Persiapan Operasi PDF
Persiapan Operasi PDF
PERSIAPAN OPERASI
Oleh
Hartiningsih
Pada dasarnya dalam pelaksanaan operasi pada hewan jugs diperlukan suatu usaha
yang dapat melindungi luka dari kontaminasi dan infeksi bakteri sebagaimana manusia.
Sumber kontaminasi bakteri dapat berasal dari pasien, lingkungan (udara, ruang dan fasilitas
yang tersedia untuk keperluan operasi), bahan dan alat-alat operasi, serta anggota team
operasi. Untuk melindungi dan atau untuk mencegah agar luka tidak terkontaminasi atau
terinfeksi bakteri sehingga luka operasi yang dibuat diharapkan dapat mengalami
kesembuhan primer, diperlukan usaha yang dapat menghalangi masuknya organisme
pengganggu antara lain dengan cara melakukan operasi di dalam operasi yang memadai,
sterilitas peralatan, bahan dan perlengkapan operasi, persiapan operator, pembantu
operator dan orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan operasi, serta pasien sesuai
dengan prosedur yang aseptik.
Ruang Operasi
Ruang yang digunakan untuk operasi harus terang, berdinding, lantai dan langit-
langit yang bersih, sirkulasi udara minimal, dan jendela yang selalu tetap tertutup. Ruang
operasi hanya difungsikan sebagai tempat operasi, tidak menjadi tempat lalu lalang dan
orang yang tidak terlibat dalam pelaksanaan operasi tidak diperbolehkan memasuki ruang
operasi. Ruang operasi sebaiknya terletak berdekatan dengan ruang pencukuran pasien.
Scalpel
Scalpel merupakan slat untuk mengiris jaringan yang terdiri dari batang scalpel dan
pisau scalpel (blade). Pada awalnya antara batang dan pisau melekat menjadi satu, namun
sekarang banyak tersedia bermacam-macam pisau scalpel yang dapat dilepas dari
Gunting benang
Gunting untuk benang biasanya pendek, lebih berat, bladenya mempunyai sisi
ketajaman yang bergerigi. Fungsinya untuk memotong benang (katun, sutera, nilon, dan
stainless steel).
Gunting untuk mengambil benang operasi biasanya lebih ringan, tajam, ujungnya
tipis, dan di dekat ujung gunting dari salah satu blade (di bagian ketajaman) terdapat lekukan
ke dalam yang berfungsi untuk mengangkat benang operasi yang diambil/dihilangkan dari
jaringan.
Tissue forceps
Allis Tissue-forceps
Allis forceps merupakan alat untuk menjepit jaringan/organ tidak berlumen,
mempunyai kekuatan menjepit maksimal tetapi hanya menimbulkan trauma jaringan
minimal. Jaringan yang kontak dengan Allis forceps hanya sedikit dan posisi bagian jaringan
yang dijepit dengan Allis forceps saling tegak lurus.
Vulsellum forceps
Vulsellum forceps merupakan forceps yang mempunyai ujung penjepit runcing
sehingga kemampuan untuk memegang jaringan lebih kuat dan trauma jaringan yang
ditimbulkan juga lebih berat.
Alligator forceps
Alligator forceps merupakan forceps yang di bagian ujung tipsnya terdapat engsel
dan berfungsi untuk membuka dan menutup ujung forceps. Karena strukturnya yang unik
maka forceps dapat disisipkan melalui celah yang sempit untuk menjepit jaringan yang
terletak di dalam ( suatu hal yang tidak mungkin dilakukan apabila digunakan forceps lain,
karena forceps lain umumnya mempunyai engsel di bagian sentral/tengah).
Serrefine forceps
Suatu forceps yang berfungsi untuk hemostatik selama nefrotomi, digunakan secara
temporer untuk menghentikan aliran darah pada pembuluh darah yang berukuran medium.
Tipsnya mendatar, permukaan sebelah dalam bergerigi dan bagian luarnya berbentuk
konveks.
Benang operasi
Benang operasi berfungsi untuk mempertautkan tepi luka dan ligasi pembuluh
darah. Sifat benang operasi yang ideal antara lain tidak menimbulkan reaksi jaringan atau
reaksi jaringan yang ditimbulkan minimal, mudah dalam perawatan dan penggunaannya,
monofilamen atau nonkapiler, mudah disterilisasi, tidak mudah putus meskipun berukuran
kecii, simpul tidak mudah kendor/lepas, tidak mengiris jaringan, sisa benang setelah terlarut
tidak berbahaya bagi tubuh, dan ekonomis. Pemilihan benang untuk menjahit tepi luka irisan
umumnya didasarkan pada jaringan yang akan dijahit, laju recovery jaringan yang terluka
(kondisi luka), dan kekuatan benang (mengenal sifat bahan benang).
Selama 3-4 hari setelah luka irisan dijahit, pertautan tepi luka sepenuhnya masih
tergantung pada benang yang digunakan untuk menjahit, karena jaringan fibroblas tidak
akan mencapai perkembangan maksimumnya sampai hari 10-14. Dalam memilih benang
untuk menjahit luka yang perlu dipertimbangkan adalah 1). kemampuan jaringan untuk
menahan benang sehingga jaringan tersebut tidak robek akibat teriris benang yang
digunakan untuk menjahit, dan 2). kekuatan tarikan benang untuk menahan jaringan
(benang tidak putus). Sebagai contoh jaringan lunak, kulit dan fascia mempunyai
kemampuan menahan benang paling besar, sedangkan lemak kemampuannya minimal.
Muskulus mempunyai kekuatan menahan tarikan benang yang lebih besar apabila jahitan
ditempatkan dalam posisi berseberangan dengan alur serabut muskulus, dan kekuatannya
berkurang apabila dijahit search dengan alur serabut muskulus.
Sifat benang operasi yang ideal antara lain tidak menimbulkan reaksi jaringan atau
reaksi jaringan yang ditimbulkan minimal, mudah dalam perawatan dan penggunaannya,
monofilamen atau nonkapiler, mudah disterilisasi, tidak mudah putus meskipun berukuran
kecil, simpul tidak mudah kendor/lepas, tidak mengiris jaringan, sisa benang setelah terlarut
tidak berbahaya bagi tubuh, dan ekonomis. Sampai sekarang benang operasi yang ideal
Catgut.
Diameter benang mulai dari 6/0 sampai dengan 3. Benang catgut berasal dari
lapisan submukosa usus domba atau lapisan serosa usus saps yang dimurnikan dan
disterilisasi. Catgut diklasifikasikan berdasar derajad chromichisasi. Ada 4 macam catgut
yaitu : catgut type (catgut plain atau tanpa chromichisasi), catgut type B (mild chromic
treatment), catgut type C (medium chromic treatment), dan catgut type D (extra chromic
treatment). Adapun maksud pemrosesan dengan asam chromic tersebut adalah untuk
memperlama waktu penyerapan dan menurunkan intensitas reaksi jaringan terhadap catgut.
Catgut type A diserap dalam 3-7 hari, type B dalam 20 hari, dan type D dalam 40 hari. Laju
penyerapan benang catgut selain ditentukan oleh derajad chromichisasi, juga tergantung
pada kondisi jaringan (normal, terinfeksi, banyak cairan), macam jaringan yang dijahit, dan
kondisi pasien. Penggunaan benang catgut pada luka terinfeksi dapat mempercepat proses
supurasi dan benang akan diserap lebih awal, demikian juga jika digunakan dalam jaringan
yang mempunyai suplai darah melimpah. Benang chromic type C apabila digunakan untuk
menjahit otot seran lintang dapat tetap utuh dalam waktu 10-20 hari, tetapi jika kondisi
lingkungan tidak normal maka benang diserap dalam wakltu 6-10 hari. Benang catgut dalam
kondisi kering mempunyai days regang yang lebih besar dibandingkan dengan katun dan
sutera, namun kekuatannya berkurang lebih cepat ketika berada di dalam jaringan. Benang
juga akan lebih cepat diserap jika pasien sensitif terhadap benang. Benang catgut chromik
umumnya digunakan untuk menjahit :
1. lapisan mukosa traktus gastrointestinal, vesika urinaria, kandung empedu
2. jaringan parenkim hepar dan kelenjar mamaria
Benang kolagen.
Terbuat dari tendo sapi, mempunyai ukuran seragam, manfaatnya sebaik catgut
tetapi reaksi jaringan yang ditimbulkan lebih ringan dari pada catgut.
Benang tidak diserap dapat digunakan untuk menjahit jaringan/organ dalam dengan
hasil yang baik karena sebagai benda asing benang tersebut akan terkapsulasi. Oleh karena
itu apabila digunakan untuk menjahit jaringan/organ dalam sebaiknya dipilih benang yang
berukuran kecil, model jahitan interupted dan simpul sederhana.
Benang sutera
Benang sutera dibuat dari larva ulat sutera. dihilangkan getah dan lilin alaminya
kemudian dipintal dan dicelum dalam larutan perwarna. Benang sutera tersedia dalam
ukuran 9-0 sampai 5, mempunyai kekuatan yang cukup moderat dalam menahan daya
regang jaringan, dalam 2 minggu kekuatannya berkurang 30%, dalam 1 bulan berkurang
60%, dan dalam 6-12 bulan hampir seluruh kekuatannya hilang. Namun kekuatan benang
akan cepat hilang apabila digunakan dalam lingkungan yang banyak mengandung cairan.
Benang sutera juga dapat digunakan untuk menjahit jaringan atau organ dalam, dan
penggunaannya akan berhasil balk (terkapsulasi) jika digunakan untuk menjahit jaringan
steril. Penggunaannya untuk menjahit jaringan/organ dalam kadang-kadang menimbulkan
granulasi atau kista. Kista tersebut dapat pecah atau membentuk fistula, dan luka tidak akan
sembuh sampai benang diambil. Reaksi tersebut umumnya akibat efek iritasi dan substansi
yang digunakan dalam pemrosesan benang (pewarna, parafin/lilin, atau minyak).
Benang sutera dapat digunakan untuk menjahit jaringan cardiovaskuler,
opthalmicus, gastrointestinal. vesika urinaria. Jika digunakan untuk menjahit organ berlumen
(gastrium, intestinum, dan vesika urinaria) sebaiknya simpul jahitan tidak ditempatkan di
dalam rongga organ berlumen, karena di dalam lumen gastrium dan intestinum dapat
menyebabkan ulcerasi, dan jika ditempatkan di dalam rongga vesika urinaria dapat berperan
sebagai nidus kalkuli urinarius.
Benang katun
Benang katun dibuat dari bahan kapas, mempunyai ukuran 5-0 sampai 2. Kelebihan
benang katun adalah ditolerir jaringan, iritasi yang ditimbulkan lebih ringan dibanding benang
sutera, linen dan catgut, harganya murah, mudah disterilisasi, lembut, mudah dihandle, dan
simpulnya tidak mudah lepas. Kekurangannya adalah bersifat kapiler, dibanding benang
tidak diserap lainnya benang katun lebih sulit di handle, tensile strengt lebih rendah, dan
mudah lengket pada sarung tangan yang basah. Seperti benang sutera, benang katun jugs
dapat menyebabkan terbentuknya sinuses, fitstula dan pustula.
Benang sintetis
Benang tidak diserap sintetis adalah benang nilon, polimer caprolactum, serabut poliester,
polietilen, dan polipropilen. Benang tidak diserap sintetis monofilamen tidak bersifat kapiler,
reaksi jaringan yang ditimbulkan minimal, mempunyai tensile strengt tinggi (ulet), beberapa
jenis benang sintetis bersifat elastis sehingga mampu menyesuaikan dengan jaringan yang
membengkak. Kekurangan benang sintetis adalah benang cenderung kaku. dan simpul
mudah kendpr atau lepas.
Nilon
Benang nilon adalah poliamid polimer, bersifat monofilamen, nonkapiler, elastis,
permukannya halus, reaksi jaringan yang ditimbulkan minimal (lebih ringan dari sutera),
mempunyai tensile strengt tinggi dan lebih ulet dari sutera, mudah dihandle (meskipun
sedikit lebih sulit dihandle dari pada benang tidak diserap lainnya, kecuali stainless steel),
paling sering digunakan untuk menjahit kulit Kekurangan benang nilon adalah simpul
cenderung mudah selip, oleh karena itu agar simpul tetap aman maka hanya dianjurkan
untuk menggunakan simpul square, dan sisa benang dipotong relatip panjang. Simpul Jika
digunakan untuk menjahit jaringan/organ dalam, ujung potongan yang tajam dan panjang
dapat mengiritasi jaringan dan memprovokasi reaksi jaringan. Granny dan surgeon
sebaiknya tidak digunakan. di dalam jaringan benang didegradasi 15% pertahun.
Pemilihan benang secara klinis
Pemilihan benang tergantung pada sifat fisik benang, sifat biologis benang, dan
komposisi kimia benang.
Sifat fisik benang. Sifat fisik benang ditentukan oleh daya tahan, handling, dan sterilisasi
benang.
Daya tahan benang umumnya berkaitan dengan kekuatan jaringan di sepanjang luka
yang dijahit, laju kesembuhan jaringan yang dijahit, dan adanya infeksi. Untuk menjahit luka
terinfeksi atau luka pada jaringan yang banyak vaskularisasinya sebaiknya digunakan
benang sintetik monofilamen dari pada catgut, atau benang diserap monofilamen karena
kekuatannya hampir sama dengan kekuatan jaringan. Daya tahan benang di dalam jaringan
Sterilisasi kimiawi
Sterilisasi kimiawi biasanya digunakan untuk mensterilkan alat-alat tajam karena
tidak menyebabkan tumpul, tetapi dapat menyebabkan korosif terutama jika digunakan
larutan alkohol atau formalin. Kebanyakan bahan kimia yang digunakan sebagai desinfektan
alat-alat tidak mampu membunuh spora maka untuk mengatasi kemungkinan adanya
organisme pembentuk spora perlu dilakukan sterilisasi menggunakan autoclaving atau
dalam air mendidih.
Teknik suntikan
1. Kulit di tempat yang akan disuntik dipegang dengan ibu jari dan telunjuk
kemudian dilipat atau dijepit. Selanjutnya lipatan kulit tersebut diangkat ke atas. Kapas
yang sudah dibasahi antiseptik (alkohol 70 %) kemudian dioleskan di tempat yang
akan disuntik.
2. Setelah jarurn ditusukkan (usahakan batang jarum ditusukkan sampai pangkal
jarum), kulit yang dilipat dilepaskan, ibu jari dan telunjuk kemudian digunakan untuk
memegang jarum yang masih terbenam di jaringan subcutan.
3. Larutan/obat dicurahkan pada jaringan subcutan.
Tempat Suntikan
Tempat suntikan intra vena pada anjing biasanya dilakukan melalui vena cephalica
dan tarsal recurrent. Dalam keadaan darurat atau kondisi terbius suntikan juga dapat
dilakukan pada vena sub lingualis atau vena jugularis. Pada anak anjing biasanya dilakukan
melalui vena jugularis. Pada kucing melalui vena femoralis dan cephalica, pada hewan besar
melalui vena jugularis dan auricularis, dan pada babi melalui vena auricularis dan marginalis.
Teknik Suntikan
1. Untuk menahan/membendung aliran vena, torniquet ditempatkan di proksimal vena
yang akan ditusuk, atau dibendung dengan ibu jari salah satu asisten.
2. Pada suntikan vena cephalica, ibu jari ditempatkan di atas siku dan digunakan untuk
menekan vena, sedangkan keempat jari Iainnya berada di bawah (siku) memegangi
kaki tersebut. Dengan memegang kaki di bagian tersebut, restrain kaki menjadi lebih
efektif sehingga anjing mengalami kesulitan melakukan gerakan yang menghentak
dan dislokasi jarum juga dapat dihindari. Sedangkan tangan yang satu (kiri)
memegang bagian leher atas untuk menahan gerakan kepala (lihat pada gambar).
3. Ada bermacam-macam cara penusukan jarum suntik ke dalam vena yaitu :
jarum disuntikan dan sisi samping vena
jarum disuntikan langsung di atas vena
sudut kemiringan jarum menghadap ke atas
sudut kemiringan jarum menghadap ke bawah
Pada suntikan melalui sisi samping vena, jarum ditusukkan pada kulit tepat di sisi
samping vena, kemudian jarum didorong masuk jaringan subcutan sepanjang arah vena,
selanjutnya jarum digerakan ke arah lateral sehingga menembus dinding vena.
Tempat suntikan
Tempat suntikan dipilih pada bagian yang ototnya tebal. Pada anjing, kucing dan
beberapa hewan besar, suntikan biasanya dilakukan pada muskulus biceps femoris atau
muskulus semimembranosus. Pada kuda suntikan sering jugs dilakukan di daerah leher,
pada babi suntikan di daerah gluteal dan leher, sedang pada unggas disuntikkan di sekitar
krista sterni.