Uji Emulsi Lemak
Uji Emulsi Lemak
Emulsi adalah campuran antara partikel-partikel suatu zat cair (fase terdispersi)
dengan zat cair lainnya (fase pendispersi) dimana satu campuran yang terdiri dari dua bahan
tak dapat bercampur, dengan satu bahan tersebar di dalam fasa yang lain. Dikarenakan setiap
bahan pangan memilki karakteristik masing-masing maka setiap bahan pangan memiliki jenis
emulsi dan pengaruh jenis emulsi yang berbeda-beda. Salah satu dari zat cair tersebut tersebar
berbentuk butiran-butiran kecil kedalam zat cair yang lain distabilkan dengan zat pengemulsi
(emulgator/emulsifiying/surfactan).
Kestabilan Emulsi, yaitu apabila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut
seperti minyak dan air dicampurkan lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk
sistem dispersi yang disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di
sebelah dalam fasa yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat
cepat akan terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul
dan teramati pada sistem dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat.
Maka pernyataan ini sesuai dengan pendapat dari Yustus (2000), yang menyatakan
bahwa jika air dan lemak dikocokan akan terjadi emulsi dan ternyata tidak stabil sehingga
akan kembali kepada keadaan semula (campuran) setelah didiamkan sejenak. Dan hal ini
diperjelas dengan pernyataan Ansell (2001),yang menyatakan bahwa lipid merupakan asam
lemak, biasanya zat tersebut tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam pelarut lemak.
Pelarut lemak adalah eter, chloroform, benzena karbon tetraklorida, alkohol panas dan aseton.
Berdasarkan hasil praktikum, telah diperoleh bahwa pada tabung 1 yang berisi minyak
kelapa dan aquades tidak menunjukkan adanya emulsi dan tidak bercampur karena minyak
tidak larut dalam aquades dan karena berat jenis lemak cair (0.915-0,940) lebih rendah dari
berat jenis air (1) sehingga lemak terapung, pada tabung 2 yang berisi minyak kelapa,
aquades dan Na2CO3 menunjukkan adanya emulsi tetapi tidak sempurna, pada tabung 3 yang
berisi minyak kelapa, aquades dan larutan sabun, tidak menunjikkan adanya emulsi, pada
tabung 4 yang berisi minyak kelapa dan larutan protein serta tabung 5 yang berisi minyak
kelapa dan larutan empedu encer menunjukkan adanya emulsi.
Pada tabung 2 seharusnya terjadi emulsi karena sabun dapat mengemulsikan lemak.
Hal ini didasarkan oleh pendapat Poedjiadi (1994), yang menyatakan bahwa sabun digunakan
sebagai bahan pembersih kotoran, terutama kotoran yang bersifat lemak atau minyak karena
sabun dapat mengemulsikan lemak atau minyak. Hart et al (2003) menambahkan bahwa
lemak mempunyai sifat tidak larut dan teremulsi dalam air. Percobaan emulsi saat pelarutnya
berupa Na2CO3 dan air sabun yang dicampur dengan air juga menunjukkan adanya sedikit
endapan. Hal ini sesuai pendapat Hart et al (2003) bahwa apabila pada suatu bahan yang
diujikanterdapatlemakmakaakanmengalamiemulsidengansempurna yang
ditunjukkandenganadanyaendapan (emulsi).