Anda di halaman 1dari 5

Harapan Perbaikan Ekonomi Keluarga Melalui Usaha Sale Pisang di Desa Leuweunggede

Latar Belakang:

Profil Desa Leuweunggede, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka

Desa Leuweunggede berbatasan sebelah Utara dengan Desa Cibolerang, Kecamatan


Jatiwangi; sebelah Selatan dengan Desa Cibentar, Kecamatan Jatiwangi; sebelah Timur dengan
Desa Waringin, Kecamatan Palasah; dan sebelah Barat dengan Desa Andir, Kecamatan
Jatiwangi. Desa Leuweunggede memiliki luas pemukiman 82 ha dengan luas persawahan
177.282 m2, luas perkebunan 10.500 m2. Untuk tanah sawah irigasi teknis Desa ini memiliki luas
24 ha. Serta untuk tanah sawah irigasi teknis memiliki luas 52.200 m 2 dan sawah tadah hujan
memiliki luas 101.082 m2.

Tanah kering yang digunakan untuk ladang di desa Leuweunggede memiliki luas 10.500
m2. Desa ini tidak memiliki tanah basah untuk pasang surut dan lahan gambut. Tanah perkebunan
di desa ini terdiri dari tanah perkebunan rakyat dengan luas 5 ha dan tanah perkebunan
perseorangan dengan luas 5.5 ha. Tanah fasilitas umum yang dikelola oleh kas Desa
Leuweunggede memiliki luas 31.391 m2 yang terdiri dari tanah bengkok dengan luas 29.208 m 2
dan tanah titi sara dengan luas 2.183 m2.

Desa Leuweunggede memiliki iklim tropis dengan curah hujan 19 30 mm dengan


jumlah bulan hujan 5 bulan. Suhu rata-rata harian desa ini sekitar 30 o 34o C. Tinggi tempat dari
permukaan laut yaitu 0 6 mdpl. Tingkat kemiringan tanah desa ini yaitu 5 o . Desa ini memiliki
lahan kritis dengan luas 1.5 ha dan lahan terlantar 1 ha.

Desa leuweunggede memiliki potensi dalam bidang pertanian yang sangat tinggi. Setiap
keluarga memiliki lahan pertanian pada tanaman pangan. Sebanyak 30 keluarga memiliki lahan
kurang 1.0 5.0 ha dan sebanyak 2 keluarga memiliki lahan kurang 5.0 10 ha. Dari data luas
tanaman pangan menurut komoditas pada tahun 2015, hanya tercatat desa ini memiliki tanaman
kangkung dengan luas lahan 1.5 ha. Desa ini memasarkan hasil tanaman pangannya dengan
dijual langsung ke konsumen, dijual ke pasar, dijual melalui pengecer, dan tidak dijual atau
dikonsumsi sendiri.
Komoditas utama pertanian di Desa Leuweunggede adalah tanaman padi. Selain padi,
terdapat juga komoditas lain seperti kacang tanah dan palawija. Sebagai salah satu desa agraria
profesi yang paling banyak yang terdapat di desa ini adalah petani, hal ini disebabkan karena
bertani merupakan profesi turun menurun. Namun sebagian masyarakat menganggap bahwa
profesi sebagai petani bukan merupakan mata pencaharian utama, hal tersebut disebabkan oleh
pendapatan yang diterima kurang maksimal akibat dari luas lahan yang kecil.

Sale Pisang

Kondisi tersebut mengakibatkan masyarakat Desa Leuweunggede beralih menjadi


pengusaha di bidang pangan, terutama usaha makanan sale pisang. Berdasarkan hasil informasi
dari wawancara bersama Bapak Arif Azis Rahmat selaku Kepala Dusun Jumat, usaha makanan
sale pisang mulai digarap warga Dusun Jumat awal tahun 2015. Usaha tersebut digarap oleh
lebih dari 200 kepala keluarga Desa Leuweunggede. Dengan usaha bersama dari masyarakat,
kini pemasaran sale pisang telah meluas hingga pasaran kecamatan Jatiwangi hingga Kabupaten
Majalengka.

Netto untuk usaha sale pisang bisa mencapai 200 ribu per hari bla bla blaaaaa
madefakerrr

Permasalahan

Dalam melakukan kegiatan usahanya, warga Desa Leuweunggede memiliki beberapa


kendala dalam proses kebutuhan mencari bahan utama pokok hingga pemasaran dari hasil
kegiatan usaha sale pisang. Dalam memenuhi kebutuhan bahan pokok utama sale pisang yakni
buah pisang, warga Desa Leuweunggede belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya secara
mandiri. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya lahan yang dimiliki untuk digarap tanaman pisang
mengingat bahwa mayoritas lahan Desa Leuweunggede digunakan untuk tanaman padi dan
palawija serta kacang tanah. Ditambah dengan minimnya wawasan masyarakat Desa
Leuweunggede terhadap penggarapan lahan untuk tanaman pisang.

Hingga saat ini, kelompok usaha sale pisang Desa Leuweunggede masih ketergantungan
dengan penjualan buah pisang di Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka. Dengan
terbatasnya sumber bahan pokok ditambah lagi dengan harga penjualan bahan pokok yang
terlampau mahal menjadi kendala utama dalam berkegiatan usaha sale pisang.

Solusi

Pemasaran Pisang

Penggunaan Lahan Desa dapat dimanfaatkan yaitu dimana lahan yang memiliki ketebalan
tanah lebih dari 60 cm dapat dimankaatkan menjadi lahan pembudidayaaan pisang. Bibit yang
memungkinkan dikembangkan di Desa Leuweunggede adalah pisang varietas super hasil
persilangan pisang madu dari Sumatera Barat dengan pisang liar musa acuminata cola var
mallacensis yang enak dari segi rasa tampilan bagus, besar (dalam satu tandan pisang terdiri dari
bertumpuk-tumpuk) namun tahan terhadap hama layu fusarium dan hama lainnya.

Penggunaan Tiap Pekarangan Rumah

Sebelum beralih kepada pembahasan mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk
memperoleh solusi dari permasalahan yang ada. Kami akan melakukan perbandingan budgeting.
Sesuai informasi yang didapatkan bahwa laba bersih yang diperoleh oleh pemilik UMKM sale
pisang adalah Rp. 200.000/hari yang jika dijabarkan adalah sebagai berikut:

1. Produksi sale pisang sehari misalnya + 24 kg yang diolah menjadi 96 Bungkus , dan
dijual dengan harga Rp. 10.000/bungkus maka hasil penjualannya adalah Rp.
960.000/hari. Dikurangi dengan pengeluaran untuk bahan baku yang rinciannya seperti :

Pisang : Rp. 400.000


Tepung beras : Rp. 40.000
Tepung terigu : Rp. 60.000
Minyak goreng : Rp. 75.000
Gas : Rp. 75.000
Pengemasan : Rp. 50.000
Total : Rp. 700.000

Hasil penjualan : Rp. 960.000


Total Pengeluaran Bahan baku : (Rp. 700.000)
Transportasi : (Rp. 60.000)
Laba bersih Rp. 200.000/Hari
Demikian perhitungan laba bersih untuk produksi satu UMKM Sale Pisang dengan membeli
pisang di pasar.

2. Produksi sale pisang sehari misalnya + 24 kg yang diolah menjadi 96 Bungkus , dan
dijual dengan harga Rp. 10.000/bungkus maka hasil penjualannya adalah Rp.
960.000/hari. Dikurangi dengan pengeluaran untuk bahan baku yang rinciannya seperti :

Tepung beras : Rp. 40.000


Tepung terigu : Rp. 60.000
Minyak goreng : Rp. 75.000
Gas : Rp. 75.000
Pengemasan : Rp. 50.000
Total : Rp. 300.000

Hasil penjualan : Rp. 960.000


Total Pengeluaran Bahan baku : (Rp. 300.000)
Transportasi : (Rp. 60.000)
Laba bersih Rp. 600.000/Hari
Demikian perhitungan laba bersih untuk produksi satu UMKM Sale Pisang dengan
memiliki lahan sendiri untuk menanam pisang, maka pengeluaran akan berkurang hingga Rp.
400.000/ hari. Dengan begitu dapat meningkatkan penghasilan para pemilik UMKM yang ada.
Maka langkah yang dapat diambil adalah dengan melakukan restrukturisasi modal yaitu bisa
dengan menerima bantuan dari pemerintah berupa pinjaman yang tidak bersyarat, seperti Kredit
Investasi Kecil (KIK), Kredit Program Pertama (KPP) , Kredit Modal Permanen (KMP), BRI
unit desa , Bank Kredit Rakyat (BKR). Dengan modal pinjaman diatas dapat digunakan untuk
pembelian lahan penanaman pisang.

Branding
Sale pisang termasuk kudapan favorit di Indonesia khususnya pulau Jawa, jadi tidak perlu
lagi memperkenalkan produk ini di khalayak masyarakat. Penambahan Unique Selling Point
(USP) pada produk Sale Pisang akan memberikan nilai jual, misalnya memberikan rasa baru atau
experience dalam mengonsumsi. Langkah selanjutnya adalah aktivasi di Internet untuk pencarian
Sale Pisang di google sehingga netizen dapat menemukan produk Sale Pisang Majalengka di
internet. Agar hasil maksimal, optimalisasi branding Sale Pisang di Majalengka akan dilanjutkan
2 bulan setelah akhir KKN Unpad. Hal ini dapat semakin maksimal dan optimal jika didukung
dengan motivasi yang kuat dari Desa Leuweunggede dalam melihat peluang ini.

Anda mungkin juga menyukai