Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi pemrosesan bahan pangan terus berkembang dari waktu ke waktu.


Perkembangan teknologi ini didorong oleh kebutuhan pangan manusia yang terus
meningkat yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia.
Pada saat yang sama, luas lahan penghasil bahan pangan makin menyempit. Hal
tersebut menyebabkan dibutuhkannya teknologi-teknologi pemrosesan pangan yang
mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produk makanan, salah satunya adalah
teknologi pengeringan bahan makanan.

Pada makalah kali ini akan dibahas metode pengeringan pangan atau makanan,
yaitu seperti cara-cara pengeringan, jenis pengeringan, serta contoh dari jurnal
bagaimana suatu produk atau bahan pangan di olah menjadi suatu produk pangan.

Pengeringan telah lama digunakan sebagai salah satu bentuk teknologi


pengawetan. Pengeringan merupakan teknologi pengawetan pangan paling lama yang
telah digunakan olah masyarakat Persia, Yunani, dan Romawi kuno. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan produk pangan yang stabil sesuai dengan penggunaan
produk tersebut dan karakteristik sensori tertentu.

Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan kadar


air dari bahan pangan sehingga daya simpan menjadi lebih panjang. Perpanjangan
daya simpan terjadi karena aktivitas mikroorganisme dan enzim penurun sebagai
akibat dari air yang dibutuhkan untuk aktivitasnya tidak cukup.

Perlu diingat bahwa proses pengeringan bukan merupakan proses sterilisasi


yang mematikan mikroorganisme. Supaya produk yang sudah dikeringkan menjadi
awet, kadar air harus dijaga agar teap rendah. Produk pangan dengan kadar air rendah

1
dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama jika pengemasan yang
dilakukan juga tepat.

Pengeringan merupakan salah satu unit operasi energi paling intensif dalam
pengolahan pasca panen. Unit operasi ini diterapkan untuk mengurangi kadar air
produk seperti berbagai buah-buahan, sayuran, dan produk pertanian lainnya setelah
panen. Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan
yang memerlukan panas untuk menguapkan air dari permukaan bahan tanpa
mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Dasar dari proses pengeringan adalah
terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara
dan bahan yang dikeringkan. Laju pemindahan kandungan air dari bahan akan
mengakibatkan berkurangnya kadar air dalam bahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu pengeringan ?

2. sebutkan jenis jenis pengeringan ?

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi pengeringan ?

4. Sebutkan macam-macam alat pengeringan ?

1.3 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari


pengeringan, jenis-jenis pengeringan, factor yang mempengaruhi dalam pengeringan,
alat yang digunakan dalam proses pengeringan, serta mampu menjelaskan salah satu
contoh aplikasi pengeringan itu sendiri.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengeringan

2.1.1 Pengertian Pengeringan

Pengeringan ialah suatu cara / proses untuk mengeluarkan atau menghilangkan


sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan sebagian besar air yang
dikandungnya dengan menggunakan energi panas. Pengeringan dapat pula diartikan
sebagai suatu penerapan panas dalam kondisi terkendali untuk mengeluarkan
sebagian besar air dalam bahan pangan melalui evaporasi dan sublimasi. Dengan
pengeringan, diharapkan kandungan air dalam bahan pangan akan berkurang
sehingga akan mengurangi resiko dari gangguan aktivitas mikroba. Karena bahan
pangan dengan kandungan air (aW) tinggi maka akan berisiko tinggi terhadap
gangguan aktifitas mikroba. Aktifitas mikroba tersebut akan menyebabkan kerusakan
bahan pangan seperti pembusukan dan penjamuran.

Pengeringan merupakan suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan


sebagian besar air dari suatu bahan dengan menggunakan energy panas. Keuntungan
pengeringan adalah bahan menjadi lebih tahan lama disimpan dan volume bahan
menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan
pengepakan. Di sisi lain, pengeringan menyebabkan sifat asli bahan mengalami
perubahan, penurunan mutu dan memerlukan penanganan tambahan sebelum
digunakan yaitu rehidrasi (Muchtad 1989).

Pengeringan adalah suatu metode untuk mengurangi atau menghilangkan


sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan
menggunakan energi panas. Biasanya pengurangan kadar air tersebut dikurangi
sampai suatu batas tertentu agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi didalamnya.

3
Pengeringan adalah pengurangan sebagian kadar air dengan bantuan energi
panas alami atau buatan. Yaitu sampai mikroorganisme tidak dapat tumbuh
/berkembang. (Winarno 1980).
Pengeringan adalah proses perpindahan panas dan uap air secara simultan yang
memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari
permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengeringan yang biasanya berupa
panas. (Thaib 1988).
Menurut Henderson (1976), pengeringan merupakan proses pengeluaran air
dari suatu bahan pertanian menuju kadar air keseimbangan dengan udara sekeliling.
Atau juga pada tingkat kadar air dimana mutu bahan pertanian dapat dicegah dari
serangan jamur, enzim, dan aktifitas serangga.

2.1.2 Jenis dan Alat Pada Pengeringan

Pemilihan jenis pengeringan yang sesuai untuk suatu produk pangan ditentukan
oleh kualitas produk akhir yang diingiinkan, sifat bahan pangan yang dikeringkan,
dan biaya produksi atau pertimbangan ekonomi. Beberapa jenis pengeringan telah
digunakan secara komersial, dan jenis pengeringa tertentu cocok untuk suatu produk
pangan tertentu, tetapi belum tentu cocok untuk produk pangan yang lainnya. Adapun
jenis pengeringan seerti berikut :

1. Penjemuran ( Sun Drying )


Metode pengeringan ini menggunakan radiasi dari sinar matahari.
Penjemura ini termasuk jenis penjemuran secara tradisional yang tidak
memerlukan peralatan khusus serta biaya operasional yang terbilang murah.
Kelamahan proses penjemuran ini adalah tergantung pada cuaca. Biasanya
produk yang dikeringkan masih memiliki kadar air yang cukup tinggi seperti
pada buah buahan kering dengan kadar air 15 20% sehingga memiliki umur
simpan yang terbatas.
Penjemuran merupakan jenis pengeringan yang lambat dan tidak cocok
untuk penggunaan pada kualitas mutu produk yang baik. Paparan cahaya
matahari dan panas menyebabkan penurunan nilai gizi dan komponen penting

4
lainnya. Adapun masalah lainnya adalah sering terjadi konaminasi antara debu,
kotoran, serta serangga.
Pengeringan vakum dan beku merupakan alternative proses untuk
menggantikan penjemuran bagi bahan pangan yang sensitive terhadap panas.

2. Pengeringan Matahari ( Solar Drying )


Metode pengeringan ini menggunakan energy matahari, yang biasanya di
kombinasikan dengan sumber dari energy lain. Salah satu cara untuk
mempercepat pengeringan adalah menggunakan nampan / tray yang disusun
dengan energy panas matahari yang dikumpulkan dalam suatu alat yang disebut
solar collector

3. Pengeringan Udara Panas ( Hot-Air Drying )


Metode ini menggunakan udara panas yang dihembuskan. Peralatan
pengeringan udara panas terdiri dari pembakaran gas yang menghasilkan udara
panas. Udara pans tersebut dialirkan di atas alat. Produk pangan yang
dikeringkan diletakkan pada rak yang tersusun dalam alat pengering.

4. Pengeringan Kabinet ( Cabinet Drying )


Metode ini menggunakan alat pengering untuk system batch dengan
proses pengeringan dilakukan dengan suhu konstan. Pada alat ini kelembapan
udara dapat mengalami penurunan. Alat pengering ini biasa digunakan dalam
pengembangan produk baru sebelum diproduksi skala besar.

5. Pengeringan Terowongan ( Tunnel Drying )


Produk yang dikeringkan diletakkan dalam rak rak yang berjalan atau
conveyor. Kedalam terowongan ini dihembuskan udara panas. Arah yang
dihembuskan dapat berlawanan dengan arah pergerakan produk atau satu arah.
Pengeringan terowongan mengeringkan produk dengan cepat, produk yang
dihasilkan seragam tanpa menyebabkan kerusakan produk sehingga cocok
digunakan untuk mengeringkan buah-buahan.

6. Pengeringan Ban Berjalan ( Conveyor Drying )


Pengeringa jenis ini merupakan kontinu yang dilengkapi dengan ban
berjalan/ conveyor yang membawa produk melalui terowongan pengering dengan

5
udara panas yang bersikulasi. Kecepatan ban berjalan dapat kita atur sesuai
dengan jenis bahan pangan yang dikeringkan dan kondisi panas. Proses
pengoperasian ini terbilang otomatis sehingga dapat menguntungkan.

7. Pengeringan Semprot ( Spray Drying )


Sistem Pengeringan ini biasa dipakai untuk mengeringkan bahan bentuk
cair yang bisa disemprotkan. Bahan cair tersebut dilalukan
melalui atomizer sehingga menjadi droplet halus yang kemudian kontak langsung
dengan aliran udara panas. Permukaan droplet-droplet tersebut merupakan area
intensif pindah panas dan pindah massa yang berlangsung selama pengeringan.
Karenanya evaporative cooling dan short residence time mempertahankan suhu
produk tetap rendah. Hal inilah yang membuat pengering semprot cocok untuk
mengeringkan produk yang labil terhadap panas seperti ensim dan susu.
Pengeringan Semprot memiliki 2 tahapan penting, yaitu proses atomisasi
atau pembentukan droplet cair dan proses evaporasi kandungan air pada droplet
sehingga didapatkan partikel produk padat yang kering. Fungsi utama proses
atomisasi adalah membentuk droplet berukuran kecil agar tercipta luas
permukaan yang besar untuk berlangsungnya penguapan air.

8. Pengeringan Drum ( Drum Drying )


Sistem Pengeringan Drum dipakai untuk mengeringkan bahan pangan
berbentuk bubur. Drum berbentuk silinder dipanaskan dan berputar pada suatu
poros. Bahan berbentuk bubur akan mengering bila dijatuhkan melekat pada
permukaan drum tersebut, yang selanjutnya setelah kering di kerat dengan aksi
sebuah pisau untuk mendapatkan produk keringnya. Ada dua
tipe, single atau double drum dryer . Drum pada double drum dryer akan
bergerak berlawanan arah, jarak antara kedua drum dipakai untuk mengontrol
ketebalan lapisan yang dikeringkan.

9. Pengeringan Vakum ( Vacuum Drying )


Pengeringan vakum telah digunakan untuk mengeringkan berbagai
produk pangan yang peka terhadap panas dan oksidasi. Berhubung suhu yang
digunakan rendah dan kondisi vakum, perubahan produk akibat proses

6
pengeringan dapat diminimumkan. Bahan yang dikeringkan dapat berupa cairan,
pasta, partikel diskret seperti tepung, maupun produk dalam bentuk potongan
atau serpihan (flake)

10. Pengeringan Beku ( Freeze Drying )


Pengeringan Beku ini merupakan salah satu cara dalam pengeringan
bahan pangan. Pada cara pengeringan ini semua bahan pada awalnya dibekukan,
kemudian diperlakukan dengan suatu proses pemanasan ringan dalam suatu
lemari hampa udara. Kristal-kristal es ini yang terbentuk Selama tahap
pembekuan, menyublim jika dipanaskan pada tekanan hampa yaitu berubah
secara langsung dari es menjadi uap air tanpa melewati fase cair. Ini akan
menghasilkan produk yang bersifat porous dengan perubahan yang sangat kecil
terhadap ukuran dan bentuk bahan aslinya. Karena panas yang digunakan sedikit,
maka kerusakan karena panas juga kecil dibandingkan dengan cara-cara
pengeringan lainnya,. Produk yang bersifat porous dapat direhidrasi dengan cepat
didalam air dingin (Gaman dan Sherrington, 1981).

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengeringan


Dalam pengeringan pangan umumnya diinginkan pengeringgan yang
maksimum. Berbagai cara dilakukan untuk pindah panas dan pindah massa selama
proses pengeringan. Adapun faktor yang mempengaruhinya antara lain sebagai
berikut :

Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering. Air
menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah akan
merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk mempercepat
pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan dipotong-potong atau di
iris-iris terlebih dulu. Hal ini terjadi karena:

7
- Pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan
bahan dan permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan
sehingga air mudah keluar.
- Potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak
dimana panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga
akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke
permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut.

Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya


Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan
pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula
penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan
menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang.
Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka proses pengeringan akan semakin
cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan, akibatnya akan
terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case Hardening", yaitu suatu keadaan dimana
bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah.

Kecepatan Aliran Udara


Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari
permukaan bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan
bahan. Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat
mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan
pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan memperlambat
penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat pengeringan berjalan dengan
baik, proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu semakin mudah dan semakin
cepat uap air terbawa dan teruapkan.

Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan berarti
kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak tetampung dan
disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara semakin besar maka

8
udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga kemampuan menampung uap air
terbatas dan menghambat proses atau laju pengeringan.

Kelembapan Udara
Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering
udara maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi dan
menahan uap air Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi masing-
masing. kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air
(pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari atmosfir (Supriyono,
2003).
Lama Pengeringan
Lama pengeringan menentukan lama kontak bahan dengan panas. Karena
sebagian besar bahan pengan sensitive terhadap pans maka waktu pengeringan yang
digunakan harus maksimum, yaitu kadar air bahan air yang diinginkan telah tercapai
dengan lama pengeringan yang pendek.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Manggis
3.1.1 Pengertian Manggis
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas
hortikultura Indonesia yang menjadi fokus peningkatan produksi oleh Kementerian
Pertanian. Hal ini dapat dilihat dari ekspor buah-buahan Indonesia yang salah satunya
didominasi oleh komoditas buah manggis. Pada tahun 2012, kontribusi nilai ekspor
manggis terhadap total ekspor 26 jenis buah-buahan nasional adalah sebesar 9,64 %
(Direktorat Jenderal Hortikultura, 2013). Menurut data Badan Pusat Statistik (2013),
laju peningkatan produksi manggis pada periode 2011-2012 cukup tinggi, yaitu
mencapai 61,82%. Pada tahun 2011 produksi buah manggis sebesar 117.595 ton dan
meningkat pada tahun 2012 menjadi 190.294 ton. Banyuwangi merupakan sentra
produksi buah manggis terbesar di Jawa Timur.

Manggis merupakan salah satu buah unik yang memiliki keunggulan pada
kulitnya. Di dalam kulit buah manggis terkandung nutrisi, seperti karbohidrat
(85,50%), protein (3,02%), dan lemak (6,45%). Selain itu, kulit buah manggis juga

9
mengandung senyawa yang berperan sebagai antioksidan diantaranya antosianin 5,7
6,2mg/g, sedangkan xanton dan turunannya 0,7-34,9 mg/g (Permana, 2010). Menurut
Weecharangsan et al. (2006), ekstrak kulit buah manggis mempunyai potensi
menangkap radikal bebas. Selain itu, kulit buah manggis juga memiliki manfaat
sebagai antikanker, pengobatan penyakit jantung, antiinflamasi, antibakteri dan anti-
aging.

3.1.2 Kulit Manggis

Buah manggis merupakan salah satu buah tropis yang digemari oleh
masyarakat Indonesia. Pada masa panen, limbah kulit buah manggis melimpah dan
terbuang sia-sia. Padahal berdasarkan penelitian Iswari dan Sudaryono (2007),
komponen seluruh buah manggis yang paling besar adalah kulitnya yakni 70-75%,
sedangkan daging buahnya hanya 10-15% dan bijinya 15-20%. Oleh karena itu perlu
adanya pemanfaatan kulit buah manggis menjadi berbagai produk fungsional.

Salah satu masalah penanganan kulit buah manggis adalah singkatnya


umur simpan karena tingginya kadar air yang tedapat pada kulit buah manggis. Kadar
air yang tinggi akan memicu tumbuhnya mikroba yang akan menyebabkan kulit buah
manggis membusuk. Selain itu apabila tidak ada penanganan, kulit buah manggis ini
akan mengalami proses enzimatik sehingga dapat mengurangi atau bahkan merusak
senyawa-senyawa antioksidan yang terdapat pada kulit buah manggis. pengeringan
merupakan suatu proses menghilangkan kandungan air dalam produk. Menurut
Winarno (2002), suhu dan lama pengeringan berpengaruh sangat nyata terhadap
aktivitas antioksidan. Kondisi tersebut disebabkan proses pengeringan mengakibatkan
rusaknya zat aktif yang terkandung dalam suatu bahan pangan.

3.2 Proses Pengeringan Kulit Manggis

Bahan dan Alat yang digunakan pada saat pengeringan :

Bahan yang digunakan pada penlitian ini diantaranya adalah kulit


manggis basah dan air. Bahan yang digunakan untuk analisis diantaranya adalah

10
DPPH, aquades, metanol. Alat yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah
tunnel dryer, panci, timbangan digital, pisau stainless steel, stopwatch, blender.

Proses Pengeringan Kulit Buah Manggis

Kulit buah manggis segar dicuci untuk dibersihkan dari kotoran. Ditiriskan sekitar
20 menit, kemudian dipotong kecil-kecil dengan panjang 1 cm. Ditimbang untuk
mengetahui berat awal. Kulit buah manggis dikeringkan dengan menggunakan tunnel
dryer selama 4, 6, dan 8 jam dengan suhu 60, 75, dan 90oC. Kulit manggis kering
ditimbang kembali untuk mengetahui berat akhir. Kulit buah manggis diblender
dengan kecepatan pisau 11.000-18.000 rpm selama 10 menit. Bubuk kulit manggis
disaring dengan ayakan 60 mesh selama 10 menit. Kemudian dilakukan analisa
rendemen, kadar air, dan aktivitas antioksidan.

3.3 PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGERINGAN TERHADAP


AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA BUBUK KULIT MANGGIS (Garcinia
Mangostana L.)

Kadar air kulit buah manggis yang digunakan sebagai bahan baku pada
penelitian ini sebesar 42,33%. Perbedaan tingkat kadar air ini dapat disebabkan
karena berbagai faktor diantaranya perbedaan varietas, tempat tumbuh, faktor iklim
dan cuaca, tempat penanaman dan lain sebagainya.

Aktivitas antioksidan pada kulit buah manggis diperoleh dari senyawa fenol
yang terkandung pada kulit buah manggis seperti xanton, antosianin, serta senyawa
fenol lainnya. Pernyataan tersebut di dukung oleh penelitian Supriyanti (2010), kadar
antosianin pada kulit buah manggis segar sebesar 593 ppm. Keberadaan senyawa
Fenol pada kulit buah manggis tergolong tinggi

Kadar air pada bubuk kulit manggis yang menunjukkan bahwa semakin
meningkatnya suhu dan waktu pengeringan, maka kadar airnya akan cenderung
menurun. Kadar air pada bubuk kulit manggis berkisar antara 3,74% - 8,78 %.
Menurunnya kadar air disebabkan karena semakin tingginya suhu dan lamanya waktu

11
pengeringan maka semakin banyak molekul air yang menguap. Antioksidan memiliki
kemampuan untuk menetralisir radikal bebas, sehingga mampu melindungi tubuh dari
kerusakan stres oksidatif dan menghambat terjadinya penyakit degeneratif , kulit buah
manggis memiliki aktivitas antioksidan cukup tinggi.

Jadi dapat ditarik kesimpulan dimana antioksidan adalah senyawa yang


membantu tubuh untuk melawan radikal bebas. Pada kulit manggis senyawa
antioksidan tergolong baik dan bagus untuk di konsumsi. Pada pengolahan kulit
manggis menjadi bubuk kulit manggis tentunya menggunakan suhu dan waktu.
Dimana suhu yang tinggi dan waktu yang lama malah akan dapat merusak senyawa
yang ada pada kulit manggis. Jadi, pengolahan kulit manggis hendak nya
menggunakan prosedur dan alat pengeringan yang tepat agar senyawa baik pada kulit
manggis akan tetap ada dan tidak berkurang drastis.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pengeringan adalah suatu proses menghilangkan air yang memerlukan energi


panas untuk menguapkan air sampai batas tertentu agar mikroba tidak dapat
tumbuh kembali pada pangan.
Macam-macam pengeringan diantaranya yaitu sun drying (pengeringan alami)
dan aartificial drying (pengeringan buatan).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan adalah luas permukaan,
perbedaan suhu dan udara sekitarnya, kecepatan aliran udara, tekanan udara serta
kelembapan udara.
Pengeringan yang jika dilakukan dengan suhu yang terlalu tinggi akan
menyebabkan case hardening yaitu dimana keadaan bahan dibagian luar sudah
kering tapi dibagian dalam masih basah.
Berdasarkan kondisi fisik yang digunakan untuk memberikan panas pada sistem
dan memindahkan uap air, proses pengeringan diantaranya yaitu pengeringan
kontak langsung, pengeringan vakum dan pengeringan beku.

12
Metode pengeringan yang dapat digunakan untuk mengeringkan
pangan/makanan yaitu pengeringan alami (menggunakan panas dari sinar
matahari dan pengeringan dengan udara), dan pengeringan buatan (menggunakan
alat pengering).

4.2 Saran
Dalam melakukan proses pengeringan hendaknya menggunakan metode dan alat
yang sesuai. Lihat juga jenis bahan yang akan di keringkan jangan sampai harga
bahan yang di keringkan kan berbanding balik dengan harga alat atau mesin atau
biaya operasional nya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Kgs. Dkk. 2011. Teknologi Pengolahan Pangan. PT Bumi Aksara. Jakarta

Barus, P. (2009) dalam Reni 2012 . Pemanfaatan bahan pengawet dan


antioksidan alami pada industri bahan makana. Medan. Universitas
Sumatera Utara.

Ilham, Fajri. 2014. Pengeringan Bahan Pangan. http://www.teknologi-


pertanian.com/2014/11/pengeringan-bahan-pangan.html. Diakses 02
Maret 2017

NN. 2010. Teori Pengawetan Pangan Dengan


Pengeringan.http://polisafaris.blogspot.co.id/2010/05/teori-pengawetan-
pangan-pengeringan.html. Diakses 02 Maret 20157

Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai