BAB 1 Pengeringan
BAB 1 Pengeringan
PENDAHULUAN
Pada makalah kali ini akan dibahas metode pengeringan pangan atau makanan,
yaitu seperti cara-cara pengeringan, jenis pengeringan, serta contoh dari jurnal
bagaimana suatu produk atau bahan pangan di olah menjadi suatu produk pangan.
1
dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama jika pengemasan yang
dilakukan juga tepat.
Pengeringan merupakan salah satu unit operasi energi paling intensif dalam
pengolahan pasca panen. Unit operasi ini diterapkan untuk mengurangi kadar air
produk seperti berbagai buah-buahan, sayuran, dan produk pertanian lainnya setelah
panen. Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan
yang memerlukan panas untuk menguapkan air dari permukaan bahan tanpa
mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Dasar dari proses pengeringan adalah
terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara
dan bahan yang dikeringkan. Laju pemindahan kandungan air dari bahan akan
mengakibatkan berkurangnya kadar air dalam bahan tersebut.
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengeringan
3
Pengeringan adalah pengurangan sebagian kadar air dengan bantuan energi
panas alami atau buatan. Yaitu sampai mikroorganisme tidak dapat tumbuh
/berkembang. (Winarno 1980).
Pengeringan adalah proses perpindahan panas dan uap air secara simultan yang
memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari
permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengeringan yang biasanya berupa
panas. (Thaib 1988).
Menurut Henderson (1976), pengeringan merupakan proses pengeluaran air
dari suatu bahan pertanian menuju kadar air keseimbangan dengan udara sekeliling.
Atau juga pada tingkat kadar air dimana mutu bahan pertanian dapat dicegah dari
serangan jamur, enzim, dan aktifitas serangga.
Pemilihan jenis pengeringan yang sesuai untuk suatu produk pangan ditentukan
oleh kualitas produk akhir yang diingiinkan, sifat bahan pangan yang dikeringkan,
dan biaya produksi atau pertimbangan ekonomi. Beberapa jenis pengeringan telah
digunakan secara komersial, dan jenis pengeringa tertentu cocok untuk suatu produk
pangan tertentu, tetapi belum tentu cocok untuk produk pangan yang lainnya. Adapun
jenis pengeringan seerti berikut :
4
lainnya. Adapun masalah lainnya adalah sering terjadi konaminasi antara debu,
kotoran, serta serangga.
Pengeringan vakum dan beku merupakan alternative proses untuk
menggantikan penjemuran bagi bahan pangan yang sensitive terhadap panas.
5
udara panas yang bersikulasi. Kecepatan ban berjalan dapat kita atur sesuai
dengan jenis bahan pangan yang dikeringkan dan kondisi panas. Proses
pengoperasian ini terbilang otomatis sehingga dapat menguntungkan.
6
pengeringan dapat diminimumkan. Bahan yang dikeringkan dapat berupa cairan,
pasta, partikel diskret seperti tepung, maupun produk dalam bentuk potongan
atau serpihan (flake)
Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering. Air
menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah akan
merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk mempercepat
pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan dipotong-potong atau di
iris-iris terlebih dulu. Hal ini terjadi karena:
7
- Pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan
bahan dan permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan
sehingga air mudah keluar.
- Potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak
dimana panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga
akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke
permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut.
Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan berarti
kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak tetampung dan
disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara semakin besar maka
8
udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga kemampuan menampung uap air
terbatas dan menghambat proses atau laju pengeringan.
Kelembapan Udara
Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering
udara maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi dan
menahan uap air Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi masing-
masing. kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air
(pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari atmosfir (Supriyono,
2003).
Lama Pengeringan
Lama pengeringan menentukan lama kontak bahan dengan panas. Karena
sebagian besar bahan pengan sensitive terhadap pans maka waktu pengeringan yang
digunakan harus maksimum, yaitu kadar air bahan air yang diinginkan telah tercapai
dengan lama pengeringan yang pendek.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Manggis
3.1.1 Pengertian Manggis
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas
hortikultura Indonesia yang menjadi fokus peningkatan produksi oleh Kementerian
Pertanian. Hal ini dapat dilihat dari ekspor buah-buahan Indonesia yang salah satunya
didominasi oleh komoditas buah manggis. Pada tahun 2012, kontribusi nilai ekspor
manggis terhadap total ekspor 26 jenis buah-buahan nasional adalah sebesar 9,64 %
(Direktorat Jenderal Hortikultura, 2013). Menurut data Badan Pusat Statistik (2013),
laju peningkatan produksi manggis pada periode 2011-2012 cukup tinggi, yaitu
mencapai 61,82%. Pada tahun 2011 produksi buah manggis sebesar 117.595 ton dan
meningkat pada tahun 2012 menjadi 190.294 ton. Banyuwangi merupakan sentra
produksi buah manggis terbesar di Jawa Timur.
Manggis merupakan salah satu buah unik yang memiliki keunggulan pada
kulitnya. Di dalam kulit buah manggis terkandung nutrisi, seperti karbohidrat
(85,50%), protein (3,02%), dan lemak (6,45%). Selain itu, kulit buah manggis juga
9
mengandung senyawa yang berperan sebagai antioksidan diantaranya antosianin 5,7
6,2mg/g, sedangkan xanton dan turunannya 0,7-34,9 mg/g (Permana, 2010). Menurut
Weecharangsan et al. (2006), ekstrak kulit buah manggis mempunyai potensi
menangkap radikal bebas. Selain itu, kulit buah manggis juga memiliki manfaat
sebagai antikanker, pengobatan penyakit jantung, antiinflamasi, antibakteri dan anti-
aging.
Buah manggis merupakan salah satu buah tropis yang digemari oleh
masyarakat Indonesia. Pada masa panen, limbah kulit buah manggis melimpah dan
terbuang sia-sia. Padahal berdasarkan penelitian Iswari dan Sudaryono (2007),
komponen seluruh buah manggis yang paling besar adalah kulitnya yakni 70-75%,
sedangkan daging buahnya hanya 10-15% dan bijinya 15-20%. Oleh karena itu perlu
adanya pemanfaatan kulit buah manggis menjadi berbagai produk fungsional.
10
DPPH, aquades, metanol. Alat yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah
tunnel dryer, panci, timbangan digital, pisau stainless steel, stopwatch, blender.
Kulit buah manggis segar dicuci untuk dibersihkan dari kotoran. Ditiriskan sekitar
20 menit, kemudian dipotong kecil-kecil dengan panjang 1 cm. Ditimbang untuk
mengetahui berat awal. Kulit buah manggis dikeringkan dengan menggunakan tunnel
dryer selama 4, 6, dan 8 jam dengan suhu 60, 75, dan 90oC. Kulit manggis kering
ditimbang kembali untuk mengetahui berat akhir. Kulit buah manggis diblender
dengan kecepatan pisau 11.000-18.000 rpm selama 10 menit. Bubuk kulit manggis
disaring dengan ayakan 60 mesh selama 10 menit. Kemudian dilakukan analisa
rendemen, kadar air, dan aktivitas antioksidan.
Kadar air kulit buah manggis yang digunakan sebagai bahan baku pada
penelitian ini sebesar 42,33%. Perbedaan tingkat kadar air ini dapat disebabkan
karena berbagai faktor diantaranya perbedaan varietas, tempat tumbuh, faktor iklim
dan cuaca, tempat penanaman dan lain sebagainya.
Aktivitas antioksidan pada kulit buah manggis diperoleh dari senyawa fenol
yang terkandung pada kulit buah manggis seperti xanton, antosianin, serta senyawa
fenol lainnya. Pernyataan tersebut di dukung oleh penelitian Supriyanti (2010), kadar
antosianin pada kulit buah manggis segar sebesar 593 ppm. Keberadaan senyawa
Fenol pada kulit buah manggis tergolong tinggi
Kadar air pada bubuk kulit manggis yang menunjukkan bahwa semakin
meningkatnya suhu dan waktu pengeringan, maka kadar airnya akan cenderung
menurun. Kadar air pada bubuk kulit manggis berkisar antara 3,74% - 8,78 %.
Menurunnya kadar air disebabkan karena semakin tingginya suhu dan lamanya waktu
11
pengeringan maka semakin banyak molekul air yang menguap. Antioksidan memiliki
kemampuan untuk menetralisir radikal bebas, sehingga mampu melindungi tubuh dari
kerusakan stres oksidatif dan menghambat terjadinya penyakit degeneratif , kulit buah
manggis memiliki aktivitas antioksidan cukup tinggi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
12
Metode pengeringan yang dapat digunakan untuk mengeringkan
pangan/makanan yaitu pengeringan alami (menggunakan panas dari sinar
matahari dan pengeringan dengan udara), dan pengeringan buatan (menggunakan
alat pengering).
4.2 Saran
Dalam melakukan proses pengeringan hendaknya menggunakan metode dan alat
yang sesuai. Lihat juga jenis bahan yang akan di keringkan jangan sampai harga
bahan yang di keringkan kan berbanding balik dengan harga alat atau mesin atau
biaya operasional nya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Kgs. Dkk. 2011. Teknologi Pengolahan Pangan. PT Bumi Aksara. Jakarta
14