Amin Amin Ya Robbal Alamin
.
.
.
.
, .
.
,
.
. .
! .
kedatanganmu. Mendengar jawaban Jibril, Rosulullah
bukannya bahagia tapi malah cemas dan kelihatan sedih.
Jibrilpun bertanya : Engkau tidak senang mendengar
kabar ini wahai Rosul?
Kabarkan kepadaku bagaimana nasib ummatku kelak
wahai Jibril?
Berbicara mengenai pengorbanan adalah sebuah kisah Jangan khawatir wahai Rosulullah, aku pernah
yang luar biasa yang dicontohkan oleh Baginda Nabi besar mendengar Allah berfirman kepadaku : kuharamkan surga
Muhammad SAW. Ketika itu malaikat Izrail diperintah oleh bagi siapa saja, kecuali ummat Muhammad telah berada di
Allah untuk mencabut nyawa Rosulullah. Rosullullah dalamnya. Jawab Jibril.
bertanya : Wahai Jibril, jelaskan apa hakku nanti kelak Detik-detik semakin dekat. Saatnya malaikat Izrail
dihadapan Allah?tanya Rosulullah dengan suara yang melakukan tugasnya. Perlahan sekali ruh Rosulullah ditarik.
amat lemah. Jibril pun menjawab : pintu-pintu langit telah Tampak seluruh tubuh Rosulullah bersimbah peluh, urat-
terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu wahai urat lehernya menegang. Wahai Jibril apa sakaratul maut ini
Muhammad. Semua pintu surga terbuka lebar menanti begini sakitnya. Jawab Jibril : iya ya Rosulullah. Sebentar
kemudian terdengar Rosulullah memekik, karena sakit yang
tak tertahankan lagi.
Ya Allah, betapa dahsyatnya sakit menjelang sakaratul
maut ini. Kalau kau timpakan sakitnya kepada ummatku, .
niscaya ummatku tidak akan tahan terhadap sakitnya.
Timpakan saja semua sakit sakaratul maut ini kepadaku, .
jangan kepada ummatku. Badan rosulullah mulai dingin,
kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi, kemudian
rosulullah membisikkan sesuatu kepada Ali uushikum
bissholati, wa maa malakat aimaanukum (peliharalah
sholat, dan santunilah orang yang lemah di antaramu).
Di luar pintu tangis sahabat saling bersahutan, sahabat .
saling berpelukan. Ali kemudian mendekatkan kembali
telinganya ke bibir Rosulullah yang mulai kebiruan. Ummati,
ummati, ummati.. (ummatku, ummatku, ummatku...) betapa
besar kecintaan rosulullah kepada kita sebagai ummatnya.
Bahkan menjelang ajalpun yang dipikirkan adalah kita
sebagai ummatnya.
.
!
.
. .