Anda di halaman 1dari 5

3.

1 Heterakis gallinarum
Signalement
Hewan : Ayam kampung
Jenis Hewan : Gallus domesticus
Umur : 4 Bulan
Berat Badan : 900 gram
Pemilik : Pak Roby
Asal : pasar Bratang Surabaya
Anamnesa
Lemah
Anoreksia
Berat badan turun
Temuan dan Gejala klinis
Lesu
Bulu kusam dan berdiri
Pucat
Anoreksia
Sayap menggantung
Kurus

Kulit dikepala berwarna kebiru biruan(sianotik)


Diferensial Diagnosa
Marek disease
Malnutrisi
Candidiasis
Diagnosa Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan metode feses natif dan apung
Diagnosa Tentatif
Histomoniasis
Klasifikasi
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Secernentea
Ordo : Strongilida
Family : Heterakoidea
Genus : Heterakis
Genus : Heterakis gallinarum

Morfologi
Cacing Heterakis gallinarum merupakan cacing pada sekum yang umum
di temukan pada ayam dan burung, cacing ini di temukan penyebarannya di
seluruh dunia dan umumnya terdapat di Amerika Utara. Secara morfologi
cacing jantan mempunyai pengisap preanal yang bagian tepinya mengeras,
speculum sama besar dan tidak memiliki gubernakulum. Betina mempunyai
vulva terdapat di pertengahan tubuh. Cacing jantan panjangnya 3-4 mm,
diameter 120-470 mikron, spikulum kanan panjangnya 0,85-2,80 mm dan
spikulum kiri 0,37-1,10 mm sedangkan betina panjangnya 8-15 mm.
Heterakis gallinarum berwarna putih dengan ekor halus dan memanjang pada
cacing yang dewasa. Morfologi dari telur Heterakis gallinarum, bentuk telur
elips berdinding tebal berukuran 63-75 x 36-48 mikron (Chernin, 2000).

(a) (b)
Gambar 3.1 (a) Telur Heterakis gallinarum 100x (dokumentasi pribadi), (b)
Telur Heterakis gallinarum (Andrea, 2011)
Gambar 3.2 Heterakis gallinarum jantan dan betina (Ahyar, 2015).

Siklus hidup
Siklus cacing ini sangat sederhana. Telur yang keluar bersama kotoran dari
ayam yang sakit atau cacingan akan menjadi infektif dalam waktu 10 12 hari
pada kondisi yang optimal. Bila telur cacing yang infektif tertelan oleh ayam
maka telur tersebut akan menetas dalam usus buntu (sekum), kemudian larva
hasil tetasan itu akan bebas hidup di dalam usus buntu (sekum). Cacing
mencapai usia dewasa pada hari ke 28 30 (Urquhart et al., 2003).
Telur yang belum mengalami proses embrionisasi keluar bersama tinja.
Tahap infektif (L) di alam bebas akan dicapai dalam waktu 2 minggu. Ketika
telur tertelan oleh ayam, embrio menetas di usus dan selama 24 jam larva akan
mencapai sekum. Larva ke-2 tinggal di kelenjar mukosa selama 2-5 hari dan
menjadi L 6 hari pasca infeksi, L pada hari kesepuluh dan L pada hari ke-
15. Masa prepaten 20-30 hari (Kusumamihardja, 1992). Selain itu dapat tetap
infektif selama empat tahun ketika berada di dalam tanah (Jansson et al, 2004;
Roberts and Janovy, 2005). Heterakis gallinarum betina biasanya
menghasilkan 34.000 dari 86.000 telur seumur hidupnya (Fine, 1975), dimana
tergantung dari jenis ayam tersebut (Chute et al, 1976).
Predileksi
Predileksi cacing ini pada sekum unggas yang akan menyebabkan lesi-lesi
pada mukosa sekum (Messonier, 2001).
Gejala klinis
Gejala klinis yang biasanya muncul tidak begitu spesifik seperti lesu,
lemah, nafsu makan berkurang, keterlambatan pertumbuhan kadang ada
kematian. Kejadian yang parah dapat menyebabkan berkurangnya berat badan
karena menghambat absorpsi nutrisi pada usus halus dan ascaridia juga
kadang dapat bermigrasi ke oviduct melalui kloaka yang dapat mengganggu
pada proses pengerabangan telur (Schwars, 2011).
Infeksi Heterakis gallinarum umumnya bersifat subklinis. Unggas yang
terinfeksi menunjukkan peradangan dan penebalan dinding sekum. Tingkat
keparahan lesi tergantung pada jumlah parasit. Dalam kasus infeksi berat,
pembentukan nodul pada mukosa sekum dan granuloma hati dapat terjadi
(Kaushik, 1969; Riddell, 1988). Heterakis gallinarum berperan atas terjadinya
typhlitis difuse kronis, haemosiderosis, granula dengan nekrosis pusat di
submukosa dan leiomioma dalam submukosa, otot, serosa dan sekum (Brener
et al, 2006). Nematoda ini sering dikaitkan dengan kehadiran Histomonas
meleagridis, yang merupakan protozoa patogen terhadap unggas dan penyebab
kerusakan hati yang parah dan lesi sekum. Selain itu protozoa ini juga
penyebab enterohepatitis atau blackhead pada kalkun (Springer et al, 1969;
Lund and Chute, 1973, Lund et al, 1975).
Patogenesa
Heterakis gallinarum, Ascaridia sp, dan Capillaria sp merupakan
penyebab yang sangat dominan dalam penyebaran cacingan pada unggas.
Adapun gejala klinis yang biasanya muncul tidak begitu spesifik seperti lesu,
lemah, kurangnya nafsu makan, keterlambatan pertumbuhan kadang ada
kematian. Ascaridiasis yang parah dapat menyebabkan berkurangnya berat
badan karena menghambat absorpsi nutrisi pada usus halus dan ascaridia juga
kadang mampu bermigrasi ke oviduct melalui kloaka yang dapat mengganggu
pada proses pengerabangan telur (Schwars, 2011).
Heterakis gallinarum cukup pathogen dalam jumlah yang banyak karena
dapat menyebabkan kekurusan, peradangan sekum, nodulasi dinding sekum
dalam hingga dapat menyebabkan hepatik granuloma. Heterakis gallinarum
juga merupakan pembawa Histomonas meleagridis yang merupakan penyebab
penyakit blackhead (Schwars, 2011).
Pengobatan
1. Pada umumnya pengobatan dengan obat cacing merupakan pengobatan
dosis tunggal (cukup diberikan satu kali atau satu hari pemberian) dan
diberikan secara periodik dengan tenggang waktu tertentu (Berjaya dkk,
2008).
2. Levamisole merupakan preparat anthelmintika (obat cacing) yang paling
umum dan efektif dalam mengontrol dan mengobati yang disebabkan oleh
cacing jenis cacing Ascaridia sp, Heterakis sp dan Capillaria sp (Berjaya
dkk, 2008).

Anda mungkin juga menyukai