Pembentukan TGF- .
Sejumlah molekul pembawa sinyal ekstraseluler yang berperan
dalam meregulasi perkembangan, baik pada vertebrata maupun
invertebrata, merupakan superfamili transforming growth factor (TGF).
TGF manusia tersusun atas tiga isoform protein, yaitu TGF-1,
TGF-2, dan TGF-3. Masing-masing isoform TGF disintesis
sebagai bagian prekursor yang mengandung pro-domain. Domain
tersebut dipotong, tetapi masih berasosiasi secara nonkovalen dengan
domain mature setelah protein disekresikan. Kebanyakan TGF yang
disekresikan disimpan dalam matriks ekstraseluler sebagai laten, yaitu
kompleks inaktif yang mengandung prekursor TGF dan berikatan
kovalen dengan TGF-binding protein yang disebut Latent- TGF
Binding Protein (LTBP). Pengikatan LTBP oleh protein matriks
thrombospondin atau cell-surface integrin memicu perubahan
konformasi LTBP yang menyebabkan pelepasan TGF dimer yang
aktif. Alternatif lainnya adalah pemutusan ikatan protein dengan
matriks metaloprotease yang juga menghasilkan aktivasi TGF.
Proses pembentukan TGF ditunjukkan dalam Gambar 1.
Gambar 1. Proses pembentukan TGF
Sel bisa mati dalam dua cara. Pertama, melalui kematian sel
terprogram (apoptosis dan autophagy), yang merupakan proses
fisiologi normal dan melalui nekrosis, yang merupakan kematian dari
penyebab lain, seperti kekurangan oksigen atau racun. TGF-
menginduksi apoptosis dalam berbagai jenis sel. TGF- dapat
menginduksi apoptosis dalam dua cara yaitu melalui SMAD pathway
dan DAXX pathway. SMAD pathway adalah jalur sinyal kanonik
dimana sinyal TGF- dimer mengikat ke reseptor tipe II yang
merekrut tipe I phosphorylates sebuah reseptor. Jenis reseptor ini
kemudian merekrut dan reseptor phosphorylates diatur oleh SMAD
(R-SMAD). SMAD3, R-SMAD, yang terlibat dalam menginduksi
apoptosis. R-SMAD kemudian mengikat ke SMAD umum
(coSMAD) SMAD4 dan membentuk sebuah heterodimeric
kompleks. Kompleks ini kemudian memasuki inti sel di mana ia
bertindak sebagai faktor transkripsi untuk berbagai gen, termasuk
untuk mengaktifkan mitogen-activated protein kinase 8 jalur, yang
memicu apoptosis.
TGF- mungkin juga memicu apoptosis melalui kematian,
terkait protein 6 (DAXX adaptor protein). DAXX telah ditunjukkan
untuk mengasosiasikan ikatan dengan tipe II reseptor TGF- kinase.
Siklus sel TGF- memainkan peran penting dalam regulasi siklus sel.
TGF- menyebabkan sintesis protein p15 dan p21, yang menghalangi
siklin: CDK kompleks bertanggung jawab atas Retinoblastoma
protein (Rb) fosforilasi. Jadi TGF- blok melalui fase siklus G1.
TGF- menekan ekspresi gen c-myc yang terlibat dalam siklus sel G1.
Sistem kekebalan TGF- diyakini penting dalam regulasi, sistem
kekebalan Regulatory T CD25 + sel. TGF- muncul untuk
memblokir aktivasi limfosit dan monosit yang diturunkan phagocytes.
Fosforilasi Smad.
Karena RI masih harus mengkristal tanpa FKBP12, atau
substrat lainnya dan bertindak sebagai inhibitor berikut adalah residu
spesifik dalam konformasi yang menghambat RI. Bentangan kecil
membentuk residu variabel loop L45 antara beta lembar 4 dan 5,
segmen ini menentukan spesifisitas substrat Smad. Loop ini
berinteraksi langsung dengan dua residu, 427 dan 428, dari L3 loop di
Smad protein. Urutan yang katalitik mengkatalisis pemindahan fosfat
dari ATP terikat ke substrat Smad. Meskipun urutan ini bervariasi
antara RI dari spesies yang berbeda, lima residu sangat dilestarikan
dan muncul untuk memfasilitasi fosforilasi Smads, lys-232,
glutathione-245, asp-333, asn-338, asp-351.
Gambar 5. Berbagai mode kompleks dengan reseptor TGF-bs dan BMP. (A)
gambar struktur dimer ligan, dengan dua monomer dari TGF-3 digambarkan
dengan warna biru dan merah, dan BMP-2 di oranye dan cokelat. (B) reseptor
domain ekstraselular dari TGF- superfamili mengadopsi beberapa dari tiga
lipatan finger toksin, seperti yang ditunjukkan oleh lapisan dari BMP dan TGF
b tipe I reseptor di sebelah kiri (masing-masing cyan, dan kuning,), BMP dan
TGF tipe II reseptor di tengah (masing-masing magenta dan hijau,), dan
TGF-b tipe I dan tipe II reseptor di sebelah kanan (kuning dan hijau, masing-
masing). F1, F2, dan F3 menunjukkan tiga finger reseptor dari tiga lipatan
finger toksin. (C) TGF- (kiri) dan BMP (kanan) reseptor tipe I, tipe II struktur
kompleks terner. TGF-b tipe I dan tipe II reseptor berarsir kuning dan hijau,
masing-masing, dan ekstensif kontak satu sama lain. BMP tipe I dan tipe II
reseptor berarsir cyan dan magenta masing-masing, tidak kontak satu sama lain.
Mekanisme Regulasi.
Jalur sinyal TGF beta yang terlibat dalam berbagai proses
seluler diregulasi dengan sangat ketat. Ada berbagai jalur mekanisme
yang dimodulasi baik secara positif maupun negatif: Ada agonis untuk
ligan dan R-SMADs, ada umpan reseptor; dan R-SMADs dan
reseptor ubiquitinated. Baik chordin dan noggin adalah antagonis dari
BMP's. Mereka mengikat BMP yang mencegah pengikatan ligan
terhadap reseptor. Ini menunjukkan bahwa Chordin dan noggin
dorsalize mesoderm. Mereka berdua ditemukan di dorsal lip Xenopus
dan sebaliknya mengubah jaringan epidermis spesifik ke jaringan saraf
(lihat neurulation). Noggin memainkan peran kunci dalam pola tulang
rawan dan tulang. Anggota keluarga DAN protein juga antagonize
anggota keluarga TGF beta. Termasuk Cerberus, DAN, dan Gremlin.
Protein ini mengandung sembilan cysteines yang dapat membentuk
jembatan disulfida. Hal ini diyakini bahwa antagonizes tersebut adalah
DAN GDF5, GDF6 dan GDF7. Follistatin menghambat Aktivin,
mengikatnya. Secara langsung mempengaruhi sekresi follicle-
stimulating hormone (FSH). Follistatin juga terlibat dalam kanker
prostat di mana mutasi dalam gen dapat mencegah bekerjanya aktivin
yang memiliki sifat anti-proliferatif. Lefty adalah pengatur TGF dan
terlibat dalam pola axis selama embriogenesis. Ini juga merupakan
anggota superfamili TGF protein. Hal ini dinyatakan dalam
asymmetrically sisi kiri murine embrio dan kemudian memainkan
peran spesifikasi pada kiri-kanan. Lefty bertindak mencegah
fosforilasi R-SMADs. Ia melakukannya melalui konstitutif tipe I
TGF aktif reseptor dan melalui proses downstream dalam
aktivasinya. Obat berbasis (drug-base) antagonis juga telah
teridentifikasi, seperti SB431542, yang secara selektif menghambat
ALK4, ALK5, dan ALK7.
Reseptor Regulation.
Transforming growth factor receptor 3 (TGFBR3) adalah
kelompok TGF- reseptor yang paling banyak namun , ia tidak
memiliki tanda yang dikenali domain . Namun dapat menjalankan
peningkatkan pengikatan ligan TGF beta pada reseptor tipe II TGF
beta oleh ikatan TGF dan dinyatakan sebagai TGFBR2. Salah satu
target downstream sinyal TGF , GIPC, mengikat pada PDZ
domainnya, yang mencegah para proteosomal degradasi, kemudian
meningkatkan aktivitas TGF. Mungkin juga berfungsi sebagai
coreceptor inhibin untuk ActivinRII. BMP dan Aktivin membran
mengikat inhibitor (BAMBI), yang memiliki domain ekstraselular
yang sama seperti tipe I reseptor. Ketiadaan domain intraselular akan
serin / treonin protein kinase dikenal sebagai pseudoreceptor. Ia
mengikat reseptor tipe I untuk mencegah pengaktifannya. Berfungsi
sebagai pengatur sinyal negatif TGF beta dan mungkin membatasi
ekspresi TGF-beta selama embryogeneis. Hal ini membutuhkan
sinyal BMP untuk berekspresi. FKBP12 mengikat daerah GS tipe I
mencegah fosforilasi reseptor reseptor oleh tipe II reseptor. Hal ini
diyakini bahwa FKBP12 membantu untuk mencegah aktivasi
homologs tipe I reseptor dalam ketiadaan ligan, karena mengikat ligan
menyebabkan disosiasi.
Aktivitas Kimia.
Aktivitas kimia dari suatu kinase melibatkan sebuah gugus
fosfat dari ATP dan kovalen melekat kepada salah satu dari tiga asam
amino yang memiliki gugus hidroksil bebas. Sebagian besar aksi pada
kedua kinase serin dan treonin, aksi yang lain pada tirosin, dan
sejumlah (dual-kekhususan kinase) yang beraksi atas ketiganya. Ada
juga protein kinase yang memfosforilasi asam amino lainnya,
termasuk histidin kinase yang memfosforilasi residu histidin. Karena
protein kinase memiliki efek yang besar pada sebuah sel, aktivitas
mereka diatur secara ketat. Kinase yang diaktifkan atau off oleh
fosforilasi (kadang-kadang oleh kinase itu sendiri - cis-
phosphorylation/autophosphorylation), dengan pengikatan protein
aktivator atau inhibitor protein, atau molekul kecil, dengan
mengontrol lokasi mereka di sel terhadap substrat. Subunit katalitik
dari beberapa protein kinase sangat stabil, dan beberapa struktur
telah dipecahkan. Eukaryotic protein kinase adalah enzim-enzim yang
berasal dari kelompok besar protein. Ada sejumlah daerah khusus di
katalitik domain pada protein kinase. Di ujung N-terminal dari
domain katalitik glisin ada bagian kaya residu di sekitar asam amino
lisin, yang nyata terlibat dalam pengikatan ATP. Di bagian tengah dari
domain katalitik ada asam aspartat yang penting bagi aktivitas katalitik
enzim. Kalsium kalmodulin-dependent protein kinase II (CaMKII)
adalah contoh dari serin treonin-kinase. Serin dan treonin protein
kinase (EC 2.7.11.1) memfosforilasi kelompok OH serin atau treonin
(yang memiliki rantai samping yang serupa). Aktivitas kinase protein
ini dapat diatur dengan peristiwa tertentu (misalnya kerusakan DNA),
serta sejumlah sinyal kimia, termasuk cAMP/cGMP, diasilgliserol,
dan Ca2 + kalmodulin. Satu kelompok yang sangat penting protein
kinase adalah MAP kinase (singkatan dari: mitogen mikrotubula-
activated protein kinase). Subkelompok penting adalah kinase dari
subfamili ERK, biasanya diaktifkan dengan mitogenic sinyal, dan
stres protein kinase JNK diaktifkan oleh P38. Sementara MAP kinase
serin dan treonin-spesifik, mereka diaktifkan oleh kombinasi
fosforilasi pada serin- treonin dan residu tirosin. Kegiatan MAP
kinase dibatasi oleh jumlah protein fosfatase, yang menghapus gugus
fosfat yang ditambahkan ke serin spesifik atau treonin residu dari
kinase dan diperlukan untuk menjaga kinase dalam konformasi aktif.
Dua faktor utama kegiatan tersebut mempengaruhi MAP kinase: a)
sinyal yang mengaktifkan reseptor transmembran (baik ligan alam,
atau agen silang) dan protein yang terkait dengan mereka (mutasi yang
mensimulasikan keadaan aktif), b) sinyal bahwa menonaktifkan
fosfatase yang membatasi suatu MAP kinase. Sinyal semacam itu
termasuk stres oksidan. Spesifik tirosin protein kinase (EC EC
2.7.10.1 dan 2.7.10.2) memfosforilasi residu tirosin asam amino,
seperti serin dan treonin-kinase spesifik yang digunakan dalam signal
transduksi. Mereka berperan terutama sebagai reseptor faktor
pertumbuhan dan sinyal dari faktor pertumbuhan. Beberapa contoh
reseptor tersebut antara lain:
Protein Kinase C.
Protein kinase C sinyal transduces selular yang
mempromosikan hidrolisis lipid. Enzim 80kDa ini direkrut untuk
plasma membran oleh diasilgliserol dan, dalam banyak kasus, dengan
kalsium. Enzim diaktifkan oleh diasilgliserol dan fosfolipid (biasanya
PS) dan diperkirakan mengalami perubahan konformasi terikat pada
membran. Phosphorylates PKC berbagai sasaran protein yang
mengendalikan pertumbuhan dan diferensiasi selular. Struktur PKC
tidak diketahui, tetapi dari PKC isozymes homolog dengan cAMP-
dependent protein kinase (protein kinase A), dan Orr dan Newton
memiliki domain katalitik model dari PKC beta-II isozyme,
berdasarkan struktur PKA. Model struktur dari katalitik domain PKC
meliputi beberapa besar heliks alfa, beta bengkok lembar, dan
sejumlah kecil segmen alfa-heliks. PKC mampu autophosphorylation,
Sasaran PKC peptida biasanya memiliki hidrofobik residu C-terminal
ke situs phosphoacceptor, dan dalam kasus pseudosubstrate peptida
residu ini adalah leusin .
Tirosin Kinase.
Tirosin kinase adalah subclas dari protein kinase. Prinsip dari
protein adalah posporilasi.
Tirosin
Fosfat
Gambar 15. Struktur tirosin
Struktur.
Ada labih dari 100 3D struktur tyrosin kinase yang tersedia di
Protein data Bank. Contoh adalah PDB 1IRK, struktur kristal tyrosin
kinase domain human insulin receptor. Famili tyrosin kinase dibagi
dalam dua famili utama : 1. Transmembran receptor-linked kinase
dan protein cytoplasmic. Rata-rata terdapat 2000 kinase yang
diketahui dan lebih dari 90 Protein Tyrosin Kinase (PTKs) yang
terdapat di human genom. Mereka dibagi dalam dua kelas, receptor
dan non receptor PTKs. Saat ini terdapat 58 receptor tyrosin kinase
(RTKs) yang diketahui, dikelompokkan dalam 20 subfamili. Mereka
berperan pivotal pada bermacam-macam aktivitas seluler termasuk
growth, differensiasi, metabolism, adhesi, motility, dan kematian.
RTKs disusun suatu extracelluler domain yang dapat mengikat
spesifik ligan, suatu transmembran domain dan intracelluler catalitik
domain yang dapat mengikat dan posporilasi seleksif substrat.
Pengikatan ligan ke bagian extracelluler menyebabkan series
struktural rearrangement dalam RTK yang mengarahkan aktivasi
enzim. Kesesuaian pergerakan beberapa bagian kinase domain
memberikan akses bebas ke adenosin tripospat (ATP) dan substrat ke
activ site. Trigger ini suatu kaskade dari peristiwa melalui posporilasi
intraselluler protein yang pada akhirnya akan membawa (transduksi)
signal ekstraselluler ke nukleus, menyebabkan perubahan dalam
ekspresi gen. Banyak RTK yang terlibat dalam oncogenesis, mutasi
gen atau kromosom translocation atau ekspresi gen berlebih. Pada
beberapa tempat, hasil dari hyper aktiv kinase, yang menyimpang dari
kebiasaan, ligand-independent, non-regulated growth stimulus ke sel
kanker. Pada manusia ada 32 cytoplasmic protein tyrosin kinase.
Non- reseptor tyrosin kinase diidentifikasi v-src oncogenic protein.
Sel hewan berisi satu atau lebih anggota Src famili tyrosin kinase.
Virus Sarcoma ayam ditemukan membawa versi mutasi selluler
normal Src gene. Mutasi Src gen menghilangkan inhibisi normal built
aktivitas enzim yang berkarakter seluler SRC (c-src) gen. Anggota
SRC family meregulasi banyak proses seluler. Sebagai contoh, sel T
antigen receptor yang mengarahkan sinya intraseluler oleh aktivasi
Lck dan Fyn, dua protein yang mempunyai struktur mirip Src.
Tyrosin kinase merupakan fakta penting saat ini sebab implikasi
mereka dalam treatment kanker. Mutasi yang menyebabkan tyrosin
kinase menjadi konstitutif aktiv diasosiasikan dengan beberapa
kanker. Imatinib (jenis nama Gleevec dan Glivec) obat yang dapat
mengikat potongan katalitik tyrosin kinase yang menghambat
aktivitasnya. Dalam sel-sel normal, TGF-, bertindak melalui jalur
signaling, menghentikan siklus sel pada tahap G1, menghentikan
proliferasi, menginduksi diferensiasi, atau apoptosis. Ketika sebuah
sel berubah menjadi sel kanker, bagian dari TGF- jalur signaling
bermutasi, dan TGF- tidak lagi mengendalikan sel. Sel-sel kanker
tersebut berkembang biak. Sel stroma di sekitarnya (fibroblas) juga
berkembang biak. Kedua sel meningkatkan produksi TGF-. TGF-
ini bekerja pada sel-sel stroma di sekitarnya, sel-sel kekebalan, endotel
dan sel otot halus. Hal ini menyebabkan imunosupresi dan
angiogenesis, yang membuat kanker lebih invasif. TGF- juga
mengkonversi T-sel efektor, yang biasanya menyerang kanker dengan
peradangan (imun) reaksi, ke dalam regulasi T-sel, yang mematikan
reaksi peradangan.
Receptor TGF-
TGF-beta pada faktor pertumbuhan adalah sebagai hormon
yang menjadi perantara ekstraselular pertumbuhan dan proliferasi
selular. TGF-beta berfungsi sebagai hormon melalui ikatan dengan
reseptor TGF-beta II (RII). RII merupakan protein transmembran
dan mempunyai aktivitas phosphorylative khususnya terhadap serin
dan treonin. Reseptor TGF tersebar luas pada permukaan sel pada
organisme eukariotik. Ada lebih dari 30 anggota family TGF-beta,
jadi respon bervariasi tergantung pada sel-sel yang merespon ligan.
Setelah mengikat ligan TGF-beta, TGF-beta akan terikat pada RII
dan berinteraksi dengan RI. RI bertanggung jawab untuk propagasi
sinyal di dalam sel. Setelah diaktifkan oleh fosforilasi oleh RII melalui
GS domain, khususnya loop GS (dinamakan untuk berbagai G dan S
residu), RI dapat mengikat protein R-Smad dan memfosforilasi
hydrolyzing ini dengan bantuan ATP. Smad terfosforilasi ini
kemudian contiunes ke inti di mana kelompok dengan berbagai faktor
transkripsi mempengaruhi transkripsi. Untuk menjaga RI dari
fosforilasi Smad secara spontan, molekul inhibitor FKBP12
bertumpu pada domain GS dan membentuk tutup pelindung RII
serta mengurangi afinitas untuk GS doman. FKBP12 menstabilkan
konformasi yang terhambat dalam struktur RI. Ketika GS loop tidak
terfosforilasi berinteraksi dengan segmen aktivasi melalui alpha helix.
Interaksi aktivasi segmen bergerak ke posisi di tempat yang dapat
menghambat ikatan ATP dan mencegah Smad fosforilasi. Ketika para
GS phosphorylates RII loop, FKBP12 dilepas, loop GS interaksi
dengan heliks spesifik adalah destryoed, dan pergeseran segmen
aktivasi dari ikatan ATP yang memungkinkan ATP untuk mengikat
dan menjadi Smad terfosforila. Dalam tutorial ini, lima RI protein
mengkristal sebagai lima subunit pentamer, namun pada vivo RI
hanya ada sebagai satu rantai protein, bukan agregasi lima
ditampilkan.
KUIS
Gambar 16. Protein module dan docking protein yang berperan dalam sinyak
tranduksi Reseptor Tirosin Kinase (RTKs). (A) Modul Protein terlibat dalam
control jalur sinyal intraselular. Tirosin terfosforilasi, membentuk RTKs
diaktifkan kompleks domains dengan PTB dan domain dari sinyal protein SH2.
Domain SH2 domain diaktifkan reseptor sementara oleh domain PTB untuk
fosforilasi tirosin dan nonphosphorilasi di daerah RTKs. PH domain mengikat
pada daerah berbeda menuju membran asosiasi. Domain SH3 dan WW
memiliki target utama mengikat area dengan urutan protein prolin. Domain
PDZ mengikat di area hidrofobik. Residu pada Termini C merupakan target
protein.Domain FYVE mengikat secara khusus untuk PdtIns. Sementara
protein adaptor seperti Grb2 atau NCK hanya mengandung domain SH2 dan
SH3. Signaling protein lainnya mengandung tambahan protein enzimatis seperti
protein kinase PTPase (Shp2) fosfolipase C (PLC ), Ras-GAP atau Rho-GRF
(Vav). (B) Docking protein yang berfungsi sebagai bentuk untuk perekrutan
sinyal protein. Semua docking protein mengandung sebuah membrane terminal.
FRS2 adalah target ke membran oleh myristoylation, dan LAT adalah
ditargetkan ke membran sel oleh domain transmembran (TM) dan oleh
palmytoylation. Kebanyakan protein docking ditargetkan ke membran sel oleh
domain PH. Docking protein mengandung banyak bagian pTyr
phosphorylation yang berfungsi sebagai tempat pengikatan untuk area SH2
berbagai sinyal protein.
KUIS
1. Apabila terjadi mutasi gen yang menyandi reseptor tirosin
kinase, apakah prediksi yang saudara bisa kemukakan.
2. Jelaskan manfaat Insulin growth factor receptor (IGFR) dan
TGF-.
BAB III
G-Protein Reseptor.
G-protein reseptor disebut demikian karena protein reseptor
berasosiasi dengan G-protein pada sitoplasma. G-protein bekerja
sebagai on-off switch dimana jika GDP binding maka G-protein menjadi
inaktif dan bila GTP binding maka G-protein menjadi aktif. G protein
juga bertindak sebagai enzim GTPase yang menghidrolisis GTP
menjadi GDP sehingga G-protein menjadi inaktif. System akan
berhenti saat molekul sinyal ekstraselular tidak lagi berikatan pada
reseptor G-protein reseptor merupakan reseptor dari berbagai macam
signal molekul antara lain hormone, neurotransmitter, dan local
mediator yang mana G-protein reseptor memiliki variasi struktur
berbeda sesuai dengan fungsinya. Ligan yang sama akan mengaktifkan
berbagai macam family berbeda. Kurang lebih 9 G-protein linked
reseptor di aktifkan oleh adrenalin, 5 reseptor yang lain diaktifkan
oleh acetylcoline dan kurang lebih 15 oleh serotonin. G-protein
reseptor bekerja secara tidak langsung untuk melakukan regulasi
aktivitas separasi protein target ikatan membrane plasma yang dapat
berupa enzyme atau ion chanel. Atau dengan kata lain, G-protein
reseptor secara tidak langsung mengaktivkan atau menon-
aktifkanikan membrane plasma enzyme atau ion chanel. Interaksi
antara reseptor dan protein target melalui 3 protein yang dikenal
dengan nama trimeric GTP-binding regulatory protein (G-protein)
(Gambar 10).
Second Messenger.
Aktivasi Protein G.
Protein G adalah protein yang terdiri dari 3 sub unit yaitu ,
, , dimana sub unit memiliki kemampuan untuk mengikat baik
GDP maupun GTP. Pada keadaan tidak aktif sub unit akan
mengikat GDP, sedangkan pada saat aktif akan mengikat GTP.
Dalam keadaan aktif akibat terstimulasi oleh aktifasi reseptor, sub
unit akan berjalan menyusuri permukaan dalam membrane sel
sampai bertemu dengan protein enzim atau transmembran.
Berikatannya sub unit pada enzim atau saluran transmembran akan
mengaktivasi proses pembukaan atau penutupan saluran
transmembran. Inaktivasi sub unit dilakukan dengan menghidrolisis
gugus GTP menjadi GDP. Ketika tidak ada stimulus, reseptor dan G
protein inaktif dan terpisah, ketika signal ekstraseluler terikat dgn
reseptor, terjadi perubahan konformasi pada reseptor; G protein
terikat reseptor, Perubahan pada -subunit menyebabkan GDP
digantikan oleh GTP, selanjutnya menyebabkan -subunit terpisah
dari -subunit
Reseptor yang mengikat GTP - binding Protein (G - protein)
Phospolipase C.
Jalur Phospolipase C, yang teraktifkan oleh sub unit dari
protein G akan menghidrolisis Fosfatidilinositol 4, 5- bifosfat
menjadi 2 molekul penyetara kedua, yaitu Inositol 4, 5, 6 trifosfat
(IP3) dan Diasil gliserol (DAG). Dimana IP3 akan memasuki sitosol
dan DAG tetap berada di membrane sel. IP3 akan berikatan dengan
saluran ion kalsium di membrane plasma dan di reticulum
endoplasma, serta membuka saluran tersebut. Terbukanya saluran
ion, akan mengakibatkan terjadinya pemasukan ion kalsium ke dalam
sitoplasma secara konsentrasi gradient. Di sitosol ion kalsium akan
berikatan dengan protein kalmodulin, dimana molekul kalsium
kalmodulin (Ca-Kam) akan mengaktifasi protein Ca-Kam protein
kinase yang akan mengaktifasi protein factor transkripsi yang akan
menstimulasi terjadinya proses penyandian gen structural. Sementara
DAG akan berikatan dengan protein kinase C, dimana protein kinase
C yang berikatan dengan DAG akan menjadi aktif dan menstimulasi
beberapa protein penghubung sintesa protein (factor transduksi
sitosolik dan factor transkripsi).
Protein Kinase dan Protein Fosfatase.
Protein kinase terdapat baik di membrane plasma maupun di
dalam sitoplasma. Pengklasifikasian protein kinase biasanya dilakukan
berdasar jenis asam amino yang difosforilasinya seperti tirosin kinase
atau serin treonin kinase. Protein kinase secara fungsional bertugas
membantu fosforilasi beberapa protein agar dapat menjalankan
tuganya selaku sinyal transduktor. Sinyal transduksi yang memerlukan
kehadiran protein kinase antara lain cAMP yang bergantung pada
enzim kinase. Tirosin kinase membran dan serin treonin kinase
sebagai protein kinase di tingkat membran untuk dapat teraktifasi
memerlukan adanya rangsang kimia. Sementara itu protein kinase A
(PKA) dan protein kinase G (PKG) yang merupakan protein serin
treonin kinase yang terlarut dalam sitoplasma memerlukan aktifasi
dari nukleotida dan penyentara kedua seperti cAMP dan cGMP.
Sedangkan Protein Kinaase C yang merupakan keluarga terbanyak
dari protein kinase distimulasi oleh aktifitas penyentara kedua DAG
dan ion kalsium.
KUIS
PERTAHANAN TUBUH
Mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada manusia
dan hewan masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara. Secara
umum mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit disebut
patogen. Patogen yang telah masuk akan menimbulkan penyakit
dengan pelbagai mekanisme. Segala macam mikroorganisme yang
menginvasi vertebrata akan berhadapan dengan imunitas innate
sebagai pertahanan pertama yang terjadi beberapa menit setelah
infeksi. Imunitas adaptif akan timbul apabila pertahanan pertama ini
tidak mampu mengeliminasi patogen yang masuk.
Respon yang
terinduksi Infeksi Perekrutansel Pengenalan, aktivasi Pemusnahan agen
(segera: 4-96 jam) efektor sel efektor penginfeksi
Respon imunitas Transpor antigen Pengenalan oleh sel Ekspansi klon dan
adaptive Infeksi menuju organ limfoid T dan B naive diferensiasi sel
(lambat: > 96 jam) efektor
Pemusnahan agen
penginfeksi
Gambar 26. Respon terhadap infeksi terdiri dari tiga fase. Mekanisme
efektor yang membersihkan agen penginfeksi, contohnya makrofag dan
komplemen. Dua fase pertama tidak memerlukan spesifikasi antigen, artinya
semua antigen akan dikenali oleh sistem imun yang bekerja pada dua fase
pertama ini. Fase ketiga adalah fase imunitas adaptif. Fase ini memerlukan
reseptor yang spesifik yang terbentuk dari gene rearrangement. Imunitas adaptif
bekerja pada fase akhir.
Pertahanan pertama tidak dapat menuntaskan tugasnya antara
lain karena besarnya jumlah invader yang masuk, cacat genetik,
maupun lemahnya sistem pertahanan itu sendiri akibat kurang gizi.
Sel-sel epitel pada permukaan tubuh mempunyai peran penting
sebagai penghalang masuknya mikroorganisme dalam tubuh. Sekresi
kelenjar minyak maupun keringat juga mempunyai peran dalam
sistem pertahanan pertama. Makrofag dan neutrofil merupakan
komponen selluler pertahanan pertama yang bersifat fagosit,
sedangkan NK berperan sebagai sitotoksik pada pertahanan pertama.
NK merupakan sel yang memiliki jalur sama dengan sel limfosit
hanya saja tidak mempunyai antigen khusus yang dikenali pada
targetnya. NK mengenali sel yang mengalami kanker dengan cara
mendeteksi penurunan ekspresi molekul MHC.
Mamalia rentan terhadap infeksi patogen. Patogen pada
awalnya mengadakan kontak dengan host, selanjutnya menyebabkan
infeksi dan sakit pada host. Satu patogen dengan yang lain
mempunyai perbedaan struktur yang sangat besar pada molekul
permukaan dan cara melakukan infeksi, sehingga diperlukan strategi
yang berbeda dalam tubuh host untuk melakukan sistem pertahanan.
Garis pertama pertahanan tubuh telah tersedia dan siap menghalangi
dan menolak invader setiap saat. Permukaan sel-sel epitel
menyebabkan patogen tetap berada di luar dan sulit mengadakan
penetrasi. Kulit misalnya, menghalangi penempelan patogen dengan
cara menghasilkan enzim antimikrobia dan peptida. Kulit juga
menghasilkan minyak yang dapat membunuh beberapa patogen.
Virus, bakteri, dan parasit yang berhasil menjebolkan pertahanan
pertama akan segera berhadapan dengan makrofag pada jaringan.
Makrofag mempunyai reseptor permukaan yang dapat mengikat dan
memfagosit bermacam-macam patogen. Peristiwa ini pada gilirannya
akan menyebabkan respon inflamasi yang dapat menyebabkan
terjadinya akumulasi protein plasma, termasuk komponen
komplemen yang menjadi bagian humoral imunitas innate , dan aktivitas
fagosit oleh neutrofil pada daerah infeksi. Imunitas innate merupakan
garis pertahanan pertama yang secara langsung dapat bekerja
nonspesifik jika ada patogen yang masuk. Imunitas innate ini tidak
berubah kemampuannya jika pada waktu yang lain terinfeksi baik
patogen yang sama maupun berbeda, karena tidak mempunyai
memori setelah terjadinya infeksi. Kerja imunitas innate ini pada
umumnya berhasil menghalangi terjadinya infeksi. Apabila imunitas
innate tidak berhasil mengeliminasi agen penginfeksi, makrofag dan
sel lain yang telah teraktivasi pada respon innate akan segera
membantu inisiasi respon imunitas adaptif.
Ikatan Antibodi:Antigen
Pada penemuan awal adanya ikatan antigen dengan antibodi,
satu-satunya sumber antibodi monoklonal adalah sel tumor yang
mensekresi antibodi. Antigen yang menyebabkan sel tumor
mensekresi monoklonal antibodi masih belum diketahui, sehingga
banyak sekali senyawa yang harus disekrining untuk mengidentifikasi
ligan yang dapat digunakan untuk mempelajari ikatan antigen. Secara
umum substansi yang ditemukan berikatan dengan antibodi adalah
hapten seperti fosforilkolin atau vitamin K1. Analisis struktur antara
ikatan komplek antibodi dengan ligan hapten menjadi bukti langsung
yang pertama bahwa hipervariabel membentuk antigen binding site
(ABS), dan menunjukkan dasar struktural adanya spesifikasi antara
antibodi dengan hapten-nya. Setelah penemuan pembuatan
monoklonal antibodi, sekarang memungkinkan membuat monoklonal
antibodi dengan berbagai macam spesifikasi untuk suatu antigen.
Penemuan-penemuan itu dapat menjelaskan dengan detail bagaimana
antibodi berinteraksi dengan antigen. Permukaan molekul antibodi
yang terbentuk dari CDR rantai ringan dan berat yang berdampingan
memunculkan terjadinya ABS. Urutan asam amino pada CDR
berbeda pada antibodi yang berbeda, sehingga struktur ABS pun
berbeda pada setiap antibodi yang berbeda. Secara umum diketahui
bahwa antibodi akan mengikat ligan yang mempunyai permukaan
komplementer dengan molekul antibodi itu, khususnya dengan ABS.
Antigen kecil seperti hapten atau peptida pendek umumnya
menempati celah antara domain V dari rantai ringan dan berat pada
molekul antibodi. Antigen lain contohnya molekul protein yang
ukurannya sama atau lebih besar dari antibodi itu sendiri tidak dapat
menempati celah yang ada pada ABS. Dalam hal ini molekul
pembentuk ABS yaitu VL dan VH memperluas permukaan melibatkan
seluruh CDR dan dalam hal tertentu mengubah kerangka antibodi.
Infeksi.
Penyakit infeksi hanya akan terjadi apabila pertahanan
pertama (pertahanan innate) tidak dapat mengatasi patogen yang
masuk. Tubuh kita selalu terpapar oleh mikroorganisme yang berada
pada lingkungan kita di samping patogen yang telah ada di dalam
tubuh akibat infeksi sebelumnya. Sel-sel epitel baik eksternal maupun
internal merupakan tempat bertemunya agen penginfeksi pada tubuh
kita. Mukosa sepanjang saluran pernafasan merupakan jalan masuk
mikroorganisme akibat adanya kontaminasi udara yang kita hirup.
Mukosa pada saluran pencernakan merupakan jalan masuk
mikroorganisme yang berada pada makanan maupun air yang kita
minum. Adanya luka dan gigitan serangga memungkinkan terjadinya
penetrasi mikroorganisme melalui kulit. Demikian juga sentuhan
langsung antar individu juga memberikan peluang terjadinya infeksi
melalui kulit maupun alat reproduksi.
Rute Infeksi Patogen
Rute masuk Cara Ptogen Penyakit
penyebaran
Permukaan Mukosa
Partikel Virus Influenza
Lintasan Udara terhidup oleh Influenza Meningococca
pernafasan Neisseria l meningitis
miningitidis
Air atau makanan Salmonela Tipus
Sistem
yang typhi Diarrhea
pencernakan
terkontaminasi Rotavirus
Sistem reproduksi Kontak fisik Treponema Syphilis
palium
Epitel eksternal
Permukaan luar Kontak fisik Tinea pedis Athletes foot
Lecet kecil Bacillus Anthrax
kulit anthracis Tetanus
Luka tertusuk Clostridium Tularemia
Luka dan lecet
Menangani tetani
hewan Pasteurella
terinfeksi tularensis
Gigitan Flavivirus Demam
nyamuk (Aedes kuning
aegypti) Borrelia Penyakit lyme
Gigitan burgdorferi Malaria
Gigitan serangga serangga Plamodium
Gigitan spp
nyamuk
(Anopheles)
Inflamasi.
Inflamasi merupakan kejadian penting pada sistem
pertahanan tubuh. Inflamasi mempunyai tiga peranan penting untuk
melawan infeksi. Pertama, inflamasi membantu rekrutmen molekul-
molekul efektor dan sel-sel imunokompeten pada daerah yang
terinfeksi, sehingga memperbesar daya bunuh makrofag terhadap
mikroorganisme invader. Molekul efektor dapat berupa sitokin,
komplemen, maupun antibodi. Adanya molekul efektor terutama
antibodi dan komplemen akan mengefektifkan kerja sel fagosit
khususnya makrofag. Kedua, sebagai penghalang penyebaran infeksi,
dan ketiga untuk memacu perbaikan jaringan yang luka. Inflamasi
pada daerah infeksi dimulai dengan adanya respon makrofag terhadap
patogen. Inflamasi mempunyai ciri-cri antara lain: rasa sakit,
kemerahan, panas, dan membengkak pada daerah infeksi. Kejadian
tersebut merupakan refleksi tiga perubahan pembuluh darah pada
daerah yang terinfeksi itu. Pertama, bertambah besarnya diameter
vascular, sehingga meningkatkan aliran darah di daerah itu.
Berhubungan dengan membesarnya diameter vaskuler dan aliran
darah yang cepat menyebabkan panas dan kemerahan. Kejadian ini
akan menurunkan kecepatan aliran darah pada pembuluh darah kecil.
Kedua meningkatnya ekspresi molekul adhesi pada sel endotel
pembuluh darah. Peningkatan ekspresi molekul adhesi pada sel-sel
endotel memudahkan melekatnya sel-sel leukosit menempel pada
dinding-dinding endotel. Kombinasi antara ekspresi molekul adhesi
dan lambatnya aliran darah pada pembuluh kecil memberi
kesempatan leukosit menempel pada sel endotel dan bermigrasi
masuk jaringan yang terinfeksi, proses ini dikenal dengan extravasation.
Semua perubahan tersebut dimulai oleh sitokin yang diproduksi oleh
makrofag yang mengalami aktivasi. Apabila inflamasi telah terjadi, sel
yang pertama kali terekrut ke daerah inflamasi adalah neutrofil.
Neutrofil diikuti oleh monosit, dan setelah berada di dalam jaringan,
monosit akan segera berdiferensiasi menjadi makrofag. Pada tahap
berikutnya sel darah putih yang lain seperti eosinofil dan sel-sel
limfosit juga masuk ke daerah yang terinfeksi. Perubahan ketiga pada
pembuluh darah di daerah infeksi adalah peningkatan permeabilitas
vaskuler. Pada kejadian ini sel-sel endotel tidak lagi saling berikatan
kuat satu sama lain, melainkan saling renggang satu sama lain
sehingga cairan dan protein dalam darah akan keluar pembuluh dan
terakumulasi pada jaringan. Hal ini menimbulkan bengkak (adema),
rasa sakit, dan terjadi akumulasi protein plasma yang membantu
sistem pertahanan. Perubahan di atas diinduksi oleh berbagai faktor
inflamasi yang diproduksi akibat pengenalan suatu patogen. Di antara
faktor inflamasi itu ada yang berupa lipid yang dibentuk oleh
makrofag dengan cara degradasi membran fosfolipid. Degradasi
membran lipid dilakukan dengan mekanisme enzimatis. Lipid
tersebut meliputi leukotrienes, prostagladins, dan platelet activating factor
(PAF). Kerja lipid yang memacu inflamsi segera diikuti oleh sitokin
dan kemokin yang disintesis dan disekresi makrofag yang teraktivasi
oleh patogen. Salah satu sitokin yang diproduksi makrofag adalah
tumor-necosis factor- (TNF- ) yang sangat penting peranannya
sebagai aktivator sel endotel. Pengenalan patogen juga memicu
terjadinya inflamasi melalui jalur komplemen. Salah satu substansi
penting yang dihasilkan setelah reaksi komplemen adalah C5a. C5a
merupakan peptida yang memperantarai terjadinya inflamasi dengan
berbagai macam aktivitas. C5a selain meningkatkan permeabilitas
vasculer dan ekspresi molekul adhesi juga berfungsi sebagai
chemoattractant untuk menarik neutrofil dan monosit, serta
mengaktifkan sel mast dan fagositosis. Pengaruh C5a terhadap sel-sel
tersebut mengakibatkan terjadinya pelepasan granula yang berisi
histamin dan TNF- yang merupakan molekul penting pada proses
inflamasi. Apabila terjadi luka, maka pembuluh darah yang terluka
akan memicu dua sistem proteksi enzimatis. Pertama, sistem kinin,
yaitu sistem enzimatis pada protein plasma yang dipicu oleh
kerusakan jaringan sehingga terbentuk berapa mediator inflamasi
termasuk bradykinin yang merupakan vasoaktif peptida. Bradykinin
menyebabkan peningkatan permeabilitas membran vaskuler dan
menyebabkan influx/aliran protein plasma pada daerah yang terluka.
Kerja bradykinin juga menyebabkan rasa sakit, sehingga penderita
merasa tidak nyaman, dan bahkan menyebabkan bagian tubuh sulit
untuk digerakkan. Keadaan ini penting untuk menjaga agar
penyebaran agen penginfeksi dapat dibatasi. Kedua, sistem koagulasi,
yaitu sistem enzimatis pada enzim plasma yang dipicu oleh kerusakan
pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penggumpalan
yang dapat menghalangi masuknya mikroorganisme ke dalam aliran
darah. Dua sistem di atas sangat penting pada respon inflamasi
terhadap patogen meskipun tidak terjadi luka pada jaringan, sebab
keduanya juga terpicu oleh aktivasi sel endotel. Dalam hitungan menit
setelah terjadinya penetrasi patogen pada jaringan, akan segera terjadi
respon inflamasi yang menyebabkan terjadinya aliran protein dan sel
yang berguna untuk mengontrol infeksi. Respon inflamasi itu juga
merupakan penghalang langsung bagi penyebaran infeksi dan
membuat host menyadari kejadian yang sedang berlangsung pada
tubuh.
KUIS
Malang, 2009
Penulis
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar............................... ........................................................i
2. Daftar Isi.................................................................................................ii
3. BAB I. Reseptor Tirosin Kinase dan Transforming Growth
Factor ...................................................................................................1
Transforming Growth Factor (TGF-)............... ..........................1
Pembentukan TGF- ...........................................................................3
Aktivasi TGF- oleh Faktor Transkripsi Smads..........................4
Peran TGF- pada Tumor..........................................................9
Fungsi TGF- Pada Apoptosis.........................................................10
Peran Ganda TGF-1 Dalam Apoptosis.........................................11
Peran TGF- pada Jantung................................................................11
Peran TGF- pada Sindrom Marfan...............................................12
Aktivasi Reseptor TGF--1...............................................................13
Hilangnya TGF- signaling berperan atas proliferasi sel..............15
Gangguan Yang Berhubungan Dengan Aktivasi TGF- signal...16
Efek pada FKBP12 RI........................................................................18
Fosforilasi Smad.........................................................................18
TGF- dan Smad.................................................................................19
Jalur signaling TGF-.........................................................................23
Perekrutan dan Fosforilasi Reseptor................................................24
Transkripsi..........26
Mekanisme Regulasi...........................................................................27
Reseptor Regulasi...........28
Peran Smad Inhibitor28
Protein Kinase........30
Aktivasi Kimia............31
Genetika dan Struktur.........34
Protein Kinase C....37
Tirosin Kinase........38
Struktur......39
Reseptor TGF-.....40
4. BAB II. Reseptor Tirosin Kinase dan Aktivasi RAS.....................42
Reseptor Tirosin Kinase.....................................................................42
Ras, GTPase Switch Protein..46
Protein adapter dan Guanine Nucleutide-Exchange Factor
menghubungkan Ras dengan RTK yang teraktivasi.........47
5. BAB III. G-Protein dan Second Messenger...................................52
Reseptor G-protein.............................................................................52
Second Messenger...............................................................................53
Reseptor G-protein Mengaktifkan Adenilat Siklase.......................55
G-protein Reseptor Mengaktifkan Fosfolipase C..........................57
Aktivasi Protein G...............................................................................61
Adenilat Siklase....................................................................................63
Fosfolipase............................................................................................64
Protein Kinase dan Protein Fosfatase..............................................65
Pengaktivan Protein Kinase Oleh cAMP........................................65
cGMP sebagai Second Messenger...................................................66
Ca2+ Sebagai Second Messenger.....................................................66
6. BAB IV. Pertahanan Tubuh..............................................................68
Pengenalan Antigen oleh Sel B dan T..............................................70
Struktur Molekul Antibodi.................................................................72
Antibodi IgG Terdiri Dari Empat Rantai Polipeptida...................72
Imunoglobulin Tersusun atas Bagian Konstan dan Variabel.......74
Antibodi Dapat Dipecah Menjadi Fragmen Yang Tidak
Kehilangan Fungsi...............................................................................74
Imunoglobulin Bersifat Fleksibel Utamanya Pada Daerah
Hinge.....................................................................................................76
Domain Molekul Imunoglobulin Mempunyai Struktur Yang
Mirip................................................................................................................77
Interaksi Antibodi dengan Antigen..................................................78
Ikatan Antibodi:Antigen ...................................................................79
Antibodi Mengikat Permukaan Antigen..........................................80
Interaksi Antigen-antibodi Melibatkan Banyak Energi.................81
Pengenalan Antigen oleh Sel T.........................................................84
Reseptor Antigen Sel T Mirip Fragmen Fab Pada
Imunoglobulin.................................................................................... 84
Infeksi....................................................................................................86
Garis Pertahanan Pertama.................................................................88
Fagositosis............................................................................................91
Inflamasi...............................................................................................94
Daftar Bacaan......................................................................................97
Buku Ajar Fisiologi MAB4232
oleh
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2009
Fisiologi Hewan
Fisiologi Hewan
Untuk Mahasiswa Biologi
Muhaimin Rifai
Edisi Pertama
Diterbitkan oleh:
Galaxy Science
Jl. Kamelia 21, Malang, 65145
Telp: 0341-3140691
Email: galaksisain@gmail.com
ISBN: 978-602-97628-2-2
Editor : Widodo, PhD.Med.Sc dan Dr. M. Sasmito Djati
Tata Isi : Dr. Eng. Agus Naba
Desain Sampul: Kalvin
Day: Monday
Room: MP2.3 Time:07.30-10.10
Referensi:
Fox,S.I. 2004. Human Physiology. 8 th. Ed. McGraw Hill Company. New York.;
Heiser,J.b.,Janis,C., dan Pough,F.H. 1999. Vertebrate Life. 5 th ed. Prentice Hall
International Inc. London; Kardong,K.V. 2002. Vertebrates. Comparative Anatomy.
Function,Evolution. McGraw Hill Company. New York.; Kent,G.C & Carr, R.K.
2001. Comparative Anatomy of the Vertebrates.. 9th ed. McGraw Hill Company. New
York; Schmidt-Nielsen,K.1997. Animal Physiology. Adaptation & environment. 5 th.
Cambridge University Press. Cambridge. New York. Post Chester. Melbourne.
Sydney; Seeley, R. R., Stephens,T.D, & Tate,P. 2003. Anatomy and Physiology. 6 th ed.
McGraw Hill New York; Wheater,P.R., Burkitt,H.G. & Daniels,V.G. 1979.
Functional Histology. Chuechill Livingstone Edinburgh. London .New York
Koordinator Mata Kuliah Fisiologi Hewan: Muhaimin Rifai, SSi, PhD.Med.Sc
ANIMAL PHYSIOLOGY-LECTURES
(Undergraduate: Biology; MAB 4232)
Even Semester 2010/2011
Class B
Day: Monday Time:12.05-14.45 Room: MP1.4