Pervasive
constraint Benefits > Costs
Understandability
User-specific
qualities Decision usefulness
Ingredients of
primary qualities
Predictive Feedback Timeliness Verifiability Representationa
value value l faithfulness
Secondary and
interactive qualities Comparability Neutrality
(Including consistency)
Threshold for
Recognition Materiality
Source: Qualitative Characteristics of Accounting Information. Adapted from Figure 1 in FASB Statement of Financial Accounting
Concepts No. 2 (Stamford, CT: Financial Accounting Standards Board, 1980).
4. KARATERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN
Karateristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam
laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Karakteristik kualitatif laporan keuangan ini meliputi:
a. Business Entity
Konsep Entity disini berarti bahwa kegiatan usaha
sebagai satu kesatuan unit ekonomi yang berdiri sendiri
yang digambarkan dalam sebuah laporan keuangan guna
menggambarkan kegiatan usahanya dalam periode tertentu.
Suatu kegiatan usaha dapat merupakan kumpulan dari para
pemegang saham yang dijalankan tetapi dalam permodalan
terpisah dari harta pribadinya.
c. Time Period
Guna menilai suatu usaha maka suatu laporan keuangan memiliki batas-batas kapan
periode suatu usaha itu dijalankan. Misalnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun usaha.
d. Monetary Unit
Sebagai suatu kesatuan ekonomi maha suatu usaha dalam
menjalankan usaha harus memiliki standar-standar, salah
satunya adalah standar keuangan dalam hal ini dikhususkan satu
kesatuan uang misalnya nilai mata uang yang dipergunakan
misalnya Rupiah atau Dollar US. Maka dilaporan keuanganpun
menggunakan standar moneter yang berlaku diperusahaan
misalnya mata uang Rupiah di tampilan laporan keuangannya.
e. Historical Cost
Setiap kegiatan usaha tentu harus dilakukan suatu proses pencatatan, sedangkan
pencatatan keuangan adalah berdasarkan data/informasi biaya yang telah dijalani oleh
perusahaan, sehingga laporan keuanganpun menggunakan data masa lalu.
f. Realization
Pelaporan suatu laporan keuangan harus menggunakan data yang bersumber pada
informasi yang benar dan sesuai kenyataan dilapangan.
g. Matching
Secara keseluruhan laporan keuangan harus menggambarkan fungsi pengeluaran dan
fungsi pendapatan suatu usaha dalam periode tertentu. Bila suatu usaha terdapat tidak
matching digambarkan dalam suatu laporan Income statement.
h. Consistency
Laporan keuangan menggunakan data dari sumber yang selalu tetap tetapi berbeda
waktu-waktunya. Setiap pembuatan laporan keuangan didasarkan pada kebijakan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan sebagai suatu standar operasional (SOP).
i. Full Disclosure
Format laporan keuangan didasarkan pada semua aktivitas perusahaan tidak terkecuali
harta perusahaan turut diperhitungkan termasuk hutang piutang perusahaan, semua harus
diungkapkan dengan tujuan agar diketahui kondisi perusahaan pada saat tertentu.
j. Materiality
Isi dari laporan keuangan terdiri dari data dalam bentuk nominal uang, baik pecahan
besar maupun kecil tetap memiliki nilai yang secara keseluruhan akan berpengaruh terhadap
potensi perusahaan.
k. Industry Practices
Salah satu ciri laporan keuangan adalah menampilkan situasi perusahaan yang
direpresentasikan dalam nilai nominal uang. Kondisi aktivitas perusahaan yang termasuk
didalamnya posisi proses aktivitas kegiatan yang dimulai proses awal hingga selesai.
l. Transaction Approach
Ciri-ciri lain dari suatu laporan keuangan adalah menampilkan data keuangan yang
merupakan representasi aktivitas transaksi yang terjadi selama periode tertentu.
m. Cash Basis
Metode pengakuan uang kas dalam sistem pencatatan di laporan keuangan, yang
mengakui suatu transaksi telah terjadi apabila terjadi pembayaran secara tunai.
n. Accrual Basis
Berbeda dengan Cash basis, metode pengakuan tersaksi terjadi bila telah disetujui
tersebut, walaupun pembayaran menyusul.
MODUL ACARA PERKULIAHAN
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
BAB 2
1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan secara standar terdiri dari Balance Sheet, Income statement, laporan Cash
flows dan Catatan Tambahan (Footnotes) adalah guna mengevaluasi kondisi keuangan, tingkat
keuntungan/profitability, dan perputaran kas secara keseluruhan, sehingga pemakai memahami
situasi kondisi perussahaan dengan melihat laporan keuangan dan laporan keuangan lainnya.
Dua jenis laporan keuangan (utama) yang umumnya dibuat oleh setiap perusahaan adalah
Neraca dan laporan laba Rugi , yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan
(aktiva, pasiva dan modal) perusahaan pada saat tertentu.
Laporan Laba-Rugi adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai
kemampuan (potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja) selama periode
tertentu.
Meskipun neraca dan laporan Laba Rugi merupakan dua dokumen yang terpisah, akan tetapi
keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling terkait, serta merupakan suatu
siklus. Antara neraca dan laporan laba rugi sering dihubungkan dengan satu laporan yang disebut
laporan perubahan modal (laba ditahan), yang memberikan informasi mengenai perubahan
modal (laba ditahan) selama periode tertentu.
Hubungan antara neraca dan laporan laba rugi secara jelas digambarkan dengan skema
sebagai berikut:
Neraca
Laporan
R/L
a. Balance Sheet (Statement of Financial Position)
Sebuah Balance Sheet dapat menggambarkan kondisi keuangan secara keseluruhan pada
saat tertentu. Balance sheet dibagi kedalam tiga bagian utama yaitu: Assets, sebagai sumber
daya perusahaan; Liabilities, merupakan hutang/kewajiban perusahaan pada pihak lain; dan
Equity, sebagai representasi hak dari pemilki perusahaan.
PASIVA
AKTIVA
EKUITAS
Di bawah ini digambarkan hubungan antara Neraca, Laporan Cash Flow dan Income Statement ,
diperlihatkan dengan arah panah sbb:
Neraca dapat disajikan dengan menggunakan dua bentuk (format), yaitu bentuk rekening
(skontro) dan bentuk laporan (stafel), yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Rekening (Skontro)
Pada bentuk ini, unsur aktiva disajikan pada sisi kiri (debit), sedangkan unsur kewajiban dan
ekuitas disajikan pada sisi kanan (kredit).
PASIVA (kredit)
AKTIVA
(debit)
EKUITAS (kredit)
2) Laporan (Stafel)
Pada bentuk ini baik aktiva, kewajiban maupun ekuitas disajikan secara urut dari atas ke
bawah, yang dimulai dari aktiva, kewajiban dan terakhir ekuitas.
AKTIVA
PASIVA
EKUITAS
The income statement summarizes revenues and expenses and gains and losses,ending
with net income. It summarizes the results of operations for a particular period of time. Net income
is included in retained earnings in the stockholders equity section of the balance sheet. (This is
necessary for the balance sheet to balance.)(Gibson, Charles H, Financial Reporting & Analysis, 8 ed, 40 p).
Bahwa income statement merupakan suatu laporan hasil operasional selama periode tertentu
meliputi penerimaan dan pengeluaran dan keuntungan serta kerugian, diakhiri oleh keuntungan
bersih. Keuntungan bersih yang berhubungan dengan laporan posisi Modal dan berdampak pada
modal (Balance sheet).
Laporan laba rugi dapat disajikan dengan menggunakan dua bentuk, yaitu bentuk single-step
dan bentuk multiple-step, yaitu dapat di jelaskan sebagai berikut:
1) Single-Step
Pada bentuk ini semua penghasilan yang diperoleh dari berbagai kegiatan/aktivitas
dikelompokkan menjadi satu kelompok yang disebut kelompok penghasilan, sedangkan untuk
semua beban dikelompokkan ke dalam satu kelompok yang disebut beban. Penghasilan
bersih (laba) merupakan selisih antara kelompok penghasilan dan total kelompok beban.
2) Multiple-Step
Pada bentuk ini penghasilan bersih (laba) dihitung secara bertahap sesuai dengan aktivitas
perusahaan. Dengan demikian, semua penghasilan dan beban disajikan sesuai dengan
kegiatan/aktivitas, yaitu kegiatan usaha, di luar usaha dan luar biasa.
Khusus penyajian untuk pos luar biasa di dalam laporan rugi laba, terdapat dua perlakuan
(konsep). Pada perlakuan (konsep) yang pertama, pos luar biasa dapat disajikan pada laporan
laba rugi. Sedangkan pada perlakukan (konsep) kedua, pos luar biasa tidak boleh disajikan pada
laporan laba rugi, melainkan disajikan pada laporan perubahan modal (laba ditahan). Konsep yang
menyajikan pos luar biasa pada laporan laba rugi dikenal sebagai konsep All-inclusive dan yang
tidak menyajikan disebut konsep Current Operating Performance.
Bentuk SINGLE-STEP
PT. ABC
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2010
Penjualan/Pendapatan XXXX
Penjualan/Pendapatan XXXX
Harga Pokok XXX (-)
Laba Kotor XXX
Beban Usaha XXX (-)
Laba Usaha XXX
Pendapatan dan Beban di Luar Usaha:
Pendapatan Sewa XX
Biaya Bunga (XX)
Pendapatan dan Beban di Luar Usaha: XXX (-)
Laba Sebelum Pos Luar Biasa XXX
Pos Luar Biasa
Rugi Kebakaran gedung (XXX) (-)
Laba Sebelum Pajak XXXX (-)
Pajak XXX (-)
PT. ABC
Laporan Perubahan Laba Ditahan
Untuk tahun yang Berakhir 31 Desember 2010
Penjualan/Pendapatan XXXX
Harga Pokok XXX (-)
Laba Kotor XXX
Beban Usaha XXX (-)
Laba Usaha XXX
Pendapatan dan Beban di Luar Usaha:
Pendapatan Sewa XX
Biaya Bunga (XX)
Pendapatan dan Beban di Luar Usaha: XXX (-)
Laba Sebelum Pajak XXXX (-)
Pajak XXX (-)
PT. ABC
Laporan Perubahan Laba Ditahan
Untuk tahun yang Berakhir 31 Desember 2010
Menggambarkan posisi modal dari pemiliknya selama periode tertentu, dimulai dengan saldo
modal awal bulan, keuntungan ataupun kerugian yang didapat selama periode tertentu dan saldo
akhir posisi modal dari pemilik usaha. Dan hasil ahirnya dijadikan sebagai penambah atau
pengurang posisi modal di neraca.
d. Statement of Cash Flows (Statement of Inflows and Outflows of Cash)
The statement of cash flows details the inflows and outflows of cash during a specified
period of timethe same period that is used for the income statement. The statement of cash
flows consists of three sections: cash flows from operating activities, cash flows from investing
activities, and cash flows from financing activities. (Gibson, Charles H, Financial Reporting & Analysis, 8 ed,
40p)
Laporan yang menggambarkan posisi uang kas perusahaan pada periode tertentu, yang
ditandai oleh adanya uang masuk ke kas perusahaan (cash in flow) dan adanya penggunaan
uang kas oleh perusahaan (cash out flow), dengan tujuan sebagai alat control bagi perusahaan
dalam mengendalikan penggunaan dan posisi uang kas dalam settiap periode.
e. Footnotes (Notes)
The footnotes to the financial statements are used to present additional information about
items included in the financial statements and to present additional financial information. Footnotes
are an integral part of financial statements. A detailed review of footnotes is essential to
understanding the financial statements. (Gibson, Charles H, Financial Reporting & Analysis, 8 ed, 40p)
Laporan pelengkap dari laporan keuangan standar, misalnya laporan kondisi perusahaan
ditambah informasi data perusahaan sejenis secara quantitatif dengan tujuan sebagai informasi
pembanding bagi perusahaan.
2. Siklus Akuntansi
a. Recording Transactions
A transaction is an event that causes a change in a companys assets, liabilities, or
stockholders equity, thus changing the companys financial position. (Gibson, Charles H, Financial
Reporting & Analysis, 8 ed, 42p)
Transaksi adalah suatu kegiatan yang menyebabkan perubahan dalam aktiva, pasiva atau
modal, demikian pula perubahan pada posisi keuangan perusahaan. Transaksi dapat terjadi
diluar perusahaan maupun di dalam perusahaan. Transaksi di luar melibatkan pihak luar
perusahaan, sementara transaksi intern terjadi di dalam perusahaan. Sebagai contoh, sales
adalah sebuah transaksi luar, sementara itu menggunakan peralatan dari intern. Transaksi
harus dicatat/dibukukan dalam sebuah buku jurnal
Seluruh transaksi dapat dicatat dalam jurnal umum. Bagaimanapun, perusahaan dapat
menggunakan beberapa jurnal khusus untuk mencatat jurnal yang sering terjadi. Jurnal
khusus didesain disesuaikan dengan fungsinya yaitu mencatat / membukukan lebih efisien
yang tidak dapat diperoleh hanya dengan menggunakan jurnal umum. Jurnal umum digunakan
untuk mencatat transaksi yang diluar jurnal khusus.
Kumpulan perkiraan / account menampung informasi keuangan dari pencatata transaksi-
transaksi. Sebagai contoh perkiraan Cash, Land, dan Buildings. Sebuah sistem informasi
akuntansi dapat berupa sistem komputerisasi dan dapat secara sistem manual. Sistem manual
menggunakan T-accounts biasanya dipergunakan bagi penjelasan textbook karena sebuah T-
account adalah format logika/logical format. T-accounts memiliki posisi sisi kiri (debit) dan sisi
kanan (credit). Sebagai contoh T-account sebagai berikut:
Cash
Debit Credit
3. Auditors report
Sebagai seorang Auditor (Akuntan Publik) yang diposisikan independen dalam menguji suatu
laporan informasi akuntansi dari sebuah perusahaan. Sebuah laporan Auditor adalah merupakan
produk laporan standardari suatu pendapat opini Auditor tentang laporan keuangan setelah
melakukan kegiatan pemeriksaan/audit. Opini Auditor dapat dikelompokkan sebagai berikut:
BAB 3
BASICS OF ANALYSIS
1. PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting bagi para pemakai
laporan keuangan dalam rangka pengembilan keputusan ekonomi. Pada sisi lain, ternyata bahwa
karena karakteristiknya, laporan keuangan bukanlah segala-galanya, karena laporan keuangan
memiliki keterbatasan.
Laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan
ekonomi, apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang akan
terjadi di masa mendatang. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses
pembandingan, evaluasi dan analisis trend, akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin
akan terjadi dimasa mendatang. Disinilah arti pentingnya suatu analisis terhadap laporan
keuangan.
Hasil analisis laporan keuangan akan mampu membantu menginterprestasikan berbagai
hubungan kunci dan kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai
potensi keberhasilan perusahaan di masa yang akan datang.
Analisis Laporan Keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam
rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa
sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang
paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.
Tujuan Utama
Posisi Kondisi
Keuangan Estimasi Kinerja
Hasil Operasi Prediksi
Perusahaan Di
Evaluasi
Masa Yad
3. TUJUAN ANALISIS
ALK
Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat dan teknik analisis
pada laporan dan data keuangan dalam rangka untuk memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-
hubungan yang berarti dan berguna dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian
fungsi yang pertama dan yang terutama dari analisis laporan keuangan adalah untuk
mengkonversi data menjadi informasi.
Mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada
6 setiap proses pengambilan keputusan.
Berbagai langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan. Adapun langkah-
langkah yang harus ditempuh tersebut adalah sbb:
7. RATIO ANALYSIS
Rasio keuangan biasanya dinyatakan dalam satuan persentase (%) atau kali. Beberapa
jenis ratio dikelompokkan sebagai berikut:
a. Rasio Likuiditas yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Rasio ini dapat meliputi pula rasio-rasio yang mengukur efisiensi
penggunaan aktiva lancar.
b. Rasio Solvabilitas (struktur modal) yang mengukur tingkat perlindungan para kreditor jangka
panjang.
c. Rasio Return on Investment yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba, relatif dibandingkan dengan aktiva (investasi) yang digunakan.
d. Rasio Pemanfaatan Aktiva (Asset utilization) yang mengukur efisiensi dan efektivitas
penggunaan aktiva dalam mendukung penjualan perusahaan.
e. Rasio Kinerja Operasi (Operating Performance) yang mengukur efisiensi operasi
perusahaan.
f. Investor umumnya tertarik pada kelompok rasio profitabilitas tertentu.
Rasio dapat dihitung dari berbagai kombinasi atau pasangan angka. Dengan menggunakan pos-
pos yang ada pada laporan keuangan, dapat disusun suatu daftar angka rasio yang panjang.
Tidak ada suatu standar tentang jenis dan cara menghitung rasio-rasio tersebut.
31 Desember Perubahan
Neraca
2009 2010 Rupiah %
Kas Rp. 1.300 Rp. 1.200 Rp. (100) (7,69)
Piutang dagang 1.200 1.000 (200) (16,67)
Persediaan 2.200 2.600 400 18,18
Tanah 2.300 3.700 1.400 60,86
Gedung 4.000 4.000 0 0
Mesin 4.000 5.000 1.000 25,00
Akumulasi Depre. (1.000) (1.500) 500 50,00
Total Aktiva Rp. 14.000 Rp.16.000 Rp.2.000 14,29
Utang Lancar Rp. 2.500 Rp. 2.200 Rp. (300) (12,00)
Utang Jk panjang 4.500 6.000 1.500 33,33
Modal 7.000 7.800 800 11,42
Total Utang dan Modal Rp. 14.000 Rp. 16.000 Rp. 2.000 14,29
Perubahan dalam rupiah perlu selalu diketahui agar diperoleh perspektif yang tepat dan
kesimpulan yang valid. Sedangkan perubahan dalam persentase dapat membantu, menentukan
berarti tidaknya (signifikan) perubahan tersebut.
Dari tabel tersebut diketahui bahwa perubahan dalam rupiah membantu analisis untuk
menfokuskan diri pada faktor-faktor kunci yang telah mepengaruhi posisi keuangan dan
profitabilitas perusahaan. Misalnya, selama tahun 2010, tanah mengalami peningkatan sebesar
Rp,1.400.000, yang diimbangi dengan peningkatan utang jangka panjang sebesar Rp.1.500.000.
9. ANALISIS TREND
Analisis trend merupakan salah satu teknik analisis laporan keuangan dan termasuk
metode analisis horizontal. Analisis ini menggambarkan kecenderungan perubahan suatu pos
laporan keuangan selama beberapa periode (dari tahun ke tahun), Pada teknik analisis ini, data
laporan keuangan untuk beberapa periode dinyatakan dalam satuan persentase atas dasar tahun
dasar.
Neraca dan laporan laba-rugi yang disusun dalam persentase trend dapat memberikan
informasi mengenai tingkat pertumbuhan masing-masing pos laporan keuangan dari tahun ke
tahun.
Contoh:
Tahun (Rupiah)
Uraian
2006 2007 2008 2009 2010
Penghasilan 100.000 115.000 130.000 145.000 160.000
Harga Pokok Penjualan 80.000 92.000 104.000 116.000 128.000
Laba Kotor 20.000 23.000 26.000 29.000 32.000
Biaya-biaya 10.000 11.500 13.000 16.000 18.000
Laba Bersih 10.000 11.500 12.500 13.000 13.200
Tahun (%)
Uraian
2006 2007 2008 2009 2010
Penghasilan 100% 115% 130% 145% 160%
Harga Pokok Penjualan 100% 115% 130% 145% 160%
Laba Kotor 100% 115% 130% 145% 160%
Biaya-biaya 100% 115% 135% 160% 188%
Laba Bersih 115% 125% 130% 132%
Saldo masing-masing pos pada tahun dasar (untuk kasus ini tahun 2006) dinyatakan
dalam persentase trend sebesar 100%, sedangkan saldo pos yang sama untuk tahun-tahun
selanjutnya dinyatakan dalam persentase atas dasar tahun dasar.
Jadi untuk pos penjualan tahun 2006 misalnya, bila dinyatakan dalam persentase menjadi:
Dari analisis, tampak bahwa tingkat peertumbuhan penjualan selama lima tahun terakhir
stabil, yaitu sebesar 15% per tahun. Pertumbuhan penjualan ini ternyata tidak proporsional dengan
tingkat pertumbuhan laba bersih, yang justru cenderung menurun (khususnya sejak tahun 2006).
Penurunan tingkat pertumbuhan laba bersih ini disebabkan oleh naiknya tingkat pertumbuhan
pada pos biaya, khususnya tahun 2006.
10. COMMON-SIZE ANALYSIS
PT. ABC
Neraca Komparatif Dalam Persentase Per-komponen
Pe 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)
Pos-pos di dalam neraca dikatagorikan menjadi dua, yaitu aktiva dan pasiva. Masing-
masing katagori ini (total aktiva dan total pasiva) dinyatakan sebesar 100%, sedangkan masing-
masing pos yang termasuk pada maasing-masing kategori dinatakan dalam persentase atas dasar
total aktiva atau pasiva (kategori). Jadi pos Kas yang 31 Des 2009 yang bersaldo Rp.1.300,- bila
dinyatakan dalam persentase komponen menjadi:
= Saldo Kas x 100%
Total Aktiva
= Rp. 1.300 x 100%
Rp.14.000
= 9,29%
Dari neraca yang disusun dalam persentase per-komponen tersebut, tampak bahwa
selama dua tahun, telah terjadi perubahan pada komposisi, baik aktiva (misalnya kas, persediaan)
maupun pasiva (misalnya utang jangka panjang).
Pada umumnya, dana dapat diartikan sebagai kas (dan setara kas) atau modal kerja.
Analisis sumber dan penggunaan dana, dimana dana diartikan sebagai kas, sangat berguna untuk
melihat aliran kas (cashflow) yang terjadi pada perusahaan selama periode tertentu.
Dengan menggunakan teknik (alat) analisis sumber dan penggunaan dana ini (analisis
aliran kas), pengelola perusahaan akan memperoleh informasi mengenai sebab-sebab trjadinya
surplus (defisit) kas selama periode tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan tentang kas.
31 Desember Analisis
Neraca
2009 2010 Sumber Penggunaan
Kas Rp. 1.300 Rp. 1.200 Rp. 100 Rp.
Piutang dagang 1.200 1.000 200 -
Persediaan 2.200 2.600 - 400
Tanah 2.300 3.700 1.000
Gedung 4.000 4.000 -
Mesin 4.000 5.000 1.400
Akumulasi Depre. (1.000) (1.500) 500 -
Total Aktiva Rp. 14.000 Rp.16.000
Utang Lancar Rp. 2.500 Rp. 2.200 - 300
Utang Jk panjang 4.500 6.000 1.500 -
Modal 7.000 7.800 800 -
Total Utang dan Modal Rp. 14.000 Rp. 16.000 Rp.3.100 Rp. 3.100
Pedoman pembuatan analisis sumber dan penggunaan kas (analisis aliran kas) ini adalah
sbb:
1. Untuk pos-pos aktiva (kecuali pos kas), bila terjadi kenaikan aktiva (saldo per 31 Desember
2010 lebih besar dibanding saldo per 31 Desember 2009, berarti telah terjadi aliran kas keluar
(cash out-flow), karena adanya penggunaan kas untuk pembelian aktiva tersebut. Sebaliknya
bila terjadi penurunan, berarti telah terjadi aliran kas masuk (cash in-flow) yang berasal dari
penjualan aktiva tersebut.
2. Untuk pos-pos utang dan modal berlaku aturan sebaliknya. Bila terjadi kenaikan utang atau
modal (saldo per 31 Desember 2010 lebih besar dibanding saldo per 31 Desember 2009),
berarti telah terjadi aliran kas masuk (cash in-flow), akrena adanya penerimaan kas dari
penerbitan utang atau setoran modal. Sebaliknya bila terjadi penurunan, berarti telah terjadi
aliran kas keluar (cash out-flow) yang digunakan untuk pelunasan utang atau penarikan
kembali modal.
Dari tabel ini tampak bahwa selama tahun 2010, telah terjadi penurunan kas sebesar
Rp.100.000. Hal ini disebabkan karena selama tahun tersebut, telah terjadi penggunaan kas
sebesar Rp.3.100.000 sementara sumber kas hanya sebesar Rp.3.000.000. Penggunaan kas
yang menonjol selama tahun 2010 adalah untuk pembelian tanah sebesar Rp.1.000.000 dan
pembelian mesin sebesar Rp.1.400.000. Sedangkan sumber kas yang menonjol adalah
penerbiatan utang jangka panjang Rp.1.500.000.
MODUL ACARA PERKULIAHAN
BAB 4
ANALISIS RASIO
1. PENDAHULUAN
Keputusan perusahaan yang umum dan senantiasa harus diambil adalah
Keputusan
Operasional /
Keputusan Operating
Pendanaan /
Keputusan Pembiayaan
Investasi / (Financing)
Investing
Hasil dari ketiga keputusan penting tersebut dicerminkan pada laporan keuangan utama yang
dihasilkan oleh perusahaan, yaitu neraca dan laporan laba-rugi.
a. Aktiva mencerminkan hasil keputusan investasi, yang meliputi jenis, kegunaan dan
besarnya (proporsi) investasi.
b. Pasiva mencerminkan hasil keputusan pendanaan, yang meliputi pula jenis, kegunaan
dan besarnya masing-masing sumber dana.
c. Sementara itu, perhitungan laba-rugi, dapat dilihat sebesar efektif penggunaan aktiva
untuk mendukung penjualan dan seberapa baiknya laba yang diperoleh dapat digunakan
untuk memberikan imbalan kepada para pemilik dana dan sebagai sumber dana untuk
investasi atau ekspansi.
Kekuatan
Kelemahan
AREA ANALISIS
Mengukur kemampuan
Solvabilitas Kewajiban jk Panjang
perusahaan
Return On
Tingkat pengembalian investasi
Investment
31 Desember
Uraian
2010 2009
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas dan Bank Rp. 431 Rp. 377
Deposito 51.429 19.000
Piutang Dagang 29.535 17.462
Piutang Lain-lain 4.022 3.570
Persediaan 55.190 51.549
Persekot Biaya 1.683 1.823
Total Aktiva lancar Rp. 142.290 Rp. 93.781
Aktiva Tetap Bersih Rp. 511.480 Rp. 533.522
Aktiva lain-lain
Pekerjaan dlm pelaksanaan Rp. 16.154 Rp. 32.207
Biaya Ditangguhkan 22.854 25.264
Aktiva Lainnya 4.544 4.341
Total Aktiva lain-lain Rp. 43.552 Rp. 61.812
TOTAL AKTIVA Rp. 697.322 Rp. 689.115
Tahun
Uraian
2010 2009
Penjualan Rp. 217.332 Rp. 154.831
Harga Pokok Penjualan 153.231 130.456
Laba kotor Rp. 64.101 Rp. 24.375
Biaya Usaha 1.442 2.999
Laba usaha Rp. 62.659 Rp. 21.376
Pendapatan (Biaya) lain-lain
Pendapatan Bunga Rp. 1.589 Rp. 803
Biaya Bunga (7.087) (7.066)
Kerugian Kurs (221) (105)
Biaya lain-lain (2.741) (934)
Laba Diluar Usaha Rp. (8.460) Rp. (7.302)
Laba Sebelum pajak Rp. 54.199 Rp. 14.074
Pajak penghasilan Rp. 12.195 Rp. 3.167
Laba bersih Rp. 42.004 Rp. 10.907
Laba Bersih per saham Rp. 0,17 Rp. 0,04
3. RASIO LIKUIDITAS
Likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor jangka pendek. Untuk mengukur
kemampuan ini, biasanya digunakan angka rasio modal kerja, current ratio, acid-test/quick
ratio, perputaran piutang (account receivable turnover), dan perputaran persediaan (inventory
turnover).
a. Modal Kerja
Modal kerja merupakan selisih antara total aktiva lancar dan utang lancar.
Jumlah modal kerja menunjukkan jumlah aktiva yang dibelanjai dari sumber dana jangka
panjang, yang tidak memerlukan pembayaran kembali dalam jangka pendek. Makin besar
angka modal kerja ini, berarti makin besar tingkat proteksi kreditor jangka pendek, dan
makin besar kepastian bahwa utang jangka pendeknya akan dilunasi tepat waktu.
2010 2009
Total Aktiva Lancar (A) Rp. 142.290 Rp. 93.781
Total Hutang Lancar (B) 39.216 35.778
b. Current Ratio
Current ratio sangat berguna untuk mengukur likuiditas perusahaan. Aktiva
lancar menggambarkan alat bayar dan diasumsikan semua aktiva lancar benar-benar bisa
digunakan untuk membayar. Sedangkan utang lancar menggambarkan yang harus
dibayar dan diasumsikan semua utang lancar benar-benar harus dibayar.
Dibandingkan dengan tahun 2009, current ratio tahun 2010 mengalami kenaikan, yang
berarti likuiditas juga mengalami kenaikan.
c. Acid-Test Ratio
Acid-Test Ratio atau quick ratio dirancang untuk mengukur seberapa baik
perusahaan dapat memenuhi kewajibannya, tanpa harus melikuidasi atau terlalu
tergantung pada persediaannya. Persediaan tidak bisa sepenuhnya diandalkan, karena
persediaan bukanlah sumber kas yang bisa segera diperoleh, dan bahkan mungkin tidak
mudah dijual lpada kondisi ekonomi yang lesu.
2010 2009
Kas dan Bank Rp. 431 Rp. 377
Deposito 51.429 19.000
Piutang Usaha 29.535 17.462
Piutang Lain-lain 4.022 3.570
Total Quick Assets Rp. 85.417 Rp. 40.409
Dibanding dengan tahun 2009, acid-test ratio PT.ABCD tahun 2010 mengalami
kenaikan, yang berarti likuiditas juga mengalami kenaikan. Seperti halnya pada current
ratio, angka acid-test ini juga perlu dicermati masing-masing komponennya, untuk
memastikan bahwa semua komponen tersebut memang benar-benar likuid.
Penjualan (Kredit)
Perputaran Piutang =
Rata-rata Piutang
Jumlah Hari Per tahun
Jumlah Hari Piutang =
Perputaran Piutang
Hal lain yang harus dievaluasi adalah
Kepada siapa piutang dagang ini diberikan ?
Piutang dagang dapat juga dijual atau dijaminkan (Factoring dan Pledging)
Penjualan (Kredit)
Perputaran Piutang =
(Saldo A/R Awal+ Saldo A/R Akhir)/2
Rp.217.332
9,25 kali =
(Rp.17.462+Rp.29.535)/2
Jumlah Hari Per tahun
Jumlah Hari Piutang =
Perputaran Piutang
365
39,46 Hari =
9,25
Baik tidaknya angka jumlah hari piutang sebesar 40 hari ini sangat bergantung pada
termin kredit yang ditawarkan perusahaan kepada para pelanggannya. Jika misalnya
termin kredit yang diberikan adalah 30 hari, maka periode penagihan selama 40 hari ini
dapat dikatakan cukup baik. Akan tetapi, jika termin kredit yang diberikan adalah 10 hari
maka periode penagihan 40 hari ini memberikan petunjuk adanya masalah pada fungsi
penagihan atau pada manajemen kredit perusahaan.
e. Perputaran Persediaan
Sebagai bagian dari aktiva, maka persediaanpun harus diuji apakah likuid ataukah
tidak. Analisis rasio perputaran persediaan digunakan untuk mengukur berapa kali
persediaan perusahaan telah dijual selama periode tertentu, misalnya selama tahun
tertentu. Rasio perputaran persediaan dan jumlah hari persediaan ini dihitung sbb:
Perputaran Persediaan < --- persediaan yang sudah usang atau persediaan yang
terlalu tinggi
Perputaran Persediaan > --- tingkat persediaan tidak cukup
4. RASIO SOLVABILITAS
Solvabilitas perusahaan menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan ini adalah debt-to-equity ratio dan time interest earned.
Kredit Jangka
Kemampuan membayar bunga
Pendek
a. Debt-to-Equity Ratio
Dalam rangka mengukur resiko, kreditor tidak mengesampingkan keseimbangan
antara proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik
perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang.
Keseimbangan ini diukur menggunakan rasio debt-to-equity sbb:
Total Utang
Debt-to-Equity =
Total Modal
Tahun 2010
Rp.183.983
0,36 : 1 =
Rp.513.339
Tahun 2009
Rp.192.939
0,39 : 1 =
Rp.496.176
Menunjukkan bahwa jumlah aktiva yang didanai oleh kreditor untuk setiap Rp.1,00
aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan. Untuk tahun 2009, kreditor PT.ABCD
memberikan sebesar Rp.0,39 untuk setiap Rp.1,00 aktiva yang didanai oleh pemilik. Untuk
tahun 2010, kreditor memberikan jumlah yang lebih sedikit.
Kreditor jangka panjang pada umumnya lebih menyukai angka debt-to-equity ratio
yang kecil. Makin kecil angka rasio ini, berarti makin besar jumlah aktiva yang
didanai oleh pemilik perusahaan, dan makin besar penyangga resiko kreditor.
Tidak ada pedoman pasti tentang besarnya angka rasio ini yang dikatakan baik.
Pada umumnya, laba dipandang cukup untuk melindungi kreditor bila rasio ini besarnya 2
kali atau lebih. Sebelum mengambil kesimpulan final, sebaiknya dilihat terlebih dahulu
kecenderungan laba perusahaan, dan kemudian menentukan seberapa mudahnya
perusahaan dipengaruhi oleh perubahan musiman ekonomi.
Laba yang dipakai adalah laba sebelum bunga, setelah pajak, untuk
menggambarkan besarnya laba yang diperoleh perusahaan sebelum didistribusikan baik
kepada kreditor maupun pemilik perusahaan.
Apabila tarif pajak rata-rata untuk tahun 2010 adalah
Pajak Penghasilan
Tarif Pajak Rata-rata =
Laba Sebelum Pajak
Rp.12.195
22,5 % =
Rp.54.199
Perhitungan Return on Total Assets PT.ABCD tahun 2010 adalah:
Selama tahun 2010 PT.ABCD mampu memperoleh kembalian investasi sebesar 6,85
% dari rata-rata total aktiva yang digunakannya.
Rp.496.176.000 + Rp.513.339.000
Rp.504.757.500 =
2
Dibandingkan dengan angka rasio ROA (6,85%), angka ROE ini lebih besar
(8,32%). Hal ini dapat terjadi karena adanya prinsip financial laverage atau trading on
the equity, hal ini juga memberikan indikasi bahwa sampai batas-batas tertentu,
perusahaan yang berutang justru dapat menguntungkan pemegang saham.
6. RASIO PEMANFAATAN AKTIVA
Rasio Pemanfaatan Aktiva ( Assets Utilization Ratio) digunakan untuk mengukur efisiensi
dan efektivitas pemanfaatan aktiva dalam rangka memperoleh penghasilan tersebut, karena
pada prinsipnya setiap aktiva yang diliki perusahaan diharapkan dapat mendukung perolehan
penghasilan yang menguntungkan.
Penjualan
Perputaran Aktiva =
Aktiva Rata-rata
PT. ABCD
Penjualan
Perputaran Aktiva =
(Saldo Akhir dari Total Aktiva Thn x1 + Saldo Awal dari Total Aktiva Thn x0 )
2
Rp.217.322
0,31 kali =
(Rp.697.322+Rp.689.115) / 2
Penjualan
Perputaran Modal Kerja =
Modal Kerja Rata-rata
((93.781-35.778)+(142.290-39.216))
Rp.80.539 =
2
Rp.217.322
2,69 kali =
Rp.80.539
Penjualan
Perputaran Aktiva Tetap =
Aktiva Tetap Rata-rata
Rata-rata aktiva tetap PT.ABCD untuk tahun 2010 adalah Rp.522.501 (saldo total
aktiva akhir Rp.511.480 ditambah saldo awal Rp.533.522 dibagi dua). Dengan demikian,
rasio perputaran aktiva tetap tahun 2010 adalah 0,42 kali (Rp.217.322/Rp.522.501)
Penjualan
Perputaran Aktiva Lain-lain =
Aktiva Lain-lain Rata-rata
Rata-rata aktiva lain-lain PT.ABCD untuk tahun 2010 adalah Rp.52.682 (saldo
total aktiva akhir Rp.43.552 ditambah saldo awal Rp.61.812 dibagi dua). Dengan
demikian, rasio perputaran total aktiva lain-lain tahun 2010 adalah 4,13 kali
(Rp.217.322/Rp.52.682).
Laba Kotor
Laba Kotor Terhadap Penjualan =
Penjualan
PT.ABCD tahun 2010
Rp.64.101
29,49 % =
Rp.217.332
Rasio ini sebaiknya dianalisis dengan cara dibandingkan dengan angka rata-rata
industri atau dengan melihat trend-nya.
Bagi perusahaan dagang dan manufaktur, angka rasio gross profit margin yang rendah
menandakan bahwa perusahaan tersebut rawan terhadap perubahan harga, bagi harga
jual maupun harga pokok. Berarti bahwa apabila terjadi perubahan pada harga jual atau
harga pokok. Berarti apabila terjadi perubahan pada harga jual atau harga pokok,
perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap laba perusahaan.
Laba Bersih
Rasio Laba Bersih/Penjualan =
Penjualan
PT.ABCD
Rp.42.004
19,33 % =
Rp.217.322
Meskipun rasio ini diharapkan tinggi, akan tetapi karena adanya kekuatan
persaingan industri, kondisi ekonomi, pendanaan utang, dan karakteristik operasi, maka
rasio ini biasanya berbeda diantara perusahaan.
Kombinasi rasio gross profit margin dan net profit margin akan dapat memberikan
informasi yang berharga mengenai struktur biaya dan laba perusahaan, serta
memungkinkan para analis untuk melihat sumber efisiensi dan ketidak efisienan
perusahaan.
Laba Usaha
Laba Usaha Terhadap Penjualan =
Penjualan
PT.ABCD
Rp.62.659
28,83 % =
Rp.217.332
d. Rasio Harga Pokok Penjualan Terhadap Penjualan dan Biaya Usaha Terhadap
Penjualan
8. RASIO INVESTOR
a. Earning Per Common Share
b. Pos Luar Biasa
c. Struktur Modal yang Kompleks
d. Price/Earning Ratio
e. Percentage of Earning Retained
f. Dividend payout dan Dividend Yield Ratio
g. Book Value Per Share
MODUL ACARA PERKULIAHAN
BAB 5
1. PENDAHULUAN
Fokus Bahasan
Pengertian
Pembahasan mencakup baik untuk perusahaan yang hanya menjual satu jenis produk (single
product) maupun yang menjual lebih dari satu jenis produk (multiple product).
2. PENGERTIAN
Laba Kotor (Gross Profit/Gross Margin) adalah selisih antara Penjualan dengan Harga
Pokok Penjualan.
ANGGARAN REALISASI
REALISASI REALISASI
PERIODE PERIODE
BERJALAN SEBELUMNYA
Dari data ini dapat dilihat bahwa dibanding anggaran, penjualan realisasi 2,4 %
lebih tinggi (naik). Sedangkan harga pokok penjualannya 2,8 % lebih tinggi dibanding
anggarannya (naik). Kenaikan harga pokok penjualan lebih besar dibanding kenaikan
penjualannya. Oleh karena itu gross profit ratio mengalami penurunan dari 20 % menjadi
19,70 %. Penurunan laba kotor sebesar Rp.1.200,00 ini menunjukkan penurunan 0,8%
dari yang dianggarkan.
Dari contoh di atas tampak hal buruk yang berpotensi berkembang di perusahaan
tersebut, yang dapat terlihat pada terjadinya penurunan gross profit ratio di satu sisi
(dari 20% menjadi 19,70%) dan kenaikan cost of sales ratio pada penjualan sisi lain
(dari 80% menjadi 80,30%).
Setiap perubahan pada cost of sales ratio dan gross profit ratio tersebut harus
dianalisis lebih jauh ke dalam kemungkinan selisih-selisih berikutnya:
1) Pada selisih volume final, efek perubahan volume fisik masing-masing produk yang
dijual (saling independen) dihitung.
2) Selisih komposisi, efek perubahan volume fisik untuk produk yang lebih
menguntungkan dan atau kurang menguntungkan dihitung.
3) Selish volume final dan selisih komposisi tidak akan mempunyai arti bila produk-
produk tersebut bukan substitusi (tidak saling bersubstitusi (tidak saling bersubstitusi),
meskipun secara matematis selisih-selisih tersebut dapat dihitung.
Meskipun laba kotor yang direalisir sama dengan laba kotor yang dianggarkan, akant etapi
analisis tetap harus dilakukan (mengingat pangsa pasar perusahaan ternyata tidak mampu
mencapai yang dianggarkan). Analisis terhadap laba kotor yang dianggarkan dan yang
direalisir secara rinci dilakukan untuk selisih-selisih sbb:
Selisih harga jual (sales price variance)
Selisih volume penjualan (sales volume variance) ditambah selisih volume harga pokok
(cost volume variance) yang dipecah ke dalam selisih :
Selisih volume penjualan final (final sales volume variance) dan
Selisih komposisi penjualan (sales mix variance)
Selisih harga-harga pokok (cost price variance)
Selisih hargajual ini dihitung dengan cara mengalikan volume realisasi dengan perbedaan
harga jual per unit masing-masing produk (perbedaan harga jual per unit adalah selsih antara
harga jual per unit anggaran dan realisasi). Dari perhitungan ini tampak bahwa selsih harga
jual untuk produk H menguntungkan (laba), sementara untuk produk G tidak menguntungkan
(rugi). Secara keseluruhan, selisih harga jual bersifat menguntungkan.
Selisih harga pokok ini dihitung dengan cara mengalikan volume realisasi dengan
perbedaan harga pokok per unit masing-masing produk (perbedaan harga pokok per unit
adalah selsih antara harga pokok per unit anggaran dan realisasi). Dari perhitungan ini
tampak bahwa selisih harga pokok untuk produk G tidak menguntungkan (rugi), sementara
untuk produk H tidak terjadi selsih (realisasi mampu mencapai anggaran). Secara
keseluruhan, selisih harga pokok bersifat tidak menguntungkan.
Selisih Volume
Volume Volume Laba Kotor
Produk Selisih Volume L/R
Anggaran Realisasi Anggaran
G 10.000 15.000 Rp.230,00 Rp.1.150.000 L
H 15.000 10.000 240,00 1.200.000 R
Total Rp.50.000 L
Selisih volume ini, dimana produk bersifat non-substitusi, terjadi karena volume realisasi
tidak sama dengan volume yang dianggarkan. Dengan demikian, selsih volume dihitung
dengan cara mengalikan perbedaan volume tersebut dengan laba kotor per unit anggaran
masing-masing produk. Dari perhitungan ini tampak bahwa selisih volume untuk produk G
menguntungkan (laba), sementara untuk produk H selsihnya tidak menguntungkan. Secara
keseluruhan, selsih volume bersifat tidak menguntungkan.
Apabila produk G dan H tersebut merupakan produk substitusi, maka selisih volume final
dapat dihitung dengan cara mengalikan antara laba kotor rata-rata anggaran dan perbedaan
antara volume dianggarkan dan volume yang direalisir. Laba kotor rata-rata anggaran dihitung
dengan cara sbb:
Rp.5.900.000,00
Rp.236,00 per unit =
25.000
Sedangkan selisih volume final (pure final volume variance) dihitung sbb:
Selisih
Volume Volume
Produk Laba Kotor Selisih Volume L/R
Anggaran Realisasi
Anggaran*
G 10.000 15.000 Rp.6,00 Rp.30.000 R
H 15.000 10.000 -4,00 20.000 R
Total Rp.50.000 R
*) Produk G = Rp.236,00 Rp.230,00 = Rp.6,00
Produk Q = Rp.236,00 Rp.240,00 = -Rp.4,00
Xxxxxx
2009 2010
Unit Total Unit Total
Penjualan 2.000 Rp.6.000.000 2.200 Rp. 6.380.000
Harga Pokok Penjualan 2.000 5.000.000 2.200 6.050.000
Laba Kotor Rp.1.000.000 Rp. 330.000
Selisih harga jual, harga pokok dan volume penjualan dihitung sbb:
Selisih harga jual terjadi, karena harga jual per unit tahun 2010 (sebagai harga
realisasi) tidak sama dengan harga jual per unit tahun 2009 (sebagai harga standar). Oleh
karena harga realisasi (Rp. 2.900,00) lebih kecil dari harga standar (Rp.3.000,00), maka
selsih harga jualnya tidak menguntungkan (rugi)
Selisih volume penjualan terjadi karena volume penjualan tahun 2010 (realisasi) tidak
sama dengan volume tahun 2009 (standar). Oleh karena volume realisasi (2.200 unit)
lebih besar dibanding volume standar (2.000 unit), maka selsih volumenya
menguntungkan (laba).
Seperti halnya pada selisih harga jual, selisih harga pokok terjadi karena harga
pokok per unit realisasi (tahun 2010) tidak sama dengan harga pokok per unit standar
(tahun 2009). Sedangkan selisih volume harga pokok merupakan perbedaan antara
volume harga pokok tahun 2010 (2.200 unit) dan volume harga pokok tahun 2009 (2.000
unit). Selisih harga pokok tidak menguntungkan (harga pokok realisasi Rp.2.750 lebih
besar dari harga pokok standar Rp.2.500), dan selisih volume harga pokok tidak
menguntungkan (volume harga pokok realisasi 2.200 unit lebih besar dari volume harga
pokok standar 2.000 unit).
Total selish laba kotor sebesar Rp.670.000 tidak menguntungkan (laba kotor
tahun 2008 Rp. 330.000 dibanding laba kotor tahun 2009 Rp.1.000.000), dapat diringkas
sbb:
Dibanding tahun 2009, penjualan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp.
2.000,00 dan harga pokok penjualan meningkat dengan Rp. 60.000,00, sehingga laba
kotor mengalami penurunan sebesar Rp.62.000,00.
Data tambahan tentang harga jual perunit, harga pokok perunit dan volume penjualan sbb:
Hasil analisis ini telah dapat menjelaskan alasan atau sebab-sebab penurunan laba kotor
sebesar Rp.62.000 sbb:
Rp. 262.500,00
Rp. 25,00 per unit =
10.500
Laba kotor rata-rata perunit produk yang dijual tahun 2009 Rp.25,00 ini bila
dikalikan dengan jumlah unit yang dijual tahun 2010 (10.400 unit), akan menghasilkan
laba kotor sebesar Rp.260.000,00, yang merupakan laba kotor yang akan dicapai bila
semua unit tersebut dijual pada laba kotor rata-rata per unit tahun 2009.
Selisih komposisi dan selisih volume final dapat dihitung dengan cara sbb:
Selisih Komposisi
Catatan:
Selisih komposisi Rp.11.000,00 (Rugi)
Selisih volume final Rp. 2.500,00 (Rugi)
Selisih volume bersih Rp.13.500,00 (Rugi)
Selisih kompisisi dan selsih volume final tersebut juga dapat dihitung dengan cara sbb:
Selisih Komposisi
Penjualan 2010 Pada Komposisi
Laba Kotor Per Selisih
Produk Tahun
Unit 2009 Komposisi
2010 2009
X 5000 unit 5943 unit Rp. 30,00 Rp. 28.285 R
Y 4200 unit 3467 unit 20,00 14.660 L
Z 1200 unit 990 unit 12,50 2.625 L
Total 10.400 unit 10.400 unit Rp. 11.000 R
BAB 6
1. PENDAHULUAN
Beberapa hal pertanyaan seputar laporan keuangan yang sering muncul, misalnya
Laporan keuangan seperti Neraca, Laporan Laba-Rugi, dan saldo Laba seringkali gagal
menjawab berbagai pertanyaan tersebut. Untuk dapat menjawab berbagai pertanyaan tersebut,
perusahaan masih memerlukan suatu laporan keuangan yang disebut Laporan Arus Kas, yang
merupakan bagian integral [tak terpisahkan] dari laporan keuangan yang lengkap.
The statement of cash flows details the inflows and outflows of cash during a specified
period of timethe same period that is used for the income statement. The statement of cash
flows consists of three sections: cash flows from operating activities, cash flows from investing
activities, and cash flows from financing activities. (Gibson, Charles H, Financial Reporting & Analysis, 8 ed,
40p)
Investasi pada
Kebutuhan Kas dari
piutang pelanggan
Setiap Aktivitas
dan persediaan
Pendanaan
Konsep Akuntansi
LABA PSAK Dikeluarkan oleh IAI
Dalam
menggunakan Arus
kas
Menilai Kebutuhan
Perusahaan
Dalam membayar
ARUS KAS kewajibannya
Perubahan
Kas/setara
Informasi Historis
Efektivitas Investasi
dan Pendanaan
Kegunaan Arus Kas Dihubungkan Dengan Laporan Keuangan [Neraca, Laporan Laba Rugi,
Laporan Saldo Laba] maka akan memiliki manfaat sbb;
1. Mengetahui perubahan aktiva bersih, struktur keuangan dan kemampuan mempengaruhi arus
kas.
2. Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas.
3. Dapat menggunakan informasi arus kas historis sebagai indicator jumlah waktu, dan
kepastian arus kas masa depan.
4. Meneliti kecermatan taksiran arus kas masa depan dan menentukan hubungan antara
profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga.
Pengelua
ran Kas
Penerimaan
Kas
Arus kas baik kas masuk [cash inflow] maupun kas keluar [cash outflow] untuk masing-masing
klasifikasi tersebut disajikan sbb:
AKTIVITAS OPERASI
Kas Masuk (Cash-inflow)
Penjualan barang dagangan
Penjualan royalty, komisi, fee dan imbalan lain
Pendapatan bunga dan dividen
Pos-pos Laba Rugi
Kas Keluar (Cash-outflow)
Pembayaran kepada pemasok barang dan jasa
Pembayaran gaji karyawan
Pembayaran pajak
Pembayaran bunga dan biaya-biaya lainnya
INVESTASI
Kas Masuk (Cash-inflow)
Penjualan aktiva tetap
Pos-pos
Penjualan investasi jangka panjang
Aktiva Tidak Lancar
Kas Keluar (Cash-outflow)
Pembelian aktiva tetap
Pembelian investasi jangka panjang
Pos-pos Utang
PENDANAAN Jangka Panjang
Kas Masuk (Cash-inflow) dan Modal
Penerbitan saham baru
Penerbitan investasi jangka panjang [mis; obligasi]
Kas Keluar (Cash-outflow)
Pembayaran dividen
Penarikan kembali saham [treasury stock]
Pembayaran utang jangka panjang
a. METODE LANGSUNG
Adalah metode yang hanya terdiri dari arus kas operasi yang dikelompokkan menjadi 2
katagori yaitu penerimaan kas dan pengeluaran kas. Dan pada dasarnya metode
langsung merupakan laporan laba-rugi, berbasis tunai atau kas.
Arus kas dari aktivitas operasi ini dihitung dari jumlah pendapatan (penghasilan) dan
beban (biaya), disesuaikan dengan perubahan rekening aktiva atau hutang lancar yang
berkaitan.
Contoh, penerimaan kas dari pelanggan dihitung dengan perubahan piutang dagang
(usaha). Perhitungan konversi dilakukan dengan menggunakan formula :
Penyesuaian untuk perubahan-perubahan rekening aktiva lancar atau utang lancar berlaku
ketentuan sbb:
Rp.xxxxx
Laba (Rugi) dari aktivitas investasi dan pendanaan
(+) Rugi (Loss) Rp.xxxxx
(-) Laba (Gain) (Rp.xxxxx)
Perusahaan dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan
menggunakan metode langsung dengan pertimbangan metode langsung dapat
menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas di masa depan yang
tidak dapatt dihasilkan dengan metode tidak langsung. Informasi mengenai kelompok
utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh
1) dari catatan akuntansi
2) dan dengan menyesuaikan pendapatan, harga pokok penjualan dan pos-pos lain
dalam laporan laba-rugi dengan perubahan rekening lancar , pos bukan kas dan pos
lain yang berkaitan dengan arus kas aktivitas investasi dan pendanaan.
LAPORAN
LABA-RUGI
NERACA INFORMASI
KOMPARATIF PENDUKUNG
LAPORAN
ARUS KAS
Menghitung setiap perubahan bersih setiap rekening neraca selain Kas dan setara Kas
PT.ABCD
NERACA KOMPARATIF
31 Desember
Keterangan
2010 2011
Kas Rp.236.000 Rp.170.000
Surat Berharga 100.000 100.000
Piutang Dagang 813.000 849.000
Persediaan 1.400.000 1.200.000
Persekot PPH 154.000 225.000
Investasi Jangka Panjang 2.310.000 2.700.000
Tanah 1.800.000 2.220.000
Bangunan 8.340.000 6.480.000
Mebel dan Peralatan Kantor 6.222.0000 5.382.000
Akum Depresiasi (3.267.000) (2.808.000)
Paten 1.680.000 1.500.000
Total AKTIVA Rp.19.788.000 Rp.18.018.000
Utang Dagang Rp.680.000 Rp.635.000
Utang Wesel 500.000 550.000
Utang Biaya Sewa 53.000 63.000
Utang Obligasi 9.000.000 9.000.000
Diskonto Utang Obligasi (225.000) (198.000)
Modal Saham Biasa 3.700.000 2.700.000
Agio Saham Biasa 500.000 300.000
Laba Ditahan 5.580.000 4.968.000
TOTAL KEWAJIBAN DAN MODAL Rp.19.788.000 Rp.18.018.000
Informasi tambahan :
Langkah 2
Menghitung perubahan bersih masing-masing rekening neraca selain kas dan setara kas beserta
katagori perubahan.
AKTIVA
a. Surat berharga tidak ada kenaikan [operasi]
b. Piutang dagang naik Rp.36.000 [operasi]
c. Persediaan turun Rp.200.000 [operasi]
d. Persekot Pajak Penghasilan naik Rp.71.000 [operasi]
e. Investasi Jangka Panjang naik Rp.390.000 [Investasi]
f. Tanah naik Rp.420.000 [Investasi]
g. Bangunan turun Rp.1.860.000 [Investasi]
h. Mebel & peralatan kantor turun Rp.840.000 [Investasi]
i. Akum Depre Mebel & peralatan kantor turun Rp.459.000 [operasi]
j. Paten turun Rp.180.000 [Investasi]
PASIVA
a. Utang wesel naik Rp.50.000 [operasi]
b. Utang dagang turun Rp.45.000 [operasi]
c. Utang biaya sewa naik Rp.10.000 [operasi]
d. Utang obligasi tetap [Pendanaan]
e. Diskonto utang obligasi turun Rp.27.000 [operasi]
MODAL
a. Modal saham turun Rp.1.000.000 [Pendanaan]
b. Agio saham biasa turun Rp. 10.000 [operasi]
c. Laba di tahan turun Rp. 612.000 [Kombinasi]
Langkah 3
Menentukan arus kas, aktivitas investasi dan pendanaan bukan kas, dan pengaruh perubahan
valuta asing.
Arus kas dipisahkan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Arus kas dari aktivitas operasi dihitung dan disajikan dengan menggunakan metode langsung
atau tidak langsung.
Aktivitas investasi dan pendanaan bukan kas harus disajikan terpisah pada skedul tambahan
atau catatan kas laporan keuangan.
Pada metode langsung, rekening-rekening pendapatan dan biaya pada laporan keuangan
disajikan dengan basis kas / tunai / cash basis.
Arus kas operasi dihitung sbb;
Metode Langsung:
Total kas yang diterima dari pelanggan:
Penjualan Bersih Rp.29.500.000
Tambah : Piutang Dagang awal Rp. 813.000
Rp.30.313.000
Kurang : Piutang Dagang akhir Rp. 849.000
Kas yang diterima dari pelanggan (cash in-flow) Rp.29.464.000
Apabila arus kas yang berasal dari aktivitas operasi ditentukan dengan menggunakan metode tak
langsung, maka angka laba bersih ditambah kembali [addback] atau dikurangi dengan
penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan untuk mengubah laba berbasis akrual menjadi laba
berbasis kas, sertelah mengeleminasi laba atau rugi yang berhubungan dengan aktivitas investasi
dan pendanaan.
Perubahan rekening-rekening neraca lainnya dan informasi tambahan lainnya digunakan utuk
menentukan arus kas yang berasal dari aktivitas investasi [rekening aktiva tak lancer] dan aktivitas
pendanaan [rekening utang jangka panjang dan modal],sbb:
Seringkali pelaksanaan langkah-3 tersebut dilakukan dengan menggunakan kertas kerja sebagai
alat bantu, yaitu kertas kerja tiga kolom dan rekening.
Analisis
Keterangan Saldo Awal Saldo Akhir
Debit Kredit
Debit:
Kas dan setara Kas 336.000 66.000 270.000
Piutang Dagang (bersih) 813.000 B 36.000 849.000
Persediaan 1.400.000 C 200.000 1.200.000
Persekot PPh 154.000 G 71.000 225.000
Investasi Jangka Panjang 2.310.000 H 390.000 2.700.000
Tanah 1.800.000 I 420.000 2.220.000
Bangunan 8.340.000 J 1.860.000 6.480.000
Mebel dan Peralatan Kantor 6.222.000 J 840.000 5.382.000
Paten 1.680.000 K 180.000 1.500.000
Diskonto Utang Obligasi 225.000 L 27.000 198.000
Total Debit 23.280.000 21.024.000
Kredit:
Akum Depresiasi 3.267.000 J 879.000 M 420.000 2.808.000
Utang Wesel 500.000 D 50.000 550.000
Utang Dagang 680.000 E 45.000 635.000
Utang Biaya Sewa 53.000 F 10.000 63.000
Utang Obligasi 9.000.000 9.000.000
Modal Saham 3.700.000 N 1.000.000 2.700.000
Agio Saham 500.000 N 200.000 300.000
Laba Di Tahan 5.580.000 O 1.732.000 A 1.120.000 4.968.000
Total Kredit: 23.280.000 4.773.000 4.773.000 21.024.000
Cash Inflow Cash Outflow
Aktivitas Operasi:
Penjualan A 29.500.000
Kenaikan Piutang Dagang B 36.000
HPP A 16.200.000
Penurunan Persediaan C 200.000
Kenaikan Utang Wesel D 50.000
Penurunan Utang Dagang E 45.000
Biaya Usaha A 10.610.000
Kenaikan Utang Biaya Sewa F 10.000
Depresiasi Aktiva Tetap M 420.000
Amortisasi Paten K 180.000
Biaya Bunga A 1.150.000
Amortisasi Diskonto Obligasi L 27.000
Rugi Penjualan Bangunan J 60.000 A 60.000
Pajak Penghasilan J 90.000 A 90.000
Kenaikan Persekot PPh A 270.000
G 71.000
Aktivitas Investasi:
Pembelian Investasi Jk Panjang H 390.000
Pembelian Tanah I 420.000
Penj. Bang. Mebel dan Peralatan J 1.671.000
Aktivitas Pendanaan:
Penarikan Kembali Saham N 1.200.000
Pembayaran Dividen O 1.732.000
32.208.000 32.274.000
NAIK (TURUN) (66.000)
32.274.000 32.274.000
Menggunakan Kertas Kerja Metode Tak Langsung
Analisis
Keterangan Saldo Awal Saldo Akhir
Debit Kredit
Debit:
Kas dan setara Kas 336.000 66.000 270.000
Piutang Dagang (bersih) 813.000 B 36.000 849.000
Persediaan 1.400.000 C 200.000 1.200.000
Persekot PPh 154.000 G 71.000 225.000
Investasi Jangka Panjang 2.310.000 H 390.000 2.700.000
Tanah 1.800.000 I 420.000 2.220.000
Bangunan 8.340.000 J 1.860.000 6.480.000
Mebel dan Peralatan Kantor 6.222.000 J 840.000 5.382.000
Paten 1.680.000 K 180.000 1.500.000
Diskonto Utang Obligasi 225.000 L 27.000 198.000
Total Debit 23.280.000 21.024.000
Kredit:
Akum Depresiasi 3.267.000 J 879.000 M 420.000 2.808.000
Utang Wesel 500.000 D 50.000 550.000
Utang Dagang 680.000 E 45.000 635.000
Utang Biaya Sewa 53.000 F 10.000 63.000
Utang Obligasi 9.000.000 9.000.000
Modal Saham 3.700.000 N 1.000.000 2.700.000
Agio Saham 500.000 N 200.000 300.000
Laba Di Tahan 5.580.000 O 1.732.000 A 1.120.000 4.968.000
Total Kredit: 23.280.000 4.773.000 4.773.000 21.024.000
Cash Inflow Cash Outflow
Aktivitas Operasi:
Laba Sebelum Bunga dan Pajak [EBIT] A 2.540.000
Kenaikan Piutang Dagang B 36.000
Penurunan Persediaan C 200.000
Kenaikan Utang Wesel D 50.000
Penurunan Utang Dagang E 45.000
Kenaikan Utang Biaya Sewa F 10.000
Depresiasi Aktiva Tetap M 420.000
Amortisasi Paten K 180.000
Rugi Penjualan Bangunan J 60.000
Rugi Penjualan Mebel dan Peralatan Ktr J 90.000
Biaya Bunga A 1.150.000
Amortisasi Diskonto Obligasi L 27.000
Pajak Penghasilan A 270.000
Kenaikan Persekot PPh G 71.000
5.248.000 5.314.000
NAIK (TURUN) (66.000)
5.314.000 5.314.000
Langkah 4
Menyusun laporan arus kas, atas dasar hasil yang diperoleh pada langkah-langkah
sebelumnya dapat disusun laporan arus kas, baik dengan menggunakan metode langsung
maupun metode tak langsung sbb:
PT.ABCD
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun yang berakhir per 31 Desember 2011
[Metode Langsung]
Arus Kas dari Aktivitas Operasi:
Penerimaan kas dari pelanggan Rp. 29.464.000
Pembayaran kas untuk pemasok ( 15.995.000)
Pembayaran kas untuk biaya-biaya ( 10.000.000)
Kas yang dihasilkan dari operasi Rp. 3.469.000
Pembayaran kas dari biaya bunga ( 1.123.000)
Pembayaran kas untuk pajak penghasilan ( 341.000)
PT.ABCD
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun yang berakhir per 31 Desember 2011
[Metode Tak Langsung]
Arus Kas dari Aktivitas Operasi:
Laba sebelum Bunga dan Pajak Rp. 2.540.000
Penyesuaian untuk:
Depresiasi Aktiva Tetap Rp. 420.000
Amortisasi Paten 180.000
Rugi Penjualan Bangunan 60.000
Rugi Penjualan Mebel dan Peralatan Kantor 90.000
Laba Operasi Sebelum Perubahan Modal Kerja: Rp. 3.290.000
Kenaikan Piutang Dagang Rp. (36.000)
Penurunan Persediaan 200.000
Kenaikan Utang Wesel 50.000
Penurunan Utang Dagang (45.000)
Kenaikan Utang Biaya Sewa 1.000
Kas yang dihasilkan dari operasi Rp. 3.469.000
Pembayaran kas dari biaya bunga ( 1.123.000)
Pembayaran kas untuk pajak penghasilan ( 341.000)
Arus kas sebelum pos luar biasa Rp. 2.005.000
Pos luar biasa;
Arus Kas Bersih dari Aktivtas Operasi Rp. 2.005.000
Arus Kas dari aktivitas Investasi :
Penjualan Bangunan, Mebel, dan Peralatan Kantor Rp. 1.671.000
Pembelian Investasi Jangka Panjang ( 390.000)
Pembelian Tanah ( 420.000)
Arus Kas Bersih Dari Aktivitas investasi Rp. 861.000
Efektif dan
Analisis Thd Operasional Usaha
Efisien
Terdapat 2 (dua) jenis analisis komparatif yang dibahas, yaitu analisis horizontal dan
analisis vertical dengan tujuan agar terlihat korelasi dan trend yang signifikan.
7. ANALISIS HORIZONTAL
Analisis Horizontal menitikberatkan pada
a. Perubahan-perubahan informasi yang terjadi dari period ke periode
b. Menjelaskan apakah penjualan, laba kotor, biaya-biaya dan laba bersih perusahaan
mengalami kenaikan atau penurunan dalam waktu tertentu.
c. Menunjukkan apakah kas dan juga pos laporan keuangan lainnya mengalami kenaikan
atau penurunan selama waktu yang sama.
Perubahan dalam rupiah saja belum cukup menjelaskan sebuah perubahan. Perubahan
dalam prosentase akan menaikan pemahaman para analisis tentang signifikansi dan sifat
perubahan tersebut.
PERUBAHAN PERIODE KE
INFORMASI PERIODE
PENJUALAN, LABA
ANALISIS KENAIKAN /
KOTOR, BIAYA-BIAYA,
HORIZONTAL PENURUNAN
LABA BERSIH
KENAIKAN /
POS KAS / LAINNYA
PENURUNAN
Laporan keuangan komparatif yang menyajikan laporan keuangan perusahaan untuk dua
periode atau lebih berikut ini digunakan dalam analisis horizontal. Perusahaan menyusun
laporan arus kas dengan metode langsung dan menyiapkan rekonsiliasi laba bersih dan arus
kas bersih dari aktivitas operasi.
a. PENDEKATAN BASE-YEAR-TO-DATE
Pendekatan ini menggunakan tahun 2010 sebagai tahun dasar, dimana jumlah masing-
masing pos disajikan sebesar 100%. Jumlah masing-masing pos pada tahun 2011
disajikan dalam bentuk persentase atas dasar tahun 2010. Pendekatan ini cocok
diterapkan untuk analisis horizontal untuk data tiga tahun atau lebih.
b. PENDEKATAN YEAR-TO-YEAR
Pada pendekatan ini akan menghasilkan informasi yang sama dalam format yang
berbeda, yaitu hanya menyajikan kenaikan atau penurunan dari tahun 2010 ke 2011
dalam persentase. Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis laporan keuangan dua
periode saja. Apabila periode yang dianalisis hanya dua tahun, maka kedua pendekatan
tersebut memberikan hasil yang sama. Sebagai contoh tahun 2011 naik 4,7% disbanding
tahun 2010, demikian juga dengan pos-pos lainnya.
Tahun yang berakhir per 31 Desember
Uraian
2011 2010 Naik (Turun) %
AKTIVITAS OPERASI
Kas diterima dari pelanggan 1.549.848 1.480.776 69.072 4,7
Kas dibayarkan kepada pemasok dan karyawan (1.361.971) (1.265.058) 96.913 7,7
Kas dibayarkan untuk pajak penghasilan (62.576) (55.116) 7.460 13,5
Pendapatan bunga dan dividen diterima 12.071 9.960 2.111 21,2
Kas dibayarkan untuk biaya bunga (5.245) (7.129) (1.884) (26,4)
Kas diterima dari tax refund, termasuk bunga - 20.418 (20.418) (100)
Lain-lain 3.036 8.266 (5.230) (63,3)
TOTAL ARUS KAS BERSIH AKTIVITAS OPERASI 135.163 192.117 (56.954) 29,6
AKTIVITAS INVESTASI
Penjualan investasi 8.512 - 8.512 *
Pengeluaran modal (95.814) (82.398) 13.416 16,3
Investasi pada perusahaan non-afiliasi (2.402) (751) 1.651 219,8
Akuasisi-net of cash - (392) (392) (100)
Lain-lain 1.541 3.589 (2.048) (57,1)
TOTAL ARUS KAS BERSIH AKTIVITAS INVESTASI (88.163) (79.952) 8.211 10,3
AKTIVITAS PENDANAAN
Short-term borrowing (repayment) (3.837) 2.587 (6.424) *
Long-term borrowing 3.690 18.400 (14.710) (79,9)
Pembayaran longterm liabilities (20.000) (18.660) 1.340 7,2
Pembayaran dividen (55.265) (53.322) 2.561 4,8
Penarikan kembali saham (19.235) (10.327) 8.908 86,3
TOTAL ARUS KAS BERSIH AKTIVITAS PENDANAAN (95.265) (61.322) 33.943 55,4
Pengaruh perubahan kurs (1.289) (796) 493 61,9
Kenaikan / penurunan kas dan setara kas (49.554) 50.047 (99.601) *
Kas dan setara kas awal 126.147 76.100 50.047 65,8
Kas dan setara kas akhir 76.593 126.147 (49.554) (30,9)
8. ANALISIS TREND
LAPORAN KOMPARATIF 2 Periode
ANALISIS TREND
MENGUNGKAPKAN
PERUBAHAN
INFORMASI ARAH
PERUSAHAAN
Membandingkan hanya satu tahun dengan tahun lainnya memang dapat memperlihatkan
perbedaan yang tidak lazim, namun perbedaan tersebut mungkin bagian dari sebuah pola
yang signifikan. Sementara itu, perubahan kecil yang tampaknya tidak signifikan bisa jadi
merupakan bagian dari sebuah pola signifikan tersebut, ketika beberapa rangkaian tahun
dikaji. Pengguna laporan keuangan umumnya tertarik pada informasi trend perubahan pos-pos
penjualan, laba bersih, aktiva, atau arus kas.
9. ANALISIS VERTIKAL
HUB FINANCIAL ANTAR POS LAP KEU
U/ LAPORAN
SBG PEDOMAN UMUM
KEUANGAN
% MENGGAMBARKAN
ANALISIS ANALISIS LAP R/L
MASING2 PERAN POS
VERTIKAL DLM PENENTUAN
LABA NET
Total kas masuk kas dan setara kas tahun 2011 berasal dari kas masuk bersih aktivitas
operasi sebesar Rp.135.163,-; penjualan investasi Rp.8.512,- [aktivitas investasi], lain-lain
sebesar Rp.1.541,- [aktivitas investasi]; long-term borrowing sebesar Rp.3.690,- [aktivitas
pendanaan], sehingga totalnya sebesar Rp.148.906,- [100%]. Analisis vertical ini untuk
laporan arus kas disajikan sbb;
AKTIVITAS OPERASI
Laba bersih 124.646 83,7 123.659 57,1
Depresiasi dan amortisasi 623.013 41,6 59.473 27,4
Deferred income taxes (37) (0,0) (2.716) (1,3)
Distribusi laba perusahaan non-konsolidasi 2.792 1,9 (3.743) (1,7)
Laba penjualan investasi (6.484) (4,4) - -
Perubahan aktiva dan kewajiban lancar :
Piutang dagang (2.400) (1,6) 4.470 40,7
Persediaan (30.807) (20,7) (14.187) (9,5)
Utang dagang dan utang biaya (13.693) (9,2) 1.780 0,8
Aktiva lancer lainnya (316) (0,2) 15.304 7,1
Kenaikan non-current liabilities 714 0,5 1.554 0,7
Lain-lain net (1.265) (0,8) 6.523 3,0
Total arus kas bersih aktivitas operasi 135.163 90,8 192.117 88,7
a. Arus kas bersih yang dihasilkan dari aktivitas operasi meningkat dari 88,7% dari total
kas masuk di tahun 2010 menjadi 90,8% di tahun 2011, yang menunjukkan pertanda
baik. Demikian pula dengan arus kas investasi mencatat hamper 60% [59,2%] dari
total kas masuk, yang sebagian besar didominasi oleh pengeluaran modal.
b. Arus kas aktivitas pendanaan digunakan untuk pembelian kembali saham,
pembayaran dibviden, dan pembayaran kewajiban, yang dibandingkan tahun 2010,
persentase tahun 2011 mengalami kenaikan signifikan. Semua ini mengakibatkan
terjadinya penurunan kas dan setara kas. Tidak seperti yang terjadi tahun 2010, arus
kas bersih dari aktivitas operasi tahun 2011 tidak mampu mendukung aktivitas
investasi dan pendanaan.
Analisis lebih lanjut dapat dilakukan dengan melakukan pembandingan dengan laporan
arus kas periode sebelumnya atau dengan perusahaan lain dalam industry yang sama,
sehingga dapat ditemukan area mana yang memerlukan investigasi lebih lanjut.
Analisis horizontal menekankan lpada perubahan dari setiap pos laporan keuangan dalam
kurun waktu tertentu, sedangkan analisis vertical mengungkapkan hubungan antara suatu
pos tertentu dengan pos yang dijadikan basis.