Anda di halaman 1dari 32

KNOWLEDGE MANAGEMENT DAN IMPLEMENTASINYA DI PT TELKOM

TUGAS AKHIR SEMESTER


MANAGEMENT INTERNATIONAL

Disusun Oleh:

Novitasari Kusumadewi/NIM 122110090

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS TRISAKTI
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAGEMENT

JAKARTA

2012

ABSTRAKSI

Knowledge Management (KM) merupakan upaya untuk mendapatkan


keuntungan dari pengetahuan yang berada dalam suatu organisasi dan
menggunakannya untuk mencapai misi organisasi. Perlu dilakukan transformasi
pengetahuan tacit atau pengetahuan implisit menjadi format eksplisit yang
mudah diakses. Makalah ini berpendapat bahwa KM yang efektif di banyak
konteks disiplin harus didasarkan pada pemahaman sifat dinamis dari
pengetahuan itu sendiri. Makalah mengkritisi beberapa pemikiran terkini dalam
literatur KM dan diakhiri dengan KM yang melihat ke arah program yang
dibangun di sekitar pengetahuan sebagai proses dinamis. Selain itu makalah ini
juga membahas penerapan Knowledge Managemen di PT Telkom.

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur, penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas berkat dan rahmat-Nya maka penulisan Makalah Knowledge
Management dapat diselesaikan pada waktunya.
Penulisan Makalah ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan
matakuliah Manajemen International.

Tulisan ini tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan berupa pengarahan,


bimbingan, bantuan dan kerjasama yang penulis terima dari berbagai pihak.

Perkenankan penulis untuk menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada:

1. Ibu Yvone selaku Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan pengarahan, bimbingan dan koreksi serta masukan selama
proses penulisan.
2. Teman-teman angkatan 38 atas pertemanan yang hangat, bantuan dan
dukungan selama proses belajar
3. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini sangat sederhana dan jauh dari sempurna,
penulis mengharapkan masukan dan saran dari berbagai pihak.

Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembacanya

Jakarta, Juli 2012

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI...........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................6
1. Latar Belakang.............................................................................................6
2. Permasalahan...............................................................................................7
3. Tujuan dan Manfaat.....................................................................................8
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................9
1. Sifat Dinamis Pengetahuan..........................................................................9
2. Pengetahuan Dinamis dan Pengelolaan Pengetahuan................................13
3. Pengetahuan Tacit dan Pengetahuan Eksplisit...........................................14
3.1 Tacit Knowledge...............................................................................14
3. 2 Explicit knowledge...........................................................................15
4. Aspek Permasalahan Manajemen Pengetahuan.........................................18
5. Teknologi Imperatif....................................................................................20
6. Pengetahuan sebagai Nilai Sosial..............................................................20
7. Implikasi untuk Program Management Pengetahuan................................23
8. Implikasi bagi Manajemen Pengetahuan dalam Organisasi.......................26
9. Implikasi untuk Profesi Informasi..............................................................27
10. Implementasi Knowledge Management di PT. Telkom.............................28
9.1 Keterkaitan knowledge dan Kampiun.......................................................30
BAB III PENUTUP...............................................................................................32
1. Kesimpulan................................................................................................32
2. Implikasi.....................................................................................................33
3. Saran...........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................34

DAFTAR GAMBAR

Bagan 1 Proses Transformasi Pengetahuan Tacit menjadi Pengetahuan


eksplisit................................................................................................ 26
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Knowledge Management atau Sharing Knowledge dalam organisasi didasarkan pada
pemahaman tentang penciptaan pengetahuan dan transfer knowledge. Pengelolaan
Pengetahuan (Knowledge Management) menjadi salah satu metode peningkatan
produktifitas dalam suatu organisasi, perusahaan atau instansi, Hal ini sangat
diperlukan karena saat ini kompetisi tidak lagi mengandalkan sumber daya alam,
tetapi sudah berpindah kepada pemanfaatan sumber daya manusia secara optimal.
Pemanfaatan sumber daya manusia melalui potensi kreativitas dan inovasi, agar
dapat meningkatkan produktifitas organisasi.

Berbagi pengetahuan (knowledge sharing) merupakan suatu metode dalam


knowledge management yang digunakan untuk memberi kesempatan kepada
anggota suatu organisasi, instansi atau perusahaan untuk berbagi ilmu pengetahuan,
teknik, pengalaman dan ide yang mereka miliki kepada anggota lainnya. Berbagi
pengetahuan hanya dapat dilakukan bilamana setiap anggota memiliki kesempatan
yang luas dalam menyampaikan pendapat, ide, kritikan dan komentarnya kepada
anggota lainnya. Disinilah peran berbagi pengetahuan dikalangan karyawan agar
mampu berpikir secara logika yang diharapkan akan menghasilkan suatu bentuk
inovasi.

Dalam pelaksanaannya, Knowledge Management (KM) merupakan upaya untuk


mendapatkan keuntungan dari pengetahuan yang berada dalam suatu organisasi dan
menggunakannya untuk mencapai misi organisasi. Pengalihan tacit atau pengetahuan
implisit menjadi format eksplisit dan mudah diakses, tujuan banyak proyek KM adalah
menantang, kontroversial, dan diberkahi dengan isu-isu manajemen yang sedang
berlangsung. Makalah ini berpendapat bahwa KM yang efektif di banyak konteks
disiplin harus didasarkan pada pemahaman sifat dinamis dari pengetahuan itu sendiri.
Makalah juga mengkritisi beberapa pemikiran terkini dalam literatur KM dan diakhiri
dengan KM yang melihat ke arah program yang dibangun di sekitar pengetahuan
sebagai proses dinamis.

Pengetahuan akan dibeli oleh pengalaman yang sesuai (Henry David Thoreau, 1949).

Knowledge Management (KM) menjelaskan praktek kedua bisnis dan teori yang
muncul dari studi. Keinginan untuk berbagi pengetahuan adalah sesuatu yang sangat
alami bahwa tampaknya aneh bahwa KM telah muncul sebagai sesuatu yang baru
diciptakan oleh perusahaan. Jelasnya, berpikir tentang KM telah tinggal dalam
perdagangan dan industri yang mana sebagian besar tulisan di topik telah diterbitkan,
tetapi baru-baru ini literatur KM telah mulai melewati batas, dan pembelajar di banyak
disiplin ilmu telah menunjukkan minat yang kuat dalam penciptaan pengetahuan, nilai
dan daya ketika dibagi di seluruh organisasi. Karena teori KM masih berkembang,
terutama cocok untuk orang-orang dalam profesi informasi dan teknologi untuk
memeriksa KM dan menawarkan kerangka kerja analitis yang dapat membimbing
secara bijaksana dan praktek pengetahuan yang manusiawi.

Tujuan dari makalah ini adalah untuk menunjukkan bagaimana jantung dari KM
berkaitan dengan sifat dinamis dari pengetahuan. Untuk tujuan ini beberapa ide kunci
tentang pengetahuan dan KM akan dieksplorasi. Bagian pertama dari makalah ini
adalah menganalisis sifat dinamis dari pengetahuan. Ini menunjukkan bagaimana
pemahaman tentang pengetahuan itu sendiri adalah kunci untuk manajemen
pengetahuan yang efektif. Sebuah kritik dari beberapa aspek bermasalah dari
manajemen pengetahuan akan mengikuti. Sebagai kesimpulan, implikasi untuk solid
dan program KM abadi terikat dengan analisis sifat pengetahuan dan artefak
pengetahuan yang disajikan sebelumnya dalam artikel.

2. Permasalahan
1. Masih kurangnya pemahaman mengenai keterkaitan Knowledge Management
dengan sifat dinamis dari pengetahuan
2. Literatur KM telah mulai melewati batas, dan pembelajar di banyak disiplin ilmu
telah menunjukkan minat yang kuat dalam penciptaan pengetahuan, nilai dan
daya ketika dibagi di seluruh organisasi.
3. Masih kurangnya pemahaman mengenai bagaimana proses transformasi
pengetahuan internal (tacit) menjadi eksternal (Eksplisit)
4. Adanya aspek bermasalah dari Knowledge Management bahwa Pengetahuan
berasal dan Tinggal di Pikiran
5. Kesalahan menyamakan manajemen pengetahuan dengan alat teknologi
6. Masih kurangnya pemahaman mengenai kontribusi perkembangan teknologi
untuk penerapan KM
7. Masih kurangnya pemahaman mengenai implikasi penerapan program KM

3. Tujuan dan Manfaat


a. Meningkatkan pemahaman mengenai keterkaitan Knowledge Management
dengan sifat dinamis dari pengetahuan
b. Meningkatkan pemahaman mengenai bagaimana proses transformasi
pengetahuan internal (tacit) menjadi eksternal (Eksplisit)
c. Menemukan solusi dari aspek yang bermasalah dalam Knowledge Management
d. Meningkatkan pemahaman mengenai kontribusi perkembangan teknologi untuk
penerapan KM
e. Meningkatkan pemahaman mengenai implikasi penerapan program KM
terutama di PT Telkom

BAB II PEMBAHASAN
1. Sifat Dinamis Pengetahuan

Manajemen pengetahuan (knowledge management) adalah proses bagaimana


organisasi menghasilkan kemakmuran dari sisi intelektual atau knowledge base aset,
yakni sesuatu yang bernilai tanpa dimensi fisik yang melekat pada orang, atau
diperoleh dari proses, sistem dan budaya yang berkaitan dengan organisasi, merek,
pengetahuan individu, hak kekayaan intelektual (intelectual property), lisensi serta
pengetahuan organisasi (pangkalan data, pemahaman mengenai proses-proses
organisasi dan relationship). Kemakmuran dapat diperoleh jika organisasi dapat
menggunakan pengetahuan untuk menciptakan proses yang lebih efektif dan efisien.
Selain itu juga, perusahaan mampu menggunakan pengetahuan untuk menciptakan
nilai atau manfaat bagi konsumen dengan mendorong inovasi pengembangan produk
yang unik (Djohar, 2000). Di lain pihak, Nonaka ( 1995) mengungkapkan bahwa
manajemen pengetahuan adalah usaha mengumpulkan, mengorganisasi,
menciptakan pengetahuan baru, menyebarkannya ke organisasi dan memanfaatkan
pengetahuan tersebut dalam teknologi dan produk yang baru. Manajemen
pengetahuan merupakan proses yang terus menerus harus dilakukan oleh
perusahaan, sehingga proses tersebut akan menjadi satu budaya organisasi yang
akan membentuk organisasi yang berbasis pengetahuan. Pengetahuan organisasi
perpaduan pengetahuan individu dan pengetahuan kelompok yang dikelola menjadi
keunggulan organisasi. Ketidakmampuan organisasi dalam mengelola pengetahuan
dapat mengakibatkan gagalnya organisasi melakukan inovasi berkelanjutan.
Keterlibatan manajemen pengetahuan bersumber pada hambatan penciptaan
pengetahuan individu dan hambatan organisasi yang terkait dengan paradigma
perusahaan.

Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management) menjadi salah satu metode


peningkatan produktifitas dalam suatu organisasi, perusahaan atau instansi, Hal ini
sangat diperlukan karena saat ini kompetisi tidak lagi mengandalkan sumber daya
alam, tetapi sudah berpindah kepada pemanfaatan sumber daya manusia secara
optimal. Pemanfaatan sumber daya manusia melalui potensi kreativitas dan inovasi,
agar dapat meningkatkan produktifitas organisasi.

Berbagi pengetahuan (knowledge sharing) merupakan suatu metode dalam


knowledge management yang digunakan untuk memberi kesempatan kepada anggota
suatu organisasi, instansi atau perusahaan untuk berbagi ilmu pengetahuan, teknik,
pengalaman dan ide yang mereka miliki kepada anggota lainnya. Berbagi
pengetahuan hanya dapat dilakukan bilamana setiap anggota memiliki kesempatan
yang luas dalam menyampaikan pendapat, ide,kritikan dan komentarnya kepada
anggota lainnya. Disinilah peran berbagi pengetahuan dikalangan karyawan agar
mampu berpikir secara logika yang diharapkan akan menghasilkan suatu bentuk
inovasi. Intranet merupakan bagian yang sangat membantu dalam mengaplikasikan
knowledge Management.

Menurut Research Delphi Group bahwa knowledge dalam organisasi tersimpan dalam
struktur sebagai berikut:

42% dipikirkan dalam otak karyawan

26% dokumen kertas

20% dokumen elektronik

12% knowledge based-electronic

Berbagi pengetahuan hanya dapat dilakukan bilamana setiap anggota/karyawan


memiliki kesempatan yang luas dalam menyampaikan pendapat, ide, kritikan dan
komentarnya kepada anggota lainnya. Sebagian situs portal dalam suatu organisasi,
instansi atau perusahaan telah menggunakan atau mengaplikasikan forum diskusi
untuk memberikan kesempatan yang luas kepada seluruh karyawan dalam
menyampaikan kesulitan yang dihadapi dalam pekerjaanya, ide ide yang timbul untuk
meningkatkan produktifitas pekerjaannya, kritikan dan saran terhadap organisasi
dalam rangka menciptakan lingkungan kerja yang kondusif.

Dalam buku Learning to fly oleh British Oil Company menyatakan bahwa You Cannot
manage knowledge- nobody can? Knowledge can be created, discovered, captured,
shared etc. Jadi hanya empat bagian utama yaitu persediaan pengetahuan,
mempercepat aliran knowledge, transformasi knowledge dan pemanfatan knowledge.

Informasi dan ilmu perpustakaan, sistem informasi, ilmu komputer, teknik, komunikasi,
kognitif ilmu pengetahuan, dan ilmu organisasi memiliki semua klaim pada beberapa
aspek manajemen pengetahuan (Borghoff & Pareschi, 1998; Diena & Perner, 1999;
DiMattia & Oder, 1997; Dutta, 1997; Koenig, 1996; Parikh, 2001; Streng, 1999; Zack,
1999). Meskipun berbeda, para praktisi dari disiplin ilmu ini memiliki kepentingan
bersama dalam pengetahuan dan berbagi pengetahuan, akibatnya, adalah wajar
bahwa studi tentang manajemen pengetahuan harus dimulai dengan studi tentang
pengetahuan itu sendiri. Pengetahuan adalah kesadaran apa yang diketahui melalui
studi, pengalaman penalaran, atau asosiasi, atau melalui berbagai jenis lainnya dari
belajar. Hal ini berkenalan dengan atau pemahaman ilmu pengetahuan, seni, atau
Teknik (Merriam Websters Collegiate Dictionary, 2002). Kamus Bahasa Inggris Oxford
menyajikan kata pengetahuan sebagai makna mengakui. . . mengenali. . .
bertanya. . . menyadari. . . pemahaman. . . tanggung jawab. . . intelijen. . . informasi
yang diperoleh melalui belajar, dan belajar. Kata kerja yang digunakan dalam
mendefinisikan pengetahuan menunjukkan bagaimana pengetahuan adalah hasil dari
satu set proses yang bervariasi, proses yang juga menunjukkan hakikat dari
pengetahuan. Tidak seperti informasi statis yang dapat diselenggarakan di database
dan di atas kertas, pengetahuan berbasis pada makhluk hidup, atau berasal dari
mereka, dan dengan demikian, pengetahuan selalu berubah dengan pengalaman
manusia. Dalam organisasi dimana pekerjaan bergantung pada interaksi pribadi
dengan orang lain, pengetahuan memiliki kedua dimensi yaitu aktif dan dimensi sosial
(Brown & Duiguid, 2000). Sebagai Pejabat Informasi K. Sbarcea (2001) mengatakan
kiasan, Pengetahuan dilakukan, arus, transfer dan dicerna oleh hubungan pribadi dari
waktu ke waktu. Memiliki kehidupan sosial yang aktif yang berarti bahwa pengetahuan
selalu berubah dan dalam aliran. . . Pengetahuan mendalami konteks dan kekayaan.

Jika seseorang menerima aksioma bahwa pengetahuan adalah kekuatan, satu bahkan
bisa mengatakan pengetahuan dinamis karena energi dan perubahan melekat dalam
sifatnya.

Etimologi dari kata dinamis dapat ditelusuri dalam bahasa Yunani dynamis, yang
berarti kekuasaan dan dynamikos, kuat, dan dynasthai, untuk dapat (Merriam-
Webster, 2002). Penggunaan kata adalah kata sifat yang memodifikasi sebuah istilah
ketika kita ingin menunjukkan perubahan, energi, pemaksaan, dan produktivitas. Hal
ini bahkan digunakan sebagai istilah yang mengacu pada random-access memory
yang membutuhkan penyegaran periodik agar data dapat disimpan (Merriam-Webster,
2002).

Pengetahuan adalah tepat dinamis karena terus berubah melalui pengalaman dan
pembelajaran. Ini adalah kuat kekuatan yang dapat digunakan untuk mengatasi
hambatan pada pengaruh pengambilan keputusan, dan umumnya memungkinkan dan
menyegarkan individu dan organisasi sehingga mereka dapat mencapai tujuan dan
menyelesaikan karya (Stewart, 2001). Secara tradisional, dalam teori informasi,
pengetahuan telah dibedakan tempatnya di sebuah tangga hirarkis yang
menempatkan data pada anak tangga bawah, berikutnya informasi, kemudian
pengetahuan, dan akhirnya kebijaksanaan di bagian atas (Broadbent, 1998;
Cleveland, 1982; Haeckel & Nolan, 1993; Streng, 1999). Dalam memeriksa sifat
pengetahuan, Namun, tidak begitu mudah untuk menempatkannya dalam tingkat
taksonomi yang terisolasi. Pengetahuan tidak hanya merupakan objek yang dapat
ditempatkan, atau hal tersebut harus dibingungkan dengan representasi pengetahuan
dalam dokumen, database, dll, tetapi dapat dilihat sebagai kumpulan proses yang
memungkinkan terjadinya proses belajar dan pengetahuan yang akan
diinternalisasikan.

Pengetahuan membutuhkan pemahaman, sehingga prosesnya sangat terkait dengan


aktivitas dan pengalaman manusia. Bisakah kita memisahkan informasi dan
pengetahuan dengan identifikasi informasi sebagai sesuatu bentuk tetap seperti
dokumen, buku, atau rekaman video dan pengetahuan sebagai kondisi yang terus
berkembang? Bahwa delineasi mungkin terlalu sederhana jika kita memperhitungkan
bagaimana ulama telah mendefinisikan informasi dan pengetahuan.

Broadbent (1998) menulis bahwa pengetahuan diperkaya informasi dengan wawasan


ke dalam konteksnya yang menunjukkan bagaimana informasi dan pengetahuan
terkait erat dan bagaimana mereka digunakan untuk mendefinisikan satu sama lain.
Melihat pengetahuan dari sudut pandang manajerial, Broadbent memandang bahwa
pengetahuan sebagai sesuatu yang seseorang tahu, dan dia mengatakan bahwa akan
menjadi pengetahuan organisasi ketika ada proses untuk mengubah pengetahuan
tacit ke pengetahuan eksplisit, yang memungkinkan orang lain dalam organisasi untuk
menggunakannya untuk pengambilan keputusan.

Buckland (1991) melihat informasi sebagai agak ambigu, tapi dengan mengidentifikasi
bagaimana informasi digunakan, ia menjelaskan berbagai aspek informasi dan
menyediakan sebuah jendela ke dalam lanskap bersama informasi dan pengetahuan.
Buckland (1991) membagi informasi ke dalam tiga unit utama epistemologis: informasi
sebagai proses, informasi sebagai pengetahuan, dan informasi sebagai hal. Satu
karakteristik informasi sebagai pengetahuan adalah bahwa hal tersebut tidak
berwujud/intangible. Akibatnya, Pengetahuan, keyakinan, dan pendapat adalah
pribadi, subjektif, dan konseptual. Oleh karena itu,untuk berkomunikasi, mereka harus
dinyatakan, dijelaskan, atau diwakili dalam beberapa cara fisik, sebagai sinyal, teks,
atau komunikasi. Disini Buckland membawa ke dalam fokus pemahaman bahwa
pengetahuan untuk berkomunikasi adalah proses utama, tetapi untuk menangkap dan
berbagi pengetahuan secara nyaman, representasi sering ditempatkan dalam
penyimpanan dan sistem pengambilan. Item yang mewakili pengetahuan dalam
sistem ini dikenal sebagai pengetahuan artefak (Seiner, 2000) atau unit pengetahuan
(Zack, 1999). Sebagai ilmuwan informasi Buckland membuat kasus untuk saling
ketergantungan informasi dan pengetahuan dan perbedaan antara hal-hal dan proses.

Sebagaimana telah kita lihat bahwa pengetahuan berhubungan dengan tindakan atau
proses. Davenport dan Prusak (1998) berpendapat bahwa salah satu alasan
pengetahuan adalah lebih berharga dari data atau informasi dimana hal tersebut lebih
dekat dengan tindakan. Dalam kerangka acuan, tindakan berarti keputusan atau
gerakan yang dilakukan sebagai akibat dari pengetahuan yang tersedia. Untuk
Davenport dan Prusak, teori manajerial, pengetahuan terdiri dari pengalaman
sesorang, kebenaran, penilaian, dan aturan praktis, tetapi dalam semua kasus, idenya
adalah bahwa pengetahuan mencerminkan sifat aktif.

Dalam kutipan Pengetahuan Pekerjaan Davenport, dan Prusak (1998) mendefinisikan


pengetahuan sebagai . . Campuran. Cairan frame pengalaman, nilai, kontekstual
informasi, dan wawasan ahli yang memberikan kerangka untuk mengevaluasi dan
memasukkan informasi dan pengalaman baru.

Ini berasal dan diterapkan dalam pikiran pembelajar. Dalam organisasi, sering menjadi
tertanam tidak hanya dalam dokumen atau repositori tetapi juga dalam organisasi
rutinitas, proses, praktik, dan norma.

Definisi pengetahuan menyatukan kegiatan bersama untuk mengetahui dengan baik


artefak yang mewakili pengetahuan, dan menekankan dinamika rutinitas, proses, dan
praktek, serta memperkuat gagasan lebih lanjut bahwa pengetahuan adalah
berdasarkan sifatnya yaitu kekuatan bergerak. Pengetahuan bersifat dinamis, tidak
hanya pada individu, tetapi juga dalam pengetahuan organisasi di mana harus ada
gerakan untuk pengetahuan yang akan ditransfer atau dibagi.

2. Pengetahuan Dinamis dan Pengelolaan Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh secara aktif dan dinamis melalui stimulasi sensorik,


mendengarkan dan mengamati orang lain, membaca, menyadari perasaan,
pengalaman hidup, dan semua terkait dengan proses belajar. Inilah sifat dinamis dari
pengetahuan yang mengarah pada pertanyaan tentang bagaimana sesuatu dalam
aliran, dalam gerakan dan tindakan, dan dapat dikelola. Dalam program pengelolaan
pengetahuan adalah artefak pengetahuan, atau hal tersebut, yang dikelola, bukan
pengetahuan itu sendiri, dan representasi pengetahuan harus mencerminkan tindakan
akuisisi pengetahuan. Sebagai contoh, jika catatan dari pelajaran yang dipelajari orang
dalam proyek dikumpulkan, kehalusan upaya dengan klien atau kolega harus
ditangkap dan dilaporkan bersama dalam penulisan kesimpulan. Selain itu, harus ada
upaya untuk menjaga lesson learned dari arsip terkini dan lengkap, sehingga harus
ada usaha aktif untuk memperoleh pemikiran terbaru dan Hasil kelompok proyek yang
sukses. Tentu saja, banyak dapat dipelajari dari kekurangan proyek yang berhasil, tapi
pelajaran ini lebih sulit didapat, karena individu jarang menginginkan nama mereka
terhubung ke kegagalan.

Melihat perbedaan antara artefak pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri sangat
penting untuk didiskusikan terkait pengelolaan pengetahuan. Misalnya, setelah proyek
telah selesai, mereka yang bekerja pada proyek dapat membuat laporan tentang
pelajaran yang didapat selama bekerja dalam proyek tersebut. Atau kelompok yang
sama mungkin bergabung bersama dan membuat video presentasi yang merangkum
aspek-aspek utama dari proyek yang berharga dalam memperoleh pengetahuan.
Laporan dan presentasi video akan menjadi artefak yang mewakili pengetahuan yang
diperoleh oleh beberapa orang yang bisa menguntungkan orang lain. Akhirnya, artefak
pengetahuan akan terdiri kumpulan bahan yang dapat dikodifikasikan dan ditempatkan
di repositori untuk akses oleh setiap orang dalam organisasi.

3. Pengetahuan Tacit dan Pengetahuan Eksplisit

Kerangka manajemen pengetahuan melibatkan sumberdaya manusia, informasi dan


teknologi. Faktor penting yang berhubungan dengan sumberdaya manusia antara lain
adalah mengetahui dengan pasti apa yang membuat komunitas tertarik,
mengidentifikasi pengetahuan penting bagi sumberdaya manusia dan Jenis
penerapan knowledge management ada dua, yaitu:

3.1 Tacit Knowledge


Pada dasarnya tacit knowledge bersifat personal, dikembangkan melalui
pengalaman yang sulit untuk diformulasikan dan dikomunikasikan (Carrillo et al.,
2004). Berdasarkan pengertiannya, maka tacit knowledge dikategorikan sebagai
personal knowledge atau dengan kata lain pengetahuan yang diperoleh dari
individu (perorangan). Pengalaman yang diperoleh tiap karyawan tentunya
berbeda-beda berdasarkan situasi dan kondisi yang tidak dapat diprediksi.
Definisi experience yang diambil dari kamus bahasa Inggris adalah the process
of gaining knowledge or skill over a period of time through seeing and doing
things rather than through studying yang artinya proses memperoleh
pengetahuan atau kemampuan selama periode tertentu dengan melihat dan
melakukan hal-hal daripada dengan belajar.

3. 2 Explicit knowledge
Explicit knowledge bersifat formal dan sistematis yang mudah untuk
dikomunikasikan dan dibagi (Carrillo et al., 2004). Penerapan explicit knowledge
ini lebih mudah karena pengetahuan yang diperoleh dalam bentuk tulisan atau
pernyataan yang didokumentasikan, sehingga setiap karyawan dapat
mempelajarinya secara independent. Explicit knowledge dalam penelitian ini
adalah job procedure dan technology. Job procedure adalah tanggung jawab
atau tugas yang bersifat formal atau perintah resmi atau cara melakukan hal-hal.
Berdasarkan pernyataan Anshori selaku pihak yang mencetuskan knowledge
management, salah satu bentuk konkret dari explicit knowledge adalah Standard
Operation Procedure. Standard Operation Procedure atau prosedur pelaksanaan
dasar dibuat untuk mempertahankan kualitas dan hasil kerja, dimana tugas-
tugas akan semakin mudah dikerjakan dan tamu akan terbiasa dengan sistem
pelayanan yang ada.

Teknologi merupakan salah satu elemen pokok yang terdapat pada knowledge
management, dikenal sebagai media yang mempermudah penyebaran explicit
knowledge. Salah satu teknologi paling mutakhir yang saat ini digunakan oleh
banyak perusahaan untuk proses penyebaran knowledge adalah intranet,
dimana hal ini didasarkan pada kebutuhan untuk mengakses knowledge dan
melakukan kolaborasi, komunikasi serta sharing knowledge secara on line.

Artefak sebagai ekspresi eksplisit dari pengetahuan masih tergantung pada


atribut manusia diwujudkan dalam pribadi pengetahuan. Michael Polanyi (1958)
telah menciptakan sebuah katalog lengkap dari kategori pengetahuan dalam
tanda tangannya dalam proyek pengetahuan personal, suatu karya yang
dikonsumsi selama hampir 9 tahun. Polanyi memetakan lanskap intelektual yang
diawali dengan Ptolemy dan hasil untuk abad ke-20 yang menunjukkan
bagaimana seni dari pengetahuan pribadi sangat diperlukan dalam beasiswa
disiplin, bahkan dalam apa yang kita anggap sebagai ilmu pasti. Polanyi
berpendapat bahwa tanpa keterlibatan pribadi dalam memahami, pengetahuan
memiliki nilai kecil. Polanyi memuji Pengetahuan pribadi yang berasal dari gairah
intelektual dan dia memuji nilai sosial dari kejujuran intelektual dan kebenaran
dalam pengembangan pengetahuan. Penulis lain sering memanggil
pekerjaannya, tapi secara praktis, kategori rumit Polanyi jarang dibedakan dalam
organisasi manajemen penetahuan. Kontribusi terbesar Polanyi terhadap
pemahaman pengetahuan adalah penjelasan tentang tacit (Internal) maupun
eksplisit (eksternal) pengetahuan. Dalam esai yang diterbitkan pada tahun 1969,
sebagai Knowledge and Being, Polanyi menekankan pentingnya pengetahuan
tacit, dan dia berkata, Kondisi ideal pengetahuan eksplisit ketat adalah
pertentangan diri. Dirampas secara diam-diam, tacit knowledge mereka, semua
diucapkan dalam kata-kata, rumus, peta dan grafik secara ketat. Diakui, tampilan
Polanyi adalah sesuatu yang agak dibersihkan versi pengetahuan (Prichard,
2000), tetapi karena ia adalah seorang ahli teori awal dari tacit / eksplisit
knowledge,kerangka nya telah terbukti berguna untuk orang lain. Lihat Tabel 1
untuk daftar karakteristik dari pengetahuan tacit dan eksplisit.

Percabangan dari pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit Polanyi adalah


sebuah divisi terlihat di seluruh KM literatur (Broadbent, 1998; Davenport &
Prusak, 1998; Diena & Perner, 1999; Nonaka & Takeuchi, 1995, Whitley, 2000,
dll). Pengetahuan Tacit, kadang-kadang dikenal sebagai pengetahuan implisit,
adalah tak terucap dan tersembunyi. Ini adalah keahlian dan asumsi yang
dikembangkan oleh individu berkembang selama beberapa tahun yang mungkin
tidak pernah direkam atau didokumentasikan. Para montir mobil lingkungan,
misalnya, mungkin memiliki kesepakatan besar mengenai pengetahuan tacit
tentang perbaikan mobil dan truk, tetapi pengetahuan ini hanya dapat diakses
oleh orang lain jika mekanik memilih untuk mengajar, untuk memberikan kerja
praktek, untuk menulis buku tentang itu, atau untuk memperbaiki pengetahuan
dalam beberapa format.

Implisit atau diam-diam pengetahuan Explicit Knowledge


Pengetahuan eksplisit
Secara formal Artikulasi Bawah Sadar
Dirasakan Dijelaskan
Tidak menyadari Sadar
Sulit untuk mengartikulasikan atau tak Tetap
terucapkan
Berdasarkan pengalaman Dikodifikasikan
Ditransfer melalui percakapan Terdokumentasi (ditulis, direkam,
Tertanam dalam cerita dan narasi dicatat, digital, dll)
Disimpan dalam repositori
(database, file, dll) Dapat dilihat atau didengar
Pengamatan Escapes Dibagikan dengan orang lain
pengamatan Organisasi
Diadakan dalam diri bersama Mendorong atau menarik
dengan orang lain Dipaksa atau ditarik
Pribadi Laporan, pelajaran
Wawasan dan pemahaman
Hukum
Asumsi
Tabel 1. Karakteristik knowledge.a tacit dan eksplisit

Tentu, pengetahuan tacit adalah subyektif dan pribadi, tetapi bisa dibagi sampai
batas tertentu, dan menyampaikan pengetahuan adalah sebuah proses yang
dapat membantu orang lain dan akhirnya berharga bagi organisasi sehingga
dapat membawa dan menyelesaikan tugasnya dengan sukses. Dengan
memperbaiki pengetahuan atau mencoba menyajikannya dalam format seperti
suatu manual, step by step panduan video, atau skema grafis, sebuah artefak
pengetahuan dibuat.

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah dijelaskan, direkam, atau


didokumentasikan. Ketika pengetahuan tacit belum terwakili dan belum dibuat
eksplisit dalam sebuah organisasi, terdapat kemungkinan hilangnya peluang
dalam kinerja, peluang bahwa organisasi lain mungkin memanfaatkan untuk
mereka keperluan sendiri. Michael Zack (1999) menjelaskan bahwa

Pengetahuanyang berpotensi dijelaskan namun belum diartikulasikan akan


menjadi kesempatan yang hilang untuk dibagikan secara efisien dan
dimanfaatkan pengetahuan tersebut. Jika kompetitor memiliki artikulasi dan
integrasu rutin serta penerapan pengetahuan yang sama,maka mereka dapat
memperoleh keunggulan kompetitif.

Keuntungan dari pengetahuan di market biasanya disebut sebagai penggunaan


Modal Intelekstual dari organisasi (Koenig, 1996; Stewart, 1998, 2001).
Beberapa bisnis telah menangkap pengetahuan sebelumnya dianggap menjadi
intuitif atau hanya bisnis know-how, dan telah membuat keuntungan keuangan
dengan cara ini. Mrs legendaris Fields, Misalnya, menciptakan sistem
pendukung keputusan dengan pengetahuan dari bisnis ritel toko roti untuk
membimbing manaher tidak berpengalaman untuk dapat merencanakan hari kue
danpenjualan dan dengan demikian meminimalkan limbah dan memaksimalkan
penjualan untuk perusahaannya. Program ini dimaksudkan untuk mewakili
pengetahuan tentang bagaimana, cuaca liburan sekolah, bulan tahun, hari
dalam seminggu, dan faktor lain mempengaruhi jumlah barang dipanggang
untuk mempersiapkan dan menjual. Kualitas cookie juga tetap tinggi dan dekat
dengan rasa dan tekstur produk asli bahwa Mrs Fields dipanggang dan dijual di
toko kecilnya di Palo Alto di awal-awal dirinya berbisnis (Schember, 1991). Di sisi
lain teknologi penelitian kelompok International Data Corporation telah
melaporkan bahwa pengetahuan tidak dikelola dengan baik telah menelan biaya
Fortune 500 sekitar $ 12 miliar per tahun (Stewart, 2001).

4. Aspek Permasalahan Manajemen Pengetahuan

Pengetahuan berasal dan Tinggal di Pikiran

Meskipun Davenport dan Prusak (1998) dan lain-lain menulis tentang proses
pengetahuan yang beroperasi di pikiran, pada suatu frase sebagai pengetahuan
berasal. . . dalam pikiran knowers, konsep ini bermasalah karena membatasi
pengetahuan menjadi eksklusif dari kegiatan intelektual. Pengetahuan melampaui
aktivitas pikiran, melainkan didasarkan pada sensorik pengalaman dan aktivitas fisik,
serta kognisi sadar.

Sebagai DH Lawrence (1928, 1980) mengatakan, pengetahuan nayat keluar dari


korpus seluruh kesadaran. . . pikiran hanya dapat menganalisis dan merasionalisasi.
Untuk mengetahui melibatkan seluruh pribadi, karena pikiran dan tubuh; emosi,
kognisi, dan fisik bersama-sama menciptakan apa yang diketahui. Dalam salah satu
pusat esai dari pelaksana pengetahuan, pandangan kritis dari manajemen
pengetahuan, Craig Prichard (2000) berpendapat bahwa tubuh dibutuhkan tubuh
untuk dimasukkan kembali ke dalam manajemen pengetahuan.

Dia menyinggung literatur KM yang merekomendasikan bahwa percakapan adalah


kunci untuk berbagi pengetahuan (Davenport & Prusak, 1998), dan ia mengutip
tulisan-tulisan lain dari bisnis yang menunjukkan bahwa komunikasi antara orang dan
pertemuan secara face to face diperlukan untuk merangsang inovasi melalui
pengetahuan. Dalam banyak kasus pertahanan Prichard, penekanan pada fisik jelas,
tetapi tidak diakui.

Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa pentingnya pengetahuan tacit, sebagai


Polyani dan lain-lain telah menunjukkan, membuktikan bahwa tubuh tidak dapat
dipisahkan dari pikiran dalam kerangka KM jika kita ingin berbagi pengetahuan yang
berarti. Feminis penulis juga melihat kesulitan dalam memisahkan pikiran dan tubuh
ketika konseptualisasi pengetahuan. Allison Jaggar (1989) mengekspos mitos
investigasi tidak memihak dalam ilmiah penelitian, dan menunjukkan bahwa emosi
yang terkandung diperlukan tidak hanya untuk akuisisi pengetahuan, tetapi untuk
kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Dalam budaya barat, Jaggar menunjukkan,
orang telah didorong untuk menekan emosi mereka, dan karena itu, mereka mungkin
tidak menyadarinya emosi mereka atau kepentingan mereka untuk mengetahui.
Jaggar mengatakan. Tapi kurangnya kesadaran emosi tentu saja tidak berarti bahwa
emosi tidak hadir sadar atau tidak sadar atau bahwa emosi bawah tanah tidak
mengerahkan terus pengaruh pada nilai-nilai diartikulasikan dan pengamatan, pikiran,
dan tindakan orang.

Jaggar melanjutkan dengan berpendapat bahwa kita harus memikirkan kembali


hubungan antara pengetahuan dan emosi menyarankan bahwa model konseptual
baru harus dibangun untuk menunjukkan bagaimana nalar dan emosi yang diperlukan
untuk satu sama lain. Emosi, begitu erat terkait dengan diri fisik kita, adalah saling
berhubungan dengan bagaimana kita berpikir dan tahu.

Biarkan saya menawarkan beberapa contoh umum dari pikiran dan koneksi tubuh
dalam proses pengetahuan. Orang yang indranya menyadari situasi berbahaya atau
memiliki perasaan saat memasuki ruangan yang ada ketegangan dan kesulitan dalam
rapat, beroperasi melalui kombinasi dari kemampuan manusia: intuisi, emosi, dan
pengalaman. Seorang penari tahu kapan ia telah melaksanakan langkah sukses
dengan rahmat dan kekuatan melalui memori kinestetik yang dia telah diperoleh
dengan tahun praktek. Pengetahuannya memiliki dimensi intelektual, terutama
pengetahuan tubuh.

Berbicara tentang pengetahuan disinggung di sini hanya berada dalam pikiran atau
berasal dari pikiran, menyangkal aspek fisik dan aspek aspek lain dari pengalaman
manusia. Memisahkan pikiran, tubuh, dan semangat dalam mendefinisikan
pengetahuan dan mengakui hanya dimensi intelektual yang mengabaikan aspek
penting dari sifat manusia dan menyajikan retak gambar pengetahuan. Perbedaan
antara pikiran dan tubuh adalah dikotomi buatan, diskriminasi yang diragukan
berdasarkan jauh lebih pada kekhasan pemahaman intelektual dari pada sifat hal,
menurut Jung (1933). Sejauh manajemen pengetahuan yang bersangkutan,
setidaknya lebih jujur dan mungkin lebih berguna untuk memahami pengetahuan
untuk mengenali keutuhan pengalaman manusia. Apakah intuisi, kecerdikan cerdas
mengetahui, dan keahlian yang menggabungkan jenis pengetahuan yang berbeda
yang dapat diajarkan atau ditangkap dalam sebuah program manajemen pengetahuan
yang masih bisa diperdebatkan. Mengakui bahwa semua pengetahuan tidak dapat
dikelola dapat membantu kredibilitas KM dalam profesi informasi, karena hal ini
merupakan Ide untuk mengelola pengetahuan manusia yang tertanam yang
tampaknya paling pantas usaha KM manajemen pengetahuan yang skeptis dan kritis.

5. Teknologi Imperatif

Untuk menghindari tugas yang berulang, kita telah menjadi terbiasa mendelegasikan
kebosanan kerja ke komputer. Menghitung, pemilahan catatan, mengeja memeriksa,
pengolah kata, dll, memiliki semua menjadi proses komputasi rutin yang mungkin
menggoda untuk memikirkan manajemen pengetahuan sebagai seperangkat proses
yang terjadi melalui serangkaian aplikasi perangkat lunak.

Adalah umum untuk melihat iklan yang menawarkan paket perangkat lunak paket
sebagai solusi KM bagi suatu organisasi. Sbarcea (2001) poin untuk kedua komputer
hegemoni dan orientasi techno-utopia umum yang memandang data sebagai
pengetahuan nyata. Gagasan bahwa penyimpanan data, telekomunikasi,
pengambilan, dan aksesibilitas manajemen pengetahuan yang sama dan layak adalah
asumsi yang salah. Meskipun perkembangan teknologi mungkin telah membuat
banyak aspek semakin mungkin dalam berbagi pengetahuan (Dutta, 1998; Stewart,
2001), adalah kesalahan menyamakan manajemen pengetahuan dengan alat
teknologi. Berbagi pengetahuan harus bergantung pada kecerdasan, energi, dan
kemauan manusia untuk bekerja sama dan menggunakan pengetahuan dalam upaya
kolaboratif. Teknologi dapat membantu, tetapi sifat aktif dari pengetahuan berarti
bahwa intervensi manusia merupakan kebutuhan konstan untuk mensukseskan
program KM.

6. Pengetahuan sebagai Nilai Sosial


Meskipun Nonaka dan Takeuchi (1995) menyatakan bahwa total pembagian tacit-
eksplisit sebagai pembagian pengetahuan yang tidak sempurna, adalah cara yang
berguna untuk memahami bagaimana pengetahuan bergerak dari pribadi kepada
organisasi (Borghoff & Pareschi, 1998; Hansen, Nohria, & Tierney, 1999; Sbarcea,
2001; Zack, 1999). Pengetahuan organisasi dalam konteks literatur manajemen
pengetahuan berarti apa yang umumnya dikenal dalam sekelompok orang yang terkait
dengan organisasi (Nonaka & Takeuchi, 1995). Istilah lain untuk umum yang dikenal
adalah pengetahuan kolektif, frase yang Baumard (2001) yang digunakan untuk
membedakan pengetahuan individu dari pengetahuan bersama di antara anggota
entitas sosial.
Dalam sebuah organisasi atau antara kelompok-kelompok khusus di seluruh
organisasi, praktek bentuk masyarakat (Baumard, 2001; Love & Wegner, 1991),
ditandai dengan situasi belajar di mana kelompok orang yang terlibat dalam pekerjaan
yang mirip (misalnya, sebuah departemen atau divisi) yang menguasai pengetahuan
yang diperlukan untuk memecahkan jenis masalah yang biasanya dihadapi di
lingkungan kerja. Dengan kebutuhan, terdapat tingkat kepercayaan tertentu di antara
masyarakat anggota praktek, kepercayaan yang sangat penting untuk hubungan yang
memungkinkan individu untuk mengembangkan pengetahuan baru satu sama lain dan
berbagi pengetahuan tacit. Karena anggota baru belajar dan memperoleh
pengetahuan melalui partisipasi dalam kegiatan sehari-hari dengan rekan kerja,
praktek masyarakat seperti magang, di mana pengetahuan diperoleh melalui
observasi dan aktivitas di lingkungan kerja (VonKrogh, Ichijo & Nonaka, 2000).

Dixon melihat pengetahuan organisasi sebagai pengetahuan umum pengetahuan


(DeCagna, 2000), dan pandangannya terhadap pengetahuan dalam organisasi terkait
dengan keunggulan kompetitif:

Pengetahuan umum adalah pengetahuan paling penting dalam organisasi. Ini adalah
aset pengetahuan yang membuatnya kompetitif di pasar. Ini adalah pengetahuan
organisasi yang tercipta dari pengalaman pada saat menjalankan tugas dan proyek
sendiri. Ini adalah Hal unik bagi organisasi tersebut, sedangkan banyak pengetahuan
lain organisasi telah dipelajari dari buku, pengetahuan yang dipelajari oleh insinyur
belajar di sekolah, dan sebagainya. Tetapi ketika orang benar-benar melakukan tugas,
mereka belajar apa yang diperlukan, peralatan apa yang terbaik, di mana Anda
mengalami masalah, apa yang dapat dilakukan tentang masalah tersebut, dan
pengetahuan umum apa yang menjadi organisasi umum dari pengetahuan (Dixon di
DeCagna, 2000).

Dixon menggemakan kata-kata Henry David Thoreau (1949), dikutip di awal artikel ini
bahwa pengetahuan akan dibeli oleh pengalaman yang sesuai. Ini adalah pengalaman
mereka dalam organisasi yang menciptakan pengetahuan itu, jika digunakan dan
dibagi, memberikan satu kelebihan organisasi diatas yang lain. Pengetahuan sebagai
keunggulan kompetitif karyawan jelas alasan mereka untuk menerima perhatian dari
ahli teori bisnis dan eksekutif (Fryer, 1999; Koenig, 1996; Oxbrow & Abell, 1998;
Tucker, 1998; Zack, 1999). Bahwa pengetahuan memiliki nilai untuk membuat
perbedaan antara organisasi yang efektif serta sukses dan satu yang hanya biasa-
biasa saja yang mungkin baru mendefinisikan ide dalam manajemen pengetahuan dari
perspektif bisnis (Stewart, 1998, 2001). Pandangan bahwa individu dan pengetahuan
organisasi adalah komoditas atau aset yang dinyatakan dalam istilah modal
intelektual. Tapi pengetahuan, manusia yang begitu erat, kita mungkin
mempertanyakan hak sebuah perusahaan untuk menggunakannya dalam keuntungan
perusahaan. Jika pengetahuan tersebut dikembangkan melalui pengalaman dalam
organisasi, melalui program pembelajaran program, konferensi, rapat, dan peluang
belajar lainnya, maka tampaknya tepat untuk menggunakan apa yang telah menjadi
pengetahuan organisasi sebagai aset. Pengetahuan juga dapat menjadi kerugian bagi
organisasi jika salah atau jika menghambat, atau jika tidak digunakan untuk
pemenuhan misi organisasi. Seorang eksekutif kunci atau sekelompok eksekutif,
misalnya, mungkin tahu bahwa organisasi ini melakukan bisnis dalam ilegal atau mode
buruk. Pengetahuan mereka akhirnya dapat mengakibatkan ketidakmampuan untuk
bertindak antusias atau bertindak bersama-sama, dan, akibatnya, pengetahuan
eksekutif akhirnya mungkin menyebabkan kerusakan perusahaan atau membawa
kehancurannya. Selain itu, pengetahuan dapat dilihat sebagai produk budaya
(Bonaventura, 1998). Hal ini tidak hanya pengalaman individu yang menciptakan
pengetahuan, ini adalah jaringan orang yang bertemu dan bekerja dengan satu sama
lain yang sering menyebabkan pengetahuan bermigrasi dan diciptakan. Orang
menggunakan pengetahuan dalam pertukaran bantuan, untuk mendapatkan
penghargaan, dan untuk naik tangga promosi dan keuntungan finansial dalam sebuah
organisasi. Di jalur ini, pengetahuan cara dapat dilihat sebagai aset yang
diperdagangkan. Penelitian telah menunjukkan bahwa hadiah untuk berbagi
pengetahuan di beberapa perusahaan besar didasarkan pada forum komunikasi
online di seluruh dunia di mana banyak pertanyaan memberikan karyawan daftar
tinggi sebagai ahli pengetahuan, dan listing tersebut dicatat baik pada penilaian kinerja
dan digunakan untuk meningkatkan promosi dan gaji (McInerney, 1999).

Alih-alih inisiatif konstan untuk mengekstrak pengetahuan dari dalam karyawan untuk
menciptakan artefak pengetahuan eksplisit baru, mungkin akan lebih produktif bagi
organisasi untuk menginvestasikan usaha dalam menciptakan budaya pengetahuan
dalam organisasi. Pengetahuan budaya berarti organisasi yang menawarkan
kesempatan untuk menciptakan pengetahuan dan salah satu yang mendorong belajar
dan berbagi apa yang diketahui. Dorongan bisa datang dalam bentuk mendirikan
kelompok rapat kecil, melakukan seminar on site, menawarkan pertemuan informal
yang water cooler di seluruh tempat kerja, dll. Membuat pengetahuan budaya
memastikan penciptaan terus-menerus dan berbagi pengetahuan melalui lingkungan
kepercayaan dan dialog. Kepercayaan memungkinkan individu untuk berbicara secara
terbuka tanpa takut pembalasan dan tanpa khawatir bahwa pengetahuan bersama
akan digunakan secara tidak etis (Shaw, 1997). Kepercayaan diperlukan pada
organisasi abad ke-21 secara umum di mana otoritas tidak hanya untuk diberikan
mengatur dan mengarahkan tim kerjanya sendiri, tetapi juga diperlukan dalam
membangun budaya berbagi pengetahuan (Bonaventura, 1997). Dalam organisasi
yang mengandalkan tim virtual, yaitu kelompok kerja yang terpisah satu sama lain dan
menggunakan teknologi untuk berinteraksi, kepercayaan pada dasarnya diperlukan
karena pekerja tidak melihat setiap wajah lain secara face to face, dan pekerjaan
selesai oleh individu yang mungkin tidak pernah bertemu satu sama lain (Jarvenpaa,
Knoll, & Leidner, 1998). Untuk berbagi pengetahuan tidak hanya memiliki infrastruktur
komunikasi yang baik, tetapi juga harus memiliki lingkungan di mana kepercayaan
memungkinkan tanggung jawab untuk mentransfer pengetahuan individu dan
organisasi.

7. Implikasi untuk Program Management Pengetahuan


Hubungan antara pengetahuan dan organisasi belajar tidak bisa dihindari karena
pengetahuan adalah apa yang telah dipelajari (Kofman & Senge, 1993). Organisasi
belajar adalah tentang orang dan bagaimana mereka bekerja sama untuk mencapai
pribadi dan tujuan organisasi. Karya Peter Senge, Chris Agyris, dan lainnya telah
menyelidiki bagaimana organisasi belajar (Agyris 1991, 1993; Senge, 1990a, b; Senge
et al,.1999) dan pentingnya pembelajaran organisasi dimampu beradaptasi dengan
perubahan dan menjadi tangguh yang cukup dengan iklim cuaca ekonomi yang tidak
menentu. Karena pengetahuan dan pembelajaran organisasi terkait erat (McInerney &
Lefevre, 2000), diragukan bahwa setiap organisasi dapat berhasil dalam berbagi
pengetahuan dan pengetahuan mengelola artefak baik tanpa komitmen untuk belajar.

Belajar dan manajemen pengetahuan adalah proses yang melibatkan perubahan dan
gerakan ke tingkat baru dari kognisi dan pemahaman antar individu dalam suatu
organisasi. Salah satu definisi bekerja bahwa kita mungkin menggunakan untuk
pengetahuan manajemen untuk menggabungkan apa yang kita ketahui tentang teori
dan praktek KM dan hubungannya dengan pembelajaran. Dalam bahasa
sederhananya:

Pengetahuan manajemen (KM) adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan yang


berguna dalam organisasi. Cara untuk melakukan ini termasuk mendorong
komunikasi, menawarkan kesempatan untuk belajar, dan mempromosikan berbagi
artefak pengetahuan yang sesuai.
Jesse Shera (1966), yang menulis tentang organisasi pengetahuan, mengakui sifat
dinamis dari pengetahuan sebagai serta hubungannya dengan pembelajaran. Dalam
Dokumentasi dan Organisasi Pengetahuan, ia membahas aspek pengetahuan yang
universal: (a) dinamis, evolusi, dan proses fungsional, (b) fitur statis dan struktural dari
fenomena (c) dan mode teleologis, atau purposive, dari perilaku.

Shera (1966) menyatakan bahwa dengan pemahaman pengetahuan [Dan untuk


tujuan kita, sebuah artefak pengetahuan], kode dapat membawa secara kebetulan ke
pola konseptual dari dokumen, atau catatan grafis, dengan pola konseptual atau
orang yang meminta bantuan untuk itu. Shera melihat coding representasi
pengetahuan sebagai katalis yang akan membuat pengambilan informasi dan
kemungkinan pengetahuan. Dia menulis bahwa semantik dari kode harus dapat
beroperasi pada beberapa tingkatan untuk mencocokkan representasi baik lisan
maupun grafis dari makna yang dapat ditafsirkan dalam budaya atau subkultur. Orang
bisa menghubungkan pemikiran Shera tentang coding sebagai upaya dalam
mengorganisir representasi artefak pengetahuan dalam program KM.

Apapun sistem kodifikasi ini dirancang untuk repositori dari objek pengetahuan, harus
bertepatan dengan apa yang dimaksud oleh ahli pengetahuan dalam bahasa yang
masuk akal untuk orang lain dalam budaya organisasi.

Pengalaman manusia tidak ada dalam ruang hampa, hal itu terjadi dalam konteks
sosial dan historis yang jarang berhenti. Dibanyak cara studi pengetahuan adalah
studi tentang psikologis, sosial, biologis, dan fenomena fisik (Shera, 1973). Shera
sebagai filsuf perpustakaan dan informasi ilmu melihat studi proses intelektual dalam
masyarakat sebagai disiplin yang sah mungkin disebut epistemologi sosial.

Sama seperti disiplin dari analisis sistem adalah studi tentang rincian dalam kaitannya
dengan operasi keseluruhan, disiplin epistemologi adalah studi tentang bagaimana
seluruh orang tahu berpikir, merasa, bertindak, dan berkomunikasi (Shera, 1973).
Pandangan epistemologi menegaskan apa telah dibahas sebelumnya dalam makalah
ini bahwa pengetahuan mengandalkan tubuh baik dan pikiran.

Memiliki koleksi statis dari artefak pengetahuan, kodifikasi mereka, dan menempatkan
mereka dalam suatu sistem tidak benar-benar cukup pengetahuan untuk digunakan
secara efektif. Penciptaan pengetahuan secara kontinu, Nonaka dan Takeuchi (1995)
berpendapat, Apa yang membuat organisasi yang sehat dan inovatif. Proses
penciptaan pengetahuan yang dinamis terjadi pada saat sosialisasi ketika internal
(tacit) pengetahuan dibuat eksternal (Eksplisit). Spiral ini yang beroperasi antara
pengetahuan internal dan eksternal terus mempengaruhi pengetahuan baru antara
kelompok-kelompok kerja menciptakan energi dan inovasi yang cirinya adalah aktifnya
pengetahuan intensif dan pengetahuan dalam menciptakan organisasi. Apa yang
membuat lanskap Management pengetahuan berbeda dari tampilan klasik dan
pengetahuan organisasi dan sejarah manajemen informasi adalah bahwa manajemen
pengetahuan adalah aktif memproses yang melibatkan penciptaan pengetahuan,
elisitasi pengetahuan yang disengaja, dan kemampuan untuk berbagi artefak
pengetahuan di seluruh organisasi. Lihat Gambar 1 untuk representasi grafis dari
sebuah kontinum pengetahuan yang menggambarkan bagaimana pengetahuan tacit
dan pengetahuan eksplisit berinteraksi melalui proses internal dan eksternal dalam
dan antara orang-orang dalam suatu organisasi.

Bagan 1 Proses Transformasi Pengetahuan Tacit menjadi Pengetahuan eksplisit

8. Implikasi bagi Manajemen Pengetahuan dalam Organisasi


Bagaimana sifat dinamis dari pengetahuan mempengaruhi Program KM? Berikut
adalah beberapa prinsip didasarkan pada diskusi pengetahuan sebelumnya yang
dapat diterapkan untuk suara dan program KM abadi:
1. Apa yang Anda tahu adalah apa yang telah anda pelajari. Organisasi yang
berkomitmen untuk berbagi pengetahuan juga harus berkomitmen untuk
menyediakan lingkungan belajar dan harus mengalokasikan sumber daya yang
memungkinkan dan mendorong percakapan, sesi berbagi pengetahuan formal
dan informal, dan komunikasi terbuka harus menjadi norma budaya.
Pengetahuan adalah seperangkat beberapa proses dan memiliki dimensi sosial
dalam sebuah organisasi, dan sangat sulit untuk berbagi tanpa ada peluang
bagi orang untuk bekerja sama. Upaya-upaya khusus mungkin harus dibuat
untuk kerja kelompok virtual atau tim yang harus menyelesaikan pekerjaan
secara bersama-sama, tetapi tidak memiliki mekanisme alami untuk
membangun kepercayaan seperti sebagai percakapan tatap muka.
2. Program KM berkembang dan mengalir sebagai pengetahuan itu sendiri.
Program manajemen Pengetahuan bisa dinamis dan energik seperti
pengetahuan itu sendiri dan menjadi sumber inovasi dan kreatif. Ini membantu
untuk memiliki seseorang secara aktif memfasilitasi sharing pengetahuan dan
mencari di mana pengetahuan ada dalam organisasi, namun management
pengetahuan dapat terjadi jika organisasi jika punya budaya pengetahuan dan
berkomitmen untuk menciptakan pengetahuan dan berbagi artifak. Ini
membantu jika toko pengetahuan memiliki kriteria kualitas.
3. Repositori yang menyimpan artefak pengetahuan harus dijaga saat ini,
diakses, dan dikodekan sedemikian rupa untuk memungkinkan aksesibilitas
yang mulus dan intuitif. Karena pengetahuan adalah dinamis, selalu berubah,
dan berkembang, pengetahuan sistem harus kuat dan cukup fleksibel untuk
mengambil update yang rutin dari semua sektor organisasi. Sistem teknologi
terkadang memiliki keterbatasan yang dapat menggagalkan perubahan dan
fleksibilitas. Sebuah kelayakan dan sistem KM yang berguna akan menjadi
salah satu yang mencerminkan pemahaman bahwa pengetahuan tidak statis,
dan artefak baru akan perlu dikodifikasi dan ditambahkan ke sistem.
4. Manajemen pengetahuan didasarkan pada proses dan hal. Meskipun teknologi
dapat membantu dengan komunikasi dan penyimpanan artefak pengetahuan
dan transfer, pengetahuan dibuat oleh orang. Management Pengetahuan tidak
harus bingung dengan teknologi itu sendiri, dan pengetahuan tidak harus
bingung denganartefak pengetahuan.

9. Implikasi untuk Profesi Informasi

Implikasi bahwa manajemen pengetahuan menyajikan profesi informasi termasuk


kemungkinan perubahan dalam pendidikan, cara berbeda dalam melakukan kerja, dan
sudut pandang organisasi yang baru. Kolaborasi dan bekerja harmonis untuk
memaksimalkan berbagi pengetahuan perlu praktek dan usaha karena pengetahuan
yang diwakili dan dikodifikasikan mungkin berbeda secara dramatis dalam berbagai
disiplin ilmu.

Reward/hadiah untuk berbagi pengetahuan dan membangun laporan praktik terbaik


dan dokumen lesson learnt sebagai cara rutin untu melakukan bisnis dapat
meringankan beban dari pencarian keahlian dan pengetahuan elisitasi. Dalam budaya
berbagi pengetahuan semua anggota organisasi mengambil kesempatan untuk
berbagi pengetahuan antara kelompok kerja dan kadang-kadang dengan
organisasisecara keseluruhan atau dengan profesi itu sendiri. Mengembangkan dan
memelihara lingkungan kerja yang dipercaya mungkin menjadi metode terbaik untuk
memastikan berbagi pengetahuan, tapi itu adalah masalah bagi pembangunan jangka
panjang organisasi. Karena pengetahuan adalah dinamis, pembentukan satu kali dari
sistem manajemen pengetahuan tidak akan bekerja tanpa penyegaran, penambahan,
dan revisi. Sebuah komitmen berkelanjutan diperlukan jika manajemen pengetahuan
adalah untuk mencerminkan proses dan kekuatan pengetahuan manusia.

10. Implementasi Knowledge Management di PT. Telkom.


Telkom menyadari bahwa hanya dengan inovasi dan kreatifitas karyawan dapat
memenangkan persaingan yang semakin sengit, menyadari hal tersebut diatas, maka
PT. Telkom mengimplementasikan Knowledge Management yang yang lebih dikenal
dengan Kampiun pada tahun 2004 dengan instruksi Direksi No ID 07/HK.280/SDM-
20/2004 Tentang Program dan Pengembangan Knowledge Management Telkom,
Tanggal 31 Mei 2004. PT. Telkom dapat dikatakan sebagai pioner dalam
mengimplementasikan system ini, hal ini dapat dibuktikan dengan undangan dalam
berbagai seminar dengan topik knowledge management, juga benchmark dari
perusahaan lain ke PT. Telkom terkait dengan implementasi Knowledge Management

Seluruh pegawai diberi kesempatan yang luas, untuk mengeluarkan ide idenya atau
berbagi pengalaman dalam bentuk tulisan, kemudian diupload ke sistem, dan
selanjutnya bisa diakses oleh keseluruh karyawan, sehingga bisa digunakan sebagai
sharing knowledge yang diharapkan bisa menambah pengetahuan dan wawasan
sehingga bisa meningkatkan kompetensi yang diarahkan dalam kerangka untuk
meningkatkan pelayanan kepada pelanggan.
Dan tentunya sebagai sistem untuk mengelola dan memanfaatkan aset aset
intelektual yang dimiliki para karyawan sehingga diharapkan produktifitas karyawan
semakin meningkat.

Bagaimana dengan keberhasilan implementasi Kampiun Telkom? Bukan kapasitas


penulis untuk menilainya, namun menurut pengamatan penulis dengan merujuk salah
satu teori yang sudah dibahas dalam pendahuluan, yang meliputi,

a. Persediaan pengetahuan,

Menurut penulis sudah cukup bagus, dipandang dari peningkatan dari tahun ke
tahun jumlah artikel yang disumbangkan oleh para pegawai, walaupun tentunya
perlu dievaluasi lebih lanjut tentang kualitas artikel dan juga apa tujuan para
pegawai menulis artikel dan upload ke sistem apakah hanya

sekedar memenuhi kewajiban paska pelatihan atau karena tuntutan kinerja yang
dituangkan dalam SKI atau sebuah kesadaran untuk berbagi sharing knowledge
dalam rangka peningkatan kualitas kompetensi pegawai.

b. Mempercepat aliran knowledge.

Terkait aliran knowledge keberhasilan ini tidak perlu diragukan lagi, karena
dengan kemudahan akses portal Telkom, begitu mudahnya kita mengupload
artikel dan juga akses untuk mencari suatu artikel.

c. Transformasi knowledge.

Mencari,mengakses dan membaca artikel di Kampiun sudah cukup mudah,


namun perlu dievaluasi dan dikaji kembali, seberapa banyak para pegawai
memanfaatkan artikel artikel dikampiun dalam rangka peningkatan knowledge,
dan yang terpenting apakah artikel artikel yang sudah dibaca bertransformasi
menjadi peningkatan skill, knowledge dan kompetensi.

d. Pemanfaatan knowledge.

Seberapa besar para pegawai Telkom, menggunakan media kampiun untuk


meningkatkan kompetensinya dan seberapa besar dampaknya terhadap
peningkatan kompetensi dalam rangka kegiatan operasional sehari hari, dan
seberapa besar dampaknya terkait layanan kita kepada pelanggan, untuk
mengetahui hal ini tentunya diperlukan evaluasi dan kajian yang terus menerus
baik melalui survey atau tool lainnya.
Dalam implementasinya lagi, Telkom juga telah menerbitkan keputusan-keputusan
yang terkait dengan Knowledge ini, tapi bukan berarti dua unsur lainnya
dikesampingkan, diantaranya adalah KD.09/PS100/CTG-00/2005 tanggal 21 Maret
2005 tentang Kampiun; KD.27/PS100/COP-F0033000/2007 tanggal 22 Mei 2007
tentang Knowledge Management; dan KR.06/PS000/COP-B0011000/2008 tanggal 09
Juli 2008 tentang Knowledge Sharing. Pada intinya Telkom sebagai perusahaan besar
yang bergerak dibidang Telecommunication Information Media and Edutainment
(TIME) akan menuju pada perusahaan berbasis pengetahuan, tidak main-main
dengan Knowledge ini.

Knowledge Management Telkom adalah pengelolaan knowledge perusahaan dalam


menciptakan nilai bisnis dan dalam menghasilkan keunggulan kompetitif yang
berkesinambungan dengan mengoptimalkan proses penciptaan atau akuisisi, sharing
dan akuisisi knowledge yang dibutuhkan.

Kampiun atau Knowledge Management System adalah nama yang diberikan untuk
aplikasi Knowledge Management Telkom yang berbasis IT, yang menjadi tool bagi
seluruh jajaran manajemen dan Karyawan Telkom untuk berbagi (shared) dan
mengakuisisi knowledge. Aplikasi Kampiun saat ini dapat diakses di portal telkom
(http://portall.telkom.co.id) melalui menu Collaboration Center.

Yang menarik bagi Penulis adalah pengertian dan proses pembentukan knowledge
(pengetahuan) itu sendiri dan keterkaitannya dengan aplikasi Kampiun.

Knowledge sebagai salah satu unsur pembentuk basis kompetensi bila diterjemahkan
adalah ilmu pengetahuan. Bila diuraikan merupakan segala sesuatu yang diketahui
yang direkam dalam memory otak dengan perantara panca indra untuk diingat. Jadi
apapun yang dilihat, didengar, dirasa dan direkam dimemory otak adalah ilmu
pengetahuan. Jadi knowledge ini melekat pada individu orang per orang. Karena
adanya keterbatasan memory otak juga dan seiring dengan kemajuan
pengetahuannya, knowledge ini akhirnya dicoba untuk direkam dalam bentuk lain yaitu
dalam bentuk simbol, goresan, coretan, tulisan dan muncul buku-buku berbagai
disiplin ilmu. Ada lagi pengertian Knowledge yang sepertinya selalu diidentikan dengan
jenjang pendidikan tinggi. Sebenarnya pendidikan formal hanya salah satu proses
saja, yang seharusnya tidak mengesampingkan non-formal seperti pengalaman
praktek lapangan, dengan pengalaman kita akan semakin mampu dan mahir, built in
training (bit), rapat, berbagi (shared), dan sebagainya, apalagi saat ini muncul
berbagai disiplin knowledge yg tidak dapat lagi dikejar melalui pendidikan dan
pelatihan formal. Tak penting sih bagaimana caranya yang penting hasilnya, tapi ada
yang membedakan formal dan non-formal yaitu secarik sertifikat yang sering disebut
ijazah. Pada pokoknya melalui proses knowledge ini, diharapkan setiap mahluk akan
berpengetahuan. Pengetahuan inilah yang nantinya dijadikan suatu petunjuk atau
arah dalam berkehidupan, bekerja dan tetap eksis, yang notabene adalah sebagai
ilmunya.

9.1 Keterkaitan knowledge dan Kampiun


Bila kita cermati , yang lebih dahsyat lagi dari proses pembentukan knowledge
ini adalah melalui yang namanya Knowledge Sharing. Pembentukan knowledge
ini adalah melalui proses berbagi. Bagaimana dewasa ini dengan mudahnya
kita bisa mendapatkan berbagai informasi- sebagai bahan pembentukan
pengetahuan- melalui dunia maya yang namanya Internet. Orang-orang dengan
mudahnya dapat berbagi apapun disana.

Telkom, seperti telah disebutkan diatas, dalam proses berbagi ini telah
meluncurkan aplikasi Kampiun. Melalui aplikasi ini seluruh karyawan diharapkan
untuk berbagi dalam bentuk tulisan atau makalah inovasi, tentunya dengan
syarat dan ketentuan yang berlaku, contohnya tulisan ini. Melalui tulisan ini,
Telkom mencoba untuk melekatkan knowledge individu orang per orang
karyawannya menjadi knowledgenya Telkom. Yang menjadi pertanyaan adalah
bagaimana dengan shared yang tidak berbentuk tulisan Kampiun, seperti
pengalaman bekerja yang tertulis dalam buku pintar, buku contekan, buku
trick&tip, yang agak sulit dibuat dalam bentuk narasi tulisan, buku-buku ini kerap
dipakai dalam mempermudah pekerjaan. Bagaimanapun knowledge ini memang
tetap melekat di Telkom melalui karyawannya.

Dan yang menarik lagi adalah, sebenarnya yang berkewajiban mengelola


pengetahuan itu individunya atau organisasinya? Sebenarnya setiap orang
harus mengelola pengetahuan mereka sendiri, karena yang paling
berkepentingan mendapatkan manfaat dari pengelolaan pengetahuan itu adalah
individu. Ketika semua pengetahuan yang kita dapat ketika berkegiatan apapun,
apalagi saat bekerja kita mencoba untuk mencatatkan dalam bentuk tulisan.
Kemudian kita simpan sehingga mudah dicari kembali, ini semua membantu dan
mempercepat kerja ketika masalah serupa datang. Kalaupun kita pindah kerja,
knowledge base yang kita miliki tadi menjadi barang berharga yang bisa kita
jual dalam bentuk skill dan kemampuan.
BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan
Dalam membahas pengetahuan kodifikasi, Zack (1999) mengingatkan kita
bahwa sebagai hal praktis, organisasi perlu mengelola pengetahuan baik
sebagai objek dan proses. Ini adalah tantangan untuk memastikan, tapi bukan
tantangan yang dapat diatasi.

Dengan memahami pengetahuan itu sendiri, bagaimana mengumpulkan dan


mengatur artefak pengetahuan, dan dengan komitmen untuk pembelajaran
organisasi, sharing pengetahuan dapat menjadi bagian dari cara biasa
organisasi, terutama untuk kolaboratif usaha. Mengetahui bagaimana
merancang sistem yang gesit untuk kemudahan penggunaan dengan
menempatkan manajer informasi dan staf sistem dalam posisi untuk membantu
membuat sebuah pengetahuan organisasi menjadi lebih mudah diakses.
Meskipun sebagian besar manajer informasi tidak dilatih sebagai wartawan,
ketrampilan reporter dalam memotret, merekam, dan pelaporan pengetahuan
baru dapat bermanfaat dalam proses aktif untuk mencari tahu apa yang anggota
organisasi tahu. Dinamika atribut pengetahuan dan sifat subjektif dari
pengetahuan menempatkan permintaan pada mereka yang akan mendapatkan,
menyusun, dan mengubah pengetahuan ke dalam format sharable.

Ada yang mempertanyakan efektivitas manajemen pengetahuan dan


ketahanannya serta keberlanjutan sebagai organisasi proses (Browning, 1999).
Setelah mengalami Business Process Reengineering dan Total Quality
Management, bagian yang skeptis dan sinis telah menyatakan bahwa
manajemen pengetahuan menjadi float lain dalam parade ide untuk memberi
energi pekerja dan tempat kerja. Thomas Stewart (1998, 2001) menjelaskan
bahwa meskipun rekayasa ulang dan kualitas manajemen bukan koin dari dunia
bisnis saat ini, ide-ide besar tidak mengubah bisnis Jepang dan Amerika secara
dramatis. Gerakan kualitas diperbolehkan banyak perusahaan untuk
membangun kembali diri mereka sendiri, Stewart mengatakan, dan rekayasa
ulang organisasi diizinkan untuk melihat bagaimana informasi teknologi bisa
meminimalkan dokumen dan birokrasi.

Manajemen pengetahuan adalah ide besar yang mungkin tidak selalu


mempertahankan posisi emasnya, tetapi itu pasti akan terus mempengaruhi cara
kita berpikir tentang proses organisasi dan aset. Jika informasi profesional dan
lain-lain benar-benar melihat nilai dalam berbagi pengetahuan aktif dan memiliki
keinginan untuk pertukaran pengetahuan agar menjadi abadi dan bermakna

untuk bekerja, maka manajemen pengetahuan akan diperlukan sebagai proses


dinamis dan berorientasi sebagai pengetahuan itu sendiri.

2. Implikasi
Meningkatnya pemahaman mengenai :

1. Keterkaitan Knowledge Management dengan sifat dinamis dari


pengetahuan

2. Proses transformasi pengetahuan internal (tacit) menjadi eksternal


(Eksplisit)

3. solusi dari aspek yang bermasalah dalam Knowledge Management

4. Kontribusi perkembangan teknologi untuk penerapan KM

5. Implikasi penerapan program KM terutama di PT Telkom

3. Saran
PT Telkom,Tbk harus tetap mempertahankan knowledge management yang
telah dilakukan karena telah terbukti memperbaiki kinerja Telkom sebagai salah
satu BUMN di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai