Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid dengan

gejala peningkatan kadar kolesterol total (hiperkolesterolemia),

trigliserida (TG), kolesterol LDL, dan penurunan kadar high-density

lipoprotein cholesterol (HDL-C) di dalam darah. Komponen lipid

tersebut, dijadikan dasar dalam menegakkan dislipidemia dan

umumnya diukur secara direk atau indirek dengan perhitungan rumus

atau formula Friedewald (Widianto, et al., 2013).


Pengukuran kadar kolesterol LDL secara direk merupakan

metode yang akurat, dapat langsung dilakukan, tanpa memeriksa

kolestrol total, trigliserida dan HDL-Kolesterol. Kelemahan metode ini,

adalah reagen yang digunakan cukup mahal dan waktu yang

dibutuhkan lebih lama, sekitar 10 30 menit, bila dibandingkan

dengan formula Friedewald (Nauck, et al., 2002; Widianto, et al.,

2013).
Formula Friedewald, adalah suatu perhitungan yang memerlukan

parameter, kolesterol, trigliserida dan HDL-C, sehingga ketepatannya

bergantung pada ketiga parameter tersebut. Formula Friedewald

merupakan metode yang paling sering digunakan dalam mengukur

kolesterol LDL dan lebih sering digunakan, karena sederhana dan

harganya yang lebih murah daripada metode direk. Formula

1
Friedewald memiliki keterbatasan dalam kondisi tertentu, yaitu

perhitungannya sangat dipengaruhi oleh kadar trigliserida, dan tidak

dapat dilakukan pada kadar plasma trigliserida >400 mg/dl (Perki,

2013; Knopfholz, et al., 2014).


Perbandingan pengukuran kolesterol LDL metode direk dengan indirek pada

manusia, telah banyak diteliti. Salah satunya, penelitian yang dilakukan oleh Widianto

(2013) yang mendapatkan kesimpulan bahwa pada kadar trigliserida >200 mg/dl

metode direk memberikan hasil nilai kolesterol LDL lebih tinggi dibandingkan dengan

formula Friedewald. Beberapa penelitian lain juga menunjukkan, bahkan

pada kadar trigliserida <400 mg/dl, metode direk memberikan hasil

yang lebih akurat daripada formula Friedewald. Namun, terdapat

penelitian yang menunjukkan, bahwa formula Friedewald merupakan

metode yang tepat dan memberikan hasil yang terpercaya dalam

menghitung nilai kolesterol LDL (Sudha, et al., 2015; Knopfholz, et al.,

2014).
Berdasarkan uraian di atas terkait berbagai pendapat antara metode direk dan

formula Friedewald, yang keduanya dapat digunakan sebagai metode penegakan

dislipidemia, maka perlu dilakukan penelitian tentang perbedaan hasil antara kedua

metode tersebut. Pada banyak penelitian, tikus putih (Rattus norvegicus)

sering digunakan sebagai hewan percobaan dan dapat memenuhi

kriteria yang dibutuhkan (Widiartini, et al., 2013). Sering kali dalam

suatu penelitian yang menggunakan tikus putih sebagai hewan uji

coba, perhitungan rumus Friedewald dilakukan tanpa mengetahui

2
apakah rumus tersebut dapat digunakan atau tidak pada tikus putih.

Penelitian ini dilakukan pada tikus putih agar, para peneliti yang akan

melakukan uji suatu ekstrak pada tikus putih untuk melihat kadar

kolesterol, dapat mengetahui metode mana yang sebaiknya

digunakan. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul

Perbedaan hasil pengukuran kadar kolesterol LDL antara metode direk dan indirek

dengan menggunakan perhitungan rumus Friedewald pada tikus putih.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian di atas, permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini adalah apakah

terdapat perbedaan hasil pengukuran kadar kolesterol LDL antara metode direk dan

indirek dengan menggunakan perhitungan rumus Friedewald pada tikus putih (Rattus

norvegicus) ?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pengukuran kadar

kolesterol LDL antara metode direk dan indirek dengan menggunakan perhitungan

rumus Friedewald pada tikus putih (Rattus norvegicus).

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti dan

sebagai media pembelajaran dalam mengaplikasikan dan memperdalam ilmu

pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan.


1.4.2 Manfaat bagi para peneliti

3
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi para peneliti

untuk memilih metode yang tepat digunakan dalam melakukan uji suatu ekstrak

untuk melihat kadar kolesterol pada tikus putih.

1.4.3 Manfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian


Sebagai referensi guna menambah ilmu dan wawasan baik pengetahuan

maupun dalam rangka pengembangan penelitian lebih lanjut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lipid
Lipid adalah sekelompok senyawa heterogen, meliputi lemak, minyak, malam

(wax), steroid, dan senyawa terkait, yang memiliki keterkaitan lebih karena sifat

fisiknya daripada sifat kimianya. Lipid mempunyai sifat umum berupa, tidak larut

dalam air. Lipid meliputi, lemak netral yang disebut sebagai trigliserida, fosfolipid,

kolesterol, dan beberapa lipid lainnya. Trigliserida digunakan di dalam tubuh untuk

menyediakan energi pada proses metabolik, dan sejumlah kecil trigliserida bersama

dengan kolesterol dan fosfolipid, digunakan untuk membentuk semua membran sel dan

untuk fungsi sel yang lain (Guyton, 2006; Murray, 2013).


Lipid memiliki beberapa fungsi seperti, sebagai pembawa energi yang penting di

dalam bahan makanan dan secara kuantitatif merupakan cadangan energi terpenting

pada hewan. Lipid juga merupakan isolator yang baik. Untuk menjalankan fungsi

isolasi termal pada mamalia, lipid berada pada jaringan subkutan dan menyelimuti

berbagai organ (Koolman, 2001).

4
Seperti yang telah disebutkan, bahwa lipid tidak larut dalam air, maka cara

pengangkutan lipid dalam plasma darah yang berbahan dasar air adalah lemak akan

berikatan dengan protein spesifik membentuk suatu kompleks makro

molekul yang larut dalam air. Ikatan antara lemak (kolesterol,

trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein ini disebut lipoprotein

(Murray, 2013).
Lipoprotein memiliki konsentrasi total dalam plasma sekitar 700 mg per 100 ml

plasma atau 700 mg/dl. Lipoprotein bisa dipecahkan menjadi unsur tunggal

penyusunnya, seperti yang tercantum pada tabel berikut:


Tabel 2.1 Penyusun Lipoprotein

Kolesterol 180 mg/dl plasma


Fosfolipid 160 mg/dl plasma
Trigliserida 160 mg/dl plasma
Protein 200 mg/dl plasma
(Guyton, 2006)
Terdapat lima jenis lipoprotein yang diklasifikasikan berdasarkan densitasnya yang

diukur dengan ultrasentrifugasi yaitu, kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL),

intermediate density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density

lipoprotein (HDL), yang akan dijelaskan dalam bab ini.

2.1.1 Jenis Lipid

2.1.1.1 Trigliserida

Trigliserida terbentuk dari tiga molekul asam lemak yang diikat

oleh satu molekul gliserol. Trigliserida merupakan sumber asam

lemak dan berperan sebagai pembentuk lipid di jaringan adiposa.

Pada jaringan adiposa, trigliserida mengalami hidrolisis dan

melepaskan asam lemak bebas yang akan digunakan sebagai sumber

5
energi. Trigliserida juga ditemukan dalam simpanan lemak tubuh dan

berasal dari pecahan lemak di hati. Pengangkut utama trigliserida

dalam plasma adalah kilomikron dan VLDL (Jim, 2013).

Pada saat pencernaan, rata rata trigliserida dipecah menjadi monogliserida dan

asam lemak. Selanjutnya, monogliserida dan asam lemak akan melalui epitel usus, dan

disintesis kembali menjadi molekul trigliserida baru yang masuk ke dalam limfe dalam

bentuk droplet kecil yaitu kilomikron. Kilomikron banyak yang dipindahkan dari

sirkulasi darah sewaktu melalui kapiler jaringan adiposa atau hati. Suatu enzim yaitu,

lipoprotein lipase banyak terkandung di dalam kedua jaringan tersebut. Enzim

lipoprotein lipase terutama aktif di endotel kapiler tempat enzim menghidrolisis

trigliserida dari kilomikron begitu trigliserida melekat pada dinding endotel, sehingga

asam lemak dan gliserol dapat dilepaskan (Guyton, 2006).

Asam lemak, yang sangat menyatu dengan membran sel, segera berdifusi ke dalam

sel lemak jaringan adiposa dan ke dalam sel hati. Begitu berada dalam sel sel ini,

asam lemak disintesis kembali menjadi trigliserida, dengan gliserol baru yang disuplai

oleh proses metabolisme sel penyimpan. Lipase juga menyebabkan hidrolisis fosfolipid

(Guyton, 2006).

2.1.1.2 Fosfolipid

Tipe utama dari fosfolipid tubuh adalah lesitin, sefalin, dan sfingomielin. Fosfolipid

selalu mengandung satu atau lebih molekul asam lemak dan satu radikal asam fosfor,

dan fosfolipid biasanya memiliki basa nitrogen. Semua fosfolipid larut dalam lemak,

yang ditranspor dalam lipoprotein, dan dipakai di seluruh tubuh. Pembentukan

6
fosfolipid 90% terjadi di hati. Fosfolipid adalah unsur penting lipoprotein di dalam

darah dan penting untuk pembentukan serta fungsi sebagian besar dari lipoprotein.

Fosfolipid merupakan komponen yang menyusun membran di seluruh sel tubuh. Bila

fosfolipid tidak ada, dapat terjadi gangguan transport kolesterol dan lipid lain yang

serius (Guyton, 2006; Jim, 2013).

2.1.1.3 Kolesterol

Kolesterol terdapat di jaringan dan plasma sebagai kolesterol

bebas (tidak teresterifikasi) atau dalam bentuk simpanan, yang

berikatan dengan asam lemak sebagai ester kolesteol

(teresterifikasi). Kolesterol terdapat dalam makanan yang berasal dari

hewan, misalnya kuning telur, daging, hati, dan otak. LDL adalah

kendaraan untuk membawa kolesterol dan ester kolesterol ke banyak

jaringan. Kolesterol bebas dikeluarkan dari jaringan oleh HDL dan

diangkut ke hati, tempat dieliminasi dari tubuh (Murray, 2013).

Kolesterol adalah komponen utama yang menyusun membran sel,

dan memiliki peran sebagai prekursor dari hormon steroid, asam

empedu dan vitamin D. Sumber kolesterol dalam darah yaitu 15%

berasal dari makanan dan 85% dibuat dari asetil KoA di hati.

Kolesterol yang berasal dari makanan jarang yang berbentuk

kolesterol bebas, biasanya terdapat dalam bentuk ester kolesterol.

Ester kolesterol dalam makanan dihidrolisis menjadi kolesterol yang

kemudian diserap oleh usus bersama dengan kolesterol bebas dan

7
lipid lain dalam makanan. Bersama dengan kolesterol yang disintesis

di usus, kolesterol ini kemudian dimasukkan ke dalam kilomikron. Dari

kolesterol yang diserap, 80 90% mengalami esterifikasi dengan

asam lemak di mukosa usus. Kolesterol kilomikron (95%) disalurkan

ke hati dalam bentuk sisa kilomikron (kilomikron remnan), dan

sebagian besar kolesterol disekresikan oleh hati dalam bentuk VLDL

(Jim, 2013; Murray, 2013).

2.1.2 Lipoprotein

Lipoprotein terbentuk sebagian besar di hati, yang juga

merupakan tempat sebagian kolesterol plasma, fosfolipid, dan

trigliserida disintesis. Fungsi utama lipoprotein adalah pengangkutan

komponen lipidnya di dalam darah. Lipoprotein memiliki bentuk sferis

dengan inti trigliserida dan kolesterol ester, dikelilingi oleh lapisan

permukaan yang dibentuk fosfolipid dan sedikit kolesterol bebas

dengan apoprotein yang terdapat pada permukaan lipoprotein

(Guyton, 2006; Jim, 2013).

8
Gambar 2.1 Bentuk molekul lipoprotein (Jim, 2013)

Di setiap lipoprotein terdapat satu atau lebih apoliprotein yang

memiliki perannya sendiri. Apolipoprotein utama pada HDL disebut

apo A dan pada LDL disebut apo B (B-100) yang ditemukan pula pada

VLDL. Apo C-I, C-II, dan C-III adalah polipeptida yang lebih kecil yang

bebas dipindahkan dari satu lipoprotein ke lipoprotein lain. Apo E

ditemukan di VLDL, HDL, kilomikron dan kilomikron remnan (Murray,

2013). Terdapat lima jenis lipoprotein yaitu, kilomikron, VLDL, IDL,

LDL, dan HDL.

2.1.2.1 Kilomikron

Kilomikron utamanya terdiri dari trigliserida, sisanya sekitar 9%

fosfolipid, 3% kolesterol, dan 1% apoprotein B. Sekitar 1 jam setelah

makan makanan yang mengandung sejumlah besar lemak,

konsentrasi kilomikron dapat meningkat 1 2% di dalam plasma.

9
Seperti yang telah dijelaskan sebelumya, kilomikron mengalami

interaksi dengan enzim lipoprotein lipase yang terdapat pada

permukaan endotel kapiler, jaringan lemak dan otot. Akibat interaksi

ini trigliserida terlepas dari kilomikron, dan diangkut oleh HDL ke

hepar untuk dimetabolisme. Apo C-II berperan dalam memediasi

hidrolisis trigliserida melalui stimulasi lipoprotein lipase, sehingga

terbentuk kilomikron remnan (Guyton, 2006; Ballantyne, 2015).

2.1.2.2 Very low density lipoprotein (VLDL)

Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL) adalah pengangkut utama trigliserida

endogen. VLDL mengandung apo B100, C-I, C-II, CIII, dan E, yang mengalami

pemisahan selama lipolisis. Plasma apo C-III memiliki hubungan dengan plasma

trigliserida. Apo C-II akan menstimulasi lipoprotein lipase sehingga VLDL mengalami

hidrolisis menjadi intermediate density lipoprotein (IDL). Oleh hepatik lipase (HL),

IDL akan dihidrolisis menjadi LDL (Ballantyne, 2015).

2.1.2.3 Intermediate density lipoprotein (IDL)

IDL memiliki densitas 1,006 1,019 g/mL. IDL merupakan hasil

metabolisme dari VLDL (Murray, 2013; Ballantyne, 2015).

2.1.2.4 Low density lipoprotein (LDL)

LDL memiliki densitas 1,019 1,063 g/mL. LDL merupakan hasil

metabolisme dari VLDL dan IDL. Komposisi dari LDL adalah protein

(21%) dan lipid (79%) dengan komponen lipid utama adalah

kolesterol. Apolipoprotein utama LDL adalah apo B-100. LDL memiliki

10
dua fenotipe yaitu, fenotipe A dan fenotipe B. Fenotipe A

mengandung ukuran partikel yang lebih besar, sedangkan fenotipe B

ditandai dengan small dense LDL. Small dense LDL memiliki peran

lebih pada aterosklerosis karena lebih mudah teroksidasi oleh radikal

bebas dan memiliki afinitas lebih besar terhadap proteoglikan dari

dinding arteri (Murray, 2013; Widianto, 2003).

2.1.2.5 High density lipoprotein (HDL)

Komponen lipid utama pada HDL adalah fosfolipid dan kolesterol.

HDL memiliki densitas 1,210 1,063 g/mL. HDL memiliki peran dalam

metabolisme lipid jalur reverse cholesterol transport (Murray, 2013;

(Sudoyo, et al., 2006).

2.1.3 Metabolisme Lipid

Metabolisme lipid memiliki tiga jalur yaitu, eksogen, endogen, dan

reverse cholesterol transport (Sudoyo, et al., 2006).

2.1.3.1 Jalur eksogen

Makanan dengan kandungan lemak terdiri atas trigliserida dan

kolesterol. Selain kolesterol yang berasal dari makanan, kolesterol

juga terdapat dalam hati yang diekskresi bersama empedu ke usus

halus. Lemak yang berasal dari usus halus maupun yang berasal dari

hati disebut sebagai lemak eksogen. Trigliserida dan kolesterol yang

berasal dari dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit

11
mukosa usus halus. Trigliserida akan diserap sebagai asam lemak

bebas dan kolesterol sebagai kolesterol. Di dalam usus halus asam

lemak bebas akan diubah lagi menjadi trigliserid, dan kolesterol

menjadi kolesterol ester setelah mengalami esterifikasi. Keduanya

bersama dengan fosfolipid dan apoliporotein akan membentuk

lipoprotein yang disebut sebagai kilomikron (Sudoyo, et al., 2006).

Kilomikron akan masuk ke dalam saluran limfe dan melalui duktus

torasikus, yang pada akhirnya akan masuk ke dalam aliran darah.

Trigliserida dalam kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim

lipoprotein lipase yang berasal dari endotel, menjadi asam lemak

bebas. Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserid kembali

ke jaringan lemak (adiposa), namun bila terdapat dalam jumlah yang

banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk

pembentukan trigliserida di hati. Kilomikron yang sudah kehilangan

sebagian besar trigliserida akan menjadi kilomikron remnant yang

mengandung kolesterol ester dan akan dibawa ke hati (Sudoyo, et al.,

2006).

2.1.3.2 Jalur endogen

Trigliserida dan kolesterol yang disintesis di hati, disekresi ke

dalam sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL. Di dalam sirkulasi, VLDL

akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase dan berubah

menjadi IDL yang kemudian akan mengalami perubahan pula menjadi

12
LDL. Sebagian dari VLDL, IDL dan LDL, akan mengangkut kolesterol

ester kembali ke hati. LDL merupakan lipoprotein yang paling banyak

mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol yang terdapat di

LDL, akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya yang

memiliki reseptor untuk kolesterol LDL. Sebagian lagi dari kolesterol

LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-

A (SR-A) di makrofag, dan akan menjadi sel busa. Semakin banyak

kadar kolesterol LDL dalam plasma, maka akan semakin banyak yang

mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag. Jumlah

kolesterol yang akan teroksidasi bergantung pada kadar kolesterol

yang terkandung di LDL. Beberapa keadaan yang memberi pengaruh

tingkat oksidasi yaitu, meningkatnya jumlah small dense LDL seperti

pada sindrom metabolik dan diabetes mellitus (Sudoyo, et al., 2006).

13
Gambar 2.2 Jalur metabolisme eksogen dan endogen (Jim, 2013)

2.1.3.3 Jalur reverse cholesterol transport

HDL dilepaskan sebagai partikel kecil yang miskin akan kolesterol,

dengan kandungan apo A, C, dan E yang disebut sebagai HDL

nascent. HDL nascent yang berasal dari hati dan usus halus, memiliki

bentuk gepeng dan mengandung apolipoprotein A1. HDL nascent

akan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol bebas yang

tersimpan di makrofag dan setelah itu HDL nascent akan mengalami

perubahan menjadi HDL dewasa yang memiliki bentuk bulat. Agar

dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol bebas di bagian dalam

dari makrofag harus dibawa ke permukaan membran sel makrofag

14
oleh suatu transporter yang disebut adenosine triphosphate-binding

cassette transporter-1 atau disingkat ABC-1 (Sudoyo, et al., 2006).

Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol

bebas akan mengalami esterifikasi oleh enzim lecithin cholesterol

acyltransferase (LCAT) menjadi kolesterol ester. HDL akan membawa

sebagian kolesterol ester dan melewati dua jalur. Jalur pertama

adalah menuju hati dan ditangkap oleh scavenger receptor kelas B

tipe 1, yang dikenal dengan SR-B1. Jalur kedua ialah kolesterol ester

dalam HDL akan mengalami pertukaran dengan trigliserida dari VLDL

dan IDL oleh bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP).

Dengan demikian, HDL memiliki fungsi sebagai penyerap kolesterol

dari makrofag dengan dua jalur yaitu, jalur langsung ke hati dan jalur

tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk membawa kolesterol

kembali ke hati (Sudoyo, et al., 2006).

15
Gambar 2.3 Jalur reverse cholesterol transport (Jim, 2013)

2.2 Dislipidemia

2.2.1 Definisi

Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid dengan gejala

peningkatan kadar kolesterol total (hiperkolesterolemia), trigliserida

(TG), low-density lipoprotein cholesterol (LDL-C), dan penurunan

kadar high-density lipoprotein cholesterol (HDL-C) di dalam darah.

Dislipidemia disebabkan oleh terganggunya metabolisme lipid akibat interaksi faktor

genetik dan faktor lingkungan (Sudoyo, et al., 2006; Widianto, et al., 2013)

2.2.2 Klasifikasi

Klasifikasi dislipidemia bisa berdasarkan atas primer yang tidak jelas penyebabnya

dan sekunder yang memiliki penyakit dasar seperti pada sindroma nefrotik, diabetes

mellitus dan hipotiroidisme. Kadar lipid yang normal, sulit untuk ditentukan pada satu

angka. National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP

III) menetapkan bahwa kadar kolesterol LDL adalah dasar utama untuk menentukan

waktu dimulainya pengobatan dan kategori risiko pasien, sehingga penting dilakukan

analisis LDL yang akurat (Vujovic, 2010). NCEP-ATP III telah membuat klasifikasi

kadar lipid plasma, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 2.2 Klasifikasi LDL, Kolesterol total, dan Kolesterol HDL (mg/dl)

Kolesterol LDL
< 100 Optimal

16
100 129 Mendekati optimal
130 159 Borderline
160 189 Tinggi
190 Sangat tinggi
Kolesterol total
< 200 Optimal
200 239 Diinginkan
240 Tinggi
Kolesterol HDL
< 40 Rendah
60 Tinggi
(National Institutes of Health, 2001)

2.2.3 Pemeriksaan Laboratorium

2.2.3.1 Formula Friedewald

Formula Friedewald adalah metode indirek yang sering digunakan

dengan rekomendasi profil lipid yang diperiksa secara rutin adalah

kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida (Perki,

2013). Perhitungan dengan formula Friedewald yaitu,

kolesterol LDL (mg/dL) = kolesterol total kolesterol HDL

trigliserida
5

Sampel darah yang digunakan dalam perhitungan rumus

Friedewald adalah sampel darah yang diambil setelah puasa selama

10 - 12 jam, kemudian dilihat kadarnya dengan spektrofotometer.

Puasa dilakukan karena makanan akan mempengaruhi kadar

trigliserida (Perki, 2013; Krishnaveni, 2015).

17
2.2.3.2 Metode direk

Metode lain yang dapat digunakan adalah metode direk. Metode

ini dapat digunakan pada sampel darah yang diambil pada satu

waktu tanpa harus puasa terlebih dahulu dan menggunakan

spektrofotometer (Perki, 2013). Metode direk yang sering digunakan

adalah metode homogeneous, dimana metode ini memiliki

kemampuan otomatisasi dalam pengukuran kolesterol LDL secara

langsung. Metode homogeneous menggunakan interaksi surfaktan,

dan molekul spesifik khusus yang selektif dalam mengukur kolesterol

LDL (Miller, et al., 2002).

2.3 Hewan percobaan

2.3.1 Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Tikus putih adalah hewan yang sering digunakan sebagai hewan uji coba. Tikus

putih memiliki beberapa sifat menguntungkan seperti, perkembangbiakan cepat,

memiliki ukuran yang lebih besar dari mencit, mudah dipelihara dalam jumlah banyak.

Tikus putih jantan lebih sering digunakan daripada tikus putih betina

karena kelebihan yang dimiliki yaitu, tidak dipengaruhi oleh adanya

siklus menstruasi dan kehamilan, sehingga dapat memberikan hasil

yang lebih akurat. Terdapat tiga galur tikus putih yang memiliki

kekhususan untuk digunakan sebagai hewan percobaan yaitu, Wistar,

Long evans dan Sprague dawley. Wistar memiliki panjang ekor yang

18
lebih pendek daripada panjang badan, sedangkan tikus Sprague

Dawley memiliki ekor yang lebih panjang dari ukuran badan dan

kepala. Kedua galur tersebut, terutama galur wistar, merupakan jenis

tikus putih yang sering dijadikan hewan uji coba (Widiartini, et al.,

2013; Yiit, et al., 1997)

Apabila tikus sakit, maka akan terlihat beberapa gejala yaitu,

kelopak mata tertutup sebagian, piloereksi, berat badan menurun,

sering tidur di lantai kandang tikus dengan posisi kepala menyentuh

abdomen (dor-mause), aktivitas bergerak, makan dan minum yang

berkurang, serta suara tikus akan lebih sering mencicit ketika

dipegang. Fisiologi pada tikus yang sakit mungkin terjadi hipotermia,

napas yang dangkal dan cepat bahkan mendengkur saat tidur

(Carstens dan Moberg, 2000).

19
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka konsep

Tikus
dislipidemia

Darah

Serum

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


kolesterol trigliserida HDL

20
Perhitungan LDL Pengukuran LDL
dengan rumus dengan metode
Friedewald direk

3.2. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, maka

hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil pengukuran kadar

kolesterol LDL antara metode direk dan indirek dengan menggunakan perhitungan

rumus Friedewald pada tikus putih.

21
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian


Penelitian yang dilakukan menggunakan desain studi

perbandingan dengan metode cross-sectional. Penelitian ini

menggunakan metode cross-sectional karena pengukuran dilakukan

dalam satu waktu saja.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian


4.2.1. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Imunobiologi Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mataram.


4.2.2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2016

4.3. Populasi Penelitian


Populasi penelitian adalah sejumlah subjek penelitian yang

mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah tikus putih

(Rattus norvegicus) di Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.

22
4.4. Pemilihan Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang dipilih

dengan cara tertentu sehingga dianggap mewakili populasi. Sampel

yang dikehendaki adalah subjek yang telah memenuhi kriteria

pemilihan yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dalam penelitian

tersebut (Notoatmodjo, 2010).


4.4.1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan
b. Umur tikus 8 12 minggu
c. Berat badan tikus 150 250 gram
4.4.2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
a. Tikus cacat
b. Tikus sakit

4.5. Besar Sampel


Rumus yang digunakan untuk menghitung besar sampel dalam

penelitian ini adalah (Dahlan, 2013):


( Z + Z ) S 2
n = ( X 1X 2 )
2
( 1,96+1,64 ) 42,5
n = ( 30 )
n = 26,01 (dibulatkan menjadi 26)

Keterangan:

Kesalahan tipe I : ditetapkan sebesar 5%, hipotesis dua arah

maka Z = 1,96

Kesalahan tipe II : ditetapkan sebesar 10%, maka Z = 1,64

23
X1-X2 : Selisih rerata minimal yang dianggap

bermakna = 30

S : Simpangan baku = 42,5

4.6. Variabel Penelitian


4.6.1. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah metode direk dan perhitungan rumus

Friedewald
4.6.2. Variabel terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kadar kolesterol LDL tikus putih (Rattus

norvegicus)
4.6.3. Definisi operasional

No Variabel Definisi Hasil Skala

Ukur
1 Kadar Pemeriksaan kadar kolesterol darah mg/dl Numeric

kolesterol tikus putih (Rattus norvegicus)

menggunakan rumus Friedewald


2 Kadar Pemeriksaan kadar trigliserida darah mg/dl Numeric

trigliserida tikus putih (Rattus norvegicus)

menggunakan rumus Friedewald


3 Kadar Pemeriksaan kadar HDL darah tikus mg/dl Numerik

HDL putih (Rattus norvegicus)

menggunakan rumus Friedewald


4 Kadar Pemeriksaan kadar kolesterol LDL mg/dl Numerik

LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus)

menggunakan spektrofotometer dan

rumus Friedewald

24
5 Metode Metode homogenous digunakan untuk mg/dl Numerik

direk mengukur kadar kolesterol LDL darah

tikus putih (Rattus norvegicus)


6 Rumus Rumus yang digunakan untuk mg/dl Numerik

Friedewald menghitung kadar kolesterol LDL

darah tikus putih (Rattus norvegicus).

Rumus Friedewald:

Kolesterol LDL (mg/dl) = kolesterol

total kolesterol HDL

trigliserida
5

4.7. Instrumen penelitian


4.7.1. Alat
a. Spektrofotometer
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi suatu

sampel sebagai fungsi panjang gelombang.


b. Centrifuge
Centrifuge merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan partikel dalam suatu

larutan yang memiliki berat molekul berbeda.


c. Dipstik pemeriksaan kolesterol
Dipstik digunakan untuk melihat kadar kolesterol pada tikus putih (Rattus

norvegicus)
d. Spuit 2,5 ml
Spuit ini digunakan untuk mengambil darah pada tikus putih (Rattus norvegicus)
e. Timbangan digital
Timbangan untuk mengetahui berat badan dari tikus putih (Rattus norvegicus)
f. Kapas alkohol
g. Sarung tangan plastik
h. Kandang tikus

25
i. Spidol
4.7.2. Bahan
a. Akuades
b. Serum darah tikus
c. Bahan pakan tinggi lemak
Bahan yang digunakan berupa lemak babi dan kuning telur bebek. Cara pembuatan

suspensi makanan hiperkolesterolemia yaitu dengan mencampur 300 g lemak babi

dan 200 g kuning telur bebek ke dalam 100 ml akuades dan Carboxymethyl

Cellulose (CMC) 0,5% sebanyak 1 ml. Jika dosis lemak babi sebesar 150 mg/hari

untuk manusia dikonversikan ke tikus putih (Rattus norvegicus) menjadi 0,018 x

150 g = 2,7 g/200gBB/hari, maka lemak babi yang diberikan pada tikus putih

(Rattus norvegicus) dibulatkan menjadi 3 g/200gBB/hari dan dosis kuning telur

yang diberikan pada tikus putih (Rattus norvegicus) sebanyak 2 g/200gBB/hari.

4.8. Prosedur Penelitian


1. Tikus putih (Rattus norvegicus) diaklimitisasi selama 7 hari terhadap air,

makanan, dan kondisi laboratorium.


2. Menimbang tikus.
3. Memberikan diet tinggi lemak dan propiltiourasil (PTU) selama 3 minggu agar

tikus mengalami dislipidemia.


4. Melakukan tes untuk mengukur kadar kolesterol total pada tikus putih (Rattus

norvegicus) menggunakan stik kolesterol. Bila belum terdapat perubahan

kadar kolesterol, maka dilanjutkan pemberian diet tinggi lemak dan PTU

selama 1 minggu.
5. Pengukuran kadar kolesterol, trigliserida, HDL dan LDL darah tikus dilakukan

dengan cara mengambil sampel darah tikus sebanyak 2 ml dengan

menggunakan spuit 2,5 ml secara intracardial. Sebelum pengambilan darah,

tikus dibius menggunakan dietil eter.

26
6. Melakukan pengukuran kolesterol LDL dengan spektrofotometer dan

perhitungan dengan rumus Friedewald.

4.9. Analisa Data


Analisis data yang pertama dilakukan adalah uji normalitas untuk mengetahui

distribusi data. Apabila data berdistribusi normal, maka uji komparasi parametrik yang

digunakan adalah uji t berpasangan. Namun, bila data berdistribusi tidak normal, maka

akan dilakukan analisis data menggunakan uji komparasi non-parametrik

dengan uji Wilcoxon.

27
4.10.Alur penelitian

Kriteria Populasi Metode non-


inklusi probability
Kriteria sampling dengan
eksklusi consecutive
sampling
Sampel

Pengambilan
data

Kadar Kadar Kadar Kadar


kolesterol trigliserid
HDL LDL
a

Rumus Friedewald Metode Direk

Analisa data

Penyusunan

laporan
28
4.11. Jadwal perencanaan kegiatan

Rencana Kegiatan Juli Agust Septem Oktobe Novemb


(2016) us ber r er
(2016 (2016) (2016) (2016)
)
Penyusunan
Proposal
Persiapan
Penelitian,
perizinan dan
pembuatan
Ethical Clearance
Pengambilan data
Analisa data
Penyusunan laporan
akhir

29
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian


5.1.1 Karakteristik Tikus Putih (Rattus Norvegicus)
- Propiltiourasil (PTU)
Pada penelitian ini tikus akan dibuat mengalami dislipidemia

dengan pemberian propiltiourasil. Propiltiourasil akan

menimbulkan hipotiroidisme yang di hubungkan dengan

peningkatan konsentrasi LDL plasma akibat penurunan

katabolisme LDL. Penyebabnya yaitu pada kondisi hipotiroid terjadi

penurunan sintesis reseptor dan ekspresi LDL di hati, sehingga LDL

banyak beredar di plasma dan menjadi penyebab

hiperkolesterolemia. Memberi makan kolesterol atau propiltiourasil

saja menghasilkan kolesterolemia dua sampai tiga kali lipat dari

nilai normal. Menggabungkan keduanya, memberi nilai rata-rata

sekitar enam sampai sepuluh kali normal pada tikus (Harlick, et al.,

1948).

30
5.1.2 Hasil Pengukuran LDL Kolesterol Metode Direk dan

Indirek dengan Rumus Friedewald

Nomer HASIL PEMERIKSAAN


Sampe Koleste Trigliseri
l Hdl LDL Direk LDL Indirek
rol da
1 45 63 29 20 3
2 38 81 33 16 11
3 41 40 25 17 8
4 42 77 37 18 10
5 42 44 38 18 5
6 44 60 40 17 8
7 46 42 36 21 2
8 33 78 31 10 14
9 45 77 29 16 1
10 41 37 24 17 10
11 42 48 34 16 2
12 51 48 40 23 1
13 43 89 37 18 12
14 35 57 29 16 8
15 45 66 33 17 1
16 34 51 27 13 3
17 56 70 40 25 2
18 46 61 31 14 3
19 39 50 32 17 3
20 32 38 28 10 4
21 48 27 37 19 6
22 45 47 46 20 10
23 50 56 49 21 10
24 59 55 53 33 5
25 56 50 55 24 9
26 78 35 61 40 10
5.1.3 Uji Normalitas Data

31
Tabel 5.1 Perbedaan Hasil antara Metode Direk dan Indirek dengan

Formula Friedewald

Nilai Rerata SD
Kelompok Sampel P* Jumlah (N)
(mg/dl)

LDL Direk
19.08 6.34 0.001 26
LDL Indirek
6.19 3.95 0.036 26
*) Hasil Normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk

Tabel 5.1 menunujukkan gambaran umum sampel penelitian.

Terdapat dua kelompok penelitian yang tergabung ke dalam

kelompok LDL Direk dan LDL indirek. Masing masing kelompok

terdiri atas 26 sampel penelitian. Nilai rata-rata simpang baku dari

kelompok LDL direk dan LDL indirek berturut-turut ialah 19.08 6.34

dan 6.19 3.95 dengan nilai P berturut-turut ialah 0.001 dan 0.036.

Oleh karena nilai P < 0.05, maka dapat disimpulkan kelompok LDL

direk dan LDL indirek memiliki distribusi tidak normal.

5.1.4 Uji Komparasi Perbedaan Hasil Pengukuran LDL

Kolesterol Metode Direk dan Indirek dengan Rumus

Friedewald

32
Berdasarkan hasil uji normalitas data didapatkan hasil pengukuran kadar LDL

kolesterol terdistribusi tidak normal, sehingga data dianalisis dengan menggunakan uji

wilcoxon.

Tabel 5.2 Hasil Uji Wilcoxon Perbedaan Hasil Pengukuran LDL Kolesterol Metode

Direk dan Indirek dengan Rumus Friedewald

N Median (minimum-maksimum) P*
LDL Direk 26 17.50 (10-40) 0.000
LDL Indirek 26 5.50 (1-14)
*) Uji P menggunakan Wilcoxon

Tabel 5.2 menunjukkan nilai tengah dari hasil pengukuran LDL kolesterol

dengan menggunakan metode direk adalah 17,50 mg/dl dan indirek dengan rumus

Friedewald adalah 5,50 mg/dl. Pada pemeriksaan dengan menggunakan metode direk

didapatkan hasil minimal adalah 10 mg/dl dan hasil maksimal adalah 40 mg/dl.

Sedangkan pada pemeriksaan dengan rumus Friedewald didapatkan hasil minimal

adalah 1 mg/dl dan hasil maksimal adalah 14 mg/dl.

Berdasarkan uji Wilcoxon yang dilakukan, nilai p kedua kelompok adalah p < 0,000

(p < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada

hasil pemeriksaan LDL kolesterol dengan metode direk dan indirek dengan rumus

Friedewald.

5.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Imunologi Universitas Mataram dengan

jumlah subjek penelitian sebanyak 26 tikus putih jantan.

33
Pada uji normalitas didapatkan hasil data terdistribusi normal sehingga uji

komparatif yang digunakan adalah uji wilcoxon. Hasil yang didapatkan menunjukkan,

terdapat perbedaan yang signifikan pada pengukuran kadar LDL kolesterol metode

direk dan indirek dengan menggunakan rumus Friedewald (p< 0,05).


Perbedaan pengukuran kadar LDL kolesterol dapat disebabkan oleh beberapa hal

seperti, posisi tubuh. Perubahan dari posisi tegak ke posisi tidur dapat mengurangi

kadar kolesterol sekitar 10% dan trigliserida sekitar 12%. Selain itu, pengambilan darah

intrakardial juga turut berperan pada perbedaan kadar LDL kolesterol karena,

pemeriksaan pada manusia pun, masih terdapat perbedaan hasil kadar kolesterol antara

darah vena dan arteri. Penelitian oleh Miles, et al (2004) menyatakan kadar trigliserida

pada darah vena lebih rendah dibandingkan dengan darah arteri. Sedangkan penelitian

oleh Kupke, et al (197) menyatakan kadar lipid dan lipoprotein pada darah arteri lebih

rendah dibandingkan dengan darah vena (Chan, et al., 2012).


Alat dipstik kolesterol pada manusia tidak dapat digunakan pada tikus, karena has
Perbedaan kadar LDL kolesterol antara metode direk dan indirek dengan

menggunakan formula Friedewald disebabkan oleh, pengukuran kadar LDL kolesterol

dengan formula Friedewald memerlukan nilai kolesterol total, HDL kolesterol dan

trigliserida. Kolesterol total dan HDL kolesterol diperiksa secara

langsung, sedangkan trigliserida mempresentasikan VLDL-C,

sehingga dibagi lima dengan asumsi rasio masa trigliserida terhadap

kolesterol dalam VLDL relatif konstan. Kesalahan pada setiap

pengukuran ketiga lipoprotein tersebut dapat menyebabkan

kesalahan estimasi. Asumsi VLDL-C yang didapat dari trigliserida

34
dibagi lima juga menyumbang kesalahan pengukuran LDL-C secara

indirek (Widianto, 2013).


Formula Friedewald adalah rumus yang sering digunakan di

laboratorium dan tidak dapat digunakan pada kadar trigliserida >400

mg/dl. Namun, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa, pada

kadar trigliserida rendah, formula Friedewald juga dapat

menampilkan perbedaan hasil dengan metode direk. Ketika

trigliserida <70 mg/dl, hasil pengukuran LDL kolesterol dengan

menggunakan formula Friedewald menunjukkan nilai lebih rendah

daripada metode direk (Sudha, et al., 2015).


Penelitian oleh Cordova, et al (2004) mendapatkan satu

penjelasan untuk hasil kadar LDL kolesterol yang diperoleh lebih

tinggi melalui metode direk dibandingkan dengan yang diperoleh

melalui rumus Friedewald yaitu, terdapat perbedaan rasio

trigliserida/kolesterol dalam partikel VLDL dengan dislipidemia

berdasarkan klasifikasi Fredrickson jenis IIb, III, dan IV sesuai

klasfikasi Fredrickson.

DAFTAR PUSTAKA

Ballantyne, C.M. 2015. Clinical lipidology. 2nd ed. Elsevier. Philadelphia.

Carstens, E., G.P. Moberg. 2000. Recognizing Pain and Distress in


Laboratory Animals. Ilar 41(2): 62-71. [online]. Available at:
http://ilarjournal.oxfordjournals.org/content/41/2/62.full.pdf+html

35
Cordova, C.M., C.R. Schneider, I.D. Juttel, M.M. Cordova. 2004.
Comparison of LDL-Cholesterol Direct Measurement with the
Estimate Using the Friedewald Formula in a Sample of 10,664
Patients. Arq Bras Cardiol. 83(6): 482-7. [online]. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15654445

Guyton, A.C., J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed.
EGC. Jakarta.

Horlick, L., L. Havel. 1948. The effect of feeding propylthiouracil and


cholesterol on the blood cholesterol and arterial intima in the rat.
Elsevier 8(33): 1029-1036. [online]. Available at:
http://www.translationalres.com/article/0022-2143(48)90307-
2/pdf [Accessed on October 8th 2016]

Koolman, J., K.H. Rhm. 2001. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. 1st ed.
Hipokrates. Jakarta.

Jim, E.L. 2013. Metabolisme Lipoprotein. Jurnal biomedik 5(3): 149-156.


[online]. Available at:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/4335
[Accessed on September 24th 2016]

Knopfholz, J., C.C.D. Disserol., A.J. Pierin, F.L. Schirr, L. Streisky, L.L.
Takito, P.M. Ledesma, J.R.F. Neto, M. Olandoski, C.L.P. Cunha, dan
A.M. Bandeira. 2014. Validation of the Friedewald Formula in
Patients with Metabolic Syndrome. Hindawi vol. 2014: 1-5.
[online]. Available at:
http://www.hindawi.com/journals/cholesterol/2014/261878/
[Accessed on July 26th 2016]

Krishnaveni. P., M.G. Vanitha. 2015. Assessing the Validity of Friedewalds


Formula and Anandrajas Formula for Serum Ldl-Cholesterol

36
Calculation. Journal of Clinical and Diagnostic Research 9(12): 1-
4. [online]. available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4717736/

Miller, W.G., P.P. Waymack, F.P. Anderson, S.F. Ethridge, dan E.C. Jayne.
Performance of Four Homogeneous Direct Methods for LDL-
Cholesterol. Clinical Chemistry 48(3): 489-498. [online]. Available
at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11861439 [Accessed
on October 8th 2016]

Murray, R.K., D.K. Granner, dan V.W. Rodwell. 2013. Biokimia Harper. 27th
ed. EGC. Jakarta.

National Institutes of Health. 2001. Detection, Evaluation, and Treatment


of High Blood Cholesterol in Adults (Adults Treatment Panel III).
3rd ed. United states.

Nauck, M., G.R. Warnick, dan N. Rifai. 2002. Methods for Measurement of
LDL-Cholesterol: A Critical Assessment of Direct Measurement by
Homogeneous Assays versus Calculation. Clinical Chemistry
48(2): 236254. [online]. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11805004 [Accessed on
August 6th 2016]

Notoadmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2013. Pedoman


Tatalaksana Dislipidemia. 1st ed. Centra communications. Jakarta

Sudha, K., A. Prabhu, K. Kumar, A. Marathe, dan A. Hegde. 2015.


Validation of the Friedewald Formula in Type II diabetes mellitus.
International Journal of Biomedical and Advance Research 6(2):

37
103-106. [online]. Available at:
http://eprints.manipal.edu/142090/ [Accessed on August 6th
2016]

Sudoyo, A.W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Interna
Publishing. Jakarta.

Vujovic, A., J.K. Stevuljevic, S. Spasic, N, Bujisic, J. Martinovic, M. Vujovic,


V.S. Kalimanovska, A. Zeljkovic, dan D. Pajic. 2010. Evaluation of
Different Formulas for LDL-C Calculation. Lipid in Health and
Diseases 9(27): 1-9. [online]. Available at:
https://lipidworld.biomedcentral.com/articles/10.1186/1476-511X-
9-27 [Accessed on September 6th 2016]

Widiartini, W., E. Siswati, A. Setiyawati, I.M. Rohmah, dan E. Prastyo.


2013. Pengembangan Usaha Produksi Tikus Putih (Rattus
norvegicus) Tersertifikasi dalam Upaya Memenuhi Kebutuhan
Hewan Laboratorium. [online]. Available at:
http://artikel.dikti.go.id/index.php/PKMK/article/download/149/15
0. [Accessed on August 6th 2016]

Widianto, K.E., Thio, Feny, Indahwaty. 2013. Perbandingan Nilai Low-


Density Lipoprotein Cholesterol (LDL-C) Indirek dengan Direk
pada Kadar Trigliserida <200 mg/dL dan antara 200-400 mg/dL.
[online]. Available at: http://repository.maranatha.edu/12266/
[Accessed on July 26th 2016]

Yiit, N., E. Colak, dan M. Szen. 1997. The Taxonomy and Karyology of
Rattus norvegicus (Berkenhout, 1769) and Rattus rattus
(Linnaeus, 1758) (Rodentia: Muridae) in Turkey. Tr. J. of zoology
203-212. [online]. Available at:

38
http://dergipark.ulakbim.gov.tr/tbtkzoology/article/viewFile/50000
30155/5000030392.

39

Anda mungkin juga menyukai