Psichocutaneous Disease
Psichocutaneous Disease
1
PERAN DOKTER KULIT
Antara 20-40% dari pasien mencari pengobatan untuk keluhan kulit yang
memiliki beberapa tipe dari penyabab masalah psikiatri atau psikologis atau
komplikasi munculnya gejala. Kebanyakan dari pasien yang wawasannya kurang
tidak dapat menerima bahwa gejala yang datang berasal dari hal psikiatri dan sering
enggan untuk menerima apapun dari rujukan psikiatri. Karena itu, kehadiran klinik
psikiatri (Psychiatry liaison clinic) dalam bidang dermatologi, dokter kulit harus
mengenal baik gejala utama dari suatu diagnosis, manifestasi klinis (psikologis dan
dermatologis), dan prinsip utama dari pengobatan.
Ketika mendekati masalah ini, hal yang penting untuk menggambarkan gejala
psikiatri dan terutama psikotik serta kepatuhan dengan obat-obatan. Informan
tambahan seperti anggota keluarga yang cukup membantu jika pasien memberi izin.
Terakhir tapi bukan yang akhir, konsekuensi bahwa gejala dari pasien yang
keluarganya dan kehidupan sosial, atau keduanya, dapat menjadi bantuan dalam
memahami masalah yang disebutkan oleh dokter kulit. Terapi nonfarmakologi dapat
menjadi sangat berguna dalam mengobati pasien ini (Tabel 103-1).
Pengobatan kognitif-behavior
Psikoterapi orientasi tilikan
Hipnoterapi
Terapi kognitif dengan pikiran
Biofeedback
Terapi kelurga
Terapi behaviour
DELUSI PARANSITOSIS
2
EPIDEMIOLOGI
TEMUAN KLINIS
DIAGNOSA BANDING
3
kutaneus dari merangkak (crawling), gigitan, dan sengatan, tetap tidak
menggoyahkan konsepsi bahwa sensasi kulit diinduksi oleh parasit. Pasien-pasien ini
kadang-kadang memperlihatkan, tanda misinterpretasi sensosris mereka terhadap
kutu, dan mungkin mempertimbangkan memiliki ilusi terhadap parasitosis.
Meskipun sering dianggap sebagai kronik, tidak remissi, dan sulit diobati,
pasien memiliki tingkat kepulihan setelah mendapatkan terapi farmakologi.
PENGOBATAN
4
kelemahan dan keikutsertaan dalam tingkah laku kompulsif berkaitan dengan
bagaimana persepsi penampilan mereka, serupa terhadap tingkah laku dalam
gangguan obsesif-kompulsif (OCD). BDD sering menyebabkan penderitaan yang
berat dan kecacatan (disability) dan biasanya disertai depresi dan bunuh diri. 70%
dari pasien melaporkan riwayat dari ide bunuh diri tanda primer BDD, dan 20-24%
telah berusaha bunuh diri.
EPIDEMIOLOGI
Estimasi prevalensi dari BDD adalah 1% dari populasi umum sampai 12%
pada pasien dengan klinis dermatologi, sering berhubungan dengan gangguan mood
seperti gangguan depresi utama (37%), fobia (33%) dan OCD (26%). Perbaikan dari
gangguan depresi utama dan BDD terlihat memiliki hubungan dekat, dengan
perbaikan dari gangguan lain secara signifikan diduga remisi dari lainnya. Perbaikan
dari OCD secara signifikan diduga remisi dari BDD, dan sebaliknya.
TEMUAN KLINIS
PENGOBATAN
5
pengobatan harus dihindari. BDD yang berat dan gangguan kompleks (Complex
Disorder) yang sering membutuhkan pengobatan multimodal menggunakan terapi
tingkah laku kognitif (Cognitive Behavioral Therapy), menggambarkan respon
pencegahan, dan medikasi.
BDD merupakan penyakit kronis tanpa bukti yang jelas selama remisi spontan
tanpa pengobatan. Seperti yang terlihat pada pengobatan, farmakoterapi dengan
medikasi yang sesuai mungkin menyebabkan perbaikan yang mempertimbangkan
sejumlah pasien. Meskipun, kita ingin mengulang dosis tinggi yang efektif dari SSRIs
diluar daripada yang disetujui oleh Food anf Drug Administration di Amerika Serikat;
data yang mendukung bahwa angka rekurensi sangat tinggi dengan penghentian
pengobatan, dan demikian pasien mungkin membutuhkan pengobatan yang lama,
yang seharusnya juga termasuk insight-oriented psychotherapy.
TRICHOTILLOMANIA
EPIDEMIOLOGI
6
Tingkat prevalensi diperkirakan antara 0,5% dan 3,5%, dengan usia rata-rata
dari onset antara 10 dan 13 tahun. Meskipun klasifikasi saat ini, terdapat penanda
yang serupa dengan OCD, yang mungkin memiliki implikasi pengobatan yang
penting. Gangguan psikiatri komorbid (Co-morbid Psychiatric disorders) adalah
depresi, kecemasan dan OCD.
PENGOBATAN
7
Gambar 1. Trikotilomania. Rambut rontok pada garis yang berbeda.
DERMATITIS ARTEFACTA
EPIDEMIOLOGI
Lebih dominan pada wanita, usia dari onset bervariasi secara signifikan dari
remaja menuju dewasa. Depresif komorbid dan gangguan kepribadian juga dilihat.
8
Gambar 2. Dermatitis artefacta. Ulserasi sedang berbentuk garis.
DIAGNOSA BANGING
PENGOBATAN
9
melalui orangtua atau pengasuh lainnya, layanan perlindungan anak atau lembaga
yang setara harus diperingatkan segera untuk melindungi kesejahteraan anak.
EPIDEMIOLOGI
TEMUAN KLINIS
10
Gambar 4. Neurotik eksoriasi. Gambaran lesi pada semua stadium evolusi.
DIAGNOSA BANDING
PENGOBATAN
Ekskoriasi neurotik dapat menjadi kondisi yang kronis dimana prognosis tergantung
pada penyakit psikiatri yang mendasari. Dengan terapi yang sesuai, pasien dengan
gangguan afektif dan kecemasan mungkin memiliki hasil yang sangat baik, dengan
bebas gejala, fungsinya normal
11
dokter. Pendekatan psikiatri pada pasien mungkin menawarkan sarana pemahaman
faktor kompleks yang mendasari sindrom ini, seperti gangguan afektif komorbid,
kerentanan kepribadian, masalah tingkah laku, dan keadaan hidup yang mungkin
menetapkan siklus nyeri dan mempertahankan pasien dalam peran penyakit.
PRURITUS PSIKOGENIK
Pruritus psikogenik dan gatal secara umum didiskusikan dalam Bab. 102.
12
klinis melalui modulasi dari fungsi neurotransmitter dalan CNS mengubah
presynaptic reuptake dari transmitter, memblok pre- dan/atau postsynaptic receptor
binding, menstimulasi reseptor, atau beberapa kombinasi. Yang paling tepat
menggunakan masing-masing tiga kelas utama yang dibahas : antipsikotik,
antidepresan, dan anxiolitik.
Komplikasi
13
nada dan sikap yang abnormal, secara tipikal melibatkan otot wajah, leher, lidah, dan
faring), (2) parkinsonisme (dengan tremor, gangguan cara berjalan (gait disturbance),
kekakuan, cogwheeling rigidity, penanda facies, dan bradikinesia umum), dan (3)
akatisia (pengalaman dari tanda kegelisahan dalam otot yang harusnya dibedakan dari
fisik anxietas atau agitasi). Efek samping neurologi akut diobati paling baik oleh
pemberian medikasi antikolinergik seperti benzotropin (Congentin), 0,5 sampai 2,0
mg dua kali sehari, atau diperhidramin, 75 sampai 100 mg secara oral. Distonia akut
yang berat, yang kebanyakan terjadi diminggu pertama pengobatan, pasien mungkin
mengembangkan kekakuan muskular dan kram pada leher, lidah, wajah, dan
punggung, kadang-kadang dengan dispagia. Kram otot dapat menyebabkan dislokasi
sendi dan, kebanyakan berbahaya, distonia laring dengan jalan nafas. Benztropine, 2
mg intramuskular (IM) atau intravena (IV), atau dipenhidramine, 50 mg IM atau IV,
sering memberikan bantuan. Jika tidak terdapat efek, dosis dapat diulang dalam 20
menit. Jika distonis masih tidak berespon, lorazepam, 1 mg IM/IV, mungkin
menguntungkan. Distonia laring, dosis yang mungkin dibutuhkan IV dan diulang
salam 10 menit.
14
selama peningkatan dosis yang cepat. Pasien yang muncul dengan banyak bentuk
harus dirujuk untuk di evaluasi.
Antipsikotik atipikal yang lebih modern memiliki efek samping yang lebih
diterima dan berhubungan dengan banyak risiko yang lebih kecil dari gejala
ekstrapiramidal. Semua obat dalam kelompok ini mungkin menginduksi sindroma
metabolik yang dikarakteristikkan oleh obesitas abdominal dan resisten insulin atau
intoleransi glukosa. Diskusi menyeluruh dari risiko harusnya mengambil tempat
dengan pasien sebelum memulai pengobatan. Garis dasar dan follow-up uji
laboratorium harus termasuk hitung sel darah lengkap dengan hitung trombosit,
urinalisa, fungsi hati, glukosa puasa, dan lipid panel, tambahan pengukuran berat
badan rutin. Insiden dari jantung, neurologi, dan efek samping lainnya disimpulkan
dalam Tabel. 103-5. Akhirnya, tindakan pencegahan berikut haris dipertimbangkan
dalam penggunaan medikasi antipsikotik :
Dasar dan tindak lanjut selanjutnya : berat badan, indeks massa tubuh, lingkar
pinggang (tingkat umbilikus), tekanan darah, glukosa plasma puasa, lipid profile,
jumlah prolactin. Awalnya bulanan dan kemudian triwulan.
ANTIDEPRESAN TRISIKLIK
15
serotonergik yang potensial. Banyak agen dalam kelompok blok reuptake daripada
yang tidak khusus, meskipun peran obat clomipramine lebih menonjol pada 5-HT
reuptake, yang mendasari kegunaan pengobatan dari beberapa OCDs.
Umumnya, dosis awal rendah dengan titrsi bertahap samapi tingkat teraupetik
adalah edukasi. Seperti kebanyakan sedasi, dosis waktu tidur (bedtime dosing)
direkomendasikan. Keuntungan dari kelompok antidepresan adalah tingkat serum
yang diperoleh segera dan dapat membantu pilihan dari dosis harian yang sesuai.
Karena metabolisme individu dari senyawa yang bervariasi secara radikal, bukti
objektif dari jumlah darah cukup membantu. Tingkatan ini dapat memberitahu dokter
mengenai toksisitas, penyesuaian pasien, dan dosis subteraupetik, faktor utama yang
dipertimbangkan ketika regimen pengobatan tidak berhasil.
Komplikasi
16
SELECTIVE SEROTONIN REUPTAKE INHIBITOR
Seperti nama yang disiratkan, SSRIs memblok secara selektif reuptake dari 5-
HT kedalam presinaptik nervus terminal. Antidepresan efektif, mereka juga jenis
agen yang sangat penting dalam pengobatan anxietas dan OCD.
Tabel. 103-5 daftar dosis yang biasanya untuk SSRIs. Untuk gangguan
spektrum obsesif-kompulsif, dosis yang lebih dari agen yang mungkin dibutuhkan
untuk afek klinis.
Komplikasi
Ini adalah obat yang umumnya ditoleransi, bahkan dalam populasi geriatri.
Tidak seperti trisiklik, kebanyakan obat yang menstimulasi dan dosis padi pada
aturan. Menurunkan nafsu makan, insomnia, akatisia, mual, dan diare (disebabkan
oleh aksi 5-HTs pada motilitas usus) cukup umum. Secara tipikal terlihat pada
inisiasi dari terapi atau setelah perubahan dosis, dan sering menghilang dengan
pengobatan lanjutan. Sekitar 30% dari pengalaman disfungsi seksual pasien, dengan
penurunan libido dan penundaan orgasme atau anorgasmia yang terlihat pada kedua
jenis kelamin. Serupa dengan trisiklik, SSRIs dapat menyebabkan episode manik
pada pasien bipolar. Mereka mungkin secara nyata lebih disebabkan oleh siklus yang
cepat dimana pasien mengalami beberapa depresi dan manic swing dalam periode
waktu yang relatif pendek. SSRIs relatif aman dalam dosis berlebih. Karena
kekurangan dari efek pada myocardium dan minimal, jika ada, dampak pada ambang
kejang, mereka tidak memiliki risiko yang sama seperti trisiklik. Meskipun, karena
mereka dapat menjadi diaktifkan, pasien dengan ide bunuh diri diobati dengan SSRIs
harus di ikuti dengan dekat seperti energi yang mungkin kembali sebelum disporia
dan hilangnya harapan bunuh diri. Satu yang jarang, meskipun mengancam jiwa, efek
samping pada SSRIs termasuk sindroma serotonin (serotonin syndrome). Bagian
hipermetabolik dihasilkan dari akses serotonergik dengan gejala yang terdiri dari
disorientasi, kebingungan, agitasi, tremor, mioklonus, hiperrefleksia, menyentak,
gemetaran, ataksia, hiperaktivitas, dan hipertermia.
Obat-obat ini juga menghambat subtipe dari sistem sitokrom P450 ; oleh karena
itu, obat-obat lain dimetabolisme oleh jalur yang subjek ke alterasi signifikan dalam
jumlah serum. Penyesuaian dosis dan monitor secara hati-hati penting ketika
pemberian seperti medikasi. Ketika penghentian SSRIs setelah penggunaan jangka
panjang, yang terpenting untuk menurunkan secara bertahap untuk menghindari
penarikan gejala (gejala somatik; pusing, letargi, mual, muntah, diare, sakit kepala,
demam, berkeringat, panas dingin, malaise, inkoordinasi, insomnia, dan mimpi hidup
(vivid dream); gejala neurologis: myalgia, parastesia, dan diskinesia; gejala
17
psikologis: kecemasan, agitasi, menangis, iritabilitas, kebingungan, impulsif,
disorientasi, hipomania, dan depersonalisasi).
18
lainnya mengukur farmakologi dan psikoteraupetik definitif dilakukan tetap indikasi
utama untuk penggunaan medikasi oleh nonpsikiatri.
Lorazepam (diantara 0,5 dan 2,0 mg), clonazepam (0,25 sampai 5,00 mg), dan
buspirone (antara 5 dan 10 mg) dapat diberikan satu dan tiga kali sehari. Hal
bijaksana untuk memulai dari dosis rendah sampai evaluasi toleransi.
Dokter kulit harus meminta konsultasi dengan psikiatri atau hubungan klinis
selama pengobatan pasien dengan psychocutaneous disorder segera menerima pasien.
Meskipun dokter kulit menjadi lebih nyaman dengan penggunaan medikasi
psikotropik, secara umum tidak memiliki waktu atau latihan untuk menggunakan
modalitas pengobatan lain dengan efektif seperti psikoterapi dan hipnosis. Oleh
karena cukup untuk melatih dokter kulit untuk waspada terhadap variasi pendekatan
psikoteraupetik yang tersedia, termasuk wawasan orientasi, tingkah laku kognitif,
suportif, dan, tingkat yang lebih rendah dalam praktek saat ini, terapi psikodinamik.
Tipe tertentu dari terapi yang lebih efektif untuk memberikan kondisi yang
mendasari; diagnosis harus membuat pilihan terapi dan pasien harusnya tidak
dirumuskan berdasarkan terapi kaku atau bias teori.
19
menyediakan bukti yang jelas mengenai faktor psikososial, termasuk stres dan emosi
lainnya (seperti depresi), telah menghapus efek yang dihasilkan dari sejumlah
penyakit manusia, termasuk kulit.
DERMATITIS ATOPIK
PSORIASIS
Masalah psikososial muncul dekat secara baik dari pasien dengan psoriasis.
Stresor yang sering didahului onset awal dari penyakit atau flare berikutnya.
Psikoterai individual atau kelompok, pendekatan tingkah laku, dan biofeedback,
teknik lainnya, telah dihasilkan dalam perbaikan plak psoriasis, baik peningkatan
kesejahteraan secara keseluruhan. Randomized control trial menunjukkan bahwa
pengobatan bisikan pada pasien dengan hipnosis secara signifikan membaik ketika
dibandingkan dengan kelompok kontrol, dan pasien yang menggunakan meditasi
pada waktu fototerapi pada setengah waktu ketika dibandingkan yang tidak
digunakan pada mereka.
HERPES SIMPLEKS
20
Terdapat bukti yang kuat untuk mendukung peran stres dalam evolusi dari
infeksi HSV pada dorsal root ganglion neuron pada tikus. Studi manusia
menunjukkan bahwa persisten, tetapi tidak tunggal, kejadian stres yang berhubungan
dengan frekuensi rekuren, yang sesuai dengan temuan bahwa stress tetapi tidak akut
berkorelasi dengan perkembangan infeksi virus secara eksperimen pada sukarelawan
normal. Selanjutnya, intervensi psikososial menurunkan frekuensi infeksi herpes
simpleks.
URTIKARIA
Hubungan antara stres dan beberapa bentuk dari urtikaria yang didukung oleh
sejumlah observasi anekdot. Pasien menderita adrenergik urtikaris melaporkan bahwa
gejala selalu stres akut. Yang lainnya dengan angiodema herediter diketahui memiliki
gejala yang dipicu oleh stres emosional. Temuan bahwa mediasi stres degranulasi dari
sel mast oleh corticotropin-releasing factor dan neuropeptide mendukung peran yang
diduga dalam patogenesis urtikaria.
Cacat fisik atau yang dirasakan dapat menjadi sumber penderitaan yang
signifikan, dengan dampak yang cukup besar pada pasikologis, sosial dan
kesejahteraan individu. Kondisi dermatologi bertanggung jawab untuk menjadi
sumber yang signifikan dari stigma sosial di banyak masyarakat dan kebudayaan
manusia, yang berkontribusi terhadap perkembangan penyakit komorbid seperti
depresi dan kecemasan. Psoriasis, misalnya merusak kehidupan sosial 40% pasien
dan 64% merasa bahwa penyakit mereka secara signifikan berdampak pada fungsi
sosial ekonomi mereka. Kehadiran asosiasi komorbid sering seperti depresi dan
kecemasan dapat diidentifikasi dengan menggunakan instrumen validasi yang
tersedia seperti Depression Anxiety Stress Scale. Dokter harus waspada terhadap
insiden dari depresi dan kecemasan pada pasien dengan penyakit kulit, yang dapat
diobati dengan pendekatan farmakologi dan nonfarmakologi yang digambarkan
diatas.
21
juga dimediasi meningkatkan kepatuhan pengobatan medis, memberi dukungan
sosial, penurunan stres atau mengubah respon terhadap stress, memperbaiki
kecemasan, bantuan pasien untuk mengembangkan mekanisme koping yang lebih
baik, perbaikan depresi, dan membantu dengan citra diri atau persepsi tubuh yang
menyimpang.
22