Modul Mokar
Modul Mokar
BAB I
PENDAHULUAN
a. Karakteristik kinerja antara daya indikatif (Ni), daya efektif (Ne), dan daya
mekanik (Nm) terhadap putaran.
b. Karakteristik kinerja antara torsi terhadap putaran.
c. Karakteristik kinerja antara Mean Effective Pressure (MEP) terhadap putaran
d. Karakteristik kinerja antara Spesific Fuel Consumption (SFC) terhadap putaran
e. Karakteristik kinerja antara efisiensi indikatif (i), efisiensi efektif (e), efisiensi
volumetrik (v) terhadap putaran
f. Karakteristik kinerja antara kandungan CO, CO2, O2, dan N2 dalam gas buang
terhadap putaran.
g. Putaran terhadap keseimbangan panas.
2. Evaluasi data karakteristik kinerja tersebut dengan membandingkannya dengan
karakteristik kinerja yang bersesuaian yang ada dalam buku referensi.
3. Menggambarkan diagram Sankey, yaitu diagram yang menggambarkan keseimbangan
panas yang terjadi pada proses pembakaran pada motor bakar.
4. Mengetahui pembakaran sempurna atau tidak yang ditunjukkan dengan emisi gas
buang berupa karbon monoksida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Torak bergerak dari posisi TMA (titik mati atas) ke TMB (titik mati
bawah), dengan KI (katup isap) terbuka dan KB (katup buang) tertutup. Karena
gerakan torak tersebut maka campuran udara dengan bahan bakar pada motor
bensin atau udara saja pada motor diesel akan terhisap masuk ke dalam ruang
bakar.
b. Langkah Kompresi (Compression Stroke)
Torak bergerak dari posisi TMB ke TMA dengan KI dan KB
tertutup.Sehingga terjadi proses kompresi yang mengakibatkan tekanan dan
temperatur di silinder naik.
c. Langkah Ekspansi (Expansion Stroke)
Sebelum posisi torak mencapai TMA pada langkah kompresi, pada motor
bensin busi dinyalakan, atau pada motor diesel bahan bakar disemprotkan ke
dalam ruang bakar sehingga terjadi proses pembakaran. Akibatnya tekanan dan
temperatur di ruang bakar naik lebih tinggi. Sehingga torak mampu melakukan
langkah kerja atau langkah ekspansi. Langkah kerja dimulai dari posisi torak pada
TMA dan berakhir pada posisi TMB saat KB mulai terbuka pada langkah buang.
Langkah ekspansi pada proses ini sering disebut dengan power stroke atau
langkah kerja.
d. Langkah Buang
Torak bergerak dari posisi TMB ke TMA dengan KI tertutup dan KB terbuka.
Sehingga gas hasil pembakaran terbuang ke atmosfer. Skema masing masing
langkah gerakan torak di dalam silinder motor bakar 4 langkah tersebut
ditunjukkan dalam gambar 2.1.
Setelah torak mencapai TMB maka torak kembali menuju TMA. Dengan
gerakan ini, sebagian gas sisa yang belum terbuang akan didorong keluar
sepenuhnya yang disebut Scavenging. Selain itu, gerakan piston yang turun menuju
TMA menyebabkan terjadinya kompresi yang kemudian akan dilanjutkan dengan
pembakaran setelah lubang isap tertutup oleh torak.
Dalam siklus udara standar langkah buang dan langkah isap tidak diperlukan karena
fluida kerja udara tetap berada didalam silinder. Apabila tekanan gas dan volume silinder
secara bersamaan pada setiap posisi torak dapat diuraikan maka dapat digambarkan siklus
aktual motor bensin yang bentuknya seperti ditunjukkan pada gambar.
dimana :
Ni : Daya Indikatif (PS)
Pi : tekanan indikasi rata-rata (kg/cm)
. D2. L
Vd : volume langkah satu silinder = (m)
4
dimana :
Ne : Daya Efektif (PS)
T : Torsi (kg . m)
n : putaran (rpm)
dimana :
Nm : Daya Indikatif (PS)
Ne : Daya efektif (PS)
Nf : Daya mekanis (PS)
Neo 0,45 z
MEP Pe
Vd i n (2-4)
6. Beberapa Indikator Kerja yang lain, misalnya konsumsi bahan bakar spesifik (SFC),
kandungan polutan dalam gas buang dan neraca panas.Indikator operasional motor
bakar menunjukkan kondisi operasi dimana motor bakar tersebut dioperasikan. Dua
jenis indikator operasional sebagai variabel bebas dalam pengujian karakteristik
kinerja suatu motor bakar adalah :
1) Putaran kerja mesin (rpm)
2) Beban mesin / Daya efektifnya (Ne) pada putaran kerja konstan
Pengujian motor bakar dengan putaran mesin sebagai variabel bebas digunakan
untuk mesin mesin transportasi, yang biasanya beroperasi pada putaran yang berubah
ubah. Sedangkan pengujian motor bakar dengan daya efektif sebagai variabel bebas pada
putaran konstan digunakan pada motor bakar stasioner yang biasanya beroperasi pada
putaran konstan, terutama pada mesin penggerak generator listrik.
Pada pengujian dengan putaran mesin sebagai variabel bebas, jenis karakteristik
kinerja yang sering diperlukan adalah :
1) Daya indikatif (Ni), daya efektif (Ne), dan daya mekanik (Nm)
terhadap putaran.
2) Torsi (T) terhadap putaran
3) Mean Efektif Pressure (MEP) terhadap putaran
4) Spesific Fuel Consumption (SFC) terhadap putaran
5) efisiensi indikatif (i) ,efesiensi efektif (e), efesiensi mekanis
(m), efisiensi volumetrik (v) terhadap putaran
6) Komposisi CO2, CO , O2 , dan N2 dalam gas buang terhadap putaran
7) keseimbangan panas terhadap putaran.
Rentang besar putaran dalam pengujian tersebut mulai dari putaran minimum
sampai melewati kondisi besar daya maksimum mesin.
Gambar 2.7 Grafik Hubungan Daya Poros, Momen Putar, dan SFC terhadap Putaran
Sumber: Arismunandar (1975, p.61)
b. Hubungan Spesific Fuel Consumption terhadap Putaran
Dari gambar 2.7 terlihat bahwa pemakaian bahan bakar yang dimaksud
adalah jumlah putaran/ jumlah sirkulasi bahan bakar yang diperlukan untuk daya
yang dihasilkan dan grafik antara spesific fuel consumption dengan putaran
cenderung mengalami penurunan. Namun setelah mencapai titik optimum kembali
mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan konsumsi bahan bakar yang cenderung
tinggi karena diperlukan daya yang besar untuk penggerak awal mesin. Pada
putaran setelah titik optimum, grafik mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan
pembakaran kurang sempurna sehingga daya mengalami penurunan, inilah yang
menyebabkan SFC meningkat. Selain itu dengan naiknya putaran maka daya yang
dibutuhkan semakin besar
c. Hubungan Daya Poros terhadap Putaran
Pada grafik terlihat bahwa semakin tinggi nilai putaran maka daya poros
mengalami peningkatan sampai mencapai titik maksimum (titik dimana putaran
poros lebih rendah daripada putaran dimana daya indikatornya maksimum),
kenaikkan itu menunjukkan semakin besarnya daya efektif akibat dari daya indikasi
yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar semakin besar akibat putaran yang
terus bertambah. Kemudian mengalami penurunan pada putaran yang lebih tinggi.
Hal ini disebabkan karena adanya gesekan antara piston dengan silinder dalam
ruang bakar, pada bantalan, roda gigi, daya untuk menggerakkan pompa bahan
bakar, generator, pompa air, katup,dsb. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar
putaran menyebabkan gesekan yang terjadi juga besar, sehingga beban daya yang
harus ditanggumg daya indikasi semakin besar dan berpengaruh pada daya efektif
2.4.2 Hubungan Daya Indikatif, Daya Mekanis, dan MEP terhadap Putaran
Kerugian pembuangan
Gas buang yang bertemperatur 300o 600o C, merupakan kerugian karena
panas/kalor tersebut tidak dimanfaatkan. Selain itu, karena perbedaan temperatur
didalam sistem lebih tinggi dibandingkan diluar sistem, menyebabkan temperatur
tersebut berpindah / keluar ke lingkungan
Kerugian Pendinginan
Silinder, katup-katup, dan torak akan menjadi panas karena berkontak
langsung terhadap gas panas yang bertemperatur tinggi, sehingga dibutuhkan fluida
pendinginan berupa air dan udara untuk menjaga komponen tersebut agar tidak
rusak, pendinginan ini merupakan kerugian juga karena banyaknya kalor / panas
yang hilang akibat diserap oleh fluida pendinginannya
Kerugian Mekanis
Merupakan kerugian gesekan yang diubah dalam bentuk kalor yang
merupakan beban pendingin.
Pada sistem VVA terdapat camshaft yang berfungsi sebagai penggerak dari Low
Rocker Arm dan High Rocker Arm yang terhubung pada katup pemasukan bahan bakar
atau in valve. Pada saat mesin masih memiliki putaran rendah, yang bekerja sebagai
pengatur in valve adalah low rocker arm sehingga pembukaaan katup bahan bakar masih
kecil. Tetapi pada saat putaran tinggi maka pembukaan katup bahan bakar diatur oleh high
rocker arm. Perpindaahan ini diakibatkan karena adanya selenoid. Selenoid yang
kemungkinan berupa electromagnetic ini mendapat aliran arus listrik atas perintah ECU
pada saat putaran mesin diatas 6000 rpm, akibatnya pin selenoid menekan Syncronizing
Pin dan akhirnya gerakan naik turunnya Low Rocker Arm seirama dengan High Rocker
Arm sehingga buka tutupnya In Valve lebih besar.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
2Pelaksanaan Praktikum
1 Instalasi Percobaaan Motor Diesel
Peralatan praktikum yang tersedia adalah instalasi percobaan (test rig) lengkap,
yang terdiri dari :
Instalasi Percobaan Motor Diesel
Unit Motor Diesel sebagai obyek percobaan / penelitian.
Instrumen pengukur berbagai variabel yang diperlukan (barometer, higrometer,
aeorometer, orsat apparatus).
Peralatan bantu seperti instalasi air pendingin dan penyaluran gas buang.
Unit motor bakar yang digunakan adalah motor diesel dengan 4 silinder, dengan
spesifikasi sebagai berikut :
o Siklus : 4 langkah
o Jumlah silinder : 4
o Volume langkah torak total : 2164 cm3
o Diameter silinder : 83 mm
o Panjang langkah torak : 100 mm
o Perbandingan kompresi : 22 : 1
o Bahan bakar : Dexlite
o Pendingin : Air
o Daya Poros : 47 BHP / 3200 rpm
o Merk : Nissan, Tokyo Co.Ltd.
o Model : DWE 47 50 HS AV
o Negara pembuat : Jepang
b Barometer
Digunakan untuk mengukur tekanan atmosfer (mmHg).
c Aerometer
Digunakan untuk mengukur massa jenis bahan bakar (kg/m3).
d Flash Point
Digunakan untuk mengetahui titik nyala api suatu bahan bakar (oC).
f Stopwatch
Digunakan untuk mengetahui waktu konsumsi bahan bakar (s)
g Hygrometer
Digunakan untuk mengukur kelembaban relatif udara (%).
h Dynamometer
Digunakan untuk mengetahui gaya pembebanan pada poros (Kg).
iTachometer
Digunakan untuk menghitung putaran mesin (rpm)
lManometer
Digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan dalam system (mmH2O).
m Viscometer
Digunakan untuk mengukur viskositas fluida ().
n Bomb calorimeter
Digunakan untuk mengetahui kalor bahan bakar (Kcal/Kg)
7 Setelah 5 7 kali kembalikan posisi larutan III ke posisi acuan pada saat set awal dan
tutup keran C setelah didapatkan posisi yang diinginkan.
8 Baca kenaikan permukaan air yang ada pada tabung ukur C. Kenaikan permukaan air
merupakan volume CO2 yang ada pada 50 ml gas buang yang kita ukur.
9 Untuk mengukur kandungan O2 dan CO ulangi langkah 6 dan langkah 7 untuk keran B
dan keran A pada tabung II dan tabung I.
10 Baca kenaikan permukaan air pada tabung ukur C dengan acuan dari tinggi permukaan
air sebelumnya.
2. Daya Efektif
T n
Ne
716,2 (PS) (3-2)
Dimana : n : putaran (rpm)
Ne : daya efektif (PS)
T : momen torsi (kg.m)
749 273
k
Pa Pw 293 ;
Pw .Ps
5. Fuel Consumption
V 3600
FC
t 1000 (kg/jam) (3-5)
dexlite = 0,836 gr/mL
Dimana : FC : Konsumsi bahan bakar (kg/jam)
V : Volume bahan bakar (ml)
: Massa jenis bahan bakar (gr/ml)
T : Waktu konsumsi bahan bakar (s)
LHV BahanBakar
: Low Heating Value (kcal/kg)
a o .
Pa .Ps 273
. w
760 273 (3-7)
8. Koefisien Udara
P1 P2
P1 (3-8)
Dimana : P1 P : beda tekanan pada nozzle (mmH2O)
P1 : tekanan atmosfer saat pengujian (mmHg)
: koefisien udara
. . .d 2
Gs 2.g. a P1 P2
4 (kg/s) (3-9)
Dimana : Gs : Massa alir udara melalui nozzle (kg/s)
: Koefisien kemiringan nozzle = 0,822
: Koefisien udara
d : diameter nozzle = 0,048 m
g : Gaya gravitasi = 9,81m/s2
a : Berat jenis udara (kg/m3)
P 1 P 2 : Perbedaan tekanan pada nozzle
g
12. Efisiensi kerugian dalam exhaust manifold ( )
Qeg
g x100%
Qb (3-12)
g
Dimana : : efisiensi kerugian (%)
Qeg : panas yang terbawa gas buang (kcal/jam)
Qb : panas hasil pembakaran (kcal/jam)
Qw
w x100%
Qb (3-14)
Dimana :
w : efisiensi kerugian panas (%)
Qw : kerugian panas pendinginan (kcal/jam)
Qb : panas hasil pembakaran (kcal/jam)
Dimana :
e : efisiensi efektif (%)
Ne : daya efektif (PS)
Qb : panas hasil pembakaran (kcal/jam)
f
16. Efisiensi Friction ( )
f 100% g w e
(3-16)
f
Dimana : : efisiensi gesekan (%)
g
: efisiensi kerugian gas buang (%)
LHVBahanBakar
Dimana : : Low Heating Value (kcal/kg)
FC : konsumsi bahan bakar (kg/jam)
f xQf
Nf
100% (3-18)
Dimana : Nf : daya mekanis (PS)
f
: efisiensi gesekan (%)
Qf : kerugian karena gesekan (PS)
Dimana :
i : efisiensi indikasi (%)
Ni : daya indikasi (PS)
Qb : panas hasil pembakaran (kcal/jam)
Dimana :
m : efisiensi mekanis (%)
Ni : daya indikasif (PS)
Ne : daya efektif (PS)
Dimana :
v : efisiensi volumetric (%)
z : jumlah poros engkol
Vd : volume engkol (m3)
I : langkah mesin
Gs : massa alir udara melalui nozzle (kg/s)
n : putaran poros (rpm)
M O2 3,76 M N 2
4 4
Ro ( A / F ) s
MC M H
Ne st A.Ne
(3-31)
Dimana :
Ne st : daya efektif standar (PS)
A : faktor koreksi
Ne : daya efektif (PS)
T st A.T
(3-32)
Dimana :
T st : torsi efektif standar (kg.m)
A : faktor koreksi
T : torsi (kg.m)
SFCe st SFCe
A (3-33)
Dimana :
SFCe st : Pemakaian Bahan Bakar Efektif Standar
Vo 2
% O2 =
Veg x 100% (3-35)
Vco
% CO = Veg x 100% (3-36)
VN 2
% N2 = Veg x 100% (3-37)
Dimana : VCO2 : Volume CO2
VO2 : Volume O2
VCO : Volume CO
VN2 : Volume N2
Veg : Volume exhaust gas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Daya Efektif
T n
Ne
716,2 (PS)
8,59 x 1650
716,2
19,79 PS
Dimana : n : putaran (rpm)
Ne : daya efektif (PS)
T : momen torsi (kg.m)
= 0.91 x 31,83
= 28.9653 mmHg
749 273
k
Pa Pw 293
749
71528,9652
273+ 28
293
1,110
5. Fuel Consumption
V 3600
FC
t 1000 (kg/jam)
30 3600
x 0,836 x
17 1000
5.31 kg/ jam
dexlite = 0,836 gr/mL
Dimana : FC : Konsumsi bahan bakar (kg/jam)
V : Volume bahan bakar (ml)
: Massa jenis bahan bakar (gr/ml)
T : Waktu konsumsi bahan bakar (s)
LHV BahanBakar
: Low Heating Value (kcal/kg)
a o .
Pa .Ps 273
. w
760 273
(715( 0,91 x 31,83 )) 273
1,293 x x +(0.91 x 0.02878)
760 273+28
= 1,086
Dimana : Pa : Tekanan atmosfer pengukuran (mmHg)
Ps : Tekanan udara standard pada temperatur tertentu (mmHg)
: Relative Humidity / Kelembapan Relatif (%)
o : Berat jenis udara kering pada 760 mmHg
: Temperatur bola kering(oC)
8. Koefisien Udara
P1 P2
P1
16
715 x 13,6
0,001645
Berdasarkan nilai = 0,00715 , maka nilai berdasarkan tabel, dapat dicari
menurut interpolasi.
0,10,001645 0,969
=
0,10 0.9691
=0,98355
. . .d 2
Gs 2.g. a P1 P2
4 (kg/s)
(0,822)(0,98355)(3,14)(0,048)2
4
2(9,81)(1,086)(16)
= 0,0269 kg/s
Dimana : Gs : Massa alir udara melalui nozzle (kg/s)
: Koefisien kemiringan nozzle = 0,822
: Koefisien udara
d : diameter nozzle = 0,048 m
g : Gaya gravitasi = 9,81m/s2
a : Berat jenis udara (kg/m3)
P 1 P 2 : Perbedaan tekanan pada nozzle
17817,83 kcal/kg.oC
Dimana : Cpg : panas jenis gas buang (kcal/kg.oC)
Teg : suhu gas buang (C)
Tud : temperatur(C)
Gg : massa alir gas buang (kg/s)
Qeg : panas yang terbawa gas buang (kcal/jam)
g
12. Efisiensi kerugian dalam exhaust manifold ( )
Qeg
g x100%
Qb
17817,83
x 100
55766.12
31.9507
g
Dimana : : efisiensi kerugian (%)
Qeg : panas yang terbawa gas buang (kcal/jam)
Qb : panas hasil pembakaran (kcal/jam)
33,2580
Dimana :
w : efisiensi kerugian panas (%)
Qw : kerugian panas pendinginan (kcal/jam)
Qb : panas hasil pembakaran (kcal/jam)
Dimana :
e : efisiensi efektif (%)
Ne : daya efektif (PS)
Qb : panas hasil pembakaran (kcal/jam)
f
16. Efisiensi Friction ( )
f 100% g w e
100 ( 321,9507+33,2580+22,4332 )
12,36
f
Dimana : : efisiensi gesekan (%)
g
: efisiensi kerugian gas buang (%)
= 88,24 kcal/jam
LHV BahanBakar
Dimana : : Low Heating Value (kcal/kg)
FC : konsumsi bahan bakar (kg/jam)
Ni
i 632 100%
Qb
30,70
x 632 x 100
55766
34,7913
Dimana :
i : efisiensi indikasi (%)
Ni : daya indikasi (PS)
Qb : panas hasil pembakaran (kcal/jam)
Dimana :
m : efisiensi mekanis (%)
Ni : daya indikasif (PS)
Ne : daya efektif (PS)
Dimana :
v : efisiensi volumetric (%)
z : jumlah poros engkol
Vd : volume engkol (m3)
I : langkah mesin
Gs : massa alir udara melalui nozzle (kg/s)
n : putaran poros (rpm)
a : Berat jenis udara (kg/m3)
M O2 3,76 M N 2
Ro ( A / F ) s
4 4
MC M H
17,85( Mr O2+ 3,76 ( Mr N 2 ))
Ro=
12,3 ( Mr C12,3 ) + Mr H 22,2
17,85( 32+3,76 ( 28 ))
12,3 ( 12 )+ 22,2
= 14,43
Dimana : Ro : Rasio udara bahan bakar teoritis
M O2 : Massa relatif oksigen
R
Ro
18,23
14,43
= 1,26
Dimana : : faktor kelebihan udara
R : rasio udara bahan bakar
Ro : rasio udara dalam bahan bakar teoritis
Ne st A.Ne
( 1,0718 )( 19,79 )
= 21,22 PS
Dimana :
Ne st : daya efektif standar (PS)
A : faktor koreksi
Ne : daya efektif (PS)
T st A.T
(1,0718)(8,59)
= 9,21 kg.m
Dimana :
T st : torsi efektif standar (kg.m)
A : faktor koreksi
T : torsi (kg.m)
33. Pemakaian Bahan Bakar Efektif Standard
SFCe st SFCe
A
0,27
1,0718
0,25
Dimana :
SFCe st : Pemakaian Bahan Bakar Efektif Standar
Vo 2
% O2 =
Veg x 100%
9794
x 100
50
6
Vco
% CO = Veg x 100%
9488
x 100
50
12
VN 2
% N2 = Veg x 100%
100( 10+2+12 )
76
Dimana : VCO2 : Volume CO2
VO2 : Volume O2
VCO : Volume CO
VN2 : Volume N2
Veg : Volume exhaust gas