Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang digunakan untuk bagian luar badan (kulit,
rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan,
menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalm keadaan baik,
memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit.(5)

Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit diperlukan jenis kosmetik tertentu,
bukan hanya obat. Selama kosmetik tersebut tidak mengandung bahan berbahaya yang secara
farmakologis aktif mempengaruhi kulit, penggunaan kosmetik jenis ini menguntungkan dan bermanfaat
untuk kulit itu sendiri. Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pemakaian kosmetik
mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu
kosmetik serta industrinya mulai menjadi salah satu bagian dunia usaha yang mempunyai prospek yang
sangat baik.

Sediaan kosmetik pada umumnya sama seperti sediaan farmasi yang sudah ada antara lain,
seperti : larutan, suspensi, emulsi, gel, lotion, pasta, krim, dll. Dalam makalah ini akan membahas
mengenai sediaan kosmetik yang dibuat dengan sediaan suspensi termasuk cara pembuatan sampai
kepada evaluasi yang perlu dilakukan dalam pembuatan suspensi untuk kosmetik dan kosmesetikal.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ditemui dalam penulisan makalah ini, sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan suspense, kosmetika?
2. Bagaimanakah karakter sediaan suspensi yang baik dalam kosmetika ?
3. Bagaimana cara melarutkan zat yang tidak larut dalam suspensi ?
4. Digunakan untuk sediaan kosmetika apa saja dalam bentuk suspensi ?
5. Metode pembuatan apa saja yang dapat dilakukan untuk membuat suspensi untuk kosmetik atau
kosmetikal ?
6. Apa saja komponen yang diperlukan untuk membuat suspensi untuk kosmetik
1.3 Tujuan

Page
1
Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi,
meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang,
melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain,
mencegah penuaan, dan secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup.
(New Cosmetic Science, TMitsui) (5)

Tujuan penulisan makalah ini antara lain adalah :


1. Untuk mengetahui definisi serta karakteristik yang baik untuk suspensi yang dibuat kosmetik
dan kosmesetikal;
2. Untuk mengetahui sediaan kosmetik apa saja yang dapat dibuat dalam bentuk suspensi;
3. Untuk mengetahui komponen yang diperlukan untuk pembuatan suspensi;
4. Untuk mengetahui beberapa metode yang dapat digunakan dalam membuat suspensi untuk
kosmetik dan kosmesetikal;
5. Dan evaluasi apa saja yang perlu dilakukan dalam membuat susupensi untuk kosmetik dan
kosmesetikal yang baik dan memenuhi syarat standarisasi yang berlaku.

Page
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Suspensi dan kosmetik

Suspensi atau suspension menurut farmakope edisi IV adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut, yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi oral merupakan sediaan suspensi
yang ditujukan untuk penggunaan secara oral.(1)

Suspensi menurut farmakope III adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi tidak boleh cepat
mengendap, jika dikosok perlahan-lahan endapan harus terdispersi kembali. Dapat mengandung zat
tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh terllau tinggi agak
sediaan mudah dikocok dan dituang.(2)

Menurut formularium nasional, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat,
tidak melarut dan terdispersi sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat
dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tanpa zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna
dalam cairan pembawa yang ditetapkan.(3)

Menurut Lachman (479), suspensi adalah sistem heterogen dari 2 fase. Fase kontinyu atau
eksternal biasanya berupa cairan atau semipadat dan fase terdispersi atau internal terdiri dari bahan
partikulat yang tidak larut tetapi terdispersi dalam fase kontinyu, bahan tidak larut dapat bditujukan
untuk absorbsi fisiologis atau fungsi penyalutan internal atau eksternal.(13)

Menurut Parrot (341), suspensi farmasetik adalah suatu dispersi dari serbuk terbagi halus dalam
medium cair.(14)

Kesimpulan : suspensi adalah sistem heterogen yang terdiri dari dua fase. Fase kontinyu atau
eksternal biasanya cairan atau semi padat dan fase dispersi atau internal terdiri dari partikulat atau
serbuk padat terbagi halus yang diameternya lebih besar dari pada 0,1 mikron yang didispersikan dalam
padatan, cair atau gas yang ditujukan untuk absorbsi fisiologis atau untuk fungsi penyalutan internal
atau eksternal.

Page
3
Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu :
1. suspensi oral adalah sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat dalam bentuk halus
terdispersi dalam suatu cairan pembawa cair atau flavouring agent yang cocok untuk pemakaian
oral.
2. suspensitopicaladalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat dalam bentuk halus
yang terdispersi dalam suatu pembawa cair untuk pemakaian kulit.
3. Suspensi otic atau suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel
mikro untuk pemakaian diluar telinga.
4. Suspensi optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi
dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai
dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.(8)

Kosmetik

Definisi kosmetik dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MenKes/Permenkes/1998


adalah sebagai berikut kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada
bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga
mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap
dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit.

Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi,
meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang,
melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan factor lingkungan yang lain,
mencegah penuaan, dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup.

Penggolongan Kosmetik
A. Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI, kosmetik dibagi menjadi 13 kelompok:
1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dll.
2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dll.
3. Preparat untuk mata, misalnya mascara, eyes-shadow, dll
4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dll
5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dll
Page
4
6. Preparat pewarna rambut, misalnya pewarna rambut, dll
7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick, dll
8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mount washes, dll
9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dll
10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dll
11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih pelembab, pelindung, dll
12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dll
13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dll

B. Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan


1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern (termasuk didalamnya
cosmedics)
2. Kosmetik tradisional:
a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari bahan alam dan diolah menurut
resep dan cara yang turun-temurun.
b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar tahan lama.
c. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar tradisional dan diberi zat warna
yang menyerupai bahan tradisional

C. Penggolongan menurut penggunaanya pada kulit


1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics).
Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit, termasuk didalamnya:
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan
penyegar kulit (freshener).
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturizring cream, night cream, anti
wrinkle cream.
c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen foundation, sun block cream/lotion
d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya scrub cream yang berisi
butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver)

2.2 Keuntungan Suspensi

Page
5
RPS18th : 1539
a. Beberapa obat yang tidak larut dalam semua media penerima, oleh karena itu harus dibuat
sebagai padatan, bentuk sediaan bukan larutan atau sebagai suspensi.
b. Suspensi dibuat dari pertukaran ion damar yang mengandung obat bentuk ion dapat digunakan
tidak hanya untuk meminimalkan rasa dari obat tetapi juga untuk menghasilkan produksi
beraksi lama, sebab obat-obatan mengalami pertukaran yang lambat untuk ion-ion lain dalam
saluran pencernaan.
c. Suspensi juga secara kimia lebih stabil dibanding larutan.(15)

Scoville: 298
a. Cairan yang mengandung bahan tidak larut memberikan keuntungan baik untuk pemakaian
dalam maupun untuk pemakaian luar untuk aksi perlindungan dan juga aksi diperpanjang.
Kedua efek ini dapat dicapai secara relatif dari obat yang tidak larut. Dalam kasus suspensi
untuk injeksi intramuskular bahan pensuspensi diinginkan sebagai cadangan untuk
menyakinkan aksi diperpanjang dari obat.(16)
b. Suspensi juga mempunyai keuntungan dalam kestabilannya dibanding dengan bentuk larutan

2.3 Kerugian suspensi

Modern Pharmaceutical : 339


a. Keseragaman dan keakuratan dari dosis saat sediaan digunakan untuk pengobatan tidak
mungkin dibandingkan rasanya yang diperoleh dengan menggunakan tablet atau kapsul.
b. Sedimentasi atau endapan yang kompak menyebabkan masalah dimana tak berarti selalu mudah
untuk dilarutkan.
c. Produknya cair dan secara relatif massanya berat. Sifat ini tidak menguntungkan bagi farmasis
dan pasien
d. Keefektifan dari formulasi dan suspensi secara farmasetik bagus biasanya sulit untuk dicapai
dari sediaan tablet/kapsul pada obat yang sama.

Prescription : 201

Page
6
a. Masalah yang ditimbulkan dalam pencampuran atau industri farmasi dalam formulasi keduanya
baik suspensi maupun emulsi sangat berhubungan erat dengan kestabilan termodinamik dari
bentuk sediaan ini.
b. Pengaruh gravitasi menyebabkan sedimentasi fase padat terdispersi dari suspensi.
c. Pemisahan fase dalam emulsi harus dicegah jika pasien diberikan dengan dosis yang seragam
dari obat yang terkandung di dalamnya

Alfoso R.G, 1980


a. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jenuh, degradasi, dll)
b. Jika membentuk cacking akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun.
c. Alirannya menyebabkan sukar dituang.
d. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan.
e. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi-
deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi/ perubahan temperatur.
f. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang digunakan.

2.4 Stabilitas Suspensi

Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat
penimbunan partikel serta menjaga homogenitas partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan
untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah (8)

1. Ukuran Partikel

Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan
keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik
dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan
hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya.
Sedangkan semakin besar luas penampang partikel, daya tekan ke atas cairan akan semakin besar,
akibatnya memperlambat gerakan partikel untuk mengendap sehingga untuk memperlambat gerakan
tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.

Ukuran partikel menurut ahli yang baik untuk sediaan suspensi, adalah :
RPS 18th: 1538 Batas terendah dari ukuran partikel mendekati 0,1 m
Parrot : 344 Ukuran partikel suspensi 1-50 m

Page
7
Scoville : 295 Partikel padat sekecil 1 m dalam diameter mengandung lebih dari 100 juta
molekul setiapnya.

2. Kekentalan / Viskositas

Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental
suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum
STOKES. Kecepatan pengendapan dijelaskan dengan hukum Stokes :

V =d2 (s o)g
18 o

Dimana : V adalah kecepatan pengendapan dalam cm/sec, d adalah diameter partikel dalam cm,
s dan o adalah berat jenis dari fase terdispersi dan medium pendispersi berturut-turut, g adalah
percepatan gravitasi medium pendispersi dalam poise.(17)

Keceparan pengendapan tergantung dari ukuran partikel dan viskositas dimana ukuran partikel
yang kecil maka partikel lambat untuk mengendap dan cenderung untuk membentuk agregat dan
flokulasi dan jika mengendap dapat menyebabkan caking dan bila viskositas besar sulit dibuang dari
botol.

3. Jumlah Partikel / Konsentrasi

Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan
susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.Benturan
itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi
partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.

4. Sifat / Muatan Partikel

Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang
sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut
yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah
merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengaruhi.
Page
8
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid
mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental
yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending
agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).(8)

2.5 Penilaian Stabilitas Suspensi

1. Volume sedimentasi : adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume
mula mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.
Vu
F=
Vo

2. Derajat flokulasi : adalah suatu rasio volume sedimentasi akhir dari suspensi flokulasi (Vu)
terhadap volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Voc).
Vu
Derajat flokulasi=
Voc

3. Metode reologi : berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu


menemukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan
perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel : digunakan cara Freeze-thaw cycling yaitu temperatur diturunkan
sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat
pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat
kristal.(8)

2.6 Formula Umum Dalam Sediaan Suspensi


Lachman PDF (180)
1. Komponen dari sistem suspensi
a. Bahan pembasah
b. Bahan pendispersi atau deflokulasi
c. Bahan pengflokulasi
d. Bahan pengental
2. Komponen dari pembawa suspensi
a. Pengontrol pH/buffer
Page
9
b. Bahan osmotic
c. Bahan pewarna, pengaroma dan pengharum
d. Pengawet untuk mengontrol pertumbuhan mikro
e. Cairan pembawa

Komponen Dari Sistem Suspensi

a. Bahan Pembasah
Farfis : 465
Bahan pembasah adalah surfaktan bahwa ketika dilarutkan dalam air, menurunkan kemajuan
sudut kontak dan membantu dalam mengganti tempat dari fase udara pada permukaan dan
menggantinya dengan fase cairan, contoh aplikasi dari pembasahan dalam farmasi dan obat yang
termasuk penggantian dari udara dari permukaan sulfur, arang dan serbuk-serbuk lain untuk tujuan dari
dispersi obat-obatan ini dalam larutan pembawa, penggantian udara dari matriks dari blok kapas dan
perlu sehingga larutan obat dapat diabsorbsi untuk aplikasinya ke berbagai area tubuh, pemindahan dari
kotoran dengan menggunakan deterjen dalam pencucian luka-luka dan penggunaan larutan obat dan
disemprotkan ke permukaan kulit dan membran mukosa.

Lachman : 168
Tehnik farmasetika sering membantu untuk memodifikasi karakteristik pembasahan dari serbuk
meliputi dengan pengunaan surfaktan (kadang-kadang dengan pengadukan) untuk menurunkan
tegangan antar muka padat-cair.

Mekanisme pembasahan(RPS 18th: 254)

Tahap pertama dalam pembasahan suatu serbuk adalah pembasahan adhesional dimana
permukaan padat berhubungan dengan permukaan cairan. Tahap ini ekuivalen dengan perubahan dari
tahap a ke tahap b dalam gambar. Partikel kemudian ditekan di bawah permukaan cairan ketika
pembasahan pencelupan terjadi ( b ke c) selama tahap ini terbentuk antar muka padat-cair dan antar
muka padat-udara hilang. Akhirnya cairan menyebar ke seluruh permukaan zat padat apabila
pembasahan penyebaran terjadi. Kerja pembasahan penyebaran sama dengan kerja untuk membentuk
antar muka padat-cair dan cair-gas dikurangi hilangnya antar muka padat-gas.

Page
10
b. Bahan deflokulasi dan dispersi sejati(Lachman PDF: 183)
Mitsui dan katada (60) menunjukkan bahwa kemampuan terdispersi dari serbuk dalam air
tergantung dari besarnya jarak dari permukaan muatan dan berat jenis partikel, apakah serbuk telah
terdispersi dengan penampakan pengadukan mekanik atau tidak. Bahan pendeflokulasi adalah garam
organik polimerisasi dari asam sulfonat dari kedua tipe alkil aril atau aril alkil dapat mengubah
permukaan muatan dari partikel melalui absorbsi fisika.

Tidak seperti surfaktan, bahan ini tidak menurunkan tegangan antarmuka. Sebab itu mereka
tidak atau sedikit memiliki tendensi untuk menghasilkan busa atau partikel basah. Kebanyakan
deflokulan, bagaimanapun secara umum tidak semuanya dianggap aman untuk penggunaan internal
dan sebagai hasilnya, pendispersi yang hanya dapat terdispersi untuk produk internal adalah lecithin
(secara alami terjadi campuran dari fosfomida dan fosfolipida),yang berhubungan dengan aktivitas
untuk mendeflokulasi dijelaskan di atas. Sejak lecithin adalah substansi yang alami terjadi dan
bervariasi dalam kelarutan airnya dan sifat kemampuan terdispersinya agar memperoleh hasil yang
reprodusibel, spesifikasi bahan mentah yang pantas dari lecithin harus dikontrol keras.

c. Bahan pengflokulasi
Elektrolit netral sederhana (1:1) dan (2:1 atau 3:1) dalam larutan mampu mengurangi zeta
potensial dari muatan partikel tersuspensi menjadi nol dianggap sebagai bahan pengflokulasi primer.
Konsentrasi kecil (0,01-1%) dari elektrolit netral, seperti NaCl atau KCl, sering cukup untuk
menginduksi flokulasi dari muatan yang lemah, tidak larut air, non elektrolit organik, seperti steroid.
Pada kasus ini dari muatan yang lebih tinggi, polimer tidak larut dan jenis elektrolit pada konsentrasi
yang sama (0,01-1%) dari ion divalen atau trivalen larut air, seperti garam kalsium dan aluminium atau
sulfat , sitrat, dan fosfat, biasanya diterima untuk mencapai bentuk flok tergantung muatan partikel ,
positif atau negatif, sering garam-garam ini digunakan berssama-sama dalam formula sebagai pH
buffer dan bahan pengflokulasi.

d. Pengental dan Pelindung koloid


Koloid pelindung atau hidrofilik seperti gelatin, gum (tragakan, Xantin dll) dan derivat selulosa
(Na-CMC, hidroksi profil selulosa, dan hidroksi propil metil selulosa) yang diserap meningkatkan

Page
11
kekuatan dari bentuk lapisan hidrasi sekeliling partikel yang tersuspensi melalui ikatan hidrogen dan
interaksi molekul . Sejak bahan-bahan ini mengurangi tegangan antar muka dan tegangan permukaan
lebih besar, fungsinya menjadi sangat baik dengan adanya surfaktan .Banyak bahan-bahan pelindung
koloid dalam konsentrasi rendah (< 0,1 %) dan penambah kekentalan dalam konsentrasi yang relatif
tinggi (> 0,1%).

Komponen Dari Pembawa Suspensi

1. Bahan Pengontrol pH dan buffer


Suatu formulasi suspensi farmasetis yang pantas seharusnya stabilitas fisikanya baik selama
range yang luas dari nilai pH. Pada pihak lain, jika nilai pH yang spesifik ditemukan penting untuk
menghasilkan stabilitas yang optimum dan atau kelarutan minimal dalam pembawa suspensi.Sistem
dapat dipertahankan pada nilai pH yang diinginkan dengan penggunaan konsentrasi yang spesifik dari
buffer farmasetik yang diterima. Ini khusus penting untuk obat yang mempunyai ionisasi asam atau
gugus dasar, kemudian pH dari pembawa sering mempengaruhi kestabilan obat atau kelarutannya.

Suspensi stabil, obat-obat netral, yang tidak memiliki muatan formal, seperti kortikosteroid
biasanya insensitif kepada perubahan pH. Kontrol pH oleh pembuffer dari suspensi. Normal diterima
sebagai quality control untuk menentukan pH spesifik yang diinginkan. Dan lagi, komponen pembuffer
dan konsentrasinya sering dipilih dalam suatu percobaan dasar agar tidak berefek samping pada
stabilitas fisika dari suspensi.

Dapar (Buffering agent), adalah zat/bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam formula kosmetik
untuk menambah atau menstabilkan pH. Contoh : asam sitrat, natrium hidroksida, dll. (6)

2. Bahan osmotik dan penstabil


Kegunaan bahan osmotik (NaCl, dll) dan penstabil ( dinatrium edetat dll) kebanyakan adalah
yang elektrolit atau partikel elektrolit dalam produk suspensi. Penggantian non elektrolit organik
seperti dekstrosa, manitol atau sorbitol untuk garam inorganik dan elektrolit untuk menyeimbangkan
osmolaritas dan tonisitas dalam suspensi opthalmik dan injeksi akan sering mengurangi variasi batch
yang berhubungan dengan stabilitas fisika ketika bahan-bahan ini digunakan sebagai bahan osmotik
dan penstabil.

Page
12
3. Pewarna, pengaroma dan pewangi
Bahan organoleptis seperti pewarna, pengaroma dan pewangi seharusnya tidak mempengaruhi
stabilitas fisika dari suspensi topikal atau oral sepanjang formulator menyatakan bahan kationik akan
berinteraksi dengan muatan negatif partikel suspensi dan dengan cara demikian berefek samping pada
kestabilan fisika.

Cairan berminyak biasanya ditambahkan ke dalam batch dalam fase terakhir setelah stabilitas
fisika primer dari suspensi telah di susun, formulator harus berjaga-jaga pada kemungkinan bahwa
bahan berminyak dapat diserap pada pemukaan partikel tersuspensi dan dengan cara demikian
berpengaruh pada kestabilan fisika dari suspensi akhir.

4. Pengawet
Pengawet melawan pertumbuahn mikroba merupakan anggapan penting tidak hanya dalam
istilah dari efeknya pada stabilitas kimia dari bahan-bahan tetapi juga integritas fisika dalam sistem.
Riddick mengindikasikan bahwa banyak sistem dispersi koloidal dinilai tidak stabil karena mereka
beraglomerasi dalam waktu itu. Efek ini rupanya tidak disebabkan oleh pengadukan tetapi untuk
melanjutkan aktivitas mikroba, yang secara berangsur-angsur mengurangi zeta potensial dari sistem.

Pemanis surfaktan nonionik dan bahan pensuspensi seperti tanah liat, gelatin, lecithin, gum
alam dan derivat selulosa adalah bagian suspensi yang cenderung untuk pertumbuhan mikroba.
Penggunaan bahan antimikroba kationik seperti benzalkonium klorida, biasanya dikontraindikasikan
karena bahan kationik dapat diinaktifkan oleh komponen formulasi atau mereka dapat mengubah
muatan dari partikel tersuspensi.

Penyiapan yang baik pada suspensi oral atau topikal tidak harus steril untuk mencegah
pertumbuhan mikroba. Penggunaan sejumlah kecil dari propilenglikol (5-15%) dan dinatrium edetat
(sekitar 0,1 %) atau pengurangan pH semuanya telah digunakan untuk meningkatkan efisiensi dari
sistem pengawet tanpa mengurangi stabilitas fisika dari suspensi farmasetik.

Daftar pengawet antimikroba yang umum diguanakan dalam suspensi farmasetik terdapat
dalam tabel berikut:

Bahan Konsentras Keterangan

Page
13
i (%)

Paraben (Me, Et, Pr, Bu) 0,2 Pensentisisasi potensial, aktivitas kurang di atas
pH 7, diinaktivasi oleh konsentrasi tinggi dari
surfaktan, stabilitas kurang dalam air, aktif dalam
melawan jamur dan ragi, waktu membunuh
lambat, sifat rasa kurang.

Asam sitrat 0,2 Pensensitisasi potensial yang rendah, aktivitas


kurang di bawah pH 6, tidak stabil dalam keadaan
polietilen, larut dalam air, kompatibel dengagn
surfaktan, sifat rasanya baik.

Garam amonium kuartener 0,01 Pensensitisasi potensial, aksi pada pH netral,


diinaktivasi oleh surfaktan anionik dan polimer,
akan mempengaruhi muatan negatif partikel ,larut
dalam air, aktivitas kuat oleh EDTA, untuk
membunuh cepat, pengawet optalmik.

Pensensitisasi kuat, aktivitas baik pada pH 7,


Thimerasol 0,01
diinaktivasi oleh EDTA, waktu membunuh lambat,
digunakan dalam injeksi.

Pensensitisasi potensial yang rendah, aktif pada


Benzilalkohol 1,0
pH rendah, penggunaan dakam volume besar
parenteral dibatasi , larut dalam air, diinaktivasi
dengan konsentrasi tinggi dari surfaktan ,
pengawet injeksi dan topikal.

Aktivitas kurang di atas pH 5, larut dalam air,sifat


Asam benzoat 0,2
rasa baik.

Aktif pada pH 7, larut dalam air, incomp dengn


Glukonat klorheksida 0,01
borat, untuk membunuh cepat, pengawet

Page
14
optahlmik.
Fenil etanol 1,0
Meningkatkan aktivitas paraben , garam amonium
kuartener, dan klorheksidin, larut dalam air,
pengawet topikal dan opthalmik.

2.7 Metode Pembuatan Suspensi

Dalam pembuatan suspensi ada beberapa metode diantaranya metode dispersi dan metode
pengendapan.

a. Metode dispersi

Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk
kemudian baru diencerkan.

Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat mendispersi serbuk dalam
vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat
halus mudah kemasukan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk
terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispers dengan medium. Bila sudut
kontak 90o serbuk akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki
sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan antar muka antara partikel zat padat dengan cairan
tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.(8)

b. Metode praesipitasi

Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur
dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencer- kan dengan larutan pensuspensi dalam air.
Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi.Cairan organik tersebut adalah :
etanol, propilenglikol, dan polietilenglikol.(8)

Metode ini dibagi lagi menjadi 3 macam, yaitu :

1. Presipitasi dengan pelarut organik

Page
15
Obatobat yang tidak larut air dapat diendapkan dengan melarutkannya dalam pelaru- pelarut
organik yang bercampur dengan air, dan kemudian menambahkan fase organik ke air murni di bawah
kondisi standar. Contoh pelarut yang digunakan adalah etanol, metanol, propilenglikol, dan polietilen
glikol serta gliserin. Yang perlu dengan metode ini adalah kontrol ukuran partikel, yaitu terjadinya
bentuk polimorf atau hidrat dari kristal.

2. Presipitasi dengan perubahan pH dari media

Metode pengubahan pH medium bisa jadi lebih membantu dan tidak menimbulkan kesulitan
yang serupa dengan endapan pelarut organik. Tetapi teknik ini hanya dapat diterapkan ke obat obat
yang kelarutannya tergantung pada harga pH. Sebagai contoh, suspensi estradiol dapat dibuat dengan
mengubah pH larutan airnya, estradiol lebih mudah larut dalam alkaki seperti larutan kalium dan
natrium hidroksida.

3. Presipitasi dengan dokomposisi (penguraian) rangkap

Melibatkan proses kimia yang sederhana, walaupun beberapa faktor fisika yang disebutkan
sebelumnya jga berperan. (Farmasetika, 165)

2.8 Sistem Pembentukan Suspensi

a. Sistem flokulasi

Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah,cepat mengendap dan pada
penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.

Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi adalah :

1. Partikel merupakan agregat yang bebas.


2. Sedimentasi terjadi cepat.
3. Sedimen terbentuk cepat.
4. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti
semula
5. Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi
daerah cairan yang jernih dan nyata.(8)
Page
16
b. Sistem deflokulasi

Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk
sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.

Secara umum sifat-sifat dari partikel deflokulasi adalah :

1. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.


2. Sedimentasi yang terjadi lambat masing - masing partikel mengendap terpisah dan ukuran
partikel adalah minimal
3. Sedimen terbentuk lambat
4. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi
5. Wujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat bahwa
ada endapan dan cairan atas berkabut.(8)

2.9 Formulasi suspensi


Membuat suspensi stabil secara fisik ada 2 kategori :

Pada penggunaan Structured Vehicle untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi
Structured Vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.

Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat


pengendapan, tetapi dengan pengocokan ringan mudah disuspensikan kembali.(8)

Pembuatan suspensi sistem flokulasi ialah :

1. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium.


2. Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
3. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
4. Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah Structured
Vehicle.
5. Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam Structured Vehicle.(8)

Page
17
Bahan pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
Untuk partikel yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif, dan
sebaliknya. Contohnya suspensi bismuthi subnitras yang bermuatan positif digunakan zat
pemflokkulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase. Suspensi sulfamerazin yang
bermuatan negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu AlCl 3 (Aluminium
trichlorida). (8)

2.10 Evaluasi Sifat Fisika Suspensi

1. Organoleptis
Evaluasi stabilitas fisik sediaan suspensi dilakukan dengan mengamati bagaimana rasa, warna,
dan bau (Fitriyani, 2015).
2. pH Meter
Pengujian sediaan suspensi dilakukan juga dengan mengukur pH sediaan suspensi yang
digunakan dengan pH meter. Sebelum dimasukkan elektroda pH meter dicuci dengan aquadest
dan tissue. pH meter dimasukkan ke dalam sediaan dan pH sediaan akan terbaca di alat
(Fitriyani, 2015)
3. Evaluasi Viskositas.

Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran cairan tersebut, semakin
kental suatu cairan, kecepatan alirannya semakin turun atau semakin kecil. Kecepatan aliran dari
cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerak turun partikel yang terdapat di dalamnya hal
tersebut sangat berpengaruh pada sediaan dan stabilitas suspensi, dimana viskositas (kekentalan)
suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dituang dan dikocok (Syamsuni, 2006).

Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat
denganhambatan untuk mengalir. Dalam suatu suspense viskositas dapat dinaikkan dengan
adanyasspending agent. Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi
umumnya tidakdiinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan
kembali. Karena itu bila viskositas suspensi dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian rupa
sehingga viskositas sedangsaja untuk menghindari kesulitan-kesulitan seperti yang diperlukan tadi.
(Ansel,1989:357) (18)

4. Penentuan ukuran droplet dan partikel

Page
18
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan ke
atas dari cairan suspensi tersebut. Hubungan antara ukuran pertikel merupakan perbandingan
terbalik dengan luas penampangnya, sedangkan luas penampang dengan daya tekan ke atas linear.
Artinya semakin kecl ukuran partikel semakin besar luas penampangnya (dalam volume yang
sama), sedangkan semakin besar luas penampang partikel, daya tekan ke atas cairan akan semakin
besar, akibatnya akan memperlambat gerakan partikel untuk mengendap sehingga untuk
memperlambat gerakan tersebu dapa dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel (Syamsuni,
2006)

2.11 Kriteria Suspensi yang ideal

RPS 18th : 296


Ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi dalam formulasi suspensi yang baik :

1. Partikel yang terdispersi harus memiliki ukuran yang sama dimana partikel ini tidak mengendap
dengan cepat dalam wadah.
2. Bagaimanapun juga, dalam peristiwa terjadinya sedimentasi, sedimen harus tidak membentuk
endapan yang keras. Endapan tersebut harus dapat terdispersi kembali dengan usaha yang
minimum dari pasien
3. Produk harus mudah untuk dituang, memiliki rasa yang menyenangkan dan tahan terhadap
serangan mikroba.
Farmasi fisika : 477
Suatu suspensi yang dapat diterima mempunyai kualitas tertentu yang diinginkan:

1. Zat yang tersuspensi tidak boleh cepat mengendap


2. Partikel-partikel tersebut walaupun mengendap pada dasar wadah tidak boleh membentuk suatu
gumpalan padat tetapi harus dengan cepat terdispersi kembali menjadi suatu campuran
homogen bila wadahnya dikocok dari botolnya atau untuk mengalir melewati jarum injeksi.

Page
19
3. Untuk cairan obat luar, produk tersebut harus cukup cair sehingga dapat tersebar dengan mudah
ke seluruh daerah yang sedang diobati tetapi juga tidak boleh sedemikian mudah bergerak
sehingga gampang hilang dari permukaan dimana obat tersebut digunakan.
4. Cairan tersebut dapat kering dengan cepat dan membentuk suatu lapisan pelindung yang elastis
sehingga tidak akan mudah terhapus, juga harus mempunyai warna dan bau yang nyaman.

BAB III
PEMBAHASAN

Ada dua bentuk suspensi kosmetik sekarang ini :


1. Produk pigmentasi yang disuspensikan dalam pembawanya air (liquid makeups, eyeliners,
maskara, dan blushers).
2. Untuk cet kuku, suspensi pigmen dalam bentuk yang lebih kental, biasanyafase kontinunya
terdiri dari campuran pelarut organik seperti etil asetat, butil asetat dan isopropl alkohol.

Dalam suspensi kosmetik juga ditambahkan fragrance (zat pewangi). Adakalanya diperlukan bahan
pengawet. Kosmetik dapat diklasifikasikan menurut penggunaan dan fungsinya. Setiap jenis memiliki
sifat fisik dan kimia tertentu dan karakteristik yang dapat dikenali.

Suspensi adalah sistem heterogen yang terdiri dari dua fase. Fase kontinyu atau eksternal biasanya
cairan atau semi padat dan fase dispersi atau internal terdiri dari partikulat atau serbuk padat terbagi
halus yang diameternya lebih besar dari pada 0,1 mikron yang didispersikan dalam padatan, cair atau
gas yang ditujukan untuk absorbsi fisiologis atau untuk fungsi penyalutan internal atau
eksternal.Partikel-partikel akan bercampur dan memiliki kecenderungan untuk memisahkan pada waktu
berdiri, sehingga perlu adanya pengadukan atau pengkocokan produk sebelum digunakan. Misalnya:
Calamine lotion dan whipping cream.

Page
20
Formula Umum Dalam Sediaan Suspensi
Lachman PDF (180)
1. Komponen dari sistem suspensi
a. Bahan pembasah
b. Bahan pendispersi atau deflokulasi
c. Bahan pengflokulasi
n pengental
2. Komponen dari pembawa suspensi
a. Pengontrol pH/buffer
b. Bahan osmotic
c. Bahan pewarna, pengaroma dan pengharum
d. Pengawet untuk mengontrol pertumbuhan mikro
e. Cairan pembawa

Metode Pembuatan Suspensi

Ada 2 metode dalam pembuatan suspensi yaitu metode disperse dan metode praesipitasi.
Metoda pembuatan suspensi dalam kosmetika atau kosmeseutikal tergantung dari bentuk sediaan
kosmetika atau kosmeseutikal itu sendiri. Tidak semua bentuk fisik kosmetika berbentuk suspensi,
tetapi lebih banyak menggunakan metoda pembuatan suspensi dalam proses pembuatannya.

Cara Formulasi Suspensi


Formulasi suspensi yang mempunyai stabilitas fisika yang optimal tergantung pada partikel
dalam suspensi apakah menjadi flokulasi atau deflokulasi. Salah satu yang biasa digunakan adalah
pembawa berstruktur untuk menjaga deflokulasi partikel dalam suspensi, yang kedua tergantung pada
flokulasi terkontrol yang berarti mencegah pembentukan cake, yang ketiga kombinasi dari dua
metode sebelumnya, hasilnya adalah produk dengan stabilitas yan optimum.(15)

Page
21
Perbedaan suspensi flokulasi dengan deflokulasi(RPS 18 th : 295)

Deflokulasi Flokulasi

1) Partikel berada dalam suspensi dalam wujud 1) Partikel membentuk agregat bebas
yang memisah
2). Laju pengendapan tinggi karena partikel
2) Laju pengendapan lambat karena partikel
mengendap sebagai flokulasi yang
mengendap terpisah dan ukuran partikel
merupakan komposisi partikel.
minimal.
3) Endapan yang terbentuk lambat 3). Endapan yang terbentuk cepat
4) Endapan biasanya menjadi samgat padat
4). Partikel tidak mengikat kuat dan keras satu
karena berat dari lapisan atas dari bahan
sama lain tidak terbentuk lempeng.
endapan yang mengalami gaya tolak-
Endapan mudah untuk didispersikan
menolak antara partikel dan cake yang keras

Page
22
terbentuk dimana merupakan kesulitan jika kembali dalam bentuk suspensi aslinya.
mungkin didispersi kembali.
5). Suspensi menjadi keruh karena
5) Suspensi penampilan menarik karena
pengendapan yang optimal dan
tersuspensi untuk waktu yang lama
supernatannya jernih. Hal ini dapat
supernatannya juga keruh bahkan ketika
dikurangi jika volume endapan dibuat
pengendapan terjadi.
besar, idealnya volume endapan harus
meliputi volume suspensi.

Karateristik sediaan suspensi yang baik, yaitu :


1. suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap secara lambat dan harus rata lagi
bila dikocok.
2. Karateristik suspensi agar ukuran partikel tetap agak konstan untuk waktu yang lama pada
penyimpanan.
3. Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dari homogen.(9)

31. Metode Untuk Meningkatkan Kelarutan Obat Sukar Larut dalam Air
Sejumlah metodologi dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan obat yang sukar larut
dalam air dan lebih lanjutnya dapat meningkatkan bioavailabilitas dari obat tersebut.

Memperkecil ukuran patikel. Ukuran dan bentuk partikel berpengaruh terhadap kelarutan partikel
tersebut. Semakin kecil ukuran partikel semakin besar kelarutan suatu bahan obat.

Teknologi nanosuspensi. Langkah yang dapat dilakukan untuk memperbesar kelarutan obat dalam air
salah satunya adalah dengan memperkecil ukuran partikel obat dalam skala nano. Partikel berukuran
demikian sering disebut dengan istilah nanopartikel. Nanopartikel dapat diperoleh dengan berbagai
metode yaitu crushing (penghancuran), grinding (penggilingan), spray drying (pengeringan semprot)
dan freeze drying (pengeringan beku). Metode paling umum adalah media mill yang merupakan suatu
teknologi pengurangan ukuran partikel dan telah dibuktikan kehandalannya.

Surfaktan. Obat yang bersifat asam lemah dan basa lemah yang sukar larut,dapat dilarutkan dengan
bantuan kerja dari zat aktif permukaan dengan menurunkan tegangan permukaan antara zat terlarut
dengan mediumnya. Jika digunakan surfaktan dalam formulasi obat, maka kecepatan pelarutan obat

Page
23
tergantung jumlah dan jenis surfaktan yang digunakan. Pada umumnya dengan adanya penambahan
surfaktan dalam suatu formula akan menambah kecepatan pelarutan bahan obatnya.

Pembentukan garam. Gaya antar molekuler yang terlibat dalam pembentukan kompleks adalah gaya
van der waals dari dispersi, dipolar dan tipe dipolar diinduksi. Ikatan hidrogen memberikan gaya yang
bermakna dalam beberapa kompleks molekuler dan kovalen koordinat penting dalam beberapa
kompleks logam. Salah satu faktor yang penting dalam pembentukan kompleks molekular adalah
persyaratan ruang. Jika pendekatan dan asosiasi yang dekat dari molekul donor dan molekul akseptor
dihalangi oleh faktor ruang, kompleks akan atau mungkin berbentuk ikatan hidrogen dan berpengaruh
lain harus dipertimbangkan.

Pengaturan pH. Zat aktif yang digunakan dalam sediaan farmasi pada umumnya bersifat asam dan
basa lemah. Kelarutan suatu zat asam atau basa lemah sangat dipengaruhi pH. Untuk menjamin suatu
larutan homogen yang jernih dan keefektifan terapi maksimumnya, maka pembuatan sediaan farmasi
harus disesuaikan dengan pH optimumnya. Kelarutan asam-asam lemah akan meningkat dengan
meningkatnya pH larutan, karena berbentuk garam yang mudah larut. Sedangkan kelarutan basa-basa
lemah akan brtambah dengan menurunnya pH larutan.

Hidrotophi. Batasan hidrotropi telah digunakan untuk merancang peningkatan kelarutan dalam air dari
berbagai zat karena adanya bahan tambahan dalam jumlah besar. Mekanisme bagaimana terjadinya
efek ini sampai sat ini belum terpecahkan sepenuhnya, beberapa peneliti berpendapat bahwa hidrotrofi
hanyalah tipe lain dari solubilisasi, dengan zat terlarut yang melarut dalam kumpulan-kumpulan terarah
dari zat hidrotrofi tersebut. tetapi larutan-larutan hidrotropi tidak menunjukkan sifat koloid. Peneliti
lain merasa bahwa fenomena ini berkaitan dengan pebentukan kompleks yang meliputi suatu interaksi
lemah antara zat hidrotropi dan zat terlarut.

Dispersi padat. Chiou dan Riegelman mendefinisikan dispersi padat sebagai dispersi dari satu atau
lebih bahan aktif di dalampembawa inert atau matriks pada keadaan padat yang dipreparasi secara
peleburan dan pelarutan dengan cara pelarutan-peleburan.(12)

Contoh Bentuk Kosmetika atau Kosmesetikal

Page
24
Beberapa contoh bentuk kosmetika atau kosmesetikal yang dibuat dengan proses pembuatan
suspensi :(10)
1. Opacified baby shampoo
2. Hand cream
3. Hydrocortisone lotion
4. Shampoo
5. Sunscreen cream
6. Calamine lotion
7. Liquid Foundation

Bentuk sedian suspensi dalam kosmetik salah satunya Foundation Makeup dalah untuk
memperbaiki penampilan kulit dengan pencampuran warna kulit, meliputi noda, dan menciptakan
halus, sehat cahaya. Banyak foundation mengandung agen penghalang seperti UV inhibitor, turunan
selulosa, dan silikon untuk melindungi kulit dari sinar cahaya (buatan dan alami), angin dan dingin, dan
dari kotoran dan puing-puing.

Salah satu contoh dari Foundation Makeup adalah Liquid Foundation, kebanyakan suspensi
mineral dan pigmen organik dan anorganik dalam larutan alkohol dan air. Kebanyakan Liquid
Foundation harus dikocok sebelum digunakan, namun bentonit ditambahkan sebagai pengikat untuk
membantu menjaga produk dicampur. Perumusan produk ini umumnya cocok untuk klien dengan
berminyak dengan kondisi kulit normal menginginkan cahaya untuk cakupan terlihat alami.

BAB IV
KESIMPULAN

Page
25
Suspensi merupakan salah satu contoh dari bentuk sediaan cair yang secara umum dapat
diartikan sebagai suatu sistem dispersi kasar yang terdiri atas bahan padat tidak larut tetapi terdispersi
merata ke dalam pembawanya. Bentuk suspensi yang sering di pasarkan ada 2 macam, yaitu suspensi
siap pakai atau suspensi cair yang langsung diminum, dan suspensi yang dilarutkan terlebih dahulu ke
dalam cairan pembawanya. Suspensi bentuk ini digunakan untuk zat aktif yang kestabilannya dalam
akhir kurang baik dan sebagai pembawa dari suspensi yaitu berupa air dan minyak.

Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar, baik fisik
maupun kimia. Kulit merupakan sawar fisiologik yang penting karena ia mampu menahan penembusan
bahan gas, cair maupun padat yang berasal dari lingkungan luar. Meskipun kulit relatif permeable
terhadap senyawa- senyawa kimia, namun dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa
obat atau bahan berbahaya yang dapat menimbulkan efek terapetik atau efek toksis baik yang bersifat
setempat maupun sistemik.

Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel yang terdispersi dalam pembawa cair
yang bertujuan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai lotio
termasuk dalam golongan ini (Depkes RI, 1995)

Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk suspensi yaitu bahan obat mempunyai
kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair, mudah
diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk menelan, diberikan pada anak- anak, untuk
menutupi rasa pahit atau aroma yang tidak enak pada bahan obat. Sediaan suspensi diterima baik oleh
konsumendikarenakan penampilan baik itu dari segi warna ataupun bentuk wadahnya. Penggunaan
dalam bentuk suspensi bila dibandingkan dengan larutan sangatlah efisien sebab suspensi dapat
mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.

Pada molekul yang dapat diserap, derajat penembusan dapat diubah dengan menggunakan
bahan pembawa yang sesuai dengan komposisi yang dapat mendorong pelepasan zat aktif sedemikian
agar dapat mencapai jaringan ia menunjukkan aksi terapetiknya (Yusriadi, 2014)

Faktor- faktor yang dapat mengubah ketersediaan hayati zat aktif yang terdapat dalam sediaan
yang dioleskan pada kulit, seperti :

Page
26
1. Penyerapan/absorbsi : Lokalisasi sawar (Barrier), Jalur Penembusan (absorbsi), penahanan
dalam struktur permukaan dan penyerapan perkutan.
2. Faktor fisiologik yang mempengaruhi penyerapan : Keadaan dan Umur kulit, aliran darah,
tempat pengolesan, kelembaban dan temperatur
(M.T Simanjuntak, 2006)

DAFTAR PUSTAKA

Page
27
1. Farmakope Indonesia edisi IV 1995, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
2. Farmakope Indonesia edisi III 1979, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
3. Formularium Nasional Edisi Kedua 1978, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
4. Mahdhun, Muhammad. Blog Cara Mengerjakan Suspensihttp://muhammad-
mahdhun.blogspot.co.id/2014/03/cara-mengerjakan-suspensi.html(diakses tanggal 14 oktober 2016)
5. Tranggono, R.I.S, dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu PengetahuanKosmetik. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Hal. 118
6. Pusat Informasi Obat Universitas Islam Indonesia (PIO UII) November 23, 2012 diunduh dari
https://piouii.wordpress.com/2012/11/23/berbagai-zat-tambahan-dalam-campuran-kosmetik/(diakses tanggal
15 oktober 2016)
7. Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: DepartemenKesehatan RI. Hal. 83, 85,
106-132.
8. Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal 135-145
9. Afifah. Panduan Perkuliah Farmasetika Dasar, FMIPA ISTN
10. Ernest W. Flick, COSMETIC AND TOILETRY FORMULATIONS Second Edition Volume 2, NOYES
PUBLICATIONS Park Ridge, New Jersey, U.S.A.
11. Hilda Butler, 2000, Poucher's Perfumes, Cosmetics and Soaps 10th Edition, Editor and Consultant to the
Cosmetic Industry, KLUWER ACADEMIC PUBLISHERS DORDRECHT / BOSTON / LONDON
12. Lestari, Nuroniah Nuri, dan Zaelani, Diki. 2014. Kajian Pustaka Peningkatan Kelarutan Obat Sukar Larut
dalam Air dengan Dispersi Padat, Sekolah Tinggi Farmasi Bandung
13. Lachmann, L. et al. (1989). Teori dan Praktek Farmasi Industi Jilid 2. Penerjemah : Siti Suyatmi. Jakarta : UI
Press. Hal 644-646, 697-705.
14. Parrot, Eugene C, (1980), Pharmaceutical Technology, Collage of Pharmacy University of Iowa, Iowa
City.
15. Royal Pharmaceutical Society 18th
16. Scoville, Wilbur Lincoln, Book The Art of Compounding
17. Martin, Alfred; James Swarbrick and Arthur Cammarata. Farmasi Fisik (Dasar-dasar Kimia Fisik Dalam
Ilmu Farmasetika) 1. UI Pres. Penerbit Universitas Indonesia 2013
18.Ansel, H. C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Penerjemah: Farida Ibrahim.
Jakarta: UI Press. Hal 261-266, 269- 271

Page
28

Anda mungkin juga menyukai