Kudus
Siapakah Roh Kudus?
Apa itu karunia berbahasa lidah?
Apa itu menghujat Roh Kudus?
Bagaimana saya mengetahui apa karunia Roh saya?
Bagaimana saya dapat dipenuhi dengan Roh Kudus?
Kapan / Bagaimana kita menerima Roh Kudus?
Apa itu baptisan Roh Kudus?
Apakah karunia berbuat mujizat berlaku untuk zaman sekarang?
Apa itu berdoa dalam bahasa lidah? Apakah berdoa dalam bahasa
lidah merupakan bahasa antara orang percaya dan Allah?
Apa itu klausa filioque?
Bagaimana Allah membagikan karunia-karunia Roh? Apakah Allah
akan memberi karunia Roh yang saya minta?
Apakah seorang percaya seharusnya dapat merasakan Roh Kudus?
Apakah buah Roh Kudus?
Apa artinya mendukakan/memadamkan Roh Kudus?
Apa peranan Roh Kudus dalam kehidupan kita pada zaman
sekarang?
Apakah tumbang dalam roh Alkitabiah?
Apakah Roh Kudus dapat meninggalkan orang percaya?
Apa perbedaan antara talenta dan karunia roh?
Apakah berbahasa lidah adalah bukti dari memiliki Roh Kudus?
Apa artinya hidup dalam Roh?
Siapakah Roh Kudus?
Pertanyaan: Siapakah Roh Kudus?
Ada banyak pengertian yang salah mengenai identitas Roh Kudus. Ada beberapa yang menganggap
Roh Kudus sebagai suatu kuasa mistis. Yang lainnya memandang Roh Kudus sebagai semacam
kuasa yang Allah berikan kepada para pengikut Kristus. Apa yang Alkitab katakan mengenai identitas
Roh Kudus? Secara sederhana " Alkitab mengatakan bahwa Roh Kudus adalah Allah. Alkitab juga
mengatakan bahwa Roh Kudus adalah sebuah Pribadi yang memiliki akal budi, perasaan dan
kehendak.
Fakta bahwa Roh Kudus adalah Allah dapat dilihat dengan jelas dalam banyak ayat-ayat Alkitab,
termasuk Kisah Rasul 5:3-4. Dalam ayat ini Petrus mengkonfrontir Ananias yang berbohong kepada
Roh Kudus dan memberitahu dia bahwa Ananias bukan "mendustai manusia tetapi mendustai Allah."
Ini adalah merupakan sebuah pernyataan yang jelas bahwa berbohong kepada Roh Kudus adalah
berbohong kepada Allah. Kita juga mengetahui bahwa Roh Kudus adalah Allah karena Dia memiliki
atribut-atribut atau karakteristik-karakteristik Allah. Contoh bahwa Roh Kudus mahahadir dapat dilihat
dalam Mazmur 139:7-8: "Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari
hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia
orang mati, di situpun Engkau." Kemudian di dalam 1 Korintus 2:10 kita menemukan kemahatahuan
dari Roh Kudus. "Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki
segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Siapa gerangan di antara manusia
yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia?
Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah."
Kita mengetahui bahwa Roh Kudus adalah sebuah Pribadi karena Dia memiliki akal budi, perasaan
dan kehendak. Roh Kudus berpikir dan mengetahui (1 Korintus 2:10). Roh Kudus dapat
berduka (Efesus 4:30). Roh Kudus berdoa syafaat bagi kita (Roma 8:26-27). Roh Kudus membuat
keputusan sesuai dengan kehendakNya (1 Korintus 12:7-11). Roh Kudus adalah Allah, "Pribadi" ketiga
dari Trinitas. Sebagai Allah, Roh Kudus dapat betul-betul berfungsi sebagai Penghibur dan Penasehat
membagikan Injil dengan orang banyak dan berbicara kepada mereka dalam bahasa mereka masing-
masing, "kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan
besar yang dilakukan Allah!" (Kisah Rasul 2:11). Kata Bahasa Yunani yang dalam Bahasa Inggris
diterjemahkan sebagai "lidah" secara harafiah berarti "bahasa" sebagaimana diterjemahkan dalam
Bahasa Indonesia. Karena itu, karunia berbahasa lidah adalah karunia untuk berbicara dalam bahasa
yang si pembicara tidak kuasai supaya orang yang mengerti bahasa tsb dapat dilayani. Dalam 1
Korinuts 12-14 di mana Paulus mendiskusikan karunia-karunia yang ajaib, dia berkomentar bahwa
"Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah
gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau
nubuat atau pengajaran?" Menurut Rasul Paulus, dan sesuai dengan bahasa lidah dalam kitab Kisah
Rasul, bahasa lidah berguna bagi orang yang mendengar berita dari Tuhan dalam bahasa mereka
sendiri, namun tidak ada artinya bagi orang lain, kecuali kalau dijelaskan/diterjemahkan.
Orang yang memiliki karunia untuk menafsirkan bahasa lidah (1 Korintus 12:30) dapat mengerti apa
yang dikatakan orang dalam bahasa lidah sekalipun dia tidak mengerti bahasa itu sendiri. Penafsir
bahasa lidah kemudian akan menjelaskan berita yang disampaikan dalam bahasa lidah itu kepada
orang-orang lain sehingga semua orang bisa mengerti. "Karena itu siapa yang berkata-kata dengan
bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya" (1
Korintus 14:13). Konklusi Paulus mengenai bahasa lidah yang tidak ditafsirkan sangat kuat. "Tetapi
dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk
mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh" (1 Korintus 14:19).
Apakah karunia berbahasa lidah berlaku untuk zaman sekarang? 1 Korintus 13:8 mengatakan bahwa
karunia bahasa lidah sudah berakhir, walaupun berakhirnya itu dihubungkan dengan datangnya "yang
sempurna" dalam 1 Korintus 13:10. Sebagian orang melihat berkurangnya nubuat dan berhentinya
bahasa lidah sebagai bukti bahwa bahasa lidah akan berakhir sebelum "yang sempurna" itu datang.
Walaupun ini mungkin, namun hal ini tidak jelas dalam ayat ini. Sebagian orang menunjuk pada ayat-
ayat seperti Yesaya 28:11 dan Yoel 2:28-29 sebagai bukti bahwa bahasa lidah adalah tanda dari
datangnya penghakiman Tuhan. 1 Korintus 14:22 menjelaskan bahwa bahasa lidah adalah "tanda bagi
yang tidak percaya." Menurut jalan pikiran ini, karunia bahasa lidah adalah peringatan bagi orang-
orang Yahudi bahwa Allah akan menghakimi Israel karena penolakan mereka terhadap Mesias.
Karena itu waktu Tuhan betul-betul menghakimi Israel (dengan hancurnya Yerusalem pada tahun 70
AD di tangan Roma), karunia bahasa lidah tidak lagi diperlukan. Walapun pandangan ini mungkin,
terpenuhinya maksud utama dari bahasa lidah tidak berarti bahasa lidah harus berakhir. Alkitab tidak
pernah secara konklusif menyatakan bahwa karunia berbahasa lidah telah berakhir.
Pada saat yang sama, kalau karunia bahasa lidah masih aktif dalam gereja zaman ini, karunia itu
harus dilakukan sesuai dengan Kitab Suci. Bahasa lidah harusnya merupakan bahasa yang
sebenarnya dan bisa dimengerti (1 Korintus 14:10). Bahasa lidah dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan Firman Tuhan dengan orang dari bahasa yang berbeda (Kisah Rasul 2:6-12).
Bahasa lidah harus sesuai dengan perintah yang Tuhan berikan melalui Rasul Paulus, "Jika ada yang
berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi
seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. Jika tidak ada orang yang dapat
menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-
kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah" (1 Korintus 14:27-28). Bahasa lidah juga harus tunduk
kepada 1 Korintus 14:33, "Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera" (1
Korintus 14:33).
Sudah tentu Allah dapat memberi orang karunia berbahasa lidah untuk memampukan orang tsb
berkomunikasi dengan orang yang berbahasa lain. Roh Kudus memiliki kedaulatan dalam
membagikan karunia-karunia Roh (1 Korintus 12:11). Bayangkan saja bagaimana produktifnya para
missionari kalau mereka tidak perlu ke sekolah bahasa dan dapat secara langsung berbicara kepada
orang-orang dalam bahasa-bahasa mereka sendiri. Namun nampaknya Tuhan tidak bekerja seperti ini.
Bahasa lidah tidak terjadi pada hari ini dengan cara yang sama dalam Perjanjian Baru sekalipun kalau
terjadi itu akan sangat berguna. Kebanyakan orang-orang percaya yang mengaku berbahasa lidah
tidak melakukannya sesuai dengan pengajaran Kitab Suci sebagaimana disebutkan di atas. Hal ini
menghasilkan kesimpulan bahwa bahasa lidah sudah berakhir atau paling tidak jarang terjadi dalam
mendapatkan pandangan itu dari 1 Korintus 14:4 dan/atau 14:28, "Siapa yang berkata-kata dengan
bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat" (1
Korintus 14:4). Dalam pasal 14, Paulus menekankan pentingnya bahasa lidah
ditafsirkan (diterjemahkan), lihat 14:5-12. Apa yang Paulus katakan dalam ayat 4 adalah "Siapa yang
berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia
membangun Jemaat" (1 Korintus 14:4). Dalam Perjanjian Baru tidak diberikan instruksi untuk "berdoa
dalam bahasa lidah." Perjanjian Baru sama sekali tidak memberikan instruksi yang spesifik mengenai
"berdoa dalam bahasa lidah," atau secara khusus menggambarkan seseorang "berdoa dengan
bahasa lidah." Selanjutnya jika "berdoa dalam bahasa lidah" adalah untuk membangun diri sendiri,
bukankah itu tidak adil untuk mereka yang tidak punya karunia itu dan karenanya tidak dapat
membangun diri mereka? 1 Korintus 12:29-30 jelas mengindikasikan bahwa tidak semua orang
Matius 12:22-32. Istilah menghujat dapat secara umum didefinisikan sebagai penghinaan secara
sengaja. Kita biasanya menerapkan istilah ini pada dosa seperti mengutuki Tuhan atau secara sengaja
menodai hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan. Termasuk juga menuduh Tuhan untuk hal-hal yang
jahat, atau menyangkali hal-hal yang baik yang seharusnya kita akui sebagai dari Tuhan. Namun
kasus penghujatan ini adalah sebuah kasus khusus, yaitu penghujatan terhadap Roh Kudus dalam
Matius 12:31. Dalam Matius 12:31-32, orang-orang Parisi setelah menyaksikan bukti yang tak dapat
dibantah bahwa Yesus melakukan mujizat dengan pertolongan Roh Kudus, sebaliknya malah
mengatakan bahwa Yesus dikuasai oleh "Beelzebul" (Matius 12:24). Perhatikan bahwa dalam Markus
3:30 Yesus sangat spesifik bahwa apa yang mereka lakukan adalah "penghujatan terhadap Roh
Kudus."
Penghujatan berhubungan dengan seseorang menuduh Yesus sebagai kerasukan Iblis dan bukannya
dipenuhi dengan Roh. Ada cara-cara lain untuk menghujat Roh Kudus, tapi INI adalah penghujatan
yang tidak dapat diampuni. Sebagai hasilnya penghujatan terhadap Roh Kudus tidak dapat diulangi
pada zaman sekarang. Yesus Kristus tidak lagi ada dalam dunia namun duduk di sebelah kanan Allah.
Tidak seorangpun dapat menyaksikan Yesus berbuat mujizat dan kemudian mengatakan itu adalah
dengan kuasa Iblis dan bukannya dari Roh. Meskipun tidak ada penghujatan terhadap Roh Kudus
pada zaman sekarang, kita harus selalu ingat bahwa ada cara hidup yang tidak dapat diampuni " cara
hidup yang terus dalam ketidakpercayaan. Apabila seseorang mati dalam keadaan tidak percaya, tidak
ada pengampunan yang bisa diberikan. Terus menerus menolak gerakan Roh Kudus yang mendorong
untuk percaya pada Yesus Kristus adalah penghujatan yang tidak dapat diampuni. Ingat apa yang
dikatakan dalam Yohanes 3:16, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal." Satu-satunya kondisi di mana orang tidak dapat diampuni adalah
menjadi karunia kita. Roh Kudus membagi-bagikan karuniaNya sesuai dengan keputusanNya (1
Korintus 12:7-11). Pada saat yang sama, Allah tidak ingin kita tidak memperdulikan dengan cara
bagaimana Dia ingin kita melayani Dia. Masalahnya adalah kita dengan mudah terjebak dalam soal
karunia-karunia Roh sehingga kita hanya melayani Tuhan dalam bidang yang kita rasa kita punya
karunia. Karunia Roh bukanlah untuk maksud demikian. Allah memanggil kita untuk melayani Dia
dengan ketaatan. Dia ingin memperlengkapi kita dengan karunia apapun yang kita butuhkan untuk
rohani, walaupun tidak dapat disandari secara penuh, dapat menolong kita untuk memahami apa kira-
kira yang menjadi karunia kita. Konfirmasi dari orang-orang lain juga dapat menerangi karunia rohani
kita. Orang-orang yang memperhatikan pelayanan kita sering dapat mengenali karunia Roh yang kita
tidak sadari. Doa juga merupakan faktor yang penting. Satu-satunya Pribadi yang tahu pasti karunia
kita adalah sang Pemberi karunia itu " Roh Kudus. Kita dapat memohon kepada Tuhan untuk
menunjukkan karunia kita sehingga kita dapat menggunakan karuniaNya itu dengan cara yang lebih
mengajar. Tuhan memanggil beberapa orang untuk menjadi pelayan-pelayan dan memberkati mereka
dengan karunia untuk menolong. Namun mengetahui karunia kita tidak membatasi kita dari melayani
dalam bidang di luar karunia kita. Apakah ada untungnya mengetahui karunia yang Tuhan berikan
pada kita? Sudah tentu. Apakah salah kalau kita terlalu banyak menfokuskan diri pada karunia rohani
sehingga kita kehilangan kesempatan untuk melayani Tuhan? Ya! Jika kita menyerahkan diri untuk
dipakai oleh Tuhan, Dia akan memperlengkapi kita dengan karunia Roh yang kita butuhkan.
Bagaimana saya dapat dipenuhi dengan Roh
Kudus?
Pertanyaan: Bagaimana saya dapat dipenuhi dengan Roh Kudus?
Ayat kunci dalam mendiskusikan kepenuhan Roh Kudus pada zaman ini adalah Yohanes 14:16 di
mana Yesus menjanjikan bahwa Roh Kudus akan mendiami orang-orang percaya secara permanen.
Adalah penting untuk membedakan berdiamnya Roh Kudus dan kepenuhan Roh Kudus. Berdiamnya
Roh Kudus secara permanen bukanlah hanya untuk orang-orang percaya tertentu, tapi bagi semua
orang percaya. Ada sejumlah referensi dalam Alkitab yang mendukung kesimpulan ini. Yang pertama
adalah bahwa Roh Kudus adalah hadiah bagi semua orang yang percaya pada Yesus Kristus tanpa
perkecualian dan tanpa syarat kecuali iman di dalam Yesus Kristus (Yohanes 7:37-39). Kedua, Roh
Kudus diberikan saat keselamatan. Efesus 1:13 mengindikasikan bahwa Roh Kudus diberikan pada
momen keselamatan. Galatia 3:2 juga menekankan kebenaran yang sama dengan mengatakan
bahwa berdiamnya Roh Kudus dan dimeteraikan dengan Roh Kudus terjadi pada saat orang percaya.
Ketiga, Roh Kudus mendiami orang-orang percaya secara permanen. Roh Kudus diberikan pada
orang-orang percaya sebagai jaminan bagian kita, atau sebagai pembuktian dari masa depan yang
dikatakan dalam Efesus 5:18. Kita perlu menaklukkan diri secara penuh pada Roh Kudus sehingga Dia
dapat memiliki kita secara keseluruhan, dan dalam pengertian itu, memenuhi kita. Roma 8:9 dan
Efesus 1:13-14 menjelaskan bahwa Dia berdiam dalam diri setiap orang percaya, namun Dia dapat
didukakan (efesus 4:30) dan kegiatanNya dalam diri kita dipadamkan (1 Tesalonika 5:19). Ketika kita
membiarkan ini terjadi, kita tidak akan mengalami secara penuh bagaimana Roh Kudus bekerja dan
menyatakan kuasaNya di dalam dan melalui diri kita. Dipenuhi Roh Kudus berarti Dia bebas untuk
menempati setiap bagian dari hidup kita, menuntun dan menguasai kita. KuasaNya dapat disalurkan
melalui kita sehingga apa yang kita lakukan merupakan buah untuk Tuhan. Kepenuhan Roh Kudus
bukan hanya berlaku untuk kelakuan belaka, namun juga untuk pikiran kita yang paling dalam dan
berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku."
Yang menghalangi kita dari dipenuhi oleh Roh Kudus adalah dosa, dan ketaatan kepada Tuhan adalah
cara untuk mempertahankan kepenuhan Roh Kudus. Sekalipun pusat perhatian kita adalah dipenuhi
oleh Roh sebagaimana diperintahkan dalam Efesus 5:18, berdoa untuk dipenuhi oleh Roh tidak bukan
merupakan cara untuk mendapatkan kepenuhan itu. Hanya ketaatan kepada perintah-perintah Tuhan
yang mengizinkan Roh Kudus bekerja dengan bebas dalam diri kita. Karena kita adalah makhluk yang
berdosa, tidak mungkin kita senantiasa dipenuhi oleh Roh Kudus. Kita perlu segera membereskan
dosa dalam hidup kita dan memperbaharui komimen kita untuk dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus.
Kapan / Bagaimana kita menerima Roh
Kudus?
Pertanyaan: Kapan / Bagaimana kita menerima Roh Kudus?
Rasul Paulus dengan jelas mengajarkan bahwa kita menerima Roh Kudus pada saat kita percaya
pada Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita. 1 Korintus 12:13 mengatakan, "Sebab dalam satu Roh
kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah
dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh." Roma 8:9 memberitahu kita
bahwa jika seseorang tidak memiliki Roh Kudus, dia bukan milik Kristus - "Tetapi kamu tidak hidup
dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang
tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus." Efesus 1:13-14 mengajar kita bahwa Roh Kudus
adalah meterai keselamatan bagi setiap orang yang percaya, "Di dalam Dia kamu juga"karena kamu
telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu"di dalam Dia kamu juga, ketika kamu
percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan
bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah,
tidak bisa mengatakan bahwa kita semua telah dibaptiskan oleh satu Roh dan semua minum dari satu
Roh jika tidak semua orang percaya di Korintus memiliki Roh Kudus. Roma 8:9 bahkan lebih tegas.
Jika seseorang tidak memiliki Roh Kudus, dia bukan milik Kristus. Memiliki Roh Kudus adalah tanda
pengenal dari keselamatan. Selanjutnya, Roh Kudus tidak mungkin menjadi "meterai
keselamatan" (Efesus 1:13-14) jika Roh Kudus tidak diterima pada saat keselamatan. Banyak ayat
Alkitab yang jelas sekali memperlihatkan bahwa keselamatan kita terjamin pada saat kita menerima
Penerimaan/berdiamnya Roh Kudus terjadi pada momen keselamatan. Kepenuhan Roh Kudus adalah
suatu proses yang terus berlanjut dalam kehidupan Kristiani. Walaupun kami percaya bahwa baptisan
Roh Kudus juga terjadi pada momen keselamatan, ada orang-orang Kristen lainnya yang tidak
percaya hal itu. Akibatnya, kadang-kadang baptisan Roh dikacaukan dengan "menerima Roh Kudus"
sebagai sesuatu yang terjadi berikutnya sesudah orang diselamatkan. Sebagai kesimpulan,
bagaimana kita menerima Roh Kudus? Kita menerima Roh Kudus dengan percaya pada Tuhan Yesus
Kristus sebagai Juruselamat kita (Yohanes 3:5-16). Kapankah kita menerima Roh Kudus? Roh Kudus
dengan Kristus dan dengan orang-orang percaya lainnya dalam Tubuh Kristus pada saat orang itu
diselamatkan. 1 Korintus 12:12-13 dan Roma 6:1-4 adalah ayat-ayat utama dalam Alkitab yang
mengajarkan doktrin ini. 1 Korintus 12:13 mengatakan, "Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang
Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh
dan kita semua diberi minum dari satu Roh." Roma 6:1-4 mengatakan, "Jika demikian, apakah yang
hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia
itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di
dalamnya? Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah
dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh
baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh
kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." Meskipun Roma 6 tidak
secara khusus menyebut Roh Allah, bagian Alkitab ini menggambarkan kedudukan orang percaya di
hadapan Allah dan 1 Korintus 12 memberitahu kita bagaimana hal itu terjadi.
Tiga fakta perlu diperhatikan untuk menguatkan pengertian kita akan baptisan Roh. Pertama, 1
Korintus 12:13 dengan jelas menyatakan bahwa semua telah dibaptis sama seperti semua telah diberi
minum (berdiamnya Roh Kudus). Kedua, Alkitab tidak pernah menasehati orang-orang percaya untuk
dibaptiskan dengan/dalam/oleh Roh. Ini menunjukkan bahwa semua orang percaya telah mengalami
pelayanan ini. Akhirnya, Efesus 4:5 nampaknya menunjuk pada baptisan Roh. Jikalau ini memang
demikian, baptisan Roh adalah kenyataan hidup dari setiap orang percaya, sama seperti, "satu iman"
Kristus, dan (2) mengaktualisasikan penyaliban kita bersama dengan Kristus. Berada dalam tubuh
Kristus berarti kita bangkit bersama dengan Dia dalam hidup yang baru (Roma 6:4). Kita perlu
menggunakan karunia rohani kita untuk memastikan bahwa tubuh itu berfungsi sebagaimana mestinya
seperti yang dijelaskan dalam 1 Korintus 12:13. Mengalami baptisan dari Roh yang sama menjadi
dasar untuk memelihara kesatuan gereja seperti yang dikatakan dalam Efesus 4:5. Menjadi sama
dengan Kristus dalam kematian, penguburan dan kebangkitanNya melalui baptisan Roh menjadi dasar
untuk mewujudkan pemisahan kita dari kuasa dosa dan untuk kita berjalan dalam hidup yang
melakukan mujizat pada zaman sekarang. Adalah suatu kebodohan dan tidak Alkitabiah untuk
mengatakan bahwa Allah tidak lagi menyembuhkan orang, berbicara kepada orang-orang dan
melakukan mujizat dan tanda-tanda ajaib pada zaman sekarang. Pertanyaannya adalah apakah
karunia berbuat mujizat yang digambarkan dalam 1 Korintus pasal 12-14 masih aktif dalam gereja
pada zaman sekarang. Ini bukan mempertanyakan apakah Roh Kudus "dapat" memberi seseorang
karunia untuk berbuat mujizat. Pertanyaannya adalah, apakah pada zaman sekarang Roh Kudus
masih memberikan karunia untuk berbuat mujizat. Lebih dari semua itu, kita mengakui bahwa Roh
Kudus bebas untuk membagi-bagikan karunia sesuai dengan apa yang diinginkanNya (1 Korintus
12:7-11).
Dalam kitab Kisah Rasul dan Surat-surat, sebagian besar mujizat dilakukan oleh para rasul dan
pembantu-pembantu dekat mereka. 2 Korintus12:12 memberi kita alasan mengapa demikian, "Segala
sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu
dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa." Jika setiap orang
percaya dalam Kristus diberikan kemampuan untuk melakukan tanda-tanda, mujizat-mujizat dan
kuasa-kuasa, maka tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa tidak dapat menjadi tanda pengenal
seorang rasul. Kisah Rasul 2:22 memberitahu kita bahwa Yesus "diakreditasikan" oleh "tanda-tanda,
mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa." Demikian pula para rasul "ditandai" sebagai utusan-utusan yang
benar-benar dari Allah melalui mujizat-mujizat yang mereka lakukan. Kisah Rasul 14:3 mengatakan
bahwa berita Injil "dikonfirmasikan" oleh mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Paulus dan Barnabas.
1 Korintus pasa 12-14 pada pokoknya membicarakan topik karunia-karunia Roh. Dari teks ini
kelihatannya bahwa orang-orang Kristen "biasa" kadang-kadang diberi karunia berbuat mujizat (12:8-
10; 28-30). Kita tidak diberitahu berapa umum hal ini. Dari apa yang kita pelajari di atas, bahwa para
rasul "ditandai" dengan mujizat dan tanda-tanda ajaib, kelihatannya karunia berbuat mujizat diberikan
pada orang-orang Kristen "biasa" sebagai suatu kekecualian dan bukan kebiasaan. Selain para rasul
dan pembantu-pembantu dekat mereka, dalam Perjanjian Baru tidak dikatakan orang-orang lain
miliki hari ini (2 Timotius 3:16-17). Karena itu karunia bernubuat, pengetahuan dan kebijaksanaan, dll
dibutuhkan agar supaya orang-orang Kristen mula-mula mengetahui apa yang Allah ingin mereka
wahyu baru dari Tuhan. Sekarang setelah wahyu Allah lengkap dalam Alkitab, karunia yang bersifat
"pewahyuan" tidak lagi dibutuhkan, paling tidak dalam kapasitas seperti dalam Perjanjian Baru.
Allah secara ajaib menyembuhkan orang setiap hari. Allah masih berbicara kepada kita pada zaman
sekarang, baik dengna suara yang kedengaran, maupun dalam pikiran kita, atau melalui kesan dan
perasaan yang kita dapatkan. Allah masih melakukan tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa
yang mengherankan, dan kadang-kadang melakukan mujizat-mujizat itu melalui orang Kristen. Namun
demikian, apa yang dilakukan tidak selalu berarti itu adalah karunia melakukan mujizat. Tujuan utama
dari karunia berbuat mujizat adalah untuk membuktikan bahwa Injil itu benar adanya dan bahwa para
rasul adalah benar-benar utusan-utusan Allah. Alkitab tidak secara langsung mengatakan bahwa
karunia mujizat sudah berhenti, namun memberikan dasar untuk memahami bahwa karunia itu
Alkitab yang utama yang dikatakan sebagai bukti berdoa dalam bahasa lidah: Roma 8:26, 1 Korintus
14:4-17; Efesus 6:18 dan Yudas ayat 20. Efesus 6:18 dan Yudas ayat 20 menyebutkan "berdoa dalam
Roh." Namun demikian, berbahasa lidah sebagai bahasa doa bukanlah merupakan penafsiran yang
tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan
keluhan-keluhan yang tidak terucapkan." Dua poin utama membuat sangat tidak mungkin Roma 8:26
merujuk pada bahasa lidah sebagai bahasa doa. (1) Roma 8:26 menyatakan bahwa adalah Roh yang
"mengeluh" bukan orang-orang percaya. (2) Roma 8:26 mengatakan bahwa keluhan dari Roh "tidak
berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa." 1
Korintus 14:14 secara khusus menyebut "berdoa dalam bahasa lidah/roh." Apa artinya? Pertama-
tama, mempelajari konteksnya mempunyai nilai yang tak terhingga. 1 Korintus 14 pada dasarnya
adalah perbandingan/kontras antara karunia berbahasa lidah dan karunia bernubuat. Ayat 2-5 jelas
memperlihatkan pandangan Paulus bahwa nubuat itu lebih tinggi derajatnya dibandingkan bahasa
lidah. Pada saat yang sama Paulus menyerukan nilai dari bahasa lidah dan menyatakan bahwa dia
bangga bahwa dia berkata-kata dengan bahasa lidah lebih dari semua (ayat 18).
Kisah pasal 2 menggambarkan kali pertama munculnya bahasa lidah. Pada hari Pentakosta, para
rasul berbahasa lidah. Kisah pasal 2 dengan jelas menyatakan bahwa para rasul berbicara dalam
bahasa manusia (Kisah 2:6-8). Kata yang diterjemahkan "lidah" dalam Kisah pasal 2 dan 1 Korintus
pasal 14 adalah "glossa" yang berarti "bahasa." Ini adalah kata yang kemudian melahirkan istilah
"glossary" dalam Bahasa Inggris. Berbahasa lidah adalah kemampuan untuk berbicara dalam bahasa
yang Anda tidak kuasai, dengan tujuan untuk mengkomunikasikan Injil kepada seseorang yang
mengerti bahasa tsb. Dalam wilayah Korintus yang multi kultural nampaknya karunia bahasa lidah
mengkomunikasikan Injil dan Firman Tuhan dengan lebih baik karena karunia bahasa lidah. Namun
demikian Paulus menyatakan dengan amat jelas bahwa bahkan penggunaan bahasa lidah dengan
cara seperti inipun bahasa lidah tersebut harus diterjemahkan (1 Korintus 14:!3, 27). Seorang percaya
dari Korintus akan berbahasa lidah, memberitakan kebenaran Allah kepada seseorang yang berbicara
bahasa itu, dan kemudian orang percaya itu, atau orang percaya lainnya dari gereja tsb,
menerjemahkan apa dikatakan sehingga seluruh jemaat dapat memahami apa yang dikatakan.
Kalau demikian apa itu berdoa dalam bahasa lidah dan apa bedanya dengan berbicara dalam bahasa
lidah? 1 Korintus 14:13-17 mengindikasikan bahwa berdoa dlam bahasa lidah juga harus
diterjemahkan. Sebagai hasilnya nampaknya berdoa dalam bahasa lidah adalah berdoa kepada Allah.
Doa ini akan menjadi berkat bagi orang yang mengerti bahasa tsb. namun juga perlu diterjemahkan
lidah sebagai bahasa doa. Pemahaman ini dapat diringkaskan sbb: berdoa dalam bahasa lidah adalah
bahasa doa pribadi antara seorang percaya dan Allah (1 Korintus 13:1), bahwa si orang percaya tsb.
menggunakannya untuk membangun dirinya sendiri (1 Korintus 14:4). Penafsiran ini tidak Alkitabiah
karena alasan-alasan berikut ini: (1) Bagaimana mungkin berdoa dalam bahasa lidah kalau doa itu
harus diterjemahkan (1 Korintus 14:13-17)? (2) Bagaimana berdoa dalam bahasa lidah membangun
diri sendiri padahal Alkitab mengatakan bahwa karunia roh adalah untuk membangun gereja dan
bukan diri sendiri (1 Korintus 12:7)? (3) Bagaimana bahasa lidah dapat merupakan bahasa doa pribadi
kalau bahasa lidah adalah "tanda untuk mereka yang tidak percaya" (1 Korintus 14:22)? (4) Nyata
dengan jelas dalam Alkitab bahwa tidak semua orang memiliki karunia bahasa lidah (1 Korintus 12:11,
28-30). Bagaimana bahasa lidah dapat menjadi karunia untuk membangun diri sendiri kalau tidak
orang memahami berdoa dalam bahasa lidah sebagai "bahasa kode/rahasia" yang mencegah Iblis
dan pengikut-pengikutnya mengerti apa yang kita doakan dan mengambil keuntungan dari
pengetahuan itu. Penafsiran ini tidaklah Alkitabiah karena alasan-alasan berikut ini: (1) Perjanjian Baru
secara konsisten menggambarkan bahasa lidah sebagai bahasa manusia. (2)Alkitab mencatat orang-
orang percaya yang tak terhingga jumlahnya yang berdoa dalam bahasa mereka masing-masing
dengan suara nyaring tanpa kuatir bahwa Iblis akan menyadap doa itu. Bahkan sekalipun Iblis dan
pengikut-pengikutnya mendengar dan memahami doa yang kita naikkan " mereka sama sekali tidak
memiliki kuasa untuk mencegah Allah menjawab doa kita sesuai dengan kehendakNya. Kita tahu
bahwa Allah mendengar doa-doa kita dan fakta tsb membuat apakah Iblis dan para pengikutnya
dalam bahasa lidah dan merasa bahwa itu sangat membangun mereka? Pertama-tama, kita harus
mendasari iman dan perbuatan kita pada Alkitab dan bukannya pengalaman. Kita perlu memandang
pengalaman kita dalam ternag Kitab Suci dan bukannya menafsirkan Kitab Suci dalam terang
pengalaman kita. Kedua, banyak ajaran sesat dan agama dunia yang juga melaporkan peristiwa
bahasa lidah/berdoa dalam bahasa lidah. Jelah bahwa Roh Kudus tidak memberikan karuania kepada
orang-orang yang tidak percaya ini, Karena itu kelihatan bahwa Iblis bisa memalsukan karunia bahasa
lidah. Hal ini seharusnya membuat kita bahkan lebih berhati-hati membandingkan pengalaman-
pengalaman kita dengan Kitab Suci. Ketiga, banyak studi telah memperlihatkan bahwa
berbicara/berdoa dalam bahasa lidah dapat dipelajari. Melalui mendengar dan mengamati orang-orang
berbicara/berdoa dalam bahasa lidah seseorang dapat belajar caranya, bahkan secara tanpa sadar.
Hal ini adalah penjelasan yang paling mungkin untuk sebagian besar kasus bahasa lidah/berdoa
dalam bahasa lidah yang terjadi di antara orang-orang Kristen. Keempat, perasaan "membangun diri
sendiri" adalah sesuatu yang alamiah. Tubuh kita menghasilkan adrenalin dan endorfin ketika
mengalami sesuatu yang baru, menggairahkan, merangsang emosi dan/atau terpisah dari pemikiran
rasional.
Berdoa dalam bahasa lidah jelas adalah hal yang orang-orang Kristen dapat dengan hormat berbeda
pendapat. Berdoa dalam bahasa lidah tidak menentukan keselamatan. Berdoa dalam bahasa lidah
bukanlah sesuatu yang memisahkan orang Kristen dewasa dari yang tidak dewasa. Apakah berdoa
dalam bahasa lidah adalah bahasa doa bukanlah sesuatu yang mendasar untuk iman Kristen. Jadi
sekalipun kami percaya bahwa penafsiran Alkitab soal berdoa dalam bahasa lidah tidak mengarahkan
kita utnuk menerima bahwa itu adalah bahasa doa yang bersifat pribadi untuk membangun diri sendiri "
kami juga mengenali bahwa banyak orang yang mempraktekkan hal ini adalah saudara/i seiman
dengan Roh Kudus. Pertanyaannya adalah, dari siapakah Roh Kudus berasal, Bapa, atau Bapa dan
Anak. Kata "filioque" dalam Bahasa Latin berarti "dan anak." Hal ini disebut sebagai "klausa" filioque
karena frasa "dan anak" ditambahkan kepada Kredo Nicea, mengindikasikan bahwa Roh Kudus
berasal dari Bapa "dan Anak." Ada banyak perdebatan mengenai hal ini yang pada akhirnya
mengakibatkan perpecahan antara gereja Katolik Roma dan Ortodoks Timur pada tahun 1054 A.D.
Sampai saat ini kedua gereja tsb. belum bisa sepakat dalam klausa filioque.
Yohanes 14:26 memberitahukan kita, " tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa
dalam nama-Ku ...." Yohanes 15:26 memberitahukan, "Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa
datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku." Lihat pula
Yohanes 14:16 dan Filipi 1:19. Ayat-ayat Alkitab ini nampaknya mengindikasikan bahwa Roh Kudus
diutus oleh Bapa dan Anak. Hal yang mendasar dalam klausa filioque adalah minat untuk melindungi
keillahian dari Roh Kudus. Alkitab jelas mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah Allah (Kisah 5:3-4).
Mereka yang menentang klausa filioque merasa keberatan karena mereka percaya bahwa kalau Roh
Kudus berasal dari Bapa dan Anak berarti Roh Kudus "tunduk" kepada Bapa dan Anak. Mereka yang
mendukung klausa filioque percaya bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa dan Anak tidak berdampak
pada Roh Kudus sebagai Allah yang sederajat dengan Bapa dan Anak.
Kontroversi klausa filioque kemungkinan besar adalah merupakan aspek dari kepribadian Allah yang
kita tidak akan mengerti secara penuh. Allah, pribadi yang tidak terbatas, pada dasarnya tidak dapat
dipahami oleh kita manusia yang terbatas. Roh Kudus adalah Allah " dan Dia diutus oleh Allah sebagai
"pengganti" Yesus Kristus di dalam dunia. Apakah Roh Kudus diutus oleh Bapa, atau Bapa dan Anak "
kemungkinan besar tidak dapat dijawab secara memuaskan, dan juga bukan sesuatu yang mutlak
dengan kehendak Tuhan. Karunia-karunia Roh diberikan dengan tujuan untuk membangun tubuh
Kristus (1 Korintus 12:7; 14:12). Saat yang tepat ketika karunia ini diberikan tidak secara khusus
disebutkan. Kebanyakan orang beranggapan bahwa karunia Roh diberikan pada saat kelahiran
rohani (saat keselamatan). Namun demikian, ada beberapa ayat yang mungkin mengindikasikan
bahwa Allah juga memberi karunia Roh pada waktu yang lebih belakangan. Baik 1 Timotius 4:14 dan 2
Timotius 1:6 merujuk pada "karunia" yang Timotius terima "oleh nubuat" pada saat dia ditahbiskan
Kemungkinan ini mengindikasikan bahwa salah seorang penatua pada penahbisan Timotius berbicara
di bawah kuasa Allah mengenai karunia rohani yang akan diberikan kepada Timotius untuk
kita) yang memilih karunia. Ayat-ayat ini juga mengindikasikan bahwa bukan semua orang akan
memiliki karunia tertentu. Paulus memberitahukan orang-orang percaya di Korintus bahwa kalau
mereka menginginkan karunia rohani, mereka harus menyingkirkan ketakjuban mereka dengan
karunia-karunia yang "spektakular" atau "yang dapat dipamerkan", dan mencari karunia-karunia yang
membangun, seperti bernubuat (menyampaikan Firman Tuhan untuk membangun orang lain).
Mengapa Paulus memberitahu mereka untuk mencari karunia-karunia "terbaik" kalau mereka sudah
mendapatkan segala yang mereka bisa dapatkan, dan tidak ada lagi kesempatan untuk mendapatkan
karunia-karunia yang "terbaik" ini? Ini akan membawa kita untuk percaya bahwa sama seperti Salomo
meminta hikmat dari Allah untuk menjadi pemimpin yang baik dari umat Allah, maka Allah juga akan
Allah, bukan diri kita. Kalau setiap orang Korintus menginginkan karunia tertentu, seperti misalnya
bernubuat, Allah tidak akan memberi setiap orang karunia itu hanya karena mereka betul-betul
menginginkannya. Mengapa? Di mana jadinya orang-orang lain yang dibutuhkan untuk melayani
memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu (misalnya bersaksi, mengasihi yang tidak dapat
dikasihi, menjadikan semua bangsa murid Tuhan, dll) Dia akan memampukan kita melakukan itu.
Sebagian orang mungkin tidak punya "karunia" untuk menginjili seperti orang lain misalnya, namun
Allah memerintahkan semua orang Kristen untuk bersaksi dan memuridkan (Matius 28:18-20; Kisah
1:8). Kita semua dipanggil untuk menginjili, baik kita memiliki karunia penginjilan atau tidak. Orang
Kristen yang punya ketekadan yang mau terus berusaha setelah mempelajari Firman Allah dan
mengembangkan kemampuannya untuk mengajar, akan menjadi guru yang lebih baik dari orang yang
mendapatkannya melalui hidup bersama Allah? Jawabannya adalah kedua-duanya. Biasanya karunia
rohani diberikan pada saat diselamatkan, namun juga dapat diperoleh melalui pertumbuhan rohani.
Apakah keingingan hati Anda dapat diperjuangkan dan dikembangkan menjadi karunia rohani?
Dapatkah Anda mengejar karunia rohani tertentu? 1 Korintus 12:31 nampaknya mengindikasikan
bahwa adalah mungkin untuk "dengan sungguh-sungguh menginginkan karunia yang terbaik." Anda
boleh minta dari Allah karunia rohani tertentu dan dengan giat mengejarnya dengan berusaha
berkembang dalam bidang itu. Pada saat yang sama, kalau itu bukan kehendak Allah, Anda tidak akan
mendapatkannya sekeras apapun Anda mengejarnya. Allah maha bijak dan tahu karunia apa yang
mengembangkan bidang-bidang yang dicantumkan dalam daftar karunia rohani " menunjukkan
keramahan, kemurahan, melayani satu dengan yang lain, mengabarkan Injil, dll. Saat kita berusaha
melayani Dia karena kasih, demi untuk membangun orang lain bagi kemuliaanNya, Dia akan
memuliakan namaNya, menumbuhkan gerejaNya dan memberi kita pahala (1 Korintus 3:5-8, 12:31-
14:1). Allah berjanji bahwa ketika kita menjadikan Dia sebagai kesenangan kita, Dia akan
mengabulkan keinginan hati kita (Mazmur 37:4-5). Termasuk di dalamnya adalah mempersiapkan kita
untuk melayani Dia dengan cara yang dapat memberi kita makna dan kepuasan.
Apakah seorang percaya seharusnya dapat
merasakan Roh Kudus?
Pertanyaan: Apakah seorang percaya seharusnya dapat merasakan Roh Kudus?
Sekalipun beberapa pelayanan tertentu dapat melibatkan "perasaan" seperti misalnya keyakinan akan
dosa, penghiburan, dan pemberian kuasa " Alkitab tidak memerintahkan kita untuk mendasarkan
hubungan kita dengan Roh Kudus berdasarkan apa atau bagaimana perasaan kita. Setiap orang
percaya yang sudah lahir kembali memiliki Roh Kudus berdiam di dalamnya. Yesus memberitahu kita
bahwa ketika sang Penghibur datang Dia akan bersama-sama dengan kita dan di dalam kita. "Aku
akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia
menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia
tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan
akan diam di dalam kamu" (Yohanes 14:16-17). Dengan kata lain, Yesus mengirimkan Pribadi yang
sama seperti Dia untuk beserta dengan kita dan di dalam kita.
Kita tahu bahwa Roh Kudus beserta dengan kita karena Firman Allah memberitahu kita demikian.
Setiap orang yang lahir kembali didiami oleh Roh Kudus, namun tidak setiap orang percaya "dikuasai"
oleh Roh Kudus, dan ada perbedaan jelas di antara keduanya. Ketika kita hidup secara kedagingan,
kita tidak dikuasai oleh Roh Kudus sekalipun Roh Kudus mendiami kita. Rasul Paulus mengomentari
kebenaran ini dan dia menggunakan sebuah ilustrasi yang menolong kita untuk mengerti. "Dan
janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu
penuh dengan Roh" (Efesus 5:18). Banyak orang yang membaca ayat ini dan menafsirkannya bahwa
Paulus melarang minum anggur. Namun demikian, konteks dari bagian Alkitab ini adalah kehidupan
dan pergumulan orang percaya yang dipenuhi Roh Kudus. Karena itu di sini ada sesuatu yang lebih
mereka sempoyongan, cara bicara mereka tidak jelas, dan kemampuan penilaian mereka terganggu.
Di sini rasul Paulus membuat perbandingan. Sama seperti ada ciri-ciri yang memampukan kita melihat
bahwa seseorang itu dikuasai oleh terlalu banyak anggur, seharusnya ada karakteristik tertentu yang
memampukan kita untuk melihat seseorang yang dikuasai oleh Roh Kudus. Kita membaca dalam
Galatia 5:22-24 mengenai "buah" Roh. Ini adalah buah kepunyaan Roh Kudus dan dinyatakan oleh
orang percaya yang sudah lahir kembali yang hidup di bahwa penguasaan Roh Kudus.
Bentuk kalimat dalam Efesus 5:18 mengindikasikan proses terus menerus dipenuhi oleh Roh Kudus.
Karena nasihat ini adalah untuk "terus menerus dipenuhi," maka berarti ada kemungkinan untuk tidak
"dipenuhi" atau dikuasai oleh Roh Kudus. Bagian selebihnya dari Efesus 5 memberitahu kita
karakteristik dari orang percaya yang dipenuhi Roh Kudus. "dan berkata-katalah seorang kepada yang
lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan
dengan segenap hati. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus
Kristus kepada Allah dan Bapa kita dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut
oleh Roh Kudus. Kita tidak akan dipenuhi dengan Roh Kudus karena kita "merasa" dipenuhi, tetapi
adalah karena ini adalah hak dan kepunyaan kita di dalam Kristus. Dipenuhi atau dikuasai oleh Roh
Kudus adalah hasil dari hidup dalam ketaatan kepada Tuhan. Ini adalah anugrah dan bukan perasaan.
Emosi bisa dan akan memperdaya kita, dan dapat membuat diri kita masuk dalam keadaan emosi
yang semata-mata dari kedagingan kita dan bukan dari Roh Kudus. "Maksudku ialah: hiduplah oleh
Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita
dikuasai sedemikian rupa oleh kehadiran dan kuasa Roh Kudus dan hal ini seringkali merupakan
pengalaman emosional. Ketika hal ini terjadi, ini adalah suatu sukacita yang tidak ada taranya. Raja
Daud "menari-mari dengan sukacita" (2 Samuel 6:14) ketika mereka membawa Tabut Perjanjian ke
Yerusalem. Mengalami sukacita Roh adalah pemahaman bahwa sebagai anak-anak Allah kita
diberkati oleh anugrahNya. Karena itu sudah barang tentu pelayanan Roh Kudus dapat melibatkan
perasaan dan emosi kita. Pada saat yang sama, sekalipun karya Roh Kudus dalam hidup kita dapat
melibatkan "perasaan," kita tidak boleh mendasarkan jaminan bahwa kita memiliki Roh Kudus pada
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." Buah Roh Kudus adalah hasil
dari berperannya Roh Kudus dalam kehidupan orang-orang Kristen. Alkitab dengan jelas menyatakan
bahwa setiap orang menerima Roh Kudus pada saat dia percaya kepada Yesus Kristus (Roma 8:9; 1
Korintus 12:13, Efesus 1:13-14). Salah satu tujuan utama datangnya Roh Kudus ke dalam hidup orang
percaya adalah untuk mengubah kehidupan itu. Adalah pekerjaan Roh Kudus untuk menyesuaikan
kita dengan gambar Kristus, membuat kita menjadi lebih serupa dengan Dia.
Buah Roh Kudus adalah berlawanan dengan perbuatan natur dosa dalam Galatia 5:19-21. "Perbuatan
daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir,
perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan
kamu"seperti yang telah kubuat dahulu"bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak
akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." Galatia 5:19-21 adalah bagaimana orang-orang, dalam
tingkatan yang berbeda, ketika mereka tidak mengenal Kristus dan karena itu tidak di bawah pengaruh
Roh Kudus. Natur kedagingan kita yang berdosa menghasilkan jenis-jenis buah (Galatia 5:19-21) dan
Sebagai umat manusia yang telah jatuh dalam dosa, kita masih terperangkap dalam tubuh yang
menginginkan hal-hal yang berdosa (Roma 7:14-25). Sebagai orang-orang Kristen, kita memiliki Roh
Kudus yang menghasilkan buahNya dalam diri kita dan kuasa Roh Kudus tersedia untuk membantu
kita menaklukkan perbuatan dari natur dosa (2 Korintus 5:17, Filipi 4:13). Seorang Kristen tidak pernah
selalu menang dalam hal selalu menyatakan buah Roh Kudus. Namun demikian, adalah salah satu
tujuan dalam kehidupan Kristen untuk secara bertahap mengizinkan Roh Kudus menaklukkan
keinginan dosa. Buah Roh adalah bagaimana yang Allah inginkan untuk kehidupan kita " dan dengan
Ketika orang-orang percaya mengenakan perisai iman sebagai bagian dari persenjataan Allah (Efesus
6:16), mereka mengalahkan kuasa panah api dari Iblis. Kristus menggambarkan neraka sebagai
tempat di mana apinya tidak akan pernah "padam" (Markus 9:44, 46, 48). Demikian pula, Roh Kudus
adalah api yang berdiam dalam diri setiap orang percaya. Dia ingin mengungkapkan diriNya dalam
tindakan dan sikap kita. Ketika orang-orang percaya tidak mengizinkan Roh Kudus nyata dalam
perbuatan mereka, ketika kita melakukan apa yang kita tahu adalah salah, pada waktu itu kita
menekan atau "memadamkan" Roh. Kita tidak mengizinkan Roh Kudus mengungkapkan diriNya
adalah karakter dari suatu kepribadian. Hanya suatu pribadi yang dapat "didukakan"; karena itu, Roh
Kudus pastilah merupakan suatu pribadi sehingga dapat memiliki perasaan semacam ini. Begitu kita
memahami aspek ini, kita dapat lebih memahami bagaimana Roh Kudus "didukakan," karena kita juga
berduka. Efesus 4:30 memberitahu kita bahwa kita tidak boleh "mendukakan" Roh Kudus. Mari kita
tetap dalam pasal ini untuk mengerti apa yang mau dikatakan Paulus kepada kita. Kita dapat
"mendukakan Roh Kudus dengan bertindak seperti orang yang belum percaya (4:17-19), dengan
menyerah kepada natur dosa kita (2:22-24), dengan berdusta (4:25), dengan kemarahan (4:32),
dengan percabulan(5:3-5). "Mendukakan" Roh Kudus adalah melakukan hal yang berdosa baik dalam
gaya hidup yang beribadah. Keduanya terjadi ketika seorang percaya berdosa kepada Allah dan
mengikuti keinginan duniawi. Satu-satunya jalan yang benar yang harus diikuti adalah jalan yang
membawa orang-orang percaya lebih dekat kepada Allah dan kesucian, dan makin menjauh dari dunia
dan dosa. Sama seperti kita tidak suka didukakan, dan demikian pula kita tidak berusaha
memadamkan apa yang baik " kita juga tidak boleh mendukakan atau memadamkan Roh Kudus
kehadiran Roh Kudus. Roh Kudus memiliki banyak fungsi, peranan dan kegiatan. Pertama, Dia
bekerja dalam hati semua orang di manapun mereka berada. Yesus memberitahu murid-muridNya
bahwa Dia akan mengutus Roh Kudus ke dalam dunia untuk, "menginsafkan dunia akan dosa,
kebenaran dan penghakiman" (Yohanes 16:7-11). Setiap orang memiliki "kesadaran akan Allah" baik
mereka akui atau tidak, karena Roh Kudus menerapkan kebenaran Allah dalam pikiran manusia untuk
meyakinkan mereka dengan argumen-argumen yang cukup dan beralasan bahwa mereka adalah
orang-orang berdosa.
Begitu kita diselamatkan dan menjadi milik Allah, Roh Kudus berdiam di dalam hati kita untuk
selamanya, memeteraikan kita dengan meneguhkan, mengesahkan dan menjamin keadaan kekal kita
sebagai anak-anakNya. Yesus berkata bahwa Dia akan mengirimkan Roh Kudus untuk menjadi
Penolong, Penghibur dan Penuntun. "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan
kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya" (Yohanes
14:16) Kata Yunani yang diterjemahkan "Penolong" berarti seseorang yang dipanggil untuk berjalan
bersama, dan mempunyai pengertian seseorang yang memberi dorongan dan nasihat. "Berdiam"
berhubungan dengan tinggalnya Roh Kudus secara permanen dalam hati orang-orang
percaya (Roma 8:9; 1 Korintus 6:19, 2; 12:13). Yesus memberi Roh Kudus sebagai "kompensasi"
untuk ketidakhadiranNya, untuk melaksanakan fungsi yang Yesus ingin lakukan bagi kita kalau saja
memungkinkan kita untuk memahami dan menafsirkan Firman Tuhan. Yesus memberitahu murid-
muridNya, "Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh
kebenaran" (Yohanes 16:13). Dia mengungkapkan isi hati Allah sehubungan dengan ibadah, doktrin
dan kehidupan Kristen. Dia adalah Penuntun yang paling utama, berjalan di depan, memimpin,
menyingkirkan rintangan, membuka pengertian, dan memastikan segala sesuatunya jelas. Dia
memimpin dalam jalan yang harus kita jalani dalam semua hal rohani. Tanpa penuntun semacam ini,
kita dapat jatuh dalam kesalahan. Bagian krusial dari Kebenaran yang Dia ungkapkan adalah bahwa
Yesus adalah sesuai dengan apa yang Dia katakan (Yohanes 15:26; 1 Korintus 12:3). Roh Kudus
meyakinkan kita akan keillahian dan keanakan Kristus, inkarnasiNya, Kristus sebagai Mesias,
penderitaan dan kematianNya, kebangkitan dan kenaikanNya, pemuliaanNya di sebelah kanan Allah,
dan perannya sebagai Hakim dari segalaNya. Dia memuliakan Kristus dalam segala hal (Yohanes
16:14).
Perannya yang lain adalah pemberi karunia. 1 Korintus 12 menggambarkan karunia-karunia rohani
yang diberikan kepada orang-orang percaya agar kita dapat menjalankan fungsi sebagai tubuh Kristus
dalam dunia. Semua karunia ini, baik besar maupun kecil, adalah pemberian Roh Kudus agar kita
dapat menjadi duta besar-duta besarNya kepada dunia, menunjukkan anugrahNya dan memuliakan
Dia.
Roh Kudus juga berperan sebagai penghasil-buah dalam kehidupan kita. Ketika Dia mendiami kita,
Dia mulai menuai buahNya dalam kehidupan kita " kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Galatia 5:22-23). Ini bukanlah
hasil pekerjaan daging kita, yang tidak mampu untuk menghasilkan buah semacam ini, namun adalah
semua peran yang ajaib ini, bahwa Dia berdiam dengan kita untuk selamanya dan tidak akan pernah
meninggalkan atau mengabaikan kita adalah merupakan alasan untuk sukacita dan penghiburan yang
besar. Puji Tuhan untuk anugrah yang berharga ini " Roh Kudus dan karyaNya dalam hidup kita.
Apakah tumbang dalam roh Alkitabiah?
Pertanyaan: Apakah tumbang dalam roh Alkitabiah?
Konsep mengenai "tumbang dalam roh" adalah saat hamba Tuhan menumpangkan tangan atas
seseorang dan orang itu jatuh ke lantai, katanya dikuasai oleh Roh Kudus. Mereka yang
mempraktekkan "tumbang dalam roh" menggunakan ayat-ayat alkitab yang berbicara mengenai
orang-orang yang "seperti mati" (Wahyu 1:17), atau jatuh tertelungkup (Yehezkiel 1:28, Daniel 8:17-18,
Daniel 10:7-9). Namun demikian ada sejumlah kontras antara "tertelungkup" dalam Alkitab dengan
disaksikan dalam penglihatan atau sesuatu yang melampaui apa yang biasa terjadi, seperti
transfigurasi Kristus (Matius 17:6). Dalam praktek "tumbang dalam roh" yang tidak Alkitabiah, orang
berespon terhadap "sentuhan" orang lain atau pada gerakan tangan sang pembicara.
2. Contoh-contoh Alkitab jarang dan hanya terjadi pada sedikit orang. Fenomena "tumbang dalam roh"
terjadi setiap minggu dalam gereja mereka dan merupakan pengalaman yang terjadi pada banyak
orang.
3. Dalam contoh-contoh Alkitab, orang jatuh tertelungkup karena takjub atas apa yang mereka lihat
atau Siapa yang mereka lihat. Dalam "tumbang dalam roh" yang palsu, orang-orang jatuh ke belakang,
baik sebagai respon terhadap gerakan tangan sang pembicara atau terhadap sentuhan (atau dalam
respon terhadap sentuhan atau dorongan. Banyak orang mengalami tenaga atau kuasa yang
mengakibatkan mereka jatuh ke belakang. Namun demikian, tidak ada dasar Alkitab untuk konsep ini.
Ya, mungkin ada tenaga atau kuasa yang terlibat di dalamnya, namun kalaupun demikian,
kemungkinan besar bukan dari Allah, dan bukan merupakan hasil pekerjaan Roh Kudus.
Sangat disayangkan bahwa orang-orang menerima pemalsuan yang begitu aneh yang tidak
menghasilkan buah roh apapun dan bukannya mengejar buah yang praktis yang diberikan oleh Roh
kepada kita untuk memuliakan Kristus dengan kehidupan kita (Galatia 5:22-23). Dipenuhi dengan Roh
Kudus tidaklah dibuktikan dengan pemalsuan semacam ini, namun oleh hidup yang berlimpah dengan
Firman Allah dengan sedemikian rupa sehingga Firman itu mengalir dalam bentuk nyanyian pujian dan
syukur kepada Allah. Semoga Efesus 5:18-20 dan Galatia 5:22-23 menggambarkan kehidupan kita!
Apakah Roh Kudus dapat meninggalkan
orang percaya?
Pertanyaan: Apakah Roh Kudus dapat meninggalkan orang percaya?
Secara ringkas, tidak, Roh Kudus tidak akan pernah meninggalkan orang percaya. Kebenaran ini
diungkapkan dalam berbagai bagian dalam Perjanjian Baru. Misalnya, Roma 8:9 memberitahu kita,
"Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus." Ayat ini amat jelas bahwa jika
seseorang tidak memiliki Roh Kudus hadir dan berdiam dalam dirinya, maka orang itu belum
diselamatkan, karena itu, jikalau Roh Kudus meninggalkan orang percaya, dia akan kehilangan relasi
dengan Kristus dan kehilangan keselamatan. Namun ini jelas bertentangan dengan apa yang diajarkan
oleh Roh Kudus mengenai "jaminan keselamatan" orang percaya. Ayat yang lain yang berbicara
dengan jelas mengenai Roh Kudus tinggal tetap dalam hidup orang percaya adalah Yohanes 14:16. Di
sini Yesus menyatakan bahwa Bapa akan memberi seorang Penolong yang lain, dan "supaya Ia
Efesus 1:13-14 di mana dikatakan bahwa orang-orang percaya "dimeteraikan" oleh Roh Kudus yang
"diberikan sebagai jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang
menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya." Dimeteraikan oleh Roh Kudus
menggambarkan kepemilikan. Allah telah menjanjikan hidup kekal kepada semua yang percaya akan
Kristus, dan sebagai jaminan bahwa Dia akan memelihara janjinya, Dia telah mengutus Roh Kudus
untuk mendiami orang percaya hingga pada hari penebusan. Sama seperti memberi uang panjar
untuk mobil atau pembelian rumah, Allah telah menyediakan panjar bagi semua orang percaya untuk
masa depan mereka denganNya dengan mengutus Roh Kudus untuk mendiami mereka. Fakta bahwa
semua orang percaya dimeteraikan oleh Roh juga dapat dilihat dalam 2 Korintus 1:22 dan Efesus 4:30.
Sebelum kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke surga, Roh Kudus memiliki hubungan
"datang dan pergi" dengan orang-orang percaya. Roh Kudus mendiami Raja Saul, namun kemudian
meninggalkan dia (1 Samuel 16:14). Roh Kudus justru datang kepada Daud (1 Samuel 16:13).
Setelah perzinahannya dengan Betsyeba, Daud kuatir bahwa Roh Kudus akan diambil dari
Dia (Mazmur 51:11). Roh Kudus memenuhi Bezaleel untuk memampukan dia membuat perkakas-
perkakas yang dibutuhkan dalam Kemah Pertemuan (Keluaran 31:2-5), namun ini tidak digambarkan
sebagai relasi yang permanen. Mulai dari hari Pentakosta (Kisah pasal 2), Roh Kudus mulai mendiami
orang-orang percaya secara permanen. Berdiamnya Roh Kudus secara permanen adalah pemenuhan
janji Allah untuk selalu beserta kita dan tidak pernah meninggalkan kita.
Walaupun Roh Kudus tidak akan pernah meninggalkan kita, adalah mungkin untuk dosa kita
"memadamkan Roh Kudus" (1 Tesalonika 5:19) atau "mendukakan Roh Kudus" (Efesus 4:30). Dosa
selalu berdampak pada hubungan kita dengan Allah. Walaupun hubungan kita dengan Allah di dalam
Kristus tetap aman, dosa yang tidak diakui dalam kehidupan kita dapat menghalangi persekutuan
dengan Allah dan secara efektif memadamkan pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan kita. Itu
sebabnya amatlah penting untuk mengakui dosa-dosa kita karena Allah "adalah setia dan adil,
sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan" (1
Yohanes 1:9). Jadi walaupun Roh Kudus tidak akan pernah meninggalkan kita, faedah dan sukacita
Keduanya menjadi makin efektif ketika makin sering digunakan. Keduanya digunakan untuk
kepentingan orang lain, bukan untuk tujuan pribadi. 1 Korintus 12:7 menjelaskan bahwa karunia roh
diberikan untuk kepentingan orang lain " bukan untuk diri sendiri. Karena kedua perintah agung
berhubungan dengan mengasihi Allah dan sesama, maka jelaslah bahwa seseorang haruslah
menggunakan talentanya untuk tujuan tsb. Namun talenta dan karunia roh berbeda dalam hal kepada
siapa itu diberikan dan kapan diberikan. Seseorang (tanpa memandang kepercayaannya kepada Allah
atau Kristus) diberikan bakat alamiah sebagai hasil kombinasi genetik (sebagian orang memiliki bakat
alamiah dalam bidang musik, kesenian, atau matematika) dan lingkungan (bertumbuh dalam keluarga
yang menggemari musik akan membantu seseorang mengembangkan talenta musik), atau karena
Allah berkehendak menganugrahkan orang-orang tertentu dengan talenta tertentu (misalnya Bezaleel
dalam Keluaran 31:1-6). Karunia Roh diberikan oleh Roh Kudus kepada orang-orang percaya (Roma
12:3, 6) pada saat mereka menaruh iman mereka kepada Kristus untuk mendapatkan pengampunan
dosa. Pada waktu itu Roh Kudus memberi orang percaya karunia rohani yang Dia ingin orang percaya
tsb. miliki (1 Korintus 12:11). Ada tiga kategori utama untuk karunia rohani"
Roma 12:3-8 mencantumkan karunia rohani berikut ini: nubuat, melayani (dalam pengertian umum),
Korintus 12:8-11 mencantumkan karunia roh sbb: kata-kata hikmat (kemampuan untuk
mengkomunikasikan kebenaran praktis), iman (bersandar kepada Allah secara luar biasa), melakukan
mujizat, nubuat, membedakan bermacam-macam roh, berbahasa roh (kemampuan untuk berbicara
dalam bahasa yang belum pernah dipelajari), dan menafsirkan bahasa roh. Daftar yang ketiga terdapat
dalam Efesus 4:10-12 yang berbicara mengenai Allah memberikan gerejaNya para rasul, nabi,
pekabar Injil, dan gembala-pengajar. Ada pertanyaan mengenai sebetulnya ada berapa banyak
karunia roh karena tidak ada daftar yang sama. Ada juga kemungkinan bahwa daftar dalam Alkitab
bukanlah daftar yang lengkap, bahwa masih ada karunia roh lainnya yang tidak dicantumkan oleh
Alkitab.
Walaupun seseorang sering dapat mengembangkan talentanya dan kemudian mengarahkan profesi
atau hobinya seturut dengan talenta tsb., karunia roh diberikan oleh Roh Kudus untuk membangun
gereja Kristus. Dalam hal ini semua orang Kristen memiliki peranan aktif dalam perluasan injil Kristus.
Semua dipanggil dan diperlengkapi untuk ambil bagian dalam "pekerjaan pelayanan" (Efesus 4:12).
Semua diberikan karunia sehingga mereka dapat mendukung pekerjaan Kristus karena rasa syukur
untuk apa yang telah dilakukanNya bagi mereka. Dengan berlaku demikian, mereka juga
mendapatkan kepuasan hidup melalui jerih payah mereka bagi Kristus. Adalah tugas dari para
pemimpin gereja untuk menolong membangun para orang kudus sehingga mereka dapat
diperlengkapi lebih lanjut untuk pelayanan yang sesuai dengan panggilan Allah kepada mereka. Hasil
yang dikehendaki oleh karunia roh adalah gereja sebagai kesatuan dapat bertumbuh, diperkuat oleh
dan/atau latihan, sedangkan karunia roh adalah hasil dari kuasa Roh Kudus. (2) Talenta dapat dimiliki
oleh siapa saja, Kristen atau bukan Kristen, sedangkan karunia roh hanya dimiliki oleh orang-orang
Kristen. (3)Walaupun talenta dan karunia roh seharusnya digunakan bagi kemuliaan Kristus dan untuk
melayani orang lain, karunia roh berfokus pada karya ini sementara talenta bisa saja digunakan untuk
menerima Roh Kudus (Kisah 2:4; 10:44-46; 19:6). Namun ketiga peristiwa ini adalah satu-satunya
tempat di dalam Alkitab di mana bahasa lidah adalah bukti dari menerima Roh Kudus. Dalam seluruh
kitab Kisah Rasul, ribuan orang percaya kepada Yesus dan tidak ada dikatakan apa-apa tentang
mereka berbahasa lidah (Kisah 2:41; 8:5-25; 16:31-34; 21:20). Dalam Perjanjian Baru tidak pernah
diajarkan bahwa berbahasa lidah adalah satu-satunya bukti bahwa seseorang telah menerima Roh
Kudus. Bahkan kenyataannya, Perjanjian Baru mengajarkan hal yang sebaliknya. Kita diberitahukan
bahwa setiap orang yang percaya pada Kristus memiliki Roh Kudus (Roma 8:9; 1 Korintus 12:13;
Efesus 1:13-14), namun tidak semua orang percaya berbahasa lidah (1 Korintus 12:29-31).
Jadi mengapa berbahasa lidah menjadi bukti dari memiliki Roh Kudus dalam ketiga bagian Alkitab
dalam kitab Kisah Rasul tsb? Kisah 2 mencatat bahwa para rasul dibaptiskan dalam Roh Kudus dan
diberikan kuasa olehNya untuk mengabarkan Injil. Para Rasul dimampukan untuk berbicara dalam
bahasa asing (bahasa lidah)agar mereka dapat membagikan kebenaran kepada setiap orang dalam
bahasa mereka sendiri. Kisah pasal 10 mencatat Rasul Petrus diutus membagikan Injil dengan orang-
orang bukan Yahudi. Sebagai orang-orang Yahudi, Petrus dan orang-orang Kristen mula-mula lainnya
sulit untuk menerima orang-orang dari bangsa lain (mereka yang bukan orang Yahudi) dalam gereja.
Allah memberikan kemampuan berbahasa lidah kepada orang-orang berbangsa lain ini untuk
mendemonstrasikan bahwa mereka menerima Roh Kudus yang sama dengan yang telah diterima
ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. Dan semua orang percaya dari golongan
bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus
dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata
dalam bahasa roh dan memuliakan Allah. Lalu kata Petrus: "Bolehkah orang mencegah untuk
membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti
kita?"" Di kemudian hari Petrus menunjuk pada peristiwa ini sebagai bukti bahwa Allah juga
Kristen ketika mereka menerima Yesus sebagai Juruselamat dan karena itu dibaptiskan dalam Roh
Kudus. Kenyataannya, dari semua kisah pertobatan dalam Perjanjian Baru, hanya dua yang mencatat
bahasa liidah dalam konteks tsb. Bahasa lidah adalah karunia ajaib yang memiliki tujuan khusus untuk
waktu yang khusus. Bahasa lidah bukan dan tidak pernah menjadi bukti dari menerima Roh Kudus.
Apa artinya hidup dalam Roh?
Pertanyaan: Apa artinya hidup dalam Roh?
Orang-orang percaya memiliki Roh Kristus, pengharapan kemuliaan dalam diri mereka (Kolose 1:27).
Mereka yang hidup dalam Kristus akan menyatakan kesucian dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah
merupakan hasil dari secara sengaja dan dengan iman memilih untuk bersandar pada Roh Kudus
untuk menuntun pikiran, kata-kata dan perbuatan (Roma 6:11-14). Tidak bersandar pada bimbingan
Roh Kudus akan mengakibatkan orang percaya tsb. tidak hidup sesuai dengan panggilan dan
kedudukan yang disediakan oleh keselamatan (Yohanes 3:3, Efesus 4:1; Filipi 1:27). Kita dapat
mengetahui bahwa kita hidup dalam Roh kalau kehidupan kita menunjukkan buah Roh yang adalah
kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, dan
penguasaan diri (Galatia 5:22-23). Dipenuhi (hidup) dengan Roh adalah sama dengan mengizinkan
Firman Kristus (Alkitab) untuk diam dengan segala kekayaanNya di dalam kita (Kolose 3:16).
Hasilnya adalah pengucapan syukur, puji-pujian dan sukacita (Efesus 5:18-20; Kolose 3:16). Anak-
anak Allah akan dipimpin oleh Roh Allah (Roma 8:14). Ketika orang Kristen memilih untuk tidak hidup
dalam Roh, dan karena itu berdosa dan mendukakan Dia, jalan keluar telah dipersiapkan untuk
pemulihan kembali melalui pengakuan akan kesalahan (Efesus 4:30; 1 Yohanes 1:9). "Hidup dalam
Roh" adalah menaati pimpinan Roh. Pada dasarnya itu adalah "berjalan bersama" Roh, mengizinkan
Roh untuk menuntun langkah kita dan mencocokkan pikiran kita. Secara ringkas, sebagaimana kita
menerima Kristus dengan iman, dengan iman pula Dia meminta kita untuk hidup di dalam Dia sampai
kita diangkat ke surga dan akan mendengar dari sang Tuan, "Baik sekali!" (Kolose 2:5, Matius 25:23).