Pemodelan Sistem Dinamik PDF
Pemodelan Sistem Dinamik PDF
Oleh
RAHAYU UTAMI
F34101027
2006
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Rahayu Utami. F34101027. Simulasi Dinamika Sistem Ketersediaan Ubi
Kayu (Studi Kasus Di Kabupaten Bogor). Dibawah Bimbingan Machfud dan
Agus Supriatna S. 2005.
RINGKASAN
SUMMARY
SKRIPSI
Oleh
RAHAYU UTAMI
F34101027
2006
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
SURAT PERNYATAAN
RAHAYU UTAMI
BIODATA PENULIS
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Simulasi Dinamika Sistem
Ketersediaan Ubi Kayu (Studi Kasus di Kabupaten Bogor). Skripsi ini diajukan
sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dan meraih gelar Sarjana Teknologi
Pertanian di Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Ir. Machfud, MS., selaku pembimbing I yang berkenan memberikan
bimbingan, pengarahan, dan nasehat selama penyusunan skripsi.
2. Ir. Agus Supriatna S., selaku pembimbing II yang berkenan memberikan
bimbingan, pengarahan, dan nasehat selama penyusunan skripsi.
3. Ir. Sugiarto, selaku penguji yang telah memberikan saran dalam penyelesaian
skripsi ini.
4. Ayahanda Darsono, ibunda Mulyarsih, dan kakak-kakakku tercinta atas doa,
dukungan moral dan material hingga terselesainya skripsi ini.
5. Ibu Noviana, selaku Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bogor yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk memperoleh data dan informasi.
6. Ibu Ellyza, selaku Ka.Bid Produksi dan Bapak Dedi Supriadi, selaku Ka.Bid
Program dan Pengendalian Dinas Pertanian Kabupaten Bogor atas diskusi dan
masukan yang diberikan demi perbaikan model.
7. Bapak Ganda Sudiana, selaku Ka.Si Perlindungan Tanaman dan Bapak
Mahmud, selaku staff Bina Usaha Dinas Pertanian Kabupaten Bogor yang
telah memberikan informasi lapang dan bantuan dalam survei pendahuluan.
8. Eko Suwarno (KSH 38), Mas Sugeng (MNH 35), dan Sari S. (TIN 38) atas
bantuan dalam pengumpulan data primer selama survei lapang.
9. Teman-temanku Dian K, Dinny, Nieken, Yana, Bunga, Freddy, Pipink, Jaki
(TEP 38) atas persahabatan, semangat, dan masukan selama penyusunan
skripsi.
10. Keluarga besar wisma Zulfa : Anggi, Novi, Mba Weni, Her-Her, Wulan, Ina,
Ika, De Anis, De Ela, atas keceriaan dan kekeluargaan yang terjalin selama
ini.
11. Rekan-rekan TIN 38 atas dorongan, bantuan, kerjasama, dan
persahabatannya.
12. Serta semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan
penyusunan skripsi.
Kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan skripsi ini. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ...................................................................... 1
B. TUJUAN .......................................................................................... 3
C. RUANG LINGKUP .......................................................................... 3
D. MANFAAT ..................................................................................... 4
Halaman
Halaman
Halaman
A. LATAR BELAKANG
Tabel 1. PDRB sektor pertanian Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku
(milyar rupiah)
2003 2004 **)
Lapangan Usaha 2003 *)
Semester I Semester II Semester I
1. Pertanian 781,51 817,95 1.599,46 842,05
a. Tanaman bahan 417,54 422,61 840,15 429,63
makanan
b. Tanaman 26,89 27,68 54,57 26,80
perkebunan
c. Peternakan 324,99 355,04 680,03 370,39
d. Kehutanan 2,19 2,28 4,47 2,35
e. Perikanan 9,90 10,34 20,24 10,86
Total PDRB 7.152,43 7.632,10 14.784,53 7.990,45
Sumber : BPS, Kabupaten Bogor bekerja sama dengan BAPEDA, Kabupaten Bogor (2004)
Keterangan : *) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 2.388,93 km2 merupakan salah
satu kabupaten sentra produksi ubi kayu di Provinsi Jawa Barat. Kriteria suatu
daerah sebagai kabupaten sentra produksi ubi kayu menurut Hafsah (2003)
antara lain memiliki areal tanam yang cukup luas, produksi yang relatif tinggi,
memiliki akses terhadap pasar, terdapat industri yang memanfaatkan bahan
baku ubi kayu seperti pabrik tapioka dan chips/pellet, home industry
pembuatan keripik/ceriping singkong dan lain-lain, jaringan kemitraan usaha,
serta memiliki sarana dan prasarana penunjang.
Total produksi ubi kayu Kabupaten Bogor periode 1995-2003 adalah
sekitar 7-12% dari total produksi ubi kayu Jawa Barat atau sekitar 1% dari
total produksi ubi kayu nasional (BPS, 2004, diolah). Jumlah produksi ubi
kayu Kabupaten Bogor sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan
industri pengolahan ubi kayu seperti industri tepung tapioka (aci), keripik,
tape, dan lain-lain. Perkembangan produksi ubi kayu Kabupaten Bogor tahun
19952004 dapat dilihat pada Gambar 1.
250,000
200,000
Jumlah (Ton)
150,000
100,000
50,000
0
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
B. TUJUAN
C. RUANG LINGKUP
D. MANFAAT
A. UBI KAYU
Tabel 2. Kandungan gizi dalam tiap 100 gram ubi kayu dan berbagai produk
olahannya
Banyaknya dalam
No Kandungan Gizi Ubi Kayu Ubi Kayu Tepung
Gaplek Tapioka
Biasa Kuning Gaplek
1 Kalori (kal) 146,00 157,00 338,00 362,00 363,00
2 Protein (g) 1,20 0,80 1,50 0,50 1,10
3 Lemak (g) 0,30 0,30 0,70 0,30 0,50
4 Karbohidrat (g) 34,70 37,90 81,30 86,90 88,20
5 Kalsium (mg) 33,00 33,00 80,00 0 84,00
6 Fosfor (mg) 40,00 40,00 60,00 0 125,00
7 Zat Besi (mg) 0,70 0,70 1,90 0 1,00
8 Vitamin A (SI) 0 385,00 0 0 0
9 Vitamin B1(mg) 0,06 0,06 0,04 0 0,04
10 Vitamin C (mg) 30,00 30,00 0 0 0
11 Air (g) 62,50 60,00 14,50 12,00 9,10
12 Bagian yang dapat 75,00 75,00 100,00 100,00 100,00
dimakan (%)
Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (1981) di dalam Rukmana (1997)
Ubi kayu sebagai bahan baku industri dapat diolah menjadi berbagai
produk antara lain tapioka, glukosa kristal, fruktosa, sorbitol, high fructose
syrup (HFS), dekstrin, alkohol, etanol, asam sitrat (citric acid), dan
monosodium glutamate. Dekstrin digunakan antara lain pada industri tekstil,
kertas perekat plywood dan farmasi/kimia. Asam sitrat digunakan sebagai
pemberi rasa asam dalam pembuatan makanan kaleng, minuman, jams, jelly,
obat-obatan dan dapat pula digunakan sebagai pemberi rasa asam pada sirup,
kembang gula dan saus tembakau. Monosodium glutamate digunakan sebagai
penyedap makanan. Sorbitol (produk akhir ubi kayu) dibuat dari tapioka cair
berwarna putih bening seperti gel/putih mengkilat digunakan antara lain pada
industri kembang gula/permen dan minuman instan yang produknya
mempunyai nilai jual yang tinggi, serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pemanis untuk pasta gigi, kosmetik, dan cat minyak (Hafsah, 2003). Pohon
industri ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 2.
Dikeringkan (Dried)
Pelet (Pellets)
Gaplek
(Manioc) Tepung Gaplek
(Manioc Flour)
Makanan Ringan
Lain-Lain (Snack)
(Other Product of
Manioc) Dekstrin (Dextrin)
Etanol (Etanol)
1. Definisi
Sistem dinamik pertama kali diperkenalkan oleh Jay W. Forrester
di Massachussetts Institute of Technology (MIT) pada tahun 1950-an,
merupakan suatu metode pemecahan masalah-masalah kompleks yang
timbul karena adanya kecenderungan sebab-akibat dari berbagai macam
variabel di dalam sistem. Metode sistem dinamik pertama kali diterapkan
pada permasalahan manajemen seperti fluktuasi inventori, ketidakstabilan
tenaga kerja, dan penurunan pangsa pasar suatu perusahaan. Hingga saat
ini aplikasi metode sistem dinamik terus berkembang semenjak
pemanfaatannya dalam bidang-bidang sosial dan ilmu-ilmu fisik.
Berikut ini pengertian sistem dinamik adalah sebagai berikut :
a. Sistem dinamik adalah suatu metode analisis permasalahan dimana
waktu merupakan salah satu faktor penting, dan meliputi pemahaman
bagaimana suatu sistem dapat dipertahankan dari gangguan di luar
sistem, atau dibuat sesuai dengan tujuan dari pemodelan sistem yang
akan dibuat (Coyle, 1979).
b. Sistem dinamik adalah metodologi untuk memahami suatu masalah
yang kompleks. Metodologi ini dititikberatkan pada kebijakan dan
bagaimana kebijakan tersebut menentukan tingkah laku masalah-
masalah yang dapat dimodelkan oleh sistem dinamik (Richardson dan
Pugh, 1986).
c. Sistem dinamik adalah suatu metode pendeskripsian kualitatif,
pemahaman, dan analisis sistem kompleks dalam ruang lingkup proses,
informasi, dan struktur organisasi, yang memudahkan dalam simulasi
pemodelan kuantitatif dan analisis kebijakan dari struktur sistem dan
kontrol (Wolstenholme, 1989 di dalam Daalen dan Thissen, 2001).
d. Sistem dinamik adalah suatu bidang untuk memahami bagaimana
sesuatu berubah menurut waktu. Sistem ini dibentuk oleh persamaan-
persamaan diferensial. Persamaan diferensial digunakan untuk
masalah-masalah biofisik yang diformulasikan sebagai keadaan di
masa datang yang tergantung dari keadaan sekarang (Forrester, 1999).
2. Pemodelan Dinamik
Pemodelan merupakan alat bantu dalam pengambilan keputusan.
Model didefinisikan sebagai suatu penggambaran dari suatu sistem yang
telah dibatasi. Sistem yang dibatasi ini merupakan sistem yang meliputi
semua konsep dan variabel yang saling berhubungan dengan permasalahan
dinamik (dynamic problem) yang ditentukan (Rhichardson dan Pugh,
1986).
Model yang dikembangkan dengan sistem dinamik mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
a. Menggambarkan hubungan sebab akibat dari sistem
b. Sederhana dalam mathematical nature
c. Sinonim dengan terminologi dunia industri, ekonomi, dan sosial dalam
tatanama
d. Dapat melibatkan banyak variabel
e. Dapat menghasilkan perubahan yang tidak kontinyu jika dalam
keputusan memang dibutuhkan (Forrester, 1961 di dalam Noorsaman
dan Wahid, 1998).
Pada umumnya model dibangun untuk tujuan peramalan
(forecasting) atau perancangan kebijaksanaan. Berbeda dengan model
statis, pendekatan model dinamik bersifat deduktif dan mampu
menghilangkan kelemahan-kelemahan dalam asumsi-asumsi yang dibuat
sehingga kesepakatan atas asumsi-asumsi dapat diperoleh. Model dinamik
menekankan pada proses perubahan dari satu kondisi ke kondisi lainnya.
Karena perubahan memakan waktu, delay menjadi hal penting dalam
pemodelan dinamik. Apabila dalam model statis tingkat variabel keadaan
dan kelakuan sistem yang lalu menentukan tingkat stok dan kelakuan
sistem sekarang, maka dalam model sistem dinamik hubungan temporal
hanya berlaku untuk tingkat stok saja dan tidak untuk kelakuan sistem.
Kelakuan sistem pada saat sekarang tidak dapat diterangkan oleh
kelakuannya pada waktu yang lalu, melainkan oleh mekanisme interaksi
struktur mikro dalam sistem (Tasrif, 1993 di dalam Noorsaman dan Wahid,
1998).
Dalam menyusun model dinamik terdapat tiga bentuk alternatif
yang dapat digunakan (Muhammadi et al., 2001), yaitu :
a. Verbal
Model verbal adalah model sistem yang dinyatakan dalam bentuk kata-
kata.
b. Visual (analog model kualitatif)
Deskripsi visual dinyatakan secara diagram dan menunjukkan hubungan
sebab akibat banyak variabel dalam keadaan sederhana dan jelas.
Analisis deskripsi visual dilakukan secara kualitatif.
c. Matematis
Model visual dapat direpresentasikan ke dalam bentuk matematis yang
merupakan perhitungan-perhitungan terhadap suatu sistem. Semua
bentuk perhitungannya bersifat ekuivalen, yang mana setiap bentuk
berperan sebagai alat bantu untuk dimengerti bagi yang awam.
Simulasi Konseptualisasi
model sistem
Formulasi model
Keputusan
+ +
Kelahiran (+) Penduduk (-) Kematian
+ -
b. Rate
Rate merupakan suatu aktivitas, pergerakan (movement), atau
aliran yang berkontribusi terhadap perubahan per satuan waktu dalam
suatu variabel level. Rate merupakan satu-satunya variabel yang
mempengaruhi variabel level (Tasrif, 2004). Dalam Powersim
simbol rate dinyatakan dengan kombinasi antara flow
dan auxiliary. Simbol ini harus terhubung dengan sebuah
variabel level.
c. Auxiliary
Auxiliary merupakan variabel tambahan untuk
menyederhanakan hubungan informasi antara level dan rate
(Shintasari, 1988). Seperti variabel level, variabel auxiliary juga
dapat digunakan untuk menyatakan sejumlah benda (nouns).
Simbol auxiliary dinyatakan dengan sebuah lingkaran (Powersim,
2005).
Gambar 8. Simbol variabel auxiliary
d. Konstanta
Konstanta merupakan input bagi persamaan rate baik
secara langsung maupun melalui auxiliary. Konstanta menyatakan
nilai parameter dari sistem real. Simbol konstanta dinyatakan dengan
segiempat (Powersim, 2005).
d. Garis Penghubung
Garis penghubung (link) menghubungkan antara satu variabel
dengan variabel lainnya atau antara variabel dengan konstanta. Simbol
link dalam Powersim dinyatakan dengan sebuah panah halus
(Shintasari, 1988).
dimana,
Sb : Sebelumnya
Sk : Sekarang
Ya : Yang akan datang
Dt : Interval waktu simulasi (t)
2. Persamaan rate
Persamaan rate menyatakan bagaimana aliran di dalam
sistem diatur. Harga variabel rate dalam suatu interval waktu sering
dipengaruhi oleh variabel-variabel level, auxiliary, atau konstanta
dan tidak dipengaruhi oleh panjangnya waktu. Persamaan rate
dihitung pada saat sk, dengan menggunakan informasi dari level
atau auxiliary pada saat sk untuk mendapatkan rate aliran selama
interval waktu selanjutnya (skya). Asumsi yang diambil dalam
perhitungan rate ini adalah bahwa selama interval waktu DT,
harga rate konstan. Hal ini merupakan pendekatan dari keadaan
sebenarnya dimana rate berubah terhadap waktu secara kontinyu
(Shintasari, 1988). Bentuk persamaan rate adalah :
RMskya = f (level, auxiliary, dan konstanta)
3. Persamaan auxiliary
Persamaan auxiliary berfungsi untuk membantu
menyederhanakan persamaan rate yang rumit. Harga auxiliary
dipengaruhi oleh variabel level, variabel auxiliary lain dan
konstanta yang telah diketahui (Shintasari, 1988).
Contoh : Ask = Lsk / C
dimana,
A : variabel auxiliary
Ask : harga variabel auxiliary A yang akan dihitung pada
saat sk
Lsk : harga variabel level L pada saat sk
C : harga konstanta
4. Persamaan konstanta / parameter
Suatu konstanta mempunyai harga yang tetap sepanjang selang
waktu simulasi, sehingga tidak memerlukan notasi waktu di
belakangnya. Persamaan konstanta menunjukkan nilai parameter yang
selalu mengikuti persamaan variabel level, rate, atau auxiliary
(Shintasari, 1988).
Contoh : Const = 0,04
dimana,
Const : nama dari suatu konstanta
C. TEKNIK SIMULASI
D. LANDASAN TEORI
1. Demografi
Demografi adalah studi matematik dan statistik terhadap jumlah,
komposisi, dan distribusi spasial dari penduduk manusia, dan perubahan-
perubahan dari aspek-aspek tersebut yang senantiasa terjadi sebagai akibat
bekerjasamanya lima proses yaitu : fertilitas, mortalitas, perkawinan,
migrasi dan mobilitas sosial (Bogue, 1969 di dalam Rusli, 1994).
Variabel-variabel demografi yang pokok adalah kelahiran, kematian, dan
migrasi yang juga dikenal sebagai komponen-komponen atau determinan-
determinan pertumbuhan penduduk.
Menurut Rusli (1994), sistem regristrasi penduduk seperti data
jumlah kelahiran, kematian, dan migrasi dapat digunakan untuk
menghitung jumlah penduduk pada akhir suatu periode dari daerah dengan
persamaan penduduk berimbang sebagai berikut :
Pt = Po + B D + I E
dimana,
Pt = jumlah penduduk pada akhir periode t
Po = jumlah penduduk pada awal periode t
B = jumlah kelahiran yang terjadi dalam periode t
D = jumlah kematian yang terjadi dalam periode t
I = jumlah imigran atau migran masuk
E = jumlah emigran atau migran keluar
Berdasarkan persamaan penduduk berimbang tersebut dapat
dihitung rate perkembangan penduduk untuk tahun tertentu dengan
rumus :
BD+I E
r= 100%
Ptt
dimana,
Ptt = jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Disamping menggunakan persamaan penduduk berimbang, rate
perkembangan penduduk per tahun juga dapat dihitung dengan persamaan
geometrik dan eksponensial berdasarkan data total penduduk tahunan.
Selanjutnya, berdasarkan rate perkembangan penduduk tahunan geometrik
dan eksponensial dapat dilakukan estimasi penduduk total pada titik-titik
waktu yang diperlukan (Rusli, 1994).
Persamaan geometrik : Pt = P0 (1 + r)t
Persamaan eksponensial : Pt = P0 ert (e= 2,71828)
dimana,
P0 = jumlah penduduk pada awal periode waktu t
Pt = jumlah penduduk pada akhir periode waktu t
r = rate perkembangan penduduk per tahun
2. Validasi Model
Validasi merupakan tahap terakhir dalam pengembangan model
untuk memeriksa model dengan meninjau apakah keluaran model sesuai
dengan sistem nyata, dengan melihat konsistensi internal, korespondensi,
dan representasi (Simatupang, 2000). Menurut Daalen dan Thissen (2001),
validasi dalam pemodelan sistem dinamik dapat dilakukan dengan
beberapa cara meliputi uji struktur secara langsung (direct structure tests)
tanpa merunning model, uji struktur tingkah laku model (structure-
oriented behaviour test) dengan merunning model, dan pembandingan
tingkah laku model dengan sistem nyata (quantitative behaviour pattern
comparison).
Validasi pada pemodelan ini dilakukan dengan membandingkan
tingkah laku model dengan sistem nyata (quantitative behaviour pattern
comparison) yaitu dengan uji MAPE.
Uji MAPE (Mean Absolute Percentage Error)
Mean Absolute Percentage Error (nilai tengah persentase
kesalahan absolut) adalah salah satu ukuran relatif yang menyangkut
kesalahan persentase. Uji ini dapat digunakan untuk mengetahui
kesesuaian data hasil prakiraan dengan data aktual.
1 Xm Xd
MAPE =
n
Xd
100%
Keterangan :
Xm = data hasil simulasi
Xd = data aktual
n = periode/banyaknya data
Kriteria ketepatan model dengan uji MAPE (Lomauro dan
Bakshi, 1985 di dalam Somantri, 2005) adalah :
MAPE < 5% : sangat tepat
5% < MAPE < 10% : tepat
MAPE > 10% : tidak tepat
E. PENELITIAN TERDAHULU
A. KERANGKA PEMIKIRAN
Identifikasi
Masalah
Perancangan Diagram
Pemilihan Metode
Sebab Akibat
Simulasi Model
Validasi Tidak
Model
Ya
Pemilihan Alternatif
Implementasi
B. PENDEKATAN SISTEM
3. Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara
pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari
masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan tersebut.
Berdasarkan kepentingan komponen-komponen yang terlibat, keterkaitan
komponen dalam sistem dapat dilihat pada Gambar 17. Diagram input
output dari sistem ini dapat dilihat pada Gambar 18.
+ +
+
Kebutuhan ubi +
kayu_tapioka + Kebutuhan
Jumlah ubi kayu
ubi kayu_industri
-
+
Neraca ketersediaan
Kebutuhan ubi kayu
ubi kayu_produk
makanan +
+ Penyediaan
ubi kayu
Produksi
Produktivitas + +
Gambar 17. Diagram sebab akibat dinamika sistem ketersediaan ubi kayu
Input Lingkungan
- Kebijaksanaan pemerintah
- Kondisi sosial budaya
Input Tak Terkendali
Output Dikehendaki
- Serangan hama penyakit
- Iklim - Persediaan ubi kayu sesuai
- Tingkat konversi lahan dengan permintaan konsumen
- Laju pertumbuhan penduduk - Stabilitas harga ubi kayu
Manajemen Pengendalian
1. Konseptualisasi Model
Pada tahap ini pemahaman tentang sistem yang akan dimodelkan
dituangkan dalam sebuah konsep. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran secara menyeluruh tentang model yang akan kita buat. Tahap ini
dimulai dengan mengidentifikasi semua komponen penting yang terlibat
atau yang akan dimasukkan ke dalam pemodelan dan menetapkan batas
model (model boundaries). Komponen-komponen tersebut kemudian
dicari interrelasinya satu sama lain dengan menggunakan metode diagram
sebab akibat. Tanda panah pada diagram diberi tanda (+) atau (-)
tergantung pada hubungan yang terjadi apakah positif atau negatif. Tanda
(+) digunakan untuk menyatakan hubungan yang terjadi antara dua faktor
yang berubah dalam arah yang sama. Sedangkan tanda (-) digunakan jika
hubungan yang terjadi antara dua faktor tersebut berubah dalam arah yang
berlawanan.
2. Formulasi Model
Pada tahap ini dilakukan perumusan makna sebenarnya dari setiap
relasi yang ada dalam model konseptual. Sistem dinamik menggunakan
persamaan matematika (differential equations) untuk menggambarkan
sebuah sistem ke dalam model. Pada tahap ini dilakukan kuantifikasi
model dengan memasukkan data kuantitatif ke dalam diagram sistem
dinamik sehingga diperoleh hubungan yang sesuai antara variabel-variabel
dalam diagram. Identifikasi parameter dan pengembangan model juga
dilakukan untuk mendapatkan model yang konsisten.
3 Evaluasi Model
Evaluasi model meliputi verifikasi dan validasi model. Verifikasi
dilakukan untuk mengetahui konsistensi model yang dibuat, dengan
mengecek dimensi variabel yang digunakan dalam model dan mengetahui
ketepatan penggunaan metode integrasi (time step) yang dipilih. Sedang
validasi dilakukan dengan cara membandingkan model simulasi dengan
keadaan yang sebenarnya. Validasi meliputi uji struktur secara langsung
(direct structure tests) tanpa merunning model, uji struktur tingkah laku
model (structure-oriented behaviour test) dengan merunning model, dan
pembandingan tingkah laku model dengan sistem nyata (quantitative
behaviour pattern comparison).
D. TATA LAKSANA
1. Identifikasi Masalah
Masalah yang mungkin timbul dalam suatu sistem dinamik adalah
adanya permasalahan yang cukup kompleks, banyaknya variabel yang
terkait, dan banyaknya pengaruh waktu yang sangat signifikan. Untuk
memperjelas lingkup permasalahan diperlukan pembatasan masalah dan
asumsi yang relevan dalam membangun model. Beberapa variabel yang
diperlukan nilai awalnya antara lain populasi penduduk, luas areal tanam
ubi kayu, luas panen, produktivitas rata-rata ubi kayu, banyaknya industri
berbasis ubi kayu, dan rata-rata kebutuhan ubi kayu untuk pangan dan
industri.
3. Perancangan Model
Model yang digunakan untuk analisis ketersediaan ubi kayu
mengacu pada pendekatan sistem dinamik berdasarkan diagram lingkar
sebab akibat. Penyusunan model ketersediaan ubi kayu menggunakan
software powersim 2.5, berbentuk simbol-simbol dan simulasinya
mengikuti suatu metode yang dinamakan dinamika sistem (system
dynamic).
Industri kecil
Petani Umbi segar
(produk makanan)
Pengrajin tapioka
kasar
Industri kecil
Tepung
(produk makanan)
Distributor Konsumen
Konsumen
(industri, dll)
1)
Berdasarkan wawancara dengan narasumber, Sub Dinas Bina Usaha Tani,
Dinas Pertanian Kabupaten Bogor (dimodifikasi)
2. Agroindustri Ubi Kayu
Industri pengolahan ubi kayu atau singkong di Kabupaten Bogor
cukup banyak jenisnya meliputi industri tapioka, industri keripik singkong,
tape, dan lain-lain. Industri tersebut umumnya tergolong dalam industri
skala kecil atau rumah tangga dan industri skala sedang.
Pencucian
1,5 m3 Air
(Manual)
Limbah cair 1,5 m3
Pemarutan
(Semi mekanis)
Ekstraksi
8,5 m3 Air Ampas 400 kg
(Manual)
Pengendapan
Limbah cair 8,8 m3
(Batch)
Penjemuran
Penggilingan
Pengemasan
Ubi kayu
Pengupasan
Pencucian
Pengirisan
Penirisan
Penggorengan
Keripik
singkong
Pengemasan
3. Industri tape
Industri tape di Kabupaten Bogor umumnya merupakan industri
tradisional dan tergolong skala kecil atau rumah tangga. Industri tape
yang tercatat di Dinas Pertanian Kabupaten Bogor hingga akhir tahun
2004 berjumlah kurang lebih 4 buah.
Tape merupakan produk olahan ubi kayu dengan cara
fermentasi. Tahapan proses produksi tape meliputi pembersihan,
pemotongan, pencucian, pengukusan, peragian, pembungkusan dan
penyimpanan (pemeraman) ubi kayu yang telah diberi ragi selama 2-7
hari (Gambar 22). Pemasaran produk tape dilakukan tidak hanya di
wilayah Bogor tetapi juga di luar wilayah Bogor seperti Pasar Minggu
dan Tangerang.
Industri kecil tape umumnya membutuhkan tenaga kerja 2-10
orang. Pembuatan tape tersebut dapat dilakukan secara sendiri
(keluarga) karena tidak memerlukan keterampilan khusus.
U b i kay u
P en gu p asan
P em o to ng an
P en cu cian
P en g u ku san
(seten g ah m asak )
P en irisan
P erag ian
P em b un g k u san
(d en g an p lastik , d au n
talas)
P em eram an
(2 -7 h ari)
T ap e p eu y eu m
Gambar 22. Skema proses produksi tape peuyeum (Margono dkk., 1993)
B. RANCANGAN MODEL
1. Deskripsi Sistem
Permasalahan ketersediaan ubi kayu merupakan suatu permasalahan
sistem yang cukup kompleks dengan melibatkan berbagai komponen,
variabel di dalamnya yang saling berinteraksi dan terintegrasi.
Ketersediaan ubi kayu secara regional dapat dipandang sebagai suatu
masalah dinamika sistem yang berubah sepanjang waktu dan dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang juga bersifat dinamis.
Ubi kayu merupakan komoditas palawija unggulan di Kabupaten
Bogor sehingga pemantauan terhadap ketersediaannya perlu dilakukan
setiap tahunnya. Tujuan pemodelan ketersediaan ubi kayu ini adalah untuk
melihat pola ketersediaan ubi kayu di masa mendatang sebagai pemenuhan
bahan baku bagi agroindustri, pengembangan agroindustri, pemenuhan
kebutuhan pangan dalam upaya diversifikasi pangan non beras, pemenuhan
keperluan ekspor, dan lain-lain dengan berbagai alternatif pengembangan
skenario yang sesuai dengan kondisi nyata.
Model dinamika sistem yang dikembangkan dibatasi pada hal-hal
yang berkaitan dengan penyediaan (produksi) ubi kayu dan permintaan
terhadap ubi kayu bagi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri.
Untuk memudahkan dalam pemodelan, sistem ketersediaan ubi kayu dibagi
menjadi tiga sub sistem yaitu sub sistem penyediaan, sub sistem kebutuhan
konsumsi, dan sub sistem kebutuhan industri.
Simulasi model dinamik ketersediaan ubi kayu merupakan suatu
model yang dirancang dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik
dan diberi nama dengan Cassava.Sim. Model ini dibuat berdasar
identifikasi permasalahan yang dituangkan ke dalam diagram sebab akibat
(causal loop), diformulasikan dalam diagram alir (stock dan flow) dan
disimulasikan dengan menggunakan software Powersim versi 2.5.
2. Konseptualisasi Model
Untuk menganalisa sistem ketersediaan ubi kayu dibuat model
simulasi sesuai dengan formulasi permasalahan guna mempermudah dan
mempercepat keluaran yaitu sebagai arah kebijakan dalam pengambilan
keputusan. Model Cassava.Sim yang dibuat merupakan replikasi dari
sistem nyata yang terbagi menjadi tiga sub sistem (sub model) yaitu sub
model penyediaan ubi kayu, sub model kebutuhan ubi kayu konsumsi, dan
sub model kebutuhan ubi kayu industri.
Delay
+ + -
Laju Luas areal Laju
R1 B1
ekstensifikasi tanam konversi
+ +
+ -
B1
Gap Potensi
+ lahan
Gambar 23. Diagram sebab akibat sub model penyediaan ubi kayu
3. Formulasi Model
a. Asumsi Model
Asumsi merupakan pikiran-pikiran dasar yang digunakan
sebagai titik tolak atau alasan dalam menjelaskan suatu fenomena dan
diyakini kebenarannya (Simatupang, 2000). Dalam pembuatan model
dinamik ketersediaan ubi kayu Kabupaten Bogor digunakan beberapa
asumsi antara lain :
1. Pemodelan ketersediaan yang dibangun berlaku untuk kedua jenis
ubi kayu yaitu manis dan pahit.
2. Terjadi alih fungsi lahan atau pergeseran pemanfaatan lahan ubi
kayu menjadi tanaman palawija lain atau untuk keperluan non
pertanian sebesar 2 % per tahun.
3. Permintaan ubi kayu adalah untuk kebutuhan industri dan kebutuhan
konsumsi.
4. Umur panen rata-rata ubi kayu diasumsikan 12 bulan. Hal ini karena
kebutuhan ubi kayu di Kabupaten Bogor sebagian besar digunakan
untuk industri tapioka. Asumsi ini mengacu pada Rukmana (1997),
ubi kayu (varietas dalam) memiliki kadar karbohidrat (pati)
maksimal pada umur tanaman 9-12 bulan.
5. Laju pertumbuhan penduduk dianggap tetap selama periode tahun
1998-2013.
6. Konsumsi rata-rata ubi kayu penduduk Kabupaten Bogor baik dalam
bentuk segar maupun dalam bentuk olahannya diasumsikan sama
dengan konsumsi penduduk Jawa Barat yaitu sebesar 0,008
ton/kapita/tahun (Susenas, 2003, diolah) dan dianggap tetap selama
tahun 1998-2003.
7. Jumlah industri tapioka, industri keripik, dan industri tape dianggap
tetap selama tahun 1998-2013.
8. Periode analisis simulasi dibatasi untuk periode tahun 1998 sampai
dengan tahun 2013.
b. Formulasi Model
Formulasi model merupakan perumusan masalah ke dalam
bentuk matematis yang dapat mewakili sistem nyata. Formulasi model
menghubungkan variabel-variabel yang telah diidentifikasi dalam
model konseptual dengan bahasa simbolik. Formulasi model
Cassava.Sim dalam perangkat lunak Powersim selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 6.
1. Sub Model Penyediaan
Sub model penyediaan dirumuskan dalam persamaan
matematis sebagai berikut :
dimana,
Produksi_UK : jumlah produksi ubi kayu Kabupaten Bogor
dimana,
Prod_UK_1 : produksi ubi kayu (ton)
L_Panen : luas panen ubi kayu (ha)
Prdktvts_UK : produktivitas ubi kayu (ku/ha)
Bil
Pembangkitan acak Pembangkitan Cetak Peubah Ya
Acak n=N? Selesai
Bilangan Acak Peubah Acak
tidak
N = n+1
dimana,
Prdktvts_UK : produktivitas ubi kayu hasil simulasi dengan teknik
Monte Carlo (ku/ha)
dimana,
Prod_UK_2 : produksi ubi kayu (ton)
L_Panen : luas panen ubi kayu (ha)
Prdktvts_per_Ha : produktivitas ubi kayu per ha melalui
upaya intensifikasi (bagian dari skenario)
dimana,
L_tanam : luas areal tanam (ha)
Lj_perluasan_lhn : laju perluasan areal tanam
Lj_alih_fungsi_lhn : laju alih fungsi lahan atau pergeseran areal
tanam
dimana,
Lj_perluasan_lhn : laju perluasan areal tanam (ha/th)
fktr_perluasan_lhn : angka perluasan areal tanam (%/th)
dimana,
Lj_alih _fungsi_lhn : laju alih fungsi lahan tanaman ubi kayu
(ha/th)
fktr_alih_fungsi_lhn : angka alih fungsi lahan (%/th)
dimana,
Gap : luas lahan yang masih potensial dikurangi luas areal
tanam riil (ha)
Potensi_lhn : luas lahan yang masih potensial untuk tanaman ubi
kayu (ha)
L_tanam : luas areal tanam (ha)
dimana,
Kbthn_UK_kons : kebutuhan/jumlah ubi kayu untuk
konsumsi (ton/th)
Penduduk_Kab_Bogor : jumlah penduduk Kabupaten Bogor (jiwa)
Tingkat_konsumsi : fraksi (tingkat) konsumsi (ton/jiwa/th)
dimana,
Lj_pertumbuhan : laju pertumbuhan penduduk (jiwa/th)
Rate_pertumbuhan : rate pertumbuhan penduduk (%/th)
dimana,
Kbthn_UK_tapioka : kebutuhan ubi kayu untuk industri tapioka
(ton/th)
Rata2_kbthn_UK_1 : rata-rata kebutuhan ubi kayu untuk industri
tapioka (ton/unit/hari)
Ind_tapioka : jumlah industri tapioka (unit)
Lj_buka_1 : laju industri tapioka buka/tumbuh (unit/th)
Lj_tutup_1 : laju industri tapioka tutup (unit/th)
dimana,
Kbthn_UK_keripik : kebutuhan total ubi kayu untuk industri
keripik (ton/th)
Kbthn_UK_2 : kebutuhan rata-rata ubi kayu industri
keripik (ton/unit/th)
ind_keripik : jumlah industri keripik ubi kayu/singkong
(unit)
Lj_buka_2 : laju industri keripik singkong buka/tumbuh
(unit/th)
Lj_tutup_2 : laju industri keripik singkong tutup (unit/th)
dimana,
Kbthn_UK_tape : kebutuhan total ubi kayu untuk industri tape
(ton/th)
Kbthn_UK_3 : kebutuhan rata-rata ubi kayu industri tape
(ton/unit/th)
ind_tape : jumlah industri tape (unit)
Lj_buka_3 : laju industri tape buka/tumbuh (unit/th)
Lj_tutup_3 : laju industri tape tutup (unit/th)
D. VALIDASI MODEL
E. SARAN KEBIJAKAN
Tabel 13. Jenis dan dosis pemupukan pada tanaman ubi kayu
Dosis pemupukan Saat tanam Umur 2-3 bulan
A. Dosis Umum
1. N = 60-90 kg N/ha 1/3 dosis N 2/3 dosis N
(133-200 kg urea) (44-66 kg urea) (89-134 kg urea)
2. P = 30-50 kg P2O5/ha Seluruh dosis P -
(60-100 kg TSP) (60-100 kg TSP)
3. K = 60-100 kg K2O/ha 1/3 dosis K 2/3 dosis K
(120-200 kg KCl) (40-66 kg KCl) (80-234 kg KCl)
3. Pengembangan agroindustri
Pengembangan agroindustri ubi kayu dapat meningkatkan
penyerapan produksi dari petani, mendorong usaha diversifikasi pangan,
substitusi komoditas impor seperti terigu, peningkatan nilai tambah, dan
membuka peluang ekspor produk ubi kayu, serta perbaikan gizi
masyarakat.
Pengembangan pada industri skala kecil/pedesaan dapat diarahkan
pada pengembangan produk-produk tradisional seperti tape, kerupuk,
ceriping, kue-kue tradisional dengan pendidikan dan pelatihan cara
pengolahan ubi kayu yang lebih baik untuk meningkatkan mutu,
penampilan sehingga pemasarannya menjadi lebih besar.
Pengembangan pada industri skala menengah dan besar diarahkan
pada pengembangan produk-produk pangan dan non pangan yang belum
pernah ada sebelumnya seperti tepung ubi kayu (tepung kasava), gaplek,
tepung gaplek, HFS (high fructose syrup), alkohol, dekstrin, dan lain-lain
dengan pemanfaatan teknologi canggih.
Pada tingkat konsumsi, sasaran pemecahan masalah adalah
mengubah citra ubi kayu sebagai makanan konsumen miskin menjadi
makanan yang bercitra tinggi. Gizi produk ubi kayu dapat ditingkatkan
dengan penambahan tepung yang terbuat dari komoditas pangan lainnya
(tepung komposit). Selain itu, nilai gizi olahan ubi kayu dapat pula
ditingkatkan dengan penambahan protein seperti kedelai, ikan, dan sumber
protein lainnya.
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Badan Pusat Statistik. 2003. Konsumsi Rata-rata per Kapita Menurut Jenis
Pengeluaran dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan, Jawa Barat
2002. Survei Sosial Ekonomi Nasional. BPS, Kabupaten Bogor.
Chase, R.B dan N.J. Aquilano. 1991. Production and Operations Management;
A Life Cycle Approach 6th Edition. Irwin, Boston.
Darjanto dan Moerjati. 1980. Khasiat, Racun, dan Masakan Ketela Pohon.
Yayasan Dewi Sri, Bogor.
Djafar, T.F. dan S. Rahayu. 2003. Ubi Kayu dan Olahannya. Penerbit Kanisisus,
Yogyakarta.
Furlong, N.E., E.A. Lovelace, dan K.L. Lovelace. 2000. Researh Methods and
Statistics, An Integrated Approach. Harcourt College Publisher, New York.
Hafsah, M.J. 2003. Bisnis Ubi Kayu Indonesia. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Law, A.M. dan W.D. Kelton. 1982. Simulation, Modelling and Analysis.
McGrawHill. New York.
Mahmud, Staf Sub Dinas Bina Usaha Tani, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor.
Komunikasi Pribadi [April 2005].
Noorsaman S., A. dan A. Wahid. 1998. Pemodelan industri minyak bumi dan
gas alam Indonesia dengan pendekatan sistem dinamik. Jurnal
Teknologi Edisi No.1/Tahun XII/Maret/1998:27-29.
Radzicki, M.J. 1994. Powersim, The Complete Software Tool For Dynamic
Simulation. Users Guide and Reference. Model Data As, Norway.
Sterman, J.D. 2004. Business Dynamics System Thinking and Modelling for a
Complex World. Mc Graw Hill, New York
Waskito, A.B. 2005. Pemodelan Ekonometrik dan Dinamika Sistem Daya Saing
Ekspor Komoditas Agroindustri Karet Alam Indonesia. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Watson, H.J. and J.H. Blackstone, Jr. 1989. Computer Simulation. John Wiley
and Sons Inc., Singapore.
No Aspek 9 10 11 12 13 14 15 16
1. Bahan Baku
a. Jumlah
- Maksimum - - 3 ton/hari - - - - -
- Minimum - - 1 ton/hari - - - - -
- Rata-rata 2 ton/hari 1,5 ton/hari 2,1 ton/hari 1 ton/hari 1,5 ton/hari 4 ton/hari 1,5-2 ton/hari 1,5 ton/hari
b. Harga Rp 500/kg Rp 400/kg Rp 450/kg Rp 600/kg Rp 500/kg Rp 600,-/kg Rp 600/kg
c. Asal Jampang, Citeureup, Citeureup, Sukaraja, Sukaraja, Babakan Babakan Babakan
Sukabumi Bogor; Cianjur Bogor; Bogor Bogor Madang, Madang, Madang,
Sukabumi Bogor Bogor Bogor
2. Produk
a. Rendemen
- Tapioka/aci 25 % 33,33 % 22,5 % 25 % 30 % 30 % 30 % 30 %
- Onggok 5% 10 % 5% 4% 6,67 % 10 % 7% 7%
b. Pemasaran
- Pedagang - - - - - - - -
- Pabrik Ciluar Ciluar Ciluar Ciluar Ciluar Ciluar Koperasi, Ciluar
c. Harga Jual
- Tapioka/aci Rp 2.250,-/kg Rp 2.500,-/kg Rp2.600,-/kg Rp 2.600,-/kg Rp 2.800,-/kg Rp 2.700,-/kg Rp 2.700,-/kg Rp 2.700,-/kg
- Onggok Rp 400,-/kg Rp 600,-/kg Rp 700,-/kg Rp 600,-/kg Rp 700,-/kg Rp 500,-/kg Rp 675,-/kg Rp 650,-/kg
3. a. Jumlah Hari Kerja
- Per Minggu 8 6 7 6 6 6 6 6
- Per Tahun 300 300 300 300 300 300 300 300
b. Jumlah Karyawan 6 7 5-6 6 5 10 10 6
c. Upah/hari Rp 20.000,- Rp 17.500,- Rp 20.000,- Rp 16.000,- Rp 20.000,- Rp 20.000,- Rp 20.000,- Rp 17.000,-
4. Permasalahan yang Kekurangan Kekurangan Musim hujan Bahan baku Kekurangan Musim hujan Harga bahan Kekurangan
dihadapi bahan baku bahan baku susah didapat bahan baku baku bahan baku
Lampiran 4. (Lanjutan)
No Aspek 17 18 19 20 21 22 23 24
1. Bahan Baku
a. Jumlah
- Maksimum - - - 4 ton/hari - - - -
- Minimum - - - 1,5 ton/hari - - - -
- Rata-rata 3-4 ton/hari 3-4 ton/hari 1,5 ton/hari 2 ton/hari 1.5 ton/hari 2 ton/hari 1 ton/hari 1 ton/hari
b. Harga Rp 650/kg Rp 600/kg Rp 600/kg Rp 600/kg Rp 650/kg Rp 500,-/kg Rp 600/kg Rp 500/kg
c. Asal Babakan- Babakan- Babakan- Babakan- Babakan- Babakan- Babakan- Babakan-
Madang, Madang, Bogor Madang, Madang, Madang, Madang, Madang, Madang, Bogor
Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor
2. Produk
a. Rendemen
- Tapioka/Aci 30 % 30 % 30 % 30 % 30 % 30 % 28 % 30 %
- Onggok 10 % 10 % 10 % 8% 6% 5% 5% 3%
b. Pemasaran
- Pedagang - - - - - - - -
- Pabrik Ciluar Ciluar Ciluar Ciluar Ciluar Ciluar Ciluar Ciluar
c. Harga Jual
- Tapioka/Aci Rp 2.800,-/kg Rp 2.800,-/kg Rp2.750,-/kg Rp 2.500,-/kg Rp 2.600,-/kg Rp 2.600,-/kg Rp 2.500,-/kg Rp 2.600,-/kg
- Onggok Rp 650,-/kg Rp 650,-/kg Rp 600,-/kg Rp 600,-/kg Rp 500,-/kg Rp 750,-/kg Rp 500,-/kg Rp 650,-/kg
3. a. Jumlah Hari Kerja
- Per Minggu 6 6 7 6 6 6 4 4
- Per Tahun 300 300 300 300 300 300 210 210
b. Jumlah Karyawan 10-20 10-15 6 7 5 2 4-5 2
c. Upah/hari Rp 15.000,- Rp 15.000,- Rp 17.500,- Rp 15.000,- Rp 16.000,- Rp 15.000,- Rp 15.000,- Rp 15.00,-
4. Permasalahan yang Musim hujan Musim hujan Musim hujan Kekurangan Musim hujan Harga bahan Harga bahan Musim hujan
dihadapi bahan baku baku mahal, baku
musim hujan
Lampiran 4. (Lanjutan)
No Aspek 25 26 27 28 29 30
1. Bahan Baku
a. Jumlah
- Maksimum - - - - - -
- Minimum - - - - - -
- Rata-rata 2 ton/hari 2 ton/hari 1,5-2 ton/hari 1 ton/hari 1,5-2 ton/hari 2 ton/hari
b. Harga Rp 450/kg Rp 560/kg Rp 500/kg Rp 500/kg Rp 500/kg Rp 350/kg
c. Asal Babakan- Babakan- Babakan- Babakan- Babakan- Bogor, Cianjur
Madang, Madang, Bogor Madang, Madang, Madang,
Bogor Bogor Bogor Bogor
2. Produk
a. Rendemen
- Tapioka/aci 28 % 30 % 30 % 28 % 28 % 20 %
- Onggok 5% 5% 5% 8% 8% 6%
b. Pemasaran
- Pedagang - - - - - -
- Pabrik Ciluar Ciluar Ciluar Ciluar Ciluar Ciluar
c. Harga Jual
- Tapioka/Aci Rp 2.600,-/kg Rp 2.700,-/kg Rp2.700,-/kg Rp 2.700,-/kg Rp 2.700,-/kg Rp 2.500,-/kg
- Onggok Rp 600,-/kg Rp 600,-/kg Rp 600,-/kg Rp 500,-/kg Rp 500,-/kg Rp 500,-/kg
3. a. Jumlah Hari Kerja
- Per Minggu 6 6 6 6 6 5
- Per Tahun 300 300 300 300 300 300
b. Jumlah Karyawan 5 4 5 4 4 5
c. Upah/hari Rp 17.000,- Rp 20.000,- Rp 18.000,- Rp 17.000,- Rp 17.000,- Rp17.500,-
4. Permasalahan yang Musim hujan Bahan baku Kekurangan Musim hujan Musim hujan Kekurangan
dihadapi susah didapat bahan baku bahan baku
Lampiran 5. Daftar industri kecil/home industry pangan berbasis ubi kayu di Kabupaten Bogor
No Nama Alamat Bahan Hasil Kapasitas Jumlah Bahan Jumlah Pemasaran
Pemilik/Usaha Baku Olahan Produksi/bln Baku/bln**) Tenaga Kerja
1. Andi Sofyan Ds.Gunung Singkong Keripik 200 kg 0.67 0.8 ton 8 orang Lokal Bogor
Malang,
Ciampea
2. H. Janim Ds. Cibinong, Singkong Tape 1 kw/hari 0.143 0.167 10 orang Ps.Ciputat,
Gunung Sindur ton/minggu Tanggerang
3 Emad Ds.Curug, Singkong Tape 2 kw/hari 0.286 0.333 4 orang Tanggerang
Gunung Sindur ton/minggu
4 Ahmad Yani Kp.Tegalega, Pisang, Keripik 20 kg/minggu 0.133 0.160 ton 2 orang Ds.Sirnajaya
Sukamakmur Singkong
5 Dasim Kp.Tegalega,Su Pisang, Keripik 25 kg/minggu 0.167 0.200 ton 2 orang Sirnajaya,Wargajaya,
kamakmur Singkong Sukamulya
6 Rosidi Ds.Pasir Pisang, Keripik 9 ton 7.5 9 ton 20 orang Jakarta,Banten,
Jambu, Singkong Tanggerang, Bogor
Sukaraja
Talas
Ubi Jalar
7 Udin Ds.Pasir Pisang Keripik 9 ton 7.5 9 ton 20 orang Jakarta, Banten,
Jambu, Singkong Tanggerang, Bogor
Sukaraja
Talas
Ubi Jalar
Lampiran 5. (Lanjutan)
No Nama Alamat Bahan Hasil Kapasitas Jumlah Bahan Jumlah Pemasaran
Pemilik/Usaha Baku Olahan Produksi/bln Baku/Bln**) Tenaga Kerja
8 H.Abdul Hamid Kp.Kaca Singkong Keripik 0.5 ton/ 6.67 8 ton 10 orang Pasar Ciluar
Pandak, Rt 01/3 minggu
Cibanon,Suka-
raja
9 Usman Parung Panjang Singkong Keripik 1 ton 3.33 4 ton 3 orang Parung Panjang,
Ds.Kabasiron
10 Aneka Keripik, Kp.Cengal Rt Singkong Keripik 200 kg 0.667 0.8 ton 5 orang Leuwiliang
Karya Mekar 01/05 Kracak Pisang 160 kg
11 Oom Sukajadi, Singkong Keripik 20 kg/hari 1.333 1.6 ton 3 orang Tamansari
Tamansari (20 hr produksi)
12 Titing Sukaresmi, Pisang, Keripik 200 kg 0.667 0.8 ton 4 orang Bogor
Tamansari Singkong
13 Iyum Sukaresmi, Pisang, Keripik 150 kg 0.5 0.6 ton 4 orang Tamansari
Tamansari Singkong
14 Aa Suhandi Sukajadi, Singkong Tape 500 kg 0.714 0.833 ton 3 orang Bogor
Tamansari
15 Sukamaju Cibituk udik, Singkong Keripik 200 kg 0.667 0.8 ton 3 orang Parung, Ciseeng
Ciseeng
16 Bina Usaha Ds.Cogred, Singkong Keripik 50 kg/hari 3.333 4 ton 25 orang Ciseeng, Parung,
Kec.Parung (20 hr produksi) Ciampea
Lampiran 5. (Lanjutan)
No Nama Alamat Bahan Hasil Kapasitas Jumlah Bahan Jumlah Pemasaran
Pemilik/Usaha Baku Olahan Produksi/bln Baku/Bln**) Tenaga Kerja
17 Nani Sari/ Semplak Barat Singkong Keripik 0.1 ton 0.333 0.4 ton 2 orang Bogor
Delima
18 Teratai Putih Kemang Singkong Keripik 0.1 ton 0.333 0.4 ton 10 orang Bogor
19 Mandiri Kemang Singkong Keripik 0.1 ton 0.333 0.4 ton 10 orang Bogor
20 Wiwit Ds.Petir, Singkong Keripik 100 kg 0.143 0.167 ton 4 orang Dramaga, Bogor
Dramaga Pisang
21 Kel Tani Ds.Pagelaran Singkong Keripik 200 kg 0.667 0.8 ton 4 orang Bogor,Jakarta,
SumberSari Kec.Ciomas Sukabumi
22 Dadang Ds.Gn.Bunder Ubi Kayu Keripik 3 kg/hari 0.200 0.240 ton 3 orang Ps.Lokal Leuwiliang
I, Pamijahan (20 hr produksi)
23 Marno Ds.Gn.Bunder Ubi Kayu Keripik 100 kg/ 1.33 1.6 ton 5 orang Ps.Lokal Leuwiliang
I, Pamijahan minggu
24 Indah Karya Cibeuteung Singkong Tape 200 kg 0.286 0.333 5 orang Ciputat,
Udik, Ciseeng ton/minggu Pasar Minggu
25 Harapan Cihowe, Singkong Keripik 2 ton 3.33 4 ton 4 orang Parung, Ciseeng
Ciseeng Beras Ketan Rengginan
26 Itoh Masitoh Ds.Cibatok II Singkong Keripik 160 kg/ 2.13 2.56 ton 5 orang Lokal, Leuwiliang
minggu
Lampiran 5. (Lanjutan)
No Nama Alamat Bahan Hasil Kapasitas Jumlah Bahan Jumlah Pemasaran
Pemilik/Usaha Baku Olahan Produksi Baku/Bln**) Tenaga Kerja
27 Dudung Gn.Picung Singkong Keripik 100 kg/ 1.33 1.6 ton 3 orang Lokal, Leuwiliang
minggu
28 Marno Gn.Bunder I Singkong Keripik 200 kg/hari 13.333 16 ton 5 orang Lokal, Leuwiliang
(20 hr produksi)
29 Elih Ciasihan Singkong Keripik 300 kg/hari 20 24 ton 6 orang Leuwiliang,
Pisang (20 hr produksi) Pasar Bogor
30 Rineka Rasa *) Kp.Muara Pisang Keripik 1 kw/hari 6.667 8 ton 8 orang Bogor, Sukabumi,
Suadiri Rt. Talas (20 hr produksi) Bekasi
03/04, Ds.
Singkong
Ciburuy, Kec.
Cijeruk Ubi jalar
31 Sumber Sari*) Jl. Sukamaju Pisang Keripik 30-35 kg/hari 2.1 2.8 ton 4 orang Bogor,Bekasi,
No.1 Rt. 01/01, Singkong (90 120 kg Karawang
Ds. Pagelaran,
singkong tiap
Kec. Ciomas
Produksi)
Sumber : Dinas Pertanian (2004) dan *) dan Hasil wawancara Ningsih (2004)
Keterangan :
**) Jumlah bahan baku ubi kayu/bulan dari hasil konversi :
1. Keripik singkong = 25 30 % X jumlah produk setiap kali produksi
2. Tape = 60 70 % X jumlah produk setiap kali produksi
Lampiran 6. Formulasi model Cassava.Sim pada perangkat lunak Powersim
Lampiran 7. Uji distribusi data produktivitas ubi kayu Kabupaten Bogor tahun
1999-2004
VAR0000
4
N 199
Normal Mean 172.07
Parameters(a,b) Std. Deviation 11.176
Most Extreme Absolute .095
Differences Positive .095
Negative -.050
Kolmogorov-Smirnov Z 1.347
Asymp. Sig. (2-tailed) .053
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Lampiran 8. Kesesuaian lahan bagi tanaman ubi kayu di Kabupaten Bogor
Keterangan :
Total penduduk : Jumlah penduduk per 1 Januari + jumlah kelahiran jumlah kematian + migran masuk migran keluar
Rate pertumbuhan penduduk tahun 1999-2004 :
Pt = P0 (1 + r)t
3.437.083 = 3.004.444 (1+ r)6
r = 2, 776 %
Lampiran 10. Tampilan model Cassava1.Sim
Lampiran 11. Tampilan model Cassava2.Sim
Lampiran 12a. Validasi model penduduk dengan uji MAPE
Lampiran 12b. Validasi model produktivitas ubi kayu dengan uji MAPE
Lampiran 12c. Validasi model produksi ubi kayu dengan uji MAPE