MATA KULIAH
Disusun Oleh :
YOGYAKARTA
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TI 3306
2. Peramalan (Forcasting)
5. Material Requirement Planning (MRP) Dan Manufacturing Resource Planning (MRP II)
6. Penjadwalan (Schedulling)
DAFTAR PUSTAKA
1. Chase, Aquilana, Jacobs, Production And Operations Management, Eight Edition, 1998,
McgrawHill.
2. Vincent Gaspersz, Production Planning and Inventory Control, 2002, Gramedia, Jakarta.
3. Seetharama, Dennos, Peter, Production Planning and Inventory Control, 1995, Prentice-
Hall International, New Jersey.
PENDAHULUAN
Fungsi Produksi
Proses Produksi
Perencanaan Produksi
Pengendalian Produksi
Perencanaan
Peramalan Perencanaan
Keuangan dan
Permintaan Strategik Bisnis
Pemasaran
Perencanaan
Manajemen Perencanaan
Kebutuhan
Permintaan Produksi
Sumber Daya
Pelayanan
Pesanan
(Order Service)
Penjadwalan Rough-Cut
Final Assembly
Produksi Induk Capacity Planning
Schedule
(MPS) (RCCP)
Perencanaan Perencanaan
Rekayasa Produk
Kebutuhan Material Kebutuhan
dan Manufakturing
(MRP) Kapasitas (CRP)
Operations
Sequeneing
Pembelian
Pengendalian
Pengendalian Input/
Aktivitas Produksi
Output
(PAC)
Pengendalian dan
Penjadwalan
Pemasok Akuntansi dan
Keuangan
Keterangan
Gambar 2
Proses
Kontinyu
Kuantitas Produk
Produksi
Massal
Produksi
Batch
Produksi
Job Shop
Variasi Produk
Gambar 3
PERAMALAN
Pelanggan
Produk
Mutu & Harga
Variasi Acak Pesaing
OUTPUTS
INPUTS PERUSAHAAN Permintaan
Iklan Mutu
Hasil Kebijaksanaan
Citra
Usaha Penjualan Desain Barang Kredit
Pelayanan
Perusahaan Dan Pelayanan
Gambar 4
MODEL-MODEL PERAMALAN
METODE METODE
KUALITATIF KUANTITATIF
Komponen
Musiman
Komponen
Siklus
Komponen
Acak
PENENTUAN ERROR PERAMALAN
Dimana :
A = Permintaan Aktual Pada Periode-t
Ft = Peramalan Permintaan (Forecast) Pada Periode-t
n = Jumlah Periode Peramalan Yang Terlibat
MAPE merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE biasanya lebih berarti dibandingkan
MAD karena MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil peramalan terhadap
permintaan aktual selama periode tertentu yang akan memberikan informasi persentase
kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Secara matematis, MAPE dinyatakan sebagai
berikut :
CONTOH :
Suatu data permintaan aktual produk X dibandingkan hasil peramalannya diketahui seperti
yang tercantum pada tabel dibawah ini. Hitunglah MAD, MSE, MAPE dan MPE-nya.
JAWAB :
MAD = 60/6 = 10
MSE = 750/6 = 125
MAPE = 49,86/6 = 8,31%
MFE = -10/6 = -1,67
Peta Moving Range dirancang untuk membandingkan nilai permintaan aktual dengan nilai
peramalan.
Sementara itu, variabel yang akan diplot ke dalam peta Moving Range :
Tracking signal adalah suatu ukuran bagaimana baiknya suatu ramalan memperkirakan nilai-
nilai aktual.
Tracking signal yang positif menunjukkan bahwa nilai aktual permintaan lebih besar dari pada
ramalan, sedangkan tracking signal yang negatif berarti nilai aktual permintaan lebih kecil dari
pada ramalan. Suatu tracking signal disebut baik apabila memiliki RSFE yang rendah, dan
mempunyai positive error yang sama banyak atau imbang dengan negative error, sehingga pusat
dari tracking signal mendekati nol.
Peta Kontrol Tracking Signal dari Model Peramalan Permintaan
Model Rata-rata Bergerak (Moving Averages Model)
Langkah 2 : Memilih Model Peramalan yang Sesuai Dengan Pola Historis dari Data
Aktual Permintaan
Kita mengetahui bahwa pola historis dari data aktual permintaan komputer selama
periode 1997 tidak membentuk kecenderungan (trend line), dengan demikian model-model
peramalan yang mempertimbangkan kecenderungan (trend) tidak perlu dipertimbangkan. Karena
pola data tidak membentuk kecenderungan, kita dapat mempertimbangkan model peramalan
rata-rata bergerak (moving average) atau pemulusan eksponensial (exponential smoothing).
Langkah 4 : Memilih Model Peramalan yang Tepat Berdasarkan MAD (Mean Absolute
Deviation) Terkecil
Nilai MAD untuk MA (4) dan (MA (5)
Bulan Indeks Permintaan Ramalan Absolute Ramalan Absolute
(Tahun Waktu Aktual Berdasarkan Deviation Berdasarkan Deviation
1997) (t) (A) MA (4) untuk MA(5) untuk
(F4 MA4) MA (4) (F5 MA5) MA (5)
Mei 5 340 283 57 - -
Juni 6 330 298 32 294 36
Juli 7 350 313 37 304 46
Agustus 8 300 318 18 320 20
September 9 330 330 0 314 16
Oktober 10 350 328 22 330 20
November 11 270 333 63 332 62
Desember 12 290 313 23 320 30
MAD = 31,5 MAD = 32,9
Keterangan :
MAD untuk MA (4) = (57 + 32 + 37 + 18 + 0 + 22 + 63 + 23)/8 = 31,5
MAD untuk MA (5) = (36 + 46+ 20 + 16 + 20 + 62 + 63 + 30)/8 = 32,9
Langkah 5 : Memeriksa Keandalan Model Peramalan yang Dipilih Berdasarkan Peta
Kontrol Tracking Signal
Suatu model rata-rata bergerak n-periode terbobot, weighted MA (n), dinyatakan sebagai
berikut :
Dimana :
A1 = permintaan aktual 1 bualan (periode) yang lalu
A2 = permintaan aktual 2 bualan (periode) yang lalu
A3 = permintaan aktual 3 bualan (periode) yang lalu
A4 = permintaan aktual 4 bualan (periode) yang lalu
Tracking Signal dari Model Peramalan Weighted MA (4)
Periode, Forcast Aktual, Error, RSFE Absolut Kumulatif MAD Tracking
n F A E = A-F (5) = Error Absolut (8) = Signal
(1) (2) (3) (4) Kumulatif (6) = Error (7)/(1) (9) =
=(3)-(2) dari (4) Absolut (7) = (5)/(8)
dari (4) Kumulatif
dari (6)
1 281 340 +59 +59 59 59 59 +1
2 304 330 +26 +85 26 85 42,5 +2
3 317 350 +33 +118 33 118 39,3 +3
4 332 300 -32 +86 32 150 37,5 +2,3
5 325 330 +5 +91 5 155 31 +2,9
6 325 350 +25 +116 25 180 30 +3,9
7 334 270 -64 +52 64 246 34,9 +1,5
8 309 290 -19 +33 19 263 32,9 +1
Dimana:
Ft = nilai ramalan untuk periode waktu ke-t
Ft-1 = nilai ramalan untuk satu periode waktu yang lalu, t-1
At-1 = nilai aktual untuk satu periode waktu yang lalu, t-1
= konstanta pemulusan (smoothing constant)
Nilai-nilai Tracking Bervariasi dari +1,0 Bervariasi dari +1,0 Bervariasi dari -2
2 Signal sampai dengan +4,7 sampai dengan +3,9 sampai dengan +1,2
Dimana :
Ft = nilai ramalan permintaan pada period eke-t
a = intersep
b = slope dari garis kecenderungan (trend line), merupakan tingkat perubahan dalam
permintaan
t = indeks waktu (t = 1, 2, 3,.., n) ; n adalah banyaknya periode waktu
Slope dan intersep dari persamaan garis lurus dihitung dengan menggunakan formula berikut:
dimana :
b = slope dari persamaan garis lurus
a = intersep dari persamaan garis lurus
t = indeks waktu
t-bar = nilai rata-rata dari t
A = variabel permintaan (data aktual permintaan)
A-bar = nilai rata-rata permintan per periode waktu, rata-rata dari A
Pola Historis dari Data Aktual Permintaan Komputer Pada Tahun 1997
Langkah 2 : Memilih Model Peramalan yang Sesuai dengan Pola Hitoris dari Data Aktual
Permintaan
Dengan demikian persamaan garis lurus untuk peramalan permintaan komputer adalah
Ft = a +bt = 762,891 + 27,689 t
Peramalan Permintaan Komputer Berdasarkan Model Ft = a + bt. Setelah Dikoreksi
Terhadap Pengruh Musiman Menggunakan Indeks Musim
Periode Indeks Permintaan Indeks Nilai Trend Nilai Ramalan
1996-1998 Waktu, t Aktual, A Musim Berdasarkan Model Setelah
Ft=762,891+27,689t Dikoreksi, 1*
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (4) x (5)
Januari 1996 1 800 0,902 790,580 713
Februari 2 750 0,834 818,269 682
Maret 3 820 0,933 845,958 789
April 4 900 0,992 873,647 867
Mei 5 1150 1,303 901,336 1174
Juni 6 1100 1,240 929,025 1152
Juli 7 1000 1,145 956,714 1095
Agustus 8 900 1,014 984,403 998
September 9 850 0,960 1012,092 972
Oktober 10 750 0,848 1039,781 882
November 11 750 0,911 1067,470 972
Desember 12 806 0,918 1095,159 1005
Januari 1997 13 1200 0,902 1122,848 1013
Februari 14 1100 0,834 1150,537 960
Maret 15 1250 0,933 1178,226 1099
April 16 1300 0,992 1205,915 1196
Mei 17 1740 1,303 1233,604 1607
Juni 18 1650 1,240 1261,293 1564
Juli 19 1540 1,145 1288,982 1476
Agustus 20 1350 1,014 1316,671 1335
September 21 1280 0,960 1344,360 1291
Oktober 22 1130 0,848 1372,049 1163
November 23 1270 0,911 1399,738 1275
Desember 24 1230 0,918 1427,427 1310
Januari 1998 25 ???? 0,902 1455,116 1313
Februari 26 ???? 0,834 1482,805 1237
Maret 27 ???? 0,933 1510,494 1409
April 28 ???? 0,992 1538,183 1526
Mei 29 ???? 1,303 1565,872 2040
Juni 30 ???? 1,24 1593,561 1976
Juli 31 ???? 1,145 1621,250 1856
Agustus 32 ???? 1,014 1648,939 1672
September 33 ???? 0,960 1676,628 1610
Oktober 34 ???? 0,848 1704,317 1445
November 35 ???? 0,911 1732,006 1578
Desember 36 ???? 0,918 1759,695 1615
Nilai Aktual dan Ramalan Permintaan Komputer Periode 1996-1998
Biaya Total Persediaan
Q = D. t Rata-rata
persediaan =
Q/2
Waktu (t)
T = Q/D
Gambar 4.3
Model Persediaan EOQ Sederhana
Komponen biaya ketiga, yaitu purchasing cost dapat diabaikan karena biaya terebut akan
timbul tanpa tergantung pada frekuensi pemesanan, sehingga tujuan model EOQ ini adalah
meminimasi biaya total persediaan dengan komponen biaya ordering cost dan holding cost
saja, atau :
Biaya persediaan :
t optimal diperoleh :
Biaya
Kurva TC
TC minimum
Gambar 4.4
Kurva TC Minimum
Pada kondisi nyata di lapangan, asumsi barang bersifat instaneous sulit diterapkan karena
diperlukan suatu tenggang waktu tertentu untuk mengirimkan barang yang dipesan karena
mungkin produsen barang yang dipesan tidak mempunyai cukup persediaan.
Tenggang waktu antara saat dilakukan pemesanan dengan saat barang datang disebut lead
time.
Saat dimana pemesanan kembali harus dilakukan agar barang yang dipesan datang tepat
pada saat dibutuhkan disebut titik pemesanan kembali (reorder point = R).
Reorder point ditentukan berdasarkan 2 variabel, yaitu lead time (L) dan tingkat kebutuhan
selama lead time. Ada 2 kemungkinan lead time (L) bila kita bandingkan dengan waktu antara
satu pemesanan ke pemesanan berikut (t), yaitu :
a. L < t R = L x DL
b. L>t = (L-t) x DL
Q Q
R R
L L L Waktu t Waktu
L
t t
Gambar 4.5
Perbandingan L dengan t
CONTOH :
Permintaan harian suatu jenis barang diperkirakan 100 unit. Biaya pemesanan diketahui Rp 100,-
setiap kali pesan. Biaya penyimpanan harian setiap unit persediaan Rp 0,02,-. Bila diketahui lead
time-nya 12 hari, tentukan EOQ dan R-nya!
JAWAB :
Diketahui :
D = Rp 100,- unit / hari
k = Rp 100,- / pesan
h = Rp 0,02 / unit / hari
Dari rumus Wilson, maka :
Karena lead time-nya 12 hari dan waktu siklus optimal 10 hari, maka R dilakukan pada saat
tingkat persediaan = (12 10). 100 = 200 unit, yaitu 2 hari sebelum persediaan baru datang.
Hal ini membutuhkan bahwa bila L > t, maka efektif lead time-nya L t.
Q0 = 1000
R=200
-12 -2 0 10 20
t0 hari ke-
Pesan 100
Pesan 1000
L
Gambar 4.6 Kondisi Grafis contoh di atas
CONTOH :
Suatu perusahaan membutuhkan bahan baku sebanyak 6400 unit setahun dengan harga per
unit Rp 10,-. Biaya-biaya yang terlibat dalam pembelian bahan baku tersebut tercatat
sebagai berikut :
Biaya pengiriman Rp 10,-
Biaya pemeriksaan bahan baku yang datang Rp 70,-
Biaya administrasi Rp 20,-
Biaya untuk menyelesaikan pesanan Rp 20,-
Biaya penyimpanan di gudang 20% dari nilai rata-rata barang yang dibeli
Biaya modal 10% dari modal rata-rata yang tertanam dalam persediaan.
Tentukan :
a. EOQ dan frekuensi pemesanan dalam 1 tahun
b. R, bila diketahui lead time pengadaan bahan baku tersebut satu minggu
c. Biaya Total Persediaan yang relevan (TIC)
JAWAB :
Diketahui :
k = 10 + 70 + 20 + 20 = 120
h = (20% + 10%) 10 = Rp 3 / unit / tahun
D = 6400 unit / tahun
c. TIC = =
MODEL STATIS EPQ
Model persediaan ini disebut model EPQ (Economic Production Quantity), dimana
pemakaiannya terjadi pada perusahaan yang pengadaan bahan baku atau komponennya dibuat
sendiri oleh perusahaan.
Tujuan dari model EPQ adalah menentukan berapa jumlah bahan baku (komponen) yang
harus diproduksi, sehingga meminimasi biaya persediaan yang terdiri dari biaya set-up produksi
dan biaya penyimpanan.
Tingkat Persediaan
Q
Produksi Berakhir
I II I II
R
tp L L Waktu
t1
t0
Gambar 4.7. Fluktuasi Tingkat Persediaan Model EPQ
Dari gambar 4.7, terlihat bahwa setiap siklus persediaan terdiri atas dua tahap :
1. Tahap produksi, dimana perusahaan memproduksi bahan baku (komponen)
dengan tingkat produksi P dan sekaligus menggunakan secara langsung untuk membuat
produk jadi selama sub siklus produski (tp). Tahap produksi ini berhenti pada tingkat
persediaan mencapai Imax , dimana :
Imax = (P D) tp Q = P. tp
CONTOH 1 :
Suatu perusahaan memproduksi peralatan kemudian mobil lengkap yang terdiri dari poros dan
roda kemudi. Permintaan kemudi mobil didasarkan atas permintaan mobil yang sifatnya tetap
dan diketahui sebesar 6.400 unit/tahun. Roda kemudi yang digunakan sebagai bagian peralatan
kemudi dapat diproduksi sendiri dengan kecepatan produksi 128 unit/hari. Biaya set-up setiap
siklus produksi Rp 24,- dan holding cost Rp 3,- unit/tahun. Bila diketahui dalam 1 tahunnya
perusahaan beroperasi selama 250 hari, maka tentukan kebijaksanaan perusahaan untuk
komponen roda kemudi tersebut.
JAWAB :
Diketahui :
D = Rp 6.400,- unit/tahun
P = 128,- unit/hari = 128 x 250 = 32.000 unit/tahun
k = Rp 24,- /set-up
h = Rp 3,- / unit/tahun
Adapun langkah-langkah penyelesaian kasus EPQ multi item adalah sebagai berikut :
1. Hitung apakah waktu penyelesaian dari semua permintaan tahunan tidak melebihi
waktu yang tersedia, misalkan N adalah jumlah hari kerja 1 tahun (misal N = 250),
Hal ini berarti , berarti kapasitas produksi tidak dapat memenuhi seluruh
permintan yang datang, sehingga perlu dilakukan lembur, ekspansi kapasitas mesin dan
subkontrak. Bila syarat tersebut dipenuhi, lanjutkan langkah 2.
Dimana :
Dn = tingkat konsumsi (unit/tahun)
hn = biaya penyimpanan (Rp / unit / tahun)
kn = biaya setup (Rp)
Pn = kecepatan produksi (unit / tahun)
Asumsi lain pada model ini adalah bahwa waktu setup diabaikan sehingga terdapat cukup
waktu longgar untuk setiap siklus produksi yang baru, secara matematis, asumsi tersebut
dinyatakan sebagai :
JAWAB :
Buat tabel yang menunjukkan kecepatan produksi perhari, kebutuhan perhari dan perhitungan
lain yang diperlukan dalam menentukan proporsi optimal (fraksi) sebagai berikut :
Tingkat Produksi Tingkat Kebutuhan
Produk per hari (per hari) hn Pn/tahun Kn
Pn/hari Dnhn
A (20 x 8)=160 16 100 40.000 360.000 40.000
B (10 x 8)= 80 8 200 20.000 360.000 25.000
C (20 x 8)=160 14 300 40.000 958.125 50.000
D (30 x 8)=240 24 250 60.000 1.350.000 60.000
E (25 x 8)=200 20 320 50.000 1.440.000 35.000
JUMLAH 4.468.125 210.000
Karena waktu operasi perusahaan lamanya 250 hari per tahun adalah melebihi waktu yang
dibutuhkan untuk produksi (122 hari), maka persoalan di atas layak dikerjakan sehingga fraksi
dihitung sebagai berikut :
Kemudian buat tabel berikut :
Produk Dn f
Qn =
A 4.000 3,26 1.227
B 2.000 3,26 614
C 3.500 3,26 1.074
D 6.000 3,26 1.840
E 5.000 3,26 1.534
Karena waktu produksi optimal per siklus adalah 15 hari, sedangkan waktu produksi yang
tersedia setiap siklusnya adalah 77 hari, maka ada waktu slack 62 hari untuk setiap siklusnya (hal
ini disebabkan kapasitas mesin yang besar dibandingkan dengan permintaan). Jadi setiap 77 hari
berikutnya, perusahaan akan memulai siklus produksinya kembali. Total biaya persediaan
optimalnya diperoleh sebagai berikut :
FASE-FASE PERENCANAAN AGREGAT
REGULER
PHASE 1 PHASE 4
Peramalan Alokasi Permintaan
Perencanaan Agregat Pada Periode Produksi
Yang Lain
Subkontrak
Heuristic dan
Penentual Model
(cocok untuk semua
tipe biaya)
Gambar 3.3
Prosedur Perencanaan Produksi Agregat
METODE-METODE
PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT
1. METODE TRIAL-ERROR
Type of cost How to calculate
Output
Regular Regular cost per unit X Quantity of regular output
Overtime Overtime cost per unit X Overtime quantity
Subcontract Subcontract cost per unit X Subcontract quantity
Hire/Fire
Hire Cost per hire X Number hired
Fire Cost per fire X Number fired
Inventory Carrying cost per unit X Average inventory
Back order Back order cost per unit X Number of back order units
CONTOH SOAL :
Planners for a company are about to prepare the aggregate plan that will cover six periods. They
assembled the following information :
Period 1 2 3 4 5 6 Total
Forecast 200 200 300 400 500 200 1.800
Cost
Regular = $2 per unit
Overtime = $3 per unit
Subcontract = $6 per unit
Inventory = $1 per unit per period on average inventory
Back order = $5 per unit per period
DIKETAHUI :
INVENTORY AWAL = 0
INVENTORY AKHIR DIRENCANAKAN = 0
TENAGA KERJA = 15 orang
Period 1 2 3 4 5 6 Total
Forecast 200 200 300 400 500 200 1.800
Output
Regular 300 300 300 300 300 300 1.800
Overtime - - - - - -
Subcontract - - - - - -
Output-Forcast 100 100 0 (100) (200) 100 0
Inventory
Beginning 0 100 200 200 100 0
Ending 100 200 200 100 0 0
Average 50 150 200 150 50 0 600
Backlog 0 0 0 0 100 0 100
Costs
Output
Regular $600 600 600 600 600 600 600
Overtime - - - - - - -
Subcontract - - - - - - -
Hire/Fire - - - - - - -
Inventory $ 50 150 200 150 50 0 $ 600
Back orders $ 0 0 0 0 500 0 $ 500
Total $650 750 800 750 1.150 600 $4.700
* REGUALR TIME OUTPUT = 300 unit/period
* ADA 15 WORKER =------) 1 orang membuat
= 300/15 = 20 unit/period
Solusi 2 :
@ Jumlah produksi sama tiap bulan
@ Adanya Overtime
Period 1 2 3 4 5 6 Total
Forecast 200 200 300 400 500 200 1.800
Output
Regular 280 280 280 280 280 280 1.680
Overtime 0 0 40 40 40 0 120
Subcontract - - - - - -
Output-Forcast 80 80 20 (80) (180) 80 0
Inventory
Beginning 0 80 160 180 100 0
Ending 80 160 180 100 0 0
Average 40 120 170 140 50 0 528
Backlog 0 0 0 0 80 0 80
Costs
Output
Regular $560 560 560 560 560 560 $3.360
Overtime 0 0 120 120 120 0 $ 360
Subcontract - - - - - - -
Hire/Fire - - - - - - -
Inventory $ 40 120 170 140 50 0 $ 520
Back orders $ 0 0 0 0 400 0 $ 400
Total $600 680 850 820 1.130 560 $4.640
* INVENTORY AKHIR
yang akan direncanakan = 150 unit
TABEL 9.5 Transportation Method of Solving Aggregate Production Problem
Period in Which Product is Forcast to Total
Source of Unused
Period Be Sold Available
Supply/Production Capacity
1 2 3 4 Capacity
0 20 40 60 0
100
Beginning Inventory 100 - - - -
100 120 140 160 40
700
1 Regular time 400 300 - -
125 120 165 180 0
250
1 Overtime 250
150 145 150 150 0
500
1 Subcontract 500
150 120 140 40
800
2 Regular time 800 - - -
100 145 165 0
250
2 Overtime 250 - -
125 150 150 0
500
2 Subcontract 500
150 100 120 40
900
3 Regular time 900 - -
125 145 0
250
3 Overtime 250 - -
150 150 0
500
3 Subcontract 500
100 40
500
4 Regular time 500 -
125 0
250
4 Overtime 250 -
150 0
500
4 Subcontract 300 200
TOTAL COST = (400 x 100) + (300 x 140) +(800 x 100) + (250 x 145) + (900 x 100)
+ (250 x 125) + (500 x 100) + (250 x 125) + (300 x 150)
= $ 445.750
METODE LINIER PROGRAMMING
Dalam model ini diasumsikan bahwa yang menjadi fungsi tujuan adalah minimasi biaya
produksi, penambahan-pengurangan tenaga kerja, lembur-menganggur dan persediaan.
Minimasi :
Pt Mt ; t = 1, 2, , k
Ot Yt ; t = 1, 2, , k
It = It-1 + Pt + Ot - Dt; t = 1, 2, , k
At Pt - Pt-1; t = 1, 2, , k
Rt Pt - Pt-1; t = 1, 2, , k
Dimana :
r, v = biaya produksi/unit secara berturut untuk jam normal dan lembur
Pt, Ot = jumlah unit yang diproduksi berturut untuk jam normal dan lembur
h,f = berturut biaya penambahan dan pengurangan tanaga kerja/unit
At, Rt = berturut jumlah kenaikan dan penurunan unit produksi
c = biaya penyimpanan/unit
Dt = ramalan permintaan
Example 9.3
The following data were obtained from Joyee Manufacturing Company. Using foreging linier
programming model, find the optimal production and workforce levels. Backorders are not
allowed.
D1 = 200 units M1 = 180 Y1 = 30
D2 = 50 units M2 = 120 Y2 = 20
D3 = 75 units M3 = 120 Y3 = 20
v = $15/units f = $10 unit I0 = 0
c = $ 5/units r = $10 unit
h = $30/units P0 = 150
Subject to :
P1 180
P2 120
P3 120
O1 30
O2 20
O3 20
P1 + O1 + I1 = 200
P2 + O2 + I1 I2 = 50
P3 + O3 + I2 I3 = 75
P1 + A1 100
-P1 + P2 A2 0
-P2 + P3 A3 0
P1 + R1 150
-P1 + P2 R2 0
-P2 + P3 R3 0
and
Pr, Or, Rr, Ir 0
The linier programming problem is also exhibited in the tableau (Figure 9.11). We can also
solve the problem using any linier programming software package (we used the IBM-MPS
package). The solution is as follows :
Pada dasarnya dalam sistem MRP II terdapat tiga alternative strategi perencanaan produksi
yaitu : level method, chase strategy, dan compromise strategy.
Level Method didefinisikan sebagai metode perencanaan produksi yang
mempunyai distribusi merata dalam produksi. Dalam perencanaan produksi, level method
akan mempertahankan tingkat kestabilan produksi sementara menggunakan inventori
yang bervariasi untuk mengakumulasi output apabila terjadi kelebihan permintaan total.
Chase Strategy didefinisikan sebagai metode perencanaan produksi yang
mempertahankan tingkat kestabilan inventori, sementara produksi bervariasi mengikuti
permintaan total.
Compromise Strategy merupakan komromi antara kedua metode perencanaan
produksi di atas.
CONTOH :
Periode Ramalan Biaya Setup Unit Biaya Unit Biaya Simpan
Permintaan Variabel per periode
(t) (Dt) (At) (ct) (ht)
1 10 20 3 2
2 30 40 3 2
3 30 30 3 1
4 20 50 5 1
JAWAB :
Z1 = C01 = A1 + c1(D1) = 20 + (3 x 10) = 50*
CONTOH :
Berdasarkan contoh sebelumnya dengan biaya sebagai berikut :
Periode : Dt At t ct ht
1 10 20 10 3 2
2 30 40 30 4 2
3 30 30 50 4 1
4 20 50 0 5 1
dimana : t = Pt
JAWAB :
C01 = A1 + c1(D1) = 20 + 3(10) = 50
1 2 160 2 160
3 340 300 3 300
4 540 400 600 3 400
2 3 150 3 150
4 250 330 3 250
3 4 150 4 150
IKTISAR Hasil Perhitungan :
Z1 = Z0 + C*01 = 0 + 50 = 50
IKTISAR Zt :
1 2 3 4
0 50 200 360 460
1 210 350 450
2 350 450
3 500
0 50 200 350 450
1 Produksi (Unit)
1 40
2 0
3 50
4 0
Pada dasarnya perencanaan kebutuhan sumber daya (RRP) dapat dilakukan melalui lima
langkah berikut :
Langkah 2 : Menentukan struktur produk. Sebagai misal struktur dari kelompok ditunjukkan
dalam Gambar IV.4.
Rata-rata Waktu Assembly = Proporsi Product Mix Jam Standar Assembly Per Unit
KELOMPOK PRODUK
Assembly Assembly
Product 1 Product 2
40% 60%
Langkah 4 : Menghitung kebutuhan sumber daya total. Contoh perhitungan kebutuhan sumber
daya total berdasarkan tiga strategi rencana produksi ditunjukkan dalam tabel IV.7.
Dalam langkah ini perlu diidentifikasikan kekurangan sumber-sumber daya kritis; dalam
contoh yang dikemukakan telah terjadi kekurangan sumber daya untuk chase strategy dan
compromise.
Chase Strategy
(1) Rencana produksi (unit) 30 10 10 20 20 20 30 30 30 70 55 3
(2) Rata-rata waktu assembly per
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
unit (jam)
(3) Kebutuhan sumber daya (= 1 x
150 50 50 100 100 100 150 150 150 350 275 17
2)
(4) Sumber daya yang
175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 17
tersedia (jam)
(5) Kekurangan/kelebihan - -
+25 +125 +125 +75 +75 +75 +25 +25 +25
sumer daya (= 4 3) 175 100
Compromise
(1) Rencana produksi (unit) 15 15 15 25 25 25 35 35 35 45 45 4
(2) Rata-rata waktu assembly per
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
unit (jam)
(3) Kebutuhan sumber daya (= 1 x
75 75 75 125 125 125 175 175 175 225 225 22
2)
(4) Sumber daya yang
175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 17
tersedia (jam)
(5) Kekurangan/kelebihan
100 100 100 50 50 50 0 0 0 -5 -50 -5
sumer daya (= 4 3)
Langkah 5 : Mengevaluasi rencana yang telah dilakukan. Dalam langkah ini setiap rencana
dievaluasi performansinya berkaitan dengan biaya dan tingkat efisiensi, karena setiap rencana
membutuhkan tingkat inventori maupun penggunaan tenaga kerja yang berbeda. Evaluasi
terhadap setiap rencana juga penting untuk mengetahui apakah rencana itu memenuhi kendala
yang ada. Sebagai misal untuk kasus cotoh yang dikemukakan, kita dapat mengevaluasi tiga
rencana produksi di atas, yaitu :
Rencana Produksi Berdasarkan Level Method :
Kapasitas : OK
Inventori : 725 period-units, sangat tinggi (dihitung berdasarkan nilai inventori dari
keseluruhan periode dalam Tabel IV.5)
Rencana Produksi Berdasarkan Chase Strategy :
Kapasitas : Terdapat kekurangan kapasitas pada periode 10 dan 11
Inventori : 240 period-units, terendah (dihitung berdasarkan nilai inventori dari
keseluruhan periode dalam Tabel IV.5)
Rencana Produksi Berdasarkan Compromise :
Kapasitas : Terdapat kekurangan kapasitas pada periode 10, 11, dan 12
Inventori : 275 period-units, rendah (dihitung berdasarkan nilai inventori dari
keseluruhan periode dalam Tabel IV.5)
MPS
Berikut ini akan dikemukakan penjelasan singkat berkaitan dengan informasi yang ada dalam
MPS seperti tampak dalam Gambar V.12.
Informasi tentang sales forecast dihitung berdasarkan teknik-teknik peramalan yang telah
dibahas dalam Bab III, sedangkan actual orders merupakan pesanan aktual yang diterima dari
pelanggan (eksternal maupun internal). Actual orders merupakan pesanan-pesanan yang telah
dijanjikan untuk diselesaikan pada periode waktu itu. Nilai-nilai MPS diambil dari rencana
produksi yang telah ditentukan dengan ukuran lot (lot size) sebesar 20 unit.
Tabel V.5. Jadwal Produksi dari Kelompok Produk A (Informasi dari MPS)
Produk A Minggu 32 Minggu 33 Minggu 34 Minggu 35 Total Persentase
Produk 1 180 180 360 50%
Produk 2 180 36 216 30%
Produk 3 144 144 20%
Langkah 2 : Memperoleh informasi tentang struktur produk dan waktu tunggu (lead time).
Informasi tentang struktur produk biasanya telah ditetapkan pada perencanaan kebutuhan
sumber daya (RRP), yang berada pada level lebih tinggi (level 1) dalam hierarki perencanaan
kapasitas. Misalkan bahwa informasi yang berkaitan dengan struktur produk untuk product
family beserta waktu tunggu telah ditetapkan seperti tampak dalam Gambar V.18.
E Product Group A
Product 2 Assembly
B
Product 3 Assembly
F Electrical Assembly
3 2 1
Sekarang
Gambar V.18. Struktur Produk dan Waktu Tunggu untuk Product Family
Langkah 3 : Menentukan bill of resources.
Perhitungan terhadap waktu assembly rata-rata untuk setiap produk dalam kelompok produk
A menggunakan formula berikut :
Waktu Assembly Rata-rata = Unit Produk yang Diproduksi x (Jam Standar Assembly / Unit)
Langkah 4 : Menghitung kebutuhan sumber daya spesifik dan membuat laporan RCCP
F.A.S.
Estimasi Perencanaan
M.P.S. M.R.P. Penjadwalan
Permintaan Agregat
Kontrol
R.C.C.P. C.R.P.
Kapasitas
Gambar 5.1.
Peran MRP pada Perencanaan Produksi dan Proses Penjadwalan
INPUT :
1. MPS
2. Bill of Material
3. Item Master
4. Pesanan-pesanan
5. Kebutuhan
Kursi (1)
Perusahaan akan memproduksi 500 kursi pada minggu ke-5 dan 300 pada minggu ke-6.
a. Buat perencanaan bahan untuk seluruh bagian.
b. Tindakan apa yang harus dilakukan sekarang ?
c. Apa pengaruhnya bila jadwal induk berubah menjadi 300 kursi pada minggu ke-5
dan 400 kursi pada minggu ke-6 ?
d. Misalkan diperlukan waktu 2 jam untuk merakit rakitan belakang, 1 jam untuk
merakit rakitan kaki dan 3 jam untuk merakit kursi. Anggaplah total waktu yang tersedia
untuk ke 3 macam perakitan dibatasi sampai 1000 jam/minggu, apakah pembatasan
kapasitas akan menyebabkan penyumbatan (bottle neck) pada proses perakitan ? Jika ya,
apa yang harus dilakukan ?
JAWAB :
a.
Kursi / L = 1 1 2 3 4 5 6
Kebutuhan Kotor 500 300
Sedian di Tangan 100 100 100 100 0 0
Kebutuhan Bersih 400 300
Pelepasan Pesanan Direncanakan 400 300
Rakitan Kaki / L = 2 1 2 3 4 5 6
Kebutuhan Kotor 400 300
Sedian di Tangan 50 50 50 0
Kebutuhan Bersih 350 300
Pelepasan Pesanan Direncanakan 350 300
Rakitan Belakang / L = 1 1 2 3 4 5 6
Kebutuhan Kotor 400 300
Sedian di Tangan 25 25 25 0
Kebutuhan Bersih 375 300
Pelepasan Pesanan Direncanakan 375 300
Alas Kursi / L = 3 1 2 3 4 5 6
Kebutuhan Kotor 400 300
Sedian di Tangan 40 40 40 0 0
Kebutuhan Bersih 360 300
Pelepasan Pesanan Direncanakan 360 300
Palang / L = 1 1 2 3 4 5 6
Kebutuhan Kotor 1400 1200
Sedian di Tangan 100 0 0
Kebutuhan Bersih 1300 1200
Pelepasan Pesanan Direncanakan 1300 1200
Kaki / L = 1 1 2 3 4 5 6
Kebutuhan Kotor 1400 1200
Sedian di Tangan 100 0 0
Kebutuhan Bersih 1300 1200
Pelepasan Pesanan Direncanakan 1300 1200
Bagian Atas / L = 2 1 2 3 4 5 6
Kebutuhan Kotor 375 300
Sedian di Tangan 30 30
Kebutuhan Bersih 345 300
Pelepasan Pesanan Direncanakan 345 300
Penyangga / L = 2 1 2 3 4 5 6
Kebutuhan Kotor 1500 1200
Sedian di Tangan 80 80
Kebutuhan Bersih 1420 1200
Pelepasan Pesanan Direncanakan 1420 1200
b. Tindakan yang dilakukan sekarang adalah memesan alas kursi 360, memesan
palang 1300, memesan kaki 1300, memesan bagian atas 345 dengan memesan penyangga
1420.
c. Bila kebutuhan menjadi 300 kursi pada minggu ke-5 dengan 400 kursi pada
minggu ke-6, maka jadwal pengadilan bahan menjadi : hal. 131 132. Jadi yang berubah
hanya jumlah pesanannya, sedang waktu pesanan tetap (seperti tabel di atas).
Kursi 1 2 3 4 5 6
Kebutuhan Kotor 300 400
Sedian di Tangan 100 100 100 100 0 0
Kebutuhan Bersih 200 400
Pelepasan Pesanan Direncanakan 200 400
Rakitan Kaki 1 2 3 4 5 6
Kebutuhan Kotor 200 400
Sedian di Tangan 50 50 50 0 0
Kebutuhan Bersih 150 400
Pelepasan Pesanan Direncanakan 150 400
Rakitan Belakang 1 2 3 4 5 6
Kebutuhan Kotor 200 400
Sedian di Tangan 25 25 25 0 0
Kebutuhan Bersih 175 400
Pelepasan Pesanan Direncanakan 175 400
Alas Kursi 1 2 3 4 5 6
Kebutuhan Kotor 200 400
Sedian di Tangan 40 40 40 0 0
Kebutuhan Bersih 160 400
Pelepasan Pesanan Direncanakan 160 400
Palang Kaki 1 2 3 4 5 6
Kebutuhan Kotor 600 1600
Sedian di Tangan 100 0 0
Kebutuhan Bersih 500 1600
Pelepasan Pesanan Direncanakan 500 1600
Kaki 1 2 3 4 5 6
Kebutuhan Kotor 600 1600
Sedian di Tangan 100 0 0
Kebutuhan Bersih 500 1600
Pelepasan Pesanan Direncanakan 500 1600
Bagian Atas 1 2 3 4 5 6
Kebutuhan Kotor 175 400
Sedian di Tangan 30 30 0 0
Kebutuhan Bersih 145 400
Pelepasan Pesanan Direncanakan 145 400
Penyangga 1 2 3 4 5 6
Kebutuhan Kotor 700 1600
Sedian di Tangan 80 80 0 0
Kebutuhan Bersih 620 1600
Pelepasan Pesanan Direncanakan 620 1600
d. Waktu perakitan kaki = 1 jam
Waktu perakitan belakang = 2 jam
Waktu perakitan kursi = 3 jam
Total waktu tersedia = 1000 jam / pekerja
Jadwal perakitan berdasarkan hasil perencanaan pada bagian (a) adalah sebagai berikut :
WAKTU/
Periode 1 2 3 4 5 6
UNIT
Kursi 400 300 3 jam
Rakitan Kaki 350 300 1 jam
Rakitan Belakang 375 300 2 jam
Jumlah Jam 350 1.050 1.800 900
Perencanaan
Kebutuhan
Material
(MRP)
Umpan-balik
Gambar VI.14. Sistem Perencanaan Kebutuhan Kapasitas (CRP)
Langkah 1 : Memperoleh informasi tentang planned order release dari MRP
Misalkan bahwa informasi yang berkaitan dengan planned order release untuk part A dan part B
selama periode waktu 4 minggu berdasarkan informs dari MRP telah diwujudkan seperti tampak
dalam Tabel VI.1.
Tabel VI.1. Planned Order Release dari Part A dan B (Informasi dari MRP)
Parts Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Parts A 400 400 400 400
Parts B 800 800 800 800
Langkah 2 : Mempertoleh informasi tentang standard run time per unit dan standard setup
time per lot size
Misalkan bahwa terdapat tiga pusat kerja (work centers) dengan informasi tentang standard
setup time per lot size dan standard run time per unit part A dan B dicantumkan dalam Tabel
VI.2.
WC 2
(1) Waktu Yang Tersedia
2400 2400 2400 2400 9600
(Menit)
(2) Tingkat Utilisasi (Kondisi
0,90 0,90 0,90 0,90 -
Aktual)
(3) Tingkat Efisiensi (Kondisi
0,90 0,90 0,90 0,90 -
Aktual)
(4) Kapasitas Tersedia (Rated
Capacity) 1944 1944 1944 1944 7776
= (1) X (2) X (3)
(5) Kebutuhan Aktual 1736 1736 1736 1736 6944
(6) Kelebihan/Kekurangan
Kapasitas +208 +208 +208 +208 +832
= (4) (5)
WC 3
(1) Waktu Yang Tersedia
2400 2400 2400 2400 9600
(Menit)
(2) Tingkat Utilisasi (Kondisi
0,90 0,90 0,90 0,90 -
Aktual)
(3) Tingkat Efisiensi (Kondisi
0,90 0,90 0,90 0,90 -
Aktual)
(4) Kapasitas Tersedia (Rated
Capacity) 1944 1944 1944 1944 7776
= (1) X (2) X (3)
(5) Kebutuhan Aktual 1720 1720 1720 1720 6880
(6) Kelebihan/Kekurangan
Kapasitas +224 +224 +224 +224 +896
= (4) (5)
Keterangan : Waktu yang tersedia per minggu dihitung berdasarkan : 5 hari/minggu x 8 jam/hari x 60 menit/jam =
2400 menit per minggu. Tingkat efisiensi dan utilisasi merupakan kondisi performansi aktual dari work
centers. Kebutuhan aktual berdasarkan hasil perhitungan dari Tabel VI.3.
TUJUAN PENDJADWALAN
Bedworth (1987) mengidentifikasi beberapa tujuan dari aktivitas penjadwalan adalah
sebagai berikut :
Meningkatkan penggunaan sumberdaya atau mengurangi waktu tunggunya,
sehingga total waktu proses dapat berkurang, dan produktivitas dapat meningkat.
Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan
yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada masih mengerjakan tugas
yang lain. Teori Baker mengatakan, jika aliran kerja suatu jadwal konstan, maka antrian
yang mengurangi rata-rata waktu alir akan mengurangi rata-rata persediaan barang
setengah jadi.
Mengurangi beberapa kelambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu
penyelesaian sehingga akan meminimasi penalti cost (biaya kelambatan).
Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik dan
jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat
dihindarkan.
ISTILAH
Waktu Proses
Pekerjaan
ti (jam)
1 5
2 8
3 6
4 3
5 10
6 14
7 7
8 3
Dengan pendekatan SPT, urutkan waktu pekerjaan berdasarkan waktu proses terkecil,
untuk pekerjaan dengan waktu proses sama urutan dimulai pada pekerjaan urutan awal,
sehingga urutan pekerjaan menjadi :
Waktu Proses
Pekerjaan
ti (jam)
4 3
8 3
1 5
3 6
7 7
2 8
5 10
6 14
CONTOH :
Waktu Proses Bobot Derajat
Pekerjaan ti/Wi
ti (jam) Kepentingan (Wi)
1 5 1 5
2 8 2 4
3 6 3 2
4 3 1 3
5 10 2 5
6 14 3 4,7
7 7 1 3,5
8 3 2 3
Dengan pendekatan WSPT, urutkan pekerjaan berdasarkan ti/Wi terkecil, sehingga
urutan pekerjaan menjadi :
CONTOH :
Waktu Proses Batas Waktu/Due Date
Pekerjaan
ti (jam) (Di)
1 5 15
2 8 10
3 6 15
4 3 25
5 10 20
6 14 40
7 7 45
8 3 50
Urutan pekerjaan berdasarkan SPT :
Dari pekerjaan 1, 2, , n
Pilih waktu proses terlama
Mulai
Pekerjaan 3 adalah pekerjaan pertama yang mempunyai nilai Lateness positif. Sedangkan
dari pekerjaan 2, 1, 3, pekerjaan 2 adalah pekerjaan dengan waktu proses terlama,
sehingga proses 2 dihilangkan dan awal diatur kembali.
Ada dua jenis penjadwalan yang dapat digunakan pada n-job dan m prosesor, yang
digunakan sesuai dengan kebutuhannya, yaitu :
1. PENJADWALAN PARAREL
Digunakan jika n buah pekerjaan dapat dioperasikan bersamaan pada m buah prosesor.
Processor 1
Processor 2
/ / Task
Processor / / /
2. PENJADWALAN SERI
Digunakan jika n buah pekerjaan harus melalui m buah prosesor secara berurutan.
/ / Task
PENJADWALAN PARAREL
PENJADWALAN UNTUK MEMINIMALKAN RATA-RATA WAKTU
ALIR PADA M PROSESOR PARAREL
Langkah penjadwalannya dalah sebagai berikut :
1. Buat aliran pekerjaan dengan SPT
2. Terapkan hasil SPT pada masing-masing prosesor, dengan berurutan.
CONTOH :
Sebuah perusahaan harus menjadwalkan 10 buah pekerjaan (data pada tabel) yang akan
dibuat pada 3 mesin yang dimiliki. Masing-masing pekerjaan tidak saling tergantung, dan
cukup dikerjakan pada satu prosesor.
Waktu Proses
Pekerjaan
ti (jam)
1 5
2 6
3 3
4 8
5 7
6 2
7 3
8 5
9 4
10 2
Waktu Proses
Pekerjaan
ti (jam)
6 2
10 2
3 3
7 3
9 4
1 5
8 5
2 6
5 7
4 8
Dari SPT diperoleh urutan :
3 3 1 5
Processor
2 10 9 2
1 6 7 8 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Waktu (Jam)
3 2 1 3 10
Processor
2 5 8 7
1 4 9 6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Waktu (Jam)
Gambar 7.10. Langkah 2 teorema 2 penjadwalan pararel
3 10 3 1 2
Processor
2 7 8 5
1 6 9 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Waktu (Jam)
Gambar 7.11. Langkah 3 teorema 2 penjadwalan pararel
Total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan = waktu pada prosesor 3, yaitu
2 + 3 + 5 + 6 += 16 jam.
CONTOH :
Pekerjaan Waktu Proses Batas Waktu / Kelonggaran Slack
ti (jam) Due Date (Di) (SLi)
1 5 8 3
2 6 9 3
3 3 14 11
4 8 12 4
5 7 11 4
6 2 5 3
7 3 8 5
8 5 10 5
9 4 15 11
10 2 7 5
Sehingga urutan pekerjaan berdasarkan EDD adalah :
3 1 5 9
Processor
2 10 2 4
1 6 7 8 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Waktu (Jam)
Gambar 7.12. Hasil pendekatan EDD pada penjadwalan pararel
PENJADWALAN SERI
CONTOH :
Pekerjaan Waktu Waktu Proses
Proses Di Prosesor 2
Di Prosesor 1 (jam)
(jam)
1 3 5
2 6 2
3 2 8
4 7 6
5 8 6
6 5 9
7 5 4
8 3 2
9 6 8
10 10 4
Dari waktu proses diprosesor 1 dan 2, kita lihat waktu minimum adalah 2 jam, yaitu pada
pekerjaan 2 (diprosesor 2), pekerjaan 3 (diprosesor 1), pekerjaan 8 (diprosesor 2).
Prosesor 1 :
Waktu Waktu Batas Waktu Kelambatan
Proses penyelesian / Latenes
Pekerjaan ti (jam) Completion Due Date (Li, )
Time (di)
ci (jam)
6 2 2 5 -3
7 3 5 8 -3
8 5 10 10 0
3 3 13 14 -1
Kesimpulan : Kelambatan 0 (berarti tidak ada pekerjaan yang terlambat)
Prosesor 2 :
Waktu Waktu Batas Waktu Kelambatan
Proses penyelesian / Latenes
Pekerjaan ti (jam) Completion Due Date (Li, )
Time (di)
ci (jam)
10 2 2 7 -5
2 6 8 9 -1
4 8 16 12 4
Kesimpulan : Kelambatan 0, ada sebanyak 1 buah (pekerjaan no.4) selama 4 jam.
Prosesor 3 :
Waktu Waktu Batas Waktu Kelambatan
Proses penyelesian / Latenes
Pekerjaan ti (jam) Completion Due Date (Li, )
Time (di)
ci (jam)
1 5 5 8 -3
5 7 12 11 1
9 4 16 15 1
Kesimpulan : Kelambatan 0, ada sebanyak 2 buah (pekerjaan no.5 & 9) masing-masing
selama 1 jam.
CONTOH :
Dari perhitungan terlihat prosesor 2 & 3 masing-msing mempunyai pekerjaan yang terlambat
yaitu pekerjaan 4, 5, dan 9.
Pada prosesor 2, pekerjaan sudah berurutan berdasarkan waktu prosesnya. Sehingga tidak
dapat direvisi.
Pada prosesor 3, urutan pekerjaan dapat diubah manjadi 1 -9 -5
Karena waktu proses pekerjaan -9 > waktu proses pekerjaan -5.
3 1 9 5
Processor
2 10 2 4
1 6 7 8 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Waktu (Jam)
Gambar 7.13. Penjadwalan dengan jumlah pekerjaan terlambat minimum
Prosesor 3 :
Waktu Waktu Batas Waktu Kelambatan
Proses penyelesian / Latenes
Pekerjaan ti (jam)
Completion Due Date (Li, )
Time (di)
ci (jam)
1 5 5 8 -3
9 4 9 15 -6
5 7 16 11 5
Kesimpulan : Kelambatan 0, ada sebanyak 1 buah (pekerjaan no.5) selama 5 jam.
Sehingga total pekerjaan yang terlambat menjadi 2 buah, yaitu pada prosesor 2 dan prosesor
3, masing-masing sebanyak 1 buah.
Line Balancing
Terdapat sejumlah langkah pemecahan masalah line balancing, yaitu :
1. Mengidentifikasi tugas-tugas individual atau aktivitas yang akan dilakukan.
2. Menentukan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap tugas itu.
3. Menetapkan precedence constrainis, jika ada, yang berkaitan dengan setiap tugas
itu.
4. Menentukan output dari assembly line yang dibutuhkan.
5. Menentukan waktu total yang tersedia untuk memproduksi output itu.
6. Menghitung cycle time yang dibutuhkan, misalnya : waktu diantara penyelesaian
produk yang dibutuhkan untuk menyelesaikan output yang diinginkan dalam batas
toleransi dari waktu (batas waktu yang diijinkan).
7. Memberikan tugas-tugas yang kepada pekerja dan/atau mesin.
8. Menetapkan minimum banyaknya stasiun kerja (work stations) yang dibutuhkan
untuk memproduksi output yang diinginkan.
9. Menilai efektivitas dan efisiensi dari solusi.
10. Mencari terobosan-terobosan untuk perbaikan proses terus-menerus (continnous
process improvement).
C 3 7 3
10 Menit 11
A B 4 F G I
D 11
12
E H
Tabel VI.6. Penggunaan Waktu dan Idle Time dari Enam Stasiun Kerja
Pengelompokan Penggunaan Waktu
Work Station Cycle Time Idle Time
Tugas (menit)
WS-1 A 10 12 12 10 = 2
WS-2 B 11 12 12 11 = 1
WS-3 E 12 12 12 12 = 0
WS-4 C, D, F 3 + 4 + 5 = 12 12 12 12 = 0
WS-5 H 11 12 12 11 = 1
WS-6 G, I 7 + 3 = 10 12 12 10 = 2
Total - 66 72 6
5 Menit WS-4
C WS-6
WS-2
10 Menit 11 Menit 3 Menit 7 Menit 3 Menit
A B F G I
4 Menit
WS-1
D
12 Menit 11 Menit
E H
WS-3 WS-5