Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PETROLOGI MINERAL DEPOSIT, MAGMA, SOLUSI DAN SEDIMEN


MAGMA, KRISTALISASI DAN MAGMA DAN DEPOSIT MINERAL

A. Cara Terjadinya Mineral


Mineral merupakan hasil akhir dari proses alam yang kompleks, dimana
Karakteristik, Lingkungan Geologi serta Mineral Asosiasinya merupakan
tanda yang dapat menerangkan kondisi sebenarnya dimana ia terbentuk dan
kemungkinan terbentuknya pada masa yang akan dating.
Secara fase reaksi (kristalisasi), maka proses kristalisasi pembentukan
mineral dibagi menjadi 2 fase, yaitu :
a. Nucleation
Yaitu pembentukan inti dari mineral yang inti tersebut dapat
membesar melalui proses pertumbuhan. Inti terbentuk dari sekumpulan
material-material unsur pokok dalam mineral, yang mana unsur-unsur
pokok tersebut akan saling mengikat menjadi unit-unit sel yang tersebar
merata secara acak.
b. Growth & Enlargement (Pertumbuhan & Pembesaran)
Pertumbuhan dan pembesaran dari mineral hanya akan berjalan jika
kondisinya baik (menguntungkan). Pertumbuhan dimulai melalui :
I. Bertambahnya atau bertumbuhnya lapisan-lapisan secara berturut-
turut dari atom-atom/ion-ion yang dikandungnya.
II. Pertumbuhan secara berturut-turut dari barisan/deretan atom-atom
tersebut dimulai dari keadaan ketidakteraturan inti permukaan
kristal.
Proses sublimasi merupakan proses yang tidak begitu berarti dalam
pembentukan bahan galian, tetapi memang ada bahan galian yang
terbentuk oleh proses ini.Proses sublimasi menyangkut perubahan
langsung dari keadaan gas atau uap menajdi keadaan padat, tanpa melalui
fase cair.

Tabel I.1 Proses dan pembentukan jenis deposit


Proses Deposit yang dihasilkan
1. Konsentrasi magmatic Deposit magmatik
2. Sublimasi Sublimat
3. Kontak metasomatisme Deposit kontak metasomatik
Pengisian celah-celah terbuka
4. Konsentrasi hidrotermal
Pertukaran ion pada batuan
Lapisan-lapisan sedimenter
5. Sedimentasi
Evaporit.

6. Pelapukan Konsentrasi residual Placer.

7. Metamorfisme Deposit metamorfik


Air tanah, garam tanah, endapan
8. Hidrologi
caliche.

Genesa Bahan Galian | 1


BAB II
FORMASI ENDAPAN MINERAL

A. Mendala Metalogenik atau Metallogenic Province


Istilah Mendala Metalogenik atau Metallogenic Province memiliki
pengertian suatu area yang dicirikan oleh kumpulan endapan mineral yang
khas, atau oleh satu atau lebih jenis-jenis karakteristik mineralisasi.Suatu
mendala metalogenik mungkin memiliki lebih dari satu episode
mineralisasi yang disebut dengan Metallogenic Epoch. Berbicara
mengenai mendala metalogenik, tidak terlepas dari siklus-siklus geologi
dan formasi endapan mineral.
Proses pembentukan bijih dan endapan bijih berhubungan dengan
asosiasi batuan, setting geologi, dan siklus geologi. Di kedalaman kerak
bumi, lelehan batuan atau magma timbul dan mengkristal setelah
mengalami pendinginan dan muncul di permukaan. Ekspresi permukaan
dari proses magmatisme menunjukkan aktivitas volkanik yang intensif,
seperti yang terjadi di jalur Pasifik.
Daerah-daerah volkanik yang mengalami pelapukan dan proses
penurunan, ditambah dengan adanya media air yang membawa materi-
materi klastik dan kimia menuju cekungan pengendapan yang mana
endapan-endapan sedimen seperti kerikil, pasir, lempung, batugamping,
dan endapan-endapan kimia terbentuk. Penurunan kerak bumi di bawah
cekungan tersebut menyebabkan material-material sedimen di kedalaman
mengalami proses metamorfisme di bawah kondisi tekanan dan temperatur
yang mendekati titik lelehnya, sehingga membentuk magma baru.
Pergerakan struktur menimbulkan rekahan local dalam kerak bumi yang
sering menjadi media untuk larutan pembentuk bijih, dan mineral-mineral
bijih dapat mengendap membentuk urat atau vein.
Pembentukan bijih dan perkembangan struktur dapat diperkirakan
seperti model tektonik lempeng yang terjadi selama evolusi kerak bumi

Genesa Bahan Galian | 2


(Gambar 2.1).Model tersebut menjelaskan bagaimana kerak yang baru
terbentuk di dalam rift zone, terutama di mid- oceanic ridge, oleh
penambahan magma basaltik dari kedalaman. Proses tersebut membentuk
kerak samudra yang homogen yang telah mengalami sedikit proses yang
penting untuk segregasi logam-logam yang membentuk endapan bijih.
Kecuali segregasi lokal dari kromium dan nikel di bagian yang
paling dalam dari kerak samudra, dan pengendapan sulfida-sulfida masif
dari tembaga dan besi di tempat-tempat yang panas, metal-bearing brine
menuju samudra melalui zona regangan.Kerak samudra dijumpai dalam
zona-zona subduksi pada tempat-tempat pertumbukan lempeng. Proses ini
diikuti oleh gempa bumi dan aktivitas volkanik yang intensif, dan
mengawali proses-proses diferensiasi magmatik.
Segregasi magma-magma granitik dan formasi dari jenis magmatik
yang besar, dan endapan-endapan mineral magmatik- hidrotermal
berhubungan dengan proses-proses subduksi.Tumbukan dan subduksi
membentuk gunung-gunung yang besar seperti di Andes, yang mana
endapan- endapan mineral dibentuk oleh diferensiasi magma.

Gambar 2.1. Diagram Skematis yang Menggambarkan Setting


Geologi Endapan-endapan Mineral, dan Hubungannya
dengan Proses-proses Tektonik Lempeng.

Genesa Bahan Galian | 3


BAB III
KONSENTRASI MAGMATIK
(MAGMATIC CONSENTRATION)

A. Pengertian Magmatic Consentration


Deposit magmatik dihasilkan dari kristalisasi langsung, atau konsentrasi
oleh proses difrensiasi di dalam dapur magma. Beberapa bijih terbentuk karena
adanya efek fisika seperti gravitasi. Turunnya temperatur dan tekanan, atau
perubahan velocity media transport, atau pemisahan larutan, juga dapat
menyebabkan reaksi kimia yang menghasilkan pengendapan bijih.
Secara umum dalam pembentukan deposit mineralnya, magma asal yang
terbentuk pada awalnya masih bersifat mafik, terutama yang terbentuk di
sepanjang zona subduksi (dibawah kerak kontinen atau pada kerak samudera).
Magma mafik ini sebagian besar mengandung komponen silikat dan dalam
jumlah terbatas komponen oksida dan sulfida (Gambar 3.1)

Gambar 3.1. Skema Sekuen Magmatik Awal Mengawali Pembentukan


Ore Magma dan Penempatannya.

Genesa Bahan Galian | 4


Pada kondisi ini elemen metal dapat terkonsentrasi dalam berbagai bentuk
oleh mekanisme pembentukan batuan berupa kristalisasi, fraksinasi, dan
difrensiasi magma seperti gambar berikut ( Gambar 3.2)

Gambar 3.2 Modifikasi Bowens Reaction Series (Guilbert & Park, 1981)

1. Kristalisasi Magma Mafik Menghasilkan Kromit, Nikel, Platinum Dan Lain-


Lain. Kristalisasi magma selanjutnya, magma sisa (rest magma) semakin
bersifat felsik dan semakin banyak mengandung komponen sulfida dan
oksida. Proses difrensiasi magma pada tahapan ini memegang peranan
penting dalam membentuk deposit-deposit mineral berharga.
2. Kristalisasi Magma Felsik Menghasilkan Tin, Zirconium, Thorium Dan
Elemen Lainnya.
Jensen & Bateman, 1981, membagi deposit bijih dari konsentrasi
magmatik ke dalam dua tipe, yaitu :

Genesa Bahan Galian | 5


1. Magmatik Awal (Early Magmatic)
a. Dissemination
b. Segregation
c. Injection
2. Magmatik Akhir (Late Magmatic)
a. Gravitative Liquid Accumulation
1) Residual liquid segregation
2) Residual liquid injection
3) Residual Liquid Pegmatitic Injection
b. Immiscible Liquid
1) Immiscible liquid segregation.
2) Immiscible liquid injection

B. Magmatik Awal (Early Magmatic)


Deposit magmatik awal dihasilkan dari pembekuan magma langsung
yang disebut orthotectic dan orthomagmatic. Deposit ini terbentuk oleh:
(1) kristalisasi langsung tanpa konsentrasi
(2) segregasi kristal yang terbentuk lebih dahulu
(3) injeksi material padat ke tempat lain oleh difrensiasi.

C. Magmatik Akhir (Late magmatic)


Deposit magmatik akhir terdiri atas deposit mineral bijih yang
mengkristal dari magma residual setelah pembentukan batuan silikat sebagai
bagian akhir dari proses magmatik. Gejala yang sering diperlihatkan berupa
pembentukan mineral-mineral kemudian yang memotong endapan magmatik
awal, dicirikan oleh adanya reaction rim pada sekeliling mineral yang telah
terbentuk. Deposit yang terbentuk berasal dari proses difrensiasi kristalisasi,
akumulasi gravitatif dari heavy residual liquid, dan pemisahan liqud sulfide

Genesa Bahan Galian | 6


droplets (yang disebut liquid immiscibility), dan berbagai bentuk difrensiasi
lainnya.
Perbedaan nyata antara proses magmatik awal dan akhir adalah deposit
magmatik awal terbentuk pada tempat dimana tubuh intrusi batuan beku
(magma) terbentuk dan setelah akumulasi mineral bijih membeku, tidak ada lagi
perpindahan tempat. Sedang pada deposit magmatik akhir, kadang-kadang
akumulasi tersebut masih berpindah dan diendapkan pada batuan samping.
1. Gravitative Liquid Accumulation
a. Residual Liquid Segregation
Pemisahan yang terjadi di dalam dapur magma oleh proses
difrensiasi kristalisasi sudah terjadi mulai dari tahap awal sampai
konsolidasi akhir.. Contoh endapannya adalah deposit Titanomagnetik
di Bushveld.
b. Residual Liquid Injection
Liquid residual yang banyak mengandung logam yang
terakumulasi di dalam dapur magma, sebelum terkonsolidasi, bisa
mengalami pergerakan dan diinjeksikan ke tempat lain yang tekanannya
lebih rendah (karena adanya tekanan dari batuan induk atau tekanan dari
dalam magmanya sendiri) membentuk mineral-mineral berikutnya
secara terkonsentrasi (Residual Liqud Injection).
c. Residual Liquid Pegmatitic Injection
Tubuh pegmatitik biasanya berupa intrusi dike atau intrusi
irregular. Pegmatit yang memiliki nilai ekonomi umumnya berasosiasi
dengan batuan beku felsik seperti granit dan diorit. Deposit pegmatite
dicirikan oleh dominasi kuarsa, feldspar, dan mika; mineral tersebut
membentuk zonasi dari dinding (wall) ke inti (core) injeksi.
2. Immiscible Liquid
a. Immiscible Liquid Segregation

Genesa Bahan Galian | 7


Pada tahap ini, terjadi penetrasi larutan magma yang tersisa dan
kemudian membentuk mineral-mineral berikutnya secara terkonsentrasi
(Immiscible Liquid Separation & Acumulation).
b. Immiscible Liquid Injection
Jika fraksi yang kaya akan sulfida telah terakumulasi (seperti
dijelaskan diatas) dan kemudian mengalami gangguan sebelum
terkonsolidasi, fraksi tersebut akan mendesak ke dinding dapur magma
membentuk celah atau membentuk daerah breksiasi pada batuan
samping dan akhirnya terkonsolidasi membentuk immiscible liquid
injection.
Setelah proses-proses di atas terjadi (Early Magmatic Process
dan Late Magmatic Process) jika magma asalnya banyak mengandung
unsur volatile, maka unsureunsur volatile tersebut bersama larutan sisa,
disebut larutan magma sisa (rest magma) akan membentuk jebakan
transisi ke pegmatitit-pneumatolitis. Apabila pembentukan deposit
pegmatitit-pneumatolitis sudah berakhir, maka larutan sisa magmanya
akan sangat encer, karena tekanan gasnya sudah menurun dengan cepat.
Larutan terakhir ini akan membentuk jebakan hidrotermal.

D. Perbedaan antara Early Magmatic Deposits dan Late Magmatic Deposits


Early Magmatic Deposits harus terletak dalam batuan beku pada tempat
pengendapan dan mineral bijih terakumulasi sebagai padatan, tidak ada mobilitas
setelah akumulasi, sedangkan Late Magmatic Deposits terakumulasi melalui
mobilitas dan endapan mungkin terletak dengan sempit dan selaras dalam host
rock atau memotong struktur internal.

E. Ganesa Mineral Pada Lingkungan Magmatik


Lingkungan magmatik dikarakteristik oleh temperatur tinggi hingga
menengah dan tekanan dengan variasinya cukup lebar.Mineral yang terbentuk

Genesa Bahan Galian | 8


berhubungan dengan aktivitas magma yaitu cairan silikat panas yang menjadi
bahan induk batuan beku.
Dalam lingkungan magmatik ada ada empat tipe mineral yaitu :
a) Batuan beku
b) Pegmatit
c) Vein Hidrotermal
d) Endapan endapan hot spring serta fumarol

F. Endapan mineral yang berhubungan dengan proses- proses magmatik


Magma berasal dari mantel dan terbawa ke zona regangan samudra,
mengalami pendinginan dan kristalisasi dengan cepat membentuk batuan basaltik
yang menyusun kerak samudra. Jika di lain pihak, magma berpindah menuju
kerak benua, maka akan mendingin lebih lambat dan mengkristal secara
bertahap, menghasilkan kumpulan batuan yang khas dan komposisi bijih yang
berbeda pada tahap yang berbeda pada proses pendinginan. Kristalisasi tahap
awal membentuk batuan yang kaya akan besi, magnesium, dan silikat yang
umumnya berwarna hijau tua sampai hitam.
Kristalisasi awal menghabiskan magma besi dan magnesium, dan
mengawali pengkayaan relatif dalam silikon, aluminium, kalsium, sodium, dan
potasium. Magma tersebut mengkristal membentuk batuan yang kaya kwarsa-
feldspar dari kelompok granit yang menyusun sebagian kerak benua bagian atas.
Kristalisasi magma membebaskan banyak air yang bermigrasi ke atas dan
keluar melalui area yang bertekanan dan bertemperatur lebih rendah, aliran yang
meningkat oleh aliran air konvektif yang berasal dari batuan sekitarnya.Air panas
atau hydrothermal solution sering mengandung logam yang diendapkan dalam
kerak bumi yang paling atas. Tergantung pada kedalaman dan temperatur
pengendapan, mineral-mineral dan asosiasi elemen yang berbeda sangat besar ,
sebagai contoh oksida-oksida timah dan tungsten di kedalaman zona-zona
bertemperatur tinggi; sulfida-sulfida tembaga, molibdenum, timbal, dan seng

Genesa Bahan Galian | 9


dalam zona intermediet; sulfida-sulfida atau sulfosalt perak dan emas native di
dekat permukaan pada zona temperatur rendah (lihat Gambar 3.3). Mineral-
mineral dapat mengalami disseminated dengan baik antara silikat-silikat, atau
terkonsentrasi dalam rekahan yang baik dalam batuan beku, sebagai contoh
endapan tembaga porfiri Bingham di Utah. Larutan hidrotermal yang membawa
logam dapat juga bermigrasi secara lateral menuju batuan yang permeabel atau
reaktif secara kimia membentuk endapan blanket- shaped sulfida, atau bahkan
mencapai permukaan dan mengendapkan emas, perak, dan air raksa dalam pusat
mata air panas silikaan atau karbonatan, seperti kadar emas tinggi yang terdapat
dalam beberapa lapangan geotermal aktif di New Zealand. Jika larutan volkanik
yang membawa logam memasuki lingkungan laut, maka akan terbentuk
kumpulan sedimen-volkanik dari tembaga- timbal-seng.

Gambar 3.3
Model Geologi Jenis Endapan Tembaga Porfiri di Amerika Selatan

Batugamping di dekat intrusi bereaksi dengan larutan hidrotermal dan


sebagian digantikan oleh mineral-mineral tungsten, tembaga, timbal dan seng
(dalam kontak metasomatik atau endapan skarn). Jika larutan bergerak melalui
rekahan yang terbuka dan logam-logam mengendap di dalamnya (urat emas-

Genesa Bahan Galian | 10


kuarsa-alunit epithermal), sehingga terbentuk cebakan tembaga, timbal, seng,
perak, dan emas

Gambar 3.4Model Geologi Endapan Urat Logam


Mulia (After Buchanan,1981)
Unsur-unsur pokok yang larut secara kimia diendapkan dalam lingkungan
sedimen yang baik, membentuk sedimen kimia. Produk-produk pelapukan kimia
dapat terkonsentrasi di benua, sebagai contoh cekungan evaporit yang sebagian
besar menghasilkan sodium dan boron. Presipitasi kimia pada skala yang jauh
lebih besar terjadi di lautan, khususnya di lingkungan tepi laut, dimana evaporit
bisa terbentuk di bawah kondisi arid (kering) jika cekungan pengendapan
terlindungi dari sirkulasi air laut. Saat elemen-elemen yang terbentuk secara
geologi sebagian besar meliputi proses-proses pengendapan tersebut, endapan
yang sangat besar bisa terbentuk.

Gambar 3.5Model Geologi EndapanTembaga-Timbal-Seng Volka-Nogenik


(After Horikoshi & Sato,1970; Sato,1981)

Genesa Bahan Galian | 11


BAB IV
SUBLIMATION DAN CONTACT METASOMATISME

A. Sublimation
Proses ini termasuk suatu proses yang kurang begitu penting dalam
ganesa bahan galian. Dalam proses sublimasi terjadi penguapan yang langsung
dari bentuk badan kemudian diikuti ore deposit/pengendapan dari uap tersebut
pada temperatur atau tekanan yang lebih rendah. Proses ini berhubungan erat
dengan gejala vulkanis adalah endapan mineral yang terdapat disekitar gunung
api fumarol, dimana kebanyakan tidak cukup besar dikerjakan, yang penting
hanya beberapa endapan Sulphide, misalnya di Itali, Jepang, dan Indonesia.
Sedang beberapa endapan yang tidak ekonomis seperti endapan cloridha, Fe, Cu,
Zn: Oksida Fe, Cu, boracic acis dan logam logam alkali lainnya. Proses
sublimasi menyangkut perubahan langsung dari keadaan gas atau uap menjadi
keadaan padat, tanpa melalui fase cair.

B. Contact Metasomatisme
Pada saat magma yang pijar dan sangat panas menerobos lapisan batuan,
magma tersebut makin lama akan makin kehilangan panasnya akhirnya akan
membeku menjadi batuan beku intrusif. Proses tersebut dapat terjadi pada
keadaan yang dangkal, menengah ataupun pada kedalaman yang besar, sehingga
dikenal adanya batuan beku intrusif dangkal, menengah ataupun dalam. Dalam
proses tersebut akan terlihat adanya tekanan dan suhu yang sangat tinggi
terutama pada kontak terobosannya, antara magma yang masih cair dengan

Genesa Bahan Galian | 12


batuan disekitarnya. Pengaruh dari kontak ini dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu :
a. Pengaruh dari panas saja, tanpa adanya perubahan-perubahan kimiawi baik
pada magmanya maupun pada batuan yang diterobos. kontak ini disebut
kontak metamorfisme.
b. Pengaruh panas dan disertai adanya perubahan-perubahan kimiawi sebgai
akibat pertukaran ion dan sebagainya. Dari magma ke batuan yang diterobos
dan sebaliknya. Kontak semacam ini disebut kontak metasomatisme.
Secara umum syarat-syarat terjadinya Bahan Galian akibat Kontak
Metamorfisme adalah :
1. Kedalaman yang cukup (+ 1500 m)
2. Suhu di daerah kontak (500 1100oC)
3. Berasosiasi dengan tubuh batuan beku intrusif (Diskordan dan
Konkordan)
4. Jenis magma (biasanya Asam-Intermediate)
5. Jenis Lingkungan Country Rock yang diintrusi
Kedua jenis kontak tersebut menimbulkan hasil yang sangat berbeda
kecuali pada keadaan yang sangat jarang dapat menghasilkan endapan bahan
galian seperti silimanit.Sebaliknya, pada kontak metasomatisme dapat dihasilkan
bahan-bahan galian yang berharga. Mineral yang terjadi sebagai akibat kontak
metasomatisme akan lebih beraneka ragam bila dibandingkan dengan yang
terjadi pada kontak metamorfisme; hal ini karena pada yang disebut terkahir
tersebut hanya terjadi efek panas saja, sedang pada kontak metasomatis terjadi
efek padas dan kimiawi bersama-sama.
Manakala komposisi magma yang menerobos kaya akan material-
material bahan galian, maka akan dihasilkan deposit kontak metasomatik,
terutama kalau lingkungannya terdiri dari batuan sedimen yang gampingan,
karena hal itu akan lebih menguntungkan untuk terjadinya reaksi kimia. Magma
tersebut haruslah mengandung unsur-unsur utama yang nantinya akan menjadi

Genesa Bahan Galian | 13


bahan galian. Penerobosan haruslah terjadi pada kedalaman yang cukup
dalam,dan tidak terlalu dangkal. Batuan yang diterobos haruslah batuan yang
mudah bereaksi. Jadi jelaslah bahwa tidak semua terobosan magma akan
menghasilkan endapan bahan galian kontak metasomatisme.
Suhu diantara kontak akan berkisar antara 500oC sampai 1100oC untuk
magma yang bersifat silika, dan makin jauh letaknya dari kontak, suhunya makin
menurun. Terdapatnya mineral-mineral tertentu akan menunjukan shu tertentu
pula, dimana mineral tersebut terbentuk, misalnya adanya mineral wollastonit
menunjukkan bahwa suhu tidak melebihi 1125oC, kuarsa menunjukan suhu di
atas 573oC dan seterusnya.
Bahan galian hasil kontak metasomatisme terjadi karena adanya proses
rekristalisasi, penggabungan unsur, pergantian ion, maupun penambahan unsur-
unsur baru dari magma ke batuan yang diterobosnya. Dari proses rekristalisasi
batugamping misalnya, akan dihasilkan batu marmer, sedangkan rekristalisasi
batupasir kuarsa akan menghasilkan batu kuarsit.
Kalau suatu batuan samping memiliki komposisi mineral AB dan CD,
maka proses penggabungan kembali (recombination) akan berubah menjadi
mineral AC dan BD, dan oleh proses penambahan unsur-unsur dari magma akan
berubah lagi menjadi mineral ACX dan BDY, dimana mineral X dan Y unsur
baru dari magma.
Penambahan unsur baru dari magma sebagian berupa logam, silika,
belerang, boron, khlor, flour, kalsium, magnesium dan natrium.
Mineral logam (ore minerals) yang berbentuk dalam kontak
metasomatisme hampir semuanya berasal dari magma, demikian juga mengenai
kendungan-kandungan yang asing pada batuan yang terterobos, melalui proses
penambahan unsur.
Jenis magma yang menerobos perlapisan batuan yang akhirnya akan
menghasilkan endapan bahan galian kontak metasomatisme pada umumnya
terbatas pada jenis magma silika dengan komposisi menengah (intermidiate)

Genesa Bahan Galian | 14


seperti kuarsa monzonit, granodiorit atau kuarsa diorit. Tetapi magma yang
sangat kaya akan silika seperti jenis granit jarang yang akan menghasilkan
endapan bahan galian, demikian pula dengan magma yang ultrabasa. Sedangkan
pada magma yang basa kadang-kadang terbentuk endapan bahan galian
metasomatisme.
Hampir semua endapan bahan galian kontak metasomatik berasosiasi
dengan tubuh batuan beku intrusif yang berupa stock, batholit ataupun tubuh-
tubuh batuan beku intrusif lain yang seukuran dengan stock atau batholit, tidak
pernah endapan metasomatik berasosiasi dengan dike atau sill yang berukuran
kecil, sedangkan lacolith atau sill yang besar meskipun jarang dijumpai tetapi
kadang-kadang dapat menghasilkan endapan bahan galian kontak metasomatik.
Batuan samping yang terterobos oleh magma, yang paling besar
kemungkinannya untuk dapat menimbulkan deposit kontak metasomatik adalah
batuan karbonat. Batugamping murni maupun dolomit dengan segera akan
mengalami rekristalisasi dan rekombinasi dengan unsur-unsur yang berasal dari
magma, malahan pada batugamping yang tidak murni, efek kontak metasomatik
yang terjadi lebih kuat, karena unsur-unsur pengotoran seperti silika, alumina dan
besi adalah bahan-bahan yang dapat dengan mudah membentuk kombinasi-
kombinasi batu dengan oksida kalsium. Seluruh masa batuan di sekitar kontak
dapat berubah menjadi garnet, silika dan mineral bijih.
Sedang batuan yang agak sedikit terpengaruh oleh intrusi magma adalah
batupasir. Kalau mengalami rekristalisasi batupasir akan menjadi kuarsit yang
kadang-kadang mengandung mineral-mineral kontak metasomatik yang tersebar
setempat-setempat. Sedang lempung akan mengalami pengerasan dan dapat
berubah menjadi hornfels, yang umumnya mengandung mineral-mineral
andalusit, silimanit dan staurolit.
Sedangkan pada batuan beku maupun metamorf, kalau mengalami
terobosan magma hampir tidak mengalami perubahan yang berarti, kecuali kalau
antara magma yang menerobos dan batuan beku yang diterobos komposisinya

Genesa Bahan Galian | 15


sangat berbeda, misalnya magma granodiorit yang menerobos gabro, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan-perubahan yang besar pada gabronya.
Jadi secara umum dikatakan bahwa batuan yang paling peka terhadap
kontak metasomatisme dan paling cocok untuk terjadinya pembentukan endapan
bahan galian bijih adalah batuan sedimen, terutama yang bersifat gampingan dan
tidak murni.

Mineralisasi Pada Kontak Metasomatisme


Pada saat magma cair dan pijar dalam keadaan sangat panas menerobos
batuan, maka magma tersebut panasnya makin lama makin turun dan akhirnya
hilang. Hasil akhir akan membentuk batuan beku intrusif. Proses tersebut dapat
terjadi pada keadaan yang dangkal, menengah ataupun dalam. Sehingga dikenal
batuan beku intrusif dangkal, menengah dan dalam. Dalam proses tersebut akan
terjadi tekanan dan suhu yang sangat tinggi, terutama pada kontak terobosannya
antara magma yang masih cair dengan batuan di sekitarnya (country rocks).
Akibat dari kontak tersebut dapat dibagi menjadi 2 jenis:
a. Akibat dari panas saja, tanpa adanya perubahan-perubahan kimiawi, baik pada
magma maupun pada batuan yang diterobos. Kontak ini disebut kontak
metamorfisme.
b. Akibat panas disertai adanya perubahan-perubahan kimiawi sebagai akibat
pertukaran ion, pertambahan ion dan sebagainya, dari magma ke batuan yang
diterobos dan sebaliknya. Kontak semacam ini disebut disebut kontak
metasomatisme.
Kedua jenis kontak tersebut menimbulkan hasil yang sangat berbeda:
a. Kontak metamorfisme: akan menghasilkan bahan galian yang sangat terbatas
dan bukan logam. Misalnya: silimanit, marmer dan mineral mika yang
terdapat pada batuan metaorf (Sekis).
b. Kontak metasomatisme: akan menghasilkan bahan galian logam yang sangat
bervariasi. Hal ini ini terjadi apabila batuan yang diterobos mudah bereaksi,

Genesa Bahan Galian | 16


dengan batuan samping serta penerobosan terjadi cukup dalam serta berulang-
ulang sehingga dapat terbentuk mineral-mineral logam. Suhu di daerah kontak
akan berkisar 500-1.100 C untuk magma yang bersifat silikaan (siliceous
magma) dan makin jauh dari kontak suhunya menurun.
Terdapatnya mineral-mineral tertentu akan menunjukkan suhu tertentu, di
mana mineral tersebut terbentuk misal: Mineral wollastonite: tidaklebih 1.125
C Mineral kuarsa: suhu di atas 573 C.
Klasifikasi endapan bijih menurut Niggli (1929) antara lain:
1. Plutonik atau Intrusiv
a. Orthomagmatic
1. Intan, platinum-kromium
2. Titanium-besi-nikel-tembaga
b. Pneumatolytic sampai pegmatitic
1. Logam berat, alkaline earths, fosforus-titanium
2. Silikon-alkali-fluorin-boron-tin-molibdenum-tungsten
3. Tormalin-asosiasi kuarsa
c. Hydrothermal
1. Besi-tembaga-emas-arsenik
2. Lead-Zinc-silver
3. Nikel-kobal-arsenik-perak
4. Karbonat-oksida-sulfat-fluorida
2. Volkanik atau Ekstrusiv
a. Tin-perak-bismut
b. Logam-logam berat
c. Emas-peral
d. Antimoni-merkuri
e. Tembaga murni (native)
f. Endapan subaquatic-volcanic and biochemical

Genesa Bahan Galian | 17


BAB V
HIDROTERMAL

A. Prinsip Proses Hidrotermal


Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat aqueous sebagai
hasil differensiasi magma. Endapan-endapan hidrotermal berdasarkan mineralogi
dan cara terjadinya (menunjukkan kondisi asal) menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Deposit Hipotermal
Terbentuk pada suhu yang cukup tinggi (300oC - 500oC) pada kedalaman
yang cukup dalam dari kerak bumi, terdapat di tempat yang terdekat dari
tubuh intrusi.Tipe-tipe endapan yang dihasilkan vein-vein Cassiterite dan
Tungsten serta endapan-endapan Molybdenite.
2. Deposit Mesotermal
Terbentuk pada suhu yang sedang (200oC - 300oC) pada kedalaman yang
menengah dari kerak bumi, terdapat di tempat yang agak jauh dari tubuh
intrusi.Tipe-tipe endapan yang dihasilkan Sulfida dari Iron, Lead, Zinc,
Cooper dan Gold bearing vein.
3. Deposit Epitermal
Terbentuk pada suhu yang rendah (50oC - 200oC) pada kedalaman yang
tidak terlalu dalam, terdapat di tempat yang terjauh dari tubuh intrusi.Tipe-
tipe endapan yang dihasilkan Antimony (Stibnite), Mercury (Cinnabar),
Silver (Native Silver dan Silver Sulfida), Gold dan Endapan Zinc.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan
hidrothermal, yaitu :
a) Cavity filing, mengisi lubang-lubang ( opening-opening ) yang sudah ada di
dalam batuan.
b) Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan
unsur-unsur baru dari larutan hidrothermal.

Genesa Bahan Galian | 18


c) Sistem hidrotermal didefinisikan sebagai sirkulasi fluida panas ( 50
>500C ), secara lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang
bervariasi di bawah permukaan bumi. Sistem ini mengandung dua komponen
utama, yaitu sumber panas dan fase fluida. Sirkulasi fluida hidrotermal
menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil dan
cenderung menyesuaikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan
mineral yang sesuai dengan kondisi yang baru, yang dikenal sebagai alterasi
(ubahan) hidrotermal. Endapan mineral hidrotermal dapat terbentuk karena
sirkulasi fluida hidrotermal yang melindi ( leaching ), mentranspor, dan
mengendapkan mineral-mineral baru sebagai respon terhadap perubahan fisik
maupun kimiawi ( Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004 ).
d) Opening in rocks
1. Pore spaces
2. Porosity
3. Permeability
4. Bedding planes
5. Vesicles or blow holes
6. Volcanic flow drains
7. Igneous breccias cavities
Breksi beku terdiri dari fragmen berbagai jenis batuan,
termasuk hornfels, nepheline syenite, gabbros dan pyroxenites biasanya
disemen oleh albite halus. Fragmen batuancenderung sudut dalam
bentuk,dan bervariasi dalam ukuran dari beberapa sentimeter hingga
hampir 1 meter di seberang. Memanjang, tidak teratur rongga5-15cm
panjang terjadi di albite dicelah antara fragmen, dan mengandung suite
unik luar biasa mineral mengkristal.

Genesa Bahan Galian | 19


Tabel V.1 Minerals found in igneous breccias
Minerals found in igneous breccias
Actinolite Fluorapophyllite Parisite-(Ce)
Aegirine Fluorite Pectolite
Albite Gaidonnayite Pyrite
Analcime Galena Pyrophanite
Anatase Ganophyllite Pyrrhotite
Ancylite-(Ce) Gismondine Quartz
Arsenopyrite Gonnardite Richterite
Ashcroftine-(Y) Harmotome Rutile
Barite Joaquinite-(Ce) Sodalite
Bastnsite-(Ce) Kainosite-(Y) Sphalerite
Biotite Labuntsovite Steacyite
Brookite Lead Stillwellite-(Ce)
Calcite Leucosphenite Strontianite
Carbocernaite Lorenzenite Synchysite-(Ce)
Catapleiite Magnesio- Tadzhikite-(Ce)
Cerussite hornblende Tainiolite
Cordylite-(Ce) Mangan-neptunite Thomsonite
Donnayite-(Y) Microcline Titanite
Elpidite Millerite Vinogradovite
Epididymite Molybdenite Wulfenite
Eudialyte Monteregianite- Xenotime-(Y)
Eudidymite (Y) Yofortierite
Ewaldite Narsarsukite Zircon
Fluorapatite Natrolite
Nenadkevichite
Paranatrolite

* From Mineralogical Record Vol 21, Horvth L. and Gault R.A


Genesa Bahan Galian | 20
Dalam beberapa zona breksi fragmen batuan mempunyai
pelelehan parsial dan reaksi rims, dan terlihat lebih bulat sebagai
akibat dari yang telah dicerna sebagian oleh magma
meningkat.Rongga kurang umum, lebih kecil, atau tidak ada dalam
jenis breksi
8. Fissure
9. Shear zone cavities
10. Folding and warping
11. Volcanic pipes
12. Rock alteration opening
13. Hydrothermal alteration
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat
"aqueous" sebagai hasil differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya
akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber terbesar
(90%) dari proses pembentukan endapan-endapan bijih.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal dua macam
endapan hidrothermal,yaitu :
1. Cavity filing : mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang
sudah ada di dalam batuan.
2. Metasomatisme : mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam
batuan dengan unsur-unsur baru dari larutan
hydrothermal.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan
hidrothermal, yaitu :
1. Epitermal : Temp 0-200 c
2. Mesothermal : Temp 150 350
3. Hypothermal : temperature 300 500
Setiap tipe endapan hydrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral
yang tertentu (spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam

Genesa Bahan Galian | 21


batuan dinding.Tetapi minera-mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2),
kalkopirit (CuFeS2), florida-florida hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe
endalan hydrothermal.Beberapa alterasi yang dapat ditimbulkan untuk setiap
tipe endapan hidrothermal pada batuan dinding dapat dilihat pada Tabel V.2.
Alterasi-alterasi yang terjadi pada fase hydrothermal :
Tabel V.2Macam-macam Alterasi Pada Fase Hydrothermal

Keadaan Batuan dinding Hasil alterasi


Epithermal batuan gamping Silisifikasi alunit, clorit, pirit, beberapa
lava batuan beku intrusi sericit, mineral-mineral lempung klorit,
epidot, kalsit, kwarsa, serisit, mineral-
mineral lempung

Mesothermal batuan gamping Silisifikasi selisifikasi, mineral-mineral


lempung
serpih, lava batuan beku sebagian besar serisit, kwarsa, beberapa
mineral lempung
asam serpentin, epidot dan klorit
Hypothermal batuan granit, sekis lava greissen, topaz, mika putih, tourmalin,
batuan beku basa
piroksen, amphibole.

Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah :


emas (Au), wolframit : Fe (Mn)WO4,
magnetit (Fe3O4), Scheelit (CaWO4),
hematit (Fe2O3), kasiterit, (SnO2),
kalkopirit (CuFeS2), Mo-sulfida (MoS2),
arsenopirit (FeAsS), Ni-Co sulfida,
pirrotit (FeS), nikkelit (NiAs),
galena (PbS), spalerit(ZnS)
pentlandit (NiS),

Genesa Bahan Galian | 22


dengan mineral-mineral gangue antara lain :
topaz, tourmalin,
feldspar-feldspar, silikat-silikat,
kuarsa, karbonat-karbonat.
Paragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah :
stanite (Sn, Cu)
sulfida,
dengan mineral-mineral ganguenya :
kabonat-karbonat,
kuarsa, dan pirit.
Paragenesis endapan ephitermal dan mineral ganguenya adalah :
native cooper (Cu), pirit (FeS2),
argentit (AgS), cinnabar (HgS),
golongan Ag-Pb kompleks realgar (AsS),
sulfida, antimonit (Sb2S3),
markasit (FeS2), stannit (CuFeSn),
dengan mineral-mineral ganguenya :
kalsedon (SiO2), barit (BaSO4),
Mg karbonat-karbonat, zeolit (Al-silikat)
rhodokrosit (MnCO3),

Genesa Bahan Galian | 23


BAB VI
SEDIMENTASI, SUMBER MATERIAL DAN TRANSPORTASI

Endapan sediment adalah endapan yang terbentuk dari proses pengendapan


dari berbagai macam mineral yang telah mengalami pelapukan dari batuan asalnya,
yang kemudian terakumulasi dan tersedimentasikan pada suatu tempat.

A. Erosi Tertransportasi dan Sedimentasi

Setelah material sumber endapan mengalami erosi, maka material ini


akan tertransportasi oleh media air sepanjang sungai. Bentuk dasar sungai yang
tidak rata, sebagai akibat terdapatnya endapan batuan/mineral-mineral yang
resisten, akan menyebabkan perubahan kecepatan aliran sungai, perubahan ini
akan menyebabkan mineral-mineral berat yang awalnya tertransportasi akan
mengendap dan terakumulasi pada bagian dasar sungai. Mineral-mineral berat
yang resisten terhadap perubahan fisik dan kimia ini antara lain: emas, casitrit,
kromit, intan platina dll. Perubahan kecepatan aliran sungai ini akan
meyebabakan pula pengandapan sediment lain akan bergradasi ke arah atas
sesuai dengan berat jenis atau ukuran sediment tersebut. Sedimen yang memiliki
berat jenis besar/ukuran besar akan terendapkan terlebih dahulu yang kemudian
diikuti oleh sediment yang berat jenis dan ukuran yang lebih ringan.
Kenampakan ini akan memperlihatkan suatu struktur yang disebut gradede
bedding.

Pada kondisi tertentu dimana aliran sungai sangat pekat dengan energi
yang kuat (arus cepat), maka terjadi endapan yang sangat tidak teratur dan yang
akan mengalami pengendapan pertama adalah material yang tertransport terlebih
dahulu. Pada pengendapan emas skunder, umumnya akan berasosiasi baik

Genesa Bahan Galian | 24


dengan endapan alluvial yang berukuran bongkah-bongkah krikil, dan akan
dijumpai hingga nugget dan peletit yang berukuran besar. Material yang
tertransportasi dan tersedimentasi, terutama mineral-mineral bijih yang keras dan
resisten memiliki nilai ekonomis yang tinggi, akan semakin berukuran kecil dan
berbentuk membulat sejalan dengan jauhnya jarak transportasi. Mineral-mineral
yang tersedimentasi di sepanjang pantai akan memiliki ukuran pasir (1/16 -2
mm) dan bahkan berukuran lanaulempung. Sedangkan yang berukuran lanau
lempung adalah kasitrit dan bauxite. Endapanendapan ini sangat dikontrol oleh
arus sungai yang masuk ke laut dan pengaruh ombak serta pasang surut sebagai
agen sedimentasi.

Mineral-mineral lain yang terendapkan pada alur sungai seperti emas,


intan, kasitrit, platina, kromit, besi, dan lainnya, akan terkonsentrasi pada sungai
meandering baik pada bagian luar dan dalam. Endapan ini akan berkembang
mengikuti perkembangan alur sungai purba hingga saat ini.

Contoh endapan aluuvial yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Indonesia antara
lain:

1. Intan didaerah Martapura, Kalimantan.


2. Emas didaerah kalimanatan, Sumatra jawa barat, Sulawesi, NTB dan NTT.
3. Pasir besi di Jawa Tengah
4. Kasitrit dipulau Bangka, Bintan, dan Singkep.

Genesa Bahan Galian | 25


BAB VII
KONSENTRASI RESIDU DAN MEKANIK, KONSENTRASI
RESIDU,KONSENTRASI MEKANIK,PEMBENTUKAN PLACER ELUVIAL,
ALIRAN FORMASI, PEMBENTUKAN TIMAH PLACER ALUVIAL,
PEMBENTUKAN EMAS PLACER

A. Konsentrasi Residu dan Mekanik


Konsentrasi Residu dan Mekanik terdiri atas :
a. Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dan lain-
lain.
b. Konsentrasi Mekanik (endapan placer), berupa sungai, pantai, alluvial dan
eolian.

B. Definisi Placer
Placer merupakan hasil erosi dari logam primer yang kemudian diendapkan
di lembah, sungai, dan pantai di dalam sedimen Kuarter. Yang mana pembentukan
logam plaser dimulai dari proses pelapukan batuan yang mengandung logam
primer, kemudian tererosi, terangkut oleh air, dan terakumulasi pada tempat-
tempat yang lebih rendah dari batuan induknya.
Logam primer terdapat didalam batuan yang keras seperti batuan beku,
metamorf, maupun batuan sedimen. Sedang logam plaser terdapat didalam
sedimen lepas yang belum kompak(Kuarter). Butiran logam yang terdapat pada
sedimen itu mudah untuk digali/ditambang, sehingga biaya exploitasinya jauh
lebih murah dibandingkan dengan exploitasi logam primer yang terdapat didalam
batuan keras, yang prosesnya harus dihancurkan dulu.

Genesa Bahan Galian | 26


C. Lingkungan Placer
Lingkungan placer dibedakan dari lingkungan sedimen lainnya karena
sangat dipengaruhi oleh sumber batuan asal dan kondisi geomorfologi tempat
pengendapannya, antara lain:
a) Batuan sebagai sumber geologi, yang menentukan diendapkannya jenis-jenis
mineral di dalam placer.
b) Iklim dan kondisi kimiawi, merupakan gabungan penentu terjadinya tingkat
dan bentuk mineral-mineral setelah dibebaskan dari sumbernya.
c) Kondisi geometris dan batas permukaan, yang mencerminkan kendala-
kendala fisik pada saat transportasi dan pengendapan.
d) Unsur-unsur perubahan lingkungan, yang mengubah pola penyebaran
mineral.

D. Klasifikasi Placer Berdasarkan Genesanya


Berdasarkan keterkaitan placer dengan teknis eksplorasi dan
penambangannya, Macdonald (1983) membagi lingkungan pengendapan placer
atas: benua, transisi dan laut; dimana yang pertama terdiri atas: sub lingkungan
eluvial, koluvial, fluviatil, gurun, dan glasial.
a) Placer residual
Partikel mineral/bijih pembentuk cebakan terakumulasi langsung di atas
batuan sumbernya (contoh : urat mengandung emas atau kasiterit) yang telah
mengalami pengrusakan/peng-hancuran kimiawi dan terpisah dari bahan-
bahan batuan yang lebih ringan. Jenis cebakan ini hanya terbentuk pada
permukaan tanah yang hampir rata, dimana didalamnya dapat juga ditemukan
mineral-mineral ringan yang tahan reaksi kimia (misal : beryl).
b) Placer eluvial
Partikel mineral/bijih pembentuk jenis cebakan ini diendapkan di atas lereng
bukit suatu batuan sumber. Di beberapa daerah ditemukan placereluvial

Genesa Bahan Galian | 27


dengan bahan-bahan pembentuknya yang bernilai ekonomis terakumulasi
pada kantong-kantong (pockets) permukaan batuan dasar.
c) Placer sungai atau aluvial.
Jenis ini paling penting terutama yang berkaitan dengan bijih emas yang
umumnya berasosiasi dengan bijih besi, dimana konfigurasi lapisan dan berat
jenis partikel mineral/bijih menjadi faktor-faktor penting dalam
pembentukannya
d) Placer pantai
Cebakan ini terbentuk sepanjang garis pantai oleh pemusatan gelombang dan
arus air laut di sepanjang pantai. Gelombang melemparkan partikel-partikel
pembentuk cebakan ke pantai dimana air yang kembali membawa bahan-
bahan ringan untuk dipisahkan dari mineral berat. Bertambah besar dan berat
partikel akan diendapkan/terkonsentrasi di pantai, kemudian terakumulasi
sebagai batas yang jelas dan membentuk lapisan. Konsentrasi partikel
mineral/bijih juga dimungkinkan pada terracehasil bentukan gelombang
laut.Mineral-mineral terpenting yang dikandung jenis cebakan ini adalah :
magnetit, ilmenit, emas, kasiterit, intan, monazit, rutil, xenotim dan zirkon.
e) Placer eoulin
Merupakan bentang alam yang dibentuk karena aktivitas angin.Placer ini
banyak dijumpai pada daerah gurun pasir. pasir dibawa secara menggeser di
permukaan (traction).Pengangkutan secara traction ini meliputi meloncat
(saltation) dan menggelinding (rolling).

E. Mineral yang terdapat dalam endapan placer.


a) Cassiterite
Komposisi Kimia : SnO2, Kegunaan : dijumpai sebagai mayor ore (bijih) pada
timah
b) Chromite

Genesa Bahan Galian | 28


Komposisi Kimia : FeCr2O4, Iron Chromium Oxide,Kegunaan : Dijumpai
sebagai Mayor ore (bijih) pada kromium, sebagai komponen refractory,
sebagai bahan celupan dan sebagai mineral spasemen (conto mineral)
c) Columbite
Komposisi Kimia : (Fe, Mn, Mg)(Nb, Ta)2O6, Besi Mangan
Magnesium Niobium Tantalum Oxida,Kegunaan : Sebagai mayor ore (bijih)
pada niobium dan tantalum dan sebagai mineral spasemen (conto mineral),
untuk meningkatkan ketahanan di dalam logam.
d) Tembaga (Copper)
Komposisi Kimia : Cu, Elemental Copper,Kegunaan : Sebagai Minor ore
(bijih) pada copper, sebagai batu hiasan
e) Garnet
Komposisi kimia : Ca3Cr2(SiO4)3, Calcium Chromium Silicate, Kegunaan :
Batu perhiasan atau Gemstones dan sebagai spasemen mineral
f) Emas (Gold)
Komposisi Kimia : Au, Elemental gold, Kegunaan : sebagai mineral
spasemen, sebagai mayor mineral pada emas, sebagai bahan perhiasan dan
koleksi
g) Ilmenit
Komposisi Kimia : FeTiO3, Iron Titanium Oxide, Kegunaan : Sebagai mayor
ore (bijih) pada titanium, sebagai spasemen mineral.
Beberapa mineral anggota dari Ilmenit grup
a. Ecandrewsite (Zinc Iron Manganese Titanium Oxide)
b. Geikielite (Magnesium Titanium Oxide)
c. Ilmenite (Iron Titanium Oxide)
d. Pyrophanite (Manganese Titanium Oxide)
h) Magnetit
Komposisi Kima : Fe3O4, Iron Oxide, Kegunaan : Sebagai mayor ore (bijih)
pada besi dan sebagai spasemen mineral.

Genesa Bahan Galian | 29


BAB VIII
METAMORFISME

Proses Metamorfisme ialah suatu proses dimana mineral-mineral yang


telah ada mengalami perubahan secara keseluruhan menjadi endapan mineral-
mineral yang baru. Benda yang mengalami perubahan ialah mineral ataupun
batuan.Pada mineral bijih, larutan ini hanya data mengubah tekstur dan
mineraloginya saja namun tidak mengubah mineral-mineral bijih tersebut secara
keseluruhan menjadi yang baru.

Proses metamorfisme meliputi :


1. Proses perubahan fisik yang menyangkut struktur dan tekstur oleh tenaga
kristaloblastik (tenaga dari sedimen-sedimen kimia untuk menyusun susunan
sendiri)
2. Proses-proses perubahan susunan mineralogy sedangkan susunan kimianya
tetap (isokimia) tidak ada perubahan komposisi kimiawi tapi hanya perubahan
ikatan kimia

Tahap-tahap proses metamorfisme

1. Rekristalisasi yaitu proses yang di bentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini


terjadi penyusunan kembali Kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia yang
sudah ada sebelumnya

2. Reorientasi yaitu proses yang dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini


pengorientasian kembali dari susunan kristall-kristal dan ini akan berpengaruh
pada tekstur dan strukstur yang ada.

3. Pembentukan mineral-mineral baru yaitu proses dimana terjadi penyusunan


kembali elemen-elemen kimiawi yang sebelumnya sudah ada

Genesa Bahan Galian | 30


Dalam metamorfosa yang berubah adalah tekstur dan asosiasi mineral
namun yang tetap adalah komposisi kimia dan fase padat ( tanpa melalui fase
cair). Tekstur selalu merefleksikan sejarah pembentukannya

Kondisi yang mengontrol atau mempengaruhi metamorfosa yaitu

1. Tekanan yaitu tekanan hidrostatik adalah tekanan searah (stress). Ada 2 jenis
kelompok mineral yang di akibatkan tekanan yaitu :

a. stress mineral yaitu mineral-mineral yang memipih akibat tekanan contoh


staurolit dan kinit.

b. anti stress mineral yaitu mineral-mineral yang jarang di jumpai pada batuan
yang mengalami stress. Mineral ini tidak memipih akibat tekanan yang
ada.Contohnya andalusit dan olivine.

2. Temperature yaitu pada umumnya perubahan temperature jauh lebih efektif


dari pada perubahan tekanan dalam hal pengaruhnya bagi perubahan
mineralogi. Sumber panasnya berasal dari panas dalam bumi. Batuan dapat
terpanaskan oleh timbunan (burial) atau terobosan dapat juga menimbulkan
perubahan tekanan, sehinggasukar dikatakan metamorfisme hanya disebabkan
ole keniakan suhu saja. Tekanan dalam proses metamorfisme bersifat sebagai
stress yang mempunyai besaran serta arah. Tekstur batuan metamorf
memperlihatkan bahwa batuanini terbentuk di bawah differensial stress, atau
tekanannya tidak sama besar dari segala arah

3. Larutan atau air yaitu larutan kimia sebagai fluida yang dapat mempercepat
reaksi yang juga membawa berbagai unsur-unsur kimia. Pori-pori yang
terdapat pada batuan sedimen atau batuan beku terisi oleh cairan (fluida),
yang merupakan larutan dari gas-gas, garam dan mineral yang terdapat pada
batuan yang bersangkutan. Pada suhu yang tinggi intergranular ini lebih
bersifat uap dan pada cair, dan mempunyai peran yang penting dalam

Genesa Bahan Galian | 31


metamorfisme. Di bawah suhu dan tekanan yang tinggi akan
terjadi pertukaran unsur dari larutan ke mineral-mineral dan sebaliknya.
Fungsi cairan ini sebagai media transport dari larutan ke mineral dan
sebaliknya,sehingga mempercepat proses metamorfisme. Jika tidak ada
larutan atau jumlahnya sedikit sekali, maka metamorfismenya akan
berlangsung lambat,karena perpindahannya akan melalui diffusi antar mineral
yang padat.

4. Waktu yaitu untuk mengetahui berapa lama berlangsungnya proses


metamorfisme tidaklah mudah dan sampai saat ini masih belum diketahui
bagaimana caranya. Dalam percobaan di laboratorium memperlihatkan bahwa
di bawah tekanan suhu tinggi serta waktu reasi yang lama akan menghasilkan
kristal dengan ukuran yang besar. Dan dalam kondisi yang sebaliknya
dihasilkan kristal yangkecil. Dengan demikian untuk sementara ini
disimpulkan bahwa batuan berbutir kasar merupakan hasil metamorfisme
dalam waktu yang panjang sertasuhu dan tekanan yang tinggi. Sebaliknya
yang berbutir halus, waktunya pendek serta suhu dan tekanan yang
rendah. Batuan metamorf terbentuk akibat perubahan tekanan dan atau
temperatur,dalam keadaan padat serta tanpa merubah komposisi kimia batuan
asalnya

Di tinjau dari perubahan tekanan dan temperature maka metamorfisme di bagi


menjadi 2 yaitu

1. Progressive metamorfisme yaitu perubahan dari tekanan dan temperature


rendah ke tekanan dan temperature yang tinggi

2. Retogresive metamorfisme yaitu perubahan dari tekanan dan temperature


yang tinggi ke tekanan dan temperature yang rendah

Tipe-tipe metamorfosa

Genesa Bahan Galian | 32


Berdasarkan penyebab/proses utama

1. Dynamic Metamorfisme (metamorfisme dynamo), terjadi akibat pengaruh


tekanan kuat dalam waktu yang lama. Contohnya batu sabak.
2. Metamorfosa kontak (Thermal Metamorphism ), terjadi akibat pengaruh
suhu yang tinggi karena adanya aktifitas magma. Contohnya marmer.
3. Metamorfosa dinamo-termal ( Dynamo-thermal Metamorphism), terjadi
akibat tambahan tekanan dan kenaikan temperatur. Contohnya skis.

Berdasarkan setting

a. Contact Metamorphism
b. Regional Metamorphism (Orogenic Metamorphism, Burial Metamorphism,
dan Ocean Floor Metamorphism)
Penyesuaian proses metamorfisme terjadi pada system yang mempunyai
komposisi kimia, dimana perubahan temperature dan tekanan. Contohnya :
Olivin (Mg,Fe)2SiO4) + Anorthit (CaAl2Si2O8)=> Garnet (X3Y2(SiO4)3)s

Augit (CaMgSi2O.(Mg,Fe)(Al,Fe)2SiO6) + Anortite (CaAl2Si2O8) => Garnet


((X3Y2(SiO4)3) + Quartz (SiO2 )

Genesa Bahan Galian | 33


Ilmenite (FeTiO3) + Anortite (CaAl2Si2O8) => Sphene (CaTiSiO5) +
Hornblende (NaCa2(Mg,Fe,Al)5(Si,Al)8O22(OH)2)

Anortite (CaAl2Si2O8) + Galenit (PbS) + Wollastonite (CaSiO3) =>


Grossularite(Ca3Al2(SiO4)3)

Andalusite ((AlF)2SiO4) => Silimanite (Al2SiO5) => Kyanite (Al2SiO5)

Penambahan temperature mungkin akan menghasilkan reaksi endoterm,


kecuali system dalam keadaan tidak seimbang kemudian menghasilkan reaksi
eksoterm.Contoh : pyroksen => hornblende, selama proses metamorfisme.

Ringkasnya, hasil dari proses metamorfisme cenderung mengatur system


mineral terhadap sifat kimia dan fisika dari perbedaan temperature dari
temperature tinggi ke temperature rendah dari proses pelapukan, kedua proses
tersebut umumnya terjadi karena kehadiran air.
Di dalam metamorfisme ada 2 yaitu
1. Metamorfisme kontak yaitu pengaruh panas tanpa adanya penambahan bahan
yang berarti dari magma. Batuan yang di sentuh oleh terobosan pada

Genesa Bahan Galian | 34


temperature dan tekanan tinggi menjadi tidak stabil dan bagian-bagiannya
akan bergabung kembali membentuk mineral-mineral baru. Contohnya
mineral garnet.
2. Metasomatisme kontak yaitu pengaruh panas digabungkan dengan
penambagan material yang terbawa dari ruang magma. Terbentuknya endapan
metasomatisme kontak ini harus memenuhi syarat-syarat :
a. Magma dari jenis tertentu
b. Magma berisi bahan-bahan yang akan membentuk endapan mineral
c. Penerobosan terjadi pada kedalaman yang tidak dalam
d. Terjadi sentuhan pada batuan
Contoh-contoh endapan :
1. Endapan Talk ((OH)2Mg3(Si4O10)) yaitu endapan yang berasal dari alterasi
atau perubahan batuan yang mengadung magnesium primer atau sekunder.
Talk dapat berasal dari amphibol, piroksen magnesia yang bereaksi dengan
CO2 dan H2. Prosesnya metamorfisme hydrothermal dengan disertai tekanan
sedikit.
2. Endapan Kyanit (Al2SiO5) yaitu endapan yang mungkin berasal dari mika dan
schist atau batuan silikat aluminium yang mengalami proses metamorfisme
dinamothermal (tekanan dan panas disertai dengan uap magmatic).
3. Endapan grafit (C) atau batu intan yang di bentuk dari karbon. Proses yang
terjadi ada 2 yaitu :
a. Bentuk kristalin yaitu terdiri dari lembar-lembar tipis hitam asli yang
murni, lapisan hitam mengkilap dan amorphous.
b. Bentuk amorf yaitu terdiri dari lembaran-lembaran tipis hitam asli yang
tidak murni.
Mineral ini lembut dan hitam, memiliki minyak dan seperti kertas.Grafit
terjadi pada metamorfisme dari kontak metasomatisme.Grafit dapat di
temukan pada batu pualam, gneiss, schist, quartzit, dan alterasi
batubara.Grafit yang terjadi pada batuan beku, endapan berbentuk fissure vein

Genesa Bahan Galian | 35


(urat) dan mineral aksesornya yaitu quartz, chlorite, rutile, titanite, dan
silimanite.
Ada 2 jenis grafit yaitu
a. Grafit alami yaitu grafit dari batu pualam , schist, dan lain-lain
b. Grafit sintetis yaitu dari buatan manusia, bahan dari minyak (crude oil)
dan batubara antrachite (lebih kurang 90%)
Proses terjadinya yaitu,
1. Metamorfisme regional
2. Rekristalisasi asli berasal dari batuan beku yaitu granit, syenit, dan basalt
3. Proses metamorfisme kontak
4. Penambahan larutan hydrothermal pada batuan sebelumnya misalnya pada
batuan urat pegmatik dan daerah-daerah geseran pada batuan schist.
4. Endapan asbestos
Ada 2 proses bagian utama dari mineral asbestos yaitu
a. Serpentin yaitu silikat-silikat magnesium hidroksilikat, crysotile, dan
pycrollite serta beberapa komposisi dari serpentin itu sendiri. Asbes
serepentin terjadi dari perubahan batuan ultrabasa misalnya dunit atau
peridotite ataupun batuan gamping dolomite atau bermagnesium. Asbes
crysotil dari perubahan batuan ultra basa merupakan endapan yang
terbanyak di dapatkan dengan teksturnya yaitu cross fiber, slip fiber, da
nasal fiber.
b. Amfibol yaitu silikat-silikat kalsium, magnesium, dan natrium, besi,
sodium, serta aluminium seperti anasit, crosidolit, tremolit, actinolit, dan
antophilit. Asbes amfibol terjadi dari batuan schist dan batuan yang
mengandung besi seperti di Transval, Afrika Selatan. Asbes jenis ini
memiliki tekstur yang sama dengan asbes serpentin adalah asbes
crysodolit panjang seratnya mencapai 30cm, tapi kualitasnya kurang baik.
Asbes antophilit umumnya bertekstur cross fiber dengan beberapa slip

Genesa Bahan Galian | 36


fiber, terdapat kantong-kantong atau lensa-lensa pada perodotit dan
pyraconite di U.S.A.
Asbes Crysotil hanya terdapat pada serpentin dan serpentin ini terbatas
pada jenis serpentin serat (serabut). Asbes crysotil bersamaan terjadinya
dengan proses serpentinisasi batuan. Sebaliknya serpentinisasi belum tentu
menghasilkan asbes crysotil.
Ada 3 macam cara terbentuk serpentin asbestos yaitu
1. Cross Fiber yaitu serat menyilang dengan serat-serat normal mencapai
dinding yang panjangnya merupakan lebar dari urat tersebut atau
berkurang dari kondisi-kondisi sisa.
2. Slip Fiber yaitu serat parallel atau miring terhadap dinding dan panjang
tapikualitas kurang.
3. Mass Fiber yaitu serat-serat nya mempunyai radiasi yang terdiri dari
jumlah massa yang banyak terjalin.

Gambar 8.1 Cross Fiber

Genesa Bahan Galian | 37


BAB IX
KLASIFIKASI BATUBARA

Batubara bukan hanya merupakan material yang heterogen tapi juga


merupakan material yang jenisnya beragam.Jenis batubara dapat dilihat dari
umurnya atau ranknya, kandungan mineralnya atau grade, elemen tanaman
pembentuk batubara (type) dan kegunaan batubara tersebut.
Banyak para ahli mencoba untuk mengelompokkan jenis batubara tersebut
berdasarkan parameter tersebut di atas, tapi yang paling banyak dipergunakan
orang ialah berdasarkan umurnya (rank).
Secara umum batubara diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Peat (gambut), sebagian para ahli mengatakan bahwa peat bukan batubara
karena masih mengandung selulosa bebas, tapi sebagian lagi menyatakan
bahwa peat adalah batubara muda. Carbon = 60% 64% (dmmf), Oxygen =
30% (dmmf)
2. Lignite, Carbon = 64% 75% (dmmf), Oxygen = 20% 25% (dmmf)
3. Sub-bituminous, Carbon = 75% 83% (dmmf), Oxygen = 10% 20%
(dmmf)
4. Bituminous, Carbon = 83% 90% (dmmf), Oxygen = 5% 15% (dmmf)
5. Semi-anthracdite, Carbon = 90% 93% (dmmf), Oxygen = 2% 4% (dmmf)
6. Anthracite, Carbon = > 93%
Di bawah ini adalah klasifikasi yang banyak dipergunakan orang
1. ASTM Classification
Sistem klasifikasi ini mempergunakan volatile matter (dmmf), fixed carbon
(dmmf) dan calorific value (dmmf) sebagai patokan.
Untuk anthracite, fixed carbon (dmmf) merupakan patokan utama, sedangkan
volatile matter (dmmf) sebagai patokan kedua.Bituminous mempergunakan

Genesa Bahan Galian | 38


volatile matter (dmmf) sebagai patokan kedua.Lignite mempergunakan calorific
value (dmmf) sebagai patokan.
2. Ralstons Classification
Ralstons mempergunakan hasil analisa ultimate yang sudah dinormalisasi (C + H
+ O = 100). Ditampilkan dalam bentuk triaxial plot.Band yang terdapat pada
triaxial plot tersebut ialah area dimana batubara berada.
3. Seylers Classification
System klasifikasi ini mempergunakan % carbon (dmmf) dan % hydrogen (dmmf)
sebagai dasar utama.Klasifikasi ini ditampilkan dalam bentuk beberapa grafik
kecil yang bertumpu pada grafik utama.Grafik utama menghubungkan % carbon
(dmmf) dengan % hydrogen (dmmf). sedangkan grafik kecil menggambarkan
hubungan calorific value (dmmf) dengan % volatile matter (dmmf) dan %
moisture (adb), menggambarkan % oxygen (dmmf), crucible swelling number dan
rasio O/H=8.Ditengah grafik tersebut terdapat band yang menggambarkan yang
menggambarkan area dimana 95% batubara inggris akan berada serta
menunjukkan jenisnya.Batubara yang jatuh di atas band disebut per-hydrous
sedangkan yang jatuh di bawahnya disebut sub-hyrous. Seylers chart ini tidak
cocok untuk low rank coal.
4. ECE Classification
ECE membuat system klasifikasi yang dapat dipergunakan secara luas, pada tahun
1965 yang kemudian menjadi standar international.Sistem ini mengelompokkan
batubara dalam class, group dan sub-group.
Coal class mempergunakan calorific value atau volatile matter sebagai
patokan. Coal group mempergunakan Gray-king coke type atau maximum
dilatation pada Audibert-Arnu dilatometer test sebagai patokan, sedangkan coal
sub-group mempergunakan crucible swelling number dan Roga test sebagai
patokan.
Sistem ini mampu menunjukkan coal rank dan potensi penggunaannya,
terutama coal group dan coal sub-group yang menjelaskan perilaku batubara jika

Genesa Bahan Galian | 39


dipanaskan secara perlahan maupun secara cepat sehingga dapat memberikan
gambaran kemungkinan penggunaannya. Pada tahun 1988 sistem ini dirubah
dengan lebih menekankan pada pengukuran petrographic.
5. International Classification of Lignites
ISO 2960:1974 Brown Coals and Lignites.Classification by Type on the Basis of
Total Moisture content and Tar Yield. Mengelompokkan batubara yang
mempunyai heating value (moist,ash free) lebih kecil dari 5700 cal/g. Batubara
dikelompokkan dalam coal class dengan patokan total moisture dan coal group
dengan patokan tar yield.
Tar yield diukur dengan Gray-King Assay, dimana batubara didestilasi dan
hasilnya berupa gas, air, cairan, tar dan char dilaporkan dalam persen. Tar yield
mempunyai korelasi dengan hydrogen dan pengukuran ini cukup baik sebagai
indicator komposisi petrographic.

A. Peringkat Batubara
Coalification;
Rank (Peringkat) berarti posisi batubara tertentu dalam garis
peningkatan trasformasi dari gambut melalui batubrara muda dan
batubara tua hingga grafit.
Proses transformasi fisika dan kimia yang tetap disebut coalification
(atau carbonification)
Peringkat batubara adalah equivalent dengan derajat metamorfisma.
Klasifikasi Peringkat Batubara
Parameter kimia sebagai penentu coal rank
Carbon, hydrogen, dan hydrogen asal dari elementary analysis, dihitung
bersama-sama dengan kandungan air dan ash-free (w.a.f basis)
Kandungan volatile matter atau nilai komplementernya daripada kandungan
fixed carbon berasal dari proximate analysis sebagaimana menghitung w.a.f
basis,

Genesa Bahan Galian | 40


Nilai kalori daripada batubara dihitung bersama-sama dengan kelembaban
(moist), mineral matter, free basis dan kandungan air (total moisture).
Dari unsur oxygen tidak pernah digunakan sebab untuk determinasi tidak
cukup akurat dan secara eksak sulit ditentukan,
Hydrogen terbukti sebagai indikator peringkat (rank) hanya untuk batubara
anthracite,
Kandungan elemen karbon digunakan sangat luas, khususnya untuk
lingkungan saintifis untuk determinasi peringkat batubara,
Kandungan C digunakan hanya untuk low-rank coal dan meta-anthracite.
Kandungan volatile matter dan fixed carbon hanya dapat pada batubara tua
berperingkat tinggi, dan tidak bisa pada peringkat rendah disebabkan volatile
matter diatas 33% atau dibawah 67 fixed carbon,
Di sisi lain : Nilai kalori dan kandungan air adalah parameter sangat baik
untuk batubara muda dan batubara tua berperingkat derajat rendah, tetapi
tidak baik untuk peringkat tinggi.

a. American System
Berdasarkan atas :
fixed cabon untuk batubara berperingkat tinggi, dan
Nilai kalori yang diexpresikan dalam British Thermal Unit (Btu) untuk
batubara berderajat rendah.
Sistem Amerika terdiri dari 4 grup peringkat utama dan 13 sub-grup dengan
nama masing-masing.
Misalnya low-volatle bituminous.Penamaan tersebut di atas sangat umum
digunakan.(lihat tabel: Tabel Peringkat Batubara)

b. International System
Untuk batubara tua, didasarkan pada :
Volatile matter untuk peringkat tinggi,

Genesa Bahan Galian | 41


Nilai kalori (diekspresikan dengan kalori) untuk batubara peringkat
rendah,
Batas antara batubara muda dan batubara tua terletak pada nilai kalori 5700
kCal/Kg.
Tidak ada penamaan batubara berdasakan peringkat, tetapi perbedaannya
hanya berdasarkan 9 klas batubara. Untuk batubara muda, meskipun nilai
kalori cukup bisa dipakai sebagai parameter, komite Internasional memilih
water content sebagai indikator, dan menetapkan 6 klas (10-15) untuk
batubara muda

B. Seri Peringkat Batubara(The coal rank series)


1) Gambut

Gambut, adalah bagian permulaan seri koalifikasi. Dimana, memiliki


kandungan air hingga 90%, tetapi kebanyakan akan hilang dengan
pengeringan. Gambut, memiliki kandungan carbon antara 50 60%. Batas
antara gambut dan batubara muda yaitu kandungan air lebih dari 70% (ash-
free) dan nilai kalori kuang dari 1800 kCal/kg (moist ash-free)

2) Batubara Muda
Argumen mengenai subjek batubara muda ini sangat panjang mengenai
definisi, batasan, subdivisi. Di Amerika, dibedakan batubara muda dan lignit:
Batubara muda (=unconsolidated)
Lignit (= consolidated lignite coal)
Batubara muda berada pada semua peringkat antara gambut dan batubara tua.
Batas bawah batubara muda adalah pada total moisture content 70% a.f.,
equivalen dengan nilai kalori sekitar 1800 kCal/Kg dan batas bawahnya pada
nilai kalori 5700 kCal/Kg.

Di Eropa, khususnya di Jerman; batubara muda dibagi kedalam:

Genesa Bahan Galian | 42


Soft Brown Coal, secara garis besarnya berhubungan dengan
klass 13 -15 Batas pada 67% C (4000 kCal/Kg atau 35% H2O atau
DOM 42 43)

Matt atau dull brown coal: pada klas 11 - 12. Batas pada 71% C (
5500 kCal/Kg atau 25% H2O dan DOM 49)

Bright atau lusterous brown coal: pada klas 9 - 10, batas pada 77%C
( 7000 Kcal/Kg Atau DOM 56).

Batubara muda (Brown Coal) kadang-kadang disebut brown lignite, dull


dan bright brown coal kadang-kadang disebut hard brown coal atau black
lignite. Sebagai tambahan, suatu batubara, terutama yang bewarna coklat,
sedikit bergaris-garis hitam hal ini menunjukkan batubara muda.Bila batubara,
berwarna hitam dan garis-garis coklat yang jarang menunjukkan batubara tua.

3) Batubara tua (Hard Coal)


Batubara tua (Hard Coal), pada klass 3 9 berhubungan dengan batubara
bituminous dan klas 0 2 dengan batubara anthracite,
4) Graphite
Graphite, secara teoritis adalah tingkatan terahir dari batubara yang mencapai
100% konsentrasi kandungan carbon, tetapi dalam praktek graphite sangat
jarang dijumpai dalam sayatan meta-anthracite, graphite di alam selalu
diakibatkan metamorfisme batuan keras pada temperatur sangat tinggi.

Genesa Bahan Galian | 43


Tabel 10.1 Peringkat Batubara

Genesa Bahan Galian | 44


BAB X
PETROLIUM DAN NATURAL GAS

A. Proses Terbentuknya Minyak


Minyak bumi (Crude Oil) dan gas alam merupakan senyawa
hidrokarbon. Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin:
petrus ), dijuluki juga sebagai emas hitam adalah cairan kental, coklat gelap,
atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa
area di kerak bumi. Minyak bumi dan gas alam berasal dari jasad renik lautan,
tumbuhan dan hewan yang mati sekitar 150 juta tahun yang lalu.Sisa-sisa
organisme tersebut mengendap di dasar lautan, kemudian ditutupi oleh
lumpur. Lapisan lumpur tersebut lambat laun berubah menjadi batuan karena
pengaruh tekanan lapisan di atasnya.Sementara itu, dengan meningkatnya
tekanan dan suhu, bakteri anaerob menguraikan sisa-sisa jasad renik tersebut
dan mengubahnya menjadi minyak dan gas.
Dewasa ini terdapat dua teori utama yang berkembang mengenai asal
usul terjadinya minyak bumi, antara lain:
1. Teori Anorganik ( Abiogenesis )
Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi
terdapat logam alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur
tinggi akan bersentuhan dengan CO2 membentuk asitilena. Kemudian
Mandeleyev (1877) mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk
akibat adanya pengaruh kerja uap pada karbida-karbida logam dalam
bumi. Pernyataan beberapa ahli mengemukakan bahwa minyak bumi
mulai terbentuk sejak zaman prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk
dan bersamaan dengan proses terbentuknya bumi. Pernyataan tersebut

Genesa Bahan Galian | 45


berdasarkan fakta ditemukannya material hidrokarbon dalam beberapa
batuan meteor dan di atmosfir beberapa planet lain.
Berdasarkan teori anorganik, pembentukan minyak bumi didasarkan
pada proses kimia, yaitu :
a. Teori alkalisasi panas dengan CO2 (Berthelot)
Reaksi yang terjadi:
alkali metal + CO2 karbida
karbida + H2O ocetylena
C2H2 C6H6 komponen-komponen lain
Didalam minyak bumi terdapat logam alkali dalam keadaan
bebas dan bersuhu tinggi. Bila CO2 dari udara bersentuhan
dengan alkali panas maka akan terbentuk ocetylena. Ocetylena
akan berubah menjadi benzena karena suhu tinggi. Kelemahan
logam ini adalah logam alkali tidak terdapat bebas di kerak bumi.
b. Teori karbida panas dengan air (Mendeleyef)
Asumsi yang dipakai adalah ada karbida besi di dalam kerak
bumi yang kemudian bersentuhan dengan air membentuk
hidrokarbon, kelemahannya tidak cukup banyak karbida di alam.

Gambar 11.1Teori Anorganik Pembentukan Minyak Bumi

Genesa Bahan Galian | 46


b. Teori Organik ( Biogenesis )
Macqiure (Perancis, 1758) merupakan orang yang pertama kali
mengemukakan pendapat bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Kemudian M.W. Lamanosow (Rusia, 1763) juga
mengemukakan hal yang sama. Pendapat di atas juga didukung oleh
sarjana lainnya seperti, New Beery (1859), Engler (1909), Bruk (1936),
Bearl (1938) dan Hofer. Mereka menyatakan bahwa: minyak dan gas
bumi berasal dari organisme laut yang telah mati berjuta-juta tahun yang
lalu dan membentuk sebuah lapisan dalam perut bumi.
P.G. Macquire yang pertama kali mengemukakan pendapatnya
bahwa minyak bumi berasal dari tumbuhan. Beberapa argumentasi telah
dikemukakan untuk membuktikan bahwa minyak bumi berasal dari zat
organik yaitu:
Minyak bumi memiliki sifat dapat memutar bidang polarisasi,ini
disebabkan oleh adanya kolesterol atau zat lemak yang terdapat
dalam darah, sedangkan zat organik tidak terdapat dalam darah
dan tidak dapat memutar bidang polarisasi.
Minyak bumi mengandung porfirin atau zat kompleks yang
terdiri dari hidrokarbon dengan unsur vanadium, nikel, dsb.
Susunan hidrokarbon yang terdiri dari atom C dan H sangat
mirip dengan zat organik, yang terdiri dari C, H dan O.
Walaupun zat organik menggandung oksigen dan nitrogen cukup
besar.
Hidrokarbon terdapat di dalam lapisan sedimen dan merupakan
bagian integral sedimentasi
Secara praktis lapisan minyak bumi terdapat dalam kambium
sampai pleistosan.
Minyak bumi mengandung klorofil seperti tumbuhan.

Genesa Bahan Galian | 47


Proses pembentukan minyak bumi terdiri dari tiga tingkat, yaitu:
1. Pembentukan sendiri, terdiri dari:
- pengumpulan zat organik dalam sedimen
- pengawetan zat organik dalam sedimen
- transformasi zat organik menjadi minyak bumi.
2. Migrasi minyak bumi yang terbentuk dan tersebar di dalam
lapisan sedimen terperangkap.
3. Akumulasi tetes minyak yang tersebar dalam lapisan sedimen
hingga berkumpil menjadi akumulasi komersial.
B. Komposisi Gas Alam dan Minyak Bumi
Minyak bumi dan gas alam adalah campuran kompleks hidrokarbon
dan senyawa-senyawa organik lain. Gas alam terdiri dari alkana suku rendah,
yaitu metana, etana, propana, dan butana. Selain alkana juga terdapat berbagai
gas lain seperti karbondioksida (CO2) dan hydrogen sulfida (H2S), beberapa
sumur gas juga mengandung helium. Hidrokarbon yang terkandung dalam
minyak bumi terutama adalah alkana dan sikloalkana, senyawa lain yang
terkandung didalam minyak bumi diantaranya adalah Sulfur, Oksigen,
Nitrogen dan senyawa-senyawa yang mengandung konstituen logam terutama
Nikel, Besi dan Tembaga. Komposisi minyak bumi sangat bervariasi dari satu
sumur ke sumur lainnya dan dari daerah ke daerah lainnya.
Perbandingan unsur-unsur yang terdapat dalam minyak bumi sangat
bervariasi.Berdasarkan hasil analisa, diperoleh data sebagai berikut :
Karbon : 83,0-87,0 %
Hidrogen : 10,0-14,0 %
Nitrogen : 0,1-2,0 %
Oksigen : 0,05-1,5 %
Sulfur : 0,05-6,0 %
Struktur hidrokarbon yang ditemukan dalam minyak mentah:

Genesa Bahan Galian | 48


1. Alkana (parafin) panah CnH2n + 2 , alkana ini memiliki rantai lurus
dan bercabang, fraksi ini merupakan yang terbesar di dalam minyak
mentah.
2. Sikloalkana (napten) panah CnH2n ,Sikloalkana ada yang memiliki cincin
5 (lima) yaitu siklopentana ataupun cincin 6 (enam) yaitu sikloheksana.

Siklopentana siklohexana

3. Aromatik panah CnH2n -6

Aromatic memiliki cicin 6

Aromatik hanya terdapat dalam jumlah kecil, tetapi sangat diperlukan


dalam bensin karena :
-Memiliki harga anti knock yang tinggi
-Stabilitas penyimpanan yang baik
-Dan kegunaannya yang lain sebagai bahan bakar (fuels)
Zat-Zat Pengotor yang sering terdapat dalam minyak bumi:
1. Senyawaan Sulfur
2. Senyawaan Oksigen
3. Senyawaan Nitrogen
4. Konstituen Metalik

Genesa Bahan Galian | 49

Anda mungkin juga menyukai