Jurnal Pengadaan Edisi 4 PDF
Jurnal Pengadaan Edisi 4 PDF
142-153 Indeks
PENGANTAR REDAKSI
PENGA
Dari Redaksi OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 i
Pengantar Redaksi
INDONESIA yang tengah bertumbuh, rupa hingga tidak lagi dilaksanakan oleh
mematangkan demokrasi dan memastikan hanya departemen teknis. Konsekuensi lain
rakyat sejahtera dan terlayani membutuhkan dari desentralisasi, pengadaan tidak semata
energi dan kesungguhan untuk memperbaiki melibatkan perumus kebijakan di jajaran
diri di berbagai sektor. Dengan semangat pemerintah pusat, tetapi juga 524 pemerintah
inilah, Lembaga Kebijakan Pengadaan Ba- daerah, baik di tingkat provinsi maupun di
rang/ Jasa (LKPP) lahir dan dikembangkan tingkat kabupaten/kota.
hingga hari ini.
Dalam konteks penyempurnaan peraturan
Pelaksanaan pengadaan dengan anggaran perundang-undangan, kelembagaan dan
yang sangat besar bisa dipastikan berpenga- peraturan hukum, ruang diskusi, dan ma-
ruh terhadap efisiensi penyelenggaraan sukan-masukan konstruktif terkait berbagai
pelayanan kepada masyarakat. Jika pelak- aspek dalam bidang pengadaan barang dan
saanaan pengadaan berjalan sesuai harapan, jasa harus senantiasa dihidupkan. Jurnal
tentu iklim dunia usaha akan sehat dan LKPP edisi ini berusaha merekam masukan-
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih masukan dimaksud dari berbagai perspektif
dan bebas KKN bukan hanya sekadar jargon. yang menarik dan pantas dicermati para
stakeholder dan masyarakat pada umumnya.
Sejak awal, LKPP menghadapi tantangan
untuk memastikan proses pengadaan ba- Menulis Pemetaan Jenis dan Risiko Ke-
rang/ jasa berjalan efisien, efektif, terbuka, curangan dalam Audit Pengadaan Barang
transparan, bersaing, akuntabel, dan tidak dan Jasa, Alfian, tak hanya menawarkan
diskriminatif. Tentu, ini membutuhkan pemikiran yang bermanfaat bagi pertumbu-
perubahan mendasar dan perbaikan tanpa han bidang pengadaan ke arah lebih baik.
henti; antara lain meliputi kualitas sumber Gagasan Alfian juga menarik karena ia
daya manusia pengelola pengadaan, pening- membingkainya dengan pengalaman sebagai
katan kontrol atas proses pengadaan oleh seorang auditor yang memahami seluk-beluk
berbagai pihak, penataan birokrasi yang jenis dan risiko kecurangan di lapangan.
lebih sederhana dengan tetap memegang
prinsip akuntabilitas, juga penataan pelaku Menurut Alfian, pemetaan jenis dan risiko-
usaha hingga penyempurnaan peraturan risiko kecurangan adalah hal penting. Dari
perundang-undangan, kelembagaan dan pengalamannya sebagai auditor dalam
peraturan hukum. penugasan lapangan, terhadap pasal-pasal
yang dilanggar dalam Undang-Undang
Sebagaimana kita tahu, proses pengadaan (UU) Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU Nomor
(procurement) barang dan jasa di Indonesia 20 Tahun 2001 tentang Korupsi, Alfian
kini tidak lagi sentralistis. Di tingkat pusat, menawarkan langkah-langkah praktis dan
mekanisme pengadaan ditata sedemikian taktis untuk mengatasinya. Setidaknya, kata
ii JURNAL PENGADAAN
Alfian, terdapat 15 (lima belas) tahapan un- Prosedur beracara juga panjang, apalagi jika
tuk membantu memetakan jenis dan risiko pihak yang kalah melakukan banding dan/
kecurangan dalam pengadaan barang/jasa atau kasasi. Richo menunjukkan bagaimana
yang menjadi temuan auditor saat melakukan masalah tersebut dihindari di Belanda dan
penugasan lapangan. Dalam tiap tahapan menyarankan agar Indonesia mempertim-
tersebut, terdapat modus-modus operandi bangkan good practices di sana.
yang sering dilakukan dan pasal-pasal yang
dilanggar digunakan untuk menunjukan un- Lalu sebuah ulasan berusaha melihat secara
sur pelanggaran terhadap tindakan kecurang- mendalam aturan pengadaan barang dan jasa
an yang berdampak pada kerugian negara. di Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum
(PTN-BH). Anwar Syam, penulis ulasan ini,
Telaah mendalam atas proses dan me- memaparkan bahwa pengadaan barang dan
kanisme pengadaan di tingkat lokal juga jasa di perguruan tinggi negeri badan hukum
menjadi salah satu concern edisi ini. Dalam yang sumber dananya dari APBN/APBD
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak dilaksanakan mengacu kepada Perpres 54
dalam Proyek Infrastruktur: Studi Terha- Tahun 2010 dan perubahannya, tentang
dap Pembangunan GMSC Kota Mojokerto, Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Untuk
Ria Casmi Arrsa menguraikan pengalaman pengadaan barang/jasa yang sumber dananya
Pemerintah Kota Mojokerto. Ada konstruksi dari non-PNBP atau non-APBN mengacu
hukum untuk pembiayaan tahun jamak dalam pada statuta masing-masing PTN badan
proyek infrastruktur. Adalah sangat penting hukum, yang ditetapkan melalui peraturan
memperhatikan proses pentahapan secara pemerintah. Lima dari tujuh PTN badan
tertib dan patuh mengacu pada ketentuan hukum PTN menyatakan secara eksplisit di
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam statutanya bahwa ketentuan mengenai
guna menjamin terwujudnya tata kelola pengadaan barang/jasa yang sumber dananya
keuangan daerah yang baik (good financial bukan berasal dari anggaran pendapatan dan
governance) dengan mengedepankan prin- belanja negara diatur dengan peraturan rek-
sip perencanaan, kecermatan, transparansi, tor atau MWA.
akuntabilitas, dan kehati-hatian.
Dua tulisan lain menambah spektrum dan
Dari perspektif hukum, Richo Andi Wibowo wawasan kita terkait masalah pengadaan
menawarkan masukan yang tak kalah layak melalui perspektif teknologi informasi,
dicermati. Richo memberi masukan bagi yakni dari Nurlisa Arfani dan Syafriza Bhi-
Rancangan Undang-undang (RUU) Peng- ma Wikyantasa. Nurlisa, dalam tulisannya
adaan Barang/ Jasa (PBJ). Menurutnya, yang berjudul Efisiensi Pengadaan Barang/
harus ada desain peradilan yang efektif Jasa dengan e-Catalogue merefleksikan
untuk melayani sengketa pengadaan. Richo prinsip akuntabilitas dalam proses pen-
menyebutkan bahwa selama ini putusan per- gadaan barang dan jasa melalui pengunaan
adilan di bidang pengadaan kerap membin- e-catalogue. Senapas dengan kemajuan
gungkan karena terdapat tiga lembaga yang teknologi informasi, katalog elektronik perlu
mengklaim sebagai tempat untuk menguji dikembangkan, bahkan dikuatkan sebagai
keabsahan keputusan pemenang tender. ruang penyaring yang efesien dan efektif.
Dari Redaksi OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 iii
Menurutnya, tata cara pengadaan perlu menuduh panitia lelang melakukan hal-hal
dikaji ulang dengan memanfaatkan sistem tertentu yang dianggap menyimpang. Per-
teknologi informasi yang berkembang pesat spektif penelitian ini sangat berguna untuk
atau dikenal dengan e-procurement. Penga- meningkatkan kemampuan responssecara
daan berbasis elektronik diharapkan bukan tepat, arif, persuasif, dan tidak menimbulkan
hanya dapat memudahkan pelaksanaan pe- persoalan barupara penyelenggara lelang
ngadaan, melainkan agar pengawasan dapat di era transparansi dan di tengah kemajuan
dilakukan dengan mudah dan akuntabel. Apa teknologi informasi sekarang ini.
saja barang/ jasa yang tepat untuk pengadaan
dengan e-catalogue? Mengapa ini menjadi Akhirnya, Redaksi ingin memberikan peng-
penting? Nurlisa menawarkan ga gasan hargaan setinggi-tingginya kepada para
seputar ini. penulis yang telah berbagi dengan pembaca
Jurnal Pengadaan LKPP. Semoga para
Pada akhirnya, transparansi serta penggu- pembaca, kita semua, dapat memetik ilmu,
naan teknologi informasi sebagai perang- menambah wawasan dan menjadi bagian
kat pendukung prinsip tersebut dipastikan dari proses peningkatan kualitas aspek
membawa tantangan lain. Ada dua sisi mata pengadaan (procurement). Amin.
uang di sini, yakni kemungkinan efisiensi,
efektivitas, dan keterbukaan di satu sisi, Redaksi
dan banyaknya rekaman suara-suara ma-
syarakatkhususnya pihak-pihak terkait
seperti peserta lelang dalam sebuah arena
pengadaanyang memungkinkan pihak
penyelenggara lelang terganggu. Bahkan
bisa frustrasi.
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk memetakan jenis dan risiko-risiko
PENDAHULUAN
ranah pengadaan barang/jasa pemerintah. 3.423 kasus yang umumnya adalah kasus
Proyek pengadaan tersebut sangat rawan pengadaan barang dan jasa, (VIVAnews, 28/
dikorupsi pihak-pihak terkait, selain dengan 05/2012). Berbagai kasus korupsi tidak ter-
cara penunjukan langsung, juga melalui lepas dari tindakan kolusi antarpelakunya.
Pembenaran atau justifikasi yang sering di- 3 (tiga) jenis yaitu: (1) kolusi hori-
gunakan panitia pengadaan barang/jasa (P zontal; (2) kolusi vertikal; dan (3) ko-
BJ) terhadap proses penunjukan langsung lusi kombinasi horizontal dan vertikal.
adalah waktu yang sangat mendesak, kebi- Kolusi horizontal adalah kolusi yang
jakan atau perintah pimpinan, dan spesifikasi terjadi antara sesama rekanan pe-
barang. Berdasarkan hasil survei Indonesia ngadaan barang dan jasa. Kolusi ini
barang dan jasa melakukan penyuapan untuk saingan semu antarpeserta tender.
mendapatkan tender. Adapun penyuapan Kolusi ini tidak melibatkan aparat pemer-
yang terjadi 72,3% adalah inisiatif suap- intah seperti pengguna anggaran (PA),
menyuap berasal dari aparatur pemerintah kuasa pengguna anggaran (KPA), peja-
Sedikitnya 173 kepala daerah, mulai dari Kolusi vertikal adalah kolusi yang terjadi
2 JURNAL PENGADAAN
antara salah satu atau beberapa rekanan Indikasi-indikasi kebocoran anggaran pe-
Kolusi vertikal adalah kolusi yang terjadi nyaknya proyek pemerintah yang tidak te-
antara salah satu atau beberapa rekanan pat waktu, tidak tepat sasaran, tidak tepat
dengan panitia PBJ atau PA/KPA/PPK. kualitas, dan tidak efisien; (2) banyaknya
Sementara itu, kolusi kombinasi horizontal alat yang dibeli tidak dapat dipergunakan
dan vertikal adalah kolusi antara panitia sebagaimana mestinya; (3) PBJ tidak sung-
rekanan. Salah satu bentuk kolusi ini adalah canakan bukan berdasarkan kebutuhan yang
pelelangan fiktif atau proses pelelangan yang nyata (real needs); (4) Masa pakai barang/
sebenarnya tidak pernah dilakukan, tetapi jasa lebih pendek yang hanya mencapai 30
semua kelengkapan persyaratan administrasi hingga 40%; (5) Sejumlah persen komisi
dan formalitas terpenuhi seolah-olah telah (fee) yang harus disetor oleh kontraktor,
dilakukan pelelangan. Kolusi kombinasi ini panitia pengadaan, dan pejabat pembuat
biasa juga melibatkan supplier, agen tunggal, komitmen (PPK) kepada atasan dengan
harga barang sejenis yang cukup menyolok jadi auditor digunakan untuk memberi solusi
antara satu instansi dengan instansi lain; dan sebagai langkah praktis dan taktis dalam
(7) adanya beberapa faktur tagihan (invoice) audit pengadaan barang/jasa.
yang berbeda untuk 1 (satu) jenis barang
Penulisan ini menggunakan pendekatan des- bentukan panitia pengadaan atau penun-
kriptif kualitatif. Studi literatur dan observasi jukan pejabat pengadaan; (3) penetapan
pengalaman penulis di lapangan selama men- sistem pengadaan; (4) penyusunan jadwal
4 JURNAL PENGADAAN
(6) penyusunan dokumen pengadaan barang modus operandi yang sering dilakukan
dan jasa; (7) pengumuman dan pendaftaran adalah: (1) perencanaan tidak sesuai de-
peserta pelelangan; (8) tahap kualifikasi ngan kebutuhan riil; (2) perencanaan dise-
dokumen pemilihan penyedia barang/jasa; tentu; (3) barang/jasa mengarah kepada satu
penyampaian dan pembukaan dokumen uang suap untuk politisi dan uang terima
berita acara hasil pelelangan; (12) penet- tunda pengesahannya agar dapat dilakukan
masyarakat; (14) penandatanganan dan pe- Kelima modus operandi yang sering dilaku-
laksanaan kontrak; (15) penyerahan barang/ kan tersebut telah melanggar Undang-Un-
jasa dan pembayaran pekerjaan. dang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Korupsi. ngadaan atau penunjukan pejabat peng-
Pemetaan Jenis dan Risiko... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 5
daan, modus operandi yang sering dila- barang/jasa cenderung kepada penggunaan
kukan adalah: (1) pemilihan orang-orang sistem penunjukan langsung; (2) pemilihan
yang telah memberi kesanggupan untuk sistem evaluasi penawaran mengarah
memberikan uang suap dan uang terima kepada sistem yang mampu mengamankan
kasih; (2) pemilihan orang-orang yang penyedia dan anggaran termasuk unsur
mempunyai hubungan khusus dengan ca- suap dan uang terima kasih yang telah
lon penyedia barang/jasa; (3) pemilihan or- ditetapkan. (3) kecenderungan pemilihan
ang-orang yang tidak memiliki integritas sistem kontrak jenis lump-sum untuk
moral dan mudah dipengaruhi untuk me- memudahkan melakukan praktik mark-up
lakukan praktik korupsi-kolusi; (4) pemi- anggaran ataupun HPS.
lihan dari orang-orang yang tidak profe-
sional, tidak mempunyai pemahaman, dan Ketiga modus operandi yang sering
kemampuan mengenai proses pelelangan dilakukan tersebut telah melanggar Un-
sehingga mudah dijadikan boneka untuk dang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999
memuluskan jalannya praktik korupsi- jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang
kolusi. Keempat modus operandi yang se- Korupsi yaitu pada Pasal 2 dan 3.
ring dilakukan tersebut telah melanggar un-
Pada tahapan penetapan sistem pengadaan, seperti pengumuman pelelangan dan pe-
modus operandi yang sering dilakukan adalah: masukan dokumen penawaran sangat tidak
(1) penetapan sistem pemilihan penyedia realistis; (2) penggunaan waktu libur atau
6 JURNAL PENGADAAN
di luar hari kerja sebagai kegiatan pe- pekerjaan, khususnya untuk jenis kon-
laksanaan lelang; (3) penetapan jadwal trak lump-sum; (4) HPS tidak disu-
proses lelang yang secara disengaja men- sun berdasar data-data yang valid.
mungkinkan dilakukan penunjukan langsung. Keempat modus operandi yang sering dila-
Ketiga modus operandi yang sering Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 jo.
Pada tahapan penyusunan perhitungan har- yang sering dilakukan adalah: (1) adanya
ga perkiraan sendiri (HPS), modus operan- rekayasa persyaratan kualifikasi yang ha-
di yang sering dilakukan adalah: (1) HPS nya berpihak kepada kepentingan penye-
disusun sendiri oleh calon penyedia ba- dia barang/jasa tertentu; (2) adanya pe-
disesuaikan dengan keinginan penyedia yang tidak substantif dengan tujuan un-
up) koefisien dan jenis komponen yang yang tidak dimenangkan; (3) spesifikasi
rekayasa (mark-up) volume subjenis jasa tertentu (merek dan jenis barang/
Pemetaan Jenis dan Risiko... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 7
jasa); (4) dokumen lelang dibuat ganda, Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun
sebuah dokumen untuk rekanan yang 1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang
akan dimenangkan dan sebuah lagi untuk Korupsi yaitu pada Pasal 2 dan 3.
rekanan yang tidak akan dimenangkan.
ran peserta pelelangan, modus operandi yang jasa dan pengambilan dokumen pemilihan
lelang semu atau fiktif; (2) penetapan jangka yang sering dilakukan adalah: (1) proses
waktu pengumuman yang sangat terbatas; kualifikasi dengan meminta seluruh salinan
(3) isi pengumuman yang tidak informa- atau asli dokumen pendukung; (2) evaluasi
tif; (4) waktu penetapan untuk pendaftaran persyaratan kualifikasi tidak sesuai dengan
tidak jelas; (5) alamat yang digunakan kriteria yang ditetapkan sehingga rekanan-
untuk mendaftar tidak jelas atau alamat rekanan yang tidak memenuhi dinyatakan
jelas tetapi sulit dicari atau alamatnya memenuhi syarat kualifikasi; (3) melakukan
fiktif. Kelima modus operandi yang perubahan kriteria kualifikasi pada saat
sering dilakukan tersebut telah melanggar evaluasi dilakukan; (4) hasil prakualifikasi
8 JURNAL PENGADAAN
tidak diumumkan dan tidak disediakan jelas; (5) tidak melakukan dokumentasi
(5) dokumen pelelangan yang diberikan dalam aanwijzing sebagai adendum do-
tidak sama; (6) waktu, tempat pengambilan kumen pelelangan; (6) adendum dokumen
Kelima modus operandi yang sering dila- HPS diberitahukan kepada rekanan tertentu;
kukan tersebut telah melanggar Undang- (8) Total HPS tidak diberitahukan kepada
modus operandi yang sering dilakukan tentang Korupsi, yaitu pada Pasal 3.
tidak menjelaskan seluruh isi dokumen dokumen penawaran, modus operandi yang
pelelangan, termasuk dampak atau akibat sering dilakukan adalah: (1) penyerahan do-
dari isi yang ditetapkan dalam dokumen kumen fiktif sebagai pendamping (dummy
lelang; (4) tidak memberikan kesempatan document); (2) tidak jelasnya waktu mulai
pertanyaan terhadap hal-hal yang kurang penawaran; (3) terjadinya relokasi tempat
Pemetaan Jenis dan Risiko... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 9
Korupsi, yaitu pada Pasal 2. Kelima modus operandi yang sering di-
11. Evaluasi Penawaran, Pembukti- Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 jo.
rita Acara Hasil Pelelangan rupsi, yaitu pada Pasal 3 dan 10.
penawaran tidak sesuai dengan kriteria yang muman pemenang lelang, modus operan-
10 JURNAL PENGADAAN
di yang sering dilakukan adalah: (1) pe- agar rekanan yang menyanggah tidak
lang tidak memenuhi standar minimal pe- Ketiga modus operandi yang sering dila-
ngumuman; (3) waktu pengumuman di- kukan tersebut telah melanggar Undang-
13. Sanggahan Peserta Lelang dan yang sering dilakukan adalah: (1) pe-
Pada tahapan sanggahan peserta lelang dan surat jaminan pelaksanaan; (2) penan-
yang sering dilakukan adalah: (1) rekayasa oleh pihak yang berwenang (dipalsukan
sanggahan, formalitas sanggahan dibuat oleh pihak tertentu); (3) kontrak dijual
agar pelelangan terlihat fair; (2) substansi kepada pihak lain atau seluruh pekerjaan
sanggahan tidak ditanggapi atau tidak utama dialihkan kepada penyedia lainnya;
gosiasi dengan memberi uang tutup mulut Keempat modus operandi yang sering dila-
Pemetaan Jenis dan Risiko... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 11
pembayaran pekerjaan, modus operandi dan taktis dalam proses audit pengadaan
yang sering dilakukan adalah: (1) pembuatan barang/jasa yang harus dilakukan oleh
berita acara penyelesaian pekerjaan fiktif auditor untuk menghadapi jenis dan ri-
untuk mencairkan anggaran; (2) kuantitas siko kecurangan berdasar tahapan proses
Ketiga modus operandi yang sering dila- daftar orang-orang yang terlibat dalam per-
kukan tersebut telah melanggar Undang- encanaan, teliti bila perlu konfirmasi terhadap
Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 jo. perilaku orang-orang tersebut; (2) cermati
UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Korupsi, daftar kebutuhan riil barang/jasa yang menjadi
yaitu pada Pasal 2 dan pasal 7 ayat 1b. prioritas untuk diadakan; (3) periksa apakah
daftar prioritas kebutuhan tersebut berasal rencana pengadaan pada awal tahun
dari unit-unit yang membutuhkan atau anggaran; (9) lakukan pengujian apa-
hanya merupakan kebijakan atau instruksi kah pemaketan yang dilakukan tidak
dan keputusan tingkat pusat; (5) mintakan mengarah kepada kemampuan calon
perencanaan dan realisasi anggaran tahun penyedia tertentu atau mengarah ke-
perencanaan saat audit; (6) dapatkan dan rang/ jasa tertentu (seperti penunjukan
sejenis yang berkaitan dengan PBJ yang 17. Pembentukan Panitia Pengadaan/
dilaksanakan; (7) lakukan review kertas Penunjukan Pejabat Pengadaan
kerja perencanaan penganggaran terhadap Pada tahapan ini auditor perlu melaku-
kemungkinan adanya uang suap, uang kan langkah-langkah berikut: (1) periksa
titipan terima kasih, dan kemungkinan dan mintakan kepada panitia, apakah pa-
lain; (8) lakukan kaji ulang melalui nitia yang dibentuk memiliki sertifikat ke-
barang/jasa; (2) lakukan penelitian apa- batas, pemilihan langsung, dan penunjukan
kah ada hubungan istimewa antara panitia langsung), pemilihan metode evaluasi
dengan PA/KPA atau antara panitia dengan penawaran (apakah gugur atau merit point
kepala kantor; (3) lakukan konfirmasi system, dan biaya selama umur ekonomi),
kepada beberapa karyawan lainnya mengenai dan pemilihan sistem kontrak (lump-sum,
perilaku dari ketua dan anggota panitia unit price, tahun tunggal, tahun jamak, atau
apakah pernah melakukan pelanggaran lainnya), apakah tidak mengarah kepada
etika maupun pernah atau tidak melakukan penyedia barang/jasa tertentu.
korupsi; (4) telusuri juga mengenai track-
Pada tahapan ini auditor perlu melakukan pelelangan, apakah jadwal kegiatan secara
dokumen pelelangan yang telah dite- kondisi masyarakat luas dapat mengakses
tapkan; (2) lakukan pengujian terhadap dan mengikuti proses pelelangan tersebut;
sistem pengadaan yang ditetapkan apakah (3) periksa apakah jangka waktu masing-
telah sesuai dengan kriteria dan ketentuan masing tahap kegiatan telah memenuhi
pengadaan barang/jasa; (3) pastikan bahwa ketentuan pengadaan barang/jasa; (4) periksa
pemilihan metode pemilihan penyedia apakah dalam hitungan hari yang dialo-
(apakah pelelangan umum, pelelangan ter- kasikan dalam setiap tahap kegiatan tidak
14 JURNAL PENGADAAN
memasukan hari libur (bukan hari kerja). volume dan harga fiktif sebagai tempat
20. Penyusunan Harga Perkiraan uang titipan; (8) lakukan kajian analitis
Pada tahapan ini auditor perlu melakukan keuntungan dan biaya overhead yang wajar.
HPS yang telah disusun dan HPS dari ta- 21. Penyusunan Dokumen Penga-
hun-tahun sebelumnya untuk pekerjaan daan Barang/Jasa
yang sama atau sejenis; (2) lakukan analisis Pada tahapan ini auditor perlu melaku-
terhadap koefisien dan jenis komponen yang kan langkah-langkah berikut: (1) da-
digunakan antara HPS tahun sebelumnya patkan dan review dokumen lelang, teliti,
atau mark-up harga; (3) mintakan penjelasan nar disusun oleh panitia dan ditetapkan
kepada panitia terhadap perbedaan-perbedaan oleh PPK; (2) bandingkan kriteria yang
yang ada termasuk metode penyusunan HPS ditetapkan tersebut dengan ketentuan
kepada pihak-pihak terkait mengenai orang- (3) temukan kriteria-kriteria atau doku-
orang yang menyusun HPS; (5) periksa men-dokumen lelang lain yang tidak
dasar perhitungan HPS telah sesuai dengan barang/jasa pemerintah; (4) lakukan
volume yang dibutuhkan; (6) periksa apa- review secara keseluruhan terhadap doku-
kah harga dasar yang digunakan untuk men pengadaan, dapatkan kriteria atau
menyusun HPS didapatkan dari sumber yang persyaratan yang tidak substantif yang
valid; (7) periksa apakah HPS terkandung akan dijadikan dasar penilaian (seperti
Pemetaan Jenis dan Risiko... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 15
keharusan pencantuman kata-kata, kehar- informasi yang lengkap; (5) lakukan analisis
usan meterai bertanggal, keharusan pen- terhadap tanggal dan tempat pendaftaran
cantuman kata-kata dalam sampul luar, peserta apakah telah diinformasikan
bentuk sampul, dan lain sebagainya). dengan jelas pada media tersebut.
catat nama media tersebut, dan tanggal tapkan dalam dokumen pengadaan; (2) da-
pengumuman dilaksanakan; (2) lakukan kon- patkan dan lakukan review terhadap berita
firmasi kepada masing-masing redaksi media acara hasil evaluasi kualifikasi; (3) periksa
untuk memastikan bahwa pengumuman dan bandingkan data (form) perusahaan yang
tersebut telah dilakukan melalui media yang lulus prakualifikasi dengan kriteria yang
kepada masyarakat umum secara luas; (3) la- khususnya kepada penyedia barang/jasa
kukan konfirmasi pula kepada perpustakaan yang tidak lulus prakualifikasi; (5) lakukan
nasional atau daerah untuk memastikan bahwa observasi terhadap beberapa dokumen
isi pada halaman, dan kolom media yang pelelangan dari beberapa pemegang do-
bersangkutan pada tanggal tersebut memuat kumen tersebut untuk memastikan ada-
pengumuman atas pengadaan barang/ tidaknya perbedaan isi dokumen antara do-
jasa dimaksud; (4) lakukan telaah apakah kumen satu dengan lainnya.
undangan dan daftar hadir peserta aan- kan langkah-langkah berikut: (1) dapatkan
wijzing; (2) dapatkan berita acara pe- dokumen pengadaan barang/jasa, kemudian
njelasan pekerjaan (aanwijzing), ke- catat waktu dan tempat penyampaian do-
penjelasan yang dilakukan oleh panitia; kepada panitia apakah dilakukan pemindahan
(3) lakukan review apakah dalam acara terhadap tempat penyampaian dokumen
Aanwijzing panitia memberikan kesem- penawaran; (3) konfirmasikan dan atau on-
patan kepada seluruh peserta yang hadir; the-spot ke tempat penyampaian dokumen
(4) mintakan dokumen tanya-jawab baik penawaran yang telah ditentukan tersebut.
(5) lakukan review apakah seluruh pasal 26. Evaluasi Penawaran, Pembuk-
atau item dalam dokumen pengadaan tian Kualifikasi, dan Pembuatan
dijelaskan, termasuk akibat yang ditim- Berita Acara Hasil Pelelangan
bulkan dari klausul dokumen; (6) konfir- Pada tahapan ini auditor perlu melakukan
hadir mengenai kejelasan arti, tafsir dan berita acara hasil evaluasi penawaran,
laskan oleh panitia; (7) periksa dan kon- yang lulus dan yang gagal; (2) dapat-
firmasikan kepada peserta apakah total HPS kan kertas kerja evaluasi penawaran ban-
juga diinformasikan dalam aanwijzing. dingkan dengan berita acara hasil eva-
kriteria yang digunakan untuk evaluasi kualifikasi, seperti ijazah tenaga ahli untuk
dengan kriteria yang ditetapkan dalam pengadaan jasa konsultan, sertifikasi dis-
28. Sanggahan Peserta Lelang dan masuk atau adanya kesamaan kesalahan
Pada tahapan ini auditor perlu melakukan surat sanggahan yang masuk tersebut).
pemenang telah memenuhi ketentuan yang kan langkah-langkah berikut: (1) dapatkan
berlaku; (3) lakukan telaah apakah seluruh kontrak pengadaan barang/jasa yang telah
cukup; (4) mintakan dan lakukan pengujian yang termuat dalam pasal-pasalnya dan
(5) mintakan penjelasan tertulis kepada laku; (2) dapatkan jaminan pelaksanaan
atas nama perusahaan pemenang/pelaksa- name fisik, jika perlu serta tenaga ahli un-
na pekerjaan dan periksa kembali tanggal, tuk menguji mutu atau spesifikasi teknis
masa berlaku, dan nilai jaminan; (3) la- yang ditetapkan dalam kontrak; (3) ban-
kukan wawancara dengan pejabat yang dingkan antara volume pekerjaan yang
berwenang menandatangani kontrak un- diselesaikan sesuai dengan spesifikasi
tuk mendapatkan informasi dan data le- teknisnya dengan pembayaran yang dila-
bih lanjut (alasan-alasan dan bukti-bukti kukan; (4) lakukan konfirmasi kepada
terkait); (4) lakukan konfirmasi kepada pihak-pihak terkait, termasuk masyarakat
para pekerja mengenai perusahaan tempat sebagai pengguna barang/jasa mengenai
mereka bekerja; (5) dapatkan kontrak pelaksanaan keberadaan kegiatan penga-
pengalihan atau penjualan pekerjaan jika daan barang/jasa.
ada; (6) mintakan CCO, periksa harga
Pada tahapan ini auditor perlu melakukan pengadaan barang/jasa (current audit).
berita acara serah terima barang/jasa dan juga menjadi langkah preventif terhadap
periksa tanggal, hasil perhitungan fisik berbagai tindakan kecurangan dalam tiap
(volume dan spesifikasi); (2) lakukan op- tahapan kritis pengadaan barang/jasa.
20 JURNAL PENGADAAN
DAFTAR PUSTAKA
Jasa Paling Rawan Korupsi. Komisi dan Reformasi Birokrasi. Komisi Pem-
pada Tempo.co.id, Rabu 18 April 2012. di LKPP Jakarta, Rabu, 8 Juni 2011.
Jasa. Indonesia Procurement Wa- Bidang Pengadaan Barang & Jasa. Indo-
tch (IPW) release pada VIVA- nesia Procuremen Watch (IPW) release
Abstrak
Pengadaan barang/jasa di perguruan tinggi negeri badan
pusat tahun 2014 per 31 Oktober sebesar beserta perubahan). Pengadaan barang/jasa
Rp184,5 Trilliun untuk pengadaan barang di perguruan tinggi negeri sangat penting
dan jasa. Yang terdiri atas belanja barang dilakukan, khususnya untuk mendukung
dan belanja modal (I Account APBN kegiatan akademik dan nonakademik. Per-
311014). Data tersebut termasuk belanja guruan tinggi negeri di Indonesia saat ini
yang di lakukan perguruan tinggi negeri berjumlah 359, yang terdiri atas 89 institusi
G b 1
Gambar 1
Jumlah Perguruan Tinggi Negeri Indonesia
Aturan Pengadaan Barang/ Jasa... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 25
atas APBN, PNBP dan hibah. Berdasarkan laksanakan mengacu kepada Perpres No.
elolaan perguruan tinggi meliputi bidang tersebut menyatakan bahwa ruang ling-
nonakademik adalah otonomi pengelolaan D/I yang pembiayaannya baik sebagian atau
dapat mengelola sendiri pengadaan barang/ dan akuntabel. Para pihak yang terkait
jasa, karena dapat secara otonomi mengatur dalam pelaksanaan pengadaan barang/
sendiri operasional serta pelaksanaan keua- jasa harus mematuhi etika sebagai berikut:
mandiri, barang/jasa yang menurut pribadi, golongan, atau pihak lain yang
langsung maupun tidak langsung yang atau menerima hadiah, imbalan, ko-
berakibat terjadinya persaingan tidak misi, rabat, dan berupa apa saja dari
atau pejabat yang disamakan pada institusi tapkan oleh PA/KPA yang bertugas me-
pengguna APBN/APBD. KPA (kuasa peng- meriksa dan menerima hasil pekerjaan.
guna anggaran) adalah pejabat yang di- Pada perguruan tinggi negeri PA biasanya
tetapkan oleh PA untuk menggunakan dijabat oleh seorang menteri. KPA dijabat
APBN atau ditetapkan oleh kepala da- oleh rektor/ketua. PPK dijabat oleh pejabat
PPK (pejabat pembuat komitmen) ada- Sementara itu ULP, pejabat pengadaan, dan
lah pejabat yang bertanggung jawab atas PPHP adalah pegawai negeri di lingkungan
pelaksanaan pengadaan barang/jasa. ULP perguruan tinggi negeri yang ditunjuk oleh
(unit layanan pengadaan) adalah unit rektor berdasarkan sertifikasi keahlian yang
tah daerah/institusi yang berfungsi melak- besar dibagi menjadi 4 jenis, yaitu pengadaan
sanakan pengadaan barang/jasa yang ber- barang, kontruksi, konsultan, dan lainnya.
sifat permanen, dapat berdiri sendiri atau Pengadaan barang adalah setiap benda baik
melekat pada unit yang sudah ada. Pejabat berwujud maupun tidak berwujud, bergerak
pengadaan adalah personil yang ditunjuk maupun tidak bergerak, yang dapat diper-
PA/KPA
PPK PPHP
ULP/Pejabat pengadaan
Gambar 2
Organisasi Pengadaan Barang/Jasa
28 JURNAL PENGADAAN
Rp200.000.000,
Pejabat
Pengadaan/ULP ULP
Rp50.000.000,
ing tinggi Rp200.000.000,00 (dua ratus juta PK menetapkan rencana pelaksanaan pe-
rupiah) dan paket pengadaan jasa konsultasi ngadaan barang/jasa yang meliputi:
yang bernilai paling tinggi Rp50.000.000,00 1) spesifikasi teknis barang/jasa;
(lima puluh juta rupiah) dapat dilaksanakan 2) sarga perkiraan sendiri (HPS); dan
oleh kelompok kerja ULP atau pejabat 3) rancangan kontrak.
pengadaan.
PPK menyerahkan rencana pelaksanaan
Proses pengadaan barang/jasa dilakukan pengadaan (RPP) kepada pejabat peng-
oleh organisasi pengadaan, yaitu PA/KPA, adaan/ULP. Yang terdiri atas spesifika-
PPK, pejabat pengadaan/ULP, dan PPHP. si tek nis barang/jasa, harga perkiraan
Aturan Pengadaan Barang/ Jasa... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 29
sendiri (HPS), serta dokumen pendukung otonom (PP 58/2013). Perguruan tinggi
lainnya. Pejabat pengadaan/ULP lalu me- negeri badan hukum dapat mengatur
nyusun dokumen pengadaan, jadwal pe- dan melaksanakan kegiatan akademik
milihan, dan melaksanakan lelang. Selan- dan nonakademik se ca ra otonomi se-
jutnya, PPK menerima hasil lelang dari hingga menghasilkan pendidikan ting-
pejabat pengadaan/ULP dan menerbitkan g i bermutu. Perguruan tinggi wajib
Gambar 3
Pelaksanaan Pengadaan
surat penunjukan penyedia barang/jasa dan memiliki statuta. Sebagai aturan yang
melaksanakan kontrak/perikatan dengan melekat di dalam penyelengaraan orga-
pemenang lelang. PPHP menerima dan nisasi perguruan tinggi statuta adalah
memeriksa hasil pekerjaan dari pemenang pedoman dasar penyelenggaraan ke -
lelang yang telah dilaksanakan. giatan yang dipakai sebagai acuan untuk
Hukum (PTN Badan Hukum) sesuai dengan tujuan pergur uan tinggi
Perguruan tinggi negeri badan hukum yang bersangkutan, yang berisi dasar yang
hukum adalah perguruan tinggi negeri peraturan umum, peraturan akademik, dan
yang didirikan oleh pemerintah yang prosedur operasional yang berlaku di per-
perguruan tinggi negeri badan hukum Tahun 2013, disebutkan sumber dana
terdiri atas anggaran pendapatan dan selain dari APBN bukan merupakan
c. pengelolaan dana abadi dan usaha perguruan tinggi negeri badan hu kum
Tabel 1
Daar PTN Badan Hukum
d. kerja sama tridharma; rintah, yaitu UI, UGM, ITB, IPB, Uni-
diberikan oleh pemerintah dan pemerintah Utara (USU), dan Universitas Pen-
Terkait dengan hal tersebut, perlu pemikiran Pada masing-masing statuta perguruan
mendalam dalam menyusun statuta karena tinggi badan hukum, sudah diatur secara
statuta tidak hanya mengatur bentuk dan jelas bagaimana pengadaan barang/jasa
organisasi dalam perguruan tinggi negeri. dilakukan. Dari 7 (tujuh) perguruan tinggi
Statuta juga mengatur tata cara dan aturan negeri badan hukum yang dengan jelas
KESIMPULAN
Dari keterangan di atas, penulis dapat me-
nyimpulkan bahwa pengadaan barang/jasa di
PTN badan hukum terdapat 2 sumber dana,
yaitu APBN/APBD dan non-PNBP atau non-
APBN. Pengadaan barang/jasa yang sumber
dananya dari APBN/APBD dilaksanakan
mengacu pada Perpres 54 tahun 2010 dan
perubahannya, tentang pengadaan barang/
jasa pemerintah. Untuk pengadaan barang/
jasa yang sumber dananya dari non- PNBP
atau non-APBN mengacu kepada statuta
masing-masing PTN badan hukum, yang
ditetapkan melalui peraturan pemerintah.
Lima dari tujuh PTN badan hukum PTN
menyatakan secara eksplisit di dalam statu-
tanya bahwa ketentuan mengenai pengadaan
barang/jasa yang sumber dananya bukan be-
rasal dari anggaran pendapatan dan belanja
negara melainkan diatur melalui peraturan
rektor atau MWA.
34 JURNAL PENGADAAN
DAFTAR PUSTAKA
Abstrak
Pengadaan barang/jasa yang bersumber dari APBN/
APBD maupun pinjaman/ hibah luar negeri perlu diatur
baik dari sisi formal maupun material. Hal ini mengingat
pengadaan barang/jasa merupakan belanja pemerintah
yang menggunakan keuangan negara yang antara lain
bersumber dari pajak setiap penduduk Republik Indonesia.
Pengaturan tersebut diperlukan agar pengadaan tersebut
memiliki akuntabilitas tanpa mengurangi efisiensi dan efek-
tivitas dalam pelaksanaannya. Aturan handal diharapkan
membuat para pihak mampu berpartisipasi dalam proses
pengadaan serta mendapatkan akses dan perlakuan yang
Nurlisa Arfani
sama. Namun prosedur yang digunakan seringkali menjadi
berbelit-belit, sehingga bukan hanya mengorbankan waktu
tetapi juga mengurangi kualitas yang dipersyaratkan. Oleh
karena itu, tata cara pengadaan perlu dikaji ulang dengan
memanfaatkan sistem teknologi informasi yang berkembang
pesat atau dikenal dengan e-procurement. E-procurement
diharapkan dapat meningkatkan transparansi dan efisiensi.
Baik untuk pengadaan barang/jasa yang bersifat konstruk-
tif yang membutuhkan desain terlebih dahulu sehingga
tidak tersedia di pasar atau dikenal dengan e-tendering,
maupun untuk barang/jasa yang tersedia di pasar karena
sudah memiliki standar yang jelas atau e-catalogue. Pen-
gadaan berbasis elektronik diharapkan bukan hanya dapat
memudahkan pelaksanaan pengadaan, melainkan agar
pengawasan dapat dilakukan dengan mudah dan akuntabel.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif untuk
mengindentifikasi kriteria pengadaan yang tepat meng-
gunakan e-catalogue, dan pekerjaan yang menggunakan
e-tendering, ditinjau dari beberapa aspek.
PENDAHULUAN
cara pelelangan. Namun, cara ini cenderung jasa yang akan dikompetisikan.
mahal di samping membutuhkan waktu pemili-
han yang tidak singkat sehingga tidak dapat Kompetisi paling mudah diwujudkan dalam
diterapkan untuk semua jenis pengadaan. Di bentuk pelelangan, baik itu pelelangan terba-
samping itu, metode pelelangan tidak dapat tas maupun pelelangan umum. Namun, tidak
dilakukan terhadap semua jenis pengadaan ba- semua jenis pengadaan lebih efisien melalui
rang/jasa antara lain untuk pengadaan barang/ proses pelelangan. Sebagaimana diketahui
jasa yang hanya dapat dilakukan oleh 1 (satu) disamping prinsip bersaing, pengadaan barang/
penyedia tunggal (single source) maupun ba- jasa juga mengutamakan prinsip efisien dan
rang/jasa yang sudah memiliki tarif tertentu. efektif. Oleh karena itu, perlu diulas aspek
Pelelangan juga tidak sesuai dilakukan untuk dalam pemilihan penyedia yang disebutkan
pengadaan dalam kondisi darurat. di atas untuk menemukan tata cara pemilihan
penyedia yang lebih efisien di samping pele-
Metode pelelangan yang mengaplikasikan langan dengan tidak mengorbankan prinsip
prinsip persaingan menjadi basis utama bersaing itu sendiri.
dalam pemilihan penyedia. Oleh karena itu
pengecualian terhadap proses pemilihan pe- Metode pemilihan yang cukup bersaing di
nyedia yang tidak menggunakan pelelangan samping pelelangan adalah e-catalogue.
harus memenuhi kriteria yang mengacu pada Menurut Perpres No. 54 Tahun 2010, e-
beberapa aspek. Adapun aspek tersebut antara catalogue adalah sistem informasi elektronik
lain adalah risiko, mekanisme suplai barang/ yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis
jasa yang bersangkutan, dampak yang ditim- dan harga tertentu dari berbagai penyedia
bulkan, termasuk pula besarnya nilai barang/ barang/ jasa pemerintah. Pengguna dapat
40 JURNAL PENGADAAN
proses pembuatan barang/jasa tersebut. pekerjaan dapat pula disebabkan oleh keter-
lambatan yang terjadi untuk pekerjaan yang
Kondisi ini ditemui jika kita merancang tidak dapat ditunda. Pekerjaan tersebut sama
suatu inovasi atau desain baru yang masih sekali tidak bermanfaat jika tidak selesai
memerlukan pengujian baik, dari sisi proses tepat waktu. Contohnya pengadaan barang/
pekerjaan maupun capaian kinerja (output). jasa untuk acara internasional seperti SEA
Contohnya spesifikasi pekerjaan dalam GAMES, KTT APEC, dan lain-lain.
penerapan teknologi baru di bidang pengola-
han sampah yang tidak hanya membutuhkan Risiko lainnya yang mudah untuk dinilai
ketepatan dalam proses pengolahan sampah itu adalah risiko akan munculnya dampak
sendiri, tetapi termasuk pula ketepatan dalam yang ditimbulkan jika pengadaan itu tidak
menghasilkan output dari proses pengolahan dilakukan atau tidak dapat diserahkan tepat
sampah itu sendiri seperti biogas yang dapat pada waktunya. Pengadaan ini terkait dengan
digunakan untuk produksi pupuk dan listrik. kegiatan pemeliharaan, baik penggantian
Kesulitan dalam merumuskan spesifikasi ba- spare part, pemeliharaan rutin, maupun
rang/jasa dapat pula ditemukan dalam kegiatan pemeliharaan yang tidak terjadwal karena
penelitian seperti pengadaan benih unggul baru adanya unpredictable conditions. Kegiatan
yang dapat meningkatkan hasil panen. ini umumnya bernilai kecil dan kurang mena-
rik, namun memiliki dampak yang signifikan
Risiko berikutnya yang paling mudah untuk jika tidak dijadwalkan dengan saksama dan/
diamati adalah risiko kegagalan pekerjaan. atau tidak ada perjanjian sebelumnya yang
Risiko ini mudah untuk diukur dan diantisi- mengatur perikatan ini. Masalah dapat pula
pasi. Meskipun demikian pada kenyataannya ditimbulkan karena kegiatan ini memang
masih banyak pengadaan barang/jasa pemer- tidak terduga sama sekali, seperti kerusakan
intah yang mengalami hal ini. Kegagalan mesin karena kesalahan pengoperasian.Tidak
pekerjaan dapat ditimbulkan karena salah tersedianya barang/jasa dimaksud dapat men-
dalam merumuskan spesifikasi, kegagalan gakibatkan terhambatnya pelaksanaan peker-
karena kurang manajemen kontrak, kel- jaaan lain yang berhubungan dengan kegiatan
alaian dalam pengawasan kegiatan, maupun tersebut (bottleneck). Hal ini disebabkan antara
penyedia yang tidak kompeten. Kegagalan lain karena layanan purna jual tersebut hanya
42 JURNAL PENGADAAN
dapat dilakukan oleh penyedia yang mampu. yang kecil, tetapi sangat dibutuhkan. Dengan
Penyedia dimaksud memiliki jumlah yang posisi tawar yang lemah, sangat sulit untuk
terbatas dan cenderung merupakan penyedia mendapatkan barang/jasa sesuai kebutuhan dan
tunggal. Penyedia dinyatakan mampu antara tepat waktu. Hal ini akan semakin berpengaruh
lain jika memiliki hak atas kekayaan intelektual jika pengadaan tersebut dapat memunculkan
(HAKI) atau telah memegang lisensi untuk masalah lainnya jika tidak dapat diserahkan
melaksanakan kegiatan tersebut. Oleh karena tepat pada waktunya. Dengan demikian, perlu
itu, perlu dipertimbangkan jenis pemilihan dipertimbangkan strategi pengadaan yang
penyedia dan jenis perikatan yang cocok un- tepat khususnya dalam tata cara pemilihan
tuk kegiatan yang memiliki risiko seperti ini. penyedia. Dengan adanya tata cara yang tepat,
Pengadaan dalam keadaan darurat juga dapat pengguna barang/jasa dapat mengefisienkan
digolongkan dalam kelompok ini. waktu untuk melakukan pengadaan, baik pada
saat pengguna memiliki posisi tawar yang kuat
Aspek Besarnya Nilai Pengadaan maupun tidak. Posisi tawar dimaksud sangat
Besarnya nilai uang yang dibelanjakan meru- mempengaruhi nilai penawaran yang diberikan
pakan salah satu faktor untuk menentukan tata para penyedia. Dengan demikian, dapat disim-
cara pemilihan penyedia. Semakin besar nilai pulkan bahwa besarnya nilai pengadaan dapat
pengadaan tersebut, semakin besar posisi tawar mempengaruhi hasil dari proses pengadaan
pembeli terhadap penjual. Semakin besar posisi yang dilakukan.
tawar yang dimiliki akan mempermudah peng-
guna melakukan proses pengadaan. Namun Sifat Barang/Jasa Ditinjau dari Beberapa
sebaliknya, pengguna akan menemui kesulitan Aspek
jika barang/jasa tersebut memiliki nilai belanja Dari beberapa aspek yang berpengaruh
tersebut, barang/jasa dapat dikelompok- (2) pengadaan dengan risiko yang kecil na-
kan berdasarkan risiko yang dimiliki dan mun bernilai besar (leverage);
besarnya nilai pengadaan. Pengelompokan (3) pengadaan dengan risiko besar namun
ini, menurut penulis, merupakan salah satu memiliki nilai yang kecil (critical);
cara yang tepat untuk mengidentifikasi tata (4) pengadaan dengan risiko dan nilai yang
cara pemilihan penyedia. Pengelompokan besar (bottleneck);
jenis barang/jasa dibagi menjadi 4 (empat) Berdasarkan pemetaan risiko dalam mem-
jenis barang sesuai dengan Modul 4, Inter- peroleh barang/jasa tersebut dan besarnya
national Purchasing and Supply Manage- nilai pengadaan dari Model ITC tersebut,
ment yang disusun oleh International Trade barang/jasa yang dibutuhkan unit kerja
Center UNCTAD/WTO, yaitu: pemerintah dapat dikelompokkan ke dalam
(1) pengadaan dengan risiko dan nilai yang 4 (empat) bagian besar, seperti dapat dilihat
kecil (routine); pada Gambar 1.
besar dikelompokkan ke dalam kategori mendapatkan harga barang/ jasa yang benar-
leverage dan critical. Kategori barang benar efisien. Risiko yang sering dijumpai
dengan risiko besar adalah barang/jasa yang pada proses pengadaan barang/jasa yang
variansi jenisnya tidak banyak. Meskipun bersifat leverage, antara lain kegagalan
demikian, kelompok ini memiliki nilai dalam pelaksanaan pekerjaan (contract
yang besar untuk setiap item-nya. Dengan failure). Hal ini disebabkan besarnya nilai
demikian, posisi tawar pengguna menjadi pengadaan memberikan kemungkinan ter-
kuat. Jenis item untuk kategori ini umumnya jadinya keterlambatan dalam penyelesaian
berkisar 20% dari keseluruhan pekerjaan pekerjaan. Sementara itu, risiko terjadinya
yang dibutuhkan unit kerja dengan perki- kesalahan desain jarang dijumpai karena
raan besaran belanja untuk kategori hampir pekerjaan barang/jasa ini umumnya sudah
mancapai 80% dari anggaran yang tersedia standar. Kondisi ini berbeda untuk pen-
untuk pengadaan barang/ jasa. gadaan barang/jasa yang bernilai besar dan
memiliki risiko yang besar atau yang dike-
Barang/jasa dengan nilai pengadaan yang be- nal dengan istilah critical. Pengadaan
sar namun memiliki risiko kecil digolongkan jenis ini memiliki risiko besar karena pada
ke dalam kelompok leverage. Meskipun umumnya merupakan pekerjaan yang cu-
memiliki nilai belanja yang besar, barang/ kup kompleks, baik dari segi nilai maupun
jasa kelompok ini bukan merupakan peker- desain. Inovasi yang dikedepankan dalam
jaan kompleks karena sebagian besar sudah kelompok barang/jasa ini tidak memung-
memiliki standar. Nilai pengadaan yang be- kinkan adanya standar dalam fase awal
sar memberikan daya tarik kepada penyedia penerapan teknologi atau ide baru. Risiko
untuk memberikan layanan yang optimal yang muncul adalah kegagalan desain,
bagi pengguna. Contohnya pengadaan yang pada akhirnya dapat mengakibat-
gedung sekolah, jalan umum, perangkat kan penyelesaian pekerjaan terlambat
komputer untuk kebutuhan tertentu dalam atau gagal sama sekali (contract failure).
jumlah besar, pengadaan sarana penunjang Contohnya sebagaimana diuraikan di atas
untuk perkantoran, pengadaan bus dan ken- adalah pekerjaan pengelolaan sampah,
deraan bermotor lainnya. Pengadaan jenis pengelolaan air bersih, pengembangan
ini dapat menerapkan prinsip bersaing untuk benih unggul, pekerjaan pembangunan
46 JURNAL PENGADAAN
Dilihat dari Gambar 2b, maka yang ma- oleh penyedia lain yang tidak bekerja sama
suk dalam golongan ini adalah kelompok dengan pemilik desain. Mengingat penye-
routine dan leverage. Meskipun demikian dia untuk pekerjaan kostruksi diperoleh
kelompok critical juga dapat menggunakan melalui pelelangan. Namun, ke depan-
metode e-catalogue jika sudah memiliki nya hal ini dapat dijadikan wacana untuk
standar atau sudah dipatenkan. Sebagai con- mengefisienkan waktu pemilihan penyedia
toh, pekerjaan kompleks yang di dalamnya dan meningkatkan transparansi. Pemilihan
terdapat item pekerjaan yang hanya dapat penyedia untuk kelompok bottleneck dapat
dilakukan pemegang HAKI atau pemegang juga menggunakan e-catalogue sebagaimana
lisensi, misalnya penerapan uji coba de- terlihat pada Gambar 2b, khususnya untuk
sain pekerjaan kompleks yang desainnya kegiatan pemeliharaan rutin dan berkala.
sudah dipatenkan, seperti desain pondasi Jenis pekerjaan dan biaya pemeliharaan
antigempa, metode pengelolaan sampah yang bersifat tertentu dan terprediksi dapat
menjadi listrik, metode penyulingan bahan dicantumkan dalam e-catalogue berdasar-
bakar, dan lain-lain. Meskipun demikian, kan merek barang atau pemegang lisensi.
penerapan e-catalogue untuk barang jenis ini Manfaat penggunaan e-catalogue untuk
sangat jarang dilakukan mengingat volume golongan ini antara lain pengguna barang/
permintaan yang rendah. Di samping itu, jasa dapat dengan mudah melakukan peng-
penyedia tidak bersedia menggunakan e-ca- adaan terhadap spare part baik untuk peme-
talogue karena mempertimbangkan aspek liharaan rutin maupun yang tidak terduga
risiko kegagalan pekerjaan jika pekerjaan yang dibutuhkan dalam waktu yang singkat.
konstruksi dari desain tersebut dilakukan Akuntabilitas pengadaan dapat dipertang-
48 JURNAL PENGADAAN
gungjawabkan, dan pengguna lainnya dapat dimaksud terikat kepada merek barang yang
mengetahui nilai pemeliharaan dari merek sudah dimiliki pengguna.
tertentu. Dengan demikian, dapat dijadikan
referensi dalam pemilihan spesifikasi barang Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
yang memerlukan pertimbangan tidak hanya metode pelelangan lebih efisien digunakan
biaya pengadaan, tetapi juga membutuhkan untuk pengadaan yang bernilai besar dan
data mengenai biaya pemeliharaan serta berisiko tinggi karena pekerjaan tersebut
perhitungan nilai sisa. Data yang diperoleh belum terstandarisasi, sedangkan untuk ba-
tersebut dapat dijadikan pendukung bagi rang standar metode e-catalogue lebih tepat
pengguna lainnya yang membutuhkan peng- digunakan. Khusus untuk barang bernilai dan
adaan barang dengan menggunakan metode berisiko kecil yang belum memiliki standar se-
evaluasi sistem biaya dan umur ekonomis hingga tidak dapat dimuat dalam e-catalogue,
(total cost of ownerships). Di samping itu, ma- pengadaan barang/jasa lebih efisien dilakukan
syarakat dapat mengawasi kewajaran kegiatan dengan spot purchasing atau pengadaan lang-
pemeliharaan untuk aset yang sudah dimiliki. sung sebagaimana diatur dalam Perpres No.54
Tahun 2010 dan perubahannya (Gambar 2d).
Sementara itu kegiatan pemeliharaan/ per- Metode ini cocok diterapkan untuk barang/
awatan untuk kerusakan yang tidak dapat jasa yang disediakan oleh banyak penyedia.
diprediksi tidak dapat menggunakan e-cata- Jika mengacu pada Perpres 54 Tahun 2010,
logue. Hal ini mengingat jenis spare part/ pemilihan penyedia yang dapat digantikan
layanan purnajual yang dibutuhkan tersebut dengan e-catalogue antara lain: pelelangan
belum terstandardisasi karena kondisi barang sederhana dan pelelangan umum yang me-
yang dipelihara sangat tergantung pada situasi miliki risiko dan nilai pengadaan yang tidak
yang terjadi di lapangan ataupun ketepatan terlalu besar. Di samping itu, juga dapat
dalam pengoperasian barang tersebut. Se- diterapkan untuk pengadaan barang/ jasa di
bagai gantinya, dapat dilakukan penunjukan mana dapat dilakukan penyeragaman terha-
langsung, sepanjang layanan tersebut bersifat dap beberapa tipe/merek barang meskipun
spesifik dan tidak dapat digantikan penyedia barang/jasa tersebut belum memiliki standar
lain (singel source), seperti yang terlihat pada tertentu. E-catalogue dapat juga diterapkan
Gambar 2c. Hal ini disebabkan perawatan untuk penunjukan langsung terhadap barang/
Efisiensi Pengadaan Barang/Jasa.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 49
jasa yang disediakan oleh penyedia tunggal kita berbelanja secara online. Pengguna
dan/atau sudah memiliki standar. dapat melakukan negosiasi kepada penyedia
khususnya jika pembelian dilakukan dalam
Optimalisasi Penggunaan E-Catalogue jumlah besar. Di samping itu, negosiasi akan
Meskipun e-catalogue merupakan salah satu membantu jika harga barang tersebut sangat
cara pembelian langsung, bukan berarti metode fluktuatif. Untuk persaingan yang dilakukan
ini mengurangi tingkat persaingan di antara sebelum harga dimasukkan ke dalam e-
penyedia. Hal ini dapat dilakukan dengan be- catalogue, negosiasi hanya dimungkinkan
berapa cara, antara lain: untuk menurunkan harga. Dengan alasan
a. Persaingan dilakukan sebelum harga dan transparansi dan bersaing, sebaiknya harga
jenis barang/jasa tersebut dimasukkan ke hasil pelelangan hanya dapat dinegosiasi
dalam e-catalogue. Penyedia yang diper- oleh pengguna saja. Dengan demikian, harga
kenankan memasukkan barang/jasa yang pembelian hasil negosiasi tidak dimung-
ditawarkan hanya penyedia yang menjadi kinkan lebih rendah dibandingkan harga
penawar terbaik saja, baik dari segi harga yang tercantum dalam e-catalogue.
dan/atau kualitas.
b. Persaingan dilakukan setelah penyedia Untuk persaingan antar penyedia yang ter-
memasukkan harga dan jenis barang/jasa jadi setelah harga barang/jasa dimasukkan
tersebut ke dalam e-catalogue berdasarkan ke dalam e-catalogue, harga dapat naik
volume yang ditawarkan. Setiap penyedia atau turun sesuai kesepakatan antarpihak
dapat memasukkan penawaran dan dapat me- yang bertransaksi. Mekanisme perubahan
lihat penawaran penyedia lain sehingga dapat harga tersebut disusun dalam aturan main
melakukan penyesuaian harga. Penyesuaian (trading rules) yang ditetapkan oleh peny-
harga dilakukan mengacu volume yang dita- elenggara e-catalogue. Untuk mendukung
warkan atau jangka waktu penayangan. prinsip transparansi dan bersaing, bukan
hanya harga penawaran yang dicantumkan
Metode persaingan yang dipilih disesuaikan ke dalam e-catalogue, namun termasuk pula
dengan jenis barang/jasa dan/atau rantai harga kesepakatan yang tertuang dalam kon-
distribusi pemasaran. Pemesanan barang/ trak yang mengikat pengguna dan penyedia.
jasa dilakukan melalui aplikasi sebagaimana
50 JURNAL PENGADAAN
DAFTAR PUSTAKA
Abstrak
Pembentukan Perda Pembiayaan Tahun Jamak dalam
proyek infrastruktur merupakan langkah strategis dalam
rangka menjamin kepastian hukum dan anggaran agar
pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Konstruksi
hukum terkait hal ini adalah Peraturan Presiden Nomor
54/2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. PP
ini telah diubah dua kali, yakni PP No.70/2012 tentang pe-
Ria Casmi Arrsa rubahan kedua atas PP No. 54/2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Terakhir, adalah Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan
kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Dae-
rah. Memang dalam konstruksi hukum tersebut tidak ter-
cantum syarat pembentukan Perda. Namun, keberadaan-
nya sangat strategis dalam rangka mewujudkan tata kelola
keuangan daerah yang baik (good financial governance).
city. Setidaknya ada tiga keunggulan yang yang memadai hanya bisa diatasi melalui
harus dimiliki service city: meliputi sumber penyediaan dana relatif besar sehingga pem-
daya manusia, produk jasa dan layanan, serta bangunannya membutuhkan waktu lebih dari
infrastruktur berupa sarana dan prasarana. satu tahun anggaran. Berdasarkan pemaha-
Dalam rangka akselerasi proses pemban- man tersebut, penetapan skema pembiayaan
gunan fisik Gedung Graha Mojokerto Ser- yang dirumuskan dalam Rancangan Peraturan
vice City, Pemerintah Kota Mojokerto perlu Daerah Kota Mojokerto tentang Pembiayaan
menetapkan skema pembiayaan guna men- Tahun Jamakdalam konteks pembangunan
jamin kesinambungan pelaksanaan program fisik Gedung Graha Mojokerto Service City
pembangunan yang bersifat strategis. di Kota Mojokertomenjadi sangat penting.
Beranjak dari latar belakang di atas, penulis
Sebab terbatasnya dana dari Anggaran Pen- merumuskan beberapa permasalahan, yaitu:
dapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota 1. Mengapa perlu dirumuskan Peraturan
Mojokerto dalam melaksanakan kegiatan Daerah (Perda) ihwal pembiayaan tahun jamak
manajemen konstruksi, perencanaan teknis dalam kegiatan pembangunan fisik Gedung
dan pembangunan fisik Gedung Graha Mo- Graha Mojokerto Service City (GMSC)?
jokerto Service City, pelaksanaan kegiatan 2. Sasaran, ruang lingkup pengaturan,
pembangunan ini pun perlu dilaksanakan jangkauan, dan arah pengaturan apa saja yang
melalui skema pekerjaan tahun jamak (multi perlu diatur dalam perumusan peraturan dae-
years). Kondisi ini didasari atas kenyataan rah terkait dengan pembiayaan tahun jamak
bahwa penyediaan barang/jasa pemerintah kegiatan pembangunan fisik Gedung Graha
Skema I
Organ Organisasi Jasa Konstruksi
Jasa Konstruksi
(Layanan Jasa)
Konstruksi Pengawasan
(rekayasa; perencanaan; Non Konstruksi
Konstruksi Pek. Konstruksi
perancangan)
Infrastruktur/
Bangunan
Sumber: Djoko, Soepriyono 2005, Kegagalan Bangunan dan Undang-Undang Jasa Konstruksi.
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 59
Berdasarkan skema di atas, paket pekerjaan nandatanganan nota kesepakatan KUA dan
konstruksi yang akan dilaksanakan dengan PPAS pada tahun pertama rencana pelaksa-
menggunakan kontrak tahun jamak harus naan kegiatan tahun jamak. Adapun jangka
sudah mendapatkan persetujuan dari peja- waktu penganggaran kegiatan tahun jamak
bat berwenang sebelum proses pemilihan tidak boleh melampaui akhir tahun masa ja-
penyedia barang/jasa dimulai. Pengang- batan kepala daerah. Berdasarkan penjela-
garan kegiatan tahun jamak ini didasari san tersebut, penulis lampirkan skema un-
persetujuan DPRD yang dituangkan dalam tuk memotret perencanaan pembangunan
nota kesepakatan bersama antara kepala GMSC secara sistematis, terarah, teren-
daerah dan DPRD. Nota kesepakatan terse- cana, terpadu dan terukur, sebagai berikut
but ditandatangani bersamaan dengan pe- (lihat Skema II):
Skema II 60
Mekanisme Sinergis Perencanaan Pembangunan Infrastruktur
Melalui Kegiatan Tahun Jamak (Muti Years)
JURNAL PENGADAAN
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 61
struksi atas pelaksanaan kegiatan yang yang sesuai dengan Permen PU No.
secara teknis merupakan satu kesatuan 45/PRT/M/2007. Pengadaan doku-
untuk menghasilkan satu output dengan men perencanaan tersebut harus
waktu penyelesaian lebih dari 12 (dua diselesaikan pada tahun anggaran
belas) bulan. Sementara itu, dalam ke- pertama.
tentuan Pasal 54 A Ayat (3) dan Ayat b. Penyelesaian pekerjaan tidak me-
(4) Permendagri tentang Pengelolaan lebihi masa jabatan kepala daerah.
Keuangan Daerah dijelaskan bahwa c. Disesuaikan dengan kemampuan
penganggaran kegiatan tahun jamak keuangan daerah.
sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) d. Penganggaran dana untuk ke-
berdasarkan persetujuan DPRD yang giatan tahun jamak tersebut ha-
dituangkan dalam nota kesepaka- rus memperoleh persetujuan DPRD
tan bersama antara kepala daerah dan yang dituangkan dalam nota ke-
DPRD. Nota kesepakatan tersebut harus sepakatan bersama antara kepala
memuat (a) nama kegiatan; (b) jangka daerah dengan DPRD serta memuat
waktu pelaksanaan kegiatan; (c) jumlah nama kegiatan, jangka waktu pelak-
anggaran; dan (d) alokasi anggaran per sanaan kegiatan, jumlah anggaran
tahun. Lebih lanjut, ketentuan Pasal 54 dan alokasi anggaran per tahun.
a Ayat (6) Permendagri tentang Penge- e. Pengalokasian dana per tahun
lolaan Keuangan Daerah menyebutkan untuk pembiayaan pembangunan
bahwa jangka waktu penganggaran tahun jamak harus terlebih dahulu
kegiatan tahun jamak sebagaimana di- ditetapkan dalam peraturan daerah
maksud pada Ayat (3) tidak melampaui tentang APBD pada tahun yang
akhir tahun masa jabatan kepala daerah sama. Hal ini sebagai bukti ket-
berakhir. Berdasarkan penjelasan terse- ersediaan anggaran yang diperun-
but, pembiayaan pembangunan tahun tukan untuk pembiayaan kegiatan
jamak harus memenuhi syarat sebagai pembangunan Gedung Graha Mo-
berikut. jokerto Service City. Sebagaimana
a. Menetapkan program dan kegia- dijelaskan dalam Permen PU No.
tan dalam dokumen perencanaan 45/PRT/M/2007, kegiatan pem-
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 65
(iii) surat tanggung jawab mut- paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
lak dari pengguna anggaran/ sejak dokumen diterima secara
kuasa pengguna anggaran yang lengkap.
menyatakan ketersediaan dana k. Terkait dengan pembiayaan
bagi pelaksanaan kontrak ta- pembangunan kontrak tahun ja-
hun jamak (multi years con- mak yang bersumber dari APBD,
tract) yang bukan merupakan penganggarannya harus berdasar-
tambahan pagu (on top); dan kan persetujuan DPRD yang di-
(iv) surat pernyataan dari peng- tuangkan dalam nota kesepakatan
guna anggaran/kuasa pengguna bersama kepala daerah; konstruksi
anggaran yang menyatakan peraturan perundang-undangan me-
bahwa sisa dana yang tidak mang tidak mengatur kewajiban
terserap dalam tahun bersang- pemerintah daerah untuk menetap-
kutan tidak akan direvisi untuk kan perda yang berkaitan dengan
digunakan pada tahun angga- pengikatan dana APBD untuk ke-
ran yang sama dan pengadaan/ giatan tahun jamak (multi years).
pembebasan lahan/tanah yang Akan tetapi, penulis berpandang-
diperlukan untuk mendukung an bahwa pembuatan Perda seb-
pembangunan infrastruktur su- agaimana dimaksud menjadi pent-
dah dituntaskan. ing untuk menjamin terwujudnya
i. Melengkapi cakupan jenis dan tata kelola keuangan daerah yang
tahapan kegiatan/pekerjaan secara baik (good financial governance)
keseluruhan, jangka waktu penyele- dengan mengedepankan prinsip per-
saian pekerjaan, dan ringkasan ke- encanaan, kecermatan, transparan-
butuhan anggaran per tahun. si, akuntabilitas, dan kehati-hatian
j. Proses penyelesaian persetujuan mengingat besaran pembiayaan di-
keuangan kontrak tahun jamak oleh bebankan pada komponen APBD
walikota dilakukan oleh dinas yang Kota Mojokerto.
membidangi keuangan (dalam hal
ini DPPKA) dan harus dilakukan Berdasarkan penjelasan di atas, aspek pe-
Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 67
Tabel 1
Jangkauan dan Arah Pengaturan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembiayaan
Tahun Jamak untuk Pembangunan Fisik Gedung Graha Mojokerto
Materi Ruang
No Bab Keterangan
Lingkup
1 BAB I Keten- Definisi Hukum Mengatur ruang lingkup pengertian,
tuan Umum yang Bersifat definisi, jabatan, dan berbagai istilah
Konseptual. terkait dengan pengaturan pengikatan
dana anggaran pendapatan dan belanja
daerah (APBD) untuk kegiatan mana-
jemen konstruksi, perencanaan teknis,
dan pembangunan fisik Gedung Graha
Mojokerto Service City melalui keg-
iatan tahun jamak.
DAFTAR PUSTAKA
Abstrak
Tulisan ini menawarkan solusi untuk mendesain
agar peradilan dapat melayani sengketa pengadaan
secara lebih efektif. Selama ini putusan peradilan di
bidang pengadaan kerap membingungkan karena
terdapat tiga lembaga yang mengklaim sebagai tem-
pat untuk menguji keabsahan keputusan pemenang
tender. Prosedur beracara juga panjang, apalagi
Richo Andi Wibowo jika pihak yang kalah melakukan banding dan/atau
kasasi. Tulisan ini menunjukkan bagaimana masalah
tersebut dihindari di Belanda dan menyarankan
agar Indonesia mempertimbangkan good practices
di sana. Desain solusi ini perlu diatur melalui UU
agar tidak melanggar asas independensi dan UU
Kekuasaan Kehakiman. Hal ini adalah argumentasi
yang sulit dibantahkan mengenai perlunya menga-
tur pengadaan barang/jasa dalam bentuk UU.
PENDAHULUAN
S udah beberapa waktu terakhir, Lem- yang terjadi. Kedua, pada sebuah seminar,
baga Kebijakan Pengadaan Barang/ salah seorang narasumber memberikan tiga
Jasa Pemerintah (LKPP) mempersiapkan argumentasi perlunya membentuk UU PBJ,
draf rancangan undang-undang pengadaan sbb.: (1) karena PBJ melibatkan kompo-
barang dan jasa (RUU PBJ). Kemudian, be- nen-komponen dasar dalam kegiatan pe-
lum lama ini terdengar berita bahwa LKPP nyelenggaraan negara seperti: anggaran,
bertemu dengan Dewan Perwakilan Daerah personil, dan barang; (2) untuk memajukan
(DPD), dan setelah itu DPD menginisiasi kesejahteraan umum; (3) menindaklanjuti
RUU PBJ untuk masuk ke dalam Program amanat dalam pasal 9 United Nations Con-
Legislasi Nasional (Prolegnas) 2015-2019. vention Against Corruption (UNCAC).
Mengingat bahwa RUU ini mendapat uru- Jika ditinjau dari perspektif lain, argumentasi-
tan buncit dengan nomor urut 152 dari 160 argumentasi di atas berpotensi disanggah oleh
RUU di Prolegnas, patut diprediksi bahwa pihak-pihak yang kritis. Argumentasi perta-
RUU ini tidak akan dibahas oleh eksekutif ma, misalnya, ada atau tidaknya penyimpan-
dan legislatif dalam waktu dekat. Oleh se- gan bukan menjadi alasan untuk mengatur
bab itu, ruang untuk memberikan masukan sesuatu ke dalam UU. Pihak yang kritis dapat
atas draf RUU ini masih sangat terbuka. menyatakan bahwa ada banyak aturan yang
Salah satu masukan yang perlu dipertim- telah diformalkan dalam bentuk UU meski-
bangkan adalah argumentasi yuridis untuk pun hal itu tidak dapat menjamin penyim-
mengatur PBJ dalam bentuk UU. pangan aturan akan hilang. Undang-undang
tindak pidana korupsi, misalnya, sudah jelas
Dalam berbagai diskusi dan forum yang melarang PNS untuk menerima pemberian
telah dilakukan sebelumnya, ada beberapa jika pemberian itu dianggap berkaitan dengan
argumentasi yang pernah terekam sebagai posisi dan/atau jabatannya. Namun, pelang-
justifikasi untuk mengatur PBJ ke dalam garan tetap banyak terjadi.
UU. Pertama, langkah ini guna memper-
baiki peraturan yang ada, sehingga tidak Argumentasi yang disampaikan belakangan
ada lagi penyimpangan-penyimpangan pun demikian. Pihak yang kritis dapat me-
Masukan untuk RUU PBJ:.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 83
nyatakan bahwa tidak ada teori yang me- peradilan agar memiliki prosedur yang
nyatakan atau sumber hukum yang menga- efektif dalam melayani sengketa di bidang
tur kegiatan penyelenggaraan negara yang pengadaan. Untuk membuktikan pernyata-
melibatkan anggaran, personil dan barang, an ini, pada uraian pertama penulis akan
serta ikhtiar pemerintah untuk memajukan menunjukkan bahwa sistem peradilan di
kesejahteraan umum harus diatur dalam Indonesia tidak efektif dalam mengatur
bentuk UU. Sementara itu, argumentasi un- sengketa pengadaan. Selanjutnya, dilaku-
tuk menindaklanjuti amanat UNCAC pun kan studi perbandingan hukum negara Be-
kurang meyakinkan karena sesungguhnya landa mengenai cara mengefektifkan pera-
UNCAC mendorong negara peratifikasi dilan mereka dalam sengketa pengadaan.
untuk senantiasa meningkatkan sistem PBJ Pembahasan kemudian akan dilanjutkan
dalam mencegah terjadinya korupsi, tanpa mengenai bagaimana good practices dapat
menyinggung apakah upaya tersebut harus diadopsi Indonesia sebagai suatu solusi.
diformalkan dalam bentuk UU atau tidak. Lalu, penulis pun akan menyampaikan ar-
Adapun kutipan pasal 9 UNCAC berbunyi: gumentasi mengapa hanya UU yang dapat
mengatur hal ini. Pembahasan kemudian
Each State Party shall, in accordance ditutup dengan simpulan dan rekomendasi.
with the fundamental principles of its legal Bukti Kebingungan dan Ketidakefektifan
system, take the necessary steps to establish Sistem Peradilan dalam Menangani Seng-
appropriate systems of procurement, based keta di Bidang Pengadaan.
on transparency, competition and objective
criteria in decision-making, that are effec- Berikut adalah beberapa bukti bahwa
tive, inter alia, in preventing corruption banyak pihak, termasuk penegak hukum,
(UNCAC, 2003: 12) mengalami kebingungan atas sistem pera-
dilan yang menjadi kompetensi dalam ka-
Berkaitan dengan hal ini, perkenankan sus pengadaan. Pilihan kasus berikut ini
penulis untuk berbagi pandangan. Menu- difokuskan pada isu sanggah banding yang
rut hemat penulis, alasan yang paling kuat dilanjutkan di pengadilan.1
membuat peraturan pengadaan dalam ben-
tuk UU adalah untuk mendesain lembaga Deskripsi kasus pertama mengenai penga-
84 JURNAL PENGADAAN
daan lampu di Kabupaten Sampang, Jawa pang. Peserta tender yang merasa dirugikan
Timur. Terdapat peserta pengadaan yang dalam kompetisi tender mengajukan sang-
mengajukan sanggah hingga tahap sanggah gah sampai tahap sanggah banding karena
banding karena merasa dirugikan oleh pu- tidak puas dengan jawaban yang dikeluar-
tusan penetapan pemenang tender. Peserta kan panitia tender. Merasa tidak puas deng-
yang merasa dirugikan itu pun memasuk- an materi jawaban, peserta tender itu pun
kan gugatan ke Pengadilan Negeri Sam- memasukkan gugatan pembatalan peneta-
pang karena tidak mendapatkan jawaban pan pemenang tender ke Pengadilan TUN
dari pengguna anggaran/kuasa anggaran. Bengkulu. Setelah melalui proses persi-
Namun, hakim PN Sampang justru me- dangan, hakim beralasan bahwa kasus ini
nyatakan bahwa kasus tersebut bukan yuris- merupakan domain yurisdiksi peradilan
diksi peradilan umum. Hakim beralasan umum dan memutuskan untuk menolak
bahwa keputusan pemenang lelang adalah menangani gugatan peserta tender.
keputusan tata usaha negara (KTUN) yang
menjadi objek sengketa di Pengadilan Tata Kebingungan bukan hanya terjadi di penga-
Usaha Negara (PTUN). Oleh sebab itu, PN dilan level bawah, tetapi juga di level Mah-
Sampang mempersilakan kasus tersebut kamah Agung (MA). Pada kasus CV Mum-
untuk disengketakan di PTUN. taz versus BNPB, misalnya, MA menerima
gugatan CV Mumtaz untuk kemudian men-
Sementara itu, kasus pengadaan infra- gadili kasus ini pada 2013 di kamar TUN.
struktur kesehatan di Kabupaten Lebong, Sementara itu, pada kasus Ibrahim versus
Bengkulu justru bertolak belakang dengan Pemkot Sabang, MA menerima gugatan
kasus pengadaan lampu di Kabupaten Sam- Ibrahim dan mengadili kasus ini pada
Masukan untuk RUU PBJ:.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 85
2012 di kamar perdata umum. Oleh sebab usaha tidak sehat. Selain dapat melakukan
itu, dapat dikatakan bahwa MA sendiri investigasi, KPPU juga dapat menerima
telah inkonsisten atau bingung untuk me- pengaduan dan menjadi lembaga pengadil
nyepakati lembaga dan kamar mana yang untuk memutuskan indikasi kasus pelang-
berwenang untuk mengadili kasus sengketa garan yang dilakukan pelaku usaha.
pengadaan.
Sekalipun berperan sebagai lembaga pen-
Terkait dengan hal di atas, menjadi relevan gadil, KPPU tidak tergolong sebagai lem-
untuk mencermati pengakuan salah satu ha- baga peradilan. KPPU merupakan lembaga
kim PTUN yang menyatakan bahwa inkon- eksekutif independen yang memiliki kara-
sistensi seperti kasus-kasus di atas kerap kter yudisial. Lembaga dengan karakter
terjadi. Hakim tersebut menyatakan bahwa tersebut bertujuan untuk mengurangi beban
ada hakim-hakim di PTUN yang memutus- perkara pada isu-isu spesifik di pengadilan.
kan untuk menerima kasus gugatan peneta- Meskipun demikian, putusan KPPU dapat
pan pemenang tender. Selain itu, ada pula dikoreksi oleh pengadilan. Putusan KPPU
hakim yang memutuskan untuk menolak juga dapat diajukan kepada Pengadilan
menyelesaikan suatu kasus pengadaan Negeri hingga tingkat kasasi di Mahkamah
karena meyakini hal itu sebagai bagian dari Agung untuk di-review.
yurisdiksi pengadilan negeri.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, KPPU
Keruwetan hal di atas menjadi bertambah telah menerima berbagai macam kasus
ketika komisioner dari Komisi Pengawas yang terkait dengan pengadaan barang/
Persaingan Usaha (KPPU) melakukan jasa, seperti persekongkolan tender atau
penafsiran ekstensif bahwa KPPU juga ber- manipulasi/rekayasa oleh aparatur sipil
wenang melakukan pengujian atas keab- negara yang terlibat dalam kegiatan pen-
sahan keputusan pemenang lelang. KPPU gadaan. Bahkan, menurut laporan internal
adalah lembaga independen di bawah badan KPPU, sebanyak 75 persen dari total 90
eksekutif yang berwenang untuk menga- persen laporan masyarakat yang diterima
wasi dan dapat menghukum pelaku usaha KPPU pada rentang waktu 2006 hingga
agar tidak terjadi monopoli dan persaingan 2011 merupakan kasus yang terkait di bi-
86 JURNAL PENGADAAN
horizontal antara pihak kedua dengan pi- terjadi pada kasus yang lain, yaitu kasus
hak ketiga hingga kelima dengan sangkaan Miller Marpaung dkk versus KPPU pada
bahwa mereka melakukan kompetisi semu tahun 2010 atau kasus pengadaan KTP
untuk memenangkan pihak kedua. Selan- elektronik. Pada kasus e-KTP, pihak yang
jutnya, KPPU juga menilai bahwa ada kon- kalah tender pun memasukkan laporan ke
spirasi vertikal yang dilakukan oleh pihak KPPU setelah tidak puas mengajukan sang-
pertama dan pihak kedua sehingga pihak gah dan sanggah banding.
kedua dapat memenangkan tender.
Mereka memasukkan laporan dengan
KPPU kemudian menjatuhkan hukuman argumentasi awal bahwa telah terjadi
karena semua pihak bersalah; pihak kedua persekongkolan tender. Mengingat KPPU
dijatuhi hukuman denda 651 juta; pihak ke- menemukan bukti telah terjadi konspirasi
tiga-kelima dijatuhi sanksi blacklist untuk horizontal dan konspirasi vertikal, KPPU
dua tahun. Adapun MA menguatkan putu- menyatakan bahwa panitia pengadaan ter-
san KPPU setelah pihak yang dijatuhi hu- bukti tidak bersikap objektif dalam menen-
kuman mengajukan banding hingga tahap tukan pemenang lelang. Dengan demikian,
kasasi. Dengan demikian, putusan ini sudah putusan pemenang lelang tersebut akan
bersifat final dan mengikat. batal secara otomatis berdasarkan pers-
pektif hukum. Mungkin tanpa disadari,
Kejadian dan putusan serupa juga pernah KPPU telah menempatkan diri sebagai
lembaga untuk menguji keabsahan peneta- pemenang lelang, lamanya proses beperka-
pan pemenang tender. Sayangnya, MA pun ra pun masih bermasalah. Tim pembaruan
mengamini penafsiran ekstensif ini. pengadilan mengakui bahwa sistem peradi-
lan di Indonesia sangat birokratis dan me-
KPPU bersama dengan MA berkontribusi nyita waktu. Untuk penyelesaian sengketa
dalam menambah kebingungan yang sudah di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, misal-
terjadi ihwal kewenangan untuk me-review nya, pihak pengadilan membutuhkan waktu
ketetapan pemenang lelang. Ketumpangtin- lebih dari 400 hari dengan 40 tahapan. Ti-
dihan ini tentu mengganggu karena dapat dak bisa dibayangkan, berapa waktu yang
membuat peserta tender menjadi bingung: diperlukan jika pihak yang beperkara juga
siapakah yang sesungguhnya berwenang melakukan banding, kasasi, atau bahkan
untuk menjadi pengadil? Akibatnya, bera- peninjauan kembali.
gam pertanyaan lainnya akan timbul, mis-
alnya bagaimana jika peradilan umum dan Jika keabsahan putusan pemenang lelang
peradilan TUN sama-sama memutuskan tersebut sedang diuji di pengadilan, proses
untuk tidak menerima kasus penetapan pengadaan harus suspend atau berhenti
pemenang lelang? Haruskah kemudian pi- sampai pengadilan memberikan putusan
hak tersebut melapor ke KPPU? Bagaima- final. Lama waktu untuk memutus perkara
na jika pihak yang merasa dirugikan mema- tentu berkontras dengan tuntutan yang di-
sukkan gugatan ke dua lembaga peradilan emban badan publik terkait dengan pelak-
sekaligus memasukkan laporan ke KPPU sanaan penyerapan anggaran secara efektif
karena merasa bingung? Jika ketiga lem- dan efisien.
baga tersebut sama-sama menerima dan
memberikan putusan kasus dengan sub- Cara Belanda Menghindari Per-
stansi yang berlainan, putusan yang harus masalahan
dipatuhi? Di Belanda upaya terkait dengan gugatan
penetapan pemenang lelang selalu be-
Selain isu kebingungan semua pihak dalam rada dalam kompetensi peradilan umum.
menyepakati lembaga mana yang berperan UU Hukum Administrasi Umum Belanda
dalam me-review keabsahan keputusan dalam General Administrative Law Act
Masukan untuk RUU PBJ:.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 89
Pasal 8 Ayat 2 memuat peraturan, no ap- ACM tetap berada di posisinya dan tidak me-
peal lies against decisions taken in prepa- nimbulkan kebingungan publik.
ration of a private-law juridical act.
Pasal tersebut mengatur bahwa keputusan Seperti di Indonesia, ACM juga menanga-
TUN yang dibuat sebagai dasar kontrak ni kasus pengadaan apabila menemukan
pengadaan pemerintah dianggap sebagai indikasi perbuatan kolusi yang dilakukan
perjanjian perdata. Manunza dkk. (dalam oleh peserta tender.4 Namun, ACM tidak
Neergaard, Jacqueson, dan Olykke, 2014: memosisikan dirinya sebagai lembaga
610) menjelaskan upaya untuk me-review yang menerima bid protest. Peserta tender
keputusan bukan menjadi kompetensi pera- yang merasa dirugikan tidak dapat me-
dilan administrasi (peradilan TUN), me- masukkan protes ke ACM untuk menggu-
lainkan menjadi domain peradilan umum.3 gat putusan pemenang lelang. Hal inilah
yang menyebabkan ACM tidak memiliki
Adapun Autoriteit Consument en Markt riwayat penanganan kasus seperti yang
(ACM) lembaga Belandayang tugas pokok telah diputus oleh KPPU. ACM juga ti-
dua desain solusi untuk membuat agar petensi untuk mengevaluasi keputusan
peradilan dapat efektif dan sesuai dengan pemenang tender adalah pengadilan umum.
kebutuhan pengadaan. Pertama, pemerin-
tah dapat mengatur secara eksplisit kasus- Sayangnya, beberapa hakim tidak mengin-
kasus penetapan pemenang lelang dalam dahkan atau tidak menyadari keberadaan
domain kompetensi peradilan perdata (per- teori dan ketentuan ini. Merujuk pada
adilan umum), bukan peradilan TUN. Se- kekurang-cermatan dan kebingungan ha-
benarnya, konsep ini bukanlah konsep yang kim, tim perumus RUU PBJ perlu men-
asing bagi sistem hukum kita. egaskan agar draft RUU PBJ secara
eksplisit mengatur kewenangan peneta-
Masalah tumpang-tindih lembaga yang pan pemenang lelang sebagai kompetensi
berperan menangani kasus pengadaan tidak peradilan umum. Sementara itu, KPPU
perlu terjadi. Menurut teori opplosing (In- hendaknya kembali pada tugas pokok dan
droharto, 1996: 117) , suatu putusan yang fungsinya saja, yaitu menangani masalah-
dibuat pemerintah untuk membuat perjanji- masalah kolusi horisontal (persekongkolan
an perdata (kontrak) akan dianggap sebagai tender antara sesama penyedia barang/jasa)
perbuatan hukum perdata. Padahal, Pasal 2 tanpa masuk ke wilayah kolusi vertikal.
(a) UU Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pera-
dilan TUN mengatur bahwa, tidak terma- Adapun tim perumus RUU pengadaan juga
suk dalam pengertian Keputusan Tata Usa- perlu mempertimbangkan pengaturan me-
ha Negara menurut Undang-undang ini: (a) kanisme peradilan cepat pada sengketa kasus
Keputusan Tata Usaha Negara yang meru- pengadaan untuk mengakomodasi waktu
pakan perbuatan hukum perdata. penyelenggaraan pengadaan yang terbatas.
Sebab, saat ini proses peradilan di Indonesia
Hal ini berarti PTUN tidak berwenang membutuhkan waktu yang panjang.
memeriksa penetapan pemenang lelang
karena keputusan penetapan pemenang Jika merujuk pada dokumen Cetak Biru
pengadaan bertujuan untuk membuat kon- Pembaruan Peradilan 2010-2035, me-
trak perdata untuk pengadaan. Dengan kanisme peradilan cepat memang akan
demikian, lembaga yang memiliki kom- diatur di Indonesia. Tolok ukur kasus yang
92 JURNAL PENGADAAN
akan ditangani dalam prosedur peradilan gan nilai sengketa 200 juta ke bawah akan
cepat ini bukanlah keterbatasan waktu, me- ditangani dengan penyelesaian gugatan
lainkan besar-kecil tingkat kerugian: sederhana yang mana akan ditangani secara
cepat dan tidak dimungkinkan banding ke
Peradilan Acara Cepat akan memeriksa PT dan kasasi ke MA.
perkara small claim yaitu: gugatan yang
diajukan oleh personal dengan jumlah Terobosan ini belum tentu sesuai dengan
minimal kerugian tertentu yang tidak terla- kebutuhan sistem pengadaan karena to-
lu besar; berbagai permasalahan (dengan lak ukur yang digunakan semata-mata ha-
memperhatikan batasan jumlah kerugian) nya jumlah besaran uang. Padahal, tolak
berkaitan dengan: perjanjian perburuhan; ukur yang mungkin ideal adalah dengan
perjanjian kontrak; perjanjian sewa-beli; mengombinasikan antara besar kecilnya
masalah sewa-menyewa rumah atau ta- kerugian dan tingkat kegentingan wak-
nah. (Mahkamah Agung, 2010: 32) tu. Berdasarkan tolak ukur di atas, kasus
pengadaan terancam tidak dapat ditangani
Terkait dengan hal di atas, MA mengeluar- melalui prosedur peradilan cepat. Hal ini
kan Peraturan MA (Perma) Nomor 2 Tahun merupakan alasan kuat untuk memuat se-
2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gu- cara eksplisit mekanisme pelaksanaan per-
gatan Sederhana. Pada intinya kasus den- adilan acara cepat dalam RUU PBJ.
Masukan untuk RUU PBJ:.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 93
materi PBJ tidak memiliki keterkaitan deng- Penjelasan Umum atas UU Kekuasaan Ke-
an persyaratan poin (1) sampai (4). Satu-sa- hakiman yang intinya menyatakan bahwa
tunya alasan agar PBJ diatur dalam bentuk salah satu prinsip penting negara hukum
UU adalah dengan mengacu pada poin (5). adalah adanya jaminan penyelenggaraan
Akan tetapi, orang bisa bersilang pendapat kekuasaan kehakiman yang merdeka, be-
mengenai pernyataan pemenuhan kebutu- bas dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk
han hukum masyarakat karena ketiadaan menyelenggarakan peradilan.
parameter yang jelas. Hal ini dapat menjadi
hambatan bagi tim perumus RUU untuk Kesimpulan
meyakinkan para DPR dan presiden untuk Sistem peradilan di Indonesia belum ideal
mengatur PBJ ke dalam bentuk UU.7 untuk melayani sengketa di bidang penga-
daan barang dan jasa. Sistem yang ada ma-
Atas dasar hal itu, tim perumus RUU dapat sih membingungkan dan tidak efektif. Se-
berargumentasi bahwa salah satu isu yang lain ada tumpang tindih dan/atau rivalitas
ingin diatur dalam reformasi peraturan pen- berkaitan dengan pemisahan kewenangan
gadaan adalah isu tentang kompetensi pera- lembaga yang menangani sengketa peserta
dilan dan prosedur beracara dalam peradi- tender, penetapan putusan kasus pengadaan
lan. Isu ini harus diatur melalui UU karena juga menyita waktu yang lama.
tidak mungkin diatur di dalam turunan per-
aturan perundang-undangan. Hal ini kare- Dengan mencermati good practices di
na semua peraturan di bawah UU, seperti Belanda, desain solusi terhadap masalah-
PP atau Perpres, dibuat dan dikeluarkan masalah diatas dapat dilakukan melalui
sendiri oleh eksekutif. Jika aturan dibuat pengaturan secara eksplisit dalam RUU
hanya oleh lembaga eksekutif dengan tu- PBJ, bahwasanya lembaga yang kompeten
juan mengatur lembaga yudikatif, hal ini untuk menangani kasus ini adalah peradi-
akan dianggap sebagai intervensi lembaga lan umum. Sementara itu, RUU juga perlu
eksekutif terhadap lembaga yudikatif. Tin- mengenalkan prosedur beracara singkat
dakan ini tidak dapat dibenarkan jika ditin- sehingga ada penyederhanaan proses pera-
jau dari konsep independensi lembaga yu- dilan, berupa penetapan tenggat pemberian
dikatif. Argumentasi ini juga diperkuat oleh putusan dan pembatasan kasasi.
Masukan untuk RUU PBJ:.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 95
CATATAN
1
Sebagian ulasan pada bagian ke (2) ini mereka memang eksplisit menyatakan
adalah perbaikan dan penyesuaian dari tu- pengecualian. Lihat: Broerse, D., Peelen,
lisan penulis dalam paper berjudul Im- J.J., Vis, B. 2013. Public Procurement
proving the Effectiveness of Bid Protest in the Netherlands: the Overview, terse-
Mechanisms: Learning from the Problems dia di: http://uk.practicallaw.com/3-
of Indonesias Public Procurement System 522-7902?q=&qp=&qo=&qe=%20
yang pernah dipresentasikan di the 6th Inter- h t t p : / / u k . p r a c t i c a l l a w. c o m / 3 - 5 2 2 -
national Public Procurement Conference, 14- 7902?q=&qp=&qo=&qe= (diakses tang-
16 Agustus 2014 di Dublin City University, gal 12 Juli 2015).
Dublin, Irlandia.
4
Menurut Pasal 6 dari UU Anti Larangan
2
Pasal 8:3 dari General Administrative Monopoli dan Persaingan usaha Tidak Se-
Law Act hat Belanda, ketika bid rigging terjadi di
sektor pengadaan barang/jasa, maka ACM
3
Van de Meent, G.W. dan Manunza, E.R. berwenang untuk menginvestigasi dan
et all. The Netherlands, pada Neergaard, memberikan hukuman.
U., Jacqueson, C. Olykke, G.S. 2014. Pub-
lic Procurement Law: Limitations, Oppor- 5
Misalnya dapat dilihat pada dua kasus
tunities and Paradoxes. DJOF Publish- berikut. the Academic Medical Centre
ing, Copenhagen, hlm. 610. Sekalipun, (AMC) milik University of Amsterdam
hal ini ada pengecualian minor dalam hal pernah mengadakan tender untuk renova-
kontrak pemerintah di bidang konsesi di si atap. ACM menghukum peserta tender
bidang transportasi (misalnya menentu- karena ada dugaan bahwa mereka melaku-
kan perusahaan bus mana yang menjadi kan kolusi tender. Hal yang serupa juga
operator pelayanan), peradilan adminis- terjadi di Kota Gouda. Pemkot Gouda in-
trasi-lah yang dianggap berwenang un- gin melakukan renovasi sport hall De
tuk mengadili hal ini. Hal ini karena UU Springers; tetapi peserta tender berkolusi
Masukan untuk RUU PBJ:.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 97
DAFTAR PUSTAKA
Broerse, D., Peelen, J.J., Vis, B. 2013. gara. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Pub lic Procurement in the Netherlands:
the Overview. http://uk.practicallaw.com/ KPPU. 2012. Jejak KPPU 2006-2012.
3-522-7902?q=&qp=&qo=&qe= Kompetisi , 8
(diakses tanggal 12 Juli 2015).
Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Chorus, J., Gerver, P.H., Hondius, E. (eds.). 2010. Cetak Biru Pembaruan Peradilan
2006. Introduction to Dutch Law. Alphen 2010-2035, Jakarta: Mahkamah Agung
aan den Rijn: Kluwer International
Mahkamah Agung. Putusan Nomor 3102
Dewan Perwakilan Rakyat. Undang-Un K/PDT/2012. Jakarta: Mahkamah
dang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Agung, 2012.
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat. Jakarta: DPR RI, 1999. Mahkamah Agung. Putusan Nomor 542
K/TUN/2013. Jakarta: Mahkamah
Dewan Perwakilan Rakyat. Undang-Undang Agung, 2013.
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pemben
tukan Peraturan Perundang-Undangan. Neergaard, U., Jacqueson, C., Olykke, G.S. 2014.
Jakarta: DPR, 2012 Public Procurement Law: Limitations,
Opportunities and Paradoxes. DJOF Pub
Dewan Perwakilan Rakyat. Program Legislasi lishing: Copenhagen.
Nasional 2015-2019. Jakarta: DPR, 2015.
(diunduh di http://www.dpr.go.id/uu/pro Pengadilan Negeri Sampang. Putusan
legnas-long-list pada 25 Juni 2015) Nomor 12/Pdt.G/2012/PN.SPG.
Sampang: Pengadilan Negeri, 2012.
Indroharto. 1996. Usaha Memahami Un-
dang Undang Peradilan Tata Usaha Ne- Pengadilan Tata Usaha Negara Bengkulu.
Masukan untuk RUU PBJ:.... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 99
Abstrak
Kewajiban penerapan SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elek-
tronik) pada proses lelang adalah sesuatu yang wajib bagi
K/L/D/I (kementerian, lembaga, daerah, institusi). Hal itu
sesuai dengan Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 Pasal
131 Ayat (1) di mana K/L/D/I wajib melaksanakan pengadaan
barang/jasa secara elektronik untuk sebagian / seluruh paket-
paket pekerjaan pada tahun anggaran 2011. Adanya proses
pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui SPSE mem-
Syafriza buat perubahan dari proses lelang secara tatap muka men-
Bhima jadi lelang secara virtual melalui SPSE, termasuk di dalam-
Wikyantasa nya pada proses aanwijzing (pemberian penjelasan kepada
peserta lelang). Dalam penelitian ini ditemukan fenomena
cyberbully pada aanwijzing melalui virtual chat dalam SPSE.
Cyberbully yang terjadi berbentuk teksteks atau pesan per-
cakapan yang bersifat memprovokasi, menyakiti, mengancam,
memfitnah dan menuduh kepada panitia lelang yang dilakukan
oleh peserta lelang. Pada kasus cyberbully yang terjadi me-
lalui SPSE, beberapa panitia cenderung bersikap mendiam-
kan, tidak menanggapi pertanyaan bully tetapi dalam lelang
yang lain, panitia menanggapi dengan serius dan menjawab
balik dengan meminta bukti terkait hal-hal yang dituduhkan.
PENDAHULUAN
P enelitian ini berusaha melihat ad- adalah seorang pemberi penjelasan teknis.
anya cyberbully yang terjadi dalam Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015
proses pengadaan barang dan jasa secara dengan melakukan analisis isi kualita-
elektronik. Menurut Bill Besley (2004), tif terhadap data percakapan aanwijzing
cyberbullying melibatkan penggunaan tek- yang tersimpan dalam data lelang pada
nologi informasi dan komunikasi seperti server SPSE.
e-mail, pesan teks ponsel dan pager, pesan
instan, web pribadi, dan situs online poll- Penelitian ini bertujuan untuk mencari
ing pribadi untuk memfitnah, secara sen- bentuk-bentuk pesan cyberbully dalam
gaja, berulang dan menunjukkan perilaku aanwijzing secara online melalui SPSE,
permusuhan oleh individu atau kelompok, mengidentifikasi pelaku cyberbully dan
dimaksudkan untuk menyakiti orang lain. trigger atau pemicunya, serta mengetahui
Dalam penelitian ini penulis juga ingin sikap panitia pengadaan terkait hal tersebut.
mengetahui bagaimana bentukbentuk teks Fenomena ini dirasa penting dan menarik
yang dikategorikan cyberbully pada proses untuk diteliti oleh peneliti karena adanya
aanwijzing dalam lelang secara online me- penggunaan sistem elektronik pada proses
lalui SPSE (Sistem Pengadaan Secara Ele- pelelangan atau pengadaan barang dan jasa
ktronik), mengidentifikasi pelaku cyberbul- pemerintah, di mana proses aanwijzing
ly, mencari faktor pemicu atau trigger yang pelelangan dilakukan secara online melalui
menyebabkannya dan mengetahui sikap SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elektron-
panitia pengadaan terhadap adanya cyber- ik) ditengarai terdapat masalah baru, yaitu
bully tersebut. cyberbully kepada panitia lelang.
jaan atau tender (proses tanya jawab antara sahaan, dan selebihnya adalah preman, Hal
penyedia barang atau vendor dengan peni- ini karena ada pihak-pihak tertentu yang
tia pelelangan). memang menginginkan adanya keributan
sehingga pembahasan dokumen pemili-
Aanwijzing dalam SPSE dilakukan secara han menjadi tidak efektif . (Khalid Mus-
tidak langsung (tidak melalui tatap muka tofa adalah seorang trainer pengadaan ba-
langsung antara peserta lelang dengan pani- rang dan jasa. Data tentang deskripsi pada
tia lelang). Proses aanwijzing dalam SPSE aanwijzing diambil dari halaman website
dilakukan secara online melalui virtual chat http://www.khalidmustafa.info/2010/03/08/
dalam SPSE sesuai jadwal aanwijzing yang pengadaan-barang-dan-jasa-di-pemerin-
telah ditentukan sebelumnya oleh panitia . tahan-bagian-iv-e-procurement-apa-dan-
Proses-proses dalam aanwijzing ini kadang bagaimana.php). Pada aanwijzing secara
melibatkan emosi peserta maupun panitia. elektronik yang prosesnya melalui virtual
Menurut Khalid Mustafa dalam blog prib- chat, tidak jarang pada aanwijzing ini dite-
adinya, Kericuhan demi kericuhan sering mukan beberapa katakata dan teks ketikan
terjadi. Saya kadang berseloroh dalam se- dari peserta lelang yang cenderung memo-
tiap pelatihan, bahwa dari 10 yang datang jokkan panitia, membodoh-bodohkan pani-
pada saat aanwijzing, hanya 3 pemilik peru- tia, menuduhnuduh panitia bersekongkol
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 105
untuk memenangkan salah satu peserta ten- bullying. Menurut Olweus, bullying terjadi
der. Teks-teks tersebut di antaranya : saat seseorang mengalami tindakan negatif
yang berulang dan terus-menerus yang di-
Kalau kami tidak mendapatkan dukungan lakukan oleh sesorang atau lebih dari satu
dari Pabrik, kami akan melapor ke Polisi orang. A person is bullied when he or she
dengan pasal UU Monopoli supaya lelang is exposed, repeatedly and over time, to
ini batal, tks. negative actions on the part of one or more
other persons, and he or she has difficulty
Pak panitia tolong dijawab pertanyaan defending himself or herself (http://www.
kami.... atau proyek ini sudah dikondisikan bullyingstatistics.org/content/olweus-bul-
kepada 1 Rekanan tolong dijawab. lying-prevention-program.html).
Di samping itu, terdapat keunikan juga Proses bullying dalam dunia maya ini
ketika beberapa peserta juga mencoba sering disebut cyberbully, dalah tindakan
mencari teman dalam memojokkan panitia bullying yang terjadi dalam dunia cyber
pada saat aanwijzing, seperti ketika ada ke- meliputi bentuk agresi dalam hubungan
tikan atau teks pada saat aanwijzing yang dan segala bentuk-bentuk ancaman elek-
memojokkan panitia lelang dari salah satu tronik.
peserta lelang kemudian peserta lainnya
juga ikut percakapan dan saling mendu-
kung untuk memojokkan atau mencemooh Proses aanwijzing dalam SPSE
panitia. Panitia mohon segera menjawab, dilakukan secara online me-
karna waktu aanwijzing sangat terbatas. lalui virtual chat dalam SPSE
jangan diam saja Dan pertanyaan lain
sesuai jadwal aanwijzing yang
dari peserta, untuk 1716262, panitia jaw-
telah ditentukan sebelumnya
oleh panitia .
abnya setelah waktu aanwijzing selesai, su-
paya rekanan tidak bisa protes. Diketahui
bahwa tindakan-tindakan menyakiti orang
lain lewat verbal ataupun non-verbal pada
kasus di atas bisa dikategorikan sebagai
106 JURNAL PENGADAAN
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode 5. Penentuan sampel atau korpus
analisis isi kualitatif untuk mengetahui 6. Pengumpulan informasi dan banyak
untuk bentuk-bentuk pesan cyberbully contoh-contoh deskriptif dalam ben-
dalam aanwijzing secara online melalui tuk dalam format computer-text-word
LPSE, mengidentifikasi pelaku cyber- processing untuk memudahkan mene-
bully, mencari faktor atau trigger yang mukan dan meng-coding teks
menyebabkannya, serta melihat sikap pa- 7. Melakukan analisis data termasuk
nitia pengadaan terhadap adanya cyber- penghalusan konsep dan Coding data
bully tersebut. yang sudah dilakukan.
1. Untuk data primer, data dari laman 8. Melakukan komparasi dan kontras
SPSE yang berisi teksteks postingan hal-hal yang ekstrem dan pemilihan
aanwijzing ditranskrip. Kemudian pada kunci-kunci perbedaan yang muncul
data sekunder dilakukan wawancara dalam setiap kategori
mendalam pada informan. 9. Melakukan kombinasi antar semua
2. Data yang diperoleh dalam pene- data dan contoh-contoh kasus yang ada
litian ini berupa histori teks aanwijz- 10. Mengintegrasikan semua temuan
ing yang terdapat dalam SPSE dan data data
hasil wawancara mendalam terhadap 11. Data yang telah dianalisis tersebut
informan. Data tersebut kemudian dise- kemudian disimpulkan oleh peneliti.
leksi sesuai dengan kebutuhan dalam
penelitian ini. Berikut detail hasil dari pengiriman e-mail
3. Pembuatan protokol atau coding untuk mendapatkan data aanwijzing. E-
form dengan kategori jenis cyberbully mail yang dikirim sejumlah 431 e-mail, e-
oleh Willard dan kategori media cyber- mail yang dijawab sejumlah 32 e-mail dan
bully menurut Sheri Bauman. e-mail gagal dikirim karena alamat tidak
4. Data-data yang telah dikelompok- valid sejumlah 61 e-mail. Detail informasi
kan tersebut kemudian disusun secara dari LPSE dirahasiakan (nama LPSE, nama
sistematis dan dilakukan pengujian pro- peserta lelang, organisasi, tanggal dari aan-
tokol. wijzing, dan nama seseorang/ tokoh yang
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 107
harus dirahasiakan, kecuali memang nama teks ponsel dan pager, pesan instan,
itu memang diperbolehkan untuk disebut). web pribadi memfitnah situs, dan situs
web polling pribadi online memfitnah,
HASIL DAN ANALISIS untuk mendukung disengaja, beru-
Pertanyaan yang diklasifikasikan sebagai lang, dan perilaku bermusuhan oleh
cyberbully adalah pertanyaan yang ter- seorang individu atau kelompok, yang
dapat kata-kata kasar, bersifat mempro- dimaksudkan untuk menyakiti orang
vokasi, menyakiti, mengancam, memfit- lain. Hasil pemetaan cyberbully pada
nah, dan menuduh. Hal ini sesuai yang data aanwijzing, akan dibuat kate gori
dikatakan oleh Olweus bahwa bullying berdasarakan pengkategorian ke dalam
terjadi saat seseorang mengalami tin- jenis cyberbully yang menurut Willard,
dakan negatif yang berulang dan terus- yaitu: flaming (terbakar), harassment
menerus yang dilakukan oleh sesorang (gangguan), denigration (pencemaran
atau lebih dari satu orang. nama baik), impersonation (peniruan),
outing, trickery (tipu daya), exclusion
A person is bullied when he or she is (pengeluaran), dan cyberstalking. Se-
exposed, repeatedly and over time, to mentara yang akan dikategorikan media
negative actions on the part of one or menurut cyberbully versi Sheri Bauman
more other persons, and he or she has mencakup: instan message (IM), chat-
difficulty defending himself or herself room, trash polling site, blog, bluetooth
(http://www.bullyingstatistics.org/con- bullying, dan situs jejaring sosial. Dari
tent/olweus-bullying-prevention-pro- hasil transkrip deng an dokumen aan-
gram.html). wijzing, terdapat 12 data lelang. Dari
12 data lelang ada 11 yang terindikasi
Cyberbully adalah tindakan bully me- kasus cyberbully dan 1 data lelang ti-
lalui media komputer. Menurut Bill dak terindikasi adanya kasus cyberbully
Besley (2004), cyberbullying melibat- pada aanwijzing deng an virtual chat
kan penggunaan teknologi informasi melalui SPSE. Salah satu contoh ha-
dan komunikasi seperti e-mail, pesan sil pemetaan terhadap data aanwijzing
108 JURNAL PENGADAAN
Setelah dilakukan pemetaan terhadap 12 data lelang diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel Hasil Koding Cyberbully Pada Keseluruhan Data Aanwijzing
110 JURNAL PENGADAAN
Dari hasil analisis pada tabel di atas dalam internet. Oleh sebab itu, terdapat suatu du-
12 data lelang ditemukan 11 data lelang nia virtual atau dunia maya di dalam SPSE.
dengan kasus cyberbully dan 1 data le- Dunia maya adalah realita yang terhubung
lang tanpa kasus cyberbully dengan total secara global, didukung komputer, berak-
184 pertanyaan dalam aanwijzing melalui ses komputer, multidimensi, artifisial, atau
SPSE, di mana sekitar 37 pertanyaan dari virtual . (Benedikt 1991:122-123).
184 pertanyaan yang terindikasi cyberbully.
Diskusi dalam aanwijzing melalui virtual
Cyberbully pada Aanwijzing dalam Pers- chat dalam SPSE membaca pesan-pesan
pektif Komunikasi atau pertanyaan peserta pada layar komputer
Kegiatan lelang secara elektronik ini dilaku- yang sebetulnya hanya merupakan bit-bit
kan tanpa tatap muka dengan bentuk-bentuk ilusi semu dari layar disebut sebagai virtual
visual pada layar komputer yang terhubung reality atau realitas maya. Realitas virtual
ke jaringan luas dengan medium inter- adalah semacam realitas yang dibengkak-
net sebagai alat komunikasinya. Adapun kan atau realitas sintetis. Secara lebih ter-
peserta lelang dan panitia menaati aturan perinci, Slouka merujuk pada lingkungan
yang sudah disepakati bersama. Adanya yang menyelubungi atau menghidupkan
internet sebagai medium komunikasi telah secara sensual, yang kita masuki dengan
menumbuhkan sebuah dunia baru yaitu cy- menghubungkan diri kita ke komputer. Ide-
berspace, alnya, komputer akan menciptakan ilusi
yang sulit dibedakan dengan dunia nyata
Komunikasi melalui komputer me- (Slouka dalam Hadi 2005:19).
mungkinkan suatu bentuk ruang yang
diproduksi secara sosial. (Jones, da- Sebuah pesan yang diterima ditransmisikan
lam Holmes 2012:126) oleh SPSE ke semua peserta dan panitia lelang
tersebut. Komunikasi dalam SPSE meng-
Adanya proses-proses kegiatan dalam gunakan teknologi internet sehingga bisa
SPSE yang begitu kompleks di mana ter- bersifat broadcast 2 arah. Menurut Gillmor
dapat virtualitas proses terhubung secara (2004:25), jika selama ini pola komunikasi
global dari sebuah device melalui jaringan terdiri atas one-to-many atau dari satu sumber
112 JURNAL PENGADAAN
ke banyak audience atau one-to-one (seperti melalui Komputer. Shedletsky & Aitken
telepon dan surat), pola komunikasi yang ada menjelaskan
di media cyber bisa menjadi many-to-many
dan few-to-few. Characterizes communication on the
internet is speed, reach, anonymity, and
Pesan-pesan yang terkirim dalam aanwij- interactivity. Speed refers to the time it
zing menjadi interaktif walau dilakukan takes to send and receive messages-ob-
dengan media komputer. Hal ini sesuai viously it is very fast, we write quikly
dengan karakteristik komunikasi dengan as we interact with others on the inter-
mediasi internet. Internet memiliki karak- net, reducing writing to some hybrid of
teristik interactivity. Dalam dimensi inter- speech and writing, abbreviating and
aktivitas, ada beberapa karakteristik yang ignoreing spelling and punctuation to
dimiliki oleh teknologi informasi ini, an- great extent. Reach refers to our abil-
tara lain bidirectionality, quick response, ity to be in touch with people at great
bandwidth, user control, amount of user distances and again, at great speeds.
activity, ratio of user to medium activity, Anonymity refers to the behavior of
feedback transparancy social presence, people who create an identity online,
dan artificial intelligence (Jaffe, 1995: claiming to be someone they are not,
3). Proses komunikasi dalam aanwijzing manipulating gender, age occupation,
tersebut menjadi semakin mudah dengan health status, and so on. Interactiv-
komunikasi yang termediasi komputer, ity refers to ability of on-line partici-
yang lebih luas diketahui dengan istilah pants to not only receive messages, but
Computer-Mediated Communication atau to react to them (Shedletsky &Aitken,
biasa disingkat dengan CMC. 2004:145).
Adanya CMC telah mengambil realitas dan Dalam aanwijzing melalui virtual chat
menampilkannya dengan wajah baru, yaitu tersebut, para peserta saling bertanya
realitas virtual. Cantoni dan Tardini (dalam dengan mengetik pertanyaan pada key-
Nasrullah, 2014:79) mendefinisikan CMC board dan ditampilkan di halaman SPSE
sebagai interaksi antarindividu yang terjadi secara virtual kemudian dijawab oleh pa-
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 113
nitia. Mereka berdiskusi tanpa harus ber- aanwijzing kapan saja dan masuk kapan
temu secara langsung satu sama lain dan saja selama jadwal aanwijzing masih ber-
dapat dilakukan dari tempat yang berbeda. langsung. Dalam media cyber, komunikasi
Karakteristik ini adalah ciri dari komuni- bisa dikondisikan sesuai dengan, misalnya,
kasi termediasi oleh komputer. Komunikasi jadwal yang diinginkan oleh pengguna saat
atau interaksi di dunia cyber tidak men- terkoneksi ke dalam jaringan komunikasi
syaratkan keberadaan dan kesamaan antara dalam kondisi ruang dan waktu yang sama
pengguna (aspatial) (March Smith, 1995 (synchronous) dan juga bisa berbeda (asyn-
dalam Rulli 2014:80). Pada praktiknya, ke- chronous) (March Smith, 1995 dalam Rulli
tika aanwijzing melalui SPSE pada jadwal 2014:80). Interaksi yang terjadi dalam
yang sudah ditentukan peserta dan panitia aanwijzing melalui SPSE dilakukan den-
login atau memasuki portal SPSE, komu- gan virtual chat. Peserta dan panitia lelang
nikasi dilakukan dalam jadwal tertentu dan melakukan tanya jawab dan diskusi den-
sudah direncanakan sehingga mereka bisa gan mengetik pertanyaan. Apa yang dilihat
bertemu dan berkomunikasi satu sama lain. peserta dan panitia adalah berupa teks-teks
Panitia dan penyedia bisa dengan mudah ketikan. Adapun tampilan yang terlihat di
log out atau keluar dari komunikasi dalam layar peserta maupun panitia lelang adalah
114 JURNAL PENGADAAN
sama persis. Percakapan ini dilakukan me- tas atau jarak dan tanpa harus mengambil
lalui media chatroom yang bersifat lang- sikap-sikap tertentu seperti yang terjadi di
sung (synchronous). Interaksi yang terjadi dunia nyata atau offline.
dalam dunia cyber pada kenyataannya ter-
jadi melalui medium teks (March Smith, Dalam aanwijzing melalui SPSE, identi-
dalam Rulli, 2014:81). tas peserta menjadi berlapis-lapis identitas
tersebut meliputi identitas pribadi, identi-
Dalam komunikasi termediasi komputer tas perusahaan, dan identitas anonim saat
seperti aanwijzing ini, batas-batas atau se- lelang. Wood dan Smith menyodorkan tiga
kat-sekat komunikasi di dunia nyata seperti tipe identitas dalam berinteraksi di internet,
stratifikasi dalam kelas di masyarakat tidak yakni real life identity, pseudonymity, dan
berlaku. Interaksi yang terjadi tidak men- anonimity. Identitas pertama menunjukkan
syaratkan adanya kesamaan, seperti sta- siapa sebenarnya individu tersebut. Dalam
tus atau tingkat pengetahuan (astigmatic) konteks pseudonymity, identitas asli mulai
(March Smith, dalam Rulli, 2014:81). Ko- kabur dan bahkan menjadi palsu meski pun
munikasi termediasi komputer tidak men- dalam beberapa hal ada representasi yang
syaratkan kesamaan pengetahuan yang bisa menunjukkan siapa sebenarnya indivi-
sama, ataupun tingkat status sosial dalam du tersebut. Terakhir, anonymity atau anon-
sebuah komunikasi. Dalam melakukan ko- im merupakan bentuk baru identitas yang
munikasi tatap muka, seseorang bahkan benar-benar terpisah dan tidak bisa dirujuk
mengambil sikap tertentu ketika berhada- kepada siapa identitas itu dimiliki (Wood
pan dengan seseorang karena stigma yang dan Smith, dalam Nasrullah, 2014:145).
muncul pertama kali di benaknya. Status
sosial, pangkat, jabatan, dan sebagainya Dari definisi Wood di atas, SPSE memberi-
yang membuat stratifikasi dalam kelas di kan identitas anonim untuk peserta dan
masyarakat nyata (offline) tidak berlaku di panitia lelang sehingga identitas asli peng-
media cyber (March Smith, dalam Rulli, guna atau operator tersamarkan.
2014:81). Dalam CMC atau komunikasi
termediasi oleh komputer, mereka bisa
langsung berkomunikasi tanpa ada ba-
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 115
Dalam aanwijzing melalui SPSE, ter- seperti halnya pada media massa gelom-
dapat reproduksi identitas peserta menjadi bang kedua atau second wave mass media
identitas anonim yang bersifat sementara (Taylor, dalam Budyatna, 2005:2).
dan akan kembali ke identitas pseudonym
setelah pembukaan dokumen lelang. Deng- Menurut hasil analisis pada tabel di atas,
an adanya identitas anonim tersebut, sese- ditemukan 37 pertanyaan bully. Dalam
orang merasa aman dan terlindungi atas analisis data, ditemukan bentuk-bentuk
konsekuensi dari tindakan secara ilegal pesan cyberbully dalam aanwijzing me-
yang mereka perbuat di internet lebih be- lalui SPSE berupa teksteks atau pesan
bas tanpa adanya batasan dan tekanan. Ada- percakapan yang bersifat memprovokasi,
nya anonimitas mempunyai potensi untuk menyakiti, mengancam, memfitnah, dan
membebaskan sesorang dari identitas yang menuduh panitia lelang yang dilakukan
ada atau identitas yang dipaksakan. Anon- oleh peserta lelang melalui virtual chat
imitas total bisa mengarah pada kurangnya pada SPSE.
pertanggungjawaban (Holmes, 2012:129). Bentuk pesan provokasi dalam aanwijzing
melalui SPSE, misalnya:
Pada aanwijzing melalui SPSE, peserta be- untuk dananya dari mana pak? dipa
bas melakukan apa pun dalam sistem se- blu, apbn, apa nazarudin cs?
hingga cyberbully dapat terjadi dengan mu- kalau dah merasa benar, dilanjutkan
dah termasuk untuk melakukan tindakan saja, kita tunggu di Kejaksaan
bullying dalam aanwijzing tanpa adanya
sensor atau filter terlebih dahulu. Peman- Bentuk pesan menyakiti dalam aanwijzing
faatan media baru oleh khalayak ini di- melalui SPSE, misalnya:
mungkinkan terjadi karena posisi khalayak habis waktunya pak kalo dibuat nglamun
tidak lagi sebagai bagian massa yang bisa gini
dikontrol (McQuail, 2011:150). Internet
memungkinkan orang untuk mengakses in- Bentuk pesan mengancam dalam aanwijz-
formasi dari jaringan global yang berhubun- ing melalui SPSE, contohnya:
gan dengan komputer secara langsung dan Kalau kami tidak mendapatkan
individual, tanpa mediasi para gatekeeper dukungan dari Pabrik, kami akan
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 117
rumah juga masih kepikiran (terha- Saya diamkan saja Mas, mau gimana
dap bullying yang terjadi) kalo sudah lagi, karena mau lapor lapor siapa,
kayak gitu pas ada aanwijzing lagi be- lapor sama Tuhan !
rasa malas mas
Beberapa panitia membantah atau menja-
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya wab pertanyaan bullying. Berikut beberapa
sikap dan pendapat panitia yang berbeda- contoh jawaban panitia yang ditemukan.
beda dalam menghadapi cyberbully yang untuk semua rekanan, mohon sabar.
terjadi. semua pertanyaan anda kami jawab
Seperti pendapat informan Kalau
untuk menghadapinya kita biasanya Jawaban yang lain.
bersabar, kadang kita cuekin, kalo 5082262 bukti otentiknya apa, mo-
kita kepaksa jawab ya berusaha mem- hon berhati-hati kalau menyampaikan
berikan keterangan secara terlampir pendapat
didalam dokumen penawan (dijawab Ada juga yang menjawab seperti berikut ini.
secara baik) 5077262 masalah dukungan pabrik
itu bukan ranah panitia, terimaksih
Berikut ini perspektif pendapat informan
yang lain. Atas cyberbully yang terjadi di atas, pa-
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 121
nitia hanya menjawab hal-hal yang dan bahwa pada dasarnya perempuan ter-
penting-penting atau hal yang substansial cerabut dari akses terhadap kekuasaan itu.
terkait dengan proses lelang. sementara
pada pertanyaan bully, beberapa panitia Melalui SPSE, kegiatan aanwijzing
cenderung mendiamkan, tidak menangga- menghilangkan batas-batas gender untuk
pi, dan beberapa kasus dalam lelang yang berkomunikasi. Dalam aanwijzing melalui
lain panitia menanggapi dengan serius dan SPSE, wanita bisa bertanya kepada pani-
menantang balik atau meminta bukti terkait tia dan berdiskusi dengan para peserta lain
hal-hal atau bullying yang dituduhkan. tanpa ada rasa kekhawatiran mereka akan
adanya dominas laki-laki, tidak seperti
Selain adanya kasus cyberbully, dampak aanwijzing konvensional atau tatap muka
positif dari aanwijzing secara virtual adalah di mana yang banyak berbicara adalah pria.
tidak adanya batasan isu-isu gender dan Salah satu pendapat informan Saya
mereduksi budaya patriarki. Budaya patri- tidak khawatir menggunakan admin
arki membuat kaum pria (superior) men- wanita dalam aanwijzing melalui
dominasi kaum wanita (inferior) dalam SPSE Mas, tidak ada susahnya juga
kehidupan sehari-hari. Menurut Mosse pertanyaan tinggal diketik dan nanti
(2004:52), patriarki adalah konsep bahwa tinggal menunggu jawaban dari pani-
laki-laki memegang kekuasaan atas semua tia, beda dengan aanwijzing konven-
peran penting dalam masyarakat-dalam sional kita cenderung malu dan sung-
pemerintahan, militer, pendidikan, industri, kan apalagi kalo suasana sudah panas
bisnis, perawatan kesehatan, iklan agama, wah mending diam saja dan melihat
logical improvement led to the social bat. Adanya penggunaan teknologi yang
dominance an elite tier of scientists, tidak diimbangi dengan kemampuan etika
engineers, and managers for whom seseorang dan moral menyebabkan adanya
technology became an end in itself, penyalahgunaan teknologi.
devoid of moral foundation. Technolo-
gists promise a great deal to ensure Dengan adanya beberapa kasus cyberbully
their status in a society conditioned to yang teridentifikasi pada SPSE, diharap-
welcome technological progress. But kan peran serta pemerintah dan langkah-
they deliver very little langkah pasti harus segera diambil dalam
mengatasi hal tersebut. Jika dibiarkan,
Masyarakat tidak sadar dengan perkemba- bukan tidak mungkin cyberbully akan
ngan teknologi yang begitu cepat dan he- menjadi cyberculture dalam SPSE.
124 JURNAL PENGADAAN
9. Faktor pemicu pelaku cyberbully 11. Implikasi sosial dari cyberbully terha-
dalam virtual chat pada aanwijzing me- dap panitia lelang memberikan dampak yang
lalui SPSE beragam, di antaranya kare- signifikan terhadap mental panitia lelang.
na ketidakpuasan penyedia atau peserta Mereka kadang merasa resah dan gelisah ter-
lelang atas keputusan atau hal-hal ter- hadap cyberbully yang terjadi dalam SPSE.
tentu pada SPSE. Bullying dilakukan
agar keinginannya difasilitasi atau di- Saran untuk penelitian selanjutnya adalah:
penuhi oleh panitia lelang dalam SPSE, 1. Pengembangan tentang penelitian seje-
serta waktu menjawab pertanyaan yang nis masih bisa dilakukan dengan peneli-
lama oleh panitia. tian lain dengan membandingkan sistem
10. Cyberbully dalam aanwijzing ini pengadaan barang dan jasa yang lain,
merupakan sebuah risiko yang harus di- misalnya sistem e-procurement milik Ko-
hadapi panitia lelang. Dalam cyberbully rea Selatan yaitu KONEPS (Korea Online
yang terjadi dalam SPSE, sikap panitia E-Procurement System).
lelang berbeda-beda dalam menghadapi 2. LKPP sebagai pihak utama dalam
cyberbully yang terjadi. Beberapa panitia pengembangan SPSE seyogianya memper-
cenderung mendiamkan, tidak menang- hatikan tentang realitas sosial yang terjadi
gapi, dan dalam lelang yang lain ada pa- dalam sistem e-procurement yang mereka
nitia menanggapi dengan serius dan men- bangun sehingga perlindungan petugas ter-
jawab balik dengan meminta bukti terkait hadap hal-hal yang menghambat di lapang-
hal-hal yang dituduhkan. an seperti cyberbully dapat dicegah.
126 JURNAL PENGADAAN
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Griffin, Em. 2003. A First Look at Commu
Burhan Bungin. 2012. Analisis Data Pene nicatin Theory. New York: Mc.Graw-
litian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafin Hill
do Persada
Geraci, Laura M, Fitzgerald, Carrie B
Boje, David M. 2001. Narrative Methods 2012. Bullying: An assoult On Human
for Organizational & Communication Dignity. Oxford:Inter-Disciplinary Press
Research. London: Sage Publication
Habibie, Baharuddin Jusuf. 2006. Detik-
Bell, David. 2005. Cyberculture Theorist. Detik yang Menentukan. Jalan Panjang
Canada: Routledge Indonesia Menuju Demokrasi. Jakarta:
THC Mandiri
Echols, John M dan Hassan Shadily.1992.
Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Hadi, A. 2005. Matinya Dunia Cyberspace:
PT.Gramedia Kritik Mark Slouka terhadap Jagat
Maya. Yogyakarta: LKIS
Eriyanto. 2006. Analisis Wacana:
Pengantar Analisis Teks Media. Yogya- Hardiman. Fransisco Budi. 2010. Ruang
karta: LKIS Publik. Surabaya : Kanisius
Fahmal, Muin. 2006. Peran Asas-asas Holmes, David. 2012. Teori Komunikasi:
Umum Pemerintahan Yang Layak Media. Teknologi. dan Masyarakat.
Dalam Mewujudkan Pemerintahan Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Yang Bersih. Yogyakarta: UII Press
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 127
Jaffe, et al. 2004. Language and Womens Nasrullah, Rulli. Dr. M.Si. 2014. Teori dan
Place. Harper & Row. New Hamsphire Riset Media Siber(cyber media). Jakarta
: Kencana Prenadamedia Group
John W, Santrock.1990. Psikologi Pendi
dikan Edisi Kedua. University of Texas Nayar, Pramod K. 2010. The New Media
at Dallas and Cybercultures Anthology. Hoboken:
John Wiley & Sons
Kriyantono Rachmat. 2012. Tehnik Praktis
Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Porter, Richard E. dan Larry A. Samovar.
Prenada Media Group 1993. Suatu Pendekatan terhadap KAB..
dalam buku Komunikasi Antarbudaya.
Martin, Judith N. and Thomas K. Nakaya Penyunting: Deddy Mulyana dan Jalal-
ma. 2003. Intercultural Communica- udin Rakhmat.PT Remaja Rosdakarya.
tion in Contexts. United States: The Bandung: 1993
McGraw-Hill Companies
Rachmah Ida.2011. Metode Penelitian Ka-
Martin, William J. 1995. Global Informa jian Media Dan Budaya. Surabaya: Air-
tion Society. London: Aslib Gower langga Univesity Press
Mosse, Julia Cleves. 2004. Gender dan Rakhmat. Jalaludin. (2009). Psikologi
Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pe- Komunikasi. Bandung: PT Remaja
lajar Rosdakarya
McQuail, D.2011. Teori Komunikasi Mas- Ramli, Samsul. 2013. Bacaan Wajib Para
sa. Jakarta: Salemba Humanika Praktisi Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Jakarta: Visimedia
128 JURNAL PENGADAAN
WEBSITE : randi-zuckerberg-anonymity-
online_n_910892.html diakses pada
Computer Fraud Working Group, http:// tanggal 25 juni 2015 jam 23:05
www.ussc.gov/sites/default/files/pdf/re-
search/working-group-reports/intellec- How to be polite while youre online
tual-property-andtech/199309_Com- (practicing good netiquette), http://
puter_Fraud_Report_Summary.pdf www.simplehelp.net/2006/08/14/how-
diakses tanggal 17 Oktober 2014 jam to-be-polite-while-youre-online-prac-
10:03 ticing-good-netiquette/ diakses pada
tanggal 31 mei 2015 jam 15:49
Cyberbullying juga terjadi di dunia ker
ja, http://www.merdeka.com/gaya/ Jaringan LPSE di Kabupaten Batang Ru
cyberbullying-juga-terjadi-di-dunia- sak, Rekanan Dirugikan, http://www.
kerja.html diakses pada tanggal 3 juni radarpekalonganonline.com/77731/jar-
2015 jam 00:46 ingan-lpse-di-kabupaten-batang-rusak-
rekanan-dirugikan/ diakses pada tang-
Chatroom, http://www.thefreedictionary. gal 7 juni 2015 jam 02:55
com/chatroom diakses pada tanggal 25
juni 2015 jam 18:50 Learn About The WELL, http://www.well.
com/aboutwell.html diakses pada tang-
Dipa, http://bpp.its.ac.id/bpp/perencanaa/ gal 21 juni 2015 jam 04:47
dipa/ diakses pada tanggal 27 mei 2015
jam 21:56 Nah ini Efek dari era reformasi, https://
twitter.com/HMI_Pekalongan/sta-
Facebooks Randi Zuckerberg: Anonymity tus/568382703399088128 diakses pada
Online Has To Go Away, http:// tanggal 28 mei 2015 jam 04:52
www.huffingtonpost.com/2011/07/27/
Cyberbully dalam Virtual Chat... OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 131
Penerapan Teknologi Informasi dan Tenth United Nations Congress on the Pre
Komunikasi untuk mendukung vention of Crime and the Treat-
pengembangan e-Government Pemer- ent of Offenders, https://www.unodc.
intah Kota Bogor 2014-2018, http:// org/documents/congress//Previous_
kominfo.kotabogor.go.id/asset/file/sop/ Congresses/10th_Congress_2000/017_
penerapan-tik-2014-2018.pdf ACONF.187.10_Crimes_Related_
to_Computer_Networks.pdf diakses
Sejarah dan latar belakang, http://www. tanggal 17 Oktober 2014 jam 10:03
lkpp.go.id/v3/#/page/3 diakses tanggal
2 Oktober 2014 jam 10:03 Toffler Interview: Information Technology
Seen as Power to Workers , http://www.
Standar Dokumen Pengadaan , http:// net4dem.org/cyrev/archive/issue6/ar-
w w w.lkpp.go.id/v2/f iles/content/ ticles/TofflerInterview/TofflerInterview.
file/26042011130711SBD_PEKER- pdf diakses pada tanggal 21 juni 2015
J A A N % 2 0 K O N S T RU K S I _ P E N - jam 01:52
GADAAN%20LANGSUNG.doc diak-
132 JURNAL PENGADAAN
BIODATA PENULIS
Ria Casmi Arrsa. Adalah peneliti pada Pusat Pengembangan Otonomi Daerah (PPOTO-
DA) Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Selain aktif didunia riset, penulis juga akti-
vis Lembaga Konsultan Hukum Rumah Keadilan (House of Justice) yang beralamat di Jl.
Kembang Kertas Kav. IX Kota Malang. Sejak 2007 penulis aktif dalam berbagai bidang
riset pemerintahan, kebijakan publik dan ekonomi terapan diantaranya: Riset Pembentu-
kan Lembaga Mediasi Perbankan Independen oleh Bank Indonesia RI, Tim Ahli Perumus
Naskah Akademik Perda Tahun Jamak (multy years) Kota Mojokerto, Tim Ahli Perumus
Naskah Akademik Raperda Bangunan Gedung, Tim Ahli Perumus Kajian Akademik Tata
Kelola Aset Daerah Kabupaten Jombang, Tim Ahli Perumus Kajian Akademik Pedoman
Investasi Pemerintah Daerah Kota Pasuruan, Tim Ahli Riset Preferensi dan Awareness
Desa Pada Proses Transformasi Badan Kredit Desa (BKD) kerjasama dengan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK-RI), Tim Ahli Kajian Akademik Studi Pemetaan Sosial Penerapan
Corporate Social Responsibility (CSR). Informasi kontak penulis melalui alamat email:
casmi87.arrsa@yahoo.com, ppotoda@gmail.com.
Richo Andi Wibowo. Alumni Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia pada Sep-
tember 2006. Kemudian, Ia kemudian menjadi pembela umum di Lembaga Konsultasi
dan Bantuan Hukum di kampus tersebut. Pada 2007, Richo melanjutkan studi Master of
Laws di Utrecht University, Belanda melalui Beasiswa Depkominfo. Sekembalinya ke
tanah air, Richo bergabung sebagai dosen Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada. Sejak tahun 2012 hingga sekarang, Richo sedang studi
doktoral di Utrecht University dengan Beasiswa DIKTI dan bantuan dari Utrecht Univer-
sity. Tema desertasinya adalah mendesain pencegahan korupsi di sektor pengadaan barang
dan jasa di Indonesia dari perspektif tata kelola pemerintahan yang baik dan perbanding-
an hukum administrasi negara antara Indonesia dengan Belanda dan Inggris. Beberapa
pemikirannya terkait dengan pencegahan korupsi, pengadaan barang/jasa, dan permber-
antasan penyakit birokorasi dapat ditemukan di jurnal dan opini surat kabar. Richo dapat
dihubungi pada richo.wibowo@ugm.ac.id.
136 JURNAL PENGADAAN
Alfian, SE, Akt, M.Si, CA. Dilahirkan di Banjarmasin, 21 Maret 1975. Selain sebagai
staf pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat juga pernah
bertugas sebagai Auditor dan Kepala Satuan Pengawasan Intern Unlam. Pendidikan S1
dan S2 diselesaikan pada Jurusan Akuntansi FE UGM Yogyakarta, dan saat ini sebagai
mahasiswa Program Doktor Ilmu Akuntansi (S3) FEB Universitas Padjadjaran Bandung.
Selain sebagai dosen juga aktif menjadi pemerhati kasus-kasus audit pengadaan barang/
jasa pemerintah, dan Barang Milik Negara/Daerah.
Nurlisa Arfani. Lahir di Medan 10 April 1971, saat ini merupakan Widyaiswara Madya
di Pusdiklat Perdagangan (2014 hingga kini). Aktif menulis di berbagai media seperti
majalah ilmiah dan surat kabar nasional. Mendapatkan keahlian dari berbagai pekerjaan
yang pernah digeluti antara lain di bidang metrologi pada saat menjadi Penera Ahli (1998-
1999). Menjadi penulis di bidang perdagangan berjangka komoditi karena sebelumnya
pernah bekerja di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi-Kementerian
Perdagangan (2000-2008). Di samping itu juga aktif menulis di bidang pengadaan barang
dan jasa dan merupakan tim perumus pada saat menyusun perubahan kedua Perpres No.
54 Tahun 2010, pada saat bertugas di LKPP (2009-2014).
PANDUAN
PAN
NDUAN UNTUK PENULIS
138 JURNAL PENGADAAN
2. Topik. 4. Abstrak.
Isi naskah disesuaikan dengan rubrik Topik Setiap naskah harus disertai abstrak dalam
Utama yang ditetapkan redaksi dan bisa bahasa Indonesia. Panjang asbtrak maksi-
juga berisi topik bebas di luar Topik Uta- mal 800 karakter dengan spasi dan hanya
ma. Tulisan dalam rubrik Esai berisi pen- terdiri dari satu paragraf yang menggam-
dalaman dan pergulatan pemikiran. Rubrik barkan esensi isi tulisan secara gamblang,
Survei berisi hasil penelitian tentang segala utuh dan lengkap.
macam persoalan sosial ekonomi yang ak-
tual. Rubrik Laporan Daerah berisi hasil 5. Catatan kaki.
pengamatan atau penelitian tentang satu Semua rujukan pada tubuh tulisan, baik
daerah tertentu di Indonesia. Rubrik Buku sumber yang merujuk langsung maupun
berisi tinjauan buku-buku baru atau lama tidak langsung, harus diletakkan dalam
yang masih relevan dengan kondisi seka- Catatan Kaki dengan urutan nama lengkap
rang. pengarang, judul lengkap sumber, tempat
terbit, penerbit, tahun terbit, dan nomor
3. Panjang. halaman, kalau perlu. Rujukan dari internet
Panjang tulisan untuk rubrik Topik Utama, harap mencantumkan halaman http secara
Survei dan Laporan Daerah, kecuali atas lengkap serta tanggal pengaksesannya.
kesepakatan dengan redaksi, maksimal
29.000 karakter dengan spasi (sekitar 4.000
Panduan Untuk Penulis OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 139
lical Literature, Berlin, Jerman, 19-22 Juni 2002). lis, 31 Oktober 2005
Evanston Public Library Strategic Plan, 2000- tock dan HT Riley (eds.), dalam the Perseus Dig-
2010: A Decade of Outreach, Evanston Public- ital Library, http:// www.perseus.tufts.edu/ cgi-
tegic-plan-00. html (diakses tanggal 1 Juni 2005) (diakses tanggal 17 November 2005)
8. Pengiriman.
Tulisan dikirim dalam dua bentuk, yaitu
1) file elektronik dan 2) naskah tercetak (2
kopi) ditujukan kepada :
INDEKS
(UU) Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU No- 68, 69, 70, 71, 74, 76, 81,
21 anonimity 108
aparatur pemerintah 1
aanwijzing 7, 15, 30, 114, 115, 66, 67, 68, 70, 71, 73, 68,
28, 29, 31, 35, 31, auditor 6, 8, 5, 6, 21, 24, 25, 26, 27,
32, 33, 50, 51, 65, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,
efektif 20, 26, 40, 53, 55, 56, 58, 60, 67, 71,
96, 98, 106, 107, gugatan 84, 85, 92, 93, 96,
hibah 25, 36 J
I jabatan 62, 65, 66, 73, 81, 107
124, 121, 127 kasasi 81, 87, 88, 92, 97, 98, 102,
inovasi 43 keadilan 55
investasi 26 kemahasiswaan 25
146 JURNAL PENGADAAN
keputusan tata usaha negara (KTUN) konfirmasi 17, 21, 24, 27, 29, 30, 33,
84 17, 18, 19
73, 74 konsistensi 75
klausul baku 74 kontrak 7, 10, 11, 20, 25, 33, 17, 18,
kolusi 2, 3, 4, 9, 94, 96, 99 62, 61, 68, 69, 70, 69, 72,
kolusi kombinasi horizontal dan vertikal 93, 96, 98, 99, 100, 101
komisi (fee) 4 kriteria 14, 17, 25, 28, 29, 30, 32,
kualifikasi 7, 12, 14, 17, 29, 33, 62 leverage 47, 51, 55, 61
kuantitas 20 litigation 82
2 M
L mahkamah agung 87, 101, 103, 109
lelang 7, 10, 12, 13, 15, 18, 19, 27, mark-up 1, 10, 11, 26, 41, 42,
90, 92, 93, 94, 98, 99, 102, masa pakai barang/jasa 4
103, 106, 113, 97, 98, 99, masyarakat 7, 14, 19, 23, 26, 29,
100, 101, 105, 106, 107, 34, 18, 19, 57, 54,
108, 109, 110, 111, 105, 55, 87, 97, 104, 107,
lembaga 23, 29, 32, 81, 82, 84, 86, medium internet 110
90, 92, 94, 98, 99, 105, 106 mekanisme peradilan 100, 102
metode persaingan 59 P
modus operandi 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, pajak pertambahan nilai (PPN) 33
13, 14, 15, 17, 18, paket pengadaan 31
19, 20, 21 panitia 1, 3, 4, 6, 8, 24, 27, 28, 30,
monopoli 108, 112 31, 33, 34, 17, 29, 30, 85,
moral 9, 119, 120 88, 90, 113, 97, 98, 99, 100,
N 101, 102, 103, 110, 113,
negosiasi 19, 60 105, 108, 111, 112, 113,
nilai jaminan 18 111, 112, 113, 114, 115,
nonakademik 23 116, 119, 122, 123
normal proceeding 97 pasal 6, 7, 5, 7, 21, 31, 18, 73, 68,
nota kesepakatan 59, 65 81, 88, 101, 111, 112, 117,
O 118
observasi 6, 5, 30, 60 PBJ (pengadaan barang dan jasa)
online 60, 97, 98, 99, 102, 2
103, 106, 113, 121, pegawai negeri 30, 87
124 pejabat 8, 24, 28, 29, 30, 31, 33
on-the-spot 31 pejabat pembuat komitmen (PPK)
operational audit 8 4
opname fisik 19 pejabat pengadaan 6, 28, 30, 31
organisasi 4, 25, 29, 31, 37, pekerjaan 7, 11, 20, 21, 26, 33, 18, 19,
105 28, 30, 31, 33, 37, 38, 41,
otonomi 23, 25, 33, 54, 104 42, 43, 44, 49, 50, 51, 52,
overhaul 50
Indeks OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 149
55, 56, 58, 56, 59, 65, 66, penelitian 36, 98, 102, 103,
18, 19, 25, 26, 28, 30, 32, Pengadilan Negeri Sampang 84,
6, 5, 60 75
58 post-audit 20
persetujuan walikota 68 80
perusahaan 32, 18, 94, 99, 108, 97, 100, 101, 103,
Indeks OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1 151
R risiko kecurangan 6
56, 58, 72 S
rantai distribusi pemasaran 59 sanggahan 19, 34, 17
studi 65 96
tridharma 35 W
U wanprestasi 73
UNCAC 81, 82 Y
undangan 30, 31, 32, 59, 62, yurisdiksi 84, 85
University of Amsterdam 96
unsur pidana 73
urgensi 65
93
UU kekuasaan kehakiman 81
V
vendor 99, 112
humas@lkpp.go.id
www.lkpp.go.id
9 772089 286132