Anda di halaman 1dari 368

KURIKULUM

PELATIHAN MANAJEMEN PUSKESMAS


terintegrasi HIV-AIDS

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan


kesehatan tingkat pertama di Indonesia, dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya kepala puskesmas
dan petugas kesehatan perlu dibekali dengan
pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan
manajemen puskesmas sehingga mampu mensinergikan
potensi yang dimiliki oleh puskesmas dari segi sumber
daya manusia, sarana prasarana dan pembiayaan.
Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi
kontak pertama dengan masyarakat, puskesmas perlu
pula mengetahui program kesehatan yang menjadi
prioritas nasional dan global, salah satunya adalah
pencegahan dan pengendalian penyakit menular seperti
HIV-AIDS dan TB, dalam pelaksanaan program tersebut
puskesmas mengacu kepada kebijakan nasional di tingkat
pusat dengan tetap memperhatikan kondisi wilayah kerja
setempat dan melakukan analisis situasi berdasarkan
bukti serta sumber daya yang dimiliki.
HIV-AIDS saat ini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Sejak
pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan tahun

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 1


2011, kasus HIV teridentifikasi tersebar di 368 dari 498
kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Agar
puskesmas mampu melaksanakan program pencegahan
dan pengendalian HIV-AIDS di wilayah kerjanya maka
puskesmas dibekali pengetahuan mengenai konsep
pengendalian penyakit HIV-AIDS melalui Layanan
Komprehensif Berkesinambungan (LKB). Layanan
tersebut menggunakan pendekatan sistematis dan
komprehensif, serta dengan perhatian khusus pada
kelompok kunci dan kelompok populasi yang sulit
dijangkau. Salah satu kelompok populasi yang perlu
mendapatkan perhatian adalah ibu hamil. Di Indonesia,
infeksi HIV merupakan salah satu penyakit menular yang
dikelompokkan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi
kematian ibu dan anak. Agar transmisi penularan HIV
dari ibu ke anak dapat dicegah maka diperlukan
pelaksanaan program PPIA yang terintegrasi di layanan
KIA. Hingga saat ini masih banyak penderita HIV AIDS
dan IMS yang tidak terdeteksi secara dini oleh puskesmas.
Tren penularan HIV di Indonesia saat ini tidak hanya
melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik
bersama saja, namun juga penularan HIV dari Ibu ke
Anak juga mengalami angka peningkatan yang cukup
signifikan. Di mana ibu rumah tangga masuk ke dalam
populasi umum dan tidak menyadari bahwa dirinya sudah
tertular HIV. Di sini pula peran puskesmas sebagai ujung
tombak layanan kesehatan mampu melakukan deteksi
dan pencegahan secara dini melalui promosi kesehatan
terhadap penularan HIV serta mampu melakukan
pengobatan bagi puskesmas yang sudah mampu atau

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 2


melakukan perujukan ODHA (orang dengan HIV AIDS) ke
layanan yang lebih lengkap. Berdasarkan Asian Model
Epidemic (AEM), tren kasus baru HIV di Indonesia dalam
regional ASEAN mengalami peningkatan dibandingkan
negara lainnya yang mengalami penurunan kasus baru
HIVnya.

B. Filosofi

Dalam pelatihan Manajemen Puskesmas menggunakan


nilai-nilai dan keyakinan yang menjiwai, mendasari dan
memberikan identitas pada sistem pelatihan sebagai
berikut :
1. Pelatihan menerapkan prinsip pembelajaran orang
dewasa, dengan karakteristik :
o Pembelajaran pada orang dewasa adalah belajar
pada waktu, tempat, dan kecepatan yang sesuai
untuk dirinya
o Setiap orang dewasa memiliki cara dan gaya belajar
tersendiri dalam upaya belajar secara efektif.
o Kebutuhan orang untuk belajar adalah karena
adanya tuntutan untuk mengembangkan diri secara
professional
o Proses pembelajaran melalui pelatihan diarahkan
kepada upaya perubahan perilaku dalam diri
manusia sebagai diri pribadi dan anggota
masyarakat.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 3


o Proses pembelajaran orang dewasa melalui
pelatihan perlu memperhatikan penggunaan metode
dan teknik yang dapat menciptakan suasana
partisipatif.
2. Proses pelatihan memanfaatkan pengalaman peserta
dalam melakukan manajemen Puskesmas, dan
digunakan pada setiap tahap proses pembelajaran.
3. Proses pembelajaran lebih banyak memberi
pengalaman melakukan sendiri secara aktif tahap-
tahap manajemen Puskesmas, atau menggunakan
metode learning by doing.

II. KOMPETENSI
Peserta memiliki kompetensi dalam melaksanakan
manajemen Puskesmas meliputi:
1. Menyusun rencana kegiatan tahunan puskesmas
2. Mengelola lokakarya mini Puskesmas
3. Melakukan penilaian kinerja Puskesmas
4. Kemampuan membangun tim kerja

III. TUJUAN PELATIHAN


A. Tujuan Pelatihan Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan
mampu mengelola program pelayanan kesehatan
dasar di Puskesmas secara optimal
B. Tujuan Pelatihan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu:

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 4


1. Memahami kebijakan dasar Puskesmas dan
penerapannnya
2. Memahami kebijakan dan konsep dasar LKB
termasuk PPIA dan penerapannya
3. Membuat perencanaan kegiatan tahunan
puskesmas
4. Menyelenggarakan lokakarya mini dalam upaya
melakukan koordinasi lintas program dan lintas
sektor
5. Melakukan penggalangan kerjasama tim dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan Puskesmas
6. Melakukan penilaian kinerja puskesmas secara
efektif

IV. MATERI PELATIHAN

Struktur Program
Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka
disusun materi yang akan diberikan secara rinci pada
tabel berikut :

Penjabaran Materi Kurikulum Modul Manajemen


Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS
No Materi Jam Pelajaran
T P PL JML
A. Materi Dasar
1 Kebijakan dasar Puskesmas 4 - - 4
dan penerapannya

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 5


2 Kebijakan LKB dan PPIA 5 - - 5
3 Membangun tim kerja 2 3 - 5

B. Materi Inti
1 Perencanaan Puskesmas 4 12 - 16
2 Mengelola Lokakarya Mini 4 8 - 12
3 Penilaian Kinerja 4 8 - 12

C. Materi Penunjang
1 RTL 1 3 - 4
2 BLC - 2 - 2
Jumlah 24 36 - 60

V. PESERTA, PELATIH DAN PENYELENGGARA

A. PESERTA

Peserta pelatihan ini berasal dari Puskesmas


diutamakan yang sudah melaksanakan KTS dan
atau klinik IMS atau dipersiapkan untuk LKB
Peserta merupakan satu tim yang terdiri dari :

1. Kepala Puskesmas,
2. Pengelola program HIV,
3. Pengelola program KIA

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 6


Belum pernah mengikuti pelatihan Manajemen
Puskesmas. Tidak dipindah tugaskan dalam
periode waktu minimal 3 tahun.

B. PELATIH/ NARASUMBER

1). Narasumber
Narasumber dalam pelatihan ini adalah
narasumber dari dinas kesehatan propinsi dan
atau kabupaten/kota yang menguasai :
a) Kebijakan Manajemen Puskesmas
b) Kebijakan LKB termasuk PPIA

2). Fasilitator
Fasilitator pelatihan ini berasal dari :
a) Widya Iswara Balai Pelatihan di bidang
Kesehatan

b)Tim Dinas Kesehatan Provinsi yang telah


mengikuti TOT manajemen puskesmas,
atau Tenaga Pelatih Program Kesehatan
(TPPK) yang menguasai materi manajemen
puskesmas
Catatan : untuk pelatih/ fasilitator sebaiknya
merupakan satu tim yang bisa saling mengisi dan
melengkapi terutama dalam memfasilitasi diskusi
kelompok/ penugasan/ latihan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 7


C. PENYELENGGARAAN

Penyelenggaraan pelatihan dilakukan dalam 1


tahap, yaitu :

Pelatihan Manajemen Puskesmas bagi tim


puskesmas diselenggarakan di Bapelkes daerah dan
Dinas Kesehatan Propinsi.

Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota


bekerjasama dengan Balai Pelatihan Kesehatan
dalam penyelenggaraan Pelatihan Manajemen
Puskesmas, kecuali apabila tidak terdapat Balai
Pelatihan Kesehatan di wilayah kerjanya maka
dapat membentuk Tim Pelatih Manajemen
Puskesmas di Dinkes Provinsi dan Kab/Kota.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 8


VI. ALUR PROSES PELATIHAN

Alir proses pelatihan dapat digambarkan seperti di bawah


ini:

Pembukaan

Building Learning Commitment


Metode : Diskusi kelompok, games

Wawasan/ Pengetahuan/ Keterampilan:


kemampuan 1. Perencanaan Puskesmas
1. Kebijakan dasar Puskesmas 2. Lokakarya Mini
dan penerapannya 3. Penilaian Kinerja
Puskesmas
2. Kebijakan dan konsep LKB Metoda:
termasuk PPIA - Ceramah Tanya Jawab
3. Membangun tim kerja - Diskusi Kelompok
Metoda: - Penugasan/latihan/exercise
- Ceramah Tanya Jawab - Role playing
- Diskusi Kelompok - Curah pendapat
- Curah pendapat - Studi kasus
- Role playing

RTL

Evaluasi Penutupan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 9


A. Proses Pembelajaran

Dari gambar di atas dapat disampaikan bahwa


Proses pelatihan dilaksanakan melalui tahapan
sebagai berikut :

1. Pendinamisan dan penggalian harapan peserta


serta membangun komitmen belajar diantara
peserta
2. Penyiapan peserta sebagai seorang manajer
yang senantiasa perlu melakukan
pembaharuan dalam perilaku dan tindakan
dalam berinteraksi dengan manusia dalam
pelaksanaan tugas
3. Pembahasan materi inti di kelas
Dalam setiap pembahasan materi inti, peserta
latih dilibatkan secara aktif sepenuhnya dalam
proses pembelajaran, secara umum sebagai
berikut :
a. Fasilitator mempersiapkan peserta latih
untuk siap mengikuti proses pembelajaran.
b. Fasilitator menjelaskan tentang tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada
setiap materi
c. Fasilitator dapat mengawali proses
pembelajaran dengan penggalian
pengalaman peserta; penugasan dalam
bentuk individual dan kelompok;
penjelasan singkat mengenai seluruh
materi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 10


d. Setelah semua materi disampaikan,
fasilitator dan atau peserta latih dapat
memberikan umpan balik terhadap isi
keseluruhan materi.
e. Sebelum pemberian materi berakhir,
fasilitator dan peserta latih dapat membuat
rangkuman dan atau pembulatan.
Secara terinci, akan diuraikan pada modul
setiap materi, yaitu pada langkah-langkah.
4. Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Pada akhir pelatihan setiap kelompok atau
individu membuat rencana tindak lanjut yang
akan dilaksanakan di tempat kerja dan dapat
digunakan sebagai alat monitoring pasca
pelatihan.

B. Metode Pembelajaran

Metode pelatihan ini berdasarkan prinsip-prinsip


sebagai berikut :
1. Orientasi pada peserta meliputi latar belakang,
kebutuhan dan harapan yang terkait dengan
bidang tugas yang akan dilaksanakan setelah
mengikuti pelatihan, memberi kesempatan
belajar sambil berbuat (learning by doing) dan
belajar atas pengalaman (learning by
experience)
2. Peran serta aktif peserta (active learner
participatory)sesuai dengan pendekatan
pembelajaran (learning)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 11


3. Pembinaan iklim yang demokratis dan dinamis
untuk terciptanya komunikasi dari dan ke
berbagai arah.
Oleh karena itu, maka metode yang dapat
digunakan selama proses pembelajaran dalam
pelatihan Manajemen Puskesmas ini antara lain
adalah :
1. Ceramah singkat dan tanya jawab, terutama
untuk hal-hal yang baru
2. Curah pendapat
3. Penugasan berupa : diskusi kelompok, latihan
dan studi kasus
4. Bermain peran (Role playing)

VII. TEMPAT, WAKTU DAN KELENGKAPAN


PELATIHAN

A. Tempat Pelatihan

Untuk proses pembelajaran dengan metode


tersebut di atas memerlukan tempat yang memiliki
kelengkapan sarana dan prasarana penunjang
pelatihan. Untuk itu pelatihan ini dapat
dilaksanakan di Bapelkes yang ada di tiap propinsi.

B. Waktu Pelatihan

Pelatihan diselenggarakan selama 6 hari dengan


jumlah jam pelatihan 60 Jpl @ 45 menit.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 12


C. Kelengkapan Pelatihan

Untuk menunjang proses pembelajaran selama


pelatihan perlu adanya kelengkapan berupa :
1. Bahan bacaan (referensi) yang berasal dari
fasilitator

2. Formulir-formulir yang dibutuhkan dalam


proses pembelajaran
3. Alat bantu belajar berupa LCD, OHP, PC dan
Note Book, Whiteboard dan Papan Plift chart.

VIII. MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN

A. Monitoring
Tujuan Monitoring adalah untuk menjaga agar
proses pelatihan berjalan sesuai dengan desain
pelatihan.

B. Evaluasi
Tujuan evaluasi/penilaian adalah untuk
mengetahui kemajuan tingkat pengetahuan dan
keterampilan yang dicapai peserta, penilaian
proses pembelajaran dan penyelenggaraan. Hasil
ini dapat digunakan untuk menilai efektifitas
pelatihan dan memperbaiki pelaksanaan
berikutnya.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 13


Evaluasi dilakukan terhadap:
1. Peserta :
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil
pembelajaran dari peserta.
Evaluasi terhadap peserta dilakukan melalui:
Penjajagan awal melalui pre test
Pemahaman peserta terhadap materi yang
telah diterima melalui post test
Pengamatan dan penilaian terhadap
hasil/output pelatihan seperti : Rencana
Tahunan, RTL dan lain-lain.

2. Fasilitator/pelatih :
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
kemampuan fasilitator/pelatih dalam
menyampaikan materi pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan yang
dapat dipahami dan diserap peserta.

3. Penyelenggaraan :
Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap
pelaksanaan diklat. Obyek evaluasi adalah
pelaksanaan administrasi dan akademis
yang meliputi:
Tujuan diklat
Relevansi program diklat dengan tugas
Manfaat setiap mata sajian bagi
pelaksanaan tugas
Manfaat diklat bagi peserta/ instansi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 14


Hubungan peserta dengan pelaksanaan
diklat
Pelayanan sekretariat terhadap peserta
Pelayanan akomodasi
Pelayanan konsumsi
Pelayanan perpustakaan

IX. SERTIFIKASI

Sertifikat akan diberikan kepada peserta yang telah


mengikuti pelatihan dan memenuhi ketentuan yang
berlaku yaitu :
Mengikuti pelatihan sekurang-kurangnya selama
90% dari alokasi waktu pelatihan
Dinyatakan berhasil sesuai evaluasi belajar

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 15


MODUL 1
KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS
DAN PENERAPANNYA

I. DESKRIPSI SINGKAT
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral
dari pembangunan nasional. Tujuan pembangunan
kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan
penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing
sumber daya manusia Indonesia.

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan


tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan
secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas
adalah penanggung jawab penyelenggaraan upaya
kesehatan masyarakat dan perorangan jenjang
pertama.

Pada saat ini Puskesmas telah dibangun hampir


diseluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau
seluruh wilayah kerjanya, puskesmas diperkuat dengan
puskesmas pembantu serta puskesmas keliling,
sehingga dengan demikian seluruh daerah terpencil
sudah dapat dijangkau sehingga masyarakat pada
prinsipnya sudah mempunyai fasilitas pelayanan
kesehatan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 16


Dalam rangka mengoptimalkan fungsi Puskesmas
dalam mendukung tercapainya tujuan
penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
Departemen Kesehatan telah menetapkan kebijakan
dan langkah-langkah strategis sebagai acuan dalam
penyelenggaraan puskesmas, yang dituangkan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Puskesmas harus
memahami kebijakan tersebut secara benar, serta
mampu menerapkannya dalam pengelolaan dan
penyelenggaraan Puskesmas. Oleh karena itu modul
Kebijakan dasar Puskesmas dan Penerapannya
menjadi bagian dari modul pelatihan Manajemen
Puskesmas.

Modul ini akan membahas tentang: Kebijakan Dasar


Puskesmas meliputi Konsep Dasar Puskesmas,
Kedudukan organisasi dan Tata Kerja, Upaya dan Azas
Penyelenggaraan, Manajemen Puskesmas dan
Pembiayaan, serta Penerapan dalam Penyelenggaraan
Puskesmas. Metode pembahasan menggunakan
metode yang melibatkan peran aktif peserta, meliputi:
ceramah tanya jawab, curah pendapat, diskusi
kelompok dan pleno.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 17


II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti sesi ini, peserta latih mampu
memahami kebijakan dasar Puskesmas serta
penerapannya dalam penyelenggaraan Puskesmas.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti sesi ini, peserta latih mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar puskesmas.
2. Menjelaskan kedudukan, organisasi dan tata kerja
puskesmas.
3. Menjelaskan upaya dan azas penyelenggaraan
pelayanan puskesmas.
4. Menjelaskan ruang lingkup manajemen
puskesmas.
5. Menjelaskan pembiayaan upaya kesehatan di
puskesmas.
6. Mengaplikasikan kebijakan dasar dalam
penyelenggaraan Puskesmas.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


Pokok Bahasan 1. Konsep dasar Puskesmas.
Sub Pokok Bahasan : Visi dan Misi, Tujuan
pembangunan kesehatan oleh puskesmas dan Fungsi
Puskesmas.

Pokok Bahasan 2. Kedudukan, Organisasi dan Tata


Kerja Puskesmas.
Sub pokok Bahasan:
Kedudukan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 18


Organisasi
Tata Kerja

Pokok Bahasan 3. Upaya dan Azas Penyelenggaraan


Sub Pokok Bahasan :
Upaya
Penyelenggaraan

Pokok Bahasan 4. Manajemen Puskesmas


Sub Pokok Bahasan :
Perencanaan
Pelaksanaan dan pengendalian
Pengawasan dan pertanggungjawaban

Pokok Bahasan 5. Pembiayaan upaya pelayanan


puskesmas.

Pokok Bahasan 6. Aplikasi Kebijakan dalam


penyelenggaraan Puskesmas
Sub Pokok Bahasan:
- Visi dan Misi
- Penerapan Fungsi
- Penerapan Upaya dan Azas Penyelenggaraan
- Penerapan manajemen Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 19


IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah 1. Pengkondisian (10)

Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran,


metode yang digunakan, mengapa modul/materi ini
diperlukan dalam pelatihan Manajemen Puskesmas,
serta keterkaitan dengan materi lainnya.
Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta yang
sudah mempunyai pengalaman dalam melaksanakan
pelayanan untuk menyampaikan pengalamannya.
Peserta lain diminta untuk memberi tanggapan.

Langkah 2. Membahas Pokok Bahasan (90 menit )

Secara singkat fasilitator menyampaikan rangkuman


tentang Kebijakan Dasar Puskesmas yaitu isi Pokok
Bahasan 1 sampai dengan pokok bahasan 4.
Selanjutnya fasilitator mempersilahkan peserta
untuk menanggapi uraian tersebut.

Fasilitator membagi ke dalam 4-5 kelompok, setiap


kelompok membahas Sub Pokok Bahasan 1 sampai
dengan sub pokok bahasan 4 yang dituliskan pada
kertas flip chart atau diketik di komputer dan di
presentasikan.

Selanjutnya fasilitator memberikan kesempatan


kepada peserta untuk menanggapi terhadap hasil
pendapat tiap kelompok.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 20


Dari hasil pendapat peserta selanjutnya fasilitator
memberikan komentar serta memberikan
kesimpulan.

Langkah 3. Applikasi/penerapan kebijakan dalam


penyelenggaraan Puskesmas ( 160 menit).

Fasilitator menjelaskan tentang Aplikasi/penerapan


kebijakan dalam penyelenggaraan Puskesmas
Peserta diberi kesempatan untuk tanya jawab.
Selama sesi ini ada beberapa penugasan, yaitu:
1.Penugasan 1 : Menyusun Visi dan Misi
Puskesmas.
2.Penugasan 2 : Pemantapan Pemahaman
Pembangunan Berwawasan Kesehatan
3.Penugasan 3 : Mengidentifkasi Program
Pemberdayaan Masyarakat diwilayah kerja
puskesmas
Untuk penugasan tersebut peserta dibagi dalam
kelompok, sebaiknya tim Puskesmas.
Kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.
Peserta lain diminta untuk memberi tanggapan.
Fasilitator memberikan komentar dan menyimpulkan
hasil diskusi tersebut.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 21


Langkah 4. Rangkuman dan Penutup (10 menit).

Fasilitator secara singkat menyimpulkan seluruh hasil


diskusi serta aplikasi pemberdayaan masyarakat dan
sekaligus menutup sesi ini.
Fasilitator memandu peserta untuk membuat
rangkuman dari sesi yang sudah dibahas.
Fasilitator menegaskan kembali pentingnya Puskesmas
menerapkan/mengaplikasikan Kebijakan Dasar
Puskesmas dalam penyelenggaraan/pengelolaan
Puskesmas.
Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terima
kasih dan salam.

V. URAIAN MATERI
A. KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS
1. Konsep dasar Puskesmas
VISI dan MISI
Visi pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju
terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat
adalah gambaran masyarakat kecamatan masa
depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 22


Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai
mencakup 4 indikator utama yakni (1) lingkungan
sehat, (2) prilaku sehat, (3) cakupan pelayanan
kesehatan yang harus disesuaikan dengan situasi
dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan
setempat.
Rumus visi untuk masing-masing puskesmas
harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan
puskesmas di atas yakni terwujudnya kecamatan
sehat, yang harus disesuaikan dengan situasi dan
kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan
setempat.

MISI
Misi pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan
kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

1.Menggerakkan pembangunan berwawasan


kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas akan
selalu menggerakkan pembangunan disektor
lain yang diselenggarakan diwilayah kerjanya,
agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu
pembangunan yang tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya
terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi setiap
keluarga dan masyarakat diwilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 23


keluarga dan masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya
dibidang kesehatan, melalui peningkatan
pengetahuan dan kemampuan menuju
kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu,
pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas
akan selalu berupaya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar dan memuaskan masyarakat,
mengupayakan pemerataan pelayanan
kesehatan serta meningkatkan efisiensi
pengelolaan dan sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat beserta
anggota masyarakat. Puskesmas akan selalu
berupaya memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit, serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat yang
berkunjung dan yang bertempat tinggal
diwilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan
dengan menerapkan kemajuan ilmu dan
teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya
pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan
puskesmas mencakup pula aspek lingkungan
dari yang bersangkutan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 24


Tujuan pembangunan kesehatan oleh puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang


diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
nasional yakni meningkatkan kesehatan, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat 2010.

Fungsi Puskesmas.

1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan


Kesehatan. Puskemas selalu berupaya
menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya,
sehingga berwawasan serta mendukung
pembangunan kesehatan. Di samping itu
Puskesmas aktif memantau dan melaporkan
dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya
yang dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 25


2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan
terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat dunia usaha memiliki kesadaran,
kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri
dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif
dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut
menerapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi
dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat
setempat.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi :

a. Pelayanan Kesehatan Perseorangan


Pelayanan kesehatan perorangan adalah
pelayanan yang bersifat pribadi (private goods)
dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit
dan pemulihan kesehatan perorangan. Tanpa
mengabaikan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah
rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu
ditambah dengan rawat inap.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 26


b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah
pelayanan yang bersifat publik (public goods).
Dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan
kesehatan masyarakat tersebut antara lain
adalah promosi kesehatan, pemberantasan
penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan
gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga
berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta
berbagai program kesehatan masyarakat
lainnya.

2. Kedudukan Organisasi dan Tata Kerja


Puskesmas
a. Kedudukan
Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut
keterkaitannya dengan sistem kesehatan
nasional, sistem kesehatan kabupaten/kota dan
sistem pemerintah daerah :
1) Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan Puskesmas dalam sistem
kesehatan nasional adalah sebagai sarana
pelayanan kesehatan strata pertama yang
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat diwilayah kerjanya.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 27


2) Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Kedudukan Puskesmas dalam sistem
kesehatan kabupaten/kota adalah sebagai
unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan sebagian tugas
pembangunan kesehatan kabupaten/kota
diwilayah kerjanya.
3) Sistem Pemerintah Daerah
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem
Pemerintahan Daerah adalah sebagai unit
pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang merupakan unit
struktur Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat
kecamatan.
4) Antar Saran Pelayanan Kesehatan Strata
Pertama
Diwilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai
organisasi pelayanan kesehatan strata
pertama yang dikelola oleh lembaga
masyarakat dan swasta seperti praktik
dokter, praktik dokter gigi, praktik bidan,
poliklinik dan balai kesehatan masyarakat.
Kedudukan Puskesmas di antara berbagai
sarana pelayanan kesehatan strata pertama
ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja
Puskesmas terdapat pula berbagai bentuk
upaya kesehatan berbasis dan berbudaya
masyarakat seperti Posyandu, Polindes, Pos

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 28


Obat Desa dan Pos UKK. Kedudukan
Puskesmas di antara berbagai sarana
pelayanan kesehatan berbasis dan
bersumberdaya masyarakat adalah sebagai
Pembina.

b. Organisasi
1) Struktur Organisasi
Struktur organisasi Puskesmas tergantung
dari kegiatan dan beban tugas masing-
masing Puskesmas. Penyusunan struktur
organisasi Puskesmas disatu kabupaten/kota
dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota. Sedangkan penetapannya
dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai
acuan dapat dipergunakan pola struktur
organisasi Puskesmas sebagai berikut :
a) Kepala Puskesmas
b) Unit tata usaha yang bertanggung jawab
membantu Kepala Puskesmas dalam
pengelolaan :
- Data dan Informasi
- Perencanaan dan Penilaian
- Keuangan
- Umum dan Kepegawaian
c) Unit pelaksanaan teknis fungsional
puskesmas:
- Upaya Kesehatan Masyarakat, termasuk
pembinaan terhadap UKBM
- Upaya Kesehatan Perorangan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 29


d) Jaringan Pelayanan Puskesmas :
- Unit Puskesmas Pembantu
- Unit Puskesmas Keliling
- Unit Bidan didesa/komunitas

2) Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur
organisasi Puskesmas disesuaikan dengan
tugas dan tanggungjawab masing-masing
unit Puskesmas. Khusus untuk Kepala
Puskesmas kriteria tersebut
dipersyaratkan tersebut harus seorang
sarjana di bidang kesehatan yang
kurikulum pendidikannya mencakup
kesehatan masyarakat.

3) Eselon Kepala Puskesmas


Kepala Puskesmas adalah
penanggungjawab pembangunan
kesehatan di tingkat Kecamatan. Sesuai
dengan tanggungjawab tersebut dan
besarnya peran Kepala Puskesmas dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan
di tingkat Kecamatan maka Jabatan
Kepala Puskesmas setingkat dengan
Eselon IV-A.
Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang
memenuhi syarat untuk menjabat jabatan
Eselon IV-A, ditunjuk pejabat sementara

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 30


yang sesuai dengan kriteria Kepala
Puskesmas yakni seorang sarjana dibidang
kesehatan yang kurikulum pendidikannya
mencakup bidang kesehatan masyarakat,
dengan kewenangan yang setara dengan
pejabat tetap.

c. Tata kerja

1) Dengan Kantor Kecamatan


Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas
berkoordinasi dengan kantor Kecamatan
melalui pertemuan berkala yang
diselenggarakan ditingkat Kecamatan.
Koordinasi tersebut mencakup perencanaan,
penggerakkan pelaksanaan, pengawasan dan
pengendalian serta penilaian. Dalam hal
pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya
masyarakat oleh Puskesmas, koordinasi
dengan kantor kecamatan mencakup pula
kegiatan fasilitas.

2) Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota


Puskesmas adalah unit pelaksana teknis
dinas kesehatan kabupaten/kota.
Dengan demikian secara teknis dan
administratif, Puskesmas bertanggungjawab
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota
sebaliknya dinas kesehatan kabupaten/kota
bertanggungjawab membina serta

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 31


memberikan bantuan administratif dan
teknis Kepala Puskesmas.

3) Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan


Strata pertama
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata
pertama yang dikelola oleh lembaga
masyarakat dan swasta, Puskesmas menjalin
kerjasama termasuk penyelenggaraan
rujukan dan memantau kegiatan yang
diselenggarakan. Sedangkan sebagai
pembina upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat, Puskesmas melaksanakan
bimbingan teknis, pemberdayaan dan
rujukan sesuai kebutuhan.

4) Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan


Rujukan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, Puskesmas menjalin kerjasama
yang erat dengan berbagai pelayanan
kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan
perorangan, jalinan kerjasama tersebut
diselenggarakan dengan berbagai sarana
pelayanan kesehatan perorangan seperti
rumah sakit (kabupaten/kota), dan berbagai
balai kesehatan masyarakat (balai
pengobatan penyakit paru-paru, balai
kesehatan mata masyarakat, balai

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 32


kesehatan kerja masyarakat, balai kesehatan
olahraga masyarakat, balai kesehatan jiwa
masyarakat, balai kesehatan indra
masyarakat). Sedangkan untuk upaya
kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama
diselenggarakan dengan berbagai sarana
pelayanan kesehatan masyarakat rujukan,
seperti dinas kesehatan kabupaten/kota,
balai teknik kesehatan lingkungan, balai
laboratorium kesehatan serta barbagai balai
kesehatan masyarakat. Kerjasama tersebut
diselenggarakan melalui penerapan konsep
rujukan yang menyeluruh dalam koordinasi
dinas kabupaten/kota.

5) Dengan Lintas Sektor


Tanggung jawab Puskesmas sebagai unit
pelaksana teknis adalah menyelenggarakan
sebagian tugas pembangunan kesehatan
yang dibebankan dinas kesehatan
kabupaten/kota. Untuk hasil yang optimal,
penyelenggaraan pembangunan tersebut
harus dapat dikoordinasi dengan berbagai
lintas sektor terkait yang ada ditingkat
kecamatan. Diharapkan disatu pihak,
penyelenggaraan pembangunan kesehatan
sedangkan dipihak lain pembangunan yang
diselenggarakan oleh sektor lain ditingkat
kecamatan berdampak positif terhadap
kesehatan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 33


6) Dengan Masyarakat
Sebagai Penanggungjawab penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya, Puskesmas memerlukan dukungan
aktif dari masyarakat sebagai objek dan
subjek pembangunan.
Dukungan aktif tersebut diwujudkan melalui
pembentukan Badan Penyantun Puskesmas
(BPP) yang menghimpun berbagai potensi
masyarakat, seperti : tokoh masyarakat,
tokoh agama, LSM, organisasi
kemasyarakatan, serta dunia usaha.
BPP tersebut berperan sebagai mitra
Puskesmas dalam menyelenggarakan
pembangunan kesehatan.

Badan Penyantun Puskesmas (BPP)

Pengertian :
Suatu organisasi yang menghimpun tokoh-tokoh masyarakat
peduli kesehatan yang berperan sebagai mitra kerja
puskesmas dalam penyelenggaraan upaya pembangunan
C.
kesehatan diwilayah kerja Puskesmas.

Fungsi :
1. Melayani pemenuhan penyelenggaraan pembangunan
kesehatan oleh puskesmas (to serve)
2. Memperjuangkan kepentingan kesehatan dan
keberhasilan pembangunan kesehatan oleh Puskesmas
(to advocate)
3. Melaksanakan tinjauan kritis dan memberikan masukan
tentang kinerja Puskesmas (to watch)

Tabel 1. Badan Penyantun Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 34


3. Upaya dan Azas penyelenggaraan
a. Upaya
Untuk mencapai visi pembangunan kesehatan
melalui Puskesmas yakni terwujudnya
kecamatan sehat menuju Indonesa Sehat,
Puskesmas bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat, yang
keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan
nasional merupakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama.
Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan
menjadi dua yakni :

1) Upaya Kesehatan Wajib


Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah
upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta
mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang
ada di wilayah Indonesia.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :


a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta
Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 35


e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan

2) Upaya kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan adalah
upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan
dimasyarakat serta yang disesuaikan dengan
kemampuan Puskesmas, Upaya kesehatan
pengembangan dipilih dari daftar upaya
kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada
yakni :

a) Upaya Kesehatan Sekolah


b) Upaya Kesehatan Olah Raga
c) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d) Upaya Kesehatan Kerja
e) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f) Upaya Kesehatan Jiwa
g) Upaya Kesehatan Mata
h) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Upaya laboratorium medis dan laboratorium


kesehatan serta upaya pencatatan pelaporan
tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya
ini merupakan pelayanan penunjang dari
setiap upaya wajib dan upaya
pengembangan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 36


Perawatan kesehatan masyarakat merupakan
pelayanan penunjang baik upaya kesehatan
wajib maupun upaya kesehatan
pengembangan.
Apabila perawatan kesehatan masyarakat
menjadi permasalahan spesifik di daerah
tersebut maka dapat dijadikan sebagai salah
satu upaya kesehatan pengembangan.
Upaya kesehatan pengembangan Puskemas
dapat pula bersifat upaya inovasi, yakni
upaya lain di luar upaya Puskesmas tersebut
di atas yang sesuai dengan kebutuhan.
Pengembangan dan pelaksanaan upaya
inovatif ini adalah dalam rangka
mempercepat tercapainya visi Puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan
ini dilakukan oleh Puskesmas bersama dinas
kesehatan kabupaten/kota dengan
mempertimbangkan masukan dari BPP.
Upaya kesehatan telah terlaksana secara
optimal dalam arti target cakupan serta
peningkatan mutu pelayanan telah tercapai.
Penetapan upaya kesehatan pengembangan
pilihan Puskesmas ini dilakukan oleh Dinas
kesehatan kabupaten/kota. Dalam keadaan
tertentu Upaya kesehatan pengembangan
Puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai
penugasan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 37


Apabila Puskesmas belum mampu
menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan padahal telah menjadikan
kebutuhan masyarakat, maka dinas
kesehatan kabupaten/kota
bertanggungjawab dan wajib
menyelenggarakannya.
Untuk dinas kesehatan kabupaten/kota
perlu dilengkapi dengan berbagai unit
fungsional lainnya.
Dalam keadaan tertentu, masyarakat
membutuhkan pula pelayanan rawat inap.
Untuk ini di Puskesmas dapat dikembangkan
pelayanan rawat inap tersebut, yang dalam
pelaksanaannya harus memperhatikan
berbagai persyaratan tenaga, sarana dan
prasaran sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.

Perlu diingat meskipun Puskesmas


menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik dan memiliki tenaga spesialis,
kedudukan dan fungsi Puskesmas tetap
sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 38


b. Azas Penyelenggaraan

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan


upaya kesehatan pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas
secara terpadu.
Azas penyelenggaraan Puskesmas tersebut
dikembangkan dari tiga fungsi Puskesmas
dalam menyelenggarakan setiap upaya
Puskesmas, baik upaya kesehatan wajib
maupun upaya kesehatan pengembangan.

Azas penyelenggaraan Puskesmas yang


dimaksud adalah :

1) Azas Pertanggungjawaban Wilayah

Azas penyelenggaraan Puskesmas yang


pertama adalah pertanggungjawaban
wilayah. Dalam arti Puskesmas
bertanggungjawab meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini
Puskesmas harus melaksanakan berbagai
kegiatan, antara lain sebagai berikut :

a) Menggerakkan pembangunan berbagai


sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 39


b) Memantau dampak berbagai upaya
pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat diwilayah kerjanya
c) Membina setiap upaya kesehatan strata
pertama yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dunia usaha diwilayah
kerjanya
d) Menyelenggarakan upaya kesehatan
strata pertama (primer) secara merata
dan terjangkau diwilayah kerjanya.

2) Azas Pemberdayaan Masyarakat


Azas penyelenggaraan Puskesmas yang
kedua adalah pemberdayaan masyarakat.
Dalam arti Puskesmas wajib memberdayakan
perorangan, keluarga dan masyarakat, agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap
upaya Puskesmas. Untuk ini, berbagai
potensi masyarakat perlu dihimpun melalui
pembentukan Badan Penyantun Puskesmas
(BPP). Beberapa kegiatan yang harus
dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka
pemberdayaan masyarakat antara lain :
a) Upaya Kesehatan Ibu dan anak :
Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita
(BKB)
b) Upaya Pengobatan : Posyandu, Pos Obat
Desa (POD)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 40


c) Upaya Perbaikan Gizi : Posyandu, Panti
Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi)
d) Upaya Kesehatan Sekolah : dokter kecil,
penyertaan guru dan orang tua/wali
murid, Saka Bhakti Husada (SBH), Pos
Kesehatan Pesantren (Poskestren)
e) Upaya Kesehatan Lingkungan : Kelompok
Pemakai Air (Pokmair), Desa Percontohan
Lingkungan (DPKL)
f) Upaya Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu
Usila, panti wreda
g) Upaya Kesehatan Kerja : Pos Upaya
Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h) Upaya Kesehatan Jiwa : Posyandu, Tim
Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat
(TPKJM)
i) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
: Taman Obat Keluarga (TOGA),
Pembinaan Pengobatan Tradisional
(Battra)
j) Upaya Pembiayaan dan Jaminan
Kesehatan (inovatif) : dana sehat,
Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin),
mobilisasi dana keagamaan

3) Azas Keterpaduan
Azaz penyelenggaraan Puskesmas yang
ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi
keterbatasan sumber daya serta

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 41


diperolehnya hasil yang optimal,
penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas
harus diselenggarakan secara terpadu, jika
mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada
dua macam keterpaduan yang perlu
diperhatikan yakni :

a) Keterpaduan Lintas Program


Keterpaduan lintas program adalah upaya
memadukan penyelenggaraan berbagai
upaya kesehatan yang menjadi
tanggungjawab Puskesmas.
Contoh keterpaduan lintas program antara
lain :
Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M,
Gizi, Promosi Kesehatan, Pengobatan
Upaya Kesehatan Sekolah (UKS):
keterpaduan kesehatan lingkungan
dengan Promosi Kesehatan, pengobatan,
kesehatan gigi, kesehatan reproduksi
remaja dan kesehatan jiwa
Puskesmas Keliling: keterpaduan
pengobatan dengan KIA/KB, gizi,
promosi kesehatan, kesehatan gigi
Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB,
Gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosi
kesehatan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 42


b) Keterpaduan Lintas Sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya
memadukan penyelenggaraan upaya
Puskesmas (wajib, pengembangan dan
inovasi) dengan berbagai macam program
dari sector terkait tingkat kecamatan,
termasuk organisasi kemasyarakatan dan
dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas
sektor antara lain :
Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan
sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama
Upaya Promosi Kesehatan: keterpaduan
sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama,
pertanian
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak:
keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan,
PKK, PLKB
Upaya perbaikan Gizi: keterpaduan
sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pertanian,
pendidikan, agama, koperasi, dunia
usaha, PKK, PLKB
Upaya Pembiayaan dan Jaminan
Kesehatan: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 43


desa, tenaga kerja, koperasi, dunia
usaha, organisasi kemasyarakatan
Upaya Kesehatan Kerja: keterpaduan
sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia
usaha.

4) Azas Rujukan
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang
keempat adalah rujukan. Sebagai sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama,
kemampuan yang dimiliki oleh Puskesmas
terbatas. Padahal Puskesmas berhadapan
langsung dengan masyarakat dengan
berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk
membantu Puskesmas menyelesaikan
berbagai masalah kesehatan tersebut dan
juga untuk meningkatkan efisiensi, maka
penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas
(wajib, pengembangan dan inovasi) harus
ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab atau kasus penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan
secara timbale balik, baik secara vertikal
dalam arti dari satu strata sarana pelayanan
kesehatan ke strata sarana pelayanan
kesehatan lainnya, maupun secara horizontal
dalam arti antar strata sarana pelayanan
kesehatan yang sama.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 44


Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas ada dua
macam rujukan yang dikenal yakni :
a) Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan
perorangan adalah kasus penyakit.
Apabila suatu Puskesmas tidak mampu
menanggulangi satu kasus penyakit
tertentu, maka Puskesmas tersebut wajib
merujuknya ke sarana pelayanan
kesehatan yang lebih mampu (baik vertical
maupun horizontal). Sebaliknya pasien
pasca rawat inap yang hanya memerlukan
rawat jalan sederhana, dirujuk ke
Puskesmas.
Rujukan upaya kesehatan perorangan
dibedakan atas tiga macam :
Rujukan kasus untuk keperluan
diagnostik, pengobatan, tindakan medik
misal operasi) dan lain-lain
Rujukan bahan pemeriksaan (specimen)
untuk pemeriksaan laboratorium yang
lebih lengkap
Rujukan ilmu pengetahuan antara lain
mendatangkan tenaga yang lebih
kompeten untuk melakukan bimbingan
tenaga Puskesmas dan ataupun
menyelenggarakan pelayanan medik di
Puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 45


b) Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan
masyarakat adalah masalah kesehatan
masyarakat, misalnya kejadian luar biasa,
pencemaran lingkungan dan bencana.
Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat
juga dilakukan apabila disatu Puskesmas
tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat wajib dan
pengembangan, padahal upaya kesehatan
masyarakat tersebut telah menjadi
kebutuhan masyarakat. Apabila suatu
Puskesmas tidak mampu menanggulangi
masalah kesehatan masyarakat dan atau
tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat, maka Puskesmas
wajib merujuknya ke dinas kesehatan
kabupaten/kota.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat
dibedakan atas tiga macam :
Rujukan sarana dan logistik, antara lain
peminjaman peralatan fogging,
peminjaman alat laboratorium
kesehatan, peminjaman alat audio
visual, bantuan obat, vaksin, bahan-
bahan habis pakai dan bahan makanan
Rujukan tenaga, antara lain dukungan
tenaga ahli untuk penyidikan kejadian
luar biasa, bantuan penyelesaian
masalah hukum kesehatan,

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 46


penanggulangan gangguan kesehatan
karena bencana alam
Rujukan operasional, yakni
menyerahkan sepenuhnya kewenangan
dan tanggungjawab penyelesaian
masalah kesehatan masyarakat dan
atau penyelenggaraan upaya kesehatan
masyarakat (antara lain Usaha
Kesehatan Sekolah, Usaha Kesehatan
Kerja, Usaha Kesehatan Jiwa,
pemeriksaan contoh air bersih) kepada
dinas kesehatan kabupaten/kota.
Rujukan operasional diselenggarakan
apabila Puskesmas tidak mampu.

4. Manajemen Puskesmas
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang
sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas
perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang
baik. Manajemen puskesmas adalah rangkaian
kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk
menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan
efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang
dilaksanakan oleh puskesmas membentuk fungsi-
fungsi manajemen. Ada tiga fungsi manajemen
puskesmas yang dikenal yakni Perencanaan,
Pelaksanaan dan Pengendalian serta Pengawasan
dan Pertanggungjawaban. Semua fungsi manajemen

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 47


tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan
berkesinambungan.
a. Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana
tahunan Puskesmas untuk mengatasi masalah
kesehatan diwilayah kerja Puskesmas. Rencana
tahunan puskesmas dibedakan atas dua macam.
Pertama, rencana tahunan upaya kesehatan wajib.
Kedua, rencana tahunan upaya kesehatan
pengembangan.

1) Perencanaan Upaya Kesehatan Wajib


Jenis upaya kesehatan wajib adalah sama untuk
setiap puskesmas, yakni promosi kesehatan,
kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak
termasuk keluarga berencana, perbaikan gizi
masyarakat, pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular serta pengobatan. Langkah-
langkah perencanaan yang harus dilakukan
puskesmas adalah sebagai berikut ;
Menyusun Usulan kegiatan
Langkah pertama yang dilakukan oleh
puskesmas adalah menyusun usulan
kegiatan dengan memperhatikan berbagai
kebijakan yang berlaku, baik nasional
maupun daerah, sesuai dengan masalah
sebagai hasil kajian data dan informasi
yang tersedia di Puskesmas. Usulan ini
disusun dalam bentuk matriks (Gantt
Chart) yang berisikan rincian kegiatan,

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 48


tujuan, sasaran, besaran kegiatan
(volume), waktu, lokasi serta perkiraan
kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan.

Tabel 2. Contoh Gantt Chart Usulan Kegiatan


(RUK)

N Upaya Ke Tuj Sas Target W Vo Hasil


o Puskes g uan ara ak l yg
mas n tu Ke Dihar
g apka
n

Rencana ini disusun melalui pertemuan


perencanaan tahunan puskesmas yang
dilaksanakan sesuai dengan siklus
perencanaan kabupaten/ kota dengan
mengikutsertakan BPP serta
dikoordinasikan dengan camat.
Mengajukan Usulan Kegiatan
Langkah kedua yang dilakukan
Puskesmas adalah mengajukan usulan
kegiatan kedinas kesehatan kabupaten/
kota untuk persetujuan pembiayannya.
Perlu diperhatikan dalam mengajukan
usulan kegiatan harus dilengkapi dengan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 49


usulan kebutuhan rutin, sarana dan
prasarana dan operasional puskesmas
beserta pembiayaannya
Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
Langkah ketiga yang dilakukan oleh
Puskesmas adalah menyusun rencana
pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
(rencanakerja kegiatan/ Plan of Action)
dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang
dilengkapi dengan pemetaan wilayah
(mapping).

Tabel 3. Contoh Gantt Chart Rencana Pelaksanaan


(POA)
Upaya Kesehatan...............................................

N Ke Sa Targ Vol Rinci Lokasi Tenag Ja Kebu


o g sar et Ke an pelaks a dw t
an g Pelak a Pelak al Pelak
sa naan sa sana
naan naan an

2) Perencanaan Upaya Kesehatan Pengembangan

Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari


daftar upaya kesehatan puskesmas yang telah

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 50


ada, atau upaya inovasi yang dikembangkan
sendiri. Upaya laboratorium medik, upaya
laboratorium kesehatan masyarakat dan
pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan
karena ketiga upaya ini adalah upaya penunjang
yang harus dilakukan untuk kelengkapan upaya-
upaya Puskesmas. Langkah-langkah perencanaan
upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan
oleh puskesmas mencakup hal-hal sebagai
berikut:

Identifikasi upaya kesehatan pengembangan


Langkah pertama yang dilakukan adalah
mengidentifikasi upaya kesehatan
pengembangan yang akan diselenggarakan oleh
Puskesmas. Identifikasi ini dilakukan
berdasarkan ada tidaknya masalah kesehtan
yang terkait dengan setiap upaya kesehatan
pengembangan tersebut. Apabila Puskesmas
memiliki kemampuan, identifikasi masalah
dilakukan bersama masyarakat melalui
pengumpulan data secara langsung dilapangan
(Survei Mawas Diri)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 51


Survei Mawas Diri

Pengertian :
Kegiatan pengumpulan data untuk mengenali
keadaan dan masalah yang dihadapi, serta potensi
yang dimiliki untuk mengatasi masalah tersebut.

Tahap Pelaksanaan :
1. Pengumpulan data dapat berupa data primer
yakni yang dikumpulkan langsung dari sumber
data atau data sekunder yakni yang berasal dari
catatan yang ada.
2. Pengolahan data
3. Penyajian data berupa data masalah dan
potensi.

Tabel 4. Survei Mawas Diri

Tetapi apabila kemampuan pengumpulan data


bersama masyarakat tersebut tidak dimiliki oleh
Puskesmas, identifikasi dilakukan melalui
kesepakatan kelompok (Delbecq Technique) oleh
petugas Puskesmas dengan mengikut sertakan
Badan Penyantun Puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 52


Delbecq Technique
Pengertian :
Perumusan masalah dan identifikasi potensi melalui
kesepakatan sekelompok orang yang memahami
masalah tersebut.

Tahap Pelaksanaan :
1. Pembentukan tim
2. Menyusun daftar masalah
3. Menetapkan kriteria penilaian masalah
4. Menetapkan urutan prioritas masalah
berdasarkan kriteria penilaian dilengkapi dengan
uraian tentang potensi yang dimiliki

Tabel 5. Delbecq Technique

Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, jumlah


upaya kesehatan pengembangan yang terpilih
dapat lebih dari satu.
Disamping itu identifikasi upaya kesehatan
pengembangan dapat pula memilih upaya yang
bersifat inovatif yang tidak tercantum dalam daftar
upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada,
melainkan dikembangkan sendiri sesuai dengan
masalah dan kebutuhan masyarakat serta
kemampuan Puskesmas.
Menyusun usulan kegiatan
Langkah kedua yang dilakukan oleh Puskesmas
adalah menyusun usulan kegiatan yang berisikan
rincian kegiatan, tujuan, sasaran, besaran
kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan
kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 53


Rencana yang telah disusun tersebut diajukan
dalam bentuk matriks (Gantt Chart). Penyusunan
rencana pada awal pengembangan program
dilakukan melalui pertemuan yang dilaksanakan
secara khusus bersama dengan BPP dan Dinas
Kesehatyan Kabupaten/ Kota dalam bentuk
musyawarah masyarakat.

Musyawarah Masyarakat

Pengertian; Pertemuan masyarakat yang dihadiri oleh


para pemimpin, baik formal maupun informal dan
anggota masyarakat untuk merumuskan prioritas
masalah kesehatan dan upaya penanggulangannya.
Tahap Pelaksanaan :
Pemaparan daftar masalah kesehatan dan potensi
yang dimiliki
Membahas dan melengkapi urutan prioritas masalah
Membahas dan melengkapi potensi penyelesaian
masalah
Merumuskan cara penanggulangan masalah sesuai
dengan potensi
Menetapkan rencana kegiatan penanggulangan
masalah (dalam bentuk Gantt Chart)
Tabel 6. Musyawarah Mufakat

Penyusunan rencana pada tahap pelaksanaan


tahun berikutnya dilakukan secara terintegrasi
dengan penyusunan rencana upaya kesehatan
wajib.
Mengajukan usulan kegiatan
Langkah ketiga yang dilakukan oleh puskesmas
adalah mengajukan usulan kegiatan ke dinas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 54


kesehatan kabupaten/kota untuk pembiayaannya.
Usulan kegiatan tersebut dapat pula diajukan ke
Badan Penyantun Puskesmas atau pihak-pihak
lain. Apabila diajukan ke pihak-pihak lain, usulan
kegiatan harus dilengkapi dengan uraian tentang
latar belakang, tujuan serta urgensi perlu
dilaksanakannya upaya pengembangan tersebut.

Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan


Langkah keempat yang dilakukan oleh Puskesmas
adalah menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
yang telah disetujui oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota atau penyandang dana lain
(rencana kerja kegiatan/ Plan of Action) dalam
bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi
dengan pemetaan wilayah (mapping). Penyusunan
rencana pelaksanaan kegiatan ini dilakukan
secara terpadu dengan penyusunan rencana
pelaksanaan upaya kesehatan wajib.

b. Pelaksanaan dan Pengendalian


Pelaksanaan dan pengendalian adalah proses
penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian
terhadap penyelenggaraan rencana tahunan
Puskesmas, baik rencana tahunan upaya kesehatan
wajib maupun rencana tahunan upaya kesehatan
pengembangan, dalam mengatasi masalah
kesehatan diwilayah kerja Puskesmas. Langkah-
langkah pelaksanaan dan pengendalian adalah
sebagai berikut :

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 55


1) Pengorganisasian
Untuk terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas
perlu dilakukan pengorganisasian. Ada dua macam
pengorganisasian yang harus dilakukan. Pertama,
pengorganisasian berupa penentuan para
penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap
kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja.
Dengan perkataan lain, dilakukan pembagian habis
seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja
kepada seluruh petugas Puskesmas dengan
mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya.
Penentuan para penanggungjawab ini dilakukan
melalui pertemuan penggalangan tim pada awal
tahun kegiatan.

Tabel 7. Contoh Gantt Chart Pembagian Beban


Tugas dan Wilayah Kerja

N Nama Upaya Sasaran Targe Jadwal Lokasi


o Petugas Keg t Kerja Keg

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 56


Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan
kerjasama tim secara lintas sektoral.
Ada dua bentuk penggalangan kerjasama yang
dapat dilakukan :
a) Penggalangan kerjasama bentuk dua pihak yakni
antara dua sektor terkait, misalnya antara
Puskesmas dengan tenaga kerja pada waktu
menyelenggarakan upaya kesehatan kerja.
b) Penggalangan kerjasama bentuk banyak pihak
yakni antar berbagai sektor terkait, misalnya antara
Puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor
agama, sektor kecamatan pada waktu
menyelenggarakan upaya kesehatan sekolah.

Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat


dilakukan :
Secara langsung yakni antar sektor-sektor
terkait.
Secara tidak langsung yakni dengan
memanfaatkan pertemuan koordinasi
kecamatan.

2) Penyelenggaraan
Setelah pengorganisasian selesai dilakukan,
kegiatan selanjutnya adalah menyelenggarakan
rencana kegiatan Puskesmas, dalam arti para
penanggungjawab dan para pelaksana yang telah
ditetapkan pada pengorganisasian, ditugaskan
menyelenggarakan kegiatan Puskesmas sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk dapat

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 57


terselenggaranya rencana tersebut perlu dilakukan
kegiatan sebagai berikut :
a) Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah
disusun terutama yang menyangkut jadwal
pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah
kerja dan rincian tugas para penanggungjawab dan
pelaksana.
b) Menyusun jadwal rencana kegiatan bulanan untuk
tiap petugas sesuai dengan rencana pelaksanaan
yang telah disusun. Beban kegiatan Puskesmas
harus terbagi habis dan merata kepada seluruh
petugas.
c) Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan. Pada waktu
menyelenggarakan kegiatan Puskesmas harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Azas penyelenggaraan Puskesmas harus
menerapkan keempat azas penyelenggaraan
Puskesmas yakni azas pertanggungjawaban
wilayah, azas pemberdayaan masyarakat, azas
keterpaduan dan azas rujukan.
Berbagai standar dan pedoman pelayanan
Puskesmas. Pada saat ini telah berhasil
dikembangkan berbagai standar dan pedoman
pelayanan Puskesmas sebagai acuan
penyelenggaraan kegiatan Puskesmas yang harus
diperhatikan pada waktu menyelenggarakan
kegiatan Puskesmas. Standar dan pedoman
tersebut adalah :

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 58


Standar dan pedoman bangunan Puskesmas
Standar dan pedoman peralatan Puskesmas
Standar manajemen peralatan Puskesmas
Standar dan pedoman ketenagaan
Puskesmas
Standar manajemen obat Puskesmas
Standar dan pedoman teknis pelayanan
berbagai upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat yang
diselenggarakan oleh Puskesmas
Pedoman Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (SIMPUS)
Pedoman perhitungan satuan biaya
pelayanan Puskesmas

Kendali Mutu
Penyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus
menerapkan program kendali mutu. Prinsip
program kendali mutu adalah kepatuhan
terhadap berbagai standar dan pedoman
pelayanan serta etika profesi, yang memuaskan
pemakai jasa pelayanan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 59


Kendali Mutu
Pengertian : upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam
menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu
pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan,
menetapkan, dan melaksanakan cara penyelesaian
masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia serta
menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut
untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan.
Prinsip :
1. Mengikuti siklus pemecahan masalah (Problem Solving
cycle)
2. Dilaksanakan melalui kerjasama tim (team based)
3. Sesuai sumber daya yang tersedia (resource based)

Tabel 8. Kendali Mutu

Kendali Biaya
Penyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus
menerapkan program kendali biaya. Prinsip
program kendali biaya adalah kepatuhan
terhadap berbagai standar dan pedoman
pelayanan serta etika profesi, yang
terjangkau oleh pemakai jasa pelayanan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 60


Kendali Biaya
Pengertian : Upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam
menetapkan kebijakan dan tatacara penyelenggaraan upaya
kesehatan termasuk pembiayaannya, serta memantau
pelaksanaannya sehingga terjangkau oleh masyarakat.
Tahap pelaksanaannya :
1. Menetapkan upaya kesehatan yang diselenggarakan
lengkap dengan rincian pembiayaannya.
2. Menjabarkan kebijakan dan tatacara penyelenggaraan
(standar, pedoman dan nilai etika) yang mendukung.
3. Melaksanakan upaya kesehatan yang sesuai dengan
kebijakan tatacara penyelenggaraan.
4. Menampung dan menyelesaikan keluhan masyarakat yang
terkait dengan masalah biaya.
5. Menyempurnakan penyelenggaraan upaya kesehatan
dengan memperhatikan keluhan biaya dari masyarakat.

Tabel 9. Kendali Biaya

3) Pemantauan
Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti
dengan kegiatan pemantauan yang dilakukan
secara berkala. Kegiatan pemantauan
mencakup hal-hal sebagai berikut :
a) Melakukan telaahan penyelenggaraan
kegiatan dan hasil yang dicapai yang
dibedakan atas dua hal :
Telaahan internal yakni telaahan
bulanan terhadap penyelenggaraan
kegiatan dan hasil yang dicapai oleh
Puskesmas, dibandingkan dengan
rencana dan standar pelayanan. Data

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 61


yang dipergunakan diambil dari
Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (SIMPUS) yang berlaku.

Simpus
Pengertian ;
Suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk
membantu proses pengambilan keputusan dalam
melaksanakan manajemen Puskesmas dalam
mencapai sasaran kegiatannya.
Sumber Informasi :
1. SP2TP terdiri dari
- Catatan : kartu individu, rekam kesehatan
keluarga dan buku register
- Laporan : bulanan, tahunan dan KLB
2. Survei lapangan
3. Laporan lintas sektor
4. Laporan sarana kesehatan swasta

Tabel 10. Sistem Informasi Manajemen


Puskesmas

Kesimpulan dirumuskan dalam dua bentuk.


Pertama, kinerja Puskesmas yang terdiri dari
cakupan (coverage), mutu (quality) dan biaya
(cost) kegiatan Puskesmas. Kedua, masalah
dan hambatan yang ditemukan pada waktu
penyelenggaraan kegiatan Puskesmas.
Telaahan bulanan ini dalam Lokakarya Mini
Bulanan Puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 62


Tabel 11. Lokakarya Mini Bulanan

Lokakarya Mini Bulanan


Pengertian :
Pertemuan yang diselenggarakan setiap bulan di Puskesmas yang dihadiri
oleh seluruh staff di Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan bidan didesa
serta dipimpin oleh kepala Puskesmas.
Tahapan pelaksanaan
1. Lokakarya Mini Pertama
a. Masukan
- Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran
tanggungjawab staf dan kewenangan Puskesmas
- Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
- Informasi tentang tatacara penyusunan POA Puskesmas
b. Proses
- Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan lapangan/
daerah binaan
- Analisis beban kerja tiap petugas
- Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggungjawab daerah
binaan
- Penyusunan POA Puskesmas tahunan
c. Keluaran
- POA Puskesmas tahunan
- Kesepakatan bersama (untuk hal-hal yang dipandang perlu)

2. Lokakarya mini Bulanan


a. Masukan
- Laporan hasil kegiatan bulan lalu
- Informasi tentang hasil rapat dinas kab/ Kota
- Informasi tentang hasil rapat tingkat kecamatan
- Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
b. Proses
- Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan
mempergunakan PWS.
- Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan
kepatuhan terhadap standar pelayanan.
- Merumuskan alternatif pemecahan masalah.
c. Keluaran
- Rencana kerja bulan yang baru

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 63


Telaahan eksternal yakni telaahan triwulan
terhadap hasil yang dicapai oleh sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya
serta sektor terkait yang ada diwilayah kerja
Puskesmas. Telaahan triwulan ini dilakukan
dalam Lokakarya Mini triwulan Puskesmas
secara lintas sektor.

Tabel 12. Lokakarya Mini Tribulanan

Lokakarya Mini Tribulanan


Pengertian :
Pertemuan yang diselenggarakan setiap 3 bulan sekali di Puskesmas yang dihadiri oleh
instansi lintas sektor tingkat kecamatan, Badan Penyantun Puskesmas (BPP), staf
puskesmas dan jaringannya, serta dipimpin oleh camat..
Tahapan pelaksanaan
1. Lokakarya Mini Tribulanan Pertama
a. Masukan
- Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok
- Informasi tentang program lintas sektor
- Informasi tentang program kesehatan
- Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
b. Proses
- Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor
- Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sektor
- Pembagian peran masing-masing sektor
c. Keluaran
- Kesepakatan tertulis sektor terkait dalam mendukung program
kesehatan termasuk program pemberdayaan masyarakat
2. Lokakarya Mini Tribulanan Rutin
a. Masukan
- Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan dukungansektor
terkait
- Inventarisasi masalah/ hambatan dari masing-masing sektor dalam
pelaksanaan program kesehatan
- Pemberian informasi baru
b. Proses
- Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan program kesehatan
- Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing-masing sektor
- Merumuskan cara penyelesaian masalah
c. Keluaran
- Rencana kerja tribulan yang baru
- Kesepakatan bersama (untuk hal-hal yang dipandang perlu)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 64


b) Menyusun saran peningkatan
penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan
pencapaian kinerja Puskesmas serta
masalah dan hambatan yang ditemukan
dari hasil telaahan bulanan dan triwulan.
4) Penilaian
Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir
tahun anggaran. Kegiatan yang dilakukan
mencakup hal-hal sebagai berikut :
a) Melakukan penilaian terhadap
penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang
dicapai, dibandingkan dengan rencana
tahunan dan standar pelayanan. Sumber
data yang dipergunakan pada penilaian
dibedakan atas dua. Pertama, sumber data
primer yakni yang berasal dari SIMPUS
dan berbagai sumber data lain yang
terkait, yang dikumpulkan secara khusus
pada akhir tahun. Kedua, sumber data
sekunder yakni data dari hasil
pemantauan bulanan dan triwulanan.
b) Menyusun saran peningkatan
penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan
pencapaian serta masalah dan hambatan
yang ditemukan untuk rencana tahun
berikutnya.

c. Pengawasan dan Pertanggungjawaban


Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah
proses kepastian atas kesesuaian

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 65


penyelenggaraan dan pencapaian tujuan
puskesmas terhadap rencna dan peraturan
perundang-undangan serta berbagai kewajiban
yang berlaku. Untuk terselenggaranya
pengawasan dan pertanggungjawaban
dilakukan kegiatan sebagai berikut :

1) Pengawasan
Pengawasan dibedakan atas dua macam
yakni pengawasan internal dan eksternal.
Pengawasan internal dilakukan secara
melekat oleh atasan langsung. Pengawasan
eksternal dilakukan oleh masyarakat, dinas
kesehatan kab/ kota serta barbagai institusi
pemerintah terkait. Pengawasan mencakup
aspek administratif, keuangan dan teknis.
Apabila dana pengawasan ditemukan adanya
penyimpangan, baik terhadap rencana,
standar, peraturan perundang-undangan
maupun berbagai kewajiban yang berlaku,
perlu dilakukan pembinaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

2) Pertanggungjawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, Kepala
Puskesmas harus membuat laporan
pertanggungjawaban tahunan yang
mencakup pelaksanaan kegiatan, serta
perolehan dan penggunaan berbagai
sumberdaya termasuk keuangan. Laporan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 66


tersebut disampaikan kepada Dinas
Kesehatan kabupaten/ Kota serta pihak-
pihak terkait, termasuk masyarakat melalui
Badan Penyantun Puskesmas. Apabila terjadi
penggantian Kepala Puskesmas, maka Kepala
Puskesmas yang lama diwajibkan membuat
laporan pertanggungjawaban masa
jabatannya.
5. Pembiayaan
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat
yang menjadi tanggungjawab Puskesmas, perlu
ditunjang dengan tersedianya pembiayaan yang
cukup. Pada saat ini ada beberapa sumber
pembiayaan Puskesmas yakni

a. Pemerintah
Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber
pembiayaan yang berasal dari pemerintah
terutama adalah pemerintah kabupaten/kota.
Di samping itu Puskesmas masih menerima
dana yang berasal dari pemerintah propinsi dan
pemerintah pusat. Dana yang disediakan oleh
pemerintah dibedakan atas dua macam yakni :
1) Dana anggaran pembangunan yang
mencakup dana pembangunan gedung,
pengadaan peralatan serta pengadaan obat
2) Dana anggaran rutin yang mencakup gaji
karyawan, pemeliharaan gedung dan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 67


peralatan, pembelian barang habis pakai
serta biaya operasional.

Setiap tahun kedua anggaran tersebut disusun


oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
diajukan dalam Daftar Usulan Kegiatan ke
pemerintah kabupaten/kota untuk seterusnya
dibahas bersama DPRD kabupaten/kota.
Puskesmas diberikan kesempatan melalui
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Penanggungjawab penggunaan anggaran yang
diterima oleh Puskesmas adalah Kepala
Puskesmas atau seorang staf yang ditetapkan
oleh Dinas kesehatan kabupaten/kota atas
utusan Kepala Puskesmas.
Peggunaan dana sesuai dengan usulan kegiatan
yang telah disetujui dengan memperhatikan
berbagai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

b. Pendapatan puskesmas
Sesuai dengan kebijakan Pemerintah,
masyarakat dikenakan kewajiban membiayai
upaya kesehatan perorangan yang
dimanfaatkannya, yang besarnya ditentukan
oleh peraturan daerah masing-masing
(retribusi). Pada saat ini ada beberapa kebijakan
yang terkait dengan pemanfaatan dana yang
diperoleh dari penyelenggaraan upaya
kesehatan perorangan ini yakni :

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 68


1) Seluruhnya disetor ke kas daerah
Untuk itu secara berkala Puskesmas
menyetor seluruh dana distribusi yang
diterima ke kas daerah melalui dinas
kesehatan kabupaten/kota
2) Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh
Puskesmas
Beberapa daerah tertentu membenarkan
Puskesmas menggunakan seluruh dana yang
diperoleh dari penyelenggaraan upaya
kesehatan perorangan untuk membiayai
kegiatan operasional Puskesmas. Dahulu
Puskesmas yang menerapkan model
pemanfaatan dana seperti ini disebut
Puskesmas Swadana. Pada saat ini sesuai
dengan kebijakan dasar Puskesmas yang
harus menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat yang dananya ditanggung oleh
pemerintah diubah menjadi Puskesmas
Swakelola. Dengan perkataan lain
Puskesmas tidak mungkin sepenuhnya
menjadi Swadana. Pemerintah tetap
berkewajiban menyediakan dana yakni untuk
membiayai upaya kesehatan masyarakat
yang memang menjadi tanggungjawab
pemerintah.

c. Sumber Lain
Pada saat ini Puskesmas juga menerima dana
dari beberapa sumber lain seperti :

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 69


1. PT ASKES peruntukannya sebagai imbal jasa
pelayanan yang diberikan kepada para
peserta ASKES. Dana tersebut dibagikan
kepada para pelaksana sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. PT (Persero) Jamsostek yang peruntukannya
juga sebagai imbal jasa pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada peserta jamsostek.
Dana tersebut juga dibagikan kepada para
pelaksana sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
3. JPSBK/PKPSBBM
Untuk membantu masyarakat miskin,
pemerintah menyalurkan dana secara
langsung ke Puskesmas. Pengelolaan dana
ini mengacu pada Pedoman yang telah
ditetapkan.

B. APLIKASI KEBIJAKAN DALAM PENYELENGGARAAN


PUSKESMAS

Kebijakan Dasar Puskesmas yang ditetapkan dengan


Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 128/MenKes/SK/II/2004, seharusnya
menjadi acuan bagi manajer/Kepala Puskesmas dalam
menyelenggarakan/ mengelola Puskesmasnya.

Bagian II dari uraian materi modul ini mencoba


menjabarkan, bagaimana aplikasi/penerapan Kebijakan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 70


dasar tersebut dalam menyelenggarakan/ mengelola
Puskesmas.

1. Visi
Setiap Puskesmas harus memiliki visi, yaitu
gambaran masa depan masyarakat diwilayah kerja
Puskesmas yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan diwilayah tersebut. Dalam menyusun visi
Puskesmas, harus mengacu pada visi pembangunan
kesehatan di wilayah kecamatan yaitu: Terwujudnya
Kecamatan Sehat, serta mempertimbangkan :
Visi Departemen Kesehatan, yaitu: Memandirikan
masyarakat untuk hidup sehat
Visi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana
Puskesmas itu berada.

Apabila Puskesmas belum memiliki visi, kepala


Puskesmas memfasilitasi penyusunan visi dengan
melibatkan orang-orang kunci atau para
penanggung jawab program di Puskesmas. Mungkin
diperlukan beberapa kali pertemuan untuk
penyusunan visi sampai ada kesepakatan. Setelah
dirumuskan visi yang disepakati, kemudian
mensosialisasikan visi tersebut kepada seluruh
jajaran SDM Puskesmas, agar dipahami, dihayati
dan dijadikan acuan dalam pelaksanaan tugasnya.
Visi suatu Puskesmas menggambarkan tentang
kondisi yang ingin dicapai pada kurun waktu
tertentu, misalnya 5 tahun atau 10 tahun.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 71


Apabila Puskesmas sudah memiliki visi, perlu dikaji
kembali, apakah visi tersebut masih relevan dengan
kondisi saat ini, dengan visi Departemen Kesehatan
dan visi dinas Kesehatan kabupaten/kota.
Beberapa contoh visi Puskesmas:
Terwujudnya masyarakat mandiri dan peduli
kesehatan.
Kesehatan bagi semua, setiap saat, dimana saja,
kapan saja dan oleh semua orang
Tiada hari tanpa pelayanan prima dan paripurna.
dan lain-lain.

Panduan menyusun/merumuskan visi


Gambarkan keadaan kesehatan masyarakat yang
diinginkan diwilayah kerja Puskesmas anda pada 5
atau 10 tahun mendatang.
Keadaan tersebut secara kuantitatif dan kualitatif
harus berbeda dengan keadaan sekarang.
Rumusan visi harus menarik dan dapat menantang
serta memberikan semangat untuk mencapainya.
Tulisan ringkas dan mudah dimengerti.
Menarik bagi setiap orang didalam organisasi

Tabel 13. Panduan Menyusun Visi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 72


2. Misi
Puskesmas perlu menjabarkan misi pembangunan
kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
kedalam misi Puskesmas.
Contoh misi Puskesmas:
a) Menyelenggarakan pelayanan yang berkualitas
dan terjangkau bagi masyarakat diwilayah kerja
Puskesmas.
b) Melakukan upaya pemberdayaan masyarakat
melalui pembentukan dan pembinaan UKBM yang
sesuai dengan situasi kondisi dan kebutuhan
masyarakat setempat.
c) Melakukan upaya penggerakkan pembangunan
berwawasan kesehatan diwilayah kerja
Puskesmas,serta pemantauan dampak
pembangunan tersebut terhadap kesehatan
masyarakat.
d) dan lain-lain.

Panduan menyusun/merumuskan misi

Rumusan misi harus dapat memberi arah dan fokus untuk


perencanaan organisasi
Rumusan misi harus berlaku untuk jangka waktu yang lama.
Rumusan misi harus ringkas dan terbatas pada beberapa paragraf
.
Rumusan misi menggambarkan tentang produk organisasi,
pelayanan yang diberikan, teknologi/metodologi yang digunakan
dan manfaat untuk masyarakat.

Tabel 14. Panduan Menyusun Misi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 73


Penugasan 1. Menyusun visi dan misi Puskesmas
Sampai disini fasilitator memberikan penugasan 1, yaitu:
Peserta dibagi dalam kelompok sesuai dengan tim Puskesmas.
Didalam kelompok setiap individu menyusun visi dan misi
Puskesmas.
Hasil individu dibahas sehingga menjadi hasil kelompok.
Tuliskan hasil kelompok pada kertas manila berwarna, kemudian
ditempel didinding agar dapat dibaca oleh semua orang.
Mintalah perwakilan kelompok untuk membacakan hasilnya.
Peserta lain diberi kesempatan menanggapi.

Pada akhir tanggapan, fasilitator menyampaikan kesimpulan.

3. Penerapan Fungsi Puskesmas


Setelah menetapkan/memiliki visi dan misi, langkah
selanjutnya adalah bagaimana menerapkan ketiga
fungsi Puskesmas dalam pengelolaan/penyelenggaraan
Puskesmas.
Kepala Puskesmas sebagai manajer harus memahami
ketiga fungsi Puskesmas serta penerapannya dan
mampu memfasilitasi staf Puskesmas dalam
menerapkan fungsi tersebut.
a) Penerapan fungsi sebagai Pusat Penggerak
Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Dalam menerapkan fungsi sebagai Pusat Penggerak
Pembangunan berwawasan Kesehatan diwilayah
kerjanya, beberapa kegiatan yang perlu dilakukan
adalah:
Puskesmas harus memulai dengan melakukan
sosialisasi tentang pemahaman Pembangunan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 74


Berwawasan Kesehatan, agar setiap SDM
Puskesmas memiliki kesamaan persepsi, termasuk
apa yang menjadi peran Puskesmas.
Melakukan sosialisasi kepada aparat pemerintah
serta lintas sektor diwilayah kerja Puskesmas.
Mengiventarisasi pembangunan yang akan
dilaksanakan diwilayahnya, berkoordinasi dengan
aparat pemerintah kecamatan dan atau
desa/kelurahan.
Mengidentifikasi upaya/kegiatan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit yang harus
dilakukan sebagai antisipasi terhadap dampak
pembangunan tersebut terhadap kesehatan.
Melakukan pemantauan terhadap dampak
kesehatan dari penyelenggaraan pembangunan
tersebut, serta membuat laporan hasil
pemantauan.

Penugasan 2. Memantapkan pemahaman Pembangunan


Berwawasan Kesehatan
Fasilitator memberi penugasan,yaitu:
Mengidentifikasi jenis pembangunan di wilayah kerja
Puskesmas
Memprediksi dampak pembangunan terhadap
kesehatan
Mengidentifikasi kegiatan yang harus dilakukan.
Menuliskan hasil kelompok pada kertas flipchart dan
menempelnya pada dinding.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 75


b) Penerapan fungsi sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat
Sebagai Pusat Pemberdayaan Masyarakat,
Puskesmas mewujudkannya dengan membentuk,
membina dan mengembangkan berbagai Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), yang pada
prinsipnya adalah bentuk upaya kesehatan yang
melibatkan peran aktif masyarakat, dikelola oleh
masyarakat atau dengan kata lain dari, oleh dan
untuk masyarakat.
Berbeda dengan waktu yang lalu, pada era
desentralisasi ini, UKBM yang dikembangkan
disuatu wilayah Puskesmas akan tidak sama,
tergantung dari situasi kondisi serta kebutuhan dan
potensi masyarakat setempat.
Upaya kesehatan berbasis masyarakat ( UKBM )
sangat tergantung pada partisipasi dan keterlibatan
masyarakat (community engagement) serta upaya
terpadu antara masyarakat dengan elemen-elemen
dalam pemerintahan. Dalam pembentukan Desa
Siaga, masyarakat difasilitasi agar mampu
melakukan analisa masyarakatnya, potensi-potensi
yang ada, dan langkah-langkah penyelesaian
masalah.
Secara lebih jelas, penerapan fungsi sebagai Pusat
Pemberdayaan Masyarakat akan dibahas pada bab
tentang Azas Pemberdayaan Masyarakat.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 76


c) Penerapan fungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan
strata pertama
Pada umumnya Puskesmas telah menerapkan fungsi
sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama,
baik pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat
pribadi (private goods) maupun pelayanan kesehatan
masyarakat yang bersifat publik (public goods).
Namun sejalan dengan perkembangan IPTEK
dibidang kesehatan/kedokteran, informasi dan
komunikasi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat
akan pelayanan kesehatan, Puskesmas perlu
melakukan :
1) Mengidentifikasi pangsa pasar atau masyarakat
yang menjadi pelanggan Puskesmas
2) Mengidentifikasi kebutuhan masyarakat tersebut
akan pelayanan yang perlu disediakan di
Puskesmas
3) Apabila pelayanan yang dibutuhkan masyarakat
ternyata masih diluar kemampuan Puskesmas
untuk menyelenggarakannya, Puskesmas harus
membahas dengan dinas kesehatan
kabupaten/kota dan BPP (apabila sudah
terbentuk). Karena pelayanan tersebut merupakan
upaya kesehatan pengembangan yang menjadi
kebutuhan masyarakat.
4) Tentukan prioritas pelayanan yang akan
dikembangkan. Kemungkinan pelayanan yang
menjadi kebutuhan masyarakat berdasarkan hasil
identifikasi tidak dapat sekaligus dipenuhi. Untuk
pelayanan yang menjadi prioritas untuk

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 77


dikembangkan, perlu dipersiapkan tenaga, sarana
dan prasarana sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.

4. Upaya dan Azas Penyelenggaraan


a. Upaya kesehatan yang diselenggarakan
Upaya kesehatan yang diselenggarakan
Puskesmas telah ditetapkan dalam upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan, sebagai berikut:

Upaya Kesehatan Wajib :


1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta keluarga
berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyaklit
menular
6. Upaya Pengobatan

Upaya kesehatan Pengembangan a.l.


1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Olah raga
3. Upaya Kesehatan masyarakat
4. Upaya Kesehatan Kerja
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Upaya Kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Mata
8. Upaya Kesehatan Usia lanjut
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 78


Sebagaimana telah ditetapkan, upaya kesehatan wajib
harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada
diwilayah Indonesia. Sedangkan Upaya Kesehatan
Pengembangan tidak akan sama disetiap Puskesmas,
karena ditetapkan berdasarkan permasalahan
kesehatan yang ditemukan dimasyarakat dan atau
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani.
Upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan
pengembangan harus dikelola secara optimal, mulai
dari perencanaan, penggerakkan pelaksanaan sampai
monitoring dan evaluasinya. Untuk itu secara terinci
akan dibahas pada modul inti manajemen Puskesmas
(Modul Perencanaan, Lokakarya Mini dan Evaluasi
Kinerja Puskesmas).

b. Azas penyelenggaraan
Pada hakekatnya, azas penyelenggaraan adalah
menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya
Puskesmas.
1) Azas Pertanggungjawaban Wilayah
Dalam menerapkan azas pertanggungjawaban
wilayah, ada 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a) Pertanggungjawaban atas wilayah kerja
Puskesmas, jadi sebagai tanggungjawab
institusi, bahwa Puskesmas bertanggungjawab
dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat diwilayah kerjanya. Karena itu
setiap penyelenggaraan upaya kesehatan dan
kegiatannya, harus berorientasi pada

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 79


pemenuhan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan serta mengantisipasi
permasalahan kesehatan yang dihadapi. Pada
umumnya Puskesmas merealisasikan azas
pertanggungjawaban wilayah melalui
penyelenggaraan upaya kesehatan melalui
puskesmas, puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, bidan di desa dan lain-
lain kegiatan luar gedung. Namun penting bagi
Puskesmas untuk mengetahui apakah azas
pertanggungjawaban wilayah telah
dilaksanakan secara optimal. Untuk itu
Puskesmas perlu:
Mengidentifikasi apakah upaya kesehatan
yang dilakukan oleh Puskesmas sudah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat
diwilayah kerja Puskesmas?
Mengidentifikasi apa saja permasalahan
kesehatan yang ada diwilayah kerja
Puskesmas, dan apakah upaya yang
dilakukan sudah mengantisipasi
permasalahan tersebut?
Mengidentifikasi upaya kesehatan yang
dilaksanakan oleh institusi pelayanan
kesehatan lain yang ada diwilayah kerja
Puskesmas, sehingga dapat dilakukan
upaya koordinasi dalam rangka
mengoptimalkan azas pertanggungjawaban
wilayah.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 80


b) Pertanggungjawaban setiap satuan wilayah
kerja atau setiap kegiatan, yaitu pemberian
tanggungjawab kepada setiap pelaksana
/petugas Puskesmas terhadap satu satuan
wilayah kerja seperti desa/kelurahan, atau
suatu kegiatan tertentu sesuai dengan
kemampuan. Hal ini akan membantu
mempermudah Puskesmas dalam menerapkan
azas pertanggungjawaban wilayah, serta
dalam melakukan pemantauan
penyelenggaraan upaya kesehatan diseluruh
wilayah kerja Puskesmas. Untuk itu perlu
dilakukan:
Mengidentifikasi satuan wilayah kerja yang
ada.
Mengidentifikasi seluruh kegiatan/program
kerja
Menginventarisasi seluruh tenaga
pelaksana/petugas serta kemampuan yang
dimiliki.
Membagi habis seluruh program kerja dan
satuan wilayah kerja kepada seluruh
petugas/tenaga pelaksana.

Pertanggungjawaban satuan wilayah kerja dan


program kerja, dapat digambarkan sebagai berikut:

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 81


Desa/ Petugas dan Program kerja/kegiatan
kelura
han
Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas
A B C D E F
Program Progra Progra Progra Progra Progra
kerja m kerja m kerja m kerja m kerja m kerja
............. ............ ............ ............ ............ ............
...... ....... ....... ....... ....... .......
............. ............ ............ ............ ............ ............
..... ... .... .... .... ....
Desa/ xxxxxxx
Kel A
Desa/ xxxxxx
Kel B x
Desa/ xxxxxx
Kel C x
Desa/ xxxxxx
Kel D x
Desa/ xxxxxx
Kel E x
Desa/ xxxxxx
Kel F x
Tabel 15. Pertanggungjawaban Satuan Wilayah
Kerja dan Progam Kerja Petugas Puskesmas

Format tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan


kebutuhan dan kondisi Puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 82


Keterangan:
Kolom Desa/Kelurahan: diisi dengan seluruh nama
desa/kelurahan yang ada diwilayah kerja
Puskesmas. Kolom Petugas dan Program Kerja: diisi
dengan nama dan jenis petugas
pelaksana/penanggungjawab program yang ada di
Puskesmas serta program kerja/kegiatan yang
menjadi tanggungjawabnya.
Tanda xxxxxxxx: menunjukkan bahwa petugas yang
bersangkutan sebagai penanggungjawab satuan
wilayah kerja (desa/kelurahan), serta juga tetap
bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan
program/kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya
untuk desa/ kelurahan lainnya.

Matriks tersebut merupakan contoh yang bisa


dikembangkan lagi oleh Puskesmas.

2) Azas Pemberdayaan Masyarakat


Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa
penerapan azas pemberdayaan masyarakat dalam
penyelenggaraan Puskesmas dilakukan melalui
pembentukan dan pembinaan UKBM. Upaya
kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) sangat
tergantung pada partisipasi dan keterlibatan
masyarakat (community engagement), serta upaya
terpadu antara masyarakat dengan elemen-elemen
dalam pemerintahan. Dalam pembentukan desa
siaga, masyarakat difasilitasi agar mampu
melakukan analisa masyarakatnya, potensi-

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 83


potensi yang ada, dan langka-langkah
penyelesaian masalah. Demikian halnya dalam
menentukan bentuk/jenis UKBM yang diperlukan,
mulai dengan melibatkan masyarakat mengenal
dan menganalisis permasalahan, potensi yang
dimiliki serta alternatif penanggulangan masalah.

Istilah Community Engagement diterjemahkan


dalam Bahasa Indonesia sebagai keterlibatan
masyarakat secara penuh. Community Engagement
didefinisikan sebagai sebuah proses dimana
anggota-anggota masyarakat, dengan kekuatan
dan sumber daya/dana yang dimiliki, terlibat
secara penuh dan bertanggung jawab dalam upaya
meningkatkan atau memperbaiki derajat
kesehatan meraka. Proses yang terlibat dapat
meliputi: pembuatan rencana aksi, pelaksanaan,
surveilans, evaluasi dan monitoring).
Dalam Community Engagement, terkandung
unsur partisipasi aktif, komitmen dan kesabaran
serta kerja sama membuat perubahan atau
perbaikan. Jadi community engagement lebih dari
sekedar mobilisasi masyarakat (misalnya kerja
sama bersih lingkungan memperingati hari
Kemerdekaan 17 Agustus).
Modal penting dalam community engagement
adalah rasa ikut memiliki dan perasaan sebagai
komunitas yang berdaya, bertanggung jawab dan
mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan di
lingkungannya.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 84


KENAPA PERLU COMMUNITY ENGAGEMENT?
Riset dalam dua dekade belakangan ini
menunjukkan fakta bahwa perilaku sosial dan
faktor-faktor non-kesehatan besar perannya dalam
derajat kesehatan individu maupun kelompok
masyarakat. Misalnya: gaya hidup minum
minuman beralkohol, merokok, diet yang tidak
sehat berperanan dalam penyakit darah tinggi dan
stroke. Atau perilaku yang tidak higienis lebih
memungkinkan seseorang menderita diare.
Riset juga menunjukkan bahwa masyarakat dapat
memperbaiki atau meningkatkan derajat
kesehatannya (misalnya menurunkan angka
kematian, meningkatkan usia harapan hidup,
menurunkan angka kejadian DBD, diare atau
mengurangi risiko diabetes) bila setiap individu
anggota masyarakat secara aktif bekerja sama
melakukan perubahan perilaku menjadi lebih
sehat.

IDENTIFIKASI STAKEHOLDERS dan KEMITRAAN


Telah disebutkan bahwa kemitraan antara
masyarakat, elemen pemerintah dan swasta akan
sangat menentukan keberhasilan pembentukan
desa siaga.
Stakeholders adalah individu atau institusi yang
baik secara langsung atau tidak langsung, secara
positif atau negative terkait dengan suatu
permasalahan (mis. sebagai penyebab masalah
atau korban dari suatu masalah). Untuk

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 85


mengidentifikasi siapa saja aktor yang terlibat,
tidaklah mudah tapi proses identifikasi ini
diperlukan sebelum menentukan langkah strategis
penanganan permasalahan kesehatan yang ada.
Dengan diagram (3 lingkaran) di bawah ini,
identifikasilah siapa saja stakeholders yang
terlibat dalam proyek/permasalahan kesehatan
yang ada.
Gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut
sebagai panduan melakukan identifikasi
stakeholders yang relevan:
- Siapakah yang bertanggung jawab atau
menyebabkan suatu masalah kesehatan?
- Siapa saja dalam masyarakat yang secara
langsung terpengaruh oleh masalah kesehatan
tersebut?
- Siapakah, yang berada didekat/diluar
masyarakat yang secara langsung terpengaruh
oleh masalah kesehatan tersebut?
- Siapa yang mungkin terpengaruh, baik secara
negatif/positif oleh masalah kesehatan yang
ada?
- Siapa yang cukup peduli dengan masalah
kesehatan yang ada yang mungkin akan dapat
membantu atau berpartisipasi dalam
mengatasinya?
- Siapakah mereka yang voiceless (yang
termarginalisasi) yang perlu khususnya
diperhatikan dalam masalah kesehatan ini?

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 86


- Siapa sajakah mereka yang dapat menjadi
perwakilan/representative dari mereka yang
terpengaruh oleh masalah kesehatan yang
dihadapi?
- Siapakah yang mungkin mengalami masalah
serupa di masyarakat yang lainnya?
- Siapakah yang mungkin berkepentingan/akan
tertarik dengan permasalahan kesehatan yang
ada?
- Siapakah yang bertanggung jawab dalam
monitoring/pengawasan dan regulasi masalah
kesehatan yang bersangkutan?
- Siapakah yang memiliki kekuasaan atau
otoritas untuk mengabulkan permintaan
anda? Atau menuruti/mengabulkan apa yang
anda minta?
- Siapakah yang memiliki kekuasaan atau
wewenang lebih terhadap orang yang dapat
mengabulkan permintaan anda? (mis. Siapa
bosnya? Atau siapakah kekuasaan yang lebih
tinggi lagi?)
- Siapakah opponent anda (atau) mereka yang
berpotensi menentang anda?
- Siapakah yang paling berkepentingan untuk
mempertahankan status quo?
- Siapakah yang berpotensi dalam memobilisasi
atau menghambat rencana yang akan
dilakukan?
- Siapakah yang dapat memberikan sumbangan
secara financial/ teknis?

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 87


- Perilaku siapakah yang perlu diubah untuk
menjamin keberhasilan pengatasan masalah
kesehatan?

Gunakanlah pertanyaan-pertanyaan di atas untuk


menyelesaikan tiga diagram tiga lingkaran bertumpuk
ini

Yang mungkin tertarik

Tidak langsung terlibat/


terpengaruh

Langsung
terpengaruh

Gambar 1. Lingkaran Identifikasi Stakeholders dan


Kemitraan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 88


Dalam merealisasikan/menerapkan azas
pemberdayaan masyarakat, perlu dipahami
tentang Prinsip, Strategi dan Pokok-pokok
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat, sebagai
berikut:

Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat


a. Menumbuhkembangkan kemampuan masyarakat
Di dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan
derajat kesehatan masyarakat sebaiknya secara
bertahap sedapat mungkin menggunakan sumber
daya yang dimiliki oleh masyarakat, apabila
diperlukan bantuan dari luar bentuknya hanya
berupa perangsang atau pelengkap sehingga tidak
semata-mata bertumpu pada bantuan tersebut.
b. Menumbuhkan dan atau mengembangkan peran
serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
Peran serta masyarakat didalam pembangunan
kesehatan dapat diukur dengan makin banyaknya
jumlah anggota masyarakat yang mau
memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti
memanfaatkan puskesmas, pustu, polindes, mau
hadir ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan,
mau menjadi kader kesehatan, mau menjadi
peserta Tabulin, JPKM, dan lain sebagainya
c. Mengembangkan semangat gotong royong dalam
pembangunan kesehatan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 89


Semangat gotong royong yang merupakan warisan
budaya masyarakat Indonesia hendaknya dapat
juga ditunjukkan dalam upaya pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Adanya semangat gotong royong ini dapat diukur
dengan melihat apakah masyarakat bersedia
bekerjasama dalam peningkatan sanitasi
lingkungan, penggalakan gerakan 3 M (Menguras-
Menutup-Menimbun) dalam upaya
pemberantasan penyakit demam berdarah, dan
lain sebagainya.
d. Bekerja bersama masyarakat
Setiap pembangunan kesehatan hendaknya
pemerintah/ petugas kesehatan menggunakan
prinsip bekerja untuk dan bersama masyarakat.
Maka akan meningkatkan motivasi dan
kemampuan masyarakat karena adanya
bimbingan, dorongan, alih pengetahuan dan
keterampilan dari tenaga kesehatan kepada
masyarakat.
e. Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi
kemasyarakatan yang ada dimasyarakat.
Prinsip lain dari pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan adalah pemerintah/tenaga
kesehatan hendaknya memanfaatkan dan bekerja
sama dengan LSM serta organisasi
kemasyarakatan yang ada di tempat tersebut.
Dengan demikian upaya pemeliharaan dan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 90


peningkatan derajat kesehatan masyarakat lebih
berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien).
f. Penyerahan pengambilan keputusan kepada
masyarakat
Semua bentuk upaya pemberdayaan masyarakat
termasuk di bidang kesehatan apabila ingin
berhasil dan berkesinambungan hendaknya
bertumpu pada budaya dan adat setempat. Untuk
itu pengambilan keputusan khususnya yang
menyangkut tata cara pelaksanaan kegiatan guna
pemecahan masalah kesehatan yang ada di
masyarakat hendaknya diserahkan kepada
masyarakat, pemerintah/tenaga kesehatan hanya
bertindak sebagai fasilitator dan dinamisator.
Sehingga masyarakat merasa lebih memiliki
tanggung jawab untuk melaksanakannya, karena
pada hakekatnya mereka adalah subyek dan
bukan obyek pembangunan.

Ciri-ciri pemberdayaan masyarakat


Sebuah kegiatan dapat dikategorikan sebagai upaya
yang berlandaskan pada pemberdayaan masyarakat
apabila dapat menumbuhkan dan mengembangkan
kemampuan/kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat
itu sendiri, bukan kegiatan yang segala sesuatunya
diatur dan disediakan oleh pemerintah maupun
pihak lain.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 91


Kemampuan (potensi) yang dimiliki oleh masyarakat,
dapat berupa :
a. Tokoh-tokoh masyarakat
Yang tergolong sebagai tokoh masyarakat adalah
semua orang yang memiliki pengaruh di
masyarakat setempat baik yang bersifat formal
(Ketua RT, Ketua RW, Ketua Kampung, Kepala
Dusun, Kepala Desa) maupun tokoh non formal
(Tokoh agama, adat, tokoh pemuda, kepala suku).
Tokoh-tokoh masyarakat ini merupakan kekuatan
yang sangat besar yang mampu menggerakkan
masyarakat di dalam setiap upaya pembangunan.
b. Organisasi kemasyarakatan
Organisasi yang ada di masyarakat seperti LLPKK,
Lembaga Persatuan Pemuda (LPP), Pengajian, dan
lain sebagainya merupakan wadah berkumpulnya
para angggota dari masing-masing organisasi
tersebut, sehingga upaya pemberdayaan
masyarakat akan lebih berhasil guna apabila
pemerintah / tenaga kesehatan
memanfaatkannya dalam upaya pembangunan
kesehatan.

c. Dana masyarakat
Pada golongan masyarakat tertentu, penggalangan
dana masyarakat merupakan upaya yang tidak
kalah pentingnya. Tetapi pada golongan
masyarakat yang tidak ekonominya pra-sejahtera,

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 92


penggalangan dana masyarakat hendaknya
dilakukan sekedar agar mereka merasa ikut
memiliki dan bertanggung-jawab terhadap upaya
pemeliharaan dan peningkatan derajat
kesehatannya. Cara lain yang dapat ditempuh
adalah dengan model tabungan-tabungan atau
sistem asuransi yang bersifat subsidi silang.

d. Sarana dan material yang dimiliki masyarakat


Pendayagunaan sarana dan material yang dimiliki
oleh masyarakat seperti peralatan, batu kali,
bambu, kayu dan lain sebagainya untuk
pembangunan kesehatan akan menumbuhkan
rasa tanggung jawab dan ikut memiliki dari
masyarakat.

e. Pengetahuan masyarakat
Masyarakat memiliki pengetahuan yang
bermanfaat bagi pembangunan kesehatan
masyarakat, seperti pengetahuan tentang obat
tradisional (asli Indonesia), pengetahuan mengenai
penerapan teknologi tepat guna untuk
pembangunan fasilitas kesehatan di wilayahnya
misal penyaluran air menggunakan bambu dll.
Pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat
tersebut akan meningkatkan keberhasilan upaya
pembangunan kesehatan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 93


f.Teknologi yang dimiliki masyarakat
Masyarakat juga telah memiliki teknologi tersendiri
dalam memecahkan masalah yang dialaminya,
teknologi ini biasanya bersifat sederhana tapi tepat
guna. Untuk itu pemerintah sebaiknya
memanfaatkan tekonologi yang dimiliki oleh
masyarakat tersebut dan apabila memungkinkan
dapat memberikan saran teknis guna
meningkatkan hasil gunanya.

g. Pengambilan keputusan
Apabila tahapan penemuan masalah dan
perencanaan kegiatan pemecahan masalah
kesehatan telah dapat dilakukan oleh masyarakat,
maka pengambilan keputusan terhadap upaya
pemecahan masalahnya akan lebih baik apabila
dilakukan oleh masyarakat sendiri. Dengan
demikian kegiatan pemecahan masalah kesehatan
tersebut akan berkesinambungan karena
masyarakat merasa memiliki dan bertanggung
jawab terhadap kegiatan yang mereka rencanakan
sendiri.

STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang


pentingnya kesehatan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 94


2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
telah disediakan oleh pemerintah
3. Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh
masyarakat untuk pembangunan kesehatan
4. Mengembangkan berbagai bentuk kegiatan
pembangunan kesehatan yang sesuai dengan
kultur budaya masyarakat setempat
5. Mengembangkan manajemen sumber daya yang
dimiliki masyarakat secara terbuka (transparan).

POKOK - POKOK KEGIATAN PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT

Untuk kegiatan di tingkat desa, pemberdayaan


masyarakat dapat dilakukan dengan pendekatan PKMD
(Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa).
Pendekatan ini melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
Pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat
Pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat berupa
sosialisasi tentang pentingnya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat serta pentingnya partisipasi
masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
Penemuan masalah kesehatan
Penemuan masalah kesehatan dilakukan oleh
masyarakat sendiri melalui suatu survei yang disebut
dengan survei mawas diri (SMD) yang dilakukan oleh
kader penggerak pembangunan kesehatan (kader

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 95


kesehatan). Kader kesehatan ini dipilih dari dan oleh
masyarakat.

1. Penyamaan persepsi tentang permasalahan


kesehatan yang ada di masyarakat dan perencanaan
kegiatan untuk pemecahan masalah.
Tahapan penyamaan persepsi dan perencanaan
kegiatan untuk pemecahan masalah kesehatan yang
telah diketemukan dilakukan dalam suatu pertemuan
yang dihadiri oleh semua tokoh masyarakat dan kader
kesehatan. Dengan demikian diharapkan ada
kesepakatan tentang bentuk-bentuk kegiatan yang
akan dilakukan untuk memecahkan masalah
kesehatan yang telah ditemukan.
2. Pelaksanaan rencana kegiatan
Pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan
bersama dilakukan semaksimal mungkin oleh
masyarakat setempat dengan menggunakan sumber
daya yang ada di masyarakat, sedangkan bantuan dari
pihak luar hanya bersifat rangsangan ataupun
pelengkap.
3. Pembinaan dan pengembangan
Pembinaan dan pengembangan kegiatan di tingkat
desa selain dilakukan oleh tingkat kecamatan/
puskesmas, hendaknya dapat pula dilakukan oleh
tokoh-tokoh masyarakat seperti Kepala desa, Kepala
dusun, Ketua RW/RT, Ketua LLPKK, Tokoh agama,
dan lain sebagainya. Dengan adanya kegiatan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 96


pembinaan dan pengembangan ini diharapkan
masyarakat tetap memiliki semangat untuk melakukan
pembangunan kesehatan di lingkungannya.
4. Langkah-langkah Kegiatan pembinaan dan
pengembangan :
Pembinaan peran serta masyarakat tingkat desa
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berurutan,
berkesinambungan dan saling terkait.
Paket kegiatan dalam pembinaan peran serta
masyarakat dalam mewujudkan Poskesdes dan desa
siaga meliputi :
a. Pertemuan Tingkat Desa (PTD)
b. Survei Mawas Diri (SMD)
c. Musyawaran Masyarakat Desa )MMD)
d. Latihan Kader

Keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut pada


hakekatnya merupakan suatu kesatuan pendekatan
edukatif dan karenanya menjadi kegiatan lanjutan serta
bagian yang tak terpisahkan dengan kegiatan sebelumnya
di tingkat kecamatan.

A. Pertemuan Tingkat Desa (PTD)


Pertemuan tingkat desa merupakan langkah awal
dari kegiatan pembinaan di tingkat desa.
1. Tujuan kegiatan ini adalah :
a. Dikenalnya konsep desa siaga sebagai upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 97


b. Dikenalnya Poskesdes sebagai wadah
koordinasi UKBM yang merupakan kriteria
desa siaga
c. Diperolehnya dukungan pamong dan pemuka
masyarakat dalam pelaksanaan desa siaga
d. Disadari pentingnya survei mawas diri
e. Tersusunnya kelompok kerja Survei mawas
diri dan jadwal survei

2. Tempat pertemuan sebaiknya dipilih di desa,


medayagunakan balai desa atau tempat
pertemuan lainnya di desa.

3. Peserta pertemuan terdiri dari atas


a. Peserta tingkat kecamatan
Camat atau stafnya (Kesra dan Seksi
seksi pemerintahan dan pembangunan
Kecamatan)
Dokter pimpinan beserta staf puskesmas
Pimpinan Dinas Kependudukan Catatan
Sipil dan Keluarga Berencana (Disduk
Capil KB), Depag, Deptan dan lintas
sektor lain di Kecamatan

b. Peserta tingkat desa


Kepala Desa dan pamong desa lainnya
Bidan di desa
Kader desa siaga
Pimpinan LSM

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 98


Pemuka masyarakat : LLPKK,
Pramuka,Lembaga Persatuan Pemuda
(LPP), Guru dan Pemuka agama setempat

4. Waktu untuk pertemuan hendaknya disesuaikan


dengan kesediaan dan kondisi desa yang
bersangkutan, agar memungkinkan semua yang
diundang hadir serta cukup memberikan
kesempatan untuk tercapainya tujuan pertemuan
di atas

5. Pelaksanaan pertemuan hendaknya diatur


sebagai berikut :
a. Berdasarkan petunjuk dan hasil pertemuan
tingkat kecamatan, Kepala Desa mengundang
para peserta pertemuan tingkat desa
b. Pertemuan dibuka oleh kepala desa dengan
memperkenal kan para hadirin dan
menjelaskan maksud pertemuan serta acara
pertemuan
c. Kepala desa mempersilahkan Camat atau
wakilnya untuk memberikan sambutan atau
arahan pertemuan
d. Kemudian bidan di desa sebagai pembicara
berikutnya menjelaskan tentang masalah
kesehatan dan perlunya Desa Siaga yang
meliputi latar belakang, tujuan dan cara
pelaksanaan serta pentingnya dukungan
masyarakat dalam program tersebut.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 99


e. Selanjutnya di diskusikan bersama tentang
langkah kegiatan khususnya tentang survei
mawas diri, waktu pelaksanaan survei dan
kelompok yang akan melakukan survei, serta
ditentukannya waktu untuk mengadakan
musyawarah masyarakat desa.

B. Survei Mawas Diri ( SMD )


1. SMD adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan,
dan pengkajian masalah kesehatan oleh
sekelompok masyarakat setempat di bawah
bimbingan petugas kesehatan di desa / bidan di
desa
2. Tujuan SMD
a. Masyarakat mengenal, mengumpulkan data,
mengkaji masalah kesehatan yang ada di desa
dalam rangka menyiapkan desa siaga.
b. Timbulnya minat dan kesadaran masyarakat
untuk mengetahui masalah kesehatan dan
pentingnya desa siaga.
3. SMD dilaksanakan di desa terpilih dengan
memilih lokasi tertentu yang dapat
menggambarkan keadaan desa pada umumnya.
4. SMD dilaksanakan oleh sekelompok warga
masyarakat yang telah ditunjuk dalam pertemuan
tingkat desa. Informasi tentang masalah-masalah
kesehatan di desa dapat diperoleh sebanyak
mungkin dari Kepala Keluarga (KK) yang
bermukim dilokasi terpilih tersebut.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 100


5. Waktu SMD dilaksanakan sesuai dengan hasil
kesepakatan pertemuan desa

6. Cara pelaksanaan Survei Mawas Diri


a. Bidan di desa dan kelompok yang ditugaskan
untuk melaksanakan Survei Mawas Diri
meliputi :
Penentuan sasaran, baik jumlah KK ataupun
lokasinya
Penentuan jenis informasi masalah
kesehatan yang akan dikumpulkan dalam
mengenal masalah kesehatan
Penentuan cara memperoleh informasi
kesehatan, Misalnya apakah akan
mempergunakan cara pengamatan atau
wawancara. Cara memperoleh informasi
dapat dilakukan dengan kunjungan dari
rumah ke rumah atau melalui pertemuan
kelompok sasaran.
Pembuatan instrumen / alat untuk
memperoleh informasi kesehatan. Misalnya
dengan menyusun daftar pertanyaan
(kuisioner), yang akan dipergunakan dalam
wawancara atau membuat daftar hal -hal
yang akan dipergunakan dalam pengamatan.
b. Kelompok pelaksanaan Survei Mawas Diri
dengan bimbingan bidan di Desa
mengumpulkan informasi masalah kesehatan
sesuai dengan yang direncanakan pada butir a

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 101


c. Kelompok pelaksanaan Survei Mawas Diri
dengan bimbingan bidan di Desa mengolah
informasi masalah kesehatan yang telah
dikumpulkan sehingga dapat diperoleh
perumusan masalah kesehatan dan prioritas
masalah kesehatan di wilayahnya.
C. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
1. MMD adalah pertemuan seluruh warga desa
untuk membahas hasil survei mawas diri dan
merencanakan penanggulangan masalah
kesehatan yang diperoleh dari hasil survei mawas
diri
2. Tujuan Musyawarah Masyarakat Desa :
a. Masyarakat mengenal masalah kesehatan di
wilayahnya
b. Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi
masalah kesehatan melalui pelaksanaan
Desa Siaga dan Poskesdes
c. Masyarakat menyusun rencana kerja untuk
menanggulangi masalah kesehatan,
melaksanakan Desa Siaga dan Poskesdes
3. MMD harus dihadiri oleh pemuka masyarakat
desa, petugas Puskesmas, dan sektor terkait di
tingkat kecamatan (Seksi-seksi pemerintahan dan
pembangunan, BKKBN, Pertanian, Agama, dan
lain lain)
5. MMD dilaksanakan di Balai Desa atau tempat
pertemuan lain yang ada di desa

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 102


6. MMD dilaksanakan segera setelah SMD
dilaksanakan
7. Cara pelaksanaan :
a. Pembukaan dengan menguraikan maksud dan
tujuan MMD dipimpin oleh kepala desa
b. Pengenalan masalah kesehatan oleh
masyarakat sendiri melalui curah pendapat
dengan mempergunakan alat peraga, poster,
dan lain lain dipimpin oleh petugas puskesmas
c. Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD
d. Perumusan dan penentuan prioritas masalah
kesehatan atas dasar pengenalan masalah
(butir b) dan hasil SMD (butir c) dilanjutkan
dengan rekomendasi teknis dari petugas
kesehatan di desa / bidan di desa
e. Penyusunan rencana penanggulangan
masalah kesehatan, dipimpin oleh kepala desa
f. Penutup

Penugasan 3.Mengidentifikasi program pemberdayaan masyarakat


diwilayah kerja Puskesmas.
Fasilitator membagi peserta dalam kelompok Puskesmas,dengan
penugasan:
Menginventarisasi program pemberdayaan apa yang sudah
dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas.
Memprediksi permasalahan kesehatan di masyarakat.
Mengidentifikasi permasalahan apa yang belum tertangani
dengan porgram pemberdayaan saat ini?
Mengidentifikasi/memprediksi program pemberdayaan apa lagi
yang harus dilakukan (dengan melibatkan
masyarakat sejak awal).

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 103


3) Azas keterpaduan
Dalam menerapkan azas keterpaduan dalam
penyelenggaraan Puskesmas, hal mendasar yang
perlu dipahami adalah, keterpaduan merupakan
upaya memadukan penyelenggaraan upaya
kesehatan Puskesmas, baik wajib maupun
perorangan dalam rangka mengantisipasi
keterbatasan sumberdaya yang dimiliki serta
untuk mencapai hasil yang optimal. Karena
itu,sebaiknya keterpaduan sudah dimulai sejak
dari tahap perencanaan,serta perlu komitmen
dari semua pihak yang menjadi pemilik atau
penanggungjawab program, keterbukaan/
transparansi, serta kejelasan peran dan
tanggungjawab masing-masing.
Beberapa hal yang harus dilakukan Puskesmas:

Keterpaduan Lintas Program:


o Mengidentifikasi program/kegiatan yang
mempunyai sasaran yang sama.
o Memilah bentuk/jenis program yang bisa
dipadukan penyelenggaraannya.
o Mengidentifikasi potensi yang ada untuk
masing-masing progam, seperti; tenaga/
SDM, sarana dan fasilitas, dana yang dimiliki
dll.
o Mengidentifikasi peran dan tanggungjawab
setiap orang yang terlibat dalam keterpaduan
tersebut.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 104


o Menuangkan program keterpaduan dalam
suatu rencana kegiatan, digabungkan
dengan /menjadi bagian dari perencanaan
Puskesmas
o Membahas rencana kegiatan tersebut agar
dipahami semua orang yang terlibat serta
untuk mendapatkan komitmen dalam
pelaksanaannya.

Keterpaduan Lintas Sektor


o Mengidentifikasi program/kegiatan yang
memerlukan koordinasi dan keterlibatan
sektor lain dalam penyelenggaraannya,yaitu
yang mempunyai sasaran program/kegiatan
yang sama.
o Mengadakan pertemuan dengan lintas sektor
tersebut untuk membahas tentang
bentuk/jenis program terpadu lintas
sektor,potensi masing-masing sektor,serta
peran dan tanggungjawab masing-masing.
o Menuangkan program keterpaduan dalam
suatu rencana kegiatan ,digabungkan dengan
/menjadi bagian dari perencanaan
Puskesmas
o Membahas rencana kegiatan tersebut agar
dipahami semua orang yang terlibat serta
untuk mendapatkan komitmen dalam
pelaksanaannya.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 105


Secara operasional rencana keterpaduan
program/kegiatan dapat dibahas pada waktu
pelaksanaan Lokakarya Mini Puskesmas Bulanan
Pertama untuk keterpaduan lintas program dan
Lokakarya Mini Tribulanan Pertama untuk
keterpaduan lintas sektor.

4) Azas Rujukan
Sebenarnya sudah jelas bagi Puskesmas tentang
azas rujukan, baik rujukan Upaya Kesehatan
Perorangan maupun Upaya Kesehatan
Masyarakat. Yang kemudian menjadi penting
adalah, apakah Puskesmas memiliki mekanisme
atau prosedur rujukan secara tertulis yang
diketahui dan dipahami oleh setiap petugas
Puskesmas. Seringkali rujukan hanya diartikan
sebagai kegiatan pengiriman kasus/pasien yang
tidak dapat ditangani di Puskesmas,atau bentuk
permintaan bantuan ke Dinas Kesehatan
mengenai fasilitas, sarana pelayanan, tenaga dan
lain-lain.
Beberapa prosedur rujukan yang perlu dimiliki
Puskesmas antara lain:
Prosedur rujukan internal Puskesmas.
Prosedur rujukan kasus/pasien ke Pusat
Pelayanan Kesehatan Perorangan Strata yang
lebih tinggi (Rumah sakit dll).
Prosedur tindak lanjut rujukan pasien pasca
perawatan dari fasilitas pelayanan rujukan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 106


Prosedur rujukan tersebut disusun oleh suatu tim
yang dipilih oleh pimpinan Puskesmas, dan
disahkan untuk diberlakukan serta dipatuhi oleh
semua petugas yang terkait.

5. Penerapan Manajemen Puskesmas


Pada prinsipnya, manajemen Puskesmas adalah
suatu rangkaian kegiatan yang sistematis, saling
terkait dan berkesinambungan, efektif serta efisien,
dalam rangka terselenggaranya berbagai upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat sesuai dengan azas penyelenggaraan
Puskesmas, agar menghasilkan luaran Puskesmas
secara optimal.
Penerapan manajemen Puskesmas secara
operasional dilaksanakan melalui kegiatan:

Perencanaan tahunan Puskesmas


Lokakarya Mini Puskesmas bulanan dan tribulanan
Evaluasi kinerja Puskesmas

Ketiga fungsi manajemen tersebut akan dibahas dalam


modul Perencanan Puskesmas, Lokakarya Mini
Puskesmas dan Evaluasi Kinerja Puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 107


MODUL 2
KEBIJAKAN DASAR PROGRAM LKB dan PPIA (LAYANAN
KOMPREHENSIF HIV-AIDS BERKESINAMBUNGAN)

I. DESKRIPSI SINGKAT

Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan


tingkat pertama di Indonesia, dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya puskesmas perlu mengetahui program
kesehatan yang menjadi prioritas nasional dan global, salah
satunya adalah pencegahan dan pengendalian penyakit
menular seperti HIV-AIDS dan TB, dalam pelaksanaan
program tersebut puskesmas mengacu kepada kebijakan
nasional di tingkat pusat dengan tetap memperhatikan
kondisi wilayah kerja serta sumber daya yang dimiliki. HIV-
AIDS saat ini masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Sejak pertama
kali ditemukan (1987) sampai dengan tahun 2011, kasus HIV
teridentifikasi tersebar di 368 dari 498 kabupaten/kota di
seluruh provinsi di Indonesia. Agar puskesmas mampu
melaksanakan program pencegahan dan pengendalian HIV-
AIDS di wilayah kerjanya maka puskesmas dibekali
pengetahuan mengenai konsep pengendalian penyakit HIV-
AIDS melalui Layanan Komprehensif Berkesinambungan
(LKB). Layanan tersebut menggunakan pendekatan
sistematis dan komprehensif, serta dengan perhatian khusus
pada kelompok kunci dan kelompok populasi yang sulit
dijangkau. Salah satu kelompok populasi yang perlu
mendapatkan perhatian adalah ibu hamil. Di Indonesia,
infeksi HIV merupakan salah satu penyakit menular yang
dikelompokkan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 108


kematian ibu dan anak. Agar transmisi penularan HIV dari
ibu ke anak dapat dicegah maka diperlukan pelaksanaan
program PPIA yang terintegrasi di layanan KIA. Hingga saat
ini masih banyak penderita HIV AIDS dan IMS yang tidak
terdeteksi secara dini oleh puskesmas. Tren penularan HIV di
Indonesia saat ini tidak hanya melalui hubungan seksual
dan penggunaan jarum suntik bersama saja, namun juga
penularan HIV dari Ibu ke Anak juga mengalami angka
peningkatan yang cukup signifikan. Di mana ibu rumah
tangga masuk ke dalam populasi umum dan tidak menyadari
bahwa dirinya sudah tertular HIV. Di sini pula peran
puskesmas sebagai ujung tombak layanan kesehatan mampu
melakukan deteksi dan pencegahan secara dini melalui
promosi kesehatan terhadap penularan HIV serta mampu
melakukan pengobatan bagi puskesmas yang sudah mampu
atau melakukan perujukan ODHA (orang dengan HIV AIDS)
ke layanan yang lebih lengkap. Berdasarkan Asian Model
Epidemic (AEM), tren kasus baru HIV di Indonesia dalam
regional ASEAN mengalami peningkatan dibandingkan
negara lainnya yang mengalami penurunan kasus baru
HIVnya.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu


memahami Kebijakan Dasar Program LKB
(layanan komprehensif HIV-AIDS
berkesinambungan) dan penerapannya dalam
penyelenggaraan Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 109


B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti materi ini, peserta dapat:


1. Menjelaskan Konsep Dasar LKB
2. Menjelaskan Konsep Pelayanan Komprehensif
HIV-AIDS Dan IMS Serta kaitannya dengan
jejaring masyarakat
3. Menjelaskan Konsep Dasar PPIA

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub
pokok bahasan sebagai berikut:

1. Kebijakan dan Konsep dasar LKB:

1.1 Epidemiologi HIV-AIDS


1.2 Kebijakan nasional dan daerah dalam upaya
pengendalian HIV-AIDS (kebijakan, strategi dan
sasaran)
1.3 6 pilar utama LKB

2. Konsep Pelayanan Komprehensif HIV-AIDS dan IMS :

2.1 Paket minimal layanan komprehensif HIV-AIDS dan


IMS
2.2 Koordinasi di tiap tingkat
2.3 Jejaring kerja dan partisipasi masyarakat (populasi
kunci)

3. Konsep Dasar PPIA

3.1 Analisa situasi ibu hamil HIV


3.2 Kebijakan program PPIA (strategi, target, sasaran)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 110


3.3 Kegiatan PPIA secara komprehensif
3.4 Integrasi PPIA dalam pelayanan KIA, KB dan
konseling remaja
3.5 Indikator PPIA

IV. BAHAN BELAJAR

1. Modul Kebijakan Diklat


2. Bahan tayang
3. Peraturan

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam


proses pembelajaran materi ini.
Sebelum mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan
sudah membaca modul LKB termasuk PPIA terlebih
dahulu.

Langkah 1: Pengkondisian (10 menit)


Untuk memperlancar proses pembelajaran, disusunlah
langkah-langkah sebagai berikut :

1. Kegiatan Fasilitator
a. Memperkenalkan diri
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan ruang
lingkup bahasan
c. Menggali pendapat pembelajar tentang Kebijakan
Dasar Program LKB (layanan komprehensif HIV-
AIDS berkesinambungan) dan penerapannya
dalam penyelenggaraan Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 111


d. Menggali pendapat pembelajar tentang Kebijakan
Dasar Program PPIA dan penerapannya dalam
penyelenggaraan Puskesmas
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan
fasilitator
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap
penting

Langkah 2. Penyampaian Materi ( 200 menit)


Pokok Bahasan 1 (40 menit)
Pokok Bahasan 2 (90 menit)
Pokok Bahasan 3 (70 menit)

1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan 1, 2, dan 3
tentang Konsep Dasar LKB, Konsep Pelayanan
Komprehensif HIV-AIDS Dan IMS Serta
Kaitannya Dengan Jejaring Masyarakat dan
Konsep Dasar PPIA.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal
yang dianggap penting

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 112


b. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan
kesempatan yang diberikan
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan fasilitator

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan (15 menit)


1. Fasilitator
a. Menyampaikan kesimpulan akhir tentang
Konsep Dasar LKB, Konsep Pelayanan
Komprehensif HIV-AIDS Dan IMS Serta
Kaitannya Dengan Jejaring Masyarakat dan
Konsep Dasar PPIA
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal
yang dianggap penting.
b. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan
kesempatan yang diberikan
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan fasilitator.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 113


VI. URAIAN MATERI

A. KEBIJAKAN DAN KONSEP DASAR LKB


1. Epidemiologi HIV-AIDS

Hingga saat ini HIV masih merupakan salah satu


masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia.
Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan
tahun 2011, kasus HIV teridentifikasi tersebar di 368
(73,9%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh (33)
provinsi di Indonesia. Provinsi pertama kali
ditemukannya adanya kasus HIV adalah Provinsi Bali
(1987), sedangkan yang terakhir melaporkan adanya
kasus HIV (2011) adalah Provinsi Sulawesi Barat.
Berdasarkan data terbaru, kejadian penularan infeksi
HIV di Indonesia terbanyak melalui hubungan seksual
dengan orang yang terinfeksi tanpa menggunakan
kondom. Diikuti oleh penggunaan alat suntik yang
tercemar darah yang mengandung HIV (karena
penggunaan alat suntik secara bersama di antara
para pengguna Napza suntikan), dan ditularkan dari
ibu pengidap HIV kepada anaknya, baik selama
kehamilan, persalinan atau selama menyusui. Cara
penularan lain adalah melalui transfusi darah yang
tercemar, alat tusuk dan peralatan lainnya (tato, dan
lain-lain) dan adanya infeksi menular seksual seperti
sifilis.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 114


2. Kebijakan Nasional dan Daerah dalam
Pengendalian HIV-AIDS

2.1 Kebijakan

Mengingat latar belakang di atas maka disepakati


perlunya mengembangkan suatu kerangka kerja
standar bagi tingkat kabupaten/kota. Kerangka
kerja ini dimaksudkan untuk memberikan
pedoman bagi para pengelola program, pelaksana
layanan dan semua mitra terkait dalam
penerapan layanan pencegahan, perawatan dan
pengobatan HIV & IMS yang berkesinambungan
di kabupaten/kota. Layanan HIV & IMS tersebut
menggunakan pendekatan sistematis dan
komprehensif, serta dengan perhatian khusus
pada kelompok kunci dan kelompok populasi
yang sulit dijangkau.
Kebijakan kegiatan pengendalian yang
dilaksanakan adalah dengan:
1. Meningkatkan advokasi, sosialisasi, dan
pengembangan kapasitas.
2. Meningkatkan kemampuan manajemen dan
profesionalisme dalam pengendalian HIV-AIDS
dan IMS.
3. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas
pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
4. Meningkatkan jangkauan pelayanan pada
kelompok masyarakat berisiko tinggi, daerah
tertinggal, terpencil, perbatasan dan
kepulauan serta bermasalah kesehatan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 115


5. Mengutamakan program berbasis masyarakat.
6. Meningkatkan jejaring kerja, kemitraan dan
kerja sama.
7. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan sumber
daya.
8. Mengutamakan promotif dan preventif.
9. Memprioritaskan pencapaian sasaran MDGs,
komitmen nasional dan internasional

Kerangka Kerja tersebut merupakan panduan


standar untuk merencanakan layanan secara
efisien dan konsisten serta menyelaraskan
penyelenggaraan layanan secara lokal maupun
nasional. Kerangka kerja dikembangkan melalui
proses konsultasi yang melibatkan para
pemangku kepentingan secara luas dibawah
koordinasi Kementerian Kesehatan RI, dengan
dukungan WHO, yang dilandasi oleh prinsip
dasar:
1. hak azasi manusia,
2. kesetaraan akses layanan,
3. penyelenggaraan layanan HIV & IMS yang
berkualitas,
4. mengutamakan kebutuhan ODHA dan
keluarganya,
5. memperhatikan kebutuhan kelompok
populasi kunci dan populasi rentan lainnya,
6. keterlibatan ODHA dan keluarganya,
7. penerapan perawatan kronik,
8. layanan terapi antiretroviral dengan
pendekatan kesehatan masyarakat,

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 116


9. mengurangi hambatan dalam mengakses
layanan (termasuk hambatan finansial
seperti misalnya layanan cuma-cuma bila
memungkinkan);
10. menciptakan lingkungan yang mendukung
untuk mengurangi stigma dan
diskriminasi,salah satunya dengan
peraturan perundangan yang melindungi,
serta
11. mengarus utamakan aspek gender.

2.2 Desentralisasi Layanan Komprehensif HIV


dan IMS yang Berkesinambungan (LKB) di
tingkat Kabupaten Kota

Pengembangan LKB perlu didahului dengan


pemetaan dan analisis situasi setempat, yang
mencakup pemetaan populasi kunci dan lokasi
layanan terkait HIV yang tersebar serta analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku,
khususnya perilaku pencarian layanan
pengobatan (health seeking behavior), yang sangat
dipengaruhi tatanan non-fisik yang ada di
lingkungan masyarakat. Analisis situasi ini perlu
dilakukan agar populasi kunci/masyarakat mau
memanfaatkan jejaring LKB yang dibangun
(feeding in) sehingga program ini berdampak bagi
pengendalian epidemi secara luas.
Di daerah dengan prevalensi tinggi maka RS di
tingkat Kabupaten/Kota sebaiknya
dikembangkan menjadi pusat layanan HIV di

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 117


daerah tesebut dengan pertimbangan bahwa RS
di tingkat kabupaten/kota pada umumnya:
Memiliki cukup kapasitas untuk
memberikan tatalaksana klinis infeksi
menular seksual, infeksi oportunistik pada
pasien HIV, bagi penasun dan terapi ARV
Dapat melayani jumlah ODHA dan populasi
kunci yang cukup untuk membentuk
kelompok
Jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat
tinggal ODHA dan klien lainnya

2.3 Tujuan

1. Tujuan Umum
Meningkatnya pengendalian HIV-AIDS dan
IMS secara berhasil-guna dan berdaya-guna
dalam rangka mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.

2. Tujuan khusus
a. Menurunnya jumlah kasus baru HIV
serendah mungkin (target jangka
panjang: zero new infection)
b. Menurunnya tingkat diskriminasi
serendah mungkin (target jangka
panjang: zero discrimination)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 118


c. Menurunnya angka kematian AIDS
serendah mungkin (target jangka
panjang: zero AIDS related deaths)
d. Meningkatnya kualitas hidup ODHA

2.4 Strategi

Strategi yang dilaksanakan dalam Pencapaian


Target Pengendalian HIV-AIDS dan IMS adalah :
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat
swasta dan masyarakat madani dalam
pengendalian HIV-AIDS dan IMS melalui
kerjasama nasional dan global.
2. Meningkatkan upaya pengendalian HIV-AIDS
dan IMS yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan
pengutamaan pada upaya promotif-preventif.
3. Meningkatkan pembiayaan pengendalian HIV-
AIDS dan IMS
4. Meningkatkan pengembangan dan
pemberdayaan SDM yang merata dan bermutu
dalam pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan
keterjangkauan pengobatan, pemeriksaan
penunjang HIV-AIDS dan IMS serta menjamin
keamanan, kemanfaatan, dan mutu sediaan
obat dan bahan/alat yang diperlukan dalam
pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
6. Meningkatkan manajemen pengendalian HIV-
AIDS dan IMS yang akuntabel, transparan,
berdayaguna untuk memantapkan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 119


desentralisasi kesehatan yang
bertanggungjawab.

2.5 Kegiatan

Kegiatan yang dilaksanakan adalah:


1. Memperkuat aspek legal pengendalian HIV-
AIDS dan IMS
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi
termasuk Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE) dan Intervensi Perubahan Perilaku (IPP)
3. Pengembangan sumber daya manusia
4. Memperkuat jejaring kerja dan meningkatkan
partisipasi masyarakat
5. Memperkuat logistik
6. Meningkatkan konseling dan tes HIV
7. Meningkatkan perawatan, dukungan dan
pengobatan
8. Meningkatkan pencegahan penularan HIV dari
ibu ke anak
9. Meningkatkan pengendalian IMS
10.Meningkatkan program pengurangan dampak
buruk
11.Meningkatkan pengamanan darah donor dan
produk darah
12.Meningkatkan kewaspadaan Universal
13.Meningkatkan kolaborasi TB-HIV
14.Meningkatkan surveilans epidemiologi dan
pengembangan sistem informasi
15.Monitoring dan evaluasi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 120


16. Mengembangkan dan memperkuat sistem
pembiayaan.

3. Enam Pilar Utama Layanan Komprehensif


Berkesinambungan

3.1 Pengertian LKB

Yang dimaksud dengan layanan komprehensif


adalah upaya yang meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
mencakup semua bentuk layanan HIV dan IMS,
seperti kegiatan KIE pengetahuan komprehensif,
promosi penggunaan kondom, pengendalian
faktor risiko, layanan Konseling dan Tes HIV (KTS
dan KTIP), Perawatan, Dukungan, dan
Pengobatan (PDP), Pencegahan Penularan dari Ibu
ke Anak (PPIA), Pengurangan Dampak Buruk
NAPZA (LASS, PTRM, PTRB), layanan IMS,
Pencegahan penularan melalui darah donor dan
produk darah lainnya, serta kegiatan monitoring
dan evaluasi serta surveilan epidemiologi di
Puskesmas Rujukan dan Non-Rujukan termasuk
fasilitas kesehatan lainnya dan Rumah Sakit
Rujukan Kabupaten/Kota.
Yang dimaksud dengan layanan yang
berkesinambungan adalah pemberian layanan
HIV & IMS secara paripurna, yaitu sejak dari
rumah atau komunitas, ke fasilitas layanan
kesehatan seperti puskesmas, klinik dan rumah
sakit dan kembali ke rumah atau komunitas; juga

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 121


selama perjalanan infeksi HIV (semenjak belum
terinfeksi sampai stadium terminal). Kegiatan ini
harus melibatkan seluruh pihak terkait, baik
pemerintah, swasta, maupun masyarakat (kader,
LSM, kelompok dampingan sebaya, ODHA,
keluarga, PKK, tokoh adat, tokoh agama dan
tokoh masyarakat serta organisasi/kelompok
yang ada di masyarakat).
Layanan komprehensif dan berkesinambungan
juga memberikan dukungan baik aspek
manajerial, medis, psikologis maupun sosial
ODHA selama perawatan dan pengobatan untuk
mengurangi atau menyelesaikan permasalahan
yang dihadapinya.
Komponen LKB terdiri dari 5 komponen utama
dalam pengendalian HIV di Indonesia yaitu:
1. Pencegahan
2. Perawatan
3. Pengobatan
4. Dukungan
5. Konseling

3.2 Unsur utama Layanan Komprehensif yang


Berkesinambungan

Agar model tersebut di atas dapat berjalan secara


efektif maka harus tersedia semua layanan yang
diperlukan di kabupaten/kota.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 122


Seperti telah disebutkan dalam kebijakan di atas
bahwa penyelenggaraan layanan komprehensif
HIV& IMS yang Berkesinambungan didasarkan
atas 6 pilar.

Tabel 16. Pilar Utama bagi Layanan Komprehensif HIV


& IMS yang Berkesinambungan

No. Pilar Utama Maksud dan Tujuan

Pilar 1: Koordinasi dan kemitraan Mendapatkan dukungan dan


dengan semua pemangku keterlibatan aktif semua
kepentingan di setiap lini pemangku kepentingan
Pilar 2: Peran aktif komunitas Meningkatnya kemitraan, dan
termasuk ODHA dan Keluarga akseptabilitas layanan,
meningkatkan cakupan, dan
retensi, serta mengurangi
stigma dan diskriminasi.
Pilar 3: Layanan terintegrasi dan Tersedianya layanan
terdesentralisasi sesuai kondisi terintegrasi sesuai dengan
setempat kondisi setempat.
Pilar 4: Paket layanan HIV Tersedianya layanan
komprehensif yang berkualitas sesuai kebutuhan
berkesinambungan individu
Pilar 5: Sistem rujukan dan jejaring Adanya jaminan
kerja kesinambungan dan linkage
antara komunitas dan layanan
kesehatan.
Pilar 6: Akses Layanan Terjamin Terjangkaunya layanan baik
dari sisi geografis, finansial
dan sosial, termasuk bagi
kebutuhan populasi kunci

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 123


3.2.1 Pilar 1: Koordinasi dan Kemitraan dengan
Semua Pemangku Kepentingan di Setiap
Lini

Dalam pengembangan layanan


komprehensif HIV yang berkesinambungan
perlu suatu mekanisme koordinasi dan
kemitraan dengan semua pemangku
kepentingan, termasuk ODHA, sektor
swasta dan masyarakat, di semua lini
(tingkat nasional, provinsi dan
kabupaten/kota). Mekanisme tersebut
terutama sangat diperlukan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan
layanan komprehensif tersebut. Untuk itu
diperlukan suatu forum koordinasi yang
efektif baik di tingkat nasional maupundi
tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Forum koordinasi tersebut akan
memfasilitasi terjalinnya jejaring kerja sama
antar layanan baik secara horisontal
maupun vertikal atas dasar saling
menghormati, menghargai dan
membutuhkan.

3.2.2 Pilar 2: Peran Aktif Komunitas Termasuk


ODHA dan Keluarga

Peningkatan peran serta ODHA dan


kelompok dukungan sebaya secara efektif

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 124


dalam berbagai aspek termasuk layanan
kesehatan berbasis masyarakat/komunitas
maupun fasyankes telah terbukti efektif dan
dapat memperbaiki kualitas layanan bagi
ODHA secara umum. Sistem kemitraan juga
harus terus didorong, misalnya kemitraan
dalam perencanaan, penyelenggaraan
layanan dan evaluasi. Kemitraan ini penting
dalam memperbaiki rujukan, dukungan
kepatuhan, serta mengurangi stigma dan
diskriminasi di antara pemangku
kepentingan.

3.2.3 Pilar 3: Layanan Terintegrasi dan


Terdesentralisasi Sesuai Kondisi Wilayah
Setempat

Integrasi dan desentralisasi di Tingkat


Kabupaten/Kota
Integrasi layanan dan desentralisasi
pengelolaan sumber daya diadaptasi sesuai
situasi epidemi HIV dan kondisi di
kabupaten/kota (yaitu epidemi
terkonsentrasi atau meluas, kapasitas
sistem layanan kesehatan, LSM pemberi
layanan, termasuk layanan bagi kelompok
populasi kunci, dsb.). Banyak layanan PDP
yang menuju layanan satu atap dan satu
hari yang sebaiknya terus diupayakan
secara bertahap, dengan prioritas integrasi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 125


layanan HIV di layanan lainnya seperti di
layanan TB, layanan IMS, KIA, KB, PTRM,
LASS dan kesehatan reproduksi remaja.
Sebagai contoh dari integrasi layanan
adalah: skrining TB di layanan PDP HIV
atau KT, ko-manajemen TB dan terapi ARV
pada kunjungan yang sama oleh petugas
yang sama, konseling dan tes HIV atas
inisiasi petugas kesehatan (KTIP) di layanan
ibu hamil, TB, PTRM, atau LASS.
Sedang tingkat desentralisasi layanan
pengobatan ARV, apakah di tingkat
puskesmas atau di tingkat komunitas,
sangat tergantung dari tingkat epidemi HIV
setempat, cakupan layanan dan kapasitas
petugas layanan yang ada di layanan tingkat
bawah.

3.2.4 Pilar 4: Paket layanan HIV Komprehensif


yang Berkesinambungan

Paket LKB ini diterapkan sesuai strata dari


layanan dengan peran dan tanggung jawab
yang jelas. Isi paket dapat diadaptasi sesuai
keadaan, sumber daya, dan situasi epidemi
HIV, dan juga dapat berkembang sesuai
kebutuhan. Implementasi keseluruhan paket
di fasyankes sekunder dan tersier (rumah
sakit kabupaten dan RS provinsi ataupun RS
sekelas lainnya), fasyankes primer

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 126


(puskesmas, klinik dll) dan layanan komunitas
dapat dikembangkan bertahap sesuai kondisi
sumber daya (keuangan, tenaga), kapasitas
dan prioritas kebutuhan.

3.2.5 Pilar 5: Sistem Rujukan dan Jejaring Kerja

Kunci keberhasilan dari LKB adalah sistem


rujukan dan jejaring kerja yang akan
menghasilkan perbaikan akses dan retensi
dalam pengobatan.
Jejaring kerja yang mampu menjamin
kesinambungan layanan meliputi sistem
rujukan pasien dan keluarganya dari satu
layanan ke layanan lainnya secara timbal
balik, baik di dalam maupun di luar sistem
layanan, di dalam satu tingkat layanan atau
antar tingkat layanan (layanan yang berbeda
strata), secara horisontal maupun vertikal.
Dalam hal tersebut maka perlu dibentuk
jejaring kerjasama atas dasar saling
menghormati dan menghargai.
Contoh kesinambungan internal antar unit
layanan di dalam fasyankes yang sama
antara lain adalah rujukan antar layanan
PDP di rawat jalan, layanan laboratorium,
farmasi, TB, IMS, KIA, KB dan kesehatan
reproduksi remaja.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 127


Sistem rujukan dalam LKB mengikuti
sistem rujukan yang ada, yaitu meliputi
rujukan pasien, dan rujukan spesimen
untuk pemeriksaan laboratorium. Dalam
melaksanakan rujukan, perlu
dipertimbangkan segi jarak, waktu,
biaya,dan efisiensi. Contohnya, jika rujukan
dari rumah sakit Tangerang lebih cepat ke
Jakarta daripada ke Serang maka rujukan
ke Jakarta dapat dilaksanakan untuk
kepentingan pasien. Rujukan juga dapat
terjadi antara fasyankes pemerintah dan
fasyankes swasta, laboratorium pemerintah
dan swasta. Dengan demikian, diharapkan
jaringan kerjasama yang terjalin dapat
memberikan layanan yang lebih baik kepada
klien.
Agar perawatan dan pengobatan dapat
berjalan efektif maka perlu pula dibangun
sistem rujukan yang terhubung dengan
kegiatan penjangkauanpopulasi kunci dan
rentan lain, perawatan berbasis rumah,
klinik perawatan penyakit akut, dan
sebagainya. Perlu diingat bahwa sistem
rujukan yang harus diperkuat termasuk
sistem rujukan antar wilayah (rujukan antar
kabupaten/kota, antar provinsi).

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 128


3.2.6 Pilar 6: Menjamin Akses Layanan Termasuk
Kebutuhan Populasi Kunci

Untuk menjamin bahwa layanan dapat


diakses oleh masyarakat dan kelompok
populasi kunci serta sesuai dengan
kebutuhannya maka diperlukan suatu
lingkungan yang mendukung baik yang
berupa kebijakan maupun peraturan
perundangan. Model layanan komprehensif
berkesinambungan harus meliputi
intervensi terarah, guna memenuhi
kebutuhan spesifik dari kelompok populasi
kunci dan kelompok rentan lainnya.
LKB menawarkan kesempatan luas untuk
mengurangi stigma dan diskriminasi serta
meningkatkan akses pada layanan
khususnya bagi kelompok kunci. Dalam
mengakses layanan HIV & IMS yang
dibutuhkan,kelompok populasi kunci
(seperti PS, Penasun, LSL, WBP, dan
sebagainya) dan kelompok rentan lainnya
(anak-anak, remaja dan masyarakat miskin)
biasanya mendapat hambatan. Setiap
kabupaten/kota harus membuat strategi
yang memudahkan kelompok populasi
kunci dan kelompok rentan lainnya dalam
mengakses layanan yang mereka butuhkan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 129


Contoh hambatan yang terjadi di masyarakat
dalam mengakses layanan :
Di kota X, Penasun takut mengakses suatu
fasilatas layanan yang menyediakan LASS,
Konseling NAPZA, Konseling dan Tes HIV,
rujukan ke layanan perawatan HIV, dan
perawatan umum karena takut ditangkap
oleh polisi atau petugas keamanan lainnya
yang selalu berdiri di depan layanan
tersebut.
Di kota Y, kelompok LSL menolak
menggunakan layanan HIV yang tersedia
karena terjadi praktek diskriminasi
terhadap mereka oleh petugas kesehatan.
Hal tersebut disebabkan oleh belum
terbiasanya petugas kesehatan dalam
memberikan layanan HIV kepada LSL.

Untuk mengurangi hambatan dalam


mengakses layanan bagi populasi kunci
diperlukan strategi dalam pengembangan
LKB yaitu :

Sosialisasi kepada pemimpin/tokoh


kunci setempat tentang kebutuhan
populasi kunci dan bahaya dari
pelecehan, pengucilan dan penangkapan
populasi kunci. Paparkan masalah
hambatan ini di dalam forum koordinasi
.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 130


Libatkan ODHA dan kelompok populasi
kunci dalam penyusunan rencana
pengembangan LKB dan implementasi
kegiatan
Latih petugas kesehatan untuk
memberikan perawatan dengan cara
yang tidak menghakimi dan peka
terhadap isu-isu PS, LSL, dan penasun
Sosialisasikan kepada pejabat
rutan/lapas dan pusat rehabilitasi
mengenai isu terkait HIV dan advokasi
mereka untuk bergabung dalam LKB.
Kembangkan rujukan antar tatanan
tertutup dan layanan berbasis
masyarakat di mana klien akan
membutuhkan layanan di masyarakat
setelah mereka bebas.
Memberikan edukasi dan informasi
tentang berbagai perilaku berisiko ketika
memberikan layanan klinis kepada klien
(promosikan perilaku seks aman dan
pengurangan dampak buruk pada
penasun)
Dukung dan lakukan aktivitas
penjangkauan kepada kelompok
populasi kunci dalam rangka
membangun hubungan kepercayaan
antara pemberi layanan dan klien. Dan
pastikan LKB ini merupakan layanan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 131


ramah, menghormati hak klien dan tidak
menghakimi.
Bila perlu sediakan layanan yang
mendekati lokasi tempat
tinggal/aktivitas kelompok populasi
kunci. Dapat pula memanfaatkan
fasilitas layanan berbasis masyarakat
yang biasanya lebih diterima oleh
populasi kunci.
Bangun jejaring rujukan formal yang
efisien antara layanan umum dan
layanan populasi kunci tersebut.
Kegiatan pemantauan dan evaluasi juga
mencakup layanan di atas untuk
memastikan kebutuhan ODHA dan
populasi kunci lainnya terlayani dengan
memadai untuk mengubah epidemi HIV
di Indonesia.

B. KONSEP PELAYANAN KOMPREHENSIF HIV AIDS


DAN IMS

Paket Minimal Layanan Komprehensif HIV-AIDS


dan IMS
Tabel 2 memaparkan jenis layanan komprehensif yang
diperlukan di suatu wilayah kabupaten/kota untuk
menjamin kelengkapan layanan yang dapat diakses
oleh masyarakat meskipun tidak seluruh layanan
tersebut tersedia dalam satu unit/fasilitas pelayanan
kesehatan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 132


Tabel 17. Jenis Layanan Komprehensif HIV

Dukungan
Promosi dan Tatalaksana psikososial,
Pencegahan Klinis HIV ekonomi, dan
legal
Promosi Kesehatan Tatalaksana Dukungan
(KIE) medis dasar psikososial
Ketersediaan dan Terapi ARV Dukungan
akses alat Diagnosis IO sebaya
pencegahan dan komorbid Dukungan
(kondom, alat suntik terkait HIV spiritual
steril) serta Dukungan
PTRM, PTRB, PABM pengobatannya sosial
Penapisan darah , termasuk TB Dukungan
donor Profilaksis IO ekonomi:
Life skills education Tatalaksana latihan kerja,
Dukungan Hepatitis B kredit mikro,
kepatuhan berobat dan C kegiatan
(Adherence) Perawatan peningkatan
PPIA paliatif, pendapatan,,
Layanan IMS, KIA, termasuk dsb.
KB dan Kesehatan tatalaksana Dukungan legal
reproduksi remaja nyeri,
Tatalaksanan IMS Dukungan gizi
Vaksinasi Hep-B
bagi bayi dan para
penasun (bila
tersedia)
Pencegahan Pasca
Pajanan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 133


2. Koordinasi di Tiap Tingkat

2.1. Mekanisme Koordinasi dan Kemitraan di


tingkat Nasional:

Mekanisme koordinasi dan kemitraan di tingkat


nasional diselenggarakan melalui Forum
Koordinasi layanan komprehensif HIV/IMS & IMS
yang Berkesinambungan (FK-LKB), yang bertugas
membahas layanan komprehensif yang
berkesinambungan dengan mengadakan
pertemuan secara berkala, setidaknya setiap 6
bulan sekali atau lebih sering sesuai kebutuhan.
FK-LKB diketuai oleh pengelola program nasional
HIV dari Kementerian Kesehatan dan
beranggotakan pemangku kepentingan yang
meliputi: KPA Nasional, Subdit AIDS/PMS, TB,
Bina Kes-Ibu, Bina Kes Anak, ahli HIV/IMS,
perwakilan LSM yang bekerja dalam populasi
kunci, KDS ODHA, mitra multi/bilateral, sektor
lain (seperti: Kemensos, kemendagri, Kemenhub,
Kemenhukam dsb), perwakilan dari Direktorat
Pemasyarakatan, TNI, POLRI, dsb.
2.2. Mekanisme Koordinasi dan Kemitraan di
tingkat Provinsi

Agar mekanisme koordinasi dan kemitraan di


tingkat provinsi dapat terselenggara maka perlu
ditunjuk seorang focal point sebagai fasilitator

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 134


koordinasi, perencanaan dan pelaksanaan.
Sementara itu, sektor kesehatan berfungsi sebagai
penggeraknya (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
selaku ketua FK-LKB Provinsi).
Koordinasi dapat dilaksanakan melalui
mekanisme koordinasi yang sudah ada di tingkat
provinsi atau membentuk forum koordinasi baru
dengan melibatkan para pemangku kepentingan
yang meliputi: KPA provinsi, Dinkes Provinsi,
penanggung jawab program terkait Dinkes
Provinsi, (TB, Kespro, KIA, P2M), sektor lain
(pemerintah daerah, SKPD lain, dll), kepala rumah
sakit rujukan regional di provinsi, LSM populasi
kunci, LSM layanan HIV, KDS ODHA, tokoh
masyarakat.
Forum koordinasi di tingkat provinsi berperan
untuk:
Menyusun perencanaan dan memastikan
implementasi kegiatan
Memfasilitasi pengembangan LKB di tingkat
kabupaten/kota di dalam wilayahnya.
Memastikan semua pemangku kepentingan
bekerja sama, mendorong kepemilikan dan
akuntabilitas.
Memastikan ketersediaan sumber dayadan
penggunaan yang optimal.
Mengidentifikasi kebutuhan, kesenjangan,
serta kolaborasi dan koordinasi lintas
bidang/sektor.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 135


Memformulasikan mekanisme jejaring kerja
dan alur rujukan layanan kesehatan/medis
(vertikal dan horisontal).
Menyediakan forum diskusi berkala terkait
penerapan LKB.

2.3. Mekanisme Koordinasi dan Kemitraan di tingkat


Kabupaten/Kota

Koordinasi dan kemitraan di tingkat


kabupaten/kota diselenggarakan melalui
mekanisme koordinasi yang ada di tingkat
kabupaten/kota atau membentuk forum
koordinasi yang baru, dan seperti halnya di
tingkat provinsi maka perlu ditunjuk seorang
pengelola program LKB sebagai focal point yang
bertugas sebagai fasilitator koordinasi,
perencanaan dan pelaksanaan. Pemangku
kepentingan yang terlibat meliputi: KPA
Kabupaten, Dinkes Kab/ Kota, penanggung jawab
program terkait Dinkes, (TB, Kespro, KIA, P2M),
kepala rumah sakit, puskesmas, klinik layanan
HIV, LSM populasi kunci, LSM layanan HIV, KDS
ODHA, tokoh masyarakat, dinas terkait lain dsb.
Sesuai konsensus nasional maka sebagai ketua
forum koordinasi di tingkat kabupaten/kota
adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota.
Mekanisme koordinasi di tingkat kabupaten/kota
dilakukan dengan jejaring kerjasama yang terjalin

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 136


atas dasar saling menghormati dan menghargai
baik antar layanan secara horisontal maupun
vertikal melalui pertemuan berkalanya yang
setidaknya setiap triwulan atau lebih sering sesuai
kebutuhan untuk:
Menyusun rencana dan memastikan
implementasi kegiatan.
Memastikan semua pemangku kepentingan
bekerja sama, mendorong kepemilikan dan
akuntabilitas.
Memastikan ketersediaan sumber daya dan
penggunaannya secara optimal.
Mengidentifikasi kebutuhan, kesenjangan, serta
kolaborasi dan koordinasi lintas bidang/ sektor.
Memformulasikan mekanisme jejaring kerja dan
alur rujukan pelayanan kesehatan/medis
(vertikal dan horisontal).
Menyediakan forum diskusi berkala terkait
penerapan layanan yang berkesinambungan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 137


Gambar 1. Mekanisme Koordinasi dan
Kemitraan

Tingkat Dinkes Layanan Klinis


Provinsi Kab/Kota RS Rujukan Strata III

Forum Koordinasi
di Tingkat
Kabupaten Kota:
KPA
Dinkes Layanan Klinis
Kab/Kota RS Strata II Kab/ Kota
Tingkat
Kab/Kota
ODHA dan populasi
kunci

ORMAS, Unsur LSM. Kader,


Pemda terkait Toma, Toga

Puskesmas
Tingkat
Puskesmas

Perawatan Berbasis Perawatan Berbasis


komunitas Rumah

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 138


Jejaring Kerja dan Partisipasi Masyarakat

3.1 Membentuk jejaring rujukan untuk


memastikan kesinambungan antara layanan
klinis, komunitas dan penyelenggara layanan
lain yang relevan.

Jejaring layanan yang efektif akan mempercepat


akses pada layanan yang dibutuhkan. Pada awalnya
perlu untuk mengidentifikasi kesenjangan layanan
dan mengambil langkah untuk menjembataninya.
Dalam hal ini sebaiknya melibatkan ODHA dan
anggota masyarakat lain yang aktif berjejaring untuk
mengidentifikasi organisasi atau institusi yang
mampu menyediakan layanan medis atau
psikososial. Selanjutnya, tentukan pola jejaring
dalam LKB, dan dokumentasikan. Dalam
melaksanakan rujukan perlu selalu melacak jalur
rujukan antar institusi dalam jaringan, karena setiap
institusi mempunyai sistem rujukan yang berbeda.
Ada beberapa yang rujukannya berjalan dengan
lancar, namun tidak sedikit yang pasiennya tidak
terlacak. Masalah terkait dengan jejaring rujukan
dapat dibahas dalam pertemuan koordinasi di
tingkat kabupaten/kota.
3.2 Identifikasi contact person dari setiap
institusi yang dapat memastikan bahwa
rujukan telah berjalan secara efektif dan
cepat.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 139


Setiap fasilitas di dalam jejaring layanan
seharusnya menunjuk petugas khusus
sebagai penanggung jawab rujukan untuk
memastikan pasien mendapatkan layanan
yang dibutuhkan dan rujukannya
terdokumentasi.
Dalam melakukan rujukan ke layanan di luar
fasilitas kesehatan, dapat memanfaatkan
manajer kasus yang ada di layanan PDP HIV.
Manajer kasus dapat merupakan orang awam
terlatih, yang sebaiknya adalah pasien (expert
patients).
3.3 Mengatur pertemuan persiapan dengan
contact person/wakil dari setiap institusi
penyelenggara layanan.

Pertemuan dengan semua wakil institusi


penyelenggara layanan sangat diperlukan
untuk membahas kebutuhan yang paling
umum dariorang dewasadan anak-anakyang
terinfeksi dan terdampak HIVbeserta keluarga
mereka. Di samping itu juga memperkenalkan
layanan yang dapat diberikan oleh setiap
fasilitas. Dalam pertemuan tersebut juga
dibahas mekanisme rujukan yang dapat
diterapkan oleh masing-masing
fasilitaslayanan agar pasiendan keluarganya
mendapatkan layanan yang mereka
butuhkan. Pastikan bahwa setiap

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 140


orangmemahamiarti "berbagi kerahasiaan "
(shared confidentiality).
3.4 Dokumentasikan data penanggung jawab
dan alamat fasilitas layanan, baik layanan
klinis maupun layanan berbasis masyarakat
dan berbasis rumah.

3.5 Membuat alur umpan balik rujukan agar


pengirim rujukan mengetahui bahwa
rujukannya telah sampai dan kebutuhan
klien telah terlayani, serta pengirim
rujukan mendapatkan hasilnya untuk
keperluan tindak lanjut di kemudian hari.

Hasil rujukan harus didokumentasikan baik


pada dokumen pengirim rujukan maupun
penerima rujukan. Untuk itu, perlu
menggunakan formulir rujukan dan rujuk
balik yang baku untuk memastikan efektifitas
rujukan dan menjamin kualitas layanan.
Formulir rujukan memuat informasi, antara
lain:
Alamat tujuan rujukan yang jelas
Waktu rujukan harus dilakukan
Nama orang yang harus ditemui
Jenis layanan yang dibutuhkan dan
Alasan dilakukannya rujukan
Apa yang sudah dilakukan sebelumnya di
layanan yang melakukan rujukan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 141


3.6 Selalu bertindak secara proaktif untuk
menghindari kehilangan pasien yang
dirujuk.

Seringkali pasien yang dirujuk tidak terlacak


dan kemudian tidak dapat ditindak lanjuti
atau kesinambungan perawatannya menjadi
terputus. Dalam merujuk pasien akan jauh
lebih efektif dengan cara mendampingi pasien
daripada mengirim mereka sendiri dengan
catatan rujukan.
Perlu juga memastikan bahwa rujukan
yangdimaksudkanterlaksana (baik internal
maupun eksternal) dengan cara melakukan
pertemuan rutin antar institusi penyelenggara
layanan dan mencocokkan register,
pertemuan forum koordinasi, membuat
catatan rujukan secara rangkap untuk
membantutindak lanjut, dll.Untuk rujukan
internal, dapat dipastikan dengan melakukan
pertemuan secara rutin antaratim PDP untuk
membahas kasus atau menelaah rekam medis
Rujukan juga dapat dilakukan secara efektif
dengan memanfaatkan teknologi komunikasi,
seperti telepon, radio komunikasi, dll.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 142


Gambar 3. Jejaring Layanan Komprehensif HIV & IMS
yang Berkesinambungan di tingkat kabupaten kota
dalam satu provinsi

s
s Fokus layanan di
tingkat Kabupaten/
s kota, dengan alur
rujukan ke/dari RS
Kab/Kota, Puskesmas
atau RS satelit dan LSM
s
s

s
RS Provinsi
RS Kab/Kota
s
Puskesmas Satelit (PDP)
Puskesmas
LSM/Ormas/KD
Rujukan kasus komplikasi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 143


Gambar 4. Alur Rujukan Vertikal dan Horisontal Timbal
Balik

Fasyankes Tersier
(Pusat/Provinsi)
Tatalaksana kasus komplikasi
Layanan dan duungan super spesialistik

Rujukan vertikal dan


Fasyankes Sekunder horisontal timbal
Pemantauan (Pusat LKB) balik,
pasien Layanan komprehensif, Mentoring klinis
koordinasi, pembentukan
kelompok ODHA dan dukungan

Fasyankes Primer
(Puskesmas, klinik LKB)
Layanan kesehatan dasar, kader,
dan dukungan sebaya

Masyarakat
Layanan berbasis komunitas/rumah, PMO,
Kader, dukungan Sebaya

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 144


Gambar 5. Keterpaduan Layanan di Fasyankes dengan
Rujukan Internal

Rajal
IMS
TB KTIP KIA/KB
KTIP KTIP

LKB KDS
KTS
Penjangkau

PTRM/LASS LAB/Rad
KTIP Ranap KTIP
KTIP

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 145


C. KONSEP DASAR PENCEGAHAN PENULARAN HIV-
AIDS dari IBU ke ANAK
1. Analisa Situasi Ibu Hamil dengan HIV

Cakupan ANC di Indonesia secara nasional


mencapai lebih dari 90% untuk cakupan K-1 yang
menunjukkan tingginya akses terhadap pelayanan
pemeriksaan antenatal. Angka cakupan ini
bervariasi antar provinsi, mulai dari 00,00%
sampai mencapai angka nyaris 100% di beberapa
wilayah.

Apabila cakupan ANC ini kita bandingkan dengan


rendahnya cakupan pelayanan PPIA, termasuk
pengobatan ARV, maka tak dapat disangkal
adanya miss-opportunity. Artinya ada Ibu hamil
HIV positif yang tidak mengetahui statusnya,
adahal sebenarnya dia sudah datang ke fasyankes
untuk ANC.

Layanan ANC yang sangat luas di Indonesia


merupakan modal dasar utama untuk melakukan
pencegahan penularan HIV dari Ibu ke anak nya.
Untuk menyelamatkan anak anak yang akan
dilahirkan oleh ibu yang HIV positif tersebut dan
mencegah transmisi berikutnya, perlu segera
dilakukan perluasan layanan PPIA, terutama di
wilayah dengan risiko tinggi HIV, yang dapat
diukur dengan kriteria sebagai berikut:

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 146


1. Tingkat prevalansi HIV di wilayah tersebut

2. Jumlah KAPs (Key Affected Populations)


Data Kementerian Kesehatan (2009) menunjukkan dari
10.026 ibu hamil yang menjalani test HIV, sebanyak
289 (2,9%) ibu hamil dinyatakan positif HIV. Hingga
Juni 2011 dilaporkan sekitar 26,483 kasus AIDS dan
66,693 kasus HIV, dengan proporsi 72,3% laki-laki dan
27,4% perempuan. Meskipun secara umum prevalensi
HIV di Indonesia tergolong rendah (rata-rata kumulatif
kasus AIDS adalah 11,09 kasus per 100,000
penduduk), tetapi sejak tahun 2005, Indonesia telah
dikategorikan sebagai negara dengan tingkat epidemi
terkonsentrasi, karena terdapat daerah-daerah dengan
prevalensi HIV lebih dari 5% pada populasi tertentu
KAPs), kecuali Papua dan Papua Barat dimana
prevalensinya menunjukkan angka 2,4% pada populasi
umum).
Di Indonesia, infeksi HIV merupakan salah satu
penyakit menular yang dikelompokkan sebagai faktor
yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan anak.
Meskipun berbagai upaya telah dilaksanakan selama
beberapa tahun,. Agar masih perlu upaya peningkatan
cakupan layanan sejalan dengan peningkatan
pelaksanaan program PPIA yang terintegrasi di layanan
KIA.
2. Kebijakan Program PPIA
2.1 Pengertian PPIA
Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke anak
(PPIA) adalah upaya yang ditujukan untuk

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 147


mencegah penularan HIV dari ibu ke anak yang
dilakukan secara terintegrasi dan komprehensif
dengan program-program lainnya yang berkaitan
dengan pengendalian HIV/AIDS melalui strategi
4 prong (strategi).

2.2 Tujuan PPIA:


1. Mencegah Penularan HIV Dari Ibu ke Anak
2. Mengurangi dampak epidemi HIV terhadap Ibu dan
Anak
2.3 Sasaran PPIA :
1. Ibu Hamil
2. Bayi yang dilahirkan dari ibu Hamil HIV
3. Perempuan usia reproduktif
4. Remaja

2.4 Kebijakan PPIA Terintegrasi dengan Pelayanan


KIA Tahun 2013-2017 adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan pencegahan penularan HIV dari Ibu
ke Anak (PPIA) diintegrasikan padalayanan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga
Berancana (KB) dan Konseling Remaja di setiap
jenjang pelayanan kesehatan deengan ekspansi
secara bertahap dengan melibatkan peran
swasta, LSM dan komunitas
2. PPIA dalam pelayanan KIA merupakan bagian
dari Program Nasional Pengendalian HIV-AIDS
dan IMS

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 148


3. Setiap perempuan yang datang ke layanan KIA-
KB dan remaja harus mendapatkan informasi
mengenai PPIA
4. Didaerah epidemi HIV meluas dan
terkonsentrasi, tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes
HIV kepada semua ibu hamil secara inklusif
pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya
saat pemeriksaan antenatal atau menjelang
persalinan
5. Di daerah epidemi HIV rendah, penawaran tes
HIV oleh tenaga kesehatan diprioritaskan pada
ibu hamil dengan IMS dan TB. Pemeriksaan
dilakukan secara inklusif pada pemeriksaan
laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan
antenatal atau menjelang persalinan.
6. Daerah yang belum mempunyai tenaga
kesehatan yang mampu / berwenang
memberikan pelayanan PPIA, dapat dilakukan
dengan cara:
a. Merujuk ibu hamil ke fasilitas pelayanan
HIV yang memadai
b. Pelimpahan wewenang (task shifting) kepada
tenaga kesehatan lain yang terlatih.
Penetapan daerah yang memerlukan task
shifting petugas, diputuskan oleh kepala
dinas kesehatan setempat
7. Setiap ibu hamil yang positif HIV wajib diberi
obat anti retroviral (ARV) dan mendapatkan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 149


pelayanan perawatan, dukungan dan
pengobatan lebih lanjut (PDP)
8. Kepala Dinas Kesehatan merencanakan
ketersediaan logistik (obat dan pemeriksaan tes
HIV) berkoordinasi dengan Ditjen PP&PL
Kemenkes
9. Pelaksanaan Persalinan, baik pervaginam atau
per abdominan harus memperhatikan indikasi
obstetrik ibu dan bayinya serta harus
menerapkan kewaspadaan standar.
10. Sesuai dengan kebijakan program bahwa
makanan terbaik untuk bayi adalah pemberian
ASI secara eksklusif 0-6 bulan. Untuk itu maka
Ibu dengan HIV perlu mendapat konseling
laktasi dengan baik sejak perawatan antenatal
pertama sesuai dengan pedoman. Namun
apabila ibu memilih lain (susu formula), maka
ibu, pasangannya dan keluarga perlu mendapat
konseling makanan bayi yang memenuhi
persyaratan teknis.

2.5 Strategi

1. PPIA dilaksanakan di seluruh Indonesia


dengan ekspansi bertahap.
2. Semua fasilitas pelayanan kesehatan harus
dapat memberikan pelayanan PPIA
3. Perlu adanya jejaring pelayanan PPIA
sebagai bagian dari Layanan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 150


Komprehensif Berkesinambungan
(LKB)
4. Melibatkan peran swasta dan LSM
5. Daerah menetapkan wilayah yang
memerlukan task shifting
6. Ketersediaan logistik (obat dan
pemeriksaan task shifting)

2.6 Cakupan Pelayanan PPIA tahun 2012

Pelayanan PPIA Cakupan

Jumlah bumil di Tes HIV 28.314


812
Jumlah Bumil HIV Positif
(2.87%)
685
Jumlah Bumil HIV mendapat ARV
(84.36%)
Bayi lahir dari ibu HIV mendapat 752
ARV Profilaksis (97%)

Jumlah bayi HIV positif 70


(pemeriksaan PCR) (9.3%)

Pada tahun 2012, baru sekitar 24.960 ibu hamil yang


menjalani tes HIV, dan 751(3,01%) positive HIV,dari
751 ibu hamil yang positif HIV baru 589 (78,43%)
yang mendapat pengobatan ARV, hal ini antara lain di
karenakan ada ibu hamil yang menolak untuk
meminum obat dan tidak kembali lagi. Semua bayi
yang lahir dari ibu HIV harus mendapat pengobatan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 151


ARV propilaksis, tetapi hanya sekitar 655 (87,22%)
yang mendapatkan ARV propilaksis. Untuk
mengetahui status bayi yang lahir dari ibu HIV dapat
dilakukan pemeriksaan dengan mengunakan tes
Virologi (PCR) pada saat bayi berusia 6-8 minggu atau
pemriksaan serologi pada saat bayi berusia 18 bulan
atau lebih. Pada pemeriksaan PCR ,status bayi dapat
diketahui lebih dini, akan tetapi pemeriksaan
memerlukan biaya tinggi dan jumlah fasilitas
pelayanan kesehatan yang dapat memberikan
pemeriksaan PCR di Indonesia baru mencapai 2
fasilitas yaitu di Jakarta dan di Papua

2.7Target PPIA
Tabel di bawah ini meupakan target Pemeriksaan tes
HIV pada ibu hamil di Papua , Papua Barat,
kabupaten/Kota terkonsentrasi dan kabupaten/Kota
epidemi rendah.
Tabel 18. Target Pemeriksaan tes HIV Pada Ibu
Hamil
Daerah 2013 2014 2015 2016 2017

Papua dan Papua 60% 70% 80% 90% 100%


Barat

Kab/Kota 15% 35% 60% 90% 100%


epidemi
terkonsentrasi
Kab/Kota 10% 15% 20% 25% 30%
epidemi rendah

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 152


Target untuk Papua, Papua barat dan daerah epidemi
terkonsentrasi adalah 60 % dari kunjungan antenatal pada
tahun 2013 dan naik menjadi 70 % pada tahun 2017,
sedangkan target untuk daerah epidemi rendah adalah 10%
pada tahun 2013 dan naik menjadi 15% pada tahun 2014

Tabel 19. Target Cakupan Integrasi PPIA

Target Cakupan Integrasi PPIA

60% Ibu hamil K1 ditawarkan Test HIV di daerah Epidemi meluas


15% Ibu hamil K1 ditawarkan Tes HIV di daerah epidemi terkonsentrasi
10% Ibu hamil K1 ditawarkan Tes HIV di daerah epidemi rendah

95 % Ibu hamil yang ditawarkan, melakukan uji HIV

Bagi ibu hamil seroreaktif HIV

100% Di rujuk untuk mendapatkan terapi ARV


95 % Bersalin di fasilitas kesehatan /RS rujukan HIV (2015)

100 % Ibu hamil HIV bersalin ditolong oleh Tenaga Kesehatan Terampil (APN+ Ke
waspadaan Standar (2015)
100 % Layanan KIA melaksanakan Kewaspadaan Universal/ Universal Precaution
100% bayi lahir dari ibu HIV mendapatkan ARV profilaksis
100% bayi lahir dari ibu HIV mendapatkan Cotrimoxazol profilaksis
100% bayi lahir dari ibu HIV diperiksa HIV (virologis dan atau serologis)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 153


3. Kegiatan PPIA secara Komprehensif
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA)
atau Prevention of Mother to child transmission
(PMTCT) merupakan bagian dari rangkaian upaya
pengendalian HIV-AIDS. Upaya untuk mencegah
terjadinya penularan HIV dari ibu ke bayi-anak
dilaksanakan secara komprehensif melalui empat (4)
prong, yaitu:
Prong 1: Pencegahan penularan HIV pada perempuan
usia reproduksi
Prong 2: Perencanaan Kehamilan pada perempuan
dengan HIV
Prong 3: Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke
bayi yang dikandungnya
Prong 4: Pemberian Dukungan dan Perawatan
lanjutan kepada Ibu dengan HIV Beserta Anak dan
Keluarganya

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 154


Tabel 20. Empat Prong Strategi PPIA

Prong 1 Prong 2 Prong 3 Prong 4

Populasi Semua Semua Semua Ibu Ibu dengan


target perempuan perempuan Hamil HIV, bayi dan
usia dengan HIV (dengan keluarganya
reproduksi positif HIV/tanpa
HIV)
Tujuan Mencegah Menghindari Mencegah Menjaga ibu
penularan kehamilan yang penularan dan bayi tetap
sebelum tidak HIV dari ibu sehat
terjadi dipersiapkan ke bayi
hubungan
seksual

Kegiatan 1. KIE 1. Layanan KB 1. ANC 1. Dukungan


2. Konselin 2. Perencanaan Terpadu , lanjutan bagi
g & tes kehamilan termasuk ibu
HIV 3. Dukungan tes HIV, 2. Dukungan
psikososial pemberian lanjutan bagi
ARV & tata bayi (ARV
laksana dan
infeksi cotrimoxazol
oportunisti ,
k pemeriksaan
2. Persalinan RDT dan
aman atau PCR
3. Pemberian Propilaksis,
makanan 3. Dukungan
terbaik bagi keluarga
bagi bayi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 155


4.1 Integrasi PPIA dalam Pelayanan KIA, KB dan
Konseling Remaja
Diagram 1. Integrasi PPIA dalam Pelayanan KIA di
daerah epidemi meluas terkonsentrasi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 156


Diagram 2. Integrasi PPIA dalam pelayanan KIA di daerah
epidemi rendah :

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 157


Diagram 3. Integrasi PPIA dalam pelayanan konseling remaja
:

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 158


MODUL 3
MEMBANGUN TIM KERJA PUSKESMAS

I. Deskripsi Singkat
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat baik
upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan
pengembangan, perlu didukung oleh tim kerja
Puskesmas yang handal dan efektif. Penerapan azas
penyelenggaraan Puskesmas, baik azas
pertanggungjawaban wilayah, azas pemberdayaan
masyarakat, azas keterpaduan maupun azas rujukan,
hanya mungkin mencapai hasil yang optimal apabila
Puskesmas mampu membangun suatu tim kerja yang
memiliki kemampuan serta komitmen tinggi dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
diwilayah kerja Puskesmas.

Sehubungan dengan itu setiap pimpinan Puskesmas


perlu dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan
dalam membangun tim kerja agar efektif dan handal.
Tim kerja Puskesmas tidak hanya melibatkan
tenaga/staf internal Puskesmas, akan tetapi juga dapat
melibatkan tenaga dari luar Puskesmas (lintas sektor,
pemuka masyarakat, anggota masyarakat lainnya dan
sebagainya).

Untuk itu, modul akan membahas tentang: konsep


dasar tim kerja, nilai-nilai sdm, komunikasi dan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 159


kemitraan. Pembahasan modul akan menggunakan
metode: ceramah tanya jawab, diskusi kelompok, pleno,
role playing.

II. Tujuan
A. Tujuan Umum:
Setelah mengikuti sesi, peserta memiliki pemahaman
tentang membangun tim kerja Puskesmas.

B. Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti sesi peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar tim kerja.
2. Menjelaskan Nilai-nilai SDM dalam kaitan dengan
membangun tim kerja .
3. Memerankan prinsip komunikasi dalam
membangun tim kerja.
4. Menjelaskan tentang kemitraan dalam kaitannya
dengan membangun tim kerja.
5. Mengidentifikasi langkah-langkah dalam
membangun tim kerja.

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok bahasan


Pokok Bahasan materi ini terdiri atas:
Pokok Bahasan 1 :Konsep Dasar Tim Kerja
Pokok Bahasan 2 :Nilai-Nilai SDM.
Pokok Bahasan 3 :Komunikasi
Pokok Bahasan 4 :Kemitraan

IV. Langkah-langkah

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 160


Langkah 1. Pengkondisian ( 10 menit)
a. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian
menyampaikan tujuan pembelajaran, waktu yang
tersedia serta keterkaitan materi dengan materi
sebelumnya, yaitu materi Kebijakan Dasar
Puskesmas dan Penerapannya.
b. Fasilitator menggali pendapat peserta tentang
pengertian Tim kerja. Mintalah masing-masing
peserta untuk menuliskan pendapatnya pada kertas
manila berwarna atau post it. Kemudian tempelkan
kertas tersebut pada dinding, kumpulkan pendapat
yang serupa.
c. Fasilitator memandu peserta untuk menyimpulkan
hasilnya. Tuliskan pada kertas flipchart dan tempel
di dinding.

Langkah 2. Membahas pokok bahasan 1 Konsep Dasar


Tim Kerja (20 menit).
a. Fasilitator menggali pendapat peserta tentang
Konsep Dasar Tim Kerja, apakah peserta memahami
perbedaan antara tim kerja dengan kelompok kerja.
b. Fasilitator menyampaikan materi / pokok bahasan
dengan ceramah singkat, dengan menggunakan
media dan alat Bantu yang telah disiapkan.
c. Fasilitator memberi kesempatan peserta untuk
bertanya atau minta klarifikasi.Sebelum menjawab
pertanyaan sebaiknya berikan dulu kesempatan
untuk menjawab kepada peserta lainnya. Usahakan
suasana belajar yang kondusif.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 161


d. Fasilitator memberikan jawaban dan klarifikasi
terhadap pertanyaan yang belum terjawab atau
belum jelas jawabannya.

Langkah 3. Membahas pokok bahasan Nilai-Nilai SDM


(60 menit)
a. Fasilitator menggali pendapat/ pengetahuan peserta
tentang Nilai-nilai SDM, dan bagaimana peserta
memahami arti dari setiap nilai. Tuliskan pendapat
peserta pada kertas flipchart.
b. Fasilitator menyampaikan materi/ pokok bahasan
dengan ceramah singkat, dengan menggunakan
media dan alat bantu yang telah disiapkan.
c. Fasilitator memberi kesempatan peserta untuk
bertanya atau minta klarifikasi. Sebelum menjawab
pertanyaan sebaiknya berikan dulu kesempatan
untuk menjawab kepada peserta lainnya. Usahakan
suasana belajar yang kondusif.
d. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok @ 5-6
orang per kelompok. Setiap kelompok diberi tugas
untuk mendiskusikan tentang: Penerapan Nilai-nilai
SDM dalam penyelenggaraan Puskesmas.
e. Fasilitator memandu peserta mempresentasikan
hasil diskusinya secara panel,agar dapat
dibandingkan satu sama lain, sehingga memperkaya
wawasan peserta.
f. Fasilitator menyapaikan rangkuman hasil diskusi.

Langkah 4. Membahas Pokok Bahasan 3 Komunikasi


(75 menit)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 162


a. Fasilitator menggali pendapat peserta tentang
Komunikasi, mengapa diperlukan dalam membangun
tim kerja?.Tuliskan pendapat peserta pada kertas
flipchart atau kertas manila berwarna dan tempel
didinding. Kompilasi/ kelompokkan pendapat yang
serupa.
b. Fasilitator menyampaikan materi/pokok bahasan
dengan ceramah singkat, dengan menggunakan
media dan alat bantu yang telah disiapkan.
c. Fasilitator memberi kesempatan peserta untuk
bertanya atau minta klarifikasi. Sebelum menjawab
pertanyaan sebaiknya berikan dulu kesempatan
untuk menjawab kepada peserta lainnya. Usahakan
suasana belajar yang kondusif.
d. Fasilitator memberi penugasan role playing/
bermain peran komunikasi (Petunjuk role playing
pada halaman modul).
e. Fasilitator menyampaikan rangkuman .

Langkah 5. Membahas Pokok Bahasan 4 Kemitraan


(20 menit)
a. Fasilitator menggali pendapat/pengetahuan dan
pengalaman peserta tentang Kemitraan, dan apa
keterkaitannya dengan membangun tim kerja.
Tuliskan pendapat peserta pada kertas flipchart atau
kertas manila berwarna dan tempel didinding.
b. Fasilitator menyampaikan materi/pokok bahasan
dengan ceramah singkat, dengan menggunakan
media dan alat bantu yang telah disiapkan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 163


c. Fasilitator memberi kesempatan peserta untuk
bertanya atau minta klarifikasi. Sebelum menjawab
pertanyaan sebaiknya berikan dulu kesempatan
untuk menjawab kepada peserta lainnya. Usahakan
suasana belajar yang kondusif.

Langkah 6. Pemantapan/internalisasi (75 menit)


a. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok @ 5-6
orang per kelompok. Setiap kelompok diberi tugas
untuk mendiskusikan/mengidentifikasi tentang:
Langkah-langkah dalam membangun tim kerja
Puskesmas.
b. Fasilitator memandu peserta mempresentasikan
hasil diskusinya secara panel, agar dapat
dibandingkan satu sama lain, sehingga memperkaya
wawasan peserta.
c. Fasilitator menyapaikan rangkuman hasil diskusi.

Langkah 7. Rangkuman dan pembulatan (10 menit)

a. Fasilitator memandu peserta untuk membuat


rangkuman dan pembulatan dari materi yang sudah
dibahas.
b. Fasilitator menyampaikan secara singkat
keterkaitadengan materi selanjutnya, serta
mengucapkan terima kasih dan salam.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 164


V. Uraian Materi
A. Konsep Dasar Tim Kerja

1. Perbedaan Tim Kerja dengan Kelompok Kerja


Secara sepintas, kebanyakan orang tidak dapat
membedakan antara tim kerja dengan kelompok
kerja, padahal terdapat nuansa perbedaan-
perbedaan yang mendasar diantara kedua
pengertian tersebut.

James F.Stoner (1996) mendefinisikan sebuah tim


sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi
dan saling mempengaruhi kearah tujuan bersama.

Secara tradisional, terdapat dua tim dalam suatu


organisasi; formal dan informal, akan tetapi
sekarang terdapat tim yang mempunyai
karakteristik (ciri-ciri) keduanya.

Stamatis (1996), dengan jelas mendefinisikan


TEAM melalui suatu akronim yang baik sekali,
yaitu:

T ogether
E veryone
A chieves
M ore.

Artinya adalah: Setiap orang bila bekerja sama


dapat mencapai lebih, jadi dengan bekerja sama

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 165


dalam suatu tim kerja, hasil yang akan dicapai
akan lebih besar dari penjumlahan hasil-hasil
perseorangan, hal inilah yang dikenal dengan
konsep Sinergi.

Perbedaan-perbedaan antara kelompok kerja


dengan tim kerja dikemukakan oleh Stephen P.
Robbins (1996) yang mendefinisikan kelompok
kerja sebagai kelompok yang terutama
berinteraksi untuk membagi informasi dan
mengambil keputusan untuk membantu tiap
anggota dalam bidang tanggung jawabnya.

Sedangkan tim kerja adalah kelompok yang


upaya-upaya individunya menghasilkan suatu
kinerja yang lebih besar dari pada jumlah
masukan-masukan individual.

Dengan demikian suatu kelompok kerja tidak


perlu atau berkesempatan untuk melakukan kerja
kolektif yang menuntut upaya gabungan, kinerja
mereka sekedar jumlah kinerja sumbangan
perseorangan dari tiap anggota kelompok. Karena
tidak terdapat sinergi positif yang akan
menciptakan suatu tingkat keseluruhan kinerja
yang lebih besar daripada jumlah masukan-
masukan.

Sedangkan dalam suatu tim kerja, terdapat sinergi


positif melalui upaya-upaya yang terkoordinasi.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 166


Upaya-upaya perseorangan mereka menghasilkan
suatu tingkat kinerja yang lebih besar daripada
jumlah masukan perseorangan tersebut.

2. Nilai-nilai SDM Kesehatan


Nilai-nilai atau value dalam suatu tim memegang
peranan penting, nilai organisasi menyangkut jati
diri organisasi tersebut, yang merupakan ciri
spesifik yang melandasi para anggotanya untuk
berperilaku.

Pada dasarnya nilai (value) adalah hal-hal yang


secara psikologis memberikan dorongan kepada
pribadi seseorang dalam menghadapi kehidupan.
Nilai-nilai tersebut jika sudah tertanam dalam jiwa
kita, ia akan membentuk suatu keyakinan, dan
keyakinan inilah yang akan melandasi seseorang
untuk berperilaku.

Nilai-nilai dasar (values) adalah fondasi sebuah


identitas korporat. Nilai-nilai adalah sesuatu yang
memaknai jati diri seseorang sebagai anggota
korporasi dalam keadaan seperti apapun.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 167


Penugasan 1
Peserta dibagi dalam kelompok 5-6 orang
Setiap kelompok mendiskusikan apakah Puskesmas
Membutuhkan tim kerja atau kelompok kerja?
Apa alasannya?
Tuliskan pada kertas flipchart.

Untuk membangun suatu tim kerja. Puskesmas perlu


terlebih dahulu menanamkan nilai-nilai yang harus dianut
oleh seluruh anggota organisasi/petugas Puskesmas.Ini
menjadi bagian dari peran Kepala Puskesmas sebagai
seorang manajer sekaligus pemimpin di Puskesmas.

Nilai-nilai tersebut harus disosialisasikan kepada seluruh


jajaran organisasi termasuk komitmen untuk
menerapkannya dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
serta mewujudkan visi Puskesmas.

Departemen Kesehatan, guna mewujudkan visi


Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat
dan mengemban misi Membuat Rakyat Sehat,
menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai:

Berpihak kepada rakyat


Bertindak cepat dan tepat
Kerjasama tim

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 168


Integritas tinggi
Transparansi dan Akuntabilitas

a. Berpihak kepada rakyat


Dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, Departemen kesehatan akan selalu
berpihak kepada rakyat. Diperolehnya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap
orang adalah salah satu hak asasi manusia
tanpa membedakan suku, golongan, agama,
dan status sosial ekonomi. UUD 1945 juga
menetapkan bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.

Demikian halnya dengan Puskesmas, setiap


penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat, baik upaya
kesehatan wajib maupun pengembangan, harus
berpihak kepada rakyat atau masyarakat
diwilayah kerjanya,dalam rangka mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
masyarakat diwilayah tersebut.

b. Bertindak cepat dan tepat


Masalah kesehatan yang dihadapi makin
bertambah kompleks dan berubah dengan
cepat, bahkan kadang-kadang tidak terduga,

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 169


yang dapat menimbulkan masalah darurat
kesehatan. Dalam mengatasi masalah
kesehatan, apalagi yang bersifat darurat, harus
dilakukan tindakan secara cepat. Tindakan
yang cepat juga harus diikuti dengan
pertimbangan yang cermat, sehingga intervensi
yang tepat dapat mengenai sasaran.

Puskesmas harus menanamkan keyakinan


kepada seluruh petugas tentang betapa
berharganya waktu dalam penanggulangan
masalah kesehatan, baik upaya kesehatan
perorangan maupun upaya kesehatan
masyarakat, setiap menit bahkan setiap
detiknya. Respons terhadap masalah kesehatan
harus sesegera mungkin, namun dengan
pertimbangan yang cermat, artinya selalu
berpegang pada prinsip mutu, yaitu Lakukan
secara benar sejak awal/pertama kali dan
selamanya

c. Kerjasama tim
Departemen Kesehatan sebagai organisasi
pemerintah memiliki sumber daya manusia
yang banyak. Sumber daya manusia ini
merupakan potensi bagi terbentuknya suatu
tim besar. Oleh karena itu, dalam mengemban
tugas-tugas pembangunan kesehatan, harus
dibina kerja tim yang utuh dan kompak, dengan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 170


menerapkan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi dan sinergisme.

Berkaitan dengan itu, Puskesmas meskipun


besarnya bervariasi, merupakan suatu
organisasi yang didukung oleh SDM dengan
latar belakang yang berbeda, baik dari segi
pendidikan, pengalaman, sosial, ekonomi dan
budaya. Karena itu perlu upaya untuk
mempersatukan mereka dalam suatu ikatan
kerjasama tim yang solid serta memiliki
integritas tinggi.

d. Integritas tinggi
Dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, setiap anggota (karyawan dan
pimpinan) Departemen Kesehatan harus
memiliki komitmen yang tinggi dalam upaya
mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.
Selain itu, dalam melaksanakan tugas, semua
anggota departemen kesehatan harus memiliki
ketulusan hati, kejujuran, berkepribadian yang
teguh, dan bermoral tinggi.

Untuk membina organisasi agar SDMnya


memiliki integritas yang tinggi, biasanya
pimpinan organisasi dituntut untuk
menteladani ciri-ciri sebagaimana yang
disebutkan (tulus, jujur, berkepribadian teguh
serta bermoral tinggi) yang ditunjukkan dalam

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 171


perilaku sehari-hari. Integritas juga ditandai
dengan komitmen terhadap pencapaian tujuan
organisasi, yaitu komitmen terhadap
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan
Puskesmas, dilaksanakan dengan sepenuh hati
dan tanggungjawab.

Forum pertemuan Puskesmas seperti Lokakarya


Mini, rapat rutin staf dapat dijadikan sarana
pembinaan SDM agar memiliki integritas tinggi.

e. Transparansi dan Akuntabilitas


Dalam era demokrasi dan perkembangan
masyarakat yang lebih cerdas dan tanggap,
tuntutan atas pelaksanaan tugas yang
transparan dan dapat dipertanggung-gugatkan
(akuntabel) terus meningkat. Oleh karenanya
kegiatan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan,
harus dilaksanakan secara transparan, dapat
dipertanggung-jawabkan dan dipertanggung-
gugatkan kepada publik.

Pembentukan Badan Penyantun Puskesmas


(BPP) atau yang sejenis dapat menjadi mitra
Puskesmas dalam rangka pertanggungjawaban
dan pertanggunggugatan penyelenggaraan
upaya kesehatan Puskesmas kepada publik.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 172


Penugasan 2.
Sampai disini,untuk memantapkan pemahaman
peserta tentang Nilai-nilai SDM, fasilitator
memberi penugasan kelompok:

Setiap kelompok mendiskusikan tentang


bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai SDM
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
Puskesmas:
- Aplikasi nilai Berpihak kepada rakyat
- Aplikasi nilai Bertindak cepat dan tepat
- Aplikasi nilai Kerjasama tim
- Aplikasi nilai Integritas tinggi
- Aplikasi nilai Transparansi dan Akuntabilitas

3. Komunikasi
Istilah komunikasi (communication) berasal dari
kata latin communicatio, dan bersumber dari
cata communis yang berarti sama. Sama disini
maksudnya adalah sama makna. Jadi kalau dua
orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam
bentuk percakapan, maka komunikasi akan
terjadi bila ada keasamaan makna menganai apa
yang dipercakapkan.

Proses komunikasi pda hakikatnya adalah proses


penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan). Pikiran bias berupa gagasan, ide,

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 173


informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari
benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan,
kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran,
kemarahan, keberanian, kegairahan, dan
sebagainya yang timbul di lubuk hati.
Menurut Laswell komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yng menimbulkan efek
tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
komunikasi, lihat gambar di bawah ini.

Pemancar Medium
Penerima Kata-kata
Gagasan Suara/ gangguan
Terjemahan Pemancar

1) Apa yang anda katakan. Hal ini mungkin sangat


kompleks dan bisa relevan ataupun tidak.
2) Cara anda mengatakannya. Bahasa dan nada
bicara yang anda gunakan harus memberi
kesan kritis.
3) Medium. Komunikasi tatap muka cukup
memadai dalam beberapa situasi pelayanan,
tetapi tidak dalam situasi lainnya. Pilih media
komunikasi secara cermat agar selaras dengan
berita, entah panjang, pendek, rumit atau

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 174


sederhana. Apakah diperlukan interaksi atau
tidak?
4) Pemberi informasi. Anda barangkali tidak dpat
sepenuhnya menyampaikan pesan. Anda
mungkin terpengaruh oleh berbagai
kepentingan atau hal-hal yang saling berkaitan,
atau oleh isi pesan itu yang membuat anda
merasa kurang enak.
5) Pendengar. Komunikasi akan dipengaruhi oleh
berbai pertimbangan seperti: dengan siapa anda
berbicara, apa prioritas mereka, seberapa
banyak yang telah mereka ketahui, pola
berpikir mereka.
6) Suara atau hal-hal yang mengganggu.
Komunikasi akan terpengaruh bila masing-
masing kelompok menemui kesulitan untuk
menyingkirkan gangguan dari orang lain
maupun suara di sekitar mereka.
7) Menangkap detail yang tidak relevan atau
menyimpang dari pembicaraan.

Dalam membangun tim kerja Puskesmas,


komunikasi adalah penting, sebagai mana
dikemukakan oleh Snyder (1988;209):
Kemampuan suatu tim untuk mencapai
tujuannya sangat tergantung pada kemampuan
dari para anggotanya untuk berkomunikasi
secara efektif satu sama lain. Komunikasi
interpersonal merupakan tumpuan bagi
terjadinya perencanaan, penyelesaian masalah,

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 175


tindakan, refleksi serta evaluasi yang efektif.
Sedangkan Thamhain (1990;16) menyatakan,
bahwa, Komunikasi yang buruk adalah
hambatan utama untuk terlaksananya tugas
tim yang efektif serta tumbuhnya kinerja yang
inovatif, karena itu komunikasi yang lancar,
bebas ke segala arah dan menyeluruh adalah
sangat penting.
Sehubungan dengan itu Kepala Puskesmas
beserta staf/petugas perlu memahami dan
mampu menerapkan teknik komunikasi yang
efektif, yaitu:
Komunikasi harus menghasilkan pengertian
yang sama. Hal ini sejalan dengan tujuan
komunikasi. Diperlukan sikap tulus dari
kedua pihak yang berkomunikasi.
Kesederhanaan dan kejelasan dalam
berkomunikasi untuk membantu kelancaran
umpan balik oleh kedua belah pihak.
Komunikasi harus menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti dan bersifat dua
arah. Hindari penggunaan bahas atau istilah-
istilah teknis/ abstrak yang
menyulitkan/mengaburkan pengertian,
terutama apabila berbicara dengan
orang/anggota tim kerja dari luar sektor
kesehatan.
Beri kesempatan kepada pihak penerima
pesan untuk mendapatkan kejelasan
terhadap pesan yang dianggap kurang jelas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 176


Suatu pesan yang disampaikan harus
singkat padat (concise), lengkap mengandung
semua informasi yang perlu (comprehensive
and complete), langsung (to the point) benar
dan nyata (correct and based on facts). Pesan
tidak boleh mengandung informasi yang
kurang atau berlebihan.
Hargai perbedaan pada setiap individu,
karena mungkin setiap orang memerlukan
pendekatan yang berbeda, boleh jadi karena
latar belakang pendidikan, situasi atau sifat
pribadi manusianya.
Pesan disampaikan dalam bentuk yang
menarik, dalam gaya bicara ataupun
penyajian.
Menunjukkan sikap dan kepercayaan diri,
serta keyakinan yang dapat mempengaruhi
penerima pesan.
Menunjukkan kemampuan menjadi
pendengar yang baik. Berilah kesempatan
kepada setiap orang untuk menyampaikan
pendapatnya, dan berusaha untuk
memahami dengan menunjukkan
kesungguhan anda mendengarkan.
Penting untuk selalu disadari bahwa
komunikasi adalah proses timbal balik yang
mencakup: penyampaian, penerimaan pesan
dan siklus umpan balik.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 177


Penugasan 3.Role playing komunikasi
Fasilitator memberi penugasan melakukan
role play/bermain peran komunikasi.
Petunjuk role play pada halaman 26

4. Kemitraan
Kemitraan dibentuk oleh sekelompok individu
atau institusi yang sepakat bekerjasama dalam
mencapai tujuan yang sama. Dalam membangun
kemitraan perlu diperhatikan prinsip dasar
kemitraan, landasan kemitraan dan kunci
keberhasilan kemitraan.

Prinsip Dasar:
Kesetaraan (Equity)
Setiap mitra dalam keterlibatannya dalam
pelaksanaan upaya kesehatan harus diberi
kepercayaan penuh, dihargai dan diberikan
pengakuan dalam hal kemampuan dan nilai-
nilai yang dimiliki.
Keterbukaan (Transparancy)
Setiap mitra dalam keterlibatannya dalam
pelaksanaan upaya kesehatan yakin dan
percaya setiap kesepakatan akan dilakukan
dengan terbuka, jujur tidak saling
merahasiakan sesuatu.
Saling menguntungkan (Mutual benefit)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 178


Setiap mitra dalam keterlibatannya dalam
pelaksanaan upaya kesehatan akan
mendapatkan keuntungan/manfaat bersama
dari kemitraan tersebut. (keuntungan/manfaat
tidak selalu bersifat material).

Landasan Kemitraan:
Saling memahami kedudukan, tugas, fungsi
dan struktur masing-masing.
Saling memahami kemampuan (capacity).
Saling menghubungi (linkage)
Saling mendekati (proximity)
Saling bersedia membantu dan dibantu
(openess).
Saling memberi dorongan dan mendukung
(support)
Saling menghargai (respect).

Kunci Keberhasilan:
Adanya komitmen/kesepakatan bersama.
Adanya kerjasama yang harmonis.
Adanya koordinasi yang baik.
Adanya kepercayaan sesama mitra.
Adanya kejelasan tujuan yang akan dicapai.
Adanya kejelasan peran dan fungsi dari masing-
masing mitra.

Prinsip, landasan dan kunci keberhasilan


kemitraan tersebut harus diterapkan baik dalam

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 179


membangun kemitraan lintas program maupun
lintas sektor.
Dari uraian tentang kemitraan, jelaslah bahwa
keberhasilan dalam membangun kemitraan
merupakan kunci keberhasilan membangun tim
kerja Puskesmas.

Selanjutnya dalam membangun tim kerja


Puskesmas, perhatikan juga tentang ciri-ciri tim
yang efektif.

Ciri-ciri Tim Efektif


Robbins (1996) mengemukakan bahwa suatu tim
tidak otomatis menjadi produktif dan mampu
meningkatkan produktivitasnya, berdasarkan
penelitian karakteristik dasar dari tim efektif
Adalah sebagai berikut:

a. Kejelasan Tujuan
Suatu tim yang berkinerja tinggi memiliki
pemahaman terhadap tujuan yang akan
dicapai, dan meyakini bahwa mewujudkan
tujuan sangat bermanfaat atau merupakan
hasil yang penting.

b. Keterampilan yang relevan


Tim yang efektif tersusun dari individu yang
kompeten, mereka mempunyai keterampilan
teknis dan kemampuan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan dan memerlukan karakteristik

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 180


personel yang dapat mencapai tujuan melalui
kerjasama dengan orang lain.

Hal lain yang penting, dan sering tidak


diperhatikan, tidak semua orang yang
mempunyai kemampuan/keterampilan teknis,
dapat bekerja baik sebagai anggota tim.

Tim yang berpenampilan baik atau berkinerja


tinggi, adalah yang mempunyai anggota yang
mempunyai keterampilan - keterampilan
interpersonal (hubungan antar manusia).

c. Komitmen
Anggota yang efektif menunjukkan loyalitas dan
dedikasi (pengabdian) yang tinggi pada tim.
Mereka berkeinginan untuk melakukan apapun
untuk membantu suksesnya tim.

Kesetiaan individu pada organisasi diawali


dengan tahapan:
Attach, (hanya sebagai pelengkap), yaitu
individu dalam tim, asal ada, asal hadir,
tidak berperan serta secara aktif, individu
tidak peduli dan tidak memahami misi dari
suatu tim atau organisasi.

Involve, yaitu ikut serta terlibat dalam


aktivitas tim/organisasi, namun misi dan
kepentingan individu yang dominant, jika

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 181


kegiatan organisasi tidak sesuai dengan
kepentingannya, individu tersebut tidak akan
aktif berperan.

Commitment, individu akan berperan dalam


tim dengan segenap potensi dan daya serta
kemampuannya, misi dan kepentingan tim
atau organisasi lebih penting dari
kepentingan individu, dan atau misi/
kepentingan tim atau organisasi

Jadi komitmen merupakan tahapan tertinggi


dari kesetiaan individu pada suatu tim atau
organisasi.

d. Saling Percaya
Tim yang efektif memiliki karakteristik tingginya
saling percaya diantara anggotanya, dalam hal
ini anggota tim meyakini integritas, karakter
dan kemampuan yang lain, tetapi mungkin
dapat diketahui dari hubungan antar personal,
kepercayaan itu mudah pecah (hilang).

Kepercayaan dan saling percaya perlu


dipelihara dan diperlukan perhatian yang
cukup dari manajemen.
Suasana saling percaya dalam tim atau
kelompok cenderung dipengaruhi oleh budaya
organisasi dan tindakan dari manajemen.
Organisasi yang menganut nilai terbuka,

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 182


ramah, dan bekerjasama dlam proses serta hal
lain yang mendorong komitmen anggota.

Menurut Fernando Bartomole (1989) terdapat 6


(enam) hal yang dapat membantu anggota tim
dalam menumbuhkan saling percaya, yaitu:

Komunikasi timbal balik


Mendukung ide anggota
Menghargai dan mendelegasikan wewenang
pada anggota tim.
Adil, objektif dalam memberikan penilaian
dan penghargaan.
Dapat diramalkan, konsisten terhadap
sesuatu.
Menunjukkan kompetensi, mengembangkan
rasa bangga dan hormat pada anggota tim
dengan menunjukkan kemampuan teknis
dan professional.

e. Komunikasi yang baik


Tidak mengherankan tim efektif mempunyai
karakteristik Komunikasi yang Baik. Anggota
dapat menyampaikan pesan diantara anggota
lain dalam bentuk yang jelas dapat dipahami
termasuk pesan non verbal.

Komunikasi yang baik juga merupakan


kaarakteristik sehatnya umpan balik anggota

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 183


tim. Ini membantu memberi petunjuk anggota
tim dan memperbaiki kesalahpahaman.

Anggota yang bekerjasama jangka panjang


(lama) anggota-anggota tim dengan kinerja
tinggi dapat dengan cepat dan efisien
menyumbangkan gagasan dan keinginan.

f. Kemampuan negosiasi
Ketika job diberikan kepada individu-individu,
uraian tugas, prosedur dan peraturan dan tiap
dokumen formal harus menjelaskan peran
anggota tim. Tim yang efektif, disatu pihak,
cenderung luwes dan terus-menerus
mengadakan penyesuaian.

Ini membutuhkan anggota tim yang mempunyai


keterampilan proses negosiasi yang memadai.
Problem dan hubungan secara tetap berubah
dalam suatu tim, karenanya memerlukan
anggota tim yang mampu menghadapi dan
menerima perbedaan-perbedaan.

g. Kepemimpinan yang tepat


Pemimpin yang efektif dapat memotivasi suatu
tim untuk mengikuti terus pada situasi yang
lebih sulit.
Bagaimanapun pemimpin diharapkan dpat
membantu kejelasan tujuan-tujuan,
menunjukkan perubahan yang mungkin

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 184


dengan mengatasi kelambanan, meningkatkan
kepercayaan diri anggota tim, serta membantu
anggota tim merealisasikan potensinya secara
penuh.
Yang lebih penting, pemimpin yang baik tidak
perlu terlalu mengarahkan atau mengontrol,
tetapi pemimpin tim yang efektif lebih
memerankan ke pelatihan dan sebagai
fasilitator. Dia membantu membimbing dan
mendukung tim.
Gaya kepemimpinan yang efektif adalah yang
mampu memerankan dorongan (perilaku
hubungan) dan pengarahan (perilaku tugas)
yang sesuai dengan tingkat kematangan
anggota.

h. Dukungan internal Eksternal


Terakhir kondisi yang perlu untuk membuat
tim efektif adalah dukungan iklim atau suasana

Dukungan internal, tim menyediakan prasarana


(kerangka dasar) yang baik, termasuk
didalamnya menyediakan pelatihan, system dan
alat ukur yang dapat dimengerti dimana
anggota tim dapat mengevaluasi kinerjanya
secara keseluruhan, program intensif untuk
pengakuan dan penghargaan aktivitas tim dan
system sumber daya manusia yang
mendukung.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 185


Prasarana internal yang baik dapat mendukung
anggota tim dan menguatkan perilaku yang
mengarah ke tingkat kinerja yang tinggi.

Dukungan eksternal, manajemen/ organisasi


menyediakan sumber-sumber (dana/ material)
yang dibutuhkan tim dalam menyelesaikan
tugasnya.

Agar tujuan tim tercapai perlu juga


meningkatkan kekompakkan tim, dalam hal ini
J.F.Stoner (1996) mengemukakan terdapat 4
(empat) cara meningkatkan kekompakkan tim,
yaitu:

1) Memperkenalkan Persaingan
Terjadinya konflik dengan individu lain di
luar tim, kelompok lain atau tim lain dpat
meningkatkan kekompakkan suatu tim.

2) Meningkatkan Ketertarikan antar Pribadi


Orang cenderung bergabung dengan tim
yang anggota-anggotanya mereka kenal atau
dikagumi. Karenanya dalam suatu tim dpat
dimulai dengan merekrut individu-individu
yang menganut nilai-nilai penting yang
relative sama.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 186


3) Meningkatkan Interaksi
Walaupun umumnya kita jarang dapat selalu
menyukai semua orang yang bekerjasama
dengan kita, tetapi meningkatnya interaksi
dapat memperbaiki persahabatan dan
komunikasi. Anggota tim diupayakan dapat
sling bertemu bukan saja pada pertemuan
formal, tetapi dalam pertemuan yang lain
seperti kegiatan rekreatif dan olah raga.

4) Menciptakan Sasaran Bersama dan Rasa


Kebersamaan pada Anggota Tim
Sasaran tim hendaknya diupayakan menjadi
sasaran semua anggota tim, demikian juga
rasa kebersamaan perlu diciptakan dalam
suatu tim untuk peningkatan efektivitas tim
kerja.

Gregory Shea dan R. Guzzo mengemukakan


bahwa efektivitas suatu kelompok (tim)
merupakan fungsi dari tiga variable, yaitu:

Interdependensi tugas yaitu sejauh mana


pekerjaan tim menuntut para anggotanya
untuk saling berinteraksi, interdependensi
tugas tingkat tinggi meningkatkan rasa
potensi tim.
Rasa Potensi yaitu keyakinan bersama dari
kelompok/tim bahwa tim dapat menjadi lebih
efektif.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 187


Interdependensi hasil adalah suatu tingkat
dimana konsekuensi kerja kelompok/tim
dirasakan oleh semua anggota tim.

Penugasan 4. Mengidentifikasi langkah-


langkah Membangun tim kerja Puskesmas.

Sebagai pemantapan dan internalisasi


terhadap sesi, fasilitator memberi
penugasan kepada peserta dalam kelompok
untuk mengidentifikasi langkah-langkah
Memnbangun tim kerja di wilayah
Puskesmas masing-masing.

Referensi:

1. Departemen Kesehatan RI; Buku Saku Bidan


Poskesdes; 2006; Jakarta

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 188


PETUNJUK ROLE PLAYING
Skenario :
Kepala Puskesmas Mawar baru kembali dari menghadiri
rapat bulanan di Dinas Kesehatan Kabupaten . Acara
rapat terfokus pada mengevaluasi kinerja dengan
pencapaian imunisasi. Rupanya Bupati menaruh
perhatian terhadap program imunisasi di wilayah
kabupatennya. Hasil evaluasi membuat kepala puskesmas
tersentak sekaligus malu, karena pencapaian imunisasi
Puskesmas mawar adalah nomor 1 dari bawah, masih
terngiang ngiang di telinganya ketika kepala dinas
menanyakan apakah kepala Puskesmas tidak pernah
menggalang kerjasama lintas program maupun lintas
sektor untuk mensukseskan program imunisasi di
wilayahnya ? Ia bertekad untuk mengatasi permasalahan
ini.

Hari ini, kepala Puskesmas Mawar mengadakan rapat,


mendahului lokakarya mini bulanan yang seharusnya
dilaksanakan minggu berikutnya. Pada rapat ini diminta
hadir bidan, perawat, petugas imunisasi dan petugas gizi.
Kepala puskesmas harus mengkomunikasikan hasil rapat
di dinas kesehatan kabupaten kepada stafnya. Terapkan
prinsip prinsip komunikasi yang efektif, agar staf anda
memahami pesan yang anda sampaikan serta anda juga
mendapatkan komitmen mereka untuk meningkatkan
bekerja secara tim.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 189


Pemegang peranan (Pemeran) :
1 orang pemeran kepala puskesmas
1 orang pemeran bidan
1 orang pemeran perawat
1 orang pemeran petugas imunisasi
1 orang pemeran petugas gizi
Pengamat
Pilihlah beberapa orang pengamat, misalnya 3 orang
pengamat.

Petunjuk bagi pengamat :


Lakukan pengamatan dengan cermat terhadap proses
komunikasi yang berlangsung, yaitu :
Apakah kepala Puskesmas menyampaikan tujuan
rapat dengan jelas dan dimengerti oleh peserta rapat
Apakah pesan yang disampaikan :
Singkat padat
Lengkap mengandung semua informasi yang
perlu
Benar dan nyata (berdasar fakta)
Apakah memberi kesempatan kepada pihak penerima
pesan untuk mendapatkan kejelasan terhadap pesan
yang dianggap kurang jelas.
Apakah gaya bicara dalam menyampaikan pesan
menarik, tidak bertele tele, membosankan.
Apakah semua peserta rapat menunjukkan
kemampuan mendengar yang baik.
Apakah komunikasi terjadi pada semua arah ?
Apakah ada yang tidak menunjukkan respon ?
Apakah ada yang merespon secara berlebihan ?

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 190


Apakah ada kesimpulan dari hasil komunikasi
tersebut.
Umpan balik hasil pengamatan :
Setelah bermain peran selesai, mintalah pengamat inti
menyampaikan hasil pengamatannya
Kemudian mintalah hasil pengamatan dari peserta lain
Beri kesempatan kepada para pemeran untuk
menyampaikan perasaan dan pengalamannya dalam
bermain peran
Fasilitator menyampaikan rangkuman.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 191


MODUL 4
PERENCANAAN PUSKESMAS

I. Deskripsi Singkat.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas


Kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
terhadap pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya
kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk
agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Dengan demikian Puskesmas berfungsi sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta
pusat pelayanan strata pertama.
Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal,
maka Puskesmas harus melaksanakan manajemen
yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Manajemen Puskesmas tersebut terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian serta
pengawasan dan pertanggung jawaban. Seluruh
kegiatan diatas merupakan satu kesatuan yang saling
terkait dan berkesinambungan.
Perencaanaan tingkat Puskesmas disusun untuk
mengatasi masalah kesehatan yang ada diwilayah
kerjanya, baik upaya kesehatan wajib, upaya
kesehatan pengembangan maupun upaya kesehatan
penunjang. Perencanaan ini disusun untuk kebutuhan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 192


satu tahun agar Puskesmas mampu melaksanakannya
secara efisien, efektif dan dipertanggungjawabkan.

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu
menyusun rencana kegiatan tahunan Puskesmas.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Peserta mampu :
1. mengumpulkan, mengolah dan menganalisa
data Puskesmas.
2. menetapkan target program Puskesmas sesuai
KW-SPM.
3. menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK).
4. menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan
(RPK).

II. Pokok bahasan dan Sub pokok bahasan:


Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran
khusus maka disusunlah Pokok bahasan dan Sub
pokok bahasan sebagai berikut:

Pokok Bahasan 1: Pengumpulan dan Analisa data


Puskesmas :
- Data essential di Puskesmas
- Metode pengumpulan data
- Pengolahan data
- Analisis data

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 193


Pokok Bahasan 2: Target Program Puskesmas.

Pokok Bahasan 3: Penyusunan Rencana Usulan


Kegiatan (RUK) :
- Identifikasi Masalah
- Menetapkan Prioritas
- Merumuskan Masalah
- Mencari Akar Penyebab
- Menetapkan Cara Pemecahan Masalah
- Menyusun RUK Upaya Kesehatan Wajib
- Menyusun RUK Upaya Kesehatan Pengembangan

Pokok Bahasan 4: Penyusunan Rencana Pelaksanaan


Kegiatan (RPK) :
- Langkah-langkah RPK
- Menyusun RPK dalam bentuk matriks

Langkah-langkah Pembelajaran

Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)

Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran,


metode yang digunakan, mengapa modul/materi ini
diperlukan dalam pelatihan Manajemen
Puskesmas, serta keterkaitan dengan materi
sebelumnya.
Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta
yang sudah mempunyai pengalaman dalam

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 194


melaksanakan perencanaan Puskesmas untuk
menyampaikan pengalamannya.
Peserta lain diminta untuk memberi tanggapan.

Langkah 2. Membahas Pokok Bahasan (180 menit/


4 JPL @ 45 menit)

Secara singkat fasilitator menyampaikan


rangkuman isi Pokok Bahasan 1 sampai dengan
pokok bahasan 5 modul Perencanaan Puskesmas.
Selanjutnya fasilitator mempersilahkan peserta
untuk menanggapi uraian tersebut.
Fasilitator membagi ke dalam V kelompok ,
kelompok I membahas Pokok bahasan 1:
Pengumpulan dan Analisa data Puskesmas,
kelompok II membahas Pokok Bahasan 2: Target
Program Puskesmas,kelompok III membahas Pokok
Bahasan 3: Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan,
kelompok IV membahas Pokok Bahasan 4:
Pengusulan Rencana Usulan Kegiatan (RUK), yang
dituliskan pada kertas flip chart atau diketik di
komputer dan di presentasikan.
Selanjutnya fasilitator memberikan kesempatan
kepada peserta untuk menanggapi terhadap hasil
pendapat tiap kelompok.
Dari hasil pendapat peserta selanjutnya fasilitator
memberikan komentar serta memberikan
kesimpulan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 195


Langkah 3. Mempraktikkan penyusunan
perencanaan Puskesmas (500 menit/ 11 JPL @45
menit)

Fasilitator menjelaskan tentang langkah-langkah


atau petunjuk diskusi kelompok.

Fasilitator membagi peserta ke dalam kelompok


Puskesmas. Selanjutnya peserta diminta untuk
menyiapkan bahan rujukan yang harus dibawa
yaitu laporan tahunan Puskesmas, Profil
Puskesmas, dan Data Wilayah Kerja Puskesmas.
Peserta diminta untuk menyusun rencana
Puskesmas.
Penyusunan Rencana Puskesmas dapat dilakukan
secara bertahap :
- Latihan 1 Menganalisis Data
- Latihan 2 Menentukan Target Puskesmas
- Latihan 3 Melakukan Identifikasi Masalah
- Latihan 4 Menentukan Prioritas Masalah
- Latihan 5 Membuat Rumusan Masalah
- Latihan 6 Mencari Akar Penyebab Masalah
- Latihan 7 Menetapkan Cara Pemecahan Masalah
- Latihan 8 Menyusun RUK Upaya Kesehatan Wajib
Dan Upaya Kesehatan Pengembangan (Rencana
Tahunan Puskesmas)

Kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil


diskusinya.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 196


Fasilitator memberikan komentar dan
menyimpulkan hasil diskusi tersebut.

Langkah 4 Rangkuman (30 menit)

Fasilitator menyampaikan rangkuman secara


keseluruhan dan melakukan dialog dengan peserta
bagaimana selanjutnya agar Puskesmas dapat
menyusun perencanaan (RUK dan RPK) dengan baik.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 197


Uraian Materi

A. Pengumpulan dan Analisa Data Puskesmas.

1. Data-data essensial di Puskesmas.


a. Data Umum.
1) Peta wilayah kerja Puskesmas serta fasilitas
pelayanan (format 1). Data wilayah
mencakup luas wilayah, jumlah
desa/dusun/ RT/ RW, jarak desa dengan
Puskesmas, waktu tempuh ke Puskesmas.
Data ini dapat diperoleh di kantor
kelurahan/desa/kecamatan.
2) Data sumber daya. Data ini mencakup
sumberdaya Puskesmas termasuk
Puskesmas pembantu dan bidan di desa,
yang mencakup :
Ketenagaan (format 2a)
Obat dan Bahan habis pakai (format 2b)
Peralatan (format 2c)
Pembiayaan yang berasal dari
pemerintah, masyarakat, dan lain lain.
Sarana dan prasarana termasuk
gedung, rumah dinas, komputer, mesin
tik, meubelair, kendaraan (format 2e)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 198


3) Data Peran serta masyarakat ( format 3),
mencakup jumlah posyandu, kader, dukun
bayi dan tokoh masyarakat.
4) Data penduduk dan sasaran program (
format 4 ).
5) Data ini mencakup jumlah penduduk
seluruhnya berdasarkan jenis kelamin,
kelompok umur (sesuai sasaran program),
sosio ekonomi, pekerjaan, pendidikan,
keluarga miskin (persentase di tiap
desa/kelurahan). Data ini dapat diperoleh
dikantor kelurahan/desa, kantor kecamatan
dan data estimasi sasaran di Dinas
kesehatan kabupaten/kota.
6) Data sekolah (format 5)
7) Data ini mencakup jenis sekolah yang ada,
jumlah siswa, klassifikasi sekolah, UKS,
jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS, dll.
8) Data kesehatan lingkungan wilayah kerja
Puskesmas (format 6).
9) Data ini mencakup lingkungan rumah sehat,
tempat pembuatan makanan/minuman,
tempat tempat umum, tempat pembuangan
sampah, sarana air bersih, jamban keluarga
dan sistim pembuangan air limbah.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 199


b. Data khusus ( hasil penilaian kinerja Puskesmas
).
1) Status kesehatan yang terdiri dari data
kematian (format 7), Kunjungan kesakitan
(format 8), Pola penyakit yaitu 10 penyakit
terbesar yang ditemukan (format 9).
2) Kejadian luar biasa (format 10) dapat dilihat
pada laporan W1(Simpus).
3) Cakupan program pelayanan kesehatan
1(satu) tahun terakhir di tiap
desa/kelurahan (format 11).
4) Hasil survei yang dilakukan sendiri oleh
Puskesmas atau pihak lain (format 12).

2. Metoda Pengumpulan Data.


a. Penentuan sumber data.
Sumber utama data kinerja Puskesmas
adalah catatan hasil kegiatan Puskesmas yang
terekam dalam sistem pencatatan dan
pelaporan yang berlaku (SP2TP), catatan hasil
kegiatan inovatif, maupun hasil pengumpulan
data lainnya seperti hasil survei kepuasan
pelanggan untuk menilai mutu pelayanan
Puskesmas. Sedangkan laporan yang
dikirimkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota tidak dijadikan sebagai
sumber data untuk penilaian.
Untuk kepentingan verifikasi oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota digunakan
laporan hasil penghitungan Puskesmas,

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 200


laporan SP2TP, laporan lain yang berkaitan
dan hasil supervisi langsung ke Puskesmas.
b. Format Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan format yang telah disepakati.
c. Pengumpulan data.
Pengumpulan data dilakukan secara rutin oleh
petugas atau pengelola program yang
bersangkutan. Data yang diperoleh
diperbaharui setiap bulan, sehingga pada
akhir tahun diperoleh data yang baru.

3. Sumber Data
Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses kegiatan
merubah data menjadi informasi yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan, termasuk untuk dasar penyusunan
perencananan Puskesmas.

Kegiatan pengolahan data meliputi:


Kegiatan untuk meneliti kelengkapan dan
kebenaran data yang dikumpulkan (cleaning and
editing).
Kegiatan penghitungan khususnya untuk
mendapatkan nilai keadaan dan pencapaian hasil
kegiatan Puskesmas (calculating).
Kegiatan memasukkan data kedalam tabel yang
akan menjadi suatu informasi yang berguna
dalam pengambilan keputusan (tabulating).

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 201


Pelaksanaan pengolahan data di tingkat Puskesmas
dilakukan oleh Kepala Puskesmas bersama Tim
Kecil Puskesmas. Sedangkan pengolahan di tingkat
Kabupaten/Kota dilakukan oleh Tim Kecil yang
ditugaskan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

4. Analisa data
Data yang sudah diperoleh kemudian dikoreksi
untuk menjamin keakuratan dan kualitas data.
Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisa.
Analisa yang digunakan dengan analisa deskriptif.
Semua data yang diperoleh disajikan dalam bentuk
tabel, grafik ataupun bentuk pie. Dari hasil analisa
data tersebut kemudian dapat diketahui rencana
kebutuhan masing-masing Puskesmas.

Analisa data dilakukan oleh team di Puskesmas.


Hasil analisis data, baik data umum maupun data
khusus, harus menghasilkan suatu rumusan atau
kesimpulan, yang nantinya akan dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun
Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK).

Rumusan atau kesimpulan hasil analisis data adalah


sbb:

Berdasarkan Data Wilayah dan Fasilitas Kesehatan


(Format 1)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 202


a. Perlu/ tidak peningkatan akses pelayanan
b. Perlu/ tidak peningkatan jumlah fasilitas
pelayanan
c. Ada/ tidak potensi untuk upaya kesehatan
pengembangan

Berdasarkan Data Ketenagaan (Format 2a)


a. Ada/ tidak tenaga yang harus ditingkatkan
kuantitasnya? Tenaga apa?
b. Ada/ tidak tenaga yang harus ditingkatkan
kualitasnya? Tenaga apa? (misalnya Karena
tidak mungkin menambah tenaga)

Berdasarkan Data Keadaan Obat Dan Bahan Habis


Pakai (Format 2b)
a. Apa saja obat yang banyak digunakan?
b. Apa saja obat yang banyak bersisa?
c. Ada/ tidak potensi terjadinya pengobatan tidak
rasional (Masih prakiraan, tapi perlu perhatian)

Berdasarkan Data Keadaan Peralatan Kesehatan


(Format 2c)
a. Alat apa yang perlu perbaikan ?
b. Alat apa yang perlu penambahan ?
c. Apakah kendala peralatan kesehatan
Puskesmas saat ini potensial mengganggu
kelancaran pelayanan di Puskesmas ? apakah
masih bisa diatasi ?

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 203


Berdasarkan Data Pembiayaan Kesehatan Di
Puskesmas (Format 2d)
a. Biaya sudah/ belum memadai untuk
operasional Puskesmas ?
b. Ada/ tidak potensi sumber biaya lain yang dapat
digali oleh Puskesmas ?

Berdasarkan Data Sarana Prasarana Kesehatan Di


Puskesmas (Format 2e)
a. Jenis sarana kesehatan apa yang kondisinya
mengganggu kelancaran pelayanan Puskesmas ?
b. Jenis sarana penunjang apa yang kondisinya
mengganggu kelancaran pelayanan penunjang
di Puskesmas ?

Berdasarkan Data Peran Serta Masyarakat (Format


3)
a. Adakah jumlah posyandu yang harus ditambah
? didesa/ kelurahan apa ? (lihat juga data
penduduknya, terutama balita)
b. Berapa jumlah kader/ dukun bayi/ toma yang
harus dilatih ?
Berdasarkan Data Penduduk Dan Sasaran Program
(Format 4)
a. Bagaimana gambaran sasaran program menurut
kelompok umur/ usia ?
b. Adakah potensi upaya kesehatan pengembangan
untuk kelompok keluarga miskin dan sasaran
program tersebut ?

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 204


Berdasarkan Data Sekolah (Format 5)
a. Bagaimana persentase sekolah UKS ?
b. Bagaimana persentase kader UKS di setiap
jenjang sekolah ?
c. Bagaimana persentase guru UKS di setiap
jenjang sekolah ?
d. Program apa yang potensial untuk
pengembangan UKS ?

Berdasarkan Data Kesehatan Lingkungan (Format


6)
a. Bagaimana urutan persentase dari yang paling
rendah ke yang paling tinggi ?
b. Apa persentase yang paling rendah dan terjadi
di banyak lokasi ?

Berdasarkan Data Kematian (Format 7)


a. Apa penyebab kematian terbanyak ?
b. Apa penyebab kematian perempuan terbanyak ?
c. Apa penyebab kematian bayi/ balita/ usia
sekolah/ PUS/ lansia terbanyak?

Berdasarkan Data Kunjungan (Format 8)


a. Persentase kunjungan baru dan lama
b. Jumlah kunjungan dari kelurahan/ desa
terjauh/ transportasi sulit?
c. Apakah potensial untuk meningkatkan akses
pelayanan ?

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 205


Berdasarkan Data Sepuluh Penyakit Terbanyak
(Format 9)
a. Apa penyakit terbanyak pada laki-laki ?
b. Apa penyaklit terbanyak pada perempuan ?
c. Apakah potensial untuk upaya kesehatan
pengembangan ?

Berdasarkan Data Kejadian Luar Biasa (Format 10)


a. Jenis KLB apa dengan jumlah kasus terbanyak
?
b. Jenis KLB apa dengan lokasi paling luas ?
c. Jenis KLB apa yang paling banyak
menimbulkan kematian ?

Berdasarkan Cakupan Program Pelayanan


Kesehatan (Format 11)
a. Upaya kesehatan wajib apa yang pencapaiannya
masih rendah ?
b. Upaya kesehatan pengembangan apa yang telah
dilaksanakan ?
c. Upaya kesehatan apa yang pencapainnya masih
rendah ?

Kerjakan Latihan 1 .
Menganalisis Data
Petunjuk latihan pada Lembar kerja 1 di hal 391

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 206


B. Target Program Puskesmas.
Beberapa metoda penentuan target yang dilakukan
di Puskesmas adalah sebagai berikut:
1. Target ditentukan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
2. Misalnya untuk indikator beberapa program seperti
TB ( CDR 70%, Convertion Rate 80 %, dll) KIA/KB
Cakupan K4 80%, Linakes 70 % ).
3. Target ditentukan sendiri oleh Puskesmas sesuai
dengan ketersediaan sumber daya yang tersedia di
Puskesmas. Untuk kegiatan ini Puskesmas dan
staff bersama sama menentukan target target
tersebut berdasarkan Standar pelayanan minimal
yang ditentukan dari Pusat/Propinsi.
4. Target dapat diperoleh dengan cara membuat
perkiraan secara matematis terhadap kemungkinan
pencapaian program.
5. Target dapat juga ditetapkan berdasarkan Prestasi
terbaik yang pernah dicapai Puskesmas yang
bersangkutan.

Kerjakan Latihan 2.
Menentukan Target Puskesmas
Petunjuk latihan pada Lembar kerja 2 di hal 391

C. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan.

Penyusunan rencana usulan kegiatan dilaksanakan


dengan memperhatikan hal hal sebagai berikut yaitu
menyusun rencana kegiatan yang bertujuan untuk

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 207


mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada
periode sebelumnya dan memperbaiki program yang
masih bermasalah dan menyusun rencana kegiatan
baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan di
wilayah tersebut. Kegiatan baru yang disesuaikan
dengan kondisi kesehatan di wilayah tersebut dan
kemampuan Puskesmas.

Penyusunan rencana usulan kegiatan terdiri dari


langkah-langkah :

1. Identifikasi masalah.
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Identifikasi masalah dilaksanakan
dengan membuat daftar masalah yang
dikelompokkan menurut jenis program, cakupan,
mutu dan ketersediaan sumber daya.

Contoh : Tabel 21. Identifikasi Masalah.


No Program Target Pencapaia Kesenjang
n an
1
2
3
.
n

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 208


Untuk mengisi tabel tersebut, dapat diambil dari
Format 11, Cakupan Program Pelayanan Kesehatan
No. A Upaya Kesehatan Wajib.
Target diisi berdasarkan hasil penentuan target
Puskesmas.
Pencapaian diisi dari kolom jumlah pencapaian,
yang merupakan rekapitulasi pencapaian diseluruh
kelurahan/ desa. Kesenjangan antara pencapaian
dan target, merupakan masalah. Kemungkinan
teridentifikasi beberapa masalah.

Kerjakan Latihan 3.
Menentukan Identifikasi Masalah
Petunjuk latihan pada Lembar kerja 3 di hal 392

2. Menetapkan urutan prioritas masalah.


Mengingat keterbatasan kemampuan mengatasi
masalah sekaligus, maka perlu masalah
diprioritaskan dengan pendekatan tertentu.
Berbagai metode untuk memprioritaskan masalah
seperti Kriteri matriks, MCUA, Hanlon, CARL dsb.
Penggunaan alat atau metode diserahkan pada
masing masing Puskesmas.
Contoh kriteria matriks:
Tabel 22. Matriks Urutan Prioritas Masalah
Masalah Masalah Masalah Masalah
Kriteria 1 2 3 4
Tingkat
urgensi/
Urgency (U)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 209


Tingkat
keseriusan/
Seriousnes (S)
Tingkat
perkembangan/
Growth (G)

Total

Cara menggunakan/ mengisi matriks :


a. Tentukan nilai untuk setiap kriteria, misalnya
ditetapkan 1-5
b. Tingkatkan urgensi (U) : masalah yang sangat
mendesak untuk segera ditanggulangi,
mendapatkan nilai yang lebih tinggi.
c. Tingkat keseriusan (S) : Masalah yang perlu
penanganan serius dan apabila tidak diatasi akan
semakin memprihatinkan/ akibat semakin buruk,
mendapatkan nilai yang lebih tinggi.
d. Tingkat perkembangan (G) : Masalah yang apabila
tidak ditanggulangi akan semakin meluas,
mendapatkan nilai yang lebih tinggi.
e. Hasil penilaian (Total) : Nilai U x S x G.
f. Buat urutan prioritas berdasarkan urutan Nilai
Total dari yang terbesar sampai terkecil.

Kerjakan Latihan 4.
Menentukan Urutan Prioritas Masalah
Petunjuk latihan pada Lembar kerja 4 di hal 392-393

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 210


3. Merumuskan masalah
Perumusan masalah mencakup , Apa masalahnya,
Siapa yang terkena masalah, Besarnya masalah,
Dimana terjadinya dan Bilamana masalah itu
terjadi ( 4W, 1H), What, Who, When, Where, dan
How Much.
Contoh Rumusan Masalah

Kerjakan Latihan 5.
Merumuskan Masalah
Petunjuk latihan pada Lembar kerja 5 di hal 393

Masih tingginya angka kematian balita akibat diare


yaitu sebesar 20% di desa A, wilayah Puskesmas X,
pada tahun 2006.

4. Mencari akar penyebab masalah.


Mencari akar penyebab masalah dapat digunakan
antara lain dengan menggunakan alat/tools :
a. Diagram sebab akibat ( Diagram Ishikawa ) atau
sering juga disebut diagram tulang ikan.
b. Pohon Masalah ( problem tree ).

Contoh penggunaan Diagram ishikawa.


Masalah : Cakupan persalinan tenaga kesehatan
rendah
(mis 40 %)
Langkah langkah:
1) Tuliskan masalah pada tulang ikan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 211


2) Buat garis mendatar dengan panah menyentuh
kepala ikan.
3) Tetapkan kategori utama penyebab utama.
4) Buat garis miring dengan anak panah kearah garis
datar.
5) Lakukan brainstorming dan fokuskan pada masing
masing kategori sampai mengakomodasi semua
unsur dalam kategori tersebut.
6) Ulangi hal yang sama pada kategori utama yang
lain.
7) Setelah semua ide/ gagasan dicatat, lakukan
klarifikasi untuk menghilangkan duplikasi,
ketidaksesuaian dengan masalah tersebut.

Lingkungan Alat Metode

Material Manusia

Diagram 4. Diagram Ishikawa

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 212


Mencari penyebab masalah dengan menggunakan Pohon
masalah ( Problem Trees)
Langkah langkah:
1) Tuliskan masalah pada kotak dipuncak pohon
masalah.
2) Buat garis vertikal menuju kotak tersebut.
3) Tetapkan kategori utama dari penyebab dan
tuliskan pada kotak dibawahnya dengan arah
panah menuju kekotak masalah.
4) Lakukan brainstorming dan fokuskan pada masing
masing kategori.
5) Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama
lakukan untuk kategori utama yang lain.
6) Untuk masing-masing kemungkinan penyebab,
coba membuat daftar sub penyebab dan letakkan
pada kotak yang ada dibawahnya.
7) Setelah semua pendapat tercatat, lakukan
klarifikasi data untuk menghilangkan duplikasi,
ketidaksesuaian dengan masalah, dll.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 213


POHON MASALAH
ANALISIS SEBAB AKIBAT
KEGIATAN : ..

AKIBAT

Masalah
utama

Catatan :
Untuk mengidentifikasi penyebab masalah, baik
menggunakan diagram Ishikawa maupun pohon
masalah, kemungkinan penyebab masalah dapat
ditelusuri dari :

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 214


a. Input (sumber daya) : manusia/ tenaga, jenis dan
jumlah obat/ sarana/ fasilitas, prosedur kerja,
dana dan lain-lain
b. Proses (pelaksanaan kegiatan) : frekuensi,
penggunaan metode/ prosedur, kepatuhan
terhadap standar pelayanan, supervisi/ pembinaan
dll.
c. Lingkungan : kebijakan, political will dll

Buatlah kesimpulan dari hasil menentukan akar


masalah tersebut.
Akar penyebab masalah adalah........

Kerjakan Latihan 6.
Menentukan Akar Penyebab Masalah
Petunjuk latihan pada Lembar kerja 6 di hal 394

5. Menetapkan cara-cara pemecahan masalah:


Untuk menetapkan cara pemecahan masalah,
dapat dilakukan dengan kesepakatan diantara
anggota tim. Bila tidak terjadi kesepakatan diantara
tim dapat digunakan kriteria matriks. Untuk itu
harus dicari alternatif pemecahannya.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 215


Contoh:
Tabel 23. Cara Pemecahan Masalah.

Alternatif Pemecahan
Prioritas Penyebab
No pemecahan masalah Ket
Masalah masalah
masalah terpilih
1
2
3
4
dst
Cara pengisian tabel, sebagai berikut :
a. Prioritas masalah : ditulis sesuai dengan hasil
urutan prioritas masalah
b. Penyebab masalah : ditulis berdasarkan hasil
mencari akar penyebab masalah
c. Alternatif pemecahan masalah : diperoleh
berdasarkan hasil brainstorming anggota tim,
tentang alternatif pemecahan masalah yang
diusulkan, ada beberapa alternatif.
d. Pemecahan masalah terpilih : dapat di peroleh
melalui hasil kesepakatan anggota tim atau
menggunakan matriks USG, metode MCUA dan
lain-lain.
RUK, sebagai program hasil analisis masalah. Untuk
setiap prioritas masalah harus dapat ditentukan
pemecahan masalah terpilih . Pemecahan masalah
terpilih akan menjadi bahan penyusunan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 216


Kerjakan Latihan 7.
Menetapkan Cara Pemecahan Masalah
Petunjuk latihan pada Lembar kerja 7 di hal 395

D. Pengusulan Rencana Usulan Kegiatan (RUK):


Pengusulan rencana usulan kegiatan meliputi
upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan
pengembangan dan upaya kesehatan penunjang
yang meliputi:
1. Kegiatan tahunan yang akan datang yang meliputi
kegiatan rutin, sarana/prasarana, operasional, dan
program hasil analisa masalah.
2. Kebutuhan sumberdaya berdasarkan ketersediaan
yang ada pada tahun sekarang.
3. Rekapitulasi rencana usulan kegiatan dan
sumberdaya yang dibutuhkan kedalam format RUK
Puskesmas.

RUK disusun dalam bentuk matriks, dengan


memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik
kesepakatan global, nasional, maupun daerah sesuai
dengan masalah yang ada sebagai hasil dari kajian
data dan informasi yang tersedia di Puskesmas.
1. RUK Upaya Kesehatan Wajib.
a) Menyusun rencana usulan kegiatan upaya
kesehatan wajib kedalam matriks.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 217


b) Mengajukan rencana usulan kegiatan upaya
kesehatan wajib.
Rencana ini diajukan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk mendapat pembahasan
pembiayaannya. Apabila sumber pembiayaan
berasal dari non pemerintah maka diusulkan
kepada institusi yang bersangkutan.
c) Waktu Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan.
Jadwal penyusunan rencana usulan kegiatan
dilakukan dengan memperhatikan siklus
perencanaan kabupaten/kota, yaitu jadwal
pembahasan yang dilakukan oleh
kabupaten/kota sehingga RUK tersebut harus
sudah selesai atau sudah diterima oleh Dinas
Kesehatan kabupaten/kota sebelum
dilakukan pembahasan, demikian pula
dengan rencana usulan kegiatan untuk mitra
kerja Puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 218


Tabel 24. Matriks Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib

No Upaya Keg Tujuan Sasaran Target Kebutuhan Sumber Indikator Sumber


Kesehatan Dana Keberha Pembia
Dana Alat Tenaga silan yaan
1 Prom Kes
2 Kes Lingk
3 KIA & KB
4 Gizi Masy
5 P2M
6 Pengobatan

Catatan :
Kegiatan diisi dengan kegiatan dari paket program yang diusulkan dalam upaya
mencapai tujuan program
Tujuan diisi dengan tujuan dari setiap kegiatan program
Sasaran adalah jumlah populasi atau area diwilayah kerja yang akan dicakup
kegiatan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 219


Target adalah jumlah bagian dari sasaran/ area yang akan diberikan pelayanan oleh
Puskesmas dihitung berdasarkan faktor koreksi kondisi geografis, jumlah sumber
daya dan target pasar serta pencapaian tahun lalu
Besar biaya mengacu pada peraturan daerah yang ada
Sumber pembiayaan dapat berasal dari pemerintah, swasta, masyarakat atau
pendapatan fungsional Puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 220


2. RUK Upaya Kesehatan Pengembangan
a) Identifikasi Upaya Kesehatan Pengembangan
Telah disebutkan bahwa upaya kesehatan
pengembangan dapat dipilh dari daftar upaya
kesehatan Puskesmas yang telah ada atau dapat
berupa inovasi yang dikembangkan sesuai
dengan permasalahan kesehatan yang terjadi
diwilayah kerja Puskesmas, diantaranya bisa
berasal dari hasil analisis data Puskesmas,
seperti hasil analisis berdasar data Format 1, 3,
5, 9 dan 11
Apabila Puskesmas mempunyai kemampuan,
identifikasi masalah dilakukan bersama sama
masyarakat (Konsil kesehatan
kecamatan/Badan penyantun Puskesmas)
melalui pengumpulan data secara langsung di
lapangan (Survei mawas diri). Tetapi apabila
kemampuan itu tidak dimiliki oleh Puskesmas,
maka identifikasi dilakukan melalui
kesepakatan kelompok oleh petugas Puskesmas
dengan melibatkan konsil kesehatan
kecamatan/ badan penyantun Puskesmas.
Dari hasil identifikasi ini kemungkinan akan
muncul usulan Puskesmas yang sangat
beragam. Dengan pertimbangan kondisi
sumberdaya yang ada, baik tenaga, sarana
maupun biaya, maka perlu dibuat penyusunan
prioritas.
Apabila Puskesmas belum mampu
,menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan tersebut tetapi telah menjadi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 221


kebutuhan masyarakat setempat maka dinas
kesehatan kabupaten/kota yang wajib
menyelenggarakannya.

b) Menyusun RUK Upaya Kesehatan Pengembangan


kedalam matriks.
Pada dasarnya pengisian matriks sama dengan
pengisian matriks R.U.K. Upaya Kesehatan
Wajib.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 222


Tabel 25. Matriks Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Pengembangan

No Upaya Keg Tujua Sasaran Target Kebutuhan Sumber Indikat Sumber


Kesehatan n Dana or Pembia
Dana Alat Tenag Keberh yaan
a a
silan
1

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 223


c) Mengajukan RUK kegiatan Upaya Kesehatan
Pengembangan.
RUK upaya kesehatan pengembangan diajukan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/kota bersama
sama dengan RUK upaya kesehatan wajib. RUK ini
dapat juga diusulkan kepada pihak pihak non
pemerintah.
Puskesmas dapat melibatkan potensi yang ada
diwilayahnya untuk ikut serta dalam pembiayaan
tersebut. Penggalangan dana dapat dilakukan
kepada masyarakat, perusahaan, swasta, atau LSM
melalui advokasi dan sosialisasi rencana kegiatan
yang telah disusun dengan didukung oleh data
yang telah diolah, sehingga dapat dipahami oleh
masyarakat dan mitra kerja Puskesmas. Potensi
lainnya dapat pula berasal dari pendapatan
fungsional Puskesmas atau sumber pembiayaan
lainnya.

Kerjakan Latihan 8. Menyusun RUK


Petunjuk latihan pada Lembar kerja 8 di hal 395

E. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).

Tahap ini merupakan pelaksanaan upaya kesehatan


wajib , upaya kesehatan pengembangan , upaya
kesehatan penunjang maupun upaya inovasi
dilaksanakan bersama , terpadu dan terintegrasi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 224


sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu
keterpaduan.
Langkah langkah.
1. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang telah
disetujui.
2. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui
dengan rencana usulan kegiatan (RUK) yang
diusulkan dan situasi saat penyusunan RPK.
3. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume
kegiatan yang akan dilaksanakan serta sumber
daya pendukung menurut bulan dan lokasi
pelaksanaan.
4. Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk
membahas kesepakatan RPK.
5. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk
matriks.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 225


Contoh Tabel 26. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Puskesmas..Tahun.

No Upaya Keg Sasara Targe Vol Rincian Lokasi Tenaga Jadw Biaya
Kesehat n t Keg Pelaks. Pelaks. Pelaksan al
an a

1 Promkes

2 Keslingk

3 KIA/KB

4 Perb.
Gizi
5
P3M
6
Pengobat
7 an

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 226


.

Catatan :
No 7 dan seterusnya diisi dengan jenis upaya kesehatan pengembangan yang diusulkan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 227


Diagram 5. TAHAP TAHAP PERENCANAAN TINGKAT PUSKESMAS

DATA
PROSES
PERSIAPAN
DATA UMUM

PROSES Pengumpulan Penyusunan Penyusunan Lokakarya


PERSIAPAN data RUK RPK Mini

DATA KHUSUS
Penilaian kinerja
Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 228


Dengan demikian Puskesmas sekarang memiliki
rencana tahunan Puskesmas, Meliputi :
a. Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib
dan Upaya Kesehatan Pengembangan untuk 1
tahun
b. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Upaya Kesehatan
Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan untuk
1 tahun

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 229


Latihan 1. Menganalisis Data
Petunjuk Latihan :
1. Peserta dibagi dalam kelompok Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok
Siapkan bahan rujukan yang harus dibawa
yang merupakan data informasi tentang
Puskesmas saudara, seperti Laporan
Tahunan Profil Puskesmas, Data Wilayah
Kerja.dll
Siapkan juga format-format yang
diperlukan (format1, format 2a-e, format 3-
12)
Isikan data Puskesmas kedalam setiap
format yang sesuai. Koreksi kebenaran
pengisiannya.
Lakukan analisis dengan menggunakan
analisis deskriptif
Buatlah kesimpulan/ rumusan hasil
analisis data tersebut (dapat menggunakan
cara rumusan hasil analisis data yang
tercantum pada hal 6-8 modul ini)

Latihan 2. Menentukan Target Puskesmas


Petunjuk Latihan:
1. Peserta bekerja dalam kelompok Puskesmas
2. Dalam kelompok, melakukan kegiatan sbb :
o Identifikasi target Puskesmas yang telah
ditetapkan oleh dinas kesehatan kab/ kota,
untuk pogram apa dan berapa

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 230


o Identifikasi target yang harus ditentukan
oleh Puskesmas :
- Untuk program apa
- Hitunglah target tersebut berdasarkan
SPM yang ditetapkan.
o Identifikasi target yang harus ditentukan
berdasarkan perkiraan secara matematis
- Untuk program apa
- Berapa perkiraan targetnya
o Identifikasi target yang bisa ditentukan
berdasarkan hasil terbaik yang pernah
dicapai Puskesmas
- Untuk program apa
- Berapa hasil terbaik yang pernah
dicapai
- Berapa target sekarang

Latihan 3 Identifikasi Masalah


Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim)
Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok
o Siapkan tabel identifikasi masalah seperti
pada contoh dihalaman 7 modul ini.
o Siapkan format 11 Cakupan Program
Pelayanan Kesehatan btk A. Upaya
Kesehatan Wajib, yang telah diisi dengan
data Puskesmas.
o Isi kolom program dengan jenis program
dari Upaya Kesehatan Wajib

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 231


o Isi kolom target, dengan hasil pemantauan
target Puskesmas untuk setiap program.
o Isi kolom pencapaian dari kolom jumlah
pencapaian yang merupakan rekapitulasi
pencapaian diseluruh kelurahan/ desa.
o Isi kolom kesenjangan dengan
membandingkan antara target dan
pencapaian. Program yang memiliki
kesenjangan (negatif atau kurang dari
target) merupakan masalah.
o Identifikasi masalah-maslah tesebut,
kemungkinan ada beberapa masalah.
Tuliskan semua masalah

Latihan 4. Menentukan Urutan Prioritas


Masalah
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok tim
Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok :
o Buatlah nomor untuk setiap masalah yang
teridentifikasi. (misal masalah 1 :
Program.....dst)
o Tentukan metode penentuan prioritas
masalah yang dipilih oleh tim. (misalnya
metode kriteria matriks USG.
o Buatlah matriksnya. (lihat contoh matriks
pada halaman 7). Buatlah kolom masalah,
sejumlah masalah yang teridentifikasi.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 232


o Isilah nilai setiap kriteria dari setiap
masalah dengan cara :
- Setiap anggota kelompok diminta untuk
memberi nilai untuk kriteria (U) dari
masalah 1, kemudian dibuat reratanya.
Nilai Rerata diisi pada kolom masalah 1.
Lakukan hal yang sama untuk nilai
kriteria (K) untuk masalah lainnya
(masalah 2 dstnya)
- Untuk mengisi nilai kriteria (S), lakukan
juga hal yang sama
- Demikian juga untuk nilai kriteria (G)
- Isi nilai total setiap masalah dengan
perkalian nilai kriteria (U) x(S) x(G).
- Tuliskan urutan prioritas dari total nilai
yang terbesar sampai yang terkecil.
- Urutan prioritas masalah adalah :
(1) .........................................
(2) .........................................
(3) .........................................

Latihan 5 Merumuskan Masalah


Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim)
Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok :
Masalah yang menjadi prioritas, dilakukan
pengkajian :
- Apa masalah tersebut ?
- Siapa yang terkena ?

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 233


- Berapa besar masalah tersebut (dalam
jumlah nominal) dalam persen/ dalam
luas wilayah yang terkena dsb)
- Dimana lokasi terjadinya?
- Bilamana kurun waktu tertentu (musim
tertentu dll)
Buatlah dalam rumusan pernyataan
masalah (problem Statement) meliputi : 4W,
1 H tersebut.

Latihan 6. Menentukan Akar Penyebab Masalah


Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim)
Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok :
Menentukan metode yang akan digunakan
Tuliskan masalah prioritas yang akan
ditelusuri akar penyebabnya
Ikuti langkah-langkah dari metode yang
dipilih pada halaman 8 dan 9, modul ini.
Dalam mengisi tulang ikan pada Diagram
Ishikawa atau kotak-kotak pada diagram
pohon masalah, harus melibatkan semua
naggota tim. Penentuannya harus
berdasarkan data/ fakta. Ingat dan
gunakan hasil analisis data pada latihan 1.
Buat kesimpulan akar penyebab masalah
yaitu :....................

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 234


Latihan 7. Menentukan Cara Pemecahan
Masalah
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim)
Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok :
Review hasil prioritas masalah dan akar
penyebab dari setiap masalah prioritas
tersebut.
Buat tabel cara pemecahan masalah
(contoh tabel pada halaman 10)
Lakukan brainstorming, agar setiap
anggota kelompok berpartisipasi
menyampaikan usulan alternatif
pemecahan masalah .
Buat kesepakatan tentang pemecahan
masalah yang terpilih, atau penentuannya
dilakukan dengan menggunakan metode
matriks USG/ MCUA, dll
Tuliskan hasilnya pada kotak Pemecahan
Masalah Terpilih.
Hasil ini akan menjadi bahan penyusunan
RUK.

Latihan 8. Menyusun RUK


Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim)
Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok :

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 235


Pelajari format RUK (matriks RUK) pada
halaman 11
Susunlah RUK Upaya Kesehatan Wajib,
menggunakan matriks tersebut. Gunakan
hasil analisis data dan informasi
Puskesmas, serta hasil langkah-langkah
pemecahan masalah
Identifikasi Upaya Kesehatan
Pengembangan yang akan dilaksanakan di
Puskesmas saudara. Hasil analisis data
format 1,3,5,9 dan 11, dapat membantu
dalam menentukan Upaya Kesehatan
Pengembangan, atau berdasar hasil SMD
dll.
Susunlah RUK Upaya Kesehatan
Pengembangan menggunakan matriks
(contoh matriks pada halaman 12 )
Gabunglah RUK Upaya kesehatan Wajib
dan Upaya Kesehatan Pengembangan
sebagai Rencana Tahunan Puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 236


STUDI KASUS INTEGRASI LAYANAN
KOMPREHENSIF HIV-AIDS
BERKESINAMBUNGAN DALAM MANAJEMEN
PUSKESMAS

Skenario 1
Puskesmas A terletak di Kota epidemi terkonsentrasi
HIV-AIDS tetapi belum punya program dan tidak ada
data kasus/laporan, bagaimana perencanaan
puskesmas tersebut?

Skenario 2
Puskesmas B belum punya program HIV-AIDS, tetapi
ada data temuan kasus di lapangan/media massa yang
mengarah ke HIV-AIDS seperti balita gizi buruk, pasien
TB yang tidak sembuh setelah pengobatan.

Skenario 3
Puskesmas C sudah punya klinik IMS, di wilayah
kerjanya terdapat daerah pertambangan, atau daerah
wisata, bagaimana perencanaan puskesmas tersebut?

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 237


Penjelasan Skenario :
Harus dapat menjawab tahapan perencanaan
1. Proses persiapan
Puskesmas membuat tim perencanaan di internal.
Tim perencanaan terdiri dari tim pengumpul data
dan analisa data
2. Proses pengumpulan data

A. Data umum :

1) Peta wilayah kerja Puskesmas mencakup :


Fasilitas pelayanan kesehatann (RSUD, RS
Swasta, Klinik, Pustu)
Luas wilayah, jumlah desa/dusun/ RT/
RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu
tempuh ke Puskesmas.
Lokalisasi / daerah risiko tinggi
Fasilitas umum
Data ini dapat diperoleh di kantor
kelurahan/desa/kecamatan atau internet.
2) Data sumber daya. Data ini mencakup
sumberdaya Puskesmas termasuk Puskesmas
pembantu dan bidan di desa, yang mencakup :
Ketenagaan
Obat dan Bahan habis pakai
Peralatan
Pembiayaan yang berasal dari pemerintah,
masyarakat, dan lain lain.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 238


3) Sarana dan prasarana termasuk gedung, rumah
dinas, komputer, mesin tik, meubelair,
kendaraan
4) Data Peran serta masyarakat, mencakup :
Jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan
tokoh masyarakat
LSM
UKBM / kemitraan
5) Data sasaran program.
6) Data penduduk mencakup jumlah penduduk
seluruhnya berdasarkan jenis kelamin,
kelompok umur (sesuai sasaran program),
sosio ekonomi, pekerjaan, pendidikan,
keluarga miskin (persentase di tiap
desa/kelurahan). Data ini dapat diperoleh
dikantor kelurahan/desa, kantor kecamatan
dan data estimasi sasaran di Dinas kesehatan
kabupaten/kota.
7) Data sekolah mencakup jenis sekolah yang ada,
jumlah siswa, klassifikasi sekolah, UKS,
jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS, dll.
8) Data kesehatan lingkungan wilayah kerja
Puskesmas mencakup : lingkungan rumah
sehat, tempat pembuatan makanan/minuman,
tempat tempat umum, tempat pembuangan
sampah, sarana air bersih, jamban keluarga
dan sistim pembuangan air limbah.
9) Data tempat yang berpotensi menjadi tempat
penularan HIV-AIDS (hotspot) seperti :

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 239


lokalisasi, tempat hiburan malam, tempat
penginapan, dll

B. Data khusus :
1) Status kesehatan yang terdiri dari data
kematian, kunjungan kesakitan, pola penyakit
yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan.
2) Kejadian luar biasa dapat dilihat pada laporan
W1(Simpus).
3) Cakupan program pelayanan kesehatan 1(satu)
tahun terakhir di tiap desa/kelurahan
terutama data ibu hamil.
4) Hasil survei yang dilakukan sendiri oleh
Puskesmas atau pihak lain.

C. Data hasil survey :


Survei yang dilakukan oleh puskesmas sendiri.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 240


Skenario 1
Puskesmas A terletak di Kota epidemi terkonsentrasi
HIV-AIDS (menurut laporan survelaince), tetapi belum
punya program dan tidak ada data kasus/laporan,
Bagaimana perencanaan puskesmas tersebut?

Data Umum :
1. Jumlah Penduduk : 42.000 orang, Laki-laki :
22.854, Perempuan : 19.146.
2. Tingkat ekonomi : penduduk menengah kebawah.
Jumlah keluarga miskin
(persentase di tiap desa/kelurahan)
3. Pekerjaan :
Buruh pabrik : 37,54%
Petani : 47,57%
PNS/TNI/POLRI : 1,19%
Pedagang : 13,70%

4. Pendidikan
Tidak tamat SD : 7,25%
SD/MI : 30,78%
SLTP/MTS : 27,59%
SLTA/MA : 33,95%
PERGURUAN TINGGI : 0,43%

5. Data sekolah :
Klasifikasi Sekolah :

TK : 8
SD ; 17
MI : 3
SLTP ; 3
MTS ; 3

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 241


SMU ; 1
MA ; 1
SEKOLAH TINGGI ; 1
PONDOK PESANTREN ; 10
SLB ; 1
UKS
Jumlah Guru UKS : 15
Jumlah Dokter Kecil : 20

6. Data Peran Serta Masyarakat :


Jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan
tokoh masyarakat
LSM
UKBM / kemitraan

7. Data Lapas / Rutan : -


8. Data Kesehatan Lingkungan Wilayah Kerja
Puskesmas mencakup :
Lingkungan rumah sehat
Tempat pembuatan makanan/minuman,
tempat tempat umum,
Tempat pembuangan sampah
Sarana air bersih
Jamban keluarga
Sistim pembuangan air limbah.

9.Data tempat yang berpotensi menjadi tempat


penularan HIV-AIDS (hotspot) :
Lokalisasi,
Tempat hiburan malam/karaoke
Tempat penginapan
Salon, Spa, Panti Pijat

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 242


10.Peta Wilayah Kerja Puskesmas mencakup :
Fasilitas pelayanan kesehatan (RSUD, RS Swasta,
Klinik, Pustu)
Luas wilayah, jumlah desa/dusun/ RT/ RW, jarak
desa dengan Puskesmas, waktu tempuh ke
Puskesmas.
Lokalisasi / daerah risiko tinggi
Fasilitas umum
Data ini dapat diperoleh di kantor
kelurahan/desa/kecamatan atau internet.

Data Puskesmas :
1. Data sumber daya Puskesmas termasuk
Puskesmas Pembantu dan Bidan di desa, yang
mencakup :
Ketenagaan
Obat dan bahan habis pakai
Peralatan
Pembiayaan (berasal dari Pemerintah,
masyarakat dan lain-lain)
2. Sarana dan Prasarana : gedung, rumah dinas,
komputer, mesin tik, kendaraan
3. Data Fasilitas Kesehatan :
RS Swasta : 1
Klinik : 2
Pustu : 1
Poskesdes : 5 desa
Posyandu : 20 (kader aktif : 310)
4. Data Kesehatan Lingkungan :
Rumah sehat
Tempat pembuatan makanan/minuman

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 243


TTU
TPA
Sarana air bersih
Jamban Keluarga
Sistem pembuangan air limbah
5. Jumlah Sasaran Kelompok Khusus
WUS ; 11550
PUS ; 8604
Ibu hamil : 1,1 x CBR x 42000 = 462
orang
Ibu bersalin ; 1,05 X CBR X 42000 = 441
orang
Ibu nifas ; 1,05 x CBR x 42000 = 441
orang
Peserta KB ; 4376
6. Target :
K1 : 85 %,
K4 : 70%
7. Status kesehatan yang terdiri dari
Data Kematian (Jumlah kematian ibu
hamil dan bayi), penyebab kematian.
Data kunjungan kesakitan
Pola penyakit : 10 penyakit terbesar
8. Kejadian Luar Biasa ( laporan W1 / Simpus)
9. Cakupan program pelayanan kesehatan 1 tahun
terakhir di setiap desa/kelurahan terutama ibu
hamil
10. Hasil survei yang dilakukan Puskesmas atau
pihak lain
11. Data Kesakitan (mengarah ke HIV-AIDS) :
Data penderita TB baru BTA positif 30
orang

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 244


Data penderita TB terapi lengkap tetapi
tidak sembuh 1 orang
Data anak dengan gizi buruk yang sudah
diintervensi tidak mengalami perbaikan
3 orang
Data penderita diare persisten/kronis 10
orang
Analisa Data

Dari hasil pengumpulan data didapatkan :


o Data penderita TB baru BTA positif 30 orang
o Data penderita TB terapi lengkap tetapi tidak
sembuh 1 orang
o Data anak dengan gizi buruk yang sudah
diintervensi tidak mengalami perbaikan
o Data penderita diare persisten/kronis

Maka dari data di atas ditentukan masalah


utama di puskesmas tersebut :

1. TB
2. Gizi buruk
3. Diare

Kemudian dilakukan pemilihan prioritas masalah


dengan metode USG, dari hasil metode tersebut terpilih
masalah utama yaitu gizi buruk pada balita yang
sudah diintervensi tetapi tidak sembuh. Kemudian
dilakukan pencarian sebab masalah dengan pohon
masalah, fish bone.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 245


Diagram 6. Diagram Ishikawa Skenario 1

Lingkungan Alat
Pemeriksaan lab Metode
lengkap tidak
dilakukan

Timbangan
rusak
Tidak ada SOP gizbur

Gizi buruk
yang tidak
sembuh

SDM tidak terlatih

Material Manusia

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 246


Setelah dilakukan fishbone maka didapatkan penyebab
masalah :
1. SDM puskesmas tidak terlatih
2. Tidak dilakukan pemeriksaan lab lengkap
3. Timbangan rusak
4. SOP penatalaksanaan gizi buruk yang benar tidak
ada

Dari empat penyebab permasalahan dilakukan


pemilihan melalui metode scoring (Carol, Hanlon,
MCUA) didapatkan penyebab utama yaitu tidak
dilakukan pemeriksaan lab lengkap pada anak gizi
buruk.

Dengan mempertimbangkan puskesmas berada di kota


dengan epidemi terkonsentrasi, harus dipikirkan untuk
pemeriksaan tes HIV-AIDS pada anak tersebut.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 247


Tabel 27. Cara Pemecahan Masalah Skenario 1
No Prioritas Penyebab Alternatif Pemecahan Ket
Masalah Masalah Pemecahan Masalah
Masalah terpilih

1 Gizi Pemeriksaan Dilakukan Dilakukan Karena terletak


buruk lab lengkap pemeriksaan pemeriksaan di daerah
tidak lab lab epidemic
dilakukan Petugas terkonsentrasi
dilatih sebaiknya
dilakukan
pemeriksaan
HIV-AIDS
2 TB

3 Diare

Dst

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 248


Setelah dipilih pemecahan masalah, dituangkan ke
RUK

Tabel 28. Matrik Rencana Usulan Kegiatan Skenario 1


No Upaya Kegiatan Tuju Sasar Tar Kebutuhan Indikator Sumber
an an get sumberdaya keberha pembia
Keseha silan yaan
tan
Dana Alat Tenaga

1 Prom. Penyuluhan Orang


Kes. PHBS tua anak
(ibu dan
bapak)

2 Kes.
Lingk

3 KIA & KB Pemeriksaan


skrining HIV-
AIDS pada ibu
hamil

4 Gizi Pemeriksaan lab


Masy. lengkap pd balita
gizbur yg tidak
sembuh setelah
intervensi
5 P2M koordinasi lintas
program
Penyebaran
informasi HIV-
AIDS

6 Pengobat Pemberian * * * * *
an profilaksis pada
infeksi
opotunistik

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 249


Skenario 2
Puskesmas B belum punya program HIV-AIDS, tetapi
ada data temuan kasus di lapangan/Media Massa yang
mengarah ke HIV-AIDS yaitu pasien TB yang tidak
sembuh setelah pengobatan, data pengguna NAPZA
suntik
Data Umum :
1. Jumlah Penduduk: 37.000 orang, Laki-laki :
19.760, Perempuan : 17.240
2. Tingkat ekonomi : penduduk menengah, Jumlah
keluarga miskin (persentase di tiap
desa/kelurahan)
3. Pekerjaan :
Buruh pabrik : 17,37%
Petani : 10,53%
PNS/TNI/POLRI : 25.37%
Pedagang : 27.9%
Swasta :18.83%

4. Pendidikan
Tidak tamat SD : 0,17%
SD/MI : 17.89%
SLTP/MTS : 23,97%
SLTA/MA : 32,06%
PERGURUAN TINGGI : 25,82%

5.Data sekolah :
Klasifikasi sekolah
TK : 8
SD ; 10
MI : 3
SLTP ; 3
MTS ; 3

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 250


SMU ; 4
MA ; 2
SEKOLAH TINGGI ; 2
PONDOK PESANTREN ; 3
SLB ; 1
UKS
Jumlah Guru UKS : 10
Jumlah Dokter Kecil : 16

6. Data Peran Serta Masyarakat :


Jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan
tokoh masyarakat
LSM
UKBM / kemitraan

7. Data Lapas / Rutan : -


8. Data Kesehatan Lingkungan Wilayah Kerja
Puskesmas mencakup :
Lingkungan rumah sehat
Tempat pembuatan makanan/minuman,
tempat tempat umum,
Tempat pembuangan sampah
Sarana air bersih
Jamban keluarga
Sistim pembuangan air limbah.

9.Data tempat yang berpotensi menjadi tempat


penularan HIV-AIDS (hotspot) :
Lokalisasi,
Tempat hiburan malam/karaoke
Tempat penginapan
Salon, Spa, Panti Pijat

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 251


10. Peta Wilayah Kerja Puskesmas mencakup :
Fasilitas pelayanan kesehatann (RSUD, RS
Swasta, Klinik, Pustu)
Luas wilayah, jumlah desa/dusun/ RT/
RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu
tempuh ke Puskesmas.
Lokalisasi / daerah risiko tinggi
Fasilitas umum

Data ini dapat diperoleh di kantor


kelurahan/desa/kecamatan atau internet.

Data Puskesmas :
1. Data sumber daya Puskesmas termasuk
Puskesmas Pembantu dan Bidan di desa, yang
mencakup :
Ketenagaan
Obat dan bahan habis pakai
Peralatan
Pembiayaan (berasal dari Pemerintah,
masyarakat dan lain-lain)

2. Sarana dan Prasarana : gedung, rumah dinas,


komputer, mesin tik, kendaraan

3. Data Fasilitas Kesehatan :


RS Swasta : 2
Klinik : 4
Pustu : 2
Poskesdes : 4 desa
Posyandu : 17 (kader aktif : 215)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 252


4. Data Kesehatan Lingkungan :
Rumah sehat
Tempat pembuatan makanan/minuman
TTU
TPA
Sarana air bersih
Jamban Keluarga
Sistem pembuangan air limbah

5. Jumlah Sasaran Kelompok Khusus


WUS ; 9550
PUS ; 7644
Ibu hamil : 1,1 x CBR x 37000 = 407
orang
Ibu bersalin ; 1,05 X CBR X 37000 = 388
orang
Ibu nifas ; 1,05 x CBR x 37000 = 388
orang
Peserta KB ; 5542
Populasi kunci
6. Target :
K1 : 80 %,
K4 : 60%
7. Status kesehatan yang terdiri dari
Data Kematian (Jumlah kematian ibu
hamil dan bayi), penyebab kematian.
Data kunjungan kesakitan
Pola penyakit : 10 penyakit terbesar
8. Kejadian Luar Biasa ( laporan W1 / Simpus)
9. Cakupan program pelayanan kesehatan 1 tahun
terakhir di setiap desa/kelurahan terutama ibu
hamil

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 253


10. Hasil survei yang dilakukan Puskesmas atau
pihak lain
11. Data Kesakitan (mengarah ke HIV-AIDS) :
Data penderita TB baru BTA positif : 27
orang
Data penderita TB terapi lengkap tetapi
tidak sembuh : 3 orang
Data penasun remaja : 20 orang
Data penderita diare akut : 31 orang

Analisa Data

Dari hasil pengumpulan data didapatkan :


o Data penderita TB baru BTA positif 27 orang
o Data penderita TB terapi lengkap tetapi tidak
sembuh 3 orang
o Data penasun remaja 27 orang populasi
kunci
o Data diare akut 31 orang

Maka dari data di atas ditentukan masalah


utama di puskesmas tersebut :
1. TB
2. Penggunaan NAPZA suntik
3. Diare

Kemudian dilakukan pemilihan prioritas masalah


dengan metode USG dan Delbeque/Delphi ( untuk
mendapatkan pendapat lintas program, lintas
sektor, ahli, tokoh masyarakat dan agama, LSM
potensial), dari hasil metode tersebut terpilih
masalah utama yaitu penasun remaja. Kemudian
dilakukan pengkajian penyakit yang bisa timbul

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 254


disebabkan penggunaan NAPZA suntik yaitu HIV-
AIDS.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 255


Diagram 7. Diagram Ishikawa Skenario 2
Metode
Lingkungan Promosi kesehatan belum
Alat optimal
Tidak ada SOP
penatalaksanaan gizi buruk
Terdapat kelompok
beresiko yaitu penasun
Pemeriksaan
RDT belum Pemeriksaan lab HIV-
ada AIDSbelum dilakukan

Penasun yang
beresiko HIV
AIDS

Media penyuluhan SDM tidak terlatih


terbatas

Kader tidak terlatih

Material
Manusia

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 256


Setelah dilakukan fishbone maka didapatkan
penyebab masalah :
1. Nakes puskesmas tidak terlatih
2. Kader belum terlatih
3. Tidak ada pemeriksaan RDT (rapid
diagnostic test)
4. SOP penatalaksanaan NAPZA suntik
yang benar tidak ada
5. Promosi kesehatan belum optimal
6. Terdapat kelompok beresiko
7. Media penyuluhan belum lengkap

Dari tujuh penyebab permasalahan dilakukan


pemilihan melalui metode scoring (Carol,
Hanlon, MCUA) didapatkan tidak dilakukan
pemeriksaan HIV. Dengan mempertimbangkan
puskesmas berada di kota dengan epidemi
terkonsentrasi, harus dipikirkan untuk
pemeriksaan tes HIV-AIDS pada anak tersebut.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 257


Tabel 29. Cara Pemecahan Masalah Skenario 2
No Prioritas Penyebab Alternatif Pemecahan Ket
Masalah Masalah Pemecahan Masalah
Masalah terpilih
1 Penggunaan 1. Nakes puskesmas 1. Pelatihan Penyediaan RDT Upaya
NAPZA suntik tidak terlatih nakes pemecahan
yang bersiko 2. Kader belum 2. Pelatihan lainnya
HIV AIDS terlatih kader dilakukan secara
3. Tidak ada 3. Penyediaan bersinergi sesuai
pemeriksaan RDT RDT dengan
(rapid diagnostic 4. Penyusunan kemampuan
test) SOP puskesmas
4. SOP 5. Optimalisasi
penatalaksanaan promkes dg
NAPZA suntik memanfaatka
yang benar tidak n berbagai
ada sarana
5. Promosi
2 TB yang tidak
sembuh

3 Diare akut

Dst

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 258


Setelah dipilih pemecahan masalah, dituangkan ke RUK.
Tabel 30. Matrik RUK Skenario 2

N Upaya Kegiatan Tujua Sasaran Target Kebutuhan Indikator Sumber


o Kesehat n sumberdaya keberha pembia
an silan yaan

Da Alat Tenaga
na
1 Prom. Penyuluhan PHBS, Remaja, anak
Kes. kampanye ABAT sekolah,
(aku banggaaku masyarakat,
tahu) orang tua
siswa

2 Kes. Sosialisasi
Lingk pengelolaan limbah
jarum suntik

3 KIA & Pemeriksaan


KB skrining HIV-AIDS
pada ibu hamil

4 Gizi KIE tentang gizi


Masy. pada penasun

5 P2M Surveilans penasun


dan penyakit yang
beresiko, klinik
KTS, layanan alat
suntik steril

6 Pengob Pengembangan
atan program terapi
rumatan metadon

7 Laborat Penyediaan RDT


orium

8 Perkes Kunjungan rumah


mas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 259


Skenario 3
Puskesmas C sudah punya klinik IMS, di wilayah
kerjanya terdapat daerah pertambangan, daerah
wisata, dan dekat dengan LAPAS/RUTAN bagaimana
perencanaan puskesmas tersebut?
Data Umum :
1. Jumlah Penduduk: 48.000 orang, Laki-laki :
25.632, Perempuan : 22.368
2. Tingkat ekonomi : penduduk menengah Jumlah
keluarga miskin
(persentase di tiap desa/kelurahan)
3. Pekerjaan :
Buruh pabrik : 15,37%
Petani : 8,53%
PNS/TNI/POLRI : 17,37%
Pedagang : 27,9%
Swasta : 30,83%

4. Pendidikan
Tidak tamat SD : 0,26%
SD/MI : 23.89%
SLTP/MTS : 22,97%
SLTA/MA : 32,06%
PERGURUAN TINGGI : 20,82%

5. Data sekolah :
Klasifikasi sekolah :
TK : 8
SD ; 12
MI : 3
SLTP ; 3
MTS ; 3

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 260


SMU ; 5
MA ; 2
SEKOLAH TINGGI ; 2
PONDOK PESANTREN ; 3
UKS
Jumlah Guru UKS : 12
Jumlah Dokter Kecil : 15

6. Data Peran Serta Masyarakat :


Jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan
tokoh masyarakat
LSM
UKBM / kemitraan
7. Data Lapas / Rutan : 1
8. Data Kesehatan Lingkungan Wilayah Kerja
Puskesmas mencakup :
Lingkungan rumah sehat
Tempat pembuatan makanan/minuman,
tempat tempat umum,
Tempat pembuangan sampah
Sarana air bersih
Jamban keluarga
Sistim pembuangan air limbah.

9.Data tempat yang berpotensi menjadi tempat


penularan HIV-AIDS (hotspot) :
Lokalisasi,
Tempat hiburan malam/karaoke
Tempat penginapan
Salon, Spa, Panti Pijat

10.Peta Wilayah Kerja Puskesmas mencakup :

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 261


Fasilitas pelayanan kesehatann (RSUD, RS
Swasta, Klinik, Pustu)
Luas wilayah, jumlah desa/dusun/ RT/
RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu
tempuh ke Puskesmas.
Lokalisasi / daerah risiko tinggi
Fasilitas umum
Data ini dapat diperoleh di kantor
kelurahan/desa/kecamatan atau internet.

Data Puskesmas :
1. Data sumber daya Puskesmas termasuk
Puskesmas Pembantu dan Bidan di desa, yang
mencakup :
Ketenagaan
Obat dan bahan habis pakai
Peralatan
Pembiayaan (berasal dari Pemerintah,
masyarakat dan lain-lain)

2. Sarana dan Prasarana : gedung, rumah dinas,


komputer, mesin tik, kendaraan
3. Data Fasilitas Kesehatan :
RS Swasta : 3
Klinik Swasta : 4
Klinik Lapas : 1
Pustu : 3
Poskesdes : 7 desa
Posyandu : 21 (kader aktif : 325)
4. Data Kesehatan Lingkungan :
Rumah sehat
Tempat pembuatan makanan/minuman
TTU

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 262


TPA
Sarana air bersih
Jamban Keluarga
Sistem pembuangan air limbah

5. Jumlah sasaran kelompok khusus


WUS ; 12550
PUS ; 8795
Ibu hamil : 1,1 x CBR x 48000 = 528
orang
Ibu bersalin ; 1,05 X CBR X 48000 = 504
Ibu nifas ; 1,05 x CBR x 48000 = 504
Peserta KB ; 7582
6. Target :
K1 : 85 %
K4 : 60 %

7. Status kesehatan yang terdiri dari


Data Kematian (Jumlah kematian ibu
hamil dan bayi), penyebab kematian.
Data kunjungan kesakitan
Pola penyakit : 10 penyakit terbesar

8. Kejadian Luar Biasa ( laporan W1 / Simpus)


9. Cakupan program pelayanan kesehatan 1 tahun
terakhir di setiap desa/kelurahan terutama ibu
hamil
10. Hasil survei yang dilakukan Puskesmas atau
pihak lain
11. Data temuan kasus di lapangan
Ibu hamil yang mengalami IMS berulang
2 orang
Remaja mengalami IMS 13 orang

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 263


Pasien TB 14 orang, tidak sembuh 3
orang
Pasien diare kronis 3 orang
Herpes simpleks berulang 1 orang

Analisis data :
Dari hasil pengumpulan data didapatkan :
Ibu hamil yang mengalami IMS berulang 2
orang
Remaja mengalami IMS 13 orang
Pasien TB 14 orang, tidak sembuh 3 orang
Pasien diare kronis 3 orang
Herpes simpleks berulang 1 orang

Maka dari data di atas ditentukan masalah utama di


puskesmas tersebut :
1. IMS
2. TB
3. Diare
4. Herpes simpleks

Kemudian dilakukan pemilihan prioritas masalah


dengan metode USG dan Delbeque/Delphi ( untuk
mendapatkan pendapat lintas program, lintas sektor,
ahli, tokoh masyarakat dan agama, LSM potensial),
dari hasil metode tersebut terpilih masalah utama yaitu
IMS. Kemudian dilakukan pengkajian penyakit yang
dapat menyertai IMS yaitu HIV-AIDS, sehingga perlu
mendapat perhatian.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 264


Diagram 8. Diagram Ishikawa Skenario 3
Metode
Lingkungan
Alat Sasaran Promosi
SOP belum lengkap kesehatan belum tepat
Banyak lokasi
penularan IMS Penapisan rutin IMS dan HIV-
yang perlu AIDS belum menjangkau ke
Pemeriksaan
diwaspadai RDT belum ada Pemeriksaan lab HIV AIDS semua kelompok beresiko
belum dilakukan di klinik
Jejaring kerja belum IMS
berjalan optimal
IMS yang
berulang dengan
resiko HIV AIDS
Nakes tidak terlatih

Media penyuluhan terbatas


Kader tidak terlatih

Material
Manusia

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 265


Setelah dilakukan fishbone maka didapatkan penyebab masalah :
1. Penapisan rutin pada lokasi rawan dan kelompok beresiko belum dilakukan
2. Nakes puskesmas tidak terlatih
3. Kader belum terlatih
4. Tidak ada pemeriksaan RDT (rapid diagnostic test)
5. SOP belum lengkap
6. Promosi kesehatan belum optimal
7. Terdapat kelompok beresiko
8. Media penyuluhan belum lengkap
9. Jejaring puskesmas belum berjalan optimal

Dari sembilan penyebab permasalahan dilakukan pemilihan melalui metode scoring (Carol,
Hanlon, MCUA) didapatkan masalah penapisan rutin pada lokasi rawan dan kelompok
resiko belum dilakukan, dengan mempertimbangkan puskesmas berada di daerah
pertambangan, daerah wisata, dan dekat dengan LAPAS/RUTAN.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 266


No Prioritas Penyebab Alternatif Pemecahan Ket
Masalah Masalah Pemecahan Masalah terpilih
Masalah
1 IMS berulang 1. Penapisan rutin pada lokasi rawan 1. Melakukan penapisan rutin tiap Melakukan penapisan rutin tiap
dan kelompok beresiko belum bulan di lokasi rawan bulan di lokasi rawan dengan
dilakukan 2. Penguatan jejaring dengan penggunaan RDT
2. Nakes puskesmas tidak terlatih lintas program, lintas sektor,
3. Kader belum terlatih swasta, LAPAS, lokasi
4. Tidak ada pemeriksaan RDT (rapid tambang dan LSM potensial
diagnostic test) 3. Pelatihan nakes
5. SOP belum lengkap 4. Melengkapi klinik IMS dengan
6. Promosi kesehatan belum optimal pemeriksaan RDT
7. Terdapat kelompok beresiko
8. Media penyuluhan belum lengkap
9. Jejaring puskesmas belum berjalan
optimal
2 TB
3 Herpes simpleks

4 Diare
6
dst
Tabel 31. Cara Pemecahan Masalah Skenario 3

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 267


Setelah dipilih pemecahan masalah, dituangkan ke RUK. Tabel 32. Matrik RUK Skenario 3
No Upaya Kegiatan TujuanSasaran Target Kebutuhan sumberdaya Indikator Sumber
Kesehatan keberha Pembiayaan
DanaAlat Tenaga silan
1 Prom. Kes. Penyuluhan PHBS, kampanye Remaja, anak sekolah,
ABAT (aku bangga aku tahu) masyarakat, orang tua
siswa

2 Kes. Lingk Sosialisasi pengelolaan limbah


jarum suntik
3 KIA & KB Pemeriksaan skrining HIV-AIDS
pada ibu hamil

4 Gizi Masy. KIE tentang gizi pada penasun

5 P2M 1. Surveilans penasun dan penyakit


yang beresiko, klinik KTS,
layanan alat suntik steril.

2. Pelatihan KPP HIV AIDS bagi


petugas Lapas

6 Pengobatan Pengembangan program terapi


rumatan metadon

7 LaboratoriumPenyediaan RDT * * * * * * Usulan penyediaan


RDT kepada dinkes
Kab/Kota

8 Perkesmas Kunjungan rumah

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 268


Target PPIA :
Puskesmas A :
Jumlah Ibu hamil: 462 orang
Cakupan K1 85%
Jumlah ibu hamil yang harus diperiksa : X
462 orang = 392 orang
Di perkirakan dari 392 orang yang di tawarkan
pemeriksaan HIV, 95 % akan setuju untuk melakukan
pemeriksaan HIV
Perkiraan RDT yang harus diminta Puskesmas 95% X
392 = 372 buah

Puskesmas B :
Jumlah Ibu hamil: 407 orang
Cakupan K1 80%
Jumlah ibu hamil yang harus diperiksa : X 407
orang = 325 orang
Di perkirakan dari 325 orang yang di tawarkan
pemeriksaan HIV, 95 % akan setuju untuk melakukan
pemeriksaan HIV
Perkiraan RDT yang harus diminta Puskesmas 95% X
325 = 308 buah

Puskesmas C :
Jumlah Ibu hamil: 528 orang
Cakupan K1 85%
Jumlah ibu hamil yang harus diperiksa : X 528
orang = 448 orang

Di perkirakan dari 448 orang yang di tawarkan


pemeriksaan HIV, 95 % akan setuju untuk melakukan
pemeriksaan HIV

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 269


Perkiraan RDT yang harus diminta Puskesmas 95% X
448 = 426 buah

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 270


MODUL 5
MENGELOLA LOKAKARYA MINI PUSKESMAS

I. DESKRIPSI SINGKAT

Dalam melaksanakan manajemen puskesmas,


langkah selanjutnya setelah tersusunnya rencana
tahunan puskesmas adalah penggerakkan
pelaksanaan, termasuk pemantauannya. Hal tersebut
dilaksanakan melalui suatu kegiatan pertemuan yang
terencana yaitu Lokakaya Mini.

Melalui pelaksanaan lokakarya mini, puskesmas


melakukan penggalangan kerjasama baik lintas
program maupun lintas sector. Dengan kerjasama
yang baik, diharapkan seluruh program yang tertuang
dalam Rencana Tahunan Puskesmas, dapat
terlaksana dan mencapai hasil seoptimal mungkin.

Modul ini akan membahas tentang Lokakarya Mini,


mulai dari Konsep, Tahapan Kegiatan, sampai pada
penyelenggaraannya, meliputi Lokakarya Mini
Bulanan Yang Pertama Dan Rutin, Serta Lokakarya
Mini Tribulan Yang Pertama Dan Rutin.
Metode yang digunakan : ceramah tanya jawab,
diskusi kelompok dan role playing, sehingga peserta
dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran
modul ini.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 271


II. TUJUAN

Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti sesi ini, peserta latih mampu


melakukan penggalangan kerjasama tim baik
lintas program maupun lintas sektor melalui
pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan dan
Tribulanan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu:


1. Menjelaskan Konsep Lokakarya Mini
2. Melaksanakan Lokakarya Mini Bulanan
Puskesmas Pertama dan Rutin
3. Melaksanakan Lokakarya Mini Tribulan Lintas
Sektor Pertama dan Rutin

III.POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

A. Konsep Lokakarya Mini :


1. Pengertian
2. Tujuan
3. Konsep
4. Ruang lingkup

B. Lokakarya mini bulanan puskesmas


1. Pengertian Dan Tujuan
2. Tahapan Kegiatan Lokakarya Mini

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 272


3. Lokakarya Mini Bulanan Pertama
Pengertian dan Tujuan
Pelaksanaan
Penyelenggaraan
4. Lokakarya Mini Bulanan Rutin
Pengertian dan Tujuan
Pelaksanaan
Penyelenggaraan

C. Lokakarya Mini Tribulan Lintas Sektor :


1. Tujuan
2. Tahap kegiatan
3. Pelaksanaan Lokakarya Mini Tribulan yang
Pertama dan Rutin
4. Penyelenggaraan Lokakarya Mini Tribulan
yang Pertama dan Rutin

IV. LANGKAH-LANGKAH

Langkah 1 : Pengkondisian (20 menit)

a. Fasilitator memulai dengan memperkenalkan


identitas diri. Kemudian menyampaikan tujuan
pembelajaran, metode yang digunakan, mengapa
materi ini penting dalam pelatihan manajemen
puskesmas dan bagaimana keterkaitannya dengan
modul yang lainnya.

b. Fasilitator mengajukan pertanyaan-pertanyaan


kepada peserta yang berkaitan dengan topik

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 273


pembelajaran. Juga memberi kesempatan kepada
peserta yang sudah mempunyai pengalaman dalam
melaksanakan lokakarya mini untuk berbagi
pengalaman.

c. Fasilitator memberikan motivasi pada peserta,


dengan cara memberi tanggapan terhadap
pengalaman peserta lainnya.
Langkah 2 : Membahas Pokok Bahasan (225
menit/ 5JPL @45 menit)

Secara singkat fasilitator menyampaikan


rangkuman isi pokok bahasan 1 sampai pokok
bahasan 3. Selanjutnya fasilitator
mempersilakan peserta untuk menanggapi
uraian tersebut.
Memberi penugasan diskusi kelompok peserta
dibagi 3 kelompok. Kelompok I
mendiskusikan pokok bahasan 1, Kelompok II
mendiskusikan pokok bahasan 2 dan
Kelompok III mendiskusikan pokok bahasan 3.
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya, dan peserta lain menanggapi.
Berdasarkan hasil presentasi serta tanggapan
peserta, fasilitator menyampaikan ulasan dan
kesimpulan.

Langkah 3 : Melakukan Role Playing Lokakarya


Mini Bulanan Pertama (90 menit)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 274


a. Fasilitator meminta peserta untuk memilih
peserta 10 orang diantaranya yang akan
menjadi pemeran (aktor) dalam role playing
lokakarya mini bulanan pertama. Kemudian
dipilih juga 6 orang sebagai pengamat
b. Setelah terpilih, fasilitator memberikan arahan
kepada 10 orang tersebut, sesuai dengan
petunjuk penugasan 2, dihalaman 30-31
modul ini. Demikian juga kepada pengamat
diberikan arahan.
c. Kegiatan selanjutnya sesuai dengan petunjuk
penugasan. Perhatikan apakah hasil lokmin
tercapai.

Langkah 4 : Melakukan Role Playing Lokakarya


Mini Bulanan Rutin (90 Menit)

a. Fasilitator meminta peserta memilih lagi 10


orang yang berbeda dengan Role Playing
pertama.
b. Fasilitator memberi arahan kepada pemeran role
play dan pengamat, sebagaimana tercantum
pada petunjuk penugasan 3 dihalaman 32-33
modul ini.
c. Perhatikan apakah hasil lokmin tercapai.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 275


Langkah 5 : Melakukan Role Playing Lokakarya
Mini Tribulanan Pertama

a. Fasilitator meminta 10 orang peserta yang belum


memerankan role playing sebelumnya, serta 6
orang observer.
b. Fasilitator memberi arahan kepada pemeran role
play dan observer (secara terpisah) sesuai
petunjuk penugasan 4 dihalaman 34-35 modul
ini.
c. Perhatikan apakah lokmin mencapai hasil yang
diharapkan.

Langkah 6 :Rangkuman (25 menit)

Setelah peserta selesai Diskusi dan Role Playing,


selanjutnya fasilitator merangkum seluruh materi
yang telah diberikan dan memberikan feedback
terhadap hasil penyajian diskusi dan role playing.
Berikan penekanan tentang kiat-kiat mengelola
lokakarya mini agar mencapai hasil yang
diharapkan.

V. EVALUASI

A. Evaluasi dilakukan dengan cara melakukan


pengamatan terhadap peserta selama proses
pembelajaran.
B. Evaluasi formatif dilakukan selama proses belajar
mengajar dengan mengajukan pertanyaan-

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 276


pertanyaan sesuai dengan materi yang telah
disampaikan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 277


VI. BAHAN RUJUKAN
A. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
Dep. Kesehatan RI, Pedoman Lokakarya mini
puskesmas. Tahun 2006
B. Bahan Bacaan/ Modul Latihan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 278


URAIAN MATERI

A. KONSEP LOKAKARYA MINI

1. Pengertian Lokakarya Mini


Lokakarya mini di Puskesmas dapat dibedakan
menjadi 2 hal, yaitu Lokakarya Mini Bulanan dan
Lokakarya Mini Tribulan, dimana tujuan dari dua
macam Lokakarya Mini ini berbeda satu sama
lainnya.
Lokakarya Mini Bulanan adalah suatu kegiatan
pertemuan intern Puskesmas dalam rangka
pemantauan hasil kerja petugas Puskesmas
dengan cara membandingkan rencana kerja bulan
lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya
dan membandingkan cakupan kegiatan dari
daerah binaan dengan targetnya serta
tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.

Lokakarya Mini tribulan adalah suatu kegiatan


pertemuan lintas sektor secara tribulan dalam
rangka mengkaji hasil kegiatan kerjasama lintas
sektor dan tersusunnya rencana kerja tribulan
berikutnya.

2. Tujuan Lokakarya Mini


Tujuan umum Lokakarya Mini adalah
meningkatkan fungsi Puskesmas melalui
penggalangan kerjasama Tim baik lintas program

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 279


maupun lintas sektor serta terlaksananya kegiatan
Puskesmas sesuai dengan perencanaan.

Adapun tujuan khusus lokakarya mini di


Puskesmas adalah:
Tergalangnya kerjasama tim baik lintas
program maupun lintas sektor
Terpantaunya hasil kegiatan Puskesmas sesuai
dengan perencanaan
Teridentifikasinya masalah dan hambatan
dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas
Teridentifikasinya penyebab masalah serta
diupayakannya pemecahan masalah
Tersusunnya rencana kerja untuk periode
selanjutnya

3. Konsep Lokakarya Mini.


Sesuai dengan sistem Kesehatan Nasional tahun
2004 bahwa Puskesmas merupakan unit
pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Adapun fungsi Puskesmas ada tiga, yaitu sebagai
pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan
keluarga serta sebagai pusat pelayanan kesehatan
tingkat pertama.

Dalam melaksanakan kegiatannya puskesmas


mengacu pada 4 azas penyelenggaraan yaitu:
wilayah kerja, pemberdayaan masyarakat,
keterpaduan dan rujukan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 280


Puskesmas mempunyai kewenangan untuk
melakukan pengelolaan program kegiatannya,
untuk itu perlu didukung kemampuan manajemen
yang baik. Manajemen Puskesmas merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan
pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan
penilaian. Penerapan manajemen penggerakan
pelaksanaan dalam bentuk forum pertemuan yang
dikenal dengan Lokakarya mini.

4. Ruang Lingkup Lokakarya Mini


Pada dasarnya ruang lingkup Lokakarya Mini
meliputi dua hal pokok yaitu:

a. Lokakarya Mini Lintas Program


Memantau pelaksanaan kegiatan puskesmas
berdasarkan perencanaan dan memecahkan
masalah yang dihadapi serta tersusunnya
rencana kerja baru.

Pertemuan tersebut bertujuan :

Meningkatkan kerjasama antar petugas


intern Puskesmas, termasuk puskesmas
pembantu dan Bidan di Desa.
Mendapatkan kesepakatan untuk
melaksanakan kegiatan sesuai dengan
perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan
Kegiatan ( RPK)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 281


Meningkatkan motivasi petugas puskesmas
untuk dapat melaksanakan kegiatan sesuai
dengan perencanaan
Mengkaji pelaksanaan Rencana Kerja ( RPK
) yang telah disusun, memecahkan masalah
yang terjadi dan menyusun upaya
pemecahan dalam bentuk rencana kerja
yang baru.

b. Lokakarya Mini Lintas Sektor

Dalam rangka meningkatkan peran serta


masyarakat dan dukungan sektor-sektor yang
bersangkutan dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan.

Pertemuan dilaksanakan untuk :


Mendapatkan kesepakatan rencana kerja
lintas sektoral dalam membina dan
mengembangkan peran serta masyarakat
dalam bidang kesehatan
Mengkaji hasil kegiatan kerjasama,
memecahkan masalah yang terjadi serta
menyusun upaya pemecahan dalam bentuk
kerjasama.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 282


B. LOKAKARYA MINI BULANAN PUSKESMAS

1. Tujuan Lokakarya Mini Bulanan


a. Tujuan Umum
Terselenggaranya lokakarya bulanan intern
Puskesmas dalam rangka pemantauan hasil
kerja petugas puskesmas dengan cara
membandingkan rencana kerja bulan lalu dari
setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan
membandingkan cakupan kegiatan dari daerah
binaan dengan targetnya serta tersusunnya
rencana kerja bulan berikutnya.

b. Tujuan Khusus
1). Diketahuinya hasil kegiatan puskesmas
bulan lalu
2). Disampaikannya hasil rapat dari
kabupaten/kota kecamatan dan berbagai
kebijakan serta program
3). Diketahuinya hambatan/masalah dalam
pelaksanaan kegiatan bulan lalu.
4). Dirumuskannya cara pemecahan masalah
5). Disusunnya rencana kerja bulan baru

2. Tahapan Lokakarya Mini Bulanan


Ada 2 tahapan lokakarya mini bulanan yaitu :
a. Lokakarya Mini Bulanan Pertama
b. Lokakarya Mini Bulanan Rutin

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 283


3. Lokakarya Mini Bulanan Yang Pertama
a. Pengertian dan tujuan
Lokakarya Mini Bulanan yang pertama
merupakan Lokakarya penggalangan tim
diselenggarakan dalam rangka
pengorganisasian untuk dapat terlaksananya
rencana kegiatan Puskesmas (RPK).
Pengorganisasian dilaksanakan sebagai
penentuan penanggung jawab dan pelaksana
setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah
kerja. Seluruh program kerja dan wilayah kerja
Puskesmas dilakukan pembagian habis kepada
seluruh petugas puskesmas, dengan
mempertimbangkan kemampuan yang
dimilikinya.

b. Pelaksanaan Lokakarya mini bulanan yang


pertama,
adalah sbb :
1) Masukan
a) Penggalangan tim dalam bentuk
dinamika kelompok tentang peran,
tanggung jawab staf dan kewenangan
puskesmas
b) Informasi tentang kebijakan, program
dan konsep baru berkaitan dengan
puskesmas
c) Informasi tentang tata cara penyusunan
rencana kegiatan ( Plan Of Action)
Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 284


2) Proses
a) Inventarisasi kegiatan puskesmas
termasuk kegiatan lapangan/ daerah
binaan
b) Analisis beban kerja tiap petugas
c) Pembagian tugas baru termasuk
pembagian tanggung jawab daerah
binaan
d) Penyusunan rencana kegiatan (Plan Of
Action) Puskesmas tahunan
berdasarkan Rencana Pelaksanaan
Kegiatan Puskesmas (RPKP)

3) Keluaran
a) Rencana Kegiatan (Plan Of Action=POA)
Puskesmas tahunan
b) Kesepakatan bersama untuk
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
POA
c) Matriks pembagian tugas dan daerah
binaan

c. Penyelenggaraan lokakarya mini bulanan


pertama
Setelah dipahami tujuan dari lokakarya dan
dari tahapan kegiatan tersebut diatas, dapat
diketahui materi yang akan diberikan/
dibahas, maka selanjutnya untuk dapat

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 285


menyelenggarakan perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1) Pengarah : Kepala Puskesmas
2) Peserta
Seluruh petugas Puskesmas, termasuk
petugas Puskesmas Pembantu dan Bidan di
Desa .
3) Waktu
Waktu pelaksanaan Lokakarya mini
bulanan disesuaikan dengan kondisi dan
situasi Puskesmas serta kesepakatan
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Misalnya pada awal bulan atau hari sabtu
minggu pertama atau hari lain yang
dianggap tepat.
Demikian halnya dengan waktu
penyelenggaraan diatur oleh Puskesmas,
misalnya penyelenggaraan pada jam 10.00
sampai 15.00.
Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa
Lokakarya mini bulanan dilaksanakan
dengan melibatkan seluruh petugas
puskesmas tanpa mengganggu aktivitas
pelayanan serta dapat tercapai tujuan.
4) Tempat
Diupayakan agar lokakarya mini dapat
diselenggarakan di puskesmas, apabila
tidak memungkinkan dapat menggunakan
tempat lain yang lokasinya berdekatan
dengan puskesmas. Ruang yang dipakai

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 286


hendaknya cukup untuk menampung
semua peserta.
5) Acara
Pada dasarnya susunan acara Lokakarya
Mini bulanan bersifat dinamis, dapat
disusun sesuai dengan kebutuhan,
ketersediaan waktu dan kondisi Puskesmas
setempat.

Lokakarya Mini adalah sbb:


a. Persiapan
Penentuan dan pemberitahuan tentang
waktu adalah (Hari, Tanggal, Jam )
Penyiapan tempat berbentuk tapal kuda
atau huruf U
Penyiapan peralatan ; papan tulis,
kertas flipchart, spidol.
Membuat visualisasi RPK, dan atau
penggandaan format RPK yang sudah
terisi untuk tahun yang sedang berjalan.
Formulir POA puskesmas.
Formulir rencana kerja bulanan.

b. Pelaksanaan
Kepala Puskesmas/ Pimpinan rapat
membuka dan menyampaikan tujuan
serta agenda lokakarya mini bulanan
pertama ini.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 287


Membuka dinamika kelompok atau lebih
tepat bina suasana, agar terjalin
suasana kondusif di antara semua staf
puskesmas. Metode yang dapat
digunakan oleh setiap orang di
antaranya adalah : Brainstorming, yaitu
minta setiap orang secara bergiliran
menyampaikan apa pendapat/
perasaannya selama pelaksanaan
kegiatan tahunan yang lalu apakah
sudah merasa puas? atau metode
Buzzgroup yaitu minta berpasangan dua
orang dulu saling bercerita perasaan/
pengalaman yang paling terkesan
selama pelaksanaan kegiatan tahun
lalu, kemudian bergabung empat-empat
orang, kemudian berdelapan sampai
terdengar suasana riuh.
Penjelasan tentang RPK oleh Kepala
Puskesmas/ Pimpinan rapat.
Beri waktu untuk tanya jawab
Penjelasan apabila ada program baru
untuk tahun yang sedang berjalan.
Menyusun Plan Of Action (POA)
Puskesmas Tahunan yang sedang
berjalan.
Berdasarkan RPK, disusun POA
puskesmas satu tahun tersebut,
menggunakan format POA yang sudah
biasa dipakai oleh puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 288


Pengorganisasian untuk dapat
terlaksananya rencana pelaksanaan
kegiatan puskesmas, yaitu dengan
menentukan para penanggung jawab
dan pelaksanan untuk setiap kegiatan
serta untuk setiap satuan wilayah kerja.
Dalam hal ini dilakukan analisis beban
kerja secara praktis dan sederhana,
yaitu :

- Inventarisasi seluruh program kerja


dan kegiatan serta wilayah kerja.
- Inventarisasi seluruh petugas
puskesmas dan kemampuan yang
dimilikinya.
- Bagi habis seluruh program kerja
dan kegiatan serta wilayah kerja
kepada seluruh petugas puskesmas
dengan mempertimbangkan
kemampuan dan beban kerja yang
merata. Hasilnya berupa matriks
pembagian tugas/ beban kerja dan
wilayah kerja/ daerah binaan.
Contoh matriks

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 289


No Nama Program Kegiatan Sasaran Target Lokasi
petugas Kegiatan

Kepala Puskesmas/Pimpinan rapat


memfasilitasi tercapainya kesepakatan
untuk melaksanakan POA ada beberapa
cara yaitu :
- Melakukan ikrar bersama secara
lisan
- Membuat ikrar tertulis yang ditanda
tangani semua petugas
- POA dilampiri dengan pernyataan
semua petugas untuk
melaksanakannya

4. Lokakarya Mini Bulanan Rutin


a. Pengertian dan tujuan
Lokakarya bulanan puskesmas ini
diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari
lokakarya mini bulanan yang pertama.
Lokakarya bulanan rutin ini dilaksanakan untuk
memantau pelaksanaan POA puskesmas, yang

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 290


dilakukan setiap bulan secara teratur.
Penanggung jawab penyelenggaraan lokakarya
mini bulanan adalah kepala puskesmas, yang
dalam pelaksanannya dibantu staf puskesmas
dengan mengadakan rapat kerja seperti
biasanya. Fokus utama lokakarya mini bulanan
rutin adalah : ditekankan kepada masalah
pentingnya kesinambungan arah dan kegiatan
antara hal-hal yang direncanakan, pelaksanaan
serta hasilnya, agar kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan tersebut dapat berhasil guna dan
berdaya guna

b. Pelaksanaan lokakarya mini bulanan rutin


Pelaksanaan lokakarya mini bulanan rutin
puskesmas adalah sebagai berikut:
1) Masukan
a) laporan hasil kegiatan bulan lalu.
b) Informasi tentang hasil rapat di
kabupaten/ kota
c) Informasi hasil rapat di kecamatan
d) Informasi tentang kebijakan, program
dan konsep baru

2) Proses
a) Analisis hambatan dan masalah,
antara lain dengan menggunakan
PWS
b) Analisis sebab masalah, khusus
untuk mutu dikaitkan dengan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 291


kepatuhan terhadap standar
pelayanan
c) Merumuskan alternatif pemecahan
masalah

3) Keluaran
a) Kesepakatan untuk melaksanakan
kegiatan
b) Rencana kerja bulanan yang baru

c. Penyelenggaraan lokakarya mini bulanan


rutin
1) Pengarah : Kepala Puskesmas

2) Peserta
Seluruh petugas Puskesmas, termasuk
petugas Puskesmas Pembantu dan Bidan di
Desa .

3) Waktu
Waktu pelaksanaan Lokakarya mini
bulanan disesuaikan dengan kondisi dan
situasi Puskesmas serta kesepakatan
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Misalnya pada awal bulan atau hari sabtu
minggu pertama atau hari lain yang
dianggap tepat.

Demikian halnya dengan waktu


penyelenggaraan diatur oleh Puskesmas,

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 292


misalnya penyelenggaraan pada jam 10.00
sampai 15.00.
Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa
Lokakarya mini bulanan dilaksanakan
dengan melibatkan seluruh petugas
Puskesmas tanpa mengganggu aktivitas
pelayanan serta dapat tercapai tujuan.

4) Tempat
Diupayakan agar lokakarya mini dapat
diselenggarakan di Puskesmas, apabila
tidak memungkinkan dapat menggunakan
tempat lain yang lokasinya berdekatan
dengan Puskesmas. Ruang yang dipakai
hendaknya cukup untuk menampung
semua peserta.

5) Acara
Seperti halnya susunan acara lokakarya
mini bulanan pertama, susunan acara
bersifat dinamis, disusun sesuai dengan
kebutuhan, ketersediaan waktu dan kondisi
Puskesmas setempat.
Lokakarya mini bulanan rutin pada
dasarnya adalah pemantauan terhadap
pelaksanaan kegiatan bulan yang lalu dan
penyusunan rencana kerja bulan yang akan
datang. Sebagai contoh, susunan acara :
a. Persipan meliputi :

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 293


Penentuan dan pemberitahuan
tentang waktu (Hari, tanggal, jam)
Penyiapan tempat, berbentuk tapal
kuda/ huruf U
Penyiapan peralatan : papan tulis,
kertas flipchart dan spidol.
Membuat visualisasi hasil kegiatan
bulan lalu, bandingkan dengan target
bulanan. Sebaiknya setiap
penanggung jawab membuat
visualisasi PWS, atau bentuk lain
yang akan memudahkan peserta
rapat memahaminya
Formulir penyusunan rencana kerja
bulanan
Notulen hasil rapat di kecamatan
atau dinas kesehatan yang harus
diinformasikan dan atau ditindak
lanjuti.

b. Pelaksanaan
Kepala Puskesmas/pimpinan rapat
membuka, menyampaikan tujuan
dan agenda rapat.
Pada 5-10 menit pertama lakukan
dialog terbuka untuk semua anggota
rapat untuk memotivasi dan
menumbuhkan suasana akrab dan
harmonis.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 294


Kepala Puskesmas/pimpinan rapat
menyampaikan tentang hasil rapat
sebelumnya di kecamatan dan dinas
kesehatan, peserta apabila ada,
program baru yang perlu
diinformasikan kepada peserta rapat.
Beri waktu untuk tanya jawab atau
klarifikasi. Buat kesimpulan apabila
ada hal-hal yang perlu ditindak
lanjuti.
Melakukan inventarisasi kegiatan
bulan lalu. Pimpinan rapat
memfasilitasi penyampaian kegiatan
bulan lalu oleh masing-masing
penanggung jawab program. Pada
intinya penyampaian tentang
pencapaian target bulanan tersebut
menggunakan formulir target
cakupan, trend pencapaian (dengan
menggunakan grafik PWS). Beri
kesempatan tanya jawab atau
klarifikasi, sesuai dengan waktu yang
tersedia.
Melakukan analisis masalah dan
pemecahan.
Pimpinan rapat memfasilitasi para
penanggung jawab dan pelaksana
program untuk mengidentifikasi
masalah, penyebab, dan cara
mengatasinya. Dapat digunakan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 295


formulir analisis masalah, penyebab
masalah dan cara pemecahannya.
Hasil analisis masalah tersebut,
dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menyusun
rencana kerja bulan yang akan
datang (yang dihadapi).
Melakukan penyusunan kegiatan dan
pembagian tugas bulan yang akan
datang.

Rencana kegiatan dibuat


berdasarkan :
- Target yang harus dicapai bulan
mendatang
- Target yang belum tercapai bulan
lalu
- Hasil analisis masalah

Tuangkan dalam format rencana


kerja bulanan pembagian tugas
bulan yang lalu, dengan
pertimbangan beban tugas bulan
yang akan datang serta hasil analisis
masalah. Kemungkinan ada masalah
di desa tertentu yang membutuhkan
petugas tertentu pula untuk
pemecahannya.
Kepala Puskesmas/ Pimpinan rapat
memfasilitasi terjadinya kesepakatan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 296


bersama untuk melaksanakan
rencana kerja baru tersebut.

Kerjakan Penugasan 1. Diskusi kelompok.


Petunjuk diskusi pada halaman 29

Kerjakan Penugasan 2 dan 3. Bermain peran/ Role


Playing lokakarya mini bulanan yang pertama dan
rutin.
Petunjuk Role Playing pada halaman 30-33

C. LOKAKARYA MINI TRIBULAN LINTAS SEKTOR

1. Tujuan lokakarya mini Tribulan Lintas Sektor

a. Tujuan Umum
Terselenggaranya lokakarya tribulan lintas
sektor dalam rangka mengkaji
hasil kegiatan kerjasama lintas sektor dan
tersusunnya rencana kerja tribulan
berikutnya.

b. Tujuan Khusus
1). Dibahas dan dipecahkan secara bersama
lintas sektoral masalah dan hambatan yang
dihadapi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 297


2). Dirumuskannya mekanisme / rencana
kerja lintas sektoral yang baru untuk tribulan
yang akan datang

2. Tahapan Kegiatan Lokakarya Mini Tribulan


Lintas Sektor

Lokakarya mini tribulan lintas sektor


dilaksanakan dalam dua tahap yaitu :
a. Lokakarya Mini Tribulan yang pertama
Lokakarya mini tribulan yang pertama
merupakan Lokakarya penggalangan Tim,
diselenggarakan dalam rangka
pengorganisasian.
Pengorganisasian dilaksanakan untuk dapat
terlaksananya rencana kegiatan sektoral yang
terkait dengan kesehatan.
Pengorganisasian dilaksanakan sebagai
penentuan penanggung jawab dan pelaksana
setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah
kerja. Seluruh program kerja dan wilayah
kerja kecamatan dilakukan pembagian habis
kepada seluruh sektor terkait, dengan
mempertimbangkan kewenangan dan bidang
yang dimilikinya.

b. Lokakarya mini tribulan rutin


Sebagaimana lokakarya bulanan Puskesmas,
maka lokakarya bulanan Lintas sektor
merupakan tindak lanjut dari Lokakarya

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 298


penggalangan kerjasama lintas sektor yang
telah dilakukan dan selanjutnya dilakukan tiap
tribulan secara tetap.

3. Pelaksanaan Lokakarya Mini tribulan yang


Pertama & Tribulan Rutin

a. Pelaksanaan Lokakarya mini tribulan yang


pertama

1) Masukan
a) Penggalangan tim yang dilakukan melalui
dinamika kelompok.
b) Informasi tentang program lintas sektor
c) Informasi tentang program Kesehatan
d) Informasi tentang kebijakan , program
dan konsep baru.
2) Proses
a) Inventarisasi peran bantu masing-masing
sektor.
b) Analisis masalah peran bantu dan
masing-masing sektor.
c) Pembagian peran dan tugas masing-
masing sektor
3). Keluaran
a) Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait
dalam mendukung program kesehatan
b) Rencana Kegiatan Masing-masing sektor.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 299


b. Pelaksanaan Lokakarya Mini Tribulan Rutin
Penyelenggaraan dilakukan oleh Camat dan
Puskesmas dibantu sektor terkait di kecamatan.
Lokakarya Tribulan lintas sektor dilaksanakan
sebagai berikut ;
1). Masukan
a) Laporan kegiatan pelaksanaan program
kesehatan dan dukungan sektor terkait.
b) Inventarisasi masalah/ hambatan dari
masing-masing sektor dalam
c) pelaksanaan program kesehatan
d) Pemberian informasi baru

2). Proses
a). Analisis hambatan dan masalah
pelaksanaan program kesehatan.
b). Analisis hambatan dan masalah dukungan
dari masing-masing sektor
c). Merumuskan cara menyelesaikan masalah
d). Menyusun rencana kerja dan menyepakati
kegiatan untuk tribulan baru.
3). Keluaran
a). Rencana kerja tribulan yang baru
b). Kesepakatan bersama

4. Penyelenggaraan Lokakarya Mini Tribulan


Lintas Sektor
a. Penyelenggaraan Lokakarya Mini Tribulan yang
pertama
1) Persiapan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 300


Sebelum Lokakarya dilaksanakan perlu
diadakan persiapan yang meliputi :
a) Pendekatan kepada camat
(1) Memimpin lokakarya dengan
menjelaskan acaranya
(2) Mengkoordinasikan sektor-sektor agar
menyajikan laporan kegiatan dan
pembinaan
(3) Mempersiapkan tempat penyelenggaraan
Lokakarya
b) Puskesmas melaksanakan
(1) Pembuatan visualisasi hasil-hasil
kegiatan dalam bentuk yang mudah
dipahami oleh sektor, antara lain dalam
bentuk PWS.
(2) Persiapan alat-alat tulis kantor dan
formulir kerja tribulan lintas sektor.
(3) Persiapan catatan hasil kesepakatan
yang lalu dan instruksi / surat-surat
yang berhubungan dengan peran serta
masyarakat yang berkaitan dengan
sektor kesehatan
(4) Penugasan salah seorang staf untuk
membuat notulen lokakarya.
(5) Pembuatan surat-surat undangan
lokakarya untuk ditandatangani Camat.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 301


2) Peserta
Lokakarya mini tribulanan lintas sektor
dipimpin oleh camat , adapun peserta
Lokakarya mini tribulanan adalah sbb :
a) Dinas kesehatan Kabupaten / kota
b) Tim Penggerak PKK Kecamatan
c) Puskesmas diwilayah kecamatan
d) Staf kecamatan antara lain Sekretaris
kecamatan , unit lain yang terkait
e) Lintas sektor di kecamatan antara lain;
Pertanian , Agama , Pendidikan,
BKKBN, Sosial
f) Lembaga/ Organisasi kemasyarakatan,
antara lain ; TPPKK Kecamatan, BPP /
BPKM / Council Kesehatan kecamatan
( apabila sudah terbentuk )
3) Waktu
Lokakarya mini tribulanan lintas sektor
yang pertama diselenggarakan pada bulan
pertama tahun anggaran berjalan. Adapun
waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan
kondisi setempat.
Yang perlu dijadikan pertimbangan adalah
diupayakan agar seluruh peserta dapat
menghadiri lokakarya.
4) Tempat
Tempat penyelenggaraan lokakarya mini
tribulan lintas sektor adalah di kecamatan
atau di tempat lain yang dianggap sesuai.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 302


5) Acara
Lokakarya ini diselenggarakan dalam waktu
lebih kurang 4 jam. Secara umum jadwal
acara lokakarya mini tribulanan yang
pertama adalah sebagai berikut;

Pembukaan oleh camat


Kemungkinan Puskesmas harus
mempersiapkan bahan sambutan
camat.
Dinamika kelompok
Pada lokakarya mini tribulan yang
pertama, perlu dilakukan dinamisasi
atau bina suasana dalam rangka
menggalang tim agar termotivasi untuk
saling membantu kerjasama dalam
program yang bermanfaat bagi
masyarakat di wilayah kecamatan.
Puskesmas harus mempersiapkan diri
untuk acara ini, bisa difasilitasi oleh
petugas PKM Puskesmas, atau minta
bantuan dari petugas promkes dinas
kabupaten/ kota.
Penyampaian kegiatan masing-masing
sektor dalam mengembangkan peran
serta masyarakat. termasuk dibidang
kesehatan.
Inventarisasi peran bantu masing-
masing sektor. Setiap perwakilan
sektor menyampaikan apa saja bentuk

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 303


peran bantu untuk mendukung upaya
kesehatan, apakah dalam bentuk :
keterlibatan tenaga, fasilitas (sarana,
penggerakan/ pemberdayaan
masyarakat, kegiatan yang dapat
diintegrasikan dll). Hasil inventarisasi
sebaiknya dituliskan dipapan tulis/
kertas flipchart. Dapat digunakan
matriks berikut :
Tabel 33. Matrik Inventarisasi Peran
Bantu Lintas sektor
No Sektor/ Penanggung Bentuk
Unit jawab Keterlibatan
(Orang) dalam Hal :

Apabila sudah sepakat dengan peran/


keterlibatan tersebut, kemudian camat
memimpin untuk pembagian peran
dan tanggung jawab masing-masing
sektor. Bisa berupa tanggung jawab
untuk program tertentu dan atau
untuk lokasi tertentu.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 304


Merumuskan rencana kerja 3 bulan
kepala Puskesmas bersama-sama
sektor-sektor lain, merumuskan
rencana kerja 3 bulan, sehingga jelas
program/ upaya kesehatan apa, sektor
apa saja yang terlibat, apa peran dan
tanggung jawab, dimana, kapan. Dapat
dibuat dalam suatu matriks :

Tabel 34. Matriks Rencana Kerja


Tribulan Lintas Sektor
Puskesmas.....Bulan.....
Contoh Matriks
N Prog Keg Sekto Pera Tg Loka Wakt
o r n Jawa si u
Terli b
bat

Camat memimpin untuk mencapai


kesepakatan tentang rencana kerja
tribulan tersebut serta kesepakatan
untuk melaksanakannya.
Kemudian menutup acara lokakarya
mini tribulan lintas sektor.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 305


Catatan
Petugas Puskesmas mencatat semua
hasil lokakarya mini sejak awal sampai
selesai rapat tersebut.

b. Penyelengaraan Lokakarya Mini Tribulan Rutin


1) Persiapan
Pada prinsipnya sama dengan persiapan
penyelenggaraan lokakarya mini tribulan yang
pertama.

2) Peserta
Pada prinsipnya peserta lokakarya mini
tribulan adalah sama, baik pada lokakarya
tribulan yang pertama maupun rutin.

3) Waktu
Setelah diselenggarakannya lokakarya mini
tribulan yang pertama, selanjutnya secara
rutin dilakukan setiap 3 bulan sekali.

4) Tempat
Lokakarya mini tribulan dikoordinasi oleh
Camat, karena itu tempat sebaiknya di
kecamatan atau tempat lain yang dianggap
sesuai.

5) Acara

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 306


Pembukaan oleh Camat. Kemungkinan
puskesmas harus mempersiapkan bahan
sambutan camat.
Penyampaian laporan kegiatan masing-
masing sektor berdasarkan rencana
tribulan yang lalu.
Kepala Puskesmas memfasilitasi identifikasi
masalah hambatan yang dihadapi masing-
masing sektor. Kemudian dilakukan
analisis masalah dan hambatan tersebut.
Kepala Puskesmas dan camat memfasilitasi
pemecahan masalah yang harus dilakukan.
Kepala Puskesmas dan camat memfasilitasi
penyusunan rencana tribulan berikutnya.

Kerjakan Penugasan 4. Bermain peran/ Role


Playing Lokakarya
PENUGASAN. Mini Tribulanan.
I
Petunjuk Role playing pada hal 16-17
DISKUSI KELOMPOK

PETUNJUK DISKUSI:
1. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok ( Pok.1 ; 2 ; dan 3 )
2. Tugas kelompok :
- Kelompok 1, Mendiskusikan Ruang lingkup dan
tujuan lokakarya Mini

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 307


- Kelompok 2, mendiskusikan Tujuan, Tahapan
kegiatan serta penyelenggaraan Lokakarya mini
Bulanan
- Kelompok 3, mendiskusikan Tujuan, Tahapann
kegiatan serta penyelenggaraan Lokakarya mini
tribulan Lintas seektor
3. Masing-masing kelompok untuk merumuskan hasil
diskusinya di kertas transparan atau membuat
power point untuk presentasi.
4. Waktu diskusi Kelompok: 30 menit
5. Waktu presentasi setiap kelompok mempresentasikan
hasilnya selama 20 menit, dan 10 menit untuk
tanggapan kelompok lainnya. Jadi waktu presentasi
total setiap kelompok menghabiskan waktu 30 menit
6. Fasilitator memberikan masukan 5 menit pada setiap
kelompok.
7. Pembulatan fasilitator 15 menit

Waktu keseluruhan untuk diskusi dan presentasi


serta pembulatan Fasilitator : 140 menit

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 308


PENUGASAN 2

BERMAIN PERAN/ ROLE PLAYING LOKAKARYA MINI


BULANAN PERTAMA

PETUNJUK :

1. Buatlah kelompok sebanyak 10 orang, dengan cara


mengambil 3 orang dari kelompok 1 , 3 orang dari
kelompok 2 dan 4 orang dari kelompok 3 untuk
melakukan role playing bagaimana melaksanakan
Lokakarya Mini Bulanan Pertama Puskesmas
Tunjuklah observer dari setiap kelompok 2 orang ( 2 x
3 kelompok = 6 orang yang jadi observer )

2. Dari 10 orang tersebut berperan sebagai berikut;


1 orang sebagai Kepala Puskesmas
1 orang sebagai dokter Puskesmas
1 orang sebagai Koordinator Bidan
1 Orang sebagai Perawat
1 orang sebagai Sanitarian
1 orang sebagai tenaga gizi
1 orang sebagai tenaga obat
1 orang pengelola keuangan
1 orang pengelola laporan
1 orang sebagai TU Puskesmas

Waktu role playing 45 menit

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 309


3. Skenario :
Setiap orang dalam kelompok mempelajari dengan
seksama penyelenggaraan lokakarya mini bulanan
rutin pada halaman 8 terutama butir acara. Ikuti
langkah-langkahnya, sampai menghasilkan :
o Pembagian tugas/ beban kerja dan wilayah kerja/
daerah binaan
o Kesepakatan POA

4. Setelah selesai, Fasilitator menggali semua peserta


tentang perasaanya selama melakukan role playing,
pengalamannya serta hambatan yang dirasakan.
Waktu selama 10 menit

5. Setelah selesai menggali semua peserta role playing,


kemudian fasilitatormemberikan kesempatan
kepada 6 orang Observer untuk menyampaikan hasil
observasinya kepada floor waktu selama 15 menit

6. Komentar umum dari fasilitator tentang jalannya role


playing 15 menit

Waktu keseluruhan dalam penugasan 2 : 90 menit

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 310


PENUGASAN 3

BERMAIN PERAN/ ROLE PLAYING LOKAKARYA MINI


BULANAN RUTIN

PETUNJUK :

1. Buatlah kelompok sebanyak 10 orang, dengan cara


mengambil 3 orang dari kelompok 1 , 3 orang dari
kelompok 2 dan 4 orang dari kelompok 3 untuk
melakukan bagaimana melaksanakan Lokakarya Mini
Bulanan Rutin Puskesmas
Tunjuklah observer dari setiap kelompok 2 orang ( 2 x
3 kelompok = 6 orang yang jadi observer )

2. Dari 10 orang tersebut berperan sebagai berikut;


1 orang sebagai Kepala Puskesmas
1 orang sebagai dokter Puskesmas
1 orang sebagai Koordinator Bidan
1 Orang sebagai Perawat
1 orang sebagai Sanitarian
1 orang sebagai tenaga gizi
1 orang sebagai tenaga obat
1 orang pengelola keuangan
1 orang pengelola laporan
1 orang sebagai TU Puskesmas
Waktu simulasi 45 menit

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 311


3. Skenario : setiap orang dalam kelompok mempelajari
dengan seksama penyelenggaraan lokakarya mini
bulanan rutin, pada halaman 16 terutama butir
acara. Ikuti langkah-langkahnya, sampai
menghasilkan rencana kegiatan bulan yang akan
datang.

Setelah selesai, Fasilitator menggali semua peserta


tentang perasaanya selama melakukan role playing,
pengalamannya serta hambatan yang dirasakan.
Waktu selama 10 menit

5. Setelah selesai menggali semua peserta role playing,


kemudian fasilitator memberikan kesempatan
kepada 6 orang Observer untuk menyampaikan hasil
observasinya kepada floor waktu selama 10 menit

6. Komentar umum dari fasilitator tentang jalannya Role


Playing 15 menit

Waktu keseluruhan dalam penugasan 3 : 90 menit

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 312


PENUGASAN 4

BERMAIN PERAN/ ROLE PLAYING LOKAKARYA MINI


TRIBULAN

PETUNJUK :

1. Buatlah kelompok sebanyak 10 orang yang berbeda


dengan Role Playing sebelumnya dengan cara
mengambil 3 orang dari kelompok 1 , 3 orang dari
kelompok 2 dan 4 orang dari kelompok 3 untuk
melakukan Role Playing bagaimana melaksanakan
Lokakarya mini Tribulanan Lintas Sektor.
Tunjuklah observer yang berbeda dengan Role Playing
I dari setiap kelompok 2 orang ( 2 x 3 kelompok = 6
orang yang jadi observer )
2. Dari 10 orang tersebut berperan sebagai berikut;
1 orang = sebagai Kepala Puskesmas
1 orang = sebagai dokter Puskesmas
1 orang wakil Dinas kesehatan Kabupaten / kota
1 Orang dari tim Penggerak PKK
1 orang sebagai Sekretaris Camat
1 orang sebagai Petugas Pembangunan Desa
1 orang sebagai wakil BKKBN
1 orang dari Pertanian
1 orang dari Dep. Agama
1 orang sebagai wakil dari BPKM

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 313


3. Skenario
Setiap orang dalam kelompok mempelajari dengan
seksama penyelenggaraan lokakarya mini tribulan
yang pertama, terutama butir acara, pada halaman
..... ikuti langkah-langkahnya, sampai menghasilkan
inventarisasi peran masing-masing sektor serta
kesepakatan untuk melaksanakannya. Waktu 60
menit.
4. Setelah selesai role playing, Fasilitator menggali
semua peserta role playing tentang perasaannya
selama melakukan role playing, pengalamnnya serta
hambatan yang dirasakan. Waktu selama 10 menit.
5. Setelah selesai menggali semua peserta role playing,
kemudian fasilitator memberikan kesempatan kepada
6 orang observer untuk menyampaikan hasil
observasinya kepada floor waktu selama 10 menit.
6. Komentar umum dari fasilitator tentang jalannya role
playing 10 menit.

Waktu keseluruhan dalam acara role playing : 90


menit

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 314


LAMPIRAN LAMPIRAN

Contoh susunan acara penyelenggaraan Lokakarya


Mini yang pertama :

JAM ACARA PENGARAH


09.30- Pembukaan Kepala
10.00 Puskesmas

10.30- Dinamika Kelompok Kepala


11.15 Puskesmas & Staf

11.15- Pengenalan Program Kepala


12.15 Baru Puskesmas & Staf

12.15- Istirahat
13.15

13.15- POA Puskesmas Kepala


14.00 Puskesmas & Staf

14.00- - Analisis Beban Kerja Kepala


15.00 Puskesmas & Staf
- Pembagian Tugas dan
Daerah Binaan

15.00- Kesepakatan Untuk Kepala


15.15 Melaksanakan Rencana Puskesmas
Kerja Baru

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 315


15.15- Penutupan Kepala
15.30 Puskesmas

Contoh susunan acara pada Lokakarya Mini Bulanan


Rutin
JAM ACARA PENGARAH
10.00- Pembukaan Kepala
10.30 Puskesmas

10.30- Pengenalan Program Kepala


11.15 Baru Puskesmas & Staf

11.15- Inventarisasi kegiatan Pimpinan Rapat


12.15 bulan lalu

12.15- Istirahat
13.15

13.15- Analisa masalah dan Pimpinan rapat


14.00 pemecahan

14.00- Penyusunan kegiatan Pimpinan rapat


15.00 dan pemabgian tugas
bulan yang akan
datang

15.00- Kesepakatan untuk Kepala


15.30 melaksanakan rencana Puskesmas
kerja baru

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 316


15.30- Penutupan Kepala
15.45 Puskesmas

Contoh susunan acara pada Lokakarya Mini Tribulan


yang Pertama
JAM ACARA PENGARAH
09.00- Pembukaan Camat
09.15

09.15- Dinamika kelompok Tim


10.00

10.00- Istirahat
10.15

10.15- Kegiatan masing-masing Camat


11.15 sektor dalam
mengembangkan peran
serta masyarakat

11.15- Inventarisasi peran Bantu Sektor terkait


12.15 masing-masing sektor

12.15- Istirahat
13.00

13.00- Analisa hambatan dan Sektor terkait

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 317


13.45 masalah dalam peran bantu
masing-masing sektor

13.45- Pembagian masing-masing Camat


14.15 sektor

14.15- Perumusan rencana kerja Sektor terkait


14.45 masing-masing dalam 3
bulan yang akan datang

14.45- Kesepakatan dan Camat


15.00 penutupan

Contoh susunan acara pada Lokakarya Mini


Tribulanan rutin

JAM ACARA PENGARAH


10.00- Pembukaan Camat
10.15

10.15- Laporan kegiatan sektor Camat


11.15 terkait

11.15- Masalah/hambatan dari Kepala


11.45 masing-masing sektor Puskesmas

11.45- Analisis masalah dna Kepala


12.15 hambatan Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 318


12.15- Pemecahan masalah Kepala
12.45 Puskesmas dan
camat

12.45- Rencana kerja tribulan Kepala


13.15 Puskesmas dan
camat

13.15- Kesepakatan pembinaan Ketua Tim


13.30 Penggerak PPK
dan Camat

13.30- Kesepakatan bersama dan Camat


13.45 penutupan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 319


Tabel 35. FORMULIR TARGET CAKUPAN PELAYANAN
UPAYA KEGIATAN WAJIB PUSKESMAS PER DESA
PUSKESMAS :
BULANTAHUN..
CAKUPAN PELAYANAN Desa Desa Desa Total
A B C
KIA T
IBU HAMIL
H
(K1)
T
IBU HAMIL
H
(K4)
KB T
AKSEPTOR
H
AKTIF
IMUNISASI T
BCG
H
T
DPT
H
T
POLIO III
H
T
CAMPAK
H
T
T.T. 2 BUMIL
H
GIZI T
D/S
H
T
N/D
H
T
IBU HAMIL
H
DIBERI Fe

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 320


P2M T
DIARE DIBERI
H
ORALIT
T
PENGOBATAN
H
TB
. T
H
T = Target H = Hasil

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 321


Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)

1. Definisi
PWS adalah alat pemantauan hasil imunisasi berupa
grafik atau gambar pencapaian hasil imunisasi dan
kecenderungannya di masing-masing wilayah
operasional. Dengan PWS dapat menentukan tindak
lanjut yang harus dilakukan, sehingga hasil imunisasi
dapat diperbaiki dan akhirnya secara akumulatif
dapat mencapai target.

2. Prinsip PWS
Memanfaatkan data yang ada dari cakupan
Menggunakan indikator sederhana:
- Jangkauan/aksesibilitas : Cakupan DPT1,
HB < 0-7 hr, TT-1
- Kualitas program (tingkat perlindungan) :
Cakupan DPT3, Polio 4, Campak, TT2+Ibu
hamil
- Efektifitas/manajemen program : angka Drop
Out DPT 1 - Campak
Dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan
setempat
Dimanfaatkan untuk umpan balik
Teratur dan tepat waktu (setiap bulan)
Memudahkan analisis

Catatan : TT2 + ibu hamil : adalah cakupan kumulatif


TT2, TT3, TT4 dan TT5 pada ibu hamil.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 322


3. Cara Membuat Grafik PWS
Untuk membuat PWS diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Pengumpulan dan pengolahan data
Untuk membuat PWS perlu tersedia data-data
cakupan imunisasi dari tiap desa (misal buku
kuning dan merah). Data ini sudah
dikumpulkan/diolah ke buku rekapitulasi
Puskesmas (buku biru) dan dikelompokkan ke
dalam format pengolahan data PWS berdasarkan
wilayah operasional (desa/kelurahan), sbb :

Contoh : Format pengolahan data PWS


Hasil imunisasi DPT 1 bulanan tiap desa
Puskesmas.
Tahun 2007
Tabel 36. Format Pengolahan Data PWS
Des Sas Janua Februari dst
a ara ri
n
Jm % Jm % Ku %
l l m

Jml

Untuk mengetahui perkembangan cakupan


imunisasi tiap desa, pengolahan data sebaiknya
dilakukan untuk semua pelayanan imunisasi :

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 323


DPT 1, DPT 2, DPT 3
BCG
HB 1 (0-7 hari), HB 1 total, HB 2, HB 3
Campak
Polio 1, Polio 2, Polio 3 dan Polio 4
TT1, TT2, TT3, TT4, TT5
DO : DPT1 Campak
DPT HB1, DPT HB2, DPT HB3 (untuk
propinsi yang sudah menggunakan vaksin DPT
HB kombinasi)
b. Yang perlu diperhatikan dalam membuat grafik
PWS adalah :

1) Judul Grafik
Topik :%Cakupan imunisasi.
Waktu : Januari, Februari, Maret, dst,
Tahun
Tempat : Puskesmas

2) Kolom Vertikal
Target bulanan dan target satu tahun sesuai
dengan antigen

Target Cakupan 1 1 Bulan


Tahun
DPT 1 95% 95% : 12 =
7,9%
DPT 3 90% 7,5%
Polio 4 90% 7,5%

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 324


Campak 90% 7,5%
HB1< 7 hari 75% 6,2%
HB3 90% 7,5%
TT 1 Bumil 95% 7,9%
TT 2 + Bumil 90% 7,5%

3) Baris Horizontal
% kumulatif cakupan tiap desa adalah
cakupan Januari s/d bulan pada waktu
PWS dibuat
% bulan ini adalah cakupan waktu dibuat
PWS
% bulan lalu adalah cakupan satu bulan
lalu
Trend : bila cakupan bulan ini lebih tinggi
dari bulan lalu
Tren : bila cdakupan bulan ini sama
dengan bulan lalu
Tren : bila cakupan bulan ini lebih rendah
dari bulan lalu
Ranking desa : diurut dari desa dengan
cakupan yang paling tinggi ke cakupan
yang paling rendah

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 325


Tabel 37. FORMULIR TARGET CAKUPAN DAN HASIL
PELAYANAN UPAYA KEGIATAN WAJIB PUSKESMAS
PER DESA PER BULAN

PUSKESMAS :
.BULAN.TAHUN.

Jenis Nama A B C D E F
Pelayanan Desa
Penduduk
KIA T
Pelayanan rata2/bln
Ibu Hamil C bulan
K -1 lalu
C bulan
ini
+/- N/T
Pelayanan T
Ibu Hamil rata2/bln
K-IV C bulan
lalu
C bulan
ini
+/- N/T
KB T
rata2/bln
C bulan
lalu

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 326


C bulan
ini
+/- N/T
Imunisasi T
Bayi rata2/bln
C bulan
lalu
C bulan
ini
+/- N/T
Ibu Hamil T
rata2/bln
C bulan
lalu
C bulan
ini
+/- N/T
Gizi T
rata2/bln
C bulan
lalu
C bulan
ini
+/- N/T
VIT. A T
BALITA rata2/bln
C bulan
lalu

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 327


C bulan
ini
+/- N/T
Tablet besi T
(Fe) Ibu rata2/bln
Hamil C bulan
lalu
C bulan
ini
+/- N/T
Diare T
Diberi rata2/bln
Oralit C bulan
BALITA lalu
C bulan
ini
+/- N/T
ISPA T
diobati rata2/bln
BALITA C bulan
lalu
C bulan
ini
+/- N/T

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 328


Tabel 38. FORMULIR : ANALISIS MASALAH,
PENYEBAB MASALAH DAN CARA PEMECAHANNYA

PUSKESMAS
:BULAN.TAHUN

Nam Petuga Kegi Mas Peny Kesepakatan


a s atan alah ebab Cara
Desa Pemecahannya

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 329


MODUL 6
PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS

I. Deskripsi Singkat

Keberhasilan pelaksanaan manajemen puskesmas


ditentukan oleh konsistensi dan kepatuhan para
pelaksana di puskesmas dalam melaksanakan kegiatan
yang sudah direncanakan pada perencanaan
puskesmas. Artinya sebaik apapun rencana dibuat jika
tidak dilaksanakan secara konsisten dan dipatuhi tidak
akan membuahkan hasil yang optimal.

Untuk menjamin konsistensi dan kepatuhan terhadap


pelaksanaan rencana dilakukan kegiatan pengawasan
dan monitoring melalui lokakarya mini puskesmas yang
dilakukan setiap bulanan dan per tiga bulanan. Dan
pada akhir tahun dilakukan penilaian terhadap hasil
pencapaian kegiatan.

Penilaian kinerja Puskesmas merupakan rangkaian


kegiatan manajemen puskesmas untuk menilai
bagaimana kemampuan pencapaian terhadap target
yang telah ditetapkan dalam rencana.

Dengan dilakukannya penilaian kinerja puskesmas


diharapkan masalah-masalah yang timbul dapat
diselesaikan atau paling tidak dikurangi.

Modul ini, membahas tentang : konsep penilaian


kinerja puskesmas, langkah-langkah pelaksanaan serta
praktik penilaian kinerja puskesmas. Metode
pembelajaran menggunakan metode ceramah tanya

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 330


jawab, diskusi kelompok dan lebih banyak
menggunakan metode praktik/ latihan sehubungan
dengan kegiatan penilaian kinerja puskesmas.
II. Tujuan

Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mempelajari materi ini peserta mampu
melakukan penilaian kinerja puskesmas secara
efektif.

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
Menjelaskan tentang konsep penilaian kinerja
puskesmas.
Menguraikan langkah-langkah pelaksanaan
penilaian kinerja puskesmas secara efektif.
Mempraktikan pelaksanaan penilaian kinerja
puskesmas.

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

Materi ini terdiri atas 4 pokok bahasan, yaitu:


A. Konsep Penilaian Kinerja Puskesmas, dengan sub
Pokok Bahasan:
1. Pengertian
2. Tujuan dan manfaat
3. Ruang Lingkup

B. Pelaksanaan penilaian kinerja puskesmas, dengan


sub pokok bahasan:
1. Penetapan target puskesmas
2. Prosedur penilaian kinerja Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 331


C. Teknik pelaksanaan penilaian, dengan sub pokok
bahasan:
1. Pengumpulan Data Hasil Kegiatan
2. Pengolahan Data (perhitungan hasil dan
penilaian akhir).
3. Penyajian hasil, analisis hasil dan
pemecahannya.

D. Pembinaan penilaian kinerja puskesmas, dengan


sub pokok bahasan:
1. Pembinaan Dinas kesehatan Kabupaten/Kota
2. Pembinaan Dinas kesehatan Provinsi.

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

Langkah 1. Pengkondisian (15 menit)

Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran,


metode yang digunakan, mengapa modul/materi
ini diperlukan dalam pelatihan Manajemen
Puskesmas, serta keterkaitan dengan materi
sebelumnya.
Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta
yang sudah mempunyai pengalaman dalam
melaksanakan penilaian kinerja puskesmas untuk
menyampaikan pengalamannya.
Peserta lain diminta untuk memberi tanggapan.

Langkah 2. Membahas Pokok Bahasan (180


menit)

Secara singkat fasilitator menyampaikan


rangkuman isi Pokok Bahasan 1, 2 dan 3 modul
Penilaian Kinerja. Selanjutnya fasilitator

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 332


mempersilahkan peserta untuk menanggapi
uraian tersebut.
Fasilitator membagi ke dalam 3 kelompok ,
kelompok 1 membahas Sub Pokok Bahasan
Prosedur penilaian kinerja Puskesmas, kelompok 2
membahas Sub Pokok Bahasan Pengumpulan
data dan Pengolahan Data, dan kelompok 3
membahas Sub Pokok Bahasan Analisis dan
Pemecahan masalah serta penyajian hasil
pengolahan data, yang dituliskan pada kertas flip
chart atau diketik di komputer dan di
presentasikan.
Selanjutnya fasilitator memberikan kesempatan
kepada peserta untuk menanggapi terhadap hasil
pendapat tiap kelompok.
Dari hasil pendapat peserta selanjutnya fasilitator
memberikan komentar serta memberikan
kesimpulan.

Langkah 3. Mempraktikkan penilaian kinerja


(135 menit)

Fasilitator menjelaskan tentang langkah-langkah


latihan mempraktikkan penilaian kinerja.
Fasilitator membagi peserta ke dalam kelompok
Puskesmas. Selanjutnya peserta diminta untuk
menyiapkan bahan rujukan yang harus dibawa
yaitu laporan tahunan Puskesmas, Profil
Puskesmas, dan Data Wilayah Kerja Puskesmas.
Peserta diminta untuk mempelajari Instrumen
Penilaian yang dibagikan oleh Fasilitator. Dan
selanjutnya peserta diminta untuk
mempraktikan/latihan penilaian kinerja

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 333


Puskesmas dengan menggunakan Instrumen
penilaian (terlampir).
Latihan ini dilakukan secara bertahap:
o Latihan 1: latihan/praktik pengisian data 3
komponen
o Latihan 2: latihan/praktik perhitungan nilai
hasil 3 komponen
o Latihan 3: latihan/praktik melakukan
penilaian akhir.
Kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.
Fasilitator memberikan komentar dan
menyimpulkan hasil diskusi tersebut.

Langkah 4 Mempraktikkan penyajian hasil


menggunakan grafik sarang laba-laba.(90
menit)

Fasilitator menjelaskan langkah-langkah dalam


membuat grafik sarang laba-laba.
Fasilitator memberikan contoh cara membuat
grafik sarang laba-laba.
Peserta diberi kesempatan untuk tanya jawab.
Peserta dibagi dalam kelompok puskesmas, untuk
melakukan latihan/praktek membuat grafik
sarang laba-laba untuk ke 3 komponen Penilaian
Kinerja Puskesmas, dengan menggunakan data riil
dan hasil perhitungannya.

Langkah 5 Rangkuman (30 menit)

Fasilitator mengajak peserta untuk menghayati, agar


penilaian kinerja benar-benar merupakan upaya atau
metode evaluasi mandiri (self evaluation) dan menjadi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 334


dorongan untuk semakin meningkatkan kinerja
puskesmas, baik dalam mencapai jangkauan/
cakupan pelayanan, meningkatkan program
pengembanganmaupun meningkatkan mutu
pelayanan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 335


Uraian Materi

A. Konsep Penilaian Kinerja Puskesmas

1. Pengertian
Penilaian secara umum kegiatan mengumpulkan
data dan informasi yang bersifat factual, signifikan
dan relevan yang selanjutnya melakukan proses
mengukur dengan cara membandingkan hasil
yang dicapai dengan target atau rencana yang
telah ditetapkan, serta melakukan analisis
terhadap informasi yang didapat secara sistematis,
obyektif dan terdokumentasi, dan diakhiri dengan
melakukan proses pengambilan keputusan.

Kinerja merupakan terjemahan dari kata


Performance dalam bahasa Inggris, dan dalam
beberapa literatur juga dikenal dengan kata
Prestasi, dan Unjuk Kerja.

Menurut Bernardin dan Russel (1993) bahwa yang


dimaksud dengan Performance is defined as the
record of outcomes produced on specified job
function or activity during a specified time period
(catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari
fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan
tertentu selama kurun waktu tertentu.

Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui


dan diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu
untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu
instansi dihubungkan dengan target atau rencana.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 336


Penilaian Kinerja Puskesmas adalah suatu upaya
untuk melakukan penilaian terhadap hasil
kerja/prestasi Puskesmas.

Siapa yang melakukan Penilaian Kinerja


Puskesmas?
Yang melakukan Penilaian Kinerja Puskesmas
yaitu:

a. Puskesmas itu sendiri secara mandiri sebagai


instrumen mawas diri atau dikenal juga
dengan self assessment, di sini puskesmas
memotret dirinya sendiri.
b. Dinas kesehatan Kabupaten/Kota, disini
mereka melakukan verifikasi terhadap hasil
self assessment puskesmas.

Dan berdasarkan hasil verifikasi, Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota bersama Puskesmas, dapat
menetapkan puskesmas kedalam kelompok (I, II,
dan III) sesuai dengan pencapaian kinerjanya.

2. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Puskesmas


a. Tujuan

1) Tujuan Umum
Tercapainya tingkat kinerja puskesmas
yang berkualitas secara optimal dalam
mendukung pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan Kabupaten/Kota.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 337


2) Tujuan Khusus
Mendapatkan gambaran tingkat
pencapaian hasil cakupan dan mutu
kegiatan serta manajemen pPuskesmas
pada akhir tahun kegiatan.
Mengetahui tingkat kinerja Puskesmas
pada akhir tahun berdasarkan urutan
peringkat kategori kelompok puskesmas.
Mendapatkan informasi analisis kinerja
puskesmas dan bahan masukan dalam
penyusunan rencana kegiatan
puskesmas dan dinas kesehatan
kabupaten/kota untuk tahun yang akan
datang.

b. Manfaat Penilaian Kinerja Puskesmas

1) Puskesmas mengetahui tingkat pencapaian


(prestasi) kunjungan dibandingkan dengan
target yang harus dicapainya.
2) Puskesmas dapat melakukan identifikasi
dan analisis masalah, mencari penyebab
dan latar belakang serta hambatan masalah
kesehatan di wilalayah kerjanya
berdasarkan adanya kesenjangan
pencapaian kinerja puskesmas (output dan
outcome).
3) Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat menetapkan tingkat
urgensi suatu kegiatan untuk dilaksanakan
segera pada tahun yang akan datang
berdasarkan prioritasnya.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 338


4) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
menetapkan dan mendukung kebutuhan
sumber daya puskesmas dan urgensinya
pembinaan puskesmas.

3. Ruang Lingkup Penilaian Kinerja Puskesmas

Ruang lingkup Penilaian Kinerja Puskesmas


meliputi upaya-upaya Puskesmas dalam
menyelenggarakan:

a. Pelayanan Kesehatan, yang meliputi:


1) Upaya Kesehatan Wajib, sesuai dengan
kebijakan nasional, dimana penetapan jenis
kegiatan pelayanannya disusun oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
2) Upaya Kesehatan Pengembangan, antara
lain penambahan upaya kesehatan atau
penerapan pendekatan baru (inovasi) upaya
kesehatan dalam pelaksanaan
pengembangan program kesehatan yang
dilaksanakan Puskesmas. Sesuai dengan
UU No.32 tahun 2004 tentang
pemerintahan di Daerah, maka
Kabupaten/Kota dapat menetapkan dan
mengembangkan jenis program kesehatan
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
yang sudah diukur dengan kemampuan
sumberdaya termasuk ketersediaan dan
kompetensi tenaga pelaksananya. Dengan
tetap mengacu pada kebijakan dan strategi
untuk mewujudkan visi Indonesia Sehat
2010.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 339


b. Pelaksanaan Manajemen Puskesmas, dalam
penyelenggaraan kegiatan yang meliputi:
1) Proses penyusunan perencanaan,
pelaksanaan lokakarya mini dan
pelaksanaan penilaian kinerja.
2) Manajemen sumber daya termasuk
manajemen alat, obat, keuangan, dll.

c. Mutu Pelayanan Puskesmas, meliputi:


1) Penilaian input pelayanan berdasarkan
standar yang ditetapkan.
2) Penilaian proses pelayanan dengan menilai
tingkat kepatuhannya terhadap standar
pelayanan yang telah ditetapkan.
3) Penilaian output pelayanan berdasarkan
upaya kesehatan yang diselenggarakan.
Dimana masing-masing program/kegiatan
mempunyai indikator mutu sendiri. Sebagai
contoh angka drop out (DO) pengobatan
pada program penanggulangan TBC.
4) Penilaian outcome pelayanan Puskesmas,
antara lain melalui pengukuran tingkat
kepuasan pengguna jasa (customer
satisfaction) pelayanan Puskesmas.

Hasil kegiatan Puskesmas yang diperhitungkan untuk


dinilai adalah meliputi kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh Puskesmas dan jaringannya
(Puskesmas Pembantu, Bidan di Desa, berbagai
UKBM dan upaya pemberdayaan masyarakat lain) di
wilayah kerja Puskesmas, baik kegiatan yang
dilaksanakan di dalam gedung maupun di luar
gedung.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 340


Belum semua kegiatan pelayanan yang dilaksanakan
di Puskesmas dapat dinilai tingkat mutunya, baik
dalam aspek input, output maupun outcome nya,
karena indikator dan mekanisme untuk penilaiannya
belum ditentukan. Sehingga secara keseluruhan tidak
akan diukur dalam penilaian kinerja, akan tetapi
dipilih beberapa indikator yang sudah ada standar
penilaiannya.

Jenis kegiatan Puskesmas yang akan dinilai telah


dituangkan dalam Daftar Menu terlampir. Dan
sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan ,
masing-masing Kabupaten/Kota akan menetapkan
jenis kegiatan yang direncanakan untuk
dilaksanakan, dan kemudian hasilnya dinilai
berdasarkan rencana yang telah disusun.

B. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Puskesmas

Pelaksanaan Penilaian Kinerja Puskesmas meliputi


serangkaian kegiatan yang dimulai sejak awal tahun
anggaran pada saat penyusunan rencana kegiatan
Puskesmas. Selanjutnya dilakukan pengumpulan
data yang dipantau dan dibahas melalui forum
Lokakarya Mini baik bulanan dengan lintas program
di Puskesmas, maupun Lokakarya Mini tiga bulanan
yang melibatkan lintas sektor di Kecamatan.

1. Penetapan Target Puskesmas

Target Puskesmas yaitu tolok ukur dalam bentuk


angka nominal atau persentase yang akan dicapai
Puskesmas pada akhir tahun.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 341


Penetapan besaran target setiap kegiatan yang
akan dicapai masing-masing Puskesmas bersifat
spesifik dan berlaku untuk Puskesmas yang
bersangkutan, berdasarkan hasil pembahasan
bersama antara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan Puskesmas pada saat penyusunan
rencana kegiatan Puskesmas.
Target nasional perlu dijabarkan kedalam target
Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas secara
tepat.

Penetapan target Puskesmas ditentukan dengan


mempertimbangkan/ memperhatikan hal-hal
berikut:
a. Besarnya masalah yang dihadapi oleh masing-
masing Puskesmas.
b. Besarnya masalah yang dihadapi
Kabupaten/Kota.
c. Keberhasilan tahun yang lalu dalam
menangani masalah.
d. Kendala-kendala maupun masalah dalam
penanganannya.
e. Ketersediaan sumber daya termasuk
kemampuan sumber daya manusia tahun yang
akan datang.
f. Lingkungan fisik (faktor kesulitan geografis,
iklim, transportasi, dan lain-lain) dan non-fisik
(sosial budaya, tingkat pendapatan/ekonomi
masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat,
dan lain-lain).
g. Target (sasaran) Puskesmas yang sebenarnya,
Puskesmas tidak dibebani untuk menjangkau
masyarakat di daerah yang bukan target
sasarannya, kelompok masyarakat yang tidak

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 342


mungkin dijangkau karena kendala geografi,
transportasi, dan lain-lain.
Target puskesmas harus sudah ditetapkan
pada saat puskesmas menyusun Rencana
Upaya Kegiatan Puskesmas (RUK).

2. Prosedur Pelaksanaan Penilaian Kinerja


Puskesmas

a. Di tingkat Puskesmas

1) Tugas dan fungsinya:

a) Dilaksanakan oleh Puskesmas dalam


rangka mawas diri mengukur
keberhasilan kinerjanya.
b) Kepala Puskesmas membentuk Tim Kecil
Puskesmas untuk melakukan kompilasi
hasil pencapaian (output dan outcome).
c) Masing-masing penanggungjawab
kegiatan melakukan pengumpulan data
pencapaian , dengan memperhitungkan
cakupan hasil (output) kegiatan dan
mutu bila hal tersebut memungkinkan.
d) Hasil yang telah dicapai, masing-masing
penanggungjawab kegiatan melakukan
analisis masalah, identifikasi
kendala/hambatan, mencari penyebab
dan latar belakangnya, mengenali
faktor-faktor pendukung dan
penghambat.
e) Bersama-sama Tim Kecil Puskesmas
menyusun rencana pemecahannya

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 343


dengan mempertimbangkan
kecenderungan timbulnya masalah
(ancaman) ataupun kecenderungan
untuk perbaikan (peluang) dengan
metoda analisis sederhana ataupun
analisis kecenderungan dengan
menggunakan data yang ada.
f) Hasil perhitungan, analisis data dan
usulan rencana pemecahannya
dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

2) Prosedur pelaksanaannya

Langkah-langkah atau prosedur


pelaksanaan penilaian kinerja oleh
Puskesmas sendiri adalah sebagai berikut:

Tabel 39. Langkah-Langkah Penilaian


Kinerja Puskesmas oleh Puskesmas

No. Kegiatan
I Pra Penilaian Kinerja Puskesmas*)

1 Pemantauan hasil kegiatan secara periodik


bulanan/truwulan dan konsultasi ke
Kabupaten/Kota, dalam rangka mencapai
target cakupan dan mutu hasil kegiatan
Puskesmas pada akhir tahun.

II Penilaian Kinerja Puskesmas

II Penilaian Kinerja Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 344


1. Pengumpulan data dan pengolahan data
hasil kegiatan (dari data bulanan/triwulan).

2. Konsultasi ke/ pembinaan dan bimbingan


dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

3. Memberikan laporan perhitungan kinerja


Puskesmas kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dan membahas
keterkaitannya dengan verifikasi data dan
perhitungannya.

4. Menerima umpan balik nilai akhir kinerja


Puskesmas, berikut penjelasan dalam
perbaikan perhitungan bilamana terjadi
kesalahan.

5. Menyajikan hasil akhir hasil perhitungan


cakupan dan mutu kegiatan dalam bentuk
sarang labah-labah, ataupun bentuk
penampilan lainnya.

III Pasca Penilaian Kinerja Puskesmas*)

1. Menganalisis masalah dan kendala,


merumuskan pemecahan masalah, rencana
perbaikan sekaligus rencana usulan
kegiatan tahun yang akan datang.

2. Menerima informasi dari Kabupaten/Kota


tentang rencana anggaran yang mungkin
akan diterima masing-masing Puskesmas
dengan membahas rancangan kegiatan,
besarnya target, besarnya biaya dan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 345


kebutuhan sumber daya lain yang
diperlukan, dan jadwal kegiatan bersama
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

3. Bersama tim perencanaan Puskesmas


menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
(RPK) Puskesmas untuk tahun berjalan.

4. Membahas rencana kegiatan yang


melibatkan unsur lintas sektor terkait ,
untuk keterpaduan.

5. Mendiseminasikan informasi sekaligus


membagi tugas dan tanggungjawab untuk
kegiatan tahun yang akan dilaksanakan,
dalam forum pertemuan lokakarya tahunan
Puskesmas.

6. Menyelenggarakan pertemuan dengan lintas


sektor terkait di Kecamatan, untuk
mendiseminasikan rencana kegiatan
Puskesmas yang ada kaitannya dengan
lintas sektor di tingkat Kecamatan.

7. Mempersiapkan seluruh pelayanan


Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan.

Keterangan: *) = Waktu pelaksanaan ditetapkan


oleh masing-masing Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota bersama Puskesmas.

b. Di tingkat Kabupaten/Kota

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 346


1) Tugas dan fungsinya

a) Menerima rujukan/kosultasi Puskesmas


dalam melakukan penghitungan hasil
kegiatan, menganalisis data dan
membuat pemecahan masalah.
b) Memantau dan melakukan pembinaan
sepanjang tahun pelaksanaan kegiatan
Puskesmas berdasarkan urutan prioritas
masalah.
c) Melakukan verifikasi hasil perhitungan
akhir kegiatan Puskesmas dan bersama
dengan Puskesmas menghitung dan
menetapkan kelompok peringkat kinerja
Puskesmas.
d) Melakukan verifikasi analisis data dan
pemecahan masalah yang telah dibuat
Puskesmas dan membuat rencana
usulan kegiatan berdasarkan
kesepakatan bersama dengan
Puskesmas.
e) Mengirim umpan balik ke Puskesmas
dalam bentuk penetapan kelompok
Puskesmas, evaluasi hasil kinerja
Puskesmas dan rencana usulan kegiatan
Puskesmas.
f) Penetapan target dan dukungan
sumberdaya masing-masing Puskesmas
berdasarkan ehaluasi hasil kinerja
Puskesmas dan rencana usulan kegiatan
tahun depan.

2) Prosedur pelaksanaannya

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 347


Langkah-langkah atau prosedur kegiatan
Penilaian Kinerja Puskesmas yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota adalah:

Tabel 40. Langkah-Langkah Penilaian


Kinerja Puskesmas oleh Dinas Kesehatan

No. Kegiatan
I Pra Penilaian Kinerja Puskesmas*)

1. Pemantauan penyelenggaraan kegiatan


Puskesmas dan hasilnya untuk periode
waktu tertentu dan pembinanan dalam
rangka mendorong pencapaian cakupan
hasil kegiatan Puskesmas.

II Penilaian Kinerja Puskesmas

1. Menerima konsultasi dari/ pembinaan


dan bimbingan kepada Puskemas.

2. Menerima laporan perhitungan penilaian


kinerja dari Puskesmas, melakukan
verifikasi atas data dan perhitungan
Puskesmas.

3. Memberikan umpan balik nilai akhir


penilaian kinerja Puskesmas sesuai
dengan urutan peringkat dalam
kelompok masing-masing Puskesmas.

4. Menyajikan hasil kinerja semua

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 348


Puskesmas di Kabupaten/Kota,
berdasarkan urutan peringkat dalam
kelompoknya, sebaiknya dalam bentuk
grafik batang (bar chart).

III Pasca Penilaian Kinerja Puskesmas*)

1. Menganalisis masalah dan kendala yang


dihadapi Puskesmas dan
Kabupaten/Kota, serta merumuskan
pemecahan masalah, rencana perbaikan
sekaligus rencana kegiatan tingkat
Kabupaten/Kota tahunh yang akan
datang, memberikan arahan
kebijaksanaan dan rencana
pengembangan tahun yang akan datang
kepada Puskesmas, berikut target
Kabupaten/Kota dan rancangan
pembagiannya untuk semua Puskesmas.

2. Membahas rancangan kegiatan,


besarnya target, besarnya anggaran yang
diperlukan, dan jadwal kegiatan
bersama Puskesmas.

3. Menyusun rencana pelaksanaan


kegiatan tingkat Kabupaten/ Kota, baik
dalam kegiatannya sendiri maupun
rencana pembinaan kepada Puskesmas.

Keterangan: *) = Waktu pelaksanaan ditetapkan


oleh masing-masing Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
bersama Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 349


Teknik Pelaksanaan Penilaian Kinerja Puskesmas

Pengumpulan Data Hasil Kegiatan

Pengumpulan data merupakan kegiatan


menghitung data yang diperlukan sesuai dengan
pedoman. Selanjutnya dilakukan pengisian format
penilaian kinerja sesuai dengan petunjuk format
isian.

Kepala Puskesmas bertanggungjawab dalam


proses pengumpulan data. Adapun pelaksanaan
pengumpulan data dilakukan oleh
penanggungjawab masing-masing
kegiatan/program dibantu oleh staf Puskesmas
lainnya dengan tetap memegang prinsip kerjasama
tim.
a. Cara Pengumpulan Data

Data untuk penilaian kinerja Puskesmas yang


akan dikumpulkan berasal dari Puskesmas
dan jaringannya, serta data yang berasal dari
lintas sektor dan masyarakat. Pelaksanaan
pengumpulan data dibahas dalam forum
lokakarya mini Puskesmas maupun pada
pertemuan lintas sektor Kecamatan, untuk
mendapatkan masukan dan dukungan dari
unit terkait.

Adapun cara pengumpulan data tersebut,


antara lain dengan:
1) Mencatat dari hasil pencatatan dan
pelaporan Puskesmas (SP2TP/SP3).
2) Pemeriksaan/pengecekan catatan/notulen.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 350


3) Pengumpulan data melalui survey
sederhana.

b. Jenis Data

Data yang dikumpulkan adalah hasil kegiatan


yang dilakukan oleh Puskesmas dan
jaringannya dalam menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan di Puskesmas, yang
terdiri atas:

1) Data pencapaian hasil kegiatan Puskesmas.


2) Data pelaksanaan manajemen Puskesmas.
3) Data hasil pengukuran/penilaian mutu
pelayanan Puskesmas.

c. Sumber Data

Sumber utama data kinerja Puskesmas adalah


catatan hasil kegiatan Puskesmas yang
terekam dalam sistem pencatatan dan
pelaporan yang berlaku (SP2TP), catatan hasil
kegiatan inovatif, maupun hasil pengumpulan
data lainnya seperti hasil survey kepuasan
pelanggan untuk menilai mutu pelayanan
Puskesmas. Sedangkan laporan yang
dikirimkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota tidak dijadikan sebagai
sumber data untuk penilaian.

Untuk kepentingan verifikasi oleh Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota digunakan laporan
hasil penghitungan Puskesmas, laporan SP2TP,

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 351


laporan lain yang berkaitan dan hasil supervisi
langsung ke Puskesmas.

d. Variabel Penilaian

Variabel penilaian kinerja Puskesmas


seyogyanya mewakili/merepresentasikan
fungsi, azas, dan upaya pelayanan Puskesmas
beserta jaringannya.

Komponen penilaian kinerja Puskesmas terdiri


atas 3 komponen, yaitu:
1) Komponen pelaksanaan pelayanan
kesehatan, yang terdiri atas:
a) Upaya Kesehatan Wajib
b) Upaya Kesehatan Pengembangan
2) Komponen manajemen Puskesmas.
3) Komponen mutu pelayanan Puskesmas.

Setiap componen terdiri dari kegiatan utama yang


ditulis dengan Angka Romawi (I, II, III dst). Dan
masing-masing jenis kegiatan utama terdiri atas
kelompok variabel yang ditulis dengan huruf Latin
besar (A, B, C dst), serta meliputi beberapa sub
variabel yang ditulis dengan angka Arab (1, 2, 3, ..
dst).

Kelompok variabel jenis kegiatan pelayanan


kesehatan yang tercantum dalam instrumen
terlampir, merupakan daftar menu. Penetapan
kelompok variabel dan sub-variabel dilaksanakan
oleh Puskesmas bersama dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dengan mengacu pada
kebijakan program. Artinya Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 352


melaksanakan tidak harus semua kegiatan yang
tercantum dalam instrumen tersebut, akan tetapi
harus disesuaikan dengan yang ditetapkan
bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Kegiatan Utama untuk komponen Upaya


Kesehatan Wajib ini terdiri atas:
I. Upaya Promosi Kesehatan
II. Upaya Kesehatan Lingkungan
III. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak termasuk
Keluarga Berencana
IV. Upaya perbaikan Gizi Masyarakat
V. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular
VI. Upaya Pengobatan

Contoh dari variable dan sub-variabel, yaitu:

Kegiatan Utama: III. Upaya Kesehatan Ibu dan


Anak termasuk Keluarga Berencana.
Variabelnya:
A. Kesehatan Ibu
B. Kesehatan Anak

Sub-variabel dari Kesehatan Ibu:


1. K1
2. Linakes

Untuk Upaya kesehatan Pengembangan


ditetapkan di Puskesmas bersama Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan
permasalahan, kebutuhan dan kemampuan
Puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 353


Setiap variabel kegiatan pelayanan kesehatan dan
manajemennya dengan bagian-bagian/masing-
masing kelompok mempunyai nilai yang sama.

Pada tahap ini tim puskesmas melakukan:

Pengisian data pencapaian hasil kegiatan


puskesmas pada format: cakupan kegiatan
penilaian kinerja puskesmas (lampiran 1), yang
meliputi: jenis kegiatan upaya kesahatan wajib
dan upaya kesehatan pengembangan yang
dilaksanakan oleh puskesmas tersebut.

Pengisian data pelaksanaan manajemen


puskesmas pada format : Kegiatan Manajemen
Puskesmas (lampiran 1), meliputi: kegiatan
manajemen operasional puskesmas,
manajemen alat dan obat, manajemen
keuangan dan manajdemen ketenagaan.

Pengisian data penilaian mutu pelayanan, sesuai


dengan jenis kegiatan/ variabel yang telah
ditetapkan. Isilah pada kolom target sasaran
(T) dan pencapaian (H) untuk pengisian format
cakupan kegiatan penilaian kinerja puskesmas,
dan kolom nilai hasil/ nilai akhir pada format
kegiatan manajemen puskesmas/ format mutu
pelayanan.

Kerjakan latihan 1
Pengisian data 3 komponen Penilaian kinerja
puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 354


Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan proses kegiatan


merubah data menjadi informasi yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan, termasuk untuk dasar penyusunan
perencananan Puskesmas.

Untuk kegiatan Penilaian Kinerja Puskesmas telah


disediakan kolom khusus pengolahan data dalam
formulir instrumen pengumpulan data (terlampir).

Kegiatan pengolahan data meliputi:


Kegiatan untuk meneliti kelengkapan dan
kebenaran data yang dikumpulkan (cleaning
and editing).
Kegiatan penghitungan khususnya untuk
mendapatkan nilai keadaan dan pencapaian
hasil kegiatan Puskesmas (calculating).
Kegiatan memasukan data kedalam tabel yang
akan menjadi suatu informasi yang berguna
dalam pengambilan keputusan (tabulating).

Pelaksanaan pengolahan data di tingkat


Puskesmas dilakukan oleh Kepala Puskesmas
bersama Tim Kecil Puskesmas. Sedangkan
pengolahan di tingkat Kabupaten/Kota dilakukan
oleh Tim Kecil yang ditugaskan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
a. Metoda Pengolahan Data

Cara menghitung pencapaian kinerja


Puskesmas, yaitu:

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 355


1) Komponen hasil pelaksanaan pelayanan
kesehatan Puskesmas. Untuk menghitung
hasilnya dalam kelompok masing-masing,
perlu dihitung hasil reratanya secara
bertingkat, sebagaimana tercantum dalam
format/instrumen pengumpulan data dan
penghitungannya.
2) Komponen manajemen Puskesmas.
Penilaian manajemen Puskesmaas
disesuaikan dengan kondisi masing-masing
variabel yang sudah ditetapkan
berdasarkan skala sumbernya.
3) Komponen mutu pelayanan Puskesmas.
Untuk menghitung mutu pelayanan
Puskesmas didasarkan pada hasil cakupan
yang dikelompokan pada skala-skala yang
ditetapkan pada setiap variabel.

Untuk menghitung cakupan maka angka target (T)


merupakan pembagi (denominator) terhadap
pencapaian hasil kegiatan (H). Cakupan diperoleh
dengan menghitung hasil kegiatan dibagi dengan
target (H/T) untuk setiap variabel.

Caranya adalah sebagai berikut:


1) Nilai akhir cakupan kegiatan pelayanan
kesehatan Puskesmas. Menghitung pencapaian
cakupan hasil komponen kegiatan pelayanan
kesehatan, masing-masing kegiatan dihitung
reratanya dari hasil masing-masing variabel,
sedangkan tiap-tiap variabel dihitung rerata
sub-variabelnya.
2) Nilai akhir tingkat pencapaian mutu kegiatan
pelayanan kesehatan Puskesmas. Dihitung

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 356


berdasakan cakupan komponen mutu
pelayanan dan rerata nilai setiap skala yang
disesuaikan dengan variabelnya.
3) Nilai akhir tingkat manajemen Puskesmas.
Cara penilaian sama seperti pada penilaian
mutu pelayanan dengan menggunakan
penilaian berdasar skala.

Proses pengolahan data di tingkat Puskesmas


sudah dimulai sejak awal bulan Desember
(Januari tahun berikutnya) pada saat data mulai
dikumpulkan.

Pada tahap ini tim puskesmas melakukan:


Penghitungan nilai cakupan sub variabel dan
variabel dari setiap jenis kegiatan upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan yang dilaksanakan oleh
puskesmas. Tulis hasil penghitungan tersebut
pada sub variabel (SV) dan variabel (V) pada
format : Cakupan Kegiatan Penilaian Kinerja
Puskesmas.
Penghitungan nilai dari setiap jenis variabel
kegiatan manajemen puskesmas, dan tuliskan
pada kolom nilai hasil pada format : Lampiran
Kegiatan Manajemen Puskesmas.
Penghitungan nilai pencapaian mutu kegiatan,
pelayanan kesehatan dari setiap jenis
kegiatan, dan tuliskan pada kolom Nilai Akhir,
format : Lampiran Penilaian Mutu Pelayanan.
Penghitungan nilai akhir dari hasil penilaian
ke - 3 komponen.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 357


Kerjakan latihan 2
Penghitungan nilai hasil
Penilaian kinerja puskesmas

b. Penilaian Akhir Penilaian Kinerja Puskesmas


Penilaian kinerja Puskesmas mempunyai 3
komponen penilaian, yaitu:
1) Penilaian kinerja Puskesmas hasil
pencapaian pelaksanaan pelayanan
kesehatan.
2) Penilaian kinerja Puskesmas hasil
manajemen Puskesmas.
3) Penilaian kinerja Puskesmas atas mutu
pelayanan kesehatan.

Penilaian Kinerja Puskesmas ditetapkan


dengan menggunakan nilai ambang untuk
tingkat kelompok Puskesmas, yaitu:

Cakupan Pelayanan terdiri atas:


1) Kelompok I : tingkat pencapaian hasil
91%
2) Kelompok II : tingkat pencapaian hasil =
81 90%
3) Kelompok III : tingkat pencapaian hasil
80%

Mutu pelayanan kesehatan dan manajemen,


terdiri atas:
1) Kelompok I : Nilai rata-rata 8,5
2) Kelompok II : Nilai rata-rata 5,5 8,4
3) Kelompok III : Nilai rata-rata 5,5

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 358


Hasil akhir Penilaian Kinerja Puskesmas
adalah Puskesmas dibagi kedalam 3 kelompok,
yaitu:
1) Kelompok I : Puskesmas dengan tingkat
kinerja Baik
2) Kelompok II : Puskesmas dengan tingkat
kinerja Cukup
3) Kelompok III : Puskesmas dengan tingkat
kinerja Kurang.

Pada tahap ini, tim puskesmas dalam rangka


evaluasi mawas diri, dapat melakukan penilaian
akhir, berdasarkan hasil penghitungan dan
penilaian ke - 3 komponen, yaitu:

Untuk komponen hasil pencapaian


pelaksanaan pelayanan kesehatan, berapa nilai
rata-rata yang diperoleh?
Untuk komponen kegiatan manajemen
puskesmas, berapa nilai rata-rata yang
diperoleh?
Untuk komponen mutu pelayanan kesehatan,
berapa nilai rata-rata yang diperoleh?
Berdasarkan hasil tersebut dapat ditentukan,
termasuk kelompok apa puskesmas anda. Tentu
saja penilaian akhir penilaian kinerja puskesmas
yang sebenarnya adalah setelah penghitungan
yang diajukan untuk di verifikasi oleh tim Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.

Kerjakan latihan 3
Penilaian Akhir
Penilaian kinerja puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 359


Penyajian, Analisis Hasil dan Pemecahannya

a. Penyajian Hasil Pengolahan Data

Untuk memudahkan dapat melihat pencapaian


hasil kinerja Puskesmas, maka hasil cakupan
kegiatan pelayanan dan manajemen
Puskesmas dapat disajikan dalam bentuk
grafik sarang labah-labah

Hasil pencapaian cakupan kegiatan pelayanan


dan manajemen disajikan dalam bentuk sarang
labah-labah yang berbeda. Banyaknya jari-jari
grafik adalah sejumlah Kegiatan Utama
pelayanan kesehatan atau manajemen
Puskesmas. Sedangkan bagi penanggungjawab
kegiatan bisa dibuat sarang labah-labah
sendiri, dan jumlah jari-jarinya sejumlah
variabel yang ada.

Hasil pencapaian mutu pelayanan dan


manajemen dapat juga disajikan dalam bentuk
sarang labah-labah.
Grafik sarang labah-labah dibuat setelah data
yang dikumpulkan diolah dan direkapitulasi
per komponen kegiatan dengan menggunakan
tabel

Grafik sarang labah-labah sebaiknya dibuat


dan disajikan secara periodik bulanan atau
triwulanan, sehingga dapat digunakan sebagai
alat pemantauan dan identifikasi masalah
sedini mungkin.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 360


Contoh membuat grafik sarang labah-labah
untuk komponen pelaksanaan pelayanan
kesehatan:

Berdasarkan hasil pengolahan data,


buatlah rekapitulasi perhitungan cakupan
komponen kegiatan puskesmas, pada tabel
berikut.

Tabel : Rekapitulasi perhitungan cakupan


komponen pelaksanaan pelayanan
kesehatan di puskesmas

No. Jenis Kegiatan Hasil


Cakupan
(%)
I Upaya Promosi 65%
Kesehatan
II Upaya Kesehatan 60%
Lingkungan
III Upaya Kesehatan Ibu dan 80%
Anak, KB
IV Upaya Perbaikan Gizi 70%
Masyarakat
V Upaya Pengendalian 65%
Penyakit dan PL
VI Upaya Pengobatan 75%
VII Upaya Kesehatan 70%
Pengembangan

Buatlah grafik sarang laba-laba dengan


jumlah jari-jari sesuai dengan jumlah Jenis
Kegiatan di atas yaitu 7 kegiatan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 361


Beri tanda titik yang menunjukkan
besarnya nilai akhir (%) cakupan setiap
kegiatan.
Hubungkan titik-titik pada semua jari-jari
yang ada. Dengan demikian dapat segera
terbaca gambaran setiap program atau
kegiatan mana yang ada masalah. Yang
ditunjukkan dengan cakupannya yang
rendah.

Gambar 6. Sarang Laba-laba

III
80%

II IV
70%

60%

65%
65%
I V

70% 75%

VII VI

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 362


KEPUSTAKAAN

1. Direktorat Jenderal Bina kesehatan Masyarakat


Depkes RI (2006); Pedoman Penilaian Kinerja
Puskesmas.
2. Achmad S.Ruky (2006); Sistem Manajemen Kinerja;
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
3. Ismail Mohamad, Sjahrudin Rasul, dan Haryono
Umar ( 2004); CONSEP dan Pengukuran
Akuntabilitas, Penerbit Universitas Trisakti,
Yakarta.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 363


Petunjuk Diskusi kelompok

Tujuan : Memantapkan pemahaman peserta terhadap


konsep penilaian kinerja puskesmas serta
pelaksanaannya.
Topik diskusi :
1. Kelompok A : Prosedur penilaian kinerja
puskesmas
2. Kelompok B : Pengumpulan data dan
pengolahan data
3. Kelompok C : Analisis hasil dan pemecahan
masalah

Proses
Peserta dibagi dalam kelompok secara acak/
campuran berbagai puskesmas
Didalam kelompok ditentukan ketua, sekretaris dan
penyaji
Kegiatan dalam kelompok :
- Pada 5-10 menit pertama setiap anggota
kelompok membaca uraian materi sesuai
dengan topik yang dibahas oleh kelompok
tersebut.
- Selanjutnya ketua kelompok memandu
brainstorming, agar semua anggota
berpartisipasi dalam menyampaiakan
pendapat/ ide tentang topik yang dibahas.
- Sekretaris menuliskan semua pendapat/
ide pada kertas flipchart
- Ketua kelompok memandu melakukan
pembahasan terhadap hasil brainstorming,
serta membuat kesimpulan akhir
pendapat/ ide kelompok tersebut.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 364


- Tuliskan hasil kesimpulan akhir kelompok
pada kertas flipchart/ kertas manila
berwarna, untuk ditempel di dinding, agar
bisa ditampilkan dan dibaca oleh semua
peserta.

Presentasi :
- Fasilitator memandu tanggapan dari peserta
di kelompok lain.
- Fasilitator menyampaikan rangkuman

Latihan 1
Pengisian Data 3 Komponen Penilaian Kinerja Puskesmas
Petunjuk latihan

1. Peserta bekerja dalam kelompok puskesmas


sebagai 1 tim
2. Setiap kelompok puskesmas mempersiapkan data
yang diperlukan, berupa laporan tahunan
puskesmas, profil puskesmas data dari SP2TP/
SP3, data hasil survey sederhana yang dilakukan
Puskesmas, dan lain-lain.
3. Kepada setiap kelompok dibagikan format:
cakupan kegiatan Penilaian Kinerja Puskesmas,
format Kegiatan Manajemen Puskesmas dan
format Penilaian Mutu Pelayanan.
4. Setiap kelompok, berdasarkan data riil Puskesmas
masing-masing, melakukan pengisian ke-3 format
tersebut, yaitu :
a. Isilah data pada kolom Target Sasaran (T)
dan Kolom Hasil (H) pada format Cakupan
Kegiatan Penilaian Kinerja Puskesmas
b. Isilah data pada kolom Nilai Hasil sesuai
dengan persentase kegiatan manajemen

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 365


yang dilakukan pada format Kegiatan
Manajemen Puskesmas.
c. Isilah data pada kolom Nilai Akhir, sesuai
dengan persentase Indikator Mutu yang
dicapai, pada Format Penilaian Mutu
Pelayanan.
5. Isilah dengan cermat dan sesuai dengan keadaan
sebenarnya, karena hasil pengisian data ini akan
digunakan untuk penghitungan Nilai Hasil.

Latihan 2
Penghitungan Nilai Hasil
Petunujuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok Puskesmas
sebagai 1 tim
2. Setiap Puskesmas menggunakan format Penilaian
ke-3 komponen, yang telah diisi pada Latihan 1
3. Kemudian lakukan penghitungan sebagai berikut :
a. Untuk cakupan kegiatan penilaian kinerja
puskesmas :
- Hitung nilai sub variable dan nilai variabel
setiap kegiatan upaya kesehatan wajib dan
upaya kesehatan pengembangan
- Hitung nilai rata-rata setiap jenis upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan yang dilakukan puskesmas
b. Untuk kegiatan manajemen puskesmas :
- Hitung nilai rata-rata setiap variabel
manajemen
c. Untuk penilaian mutu pelayanan :
- Hitung niali rata-rata setiap variabel mutu
pelayanan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 366


Lakukan perhitungan secara cermat dan tepat,
karena hasil perhitungan akan menjadi bahan untuk
melakukan penilaian akhir penilaian kinerja
puskesmas.

Latihan 3

Sekarang tiba saatnya, kelompok puskesmas


melakukan mawas diri, melakukan penilaian akhir
PKP, karena penilaian akhir PKP yang sebenarnya,
dilakukan oleh tim Dinas Kesehatan kabupaten/ kota
setelah melakukan verifikasi usulan penilaian dari
puskesmas.

Petunjuk :
- Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata
pencapaian upaya kesehatan wajib dan upaya
kesehatan pengembangan berapa % tingkat
pencapaian hasil?
Ada pada kelompok apa (I/ II/ III) componen
cakupan pelayanan
- Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata variable
manajemen, dan mutu pelayanan kesehatan, berapa
nilai rata-rata tersebut
Ada pada kelompok apa (I/ II/ III), componen
kegiatan mana jenis puskesmas dan mutu
pelayanan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 367


Latihan 4

Membuat grafik sarang laba-laba

Petunjuk

Sekarang saatnya tim puskesmas membuat penyajian


hasil penilaian kinerja dengan menggunakan grafik
sarang laba-laba, yaitu :

- Buat tabel rekapitulasi perhitungan cakupan


componen, pelaksanaan pelayanan kesehatan

No Jenis kegiatan Hasil


Cakupan
(%)
I Upaya promosi kesehatan
II
III
IV
V
VI
VII
dst

- Buatlah grafik sarang laba-laba dengan jumlah


jari yang sesuai beri nomor untuk setiap jari.
- Buatlah titik disetiap jari sesuai dengan % hasil
cakupan
- Hubungkan setiap titik tersebut.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 368

Anda mungkin juga menyukai