualan Rp. 46.000
(Rugi)
Selisih Harga Pokok Dan Volume Harga Pokok

Harga Pokok Penjualan tahun 2010 (sebagai realisasi) Rp.1.217.500


Harga Pokok Penjualan tahun 2010 pada harga jual 2009:
X : 5.000 x Rp.120,00 = Rp.600.000
Y : 4.200 x Rp.100,00 = Rp.420.000
Z : 1.200 x Rp. 87,50 = Rp.105.000 Rp.1.125.000
Selisih Harga Pokok Rp. 92.500
(Rugi)

Harga Pokok Penjualan tahun 2010 pada harga 2009 Rp.1.125.000


Harga Pokok Penjualan tahun 2009 (sebagai standar) 1.157.500
Selisih Volume Harga Pokok Rp. 32.500
(Laba)

Hasil analisis ini telah dapat menjelaskan alasan atau sebab-sebab penurunan laba kotor
sebesar Rp.62.000 sbb:

Selisih Harga Jual (Laba) Rp. 44.000


Selisih Volume Bersih Terdiri atas
- Volume Harga Pokok (Laba) Rp. 32.500
- Volume Penjualan (Rugi) 46.000
Selisih volume bersih (rugi) Rp. 13.500
Rp. 30.500
Kurang: selisih Harga Pokok (Rugi) 92.500
Penurunan Bersih Laba Kotor Rp. 62.000

Selisih volume bersih Rp.13.500,00 tidak menguntungkan (rugi) merupakan


kombinasi dari selisih volume penjualan Rp. 46.000,00 (tidak menguntungkan) dan selsih
volume harga pokok Rp.32.500,00 menguntungkan (laba). Selisih bersih ini harus
dianalisis lebih jauh untuk menentukan selisih komposisi dan selisih volume final. Untuk
dapat melakukan analisis ini, harus dihitung lebih dahulu laba kotor rata-rata standar
(tahun 2009), sbb:

Total Laba Kotor Tahun 2009 (standar)


Laba Kotor Standar =
Total Unit Yang Dijual Tahun 2009

Rp. 262.500,00
Rp. 25,00 per unit =
10.500

Laba kotor rata-rata perunit produk yang dijual tahun 2009 Rp.25,00 ini bila
dikalikan dengan jumlah unit yang dijual tahun 2010 (10.400 unit), akan menghasilkan
laba kotor sebesar Rp.260.000,00, yang merupakan laba kotor yang akan dicapai bila
semua unit tersebut dijual pada laba kotor rata-rata per unit tahun 2009.
Selisih komposisi dan selisih volume final dapat dihitung dengan cara sbb:
Selisih Komposisi

Penjualan tahun 2010 pada harga jual 2009 Rp.1.374.000


Penjualan tahun 2010 pada harga pokok 2009 Rp.1.125.000
Selisih Rp. 249.000
Penjualan 2010 pada laba kotor rata-rata 2009 260.000
Selisih Komposisi Rp. 11.000
(Rugi)

Selisih Volume Final

Penjualan 2010 pada laba kotor rata-rata 2009 Rp. 260.000


Penjualan 2009 (standar) Rp. 1.420.000
Harga Pokok Penjualan 2009 1.157.500
Selisih Rp. 262.500
Selisih volume bersih (rugi) Rp. 2.500
(rugi)

Catatan:
Selisih komposisi Rp.11.000,00 (Rugi)
Selisih volume final Rp. 2.500,00 (Rugi)
Selisih volume bersih Rp.13.500,00 (Rugi)

Selisih kompisisi dan selsih volume final tersebut juga dapat dihitung dengan cara sbb:

Selisih Komposisi
Penjualan 2010 Pada Komposisi
Laba Kotor Per Selisih
Produk Tahun
Unit 2009 Komposisi
2010 2009
X 5000 unit 5943 unit Rp. 30,00 Rp. 28.285 R
Y 4200 unit 3467 unit 20,00 14.660 L
Z 1200 unit 990 unit 12,50 2.625 L
Total 10.400 unit 10.400 unit Rp. 11.000 R

Selisih Volume Final

Total Penjualan tahun 2010 (dalam unit) 10.400 unit


Total Penjualan tahun 2009 (dalam unit) 10.500 unit
Selisih Penjualan (dalam unit) 100 unit
Laba kotor rata-rata 2009 Rp. 25,00
Selisih Volume Final Rp 2.500,00
(Rugi)
5. MANFAAT BAGI MANAJEMEN

Ringkasan-ringkasan dan analisis sebelumnya telah memberikan cukup motivasi bagi


manajemen untuk memulai suatu pemeriksaan, yang akan membawa kepada berbagai
kemungkinan tindakan koreksi, khususnya analisis yang menunjukkan perbedaan tidak
menguntungkan (rugi) antara anggaran dan realisasi.
Analisis laba kotor yang didasarkan pada anggaran atau biaya standar dapat memberikan
gambaran titik kelemahan dari kenerja periode tersebut. Dengan demikian, manajemen akan
mampu untuk menguraikan tindakan-tindakan perbaikan yang diperlukan untuk mengoreksi
situasi.
Laba kotor menjadi tanggung jawab bersama dari fungsi pemasaran dan fungsi produksi.
Analisis laba kotor membawa bersama kedua fungsi tersebut dan meyakinkan perlunya
dilakukan studi lebih jauh oleh keduanya. Fungsi pemasaran harus dapat menjelaskan
perubahan-perubahan yang terjadi pada harga jual perunit, pergeseran komposisi penjualan
dan penurunan total unit yang dijual, sementara fungsi produksi harus mempertanggung
jawabkan terjadinya kenaikan harga pokok.
Agar lebih bernilai, selisih harga pokok harus dianalisis lebih jauh untuk dapat menentukan
selisih-selisih yang terjadi pada biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik.
MODUL ACARA PERKULIAHAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

BAB 6

LAPORAN ARUS KAS

1. PENDAHULUAN

Beberapa hal pertanyaan seputar laporan keuangan yang sering muncul, misalnya

Bagaimana perusahaan mendanai investasi yang dilakukan


Mengapa perusahaan mampu membeli aktiva tetap dalam
jumlah besar pada saat perusahaan dalam keadaan rugi
Berapa besar program ekspansi perusahaan didanai arus
kas operasi
Berapa besar melalui pinjaman
Berapa besar melalui penerbitan saham sering ditanyakan
oleh para investor, kreditor dan personil intern yang
mempunyai perhatian khusus pada operasi keuangan
perusahaan.

Laporan keuangan seperti Neraca, Laporan Laba-Rugi, dan saldo Laba seringkali gagal
menjawab berbagai pertanyaan tersebut. Untuk dapat menjawab berbagai pertanyaan tersebut,
perusahaan masih memerlukan suatu laporan keuangan yang disebut Laporan Arus Kas, yang
merupakan bagian integral [tak terpisahkan] dari laporan keuangan yang lengkap.

The statement of cash flows details the inflows and outflows of cash during a specified
period of timethe same period that is used for the income statement. The statement of cash
flows consists of three sections: cash flows from operating activities, cash flows from investing
activities, and cash flows from financing activities. (Gibson, Charles H, Financial Reporting & Analysis, 8 ed,
40p)

Laporan yang menggambarkan posisi


uang kas perusahaan pada periode tertentu,
yang ditandai oleh adanya uang masuk ke kas
perusahaan (cash in flow) dan adanya
penggunaan uang kas oleh perusahaan (cash
out flow), dengan tujuan sebagai alat control
bagi perusahaan dalam mengendalikan
penggunaan dan posisi uang kas dalam setiap
periode.
FUNGSI

Laporan R/L Profitabilitas Biaya


-
Penghasilan

Timing Arus Kas


Timing Akibat Operasi
Perusahaan
Terhadap
Likuiditas dan Solvabilitas

INFORMASI ARUS KAS OPERASI

Investasi pada
Kebutuhan Kas dari
piutang pelanggan
Setiap Aktivitas
dan persediaan

INFORMASI ARUS Tidak Mengukur


Aspek Likuiditas
KAS OPERASI Profitabilitas

Pendanaan

2. TUJUAN DAN KEGUNAAN LAPORAN ARUS KAS


CASH
LABA FLOW

Laba dan Arus Kas merupakan dua konsep yang berbeda.

Konsep Akuntansi
LABA PSAK Dikeluarkan oleh IAI

Konsep yang berdasar pada saat


ARUS KAS penerimaan dan pengeluaran kas

Tujuan Dan Kegunaan Laporan Arus Kas


Dalam
Kemampuan
Perusahaan
menghasilkan Kas /
Setara Kas

Dalam
menggunakan Arus
kas
Menilai Kebutuhan
Perusahaan
Dalam membayar
ARUS KAS kewajibannya

Perubahan
Kas/setara

Informasi Historis
Efektivitas Investasi
dan Pendanaan

Kegunaan Arus Kas Dihubungkan Dengan Laporan Keuangan [Neraca, Laporan Laba Rugi,
Laporan Saldo Laba] maka akan memiliki manfaat sbb;
1. Mengetahui perubahan aktiva bersih, struktur keuangan dan kemampuan mempengaruhi arus
kas.
2. Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas.
3. Dapat menggunakan informasi arus kas historis sebagai indicator jumlah waktu, dan
kepastian arus kas masa depan.
4. Meneliti kecermatan taksiran arus kas masa depan dan menentukan hubungan antara
profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga.

TUJUAN LAPORAN ARUS KAS


Perubahan
Bersih Kas

Pengelua
ran Kas

Penerimaan
Kas

3. KLASIFIKASI ARUS KAS

Kas diantara asset di laporan neraca


merupakan asset yang paling likuid sehingga
informasi Kas digunakan dalam pengambilan
keputusan oleh para investor, kreditor dan
pihak lainnya yang terfokus pada penilaian
arus kas di masa yang akan datang.
Perusahaan akan memanfaatkan kas yang
menganggur dengan menanamkannya pada
investasi kangka pendek yang sangat likuid.

Kas terdiri dari saldo kas / cash on hand


dan kas yang berada di bank / cash in bank.
Sedangkan arus kas / cash in flow adalah arus
masuk / inflow dan arus keluar / outflow kas
dan setara kas.
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan harus
mengklasifikasikan arus kas tersebut menurut aktivitas operasi [Operating Activities], investasi
[Investing Activities] dan pendanaan[Financing Activities]. Penyajian harus kas menurut ketiga
klasifikasi tersebut dilakukan dengan cara yang paling sesuai dengan arakteristik bisnis suatu
perusahaan.

KLASIFIKASI ARUS KAS


Aktivitas penghasilan utama pendapatan
perusahaan [Principlal Revenue Producting
Activities]
Aktivitas Operasi Aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas
investasi dan pendanaan
[Operating Activities] Penerimaan kas dari penjualan barang dagangan,
pengeluaran kas untuk pembelian pada supplier,
pembayaran gaji

Aktivitas Perolehan atau pelepasan aktiva


jangka panjang [aktiva tidak lancar]
Aktivitas Investasi Investasi yang tidak termasuk dalam
pengertian setara kas
[Investing Activities] Penerimaan kas dari penjualan aktiva
tetap, pembelian mesin produksi

Aktivitas yang mengakibatkan perubahan


Aktivitas Pendanaan jumlah dan komposisi kewajiban/hutang
jangka panjang dan modal perusahaan
[Financing Activities] Penerimaan kas dari penerbitan saham
baru, pembayaran hutang jangka panjang

Arus kas baik kas masuk [cash inflow] maupun kas keluar [cash outflow] untuk masing-masing
klasifikasi tersebut disajikan sbb:

AKTIVITAS OPERASI
Kas Masuk (Cash-inflow)
Penjualan barang dagangan
Penjualan royalty, komisi, fee dan imbalan lain
Pendapatan bunga dan dividen
Pos-pos Laba Rugi
Kas Keluar (Cash-outflow)
Pembayaran kepada pemasok barang dan jasa
Pembayaran gaji karyawan
Pembayaran pajak
Pembayaran bunga dan biaya-biaya lainnya

INVESTASI
Kas Masuk (Cash-inflow)
Penjualan aktiva tetap
Pos-pos
Penjualan investasi jangka panjang
Aktiva Tidak Lancar
Kas Keluar (Cash-outflow)
Pembelian aktiva tetap
Pembelian investasi jangka panjang

Pos-pos Utang
PENDANAAN Jangka Panjang
Kas Masuk (Cash-inflow) dan Modal
Penerbitan saham baru
Penerbitan investasi jangka panjang [mis; obligasi]
Kas Keluar (Cash-outflow)
Pembayaran dividen
Penarikan kembali saham [treasury stock]
Pembayaran utang jangka panjang

4. PELAPORAN ARUS KAS AKTIVITAS OPERASI


Perusahaan harus menyusun laporan arus kas sebagai bagian dari laporan keuangan
tahunannya. Untuk menentukan dan menyajikan arus kas yang berasal dari aktivitas
operasi dapat digunakan salah satu dari dua metode, yaitu metode langsung [direct method]
dan metode langsung [indirect method].

a. METODE LANGSUNG
Adalah metode yang hanya terdiri dari arus kas operasi yang dikelompokkan menjadi 2
katagori yaitu penerimaan kas dan pengeluaran kas. Dan pada dasarnya metode
langsung merupakan laporan laba-rugi, berbasis tunai atau kas.

ARUS KAS OPERASI METODE LANGSUNG

For year ended 31 Desember 2011


(-)Penerimaan kas penjualan barang dagangan Rp.100.000.000
Kas dibayarkan untuk biaya-biaya:
Harga pokok penjualan Rp.50.000.000
Royalti, fee, dan imbalan lain Rp.30.000.000
Biaya operasi lainnya Rp.10.000.000
Rp.90.000.000
Arus kas bersih dari aktivitas operasi Rp.10.000.000

Arus kas dari aktivitas operasi ini dihitung dari jumlah pendapatan (penghasilan) dan
beban (biaya), disesuaikan dengan perubahan rekening aktiva atau hutang lancar yang
berkaitan.

Contoh, penerimaan kas dari pelanggan dihitung dengan perubahan piutang dagang
(usaha). Perhitungan konversi dilakukan dengan menggunakan formula :

Rekening Pendapatan Rp.xxxxx


(+) Penurunan aktiva lancar atau kenaikan hutang lancar Rp.xxxxx
(-) Kenaikan aktiva lancar atau penurunan utang lancar (Rp.xxxxx)
Arus Kas Masuk (Cash-inflow) Rp.xxxxx
Rekening Biaya Rp.xxxxx
(+)Kenaikan aktiva lancar atau penurunan utang lancar Rp.xxxxx
(-)Penurunan aktiva lancar atau kenaikan hutang lancar (Rp.xxxxx)
Arus Kas Keluar (Cash-outflow) Rp.xxxxx

b. METODE TIDAK LANGSUNG


Dengan metode ini, untuk menentukan dan menyajikan jumlah arus kas bersih yang sama
dari aktivitas operasi dapat dilakukan dengan menyesuaikan laba bersih berbasis akrual
dengan perubahan aktiva atau utang lancar yang berkaitan.
Metode ini tidak menentukan katagori utama dari arus kas operasi seperti halnya pada
metode langsung. Penyesuaian yang dilakukan pada metode ini dimaksudkan untuk
mengeluarkan:
1) Pengaruh transaksi bukan kas, seperti amortisasi, depresiasi, pajak yang
ditangguhkan, keuntungan atau kerugian valas yang belum direalisir.
2) Pengaruh diferel arus kas masa lalu (misalnya perubahan saldo persediaan) dan
akrual dan arus kas yang diharapkan di masa datang (misalnya perubahan piutang
atau utang)
3) Pengaruh semua unsure pendapatan dan biaya yang berkaitan dengan arus kas
investasi dan pendanaan, seperti laba atau rugi penjualan aktiva tetap.

Penyesuaian untuk perubahan-perubahan rekening aktiva lancar atau utang lancar berlaku
ketentuan sbb:

Laba (Rugi) Bersih (Acrual Basis) Rp.xxxxx


Pos-pos tidak tunai:
(+) Biaya-biaya (misalnya depresiasi, amortisasi) Rp.xxxxx
(-) Penghasilan-penghasilan (Rp.xxxxx)
Rp.xxxxx
Perubahan Rekening Lancar (Neraca)
(+)Penurunan aktiva lancar atau kenaikan hutang lancar Rp.xxxxx
(-)Kenaikan aktiva lancar atau penurunan utang lancar (Rp.xxxxx)

Rp.xxxxx
Laba (Rugi) dari aktivitas investasi dan pendanaan
(+) Rugi (Loss) Rp.xxxxx
(-) Laba (Gain) (Rp.xxxxx)

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi Rp.xxxxx

Perusahaan dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan
menggunakan metode langsung dengan pertimbangan metode langsung dapat
menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas di masa depan yang
tidak dapatt dihasilkan dengan metode tidak langsung. Informasi mengenai kelompok
utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh
1) dari catatan akuntansi
2) dan dengan menyesuaikan pendapatan, harga pokok penjualan dan pos-pos lain
dalam laporan laba-rugi dengan perubahan rekening lancar , pos bukan kas dan pos
lain yang berkaitan dengan arus kas aktivitas investasi dan pendanaan.

5. FORMAT DAN LANGKAH PENYUSUNAN LAPORAN


a. Format Laporan
Arus kas diklasifikasikan menjadi 3 aktivitas yang merupakan format umum laporan arus
kas, Arus kas aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan dan
terakhir disajikan kenaikan atau penurunan bersih kas dan setara kas selama periode
tertentu.
Arus kas masuk dan arus kas keluar baik dari aktivitas investasi maupun pendanaan
masing-masing disajikan terpisah. Misalnya arus kas keluar untuk pembelian aktiva tetap
dilaporkan terpisah dari arus kas masuk dari penjualan aktiva tetap.
Kenaikan atau penurunan bersih dari kas yang dilaporkan selama suatu periode harus
merekonsiliasikan antara saldo awal dan saldo akhir seperti yang dilaporkan pada neraca.
b. Langkah Penyusunan Laporan

LAPORAN
LABA-RUGI

NERACA INFORMASI
KOMPARATIF PENDUKUNG

LAPORAN
ARUS KAS

Menghitung Perubahan Saldo Rekening Dengan Membandingkan


Membandingkan antara saldo awal dan saldo
Saldo Rekening Kas dan setara Kas
akhir [Neraca]

Menghitung setiap perubahan bersih setiap rekening neraca selain Kas dan setara Kas

Menentukan Arus Kas

Menyusun Laporan Arus Kas


Berikut ini contoh cara penyusunan laporan arus kas PT.ABCD.

PT.ABCD
NERACA KOMPARATIF
31 Desember
Keterangan
2010 2011
Kas Rp.236.000 Rp.170.000
Surat Berharga 100.000 100.000
Piutang Dagang 813.000 849.000
Persediaan 1.400.000 1.200.000
Persekot PPH 154.000 225.000
Investasi Jangka Panjang 2.310.000 2.700.000
Tanah 1.800.000 2.220.000
Bangunan 8.340.000 6.480.000
Mebel dan Peralatan Kantor 6.222.0000 5.382.000
Akum Depresiasi (3.267.000) (2.808.000)
Paten 1.680.000 1.500.000
Total AKTIVA Rp.19.788.000 Rp.18.018.000
Utang Dagang Rp.680.000 Rp.635.000
Utang Wesel 500.000 550.000
Utang Biaya Sewa 53.000 63.000
Utang Obligasi 9.000.000 9.000.000
Diskonto Utang Obligasi (225.000) (198.000)
Modal Saham Biasa 3.700.000 2.700.000
Agio Saham Biasa 500.000 300.000
Laba Ditahan 5.580.000 4.968.000
TOTAL KEWAJIBAN DAN MODAL Rp.19.788.000 Rp.18.018.000

Informasi tambahan :

1) Tidak ada penjualan investasi jangka panjang selama tahun 2011


2) Tidak terjadi penjualan tanah selama tahun 2011. Pembelian tanah dilakukan secara tunai.
3) Tidak terjadi pembelian bangunan, mebel dan peralatan sema tahun 2011.
4) Selama tahun 2011, terjadi penarikan kembali saham yang beredar dengan harga sama
dengan harga perdananya.
5) Selama tahun 2011 perusahaan membayarkan dividen tunai kepada pemegang saham
sebesar Rp.1.732.000
6) Perubahan rekening Paten dan Diskonto Utang Obligasi disebabkan oleh beban amortisasi
tahun 2011.
PT.ABCD
LAPORAN LABA RUGI
Penjualan Rp.29.500.000
Harga Pokok Penjualan 16.200.000
Laba Kotor Rp.13.300.000
Biaya Usaha:
Biaya Pemasaran Rp. 5.300.000
Biaya Administrasi Umum 4.710.000
Depresiasi Aktiva Tetap 420.000
Amortisasi Paten Rp. 180.000
Total Biaya Usaha Rp.10.610.000
Laba Usaha Rp. 2.690.000
Pendapatan dan Biaya di Luar Usaha:
Biaya Bunga (termasuk amortisasi diskonto) (Rp.1.150.000)
Rugi Penjualan Bangunan (60.000)
Rugi Penjualan Mebel dan Peralatan (Rp. 90.000)
Rugi di Luar Usaha Rp.(1.300.000)
Laba Sebelum Pajak Rp. 1.390.000
Pajak Penghasilan Rp. (270.000)
Laba Bersih Rp. 1.120.000
Laba Ditahan, 1 Januari 2011 Rp. 5.580.000
Rp. 6.700.000

Pembayaran Dividen (Rp. 1.732.000)


Laba Ditahan, 31 Desember 2011 Rp. 4.968.000

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN LAPORAN ARUS KAS


Langkah 1
Menghitung perubahan rekening kas dan setara kas.
Saldo awal kas dan setara kas Rp.336.000 Atau Rp.236.000+Rp.100.000
Saldo akhir Rp.270.000 Atau Rp.170.000+Rp.100.000
Selama tahun 2011 kas dan setara kas mengalami penurunan sebesar Rp. 66.000

Langkah 2
Menghitung perubahan bersih masing-masing rekening neraca selain kas dan setara kas beserta
katagori perubahan.

AKTIVA
a. Surat berharga tidak ada kenaikan [operasi]
b. Piutang dagang naik Rp.36.000 [operasi]
c. Persediaan turun Rp.200.000 [operasi]
d. Persekot Pajak Penghasilan naik Rp.71.000 [operasi]
e. Investasi Jangka Panjang naik Rp.390.000 [Investasi]
f. Tanah naik Rp.420.000 [Investasi]
g. Bangunan turun Rp.1.860.000 [Investasi]
h. Mebel & peralatan kantor turun Rp.840.000 [Investasi]
i. Akum Depre Mebel & peralatan kantor turun Rp.459.000 [operasi]
j. Paten turun Rp.180.000 [Investasi]

PASIVA
a. Utang wesel naik Rp.50.000 [operasi]
b. Utang dagang turun Rp.45.000 [operasi]
c. Utang biaya sewa naik Rp.10.000 [operasi]
d. Utang obligasi tetap [Pendanaan]
e. Diskonto utang obligasi turun Rp.27.000 [operasi]

MODAL
a. Modal saham turun Rp.1.000.000 [Pendanaan]
b. Agio saham biasa turun Rp. 10.000 [operasi]
c. Laba di tahan turun Rp. 612.000 [Kombinasi]

Langkah 3
Menentukan arus kas, aktivitas investasi dan pendanaan bukan kas, dan pengaruh perubahan
valuta asing.
Arus kas dipisahkan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Arus kas dari aktivitas operasi dihitung dan disajikan dengan menggunakan metode langsung
atau tidak langsung.
Aktivitas investasi dan pendanaan bukan kas harus disajikan terpisah pada skedul tambahan
atau catatan kas laporan keuangan.
Pada metode langsung, rekening-rekening pendapatan dan biaya pada laporan keuangan
disajikan dengan basis kas / tunai / cash basis.
Arus kas operasi dihitung sbb;
Metode Langsung:
Total kas yang diterima dari pelanggan:
Penjualan Bersih Rp.29.500.000
Tambah : Piutang Dagang awal Rp. 813.000
Rp.30.313.000
Kurang : Piutang Dagang akhir Rp. 849.000
Kas yang diterima dari pelanggan (cash in-flow) Rp.29.464.000

Total Kas yang dibayarkan untuk pembelian barang [pemasok];


Harga Pokok Penjualan Rp.16.200.000
Tambah : Persediaan Akhir Rp. 1.200.000
Rp.17.400.000
Kurang : Persediaan awal Rp. 1.400.000
Pembelian bersih Rp.16.000.000
Tambah : utang wesel dan utang dang awal Rp. 1.180.000
Rp.17.180.000
Kurang : utang wesel dan utang dagang akhir Rp. 1.185.000
Kas dibayarkan untuk pembelian barang [pemasok] cash out-flow Rp.15.995.000

Total Kas yang dibayarkar untuk Biaya-biaya [pemasok jasa];


Biaya-biaya [selain depresiasi dan amortisasi]
Biaya pemasaran Rp. 5.300.000
Biaya administrasi dan umum Rp. 4.710.000
Tambah; Utang Biaya Sewa awal Rp. 53.000
Rp.10.063.000
Kurang; Utang Biaya Sewa akhir Rp. 63.000
Kas yang dibayarkan untuk biaya-biaya [pemasok jasa] Rp.10.000.000

Arus Kas Operasi dari Aktiva Operasi:


Penerimaan Kas Dari Pelanggan Rp.29.464.000
Pengeluaran untuk pembayaran barang [pemasok] Rp.15.995.000
Pengeluaran kas untuk pembayaran biaya Rp.10.000.000
Arus kas bersih dari operasi Rp. 3.469.000
Pembayaran kas untuk biaya bunga
Biaya Bunga Rp. 1.150.000
Dikurangi; amortisasi Diskonto Rp. 27.000
Pembayaran kas untuk biaya bunga Rp. 1.123.000
Pembayaran kas untuk pajak penghasilan [270.000+225.000-154.000] Rp. 341.000
Arus Kas Bersih dari Aktiva Operasi Rp. 2.005.000

Arus kas bersih dari aktiva investasi;


Penjualan Bangunan, Mebel dan Peralatan kantor 1) Rp. 1.671.000
Pembelian investasi jangka panjang (Rp. 390.000)
Pembelian tanah (Rp. 420.000)
Arus Kas Bersih dari Aktiva Investasi Rp. 861.000

Arus Kas Bersih dari AKtivitas Pendanaan


Penarikan Saham Rp. 1.200.000
Pembayaran Dividen Rp. 1.732.000
Kas Dibayarkan untuk pendanaan Rp. 2.932.000

Arus Kas Bersih dari aktivitas Operasi Rp. 2.005.000


Arus Kas Bersih dari aktivitas Investasi Rp. 861.000
Arus Kas Bersih [untuk] aktivitas Pendanaan (Rp.2.932.000)
Kenaikan [Penurunan] Kas Rp. 66.000)
1) Rp.2.700.000 [Cost Aktiva dijual] Rp.879.000 [Akumulasi Depresiasi]-Rp.150.000 [Rugi perjualan]

Apabila arus kas yang berasal dari aktivitas operasi ditentukan dengan menggunakan metode tak
langsung, maka angka laba bersih ditambah kembali [addback] atau dikurangi dengan
penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan untuk mengubah laba berbasis akrual menjadi laba
berbasis kas, sertelah mengeleminasi laba atau rugi yang berhubungan dengan aktivitas investasi
dan pendanaan.
Perubahan rekening-rekening neraca lainnya dan informasi tambahan lainnya digunakan utuk
menentukan arus kas yang berasal dari aktivitas investasi [rekening aktiva tak lancer] dan aktivitas
pendanaan [rekening utang jangka panjang dan modal],sbb:
Seringkali pelaksanaan langkah-3 tersebut dilakukan dengan menggunakan kertas kerja sebagai
alat bantu, yaitu kertas kerja tiga kolom dan rekening.

Kertas Kerja Untuk Membantu Penyusunan Laporan


Contoh Kertas Kerja 3 kolom
Menggunakan Kertas Kerja Metode Langsung

Analisis
Keterangan Saldo Awal Saldo Akhir
Debit Kredit
Debit:
Kas dan setara Kas 336.000 66.000 270.000
Piutang Dagang (bersih) 813.000 B 36.000 849.000
Persediaan 1.400.000 C 200.000 1.200.000
Persekot PPh 154.000 G 71.000 225.000
Investasi Jangka Panjang 2.310.000 H 390.000 2.700.000
Tanah 1.800.000 I 420.000 2.220.000
Bangunan 8.340.000 J 1.860.000 6.480.000
Mebel dan Peralatan Kantor 6.222.000 J 840.000 5.382.000
Paten 1.680.000 K 180.000 1.500.000
Diskonto Utang Obligasi 225.000 L 27.000 198.000
Total Debit 23.280.000 21.024.000
Kredit:
Akum Depresiasi 3.267.000 J 879.000 M 420.000 2.808.000
Utang Wesel 500.000 D 50.000 550.000
Utang Dagang 680.000 E 45.000 635.000
Utang Biaya Sewa 53.000 F 10.000 63.000
Utang Obligasi 9.000.000 9.000.000
Modal Saham 3.700.000 N 1.000.000 2.700.000
Agio Saham 500.000 N 200.000 300.000
Laba Di Tahan 5.580.000 O 1.732.000 A 1.120.000 4.968.000
Total Kredit: 23.280.000 4.773.000 4.773.000 21.024.000
Cash Inflow Cash Outflow
Aktivitas Operasi:
Penjualan A 29.500.000
Kenaikan Piutang Dagang B 36.000
HPP A 16.200.000
Penurunan Persediaan C 200.000
Kenaikan Utang Wesel D 50.000
Penurunan Utang Dagang E 45.000
Biaya Usaha A 10.610.000
Kenaikan Utang Biaya Sewa F 10.000
Depresiasi Aktiva Tetap M 420.000
Amortisasi Paten K 180.000
Biaya Bunga A 1.150.000
Amortisasi Diskonto Obligasi L 27.000
Rugi Penjualan Bangunan J 60.000 A 60.000
Pajak Penghasilan J 90.000 A 90.000
Kenaikan Persekot PPh A 270.000
G 71.000
Aktivitas Investasi:
Pembelian Investasi Jk Panjang H 390.000
Pembelian Tanah I 420.000
Penj. Bang. Mebel dan Peralatan J 1.671.000

Aktivitas Pendanaan:
Penarikan Kembali Saham N 1.200.000
Pembayaran Dividen O 1.732.000
32.208.000 32.274.000
NAIK (TURUN) (66.000)
32.274.000 32.274.000
Menggunakan Kertas Kerja Metode Tak Langsung

Analisis
Keterangan Saldo Awal Saldo Akhir
Debit Kredit
Debit:
Kas dan setara Kas 336.000 66.000 270.000
Piutang Dagang (bersih) 813.000 B 36.000 849.000
Persediaan 1.400.000 C 200.000 1.200.000
Persekot PPh 154.000 G 71.000 225.000
Investasi Jangka Panjang 2.310.000 H 390.000 2.700.000
Tanah 1.800.000 I 420.000 2.220.000
Bangunan 8.340.000 J 1.860.000 6.480.000
Mebel dan Peralatan Kantor 6.222.000 J 840.000 5.382.000
Paten 1.680.000 K 180.000 1.500.000
Diskonto Utang Obligasi 225.000 L 27.000 198.000
Total Debit 23.280.000 21.024.000
Kredit:
Akum Depresiasi 3.267.000 J 879.000 M 420.000 2.808.000
Utang Wesel 500.000 D 50.000 550.000
Utang Dagang 680.000 E 45.000 635.000
Utang Biaya Sewa 53.000 F 10.000 63.000
Utang Obligasi 9.000.000 9.000.000
Modal Saham 3.700.000 N 1.000.000 2.700.000
Agio Saham 500.000 N 200.000 300.000
Laba Di Tahan 5.580.000 O 1.732.000 A 1.120.000 4.968.000
Total Kredit: 23.280.000 4.773.000 4.773.000 21.024.000
Cash Inflow Cash Outflow
Aktivitas Operasi:
Laba Sebelum Bunga dan Pajak [EBIT] A 2.540.000
Kenaikan Piutang Dagang B 36.000
Penurunan Persediaan C 200.000
Kenaikan Utang Wesel D 50.000
Penurunan Utang Dagang E 45.000
Kenaikan Utang Biaya Sewa F 10.000
Depresiasi Aktiva Tetap M 420.000
Amortisasi Paten K 180.000
Rugi Penjualan Bangunan J 60.000
Rugi Penjualan Mebel dan Peralatan Ktr J 90.000
Biaya Bunga A 1.150.000
Amortisasi Diskonto Obligasi L 27.000
Pajak Penghasilan A 270.000
Kenaikan Persekot PPh G 71.000

Aktivitas Investasi: H 390.000


Pembelian Investasi Jk Panjang I 420.000
Pembelian Tanah J 1.671.000
Penj. Bang. Mebel dan Peralatan

Aktivitas Pendanaan: N 1.200.000


Penarikan Kembali Saham O 1.732.000
Pembayaran Dividen

5.248.000 5.314.000
NAIK (TURUN) (66.000)
5.314.000 5.314.000
Langkah 4
Menyusun laporan arus kas, atas dasar hasil yang diperoleh pada langkah-langkah
sebelumnya dapat disusun laporan arus kas, baik dengan menggunakan metode langsung
maupun metode tak langsung sbb:

PT.ABCD
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun yang berakhir per 31 Desember 2011
[Metode Langsung]
Arus Kas dari Aktivitas Operasi:
Penerimaan kas dari pelanggan Rp. 29.464.000
Pembayaran kas untuk pemasok ( 15.995.000)
Pembayaran kas untuk biaya-biaya ( 10.000.000)
Kas yang dihasilkan dari operasi Rp. 3.469.000
Pembayaran kas dari biaya bunga ( 1.123.000)
Pembayaran kas untuk pajak penghasilan ( 341.000)

Arus kas sebelum pos luar biasa Rp. 2.005.000


Pos luar biasa;
Arus Kas Bersih dari Aktivtas Operasi Rp. 2.005.000

Arus Kas dari aktivitas Investasi :


Penjualan Bangunan, Mebel, dan Peralatan Kantor Rp. 1.671.000
Pembelian Investasi Jangka Panjang ( 390.000)
Pembelian Tanah ( 420.000)
Arus Kas Bersih Dari Aktivitas investasi Rp. 861.000

Arus Kas dari aktivitas Pendanaan:


Penarikan kembali saham Rp. (1.200.000)
Pembayaran dividen ( 1.732.000)

Arus Kas bersih untuk aktivitas pendanaan Rp. (2.932.000)

Kenaikan [penurunan] kas dan setara kas Rp. ( 66.000)


Kas dan setara kas pada awal periode Rp. 336.000
Kas dan setara kas pada akhir periode Rp. 270.000
Skedul tambahan untuk aktivitas investasi dan pendanaan non-kas
..

PT.ABCD
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun yang berakhir per 31 Desember 2011
[Metode Tak Langsung]
Arus Kas dari Aktivitas Operasi:
Laba sebelum Bunga dan Pajak Rp. 2.540.000
Penyesuaian untuk:
Depresiasi Aktiva Tetap Rp. 420.000
Amortisasi Paten 180.000
Rugi Penjualan Bangunan 60.000
Rugi Penjualan Mebel dan Peralatan Kantor 90.000
Laba Operasi Sebelum Perubahan Modal Kerja: Rp. 3.290.000
Kenaikan Piutang Dagang Rp. (36.000)
Penurunan Persediaan 200.000
Kenaikan Utang Wesel 50.000
Penurunan Utang Dagang (45.000)
Kenaikan Utang Biaya Sewa 1.000
Kas yang dihasilkan dari operasi Rp. 3.469.000
Pembayaran kas dari biaya bunga ( 1.123.000)
Pembayaran kas untuk pajak penghasilan ( 341.000)
Arus kas sebelum pos luar biasa Rp. 2.005.000
Pos luar biasa;
Arus Kas Bersih dari Aktivtas Operasi Rp. 2.005.000
Arus Kas dari aktivitas Investasi :
Penjualan Bangunan, Mebel, dan Peralatan Kantor Rp. 1.671.000
Pembelian Investasi Jangka Panjang ( 390.000)
Pembelian Tanah ( 420.000)
Arus Kas Bersih Dari Aktivitas investasi Rp. 861.000

Arus Kas dari aktivitas Pendanaan:


Penarikan kembali saham Rp. (1.200.000)
Pembayaran dividen ( 1.732.000)
Arus Kas bersih untuk aktivitas pendanaan Rp. (2.932.000)

Kenaikan [penurunan] kas dan setara kas Rp. ( 66.000)


Kas dan setara kas pada awal periode Rp. 336.000
Kas dan setara kas pada akhir periode Rp. 270.000

Skedul tambahan untuk aktivitas investasi dan pendanaan non-kas


..

6. ANALISIS KOMPARATIF UNTUK LAPORAN ARUS KAS

Perkiraan Masa Depan

Analisis Data Arus Kemampuan Perusahaan Dlm Membyr


Kas Kewajiban Jk Pendek

Efektif dan
Analisis Thd Operasional Usaha
Efisien

Umumnya, Informasi Kuantitatif dan Finansial


Laporan Keuangan

Diharapkan, Informasi Kualitatif dan Non Finansial

Terdapat 2 (dua) jenis analisis komparatif yang dibahas, yaitu analisis horizontal dan
analisis vertical dengan tujuan agar terlihat korelasi dan trend yang signifikan.

7. ANALISIS HORIZONTAL
Analisis Horizontal menitikberatkan pada
a. Perubahan-perubahan informasi yang terjadi dari period ke periode
b. Menjelaskan apakah penjualan, laba kotor, biaya-biaya dan laba bersih perusahaan
mengalami kenaikan atau penurunan dalam waktu tertentu.
c. Menunjukkan apakah kas dan juga pos laporan keuangan lainnya mengalami kenaikan
atau penurunan selama waktu yang sama.
Perubahan dalam rupiah saja belum cukup menjelaskan sebuah perubahan. Perubahan
dalam prosentase akan menaikan pemahaman para analisis tentang signifikansi dan sifat
perubahan tersebut.
PERUBAHAN PERIODE KE
INFORMASI PERIODE

PENJUALAN, LABA
ANALISIS KENAIKAN /
KOTOR, BIAYA-BIAYA,
HORIZONTAL PENURUNAN
LABA BERSIH

KENAIKAN /
POS KAS / LAINNYA
PENURUNAN

Laporan keuangan komparatif yang menyajikan laporan keuangan perusahaan untuk dua
periode atau lebih berikut ini digunakan dalam analisis horizontal. Perusahaan menyusun
laporan arus kas dengan metode langsung dan menyiapkan rekonsiliasi laba bersih dan arus
kas bersih dari aktivitas operasi.

Tahun yang berakhir per 31 Desember


Uraian
2011 2010 2009
AKTIVITAS OPERASI
Kas diterima dari pelanggan 1.549.848 1.480.776 1.395.667
Kas dibayarkan kepada pemasok dan karyawan (1.361.971) (1.265.058) (1.206.060)
Kas dibayarkan untuk pajak penghasilan (62.576) (55.116) (87.713)
Pendapatan bunga dan dividen diterima 12.071 9.960 10.181
Kas dibayarkan untuk biaya bunga (5.245) (7.129) (6.058)
Kas diterima dari tax refund, termasuk bunga - 20.418 -
Lain-lain 3.036 8.266 8.302
TOTAL ARUS KAS BERSIH AKTIVITAS OPERASI 135.163 192.117 114.319
AKTIVITAS INVESTASI
Penjualan investasi 8.512 - 105.843
Pengeluaran modal (95.814) (82.398) (77.407)
Investasi pada perusahaan non-afiliasi (2.402) (751) (6.690)
Akuasisi-net of cash - (392) (8.134)
Lain-lain 1.541 3.589 1.912
TOTAL ARUS KAS BERSIH AKTIVITAS INVESTASI (88.163) (79.952) 15.524
AKTIVITAS PENDANAAN
Short-term borrowing (repayment) (3.837) 2.587 3.240
Long-term borrowing 3.690 18.400 34
Pembayaran longterm liabilities (20.000) (18.660) -
Pembayaran dividen (55.265) (53.322) (52.257)
Penarikan kembali saham (19.235) (10.327) (86.980)
TOTAL ARUS KAS BERSIH AKTIVITAS PENDANAAN (95.265) (61.322) (135.963)
Pengaruh perubahan kurs (1.289) (796) 579
Kenaikan / penurunan kas dan setara kas (49.554) 50.047 (5.541)
Kas dan setara kas awal 126.147 76.100 81.641
Kas dan setara kas akhir 76.593 126.147 76.100
Tahun yang berakhir per 31 Desember
Uraian
2011 2010 2009
LABA BERSIH 124.646 123.659 190.046
Depresiasi dan amortisasi 62.013 59.473 59.529
Deffered Income taxes (37) (2.716) 3.749
Distribusi laba dari perusahaan non-konsolidasi 2.792 (3.743) (4.178)
Penghentian aktiva tetap - - 14.734
Laba penjualan investasi (6.484) - (101.921)
Perubahan aktiva dan kewajiban lancar
Piutang (2.400) 4.470 (57.034)
Persediaan (30.807) (14.187) (32.244)
Utang dagang dan utang biaya (13.693) 1.780 39.715
Aktiva lancer lainnya (316) 15.304 (2.146)
Kenaikan non-current liabilities 714 1.554 4.126
Pos-pos lainnya-net (1.265) 6.523 (58)
Arus kas bersih dari aktivitas operasi 135.163 192.117 114.319

a. PENDEKATAN BASE-YEAR-TO-DATE

Pendekatan ini menggunakan tahun 2010 sebagai tahun dasar, dimana jumlah masing-
masing pos disajikan sebesar 100%. Jumlah masing-masing pos pada tahun 2011
disajikan dalam bentuk persentase atas dasar tahun 2010. Pendekatan ini cocok
diterapkan untuk analisis horizontal untuk data tiga tahun atau lebih.

Tahun yang berakhir per 31 Desember


Uraian
2011 % 2010 %
AKTIVITAS OPERASI
Kas diterima dari pelanggan 1.549.848 104,7 1.480.776 100
Kas dibayarkan kepada pemasok dan karyawan (1.361.971) 107,7 (1.265.058) 100
Kas dibayarkan untuk pajak penghasilan (62.576) 113,5 (55.116) 100
Pendapatan bunga dan dividen diterima 12.071 121,2 9.960 100
Kas dibayarkan untuk biaya bunga (5.245) 73,6 (7.129) 100
Kas diterima dari tax refund, termasuk bunga - 0 20.418 100
Lain-lain 3.036 36,7 8.266 100
TOTAL ARUS KAS BERSIH AKTIVITAS OPERASI 135.163 70,4 192.117 100
AKTIVITAS INVESTASI
Penjualan investasi 8.512 * - -
Pengeluaran modal (95.814) 116,3 (82.398) 100
Investasi pada perusahaan non-afiliasi (2.402) 319,8 (751) 100
Akuasisi-net of cash - 0,0 (392) 100
Lain-lain 1.541 42,9 3.589 100
TOTAL ARUS KAS BERSIH AKTIVITAS INVESTASI (88.163) 110,3 (79.952) 100
AKTIVITAS PENDANAAN
Short-term borrowing (repayment) (3.837) * 2.587 100
Long-term borrowing 3.690 20,1 18.400 100
Pembayaran longterm liabilities (20.000) 107,2 (18.660) 100
Pembayaran dividen (55.265) 104,8 (53.322) 100
Penarikan kembali saham (19.235) 186,3 (10.327) 100
TOTAL ARUS KAS BERSIH AKTIVITAS PENDANAAN (95.265) 155,4 (61.322) 100
Pengaruh perubahan kurs (1.289) 161,9 (796) 100
Kenaikan / penurunan kas dan setara kas (49.554) * 50.047 100
Kas dan setara kas awal 126.147 165,8 76.100 100
Kas dan setara kas akhir 76.593 60,7 126.147 100

b. PENDEKATAN YEAR-TO-YEAR

Pada pendekatan ini akan menghasilkan informasi yang sama dalam format yang
berbeda, yaitu hanya menyajikan kenaikan atau penurunan dari tahun 2010 ke 2011
dalam persentase. Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis laporan keuangan dua
periode saja. Apabila periode yang dianalisis hanya dua tahun, maka kedua pendekatan
tersebut memberikan hasil yang sama. Sebagai contoh tahun 2011 naik 4,7% disbanding
tahun 2010, demikian juga dengan pos-pos lainnya.
Tahun yang berakhir per 31 Desember
Uraian
2011 2010 Naik (Turun) %
AKTIVITAS OPERASI
Kas diterima dari pelanggan 1.549.848 1.480.776 69.072 4,7
Kas dibayarkan kepada pemasok dan karyawan (1.361.971) (1.265.058) 96.913 7,7
Kas dibayarkan untuk pajak penghasilan (62.576) (55.116) 7.460 13,5
Pendapatan bunga dan dividen diterima 12.071 9.960 2.111 21,2
Kas dibayarkan untuk biaya bunga (5.245) (7.129) (1.884) (26,4)
Kas diterima dari tax refund, termasuk bunga - 20.418 (20.418) (100)
Lain-lain 3.036 8.266 (5.230) (63,3)
TOTAL ARUS KAS BERSIH AKTIVITAS OPERASI 135.163 192.117 (56.954) 29,6
AKTIVITAS INVESTASI
Penjualan investasi 8.512 - 8.512 *
Pengeluaran modal (95.814) (82.398) 13.416 16,3
Investasi pada perusahaan non-afiliasi (2.402) (751) 1.651 219,8
Akuasisi-net of cash - (392) (392) (100)
Lain-lain 1.541 3.589 (2.048) (57,1)
TOTAL ARUS KAS BERSIH AKTIVITAS INVESTASI (88.163) (79.952) 8.211 10,3
AKTIVITAS PENDANAAN
Short-term borrowing (repayment) (3.837) 2.587 (6.424) *
Long-term borrowing 3.690 18.400 (14.710) (79,9)
Pembayaran longterm liabilities (20.000) (18.660) 1.340 7,2
Pembayaran dividen (55.265) (53.322) 2.561 4,8
Penarikan kembali saham (19.235) (10.327) 8.908 86,3
TOTAL ARUS KAS BERSIH AKTIVITAS PENDANAAN (95.265) (61.322) 33.943 55,4
Pengaruh perubahan kurs (1.289) (796) 493 61,9
Kenaikan / penurunan kas dan setara kas (49.554) 50.047 (99.601) *
Kas dan setara kas awal 126.147 76.100 50.047 65,8
Kas dan setara kas akhir 76.593 126.147 (49.554) (30,9)

Bila dibandingkan dengan pendekatan ini, pendekatan base-year-to-date memang lebih


unggul, karena memungkinkan analisis memcermati perubahan relative yang terjadi dalam
kurun waktu tertentu. Laporan ini memberikan penjelasan alas an penurunan dalam kas dan
setara kas tahun 2011 sebesar Rp.49.554, yaitu bahwa kebutuhan modal kerja, pengeluaran
modal, pembayaran Dividen, dan pembelian kembali saham dibiayai dari tiga sumber
pendanaan, yaitu dana yang dihasilkan intern, kas dan setara kas pada awal tahun, dan
pinjaman jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan musiman.

8. ANALISIS TREND
LAPORAN KOMPARATIF 2 Periode

MENGGUNAKAN DIJADIKAN SEBAGAI


TAHUN DASAR PEMBANDING

ANALISIS TREND
MENGUNGKAPKAN
PERUBAHAN

INFORMASI ARAH
PERUSAHAAN

Membandingkan hanya satu tahun dengan tahun lainnya memang dapat memperlihatkan
perbedaan yang tidak lazim, namun perbedaan tersebut mungkin bagian dari sebuah pola
yang signifikan. Sementara itu, perubahan kecil yang tampaknya tidak signifikan bisa jadi
merupakan bagian dari sebuah pola signifikan tersebut, ketika beberapa rangkaian tahun
dikaji. Pengguna laporan keuangan umumnya tertarik pada informasi trend perubahan pos-pos
penjualan, laba bersih, aktiva, atau arus kas.

Tahun yang berakhir per 31 Desember


Uraian
2011 2010 2009
AKTIVITAS OPERASI
Kas diterima dari pelanggan 111 106 100
Kas dibayarkan kepada pemasok dan karyawan 113 105 100
Kas dibayarkan untuk pajak penghasilan 71 63 100
Pendapatan bunga dan dividen diterima 119 98 100
Kas dibayarkan untuk biaya bunga 87 118 100
Kas diterima dari tax refund, termasuk bunga - * -
Lain-lain 37 100 100
TOTAL ARUS KAS BERSIH AKTIVITAS OPERASI 118 168 100

Kas di terima pelanggan mengalami kenaikan secara stabil, kisaran antara 5 6%


termasuk kas yang dibayarkan ke pemasok dan karyawan. Pendekatan ini tidak dapat
menjelaskan apakah kenaikan tersebut berkaitan dengan kenaikan penjualan dan biaya atau
dengan perubahan kebijakan penagihan dan pembayaran.

9. ANALISIS VERTIKAL
HUB FINANCIAL ANTAR POS LAP KEU

U/ LAPORAN
SBG PEDOMAN UMUM
KEUANGAN

% MENGGAMBARKAN
ANALISIS ANALISIS LAP R/L
MASING2 PERAN POS
VERTIKAL DLM PENENTUAN
LABA NET

SAJIAN SETIAP POS


ANALISIS NERACA SECARA % ATAS
AKTIVA, PASIVA,
MODAL

% ATAS DASAR TOTAL


LAP ARUS KAS ARUS MASUK KAS
DARI SEMUA SUMBER

Total kas masuk kas dan setara kas tahun 2011 berasal dari kas masuk bersih aktivitas
operasi sebesar Rp.135.163,-; penjualan investasi Rp.8.512,- [aktivitas investasi], lain-lain
sebesar Rp.1.541,- [aktivitas investasi]; long-term borrowing sebesar Rp.3.690,- [aktivitas
pendanaan], sehingga totalnya sebesar Rp.148.906,- [100%]. Analisis vertical ini untuk
laporan arus kas disajikan sbb;

Tahun yang berakhir 31 Desember


Uraian
2011 % 2010 %

AKTIVITAS OPERASI
Laba bersih 124.646 83,7 123.659 57,1
Depresiasi dan amortisasi 623.013 41,6 59.473 27,4
Deferred income taxes (37) (0,0) (2.716) (1,3)
Distribusi laba perusahaan non-konsolidasi 2.792 1,9 (3.743) (1,7)
Laba penjualan investasi (6.484) (4,4) - -
Perubahan aktiva dan kewajiban lancar :
Piutang dagang (2.400) (1,6) 4.470 40,7
Persediaan (30.807) (20,7) (14.187) (9,5)
Utang dagang dan utang biaya (13.693) (9,2) 1.780 0,8
Aktiva lancer lainnya (316) (0,2) 15.304 7,1
Kenaikan non-current liabilities 714 0,5 1.554 0,7
Lain-lain net (1.265) (0,8) 6.523 3,0
Total arus kas bersih aktivitas operasi 135.163 90,8 192.117 88,7

Tahun yang berakhir per 31 Desember


Uraian % %
2011 2010
AKTIVITAS INVESTASI 5,7 -
Penjualan investasi 8.512 (64,4) - (38,0)
Pengeluaran modal (95.814) (1,6) (82.398) (0,3)
Investasi pada perusahaan non-afiliasi (2.402) - (751) (0,2)
Akuasisi-net of cash - 1,0 (392) 1,6
Lain-lain 1.541 (59,2) 3.589 (36,9)
TOTAL ARUS KAS BERSIH AKTIVITAS INVESTASI (88.163) (79.952)
AKTIVITAS PENDANAAN (2,6) 1,2
Short-term borrowing (repayment) (3.837) 2,5 2.587 8,5
Long-term borrowing 3.690 (13,5) 18.400 (8,6)
Pembayaran longterm liabilities (20.000) (37,5) (18.660) (24,6)
Pembayaran dividen (55.265) (12,9) (53.322) (4,8)
Penarikan kembali saham (19.235) (64,0) (10.327) (28,3)
TOTAL ARUS KAS BERSIH AKTIVITAS PENDANAAN (95.265) (61.322)
Pengaruh perubahan kurs (1.289) (796) (0,4)
Kenaikan / penurunan kas dan setara kas (49.554) 50.047 23,1
Kas dan setara kas awal 126.147 76.100
Kas dan setara kas akhir 76.593 126.147

a. Arus kas bersih yang dihasilkan dari aktivitas operasi meningkat dari 88,7% dari total
kas masuk di tahun 2010 menjadi 90,8% di tahun 2011, yang menunjukkan pertanda
baik. Demikian pula dengan arus kas investasi mencatat hamper 60% [59,2%] dari
total kas masuk, yang sebagian besar didominasi oleh pengeluaran modal.
b. Arus kas aktivitas pendanaan digunakan untuk pembelian kembali saham,
pembayaran dibviden, dan pembayaran kewajiban, yang dibandingkan tahun 2010,
persentase tahun 2011 mengalami kenaikan signifikan. Semua ini mengakibatkan
terjadinya penurunan kas dan setara kas. Tidak seperti yang terjadi tahun 2010, arus
kas bersih dari aktivitas operasi tahun 2011 tidak mampu mendukung aktivitas
investasi dan pendanaan.
Analisis lebih lanjut dapat dilakukan dengan melakukan pembandingan dengan laporan
arus kas periode sebelumnya atau dengan perusahaan lain dalam industry yang sama,
sehingga dapat ditemukan area mana yang memerlukan investigasi lebih lanjut.
Analisis horizontal menekankan lpada perubahan dari setiap pos laporan keuangan dalam
kurun waktu tertentu, sedangkan analisis vertical mengungkapkan hubungan antara suatu
pos tertentu dengan pos yang dijadikan basis.

Anda mungkin juga menyukai