Aliran Fluida Pada Aluran Tertutup Pipa 141101052844 Conversion Gate01 PDF
Aliran Fluida Pada Aluran Tertutup Pipa 141101052844 Conversion Gate01 PDF
com
Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang digunakan
untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh (Triatmojo 1996 : 25). Fluida yang
di alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan tekanan bisa lebih besar atau lebih
kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk
dalam aliran saluran terbuka atau karena tekanan di dalam pipa sama dengan tekanan
atmosfer (zat cair di dalam pipa tidak penuh), aliran temasuk dalam pengaliran terbuka.
Karena mempunyai permukaan bebas, maka fluida yang dialirkan dalah zat cair. Tekanan
dipermukaan zat cair disepanjang saluran terbuka adalah tekanan atmosfer.
Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran terbuka dan aliran pada pipa adalah
adanya permukaan yang bebas yang (hampir selalu) berupa udara pada saluran terbuka. Jadi
seandainya pada pipa alirannya tidak penuh sehingga masih ada rongga yang berisi udara
maka sifat dan karakteristik alirannya sama dengan aliran pada saluran terbuka (Kodoatie,
2002: 215). Misalnya aliran air pada gorong-gorong. Pada kondisi saluran penuh air,
desainnya harus mengikuti kaidah aliran pada pipa, namun bila mana aliran air pada gorong-
gorong didesain tidak penuh maka sifat alirannya adalah sama dengan aliran pada saluran
terbuka. Perbedaan yang lainnya adalah saluran terbuka mempunyai kedalaman air (y),
sedangkan pada pipa kedalam air tersebut ditransformasikan berupa (P/y). Oleh karena itu
konsep analisis aliran pada pipa harus dalam kondisi pipa terisi penuh dengan air.
Zat cair riil didefinisikan sebagi zat yang mempunyai kekentalan, berbeda dengan zat
air ideal yang tidak mempunyai kekentalan. Kekentalan disebabkan karena adanya sifat
kohesi antara partikel zat cair. Karena adanya kekentalan zat cair maka terjadi perbedaan
kecepatan partikel dalam medan aliran. Partikel zat cair yang berdampingan dengan dinding
batas akan diam (kecepatan nol) sedang yang terletak pada suatu jarak tertentu dari dinding
akan bergerak. Perubahan kecepatan tersebut merupakan fungsi jarak dari dinding batas.
Aliran zat cair riil disebut juga aliran viskos.
Aliran viskos adalah aliran zat cair yang mempunyai kekentalan (viskositas).
Viskositas terjadi pada temperature tertentu. Tabel 2.1. memberikaan sifat air (viskositas
kinematik) pada tekanan atmosfer dan beberapa temperature. Kekentalan adalah sifat zat cair
yang dapat menyebabkan terjadinya tegangan geser pada waktu bergerak. Tegangan geser ini
akan mengubah sebagian energi aliran dalam bentuk energi lain seperti panas, suara, dan
sebagainya. Perubahan bentuk energi tersebut menyebabkan terjadinya kehilangan energi.
Aliran viskos dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam. Apabila pengaruh kekentalan
(viskositas) adalah cukup dominan sehingga partikel-partikel zat cair bergerak secara teratur
menurut lintasan lurus maka aliran disebut laminar. Aliran laminar terjadi apabila kekentalan
besar dan kecepatan aliran kecil. Dengan berkurangnya pengaruh kekentalan atau
bertambahnya kecepatan maka aliran akan berubah dari laminar menjadi turbulen. Pada
aliran turbulen partikel-partikel zat cair bergerak secara tidak teratur.
Seperti yang ditunjukan oleh persamaan (2.1) dan gambar (2.1), apabila 2 (dua)
elemen zat cair yang berdampingan dan bergerak dengan kecepatan berbeda, elemen yang
lebih cepat akan diperlambat dan yang lebih lambat akan dipercepat. Tegangan geser pada
lapis 1 (satu) bagian bawah mempunyai arah kekiri karena bagian tersebut tertahan oleh lapis
di bawahnya yang mempunyai kecepatan lebih rendah. Sedangkan lapis 2 (dua) bagian atas
bekerja tegangan geser dalam arah kekanan karena bagian tersebut tertarik oleh lapis di
atasnya yang mempunyai kecepatan lebih besar.
Pada permukaan antara dinding batas dan aliran zat cair juga terjadi tegangan geser
dengan arah berlawanan dengan arah aliran. Tegangan geser pada dinding batas ini cukup
besar karena gradien kecepatan didaerah tersebut sangat besar.
Reynolds menunjukan bahwa untuk kecepatan aliran yang kecil di dalam aliran kaca,
zat warna akan mengalir dalam suatu garis lurus seperti benang yang sejajar dengan sumbu
pipa. Apabila katub dibuka sedikit demi sedikit, kecepatan akan bertambah besar dan benang
warna mulai berlubang yang akhirnya pecah dan menyebar pada seluruh aliran dalam pipa
(Gambar 2.3).
Kecepatan rerata pada mana benang warna molai pecah disebut kecepatan kritik.
Penyebaran dari benang warna disebabkan oleh percampuran dari partikel- partikel zat cair
selama pengaliran. Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kecepatan kecil,
percampuran tidak terjadi dan partikel-partikel zat cair bergerak dalam lapisan-lapisan yang
sejajar, dan menggelincir terhadap lapisan disampingnya. Keadaan ini disebut aliran
laminer. Pada kecepatan yang lebih besar, benang warna menyebar pada seluruh penampang
pipa, dan terlihat bahwa percampuran dari partikel-partikel zat cair terjadi; keadaan ini
disebut aliran turbulen.
Menurut Reynolds, ada tiga faktor yang mempengaruhi keadaan aliran yaitu
kekentalan zat cair (mu), rapat masa zat cair (rho), dan diameter pipa D. Hubungan
nilai , yang disebut dengan angka Reynolds. Angka Reynolds mempunyai bentuk
berikut ini :
dengan (nu) adalah kekentalan kinematik. Dari percobaan yang dilakukan untuk aliran air
melalui pipa dapat disimpulkan bahwa pada angka Reynolds rendah gaya kental dominan
sehingga aliran adalah laminer. Dengan bertambahnya angka Reynolds baik karena
bertambahnya kecepatan atau berkurangnya kekentalan zat cair atau bertambah besarnya
dimensi medan aliran (pipa), akan bisa menyebabkan kondisi aliran laminer menjadi tidak
stabil. Sampai pada suatu angka Reynolds di atas nilai tertentu aliran berubah dari laminer
menjadi turbulen.
Berdasarkan pada percobaan aliran di dalam pipa, reynolds menetapkan bahwa
untuk angka Reynolds dibawah 2000, gangguan aliran dapat diredam oleh kekentalan zat
cair, dan aliran pada kondisi tersebut adalah laminer. Aliran akan turbulen apabila angka
Reynolds lebih besar dari 4000. Apabila angka Reynolds berada diantara kedua nilai tersebut
2000<Re<4000 aliran adalah transisi. Angka Reynolds pada kedua nilai di atas (Re =2000
dan Re = 4000) disebut dengan batas kritik bawah dan atas.
Bagian bawah dari grafik merupakan garis lurus, dengan kemiringan 45, yang
menunjukan bahwa fh sebanding dengan V, yang merupakan sifat aliran laminer. Sedang
bagian atas merupakan garis lurus dengan kemiringan n, dengan n antara 1,75 dan 2,0 yang
tergantung pada nilai Re dan kekasaran. Hal ini menunjukan bahwa fh sebanding dengan n
V , nilai pangkat yang besar berlaku untuk pipa kasar sedang yang kecil untuk pipa halus.
Dari grafik tersebut terlihat bahwa kehilangan energi pada aliran turbulen lebih besar dari
aliran laminer. Hal ini disebabkan karena adanya turbulensi yang dapat memperbesar
kehilangan energi.
dengan (nu) adalah kekentalan kinematik. Persamaan ini dikenal sebagai persamaan
Poiseuille. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa aliran laminar tidak dipengaruhi
oleh bidang batas atau kekasaran dinding. Gambar 2.6 menunjukan distribusi kecepatan dan
tegangan geser didalam pipa lingkaran. Tegangan geser pada dinding pipa biasanya diberi
notasi o .
Pada gambar diatas v adalah kecepatan tegak lurus dA dan u adalah fluktuasi
kecepatan atau perbedaan kecepatan pada kedua sisi luasan. Massa zat cair yang melalui
luasan dA dalam satu satuan waktu adalah:
atau:
Tegangan geser karena fluktuasi turbulen diperoleh dengan membagi persamaan di atas
dengan dA:
Atau
Tegangan geser yang diberikan oleh persamaan (2.6) dikenal sebagai tegangan Reynolds.
Konsep adanya sub lapis laminer di dalam lapis batas pada aliran turbulen dapat
digunakan untuk menjelaskan perilaku kekasaran permukaan. Apabila permukaan bidang
batas dibesarkan, akan terlihat bahwa permukaan tersebut tidak halus seperti yang ditunjukan
dalam gambar 2.8. Tinggi efektif ketidakteraturan permukaan yang membentuk kekasaran
disebut dengan tinggi kekasaran k. Perbandingan antara tinggi kekasaran dan jari-jari
hidraulis (k/R) atau diameter pipa (k/D) disebut dengan kekasaran relatif.
Pada gambar 2.8.a tinggi kekasaran lebih kecil dari tebal sub lapis laminer (k< L )
sehingga ketidakteraturan permukaan akan sedemikian kecil sehingga kekasaran akan
seluruhnya terendam di dalam lapis laminer. Dalam hal ini kekasaran tidak mempunyai
pengaruh terhadap aliran di luar sub lapis laminer, dan permukaan batas tersebut dengan
hidraulis licin.
Pada gambar 2.8.b tinggi kekasaran berada di daerah transisi ( L < k < T ), dan
aliran adalah dalam kondisi transisi.
Pada gambar 2.8.c tinggi kekasaran berada di luar lapis transisi (k > T ), maka
kekasaran permukaan akan berpengaruh di daerah turbulen sehingga mempengaruhi aliran di
daerah tersebut. Permukaan ini disebut dengan hidraulis kasar.
Secara umum didalam suatu instalasi jaringan pipa dikenal dua macam kehilangan
energi :
Dengan
Dengan demikian untuk aliran laminar koefisien gesekan mempunyai bentuk persamaan
Dari persamaan empiris koefisien gesekan tersebut diatas akan dapat di hitung
kehilangan energi disepanjang pipa berdasar persamaan Darcy-Weisbach.
Sedangkan percobaan Nikuradse memberikan persamaan yang agak berbeda dengan
Blasius. Persamaan tersebut adalah :
2.4.1 Daerah I
Daerah I merupakan daerah aliran laminer dimana Re < 2000. Hubungan antara f
dan Re merupakan garis lurus (kemiringan 0 45 untuk skala harisontal dan vertikal yang
sama), dan tidak dipengaruhi oleh kekasaran pipa. Di daerah ini koefisien gesekan diberikan
oleh persamaan f = 64/Re.
2.4.2 Daerah II
Daerah ini terletak antara Re = 2000 dan Re = 4000, yang merupakan daerah tidak
stabil dimana aliran berubah dari laminer ke turbulen atau sebaliknya. Aliran tidak banyak
dipengaruhi oleh kekasaran pipa.
Untuk aliran di daerah transisi, Colebrook menggabungkan persamaan untuk pipa halus dan
pipa kasar sebagai berikut:
Grafik tersebut mempunyai empat daerah yaitu daerah pengaliran laminar, daerah
kritis dimana nilainya tidak tetap karena pengaliran mungkin laminar atau turbulen, daerah
transisi di mana f merupakan fungsi dari angka Reynolds dan kekasaran dinding pipa, dan
daerah turbulen sempurna di mana nilai f tidak tergantung pada angka Reynolds tetapi
hanya pada kekasaran relatif. Untuk menggunakan grafik tersebut, nilai k diperoleh dari
table 2.2. Untuk pipa tua nilai f dapat jauh lebih besar dari pipa baru, yang tergantung pada
umur pipa dan sifat zat cair yang dialirkan. Untuk pipa kecil, endapan atau kerak yang terjadi
dapat mengurangi diameter pipa. Oleh Karena itu diperlukan kecermatan di dalam
mengestimasi nilai k dan juga f .
akibat gesekan biasanya jauh lebih besar dari pada kehilangan energi akibat perubahan
penampang, sehingga pada keadaan tersebut kehilangan energi akibat perubahan penampang
dapat diabaikan. Pada pipa pendek kehilangan energi akibat perubahan penampang harus
diperhitungkan.
Untuk memperkecil kehilangan energi akibat perubahan penampang, perubahan
penampang dibuat secara beransur-ansur.
Karena V1 lebih besar dari V2 maka akan terjadi tumbukan di daerah antara tampang
satu dan tampang dua. Tekanan ditampang dua sebesar P2. tekanan rerata ditampang satu
pada bagian yang tidak efektif (bentuk cincin) adalah P, dan gaya tekanan adalah (A2
A1)P. Persamaan momentum untuk gaya-gaya yang bekerja pada zat cair antara tampang
satu dan dua adalah :
Kehilangan energi pada perbesaran penampang akan berkurang apabila perbesaran dibuat
secara berangsur-angsur seperti gambar 2.12. Kehilangan energi diberikan oleh persamaan
berikut :
62). Berdasarkan nilai ini maka kehilangan energi dihitung dengan cara seperti pada
pembesaran penampang mendadak, yaitu di vena kontrakta ke pipa kecil (tampang dua) dan
hasilnya adalah :
dengan Ac dan Vc adalah luas tampang dan kecepatan pada vena kontrakta. Mengingat Ac =
0.6 A2 dan berdasarkan persamaan kontinuitas di daerah vena kontrakta, AcVc = A2V2 atau
Maka :
Atau : atau
Pada percobaan Reynold ditunjukkan suatu aliran air dari suatu bak air ke suatu pipa
gelas yang diatur debitnya oleh sebuah keran. Untuk melihat jenis aliran
didalam pipa gelas digunakan zat pewarna yang mempunyai berat jenis sama dengan berat
jenis air (S=1). Di dalam percobaan-percobaannya Reynold menemukan bahwa apabila
kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa gelas lebih rendah daripada suatu harga kritis
tertentu, zat pewarna akan mengalir di dalam pipa bersama-sama
dengan aliran air dalam bentuk garis arus lurus seperti tampak pada Gambar 4.4.b.
Tetapi, apabila kecepatan aliran di dalam pipa diperbesar melebihi suatu harga kritis
tertentu, aliran zat pewarna mengikuti aliran air yang menjadi tidak teratur garis- garis
arusnya. Karena bertambahnya kecepatan maka terjadi pusaran-pusaran yang membawa
partikel cairan dari satu lapisan pindah ke lapisan lain. Dalam kondisi ini zat pewarna
tercampur dengan air di seluruh penampang pipa seperti tampak pada Gambar 4.4.c. Kondisi
aliran dimana garis-garis arusnya lurus tersebut dinamakan aliran laminer , sedang aliran
dimana garis- garis arusnya tidak teratur dan partikel-partikel cairannya tercampur dinamakan
aliran turbulen . Diantara aliran laminer dan aliran turbulen terjadi aliran transisi seperti
tampak pada Gambar 4.4.c.
Reynold menerapkan analisa dimensi pada hasil-hasil percobaannya yang kemudian
disimpulkan bahwa perubahan aliran laminer ke aliran turbulen terjadi pada suatu harga
tertentu tak berdimensi yang dikenal sebagai angka Reynold, Re . Angka Reynold
menunjukkan perbandingan dari gaya-gaya kelembaman ( inertial forces ) dan gaya-gaya
viskos ( viscous forces ), yaitu :
Dimana :
= kecepatan rata-rata ( m/det )
L = panjang karakteristik ( m )
= viskositas kinematis ( m2/det )
Re= angka Reynold tak berdimensi
Pengaliran air melalui pipa banyak digunakan dalam mendistribusikan air dari sumber
air ke keran-keran pengeluaran untuk berbagai keperluan. Sepanjang pendistribusian tersebut,
air melalui berbagai hambatan seperti perubahan kecepatan, perubahan penampang dan
perubahan kekasaran permukaan. Karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
perubahan-perubahan tersebut terhadap kehilangan tenaga pada pipa lurus sepanjang 1 m.
Hasil yang diperoleh adalah kecepatan dan kekasaran pipa sebanding dengan
kehilangan tenaga yang menunjukkan hubungan polynomial orde 2 (hf = a + bu + cu2 dan hf
= a + bk + ck2), dimana bertambahnya kecepatan dan kekasaran menyebabkan makin
besarnya kehilangan tenaga yang terjadi. Sedangkan luas penampang pipa berbanding
terbalik dengan kehilangan tenaga yang menunjukkan hubungan eksponensial (hf = a e -bA),
dimana bertambahnya luas penampang pipa menyebabkan kehilangan tenaga akan semakin
kecil.
Konsep Aliran Melalui Pipa
Ada tiga persamaan dasar dalam Mekanika Fluida dan Hidrolika yang berkaitan
dengan pengaliran air dalam pipa yaitu persamaan Kontinuitas, Momentum dan pers. Energi.
Untuk aliran mantap dan satu dimensi persamaan energi dapat disederhanakan menjadi
persamaan Bernoulli. Ketiga bentuk persamaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pers. Konstinuitas
Dengan :
Q : debit aliran
A : luas tampang aliran
V : kecepatan rerata aliran pada tampang tersebut.
Indeks 1 dan 2 menunjukan nomor tampang aliran yang ditinjau
2. Pers. Momentum
F .Q(V2 V1 )
Dengan :
F : gaya yang ditimbulkan oleh aliran zat cair
: rapat massa aliran
3. Pers. Bernoulli
p1V12 p2 V22
Z1 Z2 h f he
2g 2g