Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

ASSERTIVE COMMUNITY TREATMEN (ACT)

OLEH:
Anissa Febristi
Sherly Fandri
Shinta Dewi Kasih Bratha
Tiara Indyana
Zuhriya Meilita

PROGRAM PASCASARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
ASSERTIVE COMMUNITY TREATMEN (ACT)

A. Pengertian
Assertive community treatment merupakan program yang ditujukan untuk memberikan
dukungan pada masyarakat secara intensif pada individu yang mengalami gangguan jiwa
berat yang mengalami kesulitan terbesar pada pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari,
pemenuhan kebutuhan dasar, serta keamanan hidupnya. ACT merupakan tindakan dengan
pendekatan tim yang diberikan secara komprehensif dan fleksibel, untuk memberi dukungan,
serta pelayanan ditatanan masyarakat. Masalah yang umum dilakukan ACT seperti :
pengangguran, penyalahgunaan zat, tunawisma dan pelaku criminal, dan pemulihan pasien
gangguan jiwa berat ( stuart and Laraia, 2005)
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Mencegah hospitalisasi dan mendukung individu dalam mencapai fungsi kehidupan
yang lebih tinggi
b. Tujuan khusus
a) Mengurangi gejala dan kekambuhan
b) Meningkatkan kepuasan hidup
c) Mengurangi distress yang bersifat subjektif
d) Meningkatkan fungsi
1. Pekerjaan
2. Hubungan social
3. Aktivitas kegiatan sehari-hari
e) Mengurangi beban keluarga
C. Pelaksanaan
Tim multidisiplin meliputi: perawat, pekerja sosial,case manager, employment counselor,
addiction counselor, dan psikiatris. Tim ACT terdiri dari 10 sampai 12 staf yang
berpengalaman ( sudah melalui seleksi dan training) dibidang psikitri, pekerja social,
keperawatan, penanganan penyalahgunaan napza dan dukungan kepada pasien dalam hal
penyediaan lapangan kerja.

D. Indikasi
Pelayanan ditujukan pada kelompok khusus yang mengalami gangguan jiwa berat dengan
bermacam-macam latar belakang budaya, perbedaan gender dan pendidikan. ACT ideal
dilakukan pada pasien dewasa awal-akhir. Tidak direkomendasikan pada pasien yang telah
mandiri.
E. Pelayanan yang diberikan
a. Memulihkan keterampilan ADL
a) Belanja bahan maknan dan memasak
b) Memperoleh dan merawat pakaian
c) Menggunakan transportasi
d) Membantu meningkatkan hubungan sosial dengan masyarakat dan keluarga
b. Meningkatkan keterlibatan keluarga
a) Manajemen krisis
b) Konseling dan psikoedukasi dengan keluarga dan keluarga besar
c) Koordinasi dengan agensi pelayanan keluarga
c. Kesempatan kerja
a) Bantu untuk mencari kesempatan menjadi sukarelawan dan pekerjaan
b) Hubungan dengan lembaga pendidika bagi pekerja
c) Berikan latihan pekerjaan.
d. Pemberian hak pasien
a) Temani pasien memperoleh hak
b) Yakinkan manfaat bekerja
e. Promosi kesehatan
a) Berikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan kekambuhan
b) Fasilitasi pelaksanaan deteksi masalah kesehatan jiwa
c) Jadwalkan kunjungan
d) Fasilitasi perawatan pada kondisi akut
e) Bila dibutuhkan berikan konseling reproduksi dan pendidikan seks
f. Dukungan pengobatan
a) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengobatan
b) Bila dibutuhkan antarkan obat ke pasien
c) Monitoring pemenuhan pengobatan dan efek sampingnya
g. Membantu pekerjaan rumah tangga
a) Carikan tumpangan yang cocok (tempat/tempat dimana pasien dapat
melakuakan pekerjaan rumah)
b) Berikan jaminan terkait kontrak dan gaji
c) Ajarkan opasien untuk perbaiki perkakas rumah tangga
d) Kembangkan hubungan yang positif dengan pemilik rumah
e) Tingkatkan keterampilan merawat rumah
h. Manageman keuangan
a) Bantu membuat rencana anggaran
b) Bantu untuk mengatasi masalah keuangan
c) Tingkatkan kemandirian dalam pengaturan keuangan
i. Konseling
a) Gunakan pendekatan berorientasi pada masalah
b) Koseling terintegrasi pada kegiatan yang berkelanjtan
c) Pastikan tujuan diketahui oleh semua anggota tim
d) Tingkatkan perkembangan keteampilan komunikasi
e) Biarkan konseling sebagai bagian dari pendekatan rehabilitasi yang
kompreshensif.
F. Langkah-langkah
a. Fase pra interaksi (sebelum kunjungan ke pasien)
a) Persiapan
1. Identifikasi kepemimpinan dalam organisasi penentuan case manager
2. Siapkan dan koordinasikan anggota tim ACT (multidisiplin) serta bagi
tanggung jawab pelayanan pada pasien .
3. Kolaborasi antar anggota tim untuk melakukan tindakan sedara
terintegrasi
4. Siapkan staf dengan rasio staf dan pasien sekitar 1:10
5. Identifikasi dan siapkan keluarga dan penderita yang mengalami
gangguan jiwa berat sekitar 100-120 orang
6. Identifikasi stakeholders utama pada komunitas
7. Bila dibutuhkan rencanakan pertemuan dengan keluarga, tokoh
masyarakat dan sakeholder
8. Rencanakan pelayanan selama 24 jam, selama 7 hari
b) Pelaksanaan
1. Orientasi
1) Salam terapeutik
2) Evaluasi/validasi
3) Kontrak pertemuam (topic,waktu,tempat)
2. Kerja
1) Menjelaskan program kerja/kegiatan
2) Menjelaskan tujuan, manfaat dan program kegiatan
3) Menyusun rencana tindakan seperti pelatihan dan monitoring
4) Membangun kesepakatan bersama (waktu, tempat,
pembiayaan, jumlah pasien yang dikunjungi)
5) Membrikan yugas dan tanggung jawab
6) Menyepakati uraian tugas sesuai peran dan tanggung jawab
masing
3. Terminasi
1) Melakukan evaluasi pertemuan
2) Melakukan tindak lanjut
3) Menyepakati rapat tim yang akan datang
b. Fase interaksi
Fase interaksi adalah : fase dimana anggota tim melakukan tindakan ke pasien.
Tindakan ini pada umumnya dilakukan melalui kunjungan rumah. Tindakan yang
dilakukan sangat tergantung pada kondisi dan kebutuhan pasien dengan kata lain
anggota tim ACT perlu fleksibilitas dalam melakukan tindakan.
G. Dokumentasi dan evaluasi kegiatan
Pendokumentasian dilakukan setiap selesai melakukan interaksi dengan pasien.
Evaluasi kegiatan
a. Penampilan case manjer
b. Penampilan anggota tim ACT saat melakukan interaksi
c. Kemampuan klien menerima pelayanan ACT
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G.W and Laraia, M.T. 2005.Principles and practice of psychiactric Nursing 8 Ed. St.
Louis: Mosby-Elsevier
Gomory T. 2002. The Origins of Coercion in Assertive Community Treatment(ACT): A
Review of Early Publications from the Special Treatment Unit (STU) of Mendola State
Hospital. Florida State University
Fountain, KL.2003.Mental Health Nursing Ed. New Jersey, Apprentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai