Anda di halaman 1dari 170

DAFTAR ISI

Pemetaan Jenis dan Risiko Kecurangan


dalam Audit Pengadaan Barang dan Jasa
1-19 Alfian

Aturan Pengadaan Barang/Jasa di Perguruan


Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH)
24-33 Anwar Syam

Efisiensi Pengadaan Barang/Jasa


dengan E-Catalogue
38-50 Nurlisa Arfani

Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak


dalam Proyek Infrastruktur: Studi terhadap
Pembangunan GMSC Kota Mojokerto
55-76 Ria Casmi Arrsa

Masukan untuk RUU PBJ:


Mendesain Peradilan yang Efektif
untuk Melayani Sengketa Pengadaan
82-95 Richo Andi Wibowo

Cyberbully pada Virtual Chat :


Analisis Teks pada Aanjwizing
103-125 Syafriza Bhima Wikyantasa

134-136 Para Penulis

138-141 Panduan untuk Penulis

142-153 Indeks
PENGANTAR REDAKSI
PENGA
Dari Redaksi OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 i

Pengantar Redaksi

INDONESIA yang tengah bertumbuh, rupa hingga tidak lagi dilaksanakan oleh
mematangkan demokrasi dan memastikan hanya departemen teknis. Konsekuensi lain
rakyat sejahtera dan terlayani membutuhkan dari desentralisasi, pengadaan tidak semata
energi dan kesungguhan untuk memperbaiki melibatkan perumus kebijakan di jajaran
diri di berbagai sektor. Dengan semangat pemerintah pusat, tetapi juga 524 pemerintah
inilah, Lembaga Kebijakan Pengadaan Ba- daerah, baik di tingkat provinsi maupun di
rang/ Jasa (LKPP) lahir dan dikembangkan tingkat kabupaten/kota.
hingga hari ini.
Dalam konteks penyempurnaan peraturan
Pelaksanaan pengadaan dengan anggaran perundang-undangan, kelembagaan dan
yang sangat besar bisa dipastikan berpenga- peraturan hukum, ruang diskusi, dan ma-
ruh terhadap efisiensi penyelenggaraan sukan-masukan konstruktif terkait berbagai
pelayanan kepada masyarakat. Jika pelak- aspek dalam bidang pengadaan barang dan
saanaan pengadaan berjalan sesuai harapan, jasa harus senantiasa dihidupkan. Jurnal
tentu iklim dunia usaha akan sehat dan LKPP edisi ini berusaha merekam masukan-
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih masukan dimaksud dari berbagai perspektif
dan bebas KKN bukan hanya sekadar jargon. yang menarik dan pantas dicermati para
stakeholder dan masyarakat pada umumnya.
Sejak awal, LKPP menghadapi tantangan
untuk memastikan proses pengadaan ba- Menulis Pemetaan Jenis dan Risiko Ke-
rang/ jasa berjalan efisien, efektif, terbuka, curangan dalam Audit Pengadaan Barang
transparan, bersaing, akuntabel, dan tidak dan Jasa, Alfian, tak hanya menawarkan
diskriminatif. Tentu, ini membutuhkan pemikiran yang bermanfaat bagi pertumbu-
perubahan mendasar dan perbaikan tanpa han bidang pengadaan ke arah lebih baik.
henti; antara lain meliputi kualitas sumber Gagasan Alfian juga menarik karena ia
daya manusia pengelola pengadaan, pening- membingkainya dengan pengalaman sebagai
katan kontrol atas proses pengadaan oleh seorang auditor yang memahami seluk-beluk
berbagai pihak, penataan birokrasi yang jenis dan risiko kecurangan di lapangan.
lebih sederhana dengan tetap memegang
prinsip akuntabilitas, juga penataan pelaku Menurut Alfian, pemetaan jenis dan risiko-
usaha hingga penyempurnaan peraturan risiko kecurangan adalah hal penting. Dari
perundang-undangan, kelembagaan dan pengalamannya sebagai auditor dalam
peraturan hukum. penugasan lapangan, terhadap pasal-pasal
yang dilanggar dalam Undang-Undang
Sebagaimana kita tahu, proses pengadaan (UU) Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU Nomor
(procurement) barang dan jasa di Indonesia 20 Tahun 2001 tentang Korupsi, Alfian
kini tidak lagi sentralistis. Di tingkat pusat, menawarkan langkah-langkah praktis dan
mekanisme pengadaan ditata sedemikian taktis untuk mengatasinya. Setidaknya, kata
ii JURNAL PENGADAAN

Alfian, terdapat 15 (lima belas) tahapan un- Prosedur beracara juga panjang, apalagi jika
tuk membantu memetakan jenis dan risiko pihak yang kalah melakukan banding dan/
kecurangan dalam pengadaan barang/jasa atau kasasi. Richo menunjukkan bagaimana
yang menjadi temuan auditor saat melakukan masalah tersebut dihindari di Belanda dan
penugasan lapangan. Dalam tiap tahapan menyarankan agar Indonesia mempertim-
tersebut, terdapat modus-modus operandi bangkan good practices di sana.
yang sering dilakukan dan pasal-pasal yang
dilanggar digunakan untuk menunjukan un- Lalu sebuah ulasan berusaha melihat secara
sur pelanggaran terhadap tindakan kecurang- mendalam aturan pengadaan barang dan jasa
an yang berdampak pada kerugian negara. di Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum
(PTN-BH). Anwar Syam, penulis ulasan ini,
Telaah mendalam atas proses dan me- memaparkan bahwa pengadaan barang dan
kanisme pengadaan di tingkat lokal juga jasa di perguruan tinggi negeri badan hukum
menjadi salah satu concern edisi ini. Dalam yang sumber dananya dari APBN/APBD
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak dilaksanakan mengacu kepada Perpres 54
dalam Proyek Infrastruktur: Studi Terha- Tahun 2010 dan perubahannya, tentang
dap Pembangunan GMSC Kota Mojokerto, Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Untuk
Ria Casmi Arrsa menguraikan pengalaman pengadaan barang/jasa yang sumber dananya
Pemerintah Kota Mojokerto. Ada konstruksi dari non-PNBP atau non-APBN mengacu
hukum untuk pembiayaan tahun jamak dalam pada statuta masing-masing PTN badan
proyek infrastruktur. Adalah sangat penting hukum, yang ditetapkan melalui peraturan
memperhatikan proses pentahapan secara pemerintah. Lima dari tujuh PTN badan
tertib dan patuh mengacu pada ketentuan hukum PTN menyatakan secara eksplisit di
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam statutanya bahwa ketentuan mengenai
guna menjamin terwujudnya tata kelola pengadaan barang/jasa yang sumber dananya
keuangan daerah yang baik (good financial bukan berasal dari anggaran pendapatan dan
governance) dengan mengedepankan prin- belanja negara diatur dengan peraturan rek-
sip perencanaan, kecermatan, transparansi, tor atau MWA.
akuntabilitas, dan kehati-hatian.
Dua tulisan lain menambah spektrum dan
Dari perspektif hukum, Richo Andi Wibowo wawasan kita terkait masalah pengadaan
menawarkan masukan yang tak kalah layak melalui perspektif teknologi informasi,
dicermati. Richo memberi masukan bagi yakni dari Nurlisa Arfani dan Syafriza Bhi-
Rancangan Undang-undang (RUU) Peng- ma Wikyantasa. Nurlisa, dalam tulisannya
adaan Barang/ Jasa (PBJ). Menurutnya, yang berjudul Efisiensi Pengadaan Barang/
harus ada desain peradilan yang efektif Jasa dengan e-Catalogue merefleksikan
untuk melayani sengketa pengadaan. Richo prinsip akuntabilitas dalam proses pen-
menyebutkan bahwa selama ini putusan per- gadaan barang dan jasa melalui pengunaan
adilan di bidang pengadaan kerap membin- e-catalogue. Senapas dengan kemajuan
gungkan karena terdapat tiga lembaga yang teknologi informasi, katalog elektronik perlu
mengklaim sebagai tempat untuk menguji dikembangkan, bahkan dikuatkan sebagai
keabsahan keputusan pemenang tender. ruang penyaring yang efesien dan efektif.
Dari Redaksi OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 iii

Menurutnya, tata cara pengadaan perlu menuduh panitia lelang melakukan hal-hal
dikaji ulang dengan memanfaatkan sistem tertentu yang dianggap menyimpang. Per-
teknologi informasi yang berkembang pesat spektif penelitian ini sangat berguna untuk
atau dikenal dengan e-procurement. Penga- meningkatkan kemampuan responssecara
daan berbasis elektronik diharapkan bukan tepat, arif, persuasif, dan tidak menimbulkan
hanya dapat memudahkan pelaksanaan pe- persoalan barupara penyelenggara lelang
ngadaan, melainkan agar pengawasan dapat di era transparansi dan di tengah kemajuan
dilakukan dengan mudah dan akuntabel. Apa teknologi informasi sekarang ini.
saja barang/ jasa yang tepat untuk pengadaan
dengan e-catalogue? Mengapa ini menjadi Akhirnya, Redaksi ingin memberikan peng-
penting? Nurlisa menawarkan ga gasan hargaan setinggi-tingginya kepada para
seputar ini. penulis yang telah berbagi dengan pembaca
Jurnal Pengadaan LKPP. Semoga para
Pada akhirnya, transparansi serta penggu- pembaca, kita semua, dapat memetik ilmu,
naan teknologi informasi sebagai perang- menambah wawasan dan menjadi bagian
kat pendukung prinsip tersebut dipastikan dari proses peningkatan kualitas aspek
membawa tantangan lain. Ada dua sisi mata pengadaan (procurement). Amin.
uang di sini, yakni kemungkinan efisiensi,
efektivitas, dan keterbukaan di satu sisi, Redaksi
dan banyaknya rekaman suara-suara ma-
syarakatkhususnya pihak-pihak terkait
seperti peserta lelang dalam sebuah arena
pengadaanyang memungkinkan pihak
penyelenggara lelang terganggu. Bahkan
bisa frustrasi.

Syafriza Bhima Wikyantasa memotret


fenomena ini dalam artikel Cyberbully
dalam Virtual Chat: Analisis Teks pada
Aanwijzing. Bahwa adanya proses peng-
a daan barang dan jasa pemerintah me-
lalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik
(SPSE) membuat perubahan dari proses
lelang secara tatap muka menjadi lelang
secara virtual. Termasuk di dalamnya pada
proses aanwijzing (pemberian penjelasan
kepada peserta lelang). Penelitian Syafriza
menunjukkan adanya fenomena cyberbully
pada aanwijzing melalui virtual chat dalam
SPSE yang terjadi berbentuk teksteks
atau pesan percakapan provokatif, menya-
kiti, memfitnah, bahkan mengancam dan
PEM
PEMETAAN JENIS DAN RISIKO KECURANGAN
DALAM
M AUDIT PENGADAAN BARANG DAN JASA
PEMETAAN JENIS DAN RISIKO KECURANGAN DALAM
AUDIT PENGADAAN BARANG DAN JASA

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk memetakan jenis dan risiko-risiko

kecurangan yang sering menjadi temuan auditor dalam penugasan

lapangan, baik pada audit laporan keuangan, audit operasional,

maupun audit investigasi, beserta pasal-pasal yang dilanggar dalam

Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU Nomor 20 Tahun

2001 tentang Korupsi dan langkah-langkah praktis dan taktis untuk

mengatasinya. Metode pendekatan deskriptif kualitatif digunakan untuk


Alfian menguraikan permasalahan dan memberi solusi dari permasalahan

yang ada. Studi literatur digunakan untuk mengungkapkan data dan

fakta. Sementara itu pendekatan observasi lapangan dari pengalaman

penulis selama menjadi auditor digunakan untuk menunjukkan modus

operandi dan langkah-langkah solusi mengatasi permasalahan.

Terdapat 15 (lima belas) tahapan untuk membantu memetakan jenis dan

risiko kecurangan dalam pengadaan barang/jasa yang menjadi temuan

auditor saat melakukan penugasan lapangan. Di dalam tiap tahapan

tersebut, terdapat modus-modus operandi yang sering dilakukan dan

pasal-pasal yang dilanggar digunakan untuk menunjukkan unsur

pelanggaran terhadap tindakan kecurangan yang berdampak pada

kerugian negara. Langkah-langkah taktis dalam audit pengadaan

barang/jasa diberikan sebagai solusi untuk mengungkap tindakan

kecurangan dalam tiap tahapan kritis pengadaan barang/jasa.

Kata kunci: Risiko Kecurangan; Audit; Pengadaan Barang/Jasa


Abstract
This paper is aimed to map various kinds and fraud risks that
commonly found by auditors during their field assignment, on
its financial report audit, operational audit also investigation
audit inclusive to breached articles from UU No. 31 Year 1999
jo UU No. 20 Year 2001 about Corruption and its practical and
tactical steps to overcome it. Descriptive qualitative approach
method is applied to decipher the problems and offer the solu-
tions. Literacy study is applied to inform data and facts, and
also field observation approach from writers personal expe-
riences as an auditor is used to reveal modus operandi and
solution steps to overcome the problems. There are 15 (fifteen)
stages to guide mapping the auditors findings in kinds and
fraud risks in procurement of goods/services during field assign-
ment. On each stage, common modus operandi and breached
articeles are shown that represent fraud actions that cause state
lost. Tactical steps in procurement goods/services audit are pre-
sented as solution steps to reveal fraud actions on each critical
stages in procurement of goods/services.

Keywords: Fraud Risk; Audit; Procurement of Goods / Services


Pemetaan Jenis dan Risiko... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 1

PENDAHULUAN

K asus-kasus korupsi yang ditangani

Komisi Pemberantasan Korupsi (KP

K) sekitar 70 hingga 80 persen terjadi pada


gubernur, bupati, maupun walikota di Indo-

nesia, telah menjadi tersangka dalam ber-

bagai kasus korupsi. Mereka terjerat dalam

ranah pengadaan barang/jasa pemerintah. 3.423 kasus yang umumnya adalah kasus

Proyek pengadaan tersebut sangat rawan pengadaan barang dan jasa, (VIVAnews, 28/

dikorupsi pihak-pihak terkait, selain dengan 05/2012). Berbagai kasus korupsi tidak ter-

cara penunjukan langsung, juga melalui lepas dari tindakan kolusi antarpelakunya.

penggelembungan (mark-up) harga barang

dan jasa (tempo.co.id.,18/04/2012). Kolusi dalam pengadaan barang/jasa

(PBJ) dapat diklasifikasikan ke dalam

Pembenaran atau justifikasi yang sering di- 3 (tiga) jenis yaitu: (1) kolusi hori-

gunakan panitia pengadaan barang/jasa (P zontal; (2) kolusi vertikal; dan (3) ko-

BJ) terhadap proses penunjukan langsung lusi kombinasi horizontal dan vertikal.

adalah waktu yang sangat mendesak, kebi- Kolusi horizontal adalah kolusi yang

jakan atau perintah pimpinan, dan spesifikasi terjadi antara sesama rekanan pe-

barang. Berdasarkan hasil survei Indonesia ngadaan barang dan jasa. Kolusi ini

Procurement Watch (IPW), 89% penyedia dilakukan dengan menciptakan per-

barang dan jasa melakukan penyuapan untuk saingan semu antarpeserta tender.

mendapatkan tender. Adapun penyuapan Kolusi ini tidak melibatkan aparat pemer-

yang terjadi 72,3% adalah inisiatif suap- intah seperti pengguna anggaran (PA),

menyuap berasal dari aparatur pemerintah kuasa pengguna anggaran (KPA), peja-

(VIVAnews.com,22/03/2012). bat pembuat komitmen (PPK), atau pa-

nitia PBJ (pengadaan barang dan jasa).

Sedikitnya 173 kepala daerah, mulai dari Kolusi vertikal adalah kolusi yang terjadi
2 JURNAL PENGADAAN

Kolusi vertikal adalah kolusi yang terjadi antara salah


satu atau beberapa rekanan dengan panitia PBJ
atau PA/KPA/PPK. Sementara itu , kolusi kombinasi
horizontal dan vertikal adalah kolusi antara panitia
PBJ dan/atau PA/KPA/PPK dengan para rekanan.

antara salah satu atau beberapa rekanan Indikasi-indikasi kebocoran anggaran pe-

dengan panitia PBJ merintah akibat tindak pidana korupsi dan

kolusi di PBJ dapat dilihat dari: (1) ba-

Kolusi vertikal adalah kolusi yang terjadi nyaknya proyek pemerintah yang tidak te-

antara salah satu atau beberapa rekanan pat waktu, tidak tepat sasaran, tidak tepat

dengan panitia PBJ atau PA/KPA/PPK. kualitas, dan tidak efisien; (2) banyaknya

Sementara itu, kolusi kombinasi horizontal alat yang dibeli tidak dapat dipergunakan

dan vertikal adalah kolusi antara panitia sebagaimana mestinya; (3) PBJ tidak sung-

PBJ dan/atau PA/KPA/PPK dengan para guh-sungguh dibutuhkan, karena diren-

rekanan. Salah satu bentuk kolusi ini adalah canakan bukan berdasarkan kebutuhan yang

pelelangan fiktif atau proses pelelangan yang nyata (real needs); (4) Masa pakai barang/

sebenarnya tidak pernah dilakukan, tetapi jasa lebih pendek yang hanya mencapai 30

semua kelengkapan persyaratan administrasi hingga 40%; (5) Sejumlah persen komisi

dan formalitas terpenuhi seolah-olah telah (fee) yang harus disetor oleh kontraktor,

dilakukan pelelangan. Kolusi kombinasi ini panitia pengadaan, dan pejabat pembuat

biasa juga melibatkan supplier, agen tunggal, komitmen (PPK) kepada atasan dengan

distributor, dan pabrikan. dalih untuk belanja organisasi; (6) perbedaan


Pemetaan Jenis dan Risiko... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 3

harga barang sejenis yang cukup menyolok jadi auditor digunakan untuk memberi solusi
antara satu instansi dengan instansi lain; dan sebagai langkah praktis dan taktis dalam
(7) adanya beberapa faktur tagihan (invoice) audit pengadaan barang/jasa.
yang berbeda untuk 1 (satu) jenis barang

yang sama (Hehamahua, 2011). HASIL DAN ANALISIS


Jenis dan Risiko Kecurangan da-
Berbagai kasus tindak pidana korupsi lam Pengadaan Barang/Jasa
dan indikasi-indikasi kebocoran anggaran Berbagai jenis dan risiko kecurangan dalam
di ranah PBJ menjadi motivasi tulisan pengadaan barang/jasa yang sering ditemukan
ini untuk memetakan jenis-jenis dan ri- dalam audit sangat beragam. Namun, berbagai
siko-risiko kecurangan apa saja yang jenis kecurangan tersebut dapat diklasifikasikan
sering menjadi temuan oleh auditor berdasarkan tahapan dan prosesnya.
dalam penugasan lapangan, baik pada

audit laporan keuangan, audit operasi- Menurut Suhartanto (2014), terdapat 15


onal, maupun audit investigasi beserta (lima belas) tahapan untuk membantu
pasal-pasal yang dilanggar dalam Un- memetakan jenis dan risiko kecurangan
dang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun dalam pengadaan barang/jasa yang
1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 menjadi temuan auditor saat melakukan
tentang Korupsi dan langkah-langkah penugasan lapangan. Kelima belas tahapan
praktis dan taktis untuk mengatasinya. tersebut adalah sebagai berikut:

METODOLOGI (1) perencanaan pengadaan; (2) pem-

Penulisan ini menggunakan pendekatan des- bentukan panitia pengadaan atau penun-

kriptif kualitatif. Studi literatur dan observasi jukan pejabat pengadaan; (3) penetapan

pengalaman penulis di lapangan selama men- sistem pengadaan; (4) penyusunan jadwal
4 JURNAL PENGADAAN

pelaksanaan pengadaan; (5) penyusunan 1. Perencanaan Pengadaan


perhitungan harga perkiraan sendiri (HPS); Pada tahapan perencanaan pengadaan ini

(6) penyusunan dokumen pengadaan barang modus operandi yang sering dilakukan

dan jasa; (7) pengumuman dan pendaftaran adalah: (1) perencanaan tidak sesuai de-

peserta pelelangan; (8) tahap kualifikasi ngan kebutuhan riil; (2) perencanaan dise-

penyedia barang/jasa dan pengambilan suaikan dengan keiinginan pihak-pihak ter-

dokumen pemilihan penyedia barang/jasa; tentu; (3) barang/jasa mengarah kepada satu

(9) penjelasan lelang/aanwijzing; (10) kemampuan rekanan tertentu; (4) adanya

penyampaian dan pembukaan dokumen uang suap untuk politisi dan uang terima

penawaran; (11) evaluasi penawaran, kasih (kickback) yang dimasukkan dalam

pembuktian kualifikasi, dan pembuatan perencanaan; (5) perencanaan yang ditunda-

berita acara hasil pelelangan; (12) penet- tunda pengesahannya agar dapat dilakukan

apan dan pengumuman pemenang lelang; penunjukan langsung.

(13) sanggahan peserta lelang dan pengaduan

masyarakat; (14) penandatanganan dan pe- Kelima modus operandi yang sering dilaku-

laksanaan kontrak; (15) penyerahan barang/ kan tersebut telah melanggar Undang-Un-

jasa dan pembayaran pekerjaan. dang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU

Nomor 20 Tahun 2001 tentang Korupsi yaitu

Uraian berikut menjelaskan tentang mo- pada Pasal 2, 3, dan 12 huruf i.

dus operandi yang sering dilakukan pela-

ku tindakan kecurangan dalam proses pe- 2. Pembentukan Panitia Pengada-


ngadaan barang/jasa beserta dengan petunjuk an atau Penunjukan Pejabat Pe-
pelanggaran terhadap pasal-pasal Undang- ngadaan
Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU Pada tahapan pembentukan panitia pe-

Nomor 20 Tahun 2001 tentang Korupsi. ngadaan atau penunjukan pejabat peng-
Pemetaan Jenis dan Risiko... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 5

daan, modus operandi yang sering dila- barang/jasa cenderung kepada penggunaan
kukan adalah: (1) pemilihan orang-orang sistem penunjukan langsung; (2) pemilihan
yang telah memberi kesanggupan untuk sistem evaluasi penawaran mengarah
memberikan uang suap dan uang terima kepada sistem yang mampu mengamankan
kasih; (2) pemilihan orang-orang yang penyedia dan anggaran termasuk unsur
mempunyai hubungan khusus dengan ca- suap dan uang terima kasih yang telah
lon penyedia barang/jasa; (3) pemilihan or- ditetapkan. (3) kecenderungan pemilihan
ang-orang yang tidak memiliki integritas sistem kontrak jenis lump-sum untuk
moral dan mudah dipengaruhi untuk me- memudahkan melakukan praktik mark-up
lakukan praktik korupsi-kolusi; (4) pemi- anggaran ataupun HPS.
lihan dari orang-orang yang tidak profe-

sional, tidak mempunyai pemahaman, dan Ketiga modus operandi yang sering
kemampuan mengenai proses pelelangan dilakukan tersebut telah melanggar Un-
sehingga mudah dijadikan boneka untuk dang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999
memuluskan jalannya praktik korupsi- jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang
kolusi. Keempat modus operandi yang se- Korupsi yaitu pada Pasal 2 dan 3.
ring dilakukan tersebut telah melanggar un-

dang-undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 4. Penyusunan Jadwal Pelaksana-


jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Ko- an Pengadaan
rupsi, yaitu pada Pasal 3, dan 12 huruf i. Pada tahapan penyusunan jadwal pelak-

sanaan pengadaan modus operandi yang

3. Penetapan Sistem Pengadaan sering dilakukan adalah: (1) alokasi waktu

Pada tahapan penetapan sistem pengadaan, seperti pengumuman pelelangan dan pe-

modus operandi yang sering dilakukan adalah: masukan dokumen penawaran sangat tidak

(1) penetapan sistem pemilihan penyedia realistis; (2) penggunaan waktu libur atau
6 JURNAL PENGADAAN

di luar hari kerja sebagai kegiatan pe- pekerjaan, khususnya untuk jenis kon-

laksanaan lelang; (3) penetapan jadwal trak lump-sum; (4) HPS tidak disu-

proses lelang yang secara disengaja men- sun berdasar data-data yang valid.

dekati akhir tahun anggaran, sehingga me-

mungkinkan dilakukan penunjukan langsung. Keempat modus operandi yang sering dila-

kukan tersebut telah melanggar Undang-

Ketiga modus operandi yang sering Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 jo.

dilakukan tersebut telah melanggar UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Ko-

Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun rupsi, yaitu pada Pasal 2 dan 3.

1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 ten-

tang Korupsi yaitu pada Pasal 2 dan 3. 6. Penyusunan Dokumen Penga-


daan Barang/Jasa
5. Penyusunan Perhitungan Harga Pada tahapan penyusunan dokumen pe-

Perkiraan Sendiri (HPS) ngadaan barang dan jasa, modus operandi

Pada tahapan penyusunan perhitungan har- yang sering dilakukan adalah: (1) adanya

ga perkiraan sendiri (HPS), modus operan- rekayasa persyaratan kualifikasi yang ha-

di yang sering dilakukan adalah: (1) HPS nya berpihak kepada kepentingan penye-

disusun sendiri oleh calon penyedia ba- dia barang/jasa tertentu; (2) adanya pe-

rang/jasa sehingga barang/jasa dan harga netapan persyaratan administrasi detail

disesuaikan dengan keinginan penyedia yang tidak substantif dengan tujuan un-

barang/jasa; (2) adanya rekayasa (mark- tuk menjegal penyedia barang/jasa

up) koefisien dan jenis komponen yang yang tidak dimenangkan; (3) spesifikasi

diperlukan untuk membentuk harga sa- teknis barang/jasa yang mengarah

tuan subjenis pekerjaan; (3) adanya pada kemampuan penyedia barang/

rekayasa (mark-up) volume subjenis jasa tertentu (merek dan jenis barang/
Pemetaan Jenis dan Risiko... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 7

jasa); (4) dokumen lelang dibuat ganda, Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun
sebuah dokumen untuk rekanan yang 1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang
akan dimenangkan dan sebuah lagi untuk Korupsi yaitu pada Pasal 2 dan 3.
rekanan yang tidak akan dimenangkan.

Kelima modus operandi yang sering dila-


Keempat modus operandi yang sering kukan tersebut telah melanggar undang-un-
dilakukan tersebut telah melanggar dang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU
Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun Nomor 20 Tahun 2001 tentang Korupsi,
1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang yaitu pada Pasal 2 dan 3.
Korupsi, yaitu pada Pasal 2 dan 3.

8. Tahap Kualifikasi Penyedia Bar-


7. Pengumuman dan Pendaftaran ang/ Jasa dan Pengambilan Dokumen
Peserta Pelelangan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Pada tahapan pengumuman dan pendafta- Pada tahapan kualifikasi penyedia barang/

ran peserta pelelangan, modus operandi yang jasa dan pengambilan dokumen pemilihan

sering dilakukan adalah: (1) pengumuman penyedia barang/jasa, modus operandi

lelang semu atau fiktif; (2) penetapan jangka yang sering dilakukan adalah: (1) proses

waktu pengumuman yang sangat terbatas; kualifikasi dengan meminta seluruh salinan

(3) isi pengumuman yang tidak informa- atau asli dokumen pendukung; (2) evaluasi

tif; (4) waktu penetapan untuk pendaftaran persyaratan kualifikasi tidak sesuai dengan

tidak jelas; (5) alamat yang digunakan kriteria yang ditetapkan sehingga rekanan-

untuk mendaftar tidak jelas atau alamat rekanan yang tidak memenuhi dinyatakan

jelas tetapi sulit dicari atau alamatnya memenuhi syarat kualifikasi; (3) melakukan

fiktif. Kelima modus operandi yang perubahan kriteria kualifikasi pada saat

sering dilakukan tersebut telah melanggar evaluasi dilakukan; (4) hasil prakualifikasi
8 JURNAL PENGADAAN

tidak diumumkan dan tidak disediakan jelas; (5) tidak melakukan dokumentasi

waktu sanggah bagi peserta/masyarakat; terhadap perubahan yang mungkin terjadi

(5) dokumen pelelangan yang diberikan dalam aanwijzing sebagai adendum do-

tidak sama; (6) waktu, tempat pengambilan kumen pelelangan; (6) adendum dokumen

dokumen pelelangan tidak jelas. pelelangan tidak didistribusikan kepada

seluruh peserta pelelangan; (7) perincian

Kelima modus operandi yang sering dila- HPS diberitahukan kepada rekanan tertentu;

kukan tersebut telah melanggar Undang- (8) Total HPS tidak diberitahukan kepada

Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 seluruh peserta Aanwijzing.

jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Korupsi, yaitu pada Pasal 2. Kedelapan modus operandi yang se-

ring dilakukan tersebut telah melanggar

9. Penjelasan Lelang/ Aanwijzing Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun

Pada tahapan penjelasan lelang/aanwijzing, 1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2001

modus operandi yang sering dilakukan tentang Korupsi, yaitu pada Pasal 3.

adalah: (1) tidak semua peserta pelelangan

yang mendaftar/lulus prakualifikasi diun- 10. Penyampaian dan Pembukaan


dang untuk aanwijzing; (2) kegiatan aan- Dokumen Penawaran
wijzing semu atau fiktif; (3) aanwijzing Pada tahapan penyampaian dan pembukaan

tidak menjelaskan seluruh isi dokumen dokumen penawaran, modus operandi yang

pelelangan, termasuk dampak atau akibat sering dilakukan adalah: (1) penyerahan do-

dari isi yang ditetapkan dalam dokumen kumen fiktif sebagai pendamping (dummy

lelang; (4) tidak memberikan kesempatan document); (2) tidak jelasnya waktu mulai

kepada seluruh peserta untuk mengajukan dan penutupan penyampaian dokumen

pertanyaan terhadap hal-hal yang kurang penawaran; (3) terjadinya relokasi tempat
Pemetaan Jenis dan Risiko... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 9

penyampaian dan pembukaan dokumen ditetapkan; (2) adanya perubahan kriteria


penawaran; (4) sengaja tidak langsung me- pada saat pelaksanaan evaluasi penawaran
nerima dan mengarsipkan dokumen pe- disesuaikan dengan kriteria yang dimiliki
nawaran yang diterima lewat pos untuk oleh penyedia yang akan dimenangkan
menjustifikasi tidak diterimanya dokumen atau pendampingnya; (3) tidak dilakukan
tersebut karena terlambat diterima; (5) waktu klarifikasi dan konfirmasi terhadap daftar
dan tempat pembukaan dokumen penawaran dan dokumen kualifikasi yang meragukan
tidak jelas, sehingga tidak semua peserta (pengalaman, ijazah, dan dukungan bank);
mengetahuinya; (6) adanya pengguguran (4) berita acara hasil pelelangan tidak in-
penawaran pada saat pembukaan penawaran. formatif dan tidak didukung dengan ber-

kas-berkas evaluasi penawaran; (5) pe-


Keenam modus operandi yang sering menang yang ditetapkan dalam berita
dilakukan tersebut telah melanggar acara hasil pelelangan tidak sesuai deng-
Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun an hasil evaluasi yang sebenarnya.
1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Korupsi, yaitu pada Pasal 2. Kelima modus operandi yang sering di-

lakukan tersebut telah melanggar Undang-

11. Evaluasi Penawaran, Pembukti- Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 jo.

an Kualifikasi, dan Pembuatan Be- UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Ko-

rita Acara Hasil Pelelangan rupsi, yaitu pada Pasal 3 dan 10.

Pada tahapan evaluasi penawaran, pem-

buktian kualifikasi, dan pembuatan berita 12. Penetapan dan Pengumuman


acara hasil pelelangan, modus operandi Pemenang Lelang
yang sering dilakukan adalah: (1) evaluasi Pada tahapan penetapan dan pengu-

penawaran tidak sesuai dengan kriteria yang muman pemenang lelang, modus operan-
10 JURNAL PENGADAAN

di yang sering dilakukan adalah: (1) pe- agar rekanan yang menyanggah tidak

menang lelang tidak diumumkan secara mengajukan sanggahan banding.

luas; (2) isi pengumuman pemenang le-

lang tidak memenuhi standar minimal pe- Ketiga modus operandi yang sering dila-

ngumuman; (3) waktu pengumuman di- kukan tersebut telah melanggar Undang-

tunda-tunda, untuk mengelabui rekanan Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999

yang sengaja tidak dimenangkan. jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Korupsi, yaitu pada Pasal 3.

Ketiga modus operandi yang sering dila-

kukan tersebut telah melanggar Undang-

Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 14. Penandatanganan dan Pelak-


jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang sanaan Kontrak
Korupsi, yaitu pada Pasal 3. Pada tahapan penandatanganan dan pe-

laksanaan kontrak, modus operandi

13. Sanggahan Peserta Lelang dan yang sering dilakukan adalah: (1) pe-

Pengaduan Masyarakat nandatanganan kontrak tanpa dilengkapi

Pada tahapan sanggahan peserta lelang dan surat jaminan pelaksanaan; (2) penan-

pengaduan masyarakat, modus operandi datanganan kontrak dilakukan bukan

yang sering dilakukan adalah: (1) rekayasa oleh pihak yang berwenang (dipalsukan

sanggahan, formalitas sanggahan dibuat oleh pihak tertentu); (3) kontrak dijual

agar pelelangan terlihat fair; (2) substansi kepada pihak lain atau seluruh pekerjaan

sanggahan tidak ditanggapi atau tidak utama dialihkan kepada penyedia lainnya;

seluruhnya ditanggapi; (3) panitia/penye- (4) pekerjaan utama disubkontrakkan.

dia yang dimenangkan melakukan ne-

gosiasi dengan memberi uang tutup mulut Keempat modus operandi yang sering dila-
Pemetaan Jenis dan Risiko... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 11

kukan tersebut telah melanggar Undang- Langkah-langkah Taktis dalam Proses


Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 jo. Audit yang Harus Dilakukan Terhadap
UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Korupsi, Jenis dan Risiko Kecurangan Pengadaan
yaitu pada Pasal 2 dan 3. Barang/Jasa

Peta jenis dan risiko kecurangan yang

15. Penyerahan Barang/Jasa dan telah diuraikan sebelumnya perlu

Pembayaran Pekerjaan mendapat perhatian auditor. Uraian

Pada tahapan penyerahan barang/jasa dan berikut memberi langkah-langkah praktis

pembayaran pekerjaan, modus operandi dan taktis dalam proses audit pengadaan

yang sering dilakukan adalah: (1) pembuatan barang/jasa yang harus dilakukan oleh

berita acara penyelesaian pekerjaan fiktif auditor untuk menghadapi jenis dan ri-

untuk mencairkan anggaran; (2) kuantitas siko kecurangan berdasar tahapan proses

dan kualitas pekerjaan tidak sesuai yang pengadaannya.

ditentukan dalam kontrak; (3) adanya pe-

kerjaan tambah yang tidak jelas untuk 16. Perencanaan Pengadaan


menghabiskan anggaran. Pada tahapan ini auditor perlu melakukan

langkah-langkah berikut: (1) mintakan

Ketiga modus operandi yang sering dila- daftar orang-orang yang terlibat dalam per-

kukan tersebut telah melanggar Undang- encanaan, teliti bila perlu konfirmasi terhadap

Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 jo. perilaku orang-orang tersebut; (2) cermati

UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Korupsi, daftar kebutuhan riil barang/jasa yang menjadi

yaitu pada Pasal 2 dan pasal 7 ayat 1b. prioritas untuk diadakan; (3) periksa apakah

daftar kebutuhan riil tersebut dilengkapi

dengan indikator input, proses, output,

outcome dan impact-nya dengan jelas


12 JURNAL PENGADAAN

Lakukan pengujian apakah pemaketan yang


dilakukan tidak mengarah kepada kemampuan calon
penyedia tertentu atau mengarah kepada metode
pemilihan penyedia barang/ jasa tertentu (seperti
penunjukan langsung atau pemilihan langsung).

(logical frame-work); (4) periksa apakah ngumumkan ke media massa tentang

daftar prioritas kebutuhan tersebut berasal rencana pengadaan pada awal tahun

dari unit-unit yang membutuhkan atau anggaran; (9) lakukan pengujian apa-

hanya merupakan kebijakan atau instruksi kah pemaketan yang dilakukan tidak

dan keputusan tingkat pusat; (5) mintakan mengarah kepada kemampuan calon

perencanaan dan realisasi anggaran tahun penyedia tertentu atau mengarah ke-

sebelumnya kemudian bandingkan dengan pada metode pemilihan penyedia ba-

perencanaan saat audit; (6) dapatkan dan rang/ jasa tertentu (seperti penunjukan

teliti hasil studi kelayakan (feasibility langsung atau pemilihan langsung).

study) atau hasil survei atau dokumen

sejenis yang berkaitan dengan PBJ yang 17. Pembentukan Panitia Pengadaan/
dilaksanakan; (7) lakukan review kertas Penunjukan Pejabat Pengadaan
kerja perencanaan penganggaran terhadap Pada tahapan ini auditor perlu melaku-

kemungkinan adanya uang suap, uang kan langkah-langkah berikut: (1) periksa

titipan terima kasih, dan kemungkinan dan mintakan kepada panitia, apakah pa-

lain; (8) lakukan kaji ulang melalui nitia yang dibentuk memiliki sertifikat ke-

program keterbukaan pengungkapan ahlian dalam pengadaan barang/jasa. Un-

(disclosure) yang memungkinkan mas- tuk menguji pemahaman, lakukan diskusi

yarakat memberi masukan dengan me- singkat mengenai ketentuan pengadaan


Pemetaan Jenis dan Risiko... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 13

barang/jasa; (2) lakukan penelitian apa- batas, pemilihan langsung, dan penunjukan
kah ada hubungan istimewa antara panitia langsung), pemilihan metode evaluasi
dengan PA/KPA atau antara panitia dengan penawaran (apakah gugur atau merit point
kepala kantor; (3) lakukan konfirmasi system, dan biaya selama umur ekonomi),
kepada beberapa karyawan lainnya mengenai dan pemilihan sistem kontrak (lump-sum,
perilaku dari ketua dan anggota panitia unit price, tahun tunggal, tahun jamak, atau
apakah pernah melakukan pelanggaran lainnya), apakah tidak mengarah kepada
etika maupun pernah atau tidak melakukan penyedia barang/jasa tertentu.
korupsi; (4) telusuri juga mengenai track-

record masing-masing anggota panitia 19. Penyusunan Jadwal Pelaksa-


pengadaan yang dibentuk; (5) periksa dan naan Pengadaan
kumpulkan informasi kemungkinan panitia Pada tahapan ini auditor perlu melaku-
telah menerima janji atau suap dari calon kan langkah-langkah berikut: (1) min-
penyedia barang tertentu. takan dokumen pelelangan yang telah

ditetapkan; (2) lakukan pengujian terhadap

18. Penetapan Sistem Pengadaan jadwal yang ditetapkan dalam dokumen

Pada tahapan ini auditor perlu melakukan pelelangan, apakah jadwal kegiatan secara

langkah-langkah berikut: (1) mintakan keseluruhan dialokasikan pada waktu dan

dokumen pelelangan yang telah dite- kondisi masyarakat luas dapat mengakses

tapkan; (2) lakukan pengujian terhadap dan mengikuti proses pelelangan tersebut;

sistem pengadaan yang ditetapkan apakah (3) periksa apakah jangka waktu masing-

telah sesuai dengan kriteria dan ketentuan masing tahap kegiatan telah memenuhi

pengadaan barang/jasa; (3) pastikan bahwa ketentuan pengadaan barang/jasa; (4) periksa

pemilihan metode pemilihan penyedia apakah dalam hitungan hari yang dialo-

(apakah pelelangan umum, pelelangan ter- kasikan dalam setiap tahap kegiatan tidak
14 JURNAL PENGADAAN

memasukan hari libur (bukan hari kerja). volume dan harga fiktif sebagai tempat

memodifikasi adanya uang suap dan atau

20. Penyusunan Harga Perkiraan uang titipan; (8) lakukan kajian analitis

Sendiri (HPS) apakah HPS telah memasukkan unsur

Pada tahapan ini auditor perlu melakukan keuntungan dan biaya overhead yang wajar.

langkah-langkah berikut: (1) mintakan

HPS yang telah disusun dan HPS dari ta- 21. Penyusunan Dokumen Penga-
hun-tahun sebelumnya untuk pekerjaan daan Barang/Jasa
yang sama atau sejenis; (2) lakukan analisis Pada tahapan ini auditor perlu melaku-

terhadap koefisien dan jenis komponen yang kan langkah-langkah berikut: (1) da-

digunakan antara HPS tahun sebelumnya patkan dan review dokumen lelang, teliti,

dengan tahun sekarang, apakah terdapat dan konfirmasikan kepada pihak-pihak

kenaikan dengan tujuan penggelembungan yang terkait apakah dokumen benar-be-

atau mark-up harga; (3) mintakan penjelasan nar disusun oleh panitia dan ditetapkan

kepada panitia terhadap perbedaan-perbedaan oleh PPK; (2) bandingkan kriteria yang

yang ada termasuk metode penyusunan HPS ditetapkan tersebut dengan ketentuan

yang dilakukan; (4) mintakan konfirmasi dalam pengadaan barang/jasa pemerintah;

kepada pihak-pihak terkait mengenai orang- (3) temukan kriteria-kriteria atau doku-

orang yang menyusun HPS; (5) periksa men-dokumen lelang lain yang tidak

apakah volume yang digunakan sebagai dipersyaratkan dalam ketentuan pengadaan

dasar perhitungan HPS telah sesuai dengan barang/jasa pemerintah; (4) lakukan

volume yang dibutuhkan; (6) periksa apa- review secara keseluruhan terhadap doku-

kah harga dasar yang digunakan untuk men pengadaan, dapatkan kriteria atau

menyusun HPS didapatkan dari sumber yang persyaratan yang tidak substantif yang

valid; (7) periksa apakah HPS terkandung akan dijadikan dasar penilaian (seperti
Pemetaan Jenis dan Risiko... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 15

keharusan pencantuman kata-kata, kehar- informasi yang lengkap; (5) lakukan analisis
usan meterai bertanggal, keharusan pen- terhadap tanggal dan tempat pendaftaran
cantuman kata-kata dalam sampul luar, peserta apakah telah diinformasikan
bentuk sampul, dan lain sebagainya). dengan jelas pada media tersebut.

22. Pengumuman dan Pendaftaran 23. Kualifikasi Penyedia Barang/


Peserta Pelelangan Jasa dan Pengambilan Dokumen
Pada tahapan ini auditor perlu melakukan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
langkah-langkah berikut: (1) mintakan Pada tahapan ini auditor perlu melakukan

dokumen yang dijadikan sebagai me- langkah-langkah berikut: (1) dapatkan

dia pengumuman pelelangan kemudian kriteria persyaratan kualifikasi yang dite-

catat nama media tersebut, dan tanggal tapkan dalam dokumen pengadaan; (2) da-

pengumuman dilaksanakan; (2) lakukan kon- patkan dan lakukan review terhadap berita

firmasi kepada masing-masing redaksi media acara hasil evaluasi kualifikasi; (3) periksa

untuk memastikan bahwa pengumuman dan bandingkan data (form) perusahaan yang

tersebut telah dilakukan melalui media yang lulus prakualifikasi dengan kriteria yang

bersangkutan, diterbitkan, dan ditujukan telah ditetapkan; (4) lakukan konfirmasi

kepada masyarakat umum secara luas; (3) la- khususnya kepada penyedia barang/jasa

kukan konfirmasi pula kepada perpustakaan yang tidak lulus prakualifikasi; (5) lakukan

nasional atau daerah untuk memastikan bahwa observasi terhadap beberapa dokumen

isi pada halaman, dan kolom media yang pelelangan dari beberapa pemegang do-

bersangkutan pada tanggal tersebut memuat kumen tersebut untuk memastikan ada-

pengumuman atas pengadaan barang/ tidaknya perbedaan isi dokumen antara do-

jasa dimaksud; (4) lakukan telaah apakah kumen satu dengan lainnya.

isi pengumuman tersebut telah memuat


16 JURNAL PENGADAAN

24. Penjelasan Lelang (Aanwijzing) 25. Penyampaian dan Pembukaan


Pada tahapan ini auditor perlu melaku- Dokumen Penawaran
kan langkah-langkah berikut: (1) dapatkan Pada tahapan ini auditor perlu melaku-

undangan dan daftar hadir peserta aan- kan langkah-langkah berikut: (1) dapatkan

wijzing; (2) dapatkan berita acara pe- dokumen pengadaan barang/jasa, kemudian

njelasan pekerjaan (aanwijzing), ke- catat waktu dan tempat penyampaian do-

mudian analisis metode pelaksanaan kumen penawaran; (2) mintakan keterangan

penjelasan yang dilakukan oleh panitia; kepada panitia apakah dilakukan pemindahan

(3) lakukan review apakah dalam acara terhadap tempat penyampaian dokumen

Aanwijzing panitia memberikan kesem- penawaran; (3) konfirmasikan dan atau on-

patan kepada seluruh peserta yang hadir; the-spot ke tempat penyampaian dokumen

(4) mintakan dokumen tanya-jawab baik penawaran yang telah ditentukan tersebut.

yang merupakan bagian tak terpisahkan

dari dokumen pengadaan maupun tidak;

(5) lakukan review apakah seluruh pasal 26. Evaluasi Penawaran, Pembuk-
atau item dalam dokumen pengadaan tian Kualifikasi, dan Pembuatan
dijelaskan, termasuk akibat yang ditim- Berita Acara Hasil Pelelangan
bulkan dari klausul dokumen; (6) konfir- Pada tahapan ini auditor perlu melakukan

masikan kepada beberapa peserta yang langkah-langkah berikut: (1) dapatkan

hadir mengenai kejelasan arti, tafsir dan berita acara hasil evaluasi penawaran,

pemahaman serta dampak yang dije- catat dan review perusahaan-perusahaan

laskan oleh panitia; (7) periksa dan kon- yang lulus dan yang gagal; (2) dapat-

firmasikan kepada peserta apakah total HPS kan kertas kerja evaluasi penawaran ban-

juga diinformasikan dalam aanwijzing. dingkan dengan berita acara hasil eva-

luasinya; (3) periksa dan bandingkan


Pemetaan Jenis dan Risiko... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 17

kriteria yang digunakan untuk evaluasi kualifikasi, seperti ijazah tenaga ahli untuk

dengan kriteria yang ditetapkan dalam pengadaan jasa konsultan, sertifikasi dis-

dokumen pelelangan; (4) lakukan review tributor, keagenan, kontrak-kontrak yang

terhadap kriteria evaluasi penawaran ter- menunjukkan pengalaman pekerjaan,

sebut, apakah terdapat kriteria-kriteria dan lainnya seperti yang dipersyaratkan.

khusus yang tidak umum/wajar yang me-

ngarah kepada kemampuan calon penyedia 27. Penetapan dan Pengumuman


barang/jasa tertentu; (5) lakukan review Pemenang Lelang
terhadap beberapa penawaran untuk men- Pada tahapan ini auditor perlu melakukan
dapatkan indikasi adanya rekayasa kolu- langkah-langkah berikut: (1) dapatkan do-
si dalam pembuatan penawaran; (6) la- kumen pengumuman pemenang lelang dan
kukan analisis terhadap rincian harga periksa serta bandingkan dengan jadwal
khususnya untuk kontrak harga satuan, yang telah ditetapkan/sesuai ketentuan;
apakah di dalamnya sudah atau belum (2) lakukan analisis apakah media-media
memperhitungkan pajak penghasilan, pajak yang digunakan untuk mengumumkan
pertambahan nilai (PPN), keuntungan dan pemenang pelelangan tersebut telah da-
biaya overhead yang wajar (dalam kasus pat menjangkau masyarakat luas; (3) la-
eskalasi di dalam penawaran tidak secara kukan telaah apakah pengumuman tersebut
eksplisit mencantumkan keuntungan dan ov- telah memuat informasi yang lengkap
erhead, sehingga 100% dieskalasi); (7) la- sesuai ketentuan yang berlaku; (4) la-
kukan konfirmasi kepada calon penyedia kukan wawancara dengan panitia untuk
yang tidak dapat memenuhi persyaratan mendapatkan informasi dan data lebih
dan dinyatakan gagal oleh panitia; (8) la- lanjut (alasan-alasan, bukti-bukti terkait);
kukan konfirmasi untuk memastikan ke- (5) konfirmasi kepada peserta yang kalah/
benaran dan keabsahan dari dokumen gagal untuk memperoleh keterangan dan
18 JURNAL PENGADAAN

informasi penting. kesamaan isi atau substansi sanggahan

dari keseluruhan surat sanggahan yang

28. Sanggahan Peserta Lelang dan masuk atau adanya kesamaan kesalahan

Pengaduan Masyarakat pengetikan atau yang lainnya di antara surat-

Pada tahapan ini auditor perlu melakukan surat sanggahan yang masuk tersebut).

langkah-langkah berikut: (1) minta dan da-

patkan dokumen pengumuman calon pe- 29. Penandatanganan dan Pelak-


menang lelang; (2) lakukan pengujian apakah sanaan Kontrak
jarak antara pengumuman dengan penetapan Pada tahapan ini auditor perlu melaku-

pemenang telah memenuhi ketentuan yang kan langkah-langkah berikut: (1) dapatkan

berlaku; (3) lakukan telaah apakah seluruh kontrak pengadaan barang/jasa yang telah

sanggahan telah diberikan tanggapan dengan ditandatangani dan periksa ketentuan

cukup; (4) mintakan dan lakukan pengujian yang termuat dalam pasal-pasalnya dan

terhadap materi sanggahan banding; bandingkan dengan ketentuan yang ber-

(5) mintakan penjelasan tertulis kepada laku; (2) dapatkan jaminan pelaksanaan

panitia terhadap jawaban-jawaban sang-

gahan yang diberikan oleh PPK; (6) la- Lakukan konfirmasi


kukan konfirmasi kepada peserta yang kepada pihak-pihak terkait
merasa tidak diberikan kesempatan untuk termasuk masyarakat
menyanggah dan kepada peserta yang sebagai pengguna barang/
materi sanggahannya tidak terjawab oleh jasa mengenai pelaksanaan
PPK; (7) mintakan dan kumpulkan seluruh keberadaan kegiatan penga-
surat sanggahan yang masuk, kemudian daan barang/jasa.
teliti apakah terdapat rekayasa pembuatan

surat sanggahan (dapat dilihat dari adanya


Pemetaan Jenis dan Risiko... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 19

atas nama perusahaan pemenang/pelaksa- name fisik, jika perlu serta tenaga ahli un-
na pekerjaan dan periksa kembali tanggal, tuk menguji mutu atau spesifikasi teknis
masa berlaku, dan nilai jaminan; (3) la- yang ditetapkan dalam kontrak; (3) ban-
kukan wawancara dengan pejabat yang dingkan antara volume pekerjaan yang
berwenang menandatangani kontrak un- diselesaikan sesuai dengan spesifikasi
tuk mendapatkan informasi dan data le- teknisnya dengan pembayaran yang dila-
bih lanjut (alasan-alasan dan bukti-bukti kukan; (4) lakukan konfirmasi kepada
terkait); (4) lakukan konfirmasi kepada pihak-pihak terkait, termasuk masyarakat
para pekerja mengenai perusahaan tempat sebagai pengguna barang/jasa mengenai
mereka bekerja; (5) dapatkan kontrak pelaksanaan keberadaan kegiatan penga-
pengalihan atau penjualan pekerjaan jika daan barang/jasa.
ada; (6) mintakan CCO, periksa harga

satuan subjenis pekerjaan minor yang di KESIMPULAN


CCO yang kemudian menjadi mayor item; Berbagai langkah taktis audit untuk
(7) lakukan telaah dasar hukum (aspek legal) menemukan tindakan kecurangan dalam
dan perhitungan eskalasi yang diajukan dan pengadaan barang/jasa akan lebih efektif
ditetapkan atau disetujui oleh PPK. bila dilakukan bukan pada saat setelah

selesainya proses pengadaan (post-audit).

30. Penyerahan Barang/Jasa dan Namun, sebaiknya dilakukan bersamaan

Pembayaran Pekerjaan dengan tiap-tiap tahapan kritis proses

Pada tahapan ini auditor perlu melakukan pengadaan barang/jasa (current audit).

langkah-langkah berikut: (1) dapatkan Perbaikan pada sistem e-procurement

berita acara serah terima barang/jasa dan juga menjadi langkah preventif terhadap

periksa tanggal, hasil perhitungan fisik berbagai tindakan kecurangan dalam tiap

(volume dan spesifikasi); (2) lakukan op- tahapan kritis pengadaan barang/jasa.
20 JURNAL PENGADAAN

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Johan. Pengadaan Barang dan Hehamahua, Abdullah. PBJ, Korupsi

Jasa Paling Rawan Korupsi. Komisi dan Reformasi Birokrasi. Komisi Pem-

Pemberantasan Korupsi (KPK) release berantasan Korupsi (KPK) pada Seminar

pada Tempo.co.id, Rabu 18 April 2012. di LKPP Jakarta, Rabu, 8 Juni 2011.

Muhammad, Hayie. 70% Korupsi di

Bidang Pengadaan Barang & Suhartanto. Fraud dalam Pengadaan

Jasa. Indonesia Procurement Wa- Bidang Pengadaan Barang & Jasa. Indo-

tch (IPW) release pada VIVA- nesia Procuremen Watch (IPW) release

news, Kamis 22 Maret 2012. pada VIVAnews, Kamis 22 Maret 2012.

Kasminto. Meretas Jalan Menuju Wajar

Tanpa Pengecualian (WTP). Ba-

dan Pengawasan Keuangan Dan

Pembangunan (BPKP) release pada

VIVAnews, Senin 28 Mei 2012.


ATURAN PENGADAAN BARANG/JASA
DI PERGURUAN TINGGI NEGERI
BADAN HUKUM (PTN-BH)
ATURAN PENGADAAN BARANG/JASA
DI PERGURUAN TINGGI NEGERI
BADAN HUKUM (PTN-BH)

Abstrak
Pengadaan barang/jasa di perguruan tinggi negeri badan

hukum (PTN-BH) yang sumber dananya dari APBN/APBD

dilaksanakan mengacu pada Perpres Nomor 54 Tahun

2010 dan perubahannya, tentang pengadaan barang/jasa


Anwar Syam
pemerintah. Untuk pengadaan barang/jasa yang sumber

dananya dari non-PNBP atau non-APBN mengacu

kepada statuta masing-masing PTN badan hukum,

yang ditetapkan melalui peraturan pemerintah. Adapun

perguruan tinggi negeri badan hukum dapat secara

otonomi mengatur kegiatan akademik dan non-akademik.

Kata Kunci : Pengadaan Barang/Jasa; PTN Badan

Hukum; Otonomi Akademik dan Non Akademik


Abstract
Procurement of goods/services in Law Embodied State
University where the fund sources come from APBN/
APBD (State Budget/Regional Government Budget) is
implemented accordingly to Perpres 54 Year 2010 and
its change about Procurement of Goods/Services in
Government. For procurement of goods/services from
Non PNBP/Non- Non Tax Revenues or Non APBN/
State Budget sources refers to statuta from each Law
Embodied State University, that stated on Government
Regulation. Because Law Embodied State University
has its autonomy to manage Academic and Non Aca-
demic activities.

Key Words : Procurement of Goods/Services; Law Embodied

State University; Academic and Non Academic Autonomy.


24 JURNAL PENGADAAN

PENDAHULUAN oleh kementerian/lembaga/satuan kerja

P enyerapan anggaran pendapatan dan perangkat daerah/institusi yang prosesnya

belanja negara (APBN) terbesar di dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai

sumbangkan melalui pengadaan barang/ diselesaikannya seluruh kegiatan untuk

jasa pemerintah (PBJ). Belanja pemerintah memperoleh barang/jasa (Perpres 54/2010

pusat tahun 2014 per 31 Oktober sebesar beserta perubahan). Pengadaan barang/jasa

Rp184,5 Trilliun untuk pengadaan barang di perguruan tinggi negeri sangat penting

dan jasa. Yang terdiri atas belanja barang dilakukan, khususnya untuk mendukung

dan belanja modal (I Account APBN kegiatan akademik dan nonakademik. Per-

311014). Data tersebut termasuk belanja guruan tinggi negeri di Indonesia saat ini

yang di lakukan perguruan tinggi negeri berjumlah 359, yang terdiri atas 89 institusi

yang tersebar di seluruh Indonesia. akademik, 89 politeknik, 77 sekolah tinggi,

30 institut, 71 universitas dan 3 akademik

Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah komunitas (PDDIKTI, 2015).

kegiatan untuk memperoleh barang/jasa

G b 1
Gambar 1
Jumlah Perguruan Tinggi Negeri Indonesia
Aturan Pengadaan Barang/ Jasa... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 25

Dari jumlah tersebut, semua melaksanakan TINJAUAN PUSTAKA

pengadaan barang/jasa. Sumber dana peng- Pengadaan Barang/Jasa

adaan barang/jasa yang dilakukan terdiri Pengadaan barang/jasa pemerintah di-

atas APBN, PNBP dan hibah. Berdasarkan laksanakan mengacu kepada Perpres No.

UU No.12/2012 Pasal 64, otonomi peng- 54/2010 beserta perubahannya. Perpres

elolaan perguruan tinggi meliputi bidang tersebut menyatakan bahwa ruang ling-

akademik dan bidang nonakademik. kup peraturan presiden ini meliputi:

Yang dimaksud dengan otonomi bidang pengadaan barang/jasa di lingkungan K/L/

nonakademik adalah otonomi pengelolaan D/I yang pembiayaannya baik sebagian atau

di bidang nonakademik meliputi penetapan seluruhnya bersumber dari APBN/APBD.

norma dan kebijakan operasional serta Pengadaan barang/jasa untuk investasi

pelaksanaan: di lingkungan Bank Indonesia, badan

hukum milik negara, dan badan usaha


a. organisasi;
milik negara/badan usaha milik daerah
b. keuangan;
yang pembiayaannya sebagian atau
c. kemahasiswaan;
seluruhnya dibebankan pada APBN/APBD.
d. ketenagaan; dan
Pengadaan barang/jasa dilakukan deng-
f. sarana prasarana.
an prinsip efisien, efektif, transparan,
Dengan demikian, perguruan tinggi negeri terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif,

dapat mengelola sendiri pengadaan barang/ dan akuntabel. Para pihak yang terkait

jasa, karena dapat secara otonomi mengatur dalam pelaksanaan pengadaan barang/

sendiri operasional serta pelaksanaan keua- jasa harus mematuhi etika sebagai berikut:

ngan dan sarana prasarana. a. melaksanakan tugas secara tertib,

disertai rasa tanggung jawab untuk

mencapai sasaran, kelancaran, dan


26 JURNAL PENGADAAN

ketepatan tercapainya tujuan peng- g. menghindari dan mencegah penya-

adaan barang/jasa; lahgunaan wewenang dan/atau ko-

b. bekerja secara profesional dan lusi dengan tujuan untuk keuntungan

mandiri, barang/jasa yang menurut pribadi, golongan, atau pihak lain yang

sifatnya harus dirahasiakan untuk secara langsung atau tidak langsung

mencegah terjadinya penyimpangan merugikan negara; dan

dalam pengadaan barang/jasa; h. tidak menerima, tidak menawarkan

c. tidak saling mempengaruhi baik atau tidak menjanjikan untuk memberi

langsung maupun tidak langsung yang atau menerima hadiah, imbalan, ko-

berakibat terjadinya persaingan tidak misi, rabat, dan berupa apa saja dari

sehat; atau kepada siapa pun yang diketahui

d. menerima dan bertanggung jawab atau patut diduga berkaitan dengan

atas segala keputusan yang ditetapkan pengadaan barang/jasa.

sesuai dengan kesepakatan tertulis

para pihak; Organisasi pengadaan barang/jasa untuk

e. menghindari dan mencegah Pengadaan melalui penyedia barang/jasa

terjadinya pertentangan kepentingan terdiri atas

para pihak yang terkait, baik secara a. PA/KPA;

langsung maupun tidak langsung b. PPK;

dalam proses pengadaan barang/jasa; c. ULP/pejabat pengadaan; dan

f. menghindari dan mencegah d. panitia/pejabat penerima hasil

terjadinya pemborosan dan kebocoran pekerjaan.

keuangan negara dalam pengadaan Di mana PA (pengguna anggaran)

barang/jasa; adalah Pejabat pemegang kewenangan

penggunaan anggaran kementerian/


Aturan Pengadaan Barang/ Jasa... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 27

lembaga/satuan kerja perangkat daerah kerjaan) adalah panitia/pejabat yang dite-

atau pejabat yang disamakan pada institusi tapkan oleh PA/KPA yang bertugas me-

pengguna APBN/APBD. KPA (kuasa peng- meriksa dan menerima hasil pekerjaan.

guna anggaran) adalah pejabat yang di- Pada perguruan tinggi negeri PA biasanya

tetapkan oleh PA untuk menggunakan dijabat oleh seorang menteri. KPA dijabat

APBN atau ditetapkan oleh kepala da- oleh rektor/ketua. PPK dijabat oleh pejabat

erah untuk menggunakan APBD. struktural yang ditunjuk oleh rektor.

PPK (pejabat pembuat komitmen) ada- Sementara itu ULP, pejabat pengadaan, dan

lah pejabat yang bertanggung jawab atas PPHP adalah pegawai negeri di lingkungan

pelaksanaan pengadaan barang/jasa. ULP perguruan tinggi negeri yang ditunjuk oleh

(unit layanan pengadaan) adalah unit rektor berdasarkan sertifikasi keahlian yang

organisasi kementerian/lembaga/pemerin- dimiliki. Pengadaan barang/jasa secara garis

tah daerah/institusi yang berfungsi melak- besar dibagi menjadi 4 jenis, yaitu pengadaan

sanakan pengadaan barang/jasa yang ber- barang, kontruksi, konsultan, dan lainnya.

sifat permanen, dapat berdiri sendiri atau Pengadaan barang adalah setiap benda baik

melekat pada unit yang sudah ada. Pejabat berwujud maupun tidak berwujud, bergerak

pengadaan adalah personil yang ditunjuk maupun tidak bergerak, yang dapat diper-

untuk melaksanakan pengadaan langsung. dagangkan, dipakai, dipergunakan, atau di-

PPHP (panitia/pejabat penerima hasil pe- manfaatkan oleh pengguna barang.

PA/KPA

PPK PPHP

ULP/Pejabat pengadaan
Gambar 2
Organisasi Pengadaan Barang/Jasa
28 JURNAL PENGADAAN

Pengadaan barang/pekerjaan konstruksi Langkah pertama adalah PA/KPA mem-


/jasa lainnya dengan nilai di atas Rp20- berikan kepada PPK daftar rincian pagu
0.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); dan anggaran/RKAT yang sudah disetujui oleh
pengadaan jasa konsultansi dengan nilai di DPR/DPRD. Selanjutnya, PA/KPA mene-
atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta ru- tapkan rencana umum pengadaan (RUP) dan
piah) dilakukan oleh ULP melalui kelompok mengumumkan secara luas rencana umum
kerja. Paket pengadaan barang/pekerjaan pengadaan paling kurang di website kemen-
konstruksi/jasa lainnya yang bernilai pal- terian/lembaga/pemerintah daerah/institusi.

Rp200.000.000,

Pejabat
Pengadaan/ULP ULP

Rp50.000.000,

ing tinggi Rp200.000.000,00 (dua ratus juta PK menetapkan rencana pelaksanaan pe-
rupiah) dan paket pengadaan jasa konsultasi ngadaan barang/jasa yang meliputi:
yang bernilai paling tinggi Rp50.000.000,00 1) spesifikasi teknis barang/jasa;
(lima puluh juta rupiah) dapat dilaksanakan 2) sarga perkiraan sendiri (HPS); dan
oleh kelompok kerja ULP atau pejabat 3) rancangan kontrak.
pengadaan.
PPK menyerahkan rencana pelaksanaan
Proses pengadaan barang/jasa dilakukan pengadaan (RPP) kepada pejabat peng-
oleh organisasi pengadaan, yaitu PA/KPA, adaan/ULP. Yang terdiri atas spesifika-
PPK, pejabat pengadaan/ULP, dan PPHP. si tek nis barang/jasa, harga perkiraan
Aturan Pengadaan Barang/ Jasa... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 29

sendiri (HPS), serta dokumen pendukung otonom (PP 58/2013). Perguruan tinggi
lainnya. Pejabat pengadaan/ULP lalu me- negeri badan hukum dapat mengatur
nyusun dokumen pengadaan, jadwal pe- dan melaksanakan kegiatan akademik
milihan, dan melaksanakan lelang. Selan- dan nonakademik se ca ra otonomi se-
jutnya, PPK menerima hasil lelang dari hingga menghasilkan pendidikan ting-
pejabat pengadaan/ULP dan menerbitkan g i bermutu. Perguruan tinggi wajib

Barang & Jasa


PPK Pejabat PPK PPHP
Pengadaan
Barang

Gambar 3
Pelaksanaan Pengadaan

surat penunjukan penyedia barang/jasa dan memiliki statuta. Sebagai aturan yang
melaksanakan kontrak/perikatan dengan melekat di dalam penyelengaraan orga-
pemenang lelang. PPHP menerima dan nisasi perguruan tinggi statuta adalah
memeriksa hasil pekerjaan dari pemenang pedoman dasar penyelenggaraan ke -
lelang yang telah dilaksanakan. giatan yang dipakai sebagai acuan untuk

merencanakan, mengembangkan program

Perguruan Tinggi Negeri Badan dan menyelenggarakan kegiatan fungsional

Hukum (PTN Badan Hukum) sesuai dengan tujuan pergur uan tinggi

Perguruan tinggi negeri badan hukum yang bersangkutan, yang berisi dasar yang

yang selanjutnya disingkat PTN badan dipakai sebagai rujukan pengembangan

hukum adalah perguruan tinggi negeri peraturan umum, peraturan akademik, dan

yang didirikan oleh pemerintah yang prosedur operasional yang berlaku di per-

berstatus sebagai subyek hukum yang guruan tinggi yang bersangkutan


30 JURNAL PENGADAAN

(www.kopertis12.or.id). Sumber pendanaan Dalam Peraturan Pemerintah No. 58

perguruan tinggi negeri badan hukum Tahun 2013, disebutkan sumber dana

terdiri atas anggaran pendapatan dan selain dari APBN bukan merupakan

belanja negara (APBN) serta : pe nerimaan negara bukan pajak

a. masyarakat; (non-PNBP). Di Indonesia perguruan

b. biaya pendidikan; tinggi negeri yang telah resmi menjadi

c. pengelolaan dana abadi dan usaha perguruan tinggi negeri badan hu kum

usaha PTN badan hukum; ada 7 berdasarkan peraturan peme-

No Perguruan Tinggi Negeri Badan Dasar Penetapan


Hukum
1 Institut Teknologi Bandung PP 65/2013
2 Institut Pertanian Bogor PP 66/2013
Otonomi dalam
3 Universitas Gadjah Mada PP 67/2013 pengelolaan akade-
4 Universitas Indonesia PP 68/2013 mik dan non-akade-
5 Universitas Pendidikan Indonesia PP 15/2014 mik
6 Universitas Sumatera Utara PP 16/2014
7 Universitas Airlangga PP 30/2014

Tabel 1
Daar PTN Badan Hukum

d. kerja sama tridharma; rintah, yaitu UI, UGM, ITB, IPB, Uni-

e. pengelolaan kekayaan negara yang versitas Airlangga, Universitas Su matera

diberikan oleh pemerintah dan pemerintah Utara (USU), dan Universitas Pen-

daerah untuk kepentingan pengembangan didikan Indonesia. Dengan demikian,

pendidikan tinggi; dan/atau; pengelolaan keuangan dan pengada-

f. sumber lain yang sah. an ba rang/jasa diatur dalam statuta.


Aturan Pengadaan Barang/ Jasa... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 31

Terkait dengan hal tersebut, perlu pemikiran Pada masing-masing statuta perguruan

mendalam dalam menyusun statuta karena tinggi badan hukum, sudah diatur secara
statuta tidak hanya mengatur bentuk dan jelas bagaimana pengadaan barang/jasa
organisasi dalam perguruan tinggi negeri. dilakukan. Dari 7 (tujuh) perguruan tinggi

Statuta juga mengatur tata cara dan aturan negeri badan hukum yang dengan jelas

pengelolaan keuangan dan pengadaan di statuta mengatur mengenai pengadaan

barang/jasa. barang/jasa, hanya 5 (lima) yang dengan

tegas memisahkan acuan peraturan

pengadaan barang/jasa di perguruan ting-


HASIL DAN ANALISIS
Pengadaan Barang/Jasa di Pergu- ginya, yaitu Institut Pertanian Bogor, Uni-
ruan Tinggi Negeri Badan Hukum versitas Indonesia, Universitas Pendidikan
Indonesia, Universitas Sumatera Utara,
Pengadaan barang/jasa di perguruan ting-
dan Universitas Airlangga.
gi negeri badan hukum secara garis besar

mengacu kepada Perpres 54/2010 dan


Penetapan masing- masing statuta tersebut
per ubahannya, terkait dengan sumber
yang dilakukan oleh peraturan pemerintah
dana yang digunakan oleh perguruan
menyatakan bahwa pengadaan barang/jasa
tinggi negeri badan hukum dalam belanja
yang bersumber dari APBN harus mengacu
barang/jasa. Adapun sumber dana dapat
pada Perpres 54/2010 dan perubahannya.
dikelompokan menjadi dua sumber dana,
Sementara itu, pengadaan barang/jasa yang
yang pertama adalah belanja barang/jasa
bersumber dari non-PNBP dapat diatur
dari APBN dan yang kedua dari non-PNBP.
dengan peraturan rektor atau majelis wali
Kedua sumber dana tersebut harus dipisah
amanat (MWA) dengan berdasarkan prinsip
dalam melaksanakan belanja barang/jasa,
efisiensi dan ekonomis serta sesuai dengan
karena terkait dengan pencatatan aset yang
praktek bisnis yang sehat.
diperoleh juga dalam pelaporan keuangan.
32 JURNAL PENGADAAN

No PTN Badan Penetapan Aturan Pengadaan Barang/Jasa


Hukum
Pasal APBN Non APBN
1
1 Institut Per- PP 95 Pengadaan barang/jasa yang Ketentuan mengenai peng-
tanian Bogor 66/2013 sumber dananya berasal dari adaan barang/jasa yang sum-
anggaran pendapatan dan be- ber dananya bukan berasal
lanja negara mengacu pada
dari anggaran pendapatan dan
ketentuan pengadaan barang/
jasa untuk instansi pemerin- belanja negara diatur dengan
tah. peraturan rektor.

2 Universitas PP 78 Pengadaan barang/jasa yang Ketentuan mengenai peng-


Indonesia 68/2013 sumber dananya berasal dari adaan barang/jasa yang sumber
anggaran pendapatan dan be- dananya bukan berasal dari an-
lanja negara mengacu pada ggaran pendapatan dan belanja
ketentuan peraturan perun- negara diatur dengan peraturan
dang-udangan. rektor.

3 Universitas PP 58 Pengadaan barang/jasa yang Ketentuan lebih lanjut meng-


Pendidikan 15/2014 sumber dananya berasal dari enai pengadaan barang/jasa
Indonesia
anggaran pendapatan dan yang sumber dananya bukan
belanja negara dilaksanakan berasal dari anggaran pendapa-
sesuai dengan ketentuan per- tan dan belanja negara diatur
aturan perundang-undangan. dalam peraturan MWA.

4 Universitas PP 70 Pengadaan barang/Jasa yang Ketentuan mengenai peng-


Sumatera 16/2014 sumber dananya berasal dari adaan barang/jasa yang sum-
Utara anggaran pendapatan dan ber dananya bukan berasal
belanja negara dan anggaran
dari anggaran pendapatan dan
pendapatan dan belanja daer-
belanja negara dan anggaran
ah mengacu pada ketentuan
pengadaan barang/jasa untuk pendapatan dan belanja daerah
instansi pemerintah. diatur dalam peraturan rektor.

5 Universitas PP 92 Pengadaan barang/jasa yang Ketentuan mengenai peng-


Airlangga 30/2014 sumber dananya berasal dari
adaan barang/jasa yang sum-
anggaran pendapatan dan be-
lanja negara, anggaran pen- ber dananya bukan berasal
dapatan dan belanja daerah,
dari anggaran pendapatan dan
dan pinjaman/hibah luar
negeri dilaksanakan sesu- belanja negara diatur dengan
ai dengan ketentuan peratu-
peraturan rektor.
ran perundang-undangan.
Aturan Pengadaan Barang/ Jasa... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 33

KESIMPULAN
Dari keterangan di atas, penulis dapat me-
nyimpulkan bahwa pengadaan barang/jasa di
PTN badan hukum terdapat 2 sumber dana,
yaitu APBN/APBD dan non-PNBP atau non-
APBN. Pengadaan barang/jasa yang sumber
dananya dari APBN/APBD dilaksanakan
mengacu pada Perpres 54 tahun 2010 dan
perubahannya, tentang pengadaan barang/
jasa pemerintah. Untuk pengadaan barang/
jasa yang sumber dananya dari non- PNBP
atau non-APBN mengacu kepada statuta
masing-masing PTN badan hukum, yang
ditetapkan melalui peraturan pemerintah.
Lima dari tujuh PTN badan hukum PTN
menyatakan secara eksplisit di dalam statu-
tanya bahwa ketentuan mengenai pengadaan
barang/jasa yang sumber dananya bukan be-
rasal dari anggaran pendapatan dan belanja
negara melainkan diatur melalui peraturan
rektor atau MWA.
34 JURNAL PENGADAAN

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 20 Tahun 1997 tentang Nomor 68 Tahun 2013 tentang Statuta
Penerimaan Negara Bukan Pajak Universitas Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 17 Tahun 2003 tentang Nomor 15 Tahun 2014 tentang Statuta
Keuangan Negara Universitas Pendidikan Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 1 Tahun 2004 tentang Nomor 16 Tahun 2014 tentang Statuta
Perbendaharaan Negara Universitas Sumatera Utara

Undang-Undang Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 12 Tahun 2012 tentang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Statuta
Pendidikan Tinggi Universitas Airlangga

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Presiden Republik Indonesia


Nomor 23 Tahun 2005 tentang Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Layanan Umum (beserta perubahannya) (beserta perubahannya)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia http://www.kemenkeu.go.id/katalogdata


Nomor 58 Tahun 2013 tentang Bentuk Realisasi APBN TA 2014 per 31
Dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Oktober 2014 (I-Account) diakses
Tinggi Negeri Badan Hukum (23/02/2015_11:43 WIB).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia http://forlap.dikti.go.id/perguruantinggi/


Nomor 65 Tahun 2013 tentang Statuta homegraphpt
Institut Teknologi Bandung (diakses 04/03/2015_14:06 WIB)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia http://www.kopertis12.or.id/2012/07/27


Nomor 66 Tahun 2013 tentang Statuta seputar-statuta-perguruan-tinggi-
Institut Pertanian Bogor di-indonesia.html
(diakses 05/03/2015_14:04 WIB)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 67 Tahun 2013 tentang Statuta
Universitas Gadjah Mada
EFISIENSI PENGADAAN BARANG/JASA
DENGAN E-CATALOGUE
EFISIENSI PENGADAAN BARANG/JASA
DENGAN E-CATALOGUE

Abstrak
Pengadaan barang/jasa yang bersumber dari APBN/
APBD maupun pinjaman/ hibah luar negeri perlu diatur
baik dari sisi formal maupun material. Hal ini mengingat
pengadaan barang/jasa merupakan belanja pemerintah
yang menggunakan keuangan negara yang antara lain
bersumber dari pajak setiap penduduk Republik Indonesia.
Pengaturan tersebut diperlukan agar pengadaan tersebut
memiliki akuntabilitas tanpa mengurangi efisiensi dan efek-
tivitas dalam pelaksanaannya. Aturan handal diharapkan
membuat para pihak mampu berpartisipasi dalam proses
pengadaan serta mendapatkan akses dan perlakuan yang
Nurlisa Arfani
sama. Namun prosedur yang digunakan seringkali menjadi
berbelit-belit, sehingga bukan hanya mengorbankan waktu
tetapi juga mengurangi kualitas yang dipersyaratkan. Oleh
karena itu, tata cara pengadaan perlu dikaji ulang dengan
memanfaatkan sistem teknologi informasi yang berkembang
pesat atau dikenal dengan e-procurement. E-procurement
diharapkan dapat meningkatkan transparansi dan efisiensi.
Baik untuk pengadaan barang/jasa yang bersifat konstruk-
tif yang membutuhkan desain terlebih dahulu sehingga
tidak tersedia di pasar atau dikenal dengan e-tendering,
maupun untuk barang/jasa yang tersedia di pasar karena
sudah memiliki standar yang jelas atau e-catalogue. Pen-
gadaan berbasis elektronik diharapkan bukan hanya dapat
memudahkan pelaksanaan pengadaan, melainkan agar
pengawasan dapat dilakukan dengan mudah dan akuntabel.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif untuk
mengindentifikasi kriteria pengadaan yang tepat meng-
gunakan e-catalogue, dan pekerjaan yang menggunakan
e-tendering, ditinjau dari beberapa aspek.

Kata kunci: e-catalogue; e-tendering; e-procurement; efe-


siensi pengadaan
Abstract
Procurement of Goods/Services from APBN/APBD (State
Budget/Regional Government Budget) aslo from Loan/
Foreign Grants are necessery to be regulated formally and
materially. Due to the essence of procurement of goods/ser-
vices is Government expenses that use state money from tax
sources of every Republic Indonesia citizens. The regulation
is needed in order to ensure the procurement has acount-
ability without lessen its efficiency and evectiveness. Reli-
able regulation is expected for all stake holders to be able
to participate in the process of procurement access dan fair
treatment. However, oftenly the procedures are run in com-
plicated ways that cause not only time consuming but also
lower required qualities. Therefore, procurement system
needs to reevaluate by benefiting information technology
system, known as e-procurement. E-procurement is expected
to elevate transparency and efficiency. The system can be
applied for constructive procurement of goods/services that
required early design which is not available in the market,
or known as e-tandering. It can also be applied for goods/
services that already available in the market and already
have clear standard or e-catalogue. Electronical based
procurement is expected not only to give easier procument
system, but also to run easier and accountable monitoring.
This research is used descriptive analysis method to identify
the right procurement criteria with e-catalogue and other
tasks that use e-tandering, from various aspects.

Key Words : e-catalogue; e-tendering; e-procurement; pro-


curement efficiency.
38 JURNAL PENGADAAN

PENDAHULUAN

P engadaan barang/jasa pemerintah yang antara pengguna dan penyedia ditandatangani


diatur dalam Perpres No.54 Tahun setelah volume suatu paket ditetapkan oleh
2010 dan perubahannya mengatur mulai pengguna, di mana harga satuan sudah tercan-
dari perencanaan sampai dengan penyera- tum sebelumnya di e-catalogue. Sementara itu,
han pekerjaan. Tahapan yang krusial dalam pada e-tendering, volume dan harga pekerjaan
pengadaan barang/jasa adalah pengang- tersebut ditetapkan secara bersamaan. Volume
garan, perencanaan pengadaan, pemilihan dan harga tersebut diperoleh dari hasil pele-
penyedia, pelaksanaan kontrak, dan diakhiri langan melalui aplikasi e-tendering. Secara
dengan serah terima pekerjaan. Efisiensi dan teknis, pengadaan melalui e-catalogue jauh
efektivitas proses pengadaan tersebut pada lebih efisien dibandingkan dengan pengadaan
intinya sangat bergantung pada tata cara dengan e-tendering. Oleh karena itu, perlu
pemilihan penyedia. Pemilihan penyedia diidentifikasi kriteria barang/jasa yang sesuai
yang tepat akan menghasilkan barang/jasa untuk kedua metode e-procurement tersebut.
yang sesuai dengan kebutuhan dan diterima
pada waktu yang tepat. Proses pemilihan yang keliru dapat menghasil-
kan penyedia yang tidak kompeten sehingga
Pembelian barang/jasa yang sudah memiliki kualitas barang/jasa tidak sesuai dengan ren-
standar dan tersedia di pasar dalam jumlah yang cana. Di samping itu, kekeliruan proses pemili-
memadai, dapat dilakukan secara elektronik, han dapat mengakibatkan waktu penyelesaian
atau dikenal dengan istilah e-purchasing. Ap- pekerjaan terlambat dan biaya administrasi
likasi e-purchasing menggunakan e-catalogue, untuk memperoleh barang/jasa menjadi lebih
yaitu sistem informasi elektronik yang memuat mahal dibandingkan dengan biaya yang dike-
daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga ba- luarkan oleh instansi swasta untuk pengadaan
rang tertentu dari berbagai penyedia barang/ sejenis. Dalam Perpres No. 54 Tahun 2010
jasa pemerintah (Perpres No.54 Tahun 2010 dan perubahannya, pemilihan penyedia ba-
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, rang/jasa yang menyediakan barang/jasa pada
Pasal 1 nomor 40). Pengadaan melalui e- prinsipnya dilakukan dengan kompetisi. Jika
purchasing berbeda dengan pengadaan secara diartikan secara harfiah, kompetisi yang lazim
e-tendering. Kontrak pengadaan e-purchasing dan fair dilakukan adalah persaingan dengan
Efisiensi Pengadaan Barang/Jasa.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 39

Pemilihan penyedia yang tidak tepat dapat


juga mengakibatkan mahalnya harga kare-
na munculnya para pihak dalam mata rantai
pemasaran barang/jasa yang hanya sekadar
mencari keuntungan belaka (rent seekers).

cara pelelangan. Namun, cara ini cenderung jasa yang akan dikompetisikan.
mahal di samping membutuhkan waktu pemili-
han yang tidak singkat sehingga tidak dapat Kompetisi paling mudah diwujudkan dalam
diterapkan untuk semua jenis pengadaan. Di bentuk pelelangan, baik itu pelelangan terba-
samping itu, metode pelelangan tidak dapat tas maupun pelelangan umum. Namun, tidak
dilakukan terhadap semua jenis pengadaan ba- semua jenis pengadaan lebih efisien melalui
rang/jasa antara lain untuk pengadaan barang/ proses pelelangan. Sebagaimana diketahui
jasa yang hanya dapat dilakukan oleh 1 (satu) disamping prinsip bersaing, pengadaan barang/
penyedia tunggal (single source) maupun ba- jasa juga mengutamakan prinsip efisien dan
rang/jasa yang sudah memiliki tarif tertentu. efektif. Oleh karena itu, perlu diulas aspek
Pelelangan juga tidak sesuai dilakukan untuk dalam pemilihan penyedia yang disebutkan
pengadaan dalam kondisi darurat. di atas untuk menemukan tata cara pemilihan
penyedia yang lebih efisien di samping pele-
Metode pelelangan yang mengaplikasikan langan dengan tidak mengorbankan prinsip
prinsip persaingan menjadi basis utama bersaing itu sendiri.
dalam pemilihan penyedia. Oleh karena itu
pengecualian terhadap proses pemilihan pe- Metode pemilihan yang cukup bersaing di
nyedia yang tidak menggunakan pelelangan samping pelelangan adalah e-catalogue.
harus memenuhi kriteria yang mengacu pada Menurut Perpres No. 54 Tahun 2010, e-
beberapa aspek. Adapun aspek tersebut antara catalogue adalah sistem informasi elektronik
lain adalah risiko, mekanisme suplai barang/ yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis
jasa yang bersangkutan, dampak yang ditim- dan harga tertentu dari berbagai penyedia
bulkan, termasuk pula besarnya nilai barang/ barang/ jasa pemerintah. Pengguna dapat
40 JURNAL PENGADAAN

dengan mudah melakukan pengadaan terha- Kesalahan tersebut dapat mengakibatkan


dap barang/ jasa yang sudah dimuat dalam kekeliruan dalam menetapkan cara pemili-
e-catalogue. Prinsip bersaing dalam metode han penyedia. Tata cara pemilihan yang tidak
e-catalogue dilakukan sebelum barang/jasa sesuai dapat mengakibatkan kemahalan
tersebut dimuat di dalam e-catalogue. harga antara lain karena biaya administrasi
dalam pengadaan menjadi mahal.
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk dapat menggantikan metode pele- Pemilihan penyedia yang tidak tepat dapat
langan dengan e-catalogue, perlu dipelajari juga mengakibatkan kemahalan harga karena
beberapa sifat dan karakteristik barang/jasa munculnya para pihak dalam mata rantai pema-
ditinjau dari beberapa aspek. Aspek yang saran barang/jasa yang hanya sekadar mencari
akan diulas dalam tulisan ini adalah aspek keuntungan belaka (rent seekers). Rent seekers
risiko dan besarnya nilai pengadaan. tersebut dapat muncul dan mengambil keuntun-
gan dalam kegiatan pengadaan karena kekeliruan
Aspek Risiko dalam proses pemilihan. Rent seekers dimaksud
Aspek risiko yang ditinjau dari beberapa sama sekali tidak memberikan nilai tambah
sudut antara lain: kepada barang/jasa yang dibutuhkan melain-
(1) risiko kemahalan harga karena keliru memilih kan hanya mengakibatkan kemahalan harga
metoda pemilihan penyedia (mark-up); (mark-up). Risiko dalam pengadaan juga dapat
(2) risiko terjadinya kekeliruan dalam mer- ditimbulkan karena kekeliruan dalam membuat
encanakan spesifikasi pekerjaan; spesikasi barang/jasa. Umumnya, risiko ini mun-
(3) risiko kegagalan dalam proses pelaksa- cul karena belum/tidak adanya standar yang dapat
naan kontrak (contract failure); digunakan sebagai acuan untuk mendefinisikan
(4) risiko munculnya dampak yang ditimbul- barang/jasa tersebut. Hal ini antara lain disebab-
kan terhadap pekerjaan lain jika pengadaan kan adanya cita rasa tertentu yang tidak mudah
itu tidak dapat diserahkan tepat pada wak- untuk didefinisikan seperti yang sering dijumpai
tunya (bottleneck); dalam pengadaan barang seni atau desain. Tidak
(5) risiko terjadinya harga dapat terjadi tersedianya standar dapat pula disebabkan oleh
karena salah dalam menafsirkan karakteris- kompleksitas pekerjaan yang membutuhkan
tik barang/jasa yang dibutuhkan; capaian kinerja tertentu yang diharapkan dari
Efisiensi Pengadaan Barang/Jasa.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 41

proses pembuatan barang/jasa tersebut. pekerjaan dapat pula disebabkan oleh keter-
lambatan yang terjadi untuk pekerjaan yang
Kondisi ini ditemui jika kita merancang tidak dapat ditunda. Pekerjaan tersebut sama
suatu inovasi atau desain baru yang masih sekali tidak bermanfaat jika tidak selesai
memerlukan pengujian baik, dari sisi proses tepat waktu. Contohnya pengadaan barang/
pekerjaan maupun capaian kinerja (output). jasa untuk acara internasional seperti SEA
Contohnya spesifikasi pekerjaan dalam GAMES, KTT APEC, dan lain-lain.
penerapan teknologi baru di bidang pengola-
han sampah yang tidak hanya membutuhkan Risiko lainnya yang mudah untuk dinilai
ketepatan dalam proses pengolahan sampah itu adalah risiko akan munculnya dampak
sendiri, tetapi termasuk pula ketepatan dalam yang ditimbulkan jika pengadaan itu tidak
menghasilkan output dari proses pengolahan dilakukan atau tidak dapat diserahkan tepat
sampah itu sendiri seperti biogas yang dapat pada waktunya. Pengadaan ini terkait dengan
digunakan untuk produksi pupuk dan listrik. kegiatan pemeliharaan, baik penggantian
Kesulitan dalam merumuskan spesifikasi ba- spare part, pemeliharaan rutin, maupun
rang/jasa dapat pula ditemukan dalam kegiatan pemeliharaan yang tidak terjadwal karena
penelitian seperti pengadaan benih unggul baru adanya unpredictable conditions. Kegiatan
yang dapat meningkatkan hasil panen. ini umumnya bernilai kecil dan kurang mena-
rik, namun memiliki dampak yang signifikan
Risiko berikutnya yang paling mudah untuk jika tidak dijadwalkan dengan saksama dan/
diamati adalah risiko kegagalan pekerjaan. atau tidak ada perjanjian sebelumnya yang
Risiko ini mudah untuk diukur dan diantisi- mengatur perikatan ini. Masalah dapat pula
pasi. Meskipun demikian pada kenyataannya ditimbulkan karena kegiatan ini memang
masih banyak pengadaan barang/jasa pemer- tidak terduga sama sekali, seperti kerusakan
intah yang mengalami hal ini. Kegagalan mesin karena kesalahan pengoperasian.Tidak
pekerjaan dapat ditimbulkan karena salah tersedianya barang/jasa dimaksud dapat men-
dalam merumuskan spesifikasi, kegagalan gakibatkan terhambatnya pelaksanaan peker-
karena kurang manajemen kontrak, kel- jaaan lain yang berhubungan dengan kegiatan
alaian dalam pengawasan kegiatan, maupun tersebut (bottleneck). Hal ini disebabkan antara
penyedia yang tidak kompeten. Kegagalan lain karena layanan purna jual tersebut hanya
42 JURNAL PENGADAAN

dapat dilakukan oleh penyedia yang mampu. yang kecil, tetapi sangat dibutuhkan. Dengan
Penyedia dimaksud memiliki jumlah yang posisi tawar yang lemah, sangat sulit untuk
terbatas dan cenderung merupakan penyedia mendapatkan barang/jasa sesuai kebutuhan dan
tunggal. Penyedia dinyatakan mampu antara tepat waktu. Hal ini akan semakin berpengaruh
lain jika memiliki hak atas kekayaan intelektual jika pengadaan tersebut dapat memunculkan
(HAKI) atau telah memegang lisensi untuk masalah lainnya jika tidak dapat diserahkan
melaksanakan kegiatan tersebut. Oleh karena tepat pada waktunya. Dengan demikian, perlu
itu, perlu dipertimbangkan jenis pemilihan dipertimbangkan strategi pengadaan yang
penyedia dan jenis perikatan yang cocok un- tepat khususnya dalam tata cara pemilihan
tuk kegiatan yang memiliki risiko seperti ini. penyedia. Dengan adanya tata cara yang tepat,
Pengadaan dalam keadaan darurat juga dapat pengguna barang/jasa dapat mengefisienkan
digolongkan dalam kelompok ini. waktu untuk melakukan pengadaan, baik pada
saat pengguna memiliki posisi tawar yang kuat
Aspek Besarnya Nilai Pengadaan maupun tidak. Posisi tawar dimaksud sangat
Besarnya nilai uang yang dibelanjakan meru- mempengaruhi nilai penawaran yang diberikan
pakan salah satu faktor untuk menentukan tata para penyedia. Dengan demikian, dapat disim-
cara pemilihan penyedia. Semakin besar nilai pulkan bahwa besarnya nilai pengadaan dapat
pengadaan tersebut, semakin besar posisi tawar mempengaruhi hasil dari proses pengadaan
pembeli terhadap penjual. Semakin besar posisi yang dilakukan.
tawar yang dimiliki akan mempermudah peng-
guna melakukan proses pengadaan. Namun Sifat Barang/Jasa Ditinjau dari Beberapa
sebaliknya, pengguna akan menemui kesulitan Aspek
jika barang/jasa tersebut memiliki nilai belanja Dari beberapa aspek yang berpengaruh

Dengan adanya tata cara yang tepat,


pengguna barang/jasa dapat mengefisien-
kan waktu untuk melakukan pengadaan,
baik pada saat pengguna memiliki posisi
tawar yang kuat maupun tidak.
Efisiensi Pengadaan Barang/Jasa.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 43

tersebut, barang/jasa dapat dikelompok- (2) pengadaan dengan risiko yang kecil na-
kan berdasarkan risiko yang dimiliki dan mun bernilai besar (leverage);
besarnya nilai pengadaan. Pengelompokan (3) pengadaan dengan risiko besar namun
ini, menurut penulis, merupakan salah satu memiliki nilai yang kecil (critical);
cara yang tepat untuk mengidentifikasi tata (4) pengadaan dengan risiko dan nilai yang
cara pemilihan penyedia. Pengelompokan besar (bottleneck);
jenis barang/jasa dibagi menjadi 4 (empat) Berdasarkan pemetaan risiko dalam mem-
jenis barang sesuai dengan Modul 4, Inter- peroleh barang/jasa tersebut dan besarnya
national Purchasing and Supply Manage- nilai pengadaan dari Model ITC tersebut,
ment yang disusun oleh International Trade barang/jasa yang dibutuhkan unit kerja
Center UNCTAD/WTO, yaitu: pemerintah dapat dikelompokkan ke dalam
(1) pengadaan dengan risiko dan nilai yang 4 (empat) bagian besar, seperti dapat dilihat
kecil (routine); pada Gambar 1.

Sumber: Modul 4 International Purchasing


and Supply Management, ITC
Gambar 1. Pengelompokan jenis barang berdasarkan tingkat risiko
dan besaran nilai belanja
44 JURNAL PENGADAAN

METODOLOGI posisi tawar pengguna menjadi lemah. Jenis


Metodologi dalam penelitian ini adalah item untuk kategori ini jumlahnya berkisar
penelitian deskriptif yang mengembangkan 80% dari keseluruhan pekerjaan yang dibu-
model dari modul Supply Chain Manage- tuhkan oleh unit kerja walaupun perkiraan
ment dari International Training Center besaran belanja untuk kategori hanya 20%
(ITC) tentang pengelompokan barang/jasa dari anggaran yang tersedia untuk pengadaan
berdasarkan pemetaan risiko dalam mem- barang/ jasa.
peroleh barang/jasa tersebut dan besarnya
nilai pengadaan. Dari pengelompokan Untuk kegiatan rutin yang umumnya me-
tersebut, penulis mendeskripsikan metode miliki risiko kecil karena banyak penye-
pemilihan penyedia yang sesuai dengan dia yang mampu menyediakan pekerjaan
pertimbangan efisiensi dan transparansi. tersebut dikenal dengan kelompok rou-
tine. Barang jenis ini umumnya sudah
HASIL DAN ANALISIS memiliki standar yang jelas, baik dari sisi
Dari model ITC tersebut (lihat Gambar harga maupun kualitas. Contohnya peng-
1), secara ringkas diuraikan kriteria mas- adaan ATK, konsumsi rapat, jasa internet,
ing-masing kelompok barang/jasa untuk dan lain-lain. Sementara itu untuk barang/
memudahkan proses identifikasi pemilihan jasa yang memiliki risiko lebih besar kare-
penyedia yang tepat. na terbatasnya penyedia, pengelompokan
barang/jasa dikenal dengan istilah bottle-
Kategori Barang dengan Nilai Pengadaan neck. Kegiatan pengadaan barang/jasa
yang Kecil yang masuk dalam kelompok bottleneck
Barang/jasa yang memiliki nilai pengadaan antara lain pengadaan/penggantian spare
kecil dikelompokkan ke dalam kategori part, pemeliharaan rutin seperti peng-
routine dan bottleneck. Kategori barang gantian ban dan oli kenderaan, perawatan
dengan risiko kecil umumnya merupakan berkala (overhaul), dan lain-lain.
barang/jasa yang variasi jenisnya cukup ba-
nyak dibutuhkan dalam kegiatan pemerintah. Kategori Barang dengan Nilai Pengadaan
Meskipun demikian, masing-masing item yang Besar
pekerjaan tersebut bernilai kecil sehingga Barang/jasa yang memiliki nilai pengadaan
Efisiensi Pengadaan Barang/Jasa.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 45

besar dikelompokkan ke dalam kategori mendapatkan harga barang/ jasa yang benar-
leverage dan critical. Kategori barang benar efisien. Risiko yang sering dijumpai
dengan risiko besar adalah barang/jasa yang pada proses pengadaan barang/jasa yang
variansi jenisnya tidak banyak. Meskipun bersifat leverage, antara lain kegagalan
demikian, kelompok ini memiliki nilai dalam pelaksanaan pekerjaan (contract
yang besar untuk setiap item-nya. Dengan failure). Hal ini disebabkan besarnya nilai
demikian, posisi tawar pengguna menjadi pengadaan memberikan kemungkinan ter-
kuat. Jenis item untuk kategori ini umumnya jadinya keterlambatan dalam penyelesaian
berkisar 20% dari keseluruhan pekerjaan pekerjaan. Sementara itu, risiko terjadinya
yang dibutuhkan unit kerja dengan perki- kesalahan desain jarang dijumpai karena
raan besaran belanja untuk kategori hampir pekerjaan barang/jasa ini umumnya sudah
mancapai 80% dari anggaran yang tersedia standar. Kondisi ini berbeda untuk pen-
untuk pengadaan barang/ jasa. gadaan barang/jasa yang bernilai besar dan
memiliki risiko yang besar atau yang dike-
Barang/jasa dengan nilai pengadaan yang be- nal dengan istilah critical. Pengadaan
sar namun memiliki risiko kecil digolongkan jenis ini memiliki risiko besar karena pada
ke dalam kelompok leverage. Meskipun umumnya merupakan pekerjaan yang cu-
memiliki nilai belanja yang besar, barang/ kup kompleks, baik dari segi nilai maupun
jasa kelompok ini bukan merupakan peker- desain. Inovasi yang dikedepankan dalam
jaan kompleks karena sebagian besar sudah kelompok barang/jasa ini tidak memung-
memiliki standar. Nilai pengadaan yang be- kinkan adanya standar dalam fase awal
sar memberikan daya tarik kepada penyedia penerapan teknologi atau ide baru. Risiko
untuk memberikan layanan yang optimal yang muncul adalah kegagalan desain,
bagi pengguna. Contohnya pengadaan yang pada akhirnya dapat mengakibat-
gedung sekolah, jalan umum, perangkat kan penyelesaian pekerjaan terlambat
komputer untuk kebutuhan tertentu dalam atau gagal sama sekali (contract failure).
jumlah besar, pengadaan sarana penunjang Contohnya sebagaimana diuraikan di atas
untuk perkantoran, pengadaan bus dan ken- adalah pekerjaan pengelolaan sampah,
deraan bermotor lainnya. Pengadaan jenis pengelolaan air bersih, pengembangan
ini dapat menerapkan prinsip bersaing untuk benih unggul, pekerjaan pembangunan
46 JURNAL PENGADAAN

pembangkit listrik teknologi baru maupun pemilihan penyedia, e-catalogue diharapkan


terapan, dan lain-lain. dapat mengurangi kemungkinan terjadinya risiko
kemahalan harga (mark-up). Oleh karena itu,
Penerapan e-catalogue berdasarkan sebagaimana dilihat pada Gambar 2a, dengan
karakteristik barang/jasa memodifikasi model yang dikutip dari Modul
Mengacu pada pengelompokan Model ITC International Purchasing and Supply Manage-
tersebut, penulis selanjutnya mengidentifikasi ment, penggunaan metode pelelangan untuk
kriteria barang/jasa yang sesuai untuk pengadaan semua jenis barang/jasa perlu dipertimbangkan.
dengan e-catalogue dan e-tendering. Meskipun Untuk pekerjaan yang memiliki risiko kecil
pelelangan sebagai salah satu cara berkompe- dan sudah memiliki standar, e-catalogue sangat
tisi yang paling efektif, mekanisme ini tidak tepat untuk diterapkan. Golongan ini umumnya
selamanya efisien. Sebagai salah satu metode memiliki penyedia dalam jumlah yang banyak.

Gambar 2. Pengelompokan Tata Cara Pemilihan Penyedia


Efisiensi Pengadaan Barang/Jasa.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 47

Dilihat dari Gambar 2b, maka yang ma- oleh penyedia lain yang tidak bekerja sama
suk dalam golongan ini adalah kelompok dengan pemilik desain. Mengingat penye-
routine dan leverage. Meskipun demikian dia untuk pekerjaan kostruksi diperoleh
kelompok critical juga dapat menggunakan melalui pelelangan. Namun, ke depan-
metode e-catalogue jika sudah memiliki nya hal ini dapat dijadikan wacana untuk
standar atau sudah dipatenkan. Sebagai con- mengefisienkan waktu pemilihan penyedia
toh, pekerjaan kompleks yang di dalamnya dan meningkatkan transparansi. Pemilihan
terdapat item pekerjaan yang hanya dapat penyedia untuk kelompok bottleneck dapat
dilakukan pemegang HAKI atau pemegang juga menggunakan e-catalogue sebagaimana
lisensi, misalnya penerapan uji coba de- terlihat pada Gambar 2b, khususnya untuk

Meskipun pelelangan sebagai salah satu cara berkompetisi


yang paling efektif, namun tidak selamanya efisien. Seba-
gai salah satu metode pemilihan penyedia, e-catalogue
diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
risiko harga dimahalkan dari seharusnya (mark-up).

sain pekerjaan kompleks yang desainnya kegiatan pemeliharaan rutin dan berkala.
sudah dipatenkan, seperti desain pondasi Jenis pekerjaan dan biaya pemeliharaan
antigempa, metode pengelolaan sampah yang bersifat tertentu dan terprediksi dapat
menjadi listrik, metode penyulingan bahan dicantumkan dalam e-catalogue berdasar-
bakar, dan lain-lain. Meskipun demikian, kan merek barang atau pemegang lisensi.
penerapan e-catalogue untuk barang jenis ini Manfaat penggunaan e-catalogue untuk
sangat jarang dilakukan mengingat volume golongan ini antara lain pengguna barang/
permintaan yang rendah. Di samping itu, jasa dapat dengan mudah melakukan peng-
penyedia tidak bersedia menggunakan e-ca- adaan terhadap spare part baik untuk peme-
talogue karena mempertimbangkan aspek liharaan rutin maupun yang tidak terduga
risiko kegagalan pekerjaan jika pekerjaan yang dibutuhkan dalam waktu yang singkat.
konstruksi dari desain tersebut dilakukan Akuntabilitas pengadaan dapat dipertang-
48 JURNAL PENGADAAN

gungjawabkan, dan pengguna lainnya dapat dimaksud terikat kepada merek barang yang
mengetahui nilai pemeliharaan dari merek sudah dimiliki pengguna.
tertentu. Dengan demikian, dapat dijadikan
referensi dalam pemilihan spesifikasi barang Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
yang memerlukan pertimbangan tidak hanya metode pelelangan lebih efisien digunakan
biaya pengadaan, tetapi juga membutuhkan untuk pengadaan yang bernilai besar dan
data mengenai biaya pemeliharaan serta berisiko tinggi karena pekerjaan tersebut
perhitungan nilai sisa. Data yang diperoleh belum terstandarisasi, sedangkan untuk ba-
tersebut dapat dijadikan pendukung bagi rang standar metode e-catalogue lebih tepat
pengguna lainnya yang membutuhkan peng- digunakan. Khusus untuk barang bernilai dan
adaan barang dengan menggunakan metode berisiko kecil yang belum memiliki standar se-
evaluasi sistem biaya dan umur ekonomis hingga tidak dapat dimuat dalam e-catalogue,
(total cost of ownerships). Di samping itu, ma- pengadaan barang/jasa lebih efisien dilakukan
syarakat dapat mengawasi kewajaran kegiatan dengan spot purchasing atau pengadaan lang-
pemeliharaan untuk aset yang sudah dimiliki. sung sebagaimana diatur dalam Perpres No.54
Tahun 2010 dan perubahannya (Gambar 2d).
Sementara itu kegiatan pemeliharaan/ per- Metode ini cocok diterapkan untuk barang/
awatan untuk kerusakan yang tidak dapat jasa yang disediakan oleh banyak penyedia.
diprediksi tidak dapat menggunakan e-cata- Jika mengacu pada Perpres 54 Tahun 2010,
logue. Hal ini mengingat jenis spare part/ pemilihan penyedia yang dapat digantikan
layanan purnajual yang dibutuhkan tersebut dengan e-catalogue antara lain: pelelangan
belum terstandardisasi karena kondisi barang sederhana dan pelelangan umum yang me-
yang dipelihara sangat tergantung pada situasi miliki risiko dan nilai pengadaan yang tidak
yang terjadi di lapangan ataupun ketepatan terlalu besar. Di samping itu, juga dapat
dalam pengoperasian barang tersebut. Se- diterapkan untuk pengadaan barang/ jasa di
bagai gantinya, dapat dilakukan penunjukan mana dapat dilakukan penyeragaman terha-
langsung, sepanjang layanan tersebut bersifat dap beberapa tipe/merek barang meskipun
spesifik dan tidak dapat digantikan penyedia barang/jasa tersebut belum memiliki standar
lain (singel source), seperti yang terlihat pada tertentu. E-catalogue dapat juga diterapkan
Gambar 2c. Hal ini disebabkan perawatan untuk penunjukan langsung terhadap barang/
Efisiensi Pengadaan Barang/Jasa.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 49

jasa yang disediakan oleh penyedia tunggal kita berbelanja secara online. Pengguna
dan/atau sudah memiliki standar. dapat melakukan negosiasi kepada penyedia
khususnya jika pembelian dilakukan dalam
Optimalisasi Penggunaan E-Catalogue jumlah besar. Di samping itu, negosiasi akan
Meskipun e-catalogue merupakan salah satu membantu jika harga barang tersebut sangat
cara pembelian langsung, bukan berarti metode fluktuatif. Untuk persaingan yang dilakukan
ini mengurangi tingkat persaingan di antara sebelum harga dimasukkan ke dalam e-
penyedia. Hal ini dapat dilakukan dengan be- catalogue, negosiasi hanya dimungkinkan
berapa cara, antara lain: untuk menurunkan harga. Dengan alasan
a. Persaingan dilakukan sebelum harga dan transparansi dan bersaing, sebaiknya harga
jenis barang/jasa tersebut dimasukkan ke hasil pelelangan hanya dapat dinegosiasi
dalam e-catalogue. Penyedia yang diper- oleh pengguna saja. Dengan demikian, harga
kenankan memasukkan barang/jasa yang pembelian hasil negosiasi tidak dimung-
ditawarkan hanya penyedia yang menjadi kinkan lebih rendah dibandingkan harga
penawar terbaik saja, baik dari segi harga yang tercantum dalam e-catalogue.
dan/atau kualitas.
b. Persaingan dilakukan setelah penyedia Untuk persaingan antar penyedia yang ter-
memasukkan harga dan jenis barang/jasa jadi setelah harga barang/jasa dimasukkan
tersebut ke dalam e-catalogue berdasarkan ke dalam e-catalogue, harga dapat naik
volume yang ditawarkan. Setiap penyedia atau turun sesuai kesepakatan antarpihak
dapat memasukkan penawaran dan dapat me- yang bertransaksi. Mekanisme perubahan
lihat penawaran penyedia lain sehingga dapat harga tersebut disusun dalam aturan main
melakukan penyesuaian harga. Penyesuaian (trading rules) yang ditetapkan oleh peny-
harga dilakukan mengacu volume yang dita- elenggara e-catalogue. Untuk mendukung
warkan atau jangka waktu penayangan. prinsip transparansi dan bersaing, bukan
hanya harga penawaran yang dicantumkan
Metode persaingan yang dipilih disesuaikan ke dalam e-catalogue, namun termasuk pula
dengan jenis barang/jasa dan/atau rantai harga kesepakatan yang tertuang dalam kon-
distribusi pemasaran. Pemesanan barang/ trak yang mengikat pengguna dan penyedia.
jasa dilakukan melalui aplikasi sebagaimana
50 JURNAL PENGADAAN

KESIMPULAN bersifat reguler.


Dari penelitian ini, penulis dapat menyim-
pulkan bahwa : 4. Kelompok barang yang lebih tepat
1. Kelompok barang/jasa yang tepat untuk menggunakan penunjukan langsung (singel
pengadaan dengan e catalogue adalah: source) adalah kelompok bottleneck, teruta-
a. Barang/jasa yang tergolong dalam kelom- ma yang dibutuhkan untuk keadaan darurat.
pok routine, kecuali barang/jasa yang peng-
adaannya bernilai kecil dan tidak bersifat SARAN
reguler E-catalogue diharapkan dapat semakin
b. Barang/jasa yang tergolong dalam kelom- meningkatkan transparansi dan persaingan
pok leverage dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.
c. Barang/jasa yang tergolong dalam Dengan demikian, efisiensi dan efektivitas
kelompok critical, khusus untuk barang/ akan semakin ditingkatkan. E-catalogue
jasa yang sudah memiliki standar atau menghilangkan barrier to entry bagi setiap
sudah dipatenkan penyedia yang mampu untuk turut serta
d. Barang/jasa yang tergolong dalam kelom- melayani kebutuhan barang/jasa unit kerja
pok bottleneck, tetapi hanya terbatas pada pemerintah yang sejalan dengan prinsip ket-
kegia tan pemeliharaan/perawatan untuk erbukaan. Pada akhirnya, diharapkan akunt-
kerusakan yang dapat diprediksi (pemeli- abilitas proses pengadaan akan semakin
haraan rutin) baik.Untuk memudahkan proses perikatan
dan memberikan rambu-rambu yang jelas,
2. Kelompok barang yang lebih tepat meng- perlu disusun jenis perikatan (kontrak)
gunakan pelelangan (e-tendering) adalah untuk masing-masing kelompok barang/
kelompok critical. jasa yang tercantum dalam e-catalogue.
Jenis kontrak tersebut disesuaikan dengan
3. Kelompok barang yang lebih tepat meng- jangka waktu perubahan harga, besaran
gunakan pembelian/pengadaan langsung volume pembelian, dan faktor lainnya.
(spot purchasing) adalah adalah kelompok
routine, tetapi khusus untuk barang/jasa
yang pengadaannya bernilai kecil dan tidak
Efisiensi Pengadaan Barang/Jasa.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 51

DAFTAR PUSTAKA

Anonimious. 2012. Modul 4 International- Anonimious. 2012. Buku Konsolidasi Per-


Purchasing and Supply Management, In- aturan Presiden tentang Pengadaan Ba-
ternational Trade Center UNCTAD/ - rang/Jasa Pemerintah, Jakarta: LKPP.
WTO.
Perpres No.54 Tahun 2010 tentang Penga-
Chopra, Sunil. 2012. Supply Chain Mana - daan Barang/Jasa Pemerintah.
gement : Strategy, Planning, and Opera-
tion. New York: Pearson.
URGENSI PERDA PEMBIAYAAN TAHUN JAMAK
DALAM PROYEK INFRASTRUKTUR:
STUDI TERHADAP PEMBANGUNAN
GMSC KOTA MOJOKERTO
URGENSI PERDA PEMBIAYAAN TAHUN JAMAK
DALAM PROYEK INFRASTRUKTUR: STUDI TERHADAP
PEMBANGUNAN GMSC KOTA MOJOKERTO

Abstrak
Pembentukan Perda Pembiayaan Tahun Jamak dalam
proyek infrastruktur merupakan langkah strategis dalam
rangka menjamin kepastian hukum dan anggaran agar
pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Konstruksi
hukum terkait hal ini adalah Peraturan Presiden Nomor
54/2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. PP
ini telah diubah dua kali, yakni PP No.70/2012 tentang pe-
Ria Casmi Arrsa rubahan kedua atas PP No. 54/2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Terakhir, adalah Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan
kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Dae-
rah. Memang dalam konstruksi hukum tersebut tidak ter-
cantum syarat pembentukan Perda. Namun, keberadaan-
nya sangat strategis dalam rangka mewujudkan tata kelola
keuangan daerah yang baik (good financial governance).

Kata kunci: Perda; Pembiayaan; Tahun Jamak;


Tata Kelola Keuangan Daerah
Abstract
The formation of Region Regulation of Multiple Year Bud-
get in Infrastructure Project is a strategic step to ensure law
foundation and budgeting can be applied well. Laws related
to this issue is President Regulation No. 54/2010 about
Government Procurement of Goods/Services. This regula-
tion has been altered twice, PP No.70/2012 about Second
Change toward PP No. 54/2010 about Government Procure-
ment of Goods/Services and Domestic Minester Regulation
No/ 13/2006 about Guidance to Regional Financial Manage-
ment. Last, is Domestic Minister Regulation No. 21 Year
2011 about Second Change toward Domestic Minister Regu-
lation No. 13/2006 about Guidance to Regional Financial
Management. Indeed, the requirements to form Regional Re-
fulation arent stated on those constructive laws. However,
its existance is very strategic to form good regional financial
governance.

Key Words : Regional Regulations; Budgetting; Multiple


Years; Good Regional Financial Governence
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 55

PENDAHULUAN masyarakat melalui peningkatan pelayanan,

P enyelenggaraan pemerintahan daerah pemberdayaan, dan peran serta masyara-


terus berjalan di tengah tuntutan de- kat, serta peningkatan daya saing daerah
mokrasi partisipatif yangmenghenda- dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
ki keterlibatan aktif masyarakat dalam pemerataan, dan keadilan (Suhadak dan
sendi-sendi penyelenggaraan pemerintahan di Trilaksono, 2007: 21) .
tingkat lokal. Keberadaan pemerintahan da-
erah yang memiliki visi strategis pembangu- Dengan demikian, setiap pemerintah daerah
nan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat memiliki kewajiban untuk menjamin adanya
merupakan tutuntan di tengah pertumbuhan infrastruktur memadai demi mendorong per-
perekonomian masyarakat. Untuk mendo- tumbuhan ekonomi yang berkualitas, mem-
rong peningkatan kesejahteraan, setiap kom- percepat pengembangan pusat-pusat pertum-
ponen masyarakat dilibatkan dengan berbagai buhan potensial, meningkatkan kesejahteraan
urusan pemerintahan sebagaimana termaktub di masyarakat, serta menurunkan kesenjangan
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 antarindividu, antarkelompok masyarakat, dan
tentang Pemerintahan Daerah. Adapun salah antardaerah. Pemerintah Kota Mojokerto me-
satu urusan pemerintahan dalam skala kabupa- realisasikan kewajiban tersebut melalui kebi-
ten maupun kota yang terkait dengan kepenting- jakan strategis antara lain berupa pembangunan
an mayarakat adalah pengadaan sarana umum fisik gedung Graha Mojokerto Service City
(Solichin AW, 2002: 45). di atas tanah bekas bangunan RSU Dr. Wahi-
din Sudiro Husodo. Langkah strategis tersebut
Secara umum, sarana dan prasarana adalah dilakukan untuk meningkatkan kinerja pemer-
alat penunjang keberhasilan dalam upaya intah daerah dalam sektor pelayanan publik ter-
memberikan pelayanan publik. Apabila ked- padu (integrated public service), meningkatkan
ua hal ini tidak tersedia, semua kegiatan yang perekonomian, dan kinerja promosi produk-
dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil produk unggulan dan kesejahteraan masyarakat.
yang diharapkan sesuai rencana. Amanat
UUD NKRI Tahun 1945 menggariskan bah- Gagasan ini sejalan dengan arah pembangunan
wa kebijakan otonomi daerah diarahkan un- Pemerintah Kota Mojokerto ke depan untuk
tuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan mewujudkan kota tersebut sebagai service
56 JURNAL PENGADAAN

city. Setidaknya ada tiga keunggulan yang yang memadai hanya bisa diatasi melalui
harus dimiliki service city: meliputi sumber penyediaan dana relatif besar sehingga pem-
daya manusia, produk jasa dan layanan, serta bangunannya membutuhkan waktu lebih dari
infrastruktur berupa sarana dan prasarana. satu tahun anggaran. Berdasarkan pemaha-
Dalam rangka akselerasi proses pemban- man tersebut, penetapan skema pembiayaan
gunan fisik Gedung Graha Mojokerto Ser- yang dirumuskan dalam Rancangan Peraturan
vice City, Pemerintah Kota Mojokerto perlu Daerah Kota Mojokerto tentang Pembiayaan
menetapkan skema pembiayaan guna men- Tahun Jamakdalam konteks pembangunan
jamin kesinambungan pelaksanaan program fisik Gedung Graha Mojokerto Service City
pembangunan yang bersifat strategis. di Kota Mojokertomenjadi sangat penting.
Beranjak dari latar belakang di atas, penulis
Sebab terbatasnya dana dari Anggaran Pen- merumuskan beberapa permasalahan, yaitu:
dapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota 1. Mengapa perlu dirumuskan Peraturan
Mojokerto dalam melaksanakan kegiatan Daerah (Perda) ihwal pembiayaan tahun jamak
manajemen konstruksi, perencanaan teknis dalam kegiatan pembangunan fisik Gedung
dan pembangunan fisik Gedung Graha Mo- Graha Mojokerto Service City (GMSC)?
jokerto Service City, pelaksanaan kegiatan 2. Sasaran, ruang lingkup pengaturan,
pembangunan ini pun perlu dilaksanakan jangkauan, dan arah pengaturan apa saja yang
melalui skema pekerjaan tahun jamak (multi perlu diatur dalam perumusan peraturan dae-
years). Kondisi ini didasari atas kenyataan rah terkait dengan pembiayaan tahun jamak
bahwa penyediaan barang/jasa pemerintah kegiatan pembangunan fisik Gedung Graha

Gagasan ini sejalan dengan arah pembangunan


Pemerintah Kota Mojokerto ke depan untuk
mewujudkan kota tersebut sebagai service city.
Setidaknya ada tiga keunggulan yang harus
dimiliki service city: meliputi sumber daya manu-
sia, produk jasa dan layanan, serta infrastruktur
berupa sarana dan prasarana.
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 57

Mojokerto Service City (GMSC)? sun program pembangunan setiap tahun


sesuai dengan lingkup pekerjaan yang bisa
TINJAUAN PUSTAKA diselesaikan (Soleh Chabib dan Rohcman-
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak sjah Heru, 2010: 5). Sementara itu, peker-
untuk Pembangunan Fisik Gedung GMSC jaan konstruksi merupakan keseluruhan atau
menurut ketentuan Peraturan Menteri Peker- sebagian rangkaian kegiatan perencanaan
jaan Umum Nomor 45 Tahun 2007 tentang dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan yang mencakup pekerjaan arsitektur, sipil,
Gedung Negara, pelaksanaan pembangu- mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan
nan lebih dari satu tahun anggaran memer- pada masing-masing paket pekerjaan untuk
lukan persetujuan multi-years project. Hal mewujudkan suatu bangunan atau bentuk
ini didasari atas pelaksanaan kegiatan yang fisik lain. Berikut ini penulis lampirkan
tidak dapat diselesaikan dalam kurun tahun skema pembangunan konstruksi dengan
yang sama. Dalam pelaksanaannya, pen- mengacu pada ketentuan peraturan perun-
gadaan dokumen perencanaan pun harus dang-undangan yang berlaku.
diselesaikan pada tahun anggaran pertama.
Oleh karena itu, pemerintah harus menyu- Berdasarkan skema berikut (lihat Skema
I), paket pekerjaan konstruksi yang akan
dilaksanakan dengan menggunakan kon-
Penetapan skema pembiaya- trak tahun jamak harus sudah mendapatkan
an yang dirumuskan dalam
persetujuan dari pejabat berwenang sebelum
Rancangan Peraturan Daerah
proses pemilihan penyedia barang/jasa dimu-
Kota Mojokerto tentang Pem-
lai. Penganggaran kegiatan tahun jamak ini
biayaan Tahun Jamakdalam
didasari persetujuan DPRD yang dituang-
konteks pembangunan fisik Ge-
kan dalam nota kesepakatan bersama antara
dung Graha Mojokerto Service
City di Kota Mojokertomen- kepala daerah dan DPRD. Nota kesepakatan

jadi sangat penting. tersebut ditandatangani bersamaan dengan


penandatanganan nota kesepakatan KUA dan
PPAS pada tahun pertama rencana pelaksa-
naan kegiatan tahun jamak.
58 JURNAL PENGADAAN

Skema I
Organ Organisasi Jasa Konstruksi

Jasa Konstruksi
(Layanan Jasa)

Pelaksanaan Perencanaan Pengawasan


Pek. Konstruksi Pek. Konstruksi Pek. Konstruksi

Pelaksana Konstruksi/ Jasa Konsultansi


Pemborong/ (Konsultan)
Kontraktor/Anemer

Konsultan Perencana Konsultan


Pengawas

Konstruksi Pengawasan
(rekayasa; perencanaan; Non Konstruksi
Konstruksi Pek. Konstruksi
perancangan)

Infrastruktur/
Bangunan

Arsitek Sipil Mekanikal Elektrikal Tata Lingkungan

Sumber: Djoko, Soepriyono 2005, Kegagalan Bangunan dan Undang-Undang Jasa Konstruksi.
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 59

Menurut ketentuan Peraturan Menteri Peker-


jaan Umum Nomor 45 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara, pelaksanaan pembangunan
lebih dari satu tahun anggaran memerlukan
persetujuan multi-years project. Hal ini didasari
atas pelaksanaan kegiatan yang tidak dapat
diselesaikan dalam kurun tahun yang sama.

Berdasarkan skema di atas, paket pekerjaan nandatanganan nota kesepakatan KUA dan
konstruksi yang akan dilaksanakan dengan PPAS pada tahun pertama rencana pelaksa-
menggunakan kontrak tahun jamak harus naan kegiatan tahun jamak. Adapun jangka
sudah mendapatkan persetujuan dari peja- waktu penganggaran kegiatan tahun jamak
bat berwenang sebelum proses pemilihan tidak boleh melampaui akhir tahun masa ja-
penyedia barang/jasa dimulai. Pengang- batan kepala daerah. Berdasarkan penjela-
garan kegiatan tahun jamak ini didasari san tersebut, penulis lampirkan skema un-
persetujuan DPRD yang dituangkan dalam tuk memotret perencanaan pembangunan
nota kesepakatan bersama antara kepala GMSC secara sistematis, terarah, teren-
daerah dan DPRD. Nota kesepakatan terse- cana, terpadu dan terukur, sebagai berikut
but ditandatangani bersamaan dengan pe- (lihat Skema II):
Skema II 60
Mekanisme Sinergis Perencanaan Pembangunan Infrastruktur
Melalui Kegiatan Tahun Jamak (Muti Years)
JURNAL PENGADAAN
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 61

METODOLOGI Graha Mojokerto Service City.


Metode pendekatan penulisan ini meng- 2. Penuangan konsep pembangunan
gunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Gedung GMSC dalam RPJMD sangat
Studi literatur dan observasi pengalaman penting karena akan dijadikan dasar
penulis di lapangan selama menjadi tim dalam penyusunan RKPD, Renstra
ahli perumus naskah akademik Perda Ta- SKPD, dan Renja SKPD.
hun Jamak (multy years) Kota Mojokerto. 3. Pada ranah konstruksi perencanaan,
SKPDselaku penanggung jawab
HASIL DAN ANALISIS diharapkan dapat melakukan identifi-
Berdasarkan skema 2, sebagai mata rantai kasi kebutuhan barang dan jasa seka-
proses dan akuntabilitas Pembangunan Ge- ligus melakukan penetapan rencana
dung Graha Mojokerto Service City, penu- penganggaran biaya pengadaan. SKPD
lis memandang penting untuk memotret pun perlu menyesuaikan dengan ke-
kondisi objektif di Kota Mojokerto terkait tentuan Peraturan Pemerintah Nomor
arah kebijakan pembangunan. Adapun 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
temuan terkait dengan pembangunan seb- Barang Milik Negara/Daerah. Per-
agaimana dimaksud antara lain: aturan ini memberikan arah kebijakan
1. Pembanguan Gedung GMSC ha- bahwasanya perencanaan kebutuhan
rus satu kesatuan perencanaan yang mencakup kegiatan perumusan atas
dituangkan dalam dokumen RPJMD rincian kebutuhan barang milik daerah
Kota Mojokerto. Dalam praktiknya, untuk menghubungkan pengadaan ba-
RPJMD Kota Mojokerto baru dilaku- rang yang telah lalu dengan keadaan
kan pembahasan dan belum dilakukan yang sedang berjalan sebagai dasar
pengesahan. Sementara itu, berdasar- melakukan tindakan yang akan datang.
kan analisis yang sistematis, penulis ti- 4. Lebih lanjut, tahapan dan proses
dak menemukan batasan dan/atau pro- sebagaimana dimaksud akan dijadi-
gram pembangunan yang mengerucut kan dasar untuk menetapkan kebijakan
dan misalnya, menyebutkan arah kebi- umum perihal pemaketan pekerjaaan,
jakan Kota Mojokerto sebagai service cara pengadaan, dan pengorganisa-
city melalui pembangunan fisik Gedung sian pengadaan. Selain itu, komponen
62 JURNAL PENGADAAN

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang


Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Peraturan ini
memberikan arah kebijakan bahwasanya perencanaan
kebutuhan mencakup kegiatan perumusan atas rincian
kebutuhan barang milik daerah untuk menghubung-
kan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan
yang sedang berjalan sebagai dasar melakukan tinda-
kan yang akan datang.

perencanaan awal pun sudah harus 6. Berdasarkan Peraturan Menteri


memberikan gambaran terkait dengan Pekerjaan Umum Nomor 45 PRT/M
arah pembangunan fisik yang akan di- Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
laksanakan sehingga keberadaanya Pembangunan Gedung Negara, disebut-
dapat dipertanggungjawabkan (Huibert kan bahwa spesifikasi Gedung GMSC
Tarore, 2010: 3). masuk dalam kualifikasi dan klasifikasi
5. Terkait dengan proses pembangu- sebagai bangunan gedung negara. Oleh
nan yang membutuhkan lebih dari satu karena itu, setiap bangunan gedung
tahun anggaran, landasan pengajuan negara harus memenuhi persyaratan
persetujuan kontrak tahun jamak (mul- administratif pada tahap pembangunan-
ty-years contract) dalam pengadaan ba- nya, salah satunya persyaratan menge-
rang/jasa dapat mengacu pada ketentu- nai dokumen pembiayaan. Aturan
an Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun tersebut juga menjelaskan bahwa se-
2010 tentang Pengadaan Barang /Jasa tiap kegiatan pembangunan bangunan
Pemerintah. Di dalam ketentuan terse- gedung negara harus disertai/memiliki
but, Pasal 52 Ayat 3 memberikan ba- bukti tersedianya anggaran yang dipe-
tasan bahwa kontrak tahun jamak pada runtukkan untuk pembiayaan kegiatan
pemerintah daerah disetujui oleh ke- tersebut. Dalam hal ini, bukti keterse-
pala daerah sesuai ketentuan peraturan dian anggaran harus mendapat penge-
perundang-undangan. sahan oleh pejabat yang berwenang
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 63

sesuai peraturan perundang-undangan PRT/M/2007, setiap bangunan gedung


yang berlaku, dapat berupa Daftar Isian negara harus memiliki dokumen per-
Pelaksanaan Anggaran (DIPA), surat encanaan yang dihasilkan dari proses
penunjukan/penetapan kuasa pengguna perencanaan teknis, baik yang dihasil-
anggaran/kepala satuan kerja, atau do- kan oleh penyedia jasa perencana kon-
kumen lainnya yang dipersamakan. struksi, tim swakelola perencanaan,
7. Salah satu persyaratan administra- atau yang berupa desain prototipe dari
tif yang harus dipenuhi dalam pemba- bangunan gedung negara.
ngunan bangunan gedung negara ada- 8. Mengacu pada ketentuan Peraturan
lah kejelasan status hak atas tanah di Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Ta-
lokasi pendirian bangunan gedung hun 2006 tentang Pedoman Pengelo-
negara. Lebih lanjut, Bab IV Lampiran laan Keuangan Daerah sebagaimana
Permen PU No. 45/PRT/M/2007 Huruf telah diubah menjadi Peraturan Men-
(c) disebutkan bahwa kegiatan pelaksa- teri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
naan pembangunan yang karena kondis- 2011 tentang Perubahan Kedua atas
inya tidak dapat diselesaikan dalam satu Peraturan Menteri Dalam Negeri No-
tahun anggaran sehingga memerlukan mor 13 Tahun 2006 tentang Pedo-
persetujuan multi years contract--peng- man Pengelolaan Keuangan Daerah,
adaan dokumen perencanaannya ha- dijelaskan bahwa kegiatan tahun jamak
rus diselesaikan pada tahun anggaran harus memenuhi kriteria sekurang-
pertama. Menurut Permen PU No. 45/ kurangnya merupakan pekerjaan kon-

Penganggaran dana untuk kegiatan tahun


jamak tersebut harus memperoleh persetu-
juan DPRD yang dituangkan dalam nota ke-
sepakatan bersama antara kepala daerah
dengan DPRD serta memuat nama kegiatan,
jangka waktu pelaksanaan kegiatan, jumlah
anggaran dan alokasi anggaran per tahun.
64 JURNAL PENGADAAN

struksi atas pelaksanaan kegiatan yang yang sesuai dengan Permen PU No.
secara teknis merupakan satu kesatuan 45/PRT/M/2007. Pengadaan doku-
untuk menghasilkan satu output dengan men perencanaan tersebut harus
waktu penyelesaian lebih dari 12 (dua diselesaikan pada tahun anggaran
belas) bulan. Sementara itu, dalam ke- pertama.
tentuan Pasal 54 A Ayat (3) dan Ayat b. Penyelesaian pekerjaan tidak me-
(4) Permendagri tentang Pengelolaan lebihi masa jabatan kepala daerah.
Keuangan Daerah dijelaskan bahwa c. Disesuaikan dengan kemampuan
penganggaran kegiatan tahun jamak keuangan daerah.
sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) d. Penganggaran dana untuk ke-
berdasarkan persetujuan DPRD yang giatan tahun jamak tersebut ha-
dituangkan dalam nota kesepaka- rus memperoleh persetujuan DPRD
tan bersama antara kepala daerah dan yang dituangkan dalam nota ke-
DPRD. Nota kesepakatan tersebut harus sepakatan bersama antara kepala
memuat (a) nama kegiatan; (b) jangka daerah dengan DPRD serta memuat
waktu pelaksanaan kegiatan; (c) jumlah nama kegiatan, jangka waktu pelak-
anggaran; dan (d) alokasi anggaran per sanaan kegiatan, jumlah anggaran
tahun. Lebih lanjut, ketentuan Pasal 54 dan alokasi anggaran per tahun.
a Ayat (6) Permendagri tentang Penge- e. Pengalokasian dana per tahun
lolaan Keuangan Daerah menyebutkan untuk pembiayaan pembangunan
bahwa jangka waktu penganggaran tahun jamak harus terlebih dahulu
kegiatan tahun jamak sebagaimana di- ditetapkan dalam peraturan daerah
maksud pada Ayat (3) tidak melampaui tentang APBD pada tahun yang
akhir tahun masa jabatan kepala daerah sama. Hal ini sebagai bukti ket-
berakhir. Berdasarkan penjelasan terse- ersediaan anggaran yang diperun-
but, pembiayaan pembangunan tahun tukan untuk pembiayaan kegiatan
jamak harus memenuhi syarat sebagai pembangunan Gedung Graha Mo-
berikut. jokerto Service City. Sebagaimana
a. Menetapkan program dan kegia- dijelaskan dalam Permen PU No.
tan dalam dokumen perencanaan 45/PRT/M/2007, kegiatan pem-
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 65

Pembuatan Perda sebagaimana dimaksud


menjadi penting untuk menjamin terwujudnya
tata kelola keuangan daerah yang baik (good
financial governance) dengan mengedepankan
prinsip perencanaan, kecermatan, transparansi,
akuntabilitas, dan kehati-hatian mengingat be-
saran pembiayaan dibebankan pada komponen
APBD Kota Mojokerto.

bangunan gedung negara harus ter- kontrak tahun jamak.


lebih dahulu disertai/memiliki bukti h. Persyaratan untuk dapat diter-
ketersediaan anggaran yang dipe- bitkannya persetujuan kepala dae-
runtukan untuk pembiayaan keg- rah mengenai kontrak tahun jamak
iatan tersebut. adalah sebagai berikut:
f. Program/kegiatan pembangunan (i) permohonan persetujuan
infrastruktur dan bangunan gedung walikota mengenai kontrak ta-
yang akan didanai melalui pembi- hun jamak bersamaan dengan
ayaan tahun jamak harus ditetap- penyampaian RKA-SKPD di-
kan dalam peraturan daerah tentang sesuaikan dengan tahun angga-
APBD. ran;
g. Syarat yang harus dipenuhi se- (ii) rekomendasi ihwal kelaya-
belum kontrak tahun jamak ditan- kan atas kontrak tahun jamak
datangani oleh para pihak adalah yang akan dilakukan dari in-
persetujuan kepala daerah perihal stansi teknis fungsional;
66 JURNAL PENGADAAN

(iii) surat tanggung jawab mut- paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
lak dari pengguna anggaran/ sejak dokumen diterima secara
kuasa pengguna anggaran yang lengkap.
menyatakan ketersediaan dana k. Terkait dengan pembiayaan
bagi pelaksanaan kontrak ta- pembangunan kontrak tahun ja-
hun jamak (multi years con- mak yang bersumber dari APBD,
tract) yang bukan merupakan penganggarannya harus berdasar-
tambahan pagu (on top); dan kan persetujuan DPRD yang di-
(iv) surat pernyataan dari peng- tuangkan dalam nota kesepakatan
guna anggaran/kuasa pengguna bersama kepala daerah; konstruksi
anggaran yang menyatakan peraturan perundang-undangan me-
bahwa sisa dana yang tidak mang tidak mengatur kewajiban
terserap dalam tahun bersang- pemerintah daerah untuk menetap-
kutan tidak akan direvisi untuk kan perda yang berkaitan dengan
digunakan pada tahun angga- pengikatan dana APBD untuk ke-
ran yang sama dan pengadaan/ giatan tahun jamak (multi years).
pembebasan lahan/tanah yang Akan tetapi, penulis berpandang-
diperlukan untuk mendukung an bahwa pembuatan Perda seb-
pembangunan infrastruktur su- agaimana dimaksud menjadi pent-
dah dituntaskan. ing untuk menjamin terwujudnya
i. Melengkapi cakupan jenis dan tata kelola keuangan daerah yang
tahapan kegiatan/pekerjaan secara baik (good financial governance)
keseluruhan, jangka waktu penyele- dengan mengedepankan prinsip per-
saian pekerjaan, dan ringkasan ke- encanaan, kecermatan, transparan-
butuhan anggaran per tahun. si, akuntabilitas, dan kehati-hatian
j. Proses penyelesaian persetujuan mengingat besaran pembiayaan di-
keuangan kontrak tahun jamak oleh bebankan pada komponen APBD
walikota dilakukan oleh dinas yang Kota Mojokerto.
membidangi keuangan (dalam hal
ini DPPKA) dan harus dilakukan Berdasarkan penjelasan di atas, aspek pe-
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 67

Permen PU No. 45/PRT/M/2007, kegi-


atan pembangunan gedung negara
harus terlebih dahulu disertai/memili-
ki bukti ketersediaan anggaran yang
diperuntukan untuk pembiayaan
kegiatan tersebut.

rencanaan pembangunan Gedung Graha Jangkauan dan Arah Pengaturan Perda


Mojokerto Service City merupakan satu Kota Mojokerto tentang Pembiayaan Tahun
kesatuan yang tidak terpisahkan di antara Jamak untuk Pembangunan Fisik Gedung
setiap komponen tahapan. Jika kelengka- GMSC
pan dokumen perencanaan pembangunan
daerah, dokumen perencanaan SKPD, do- Berdasarkan uraian sebelumnya, bab ini
kumen analisis perencanaan kebutuhan dan akan menguraikan relevansi, jangkauan,
anggaran, serta dokumen perencanaan awal arah pengaturan, dan ruang lingkup ma-
pembangunan tidak terpenuhi, proses pem- teri Rancangan Peraturan Daerah Kota
bangunan GMSC berpotensi terjadi kesala- Mojokerto tentang Pembiayaan Tahun Ja-
han adminsitratif yang secara berkelanjutan mak untuk Pembangunan Fisik Gedung
melanggar prinsip-prinsip good governance GMSC. Adapun penjelasan sebagaimana
dan good financial governance. dimaksud seperti pada Tabel I berikut ini.
68 JURNAL PENGADAAN

Tabel 1
Jangkauan dan Arah Pengaturan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembiayaan
Tahun Jamak untuk Pembangunan Fisik Gedung Graha Mojokerto

Materi Ruang
No Bab Keterangan
Lingkup
1 BAB I Keten- Definisi Hukum Mengatur ruang lingkup pengertian,
tuan Umum yang Bersifat definisi, jabatan, dan berbagai istilah
Konseptual. terkait dengan pengaturan pengikatan
dana anggaran pendapatan dan belanja
daerah (APBD) untuk kegiatan mana-
jemen konstruksi, perencanaan teknis,
dan pembangunan fisik Gedung Graha
Mojokerto Service City melalui keg-
iatan tahun jamak.

2 BAB II Asas, Bagian Pertama Ketentuan dalam pasal ini


Maksud, dan Asas Operasional mengenai asas-asas yang menjadi lan-
Tujuan dasan peraturan ini dibuat, antara lain
profesionalitas, transparansi, akunta-
bilitas, efektif dan efisien, kejujuran
dalam mengelola keuangan publik
(probity), money follow function; dan
asas-asas umum perjanjian.
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 69

Bagian Kedua Ketentuan mengenai pasal ini


Maksud dan Tujuan dirumuskan guna menjamin
kepastian hukum, transparansi,
dan akuntabilitas pembiayaan
yang bersumber dari APBD
agar pembangunan infrastruktur
bangunan dapat berjalan secara
baik.

3 BAB III Je- a. Bagian Pertama Ketentuan dimaksud dirumus-


nis Kegiatan, Jenis Kegiatan; kan sehubungan dengan keter-
Jangka Waktu b. Bagian Kedua batasan APBD Kota Mojokerto
Pelaksanaan, Jangka Waktu dalam melaksanakan kegiatan
dan Pembiayaan Pelaksanaan; manajemen konstruksi, perenca-
c. Bagian Ketiga naan teknis, dan pembangunan
Pembiayaan fisik GMSC. Kegiatan pembang-
unan perlu dilaksanakan ber-
dasarkan tahun jamak dengan
mengacu pada ketentuan per-
aturan perundang-undangan
yang berlaku dengan skema se-
bagai berikut.
1. Pemerintah daerah atas per-
setujuan DPRD menetapkan
alokasi sejumlah dana setiap
tahun anggaran untuk mem-
biayai kegiatan tahun jamak.
70 JURNAL PENGADAAN

2. Kegiatan yang dilaksanakan


melalui kontrak tahun jamak
dianggarkan dalam APBD.
3. Besaran alokasi pembiay-
aan untuk kegiatan manaje-
men konstruksi pembangu-
nan Gedung GMSC, yaitu
Rp675.000.000,00 (enam
ratus tujuh puluh lima juta
rupiah).
4. Rincian alokasi anggaran se-
bagaimana dimaksud pada
ayat (3) ditetapkan sebagai
berikut.
a. alokasi anggaran ta-
hun 2014 sebesar Rp
33.750.000,00 (tiga pu-
luh tiga juta tujuh ratus
lima puluh ribu rupiah);
b. alokasi anggaran ta-
hun 2015 sebesar Rp
192.375.000,00 (sera-
tus sembilan puluh dua
juta tiga ratus tujuh pu-
luh lima ribu rupiah);
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 71

c. alokasi anggaran ta-


hun 2016 sebesar Rp
448.875.000,00 (empat
ratus empat puluh dela-
pan juta delapan ratus
tujuh puluh lima ribu ru-
piah).
5. Besaran alokasi pembiayaan
untuk kegiatan perencanaan
teknis dan pembangunan fisik
Gedung GMSC sebagaimana
dimaksud pada huruf (b), yai-
tu Rp32.175.250.000,00 (tiga
puluh dua miliar seratus tujuh
puluh lima juta dua ratus lima
puluh ribu rupiah).
6. Rincian alokasi anggaran
sebagaimana dimaksud pada
poin (5) ditetapkan sebagai
berikut:
a. alokasi anggaran ta-
hun 2015 sebesar Rp
11.437.550.000,00 (sebe-
las miliar empat ratus tiga
puluh tujuh juta lima ratus
lima puluh ribu rupiah);
72 JURNAL PENGADAAN

b. Alokasi anggaran ta-


hun 2016 sebesar Rp
20.735.700.000,00 (dua
puluh miliar tujuh ratus
tiga puluh lima juta tu-
juh ratus ribu rupiah).
7. Pencairan dana dilakukan
sesuai dengan hasil atau bo-
bot pekerjaan sepanjang ti-
dak melebihi pagu anggaran
yang telah dialokasikan pada
tahun anggaran berjalan.
8. Dana yang tidak bisa dicair-
kan pada tahun anggaran
berjalan karena hasil/bobot
pekerjaan belum tercapai
dapat dicairkan pada tahun
anggaran berikutnya.

4 BAB IV Hak, Hak, Kewajiban, Ketentuan dimaksud dirumus-


Kewajiban, dan dan Tanggung kan dalam norma guna memas-
Tanggung Jawab Jawab tikan adanya hubungan kontrak-
tual yang berimplikasi secara
hukum antara pemerintah daerah
dengan penyedia barang/jasa.
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 73

5 BAB V Penye- Penyesuaian Harga Ketentuan dimaksud dirumus-


suaian Harga kan untuk menjamin kepastian
hukum ketika terjadi peruba-
han harga yang diakibatkan
oleh kondisi tertentu, misalnya
perkembangan harga, inflasi,
kenaikan BBM, dan faktor lain-
nya yang mekanisme pelaksa-
naannya didasari atas ketentuan
peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
6 BAB VI Penyelesaian Ketentuan dimaksud dirumus-
Penyelesaian Perselisihan kan karena adanya kemungkinan
Perselisihan terjadi tindakan wanprestasi di
antara para pihak yang terikat
dalam suatu perjanjian. Oleh
sebab itu, model penyelesaian
perselisihan perlu dirumuskan
agar menjamin kepastian hu-
kum dalam penyelesaian sen-
gketa, baik yang mengandung
unsur pidana dan/atau perdata
dengan mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
74 JURNAL PENGADAAN

7 BAB VII Pengawasan dan Ketentuan dimaksud dirumus-


Pengawasan dan Pengendalian kan mengingat kepala daerah,
Pengendalian dalam hal ini walikota, mempu-
nyai tugas memimpin pelaksa-
naan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah
berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kebi-
jakan yang ditetapkan bersama
DPRD. Dalam hal ini, waliko-
ta juga merupakan pemegang
kekuasaan anggaran. Dengan
demikian, proses pembangunan
perlu dilakukan pengawasan dan
pengendalian terpadu agar memi-
nimalisasi praktik korupsi dan pe-
nyalahgunaan wewenang dalam
pembiayaan pembangunan infra-
struktur yang menyangkut peng-
gunaan APBD.

8 BAB VIII Ketentuan Penutup Merupakan klausul baku dalam


Ketentuan setiap peraturan dan dimasuk-
Penutup kan ke dalam lembaran daerah.
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 75

KESIMPULAN kan oleh Pemerintah Kota Mojokerto.


Berdasarkan pembahasan di atas, penulis 2. Sasaran yang akan diwujudkan, ruang
menyimpulkan: lingkup pengaturan, jangkauan, dan
1. Bahwa Peraturan Daerah tentang Pem- arah pengaturan dalam perumusan Per-
biayaan Tahun Jamak perlu dirumus- da Kota Mojokerto tentang Pembiaya-
kan dalam kaitan dengan pembangunan an Tahun Jamak untuk Pembangunan
fasilitas gedung negara agar pelaksa- Fisik Gedung GMSC terdiri atas dela-
naan pembangunan dapat dijalankan pan materi pokok, meliputi ketentuan
dengan berprinsip pada aspek kepastian umum, asas, maksud dan tujuan, jenis
hukum, integritas, kecermatan, kehati- kegiatan, jangka waktu pelaksanaan
hatian, transparansi, dan akuntabilitas dan pembiayaan, hak, kewajiban dan
serta mengedepankan asas-asas tata tanggung jawab, penyesuaian harga,
kelola keuangan yang baik (good finan- penyelesaian perselisihan, serta penga-
cial governance). Dengan demikian, wasan dan pengendalian. Rumusan
hasil dari pembangunan berupa fasili- tersebut merupakan konsistensi dalam
tas bangunan gedung memiliki kuali- rangka menjamin kepastian hukum atas
tas bangunan yang baik dan memadai pengikatan dan ketersedian pembiayaan
dalam rangka menunjang optimalisasi yang dibebankan pada APBD Kota
kinerja pelayanan publik yang dijalan- Mojokerto.

Perda tentang Pembiayaan Tahun Jamak perlu dirumuskan


dalam kaitan dengan pembangunan fasilitas gedung negara
agar pelaksanaan pembangunan dapat dijalankan dengan ber-
prinsip pada aspek kepastian hukum, integritas, kecermatan,
kehati-hatian, transparansi, dan akuntabilitas serta mengede-
pankan asas-asas tata kelola keuangan yang baik (good finan-
cial governance).
76 JURNAL PENGADAAN

SARAN (REKOMENDASI) pelaksanaan kegiatan ini dibebankan pada


Berdasarkan simpulan di atas, penulis komponen APBD Kota Mojokerto. Dengan
menyampaikan saran sebagai berikut: demikian, aspek perencanaan pembangunan
GMSC merupakan satu kesatuan yang tidak
1. Dalam rangka pembangunan fisik Gedung terpisahkan dari masing-masing kompo-
GMSC, Pemerintah Kota Mojokerto perlu nen tahapan. Jika kelengkapan dokumen
melakukan proses pentahapan secara tertib perencanaan pembangunan daerah, doku-
dan patuh mengacu pada ketentuan peraturan men perencanaan SKPD, dokumen analisis
perundang-undangan yang berlaku. Adapun perencanaan kebutuhan dan anggaran, serta
pengaturan itu meliputi aspek: dokumen perencanaan awal pembangunan
(a) perencanaan pembangunan Kota Mo- tidak terpenuhi, pembangunan GMSC ber-
jokerto sebagaimana termaktub di dalam potensi salah secara adminsitratif. Hal ini
dokumen RPJPD, RPJMD, RKPD, Renstra berisiko melanggar prinsip-prinsip good
SKPD, RTRW, RDTRK; financial governance. Kondisi tersebut akan
(b) analisis kebutuhan barang milik daerah berada pada titik rentan ketika Pemerintah
pada tingkat SKPD dan perencanaan peng- Kota Mojokerto tidak bisa memberikan
anggaran; transparansi dan akuntabilitas perencanaan
(c) perencanaan awal pembangunan guna dan penganggaran. Tanpa proses yang tertib
memastikan gambaran umum proyek pem- sebagaimana digambarkan di atas, potensi
bangunan yang rasional; terjadinya kerugian negara yang berim-
plikasi pada tindak pidana sangat besar.
2. Tertib administrasi dan kepatuhan pada
hukum merupakan prasyarat utama yang
harus dipenuhi guna menjamin terwujudnya
tata kelola keuangan daerah yang baik (good
financial governance) dengan mengede-
pankan prinsip perencanaan, kecermatan,
transparansi, akuntabilitas, dan kehati-
hatian. Sebagaimana diketahui, pembiayaan
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 77

DAFTAR PUSTAKA

Soepriyono, Djoko. 2005. Kegagalan Wahab, Solichin A. 2002. Masa Depan


Bangunan dan Undang-Undang Ja Otonomi Daerah: Kajian Sosial,
sa Konstruksi. Ed.02. Jakarta: Media Ekonomi, Politik, untuk Mencip-
Dinamika Konsultan Nasional Bis- takan Sinergi dalam Pembangunan
nis Konsultan Edisi 02 Tahun II No- Daerah. Surabaya: Penerbit SIC.
vember 2005. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999
tentang Jasa Konstruksi (Lembaran
Soleh, Chabib dan Rohcmansjah Heru.
Negara Republik Indonesia Tahun
2010. Pengelolaan Keuangan dan
1999 Nomor 54, Tambahan Lemba-
Aset Daerah: Sebuah Pendeka-
ran Negara Republik Indonesia No-
tan Struktural Menuju Tata Kelola
mor 3833);
Pemerintahan yang Baik. Bandung:
Fokusmedia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lem-
Suhadak dan Trilaksono. 2007. Paradig-
baran Negara Republik Indonesia
ma Baru Pengelolaan Keuangan
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Daerah dalam Penyusunan APBD di
Lembaran Negara Republik Indone-
Era Otonomi. Malang: Bayumedia
sia Nomor 5587);
Publishing.

Tarore, Huibert. 2010. Panduan Praktis


Manajemen Konstruksi. Jakarta: Ga-
peksindo.
78 JURNAL PENGADAAN

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


2010 tentang Pengadaan Barang/ Nomor 45 PRT/M Tahun 2007 ten-
Jasa Pemerintah sebagaimana te- tang Pedoman teknis Pembangunan
lah diubah kedua kalinya melalui Gedung Negara.
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun
2012 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 Tentang Pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 No-
mor 155, Tambahan Lembaran Nega-
ra Republik Indonesia Nomor 5334);

Peraturan Menteri Dalam Negeri


Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pe-
doman Pengelolaan Keuangan Dae-
rah sebagaimana telah diubah beber-
apa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011 tentang Perubahan Ke-
dua Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 ten-
tang Pedoman Pengelolaan Keuang-
an Daerah;
MA
MASUKAN UNTUK RUU PBJ:
MENDESAIN P
PERADILAN YANG EFEKTIF
UNTUK MELAYANI SENGKETA PENGADAAN
MASUKAN UNTUK RUU PBJ:
MENDESAIN PERADILAN YANG EFEKTIF
UNTUK MELAYANI SENGKETA PENGADAAN

Abstrak
Tulisan ini menawarkan solusi untuk mendesain
agar peradilan dapat melayani sengketa pengadaan
secara lebih efektif. Selama ini putusan peradilan di
bidang pengadaan kerap membingungkan karena
terdapat tiga lembaga yang mengklaim sebagai tem-
pat untuk menguji keabsahan keputusan pemenang
tender. Prosedur beracara juga panjang, apalagi

Richo Andi Wibowo jika pihak yang kalah melakukan banding dan/atau
kasasi. Tulisan ini menunjukkan bagaimana masalah
tersebut dihindari di Belanda dan menyarankan
agar Indonesia mempertimbangkan good practices
di sana. Desain solusi ini perlu diatur melalui UU
agar tidak melanggar asas independensi dan UU
Kekuasaan Kehakiman. Hal ini adalah argumentasi
yang sulit dibantahkan mengenai perlunya menga-
tur pengadaan barang/jasa dalam bentuk UU.

Kata kunci: prosedur di peradilan; UU PBJ;


good practices
Abstract
This paper aims at providing solution to design
the effectiveness of the judiciary on handling pro-
curement disputes. To date, the judicial decisions
have created public confusion. Three institutions
have claimed having the competence to handle
the disputes. In addition, the litigation procedure
takes so long. It takes even longer whenever the
aggrieved bidders lodge the appeal and/or cassa-
tion. To respond those situations, this paper ex-
plains how the above problems are prevented in
the Netherlands, and recommends Indonesia to
take into account its good practices. This design
solution should be embodied in an Act to avoid the
infringement of the principle of judicial indepen-
dence as well as the Judiciary Power Act. By this,
the urgency to regulate public procurement on
goods/services into an Act has become irrefutable.

Keywords: judicial procedure; Public Procure-


ment Act; good practices
82 JURNAL PENGADAAN

PENDAHULUAN

S udah beberapa waktu terakhir, Lem- yang terjadi. Kedua, pada sebuah seminar,
baga Kebijakan Pengadaan Barang/ salah seorang narasumber memberikan tiga
Jasa Pemerintah (LKPP) mempersiapkan argumentasi perlunya membentuk UU PBJ,
draf rancangan undang-undang pengadaan sbb.: (1) karena PBJ melibatkan kompo-
barang dan jasa (RUU PBJ). Kemudian, be- nen-komponen dasar dalam kegiatan pe-
lum lama ini terdengar berita bahwa LKPP nyelenggaraan negara seperti: anggaran,
bertemu dengan Dewan Perwakilan Daerah personil, dan barang; (2) untuk memajukan
(DPD), dan setelah itu DPD menginisiasi kesejahteraan umum; (3) menindaklanjuti
RUU PBJ untuk masuk ke dalam Program amanat dalam pasal 9 United Nations Con-
Legislasi Nasional (Prolegnas) 2015-2019. vention Against Corruption (UNCAC).

Mengingat bahwa RUU ini mendapat uru- Jika ditinjau dari perspektif lain, argumentasi-
tan buncit dengan nomor urut 152 dari 160 argumentasi di atas berpotensi disanggah oleh
RUU di Prolegnas, patut diprediksi bahwa pihak-pihak yang kritis. Argumentasi perta-
RUU ini tidak akan dibahas oleh eksekutif ma, misalnya, ada atau tidaknya penyimpan-
dan legislatif dalam waktu dekat. Oleh se- gan bukan menjadi alasan untuk mengatur
bab itu, ruang untuk memberikan masukan sesuatu ke dalam UU. Pihak yang kritis dapat
atas draf RUU ini masih sangat terbuka. menyatakan bahwa ada banyak aturan yang
Salah satu masukan yang perlu dipertim- telah diformalkan dalam bentuk UU meski-
bangkan adalah argumentasi yuridis untuk pun hal itu tidak dapat menjamin penyim-
mengatur PBJ dalam bentuk UU. pangan aturan akan hilang. Undang-undang
tindak pidana korupsi, misalnya, sudah jelas
Dalam berbagai diskusi dan forum yang melarang PNS untuk menerima pemberian
telah dilakukan sebelumnya, ada beberapa jika pemberian itu dianggap berkaitan dengan
argumentasi yang pernah terekam sebagai posisi dan/atau jabatannya. Namun, pelang-
justifikasi untuk mengatur PBJ ke dalam garan tetap banyak terjadi.
UU. Pertama, langkah ini guna memper-
baiki peraturan yang ada, sehingga tidak Argumentasi yang disampaikan belakangan
ada lagi penyimpangan-penyimpangan pun demikian. Pihak yang kritis dapat me-
Masukan untuk RUU PBJ:.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 83

nyatakan bahwa tidak ada teori yang me- peradilan agar memiliki prosedur yang
nyatakan atau sumber hukum yang menga- efektif dalam melayani sengketa di bidang
tur kegiatan penyelenggaraan negara yang pengadaan. Untuk membuktikan pernyata-
melibatkan anggaran, personil dan barang, an ini, pada uraian pertama penulis akan
serta ikhtiar pemerintah untuk memajukan menunjukkan bahwa sistem peradilan di
kesejahteraan umum harus diatur dalam Indonesia tidak efektif dalam mengatur
bentuk UU. Sementara itu, argumentasi un- sengketa pengadaan. Selanjutnya, dilaku-
tuk menindaklanjuti amanat UNCAC pun kan studi perbandingan hukum negara Be-
kurang meyakinkan karena sesungguhnya landa mengenai cara mengefektifkan pera-
UNCAC mendorong negara peratifikasi dilan mereka dalam sengketa pengadaan.
untuk senantiasa meningkatkan sistem PBJ Pembahasan kemudian akan dilanjutkan
dalam mencegah terjadinya korupsi, tanpa mengenai bagaimana good practices dapat
menyinggung apakah upaya tersebut harus diadopsi Indonesia sebagai suatu solusi.
diformalkan dalam bentuk UU atau tidak. Lalu, penulis pun akan menyampaikan ar-
Adapun kutipan pasal 9 UNCAC berbunyi: gumentasi mengapa hanya UU yang dapat
mengatur hal ini. Pembahasan kemudian
Each State Party shall, in accordance ditutup dengan simpulan dan rekomendasi.
with the fundamental principles of its legal Bukti Kebingungan dan Ketidakefektifan
system, take the necessary steps to establish Sistem Peradilan dalam Menangani Seng-
appropriate systems of procurement, based keta di Bidang Pengadaan.
on transparency, competition and objective
criteria in decision-making, that are effec- Berikut adalah beberapa bukti bahwa
tive, inter alia, in preventing corruption banyak pihak, termasuk penegak hukum,
(UNCAC, 2003: 12) mengalami kebingungan atas sistem pera-
dilan yang menjadi kompetensi dalam ka-
Berkaitan dengan hal ini, perkenankan sus pengadaan. Pilihan kasus berikut ini
penulis untuk berbagi pandangan. Menu- difokuskan pada isu sanggah banding yang
rut hemat penulis, alasan yang paling kuat dilanjutkan di pengadilan.1
membuat peraturan pengadaan dalam ben-
tuk UU adalah untuk mendesain lembaga Deskripsi kasus pertama mengenai penga-
84 JURNAL PENGADAAN

Alasan yang paling kuat terkait pentingnya mena-


ta masalah pengadaan dalam bentuk UU adalah
untuk mendesain agar lembaga peradilan memiliki
prosedur yang efektif dalam melayani sengketa di
bidang pengadaan.

daan lampu di Kabupaten Sampang, Jawa pang. Peserta tender yang merasa dirugikan
Timur. Terdapat peserta pengadaan yang dalam kompetisi tender mengajukan sang-
mengajukan sanggah hingga tahap sanggah gah sampai tahap sanggah banding karena
banding karena merasa dirugikan oleh pu- tidak puas dengan jawaban yang dikeluar-
tusan penetapan pemenang tender. Peserta kan panitia tender. Merasa tidak puas deng-
yang merasa dirugikan itu pun memasuk- an materi jawaban, peserta tender itu pun
kan gugatan ke Pengadilan Negeri Sam- memasukkan gugatan pembatalan peneta-
pang karena tidak mendapatkan jawaban pan pemenang tender ke Pengadilan TUN
dari pengguna anggaran/kuasa anggaran. Bengkulu. Setelah melalui proses persi-
Namun, hakim PN Sampang justru me- dangan, hakim beralasan bahwa kasus ini
nyatakan bahwa kasus tersebut bukan yuris- merupakan domain yurisdiksi peradilan
diksi peradilan umum. Hakim beralasan umum dan memutuskan untuk menolak
bahwa keputusan pemenang lelang adalah menangani gugatan peserta tender.
keputusan tata usaha negara (KTUN) yang
menjadi objek sengketa di Pengadilan Tata Kebingungan bukan hanya terjadi di penga-
Usaha Negara (PTUN). Oleh sebab itu, PN dilan level bawah, tetapi juga di level Mah-
Sampang mempersilakan kasus tersebut kamah Agung (MA). Pada kasus CV Mum-
untuk disengketakan di PTUN. taz versus BNPB, misalnya, MA menerima
gugatan CV Mumtaz untuk kemudian men-
Sementara itu, kasus pengadaan infra- gadili kasus ini pada 2013 di kamar TUN.
struktur kesehatan di Kabupaten Lebong, Sementara itu, pada kasus Ibrahim versus
Bengkulu justru bertolak belakang dengan Pemkot Sabang, MA menerima gugatan
kasus pengadaan lampu di Kabupaten Sam- Ibrahim dan mengadili kasus ini pada
Masukan untuk RUU PBJ:.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 85

2012 di kamar perdata umum. Oleh sebab usaha tidak sehat. Selain dapat melakukan
itu, dapat dikatakan bahwa MA sendiri investigasi, KPPU juga dapat menerima
telah inkonsisten atau bingung untuk me- pengaduan dan menjadi lembaga pengadil
nyepakati lembaga dan kamar mana yang untuk memutuskan indikasi kasus pelang-
berwenang untuk mengadili kasus sengketa garan yang dilakukan pelaku usaha.
pengadaan.
Sekalipun berperan sebagai lembaga pen-
Terkait dengan hal di atas, menjadi relevan gadil, KPPU tidak tergolong sebagai lem-
untuk mencermati pengakuan salah satu ha- baga peradilan. KPPU merupakan lembaga
kim PTUN yang menyatakan bahwa inkon- eksekutif independen yang memiliki kara-
sistensi seperti kasus-kasus di atas kerap kter yudisial. Lembaga dengan karakter
terjadi. Hakim tersebut menyatakan bahwa tersebut bertujuan untuk mengurangi beban
ada hakim-hakim di PTUN yang memutus- perkara pada isu-isu spesifik di pengadilan.
kan untuk menerima kasus gugatan peneta- Meskipun demikian, putusan KPPU dapat
pan pemenang tender. Selain itu, ada pula dikoreksi oleh pengadilan. Putusan KPPU
hakim yang memutuskan untuk menolak juga dapat diajukan kepada Pengadilan
menyelesaikan suatu kasus pengadaan Negeri hingga tingkat kasasi di Mahkamah
karena meyakini hal itu sebagai bagian dari Agung untuk di-review.
yurisdiksi pengadilan negeri.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, KPPU
Keruwetan hal di atas menjadi bertambah telah menerima berbagai macam kasus
ketika komisioner dari Komisi Pengawas yang terkait dengan pengadaan barang/
Persaingan Usaha (KPPU) melakukan jasa, seperti persekongkolan tender atau
penafsiran ekstensif bahwa KPPU juga ber- manipulasi/rekayasa oleh aparatur sipil
wenang melakukan pengujian atas keab- negara yang terlibat dalam kegiatan pen-
sahan keputusan pemenang lelang. KPPU gadaan. Bahkan, menurut laporan internal
adalah lembaga independen di bawah badan KPPU, sebanyak 75 persen dari total 90
eksekutif yang berwenang untuk menga- persen laporan masyarakat yang diterima
wasi dan dapat menghukum pelaku usaha KPPU pada rentang waktu 2006 hingga
agar tidak terjadi monopoli dan persaingan 2011 merupakan kasus yang terkait di bi-
86 JURNAL PENGADAAN

dang pengadaan. pelaku usaha. Sebagaimana ketentuan pada


pasal di atas, unsur PNS dan badan usaha
Terkait dengan putusan-putusan mereka, digolongkan sebagai pihak lain.
komisioner KPPU melakukan penafsiran
bahwa KPPU memiliki kompetensi untuk Berikut ini adalah kasus relevan yang per-
menangani kasus-kasus pengadaan deng- lu dicermati. KPPU mendapatkan laporan
an beberapa tahapan. Pada tahap awal, tentang pengadaan infrastruktur irigasi di
KPPU akan merujuk Pasal 22 UU Nomor Kabupaten Senggau, Kalimantan Barat
5 Tahun 1999 yang menyatakan, Pelaku yang dilaksanakan pada 2010. Tidak dik-
usaha dilarang bersekongkol dengan pihak etahui siapa yang melaporkan kasus ini ke
lain untuk mengatur dan atau menentukan KPPU, tetapi biasanya laporan seperti ini
pemenang tender sehingga dapat mengaki- dilakukan oleh pihak yang kalah tender
batkan terjadinya persaingan usaha tidak karena menganggap dirinya diperlakukan
sehat. Kemudian, KPPU juga menafsir- tidak adil. Setelah melakukan pemeriksaan,
kan bahwa pengklasifikasian pelaku usaha KPPU kemudian memetakan para pihak
bukan hanya merujuk pada peserta tender, sebagai berikut: panitia pengadaan (pihak
melainkan juga mencakup pegawai negeri pertama); konsorsium PT CBGA dan PT
sipil yang melekat dengan institusi yang BPB (pihak kedua); PT TM, PT GMP, dan
melakukan pengadaan. Penafsiran ini mem- PT SK (masing-masing secara berurutan
buat PNS dan badan publik yang melaku- sebagai pihak ketiga, keempat, dan keli-
kan pengadaan diklasifikasikan sebagai ma). KPPU menilai bahwa ada konspirasi

KPPU bersama dengan MA berkontribusi dalam


menambah kebingungan yang sudah terjadi ihwal
kewenangan untuk mereviw ketetapan pemenang
lelang. Tumpang tindih ini tentu mengganggu
karena dapat membuat peserta tender menjadi
bingung: siapakah yang sesungguhnya berwenang
untuk menjadi pengadil?
Masukan untuk RUU PBJ:.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 87

horizontal antara pihak kedua dengan pi- terjadi pada kasus yang lain, yaitu kasus
hak ketiga hingga kelima dengan sangkaan Miller Marpaung dkk versus KPPU pada
bahwa mereka melakukan kompetisi semu tahun 2010 atau kasus pengadaan KTP
untuk memenangkan pihak kedua. Selan- elektronik. Pada kasus e-KTP, pihak yang
jutnya, KPPU juga menilai bahwa ada kon- kalah tender pun memasukkan laporan ke
spirasi vertikal yang dilakukan oleh pihak KPPU setelah tidak puas mengajukan sang-
pertama dan pihak kedua sehingga pihak gah dan sanggah banding.
kedua dapat memenangkan tender.
Mereka memasukkan laporan dengan
KPPU kemudian menjatuhkan hukuman argumentasi awal bahwa telah terjadi
karena semua pihak bersalah; pihak kedua persekongkolan tender. Mengingat KPPU
dijatuhi hukuman denda 651 juta; pihak ke- menemukan bukti telah terjadi konspirasi
tiga-kelima dijatuhi sanksi blacklist untuk horizontal dan konspirasi vertikal, KPPU
dua tahun. Adapun MA menguatkan putu- menyatakan bahwa panitia pengadaan ter-
san KPPU setelah pihak yang dijatuhi hu- bukti tidak bersikap objektif dalam menen-
kuman mengajukan banding hingga tahap tukan pemenang lelang. Dengan demikian,
kasasi. Dengan demikian, putusan ini sudah putusan pemenang lelang tersebut akan
bersifat final dan mengikat. batal secara otomatis berdasarkan pers-
pektif hukum. Mungkin tanpa disadari,
Kejadian dan putusan serupa juga pernah KPPU telah menempatkan diri sebagai

Tim pembaruan pengadilan mengakui bahwa


sistem peradilan di Indonesia sangat birokra-
tis dan menyita waktu. Untuk penyelesaian
sengketa di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,
misalnya, pihak pengadilan membutuhkan
waktu lebih dari 400 hari dengan 40 tahapan.
88 JURNAL PENGADAAN

lembaga untuk menguji keabsahan peneta- pemenang lelang, lamanya proses beperka-
pan pemenang tender. Sayangnya, MA pun ra pun masih bermasalah. Tim pembaruan
mengamini penafsiran ekstensif ini. pengadilan mengakui bahwa sistem peradi-
lan di Indonesia sangat birokratis dan me-
KPPU bersama dengan MA berkontribusi nyita waktu. Untuk penyelesaian sengketa
dalam menambah kebingungan yang sudah di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, misal-
terjadi ihwal kewenangan untuk me-review nya, pihak pengadilan membutuhkan waktu
ketetapan pemenang lelang. Ketumpangtin- lebih dari 400 hari dengan 40 tahapan. Ti-
dihan ini tentu mengganggu karena dapat dak bisa dibayangkan, berapa waktu yang
membuat peserta tender menjadi bingung: diperlukan jika pihak yang beperkara juga
siapakah yang sesungguhnya berwenang melakukan banding, kasasi, atau bahkan
untuk menjadi pengadil? Akibatnya, bera- peninjauan kembali.
gam pertanyaan lainnya akan timbul, mis-
alnya bagaimana jika peradilan umum dan Jika keabsahan putusan pemenang lelang
peradilan TUN sama-sama memutuskan tersebut sedang diuji di pengadilan, proses
untuk tidak menerima kasus penetapan pengadaan harus suspend atau berhenti
pemenang lelang? Haruskah kemudian pi- sampai pengadilan memberikan putusan
hak tersebut melapor ke KPPU? Bagaima- final. Lama waktu untuk memutus perkara
na jika pihak yang merasa dirugikan mema- tentu berkontras dengan tuntutan yang di-
sukkan gugatan ke dua lembaga peradilan emban badan publik terkait dengan pelak-
sekaligus memasukkan laporan ke KPPU sanaan penyerapan anggaran secara efektif
karena merasa bingung? Jika ketiga lem- dan efisien.
baga tersebut sama-sama menerima dan
memberikan putusan kasus dengan sub- Cara Belanda Menghindari Per-
stansi yang berlainan, putusan yang harus masalahan
dipatuhi? Di Belanda upaya terkait dengan gugatan
penetapan pemenang lelang selalu be-
Selain isu kebingungan semua pihak dalam rada dalam kompetensi peradilan umum.
menyepakati lembaga mana yang berperan UU Hukum Administrasi Umum Belanda
dalam me-review keabsahan keputusan dalam General Administrative Law Act
Masukan untuk RUU PBJ:.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 89

Pasal 8 Ayat 2 memuat peraturan, no ap- ACM tetap berada di posisinya dan tidak me-
peal lies against decisions taken in prepa- nimbulkan kebingungan publik.
ration of a private-law juridical act.
Pasal tersebut mengatur bahwa keputusan Seperti di Indonesia, ACM juga menanga-
TUN yang dibuat sebagai dasar kontrak ni kasus pengadaan apabila menemukan
pengadaan pemerintah dianggap sebagai indikasi perbuatan kolusi yang dilakukan
perjanjian perdata. Manunza dkk. (dalam oleh peserta tender.4 Namun, ACM tidak
Neergaard, Jacqueson, dan Olykke, 2014: memosisikan dirinya sebagai lembaga
610) menjelaskan upaya untuk me-review yang menerima bid protest. Peserta tender
keputusan bukan menjadi kompetensi pera- yang merasa dirugikan tidak dapat me-
dilan administrasi (peradilan TUN), me- masukkan protes ke ACM untuk menggu-
lainkan menjadi domain peradilan umum.3 gat putusan pemenang lelang. Hal inilah
yang menyebabkan ACM tidak memiliki
Adapun Autoriteit Consument en Markt riwayat penanganan kasus seperti yang
(ACM) lembaga Belandayang tugas pokok telah diputus oleh KPPU. ACM juga ti-

ACM tidak memosisikan dirinya sebagai lembaga yang


menerima bid protest. Peserta tender yang merasa
dirugikan tidak dapat memasukkan proteske ACM
untuk menggugat putusan pemenang lelang. Hal inilah
yang menyebabkan ACM tidak memiliki riwayat pena-
nganan kasus seperti yang telah diputus oleh KPPU.

dan fungsinya mengawasi persaingan usaha dak pernah memberikan perintah/huku-


yang tidak sehattidak melakukan penaf- man kepada institusi yang melaksanakan
siran ekstensif sebagaimana yang dilakukan pengadaan, melainkan hanya memutus-
oleh KPPU di Indonesia. Dengan demikian, kan hukuman peserta tender.5
90 JURNAL PENGADAAN

Lalu, bagaimana Belanda mengatasi tuntu- kan di pengadilan.


tan agar penyelesaian perkara pengadaan
dapat berjalan efektif dan tidak berlang- Putusan ini memang terbuka untuk diuji
sung lama? Belanda tidak pernah mengatur ulang dengan mekanisme banding dan
prosedur peradilan agar perkara pengadaan kasasi yang membutuhkan waktu tamba-
dapat berjalan singkat. Namun, aturan hu- han sekitar 3-4 bulan. Namun, putusan kort
kum dan sistem peradilan mereka memang geding pada tahap pertama biasanya sangat
didesain agar proses peradilan berjalan dihormati para pihak sehingga pihak yang
cepat jika suatu kasus perlu diputuskan kalah kerap memilih untuk menerima putu-
segera. Hal ini disebut kort geding atau san persidangan tahap pertama dan meng-
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah anggap itu sebagai putusan final sekalipun
summary proceeding. Jika waktu dianggap tersedia hak untuk banding dan kasasi.
bukan masalah, misalnya gugatan terkait
dengan implementasi kontrak, mekanisme Selain budaya hukum masyarakat Belanda
yang digunakan adalah mekanisme normal yang menghormati putusan peradilan, kon-
yang dalam bahasa belanda disebut bodem sistensi dalam penerapan hukum pun sangat
procedure atau dalam bahasa inggris dise- mendukung terciptanya kondisi ini. Kuali-
but normal proceeding. tas hakim yang merata menyebabkan pene-
tapan putusan antara hakim tingkat pertama
Prosedur kort geding harus memberikan dan hakim tingkat selanjutnya berkecende-
putusan sesegera mungkin karena keterba- rungan sama. Oleh karena itu, pihak yang
tasan waktu dianggap sebagai pertimbang- beperkara menganggap tidak perlu untuk
an utama. Prosedur ini tentu cocok untuk membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya
kasus pengadaan yang memiliki tenggat untuk banding atau kasasi, kecuali pihak itu
yang beragam. Menurut penelitian, sejak merasa yakin telah terjadi kekeliruan dalam
2004 hingga 2009 lebih kurang 92 persen putusan hakim sebelumnya.
kasus pengadaan di Belanda ditempuh
dengan prosedur ini. Waktu yang biasa Desain Solusi untuk Mengatasi
dibutuhkan untuk mendapatkan putusan Permasalahan di Indonesia
adalah 4-9 minggu setelah gugatan diaju- Berkaca dari good practices di atas, ada
Masukan untuk RUU PBJ:.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 91

dua desain solusi untuk membuat agar petensi untuk mengevaluasi keputusan
peradilan dapat efektif dan sesuai dengan pemenang tender adalah pengadilan umum.
kebutuhan pengadaan. Pertama, pemerin-
tah dapat mengatur secara eksplisit kasus- Sayangnya, beberapa hakim tidak mengin-
kasus penetapan pemenang lelang dalam dahkan atau tidak menyadari keberadaan
domain kompetensi peradilan perdata (per- teori dan ketentuan ini. Merujuk pada
adilan umum), bukan peradilan TUN. Se- kekurang-cermatan dan kebingungan ha-
benarnya, konsep ini bukanlah konsep yang kim, tim perumus RUU PBJ perlu men-
asing bagi sistem hukum kita. egaskan agar draft RUU PBJ secara
eksplisit mengatur kewenangan peneta-
Masalah tumpang-tindih lembaga yang pan pemenang lelang sebagai kompetensi
berperan menangani kasus pengadaan tidak peradilan umum. Sementara itu, KPPU
perlu terjadi. Menurut teori opplosing (In- hendaknya kembali pada tugas pokok dan
droharto, 1996: 117) , suatu putusan yang fungsinya saja, yaitu menangani masalah-
dibuat pemerintah untuk membuat perjanji- masalah kolusi horisontal (persekongkolan
an perdata (kontrak) akan dianggap sebagai tender antara sesama penyedia barang/jasa)
perbuatan hukum perdata. Padahal, Pasal 2 tanpa masuk ke wilayah kolusi vertikal.
(a) UU Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pera-
dilan TUN mengatur bahwa, tidak terma- Adapun tim perumus RUU pengadaan juga
suk dalam pengertian Keputusan Tata Usa- perlu mempertimbangkan pengaturan me-
ha Negara menurut Undang-undang ini: (a) kanisme peradilan cepat pada sengketa kasus
Keputusan Tata Usaha Negara yang meru- pengadaan untuk mengakomodasi waktu
pakan perbuatan hukum perdata. penyelenggaraan pengadaan yang terbatas.
Sebab, saat ini proses peradilan di Indonesia
Hal ini berarti PTUN tidak berwenang membutuhkan waktu yang panjang.
memeriksa penetapan pemenang lelang
karena keputusan penetapan pemenang Jika merujuk pada dokumen Cetak Biru
pengadaan bertujuan untuk membuat kon- Pembaruan Peradilan 2010-2035, me-
trak perdata untuk pengadaan. Dengan kanisme peradilan cepat memang akan
demikian, lembaga yang memiliki kom- diatur di Indonesia. Tolok ukur kasus yang
92 JURNAL PENGADAAN

Peradilan Acara Cepat akan memeriksa perkara


small claim yaitu: gugatan yang diajukan oleh personal
dengan jumlah minimal kerugian tertentu yang tidak
terlalu besar; berbagai permasalahan (dengan mem-
perhatikan batasan jumlah kerugian) berkaitan dengan:
perjanjian perburuhan; perjanjian kontrak; perjanjian
sewa-beli; masalah sewa-menyewa rumah atau tanah.

akan ditangani dalam prosedur peradilan gan nilai sengketa 200 juta ke bawah akan
cepat ini bukanlah keterbatasan waktu, me- ditangani dengan penyelesaian gugatan
lainkan besar-kecil tingkat kerugian: sederhana yang mana akan ditangani secara
cepat dan tidak dimungkinkan banding ke
Peradilan Acara Cepat akan memeriksa PT dan kasasi ke MA.
perkara small claim yaitu: gugatan yang
diajukan oleh personal dengan jumlah Terobosan ini belum tentu sesuai dengan
minimal kerugian tertentu yang tidak terla- kebutuhan sistem pengadaan karena to-
lu besar; berbagai permasalahan (dengan lak ukur yang digunakan semata-mata ha-
memperhatikan batasan jumlah kerugian) nya jumlah besaran uang. Padahal, tolak
berkaitan dengan: perjanjian perburuhan; ukur yang mungkin ideal adalah dengan
perjanjian kontrak; perjanjian sewa-beli; mengombinasikan antara besar kecilnya
masalah sewa-menyewa rumah atau ta- kerugian dan tingkat kegentingan wak-
nah. (Mahkamah Agung, 2010: 32) tu. Berdasarkan tolak ukur di atas, kasus
pengadaan terancam tidak dapat ditangani
Terkait dengan hal di atas, MA mengeluar- melalui prosedur peradilan cepat. Hal ini
kan Peraturan MA (Perma) Nomor 2 Tahun merupakan alasan kuat untuk memuat se-
2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gu- cara eksplisit mekanisme pelaksanaan per-
gatan Sederhana. Pada intinya kasus den- adilan acara cepat dalam RUU PBJ.
Masukan untuk RUU PBJ:.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 93

Gagasan ini memang tidak sepenuhnya


mengadopsi good practices dari Belanda,
tetapi inspirasi dari sana tetaplah berman-
faat. Penyesuaian dalam proses transplantasi
hukum adalah hal yang lazim terjadi.

Berkaitan dengan mekanisme peradilan Setidak-tidaknya gagasan pembatasan


acara cepat, tim perumus RUU PBJ juga tersebut bukanlah ide yang asing karena
perlu mempertimbangkan budaya hukum di Perma di atas sudah memperkenalkan pem-
Indonesia. Berdasarkan pengamatan penu- batasan banding dan kasasi. Selain itu, tim
lis serta komunikasi penulis dengan praktisi perumus RUU PBJ juga dapat mempertim-
pengadaan, banyak pihak beperkara yang bangkan agar kasus pengadaan yang me-
memutuskan untuk banding atau kasasi merlukan putusan segera, seperti sengketa
setelah kalah pada tingkat pengadilan. penetapan pemenang lelang, dapat dise-
Keputusan ini dilakukan tanpa pertimban- lesaikan dengan prosedur peradilan acara
gan mendalam mengenai kekuatan posisi cepat.
kasusnya. Budaya hukum yang demikian
tentu tidak favourable untuk sistem pen- Desain Solusi dalam Bentuk Un-
gadaan di Indonesia. Oleh karena itu, tim dang-undang
perumus RUU PBJ juga perlu mempertim- Ada lima alasan suatu materi perlu diatur
bangkan pembatasan peradilan sengketa dalam bentuk UU, yaitu jika berisi6 (1)
penetapan pemenang lelang hingga tingkat pengaturan lebih lanjut mengenai ketentu-
pengadilan tinggi saja. an UUD 45; (2) perintah UU untuk diatur
dengan UU; (3) pengesahan perjanjian in-
Gagasan ini memang tidak sepenuhnya ternasional; (4) tindak lanjut putusan Mah-
mengadopsi good practices dari Belanda, kamah Konstitusi; dan/atau (5) pemenuhan
tetapi inspirasi dari sana tetaplah berman- kebutuhan hukum dalam masyarakat.
faat. Penyesuaian dalam proses transplan-
tasi hukum adalah hal yang lazim terjadi. Jika mengacu pada poin-poin alasan di atas,
94 JURNAL PENGADAAN

materi PBJ tidak memiliki keterkaitan deng- Penjelasan Umum atas UU Kekuasaan Ke-
an persyaratan poin (1) sampai (4). Satu-sa- hakiman yang intinya menyatakan bahwa
tunya alasan agar PBJ diatur dalam bentuk salah satu prinsip penting negara hukum
UU adalah dengan mengacu pada poin (5). adalah adanya jaminan penyelenggaraan
Akan tetapi, orang bisa bersilang pendapat kekuasaan kehakiman yang merdeka, be-
mengenai pernyataan pemenuhan kebutu- bas dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk
han hukum masyarakat karena ketiadaan menyelenggarakan peradilan.
parameter yang jelas. Hal ini dapat menjadi
hambatan bagi tim perumus RUU untuk Kesimpulan
meyakinkan para DPR dan presiden untuk Sistem peradilan di Indonesia belum ideal
mengatur PBJ ke dalam bentuk UU.7 untuk melayani sengketa di bidang penga-
daan barang dan jasa. Sistem yang ada ma-
Atas dasar hal itu, tim perumus RUU dapat sih membingungkan dan tidak efektif. Se-
berargumentasi bahwa salah satu isu yang lain ada tumpang tindih dan/atau rivalitas
ingin diatur dalam reformasi peraturan pen- berkaitan dengan pemisahan kewenangan
gadaan adalah isu tentang kompetensi pera- lembaga yang menangani sengketa peserta
dilan dan prosedur beracara dalam peradi- tender, penetapan putusan kasus pengadaan
lan. Isu ini harus diatur melalui UU karena juga menyita waktu yang lama.
tidak mungkin diatur di dalam turunan per-
aturan perundang-undangan. Hal ini kare- Dengan mencermati good practices di
na semua peraturan di bawah UU, seperti Belanda, desain solusi terhadap masalah-
PP atau Perpres, dibuat dan dikeluarkan masalah diatas dapat dilakukan melalui
sendiri oleh eksekutif. Jika aturan dibuat pengaturan secara eksplisit dalam RUU
hanya oleh lembaga eksekutif dengan tu- PBJ, bahwasanya lembaga yang kompeten
juan mengatur lembaga yudikatif, hal ini untuk menangani kasus ini adalah peradi-
akan dianggap sebagai intervensi lembaga lan umum. Sementara itu, RUU juga perlu
eksekutif terhadap lembaga yudikatif. Tin- mengenalkan prosedur beracara singkat
dakan ini tidak dapat dibenarkan jika ditin- sehingga ada penyederhanaan proses pera-
jau dari konsep independensi lembaga yu- dilan, berupa penetapan tenggat pemberian
dikatif. Argumentasi ini juga diperkuat oleh putusan dan pembatasan kasasi.
Masukan untuk RUU PBJ:.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 95

Berbagai macam solusi ini harus didesain


melalui undang-undang karena hal ini me-
nyangkut lembaga peradilan. Jika hal ini
diatur di dalam peraturan di bawah undang-
undang, eksekutif bisa dituduh telah me-
langgar asas independensi peradilan dan
melanggar UU Kekuasaan Kehakiman.
Menurut hemat penulis, alasan-alasan ini-
lah yang sulit dibantah terkait dengan ur-
gensi mengatur PBJ dalam bentuk undang-
undang.

Sistem peradilan di Indonesia belum


ideal untuk melayani sengketa di bidang
pengadaan barang dan jasa. Sistem yang
ada masih membingungkan dan tidak
efektif.
96 JURNAL PENGADAAN

CATATAN

1
Sebagian ulasan pada bagian ke (2) ini mereka memang eksplisit menyatakan
adalah perbaikan dan penyesuaian dari tu- pengecualian. Lihat: Broerse, D., Peelen,
lisan penulis dalam paper berjudul Im- J.J., Vis, B. 2013. Public Procurement
proving the Effectiveness of Bid Protest in the Netherlands: the Overview, terse-
Mechanisms: Learning from the Problems dia di: http://uk.practicallaw.com/3-
of Indonesias Public Procurement System 522-7902?q=&qp=&qo=&qe=%20
yang pernah dipresentasikan di the 6th Inter- h t t p : / / u k . p r a c t i c a l l a w. c o m / 3 - 5 2 2 -
national Public Procurement Conference, 14- 7902?q=&qp=&qo=&qe= (diakses tang-
16 Agustus 2014 di Dublin City University, gal 12 Juli 2015).
Dublin, Irlandia.
4
Menurut Pasal 6 dari UU Anti Larangan
2
Pasal 8:3 dari General Administrative Monopoli dan Persaingan usaha Tidak Se-
Law Act hat Belanda, ketika bid rigging terjadi di
sektor pengadaan barang/jasa, maka ACM
3
Van de Meent, G.W. dan Manunza, E.R. berwenang untuk menginvestigasi dan
et all. The Netherlands, pada Neergaard, memberikan hukuman.
U., Jacqueson, C. Olykke, G.S. 2014. Pub-
lic Procurement Law: Limitations, Oppor- 5
Misalnya dapat dilihat pada dua kasus
tunities and Paradoxes. DJOF Publish- berikut. the Academic Medical Centre
ing, Copenhagen, hlm. 610. Sekalipun, (AMC) milik University of Amsterdam
hal ini ada pengecualian minor dalam hal pernah mengadakan tender untuk renova-
kontrak pemerintah di bidang konsesi di si atap. ACM menghukum peserta tender
bidang transportasi (misalnya menentu- karena ada dugaan bahwa mereka melaku-
kan perusahaan bus mana yang menjadi kan kolusi tender. Hal yang serupa juga
operator pelayanan), peradilan adminis- terjadi di Kota Gouda. Pemkot Gouda in-
trasi-lah yang dianggap berwenang un- gin melakukan renovasi sport hall De
tuk mengadili hal ini. Hal ini karena UU Springers; tetapi peserta tender berkolusi
Masukan untuk RUU PBJ:.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 97

dan menaikkan harga penawaran. Begitu Undangan (UU P3)


diketahui, ACM kemudian menghukum
mereka. Kedua kasus ini dapat ditemu- 7
Perlu dikhawatirkan bahwa DPD bukan
kan di:https://www.acm.nl/nl/publicaties/ institusi yang tepat untuk menyokong RUU
publicatie/1133/AMC/https://www.acm. PBJ. Sekalipun DPD ikut dalam pemba-
nl/nl/publicaties/publicatie/1133/AMC/, hasan, DPD tidak berwenang untuk me-
andhttps://www.acm.nl/nl/publicaties/ nyetujui atau menolak RUU menjadi UU.
publicatie/935/Aanbesteding-herprofile- Lalu, menurut Pasal 45 (2) UU P3, RUU
ring-Aambeeldsstraat-en-Mokerstraat-te- yang dapat diajukan oleh DPD adalah yang
Amsterdam-Noord/https://www.acm.nl/nl/ berkaitan dengan: (a) otonomi daerah; (b)
publicaties/publicatie/935/Aanbesteding- hubungan pusat dan daerah; (c) pemben-
herprofilering-Aambeeldsstraat-en-Moker- tukan dan pemekaran serta penggabungan
straat-te-Amsterdam-Noord/ (terakhir di- daerah; (d) pengelolaan sumber daya alam
kunjungi 13 Juli 2015) dan sumber daya ekonomi lainnya; dan (e)
perimbangan keuangan pusat dan daerah.
6
Pasal 10 UU Nomor 12 Tahun 2011 ten- Tidak terlihat di sini ada persinggungan
tang Pembentukan Peraturan Perundang- langsung antara PBJ dengan poin di atas.
98 JURNAL PENGADAAN

DAFTAR PUSTAKA

Broerse, D., Peelen, J.J., Vis, B. 2013. gara. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Pub lic Procurement in the Netherlands:
the Overview. http://uk.practicallaw.com/ KPPU. 2012. Jejak KPPU 2006-2012.
3-522-7902?q=&qp=&qo=&qe= Kompetisi , 8
(diakses tanggal 12 Juli 2015).
Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Chorus, J., Gerver, P.H., Hondius, E. (eds.). 2010. Cetak Biru Pembaruan Peradilan
2006. Introduction to Dutch Law. Alphen 2010-2035, Jakarta: Mahkamah Agung
aan den Rijn: Kluwer International
Mahkamah Agung. Putusan Nomor 3102
Dewan Perwakilan Rakyat. Undang-Un K/PDT/2012. Jakarta: Mahkamah
dang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Agung, 2012.
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat. Jakarta: DPR RI, 1999. Mahkamah Agung. Putusan Nomor 542
K/TUN/2013. Jakarta: Mahkamah
Dewan Perwakilan Rakyat. Undang-Undang Agung, 2013.
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pemben
tukan Peraturan Perundang-Undangan. Neergaard, U., Jacqueson, C., Olykke, G.S. 2014.
Jakarta: DPR, 2012 Public Procurement Law: Limitations,
Opportunities and Paradoxes. DJOF Pub
Dewan Perwakilan Rakyat. Program Legislasi lishing: Copenhagen.
Nasional 2015-2019. Jakarta: DPR, 2015.
(diunduh di http://www.dpr.go.id/uu/pro Pengadilan Negeri Sampang. Putusan
legnas-long-list pada 25 Juni 2015) Nomor 12/Pdt.G/2012/PN.SPG.
Sampang: Pengadilan Negeri, 2012.
Indroharto. 1996. Usaha Memahami Un-
dang Undang Peradilan Tata Usaha Ne- Pengadilan Tata Usaha Negara Bengkulu.
Masukan untuk RUU PBJ:.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 99

Putusan Nomor 15/G.PLW/2011/PTUN- pdf (diakses tanggal 11 Juli 2015)


BKL. Bengkulu: Pengadilan Tata Usaha
Negara, 2011 Tim Pembaruan Peradilan. MA Upayakan
Inisiasi Penyelesaian Gugatan Perdata
Permana, T.C.I. 2013. Pengujian Keputusan Sederhana. http://www.pembaruanpera
Diskresi oleh Pengadilan Tata Usaha Neg dilan.net/v2/2014/04/ma-upayakan-inisiasi-
ara. Semarang: Universitas Diponegoro penyelesaian-gugatan-perdata-sederhana/
(diakses tanggal 12 Juli 2015).
Permana, T.C.I. 2013. Contoh-contoh Ka
sus di PTUN http://ptun-surabaya. go.id Wibowo, R. Andi. 2014. Improving the
/index.php?view=article&catid=34 Effectiveness of Bid Protest Mechanisms:
%3Aberita-terbaru&id=123%3Acon Learning from the Problems of Indone
tohkasus&format=pdf&option=com_ sias Public Procurement System. Maka
content&Itemid=97 lah pada seminar The 6th International
(diakses terakhir tanggal 13 Juli 2015) Public Procurement Conference, 14-16
Agustus 2014 di Dublin City University,
Ridho, Hizbul. Komite II DPD akan ajukan Dublin, Irlandia.
RUU Pengadaan Barang dan Jasa.
Berita Satu. http://www.beritasatu.com/ https://www.acm.nl/nl/publicaties/publicatie
nasional/278031-komite-ii-dpd-akan-aju /1133/AMC/ (terakhir dikunjungi 13 Juli
kan-ruu-pengadaan-barang-dan-jasa.html 2015)
(diakses tanggal 25 Juni 2015)
https://www.acm.nl/nl/publicaties/publicatie/
Suparman, Eman. (2014) .Aspek Hukum 935/Aanbesteding-herprofilering-Aam
Perdata dalam Pelaksanaan Pengadaan beeldsstraat-en-Mokerstraat-te-Amster
Barang/Jasa Pemerintah pada Rancangan dam-Noord/ (terakhir dikunjungi 13 Juli
Undang-Undang tentang Pengadaan Ba 2015)
rang/Jasa. Diunduh dari http://www.
lkpp.go.id/v3/files/attachments/5_LaWZ
GOERamXJbauxbQLMcCetTgzDkUvR.
CYBERBULLY PADA VIRTUAL CHAT :
ANALISIS TEKS PADA AANJWIZING
CYBERBULLY PADA VIRTUAL CHAT :
ANALISIS TEKS PADA AANJWIZING

Abstrak
Kewajiban penerapan SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elek-
tronik) pada proses lelang adalah sesuatu yang wajib bagi
K/L/D/I (kementerian, lembaga, daerah, institusi). Hal itu
sesuai dengan Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 Pasal
131 Ayat (1) di mana K/L/D/I wajib melaksanakan pengadaan
barang/jasa secara elektronik untuk sebagian / seluruh paket-
paket pekerjaan pada tahun anggaran 2011. Adanya proses
pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui SPSE mem-
Syafriza buat perubahan dari proses lelang secara tatap muka men-
Bhima jadi lelang secara virtual melalui SPSE, termasuk di dalam-
Wikyantasa nya pada proses aanwijzing (pemberian penjelasan kepada
peserta lelang). Dalam penelitian ini ditemukan fenomena
cyberbully pada aanwijzing melalui virtual chat dalam SPSE.
Cyberbully yang terjadi berbentuk teksteks atau pesan per-
cakapan yang bersifat memprovokasi, menyakiti, mengancam,
memfitnah dan menuduh kepada panitia lelang yang dilakukan
oleh peserta lelang. Pada kasus cyberbully yang terjadi me-
lalui SPSE, beberapa panitia cenderung bersikap mendiam-
kan, tidak menanggapi pertanyaan bully tetapi dalam lelang
yang lain, panitia menanggapi dengan serius dan menjawab
balik dengan meminta bukti terkait hal-hal yang dituduhkan.

Kata kunci: Cyberbully; Aanwijzing; LPSE; e-Procurement;


e-Government
Abstract
Mandatory SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elektronik / Electroni-
cal based Procurement System) implementaion on auction process
is a must for K/L/D/I (kementerian, lembaga, daerah, institusi /
ministry, organization, regional, institution) accordingly to Govern-
ment Regulation No.54 year 2010 article 131 verse (1) that K/L/D/I
must applied the procurement of goods/services electronically to
all/some of tasks packages for 2011 budgeting year. Through SPSE
system of procurement of goods/service has changed auction sys-
tem, from face-to-face system to virtual system by SPSE, including
aanwijzing process (giving explanation to auction participants).
In this research, cyberbully on aanwijzing process through vistual
chat in SPSE are found. Cyberbully has found in the forms of texts
or conversation messages that provocate, harm, threat, defemate
and accuse auction committee that was done by auction partici-
pants. On SPSE cyberbully cases, some committees tend to ignore,
not responsive to the bully statements. Yet on other auction, com-
mitee has taken the case seriously and countered back by requesting
evidences related to the accused issues.

Key Words : Cyberbully; Aanwijzing; LPSE; e-Procurement;


e-Government
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 103

PENDAHULUAN

P enelitian ini berusaha melihat ad- adalah seorang pemberi penjelasan teknis.
anya cyberbully yang terjadi dalam Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015
proses pengadaan barang dan jasa secara dengan melakukan analisis isi kualita-
elektronik. Menurut Bill Besley (2004), tif terhadap data percakapan aanwijzing
cyberbullying melibatkan penggunaan tek- yang tersimpan dalam data lelang pada
nologi informasi dan komunikasi seperti server SPSE.
e-mail, pesan teks ponsel dan pager, pesan
instan, web pribadi, dan situs online poll- Penelitian ini bertujuan untuk mencari
ing pribadi untuk memfitnah, secara sen- bentuk-bentuk pesan cyberbully dalam
gaja, berulang dan menunjukkan perilaku aanwijzing secara online melalui SPSE,
permusuhan oleh individu atau kelompok, mengidentifikasi pelaku cyberbully dan
dimaksudkan untuk menyakiti orang lain. trigger atau pemicunya, serta mengetahui
Dalam penelitian ini penulis juga ingin sikap panitia pengadaan terkait hal tersebut.
mengetahui bagaimana bentukbentuk teks Fenomena ini dirasa penting dan menarik
yang dikategorikan cyberbully pada proses untuk diteliti oleh peneliti karena adanya
aanwijzing dalam lelang secara online me- penggunaan sistem elektronik pada proses
lalui SPSE (Sistem Pengadaan Secara Ele- pelelangan atau pengadaan barang dan jasa
ktronik), mengidentifikasi pelaku cyberbul- pemerintah, di mana proses aanwijzing
ly, mencari faktor pemicu atau trigger yang pelelangan dilakukan secara online melalui
menyebabkannya dan mengetahui sikap SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elektron-
panitia pengadaan terhadap adanya cyber- ik) ditengarai terdapat masalah baru, yaitu
bully tersebut. cyberbully kepada panitia lelang.

Aanwijzing mengacu pada Perka LKPP Proses-proses pengadaan barang/jasa se-


(Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan cara elektronik melalui SPSE terdiri atas-
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) No 18 beberapa tahapan, salah satu tahapan pros-
Tahun 2012 adalah pemberian penjelasan, es lelang adalah aanwijzing. Aanwijzing
sedangkan pada Perpres 54 tahun 2010 Pas- adalah penjelasan awal sebelum peserta le-
al 11 Ayat 2.C disebutkan bahwa aanwijzer lang memasukkan penawaran dalam peker-
104 JURNAL PENGADAAN

Menurut Bill Besley (2004) Cyberbullying melibat-


kan penggunaan teknologi informasi dan komu-
nikasi seperti e-mail, pesan teks ponsel dan pager,
pesan instan, web pribadi, dan situs online polling
pribadi untuk memfitnah, secara sengaja, berulang
dan menunjukan perilaku permusuhan oleh indi-
vidu atau kelompok, dimaksudkan untuk menyakiti
orang lain.

jaan atau tender (proses tanya jawab antara sahaan, dan selebihnya adalah preman, Hal
penyedia barang atau vendor dengan peni- ini karena ada pihak-pihak tertentu yang
tia pelelangan). memang menginginkan adanya keributan
sehingga pembahasan dokumen pemili-
Aanwijzing dalam SPSE dilakukan secara han menjadi tidak efektif . (Khalid Mus-
tidak langsung (tidak melalui tatap muka tofa adalah seorang trainer pengadaan ba-
langsung antara peserta lelang dengan pani- rang dan jasa. Data tentang deskripsi pada
tia lelang). Proses aanwijzing dalam SPSE aanwijzing diambil dari halaman website
dilakukan secara online melalui virtual chat http://www.khalidmustafa.info/2010/03/08/
dalam SPSE sesuai jadwal aanwijzing yang pengadaan-barang-dan-jasa-di-pemerin-
telah ditentukan sebelumnya oleh panitia . tahan-bagian-iv-e-procurement-apa-dan-
Proses-proses dalam aanwijzing ini kadang bagaimana.php). Pada aanwijzing secara
melibatkan emosi peserta maupun panitia. elektronik yang prosesnya melalui virtual
Menurut Khalid Mustafa dalam blog prib- chat, tidak jarang pada aanwijzing ini dite-
adinya, Kericuhan demi kericuhan sering mukan beberapa katakata dan teks ketikan
terjadi. Saya kadang berseloroh dalam se- dari peserta lelang yang cenderung memo-
tiap pelatihan, bahwa dari 10 yang datang jokkan panitia, membodoh-bodohkan pani-
pada saat aanwijzing, hanya 3 pemilik peru- tia, menuduhnuduh panitia bersekongkol
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 105

untuk memenangkan salah satu peserta ten- bullying. Menurut Olweus, bullying terjadi
der. Teks-teks tersebut di antaranya : saat seseorang mengalami tindakan negatif
yang berulang dan terus-menerus yang di-
Kalau kami tidak mendapatkan dukungan lakukan oleh sesorang atau lebih dari satu
dari Pabrik, kami akan melapor ke Polisi orang. A person is bullied when he or she
dengan pasal UU Monopoli supaya lelang is exposed, repeatedly and over time, to
ini batal, tks. negative actions on the part of one or more
other persons, and he or she has difficulty
Pak panitia tolong dijawab pertanyaan defending himself or herself (http://www.
kami.... atau proyek ini sudah dikondisikan bullyingstatistics.org/content/olweus-bul-
kepada 1 Rekanan tolong dijawab. lying-prevention-program.html).

Di samping itu, terdapat keunikan juga Proses bullying dalam dunia maya ini
ketika beberapa peserta juga mencoba sering disebut cyberbully, dalah tindakan
mencari teman dalam memojokkan panitia bullying yang terjadi dalam dunia cyber
pada saat aanwijzing, seperti ketika ada ke- meliputi bentuk agresi dalam hubungan
tikan atau teks pada saat aanwijzing yang dan segala bentuk-bentuk ancaman elek-
memojokkan panitia lelang dari salah satu tronik.
peserta lelang kemudian peserta lainnya
juga ikut percakapan dan saling mendu-
kung untuk memojokkan atau mencemooh Proses aanwijzing dalam SPSE
panitia. Panitia mohon segera menjawab, dilakukan secara online me-
karna waktu aanwijzing sangat terbatas. lalui virtual chat dalam SPSE
jangan diam saja Dan pertanyaan lain
sesuai jadwal aanwijzing yang
dari peserta, untuk 1716262, panitia jaw-
telah ditentukan sebelumnya
oleh panitia .
abnya setelah waktu aanwijzing selesai, su-
paya rekanan tidak bisa protes. Diketahui
bahwa tindakan-tindakan menyakiti orang
lain lewat verbal ataupun non-verbal pada
kasus di atas bisa dikategorikan sebagai
106 JURNAL PENGADAAN

METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode 5. Penentuan sampel atau korpus
analisis isi kualitatif untuk mengetahui 6. Pengumpulan informasi dan banyak
untuk bentuk-bentuk pesan cyberbully contoh-contoh deskriptif dalam ben-
dalam aanwijzing secara online melalui tuk dalam format computer-text-word
LPSE, mengidentifikasi pelaku cyber- processing untuk memudahkan mene-
bully, mencari faktor atau trigger yang mukan dan meng-coding teks
menyebabkannya, serta melihat sikap pa- 7. Melakukan analisis data termasuk
nitia pengadaan terhadap adanya cyber- penghalusan konsep dan Coding data
bully tersebut. yang sudah dilakukan.
1. Untuk data primer, data dari laman 8. Melakukan komparasi dan kontras
SPSE yang berisi teksteks postingan hal-hal yang ekstrem dan pemilihan
aanwijzing ditranskrip. Kemudian pada kunci-kunci perbedaan yang muncul
data sekunder dilakukan wawancara dalam setiap kategori
mendalam pada informan. 9. Melakukan kombinasi antar semua
2. Data yang diperoleh dalam pene- data dan contoh-contoh kasus yang ada
litian ini berupa histori teks aanwijz- 10. Mengintegrasikan semua temuan
ing yang terdapat dalam SPSE dan data data
hasil wawancara mendalam terhadap 11. Data yang telah dianalisis tersebut
informan. Data tersebut kemudian dise- kemudian disimpulkan oleh peneliti.
leksi sesuai dengan kebutuhan dalam
penelitian ini. Berikut detail hasil dari pengiriman e-mail
3. Pembuatan protokol atau coding untuk mendapatkan data aanwijzing. E-
form dengan kategori jenis cyberbully mail yang dikirim sejumlah 431 e-mail, e-
oleh Willard dan kategori media cyber- mail yang dijawab sejumlah 32 e-mail dan
bully menurut Sheri Bauman. e-mail gagal dikirim karena alamat tidak
4. Data-data yang telah dikelompok- valid sejumlah 61 e-mail. Detail informasi
kan tersebut kemudian disusun secara dari LPSE dirahasiakan (nama LPSE, nama
sistematis dan dilakukan pengujian pro- peserta lelang, organisasi, tanggal dari aan-
tokol. wijzing, dan nama seseorang/ tokoh yang
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 107

harus dirahasiakan, kecuali memang nama teks ponsel dan pager, pesan instan,
itu memang diperbolehkan untuk disebut). web pribadi memfitnah situs, dan situs
web polling pribadi online memfitnah,
HASIL DAN ANALISIS untuk mendukung disengaja, beru-
Pertanyaan yang diklasifikasikan sebagai lang, dan perilaku bermusuhan oleh
cyberbully adalah pertanyaan yang ter- seorang individu atau kelompok, yang
dapat kata-kata kasar, bersifat mempro- dimaksudkan untuk menyakiti orang
vokasi, menyakiti, mengancam, memfit- lain. Hasil pemetaan cyberbully pada
nah, dan menuduh. Hal ini sesuai yang data aanwijzing, akan dibuat kate gori
dikatakan oleh Olweus bahwa bullying berdasarakan pengkategorian ke dalam
terjadi saat seseorang mengalami tin- jenis cyberbully yang menurut Willard,
dakan negatif yang berulang dan terus- yaitu: flaming (terbakar), harassment
menerus yang dilakukan oleh sesorang (gangguan), denigration (pencemaran
atau lebih dari satu orang. nama baik), impersonation (peniruan),
outing, trickery (tipu daya), exclusion
A person is bullied when he or she is (pengeluaran), dan cyberstalking. Se-
exposed, repeatedly and over time, to mentara yang akan dikategorikan media
negative actions on the part of one or menurut cyberbully versi Sheri Bauman
more other persons, and he or she has mencakup: instan message (IM), chat-
difficulty defending himself or herself room, trash polling site, blog, bluetooth
(http://www.bullyingstatistics.org/con- bullying, dan situs jejaring sosial. Dari
tent/olweus-bullying-prevention-pro- hasil transkrip deng an dokumen aan-
gram.html). wijzing, terdapat 12 data lelang. Dari
12 data lelang ada 11 yang terindikasi
Cyberbully adalah tindakan bully me- kasus cyberbully dan 1 data lelang ti-
lalui media komputer. Menurut Bill dak terindikasi adanya kasus cyberbully
Besley (2004), cyberbullying melibat- pada aanwijzing deng an virtual chat
kan penggunaan teknologi informasi melalui SPSE. Salah satu contoh ha-
dan komunikasi seperti e-mail, pesan sil pemetaan terhadap data aanwijzing
108 JURNAL PENGADAAN

pada lelang 1 (seperti gambar berikut):

Gambar Pemetaan Data Aanwijzing Pada Lelang 1


Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 109

Setelah dilakukan pemetaan terhadap 12 data lelang diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel Hasil Koding Cyberbully Pada Keseluruhan Data Aanwijzing
110 JURNAL PENGADAAN

Sumber: Pemetaan cyberbully pada 12 data lelang yang diperoleh.


Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 111

Dari hasil analisis pada tabel di atas dalam internet. Oleh sebab itu, terdapat suatu du-
12 data lelang ditemukan 11 data lelang nia virtual atau dunia maya di dalam SPSE.
dengan kasus cyberbully dan 1 data le- Dunia maya adalah realita yang terhubung
lang tanpa kasus cyberbully dengan total secara global, didukung komputer, berak-
184 pertanyaan dalam aanwijzing melalui ses komputer, multidimensi, artifisial, atau
SPSE, di mana sekitar 37 pertanyaan dari virtual . (Benedikt 1991:122-123).
184 pertanyaan yang terindikasi cyberbully.
Diskusi dalam aanwijzing melalui virtual
Cyberbully pada Aanwijzing dalam Pers- chat dalam SPSE membaca pesan-pesan
pektif Komunikasi atau pertanyaan peserta pada layar komputer
Kegiatan lelang secara elektronik ini dilaku- yang sebetulnya hanya merupakan bit-bit
kan tanpa tatap muka dengan bentuk-bentuk ilusi semu dari layar disebut sebagai virtual
visual pada layar komputer yang terhubung reality atau realitas maya. Realitas virtual
ke jaringan luas dengan medium inter- adalah semacam realitas yang dibengkak-
net sebagai alat komunikasinya. Adapun kan atau realitas sintetis. Secara lebih ter-
peserta lelang dan panitia menaati aturan perinci, Slouka merujuk pada lingkungan
yang sudah disepakati bersama. Adanya yang menyelubungi atau menghidupkan
internet sebagai medium komunikasi telah secara sensual, yang kita masuki dengan
menumbuhkan sebuah dunia baru yaitu cy- menghubungkan diri kita ke komputer. Ide-
berspace, alnya, komputer akan menciptakan ilusi
yang sulit dibedakan dengan dunia nyata
Komunikasi melalui komputer me- (Slouka dalam Hadi 2005:19).
mungkinkan suatu bentuk ruang yang
diproduksi secara sosial. (Jones, da- Sebuah pesan yang diterima ditransmisikan
lam Holmes 2012:126) oleh SPSE ke semua peserta dan panitia lelang
tersebut. Komunikasi dalam SPSE meng-
Adanya proses-proses kegiatan dalam gunakan teknologi internet sehingga bisa
SPSE yang begitu kompleks di mana ter- bersifat broadcast 2 arah. Menurut Gillmor
dapat virtualitas proses terhubung secara (2004:25), jika selama ini pola komunikasi
global dari sebuah device melalui jaringan terdiri atas one-to-many atau dari satu sumber
112 JURNAL PENGADAAN

ke banyak audience atau one-to-one (seperti melalui Komputer. Shedletsky & Aitken
telepon dan surat), pola komunikasi yang ada menjelaskan
di media cyber bisa menjadi many-to-many
dan few-to-few. Characterizes communication on the
internet is speed, reach, anonymity, and
Pesan-pesan yang terkirim dalam aanwij- interactivity. Speed refers to the time it
zing menjadi interaktif walau dilakukan takes to send and receive messages-ob-
dengan media komputer. Hal ini sesuai viously it is very fast, we write quikly
dengan karakteristik komunikasi dengan as we interact with others on the inter-
mediasi internet. Internet memiliki karak- net, reducing writing to some hybrid of
teristik interactivity. Dalam dimensi inter- speech and writing, abbreviating and
aktivitas, ada beberapa karakteristik yang ignoreing spelling and punctuation to
dimiliki oleh teknologi informasi ini, an- great extent. Reach refers to our abil-
tara lain bidirectionality, quick response, ity to be in touch with people at great
bandwidth, user control, amount of user distances and again, at great speeds.
activity, ratio of user to medium activity, Anonymity refers to the behavior of
feedback transparancy social presence, people who create an identity online,
dan artificial intelligence (Jaffe, 1995: claiming to be someone they are not,
3). Proses komunikasi dalam aanwijzing manipulating gender, age occupation,
tersebut menjadi semakin mudah dengan health status, and so on. Interactiv-
komunikasi yang termediasi komputer, ity refers to ability of on-line partici-
yang lebih luas diketahui dengan istilah pants to not only receive messages, but
Computer-Mediated Communication atau to react to them (Shedletsky &Aitken,
biasa disingkat dengan CMC. 2004:145).

Adanya CMC telah mengambil realitas dan Dalam aanwijzing melalui virtual chat
menampilkannya dengan wajah baru, yaitu tersebut, para peserta saling bertanya
realitas virtual. Cantoni dan Tardini (dalam dengan mengetik pertanyaan pada key-
Nasrullah, 2014:79) mendefinisikan CMC board dan ditampilkan di halaman SPSE
sebagai interaksi antarindividu yang terjadi secara virtual kemudian dijawab oleh pa-
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 113

nitia. Mereka berdiskusi tanpa harus ber- aanwijzing kapan saja dan masuk kapan
temu secara langsung satu sama lain dan saja selama jadwal aanwijzing masih ber-
dapat dilakukan dari tempat yang berbeda. langsung. Dalam media cyber, komunikasi
Karakteristik ini adalah ciri dari komuni- bisa dikondisikan sesuai dengan, misalnya,
kasi termediasi oleh komputer. Komunikasi jadwal yang diinginkan oleh pengguna saat
atau interaksi di dunia cyber tidak men- terkoneksi ke dalam jaringan komunikasi
syaratkan keberadaan dan kesamaan antara dalam kondisi ruang dan waktu yang sama
pengguna (aspatial) (March Smith, 1995 (synchronous) dan juga bisa berbeda (asyn-
dalam Rulli 2014:80). Pada praktiknya, ke- chronous) (March Smith, 1995 dalam Rulli
tika aanwijzing melalui SPSE pada jadwal 2014:80). Interaksi yang terjadi dalam
yang sudah ditentukan peserta dan panitia aanwijzing melalui SPSE dilakukan den-
login atau memasuki portal SPSE, komu- gan virtual chat. Peserta dan panitia lelang
nikasi dilakukan dalam jadwal tertentu dan melakukan tanya jawab dan diskusi den-

Di media cyber komunikasi bisa


dikondisikan sesuai dengan, misalnya,
jadwal yang diinginkan oleh pengguna
saat terkoneksi ke dalam jaringan komu-
nikasi bisa terjadi dalam kondisi ruang
dan waktu yang sama (synchronous) dan
juga bisa berbeda (asynchronous) (March
Smith, 1995 dalam Rulli 2014:80).

sudah direncanakan sehingga mereka bisa gan mengetik pertanyaan. Apa yang dilihat
bertemu dan berkomunikasi satu sama lain. peserta dan panitia adalah berupa teks-teks
Panitia dan penyedia bisa dengan mudah ketikan. Adapun tampilan yang terlihat di
log out atau keluar dari komunikasi dalam layar peserta maupun panitia lelang adalah
114 JURNAL PENGADAAN

sama persis. Percakapan ini dilakukan me- tas atau jarak dan tanpa harus mengambil
lalui media chatroom yang bersifat lang- sikap-sikap tertentu seperti yang terjadi di
sung (synchronous). Interaksi yang terjadi dunia nyata atau offline.
dalam dunia cyber pada kenyataannya ter-
jadi melalui medium teks (March Smith, Dalam aanwijzing melalui SPSE, identi-
dalam Rulli, 2014:81). tas peserta menjadi berlapis-lapis identitas
tersebut meliputi identitas pribadi, identi-
Dalam komunikasi termediasi komputer tas perusahaan, dan identitas anonim saat
seperti aanwijzing ini, batas-batas atau se- lelang. Wood dan Smith menyodorkan tiga
kat-sekat komunikasi di dunia nyata seperti tipe identitas dalam berinteraksi di internet,
stratifikasi dalam kelas di masyarakat tidak yakni real life identity, pseudonymity, dan
berlaku. Interaksi yang terjadi tidak men- anonimity. Identitas pertama menunjukkan
syaratkan adanya kesamaan, seperti sta- siapa sebenarnya individu tersebut. Dalam
tus atau tingkat pengetahuan (astigmatic) konteks pseudonymity, identitas asli mulai
(March Smith, dalam Rulli, 2014:81). Ko- kabur dan bahkan menjadi palsu meski pun
munikasi termediasi komputer tidak men- dalam beberapa hal ada representasi yang
syaratkan kesamaan pengetahuan yang bisa menunjukkan siapa sebenarnya indivi-
sama, ataupun tingkat status sosial dalam du tersebut. Terakhir, anonymity atau anon-
sebuah komunikasi. Dalam melakukan ko- im merupakan bentuk baru identitas yang
munikasi tatap muka, seseorang bahkan benar-benar terpisah dan tidak bisa dirujuk
mengambil sikap tertentu ketika berhada- kepada siapa identitas itu dimiliki (Wood
pan dengan seseorang karena stigma yang dan Smith, dalam Nasrullah, 2014:145).
muncul pertama kali di benaknya. Status
sosial, pangkat, jabatan, dan sebagainya Dari definisi Wood di atas, SPSE memberi-
yang membuat stratifikasi dalam kelas di kan identitas anonim untuk peserta dan
masyarakat nyata (offline) tidak berlaku di panitia lelang sehingga identitas asli peng-
media cyber (March Smith, dalam Rulli, guna atau operator tersamarkan.
2014:81). Dalam CMC atau komunikasi
termediasi oleh komputer, mereka bisa
langsung berkomunikasi tanpa ada ba-
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 115

Gambar 5.3.3 Identitas peserta pada saat aanwijzing pada SPSE

Identitas perusahaan (identitas pseudonym) Saat pembukaan dokumen penawaran,


akan tampil setelah proses pembukaan identitas anonim ini terbuka dengan menun-
dokumen penawaran, jukkan identitas asli perusahaan, tetapi bu-
kan real-life identity pengguna (identitas
seseorang yang sedang log in pada SPSE).

Gambar Identitas anonim peserta pada


saat aanwijzing melalui SPSE

Gambar Identitas peserta pada saat


pembukaan dokumen penawaran
116 JURNAL PENGADAAN

Dalam aanwijzing melalui SPSE, ter- seperti halnya pada media massa gelom-
dapat reproduksi identitas peserta menjadi bang kedua atau second wave mass media
identitas anonim yang bersifat sementara (Taylor, dalam Budyatna, 2005:2).
dan akan kembali ke identitas pseudonym
setelah pembukaan dokumen lelang. Deng- Menurut hasil analisis pada tabel di atas,
an adanya identitas anonim tersebut, sese- ditemukan 37 pertanyaan bully. Dalam
orang merasa aman dan terlindungi atas analisis data, ditemukan bentuk-bentuk
konsekuensi dari tindakan secara ilegal pesan cyberbully dalam aanwijzing me-
yang mereka perbuat di internet lebih be- lalui SPSE berupa teksteks atau pesan
bas tanpa adanya batasan dan tekanan. Ada- percakapan yang bersifat memprovokasi,
nya anonimitas mempunyai potensi untuk menyakiti, mengancam, memfitnah, dan
membebaskan sesorang dari identitas yang menuduh panitia lelang yang dilakukan
ada atau identitas yang dipaksakan. Anon- oleh peserta lelang melalui virtual chat
imitas total bisa mengarah pada kurangnya pada SPSE.
pertanggungjawaban (Holmes, 2012:129). Bentuk pesan provokasi dalam aanwijzing
melalui SPSE, misalnya:
Pada aanwijzing melalui SPSE, peserta be- untuk dananya dari mana pak? dipa
bas melakukan apa pun dalam sistem se- blu, apbn, apa nazarudin cs?
hingga cyberbully dapat terjadi dengan mu- kalau dah merasa benar, dilanjutkan
dah termasuk untuk melakukan tindakan saja, kita tunggu di Kejaksaan
bullying dalam aanwijzing tanpa adanya
sensor atau filter terlebih dahulu. Peman- Bentuk pesan menyakiti dalam aanwijzing
faatan media baru oleh khalayak ini di- melalui SPSE, misalnya:
mungkinkan terjadi karena posisi khalayak habis waktunya pak kalo dibuat nglamun
tidak lagi sebagai bagian massa yang bisa gini
dikontrol (McQuail, 2011:150). Internet
memungkinkan orang untuk mengakses in- Bentuk pesan mengancam dalam aanwijz-
formasi dari jaringan global yang berhubun- ing melalui SPSE, contohnya:
gan dengan komputer secara langsung dan Kalau kami tidak mendapatkan
individual, tanpa mediasi para gatekeeper dukungan dari Pabrik, kami akan
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 117

Cyberbully yang terjadi dalam SPSE ini bervariasi


jenisnya. Dalam sebuah aanwijzing, lelang melalui
SPSE, dapat ditemukan beberapa pertanyaan bul-
lying yang jenisnya bisa berbeda sehingga teks
bully pada aanwijzing bersifat unik. Ada kondisi
di mana dalam 1 aanwijzing lelang tersebut ter-
dapat 1 jenis cyberbully (homogen) dan ada kondi-
si di mana dalam 1 aanwijzing lelang bisa terdapat
beberapa jenis cyberbully (heterogen).

melapor ke Polisi dengan pasal UU Bentuk pesan tuduhan dalam aanwijzing


Monopoli supaya lelang ini batal, tks melalui SPSE, misalnya:
pak panitia tolong dijawab pertan-
Bentuk pesan menjatuhkan nama seseor- yaan kami.... atau proyek ini sudah
ang/memfitnah dalam aanwijzing melalui dikondisikan kepada 1 Rekanan tolong
SPSE, misalnya: dijawab
Pihak panitia dan PPK telah melaku- untuk pembayarannya menggunak-
kan diskriminasi. Telah mengarah an dipa blu atau apbn? sebab kalo
hanya pada merk tertentu saja, yaitu apbn kan cepat keluar. kalo dipa blu
i***** ( karena menyebut nama ven- kan lama,lewat meja2 birokrasi yg
dor), pi***** ( karena menyebut nama perlu uang pak
vendor), A***** (menyebut nama ven-
dor), dan yang lainnya. Dan celakan- Dalam kasus di atas, semua kasus cyber-
ya, semua permintaan surat dukungan bully terjadi melalui virtual chat sehingga
sdh diblokir oleh pabrikan atas per- menurut penggolongan media cyberbully
mintaan calon pemenang. Hati-hati, oleh Sheri Bauman, media cyberbully pada
ada buktinya semua..... semua data lelang 1 sampai data lelang 12
118 JURNAL PENGADAAN

menggunakan chatroom. Menurut Sheri Temuan penelitian ini menunjukkan pe-


Bauman (2007), chatroom merupakan salah nyebab atau motif terjadinya tindakan
satu fasilitas website tertentu di mana peng- cyberbully pada aanwijzing melalui SPSE
guna yang memiliki ID di sana dapat ber- beragam. Beberapa motif, di antaranya, di-
gabung dalam satu kelompok chatting. sebabkan ketidakpuasan penyedia atau pe-
serta lelang atas keputusan atau hal-hal ter-
Cyberbully yang terjadi dalam SPSE ini ber- tentu pada SPSE. Ada juga yang melakukan
variasi jenisnya. Dalam sebuah aanwijzing cyberbully agar keinginannya difasilitasi
lelang melalui SPSE, dapat ditemukan beber- atau dipenuhi oleh panitia lelang. Selain itu
apa pertanyaan bullying yang jenisnya bisa ada juga yang karena pertanyaan mereka ti-
berbeda sehingga teks bully pada aanwijzing dak dijawab secara cepat oleh panitia.
bersifat unik. Ada kondisi di mana dalam 1 Berikut motif pertanyaan bully peserta aan-
aanwijzing lelang tersebut terdapat 1 jenis wijzing dari peserta lelang:
cyberbully (homogen) dan ada kondisi di Pertanyaan bully karena motif ketidakpua-
mana dalam 1 aanwijzing lelang bisa terdapat san peserta lelang terhadap hal-hal tertentu
beberapa jenis cyberbully (heterogen). dalam pelelangan.
Untuk Jangka Waktu Pelaksanaan
Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, mohon kebijakan pokja agar ditambah
jenis atau kategori cyberbully pada aanwij- menjadi 120 hari, mengingat masalah
zing lelang melalui SPSE yang ditemukan pemesanan kain yang cukup lama un-
adalah flaming dan denigration. Menurut tuk jumlah sebesar paket pekerjaan ini.
Willard (2007), denigration adalah proses Kecuali ada rekanan yang sudah men-
mengumbar keburukan seseorang di inter- dahului mengerjakan ini
net dengan maksud merusak reputasi dan
nama baik orang tersebut. Sementara itu Pertanyaan bully karena motif agar keingi-
flaming adalah tindakan mengirimkan pe- nannya dipenuhi.
san teks yang isinya merupakan kata-kata Kalau kami tidak mendapatkan
yang penuh amarah dan frontal. Istilah fla- dukungan dari Pabrik, kami akan
me ini pun merujuk pada kata-kata dan melapor ke Polisi dengan pasal UU
pesan yang berapi-api (Willard 2007). Monopoli supaya lelang ini batal,tks
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 119

masi dalam aanwijzing akan mengubah


Pertanyaan bully karena motif lamanya pola komunikasi dan melakukan reproduksi
waktu menjawab oleh panitia lelang realitas sosial di dunia nyata ke dunia maya
pak panitia tolong dijawab pertan- dengan beberapa modifikasi dan adaptasi
yaan kami.... atau proyek ini sudah lingkungan. Konsep virtualitas dipandang
dikondisikan kepada 1 Rekanan tolong sebagai sifat kemayaan yang tercipta aki-
dijawap bat mekanisme jaringan komputer (cy-
berspace). Akan tetapi hal ini melingkupi
Panitia biasanya menjawab pertanyaan satu konsep maya dalam pengertian yang lebih
per satu. Dalam menjawab pertanyaan pe- luas, yang tercipta dalam ruangruang yang
nyedia, mereka juga membutuhkan waktu lebih luas ( Yasraf, 2006 : 29).
untuk melihat kembali dokumen lelang dan
regulasi yang ada sehingga antrean jawa- Cyberbully dalam aanwijzing ini meru-
ban pertanyaan pasti terjadi. pakan sebuah risiko yang harus dihadapi
Menurut wawancara dengan informan panitia lelang. Implikasi sosial cyberbully
Saya rasa tidak jauh berbeda tetapi terhadap petugas negara sebagai panitia
kita jawap pertanyaan itu kadang lelang berimbas pada terhambatnya proses
lama sehingga peserta tidak sabar dan pelayanan karena berdampak pada psike
mengganggap kita mengulur ulur wak- petugas yang melayani. Mereka kadang
tu sampe ada yang menjawab dengan merasa resah dan gelisah seperti yang dis-
emosi dan memaki-maki panitia ampaikan oleh informan.
Dalam hati jelas emosi karena meng-
Dari salah satu jawaban, panitia lelang ingat kita aanwijzing secara lpse dan
dalam aanwijzing menegaskan bahwa ter- setiap huruf perhuruf didalam virtual
dapat banyaknya pertanyaan sehingga ant- chat tidak bisa hilang begitu saja dan
rian jawaban terjadi. itu terekam dalam database server
untuk semua rekanan, mohon sabar. SPSE
semua pertanyaan anda kami jawab Berikut ini perspektif pendapat informan
yang lain.
Adanya teknologi komunikasi dan infor- Mangkel, emosi dan kadang di
120 JURNAL PENGADAAN

Cyberbully dalam aanwijzing ini merupakan se-


buah resiko yang harus dihadapi panitia lelang.
Implikasi sosial cyberbully terhadap petugas
negara sebagai panitia lelang berimbas pada ter-
hambatnya proses pelayanan karena berdam-
pak pada psike petugas yang melayani. Mereka
kadang merasa resah dan gelisah.

rumah juga masih kepikiran (terha- Saya diamkan saja Mas, mau gimana
dap bullying yang terjadi) kalo sudah lagi, karena mau lapor lapor siapa,
kayak gitu pas ada aanwijzing lagi be- lapor sama Tuhan !
rasa malas mas
Beberapa panitia membantah atau menja-
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya wab pertanyaan bullying. Berikut beberapa
sikap dan pendapat panitia yang berbeda- contoh jawaban panitia yang ditemukan.
beda dalam menghadapi cyberbully yang untuk semua rekanan, mohon sabar.
terjadi. semua pertanyaan anda kami jawab
Seperti pendapat informan Kalau
untuk menghadapinya kita biasanya Jawaban yang lain.
bersabar, kadang kita cuekin, kalo 5082262 bukti otentiknya apa, mo-
kita kepaksa jawab ya berusaha mem- hon berhati-hati kalau menyampaikan
berikan keterangan secara terlampir pendapat
didalam dokumen penawan (dijawab Ada juga yang menjawab seperti berikut ini.
secara baik) 5077262 masalah dukungan pabrik
itu bukan ranah panitia, terimaksih
Berikut ini perspektif pendapat informan
yang lain. Atas cyberbully yang terjadi di atas, pa-
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 121

nitia hanya menjawab hal-hal yang dan bahwa pada dasarnya perempuan ter-
penting-penting atau hal yang substansial cerabut dari akses terhadap kekuasaan itu.
terkait dengan proses lelang. sementara
pada pertanyaan bully, beberapa panitia Melalui SPSE, kegiatan aanwijzing
cenderung mendiamkan, tidak menangga- menghilangkan batas-batas gender untuk
pi, dan beberapa kasus dalam lelang yang berkomunikasi. Dalam aanwijzing melalui
lain panitia menanggapi dengan serius dan SPSE, wanita bisa bertanya kepada pani-
menantang balik atau meminta bukti terkait tia dan berdiskusi dengan para peserta lain
hal-hal atau bullying yang dituduhkan. tanpa ada rasa kekhawatiran mereka akan
adanya dominas laki-laki, tidak seperti
Selain adanya kasus cyberbully, dampak aanwijzing konvensional atau tatap muka
positif dari aanwijzing secara virtual adalah di mana yang banyak berbicara adalah pria.
tidak adanya batasan isu-isu gender dan Salah satu pendapat informan Saya
mereduksi budaya patriarki. Budaya patri- tidak khawatir menggunakan admin
arki membuat kaum pria (superior) men- wanita dalam aanwijzing melalui
dominasi kaum wanita (inferior) dalam SPSE Mas, tidak ada susahnya juga
kehidupan sehari-hari. Menurut Mosse pertanyaan tinggal diketik dan nanti
(2004:52), patriarki adalah konsep bahwa tinggal menunggu jawaban dari pani-
laki-laki memegang kekuasaan atas semua tia, beda dengan aanwijzing konven-
peran penting dalam masyarakat-dalam sional kita cenderung malu dan sung-
pemerintahan, militer, pendidikan, industri, kan apalagi kalo suasana sudah panas
bisnis, perawatan kesehatan, iklan agama, wah mending diam saja dan melihat

Cyberbully adalah tindakan ilegal di Indonesia.


Pembahasan tentang cyberbully memang tidak
gamblang dibahas dalam UU ITE Tahun 2008, tetapi
terdapat pasal-pasal yang relevan dalam mengatur
delik cyberbully pasal 27 ayat 1 sampai 4, pasal 28
ayat 1-2, dan pasal 29.
122 JURNAL PENGADAAN

Hal ini bisa terjadi karena komunikasi


dari SPSE bermediasi internet sehingga
mengaburkan batas-batas, status, pangkat,
jenis kelamin, dan lain sebagainya. Inter- Melalui SPSE ke-
net memungkinkan perempuan berinter- giatan aanwijzing
aksi dengan banyak orang dan memben- menghilangkan batas-
tuk global community. Dengan demikian, batas gender untuk
perempuan di berbagai belahan dunia ini berkomunikasi. Dalam
dapat berkomunikasi dan berbagi informasi aanwijzing melalui
tentang topik-topik global seperti ekologi, SPSE, wanita bisa ber-
kanker, perdamaian, agama,bahkan gurau- tanya kepada panitia dan
an-gurauan yang mungkin tidak terungkap- berdiskusi dengan para
kan dalam komunikasi personal (Kramarae peserta lain tanpa ada
dalam Griffin 2003:492). rasa kekawatiran mereka
akan adanya dominasi
Cyberbully adalah tindakan ilegal di In-
oleh laki-laki.
donesia. Pembahasan tentang cyberbully
memang tidak gamblang dibahas dalam
UU ITE Tahun 2008, tetapi terdapat pasal-
pasal yang relevan dalam mengatur delik
cyberbully, yaitu pasal 27 ayat 1 sampai
4, pasal 28 ayat 1-2, dan pasal 29. Adanya dari suatu tingkat elit ilmuwan, insinyur,
penyalahgunaan teknologi pada masyarakat dan manajer di mana teknologi menjadi
adalah sesuatu yang terjadi karena kurang tujuan itu sendiri, tanpa landasan moral.
sadarnya masyarakat dalam menggunakan Teknologi menjanjikan banyak untuk me-
teknologi dalam kehidupan tanpa dilandasi mastikan status mereka pada masyarakat
oleh moral. Dinyatakan oleh Ellul dalam yang terkondisikan untuk menyambut ke-
bukunya, The Technological Bluff (El- majuan teknologi. Akan tetapi, mereka
lul, 1990) bahwa pendapat dari kemajuan memberikan sangat sedikit
teknologi menyebabkan dominasi sosial Argued that the pursuit of techno-
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 123

logical improvement led to the social bat. Adanya penggunaan teknologi yang
dominance an elite tier of scientists, tidak diimbangi dengan kemampuan etika
engineers, and managers for whom seseorang dan moral menyebabkan adanya
technology became an end in itself, penyalahgunaan teknologi.
devoid of moral foundation. Technolo-
gists promise a great deal to ensure Dengan adanya beberapa kasus cyberbully
their status in a society conditioned to yang teridentifikasi pada SPSE, diharap-
welcome technological progress. But kan peran serta pemerintah dan langkah-
they deliver very little langkah pasti harus segera diambil dalam
mengatasi hal tersebut. Jika dibiarkan,
Masyarakat tidak sadar dengan perkemba- bukan tidak mungkin cyberbully akan
ngan teknologi yang begitu cepat dan he- menjadi cyberculture dalam SPSE.
124 JURNAL PENGADAAN

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan dari hasil penelitian ini aanwijzing melalui SPSE (Sistem Penga-
adalah sebagai berikut: daaan Secara Elektronik) berbentuk teks
1. Dalam aanwijzing melalui SPSE teks atau pesan percakapan yang bersifat
(Sistem Pengadaan Secara Elektronik) memprovokasi, menyakiti, mengancam,
terdapat fenomena yang unik yaitu cy- memfitnah, dan menuduh kepada panitia
berbully pada aanwijzing. Akan tetapi, lelang yang dilakukan oleh peserta lelang
anomali-anomali seperti cyberbully tidak melalui virtual chat pada SPSE.
selalu terjadi dalam sebuah lelang melalui 6. Jenis cyberbully yang terjadi dalam
SPSE. Ini adalah bentuk konsekuensi ada- melalui SPSE bervariasi. Bisa dalam
nya realitas sosial ala cyberspace. kombinasi 1 jenis cyberbully (homogen)
2. Adanya cyberbully dalam aanwijz- dan 1 jenis cyberbully (heterogen). Pada
ing melalui SPSE terjadi karena adanya keseluruhan data aanwijzing, hanya dite-
anonim-identity, yaitu identitas yang mukan 2 kategori cyberbully yang terjadi,
benar-benar terpisah dan tidak bisa diru- yaitu jenis flaming dan denigration. Flam-
juk kepada siapa identitas itu dimilik. ing adalah pesan yang berapi-api, sedang-
3. Anonim-identity merupakan re- kan denigration adalah memfitnah.
produksi identitas yang terjadi pada 7. Hasil penelitian ini menunjukkan
saat aanwijzing melalui SPSE akibat bahwa cyberbully yang terjadi pada aan-
metamorfosis ruang komunikasi dari wijzing melalui SPSE menggunakan me-
dunia nyata (offline) ke arah cyberspace dia chatroom. Hal itu karena pelaku dan
(online). korban (victim) menggunakan virtual
4. Penelitian ini menemukan banyak- chat pada SPSE untuk berkomunikasi.
nya jumlah pertanyaan pada saat aanwi- 8. Pelaku utama dari cyberbully dalam
jzing melalui SPSE tidak membuat kasus virtual chat pada aanwijzing melalui SPSE
cyberbully meningkat dan sedikitnya adalah peserta lelang atau penyedia, se-
peserta yang mengikuti aanwijzing tidak dangkan victim atau korbannya adalah
menjamin kasus cyberbully tidak akan panitia lelang. Dalam melakukan cyber-
terjadi pada lelang tersebut. bully, peserta lelang dapat melakukannya
5. Cyberbully dalam virtual chat pada berkali-kali.
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 125

9. Faktor pemicu pelaku cyberbully 11. Implikasi sosial dari cyberbully terha-
dalam virtual chat pada aanwijzing me- dap panitia lelang memberikan dampak yang
lalui SPSE beragam, di antaranya kare- signifikan terhadap mental panitia lelang.
na ketidakpuasan penyedia atau peserta Mereka kadang merasa resah dan gelisah ter-
lelang atas keputusan atau hal-hal ter- hadap cyberbully yang terjadi dalam SPSE.
tentu pada SPSE. Bullying dilakukan
agar keinginannya difasilitasi atau di- Saran untuk penelitian selanjutnya adalah:
penuhi oleh panitia lelang dalam SPSE, 1. Pengembangan tentang penelitian seje-
serta waktu menjawab pertanyaan yang nis masih bisa dilakukan dengan peneli-
lama oleh panitia. tian lain dengan membandingkan sistem
10. Cyberbully dalam aanwijzing ini pengadaan barang dan jasa yang lain,
merupakan sebuah risiko yang harus di- misalnya sistem e-procurement milik Ko-
hadapi panitia lelang. Dalam cyberbully rea Selatan yaitu KONEPS (Korea Online
yang terjadi dalam SPSE, sikap panitia E-Procurement System).
lelang berbeda-beda dalam menghadapi 2. LKPP sebagai pihak utama dalam
cyberbully yang terjadi. Beberapa panitia pengembangan SPSE seyogianya memper-
cenderung mendiamkan, tidak menang- hatikan tentang realitas sosial yang terjadi
gapi, dan dalam lelang yang lain ada pa- dalam sistem e-procurement yang mereka
nitia menanggapi dengan serius dan men- bangun sehingga perlindungan petugas ter-
jawab balik dengan meminta bukti terkait hadap hal-hal yang menghambat di lapang-
hal-hal yang dituduhkan. an seperti cyberbully dapat dicegah.
126 JURNAL PENGADAAN

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:
Griffin, Em. 2003. A First Look at Commu
Burhan Bungin. 2012. Analisis Data Pene nicatin Theory. New York: Mc.Graw-
litian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafin Hill
do Persada
Geraci, Laura M, Fitzgerald, Carrie B
Boje, David M. 2001. Narrative Methods 2012. Bullying: An assoult On Human
for Organizational & Communication Dignity. Oxford:Inter-Disciplinary Press
Research. London: Sage Publication
Habibie, Baharuddin Jusuf. 2006. Detik-
Bell, David. 2005. Cyberculture Theorist. Detik yang Menentukan. Jalan Panjang
Canada: Routledge Indonesia Menuju Demokrasi. Jakarta:
THC Mandiri
Echols, John M dan Hassan Shadily.1992.
Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Hadi, A. 2005. Matinya Dunia Cyberspace:
PT.Gramedia Kritik Mark Slouka terhadap Jagat
Maya. Yogyakarta: LKIS
Eriyanto. 2006. Analisis Wacana:
Pengantar Analisis Teks Media. Yogya- Hardiman. Fransisco Budi. 2010. Ruang
karta: LKIS Publik. Surabaya : Kanisius

Fahmal, Muin. 2006. Peran Asas-asas Holmes, David. 2012. Teori Komunikasi:
Umum Pemerintahan Yang Layak Media. Teknologi. dan Masyarakat.
Dalam Mewujudkan Pemerintahan Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Yang Bersih. Yogyakarta: UII Press
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 127

Jaffe, et al. 2004. Language and Womens Nasrullah, Rulli. Dr. M.Si. 2014. Teori dan
Place. Harper & Row. New Hamsphire Riset Media Siber(cyber media). Jakarta
: Kencana Prenadamedia Group
John W, Santrock.1990. Psikologi Pendi
dikan Edisi Kedua. University of Texas Nayar, Pramod K. 2010. The New Media
at Dallas and Cybercultures Anthology. Hoboken:
John Wiley & Sons
Kriyantono Rachmat. 2012. Tehnik Praktis
Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Porter, Richard E. dan Larry A. Samovar.
Prenada Media Group 1993. Suatu Pendekatan terhadap KAB..
dalam buku Komunikasi Antarbudaya.
Martin, Judith N. and Thomas K. Nakaya Penyunting: Deddy Mulyana dan Jalal-
ma. 2003. Intercultural Communica- udin Rakhmat.PT Remaja Rosdakarya.
tion in Contexts. United States: The Bandung: 1993
McGraw-Hill Companies
Rachmah Ida.2011. Metode Penelitian Ka-
Martin, William J. 1995. Global Informa jian Media Dan Budaya. Surabaya: Air-
tion Society. London: Aslib Gower langga Univesity Press

Mosse, Julia Cleves. 2004. Gender dan Rakhmat. Jalaludin. (2009). Psikologi
Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pe- Komunikasi. Bandung: PT Remaja
lajar Rosdakarya

McQuail, D.2011. Teori Komunikasi Mas- Ramli, Samsul. 2013. Bacaan Wajib Para
sa. Jakarta: Salemba Humanika Praktisi Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Jakarta: Visimedia
128 JURNAL PENGADAAN

Ramadhan, Arief.2005. Pengenalan Jari- Sugihartati, Rahma. 2014. Perkembangan


ngan Komputer. PT. Media Elex Com- Masyarakat Informasi & Teori Sosial
putindo: Jakarta Kontemporer. Jakarta: Kencana

Raharjo, Agus.2002. Cybercrime: Pema Shedletsky, Leonard J & Aitken. Joan.


haman dan Upaya Pencegahan Keja- 2004. E. Human Communication on
hatan Berteknologi. Bandung: Cita Ad- The Internet.USA: Pearson Education
itya Bakti
Wibowo, I. 2010. Negara Centeng : Negara
Ritzer, George & Douglas J, Goodman. dan Saudagar di Era Globalisasi. Yog-
2008. Teori Sosiologi. Dari Teori So- yakarta: Penerbit Kanisius
siologi Klasik Sampai Perkembangan
Mutakhir Teori Sosial Modern. Yogya- JURNAL :
karta: Kreasi Wacana
Hanewald, Ria. Confronting the Pedagogi
Sutarman, 2007. CyberCrime Modus Ope- cal Challenge of Cyber Safety. Vol. 33.
randi dan Penanggulangannya. Yogya- 2008. University of Melbourne: Aus-
karta: Laksbang pressindo tralian Journal of Teacher Education.
http://ro.ecu.edu.au/cgi/viewcontent.
Sedarmayati. 2003. Good Govermance: cgi?article=1467&context=ajte. 6 Okto-
Kepemerintahan Yang Baik Dalam ber 2014 jam 10:03
Rangka Otonomi Daerah Upaya Mem-
bangun Organisasi Efektif dan Efisien
Melalui Restrukturisasi dan Pember-
dayaan. Bandung : Mandar Maju
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 129

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Accessing IRS Virtual Communities.


2005. Komunika Warta Ilmiah Populer [journal on-line]. Journal of Computer
Komunikasi Dalam Pembangunan Vol. 8. Mediated Communication. 7 (2).
No 1. Jakarta: Lipi Press http://jcmc.indiana.edu/. 26 Juni 2015
jam 10:03
M, Irsyad Sudiro. Pendidikan Agama da-
lam Masyarakat Modern. Seminar dan Prasetyo, Antonius Galih. 2012. Menuju
Lokakarya Nasional Revitalisasi Pendi- Demokrasi Rasional: Melacak Pemiki-
dikan Agama Luar Sekolah dalam Ma- ran Jurgen Habermas tentang Ruang
syarakat Modern. Cirebon. tanggal. 30- Publik. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
31 Agustus 1995 Politik Vol. 16. No 2. Jogja: Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universi-
Nancy Willard. M.S.. J.D. 2007. Educators tas Gadjah Mada
Guide to Cyberbullying and Cyber-
threats Center for Safe and Responsible P Saunders, A Huynh and J. Good
Use of the Internet.Center for Safe and man-Delahunty. 2007. Defining Work-
Responsible Use of the Internet. https:// place Bullying Behaviour Lay Defini-
education.ohio.gov/ getattachment/ tions of Workplace Bullying. Vol. 30. No
Topics/Other-Resources/School-Safe- 341. Sydney: International Journal of
ty/Safe-and-Supportive- Learning/ Law and Psychiatry
Anti-Harassment-Intimidation-and-
Bullying-Resource/Educator-s-Guide- Sheri Bauman. 2007. Cyberbullying A Vir
Cyber-Safety.pdf.aspx. 26 Juni 2015 tual Menance. Arizona: National Co-
jam 10:03 alition Against Bullying National
Conference. http://ncab.org.au/Assets/
Nocera, Jose L, A 2002. Ethnography and Files/Bauman,%20S.%20Cyberbullying.
Hermeneutics in Cybercultural Research pdf. 26 Juni 2015 jam 10:03
130 JURNAL PENGADAAN

WEBSITE : randi-zuckerberg-anonymity-
online_n_910892.html diakses pada
Computer Fraud Working Group, http:// tanggal 25 juni 2015 jam 23:05
www.ussc.gov/sites/default/files/pdf/re-
search/working-group-reports/intellec- How to be polite while youre online
tual-property-andtech/199309_Com- (practicing good netiquette), http://
puter_Fraud_Report_Summary.pdf www.simplehelp.net/2006/08/14/how-
diakses tanggal 17 Oktober 2014 jam to-be-polite-while-youre-online-prac-
10:03 ticing-good-netiquette/ diakses pada
tanggal 31 mei 2015 jam 15:49
Cyberbullying juga terjadi di dunia ker
ja, http://www.merdeka.com/gaya/ Jaringan LPSE di Kabupaten Batang Ru
cyberbullying-juga-terjadi-di-dunia- sak, Rekanan Dirugikan, http://www.
kerja.html diakses pada tanggal 3 juni radarpekalonganonline.com/77731/jar-
2015 jam 00:46 ingan-lpse-di-kabupaten-batang-rusak-
rekanan-dirugikan/ diakses pada tang-
Chatroom, http://www.thefreedictionary. gal 7 juni 2015 jam 02:55
com/chatroom diakses pada tanggal 25
juni 2015 jam 18:50 Learn About The WELL, http://www.well.
com/aboutwell.html diakses pada tang-
Dipa, http://bpp.its.ac.id/bpp/perencanaa/ gal 21 juni 2015 jam 04:47
dipa/ diakses pada tanggal 27 mei 2015
jam 21:56 Nah ini Efek dari era reformasi, https://
twitter.com/HMI_Pekalongan/sta-
Facebooks Randi Zuckerberg: Anonymity tus/568382703399088128 diakses pada
Online Has To Go Away, http:// tanggal 28 mei 2015 jam 04:52
www.huffingtonpost.com/2011/07/27/
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 131

Nettiqutte, http://www.albion.com/neti ses pada tanggal 31 mei 2015 jam 15:49


quette/book/index.html diakses tanggal
2 Oktober 2014 jam 12:22 Tertangkapnya Nazaruddin Pacu
Semangat KPK Tangkap Nunun dan
Petunjuk penyusunan dan pengesahan Anggoro, http://news.detik.com/re
daftar isian pelaksanaan anggaran, ad/2011/08/09/113359/1699721/1
http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullTex 0/tertangkapnya-nazaruddin-pacu-
t/2011/164~PMK.05~2011PerLamp1. semangat-kpk-tangkap-nunun-dan-
htm diakses pada tanggal 27 mei 2015 anggoro diakses pada tanggal 27 mei
jam 23:03 2015 jam 01:34

Penerapan Teknologi Informasi dan Tenth United Nations Congress on the Pre
Komunikasi untuk mendukung vention of Crime and the Treat-
pengembangan e-Government Pemer- ent of Offenders, https://www.unodc.
intah Kota Bogor 2014-2018, http:// org/documents/congress//Previous_
kominfo.kotabogor.go.id/asset/file/sop/ Congresses/10th_Congress_2000/017_
penerapan-tik-2014-2018.pdf ACONF.187.10_Crimes_Related_
to_Computer_Networks.pdf diakses
Sejarah dan latar belakang, http://www. tanggal 17 Oktober 2014 jam 10:03
lkpp.go.id/v3/#/page/3 diakses tanggal
2 Oktober 2014 jam 10:03 Toffler Interview: Information Technology
Seen as Power to Workers , http://www.
Standar Dokumen Pengadaan , http:// net4dem.org/cyrev/archive/issue6/ar-
w w w.lkpp.go.id/v2/f iles/content/ ticles/TofflerInterview/TofflerInterview.
file/26042011130711SBD_PEKER- pdf diakses pada tanggal 21 juni 2015
J A A N % 2 0 K O N S T RU K S I _ P E N - jam 01:52
GADAAN%20LANGSUNG.doc diak-
132 JURNAL PENGADAAN

Urgensi convention on cybercrime ta What Can Be Done About cyberbully


hun 2001 dalam rangka pembentukan ing?, http://www.cyberbullying.org
undang-undang informasi dan tran- /info.html diakses pada tanggal 25 juni
saksi elektronik di indonesia, http:// 2015 jam 00:02
download.portalgaruda.org/article.ph
p?article=166997&val=6114&title= What does ID mean?, http://www.inter
urgensi%20convention%20on%20cy- netslang.com/ID-meaning-definition.
bercrime%20tahun%202001%20%20 asp diakses pada tanggal 25 juni 2015
d al am % 2 0 rang k a % 2 0 p e mb e ntu - jam 18:50
kan%20undangundang%20%20infor-
masi%20dan%20transaksi%20%20
elektronik%20%20indonesia diakses 17
Oktober 2014 jam 10:03

UU Republik Indonesia No 24 tahun


2009, http://badanbahasa.kemdikbud.
go.id/lamanbahasa/sites/default/files/
UU_2009_24.pdf diakses pada tanggal
2 juni 2015 jam 24:20
PARA PENULIS
134 JURNAL PENGADAAN

BIODATA PENULIS
Ria Casmi Arrsa. Adalah peneliti pada Pusat Pengembangan Otonomi Daerah (PPOTO-
DA) Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Selain aktif didunia riset, penulis juga akti-
vis Lembaga Konsultan Hukum Rumah Keadilan (House of Justice) yang beralamat di Jl.
Kembang Kertas Kav. IX Kota Malang. Sejak 2007 penulis aktif dalam berbagai bidang
riset pemerintahan, kebijakan publik dan ekonomi terapan diantaranya: Riset Pembentu-
kan Lembaga Mediasi Perbankan Independen oleh Bank Indonesia RI, Tim Ahli Perumus
Naskah Akademik Perda Tahun Jamak (multy years) Kota Mojokerto, Tim Ahli Perumus
Naskah Akademik Raperda Bangunan Gedung, Tim Ahli Perumus Kajian Akademik Tata
Kelola Aset Daerah Kabupaten Jombang, Tim Ahli Perumus Kajian Akademik Pedoman
Investasi Pemerintah Daerah Kota Pasuruan, Tim Ahli Riset Preferensi dan Awareness
Desa Pada Proses Transformasi Badan Kredit Desa (BKD) kerjasama dengan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK-RI), Tim Ahli Kajian Akademik Studi Pemetaan Sosial Penerapan
Corporate Social Responsibility (CSR). Informasi kontak penulis melalui alamat email:
casmi87.arrsa@yahoo.com, ppotoda@gmail.com.

Anwar Syam.AlumniS-1Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor


(STIE Kesatuan) dan sedang menyelesaikan jenjang Magister Akuntansi di Universitas
Mercubuana Jakarta. Syam yang kelahiran Bogor, 1 Desember 1984, mulai menempuh
pendidikan S2-nya tahun 2014. Syam adalah juga pegawai negeri sipil (PNS) di Unit Lay-
anan Pengadaan di Institut Pertanian Bogor dengan jabatan Fungsional Pertama Pengelola
Pengadaan Barang/JasaPemerintah. Penulis ini bisa dihubungi di anwarsyam@apps.ipb.
ac.id.
Para Penulis OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 135

Richo Andi Wibowo. Alumni Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia pada Sep-
tember 2006. Kemudian, Ia kemudian menjadi pembela umum di Lembaga Konsultasi
dan Bantuan Hukum di kampus tersebut. Pada 2007, Richo melanjutkan studi Master of
Laws di Utrecht University, Belanda melalui Beasiswa Depkominfo. Sekembalinya ke
tanah air, Richo bergabung sebagai dosen Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada. Sejak tahun 2012 hingga sekarang, Richo sedang studi
doktoral di Utrecht University dengan Beasiswa DIKTI dan bantuan dari Utrecht Univer-
sity. Tema desertasinya adalah mendesain pencegahan korupsi di sektor pengadaan barang
dan jasa di Indonesia dari perspektif tata kelola pemerintahan yang baik dan perbanding-
an hukum administrasi negara antara Indonesia dengan Belanda dan Inggris. Beberapa
pemikirannya terkait dengan pencegahan korupsi, pengadaan barang/jasa, dan permber-
antasan penyakit birokorasi dapat ditemukan di jurnal dan opini surat kabar. Richo dapat
dihubungi pada richo.wibowo@ugm.ac.id.
136 JURNAL PENGADAAN

Alfian, SE, Akt, M.Si, CA. Dilahirkan di Banjarmasin, 21 Maret 1975. Selain sebagai
staf pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat juga pernah
bertugas sebagai Auditor dan Kepala Satuan Pengawasan Intern Unlam. Pendidikan S1
dan S2 diselesaikan pada Jurusan Akuntansi FE UGM Yogyakarta, dan saat ini sebagai
mahasiswa Program Doktor Ilmu Akuntansi (S3) FEB Universitas Padjadjaran Bandung.
Selain sebagai dosen juga aktif menjadi pemerhati kasus-kasus audit pengadaan barang/
jasa pemerintah, dan Barang Milik Negara/Daerah.

Nurlisa Arfani. Lahir di Medan 10 April 1971, saat ini merupakan Widyaiswara Madya
di Pusdiklat Perdagangan (2014 hingga kini). Aktif menulis di berbagai media seperti
majalah ilmiah dan surat kabar nasional. Mendapatkan keahlian dari berbagai pekerjaan
yang pernah digeluti antara lain di bidang metrologi pada saat menjadi Penera Ahli (1998-
1999). Menjadi penulis di bidang perdagangan berjangka komoditi karena sebelumnya
pernah bekerja di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi-Kementerian
Perdagangan (2000-2008). Di samping itu juga aktif menulis di bidang pengadaan barang
dan jasa dan merupakan tim perumus pada saat menyusun perubahan kedua Perpres No.
54 Tahun 2010, pada saat bertugas di LKPP (2009-2014).
PANDUAN
PAN
NDUAN UNTUK PENULIS
138 JURNAL PENGADAAN

PETUNJUK UNTUK PENULIS JURNAL


1. Penulisan naskah. kata) dan sudah termasuk catatan kaki;
Naskah yang dikirim ke Jurnal Pengadaan tetapi belum terhitung didalamnya jika ada
belum pernah diterbitkan atau tidak sedang gambar, ilustrasi, bagan dan tabel. Panjang
dalam proses pengajuan untuk diterbitkan Esai maksimal 12.000 karakter dengan
di media lain. Naskah berisi tulisan ilmiah spasi (tidak perlu disertai catatan kaki).
populer bisa berasal dari ringkasan hasil Tinjauan Buku tediri dari dua versi; tinjau-
penelitian, survei, hipotesis, atau gaga- an pendek sekitar 12.000-14.000 karakter
san orisinal yang kritis, mencerahkan dan dengan spasi dan tinjauan panjang sekitar
membuka wawasan. 24.000.-29.000 karakter dengan spasi.

2. Topik. 4. Abstrak.
Isi naskah disesuaikan dengan rubrik Topik Setiap naskah harus disertai abstrak dalam
Utama yang ditetapkan redaksi dan bisa bahasa Indonesia. Panjang asbtrak maksi-
juga berisi topik bebas di luar Topik Uta- mal 800 karakter dengan spasi dan hanya
ma. Tulisan dalam rubrik Esai berisi pen- terdiri dari satu paragraf yang menggam-
dalaman dan pergulatan pemikiran. Rubrik barkan esensi isi tulisan secara gamblang,
Survei berisi hasil penelitian tentang segala utuh dan lengkap.
macam persoalan sosial ekonomi yang ak-
tual. Rubrik Laporan Daerah berisi hasil 5. Catatan kaki.
pengamatan atau penelitian tentang satu Semua rujukan pada tubuh tulisan, baik
daerah tertentu di Indonesia. Rubrik Buku sumber yang merujuk langsung maupun
berisi tinjauan buku-buku baru atau lama tidak langsung, harus diletakkan dalam
yang masih relevan dengan kondisi seka- Catatan Kaki dengan urutan nama lengkap
rang. pengarang, judul lengkap sumber, tempat
terbit, penerbit, tahun terbit, dan nomor
3. Panjang. halaman, kalau perlu. Rujukan dari internet
Panjang tulisan untuk rubrik Topik Utama, harap mencantumkan halaman http secara
Survei dan Laporan Daerah, kecuali atas lengkap serta tanggal pengaksesannya.
kesepakatan dengan redaksi, maksimal
29.000 karakter dengan spasi (sekitar 4.000
Panduan Untuk Penulis OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 139

Contoh-contoh: Bab atau Bagian dari Sebuah Buku


Andrew Wiese,The House I Live In:Race, -
Buku dengan Satu Orang Penulis Class, and African American Subruban Dreams-
Wendy Doniger, Splitting the Difference (Chi in the Postwar United States,dalam Kevin M-
cago: University of Chicago Press, 1999), hal 65. Kruse dan Thomas J Sugrue (eds), The New -
Suburban History (Chicago: University of Chi-
Buku dengan Dua atau Tiga Penulis cago Press, 2006), hal. 101-102.
Guy Cowlishaw dan Robin Dunbar, Primate Con-
servation Biology (Chicago: University of Chi- Prakata, Kata Pengantar, atau Pen-
cago Press, 2000) dahuluan dari Sebuah Buku
James Rieger,Kata Pengantar untuk Mary -
Buku dengan Empat Orang Penulis- Wollstonecraft Sheley, Frankenstein; or, The -
atau Lebih Modern Prometheus (Chicago: University of -
Edward O Laumann et.al., The Social Organ- Chicago Press, 1982) hal. XX-XXI
zation of Sexuality: Sexual Pratices in the Uni-
ed States (Chicago: University of Chicago Press,- Buku Elektronik
1994), hal. 225-262. Phillip B Kurland dan Ralph Lerner (eds), The -
Founders Constitution (Chicago: University of -
Buku Terjemahan atau Suntingan Chicago Press, 1987), atau http://press-ubs. uchi-
Srintil, The Iliad of Homer, diterjemahkan oleh- cago.edu/founders/ (diakses tanggal 27 Juni 2006).
Richmond Lattimore (Chicago: University of-
Chicago Press, 1951) Artikel Jurnal, Majalah, atau Surat-
Kabar Cetak
Yves Bonnefoy, New and Selected Poems, dis- John Maynard Smith,The Origin of Altruism,-
unting oleh John Naughton and Anthony Rudolf - dalam Nature 393 (1998), hal. 639
(Chicago: University of Chicago Press, 1995) William S Niederkorn, A Scholar Recants on His-
Shakespeare Discovery, dalam New York -
Times, 20 Juni 2002 (Rubrik Seni Sastra).
140 JURNAL PENGADAAN

Tesis atau Disertasi Komentar Weblog


M Amundin,Click Repetition Rate Patterns in- Komentar Peter Pearson tentang The New Ame -
Communicative Sounds from the Harbour Pu ican Dilemma: Illegal Immigration, The Bec er-
poise, Phocoena phocoena (Disertasi Phd, Posner Blog, diposting 6 Maret 2006,dalam http;//-
Stockholm University,1991), hal. 22-29,35. www. becker-posner-blog. com/archives/2006/03/ t h
e _ n ew _ amer i c a . html#c080052 (diakses tanggal
Makalah 28 Maret 2006)
Brian Doyle,Howling Like Dogs: Metaphorical -
Languange in Psalm 59 (Makalah diajukan- Surat Elektronik
pada pertemuan internasional the Society of Bib- Surat elektronik Ibu Pengetahuan kepada Penu-

lical Literature, Berlin, Jerman, 19-22 Juni 2002). lis, 31 Oktober 2005

Laman Item dalam Basis Data Maya


Evanston Public Library Board of Trustees,- Pliny the Elder, The Natural History, John Bos-

Evanston Public Library Strategic Plan, 2000- tock dan HT Riley (eds.), dalam the Perseus Dig-

2010: A Decade of Outreach, Evanston Public- ital Library, http:// www.perseus.tufts.edu/ cgi-

Library, dalam http://www.epl.org/ library/stra- bin/ptext?lookup= Plin.+Nat.+1.dedication -

tegic-plan-00. html (diakses tanggal 1 Juni 2005) (diakses tanggal 17 November 2005)

Jurnal, Majalah atau Surat Kabar Maya Wawancara


Mark A Hlatky et.al.,Quality- Of-Life and De- Wawancara dengan Bapak Sukailmu, Jakarta, 1-

pressive Symptoms in Postmenapausal Women - Januari 2010.

after Receiving Hormone Therapy: Result from -


the Heart and Estogen/ Progestin Replacement -
Study (HERS) Trial, dalam Journal of the -
American Medical Association 287, No. 5 -
(2002), atau http://jama.ama-assn. org/issues/-
v287n5/rfull/ joc10108.html#aainfo (diakses -
tanggal 7 Januari 2004).
Panduan Untuk Penulis OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 141

6.Tabel. 9. Nomor bukti.


Tabel, gambar, bagan dan ilustrasi harus Setiap penulis akan menerima nomor bukti
mencantumkan dengan jelas nomor tabel/ penerbitan
gambar/bagan/ilustrasi secara berurutan,
10. Hak cipta.
judul serta sumber data. Keterangan tabel/
Dengan publikasi lewat Jurnal Pengadaan,
gambar/ bagan/ilustrasi diletakkan persis di
bawah tabel/gambar/bagan/ ilustrasi ber- maka penulis menyerahkan hak cipta (copy-
sangkutan. right) artikel secara utuh (termasuk abstrak,
tabel, gambar, bagan, ilustrasi) kepada Jur-
7. Biodata. nal Pengadaan, termasuk hak menerbitkan
Penulis wajib menyertakan curriculum vi- ulang dalam semua bentuk media.
tae dan foto diri

8. Pengiriman.
Tulisan dikirim dalam dua bentuk, yaitu
1) file elektronik dan 2) naskah tercetak (2
kopi) ditujukan kepada :

a. File elektronik : Kirimkan ke: humas@


lkpp.go.id, www.lkpp.go.id

b. Naskah tercetak : Pemimpin Redaksi


Jurnal Pengadaan, Kantor LKPP Indonesia
Komplek Rasuna Epicentrum, Jl. Epicen-
trum Tengah Lot. 11 B, Kuningan, Jakarta
Selatan, 12940
142 JURNAL PENGADAAN

INDEKS

( 64, 65, 66, 67, 69, 71, 73,

(UU) Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU No- 68, 69, 70, 71, 74, 76, 81,

mor 20 Tahun 2001 7, 8, 9, 10, 82, 84, 93, 125

13, 14, 18, 19, 20, anomali 121

21 anonimity 108

aparatur pemerintah 1

A APBD 23, 24, 26, 29, 33, 36, 56,

aanwijzing 7, 15, 30, 114, 115, 66, 67, 68, 70, 71, 73, 68,

97, 99, 107, 108, 69, 74, 75, 76, 77

110 APBN 23, 24, 23, 25, 26, 29, 35,

addendum 15 37, 38, 31, 33, 34, 36

adil 26, 88 arah kebijakan pembangunan 60

akuntabel 26, 36 artificial intelligence 112

analisis 29, 30, 32, 34, 36, asas-asas 73, 75, 76

60, 71, 75, 76, 98, aset 37, 57

102, 103, 104, 111 aspek legal 19

analisis teks 113 audit investigasi 6, 5

ancaman elektronik 102 audit investigations 8

anggaran 2, 3, 10, 20, 21, 23, audit operasional 6, 5

28, 29, 31, 35, 31, auditor 6, 8, 5, 6, 21, 24, 25, 26, 27,

32, 33, 50, 51, 65, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,

56, 58, 61, 62, 63, 17, 19


Indeks OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 143

autoriteit consument en markt (ACM) C


94 calon penyedia barang/jasa 9, 11, 32

cetak biru pembaruan peradilan 2010-2035


B 100
badan publik 88, 93 chatroom 106, 123
barrier to entry 62 CMC see computer mediated
batas-batas gender 116 communication
Belanda 81, 83, 93, 94, 96, 97, 102 computer-mediated communication
berita acara 7, 17, 18, 20 112
berkas 18 computer-text- word processing 104
bersaing 26, 40, 41, 51, 60 contract failure 41, 52
biaya overhead 27, 33 corruption 8, 81
bidirectionality 112 current audit 20
blog 106 cyberbully 113
bodem procedure 97 cyberculture 120
bottleneck 41, 44, 47, 49, 50, 55, 61, cyberstalking 106
62 D
budaya hukum 102 daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA)
budaya patriarki 116 63
bully 114, 115, 97, 105, 106, 111, dana 71
112, 113, 110, 111, 112, dasar hukum 19
116, 122 delik cyberbully pasal 27 ayat 1 sampai 4
bullying 101, 102, 105, 106, 110, 117, 118
114, 115, 116, 123 denigration 106
144 JURNAL PENGADAAN

desain baru 43 e-tendering 36, 37, 38, 37, 38,

desain prototipe 63 53, 61

desain Solusi 98, 103 F


diskusi 111 faktur tagihan 5

dokumen fiktif 16 financial audit 8

dokumen penawaran 7, 10, 16, 31, 109 fiscal year 115

dominasi sosial 119, 120 fraud 9, 21, 123

DPD 80, 104, 110, 111 G


DPRD 31, 59, 61, 63, 64, gatekeeper 110

65, 66, 70, 68, 74 good financial governance 75

E good practices 81, 82, 83, 98, 102

e- catalogue 36, 40 Graha Mojokerto Service City 55,

efektif 20, 26, 40, 53, 55, 56, 58, 60, 67, 71,

73, 81, 83, 84, 93, 73

96, 98, 106, 107, gugatan 84, 85, 92, 93, 96,

100 97, 100, 111

efisien 4, 26, 38, 40, 51, 53, H


55, 58, 73, 93 hak 63, 75, 97

ekonomis 38, 57 hak atas kekayaan intelektual 45

eksekutif 80, 86, 105, 106 HAKI 55

emosi 99, 112, 113, 114 hakim 84, 85

e-procurement 20, 36, 37, 38, 39, harassment 106, 121

123 harga fiktif 27

e-purchasing 37, 38 harga perkiraan sendiri (HPS) 6


Indeks OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 145

hasil dan analisa 6, 49, 60, 105 isu gender 116

hibah 25, 36 J
I jabatan 62, 65, 66, 73, 81, 107

ijazah 17, 33 jaringan global 110

ilegal 110, 116, 118 jasa konsultasi 31

implikasi sosial 113, 114, 123 judicial power law 82

indikasi 3, 5, 32, 86, 94 judiciary 82

Indonesia 1, 2, 21, 23, 24, 26, 35, 36, K


38, 31, 34, 36, 38, 77, 78, K/L/D/I (kementerian, lembaga, daerah,

81, 82, 83, 90, 92, 94, 95, institusi), 113

98, 100, 102, 106, 111, 116, kabupaten 54, 124

124, 121, 127 kasasi 81, 87, 88, 92, 97, 98, 102,

informan 103, 113, 114, 115, 116 103, 105, 106

infrastruktur irigasi 88 keabsahan 33, 81, 86, 90, 92

inovasi 43 keadilan 55

instan message (IM) 106 keagenan 33

instansi swasta 38 kebijakan operasional 25

integritas 9, 75 kebocoran anggaran 5

International Purchasing and Supply kecermatan 70, 75

Management 47 kegiatan akademik 23

interaktif 112 kejujuran 73

international trade center UNCTAD/ kelompok kerja 31

WTO 47 kemahalan harga 39, 41, 42, 53, 55

investasi 26 kemahasiswaan 25
146 JURNAL PENGADAAN

kemampuan etika 120 (KPPU) 86

kepala daerah 59, 61 kompetensi 87, 93, 98, 99, 105

kepastian hukum 73 kompetisi 38, 39, 85, 88

keputusan tata usaha negara (KTUN) konfirmasi 17, 21, 24, 27, 29, 30, 33,

84 17, 18, 19

kerugian negara 7, 76 konsep maya 113

ketenagaan 25 konsep pembangunan 61

ketentuan 31, 32, 73, 68, 72, konsesi 93

73, 74 konsistensi 75

keuangan 25, 27, 36, 37, 38, konsorsium 88

36, 65, 66, 67, 70, konspirasi horizontal 88

73, 75, 76, 75, 105 konspirasi vertikal 88, 90

keuntungan 27, 33, 28, 39, 42 konstruksi hukum 65

kewajiban 55, 70, 75 konsultan 33, 30

klausul baku 74 kontrak 7, 10, 11, 20, 25, 33, 17, 18,

Koding 108 19, 32, 33, 37, 41, 43, 60,

kolusi 2, 3, 4, 9, 94, 96, 99 62, 61, 68, 69, 70, 69, 72,

kolusi kombinasi horizontal dan vertikal 93, 96, 98, 99, 100, 101

2 kort geding 96, 97

kolusi horizontal 2 kortgeding 97

kolusi vertikal 2, 3 kota 54, 55, 57, 96

komisi (fee) 4 kriteria 14, 17, 25, 28, 29, 30, 32,

komisi pemberantasan korupsi 1, 21 36, 38, 39, 49, 53, 65

komisi pengawas persaingan usaha KTP elektronik 90


Indeks OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 147

kualifikasi 7, 12, 14, 17, 29, 33, 62 leverage 47, 51, 55, 61

kualitas 4, 20, 36, 38, 50, 59, 75 liabilities 115

kuantitas 20 litigation 82

kuasa pengguna anggaran (KPA) lump-sum 10, 11, 25

2 M
L mahkamah agung 87, 101, 103, 109

landasan moral 119 mahkamah konstitusi 104

laporan keuangan 6, 5 majelis wali Amanat (MWA) 38

legislatif 80 manajemen konstruksi 56, 68

lelang 7, 10, 12, 13, 15, 18, 19, 27, mark-up 1, 10, 11, 26, 41, 42,

28, 33, 34, 33, 84, 86, 88, 53, 55

90, 92, 93, 94, 98, 99, 102, masa pakai barang/jasa 4

103, 106, 113, 97, 98, 99, masyarakat 7, 14, 19, 23, 26, 29,

100, 101, 105, 106, 107, 34, 18, 19, 57, 54,

108, 109, 110, 111, 105, 55, 87, 97, 104, 107,

106, 108, 110, 111, 112, 116, 118, 120

110, 111, 112, 113, 114, mata rantai pemasaran 42

116, 121, 122, 123 media masa 23

lembaga 23, 29, 32, 81, 82, 84, 86, medium internet 110

90, 92, 94, 98, 99, 105, 106 mekanisme peradilan 100, 102

lembaga eksekutif independen 86 menteri 30

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ merit point system 25

Jasa Pemerintah (LKPP) 80 merek barang 56

lembaga peradilan 82, 84, 86, 92 meterai bertanggal 28


148 JURNAL PENGADAAN

metode persaingan 59 P
modus operandi 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, pajak pertambahan nilai (PPN) 33
13, 14, 15, 17, 18, paket pengadaan 31
19, 20, 21 panitia 1, 3, 4, 6, 8, 24, 27, 28, 30,
monopoli 108, 112 31, 33, 34, 17, 29, 30, 85,
moral 9, 119, 120 88, 90, 113, 97, 98, 99, 100,
N 101, 102, 103, 110, 113,
negosiasi 19, 60 105, 108, 111, 112, 113,
nilai jaminan 18 111, 112, 113, 114, 115,
nonakademik 23 116, 119, 122, 123
normal proceeding 97 pasal 6, 7, 5, 7, 21, 31, 18, 73, 68,
nota kesepakatan 59, 65 81, 88, 101, 111, 112, 117,
O 118
observasi 6, 5, 30, 60 PBJ (pengadaan barang dan jasa)
online 60, 97, 98, 99, 102, 2
103, 106, 113, 121, pegawai negeri 30, 87
124 pejabat 8, 24, 28, 29, 30, 31, 33
on-the-spot 31 pejabat pembuat komitmen (PPK)
operational audit 8 4
opname fisik 19 pejabat pengadaan 6, 28, 30, 31
organisasi 4, 25, 29, 31, 37, pekerjaan 7, 11, 20, 21, 26, 33, 18, 19,
105 28, 30, 31, 33, 37, 38, 41,
otonomi 23, 25, 33, 54, 104 42, 43, 44, 49, 50, 51, 52,
overhaul 50
Indeks OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 149

55, 56, 58, 56, 59, 65, 66, penelitian 36, 98, 102, 103,

69, 71, 113, 111 121, 124, 126

pelaku usaha 86, 87, 88 penetapan norma 25

pelanggaran etika 24 pengadaan barang/jasa 7, 23

pelayanan publik 54 Pengadilan Negeri Jakarta Pusat 91,

pelelangan 3, 7, 9, 10, 13, 14, 15, 17, 92

18, 19, 25, 26, 28, 30, 32, Pengadilan Negeri Sampang 84,

34, 38, 39, 40, 53, 55, 58, 109

60, 61, 98, 99, 111 pengalaman 6, 5, 17, 33, 60

pelelangan fiktif 3 pengelolaan keuangan daerah 65,

pembayaran 20, 19 63, 65, 78

pemegang lisensi 56 pengesahan 60, 63, 104, 125

pemenang lelang 18 pengujian 21, 23, 25, 26, 34,

pemerataan 55 17, 43, 86

Pemerintah Kota Mojokerto 55 pengujian protokol 103

pemisahan kewenangan 106 penjelasan tertulis 17

penafsiran 86, 87, 90 penugasan lapangan 6

penandatanganan 19, 59, 62 penunjukan langsung 1, 8, 9, 10, 22, 58,

pencemaran nama baik 106 62

pendaftaran 13 penyelesaian perselisihan 73,

pendapat 104, 114, 115, 116, 119 75

pendekatan deskriptif kualitatif penyesuaian harga 59,

6, 5, 60 75

penegak hukum 83 penyuapan 1


150 JURNAL PENGADAAN

peradilan 81, 101 109

peradilan acara cepat 100 peserta tender 85, 94

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor pinjaman 36

21 Tahun 2011 65 PNS 81, 88

peraturan presiden 26 politeknik 23

perawatan berkala 50 politisi 8

PERDA 65 polling 106

Perda pembiayaan tahun jamak 65, portal 105

58 post-audit 20

perekonomian 54, 55 PP 58/2013 33

perguruan tinggi negeri badan hukum PPK (pejabat pembuat komitmen) 29

(PTN-BH) 23 prakualifikasi 14, 15, 30

perhitungan eskalasi 19 presiden 104

Perka LKPP (Peraturan Kepala Lembaga preventif 20

kebijakan pengadaan barang/jasa pemerin- prinsip demokrasi 55

tah) 97 Procurement of goods / services 38

Perpres No.54/2010 26 Procurement of Goods / Services 9, 24

persaingan 59, 94, 108 profesional 27

persaingan tidak sehat 27 program keterbukaan pengungkapan 23

persetujuan kepala daerah 68 program legislasi nasional (Prolegnas)

persetujuan walikota 68 80

perspektif 81, 90, 114, 115 promosi 55

persyaratan ad ministratif 63 prosedur 34, 36, 82, 84, 96,

perusahaan 32, 18, 94, 99, 108, 97, 100, 101, 103,
Indeks OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 151

105, 106 Renja SKPD 61

proses pelayanan 113, 114 Renstra SKPD 61

proses perikatan 62 rent seekers 39, 42

proyek infrastruktur 65 review 23, 27, 28, 30, 31,

proyek pengadaan 1 32, 87, 90, 93

pseudonymity 108 risiko 6, 5, 6, 21, 39, 41,

Q 42, 43, 44, 45, 47,

qualitative descriptive approach 8 48, 49, 50, 51, 52,

quick response 112 53, 55, 58

R risiko kecurangan 6

Rancangan Peraturan Daerah Kota routine 47, 49, 50, 55, 61

56, 58, 72 S
rantai distribusi pemasaran 59 sanggahan 19, 34, 17

rasional 75 saran 62, 75, 121

real life identity 108 sarana prasarana 25

Regulation 67 satuan kerja perangkat daerah 29

rekanan 2, 3, 8, 12, 14, 15, sekolah tinggi 23

18, 19, 101, 111, sengketa pengadaan 81, 83

112, 115, 124 sengketa pengadaan 81

rekayasa 11, 12, 32, 17, 87 sensor 110

Rekomendasi 69 sertifikat keahlian 24

rekomendasi 75 sikap 97, 102, 103, 107,

rektor 30, 38, 31, 32, 33 114, 123

relevansi 72 singel source 57, 62


152 JURNAL PENGADAAN

sistem evaluasi penawaran 9 syarat kualifikasi 14

Sistem peradilan 106 T


skema pembiayaan 56 tahapan kritis 7

solusi 6, 81, 83, 98, 106 tahun anggaran 113

spare part 44, 50, 56, 57 taktis 6, 7, 5, 6, 21, 20

spesifikasi teknis 19 tata kelola keuangan daerah 66

spesifikasi teknis 12, 32 teknologi 35, 34, 120, 124, 125

SPSE (sistem pengadaan secara elektronik) teknologi baru 43, 53

113, 97 teknologi informasi dan komunikasi 99

SPSE (sistem pengadaan secara tenaga ahli 19

elektronik) 98 tender 1, 2, 81, 84, 85, 87, 88, 89,

standar minimal 18 90, 94, 95, 96, 99, 106, 98

status sosial 107 teori opplosing 98

statuta 34 tertib administrasi 75

strategic step 67 the academic medical centre (AMC)

studi 65 96

studi literatur 6, 5, 60 the state budget 24

substantif 12, 28 tidak diskriminatif 26

sumber daya manusia 56 tim perumus RUU pengadaan 99

sumber pendanaan 35 titik rentan 76

summary proceeding 96 trading rules 60

surat jaminan 20 transparan 26, 70

surat sanggahan 17 transplantasi hukum 102


Indeks OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 153

trickery 106 visi 54

tridharma 35 W
U wanprestasi 73

uang suap 8, 23, 27 wawancara 34, 18, 103, 112

uang terima kasih 8, 10 website 32, 100, 110

UNCAC 81, 82 Y
undangan 30, 31, 32, 59, 62, yurisdiksi 84, 85

63, 70, 68, 73, 74,

75, 104, 105, 106

undang-undang 6, 5, 11, 12, 13, 16,

17, 18, 106, 127

University of Amsterdam 96

unsur pidana 73

urgensi 65

UU anti larangan monopoli 94

UU hukum administrasi umum Belanda

93

UU kekuasaan kehakiman 81

UUD NKRI Tahun 1945 54

V
vendor 99, 112

virtual chat 113

virtual reality 111


Gedung LKPP
Kompleks Rasuna Epicentrum
Jl. Epicentrum Tengah Lot. 11 B
Kuningan, Jakarta Selatan, 12940

humas@lkpp.go.id
www.lkpp.go.id

ISSN 2089 - 2861

9 772089 286132

Anda mungkin juga menyukai