Anda di halaman 1dari 3

PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

MITIGASI BENCANA GEOLOGI

Oleh :

HANIF WICAKSANA SARAGIH


115.140.045
KELAS A

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI


PROGRAM STUDI GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2017
1. Dipersilakan berbagi pengalaman mengidentifikasi penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana yang tidak sesuai dengan Etika.

Pada tanggal 15 Desember 2015 malam telah terjadi bencana alam tanah
longsor di Dusun Kluwih, Desa Pendoworejo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten
Kulonprogo, D. I. Yogyakarta. Bencana ini mengakibatkan jalanan ambrol dan
dua buah rumah rusak berat. Peristiwa tersebut terjadi Selasa malam sekitar pukul
19.00 WIB. Longsor dipekirakan terjadi akibat dari curah hujan yang tinggi di
daerah perbukitan Menoreh pada waktu itu. Namun sebelumnya memang telah
terjadi sejumlah retakan di daerah tersebut.
Meskipun tidak ada korban jiwa namun kerugian yang ditimbulkan lumayan
parah. Kedua rumah milik warga rusak parah, termasuk perabotan rumah tangga
di dalamnya. Dua motor milik warga yang terparkir di teras rumah juga ikut
terpendam tanah. Warga hanya bisa pasrah dan mengharapkan bantuan yang
layak dari pemerintah Kabupaten Kulonprogo.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo memberikan
bantuan berupa asbes dan seng bagi masyarakat korban longsor yang menderita
kerusakan ringan pada rumahnya. Sedangkan bagi warga yang rumahnya rusak
total, bantuan perbaikan masih harus menunggu hingga tahun depan. Hal ini
terhambat karena ketiadaan anggaran yang tersisa di tahun 2015.
Anggaran untuk perbaikan rumah-rumah yang rusak total karena bencana
yang rutin terjadi di Kulonprogo ini baru akan diajukan untuk tahun anggaran
2016 mendatang. Namun, BPBD Kulonprogo juga mengharapkan agar warganya
dapat secara mandiri mengusahakan material pendukung lainnya untuk
memperbaiki rumah-rumah yang rusak.

2. Apa tindakannya? Dimana?


a. Keterlambatan pengajuan anggaran oleh Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kulonprogo pada tahun 2015.
b. Pemberian bantuan berupa seng dan asbes yang rasanya kurang efektif.
c. Warga yang rumahnya mengalami kerusakan parah harus menunggu
selama satu tahun untuk mendapatkan bantuan dana & perbaikan.
3. Mengapa tindakan tersebut dilakukan?
Ketidaksiapan BPBD Kabupaten Kulonprogo dalam mengantisipasi
bencana alam yang setiap saat akan terjadi, terutama pada saat musim penghujan
dimana bencana tanah longsor, banjir, dan wabah penyakit sering terjadi. Hal ini
kemungkinan bisa terjadi karena sistem dan kinerja yang buruk di dalam tubuh
pemerintahan Kabupaten Kulonprogo

d. Bagaimana sebaiknya?
Ada baiknya anggaran penanggulangan bencana daerah harus secara rutin
diajukan oleh BPBD setiap tahunnya. Hal ini berkaitan dengan Tahap
Penanggulangan Bencana yang pertama yaitu Tahap Pencegahan. Dimana
sebelum bencana terjadi harus ada upaya yang dilakukan untuk menimimalkan
kerugian yang terjadi.
Pemberian asbes dan seng menurut saya kurang tepat diberikan dan tidak
sesuai dengan asas Berdaya Guna dan Berhasil Guna. Ada baiknya pada Tahap
Tanggap Darurat penanganan pengungsi dan penyiapan tempat penampungan
sementara harus lebih diprioritaskan agar mampu memberikan pelayanan yang
memadai untuk para korban.
Bagi warga yang rumahnya rusak parah harus segera mendapatkan tempat
tinggal yang layak. Bagaimanapun juga pihak BPBD harus segera merealisasikan
anggaran penanggulangan bencana daerah sehingga dapat menerapkan Tahap
Rehabilitasi dan Rekontruksi pada rumah-rumah warga yang rusak.

Anda mungkin juga menyukai