Anda di halaman 1dari 6

Anak-Anak Terang

(Panggung Gelap)

Narasi:

. . . Akulah awal ... Akulah akhir ... Akulah dasar ... Akulah puncak ... Akulah hampa ...
Akulah isi ... Akulah nafas ... Akulah maut ... Akulah hidup ... Akulah mati ... Akulah
gelap ... Akulah Terang!

(Seorang tua bertongkat masuk terbungkuk-bungkuk dari tengah penonton. Tangannya


membawa lentera. Pandang matanya lurus kedepan dengan pasti. Ia berjalan menuju panggung
dan menyalakan sebuah lilin besar)

Narasi:

... dan jadilah Terang!

Sumber dari segala hidup

Awal dari segalah makhluk

(Orang tua itu telah menyalakan lilin, mulai beringsut meninggalkan panggung ...)

Narasi:

... dan hiduplah dalam terang

Tetapi, temukanlah terangmu

Sebab terang adalah bukan terang jika ia terang yang menerangi diri sendiri ... tapi
terang adalah terang jika ia bersinar dari hati... supaya terang juga sekelilingmu, bukan
kau gelapkan dengan bayangmu ...

(Kemudian masuk sekelompok orang berpakaian putih dengan langkah pasti dan mantap ... tapi
pandang mereka tak lurus ke depan malah menoleh kekanan-kiri ... di tangan kanan mereka
menggenggam lilin-lilin berukuran sedang ... mereka maju mendekati obor di tengah panggung
dan menyalakan lilin-lilin mereka....

Setelah menyala mereka berdiri mengelilingi obor seakan menghalang cahaya bahkan nyala lilin
sendiri ditutupi oleh tangan kiri sehingga yang terang Cuma wajah-wajah mereka ... dan dagu
mereka terangkat ... angkuh ...

Narasi :

Berbahagialah mereka yang memiliki terang ... tetapi umatKu meletakkan terangnya di
atas kaki dian sehingga teranglah jalan ... Bukan di bawah gantang yang menggelapkan
dan menjerumuskan Sebab Aku datang membawa terang untuk semua orang... Aku
datang untuk kegelapan ...
II

(Dari sudut-sudut ruangan sosok-sosok berpakaian gelap dan compang-camping mulai beringsut
lambat ... langkah mereka berat dan wajah mereka tertunduk ... di tubuh-tubuh mereka tertambat
tali-tali yang menyeret benda-benda seperti botol minuman keras, batu-batu bergambarkan kartu
judi, balok yang bertulis narkoba, karung yang bergambar mata uang .... tubuh-tubuh mereka
menggigil maju mendekati lilin besar yang dikelilingi orang-orang putih ... langkah mereka
terseok-seok ... di tangan mereka tergenggam lilin kecil ....

Sosok-sosok hitam:

... terang ...

... terang ...

... terang ...

(membisik lemah ... )

(Sosok-sosok hitam mendekat keatah kumpulan orang-orang putih ... tetapi berat beban mereka
tertahan membuat mereka cuma tersungkur di hadapan orang-orang putih dan merangkak sambil
mengacung-acungkan lilin-lilin mereka kepada orang putih ... tetapi tak ada yang bergeming ...
semua diam mematung ... )

Sosok-sosok hitam:

... terang ...

... beri kami terang

... beri kami terang

(menggumam bersahutan)

(Orang-orang putih tetap diam. Tak ada yang membagi terangnya)

Sosok-sosok hitam:

... beri kami terang

... beri kami terang!

... beri kami terang!

(gumaman meninggi menjadi erangan bahkan raungan parau)

(Merasa terganggu dengan keributan itu seorang dari kelompok putih berseru disambut yang
lain)

Orang putih:
Diam!

Terang ini milikku !

Ini hasil aku rajin ke gereja !

Pergi ! Cari sendiri terangmu !

Orang putih:

Terang ini milikku !

Ini hasil aku berderma kepada gereja !

Pergi ! ... cari sendiri terangmu !

Orang putih:

Terang ini milikku!

Ini hasil aku berkhotbah di gereja !

Pergi ! ... cari sendiri terangmu !

Orang putih:

Terang ini milik kami!

Kami berbuat baik sepanjang hari!

Orang-orang putih:

Cari sendiri terangmu!

Cari sendiri terangmu!

Cari sendiri terangmu!

(berseru-seru lantang)

(Sosok-sosok hitam bagaikan kehilangan harapan. Kepala mereka tunduk. Suara-suara mereka
melemah dan kian lemah)

Sosok-sosok hitam:

... terang

... te ... rang ...

(Tiba-tiba orang tua yang tadi masuk kembali dengan tergopoh-gopoh seraya berseru-seru)
Orang tua:

Pantulkan terangku!

Pantulkan terangku!

Pantulkan terangku!

(Orang tua itu mendekati kumpulan putih dan menghardik)

Orang tua:

Kalian kumpulan beludak!

Pergi dari hadirat terangku!

Jangan halangi sinarnya dengan angkuhmu!

(Tetapi orang putih berseru mengejek)

Orang putih:

Siapa kau orang hina !?

Tak kenalkah kau kami anak-anak terang?

Tak tahukan kami pewaris tahta terang?

(Orang tua membalas dengan tegas)

Orang tua:

Dombaku mengenalku...

dan aku kenal mereka.

Kalian tak kenal aku...

dan aku tak kenal kalian!

III

(Mendengar itu orang-orang putih murka ... mereka melompat maju)

Orang-orang putih:

Penghujat!

Bunuh!
Bunuh!

(berseru berulang-ulang ... )

(Orang-orang putih mengepung orang tua itu ... lilin-lilin yang tadinya mereka pegang mati akibat
gerakan mereka. Tiba-tiba terdengar suara mengelegar)

Narasi:

Inilah Anak yang Kukasihi ... kepadanyalah Aku berkenan

(orang-orang putih itu terkejut. Mereka menengok ke sana- kemari mencari arah suara itu. Orang
tua itu mengangkat tongkatnya dan menghardik dengan suara yang keras)

Orang tua:

Kalian kuburan-kuburan berlabur putih !

Terang di luar tapi kelam di dalam !

Cahaya perbuatanmu tak dapat menerangi gelapnya hatimu !

Terang dan gelap tak bisa bersekutu !

(Orang-orang putih terhenyak dan sadar bahwa lilin yang mereka matikan tak lagi
bercahaya ... mereka mulai panik dan berseru-seru)

Orang-orang putih:

... Gelap ...

... Gelap ...

... Buta ...

... Buta ...

.... Aku buta!! ...

.... Aku buta!! ...

Orang-orang putih itu bertingkah seperti orang buta, meraba-raba lantai, dinding dan sekitarnya.
Ada yang jatuh terguling, ada yang menabrak dinding. Mereka berseru-seru riuh sambil meraba-
raba jalan keluar dan keluar sambil berteriak-teriak. Orang tua tersebut kemudian menghampiri
satu persatu sosok-sosok hitam yang terkapar dan memutuskan mereka dari beban-beban
mereka. Setelah itu, ia berdiri di samping obor dan berseru)

Orang tua:

Aku datang ke antara kamu sekalian dengan membawa pengharapan. Aku ada di sisimu
untuk menawarkan kebebasan. Wahai kalian umatKu! Marilah kepadaKU semua yang
letih lesu dan berbeban berat. Karena terangKU telah memutuskan rantai-ratai
perbudakanmu!

(Seorang hitam datang mendekat dan memasang lilinnya)

Orang tua:

Hendaknya terangmu memantul kepada yang lainnya ...

(Orang hitam tadi membagi apinya kepada orang-orang hitam yang lain)

Narasi:

Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang supaya baikmu memuliakan yang


Maha Terang!

Jadilah kalian anank-anak Terang!

(Mulailah orang-orang hitam tadi menyalakan lilin kecil di sekeliling panggung sehingga
cahayanya menerangi semua).

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai