Dengan:
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap (2,5 detik)
g = percepatan gravitasi (9,8 m/det 2)
fp = koefisien gesekan memanjang antara ban kendaraan dengan perkerasan
(menurut Bina Marga fp = 0,35 0,55)
L = landai jalan (%)
Jika diketahui kecepatan rencana sebesar 80 km/jam seperti yang tertera pada
kriteria perancangan, maka Jarak Pandang Henti (JPH) dapat dihitung sebagai berikut:
Diketahui:
VR = 80 km/jam
T = 2,5 detik
g = 9,8 m/det2
fp = 0,4 (Berdasarkan Referensi Perencanaan Teknik Jalan (Geometrik)
Ir.Hartom.M,Sc. UP Press halaman 56. Grafik koefisien gesek permukaan jalan yang
digunakan adalah kondisi basah karena sebagai kriteria sehingga nilai f didapat dari
pembacaan grafik dengan VR = 80 km/jam adalah 0,4)
Ditanya:
Jarak Pandang Henti (JPH) pada jalan datar?
Jawab:
V (80)
JPH = 0,278V T + = 0,278(80)(2,5) + = 118,5437 m
254f 254(0,4)
Jarak Pandang Henti Minimum : 120 m untuk VR = 80 km/jam
(Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Departemen Pekerjaan Umum,
Direktorat Jendral Bina Marga, September 1997)
Karena JPH hasil perhitungan < JPH minimum menurut peraturan maka ditetapkan
JPH sebesar 120 m.
d = 0,278V T
d3 = antara 30 100 m (75 m untuk 80 95 km/jam)
d4 = 2/3d2
Dengan:
T1 = 2,12 + 0,026VR
T2 = waktu kendaraan berada di jalur lawan (detik) = 6,56 + 0,048VR
a = percepatan rata-rata km/jam/detik = 2,052 + 0,0036VR
m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyiap dan kendaraan yang
disiap (biasanya diambil 10-15 km/jam)
Jika diketahui kecepatan rencana sebesar 80 km/jam seperti yang tertera pada
kriteria perancangan, maka Jarak Pandang Menyiap (JPM) dapat dihitung sebagai
berikut:
Diketahui:
VR = 80 km/jam
m = 15 km/jam (asumsi kecepatan kendaraan yang disiap = 65 km/jam)
a = 2,052 + 0,0036(80) = 2,34 km/jam/detik
T1 = 2,12 + 0,026(80) = 4,2 detik
T2 = 6,56 + 0,048(80) = 10,4 detik
Ditanya:
Jarak pandang menyiap (JPM)?
Jawab:
a. T 2,34.4,2
d = 0,278T V m + = 0,278(4,2) 80 15 + = 81,63159 m
2 2
d = 0,278V T = 0,278(80)(10,4) = 231,296 m
d3 = 75 m (untuk 80 95 km/jam)
d4 = 2/3(231,296) = 154,1973 m
sehingga JPM = d1 + d2 + d3 + d4 = 81,63159 + 231,296 +75 +154,1973 =
542,1249 m
Jarak Pandang Mendahului Minimum : 550 m untuk VR = 80 km/jam
(Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Departemen Pekerjaan Umum,
Direktorat Jendral Bina Marga, September 1997)
Karena JPM hasil perhitungan < JPM minimum menurut peraturan maka ditetapkan
JPH sebesar 550 m.
2.2 Klasifikasi Medan Jalan
Untuk menentukan klasifikasi medan jalan dilakukan perhitungan analisis
medan untuk perancangan geometrik medan jalan. Medan jalan dapat diklasifikasikan
berdasarkan kondisi dari sebagian medan yang diukur tegak lurus garis kontur. Untuk
mendapatkan kemiringan medan dilakukan perhitungan elevasi titik-titik station
sepanjang trase jalan. Titik tiap station berada pada garis yang menghubungkan titik
A, B C dan D yang digunakan sebagai terase jalan rencana. Dari tiap titik dilakukan
interpolasi dari ketinggian yang terdapat pada peta kontur.
Station Kontur Elevasi h/s
bb ba kiri kanan
0/A 40 45 41.73077 45.96154 0.192308
1 35 40 36.38889 38.42593 0.092593
2 30 35 29.6875 31.97917 0.104167
3 40 35 36.55 35.45 0.05
4 45 35 42.85714 41.42857 0.064935
5 50 45 48.94231 46.82692 0.096154
6/PI 55 50 55.64815 53.61111 0.092593
7 45 50 44.96032 45.83333 0.039683
8 35 30 32.73148 31.71296 0.046296
9 45 40 40.73214 40.33929 0.017857
10 50 50 50 50 0
11 60 65 61.34259 62.36111 0.046296
12 70 75 71.875 76.45833 0.208333
13/PI 80 80 80 80 0
14 80 85 83.75 84.58333 0.037879
15 80 85 84.47917 85.24306 0.034722
16 80 85 83.47701 84.1092 0.028736
17 80 85 80.52296 80.80357 0.012755
18 70 75 71.71154 72.13462 0.019231
19 60 65 63.16346 63.375 0.009615
20 55 60 56.225 56.775 0.025
21/D 50 55 52.47222 53.08333 0.027778
rata-rata 0.056679
Dari perhitungan didapat kemiringan medan sebesar 5,7 %. Berdasarkan Tata
Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Departemen Pekerjaan Umum,
Direktorat Jendral Bina Marga, September 1997 untuk kemiringan medan 3 % 25 %
jenis medan jalannya adalah perbukitan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis
medan jalan pada peta kontur adalah perbukitan.
(Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Departemen Pekerjaan Umum,
Direktorat Jendral Bina Marga, September 1997)
Diketahui:
A (-768,430)
B (-360,872)
C (144,470)
D (800,824)
Ditanya:
Jawab:
dA-PI1 dihitung dengan cara menghitung jarak antara 2 titik yang diketahui
koordinatnya.
dPI1-PI2 dihitung dengan cara menghitung jarak antara 2 titik yang diketahui
koordinatnya.
dPI2 D dihitung dengan cara menghitung jarak antara 2 titik yang diketahui
koordinatnya.
= 745,4207 m
Apabila panjang jarak lurus masing-masing titik tersebut telah diketahui, maka
sudut luar pada pertemuan antar garis tersebut dapat diukur dip eta jalan yang akan
dirancang maupun dihitung dengan pendekatan metematis.
Berdasarkan data dan kriteria yang diberikan, maka perhitungan sudut luar PI-
1 dan PI-2 trase jalan yang akan dirancang adalah sebagai berikut:
Diketahui:
B (-360,872)
C (144,470)
D (800,824)
Ditanya:
Jawab:
Perhitungan tikungan yang akan dirancang pada trase jalan tersebut dibuat
dalam beberapa alternatif, apabila suatu alternatif gagal (tidak memenuhi kriteria/
standar yang telah ditetapkan) maka perhitungan beralih pada alternatif lain. Pada
perancangan jalan ini, alternatif jenis tikungan pertama yang dipilih adalah tikungan
berbentuk lingkaran penuh (full circle) untuk kedua tikungan.
Jika diketahui kecepatan rencana suatu jalan arteri antar kota sebesar 80
km/jam, maka perhitungan tikungan pertama dan kedua pada trase jalan tersebut
dengan menggunakan jenis tikungan full circle (FC) adalah sebagai berikut:
Diketahui:
VR = 80 km/jam
Rmin = 900 m (Rmin yang tidak memerlukan lengkung peralihan untuk VR = 80
km/jam)
D1 = 85,9o
D2 = 66,9o
Ditanya:
Rc, Tc, Ec, dan Lc?
Posisi Stasiun?
Apakah rancangan tersebut feasible?
Jawab:
Rc yang digunakan untuk kedua tikungan sebesar 900 m karena Rmin tanpa lengkung
spiral untuk VR = 80 km/jam = 900 m > Rmin untuk VR = 80 km/jam = 210 m dan nilai
R ini adalah batas bawah nilai R untuk lengkung full circle sehingga ketika nilai ini
memberikan posisi stasiun komponen-komponen tikungan seperti TC sesuai standar
dan kriteria perancangan, maka R ini mungkin dapat ditingkatkan.
Komponen Tikungan Pertama (D1 = 85,9o)
Tc = Rctan1/2D = 900.tan(1/2. 85,9o) = 837,8 m
Ec = Rctan1/4D = 900.tan(1/4. 85,9o) = 354,07 m
Lc = (D2pRc)/360o = 1348,63 m
Posisi Stasiun Tikungan Pertama:
Sta. A = 0 + 000
Sta. TC = 0 236,275
Sta. CT = 1 + 112,355
Komponen Tikungan Kedua (D2 = 66,9o)
Tc = Rctan1/2D = 900.tan(1/2. 66,9o) = 594,6 m
Ec = Rctan1/4D = 900.tan(1/4. 66,9o) = 178,7 m
Lc = (D2pRc)/360o = 1050,33 m
Posisi Stasiun Tikungan Kedua:
Sta. TC = 0 + 324,7
Berdasarkan posisi stasiun TC tikungan kedua, rancangan kedua tikungan
menggunakan jenis tikungan full circle tidak feasible karena posisi TC tikungan
kedua berada sebelum posisi CT tikungan pertama sehingga posisi kedua tikunga
tidak saling bertemu (over lap). Padahal menurut kriteria yang ditetapkan bahwa di
antara 2 tikungan gabungan berbalik arah harus terdapat sisipan jarak lurus minimal
20 m atau suatu lengkung spiral.
Karena rancangan menggunakan jenis tikungan full circle untuk kedua
tikungan tidak dapat digunakan pada trase jalan yang diinginkan, maka rancangan
kedua yang akan dicoba adalah membuat tikungan pertama menjadi tikungan SCS
dan tikungan kedua tetap sebagai tikungan full circle.
Diketahui:
VR = 80 km/jam
Rmin = 210 m (Rmin untuk VR = 80 km/jam)
emax = 10 %
fm = 0,14
e = 0,09
D1 = 85,9o
D2 = 66,9o
Ditanya:
Rc dan Komponen Tikungan SCS untuk tikungan pertama?
Komponen Tikungan FC untuk tikungan kedua?
Posisi Stasiun?
Apakah rancangan tersebut feasible?
Jawab:
Rc untuk Tikungan Pertama:
V (80)
R = = = 219,1 220 m
127(e + f ) 127(0,09 + 0,14)
Rc > Rmin maka Rc dapat digunaka dalam perencanaan tikungan pertama
Komponen Tikungan SCS untuk Tikungan Pertama:
Dalam menggunakan lengkung tipe SCS harus dihitung panjang lengkung peralihan
yang dibutuhkan (Ls) dengan mencari nilai terbesar di antara tiga metode di bawah
ini:
o Ls berdasarkan waktu tempuh maksimum di lengkung peralihan
V
L = T
3,6
Dengan:
T = waktu tempuh di lengkung peralihan (3 detik)
80
L = (3) = 66,7 m
3,6
o Ls berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal
V V e
L = 0,022 2,727
RC C
Dengan:
C = perubahan percepatan (disarankan 0,4 m/det 2)
(80) 80(0,09)
L = 0,022 2,727 = 78,914 m
220(0,4) 0,4
o Ls berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
(e e )
L = V
3,6r
Dengan:
em = superelevasi maksimum
en = superelevasi normal
re = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan untuk V R
80 km/jam remax = 0,025 m/m/det
(0,09 0,02)
L = (80) = 62,2 m
3,6(0,025)
Sehingga digunakan Ls sebesar 78,914 m
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mendapatkan komponen lengkung
SCS lainnya agar dapat digambarkan pada gambar kerja.
L (78,914 )
X =L 1 = 78,914 1 = 78,66 m
40R 40(220 )
L (78,914 )
Y = = = 4,72 m
6R 6(220 )
90 90 78,914
= = = 10,28
220
L
p= R (1 cos ) = 4,72 220(1 cos10,28) = 4,73 m
6R
L (78,914 )
k=L R sin = 78,914 (220sin10,28)
40R 40(220 )
= 39,4 m
T = (R + p)tan 1 2 + k = (220 + 4,73)tan 1 2 (85,9) + 39,4
= 248,6 m
E = (R + p)sec 1 2 R = (220 + 4,73)tan 1 2 (85,9) 220
= 87,03 m
( 2 ) (85,9 2.10,28)
L = . . R = . . (220) = 250,75 m
180 180
L = L + 2L = 408,58 m
Posisi Stasiun Tikungan Pertama (SCS)
Sta A = 0 + 000
Sta TS = 0 + 353
Sta SC = 0 + 432
Sta CS = 0 + 682,6
Sta ST = 0 + 761,5
Komponen Tikungan kedua dengan menggunakan full circle telah dihitung
sebelumnya sehingga dapat langsung ditentukan posisi stasiunnya.
Posisi Stasiun Tikungan Kedua (FC)
Sta TC = 0 + 563
Berdasarkan posisi stasiun TC tikungan kedua, rancangan tikungan pertama
menggunakan SCS dan tikungan kedua menggunakan jenis tikungan full circle tidak
feasible karena posisi TC tikungan kedua berada sebelum posisi ST tikungan pertama
sehingga posisi kedua tikunga tidak saling bertemu (over lap). Padahal menurut
kriteria yang ditetapkan bahwa di antara 2 tikungan gabungan berbalik arah harus
terdapat sisipan jarak lurus minimal 20 m atau suatu lengkung spiral.
Karena rancangan menggunakan jenis tikungan SCS untuk kedua tikungan
tidak dapat digunakan pada trase jalan yang diinginkan, maka rancangan ketiga yang
akan dicoba adalah membuat tikungan pertama tetap menjadi tikungan SCS dan
tikungan kedua sebagai tikungan SCS juga.
Diketahui:
VR = 80 km/jam
Rmin = 210 m (Rmin untuk VR = 80 km/jam)
emax = 10 %
fm = 0,14
e = 0,03
D1 = 85,9o
D2 = 66,9o
Ditanya:
Rc dan Komponen Tikungan SCS untuk tikungan kedua?
Posisi Stasiun?
Apakah rancangan tersebut feasible?
Jawab:
Rc untuk Tikungan Kedua:
V (80)
R = = = 296,43 300 m
127(e + f ) 127(0,03 + 0,14)
Rc > Rmin maka Rc dapat digunaka dalam perencanaan tikungan kedua
Komponen Tikungan SCS untuk Tikungan Kedua:
Dalam menggunakan lengkung tipe SCS harus dihitung panjang lengkung peralihan
yang dibutuhkan (Ls) dengan mencari nilai terbesar di antara tiga metode di bawah
ini:
o Ls berdasarkan waktu tempuh maksimum di lengkung peralihan
V
L = T
3,6
Dengan:
T = waktu tempuh di lengkung peralihan (3 detik)
80
L = (3) = 66,7 m
3,6
o Ls berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal
V V e
L = 0,022 2,727
RC C
Dengan:
C = perubahan percepatan (disarankan 0,4 m/det 2)
(80) 80(0,03)
L = 0,022 2,727 = 77,5 m
300(0,4) 0,4
o Ls berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
(e e )
L = V
3,6r
Dengan:
em = superelevasi maksimum
en = superelevasi normal
re = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan untuk V R
80 km/jam remax = 0,025 m/m/det
(0,03 0,02)
L = (80) = 8,89 m
3,6(0,025)
Sehingga digunakan Ls sebesar 77,5 m
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mendapatkan komponen lengkung
SCS lainnya agar dapat digambarkan pada gambar kerja.
L (77,5 )
X =L 1 = 77,5 1 = 77,38 m
40R 40(300 )
L (77,5 )
Y = = = 3,34 m
6R 6(300 )
90 90 77,5
= = = 7,4
300
L
p= R (1 cos ) = 3,34 300(1 cos7,4) = 0,84 m
6R
L (77,5 )
k=L R sin = 77,5 (300sin7,4) = 38,71 m
40R 40(300 )
T = (R + p)tan 1 2 + k = (300 + 0,84)tan 1 2 (66,9) + 0,84
= 237,5 m
E = (R + p)sec 1 2 R = (300 + 0,84)tan 1 2 (66,9) 300
= 60,55 m
( 2 ) (66,9 2.7,4)
L = . . R = . . (300) = 272,6 m
180 180
L = L + 2L = 427,6 m
Posisi Stasiun Tikungan Kedua (SCS)
Sta TS = 0 + 920,2
Sta SC = 0 + 997,65
Sta CS = 1 + 270,26
Sta ST = 1 + 347,76
Sta D = 1 + 855,73
Berdasarkan posisi stasiun TS tikungan kedua, rancangan tikungan pertama
menggunakan SCS dan tikungan kedua juga menggunakan SCS feasible karena posisi
TC tikungan kedua berada setelah posisi ST tikungan pertama (Sta ST = 0 + 761,5)
dengan sisipan sebesar 158,64 m (hampir 160 m) sehingga posisi kedua tikungan
telah memenuhi kriteria yang ditetapkan bahwa di antara 2 tikungan gabungan
berbalik arah harus terdapat sisipan jarak lurus minimal 20 m atau suatu lengkung
spiral. Namun demikian, spasi yang tersedia tersebut besarnya lebih kecil dari jarak
pandang menyiap yang telah dihitung (JPM = 550 m) sehingga pada spasi tersebut
kendaraan dilarang menyiap dengan diberikan rambu.
JPH = 120 m
JPM = 550 m
G1 = -4 %
G2 =3%
Ditanya:
Panjang Lengkung Vertikal?
Jawab:
= |4% 3%| = 7%
Untuk JPH < L
AJPH 7(120 )
L= = = 186,7 m
(120 + 3,5JPH) 120 + 3,5(120)
JPH = 120 m
L = 186,7 m
JPH < L OK
Untuk JPH > L
(120 + 3,5JPH) (120 + 3,5(120))
L = 2JPH = 2(120) = 162,9 m
A 7
JPH = 120 m
L = 162,9 m
JPH < L TIDAK OK
Panjang lengkung dengan memperhatikan kenyamanan
A80 7(80 )
L= = = 115,17 m
389 389
Maka diambil panjang lengkung vertikal pertama (cekung) sebesar 186,7 m
JPH = 120 m
L = 71 m
JPH > L TIDAK OK
Untuk JPH > L
405 405
L = 2JPH = 2(120) = 37,5 m
A 2
JPH = 120 m
L = 37,5 m
JPH > L OK
Lmin = 8A = 8(2) = 16 m
Lmin < L maka diambil panjang lengkung kedua sebesar 37,5 m
Pedoman :
Mass Diagram
40000
20000
0
0 5 10 15 20
-20000
Elevasi (m)
-40000
-80000
-100000
-120000
-140000
Station