Anda di halaman 1dari 6

Proses Penyusunan APBD dan Perubahan APBD

Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dapat dicerminkan dari peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat, keadilan, pemerataan, keadaan yang semakin maju, serta terdapat
keserasian antara pusat dan daerah serta antar daerah. Hal yang dapat mewujudkan keadaan
tersebut salah satunya apabila kegiatan APBD dilakukan dengan baik.

Dikarenakan pada saat ini pemerintah menggunakan penganggaran bebasis pendekatan kinerja,
maka reformasi anggaran tidak hanya pada aspek perubahan struktur APBD, namun juga diikuti
dengan perubahan proses penyusunan anggaran.

APBD pada dasarnya memuat rencana keuangan daerah dalam rangka melaksanakan
kewenangan untuk penyelenggaraan pelayanan umum selama satu periode anggaran. Tahun
anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal
31 Desember. Sesuai dengan pendekatan kinerja yang diterapkan pemerintah saat ini, maka
setiap alokasi APBD harus disesuaikan dengan tingkat pelayanan yang akan dicapai. Sehingga
kinerja pemerintah daerah dapat diukur melalui evaluasi terhadap laporan APBD.

APBD terdiri atas:


1. Anggaran pendapatan, terdiri atas

Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain.

Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus.

Pendapatan lain-lain yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.

2. Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan di


daerah.
3. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun
anggaran berikutnya.

1. Alur Proses dan Jadwal Penyusunan APBD

Pedoman Penyusunan Anggaran seperti tercantum dalam Permendagri Nomor 26 Tahun 2006
memuat antara lain:
1. pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan pemerintah
daerah.
2. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran bersangkutan.
3. teknis penyusunan APBD.
4. hal-hal khusus lainnya.

Untuk penyusunan rancangan APBD, diperlukan adanya urutan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS). PPAS merupakan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran
yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-
SKPD.

Proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, secara garis besar sebagai berikut:
1. Penyusunan rencana kerja pemerintah daerah.
2. Penyusunan rancangan kebijakan umum anggaran.
3. Penetapan prioritas dan plafon anggaran sementara.
4. Penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD.
5. Penyusunan rancangan perda APBD.
6. Penetapan APBD.
Dari uraian di atas, maka proses penyusunan APBD dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Proses penyusunan APBD

Penyusunan APBD didasarkan pada perencanaan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu,
mengenai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Bila dilihat dari waktunya,
perencanaan di tingkat pemerintah daerah dibagi menjadi tiga kategori yaitu: Rencana Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) merupakan perencanaan pemerintah daerah untuk periode 20 tahun;
Rencana Jangka Menengah Daerah . (RPJMD) merupakan perencanaan pemerintah daerah untuk
periode 5 tahun; dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan perencanaan
tahunan daerah. Sedangkan perencanaan di tingkat SKPD terdiri dari: Rencana Strategi (Renstra)
SKPD merupakan rencana untuk periode 5 tahun.

2. Teknik Penyusunan APBD

Yang dilibatkan dalam penyusunan APBD adalah rakyat, eksekutif, dan legislatif. Pada proses
penyusunan APBD rakyat hanya dilibatkan pada tingkat musyawarah pembangunan kelurahan
(Musbangkel) dan unit daerah kerja pembangunan (UDKP) saja. Pada tingkat rapat koordinasi
pembangunan (Rakorbang) dan Pengesahan RAPBD rakyat sama sekali tidak dilibatkan. Dalam
menyusun APBD ada prinsip-prinsip yang tidak boleh ditinggalkan, yaitu adalah:
1. Transparansi dan Akuntabilitas
2. Disiplin Anggaran
3. Keadilan Anggaran
4. Efesiensi dan Efektifitas
5. Format Anggaran
6. Rasional dan Terukur
7. Pendekatan KinerjaDokumen Publik

Gambar 2. Mekanisme penyusunan APBD menurut UU nomor 17/2003

3. Pengertian Perubahan APBD

Perubahan APBD merupakan penyesuaian target kinerja dan/atau prakiraan/rencana keuangan


tahunan pemerintahan daerah yang telah ditetapkan sebelumnya untuk dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD serta ditetapkan dengan peraturan daerah.
Menurut penjelasan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, Kepala Daerah (Bupati/Walikota) selaku pemegang kekuasaan
penyelenggaraan, pemerintahan juga bertindak sebagai pemegang kekuasaan dalam pengelolaan
keuangan daerah.

Selanjutnya, kekuasaan tersebut dilimpahkan kepada Kepala Satuan Kerja Pengelolaan


Keuangan Daerah selaku pejabat pengelola keuangan daerah dan dilaksanakan oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah itu sendiri sebagai pengguna anggaran/barang daerah di bawah koordinasi dari
Sekretaris Daerah.

Pemisahan pelaksanaan APBD ini akan memberikan kejelasan dalam pembagian wewenang dan
tangung jawab terlaksananya mekanisme keseimbangan dan pengawasan dalam pelaksanaan
anggaran daerah serta untuk mendorong upaya peningkatan profesionalisme dalam
penyelenggaraan tugas pemerintahan. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka dana yang
tersedia dalam APBD harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal bagi kepentingan masyarakat.

Karena penyusunan anggaran untuk setiap tahun tersebut sudah dimulai dipersiapkan pada bulan
Juli setiap tahunnya, maka tidak mustahil apabila pada pelaksanaannya APBD tersebut perlu
perubahan atau penyesuaian.

4. Kriteria Perubahan APBD

Perubahan Peraturan Daerah tentang APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa. Perubahan Peraturan Daerah tentang APBD
dapat dilakukan apabila terjadi:

Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA. Perkembangan yang tidak sesuai adalah
pelampauan atau tidak tercapainya proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, dan lain-
lain.

Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar
kegiatan, dan antar jenis belanja. Dapat dilakukan dengan melakukan perubahan APBD.

Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan dalam
tahun berjalan. Merupakan sisa lebih perhitungan tahun anggaran sebelumnya yang dapat
digunakan untuk membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah, melunasi seluruh
kewajiban bunga dan pokok utang, mendanai kenaikan gaji dan tunjangan PNS, mendanai
kegiatan lanjutan, mendanai program dan kegiatan baru, serta mendanai kegiatan-kegiatan yang
capaian target kinerjanya ditingkatkan dari yang telah ditetapkan semula dalam DPA-SKPD
tahun anggaran berjalan.
Keadaan darurat. Merupakan keadaan yang tidak biasa terjadi dan tidak diinginkan terjadi secara
berulang dan berada diluar kendali pemerintah. Dalam situasi ini pemerintah daerah dapat
menggunakan anggaran tidak terduga.

Keadaan luar biasa. Merupakan keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau
pengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh
persen) yang didapat dari kenaikan pendapatan atau efisiensi belanja.

5. Format dan Tata Cara Penyusunan DPPA-SKPD P-APBD

Formulir DPPA - SKPD merupakan formulir ringkasan anggaran satuan kerja perangkat Daerah
yang sumber datanya berasal dari peringkasan jumlah pendapatan menurut kelompok dan jenis
yang diisi dalam formulir DPPA - SKPD 1, jumlah belanja tidak langsung menurut kelompok
dan jenis belanja yang diisi dalam formulir DPPA - SKPD 2.1, dan penggabungan dari seluruh
jumlah kelompok dan jenis belanja langsung yang diisi dalam setiap formulir DPPA - SKPD 2.2.

Formulir DPPA - SKPD 1 sebagai formulir untuk menyusun rencana pendapatan atau
pengeluaran satuan kerja perangkat daerah dalam perubahan APBD tahun anggaran yang
direncanakan. Oleh karena itu nomor kode rekening dan uraian nama kelompok, jenis, obyek dan
rincian obyek pendapatan yang dicantumkan dalam formulir DPPA - SKPD 1 disesuaikan
dengan pendapatan tertentu yang akan dipungut atau pengeluaran tertentu dari pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah sebagaimanana ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Pengisian formulir DPPA-SKPD 1 supaya mempedomani ketentuan Pasal
159 peraturan ini. Untuk memenuhi azas tranparansi dan prinsip anggaran berdasarkan rencana
pendapatan yang dianggarkan, pengisian rincian penghitungan tidak diperkenankan
mencantumkan satuan ukuran yang tidak terukur, seperti paket, pm, up, lumpsum.

Formulir DPPA-SKPD 2.1 merupakan formulir untuk menyusun rencana kebutuhan belanja tidak
langsung satuan kerja perangkat daerah dalam perubahan APBD tahun anggaran yang
direncanakan. Pengisian jenis belanja tidak langsung supaya mempedomani ketentuan Pasal 49
peraturan ini. Untuk memenuhi azas tranparansi dan prinsip anggaran berdasarkan prestasi kerja,
pengisian rincian penghitungan tidak diperkenankan mencantumkan satuan ukuran yang tidak
terukur, seperti paket, pm, up, lumpsum.

Formulir DPPA-SKPD 2.2 merupakan formulir rekapitulasi dari seluruh program dan kegiatan
satuan kerja perangkat daerah yang dikutip dari setiap formulir DPPA-SKPD 2.2.1.

Formulir DPPA-SKPD 2.2.1 digunakan untuk merencanakan belanja langsung dari setiap
kegiatan yang diprogramkan. Dengan demikian apabila dalam 1 (satu) program terdapat 1 (satu)
atau lebih kegiatan maka setiap kegiatan dituangkan dalam formulir DPPA-SKPD 2.2.1 masing-
masing. Pengisian jenis belanja langsung supaya mempedomani ketentuan Pasal 50 peraturan
menteri ini. Untuk memenuhi azas tranparansi dan prinsip anggaran berdasarkan prestasi kerja,
pengisian rincian penghitungan tidak diperkenankan mencantumkan satuan ukuran yang tidak
terukur, seperti paket, pm, up, lumpsum.

Formulir DPPA-SKPD 3.1 digunakan untuk merencanakan pengeluaran pembiayaan dalam


perubahan APBD tahun anggaran yang direncanakan pada satuan kerja pengelola keuangan
daerah.
Formulir DPPA-SKPD 3.2 digunakan untuk merencanakan pengeluaran pembiayaan dalam
perubahan APBD tahun anggaran yang direncanakan pada satuan kerja pengelola keuangan
daerah.

Anda mungkin juga menyukai