Anda di halaman 1dari 128

BAB II

G
GAAM
MBBA
ARRA
ANNU
UMMU
UMMK
KOON
NDDIISSII D
DAAEER
RAAH
H

Kondisi umum yang dijadikan pangkal tolak penyusunan Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Baubau tahun 2013-2018 adalah
eksisting pembangunan daerah tahun 2008 hingga akhir tahun 2012. Pada tahun
tersebut penerapan otonomi daerah telah berjalan selama 10 tahun seiring
dengan terbentuknya Kota Baubau berdasarkan UU Nomor 13 tahun 2001
tentang Pembentukan Kota Baubau bersama 12 daerah lainnya diseluruh
Indonesia.
Analisis gambaran Umum Daerah memberikan pemahaman awal
mengenai apa, bagaimana dan sejauhmana keberhasilan pembangunan daerah
yang telah dilakukan selama ini dan juga mengidentifikasi faktor-faktor dan
berbagai aspek yang nantinya perlu ditingkatkan untuk optimalisasi pencapaian
keberhasilan pembangunan daerah. Gambaran umum kondisi daerah
memberikan basis atau pijakan dalam merencanakan pembangunan, baik dari
aspek geografi dan demografi, serta capaian kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah beserta interpretasinya.
Kondisi daerah yang diuraikan pada bab ini merupakan resume dari
potensi yang dimiliki Kota Baubau dan dapat dimanfaatkan sebagai modal
dasar bagi penyelenggaraan pembangunan pada periode 2013-2018, namun juga
dapat berkembang menjadi tantangan dan kendala bagi masyakarat jika tidak
dikelola secara optimal, karenanya bab ini disajikan dengan cukup komprehensif
sebagai landasan dalam perumusan arah kebijakan bagi penyelenggaraan
pembangunan di Kota Baubau. Kondisi umum dimaksud antara lain meliputi: (1)
Aspek geografis dan Demografis; (2)Aspek Kesejahteraan Masyarakat (3) Aspek
Pelayanan Umum; (4) Aspek Daya Saing daerah; (5) Telaah Dokumen RTRW
Kota Baubau Tahun 2005-2025, sebagaimana diuraikan pada beberapa bagian
dibawah ini.

II-1
II- 2

2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI


2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah
A. Letak dan Kondisi Geografis
Secara geografis Kota Baubau terletak di bagian Selatan Provinsi Sulawesi
Tenggara yang berupa wilayah kepulauan. Kota Baubau berada di Pulau Buton
dengan posisi koordinat sekitar 0,5015 hingga 050 32 Lintang Selatan dan 122046 Bujur
Timur. Dengan posisi tersebut, secara geostrategic Kota Baubau berperan sebagai kota
transit sekaligus daerah penghubung (connecting area) antara Kawasan Barat
Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI), sebagaimana di tunjukkan
pada Gambar 2.1 dimana Kota Baubau berperan sebagai titik transit bagi Jalur
Nasional Sekunder yang menghubungan ALKI III dan ALKI II
Gambar 2.1
Peta Garis Depan Konektivitas Global Indonesia

Sumber: MP3EI 2011-2025

Wilayah daratan Kota Baubau sebagian besar terdapat di daratan Pulau


Buton yang memanjang di Selat Buton dan terdapat 1 (satu) pulau yaitu Pulau
Makassar (Puma). Secara umum kondisi fisik wilayah Kota Baubau memiliki
karakteristik wilayah pesisir. Morfologi perkembangan Kota Baubau tumbuh
pada dataran rendah di sepanjang pinggir pantai dan Daerah Aliran Sungai,
dengan limitasi perkembangan berupa kondisi bentang alam yang realtif
berbukit dan tandus dibeberapa bagian daratan, menyebabkan perkembangan
kawasan ini relatif lambat sehingga membutuhkan dukungan kebijakan
pemerintah untuk menstimulasi pertumbuhan kawasan ini.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 3

B. Luas dan Batas Wilayah Administrasi


Secara fisik, Kota Baubau terletak pada Selat Buton dan dikelilingi oleh
kecamatan-kecamatan dari Kabupaten Buton. Menurut Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2001, batas-batas administrasi Kota Baubau adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batauga Kabupaten Buton;
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Buton.

Gambar 2.2
Peta Administrasi Kota Baubau

Sumber :Revisi RTRW Kota Baubau 2011-2030(2011)

Luas wilayah Kota Baubau menurut BPS adalah sekitar 221,00 km2 atau 0,58%
luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Akan tetapi, berdasarkan hasil perhitungan
foto udara, luas wilayah Kota Baubau adalah 29,02 km2 (Tabel 2.1).

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 4

Tabel 2.1.
Luas Wilayah Kota Baubau Menurut Kecamatan
Luas Wilayah (Ha)
Kecamatan
BPS Foto Udara
Betoambari 2.789 2.891,50
Murhum 329 1035,86*
Wolio 1.733 2.926,97
Kokalukuna 944 1.736,57
Sorawolio 8.325 10.879,40
Bungi 4.856 6.063,02
Lea-Lea 2.808 3.456,17
Batupoaro 316 -
Kota Baubau 22.100 29.016,49
*termasuk Kecamatan Batupoaro
Sumber : Dinas Tata Kota dan Bangunan (2012), Revisi RTRW Kota Baubau, 2011

Secara adminstratif wilayah Kota Baubau terbagi menjadi 8 Kecamatan


dan 43 Kelurahan, sebagaimana diuraikan berikut ini:
Kecamatan Wolio terdiri atas 7 kelurahan, meliputi; Kelurahan Bataraguru,
Kadolokatapi, Tomba, Wale, Batulo, Wangkanapi, dan Bukit Wolio Indah
Kecamatan Betoambari, terdiri atas 5 kelurahan, meliputi:Kelurahan Sulaa,
Waborobo, Lipu, Katobengke, Labolawa.
Kecamatan Sorawolio, terdiri atas 4 kelurahan, meliputi: Kelurahan
Kaisabu Baru, Karya Baru, Bungi, dan Gonda Baru.
Kecamatan Murhum, terdiri atas 5 kelurahan, yakni Kelurahan Baadia,
Melai, Wajo, Lamangga dan Tanganapada
Kecamatan Bungi, terdiri atas 5 kelurahan, yakni: Kelurahan Liabuku,
Waliabuku, Ngkari-Ngkaring, Tampuna, Kampeonaho,
Kecamatan Lea-Lea terdiri atas 5 kelurahan meliputi; Kelurahan Lowu-
Lowu, Kantalai, Kalia-Lia, Palabusa, dan Kolese
Kecamatan Kokalukuna terdiri atas 6 kelurahan meliputi; Kadolomoko,
Kadolo, Waruruma, Lakologou, Liwuto, Sukanayo.
Kecamatan Batupoaro terdiri atas 6 Kelurahan, meliputi : Kelurahan
Tarafu, Wameo, Bone-Bone, Kaobula, Lanto, Nganganaumala,

Sedangkaan menurut Fungsinya, Kota Baubau befungsi sebagai Pusat


Kegiatan Nasional (PKN), dengan cakupan wilayah pelayanan meliputi wilayah
Sulawesi Tenggara Kepulauan dan beberapa daerah di Kawasan Timur Indonesia.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 5

Kemudian pada lingkup wilayah administrasi menurut Revisi Rencana Tata


Ruang Wilayah (RTRW) Kota Baubau 2011-2030, wilayah Kota Baubau dibagi
menjadi 7 (tujuh) Bagian Wilayah Kota (BWK) yaitu wilayah yang secara
geografis berada dalam satu pusat pelayanan pusat kegiatan sekunder. Adapun
pembagian BWK di Kota Baubau, beserta fungsi eksisting dan rencana
pengembangan fungsi selaras dengan rencana pola ruang, adalah sebagaimana
terlihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2
Sistem Perwilayahan BWK di Kota Baubau
Kebijakan Pengembangan
BWK Pusat Lingkup Wilayah
Guna Lahan
Kelurahan Wale,
Perdagangan dan jasa, Pelabuhan Jembatan
Kelurahan Tomba, Batara Guru,
BWKI Batu, Pelabuhan Penyebrangan Wolio,
Wale Wangkanapi, Batulo
Perkantoran, Dan lain-lain
dan Bukit Wolio Indah.
Kelurahan Kaobula,
Melai,Nganganaumala, Perdagangan grosir,Perdagangan eceran,
Kelurahan
BWK II Lanto, Wajo, Bone-Bone, Perkantoran swasta, Pelabuhan Wameo,
Wameo.
Lamangga, Tarafu, wameo, Pendidikan, Dll
dan Tanganapada.
Pendidikan Tinggi, Perkantoran,
pemerintahan (kota dan provinsi), Sarana
Perkotaan, Perdagangan dan jasa, Hutan
Kelurahan Katobengke, lindung, Hutan, Perumahan, Perkebunan,
Kelurahan
BWK III Sulaa, Baadia, Labalawa, Bandara Betoambari,Wisata pantai,
Lipu
Katobengke dan Waborobo Perkantoran swastaPergudangan, Terminal
untuk pergerakan dari arah
Batauga,Pelabuhan Murhum, Pelabuhan
Pertamina, Stasiun BBM, Pendidikan, Dll
KelurahanKadolokatapi, Pusat permukiman kota, Industri,pelabuhan,
Kadolomoko, Kadolo, liwuto, Perumahan, Hutan raya, Hutan produksi
Kelurahan.
BWK IV waruruma, sukanayo dan terbatas, Hutan lindung, Sarana perkotaan,
Waruruma
Lakologou di arah utara Perkantoran, TPA, TPU, Pendidikan
sampai batas Sungai Bungi. (Pesantren), Dll
Pertanian tanaman pangan, Perikanan,
Kelurahan Kampeonaho,
Perdagangan dan jasa, Permukiman kota,
BWK V Liabuku Liabuku, Ngkaring-Karing,
Perkebunan, Hutan lindung, Hutan produksi
Tampuna, Waliabuku
terbatas, Pertambangan, Pasar, Terminal, Dll
Perdagangan dan jasa, Perkebunan, Hutan
lindung, Kebun Raya, Hutan produksi
Kelurahan Kaisabu Baru, Karya
BWK VI Kaisabu. terbatas,Pertambangan, Pergudangan dan
Baru,Gonda Baru dan Bugi
industry, Terminal pergerakan dari arah
PasarwajoPendidikan, Lapangan Golf, dll
Kota satelit, Sarana dan prasarana perkotaan
(Stadion & PLTU), Jembatan penyeberangan
Kelurahan
Kelurahan Kalialia, :(Jembatan ke Pulau Makassar &Jembatan ke
Lowu-
BWK VII Kantalai, Kolese, Lowu-lowu, Pulau Muna), TWA Tirta Rimba, Kawasan
Lowu/
dan Palabusa Minapolitan, Hutan lindung, Perkebunan,
Kolese.
Pertanian (sawah), Perumahan, Terminal
untuk pergerakan dari arah Kapontori, dll
Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau 2011-2030

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 6

Gambar 2.3
Peta Bagian Wilayah Kota Baubau

Sumber: Revisi RTRW Kota Baubau 2011-2030

C. Topografi
Kondisi topografi wilayah Kota Baubau relatif bervariasi mulai dari topografi
yang datar, bergelombang hingga berbukit. Kawasan yang mempunyai kemiringan
lahan 0 8% adalah kawasan yang berada di bagian Utara dan Barat wilayah Kota
Baubau, semakin ke Timur, kemiringan semakin besar dan merupakan perbukitan
yang membentang dari Utara ke Selatan.
Kondisi bentangan alam atau geomorfologi merupakan elemen penting
dalam penentuan kesesuaian pemanfaatan lahan atau kemampuan daya
dukung lahan. Kota Baubau dikelilingi oleh daerah belakang (hinterland) berupa
dataran yang termasuk dalam kelas kelerengan agak curam yaitu berkisar
antara 1540% dan kelerengan sebagian tempat di atas 40% serta beberapa
bagian wilayah dengan kelerangan antara 215% yang terdapat di Kecamatan
Murhum dan Kecamatan Bungi. Kelerangan yang cukup tinggi merupakan
limitasi dalam pengembangan pusat-pusat permukiman Kota Baubau terutama
ke arah Selatan, pada wilayah-wilayah dengan kelerangan di atas 15%
dimanfaatkan untuk perkebunan dan hutan.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 7

Daerah tertinggi sebagian berada di Kecamatan Sorawolio. Topografi


wilayah datar berada pada tempat-tempat yang saat ini merupakan pusat-
pusat permukiman di Kecamatan Murhum, sebagian Kecamatan Betoambari
dan Kecamatan Wolio.Berdasarkan kondisi topografi tersebut, maka Kota
Baubau dapat dibagi atas tiga keadaan wilayah, meliputi :
a. Lahan Datar; terdapat di sepanjang pantai dengan ketinggian 5 meter di
atas permukaan laut dan tersebar di wilayah kecamatan dan
Kecamatan Sorawolio dengan kemiringan 0 8%.
b. Daerah Agak Datar; terdapat di bagian utara dan tenggara pusat Kota
Baubau dengan ketinggian 510 m di atas permukaan laut.
c. Daerah bergelombang; berada pada ketinggian sekitar 60 meter di atas
permukaan laut dengan kemiringan 15 30%, terutama terdapat di
Kecamatan Betoambari.

D. Geologi

Secara topografis fisiografis, Kota Baubau terletak pada bagian Barat Daya
dari Pulau Buton, di mana dikontrol oleh pola struktur tektonik yang berarah
Timur Laut Tenggara dan sebagian kecil menunjukkan arah pergerakan Barat
Laut Tenggara.
Formasi geologi sebagai pembentuk struktur batuan di wilayah Kota
Baubau yang berada di Pulau Buton Bagian Selatan memiliki karakteristik yang
kompleks. Hal ini dicirikan oleh adanya jenis satuan batuan yang bervariasi
akibat pengaruh struktur geologi. Beberapa jenis batuan yang dapat ditemukan
di wilayah Kota Baubau pada umumnya antara lain: Batuan Molasa Celebes
Sarasin (Qtms) terdapat di sebagian besar Kecamatan Wolio, Kokalukuna, Bungi,
Lea-Lea dan Sorawolio;Batu Gamping (Kl) terdapat di sebagian besar wilayah
Kecamatan Betoambari (bagian timur), Batuan Sedimen (S) menempati
sebagian besar wilayah Kecamatan Sorawolio; dan Batuan Ultra Basa (Ub) yang
hanya terdapat di wilayah Kecamatan Sorawolio.
Struktur geologi sangat mempengaruhi pola penyebaran batuan dan
keterdapatan bahan galian. Dari aspek bencana geologi kemungkinan relatif kecil,
begitu pula dengan kemungkinan pengaruh gelombang laut, karena secara geografis
Kawasan Pelabuhan Baubau berada di bagian Barat Pulau Buton sehingga
terlindungi dari pengaruh gelombang Laut Banda. Walaupun demikian, dibeberapa

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 8

pesisir yang terkena arus gelombang laut musim Barat memperlihatkan abrasi jangka
panjang yang meruntuhkan tebing-tebing pantai tersebut.
Beberapa variabel untuk menentukan penilaian kesesuaian
lahan/kemampuan tanah untuk mendukung aktivitas di atasnya antara lain
dipengaruhi oleh jenis tanah, luas wilayah berdasarkan limitasi/daerah
permbatas. Jenis tanah di Kota Baubau pada umumnya sama dengan jenis tanah
di Kabupaten Buton (terutama wilayah yang berada di Pulau Buton), yaitu
didominasi oleh pedzolik merah kuning dan mediteran yang memerlukan
perlakuan khusus bila dimanfaatkan untuk p ertumbuhan tanaman.
Berdasarkan tekstur tanahnya, 90,89% adalah tanah dengan tekstur
sedang dan sisanya yaitu 6,20% bertekstur kasar dan 2,91% bertekstur halus. Oleh
karena itu, wilayah Kota Baubau cocok untuk pengembangan permukiman
perkotaan dan semua aktivitas pendukungnya.Limitasi pengembangan
pemanfaatan lahan yang paling dominan yaitu berupa tutupan batu seluas
18.909 Ha. Sedangkan daerah yang memiliki resiko terjadinya erosi yaitu seluas
377 Ha yang tersebar di Kecamatan Wolio seluas 73 Ha dan di Kecamatan
Sorawolio seluas 304 Ha.
Wilayah Kota Baubau didominasi oleh tanah dengan kedalaman efektif
antara 30-90 cm, kedalaman efektif tanah pada interval tersebut sesuai bagi
pengembangan permukiman dan pengembangan aktivitas perkotaan. Luas
wilayah dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm hanya terdapat di
Kecamatan Bungi yaitu seluas 4.479 Ha atau 15,05% yang sebagian besar
dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Sedangkan untuk kedalaman efektif
tanah kurang dari 30 cm seluas 2.378 Ha (7,99%) dan sisanya adalah wilayah
dengan kedalaman efektif tanah antara 30 sampai dengan 90 cm seluas 22.901
Ha (76,96%).

E. Hidrologi

Kota Baubau memiliki dua sungai yang besar yaitu Sungai Baubau yang
membatasi Kecamatan Wolio dan Kecamatan Murhum/Kecamatan Betoambari
dan membelah ibukota Baubau dan bermuara di Selat Buton. Sungai tersebut
umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga, irigasi
dan kebutuhan rumah tangga. Yang kedua adalah Sungai Bungi yang
merupakan sumber air bersih PDAM.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 9

Keadaan hidrologi di Kota Baubau umumnya dipengaruhi oleh sumber air


yang berasal dari Mata Air Wakonti dan Mata Air Wamembe. Kondisi hidrologi
yang teramati meliputi air permukaan dan air tanah yang terdapat dalam
wilayah Kota Baubau.
Air Permukaan, Sumber air permukaan di Kota Baubau berasal dari
aliran air Sungai Baubau yang melintas dalam wilayah Kota Baubau
membagi wilayah Kecamatan Wolio, Kecamatan Murhum dan
Betoambari dan sungai ini bermuara di Selat Buton. Di samping itu juga
terdapat sumber air bersih PDAM yang menggunakan sumber air baku
dari Sungai Bungi dan mata air dari Kaongke-Ongkea di Kecamatan
Sorawolio.
Air Tanah Dalam; Selain air permukaan, sumber air yang dapat
dimanfaatkan untuk masyarakat Kota Baubau dan pendatang yaitu air
tanah dalam dengan tingkat kedalaman 40 80 meter. Kondisi air tanah
di Kota Baubau umumnya dipengaruhi oleh sumber air yang berasal dari
mata air Wakonti dan mata air Wamembe berupa mata air yang berasal
dari mata air dengan debit terbatas. Beberapa sumber air mengalir
sepanjang tahun walaupun dengan debit yang terbatas, sedangkan mata
air Bungi, mata air Koba mempunyai kapasitas debit yang cukup baik
begitu juga dengan sumber air Kaongke-Ongkea di Kecamatan Sorawolio.

F. Klimatologi

Kota Baubau yang beriklim tropis basah pada umumnya mempunyai


musim yang hampir sama di seluruh Sulawesi, yaitu adanya musim kemarau dan
musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei sampai
dengan Oktober, sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan Nopember
sampai dengan bulan April. Pada bulan tersebut angin barat yang bertiup dari
Asia dan Samudera fasifik mengandung banyak uap air. Keadaan ini terus
berlangsung setiap tahun yang diselingi dengan musim peralihan pada bulan-
bulan tertentu. Curah hujan hampir merata sepanjang tahun. Berdasarkan
catatan Stasiun Klimatologi Kelas III Betoambari, temperatur udara rata-rata
maksimum di Kota Baubau sepanjang Tahun 2012 berkisar antara 32,0 Celcius
dan suhu udara rata-rata minimum 23,0 Celcius. Variasi temperatur antara
musim hujan dan musim kemarau relatif kecil.Namun terkait dengan pemanasan

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 10

global dan beberapa fenomena alam terkini, kondisi klimatologi Kota Baubau
dan sekitarnya cenderung fluktuatif, yang kemudian berimbas pada beberapa
sektor ekonomi, utamanya perikanan, pertanian dan transportasi.

G. Penggunaan Lahan

Secara garis besar penggunaan lahan di Kota Baubau dapat dibedakan


atas penggunaan lahan perkotaan (urban) dan penggunaan lahan non urban
(rural). Jenis penggunaan lahan yang dikategorikan urban, meliputi; perumahan,
industri, pergudangan, sosial dan jasa, perdagangan. Sedangkan untuk lahan non
urban meliputi sawah, tambak, kebun campuran, padang rumput, semak, dan
hutan. Penggunaan lahan perkotaan (urban) cenderungan berada di kota bawah di
sekitar pantai, sedang untuk kota atas kegiataan pertanian masih mendominasi
penggunaan lahan pada daerah tersebut.
Gambar 2.4
Peta Penggunaan Lahan Kota Baubau

Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau 2011-2030(2011)


Rasio luas areal terbangun Kota Baubau relatif masih rendah yaitu sebesar
2.028 Ha atau 9,18% dari luas total wilayah kota. Secara umum kawasan
terbangun didominasi oleh bangunan perumahan, fasilitas sosial, jasa,
perdagangan, industri dan jaringan infrastruktur. Sedangkan kawasan yang
belum terbangun mempunyai luas 20.072 Ha atau 90,82% dari luas total wilayah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 11

Kota Baubau. Kawasan yang belum terbangun ini didominasi oleh pemanfaatan
hutan dengan luas 9.543 Ha atau 43,18% dari total luas lahan. Pemanfaatan
lahan lainnya yaitu digunakan sebagai tegal/kebun yaitu sebesar 13,28% atau
seluas 2.934 Ha, sisanya berturut-turut adalah perkebunan 1.901 Ha atau 8,60%,
ladang 1.531 Ha atau 6,93%, lainnya 1.368 Ha atau 6,19%
Tabel 2.3
Penggunaan Lahan di Kota Baubau
Luas Penggunaan Lahan Per Kecamatan (Ha)

Kota Baubau
Kokalukuna
Betoambari

Batupoaro
Murhum &

Sorawolio
Lea-lea
No Tata Guna Lahan

Bungi
Wolio

1 Hutan 193,4 1.358,7 166,7 408,2 1.983,3 70,6 4.357,1 9.173,3


2 Industri - 11,3 11,3
3 Pergudangan - 0,8 345,7 1,1 347,6
4 Perkebunan 169,9 175,5 9,3 1.953,6 2.019,2 628,8 4.956,3
5 Sawah - 30,0 70,9 100,9
Perkantoran
6 Pemerintah dan 407,9 139,2 215,0 116,4 83,2 130,0 1.091,7
Swasta
7 Perumahan 749,3 1.230,3 345,2 306,8 685,7 211,0 200,8 3.729,0
8 Pelabuhan 37,5 17,1 252,3 2,4 309,3
9 Bandara 362,1 362,1
10 Taman 120,3 2,9 5,5 128,7
11 Pariwisata 95,5 1,8 90,1 60,7 2,6 44,1 294,8
Perdagangan dan
12 492,0 48,2 30,1 13,9 927,0 46,0 119,1 1.676,3
Jasa
13 Sarana Perkotaan 221,3 11,3 23,6 262,3 10,8 218,6 747,9
14 Konservasi Pantai - 39,2 28,1 67,3
15 Pertambangan - 5,8 346,5 5.360,5 5.712,8
16 TPA 42,5 113,4 82,0 237,9
17 PLTU - - 109,9 109,9
Total 2.891,5 2.929,6 1.051,6 1.786,6 6.061,9 3.456,2 10.879,5 29.056,8
Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau 2011- 2030 (2011)
Sesuai dengan kondisi ruang Kota Baubau maka pemanfaatan ruang
kota di bagi atas dua bagian :
a. Kawasan Lindung
Kawasan tersebut terbagi dalam lima jenis kawasan yaitu Kawasan yang
memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan
setempat, kawasan pelestarian alam, kawasan rawan bencana alam dan
kawasan lindung lainnya. Pengembangan kawasan dimaksud berada di
sebagian besar wilayah Kecamatan Sorawolio (BWK VI) dan Kecamatan
Bungi (BWK VII), kawasan-kawasan ini akan terus terjaga karena dapat

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 12

melindungi kelestarian hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber
daya buatan.
b. Kawasan Budidaya
Kawasan budi daya merupakan kawasan di luar lindung yang kondisi fisik
dan potensi sumber daya alamnya dianggap dapat dan perlu dimanfaatkan
baik bagi kepentingan produksi maupun pemenuhan kebutuhan ruang
untuk ekonomi dan pemukiman. Kawasan ini berada di beberapa wilayah
BWK seperti BWK III, V, VI, VII, penetapan kawasan ini lebih bersifat
memberikan arahan bagi pengembangan berbagai kegiatan budi daya
sesuai dengan potensi sumber daya (terutama lahan) yang ada dan dengan
memperhatikan optimasi pemanfaatannya.

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah


Kota Baubau memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan,
antara lain berupa potensi perdagangan dan jasa, perikanan tangkap dan
budidaya, pertanian, perkebunan dan peternakan, serta pariwisata dan Budaya.
Beberapa sektor yang perkembangannya cukup signifikan, diantaranya:
Perdagangan dan Jasa; Kegiatan perdagangan di Kota Baubau mencakup
perdagangan berskala lokal dan regional. Komoditas yang diperdagangkan
sebagai besar dari subsektor perikanan dan perkebunan dengan tujuan utama
pemasaran yaitu Kendari, Makassar, Surabaya dan Jakarta, serta sebagian kecil
dipasarkan ke Papua, Maluku, Nusa Tenggara, dan Kalimantan.
Potensi Industri Perikanan ;
Potensi Pariwisata;
Sektor-sektor potensial penggerak ekonomi masyarakat di Kota Baubau
dalam aktivitasnya memanfaatkan ruang wilayah Kota, sehingga Pemerintah
melalui RTRW dan RDTRK mengalokasikan beberapa kawasan yang memiliki
fungsi strategis bagi terlaksananya aktivitas masyarakat. Kawasan strategis kota
merupakan wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai
pengaruh sangat penting dalam lingkup kota di bidang ekonomi, sosial, budaya
dan/atau lingkungan.
Kawasan strategis kota Baubau ini antara lain berfungsi untuk
mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan
keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam
mendukung penataan ruang wilayah kota; serta sebagai alokasi ruang untuk

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 13

berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup dalam wilayah kota yang dinilai mempunyai
pengaruh sangat penting terhadap wilayah kota bersangkutan.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Baubau 2011-
2030, maka kawasan strategis bagi sektor-sektor potensial di Kota Baubau yang
merupakan ruang bagi pengembangan potensi wilayah Kota Baubau dapat
dibagi menjadi 5 Kelompok Kawasan Strategis, yakni : Kawasan Strategis dari
Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi , Sosial dan Budaya, Pendayagunaan
Sumber Daya Alam (SDA) dan/atau Teknologi Tinggi, (d) Fungsi dan Daya
Dukung Lingkungan Hidup,dan (e) Kawasan Strategis lainnya sesuai dengan
Kepentingan Pembangunan Keruangan Kota.

Gambar 2.5
Kawasan Strategis Kota Baubau

Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau 2011-2030(2011)


Kawasan strategis Kota Baubau dapat dilihat pada Gambar 2.5 dan
secara rinci diuraikan berikut ini:

a. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi


Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi dapat
berupa kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi,

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 14

diantaranya: merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang


memilikiPotensi ekonomi cepat tumbuh, Sektor unggulan yang dapat
menggerakkan pertumbuhan ekonomi, Potensi ekspor, Dukungan jaringan
prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, Fungsi untuk
mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan
ketahanan pangan, Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber
energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi, Sumber daya alam yang
strategis untuk kepentingan pembangunan kota; dan/atauPengaruh yang dapat
mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam wilayah kota.Kawasan
strategis dari sudut pandang kepentingan pertumbuhan ekonomi berdasarkan
potensi-potensi kawasan di Kota Baubau diarahkan pada :
Kawasan Kota Mara Baubau
Wilayah Terpadu Bungi-Sorawolio
Rencana Kawasan Pelabuhan dan Pergudangan Terpadu
Kawasan Pangkalan BBM PERTAMINA
Objek Wisata Pantai
Rencana Kota Satelit Lea-Lea
Jembatan ke Pulau Makassar
Jembatan Pulau Buton ke Pulau Muna
Kawasan Perdagangan dan Jasa di Jalan Wolter Monginsidi
Kawasan Perdagangan dan Jasa di Jalan Betoambari
Kawasan Industri Perikanan & Pariwisata Terpadu (KIPPT) Pulau Makassar
Rencana Ring Road yang menghubungkan Kecamatan Betoambari
Sorawolio Bungi
Kawasan Terminal di tiga titik strategis pada kecamatan-kecamatan yang
merupakan pintu masuk ke Kota Baubau,

b. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Sosial dan Budaya


Kawasan strategis ditinjau dari sudut kepentingan sosial budaya dapat
merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
sosial budaya seperti halnya:Tempat pelestarian dan pengembangan adat
istiadat atau budaya;, Prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya, Aset
yang harus dilindungi dan dilestarikan;Tempat perlindungan peninggalan
budaya;Tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman
budaya;Tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial;Hasil

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 15

karya cipta budaya masyarakat kota yang dapat menunjukkan jatidiri


maupun penanda (vocal point, landmark) budaya kota;Kawasan Strategis
dari Sudut Kepentingan Sosial dan Budaya Kota Baubau diarahkan di
beberapa kawasan di bawah ini:
Kawasan Budaya Keraton Buton Baubau
Kawasan Palatiga (Jalan Bhakti ABRI)
Kawasan Palagimata
Kawasan Pendidikan dan Perkantoran Jalan Muh. Husni Thamrin
Kota Mara Pantai Kamali
Kawasan Perkantoran dan Jasa di Jalan Sultan Hasanuddin
Kawasan Pendidikan di Jalan Betoambari
Stadion Betoambari
Rencana Pembangunan Stadion di Kota Satelit Lea-Lea
Kawasan Pendidikan dan Perkantoran di Jalan Sultan Dayanu Ikhsanuddin
Kawasan Pendidikan yang berwawasan Lingkungan di Sorawolio

c. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumber Daya


Alam (SDA) dan/atau Teknologi Tinggi

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan Sumber Daya


Alam (SDA) dan teknologi tinggi merupakan kawasan yang memiliki nilai
strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di
wilayah provinsi, Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan
sumber daya alam (SDA) dan teknologi tinggi di Kota Baubau diarahkan di
Kelurahan Kolese Kecamatan Lea-Lea yang akan direncanakan sebagai
kawasan PLTU. Kawasan Kolese yang berada pada Kawasan Pesisir Utara
Kota Baubau tersebut merupakan kawasan yang sangat tepat
memanfaatkan Prinsip Pembangkitan Listrik Energi Air Kandungan Termis
karena Kawasan Kolese memiliki intensitas sirkulasi arus yang relatif tinggi.

d. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung


Lingkungan Hidup
Kawasan Strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan Hidup dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis
dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.Kawasan

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 16

Kebun Raya juga diarahkan sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung di Kota Baubau. Kawasan Kebun Raya direncanakan
di Kecamatan Betoambari tepatnya berbatasan dengan Kabupaten Buton di
bagian selatan Kota Baubau. Kawasan ini dinilai memiliki tumbuhan yang
beragam, memliki arsitektur bentang alam yang baik, keindahan alam dan
gejala alam yang memiliki ciri khas tertentu.

e. Kawasan Strategis Lainnya Sesuai dengan Kepentingan Pembangunan


Keruangan Kota
Kawasan Strategis Lainnya Sesuai Dengan Kepentingan Pembangunan
Keruangan Kota dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis
lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembangunan spasial wilayah
provinsi.Berdasarkan potensi-potensi kawasan di Kota Baubau dapat
disimpulkan kawasan strategis lainnya sesuai dengan kepentingan
pembangunan keruangan sebagai berikut:
a. Kawasan Palatiga
b. Kawasan Perumahan, diantaranya tersebar diberbagai lokasi berikut:
Kecamatan Betoambari, diantaranya: Perumahan Palm Beach,
Perumahan Wanabakti, BTN Pepabri,BTN Buana Sultra Mandiri,BTN
Betoambari Permai, Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah
NSD Palagimata, dan Perumahan Pegawai Negeri
Kecamatan Wolio,diantaranya: BTN Medibrata &BTN Kuda Putih.
Kecamatan Kokalukuna : Perumnas Waruruma.
c. Kawasan Palagimata, meliputi :
sub-kawasan (lahan) perkantoran,
sub-kawasan permukiman umum,sub kawasan ini hendaknya dibatasi
realisasinya sebab kondisi kawasan yang tidak memungkinkan untuk
dikembangkan sebagai kawasan permukiman skala besar. Kondisi tersebut
disebabkan Kawasan Palagimata yang sebagian besar merupakan
perbukitan karst yang harus dilindungi
sub-kawasan perumahan pegawai dan kompleks rumah dinas, ruang
terbuka hijau (sabuk hijau, areal bukit, hutan kota), ruang publik lainnya.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 17

2.1.3 Wilayah Rawan Bencana


Sebagai daerah kepulauan Kota Baubau merupakan wilayah yang
berpotensi terjadinya bencana, baik bencana alam, non alam maupun bencana
sosial yang dapat memberikan dampak kerugian baik dari segi korban jiwa
maupun kerusakan beberapa sarana dan prasarana fisik milik pemerintah
daerah dan masyarakat, dan hal tersebut berlangsung setiap tahunnya. Sehingga
Baubau termasuk salah satu kota yang terakomodir dalam Rencana Nasional
Penanggulangan Bencana 2010-2014 sebagai wujud dari komitmen pemerintah
dalam bidang penanggulangan bencana yang dituangkan dalam Peraturan
Kepala (Perka) Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2010.
Pada tabel 2.4 diuraikan Bencana baik alam maupun non alam yang terjadi di
Kota Baubau di tahun 2012, sedangkan pada Gambar 2.6 ditampilkan jalur
evakuasi Bencana Kota Baubau
Gambar 2.6
Peta Jalur Evakuasi Bencana Kota Baubau

Sumber: Revisi RTRW Kota Baubau 2011-2030

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 18

Tabel 2.4
Rekapitulasi Kejadian Bencana Kota Baubau Tahun 2012
Jenis Kejadian Bencana Jumlah Kejadian
Banjir / Genangan air 14
Tanah Longsor 10
Puting Beliung / Angin Kencang 9
Abras I / Gelombang tinggi 9
Kebakaran 2
Amblasan Tanah 3
Kekeringan 7
Epidemi Malaria 1
DBD 27
AFP Polio 1
Jumlah 83
Sumber: BNPB Kota Baubau, 2013
Berikut ini diuraikan Persebaran kawasan rawan bencana dan intensitas kejadian
Bencana di Kota Baubau, yang dibagi menurut klasifikasi Bencana Alam dan
Non Alam
A. Bencana Alam
Banjir
Berdasarkan data BNPB tahun 2010, Baubau termasuk salah satu daerah
yang memiliki resiko bencana banjir tinggi. Pada Tabel 2.5 berikut diuraikan
lokasi, luas dan waktu genangan yang potensial terjadi di Kota Baubau :
Tabel 2.5
Kondisi Eksisting Genangan Banjir Di Kota BaubauTahun 2011
Lama Genangan
Kecamatan Kelurahan Luas (Ha) Tinggi (cm)
(jam)
Wajo 1 20 3
Tanganapada 1 20 3
Murhum
Lamangga 0,75 30 3
Lanto 0,5 20 1,5
Kaobula 0,5 20 2
Nganganaumala 1,5 20 3
Batupoaro
Wameo 0,5 20 1,5
Tarafu 0,5 20 1
Bone-bone 1,5 20 1,5
Lipu 2,5 20 3
Betoambari Katobengke 2,5 20 4
Waborobo 0,5 15 2
Kaisabu baru 3 20 6
Karya Baru 3 25 6
Sorawolio
Gonda Baru 1,5 25 3
Bugi 4 25 6
Kampeonaho 2,5 20 3
Bungi
Ngkari ngkari 3 25 6
Wangkanapi 2,5 30 4
Tomba 5 30 5
Wolio Bataraguru 5 30 5
Bukit Wolio Indah 2,5 40 24
Kadolokatapi 1,5 20 3
Sumber : Dinas PU Kota Baubau, 2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 19

Banjir yang terus berlangsung tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti
curah hujan yang cukup ekstrim dibeberapa Kecamatan (Murhum, Bungi,
Sorawolio dan Wolio), pendangkalan sungai Baubau sebagai akibat erosi di
bagian hulu, pasang surut air laut, menurunnya resistensi DAS Baubau
terhadap banjir akibat perubahan tata guna lahan di sekitar bantaran sungai,
selain itu juga perilaku masyarakat terhadap penebangan pohon di kawasan
hutan lindung.
Pada tahun 2012 bencana banjir di Kota Baubau terjadi sebanyak 20 kasus
yang tersebar di beberapa kelurahan dengan curah hujan yang tinggi dan
pengaruh pasang surut air laut mengakibatkan ketinggian air antara 0,5-1
meter dipermukiman masyarakat, walaupun tidak ada korban jiwa akan
tetapi merendam puluhan rumahmilik masyarakat setempat.
Tanah Longsor
Bencana tanah longsor yang terjadi di Kota Baubau sebagian besar
terdapat pada daerah dengan kondisi geologi yang tidak stabil dan
seringkali dipicu oleh terjadinya hujan deras yang ekstrim melebihi titik
tertinggi dan juga pengaruh hantaman gelombang laut pada wilayah
pesisir dengan tingkat resiko dipengaruhi oleh kepadatan bangunan dan
infrastruktur. Seperti yang terjadi dibeberapa wilayah perbukitan
diantaranya wilayah Longaria Kelurahan Bataraguru, Bukit Kolema
Kelurahan Waruruma, Kadolomoko, dan Waliabuku.
Kekeringan
Ancaman alam yang bersifat hidro-meteorologis lain yang sering menimpa
Kota Baubau pada saat musim kemarau adalah kekeringan, yang terjadi
akibat berkurangnya persediaan air dan menurunnya curah hujan dalam
periode yang lama disebabkan oleh ketidakteraturan suhu permukaan
laut sehingga mengakibatkan gangguan pada pola tanam, pola
pengairan, pola pengoperasian irigasi serta pengelolaan sumber daya air
di permukaan. Seperti yang terjadi dua kecamatan yang dominan
wilayah persawahan, yaitu Kecamatan Bungi dan Sorawolio dan sebagian
lahan pertanian dan perkebunan di Kecamatan Betoambari.
Puting Beliung
Puting beliung ini sering terjadi di Kota Baubau pada saat musim
pancaroba atau peralihan dari musim hujan ke musim kemarau maupun

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 20

dari musim kemarau dan umumnya menimpa terjadi di wilayah pesisir


pantai sampai ke daratan yang menimbulkan kerusakan dalam bentuk
robohnya atap bangunan ringan, tiang listrik dan pohon-pohon. Pada
tahun 2012 bencana angin puting beliung terjadi di Pulau Makassar) dan
Bataraguru, Bone-Bone, Nganganaumala, Kampeonaho dan Lowu-Lowu.
Amblesan Tanah
Zona fisiografi Kota Baubau bagian utara di sekitar pesisir pantai memiliki
salah satu ancaman berupa amblesan tanah atau penurunan tanah
Besarnya potensi amblesan tanah dikarenakan fisiografi yang berdampak
secara ekonomi, sosial dan budaya di kawasan Tomba dan sebagian
Bataraguru termasuk wilayah pesisir Waruruma yang mengakibatkan
penurunan air tanah pada infrastruktur jalan nasional sehingga memberi
dampak perembesan (intrusi) air laut sampai jauh ke daratan.
Kebakaran Permukiman
Kota Baubau termasuk salah satu daerah yang rawan terhadap
kebakaran baik kebakaran hutan maupun kebakaran permukiman
(sebagaimana data BNPB tahun 2010, Baubau termasuk rawan risiko
bencana kebakaran tingkat sedang). Potensi kebakaran hutan di Baubau
cukup besar karena masih memiliki areal hutan dalam skala besar atau
sekitar 80% luas wilayah Kota Baubau sebagaimana data dari BMKG
tahun 2010 termasuk dalam zona rawan tingkat kebakaran hutan dan
lahan di Indonesia. Kawasan hutan terdapat di wilayah Wakonti,
Kecamatan Sorawolio dan Bungi. Sedangkan kebakaran permukiman
yang sering terjadi pada kawasan padat perumahan dan permukiman
seperti di Kelurahan Tomba dan Bataraguru.
Erosi, Abrasi dan Sedimentasi
Baubau sebagai kota pantai dengan luas perairan laut 30 Km2 yang
sebagian wilayah lautnya berpotensi memiliki gelombang ekstrim atau
berisiko tinggi bencana erosi dan abrasi (data BNPB tahun 2010) seperti
pada wilayah pesisir Wameo, Sulaa, Bone-Bone dan Pulau Makassar yang
mencapai rata-rata 2 - 5 meter pada musim angin barat atau antara
bulan Januari-April setiap tahunnya. Wilayah tersebut berhadapan
langsung dengan laut lepas sehingga hantaman gelombang besar dan
angin kencang berdampak bagi masyarakat di sekitarnya.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 21

Sedimentasi pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Baubau yang setiap


tahunnya pada saat musim penghujan dan pasang air laut terjadi
endapan sejumlah material dari hulu sungai ke muara, sehingga
berpotensi terjadinya erosi dan banjir. Sedimentasi ini terjadi dibeberapa
titik DAS Baubau seperti dimuara sungai Kelurahan Wale, Tomba,
Bataraguru dan Sungai Bungi. Luasan wilayah yang mengalami
sedimentasi (akresi) sekitar + 8 ha.

B. Bencana Non-Alam
Kegagalan Teknologi
Kecelakaan transportasi laut merupakan salah satu ancaman kegagalan
teknologi yang paling sering terjadi Kota Baubau baik itu kapal terbakar
akibat tabung gas yang meledak maupun tenggelam akibat kelebihan
penumpang yang melebihi kapasitas armada. Hal ini sering terjadi dalam
wilayah perairan Baubau untuk transportasi lintas kabupaten dalam
wilayah pulau Buton, Bombana dan Wakatobi. Kecelakaan transportasi
laut seperti kapal Acitah rute Baubau-Wanci
Wabah, Epidemi dan Kejadian Luar Biasa
Berdasarkan data pemetaan BNPB tahun 2010, Baubau merupakan
salah satu wilayah yang berpotensi dan rawan epidemi penyakit Malaria.
Penderita Malaria tersebut paling sering terjadi pada saat musim
penghujan dengan jumlah kasus yang terjadi di Kota Baubau dalam
kurun waktu tahun 2012 berjumlah 49 kasus yang tersebar dalam wilayah
Kota Baubau. Sementara untuk kasus demam berdarah (DBD) pada
tahun 2012 berjumlah 27 kasus. Selain itu pula kasus AFP Poliu yang
terjadi di Kelurahan Waliabuku pada BulanJuni tahun 2012 yang
dinyatakan sebagi kejadian luar biasa karena merupakan salah satu
penyakit yang sebelumnya tidak ada atau tidak pernah ada.
Bencana Sosial
Secara geografis Baubau sebagai wilayah terbuka dan daerah transit baik dari
masyarakat KBI maupun dari KTI, sehingga kondisi sosial budaya masyarakat
Baubau sangat beraneka ragam suku, ras, golongan, bahasa, agama.. Kondisi
tersebut sangat rawan terhadap konflik dan sering dimanfaatkan oleh pihak
yang mempunyai kepentingan tertentu. Kerawanan terhadap konflik dalam

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 22

masyarakat Baubau cenderung diperburuk dengan adanya kesenjangan


ekonomi kecemburuan sosial, ego kelompok, serta perilaku sosial yang
berlebihan.Secara umum masyarakat Baubau masih menjunjung falsafah
Buton yang selama ini menjadi kearifan lokal masyarakat setempat, namun
masih juga dijumpai konflik-konflik sosial antar kelompok, seperti tawuran
antar kelompok Kanakea dengan Palatiga, Tomba dengan Wakonti, Wameo,
dan Lipu. Daerah-daerah dengan tingkat kepadatan tinggi dan didominasi
etnis tertentu merupakan daerah yang potensial terhadap terjadinya konflik .

2.1.4 Demografi
A. Pertumbuhan dan Distribusi Penduduk
Peran Kota Baubau sebagai pusat aktifitas dan perekonomian
masyarakat di wilayah Sulawesi Tenggara bagian Kepulauan, menyebabkan
perbedaan yang cukup signifikan antara jumlah penduduk siang dan malam
karena besarnya jumlah penduduk komuter dari beberapa daerah disekitarnya.
Dari hasil pendataan BPS jumlah penduduk tetap non komuter di Kota Baubau
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Selama kurun waktu 5 (lima)
tahun terakhir (2008 2012), rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar
2,85%. Angka ini lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sulawesi
Tenggara pada periode yang sama yakni 2,17% dan Indonesia 1,49%.
Selengkapnya perkembangan penduduk Kota Baubau selama kurun waktu
2008-2012 dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut ini:
150.000
143.363
140.000
139.717
137.118
130.000 130.862
127.743
120.000
2008 2009 2010 2011 2012

Gambar. 2.7
Grafik Perkembangan Penduduk Kota Baubau Tahun 2008-2012
Pada tahun 2011 dari 139.717 jiwa penduduk, tercatat32.975 Kepala Keluargaatau
rata-rata satu keluarga terdiri dari 4,24 jiwa. Perbandingan penduduk
perempuan dengan penduduk laki-laki atau rasio jenis kelamin penduduk tahun
2011 sebesar 97,6 yang berarti dari setiap 100 orang penduduk perempuan
terdapat 98 orang laki-laki.Perkembangan sex ratio dapat dilihat pada tabel 2.6

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 23

Tabel 2.6
Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah Rasio Jenis
Tahun Laki-Laki Perempuan
Penduduk Kelamin
2008 127.743 62.986 64.757 97,27
2009 130.862 64.524 66.338 97,26
2010 137.118 67.736 69.382 97,62
2011 139. 717 68.997 70.720 97,53
2012* 143.363 70.630 72.537 97,64
Sumber : BPS Kota Baubau (Diolah)

Tingginya laju pertumbuhan penduduk di Kota Baubau juga ditandai dengan


tingkat kepadatan penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2000 kepadatan penduduk Kota Baubau sebesar 480 orang per km2
kemudian tahun 2010 sebesar 620orang per km2 selanjutnya pada tahun 2011
meningkat hingga 632 orang per km2. Kepadatan tertinggi terdapat di
Kecamatan Batupoaro yang dengan luas wilayah terkecil yaitu 3,16km2memiliki
tingkat kepadatan 7.478 orang perkm2. Sedangkan Kecamatan Sorawolio yang
memiliki luas wilayah terbesar yaitu 83,25 km2justru memiliki kepadatan terkecil
yaitu sebesar 87 orang per km2..
Tabel 2.7
Persebaran dan Kepadatan Kependudukan Kota Baubau Tahun 2011
Luas Wilayah Kepadatan
Kecamatan Jumlah
(km2) (Jiwa/km2)
Betoambari 27,89 16.650 597
Murhum 3,29 22.367 7.131
Wolio 17,33 38.760 2.237
Kokalukuna 9,44 17.048 1.806
Sorawolio 83,25 7.178 87
Bungi 47,71 7.238 152
Lea-lea 28,93 6.762 234
Batupoaro 3,16 23.631 7.478
Kota Baubau 221 139.717 632
SULTRA 38.14 2.230.569 58
Sumber : Baubau Dalam Angka 2012

Dari jumlah penduduk yang mencapai 139.717 orang pada tahun 2011,
sebagian besar tersebar di 5 kecamatan yang merupakan pusat perkotaan yaitu
Kecamatan Wolio yang dihuni 27,86% dari total penduduk Kota Baubau,
kemudian diikuiti oleh Kecamatan Batupoaro (16,98%), Murhum (16,0%),
Kokalukuna (12,25%), dan Betoambari (11,96%). Sedangkan 3 kecamatan
lainnya,yakni Kecamatan Bungi, Lea-Lea dan Sorawolio yang berada di
pinggiran perkotaan persebaran penduduknya dibawah 6 persen.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 24

B. Struktur Penduduk Berdasarkan Umur


Komposisi penduduk Kota Baubau berdasarkan kelompok umur
menunjukkan bahwa sekitar 58,94% atau 82.356 jiwa termasuk usia produktif,
sedangkan sekitar 40,6% atau sebanyak 53.136 jiwa merupakan penduduk non
produktif. Komposisi kelompok umur didominasi oleh kelompok usia muda yaitu
umur 5 19 tahun sebanyak 32,66 persen.kelompok umur 0 - 24 tahun sebesar
54,89 persen sebanyak 16.310 jiwa dan umur 15 19 tahun, kelompok umur 25
59 tahun sebesar 39,65 persen. Sedangkan kelompok umur manula tergolong
rendah, yang mengindikasikan masih relatif rendahnya usia harapan hidup
penduduk Kota.
Keadaan struktur umur penduduk di Kota Baubau sebagaimana terlihat
pada gambar 2.8, menunjukkan bahwa penduduk Kota Baubau tahun 2011
adalah 58,94 persen atau sebanyak 82.356 orang termasuk usia produktif dan
penduduk usia non produktif 41,06 persen atau sebanyak 57.361 orang. Komposisi
kelompok umur penduduk kota Baubau didominasi oleh kelompok usia muda
yaitu umur 5-19 tahun sebesar 32,66 persen. Kelompok umur 0-24 sebesar 54,89
persen, kelompok umur 25-59 sebesar 39,65 persen, dan kelompok lanjut usia
sebesar 5,46 persen. Kecilnya proporsi kelompok lanjut usia mengindikasikan
masih relatif rendahnya usia harapan hidup penduduk Kota Baubau.

Gambar 2.8
Piramida Penduduk Kota Baubau Tahun 2011

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 25

Implikasi lain yang perlu disikapi dari piramida penduduk ini adalah
tingginya jumlah penduduk pada kelompok umur 10-49 tahun lebih besar dari
jumlah penduduk usia 50 tahun keatas dan usia 5 tahun kebawah, yang berarti
bahwa Kota Baubau satu dekade ke depan akan memperoleh Bonus Demografi,
yaitu kondisi ketika jumlah penduduk produktif (berusia 15-64 tahun)
mendominasi populasi Kota.Saat bonus demografi datang, pertumbuhan
ekonomi bakal melonjak, pendapatan per kapita melambung, dan sektor-sektor
produksi akan tumbuh luar biasa pesat. Siklus ini hanya akan datang sekali
dalam sekian ratus atau bahkan sekian ribu tahun bagi sebuah bangsa. Bonus
Demografi akan terjadi pada 2020-2030.Tanda-tanda bonus demografi sudah
muncul. Sejak dua tahun silam, tingkat kelahiran di Kota Baubau khususnya dan
Indonesia pada umumnya menurun, diikuti oleh meningkatnya jumlah penduduk
usia produktif.

2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT


2.2.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
A. Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi makro
yang menggambarkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di Kota Baubau
dalam selang waktu tertentu. Produksi tersebut diukur dalam nilai tambah
(value added) yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi yang secara total
dikenal sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB disajikan dalam
dua konsep harga, yaitu harga berlaku dan harga konstan. Penghitungan
pertumbuhan ekonomi menggunakan konsep harga konstan (constant prices)
dengan Tahun dasar 2000 untuk mengeliminasi faktor kenaikan harga.
. Pembangunan ekonomi Kota Baubau sepanjang tahun 2008-2012 yang
diilihat dari PDRB atas dasar harga berlaku, setiap tahun dari tahun 2008
sampai dengan tahun berjalan 2012 rata-rata terjadi peningkatan PDRB sebesar
21,52% atau Rp. 358.074,22 Milyar per tahun. Sementara itu nilai PDRB atas dasar
harga konstan tahun 2000 trend rata rata peningkatan per tahunnya sampai
dengan tahun 2012 mencapai 9.37% atau Rp. 66,169.94 Milyar, dan untuk tahun
2012 sendiri jika dibandingkan dengan tahun 2011 peningkatan nilai PDRB atas
dasar harga konstan meningkat di atas rata rata mencapai Rp.80,870.66 Milyar.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 26

Tabel 2.8
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB tahun 2008 - 2012 atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 Kota Baubau
2008 2009 2010 2011 2012*
NO SEKTOR
(Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) %
SEKTOR PRIMER 61.460,24 9,82 66.684,94 9,52 69.348,27 9,08 71.513,74 8,56 74.591,37 8,22
1 Pertanian 58.484,51 9,35 62.820,01 8,97 64.202,98 8,40 65.486,03 7,84 67.259,00 7,41
2 Pertambangan & Penggalian 2.975,73 0,48 3.864,93 0,55 5.145,29 0,67 6.027,71 0,72 7.332,37 0,81
SEKTOR SEKUNDER 158.901,99 25,39 177.668,77 25,38 209.152,14 27,38 232.705,45 27,85 246.861,34 27,19
3 Industri Pengolaan 27.230,95 4,35 30.701,56 4,38 32.096,18 4,20 34.192,70 4,09 36.157,31 3,98
4 Listrik, Gas & Air Bersih 6.245,26 1,00 7.051,56 1,01 7.702,06 1,01 8.310,74 0,99 9.440,92 1,04
5 Kontruksi 125.425,78 20,04 139.915,65 19,98 169.353,90 22,17 190.202,01 22,77 201.263,11 22,17
SEKTOR TERSIER 405.396,01 64,78 455.804,97 65,10 485.485,38 63,55 531.228,68 63,59 586.353,52 64,59
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 137.569,34 21,98 156.796,43 22,39 169.891,09 22,24 188.502,34 22,56 207.373,83 22,84
7 Pengangkutan dan Komunikasi 69.949,36 11,18 82.611,47 11,80 85.570,42 11,20 92.506,52 11,07 110.919,59 12,22
8 Keuangan, sewa & Jasa Perusahaan 47.965,30 7,67 49.099,12 7,01 54.482,16 7,13 67.493,06 8,08 72.264,56 7,96
9 Jasa-jasa 149.912,01 23,96 167.297,95 23,89 175.541,71 22,98 182.726,76 21,87 195.795,54 21,57
PDRB 625.758,24 100,00 700.158,68 100,00 763.985,79 100,00 835.447,87 100,00 907.806,23 100,00
Sumber: BPS Kota Baubau (2012), Produk Domestik Regional Bruto Kota Baubau Tahun 2011, Diolah

Tabel 2.9
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 - 2012 atas Dasar Harga Berlaku Kota Baubau
2008 2009 2010 2011 2012*
NO SEKTOR
(Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) %
SEKTOR PRIMER 253.333,68 10,39 293.859,13 15,66 306.567,41 14,72 331.149,42 14,16 397.698,91 14,82
1 Pertanian 246.758,86 10,12 284.999,87 15,18 294.359,69 14,13 316.175,46 13,52 380.982,77 14,20
2 Pertambangan & Penggalian 6.574,82 0,27 8.859,26 0,47 12.207,72 0,59 14.973,96 0,64 16.716,14 0,62
SEKTOR SEKUNDER 314.416,45 12,89 386.145,16 20,57 473.664,90 22,74 538.514,68 23,02 612.871,41 22,84
3 Industri Pengolaan 41.816,78 1,71 49.419,48 2,63 52.983,68 2,54 57.963,11 2,48 60.605,32 2,26
4 Listrik, Gas & Air Bersih 17.707,84 0,73 21.401,58 1,14 23.715,68 1,14 26.001,29 1,11 32.724,94 1,22
5 Kontruksi 254.891,83 10,45 315.324,10 16,80 396.965,54 19,06 454.550,28 19,43 519.541,15 19,36
SEKTOR TERSIER 1.871.313,67 76,72 1.196.991,17 63,77 1.302.381,67 62,54 1.469.542,66 62,82 1.673.180,78 62,34
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 388.354,06 15,92 477.540,27 25,44 533.255,51 25,61 613.408,32 26,22 707.337,07 26,36
7 Pengangkutan & Komunikasi 175.601,37 7,20 217.336,49 11,58 227.424,11 10,92 248.744,51 10,63 284.388,64 10,60
8 Keuangan, sewa & Jasa Perusahaan 977.777,94 40,09 104.648,32 5,58 119.624,04 5,74 151.099,06 6,46 193.359,75 7,20
9 Jasa-jasa 329.580,30 13,51 397.466,09 21,18 422.078,01 20,27 456.290,77 19,51 488.095,32 18,19
PDRB 2.439.063,80 100,00 1.876.995,46 100,00 2.082.613,98 100,00 2.339.206,76 100,00 2.683.751,10 100,00
Sumber: BPS Kota Baubau (2012), Produk Domestik Regional Bruto Kota Baubau Tahun 2011, diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 27

Penjabaran nilai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga


berlaku dan atas dasar harga konstan tahun 2000 dari tahun 2008 hingga
perkiraan tahun 2012 secara rinci melalui tabel berikut 2.8 dan 2.9. Dengan
merujuk pada Tabel 2.9 dan Gambar 2.9 juga dapat dilihat bahwa struktur
perekonomian daerah Kota Baubau pada tahun 2012 masih ditopang oleh
sektor-sektor yang masuk dalam kelompok tersier yang memiliki kontribusi
sektoral sebesar 62,34% sementara kelompok primer dan sekunder masing-
masing hanya sebesar 8.57% dan 28.59%, dimana tiga besar subsektor yang paling
berperan terhadap perekonomian Kota Baubau berturut-turut adalah subsektor
Konstruksi yang memiliki kontribusi sebesar 23.18% disusul, Perdagangan Hotel
dan Restoran sebesar 22.61%, dan subsektor jasa-jasa sebesar 21.35%.

Pertanian, Industri
Pertambangan
Peternakan, Pengolahan
& Penggalian
Jasa-Jasa Kehutanan & 1% 4% SEKTOR
21% Perikanan Listrik, Gas PRIMER
8% dan Air bersih 8.57%
Keuangan, 1%
persewaan &
Jasa Konstruksi SEKTOR
perusahaan 23% SEKUNDER
7% SEKTOR 28.59%
Perdagangan, TERSIER
Hotel & 62.54%
Restoran
Pengangkutan
23%
& Komunikasi
12%
Sumber: BPS Kota Baubau (2012), dan proyeksi PDRB Kota Baubau, diolah
Gambar 2.9
Struktur Perekonomian Kota Baubau Tahun 2012

Jika ditinjau secara kumulatif 5 tahun terakhir, maka dapat disimpulkan bahwa
terjadi pergeseran struktur perekonomian Kota Baubau, dimana sektor primer
dan sekunder mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yang secara
simultan diikuti dengan penurunan peran sektor tersier terhadap pergerakan
ekonomi di Kota Baubau, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.10.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 28

PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI KOTA BAUBAU


SEKTOR PRIMER SEKTOR SEKUNDER SEKTOR TERSIER

100,0
%

63,77 62,54 62,82 58,60


76,72
50,0
20,57 22,74 23,02 22,99
12,89
10,39 15,66 14,72 14,16 18,41
0,0
2008 2009 2010 2011 2012

Gambar 2.10
Pergeseran Struktur Perekonomian Kota Baubau 2008-2012
Tabel. 2.10
Perkembangan PDB dan PDRB Provinsi/kota Tahun 2008 s.d 2012
atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku
PDRB Kota Baubau PDRB Prov. Sultra PDB non migas
TAHUN
(Juta Rp) (Juta Rp) Triliun Rp)
2008 HB 2.439.063,8 10.335.160,0 4.948,7
HK 625.758,2 4.659.810,0 2.082,5
2009 HB 1.876.995,5 11.704.610,0 5.606,2
HK 700.158,7 4.912.780,0 2.178,9
2010 HB 2.082.614,0 12.706.800,0 6.436,3
HK 763.985,8 5.218.250,0 2.313,8
2011 HB 2.339.206,8 14.067.730,0 7.427,1
HK 835.447,9 5.560.750,0 2.463,2
2012 HB 2.683.751,10* 4027,8*smt1
HK 907.806,23* 1283,4*smt1
*Angka sementara
Sumber: BPS RI (2013), BPS Prov.Sultra (2012), BPS Kota Baubau (2012), Produk Domestik Regional Bruto
Kota Baubau Tahun 2011, diolah

Laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Kota Baubau menunjukkan tren
yang positif dari tahun ke tahun, dimana pertumbuhan ekonomi Kota Baubau
pada tahun 2012 mencapai 9,67% jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang
hanya mencapai 10,12% berarti terjadi peningkatan sebesar 0,96%.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 29

Gambar 2.11
Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Kota Baubau Tahun 2008-2012
PERTUMBUHAN EKONOMI
15 KOTA BAUBAU (%)
13
11
9
7
5
3
1
-1
-3
-5
-7
-9
-11
-13
-15
2000

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012
Keterangan:
Nilai angka tahun 2011 s.d tahun 2012 adalah angka sementara.
Sumber: BPS Kota Baubau (2011), Produk Domestik Regional Bruto Kota Baubau Tahun 2010, diolah

Sementara itu dari Tabel 2.11 dan 2.12 dapat dilihat bahwa semua sektor
pembentuk PDRB selama kurun waktu 2010-2012 mengalami pertumbuhan
(positif). Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor dengan
pertumbuhan tertinggi selama kurun waktu tersebut 154,24% , namun demikian
jika dilihat dari andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi, sektor ini hanya
menyumbang rata-rata dibawah 1% selama 5 tahun terakhir.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 30

Tabel. 2.11
Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008- 2012
Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) & Harga Konstan (Hk) Kota Baubau
2008 2009 2010 2011 2012
SEKTOR Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
SEKTOR PRIMER 16,25 9,82 15,66 15,66 14,72 14,72 14,16 14,16 14,82 8,22
Pertanian 15,83 9,35 15,18 15,18 14,13 14,13 13,52 13,52 14,20 7,41
Pertambangan &
0,42 0,48 0,47 0,47 0,59 0,59 0,64 0,64 0,62 0,81
Penggalian
SEKTOR SEKUNDER 20,17 25,39 20,57 20,57 22,74 22,74 23,02 23,02 22,84 27,19
Industri Pengolaan 2,68 4,35 2,63 2,63 2,54 2,54 2,48 2,48 2,26 3,98
Listrik, Gas & Air
1,14 1,00 1,14 1,14 1,14 1,14 1,11 1,11 1,22 1,04
Bersih
Kontruksi 16,35 20,04 16,80 16,80 19,06 19,06 19,43 19,43 19,36 22,17
SEKTOR TERSIER 63,58 64,78 63,77 63,77 62,54 62,54 62,82 62,82 62,34 64,59
Perdagangan, Hotel
24,91 21,98 25,44 25,44 25,61 25,61 26,22 26,22 26,36 22,84
dan Restoran
Sumber: BPS Kota Baubau (2012), dan PDRB Kota Baubau 2008-2012, diolah

Tabel 2.12
Pertumbuhan Kontribusi Sektor & PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb)
dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2008-2012 Kota Baubau
Pertumbuhan (%)
NO SEKTOR
Hb Hk
SEKTOR PRIMER 56,99 21,37
1 Pertanian 54,39 15,00
2 Pertambangan & Penggalian 154,24 146,41
SEKTOR SEKUNDER 94,92 55,35
3 Industri Pengolaan 44,93 32,78
4 Listrik, Gas & Air Bersih 84,80 51,17
5 Kontruksi 103,83 60,46
SEKTOR TERSIER 68,78 44,64
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 82,14 50,74
7 Pengangkutan & Komunikasi Agkutan & Komunikasi 61,95 58,57
8 Keuangan, sewa & Jasa Perusahaan 97,75 50,66
9 Jasa-jasa 48,10 30,61
PDRB 72,14 45,07
Sumber: BPS Kota Baubau (2012), dan PDRB Kota Baubau 2008-2012, diolah

Sektor penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar di tahun 2012


adalah Sektor Konstruksi yang tumbuh 13.65% dan memberi andil sebesar 3.16%
terhadap pertumbuhan ekonomi serta memiliki kontribusi sektoral 23.18% yang
merupakan dampak peningkatan realisasi anggaran berbagai proyek fisik baik
yang bersumber dari pemerintah maupun swasta, disusul oleh sektor
Perdagangan Hotel dan Restoran yang tumbuh sebesar 3.16% memiliki andil
terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 3.09% dan kontribusi sektoralnya
sebesar 22.61%.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 31

B. Laju Inflasi
Salah satu masalah pokok yang selalu dihadapi oleh pemerintah maupun
masyarakat adalah tingkat inflasi yang cenderung selalu tinggi. Peningkatan
pendapatan masyarakat secara nominal akan berkurang artinya apabila diikuti
oleh tingkat inflasi yang tinggi, karena bila faktor inflasi diperhitungkan belum
tentu terjadi peningkatan secara riil. Tingkat inflasi yang tinggi secara umum
akan menurunkan daya beli masyarakat yang berpenghasilan nominal tetap.
Penyajian PDRB atas dasarharga konstan bersama sama dengan atas dasar
harga berlaku dapat dipakai sebagai indikator untuk melihat tingkat inflasi atau
deflasi yang terjadi.
Isu-isu ekonomi nasional cukup memberi pengaruh yang relatif terhadap
peningkatan laju inflasi Kota Baubau pada tahun 2012 jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, dimana isu kenaikan harga BBM bersubsidi yang sempat
dihembuskan oleh pemerintah cukup menimbulkan gejolak harga beberapa
saat, walaupun kenaikan secara signifikan tidak terjadi dengan ditundanya
kenaikan tersebut beberapa saat setelahnya. Pada tahun 2011 inflasi kota
Baubau mencapai 2,61 persen dan di tahun 2012 meningkat 0.03 persen menjadi
2.64 persen.
Gambar 2.12
Perkembangan Tingkat Inflasi Kota Baubau menggunakan PDRB
deflator(y.o.y) tahun 2007 2012
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
2007 2008 2009 2010 2011* 2012*
Laju Inflasi 2,14 2,47 2,68 2,73 2,61 2,65
Keterangan:
Angka tahun 2011 s.d 2012 adalah angka sementara.
Baubau dalam Angka (beberapa edisi), PDRB Kota Baubau Tahun 2010, diolah

Inflasi yang tinggi merupakan salah satu fenomena dalam perekonomian yang
dapat menekan daya beli masyarakat dan menurunkan pendapatan rill
masyarakat. Inflasi dapat dilihat dari perubahan Indeks PDRB Deflator. Dalam
beberapa tahun terakhir inflasi Kota Baubau cenderung berada di bawah rata-
rata inflasi nasional. Hal ini tentu saja berdampak positif pada jalannya roda

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 32

perekonomian dan diharapkan mampu memacu kualitas pertumbuhan ekonomi


yang telah dicapai.

C. Pendapatan Perkapita dan Pemerataan Ekonomi


Salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu
daerah dapat dilihat dari besarnya PDRB per kapita. Pendapatan atau PDRB
perkapita memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan kesejahteraan
masyarakat di berbagai daerah dan juga dapat menggambarkan perubahan
corak perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakatyang sudah terjadi. Hal ini
berarti semakin tinggi PDRB perkapita semakin sejahtera penduduk suatu
wilayah. Dengan kata lain jumlah penduduk miskin akan berkurang. Dengan
demikian, secara teoritis PDRB perkapita sebagai indikator pertumbuhan
ekonomi akan berpengaruh negatif terhadap kemiskinan.
Berdasarkan harga berlaku, PDRB per kapita penduduk Kota Baubau
tahun 2012 adalah Rp.18.719.970.Nilai tersebut telah meningkat 282,15persen dari
keadaan tahun 2008 yang hanya sebesar Rp. 4.898.571,7 . Pencapaian nilai PDRB
perkapita tersebut mampu menurunkan jumlah penduduk miskin hingga
mencapai 16.531 jiwa di tahun 2010 dari keadaan tahun 2007 dimana jumlah
penduduk miskin mencapai 22.600 jiwa. Dengan demikian, diharapkan di tahun
2013, pendapatan perkapita masyarakat Kota Baubau akan mencapai Rp 20,9
juta/tahun. Tren peningkatan pendapatan perkapita masyarakat (ADH berlaku)
dan jumlah penduduk miskin disajikan pada grafik berikut :
Gambar 2.13
Perkembangan Pendapatan Perkapita Kota Baubau Tahun 2008-2012*
20000000

18.719.970

15000000 16.742.463
15.188.480
14.343.319
12.204.691
10000000
2008 2009 2010 2011 2012

Keterangan:
Atas dasar Harga Berlaku, Nilai Angka tahun 2012 adalah angka sementara
Sumber: BPS Kota Baubau (2011), Produk Domestik Regional Bruto Kota Baubau (beberapa edisi) ;

Pemerataan pendapatan juga dapat dilihat dari koefisien gini. Koefisien


Gini (Gini Ratio) adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 33

mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Pada tabel


2.13terlihat bahwa angka koefisien gini tahun 2012 sebesar 0.29 atau berada di
bawah 0.35 yang menandakan tingkat ketimpangan sebaran pendapatan
rendah (low inequality), kondisi ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan
ketimpangan pendapatan di Sulawesi Tenggara danIndonesia yang pada akhir
tahun 2012 berada tingkat ketimpangan sedang (moderate inequality).
Jika ditinjau dari Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia,Relatif meratanya
penyebaran pendapatan di Kota Baubau tampak pada Kurva Lorenz dari gini
ratio Kota Baubau tampak bahwa pendapatan Penduduk Kota Baubau
terdistribusi 26,31% terendah, 43,53% menengah, dan 30,34% berpendapatan
rendah.
Tabel 2.13
Perkembangan Gini Ratio tahun 2008-2012
Tahun
Wilayah
2008 2009 2010 2011 2012
Kota Baubau 0,20 0,26 0,25 0,26 0,29*
Sultra 0,33 0,36 0,42 0,41 0,40
Indonesia 0,37 0,37 0,38 0,41 0,41*
Sumber: Bappeda Kota Baubau (2012), BPS Prov Sultra (2012), Data Strategis BPS (2012)

D. Tingkat Kemiskinan
Jumlah penduduk miskin di Kota Baubau dari tahun ke tahun
menunjukkan angka penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa tingkat
kesejahteraan penduduk semakin membaik setiap tahunnya. Pada tahun 2010
jumlah penduduk miskin mencapai 18.170 orang, menurun bila dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 23.100 pada tahun 2005. Disisi
lain jumlah penduduk miskin jika dibandingkan dengan laju pertambahan
penduduk juga mengalami penurunan. Tahun 2007 persentase jumlah penduduk
miskin masing-masing sebesar 17,08% dari jumlah total penduduk, mengalami
penurunan pada tahun 2011 menjadi hanya 10.31%. Membaiknya tingkat
kesejahteraan masyarakat dan penurunan persentase kemisikinan dalam hal ini
tidak terlepas dari peran pemerintah yang signifikan menciptakan peluang-
peluang ekonomi bagi masyarakat, selain itu upaya penanggulangan kemiskinan
yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak dalam beberapa tahun terakhir
turut memberi andil menciptakan kondisi ini.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 34

Tabel 2.14
Garis Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Kota Baubau
Penduduk Miskin
Garis Kemiskinan
Wilayah Tahun Jumlah Persentase
(Rp/Perkapita)
(Jiwa) (%)
2005 135.145 21,300 16,36
2006 157.138 23,100 18,90
2007 167.668 22,600 17,08
2008 182.765 19,640 14,13
Baubau
2009 217,430 18,170 12,72
2010 232,130 16,530 12.06
2011 238,200 14,450 10.31
2012 244.129* 14.426 10,06
2011 199.176 334.280 14,61
Sultra
2012 195.306* 316.330 13,71
2011 233.740 29,89 juta 12,36
Indonesia
2012 248.707* 29,13 juta 11,96*
*Angka sementara
Sumber : BPS Kota Baubau; , Data Strategis Indonesia 2012, www.bps.go.id

Disamping itu, jika dihubungkan dengan perkembangan Angkatan kerja di Kota


Baubau maka dapat dilihat korelasi yang positif antara penurunan presentase
penduduk miskin dengan Tingkat Pengangguran di Kota Baubau, dimana terjadi
penurunan jumlah diantara keduanya.

2.2.2. Kesejahteraan Sosial


Keberhasilan dalam penyelenggaraan Fokus kesejahteraan sosial disuatu
daerah diindikasikan melalui beberapa indikator, diantaranya angka melek
huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan
yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi,
angka usia harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio
penduduk yang bekerja, secara global komposit dari beberapa indikator tersebut
terukur melalui Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan
Manusia dan Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)

A. Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia


Peningkatan kualitas SDM ditandai oleh semakin meningkatnya Indeks
Pembangunan Manusia yang dapat dilihat daritiga indikator utama, yaitu
kesehatan, pendidikan dan daya beli. Pendidikan membuka peluang individu
maupun masyarakat untuk memperoleh pengetahuan. Pengukuran keberhasilan
pembangunan melalui pendekatan IPM dari aspek pendidikan dimulai dari

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 35

Indeks Angka Melek Huruf (AMH), Indeks Rata-rata Lama Sekolah, Angka Rata-
rata Lama Sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan indikator makro yang terkait
dan ikut mempengaruhi angka tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung seperti Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni.
Pencermatan atas data sebaran Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka
Melek Huruf (AHM) menunjukan bahwa ketersediaan saran prasarana,
aksesibilitas serta kondisi sosial ekonomi berpengaruh pada peningkatan Rata-
rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH).
Gambar 2.14
Angka Melek Huruf Penduduk Kota Baubau Tahun 2007/2008-2011/2012
100
90
95,2 96,3 97,83 98,01 98,86
80
70
60
50
40
30
20 4,8 3,7
10 2,17 1,99 1,14
0
%

Melek Huruf (Penduduk 15 Tahun ke Atas) [%} Buta Aksara (%)


Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Baubau,
Profil Pendidikan Kota Baubau, Beberapa Edisi, diolah.

Berdasarkan Gambar 2.14, Angka Melek Huruf (AMH) penduduk usia 15


tahun ke atas pada tahun 2010/2011 sekitar 98,01%. Hal ini menunjukkan bahwa
AMH atau kemampuan aksara penduduk usia 15 tahun ke atas mengalami
peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dengan kata lain,
angka buta aksara atau angka buta huruf di Kota Baubau mengalami
penurunan, dari 3,70% pada tahun ajaran 2008/2009 menjadi 2,17% pada tahun
ajaran 2009/2010 dan menurun lagi menjadi 1,99% pada tahun ajaran 2010/2011.
Capaian ini cukup menggembirakan karena untuk tingkat nasional, angka
melek huruf sampai akhir tahun 2010/2011 diperkirakan masih berada dalam
kisaran 94%-95%.
Adapun kondisi capaian beberapa indikator pembentuk indeks
Pembangunan Manusia Kota Baubau diuraikan pada tabel 2.15. Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Baubau juga mengalami peningkatan
yang cukup signifikan dari 72,14 tahun 2008 menjadi 73,48 pada tahun 2010.
Capaian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan IPM Sultra (70,36) dan IPM
Nasional (72,23).

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 36

Tabel. 2.15
Capaian Indikator Pendidikan dan IPM tahun 2008-2012
Indikator Capaian
Indikator Pendidikan
2008 2009 2010 2011 2012*
Indeks Pembangunan Manusia
a. Angka melek huruf (%) 95.20 95.30 95.58 98,86 99,81
b. Angka Rata-rata lama sekolah (tahun) 9.60 9.75 9.84 9.92* 10,00
c. Angka harapan hidup (tahun) 69.79 70.09 70.39 70.66* 70,92
d. Pengeluaran riil perkapita (Rp.000) 607.11 608.12 616.11 620,96* 625,85
IPM Kota Baubau 72.14 72.56 73.48 74.33* 75,18
IPM Prov. Sultra 69.00 69.68 70.36 71.05* 71,75
IPM Nasional 71.17 71.76 72.23 72.79* 73,34
Sumber: Baubau Dalam Angka; Bappeda, Profil Pendidikan Tahun 2010/2011, (Diolah)

B. Pencapaian Millenium Developments Goals


Millenium Development Goals (MDGs) merupakan komitmen nasional dan
global dalam upaya lebih mensejahterakan masyarakat melalui pengurangan
kemiskinan dan kelaparan, pendidikan, pemberdayaan perempuan, kesehatan,
dan kelestarian lingkungan. 8 tujuan (goals) menjadi komitmen MDGs mencakup:
(1) Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan; (2) Mencapai Pendidikan Dasar
untuk Semua; (3) Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
Perempuan; (4) Menurunkan Angka Kematian Anak; (5) Meningkatkan
Kesehatan Ibu; (6) Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular lainnya;
(7) Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup; dan (8) Membangun Kemitraan
Global untuk Pembangunan.
Pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) merupakan
pemenuhan komitmen internasional yang sejalan dengan upaya pemerintah
Kota Baubau dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Upaya percepatan
pencapaian target MDGs menjadi prioritas pembangunan daerah, yang
memerlukan sinergi kebijakan perencanaan di tingkat nasional, provinsi maupun
kabupaten/kota. Sebagian besar pencapaian MDGs Kota Baubau sudah sesuai
dengan rencana target yang ditetapkan (on track), bahkan beberapa target
MDGs 2015 telah tercapai seperti penurunan prevalensi kekurangan gizi dan
proporsi penduduk dengan pendapatan per kapita (lihat tabel 2.15). Namun
demikian, masih ada beberapa target MDGs yang memerlukan upaya keras
untuk mencapainya. Oleh sebab itu, diperlukan kerja sama lintas sektor dan
lintas SKPD di Kota Baubau, peningkatan kemitraan antara pemerintah dengan
swasta, serta peningkatan peran aktif masyarakat untuk menangani disparitas
kinerja tersebut.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 37

Tabel 2.16
Perkembangan Capaian MDGs di Kota Baubau Tahun 2008-2012
TARGET
NO TUJUAN TARGET INDIKATOR TARGET 2008 2009 2010 2011 2012
2015
1 Menanggulangi Menurunkan proporsi penduduk yang Persentase penduduk dengan pendapatan di
a 10% 17,20% 14,44% 13,96 9,72 9,15*
Kemiskinan dan tingkat pendapatannya di bawah US$1 bawah US$1 (PPP) perhari.
Kelaparan perhari menjadi setengahnya dalam Persentase penduduk dengan tingkat konsumsi di
kurun waktu 1990-2015 b 7,50% 14,13 12,72 12,06 *10,31 10,06*
bawah garis kemiskinan nasional.
Menurunkan proporsi penduduk yang Persentase anak-anak berusia di bawah 5 tahun
a 3,30% 0,16% 0,06% 0,25% 0,15% 0,06*
menderita kelaparan menjadi yang mengalami gizi buruk (severe underweight)
setengahnya. Persentase anak-anak berusia di bawah 5 tahun
b yang menqalami gizi kurang (moderate 18% 9,20% 9,00% 7,23% 8,41% 3,49*
underweight)
2 Mencapai Menjamin pada lahun 2015, semua a Angka melek huruf usia 15-24 tahun. 100% 95.20 95.30 95.58 98,86 99,81*
Pendidikan Dasar anak, di manapun, laki-laki maupun Angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar /
untuk Semua perempuan, dapat menyelesaikan b 100% 91.2 % 88,12 92,29 94,4 98,8*
madrasah ibtidaiyah (7-12 tahun).
pendidikan dasar Angka partisipasi murni (APM). sekolah menengah
c 100% 72,80% 72,08 82,97 76 83*
pertama / madrasah tsanawiyah (13-15 tahun)
d Angka Partisipasi Murni (APM) SMA / SMK / MA 100% 64,59 69,73 85,62 84,8 90*
e Presentase guru yang rnemenuhi kualifikasi S1 / D4 100% 52,52% 67,31% 66,14 65,32 68,14*
3 Mendorong Menghilangkan ketirnpangan gender di Rasio anak perempuan terhadap anak laki-laki di
Kesetaraan Gender tingkat pendidikan dasar dan lanjuan tingkat pendidikan dasar, lanjutan dan tinggi.
a 100% 90,21% 94,45% 96,12 99,53 100*
dan pada tahun 2005, dan di semua yang diukur melalui angka partisipasi murni anak
Pemberdayaan jenjang pendidkan tidak lebih dari perempuan terhadap anak laki-laki.
Perempuan tahun 2015 Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki
b usia 1 5-24 tahun, yanq diukur melalui anqka 100% 98,97% 99,45% 101,2 102,3 102,1*
melek huruf.
c Partisipasi perempuan di Eksekutif Pernerintah indikator 58,90% 59,64% 56,14 53,20 55,42*
d Partisipasi perempuan di Legislatif DPRD 30% 5% 12% 12% 12% 12*
e Partisipasi perempuan di Yudikatif 5% 6,10% 6,12 7,82 8,12*
Partisipasi angkatan kerja perempuan di sektor
f indikator 36,39% 36,83% 37,8 39,41 37,91*
non pertanian
4 Menurunkan Menurunkan Angka Kematian Balita Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran
a 19% 5 5 14,00 21,89 6,48*
Angka Kematian hidup
Anak Angka Kematian Balita (AKABA ) per 1000
b 32% 13% 12% 3,67% 3,91% 12,10*
kelahiran hidup
c Anak usia 12-23 bulan yang diimunisasi campak 100% 92,33% 95,83% 96,43 96,71 98,67*
5 Meningkatkan Menurunkan angka kematian ibu a Angka kematian ibu melahirkan (AKI) per 110 303 138 166,94 195,47 259,29*

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 38

TARGET
NO TUJUAN TARGET INDIKATOR TARGET 2008 2009 2010 2011 2012
2015
Kesehatan Ibu sebesar tiga-perempatnya dalam kurun 100.000 kelahiran hidup
waktu 1990-2015 b Proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis 90% 87,66% 89,28% 91,53 89,36 63,81*
Prosentase penggunaan kontrasepsi pasangan
c indikator 55,65% 60,12% 63,32 66,27 67,41*
menikah
Proporsi wanita 15-49 tahun berstatus kawin yang
d sedang menggunakan atau memakai alat indikator 57,59% 58,54% 58,16 59,21 60,12*
keluarga berencana
Jumlah rata-rata kunjungan pemeriksaan ibu
e indikator 82,61% 83,54% 87,51 91,17 92,4*
hamil ke RS. Puskesmas, Dokter/ Bidan Keluarga
6 Memerangi Menghentikan dan mulai rnenurunkan a Prevalensi HIV 0,143 0,125 0,127 0,213 0,251 0,312*
HIV/AIDS, Malariakecenderungan penyebaran HIV AIDS b Penggunaan kondom pada pemakai kontrasepsi indikator 2,13 2,44 4,35 17 18,1*
& Penyakit Mengendalikan penyebaran HIV dan
Menular Lainnya Pendidikan / Pengenalan penyakit HIV AIDS untuk
AIDS dan mulai menurunnya jumlah a indikator 6 12 12 12 12*
remaja usia 15-24 tahun ?
kasus baru
Mengendalikan penyakit malaria dan a Prevalensi malaria per 1.000 penduduk 14,37 15,4 13,2 2,18 5,1*
mulai menurunnya jumlah kasus
malaria dan penyakit lainnya b Prevalensi tuberkulosis per 100.000 penduduk 222 82,1 89 125,45 176,79 177,12*
7 Memastikan Memadukan prinsip-prinsip
Kelestarian pembangunan berkelanjutan dengan Rasio luas kawasan tertutup pepohonan yang
Lingkungan Hidup kebijakan dan program nasiortal serta a dilakukan dengan program reboisasi atau hutan 44,32 48,7 42,16 41,6 49,3*
mengembalikan sumber daya rakyat.
lingkungan yang hilang
Menurunkan proporsi penduduk tanpa Proporsi rumah tangga yang mendapatkan
b 78,3 83,1 85,41 86,16 86,79*
akses terhadap sumber air minum yang sumber air bersih / jumlah seluruh rumah tangga
aman dan berkelanjutan serta fasilitas Proporsi cakupan pelayanan perusahaan daerah
sanitasi dasar sebesar separuhnya c 67% 71 75 79 83 85*
air minum / jumlah seluruh rumah tangga
Mencapai perbaikan yang berarti Proporsi rumah tangga dengan akses pada fasilitas
d 65% 86,98 88,66 88,72 89,58 91,5*
dalam kehidupan penduduk miskin di sanitasi yang layak
pemukiman kumuh Proporsi rumah tangga yang menempati Rumah
e 80,5 83,32 85,14 86,54 87,53*
Sehat
Sumber: BAPPEDA Kota Baubau (2012)

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 39

2.2.3. Seni Budaya dan Olahraga


2.2.3.1. Nilai-nilai Budaya Daerah
Sebagai salah satu daerah yang memiliki sejarah masa lampau yang
panjang, Kota Bau-Bau kaya akan nuansa-nuansa kearifan lokal yang hingga
kini masih tetap dipertahankan dan berlaku ditengah masyarakatnya. Falsafah
Binci-binciki kuli telah dikenal sejak masa pemerintahan Sultan Buton I,
Murhum Qaimuddin, yang kemudian dijabarkan lebih lanjut pada empat pilar
bermasyarakat (Sara Pataanguna), yaitu :
1. Pomae-maeka (saling segan-menyegani)
Pada dasarnya, setiap manusia mempunyai hak asasi manusia, harga
diri, kehormatan, harta benda, keluarga, dan lain-lain yang wajib
dipertahankan dan dilindungi secara bersama-sama sehingga timbul stabilitas
dan keamanan sehingga menciptakan suasana nyaman dan damai. Untuk
menjaga kondisi yang diharapkan tersebut, maka setiap warga masyarakat
wajib untuk saling menyegani untuk tidak melanggar hak-hak warga
masyarakat lainnya. Selanjutnya, nilai ini menumbuhkembangkan sikap
ketekunan dan rasa tanggungjawab terhadap pekerjaan yang dihadapi.
2. Popia-piara (saling memelihara)
Nilai ini mengandung makna bahwa setiap anggota masyarakat wajib
untuk saling memelihara, saling melindungi baik materiil maupun moril, serta
saling membina dan memelihara dalam hubungan kemasyarakatan maupun
kedudukan seseorang dalam masyarakat. Implementasi lebih lanjut dari nilai
ini adalah menumbuhkembangkan rasa saling percaya diantara anggota
masyarakat yang dilandasi sifat-sifat manusiawi, seperti kejujuran, keihklasan,
dan lain-lain.
3. Poangka-angkataka (saling menghargai)
Sejak pada era kesultanan, penghargaan (reward) terhadap jasa orang
yang telah memberikan dharma bhakti bagi masyarakat dan bangsanya
wajib diberikan sesuai dengan jasanya masing-masing, seperti memenangkan
sesuatu peperangan, menyerahkan secara ikhlas harta benda untuk
kepentingan umum, mengimplementasikan ilmu dan keterampilan yang
dimiliki untuk kepentingan umum. Adapun bentuk yang penghargaan yang
diberikan antara lain adalah pemberian sebidang tanah, jabatan dalam
pemerintahan, maupun kedudukan sebagai tokoh masyarakat. Berbagai

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 40

penghargaan tersebut dimaksudkan setiap masyarakat termotivasi dan rela


berkorban untuk kepentingan umum. Dalam perkembangan selanjutnya,
nilai poangka-angkataka dimaksudkan sebagai upaya untuk saling
menghargai sesama anggota masyarakat, saling menjaga kehormatan,
timbulnya rasa kebersamaan, dan tidak hanya terbatas pada penghargaan
atas jasa seseorang kepada bangsa dan negara.
4. Pomaa-maasiaka (saling sayang menyayangi)
Setelah ketiga nilai-nilai sebelumnya dapat diimplementasikan oleh
masyarakat, maka diharapkan timbulnya sikap saling menyayangi yang
merupakan salah satu nilai-nilai luhur kemanusiaan. Adanya sikap saling
menyayangi ini akan diikuti oleh meningkatnya kreativitas, semangat, dan
kemandirian, serta timbulnya keikhlasan dan rasa syukur terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
Berkenaan dengan upaya pencapaian visi dan misi pembangunan, juga
terdapat nilai-nilai yang masih dikenal oleh masyarakat serta menjadi pedoman
dalam mencapai tujuan bersama, sebagaimana diungkapkan oleh Betoambari
putra Ratu Wa Kaa Kaa, Raja Pertama Kerajaan Buton,yaitu :
Polipu itu simbou mpuu tahelaka saangu bangka, o anakhodla, osawi, tee
moponincawina auncura aose saangu padloma mamudhaakana akawa toi
kawaa

Artinya :Bernegara itu diibaratkan berlayar dalam satu perahu, terdapat


nakhoda, ada awak kapal, dan ada penumpang, yang mengikuti satu
pedoman (aturan dan rencana) agar tiba ditempat tujuan
Guna lebih memacu semangat berkarya masyarakat dan bekerja keras
dalam membangun keluarga, masyarakat dan negara, maka Sultan Buton I,
Murhum Qoimuddin memberikan nasehat yang hingga kini masih tetap menjadi
pedoman masyarakat, yaitu :
Mangule Yindaaka Yumangule, padha yinda yumangule yumanguleaka
Artinya :Berpayah-payahlah kamu agar tidak menjadi sengsara,tidak
berpayah-payah akan menyengsarakanmu

Selanjutnya lebih diperkuat oleh falsafah perjuangan masyarakat yang telah


dikenal sejak zaman kesultanan Buton dan tercantum dalam kitab Martabat
Tujuh yang berfungsi sebagai peraturan perundangan pada masa itu, yaitu :
Yinda-yindamo arataa somanamo karo
( kepentingan badan/pribadi lebih utama daripada harta benda)
Yinda-yinda karo somanamo lipu
( kepentingan umum lebih utama daripada kepentingan pribadi)

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 41

Yinda-yindamo lipu somanamo sara


(kepentingan dan keutuhan negara lebih diutamakan daripada kepentingan umum)
Yinda-yindamo sara somanamo agama
( kepentingan agama lebih utama daripada kepentingan negara )

Dalam perkembangannya Kota Baubau, nilai-nilai budaya lokal akan


mengalami benturan terhadap pengaruh globalisasi yang mengandung nilai-nilai
universal. Hal ini perlu upaya untuk mengadaptasikan nilai-nilai budaya lokal
dengan perkembangan masyarakat. Ada dua dimensi transformasi budaya
masyarakat Kota Baubau yang saling berkaitan. Dimensi Pertama, menyangkut
hall mengembalikan citra Masyarakat Kota Baubau sebagai Orang Buton yang
mulai kehilangan identitas. Hal ini menyangkut soal penghayatan diri masing-
masing sebagai satu bangsa. Dimensi Kedua, menyangkut soal-soal praktis yang
berkaitan dengan nilai-nilai apa yang diperlukan agar mereka terdorong
mereka mampu berpartisipasi secara aktif dan bermanfaat.
Dalam kehidupan masyarakat Baubau, kelembagaan yang memainkan
peranan penting adalah aturan pemerintahan (pemerintah Kota Baubau),
sarana masigi (agama), dan peranan keluarga.Terakhir dan tidak kurang
pentingnya, adalah peranan mancuanana lipu (orang yang dituakan) dan
kelompok-kelompok kerabat yang terintegrasi masih didengarkan nasehat-
nasehatnya, sehingga perilaku masyarakat Kota Baubau masih berpedoman
kepda nilai-nilai budaya masa kerajaan. Dalam kaitannya dengan kondisi sosial
budaya, pengembangan kota Baubau harus dikelola sebaik mungkin demi
menciptakan dan memelihara harmoni sosial, pada saat yang sama, memelihara
nilai-nilai lokal yang dipandang bersifat kondusif terhadap kemampuan
masyarakat merespon kehidupan di sekitarnya.

Hubungan Nilai-nilai Budaya dengan Kinerja Masyarakat


Setiap wujud budaya itu memiliki nilai yang saling berhubungan dan
merupakan konsep tentang apa saja yang hidup di dalam pikiran yang dianggap
berharga dan penting, lalu menciptakan sistem nilai budaya yang berfungsi
sebagai pedoman bagi arah dan orientasi kehidupannya. Budaya Buton
mengenal konsepsi nilai-nilai tentang karya manusia, yakni:
a. Karya manusia itu pada hakekatnya bertujuan untuk memungkinkan
terpeliharanya kelangsungan hidup yang layak dan bahagia. Dalam falsafah
Buton antara lain dikatakan:

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 42

Yimalapeaka dadina manusia yitu yidunia siy, yinda sabutuna takodalakea


giu bei karaja yitu, maka tabeana to menturuiki, sopodona tabeana duka
porikanopo tamataua kamuri-muriana.
Falsafah tersebut menyiratkan bahwa karya manusia itu dimana pun ia
berada ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,
memperbaiki kualitas hidupnya dan memperoleh hasil atau manfaat bagi
dirinya maupun masyarakatnya. Selanjutnya pada kalimat; dalam bekerja
sebaiknya dibiasakan (menturuki) tak hanya sekedar diselesaikan akan
tetapi senantiasa porikanapo tamataua kamuri-muriana atau
memperkirakan hasil yang akan dicapai yang bisa dalam bentuk sasaran
yang hendak dicapai. Falsafah ini menyangkut perihal perencanaan yang
matang dan penilaian kinerja di dalamnya.
b. Karya manusia itu pada hakekatnya untuk memberikan sesuatu kedudukan
yang penuh kehormatan dalam masyarakatnya. Mengenai hal ini, dalam
budaya masyarakat Buton mengenal falsafah seperti:
Dangia omia atopuji rouna-pewauna rampakana amatua pekadudui, sina-
sinai siyimpo moumbana, pewau joa, aromusaka mia bari, apekaoge mia
yipeluna, ma-anaiaka analakina, te mia kidina lipu.

Falsafah di atas menyiratkan bahwa karya/kinerja seseorang di


bidang apapun pekerjaannya dapat dikatakan baik dan terpuji karena baik
dalam menerapkan nilai-nilai kepemimpinan (rampakana amatua
pekadudui dan aromusaka mia bari), sanggup membangkitkan
kepercayaan meskipun dengan orang baru dikenal, menggalang semangat
kerja, kesetiaan terhadap atasan dan bawahan sekaligus (ma-anaiaka
analakina, te mia kidina lipu). Nampak jelas ada beberapa unsur-unsur
kinerja yang tersirat antara lain: 1) kepemimpinan, 2) niat baik atau inisiatif
3) semangat kerja, 4) kerja sama, dan 4) loyalitas.

2.2.3.2. Seni, Budaya danOlahraga


Seni, Budaya dan Olahraga sebagai salah satu sendi aktifitas masyarakat di
teraktualisasi melalui grup kesenian dan klub olahraga yang oleh pemerintah
difasilitasi melalui penyediaan Gedung Kesenian, Gedung Olahraga, Balai Warga,
Balai Serbaguna, dan Gedung Serba Guna, yang rasio pelayanannya terhadap
penduduk diuraikan pada tabel 2.17 dan 2.18

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 43

Tabel 2.17
Perkembangan Fasilitas Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2008-2012 Kota Baubau
No Capain Pembangunan 2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk 0,23 0,23 0,22 0,36 0,35
2 Jumlah gedung kesenian per 10.000 penduduk 0,08 0,08 0,07 0,07 0,07
3 Jumlah klub olahraga per 10.000 penduduk 0,39 0,53 0,73 1,22 1,19
4 Jumlah gedung olahraga per 10.000 penduduk 0,23 0,23 0,22 0,36 0,35
Sumber: Bappeda Kota Baubau, 2012
Tabel 2.18
Fasilitas Kebudayaan Tahun 2012 di Kota Baubau
Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi
No Kecamatan Balai Warga Balai Serba Guna / Gedung Serba Gedung
/Pertemuan Karang Taruna Guna Bioskop
1 Betoambari 6 - - -
2 Murhum& Batupoaro 17 - 1 -
3 Wolio 14 - 2 -
4 Kokalukuna 6 -
5 Sorawolio 3 - - -
6 Bungi 3 - - -
7 Lea-lea 3 - - -
Kota Baubau 52 3
Sumber: Bappeda Kota Baubau, 2012

2.2.3.3. Potensi Kota Pusaka Baubau


Kota Baubau sebagai kota yang memiliki sejarah panjang yang tumbuh
dan berkembang sebagai pusat dari Kerajaan/Kesultanan Wolio sejak berabad-
abad yang lalu, merupakan kota yang sangat kaya akan pusaka alam dan
pusaka budaya. Dalam menyusun rencana pembangunan ke depan, salah satu
hal yang harus dicegah adalah hilangnya karakter, catatan sejarah, dan collective
memorymasyarakat. Banyak kota/kabupaten tumbuh tanpa sadar, tanpa
kepribadian, sekedar mengikuti kebetulan tanpa sengaja, mengabaikan alur
sejarah yang telah dijalaninya. Globalisasi mendorong banyak kota hanyut dalam
keseragaman, sekedar tumbuh seperti yang lain, tanpa identitas yang akrab dan
melekat pada masyarakatnya. padahal Kota/kabupaten seharusnya selalu dekat
ke hati masyarakatnya, dekat dalam rajutan collective memory yang terekam
dalam lapis-lapis sejarahnya.
Pusaka alam dan budaya selalu terancam oleh unsur atau
pengembangan yang membawa keuntungan ekonomi jangka pendek. Pada
masa dimana perhatian sangat difokuskan pada pembangunan prasarana fisik
dan pembangunan ekonomi, sisi pembangunan manusia dan nilai-nilai budaya
kurang berkembang. Kecenderungan ini perlu segera diubah, dan dikembalikan
kepada konsep pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang mencakup

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 44

keseimbangan dan keserasian pembangunan fisik, ekonomi, dan sosial-budaya.


Kota Pusaka adalah kota yang memiliki kekentalan sejarah yang bernilai
dan memiliki pusaka alam, budaya baik ragawi dan tak-ragawi serta rajutan
berbagai pusaka tersebut secara utuh sebagai aset pusaka dalam wilayah/kota
atau bagian dari wilayah/kota, yang hidup, berkembang, dan dikelola secara
efektif. Untuk kepentingan tersebutlah maka Kota Baubau termasuk salah stau
Kota di Indonesia yang berperan aktif dalam Program Penataan dan Pelestarian
Kota Pusaka (P3KP) yang dikembangkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum,
dalam upaya penataan dan pelestarian kota pusaka Baubauyang berkarakter,
berbasis pada alam, sejarah, dan budaya masyarakatnya. Berikut ini diuraikan
pusaka yang ada di Kota Baubau, yang dibagi menjadi 3 kelompok, yakni:
Pusaka alam (Natural heritage), Pusaka Budaya dan Pusaka Saujana.
A. Pusaka Alam (Natural Heritage)
Bentukan alam yang istimewa.Bentukan bentukan alami tersebut
mempunyai karakter yang khas, saling berhubungan dan terus berkembang.
Pusaka alam secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kehidupan
manusia, sehingga sudah selayaknya apabila pelestarian alam terus dilakukan,
yang termasuk dalam Pusaka Alam di Kota Baubau, diantaranya:

1. Obyek Wisata Bahari Pantai Nirwana, Pantai Lakeba, Pantai Lakorapu dan
Pantai kokalukuna

2. Air Terjun Tirta Rimba dan Air terjun Samparona

3. Goa Lakasa dan Goa Moko

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 45

4. Hutan Tirta Rimba dan Persawahan Ngkaring-karing

5. Batu Puaro
Merupakan batu yang menjadi pertanda hilangnya
penyiar agama islam di Buton yang bernama Syech
Abdul Wahid di pesisir pantai Buton Obyek Wisata ini
terletak di Kawasan Kotamara, Kelurahan Wameo
Kecamatan Murhum 2 Km dari Pusat Kota Baubau.
6. Kawasan Benteng Keraton Buton
Kawasan Benteng Keraton Buton adalah jenis
kawasan Intra Muros yakni kota dalam benteng,
Kawasan tersebut saat ini merupakan sebuah kelurahan
yakni Melai yang dihuni masyarakat asli suku Buton.
Kawasan Benteng Keraton Buton menyuguhkan
pemandangan (view) yang sangat menarik berupa
pemandangan alam (laut, matahari terbenam, gunung
dan pulau) serta pemandangan kota Baubau yang tampak dari atas.

B. Pusaka Budaya (Cultural Heritage)


Pusaka Budaya Ragawi
Pusaka Budaya Ragawi adalah semua pusaka yang berupa benda
buatan manusia bergerak dan tidak bergerak yang berumur sekurang-
urangnya 50 (lima puluh) tahun serta dianggap memiliki nilai penting
bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, terdiri atas:

1. Pusaka Budaya Ragawi bergerak, yang meliputi Naskah Kuno, Foto-


Foto peninggalan pada masa kerajaan dan kesultanan dan potret
Baubau di masa silam dan Pusaka Artefak

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 46

2. Pusaka Budaya Ragawi tak bergerak, meliputi bangunan, monumen,


situs arkeologi, karya arsitektur dan lansekep budaya, diantaranya:
E. Benteng Keraton Wolio yang pembangunannya diawali pada masa
pemerintahan Sultan Buton III La Sangaji (1591-1598) memiliki
ukuran keliling benteng mencapai 2.740 meter, tinggi 2-8 meter
dan ketebalan dinding 1,5 - 2 meter. dengan luas 22 ha dan 12
pintu gerbang (lawa) serta 16 buah bastion (baluara). Kemudian
pada tahun 2009 ditetapkan sebagai benteng terluas di dunia.

Gambar 2.15
Peta Benteng Keraton Buton

Mesjid Agung Keraton Buton dan Tiang Bendera/Kasulana Tombi


yang didirikan tahun 1712, Jangkar/Samparaja dan Baruga/Galampa
Syara, serta Mesjid Quba Baadia yang didirikan tahun 1826

Batu Popaua yang merupakan batu pelantikan Raja/Sultan dan


Batu Wolio (Yi Gandangi)

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 47

Simbol Naga dan Nenas


Rumah Adat Buton; dibagi menurut fungsi dan status pemakainya,
meliputi: Malige (Istana Sultan), Kamali (Rumah pribadi
Sultan),Bhanua tada (rumah adat bagi kalangan pejabat
Kesultanan Buton maupun kalangan rakyat)

Makam Raja/Sultan dan Makam-Makam kuno lainnya,


diantaranya: Makam Sultan Murhum, Makam Sangia
Lampenamo, Sangia La Kambau, dll
Pelabuhan Baubau (sekarang pelabuhan Murhum), yang
dipergunakan sejak abad XVI
Kawasan Sulaa, yang merupakan lokasi tempat pendaratan
Sipajonga salah satu dari Mia patamiana yang merupakan 4 orang
penduduk awal di Kerajaan Buton

Pusaka Budaya Tak Ragawi


Merupakan suatu kekayaan masa lalu yang sifatnya abstrak,
mengandung nilai, manfaat dan makna yang sangat tinggi serta berharga
untuk kehidupan. Di Kota baubau dari aspek budaya tak ragawi dapat
kita menikmati tradisi-tradisi unik peninggalan nenek moyang yang terus
dilestarikan sampai sekarang, meliputi:
1. Pusaka Upacara pesta adat / Ritual, diantaranya: Prosesi Kakande-
kandea, Prosesi Sesaji bagi laut Tuturangiana Andala atau
Pakandeana, Pesta Adat Mataa, Posuo, Qunua, Ritual Gorana Oputa,
Haroa Maludu, Dole-Dole, Alanaa Bulua,

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 48

2. Pusaka Tarian, diantaranya: Tari Mangaru, Tari kalegoa, Tari galangi,


tari Linda, tari Mencei

3. Pusaka Seni Musik, diantaranya: Latotou, Gambusu, Gandana maludu


4. Sastra Kabanti
5. Permainan Rakyat, meliputi : Pebudo, Pekaleko, Lengko-Lengko,
Pekasedesede, dan Pekatende
6. Cerita Rakyat, seperti cerita kehidupan nelayan Wandiu-diu
7. Kerajinan Rakyat, diantaranya: Pengrajin tenunan sarung buton,
Kuningan, Gerabah, Panamba, kerajinan Besi, Penghias Pakaian Adat

8. Pusaka Kuliner, diantaranya: Lapa-lapa, Kasoami, Parende,


Kapusunosu, Kahuleo, Nasuopa, Onde-onde, cucur, Kalo-Kalo, Baruasa,
Tuli-Tuli, bagea dan palu

C. Pusaka Saujana
Pusaka saujana diartikan sebagai produk kreativitas manusia dalam
merubah bentang alam dalam waktu yang lama sehingga didapatkan
keseimbangan harmoni kehidupan antara alam dan manusiaAda beberapa
kawasan di Kota Baubau yang dianggap termasuk Pusaka Saujana adalah:

1. Kawasan Palagimata, Palagimata dalam catatan sejarah adalah sebuah


lokasi Pemukiman pertama yang oleh masyarakat dikenal dengan Lipu
Morikana, lama terbengkalai sebagai semak belukar, pada tahun 2007

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 49

kawasan ini dikembangkan secara terpadu menjadi kawasan pusat


perkantoran, permukiman, dan wisata.
2. Kawasan Wantiro,Ruang Publik yang semula merupakan perbukitan curam,
dibangun secara bertahap pada tahun 2008-2012 menjadi salah satu
kawasan wisata unggulan Kota Baubau.
3. Kawasan Pantai Kamali, diawal abad ke 20 merupakan pusat aktifitas
ekonomi dan pendidikan, kemudian berkembang menjadi kawasan yang
kumuh dan tak teratur, pada tahun 2005 direvitalisasi dan direklamasi
menjadi Ruang publik utama Kota Baubau, di kawasan ini, monumen Naga
berdiri Kokoh menghadap arah laut menjadi salah satu daya tarik tersendiri
bagi masyarakat Bumi Semerbak Kota Baubau.
4. Kawasan Kotamara, ruang publik pusat aktifitas budaya dan perekonomian,
semula adalah daerah endapan sedimentasi yang kumuh, pada tahun 2010
direklamasi menjadi satu kawasan terpadu yang multifungsi.

2.2. ASPEK PELAYANAN UMUM


2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib
2.3.1.1 Urusan Wajib Pendidikan
Urusan wajib Bidang Pendidikan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Kota Baubau. Secara umum capaian pembangunan
yang telah dihasilkan adalah sebagai berikut :
- Peningkatan capaian indikator pada Pendidikan Wajib Belajar Sembilan
pada akhir tahun 2012, yaitu : Angka Partisipasi Murni (APM) SD dan SMP
masing-masing menjadi 98,8% dan 83%; Angka Partisipasi Kasar (APK) SD
dan SMP masing-masing menjadi 115% dan 122%; Angka Putus Sekolah (APS)
SMP menjadi 0,63%.
- Rasio anggaran pendidikan terhadap APBD Kota Baubau di atas 20%
selama tahun 2008 2012.
- Proporsi tenaga pendidik yang memiliki kualifikasi minimun dan sertifikasi
makin meningkat melalui pelaksanaan pendidikan formal serta sertifikasi
guru-guru baik tingkat SD, SMP dan SMA setiap tahunnya

Selanjutnya dibawah ini diuraikan capaian beberapa indikator kinerja utama dalam
penyelenggaraan urusan wajib pendidikan di Kota Baubau pada tahun 2008-2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 50

Angka Partisipasi Sekolah


Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)
pendidikan dasar sembilan tahun adalah salah satu indikator capaian dalam
Tujuan Pembangunan Milemium atau Millenium Development Goals (MDGs)
yang menjadikan Program Pendidikan Dasar Sembilan Tahun menjadi salah
program utama yang terus digenjot pencapaiannya oleh pemerintah. Dalam
MDGs ditargetkan bahwa sampai dengan tahun 2015 APK dan APM Sekolah
Dasar (SD) (Usia 7- 12 Tahun) dan Sekolah Menengah pertama (SMP) (usia
13-15) telah mencapai 100%.
APM dan APK pendidikan dasar dan pendidikan lanjutan di Kota
Baubau sampai dengan tahun 2011 terus menunjukkan trend yang terus
meningkat. Tabel 2.19 dan 2.20 menunjukkan bahwa pada tahun ajaran
2010/2011, APK dan APM jenjang pendidikan SD/MI masing-masing mencapai
110,25% dan 93,03% atau meningkat dibandingkan dengan tahun ajaran
2009/2010 yang hanya mencapai 101,83% dan 88,12%. Begitu pula, APK dan
APM untuk pada jenjang pendidikan SMP/MTs dari 79,40% dan 72,08%
tahun 2009/2010 menjadi 122,40% dan 82,80% tahun 2010/2011 serta
SMA/SMK/MA yang meningkat dari 97,70% dan 69,73% pada tahun ajaran
2009/2010 menjadi 137,41% dan 85,62% pada tahun ajaran 2010/2011. Tren
yang terus meningkat ini selain disebabkan oleh meningkatnya kesadaran
anak dan orang tua akan penting pendidikan juga oleh karena dukungan
ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang terus jamin
ketersediaannya baik oleh pemerintah maupun swasta.
Tabel. 2.19
Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM)Kota Baubau
No Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012
1.1 APM SD/MI 91.2 88,12 92,29 94,40 98,80
2.1 APM SMP/MTs 72,80 72,08 82,97 76,00 83,00
3.1 APM SMA 64,59 69,73 85,62 84,80 90,00
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Baubau, Profil Pendidikan Kota Baubau,
Beberapa Edisi, diolah, 2011/2012* Angka sementara

Tabel. 2.20
Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK)Kota Baubau
No Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012
1.1 APK SD/MI 94,29 101,83 116,43 110,25 112,93
2.1 APK SMP/MTs 76,63 79,40 122,40 122,00 122,00*
3.1 APK SMA 92,82 97,70 137,41 121,00 121,00*
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Baubau, Profil Pendidikan Kota Baubau, Beberapa
Edisi, diolah, 2011/2012* Angka sementara

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 51

Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah


Keberhasilan pelaksanaan pembangunan Bidang Pendidikan sangat
ditentukan oleh ketersediaan Sarana pendidikan pada setiap pendidikan.
Gambaran ketersediaan sarana pendidikan dan Peserta Didik di Kota
Baubau dapat dilihat pada tabel 2.21 dan Tabel 2.22 berikut.
Tabel. 2.21
Persebaran Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2012
Menurut Kecamatan di Kota Baubau
SD/MI SMP/MTs
Kecamatan Jumlah gedung Jumlah Jumlah gedung Jumlah
Rasio Rasio
Sekolah murid sekolah murid
Wolio 15 5779 385 5 1912 382
Betoambari 8 2293 287 2 207 104
Murhum/Batupoaro 20 5522 276 6 3334 556
Kokalukuna 11 2524 229 3 595 198
Bungi 6 1060 177 4 591 148
Sorawolio 5 1322 264 2 406 203
Lea-Lea 7 1090 156 2 278 139
Sumber: Dinas Pendidikan Nasional, 2012
Tabel.2.22
Perkembangan Sekolah dan Murid Tahun 2008 s.d 2012 Kota Baubau
No. Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012
1 SD/MI
1,1 Jumlah gedung sekolah 73 73 73 75 76
1.2. Jumlah murid 18.479 19.285 19.202 19.737 20.296
1.3. Rasio 253 264 263 263 267
2 SMP/MTs
2.1. Jumlah gedung sekolah 24 24 25 29 30
2.2. Jumlah murid 7.477 7.664 7.664 7.945 8.042
2.3. Rasio 312 319 307 274 268
Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Baubau, 2012

Rasio Murid-Guru
Rasio Murid-Guru (RMG) merupakan perbandingan jumlah murid
dengan jumlah guru pada suatu jenjang pendidikan tertentu. RMG
menggambarkan rata-rata banyaknya murid yang diajar oleh seorang guru.
Semakin sedikit murid ditangani oleh seorang guru, maka semakin baik pula
proses belajar-mengajar. Guru akan mudah memantau aktivitas murid dan
mudah mengukur prestasi belajar setiap siswa. Patokan umum yang
digunakan adalah seorang guru idealnya hanya mengajari 20 orang murid.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 52

Tabel 2.23
Jumlah Guru dan Murid Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Baubau
No. Tahun Ajaran Guru Murid Rasio
I. Taman Kanak-Kanak (TK) Murid per
2007/2008 359 2.546 7
2008/2009 380 2.704 Guru
7
2009/2010 404 3.598 9
2010/2011 417 3.292 8
2011/2012* 425 3.295 8
II. Sekolah Dasar (SD)
2007/2008 1.130 18.114 16
2008/2009 1.342 18.479 14
2009/2010 1.341 19.202 14
2010/2011 1.373 19.737 14
2011/2012* 1.385 19.755 14
III. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
2007/2008 688 7.790 12
2008/2009 777 7.477 10
2009/2010 889 7.664 9
2010/2011 932 7.945 9
2011/2012* 945 7.965 9
IV. Sekolah Menengah Atas (SMA)
2007/2008 821 9.707 12
2008/2009 797 9.923 12
2009/2010 924 9.579 10
2010/2011 1.026 10.313 10
2011/2012* 1.035 10.415 10
Sumber: BPS Kota Baubau (2011), Kota Baubau dalam Angka Tahun 2011, diolah.
Keterangan : * Angka Sementara

Tabel. 2.24
Persebaran Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2012
Menurut Kecamatan di Kota Baubau
SD/MI SMP/MTs
No Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah
Rasio Jumlah Guru Rasio
Guru Murid Murid
1 Wolio 317 5779 18 204 1912 9
2 Betoambari 150 2293 15 55 207 4
3 Murhum / Batupoaro 437 5522 13 319 3334 10
4 Kokalukuna 174 2524 15 72 595 8
5 Bungi 82 1060 13 77 591 8
6 Sorawolio 92 1322 14 62 406 7
7 Lea-Lea 98 1090 11 50 278 6
Sumber: Dinas Pendidikan Nasional, 2013
Tabel 2.23 menunjukkan bahwa selama tahun ajaran 2007/2008-
2011/2012, RMG pada semua tingkatan pendidikan (kecuali SD) di Kota
Baubau relatif stabil dan mempunyai kecenderungan untuk menurun. Hal ini
disebabkan karena pertambahan jumlah murid selama tahun ajaran
tersebut juga diimbangi dengan penambahan jumlah guru. Hal lain yang
cukup menarik dari Tabel 2.23, RMG untuk tingkat pendidikan SD, setiap
guru hanya mengajari sekitar 14 orang murid, dan untuk tingkat pendidikan
SMP setiap guru hanya mengajari maksimal 10 orang murid. Hal ini

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 53

mengindikasikan bahwa ketersediaan guru di Kota Baubau pada berbagai


tingkat pendidikan cukup memadai, meskipun belum terdistribusi secara
merata sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2.24.

Pada Jenjang Pendidikan tinggi, perkembangan jumlah universitas dan


akademi di Kota Baubau selama 5 tahun terakhir sangat signifikan, diikuti pula
dengan perkembangan Mahasiswa, pada tahun ajaran 2011/201 tercatat 13.089
orang mahasiswa terdaftar di 7 (tujuh) lembaga pendidikan tinggi di Kota
Baubau, yang cakupan layanannya tidak hanya Kota Baubau tetapi mencakup
regional Sulawesi Tenggara khususnya beberapa Kabupaten di Sultra kepulauan.
Tabel 2.25
Banyaknya Mahasiswa Terdaftar pada Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta
di Kota Baubau, Tahun Ajaran 2011/2012
Semester Ganjil Semester Genap
Perguruan Tinggi
Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah
UNIDAYAN 3.417 2.782 6.199 3.060 2.351 5.411
STAI 183 259 442 114 170 284
UNISBUN 55 60 115 70 85 155
UMB 2.106 2.965 5.071 2.172 2.971 5.143
AMIK Milan Darma 170 195 365 170 195 365
AKPER 144 272 416 144 272 416
STIKES 138 343 481 139 346 485
Sumber: Dinas Pendidikan Nasinal, 2012

2.3.1.2 Urusan Wajib Kesehatan


Aksesisibilitas masyarakat terhadap kesehatan yang lebih berkualitas
merupakan salah satu pilar penting dalam meningkatkan kualitas manusia
sebagai pelaku sekaligus objek pembangunan. Pemenuhan kebutuhan dasar
akan kesehatan yang layak diwujudkan dalam peningkatan akses masyarakat
terhadap kesehatan itu sendiri pemerataan pembangunan sarana dan prasarana
kesehatan agar mudah dijangkau oleh masyarakat. Selain itu ditunjang dengan
pelayanan kesehatan secara optimal dan berkualitas terhadap masyarakat
terutama masyarakat miskin, serta peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga
kesehatan.Urusan wajib Bidang Kesehatan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Baubau.

Fasilitas Layanan Kesehatan


Keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan sampai daerah terpencil,
sehingga mudah dijangkau oleh seluruh masyarakat termasuk yang tidak
mampu tentunya sangat diperlukan dalam upaya mencapai tujuan

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 54

pembangunan kesehatan. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan


masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, seiring dengan
dinamika dan perkembangan masyarakat Kota Baubau, maka sejak tahun
2003 Pemerintah Kota Baubau secara bertahap telah memulai
pembangunan RSUD Type B dengan luas areal 4 Ha. Rumah sakit ini
dikembangkan sebagai RSU Pusat Rujukan di Sultra Kepulauan (Kota
Baubau, Kabupaten Buton, Bombana, Wakatobi, Buton Utara dan
Kabupaten Muna).
Tabel 2.26
Perkembangan Sarana kesehatan di Kota Baubau Tahun 2008 2011
Tahun
Sarana Kesehatan 2008 2009 2010 2011 2012
Rumah Sakit 2 2 2 3 3
Puskesmas non Perawatan 11 11 13 14 14
Puskesmas Pembantu 12 11 11 10 12
Puskesmas Perawatan 1 3 3 3 3
Puskesmas Keliling 12 13 14 15 15
Toko Obat 29 28 28 28 15
Apotik 15 19 19 21 26
Posyandu 117 132 132 138 140
Polindes 16 16 17 17 16
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Baubau (2012): Diolah
Jumlah Rumah Sakit (RS) di Kota Baubau sampai dengan tahun 2012
sebanyak 3 buah, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), Rumah Sakit
Bhayangkara dan Rumah Sakit Murhum. Ketiga rumah sakit tersebut
masing-masing terdapat di Kecamatan Murhum dan Kecamatan Wolio.
Selain itu, di Kota Baubau telah terdapat 3 Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) Perawatan, 12 Puskesmas Pembantu dan 140 Posyandu dan 16
Polindes yang tersebar di delapan kecamatan yang ada di Kota Baubau
Tabel 2.27
Persebaran Fasilitas Kesehatan di Kota Baubau Menurut Kecamatan Tahun 2012
Rumah Puskesmas Puskesmas Puskesmas
No. Kecamatan Klinik Puskesmas
Sakit Pembantu Keliling Perawatan
1 Betoambari 0 0 4 2 1 0
2 Murhum/Batupoaro 2 1 2 2 3 1
3 Wolio 1 1 3 1 2 0
4 Kokalukuna 0 - 3 2 2 0
5 Sorawolio 0 - 0 3 1 1
6 Bungi 0 - 1 1 2 1
7 Lea-Lea 0 - 1 1 1 0
Kota Baubau 3 2 14 12 15 3

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 55

Sumber: Dinas Kesehatan, Bappeda (2012) diolah.


Tenaga Kesehatan
Selain ketersediaan fasilitas layanan kesehatan, dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, maka perlu didukung dengan
ketersediaan tenaga kesehatan yang berkualitas. Sampai pertengahan tahun
2012, di Kota Baubau terdapat 9 orang dokter spesialis, 15 orang dokter gigi,
32 orang dokter umum, 294 orang perawat. Selain itu, Kota Baubau juga
telah mempunyai 48 orang apoteker, 82 orang sarjana kesehatan masyarakat
dan 29 orang analisis laboratorium/kesehatan (Gambar 2.16)
Gambar 2.16
Komposisi Tenaga Kesehatan Kota Baubau tahun 2011
Anastesi; 1

Analisis ; 29
Bidan ; 107 Dokter
Spesialis; 9
Perawat;
294 Dokter
Gigi; 15
Dokter
SKM; 82 Umum; 32
Apoteker;
48
Sumber: Dinas Kesehatan tahun 2012, diolah

Upaya memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan baik dari segi kualitas maupun
kuantitas juga menjadi bagian penting dalam rangka mewujudkan pelayanan
kesehatan yang bermutu. Peningkatan SDM dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kemampuan daerah setiap tahunnya. Perkembangan tenaga
kesehatan di Puskesmas dan jaringannya disajikan pada tabel 2.28. berikut
Tabel 2.28
Perkembangan Tenaga Kesehatan di Kota Baubau Tahun 20082011
Jenis Tenaga 2008 2009 2010 2011
Dokter Spesialis 5 8 8 9
Dokter Gigi 7 9 12 15
Dokter Umum 20 26 28 32
Apoteker 10 28 30 48
Sarjana Kesehatan Masyarakat 25 39 56 82
Sarjana Keperawatan 221 263 285 294
Bidan 86 95 105 107
Anastesi 1 1 1 1
Analis lab. 7 12 20 29
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Baubau (2012): Diolah

Tabel 2.29menunjukkan perbandingan atau rasio setiap tenaga kesehatan


per 100.000 penduduk. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat semakin tahun

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 56

makin menunjukkan peningkatan rasio ketenagaan sesuai standar Indonesia


sehat, kondisi sampai dengan pertengahan tahun 2012, untuk tenaga-tenaga
strategis telah memenuhi standar seperti dokter spesialis, sarjana kesehatan
masyarakat, apoteker, dan perawat. Hal ini sekaligus semakin memperkuat
eksistensi Kota Baubau sebagai pusat rujukan di wilayah Sulawesi Tenggara.
Tabel 2.29
Rasio Tenaga Kesehatan di Kota Baubau tahun 2008-2012
Rasio tenaga per 100 ribu penduduk Standar
Tenaga Kesehatan 2008 2009 2010 2011 2012* Indonesia Sehat
Dokter Spesialis 3.91 4.58 5.11 4.99 6.28 6
Dokter Gigi 4.70 6.88 6.57 9.99 10.46 11
Dokter Umum 10.96 16.05 10.95 25.69 26.51 40
Apoteker 3.13 3.82 8.03 9.28 10.46 10
Sarjana Kesehatan 15.66 25.22 36.50 44.24 57.20 40
Masyarakat (SKM)
Sarjana Keperawatan 1.57 5.35 2.19 10.70 11.16
Perawat (D-III+SPK) 164.39 177.29 230.67 191.24 193.91 117,5
Bidan (D-I,D-III,D-IV) - - - 74.92 87.19 100
Anastesi 1.57 2.29 - - 0.70 2
Analisis Lab/Kesehatan 4.70 9.17 8.03 7.85 9.07 5
Sumber: Dinas Kesehatan (2011), data diolah

Output dari upaya penyediaan sarana dan tenaga kesehatan adalah


terselenggaranya upaya pelayanan kesehatan yang baik yang bermuara pada
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Indikator keberhasilan
pembangunan kesehatan dapat dilihat dari Angka Kematian Ibu, Angka
kematian Bayi dan Balita, Angka Gizi Buruk, Angka Pengendalian Penyakit
menular, Pertolongan Persalinan, dan Umur Harapan Hidup.
Tabel. 2.30
Capaian Indikator Kesehatan Di Kota Baubau Tahun 2008 2011
Capaian indikator
Indikator Kesehatan
2008 2009 2010 2011
Rasio Dokter terhadap penduduk per 1000
a. Dokter spesialis 0.04 0.06 0.06 0.07
b. Dokter umum 0.16 0.20 0.20 0.22
c. Dokter gigi 0.05 0.07 0.08 0.09
Rasio SKM terhadap penduduk (1000) 0.20 0.30 0.44 0.64
Rasio Posyandu per 1000 Balita 6.90 7.57 7.35 7.37
Rasio Puskesmas, Poliklinik,Pustu per 1000 0.30 0.31 0.31 0.31
penduduk
Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup 232.00 172.00 143.33 120,48
Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup 24.00 11.00 7.50 5.07
Persentase Rumah layak huni (%) 97.22 95.15 97.46 97.56
Rumah dengan air bersih (%) 93.48 94.24 95.65 97
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Baubau (2011): Diolah
Cakupan sarana pelayanan kesehatan per 1000 penduduk akan
menggambarkan angka pemanfaatannya. Sebagaimana tabel

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 57

2.30menunjukkan bahwa rasio puskesmas, poliklinik, dan pustu per 1000


penduduk di Kota Baubau pada periode 2008-2011 menunjukkan peningkatan
(0.30-0,31) per 1000 penduduk seiring dengan bertambahnya jumlah sarana
dimaksud. Demikian juga dengan rasio posyandu menunjukkan angka
pemanfaatan posyandu cukup baik dengan sebesar (6,90 7,57) per 1000 balita.
Selain menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan
rehabilitatif di RSUD Kota Baubau, Pemerintah Kota Baubau juga
menyelenggarakan upaya kesehatan yang sifatnya promotif dan preventif di
Puskesmas dan jaringannya. Beberapa capaian pembangunan yang telah
dihasilkan adalah sebagai berikut :
- Ketersediaan obat esensial dan penggunaan obat generik meningkat masing-
masing menjadi 98% dan 94,4 % pada tahun 2011, hingga akhir tahun 2012
ditargetkan mencapai 99% dab 97%.
- Prosentase rumah tangga sehat meningkat hingga 45%.
- Cakupan pengawasan terhadap obat dan makanan yang berbahaya bagi
kesehatan mencapai 92%.
- Cakupan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar pelayanan
minimum meningkat menjadi 97%.
- Persentase rumah tinggal bersanitasi, rumah layak huni dan permukiman
layak huni meningkat masing-masing menjadi 80%, 80% dan 79,7%. %.
- Prosentase penyembuhan akibat penyakit menular dan kejadian luar biasa
yang ditangani kurang dari 24 jam mencapai 100%.
- Jumlah puskesmas/pustu dan jaringannya yang representatif dalam
memberikan pelayanan kesehatan mencapai 95%.
- Persentase pemenuhan sarana dan prasarana RSUD mencapai 90%.
Status derajat kesehatan masyarakat yang baik menyebabkan makin
bertambahnya Usia Harapan Hidup (UHH). Angka UHH Kota Baubau
meningkat dari 69,60 tahun pada tahun 2007 menjadi 70,09 tahun pda tahun
2010 Demikian halnya dengan cakupan jaminan kesehatan masyarakat
(jamkesmas), Sementara itu, jumlah, kualitas, dan penyebaran sumberdaya
manusia kesehatan telah ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan. Upaya untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan, mutu,
penggunaan serta pengawasan obat dan makanan juga telah dilaksanakan.
Juga aspek pembiayaan kesehatan menjadi sangat penting melalui berbagai
sumber pembiayaan.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 58

Tabel 2.31
Perkembangan Pencapaian SPM Kesehatan di Kota Baubau
Target 2012*)
Indikator 2010 2011
2015 Oktober
Pelayanan Kesehatan Dasar
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 95% 78,24% 91,20% 58,33%
2. Cakupan Ibu hamil dengan komplikasi yg ditangani. 80% 31,39% 82,80% 37,41%
Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau
3. tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi 90% 91,53% 89,50% 63,81%
kebidanan.
4. Cakupan pelayanan Ibu Nifas 90% 97,45% 82,10% 54,19%
5. Cakupan neonatal dengan komplikasi yg ditangani. 80% 12,42% 21,10% 9,18%
6. Cakupan kunjungan bayi. 90% 81,46% 95,40% 78,77%
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child
7. 100% 53,49% 81,40% 58,14%
Immunization (UCI).
8. Cakupan pelayanan anak balita. 90% 47,66% 48,50% 57,44%
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI
9. 100% 3,08% 42,50% 7,06%
pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin.
10. Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatan. 100% 100,00% 100,00% 100,00%
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan
11. 100% 40,26% 70,10% 65,00%
setingkat.
12. Cakupan peserta KB Aktif 70% 64,81% 62,00% 61,47%
Cakupan Penemuan dan penanganan penderita
13.
penyakit.
a. Accute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 2/100.0
2,21% 0,00% 0,00%
penduduk < 15 tahun 00
b. Pneumonia Balita 100% 100,00% 100,00% 100,00
c. Pasien baru TB BTA + 70% 81,92% 88,80% 54,90%
d. DBD yang ditangani 100% 100,00% 100,00% 100,00%
e. Cakupan penanganan penderita diare 100% 100,00% 100,00% 100,00%
Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat
14. 100% 100,00% 88,90% 57,18
miskin.
Pelayanan Kesehatan Rujukan
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien
15. 100% 8,01% 1,40% 1,39
masyarakat miskin.
Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yg harus
16. 100% 20,00% 22,73% 21,74%
diberikan sarana kesehatan (RS) di Kab/Kota.
Penyelidikan epidemiologi&Penanggulangan
Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang
17. 100% 100,00% 0,00% 0,00%
dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam.
Promosi kesehatan & pemberdayaan masy.
18. Cakupan Desa Siaga Aktif. 80% 97,67% 100,00% 100,00%
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Baubau, 2012

2.3.1.3 Urusan Wajib / Bidang Pekerjaan Umum


Urusan wajib Bidang Pekerjaan Umum dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan
Umum Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan adalah
sebagai berikut :
- Proporsi panjang jalan Kota yang berkondisi baik meningkat menjadi 95%,
serta meningkatnya panjang jalan kota yang terbangun menjadi 115.471 meter
yang terdiri atas 14.648 meter Jalan Hotmix; 66.937 meter Jalan Lasbutag dan
33.886 meter pembukaan jalan baru.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 59

- Panjang drainase/ gorong-gorong yang terbangun sepanjang 3.551 Meter.


Sedangkan turap/ talud/bronjong yang terbangun sepanjang 7.605 Meter.
- Peningkatan pembangunan saluran irigasi sepanjang 10.511 Meter yang
mampu melayani areal persawaan/pengairan lainnya seluas 1.594 Ha.
- Proporsi jumlah masyarakat yang terlayani air bersih meningkat menjadi 85%.
Tabel 2.32
Perkembangan Pembangunan dan rehabilitasi Jalan
di Kota Baubau Tahun 2003-2011
TAHUN PEMBUKAAN JALAN BARU LASBUTAG HOTMIX
2003 ----- 12,74 Km 18,49 Km
2004 10,25 Km 25,54 Km 5,54 Km
2005 8,57 Km 12,84 Km 8,28 Km
2006 6,98 Km 20,88 Km 6,48 Km
2007 14,92 Km 22,12 Km 14,04 Km
2008 4,44 Km 29,97 Km 5,49 Km
2009 8,44 Km 10,51 Km 4,39 Km
2010 3,49 Km 6,5 1Km 1,68 Km
2011 21,55 Km 4,53 Km 18,69 Km
Total 78,64 Km 145,64 Km 83,04 Km
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Baubau, 2012
Tabel 2.33
Indikator Kinerja Urusan Pekerjaan Umum
Indikator Capaian 2012
Panjang jalan Terbangun (meter) 115.471
Persentase Luas Jalan dalam Kondisi Baik 95%
Cakupan Pelayanan Air Minum Perpipaan 85%
Cakupan Pelayanan Persampahan 65%
Panjang Irigasi Dalam Kondisi Baik (meter) 10.511
Meningkatnya Persentase penanganan sampah 68%
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.4 Urusan Wajib / Bidang Perumahan Rakyat


Urusan wajib Bidang Perumahan Rakyat dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum;
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; Dinas Kebersihan, Pertamanan,
Pemakaman dan Pemadam Kebakaran; serta Sekretariat Daerah Kota Baubau.
Capaian pembangunan yang telah dihasilkan adalah sebagai berikut :
- Terbangunnya rumah susun sewa sederhana sebanyak 4 blok, asrama mahasiswa
2 blok dan jumlah pembangunan perumahan rakyat oleh pengembang
(developer) di 7 lokasi.
- Rumah tidak layak huni yang diperbaiki sebanyak 190 rumah; jalan lingkungan
perumahan yang terbangun sepanjang 5990 Meter; Lampu penerangan jalan
umum yang terpasang sebanyak 1700 Titik.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 60

- Tersedianya kendaraan pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik


sebanyak 5 unit; hidran air yang berfungsi dengan baik sebanyak 6 unit.
- Tersedianya areal permakaman yang dikelola pemerintah daerah seluas 5,8 Ha;
dan jumlah kendaraan jenazah sebanyak 2 unit.
Tabel 2.34
Indikator Kinerja Urusan Perumahan Rakyat
Indikator Capaian 2012
Persentase Jumlah Kebutuhan Tempat Tinggal Yang Terpenuhi 68%
Persentase Luas pemukiman Tertata 65%
Lokasi kawasan Kumuh Yang Tertata 5
Persentase Rumah Tangga bersanitasi 81%
Persentase Rumah Layak huni 75,22%
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.5 Urusan Wajib / Bidang Penataan Ruang


Urusan wajib Bidang Penataan Ruang dilaksanakan oleh Dinas Tata Kota dan
Bangunan Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan adalah
sebagai berikut :
- Proporsi pemanfaatan ruang kota yang sesuai peruntukkannya meningkat
menjadi 75% dan proporsi bangunan permanen yang memiliki IMB meningkat
menjadi 70%..
- Tersedianya 1 regulasi tentang penataan ruang (perda RTRW).
- Meningkatnya ketersedian dokumen penataan ruang,
Tabel 2.35
Indikator Kinerja Urusan Penataan ruang
Indikator Capaian 2012
Rasio Pemanfaatan Ruang sesuai RTRW 75%
Rasio wilayah/ Kawasan yang memiliki Dokumen 40%
Perencanaan
Sumber: Dinas Tata Kota dan Bangunan, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.6 Urusan Wajib / Bidang Perencanaan Pembangunan


Urusan wajib Bidang Perencanaan Pembangunan dilaksanakan oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Baubau. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
- Tersedianya informasi dan data statistik sebagai dasar analisis dalam penyusunan
perencanaan pembangunan sebanyak 22 dokumen.
- Jumlah kerjasama perencanaan pembangunan dengan kabupaten/kota, provinsi,
pusat, lembaga swasta/perguruan tinggi dan negara lain mencapai 23 kerjasama.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 61

- Tersusunnya dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang, jangka


menengah dan tahunan yang partisipatif
- Tersusunnya dokumen pembangunan bidang sosial dan budaya daerah
- Tersusunnya dokumen pembangunan bidang ekonomi daerah
- Tersusunnya dokumen pembangunan bidang prasarana wilayah dan SDA
Tabel 2.36
Indikator Kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan
Indikator Capaian 2012
Tersedianya Dokumen RPJPD dalam Bentuk Perda -

Tersedianya Dokumen RPJMD dalam Bentuk Perda 1

Tersedisnya Dokumen RKPD dalam Bentuk Perwali 1

Penjabaran Program RPJMD dalam RKPD 1


Sumber: Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.7 Urusan Wajib / Bidang Perhubungan


Urusan wajib Bidang Perhubungan dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan Kota
Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan adalah sebagai berikut :
- Terpasangnya rambu-rambu dan fasilitas lalu lintas darat sebanyak 290 unit.
- Rasio rambu-rambu lalu lintas darat yang berfungsi dengan baik sebesar 95%.
- Penambahan 3 pelabuhan rakyat (Lakologou, Kolese, Sulaa) dan 3 Pelabuhan
khusus , diantaranya Pangkalan khusus BBM Pertamina dan PPI Wameo
- Meningkatnya status pelabuhan Murhum dari Kelas III (selevel dengan
Pelabuhan Nasional Kendari), menjadi Pelabuhan Kelas I (selevel dengan
Pelabuhan Makassar), serta Pembangunan besar-besaran pada Sisi darat dan
laut Pelabuhan Murhum, diantaranya dengan penambahan aktivitas kontainer
serta penambahan panjang dermaga sandar dan penambahan trestel
Pelabuhan Murhum
- Jumlah penambahan landasan pacu bandara udara Betoambari seluas 20.296
m, panjang runway 1.600 m, peningkatan landasan pacu bandara seluas 9.580
m2, pembangunan tower bandara seluas 102,4 m2 dan rehabilitasi terminal
bandara, dengan total anggaran Rp.10,4 milyar, tersedianya 2 unit mobil
pemadam kebakaran dengan ukuran besar, ambulance rescue yang kecil dan
mobil tangki 2 unit, serta Bandara Betombari telah terlayani operator
penerbangan regular, yakni Wings air dan Merpati.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 62

Tabel 2.37
Indikator Kinerja Urusan Perhubungan
Indikator Capaian 2012
Rasio Izin Trayek
Jumlah Uji KIR Angkutan Umum 65%
Meningkatnya persentase arus penumpang yang datang dan 4,60%
berangkat melalui pelabuhan laut
Meningkatnya persentase arus penumpang yang datang dan 25%
berangkat melalui pelabuhan udara
Persentase Jumlah Pemasangan Rambu-rambu lalulintas 60%
Sumber: Dinas Perhubungan, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.8 Urusan Wajib Bidang Lingkungan Hidup


Salah satu perhatian utama Pemerintah Kota Baubau dalam
menciptakan lingkungan hidup yang layak huni bagi penduduk dan terlibat
dalam gerakan global mengatasi Perubahan Iklim adalah dengan terlibat penuh
pada Program Pengembangan Kota Hijau / Green City, yang difokuskan pada
penciptaan dan pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang memadai sesuai
dengan standar kebutuhan ruang terbuka hijau perkotaan. Adapun jenis-jenis
ruang hijau kota yang dikembangkan di Kota Baubau, meliputi :Hutan Kota,
Jalur Hijau Kota, Bumi Perkemahan, Taman Kota, Taman Lingkungan, Zona
Penyangga Hijau Kota (Buffer Zone), serta Ruang Terbuka Hijau Lainnya yang
mencakup tepi kawasan bandara yang tetap dipertahankan sebagai tutupan
hijau, serta plaza, areal monumen / landmark kota, dan bentuk-bentuk ruang
terbuka lainnya yang dikembangkan di pusat-pusat utama kegiatan kota.
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau yang ada di kota Baubau di bagi
dalam 2 pengelompokan yaitu ruang terbuka hijau (RTH) terbangun dan ruang
terbuka hijau (RTH) Non terbangun.
Untuk jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH) terbangun yang ada di Kota
Baubau berupa taman kota seluas 32,5 Ha, yang tersebar merata
diseluruh bagian kota

Sedangkan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) Non terbangun dengan


bentuk lapangan, lembah, bukit, jalur sungai, kawasan tambak, benteng
dan lainnya seluas 11.651 Ha.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 63

PenyelenggaraanUrusan wajib Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh


Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan Hidup Daerah dan Dinas KP3K
Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan:
- Rasio perusahaan/industry yang telah memiliki AMDAL sebanyak 80%
- Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah sebesar 25% dan taman
Kota dan RTH yang tertata dengan baik sebanyak 30 lokasi.
- Tersusunya data sumberdaya alam dan neraca sumberdaya hutan (NSDH)
nasional dan daerah
- Terlaksananya peningkatan edukasi dan komunikasi masyarakat di bidang
lingkungan
- Rasio sampah terangkut terhadap jumlah produksi sampah sebesar 70% dan
Cakupan pelayanan kebersihan terhadap luas wilayah sebesar 60%
Tabel 2.38
Indikator Kinerja Urusan Lingkungan Hidup
Indikator Urusan Capaian 2012
Meningkatnya Cakupan Pelayanan Informasi Status Kerusakan 30%
lahan dan / atau tanah untuk produk biomassa
Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal. 80%
Penegakan hukum lingkungan 45%
Luas Ruang Terbuka Hijau 28,96%

Indikator Capaian Pelaksanaan SPM Bidang Lingkungan Capaian 2012


Hidup
Pencegahan Pencemaran Air 40%
Pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak 25%
Penyediaan Informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah 30%
untuk produksi biomassa
Tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan 30%
pencemaran dan/atau pengrusakan lingkungan hidup
Prosentase (%) jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati Belum ada data
persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran air
Sumber: Bapedalda, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.9 Urusan Wajib / Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil


Urusan wajib Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil dilaksanakan oleh Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Baubau. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan adalah sebagai berikut :
- Cakupan penduduk wajib KTP yang telah memiliki KTP dan keluarga yang
telah memiliki kartu keluarga sampai dengan akhir tahun 2011 masing-
masing mencapai 90%..

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 64

- Rasio bayi berakte kelahiran sebanyak 50% dan rasio pasangan berakte
nikah sebanyak 75%.
Tabel 2.39
Indikator Kinerja Urusan Kependudukan dan Capil
Indikator Capaian 2012
Rasio penduduk ber-KTP 90%
Rasio Bayi berakte kelahiran 50%
Ketersediaan Database Kependudukan berskala Kota Ada
Penerapan KTP Nasional berbasis NIK 60%
Sumber: Dinas Dukcapil, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
2.3.1.10 Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Urusan wajib Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan adalah:
- Kesetaraan peran perempuan dalam pembangunan menunjukkan
peningkatan, yang ditandai dengan meningkatnya proporsi perempuan yang
bekerja dalam lembaga pemerintahan menjadi 15,74%, dan proporsi
partisipasi perempuan dilembaga swasta menjadi 40%.
- Masalah eksploitasi anak yang berkerja di bawah umur menunjukkan nilai
yang relatif rendah yaitu sebanyak 7%. Tetapi menunjukkan peningkatan 2%
dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebanyak 5%. Selain itu dalam upaya
penyelesaian kasus-kasus tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak
masih rendah yaitu hanya sekitar 38% terselesaikan.
Tabel 2.40
Indikator Kinerja Urusan Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak
Indikator Capaian 2012
Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan 38,51%
Kasus kekerasan terhadap perempuan 40
Sumber: Badan KB dan PP Kota Baubau, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.11 Urusan Wajib Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera


Urusan wajib Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan pada tahun 2012
adalah sebagai berikut :

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 65

- Meningkatnya Jumlah peserta KB Aktif menjadi 16.200 akseptor, dengan


Rasio akseptor KB sebanyak 90% dan rata-rata jumlah anak per keluarga
adalah 2,7 orang.
- Persentase peserta KB yang mendapat konseling KB meningkat menjadi 80%.
- Persentase keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera-I yang aktif dalam
usaha ekonomi produktif meningkat dari 14% di tahun 2009
Tabel 2.41
Indikator Kinerja Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Indikator Capaian 2012
Cakupan Peserta KB Aktif 60%
Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I 13.603
Sumber: Badan KB dan PP Kota Baubau, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
Pembangunan keluarga berencana diutamakan untuk menyediakan
sarana dan prasarana pelayanan keluarga berencana. Indikator yang dapat
mengukur perkembangan pelaksanaan program keluarga berencana selama
tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, diantaranya : Jumlah akseptor aktif
tahun 2010 sebanyak 15.080 bertambah menjadi 17.914 akseptor pada tahun 2011
atau naik sebesar 18,79 persen. Menurut penggunaan alat kontrasepsi untuk
akseptor baru nampak bahwa alat kontrasepsi yang banyak digunakan tahun
2011 adalah metode suntikan sebanyak 1.997 akseptor, diikuti pengguna pil
sebanyak 1.843 akseptor, pengguna metode kontrasepsi lainnya, kondom dan
spiral masing-masing sebanyak 786, 531 dan 182 akseptor.
Tabel 2.42
Jumlah Sarana Pelayanan KB di Kota Baubau Tahun 2011

Sumber; Badan KB dan PP Kota Baubau, 2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 66

Tabel 2.43
Pemakai Kontrasepsi Menurut Kecamatan di Kota Baubau Tahun 2011

Sumber; Badan KB dan PP Kota Baubau, 2012

2.3.1.12 Urusan Wajib / Bidang Sosial


Urusan wajib Bidang Sosial dilaksanakan oleh Dinas Sosial, Tenagakerja dan
Transmigrasi dan Bagian Administrasi Kesejahteraan rakyat SETDA Kota Baubau.
Capaian pembangunan yang telah dihasilkan sampai dengan akhir tahun 2011
adalah sebagai berikut :
Jumlah Fakir Miskin, KAT dan PMKS yang disertakan dalam usaha ekonomi
produktif (UEP) dan Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) serta kelompok usaha
bersama (KUBE) sebanyak 3.734 orang.
Terbina dan tersantuninya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
sebanyak 6.147 orang.
Jumlah Panti Asuhan/ Jompo swasta dalam menangani PMKS sebanyak 9 panti.
Tabel 2.44
Indikator Kinerja Urusan Sosial
Indikator Capaian 2012
Jumlah PMKS Yang Memperoleh Bantuan Sosial: 60%
Cakupan Pelayanan Panti Sosial Skala Kota 0%
Sumber: Dinas Sosnakertrans, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 67

Tabel 2.45
Tempat Peribadatan Menurut Kecamatan Tahun 2011

Sumber : Kemenag Kota Baubau, 2012


Tabel 2.46
Perkembangan Penyandang Cacat Menurut Jenisnya

Sumber: Dinas Sosnakertrans Kota Baubau, 2012


Tabel 2.47
Jumlah Panti Asuhan Menurut Kecamatan
di Kota Baubau Tahun 2011

Sumber: Dinas Sosnakertrans Kota Baubau, 2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 68

2.3.1.13 Urusan Wajib / Bidang Ketenagakerjaan


Urusan wajib Bidang Ketenagakerjaan dilaksanakan oleh Dinas Sosial,
Tenagakerja dan Transmigrasi Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah
dihasilkan adalah sebagai berikut :
- Angka partisipasi angkatan kerja meningkat dari 64,5% di tahun 2009
menjadi 67,72% pada tahun 2011, dimana jumlah pencari kerja yang terserap
pada lapangan kerja sampai dengan tahun 2011 sebanyak 7713 orang.
- Jumlah asosiasi pekerja yang dibentuk tercatat sebanyak 1 asosiasi di tahun
2009 dan saat ini meningkat menjadi 15 asosiasi.
Tabel 2.48
Indikator Kinerja Urusan Ketenagakerjaan
Indikator Capaian 2012
Angka Pertisipasi Angkatan Kerja 65,30%
Presentase pemeriksaan perusahaan 25%
Presentase pencari Kerja yang terdaftar dan ditempatkan 35%
Sumber: Dinas Sosnakertrans, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.14 Urusan Wajib / Bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Urusan wajib Bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dilaksanakan
oleh Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi & UKM; dan Bagian Administrasi
Ekonomi Sekretariat Daerah Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah
dihasilkan adalah sebagai berikut :
- Rasio koperasi yang sehat terhadap jumlah koperasi sebesar 60% dan Rasio
koperasi klasifikasi A terhadap jumlah koperasi sebesar 25%.
- Jumlah fasilitasi skim kredit investasi UMKM sekitar Rp. 3,08 Milyar.
Tabel 2.49
Indikator Kinerja Urusan Koperasi dan UKM
Indikator Capaian 2012
Rasio Koperasi Aktif 96%
Rasio Usaha Mikro dan Kecil/ UMKM yang berkembang 16,10%
Sumber: Dinas Perindagkop dan UKM , Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
Kebijakan pemerintah dalam pembinaan koperasi ditujukan agar
koperasi menjadi lembaga yang kuat dan wadah utama untuk membina
kemampuan usahagolongan ekonomi lemah. Indikator yang dapat mengukur
tingkat kemajuan koperasi di Kota Baubau dapat dilihat pada tabel 2.49.
Koperasi yang ada di Kota Baubau tahun 2011 hanya koperasi primer yang terdiri
dari Koperasi Unit Desa sebanyak 7 buah dengan jumlah anggota sebanyak 2.702
orang dan koperasi non KUD sebanyak 212 buah dengan jumlah anggota

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 69

sebanyak 17.354 orang. Jumlah aset koperasi tahun 2011 mencapai 29.382 juta
rupiah dengan volume usaha sebesar 32.978 juta rupiah, nilai SHU yang mencapai
3.367 juta rupiah serta modal usaha sebesar 29.045 juta rupiah.
Tabel 2.50 Jumlah KUD dan Non KUD di Kota Baubau Tahun 2011

Sumber; Dinas Perindagkop dan UKM Kota Baubau, 2012

2.3.1.15 Urusan Wajib / Bidang Penanaman Modal


Urusan wajib Bidang Penanaman Modal dilaksanakan oleh Badan Pelayanan
Perizinan dan Penanaman Modal Kota Baubau. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
- Rata-rata lama proses perizinan investasi selama 7 hari. Kegiatan yang
mendukung capaian ini adalah Pengembangan sistem informasi investasi;
- Tersedianya 1 Perda tentang Penanaman Modal dan 1 dokumen cetak biru
(master plan) pengembangan penanaman modal. Jumlah investor
PMDN/PMA yang menanamkan modal di Kota Baubau sebanyak 7 investor,
dengan nilai investasi sebesar Rp. 7,415 milyar.
Tabel 2.51
Indikator Kinerja Urusan Penanaman Modal
Indikator Capaian 2011
Jumlah Investor (PMDN/PMA) 8
Berfungsinya Sistem pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi 25%
secara Elektronik
Sumber: BP3PM Kota Baubau (2012), Diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 70

Kebijakan pengembangan penanaman modal di Kota Baubau diarahkan


untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal
untuk penguatan daya saing perekonomian dan mempercepat peningkatan
penanaman modal. Adapun bidang usaha yang dapat dilakukan penanaman
modal adalah bidang usaha yang dinyatakan terbuka,y aitu: (a) Perlindungan
sumberdaya alam, (b) Perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi, (c) Pengawasan produksi dan distribusi, (d)
Peningkatan kapasitas teknologi, (e) Partisipasi modal dalam negeri, serta (f)
Kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk Pemerintah.
Tabel 2.52
Jumlah Investor PMDN/PMA diKota Baubau Tahun2011-2012*
Tahun Uraian PMDN PMA Total
2010 Jumlah Investor 8 - 8
2011 Jumlah Investor 8 - 8
Sumber: Badan Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal, 2012
*Hanya memperhitungkan investasi pada industri skala Besar dan Menengah

Tabel 2.53
Jumlah Investasi PMDN/PMA diKota Baubau Tahun 2011-2012
Realisasi
Tahun
JumlahProyek Nilai Investasi
2010 Na Rp. 7.290.000.000,-
2011 Na Rp. 7.415.000.000,-
Sumber: Badan Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal, 2012
*Hanya memperhitungkan investasi pada industri skala Besar dan Menengah

Tabel 2.54
Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Tahun 2011 s.d 2012 di Kota Baubau
No Uraian 2010 2011
1 Jumlah tenaga kerja yang berkerja pada
perusahaan PMA/PMDN Skala Besar dan 344 354
menengah
Jumlah seluruh PMA/PMDN Skala Besar dan 8 8
2
menengah
3 Rasio daya serap tenaga kerja 1:43 1:44,25
Sumber: Badan Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal, 2012

Perkembangan investasi di beberapa skala usaha di Kota Baubau cukup


signifikan seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan dukungan
perbankan serta sarana prasarana perekonomian di Kota Baubau. Pada akhir
tahun 2012 terdata 8 unit usaha berupa industri skala besar, Menengah dan Kecil

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 71

yang melakukan investasi, dan didominasi oleh Perusahaan skala kecil dan
menengah, dengan total aliran investasi sebesar 154 Milyar rupiah di akhir kwartal
kedua, jika ditinjau sebatas dua skala usaha PMDN/PMA yang termasuk skala
nasional, di Kota Baubau hanya terdapat 1 usaha berupa industri skala Besar,
dan 7 industri skala menengah dengan nilai investasi pada tahun 2011 sebesar
7,290 Milyar Rupiah dan mempekerjakan 354 orang Tenaga Kerja . PMDN atau
usaha yang terbentuk di Kota Baubau didominasi oleh usaha kecil dengan daya
serap tenaga kerja yang relatif rendah, serta usaha menengah yang terbentuk
merupakan usaha yang padat modal dan tidak padat karya.

2.3.1.16 Urusan Wajib / Bidang Kebudayaan


Urusan wajib Bidang Kebudayaan dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan sampai
dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
- Jumlah Kerjasama dengan daerah lain dan lembaga-lembaga pendidikan
(dalam dan luar negeri) dalam bidang Penelitian dan Promosi Kebudayaan
Melayu khususnya Kebudayaan Buton sebanyak 6 kerjasama.
- Terfasilitasinya 38 kali kegiatan budaya/adat yang diselenggarakan oleh
masyarakat.
- Terselenggaranya festival, seminar, dialog budaya daerah sebanyak 7 kali.
Beberapa kegiatan yang mendukung capaian ini adalah Seminar arkeologi
internasional kawasan perbentengan dan keramik; Penyelenggaraan Dialog
kebudayaan; Seminar dalam rangka Revitalisasi dan Reaktualisasi Budaya
Lokal;
Tabel 2.55
Indikator Kinerja Urusan Kebudayaan
Indikator Capaian 2012
Cakupan Penyelenggaraan Festival seni dan budaya 15%
Cakupan Pendokumentasian Naskah Kuno 20%
Nusantara, Situs Budaya, dan Lembaga Adat
Sumber: Dinas Pariwisata dan ekonomi Kreatif, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 72

2.3.1.17 Urusan Wajib / Bidang Kepemudaan dan Olahraga


Urusan wajib Bidang Kepemudaan dan Olahraga dilaksanakan oleh
Dinas Pendidikan Nasional Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah
dihasilkan adalah sebagai berikut :
- Jumlah organisasi kepemudaan yang ada sebanyak 22 organisasi;
- Jumlah pemuda yang mendapat pelatihan penanggulangan bahaya
narkoba sebanyak 206 orang;
- Jumlah organisasi cabang olah raga sebanyak 13 organisasi
- 65% sarana dan prasarana olahraga terpenuhi, dimana 60% sarana dan
prasarana olahraga tersebut terpelihara dengan baik
Tabel 2.56
Indikator Kinerja Urusan Kepemudaan dan olah raga
Indikator Capaian 2012
Cakupan organisasi Pemuda yang terbina 27%
Cakupan sarana prasarana olah raga 25%
Sumber: Dinas Pendidikan Nasional, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.18 Urusan Wajib Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri


Urusan wajib Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri dilaksanakan
oleh Badan Kesbang dan Politik Kota Baubau, serta Satuan Polisi PP dan Linmas
Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan adalah sebagai
berikut :
- 75% penertiban pelanggaran Perda diselesaikan secara persuasif;
- Jumlah kelurahan yang menyelenggarakan siskamling sebanyak 43
Kelurahan;
- Terbinanya organisasi masyarakat yang berkembang di masyaraka

Tabel 2.57
Indikator Kinerja Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Indikator Capaian 2012
Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP 40%
Persentase Persentase Kerjasama Antara Tokoh 10%
Masyarakat, Adat, Agama, dan Pemuda
Sumber: Dinas Kesbangpol, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 73

2.3.1.19 Urusan Wajib / Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,


Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian dan Persandian

Urusan Wajib / Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,


Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan
Persandian dilaksanakan oleh beberapa SKPD lingkup Pemerintah Kota Baubau.
SKPD tersebut adalah Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Badan
Kepegawaian dan Diklat Daerah, Badan Pelayanan Perizinan dan Penanaman
Modal, Dinas Pendapatan Daerah, Inspektorat. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan adalah sebagai berikut :

- Terbentuknya perangkat daerah yang efektif dan efisien serta berorientasi


terhadap pelayanan publik dan penerapan good governance pada 35 SKPD
- Terselenggaranya dialog/audiensi dengan tokoh-tokoh masyarakat,
pimpinan/anggota organisasi sosial dan kemasyarakatan.
- Terselenggaranya koordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah lainnya
- Terselenggaranya rapat koordinasi pejabat pemerintahan daerah dan
Muspida
- Tersusunnya berbagai regulasi Pemerintah Daerah (Perda, Perwali, Kep
Walikota) dan terselenggaranya sosialisasi regulasi tersebut.
- Terfasilitasnya pembahasan rancangan peraturan daerah dan tugas legislatif
lainnya.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 74

Tabel 2.58
Jumlah PNS Menurut SKPD dan Golongan
di Pemerintah Kota Baubau Tahun 2011

Sumber: BKDD Kota Baubau, 2012


Keterangan : 1) Termasuk Puskesmas
2)
Termasuk Guru dan tata Usaha

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 75

Tabel 2.59
Jumlah Pegawai negeri Sipil Menurut Tingkat Pendidikan
di Pemerintah Kota Baubau

Sumber: BKD Kota Baubau, 2012

Tabel 2.60
Indikator Kinerja Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Indikator Capaian 2012


Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk 1,39
Rasio SDM aparatur yang memenuhi standar kompetensi jabatan 67%
Opini BPK dan publik terhadap pengelolaan keuangan daerah WDP
Penegakan PERDA 40%
Cakupan pelayanan bencana kebakaran daerah 62%
Cakupan sarana prasarana perkantoran pemerintahan kecamatan 70%
dan kelurahan yang baik
Sistem Informasi manajemen Pemda 20%
Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat
Sumber: Pemerintah Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.20 Urusan Wajib / Bidang Ketahanan Pangan


Penyelenggaraan Urusan wajib Bidang Ketahanan Pangan dilaksanakan
oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Baubau. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan adalah sebagai berikut : Meningkatnya pemenuhan kebutuhan
pangan beras masyarakat terhadap produksi beras lokal menjadi 79,17%.
Tanaman padi sawah pada tahun 2011 memiliki luas panen 2.460 ha
dengan hasil produksi sebesar 12.214,68 ton yang hanya terkonsentrasi pada 3
kecamatan yakni Kecamatan Sorawolio dengan luas panen sebesar 96 ha yang
mencapai produksi sebesar 387,84 ton, kemudian Kecamatan Bungi dengan luas

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 76

panen 2.214 ha yang mencapai hasil produksi sebesar 11.202,84 ton, kemudian
Kecamatan Lea-lea dengan luas panen 150 ha yang mencapai hasil produksi
sebesar 624 ton. Bila dibandingkan dengan tahun 2010, maka produksi padi
sawah pada tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 1,21 persen dimana pada tahun
2010 produksi padi sawah sebanyak 12.364,70 ton sedangkan tahun 2011
mencapai 12.214,68 ton.
Tabel 2.61
Produktivitas Tanaman Pangan menurut Kecamatan Tahun 2011 di Kota Baubau
Padi Sawah Padi Ladang Jagung
Kecamatan Luas
Produksi Produktivitas
Luas
Produksi Produktivita
Luas
Produksi Produktivitas
Panen Panen Panen
(ton) (ton/ha) (ton) s (ton/ha) (ton) (ton/ha)
(ha) (ha) (ha)
Betoambari - - - - - - 16 36 23
Murhum/
Batupoaro
- - - - - - 8 16 20
Wolio - - - - - - 54 113 21
Kokalukuna - - - - - - 14 28 20
Sorawolio 96 388 40 371 1.187 32 70 182 26
Bungi 2.214 11.203 51 - - - 15 105 70
Lea-Lea 150 624 42 - - - 126 284 23
Kota Baubau
2011 2.460 12.214,68 132,6 371 1.187,20 32,0 287 727,90 179,50
2010 2.516 12.364,70 39,0 346 891,85 28,1 198 446,42 23,10
2009 2.040 10.274,56 49,3 562 2.050,59 36,4 277 363,00 22,10
2008 1.951 9.811,51 49,3 706 2.419,53 36,3 287 640,53 22,20
2007 1.860 9.281,00 49,0 650 2.362,12 36,2 578 1.170,90 22,20
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2012

Untuk tanaman padi ladang hanya terkonsentrasi pada kecamatan yaitu


Kecamatan Sorawolio dengan luas panen terkecil yaitu 371 ha mampu mencapai
hasil produksi sebesar 1.187,20 ton. Bila dibandingkan dengan tahun 2010 dimana
produksi padi ladang hanya mencapai 891,85 ton maka pada tahun 2011
mengalamikenaikan menjadi 1187,20 ton atau terjadi peningkatan produksi
sebesar 33,12 persen.Pada tahun 2011, luas panen tanaman jagung mencapai 303
ha dengan hasil produksi sebesar 763,90 ton, dengan demikian terjadi
peningkatan hasil produksi sebesar 71,12 persen bila dibandingkan dengan hasil
produksi pada tahun 2010 yang hanya menghasilkan produksi sebesar 446,42 ton.
Tabel 2.62
Indikator Kinerja Urusan Ketahanan Pangan
Indikator Capaian 2012
Regulasi Ketahan pangan 1
Persentase Pasokan Beras 100%
Persentase Pasokan Distribusi Ikan 100%
Persentase Pasokan Daging 100%
Persentase Pasokan Buah-buahan dan sayur mayur 100%
Sumber: Dinas Pertanian dan kehutanan, ,Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 77

2.3.1.21 Urusan Wajib / Bidang Pemberdayaan Masyarakat


Urusan wajib Bidang Pemberdayaan Masyarakat dilaksanakan oleh
Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Baubau. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan adalah sebagai berikut :
- Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat
(LPM) meningkat menjadi 450 orang pada tahun 2012.
- Pelaksanaan musrenbang tingkat kelurahan
- Jumlah perempuan di kelurahan yang mendapat pelatihan dalam
meingkatkan usaha ekonomi produktif sebanyak 193 orang.
- Terlaksana pendidikan teknis pelayanan bagi Aparatur pemerintah kelurahan
- Meningkatnya peran dan fungsi PKK di 43 Kelurahan dan 7 Kecamatan, yang
didorong oleh pelaksanaan beberapa kegiatan seperti Pembina PKK di tingkat
Kelurahan dan Kecamatan.
Tabel 2.63
Indikator Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat
Indikator Capaian 2012
Presentase LPM Berprestasi -
Presentase PKK Berprestasi -
Posyandu Berprestasi -
Sumber: BPM, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.22 Urusan Wajib Bidang Statistik


Penyelenggaraan urusan statistik di Kota Baubau dilakukan oleh Badan
perencanaan Pembangunan Daerah berkoordinasi dengan Badan Pusat Statistik
Kota Baubau. Pada tahun 2012 terdata 27 doumen statistic yang dihasilkan,
diantarnya Bauba Dalam Angka, Kecamatan dalaam Angka, Indeks
Pembangunaan Manusia, dokumen PDRB, dll.
Tabel 2.64
Indikator Kinerja Urusan Statistik
Indikator Capaian 2012
Tersusunya data/ statistik Kota Baubau 27 dokumen
Sumber: Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.23 Urusan Wajib / Bidang Kearsipan


Urusan wajib Bidang Kearsipan dilaksanakan oleh Badan Informasi,
Komunikasi dan PDA Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah
dihasilkan adalah sebagai berikut :

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 78

- Proporsi perangkat daerah yang menerapkan sistem administrasi kearsipan


dengan baik meningkat menjadi 90%.
- Jumlah dokumen/arsip daerah yang dilestarikan sebanyak 23 dokumen
Tabel 2.65
Indikator Kinerja Urusan Kearsipan
Indikator Capaian 2012
Pengelolaan Arsip Secara Baku 78,00%
Sumber: Badan Kominfo, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.1.24 Urusan Wajib / Bidang Komunikasi dan Informasi


Urusan wajib Bidang Komunikasi dan Informasi dilaksanakan oleh Badan
Informasi, Komunikasi dan PD Kota Baubau dan UPT Pengkajian dan Penerapan
teknologi Informasi (PPTI) Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah
dihasilkan adalah sebagai berikut :
- Cakupan penyebaran informasi melalui stasiun TV Nasional maupun lokal
dan Media Cetak lokal maupun Nasional sebesar 75%.
- Penyebaran informasi pembangunan terpadu secara langsung kepada
masyarakat,
- Jumlah mass media yang menjadi mitra penyebaran informasi sebanyak 9
media pada tahun 2011, meningkat menjadi 12 media pada tahun 2012.
- Jumlah penyebaran informasi melalui website Kota Baubau
- Meningkatnya Jumlah SDM yang mendapat pelatihan teknis bidang
komunikasi dan informasi
Tabel 2.66
Indikator Kinerja Urusan Komunikasi dan Informatika
Indikator Capaian 2012
Cakupan Pelayanan Sistem Informasi manajemen pemerintah daerah 16%
Cakupan Pelaksanaan Diseminasi atau Pendistribusian Informasi 80%
Cakupan Pengimplementasian e-Government 60%
Sumber: Badan Kominfo, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

Pengimplementasian e-Government diselenggararakan oleh unit khusus


pengembangan telematika di Kota Baubau, dengan tingkat penetrasi internet ke
SKPD dan kecamatan pada akhir tahun 2012 telah mencapai rasio 90% dan
87,5%,sedangkan capaian pengembangan e-Government di Kota Baubau sampai
dengan akhir tahun 2012,secara rinci diuraikan pada tabel 2.67 berikut ini:

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 79

Tabel 2.67
Capaian Pengembangan e-Government Kota Baubau
Tahun Tahap Capaian
- Pembangunan Infrastruktur Dasar dan koneksi internet
Pra Kondisi + - Pembangunan 2 hotspot area publik
2008 Infrastruktur - Pembangunan website KDH
Jaringan - Pengembangan Jardiknas
- Pembangunan media teleconference
- Penyusunan Blueprint Pengembangan e-Government Kota Baubau
- Pembangunan WAN (Wide Area Network) seluruh SKPD
Infrastruktur
- Revitalisasi Website resmi pemerintah daerah
2009 Jaringan +
Data - Pembangunan beberapa website SKPD, Institusi, dan event
- Implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah
- Pembentukan Tim IT Pemkot Baubau
- Pembuatan Profil Interaktif Pemerintah Kota Baubau melalui Media
Touchscreen
Infrastruktur - Peningkatan Kapasitas Tim Teknis Pengelola Jaringan
2010 Aplikasi/ - Riset dan Development 18 Aplikasi e-Government - kerjasama dengan
Suprastuktur Depkominfo
- Pelatihan IT pada siswa SMA Kerjasama dengan Kota Seoul
- Pembangunan Website SEKDA, Kominfo, dan Perijinan
- Pembentukan UPT-PPTI melalui Perwali Nomor 13 Tahun 2011
- Pembangunan Infrastruktur WAN tingkat kecamatan
- Pengembangan Infrastruktur Pendukung implementasi e-KTP
- Pengembangan Website Tata Kota dan Website promosi Osiymobaubau
2011 Suprastruktur
- Implementasi Telepon VoIP di Sekretariat Daerah
- Pembangunan Wireless CCTV Tahap I-pemantauan kawasan Kotamara
- Pengembangan Server e-library dan e-Procurement
- Pembangunan Aplikasi Sistem Informasi Perijinan
- Pembangunan Telepon VoIP Tahap II meliputi SKPD dan Kecamatan
- Pembangunan Digital Library
- Implementasi Sistem Informasi surat menyurat (e-Office) lingkup
Pemantapan Pemkot Baubau
2012
E-Gov - Pembangunan Wireless CCTV Tahap II - pemantauan Kota dan
Beberapa perempatan jalan terpadat
- Implementasi Lelang Online (e-procurement)
http://lpse.baubaukota.go.id
Sumber: UPT- PPTI Kota Baubau, 2012

2.3.1.25 Urusan Wajib / Bidang Perpustakaan


Penyelenggaraan urusan Perpustakaan di Kota Baubau dilaksanakan oleh Badan
Informasi dan Komunikasi melalui Perpustakaan daerah dan UPT-PPTI yang
mengelola Perpustakaan digital yang berlokasi di Lantai Dasar Gedung Maedani
Tabel 2.68
Indikator Kinerja Urusan Perpustakaan
Indikator Capaian 2012
Tersedianya Perpustakaan Daerah 1
Jumlah perpustaan Kelurahan/Sekolah 98
Jumlah pengunjung perpustakaan digital / tahun 1.210
Jumlah prasarana perpustakaan digital (computer) 32
Jumlah koleksi Buku digital 6.500
Sumber: Bappeda, UPT-PPTIKota Baubau (2012), Diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 80

2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan


2.3.2.1 Urusan Pilihan / Bidang Pertanian
Urusan Pilihan Bidang Pertanian dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan sampai
dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
- Jumlah kelompok tani pelaku usaha agribisnis sebanyak 30 kelompok, dan pelaku
usaha ternak sebanyak 362 orang.
- Jumlah produksi padi sebesar 13.401,88 ton, produksi palawija (jagung, kedelai)
sebesar 764,7 ton dan produksi tanaman perkebunan (cengkeh, biji mete) sebesar
571,70 ton.
- Jumlah produksi daging ternak besar dan kecil sebanyak 71.183 Kg, produksi daging
unggas sebesar 45.405 Kg, dan Jumlah produksi telur sebesar 2.087.500 Butir.;
- Proporsi penyuluh yang kompeten terhadap jumlah petani sebanyak 79%.
- Terkendalinya 4 Jenis penyakit penyakit hewan menular dan zoonosis pada daerah
endemis dan tertular..
Tabel 2.69
Luas Lahan Sawah menurut Jenis Pengairan Tahun 2011 di Kota Baubau
Kecamatan (Ha)
Kokalukuna
Betoambari

Sorawolio
Murhum

Lea-Lea
Jenis Hutan Jumlah
Bungi
Wolio

Sawah Berpengairan - - - - 100 1.062 90 1.252


Teknis - - - - - 615 - 615
Setengah Teknis - - - - - 117 65 182
Sederhana/PU - - - - 100 137 10 247
Irigasi Desa/Non PU - - - - - 193 15 208
Tadah Hujan - - - - - 74 - 74
Jumlah - - - - 200 2.198 180 2.578
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Baubau, 2012
Secara umum komoditas hasil perkebunan di Kota Baubau tahun 2011
mengalami penurunan produksi sebesar 8,87 persen, yakni dari 439,77 ton pada
tahun 2010 menurun menjadi 1.398,60 ton selama tahun 2011. Komoditas hasil
perkebunan yang paling menonjol pada tahun 2011 adalah tanaman jambu mete
yang mencapai produksi sebesar 571,70 ton. Sementara itu, komoditi tanaman
perkebunan yang pada tahun 2011 tidak memberikan hasil pada tahun 2011
adalah tanaman cengkeh, lada, dan vanili.
Jumlah populasi ternak besar dan kecil serta unggas di Kota Baubau
tahun 2011 ada yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan ada juga

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 81

yang mengalami penurunan untuk populasi. Tahun 2011 populasi kambing dan
babi mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yakni masing-masing
sebesar 1,92 persen dan 3,58 persen, sedangkan untuk ternak sapi, mengalami
penurunan populasi dibanding tahun sebelumnya yakni sebesar 26,52 persen.
Untuk ternak unggas yang mengalami penurunan yaitu ayam ras sebesar 91,02
persen, sedangkan ayam kampong mengalami peningkatan sebesar 1,87 persen
dan itik/itik manila juga mengalami peningkatan sebesar 3,94 persen. Untuk
produksi daging ternak besar dan kecil serta unggas mengalami penurunan yaitu
untuk ternak besar dan kecil sebesar 18,53 persen, sedangkan ternak unggas
mengalami peningkatan sebesar 9,00 persen. Demikian pula dengan produksi
telur unggas juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 3,52 persen dari
2.016.500 kg pada tahun 2010 naik menjadi 2.087.500kg tahun 2011
Tabel 2.70
Indikator Kinerja Urusan Pertanian
Indikator Capaian 2012
Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal 372
lainnya per hektar (Ton/ tahun)
Cakupan pembinaan kelompok petani 40%
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.2.2 Urusan Pilihan / Bidang Kehutanan


Luas kawasan hutan yang telah ditetapkan di wilayah Kota Baubau
sebesar 27.001 ha, dimana menurut jenisnya sebagian besar diperuntukkan untuk
penggunaan lainnya yaitu sebesar 50,90 persen, hutan lindung sebesar 17,74
persen, sebesar 12,89 merupakan hutan produksi biasa, sementara hutan produksi
terbatas sebesar 16,55 persen dan sisanya berupa hutan wisata.
Tabel 2.71
Luas Kawasan Hutan yang Telah Ditetapkan
menurut Jenis Hutan dan Kecamatan Tahun 2011 di Kota Baubau (ha)
Kecamatan
Kokalukuna
Betoambari

Batupoaro

Sorawolio
Murhum/

Lea-Lea

Jenis Hutan Jumlah


Bungi
Wolio

Hutan Produksi Biasa 168 117 1.086 305 1.273 531 - 3.480
Hutan Produksi Terbatas - - - - 2.325 2.143 - 4.468
Hutan Lindung 51 30 990 - 2.715 378 627 4.791
Hutan Wisata - - - 488 - - - 488
Hutan Produksi yang
- - - - - - - -
dapat dikonversikan
Hutan Lainnya 1.992 848 907 943 4.059 2.240 2.785 13.774
Jumlah 2.211 995 2.983 1.736 10.372 5.292 3.412 27.001
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 82

PenyelenggaraanUrusan Pilihan Bidang Kehutanan dilaksanakan oleh


Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Baubau. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
- Hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi seluas 770 Ha dan penyedian bibit
tanaman untuk rehabilitasi sekitar 63.000 pohon.
- Jumlah sukarelawan terlatih menangani kebakaran hutan sebanyak 150 orang.
- Terbinanya kelompok usaha perhutanan rakyat sebanyak 23 kelompok.
Tabel 2.72
Indikator Kinerja Urusan Kehutanan
Indikator Capaian 2012
Cakupan Rehabilitasi hutan dan lahan kritis 40%
Menurunnya Kerusakan Kawasan Hutan 23%
Sumber: DInas Pertanian dan Kehutanan, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.2.3 Urusan Pilihan / Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral


Urusan Pilihan Bidang Energi dan Sumberdaya Mineral dilaksanakan oleh
Dinas Pertambangan dan Energi Kota Baubau. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
- Jumlah hasil produksi pertambangan mineral bukan logam/batuan dan
laterit nikel sebesar 374.736 ton, dan kelompok usaha pertambangan yang
terbina sebanyak 15 kelompok.
- Prosentase rumah tangga yang menggunakan listrik sebanyak 83%.
Tabel 2.73
Indikator Kinerja Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral
Indikator Capaian 2012
Cakupan pengawasan usaha pertambangan 20%
Cakupan Penerangan Lampu Jalan 60%
Sumber: Dinas Pertambangan dan energy, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.2.4 Urusan Pilihan / Bidang Pariwisata


Kota Baubau dengan keragaman dan kekayaan budaya yang diwariskan
oleh para leluhur dan kejayaan pemerintahan Kesultanan Buton (Wolio) sangat
tepat untuk dikembangkan sebagai kota tujuan wisata. Banyak jenis wisata
yang mempunyai daya tarik tersendiri, mulai dari panorama alam yang indah,
potensi sejarah dan budaya, dengan masih terdapatnya situs-situs peninggalan
sejarah Kesultanan Buton dan potensi daerah pesisir pantai sebagai wisata bahari
dan olahraga air serta keragaman biota laut. Profil lengkap mengenai potensi

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 83

wisata Kota Baubau dipromosikan dalam website www.osiymobaubau.com


Tabel 2.74
Banyaknya Wisatawan Menurut Akomodasi yang digunakan
di Kota Baubau Tahun 2011

Sumber: BPS Kota Baubau, 2012

Pembangunan kepariwisataan di Kota Baubau diarahkan padapeningkatan


peran pariwisata dalam kegiatan ekonomiyang dapat menciptakan lapangan kerja
serta kesempatan berusaha dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat serta penerimaan devisa. Upaya yang dilakukan pemerintah adalah
melalui pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan
daerah. Urusan Pilihan Bidang Pariwisata dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan
sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
- Jumlah promosi pariwisata yang berlatarbelakang budaya daerah pada
tingkat regional, nasional maupun internasional sebanyak 23 kali,
diantaranyaPelaksanaan Festival Perairan Pulau Makassar;
- Obyek wisata yang tertata dengan baik sebanyak 11 ODTW
- Jumlah kerjasama pengembangan pariwisata dengan pihak swasta sebanyak
9 kerjasama, diantaranya kerjasama dengan SAIL Indonesia.
Tabel 2.75
Indikator Kinerja Urusan Pariwisata
Indikator Capaian 2012
Peningkatan Jumlah Kunjungan Wisata 5%
Peningkatan Mitra pengembangan Pariwisata 5%
Sumber: Dinas Pariwisata, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 84

2.3.2.5 Urusan Pilihan / Bidang Kelautan dan Perikanan


Meskipun Kota Baubau hanya memiliki wilayah lautan seluas 200 mil,
namun potensi perikanan yang berasal dari daerah sekitarnya (khususnya
Kabupaten Buton) terakumulasi di kota ini. Berbagai produksi perikanan berupa
ikan pelagis, demersal, Rumput laut, mutiara, serta hasil lainnya. Dengan garis
pantai sepanjang sekitar 42 Km, Kota Baubau berpotensi menjadi penghasil
rumput laut, Wilayah pengembangan budidaya rumput laut di Kota Baubau
tersebar pada berbagai kelurahan yang terletak di daerah pesisir, yaitu Kelurahan
Palabusa, Kalialia, Kolese LowuLowu, Lakologou, Waruruma, Sukanaeyo, Liwuto,
Nganganaumala, Wameo, Tarafu, Bone-Bone , Katobengke, Lipu, dan Sulaa. Luas
areal perairan pantai Kota Baubau yang potensial untuk pengembangan budidaya
rumput laut sekitar 960 Ha dan Kota Baubau menjadi pusat perdagangan Rumput
laut dari lahan potensial seluas 9.040 Ha di wilayah Kepulauan Buton dan sekitarnya.
Hasil produksi perikanan di Kota baubau pada tahun 2011 mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 31,32 persen, dimana
hasil produksi tahun 2010 sebanyak 9.045,69 ton sedangkan pada tahun 2011
mencapai 11.878,52 ton. Hasil perikanan laut yang paling tinggi selama tahun 2011
terdapat di Kecamatan Murhum/Batupoaro yang mencapai 5.625,81 ton.
Sedangkan perikanan darat hanya dihasilkan di Kecamatan Bungi, Lea-Lea dan
Sorawolio yaitu sebesar 18,06 ton.
Tabel 2.76
Produksi Perikanan Laut dan Darat menurut Kecamatan dan Subsektor
di Kota Baubau (ton)
Perikanan Laut Perikanan Darat Jumlah
Kecamatan
2010 2011 2010 2011 2010 2011

Betoambari 955,92 1.186,54 - - 955,92 1.186,54

Murhum/ Batupoaro 4.054,70 5.625,81 - - 4.054,70 5.625,81

Wolio 207,24 290,20 - - 207,24 290,20

Kokalukuna 2.556,82 3.401,02 - - 2.556,82 3.401,02

Sorawolio - - 2,10 3,41 2,10 3,41

Bungi 224,09 263,05 5,00 8,11 229,09 271,16

Lea-Lea 1.046,92 1.111,90 4,00 6,55 1.050,92 1.118,45


Kota Baubau 9.045,69 11.878,52 11,10 18,07 9.056,79 11.896,59
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Baubau, 2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 85

Penyelenggaraan urusan Pilihan Bidang Kelautan dan Perikanan dilaksanakan


oleh Dinas kelautan dan Perikanan Kota Baubau. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
- Terbinanya10 kelompok ekonomi masyarakat pesisir per tahun
- Jumlah produksi perikanan budidaya mencapai 3.520 ton/tahun
- Jumlah produksi perikanan tangkap di perairan laut maupun perairan umum
9.673,24 ton,melalui pengembangan karamba budidaya, Budidaya benih
bandeng umpan, Pengadaan kapal penangkap ikan 5 GT, dan alat
penangkapan ikan, alat pendeteksi ikan (Fish Finder);
- Jumlah pelaku usaha penangkapan ikan yang menggunakan teknologi yang
ramah lingkungan sebesar 50%.
- Terbinanya 2 asosiasi pemasaran dan pengolahan hasil produksi perikanan
Tabel 2.77
Indikator Kinerja Urusan Kelautan dan Perikanan
Indikator Capaian 2012

Produksi perikanan budidaya 3.520 ton

Produksi Perikanan tangkap 1.156 ton

Sumber Daya Laut Pesisir dan Pulau Pulau Kecil Yang Terkelola 7%
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.3.2.6 Urusan Pilihan / Bidang Perdagangan


Urusan Pilihan Bidang Perdagangan dilaksanakan oleh Dinas Perdagangan,
Perindustrian, Koperasi & UKM Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah
dihasilkan sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
- Proporsi Alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang dilakukan
tera ulang sebesar 80%.
- Terlaksananya pengawasan perdagangan 10 Komoditi strategis
- Jumlah nilai perdagangan di Kota Baubau sebesar Rp. 120 Milyar/tahun
Tabel 2.78
Indikator Kinerja Urusan Perdagangan
Indikator Capaian 2012

Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB (Rp) 707.337.070.000

Cakupan pembinaan Sektor Perdagangan 30%


Sumber: Dinas Perindagkop & UKM, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 86

Tabel 2.79
Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor melalui Pelabuhan Baubau

Sumber: BPS Kota Baubau, 2012


Tabel 2.80
Perkembangan Volume dan Nilai Impor melalui Pelabuhan Baubau

Sumber: BPS Kota Baubau, 2012


Secara kuantitatif komoditi-komoditi potensial yang diperdagangkan antar
pulau melalui Pelabuhan Baubau antara lain adalah hasil pertanian tanaman
pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, hasil hutan dan industri. Total
volume komoditi yang diperdagangkan pada tahun 2011 sebesar 7731,14 ton, 4
ekor, 31.150 biji, 3.145 m3. Volume dan nilai perdagangan komoditi perkebunan
yang diperdagangkan tahun 2011 mencapai 3.419,61 ton dengan nilai 27.467.480
ribu rupiah, dimana komoditas kopra merupakan yang terbesar diperdagangkan
yaitu dengan volume sebesar 2.368,05 ton. Sedangkan nilai perdagangan terkecil
yaitu biji dan 9.537 buah dengan total nilai 90.479.366 ribu rupiah dimana

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 87

komoditi perikanan merupakan komoditi tertinggi yang diperdagangkan yaitu


sebesar 3.592,62 ton dengan nilai sebesar 37.062.941 ribu rupiah dan komoditi
yang terkeciladalah peternakan yaitu sebesar 2 ton dengan nilai sebesar 10.000
ribu rupiah
Tabel 2.81
Volume dan Nilai Perdagangan Antar Pulau
Menurut Jenis Komoditas Tahun 2011

Sumber : Dinas Perindagkop dan UKM Kota Baubau, 2012

2.3.2.7 Urusan Pilihan / Bidang Industri


Penyelenggara Urusan Pilihan Bidang industri dilaksanakan oleh Dinas
Perdagangan, Perindustrian, Koperasi & UKM Kota Baubau. Capaian
pembangunan yang telah dihasilkan sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai
berikut :
- Jumlah IKM yang menggunakan teknologi tepat guna (TTG) sebanyak 41 unit
- Jumlah sentra-sentra IKM yang potensial sebanyak 18 sentra.
Tabel 2.82
Indikator Kinerja Urusan Perindustrian
Indikator Capaian 2012
Cakupan pembinaan Sektor Perindustrian 30%
IKM yang Mengikuti Promosi Industri/Kerajinan Daerah 7%
Sumber: Dinas Perindagkop & UKM, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 88

Sektor industri bukan merupakan sektor utama dalam roda perekonomian


Kota Baubau dengan kontribusi rata-rata dibawah 3% per tahun terhadap
PDRB.Di Indonesiaindustri pengolahan dibagi menjadi 4 kelompok,yaitu industri
besar, industri sedang, industri kecil danindustri rumah tangga. Pengelompokan
ini didasarkanpada banyaknya pekerja yang terlibat di dalamnya,tanpa
memperhatikan penggunaan mesin produksi yangdigunakan ataupun modal
yang ditanamkan.Perkembangan Industri di Kota Baubau relatif stagnan, terlihat
bahwa industri besarsejak tahun 2007 hingga tahun 2011 tidak
terjadipenambahan yaitu tetap 1 industri dengan jumlahtenaga kerja 178 orang,
sementara tu dirahun 2011 terdapat 7 industri sedang, 155 industri kecil yang
mempekerjakan 1043orang, dan 1385 industri Rumah tangga yang meningkat
dari 1379 industri pada tahun 2010. Informasi mengenai jenis-jenis Industri di Kota
Baubau diuraikan pada tabel 2.83 berikut ini:
Tabel 2.83
Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja dan Investasi
Menurut Jenis Industri Tahun 2011 di Kota Baubau

Sumber: Dinas Perindagkop dan UKM, 2012

2.4ASPEK DAYA SAING DAERAH


2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
2.4.1.1 Pengeluaran Konsumsi rumah tangga per kapita
Pengeluaran perkapita merupakan salah satu komponen dalam
perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).Komponen pengeluaran
terbagi atas pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran untuk non

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 89

makanan.Hasil Susenas 2010 terlihat bahwa pengeluaran perkapita penduduk


Kota Baubau pengeluaran perkapita didominasi oleh pengeluaran makanan
sebesar 48,98 persen dan non makanan sebesar 51,02 persen.
Kecenderungan meningkatnya pengeluaran perkapita penduduk Kota
Baubau berkorelasi dengan kemajuan pembangunan di Kota Baubau yang
berimplikasi pada semakin meningkatnya pendapatan penduduk, baik yang
bekerja disektor pemerintah maupun disektor lainnya.Selain itu peningkatan ini
juga berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi Kota Baubau serta peningkatan
pendapatan perkapita penduduk yang cenderung menunjukkan trend yang
semakin meningkat.
Tabel 2.84
Perkembangan Simpanan Pengeluaran Perkapita dan LDR Kota Baubau
INDIKATOR 2007 2008 2009 2010
Pengeluaran Riil /
601,8 607,11 608,12 610,2
Kapita(Rp.000)
LDR (%) 50,35 51,55 67,67 67,95 %
Sumber: Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.4.1.2 Produktivitas Daerah


Produktivitas total daerahdapat menggambarkan seberapa besar tingkat
produktivitas tiap sektor dalam rangka mendorong perekonomian
suatudaerah.Produktivitasdaerahpersektor(9sektor)merupakanjumlahPDRBdaris
etiap sektor dibagidenganjumlahangkatankerjadalamsektor yangbersangkutan.
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Sektor Konstruksi, dan Sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan merupakan tiga sector yang memiliki
Produktivitas Sektoral tertinggi dengan rata-rata capaian diatas 100, yang
berarti bahwa tenaga kerja di sektor tersebut merupakan tenaga kerja dengan
tingkat produktivitas sekaligus income tertinggi. Sedangkan Pertanian
pertambangan, dan Industri Pengolahan merupakan sektor dengan tingkat
produktivitas terendah, hal ini relevan dengan peranan Baubau sebagai
perkotaan yang perekonomiannya digerakkan oleh sector tersier, dan sector-
sektor primer hanya berperan sebagai sector komplemen pendukung
pertumbuhan ekonomi.
Secara kumulatif, produktivitas total Kota Baubau menunjukkan tingkat
pertumbuhan yang cukup berarti, dalam 5 tahun (2007-2011) tingkat
produktivitas Kota Baubau meningkat 57,41%. Peningkatan tertinggi terjadi pada

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 90

tahun 2009-2010 dengan tingkat pertumbuhaan 63,71% dalam satu tahun.


Dengan tingkat produktivitas daerah 43,21 pada tahun 2011, capaiannya diatas
rata-rata provinsi Sulawesi Tenggara dan Nasional.
Tabel 2.85
Perkembangan Produktivitas Daerah Kota Baubau Tahun 2007-2011
Produktivitas Sektoral 2007 2008 2009 2010 2011
Pertanian 21,38 21,19 27,40 28,31 26,94
Pertambangan 14,11 12,18 32,69 24,24 26,31
Industri Pengolahan 10,83 14,49 13,99 14,43 17,84
Listrik, Gas dan Air bersih 362,58 52,55 101,91 115,12 102,66
Konstruksi 53,74 91,65 121,56 99,04 121,33
Perdagangan, Hotel & Restoran 27,34 28,65 33,14 34,81 40,95
Pengangkutan & Komunikasi 24,47 30,19 38,41 43,27 36,63
Keuangan, persewaan & Jasa perusahaan 60,18 157,96 92,45 125,00 129,54
Jasa-Jasa 25,89 30,41 10,40 36,84 39,18
Kota Baubau 27,45 31,80 24,56 40,22 43,21
Sumber: BPS, PDRB Tahun 2007-2011, diolah

2.4.1.3 Nilai Tukar Petani


Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga
yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam
persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat
kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar
(term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi
maupun untuk biaya produksi.
Tabel 2.86
Nilai Tukar Petani (NTP) Tahun 2008-2012
Provinsi Sulawesi Tenggara *
Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
Indeks yang Diterima Petani (lt) 119,53. 133,41 136,83 139.80 142,78
Indeks yang Dibayar Petani (lb) 116,47 121,37 127,50 130.08 134,41
NTP 109,93 107,32 107.47 106,23
Keterangan : * angka yang digunakan adalah indeks Bulan Desember
Sumber: www. sultra.bps.go.id, 2013

Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat


kemampuan/daya beli petani. Jika dilihat dari Indeks Harga yang Diterima
Petani (It) pada Desember 2012. Tiga subsektor mengalami kenaikan, satu

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 91

subsektor tidak mengalami perubahan dan satu subsektor lainnya mengalami


penuruan. Subsektor yang mengalami kenaikan terjadi pada subsektor tanaman
perkebunan rakyat sebesar 1,03 persen; subsektor peternakan sebesar 0,22 persen;
dan subsektor perikanan 0,82 persen. Sub sektor yang tidak mengalami kenaikan
adalah subsektor tanaman pangan; Sedangkan subsektor yang mengalami
penurunan adalah subsector hortikultura turun sebesar 0,08 persen
Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani
yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang
diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Jika dilihat untuk masing-masing
subsektor, terjadi kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) pada semua
subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,43 persen; subsektor
hortikultura 0,60%; subsektor tanaman perkebunan rakyat 0,69%; subsektor
peternakan 0,49%; dan subsektor perikanan 0,60 persen. Naiknya semua
subsektor tersebut menyebabkan terjadinya Ib gabungan mengalami kenaikan.

2.4.1.4 Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Perbankan Daerah


Peranan perbankan di Kota Baubau dapat dilihat dari perkembangan
jumlah kantor, jumlah dana yang tersedia di bank dan jumlah kredit/pinjaman
yangdisalurkan. Pada tabel terlihat bahwa jumlah kantor bank di Kota Baubau
tahun 2011 sebanyak 16 buah. Dimana Bank BRI merupakan bank dengan
jumlah cabang terbanyak yakni sebanyak 6 buah, yang terdiri dari 1 buah kantor
cabang dan 5 buah kantor unit
Tabel 2.87
Perkembangan Jenis dan Jumlah Bank di Kota Baubau Tahun 2008-2012
No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Keterangan
1 Bank Umum 3 9 9 10 12
a BRI 3 4 5 6 6 Bank Konvensional
b BNI '46 1 1 1 1 1 Bank Konvensional
c BPD 1 1 1 1 1 Bank Konvensional
d Mandiri 1 1 1 1 1 Bank Konvensional
e BTPN 1 1 Bank Konvensional
f Panin 0 1 1 1 1 Bank Konvensional
g BSM 0 0 0 0 1 Bank Syariah
2 Bank Perkreditan 0 0 1 2 2
Bank
a Gandalata 0 0 1 1 1 Bank Konvensional
b Banteramas 0 0 0 1 1 Bank Konvensional
Sumber : Baubau dalam Angka 2008-2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 92

Tabel 2.88
Posisi Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang Diberikan Bank Umum
menurut Skala Usaha di Kota Baubau (Juta Rp)
Wilayah dan Kriteria Usaha 2011 2012
438.068
-Mikro 115.809 120.329
- Kecil 171.989 216.646
-Menengah 13.700 101.093
# SULAWESI TENGGARA 2.870.750 3.714.685
-Mikro 712.849 773.267
-Kecil 1.433.396 1.764.035
-Menengah 724.506 1.177.383
Sumber: Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

Tabel 2.89
Posisi Simpanan Masyarakat Rupiah dan Valuta Asing Bank Umum dan BPR
Berdasarkan Lokasi Kantor Penghimpun Dana (Juta Rp)
Wilayah dan Jenis Simpanan 2008 2009 2010 2011 2012

# KOTA BAUBAU 548.807 621.086 1.269.065 1.612.786 1.731.063


Giro Nominal 97.328 86.116 182.725 257.757 316.979
Rekening (satuan) 1.081 1.283 1.444 1.598 1.702
Simpanan Nominal 126.511 134.337 227.591 267.941 298.634
Berjangka Rekening (satuan) 1.027 1.040 1.539 1.586 1.782
Nominal 324.967 400.633 858.749 1.087.088 1.115.450
Tabungan
Jumlah bilyet (satuan) 44.069 51.225 130.510 141.479 133.891
# SULAWESI TENGGARA 3.712.018 4.512.745 5.918.558 8.292.382 9.706.350
Nominal 714.534 605.282 835.800 1.205.665 1.556.685
Giro
Rekening (satuan) 9.033 10.156 10.776 12.165 12.712
Simpanan Nominal 686.612 953.021 1.225.442 1.801.395 1.931.263
Berjangka Rekening (satuan) 5.376 6.085 7.306 8.351 9.151
Nominal 2.310.872 2.954.442 3.857.316 5.285.323 6.218.402
Tabungan
Jumlah bilyet (satuan) 416.562 503.501 695.035 788.445 942.930
Sumber: Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah

2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah / Infrastruktur


A. Tata Ruang
Guna mengantisipasi dinamika perkembangan Kota Baubau yang semakin
dinamis, maka perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang di Kota
Baubau perlu dilakukan secara integral melalui Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Baubau (RTRW). Hal ini ditujukan agar terjadi kesesuaian antara
penggunaan ruang terhadap kapasitas maksimal daya tampung Kota Baubau
guna menciptakan keserasian dan keseimbangan lingkungan, baik dari segi
fungsi dan intensitas penggunaan tanah antar bagian wilayah kota maupun
dalam satu bagian wilayah kota. Disamping itu, ditujukan pula bagi upaya
mengoptimalkan pemanfaatan ruang untuk meningkatkan daya guna dan hasil

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 93

guna pelayanan sarana dan prasarana perkotaan sesuai dengan jenjang


fungsinya masing-masing.
Tabel. 2.90
Rasio Ketaatan terhadap RTRW Tahun 2008-2012
No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1 Realisasi RTRW 45% 50% 58% 69% 75 %
2 Rencana Peruntukan RTRW 100% 100% 100% 100% 100%
Rasio 45 50 58 69 75
Sumber: Dinas Tata Kota dan bangunan, 2012
Sebagai Bagian Integral dari Ruang Wilayah Nasional dan Ruang Wilayah
Propinsi, perencanaan dan pemanfaatan ruang Kota Baubau juga merupakan
bagian dari Perencanaan RTRW Provinsi Sulawesi tenggara 2011-2031, pada
dokumen tersebut diuraikan bahwa pada Struktur Ruang Sulawesi Tenggara,
Kota Kendari dan Kota Baubau berperan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
dengan indikasi Program pengembangan Kota Baubau dalam RTRWP
sebagaimana diuraikan pada tabel 2.91 berikut ini:
Tabel 2.91
Indikasi Program Perwujudan Struktur Ruang Provinsi Sultra
Lingkup PKNp-Kota Baubau
Tahap
Pelaksanaan
No Program
2011- 2016-
2015 2020
1 Penyusunan dan penetapan peraturan rencana tata ruang
2 Penyusunan dan penetapan peraturan teknis Masterplan Kawasan Minapolitan
3 Penyusunan dan penetapan peraturan Rencana Zonasi dan Rencana Strategis
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
4 Pengembangan Baubau sebagai pusat pelayanan pemerintahan
5 Pengembangan pusat perdagangan dan jasa
6 Pengembangan terminal penumpang tipe B
7 Pengembangan RSUD sebagai RSU Tipe B
8 Pengembangan pasar induk regional
9 Pengembangan perguruan tinggi
10 Pengembangan Bandar Udara Betoambari sebagai bandar udara pengumpan
11 Pengembangan pelabuhan laut Murhum sebagai pelabuhan pengumpul
dan/atau pelabuhan nasional
12 Pengembangan pelabuhan penyeberangan Baubau
13 Pengembangan pelabuhan khusus
14 Pengembangan prasarana air baku untuk air minum
15 Pengembangan jaringan telekomunikasi pelayanan internasional dan nasional
16 Pengembangan perbankan internasional dan nasional baik swasta maupun
pemerintah
17 Pengembangan permukiman baru dan rusun dan/atau rusunawa, peningkatan
kualitas lingkungan permukiman dan penataan permukiman
18 Pengembangan perikanan tangkap, sentra budidaya perikanan laut (udang,
kerapu, rumput laut) dan pelabuhan perikanan/TPI/PPI untuk mendukung
pengembangan kawasan Minapolitan
19 Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan berkelanjutan pada lahan
Daerah Irigasi
20 Pengembangan pertanian tanaman pangan , hortikultura dan peternakan
21 Pengembangan agroindustri perkebunan terutama komoditi jambu mete
22 Pengembangan potensi pertambangan (Nikel, Aspal dan Batu Gamping) sebagai
pendorong pertumbuhan wilayah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 94

Tahap
Pelaksanaan
No Program
2011- 2016-
2015 2020
23 Pembangunan dan peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan fasilitas
pelayanan umum (fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan dan olahraga)
24 Peningkatan kapasitas, kualitas dan keterpaduan pelayanan sistem infrastruktur
perkotaan (persampahan, air bersih, limbah, drainase, RTH) berskala regional
25 Peningkatan fungsi jaringan jalan kolektor primer (K1) yang menghubungkan ke
PKWp Pasarwajo
26 Pembangunan rencana jembatan penghubung Kota Baubau Pulau Makassar
27 Pembangunan rencana jembatan penghubung Pulau Buton Pulau Muna
28 Pengembangan pembangkit dan jaringan transmisi tenaga listrik
29 Pembangunan rencana PLTU Baubau dan PLTM Rongi
30 Peningkatan dan perluasan pelayanan Depo BBM
31 Pembangunan dan peningkatan pelayanan Terminal Transit BBM
32 Pemantapan rencana kawasan Benteng Keraton Buton sebagai kawasan khusus
nasional
33 Pengembangan wisata sejarah dan wisata budaya (perkampungan tradisional,
atraksi seni budaya, upacara adat, kerajinan)
34 Pengembangan wisata alam, wisata alam laut dan wisata buatan
35 Optimalisasi pemanfaatan kawasan hutan produksi
36 Pemantapan kawasan lindung di Taman Wisata Alam Tirta Rimba, sempadan
pantai, sempadan sungai dan cekungan air tanah
Sumber: RTRWP Sulawesi Tenggara 2011-2031

Rencana pengembangan struktur ruang merupakan pengembangan fungsi


kegiatan pelayanan yang diwujudkan berdasarkan pengembangan fungsi
kegiatan dan sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan yang dialokasikan secara
terstruktur ke seluruh wilayah. Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan
kerangka sistem pusat-pusat kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain
dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota.Struktur ruang wilayah
Kota Bau-Bau adalah suatu struktur yang memperlihatkan dan dibentuk oleh
struktur pengembangan sistem pusat permukiman perkotaan dan perdesaan
sebagai pusat pelayanan, jaringan prasarana transportasi, kelistrikan,
telekomunikasi dan sumberdaya air dalam mendukung fungsi utama pada
wilayah perkotaan sebagai pusat pelayanan, kawasan budidaya dan kawasan
fungsional di darat maupun di laut.
Pertimbangan utama dalam penetapan struktur ruang wilayah di Kota Bau-
Bau adalah pengembangan struktur ruang yang lebih efisien melalui pembangunan
prasarana transportasi ke arah sentra-sentra produksi sebagai penghasil sumberdaya
primer. Di samping itu struktur ruang yang dibentuk memiliki suatu hirarki pusat-
pusat kegiatan sesuai dengan kemampuan pelayanan suatu wilayah perkotaan dan
jaringan pendukungnya dengan tetap memperhatikan aspek keseimbangan
pertumbuhan wilayah dalam satuan ruang.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 95

Tabel. 2.92
Hasil Telaahan Struktur RuangKota Baubau
Waktu Pelaksanaan
No Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program Lokasi
2010-2015 2016-2020
I Perwujudan Sistem Perkotaan
I.1 Pembagian Wilayah Kota 1 Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I BWK I
2 Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK II BWK II
3 Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK III BWK III
4 Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK IV BWK IV
5 Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK V BWK V
6 Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK VI BWK VI
7 Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK VII BWK VII
I.2 Perwujudan Pusat Pelayanan
I.2.1 Pusat Kegiatan Primer 1 Revitalisasi dan pengembangan Kawasan Budaya Keraton Buton Kecamatan Murhum
2 Pengembangan Kawasan Pendidikan dan Perkantoran di Jalan Sultan Kecamatan Betoambari
Dayanu Ikhsanudin
3 Pembangunan KIPPT Pulau Makasar Kelurahan Sukanayo dan Liwuto
4 Peremajaan dan Pengembangan Kawasan Kota Mara Kecamatan Murhum dan Wolio
5 Peremajaan dan Pengembang-an Kawasan Pendidikan dan Kecamatan Wolio
Perkantoran di Jalan Muh. Husni Thamrin
6 Peremajaan &Pengembangan Kawasan Perkantoran di jl. Bhakti ABRI Kecamatan Wolio
7 Peremajaan dan Pengembang-an Kawasan Perkantoran dan Jasa di Kecamatan Wolio
Jalan Sultan Hasanuddin
8 Peremajaan dan Pengembang-an Kawasan Palatiga Kecamatan Wolio
9 Pembangunan Kota Satelit di Kecamatan Lea-Lea Kecamatan Lea-Lea
I.2.2 Pusat Kegiatan Sekunder 1 Pemeliharaan dan pengembangan Pantai Kamali Kecamatan Wolio
2 Peremajaan dan Pengembangan Kawasan Pendidikan dan Kecamatan Wolio
Perkantoran di Jalan Muh. Husni Thamrin
3 Pengembangan Pusat Perdagangan Wolio Wuna Kecamatan Wolio
4 Revitalisasi Kawasan Pasar Laelangi Kecamatan Wolio
5 Peremajaan dan Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Wolio
Jalan Wolter Monginsidi, Jl. Bakti ABRI, Jl. Sultan Hasanuddin
6 Pengembangan Kawasan Permukiman (Perumahan/BTN) Kec. Betoambari, Wolio, Kokalukuna
7 Peremajaan dan Pengembangan Kawasan Pendidikan di Jl.Betoambari Kecamatan Murhum
8 Pengembangan peran dan fungsi Kawasan PPI Wameo Kecamatan Murhum
9 Revitalisasi Kawasan Pantai Lakeba Kecamatan Betoambari
10 Revitalisasi Kawasan Pantai Nirwana Kecamatan Betoambari
11 Revitalisasi Kawasan Pantai Kokalukuna Kecamatan Kokalukuna
12 Revitalisasi Pasar Wameo Kecamatan Murhum
13 Peremajaan dan pengembang-an Kawasan Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Murhum
Jalan Betoambari
14 Pengembangan Kawasan Palagimata sebagai Kawasan Permukiman, Kecamatan Betoambari
Pelayanan Umum, dan Perkantoran.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 96

Waktu Pelaksanaan
No Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program Lokasi
2010-2015 2016-2020
15 Revitalisasi Permandian Alam Bungi Kecamatan Bungi
16 Pengembangan Program Pembangunan Wilayah Terpadu BUSO Kecamatan Bungi dan Sorawolio
II Rencana Jaringan Transportasi
II.1 Jaringan Transportasi Darat
II.1.1 Jaringan Jalan 1 Peningkatan Konstruksi dan Pembangunan Jalan Ring Road Kecamatan Betoambari, Murhum,
Betoambari Sorawolio Bungi Kota Baubau Wolio,Sorawolio, dan Bungi
2 Peningkatan konstruksi Jaringan Jalan Kota Baubau Seluruh Kecamatan
3 Pembangunan Jalan bypass Liabuku Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea
II.1.2 Terminal 1 Pembangunan Terminal yang Berbatasan dengan Kec.Kapontori Kecamatan Kokalukuna
2 Pembangunan Terminal yang Berbatasan dengan Kec.Pasarwajo Kecamatan Kokalukuna
3 Pembangunan Terminal yang Berbatasan dengan Kecamatan Batauga Kecamatan Betoambari
4 Peningkatan Jumlah Armada Angkutan Umum baik Angkutan Barang Seluruh Kecamatan
maupun Orang
5 Peningkatan Sarana dan Prasarana Penunjang Angkutan Umum Seluruh Kecamatan
6 Pengelolaan Sistem Perparkiran baik On Street maupun Off Street Seluruh Kecamatan
II.2 Jaringan Transportasi Laut
II.2.1 Pelabuhan/Dermaga dan 1 Pengembangan Sarana dan Prasarana Kepelabuhanan Pelabuhan Kecamatan Wolio
Pergudangan Murhum Kota Baubau
2 Pengembangan Sarana dan Prasarana Kepelabuhanan Dermaga Kecamatan Wolio
Kapal Ferry
3 Pembangunan Kawasan Pelabuhan dan Pergudangan di Warumusio Kecamatan Kokalukuna
4 Peningkatan Kualitas Sarana dan Prasarana Pelabuhan-Pelabuhan di Kecamatan Betoambari, Murhum,
Kota Baubau Wolio, dan Lea-Lea
II.2.2 Jembatan ke Pulau Makasar 1 Pengembangan sarana dan prasarana penunjang jembatan yang
menhubungkan daratan Kota Baubau dengan Pulau Makasar
2 Penataan pengendalian kawasan disekitar jembatan tersebut untuk
menghindari perkembangan ruang akibat munculnya fasilitas baru
tersebut
II.2.3 Jembatan Pulau Buton ke Pulau 1 Pengembangan sarana dan prasarana penunjang jembatan yang
Muna menghubungkan dua pulau besar di Sulawesi Tenggara tersebut.
2 Pengendalian ruang di sekitar jembatan tersebut dengan suatu
perencanaan ruang berdasarkan kajian (studi) tertentu agar ruang di
sekitar kawasan jembatan tetap seimbang
II.3 Jaringan Transportasi Udara 3 Pengembangan Sarana dan Prasarana yang Mendukung Aktivitas Kecamatan Betoambari
Kebandaraan di Bandara Betoambari
4 Perluasan Landasan Pacu Bandara Betoambari Kecamatan Betoambari
5 Pengendalian Pembangunan KKOP Bandara Betoambari Kecamatan Betoambari
III Rencana Jaringan Energi 1 Peningkatan Sarana dan Prasarana Jaringan Listrik oleh karena Seluruh Kecamatan
meningkatnya target pelayanan
2 Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Fasilitas Penerangan Jalan Seluruh Kecamatan
IV Rencana Jaringan 1 Peningkatan Sarana dan Prasarana Jaringan Telekomunikasi Seluruh Kecamatan

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 97

Waktu Pelaksanaan
No Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program Lokasi
2010-2015 2016-2020
Telekomunikasi 2 Pemeliharaan Mutu Sentra Telepon yang Melayani kebutuhan Kecamatan Wolio
sambungan dan jaringan telepon
3 Penambahan dan Pemeliharaan Fasilitas Telekomunikasi Rumah Kabel Seluruh Kecamatan
4 Peningkatan Kualitas dan Jumlah Titik Telepon Umum Seluruh Kecamatan
V Rencana Jaringan Prasarana 1 Optimalisasi pemanfaatan jaringan sumber daya air sebagai sumber Seluruh Kecamatan
Sumber Daya Air Kota baku penyedia air bersih bagi masyarakat.
2 Peningkatan efektifitas pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
sebagai upaya terintegrasi pengendalian banjir.
VI Rencana Infrastruktur Kota
VI.1 Sistem Penyediaan Air Minum 1 Peningkatan Kualitas Pipa Distribusi Air Minum Seluruh Kecamatan
2 Peningkatan dan Pemeliharaan Sistem Pengolahan Air Bersih yang Kecamatan Murhum, tan Kokalukuna,
dilengkapi dengan reservoir Lea-Lea
VI.2 Sistem Pengelolaan Air Limbah 1 Pembangunan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Seluruh Kecamatan
Kota 2 Pengembangan Sistem Penggunaan Tangki Septik yang Ada Di Tiap- Seluruh Kecamatan
Tiap Rumah dengan Lebih Meningkatkan Kuantitas dan Kualitasnya
3 Penyediaan kendaraan pengangkut tinja untuk membersihkan dan Seluruh Kecamatan
menguras lumpur tinja pada tangki septik yang sudah penuh
4 Pemantauan Pengelolaan Air Limbah Domestik, serta Kualitas dan Seluruh Kecamatan
Kuantitas Badan-Badan Air yang Ada di Perkotaan.
VI.3 Sistem Persampahan Kota 1 Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan secara Terpadu Seluruh Kecamatan
antara Pemerintah dan Masyarakat.
2 Pengembangan Sarana dan Prasana Persampahan seperti TPS TPA Seluruh Kecamatan
VI.4 Sistem Drainase Kota 1 Peningkatan Mutu Sistem Drainase Seluruh Kota Baubau Seluruh Kecamatan
2 Pengembangan Sistem Jaring-an Drainase Kota yang Berhirarki dan Seluruh Kecamatan
Terpadu sesuai Fungsinya
3 Normalisasi dan Rehabilitasi Saluran Pembuangan dan Sungai-Sungai Sungai Baubau dam Sungai Bungi
4 Pengembangan kanal-kanal terbuka sebagai sistem jaring-an drainase Seluruh Kecamatan
primer (utama)
5 Pengembangan sistem jaringan drainase sekunder Seluruh Kecamatan
6 Pembuatan sistem saluran drainase tersier Seluruh Kecamatan
7 Melakukan penyuluhan kepada masyarakat terutama yang tinggal di Kecamatan Murhum, =Wolio, = Bungi,
sekitar daerah aliran sungai dan Kecamatan Lea-Lea
8 Pembuatan waduk atau catchment area baru pada daerah-daerah Kecamatan Betoambari, Murhum,
yang mempunyai cekungan (lembah) cukup luas sebagai penampung Kecamatan Wolio, Kecamatan
limpasan air hujan di wilayah tersebut untuk dimanfaatkan sebagai Kokalukuna, Kecamatan Bungi,
sumber air baku Kecamatan Lea-Lea
VI.5 Jaringan Jalan Pejalan Kaki Peningkatan kualitas prasarana pejalan kaki di seluruh trotoar Seluruh Kecamatan
VI.6 Jalur Evakuasi Bencana 1 Peningkatan mutu sarana dan prasarana terkait jalur evakuasi Kecamatan Murhum, Betoambari, dan
bencana dan tujuan evekuasi di Kawasan Palagimata dan Palatiga Wolio
2 Peningkatan Kualitas Hidran Kebakaran Seluruh Kecamatan
Sumber: Revisi RTRW Kota Baubau 2010-2030

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 98

Gambar 2.17
Peta Rencana Struktur Ruang Kota Baubau

Sumber: Revisi RTRW Kota Baubau 2010-2030

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 99

Dalam penataan ruang kota, masing-masing satuan sistem palayanan memiliki


kedudukan yang penting sebagai dasar perencanaan yang lebih detail. Satuan berupa
Bagian Wilayah Kota (BWK) dikelompokkan sesuai kesamaan fungsi, adanya pusat
tersendiri, kedekatan aksesbilitas, dan batasan-batasan baik fisik maupun administrasi.
Pengembangan tata ruang Kota Baubau ditempuh dengan dua pendekatan.
Pendekatan pertama mendorong pertumbuhan kota melalui pengembangan kegiatan
yang diarahkan sedemikian rupa untuk menciptakan jenjang dan skala pelayanan yang
jelas serta mengedepankan pemerataan antar kecamatan dan antar Bagian Wilayah
Kota (BWK).
Pada Rencana Pola Ruang Kota Baubau diatur arahan pemanfaatan ruang Kota
menurut jenis penggunaannya, yang dibagi dalam dua kelompok besar, yakni Kawasan
Lindung dan Kawasan Budidaya., indikasi program penguang selama periode yang
selaras dengan tahun perencanaan RPJMD ini yakni periode 2010-2015 dan 2016-2020
diuraikan pada tabel 2.90, sedangkan rencana spasial dari pola ruang tersebut
ditunjukkan pada gambar 2.17 berikut ini:
Gambar 2.17
Peta Rencana Pola Ruang Kota Baubau

Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau, 2010-2030

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 100

Tabel. 2.93
Hasil Telaahan Pola RuangKota Baubau
Rencana Waktu Pelaksanaan
No Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program Lokasi
Pola Ruang 2010-2015 2016-2010
I Rencana Kawasan 1 Menyusun standarisasi dan kriteria teknis penataan ruang kawasan lindung Kota Baubau
Lindung 2 Penetapan dan pemetaan kawasan-kawasan yang berfungsi lindung Kota Baubau
Perwujudan Kawasan 3 Sosialisasi kawasan yang berfungsi lindung Kota Baubau
Lindung 4 Penerapan instrumen insentif dan disinsentif dalam upaya pelestarian Kota Baubau
kawasan lindung
5 Pengamanan dan rehabilisasi kawasan tangkapan air dan sempadan Kecamatan dan kelurahan yang menjadi
sungai dan pantai lokasi kawasan tangkapan air dan
sempadan sungai dan pantai
6 Mempertahankan dan mendaya gunakan bantaran sungai yang berfungsi Kecamatan dan kelurahan yang menjadi
sebagai saluran drainase primer dan sekunder lokasi kawasan bantaran sungai yang
berfungsi sebagai saluran drainase primer
dan sekunder
7 Penyusunan rencana pengelo-laan kawasan penyangga daerah tangkapan Kecamatan Bungi dan Lea-Lea.
Sungai Bungi
8 Pembuatan tapal batas kawa-san lindung/konservasi utama-nya Kecamatan Bugi dan kecamatan Lea-
sempadan sungai dan zona kawasan konservasi Teluk Lea-Lea Lea
II Rencana Kawasan
Budi Daya
II.1 Perumahan 1 Rencana Penanganan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman
Kec. Wolio : Bataraguru, Tomba, Wale.
a Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan Tinggi
Kec. Murhum : Wameo, Nganganaumala
b Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan Sedang Kec. Wolio (Batulo, Kadolokatapi), Kec.
Murhum (Baadia, Melai, Bone-Bone,
Kaobula, Lanto), Kec. Betoambari
(Sulaa, Waborobo,Katobengke,
Labalawa), Kec.Bungi ( Liabuku,
Waliabuku, NgkariNgkari) Kec. Lea-Lea :
Kalia-lia, Kampeonaho, Palabusa), Kec.
Sorawolio ( Kaisabu Baru, Gonda Baru,
Karya Baru, Bugi), Kec. Kokalukuna
(Waruruma, Liwuto,Sukanaeyo)
c Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan Rendah Kec. Wolio ( Wangkanapi, BWI), Kec.
Murhum ( Wajo, Lamangga, Tarafu
Tanganapada), Kec. Betoambari (Lipu),
Kec. Lea-Lea ( Lowu-Lowu, Kolese),
Kec.Kokalukuna ( Kadolomoko, Kadolo,
Lakologou)
2 Pengendalian Pertumbuhan Permukiman 1. Permukiman nelayan, sepanjang daerah
aliran sungai dan pesisir pantai
2. Permukiman Pusat Kota / CBD, yang

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 101

Rencana Waktu Pelaksanaan


No Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program Lokasi
Pola Ruang 2010-2015 2016-2010
tidak teratur / tidak mengikuti
perencanaan kota
3 Penataan Permukiman 1. Permukiman berkebun di Kecamatan
Wolio dan sebagian Kecamatan Bungi
2. Permukiman nelayan sepanjang sungai
3. Perumahan di daerah tepi laut
4. Permukiman developer/ real estate
4 Pengembangan Permukiman Baru
a. Permukiman Kepadatan Rendah Kecamatan Kokalukuna, Bungi,Lea-Lea.
b. Permukiman Kepadatan Sedang Pada kawasan transisi dan pinggiran
kota di daerah atas Kecamatan Wolio
dan sebagian wilayah Bungi.
c. Pembangunan Rumah Susun dan Rumah Susun Sewa Kecamatan Murhum dan Kec. Wolio
5 Pengembangan Permukiman Pedesaan Seluruh kecamatan
II.2 Perdagangan dan Jasa 1 Revitalisasi kawasan perdagangan dan jasa Kota Mara.
2 Pengembangan pusat perdagangan dan jasa di tiap pusat BWK Kelurahan Wale, Wameo, Katobengke,
Liabuku, Waruruma, Kaisabu, Lowu-
Lowu/ Kolese.
3 Pengembangan pusat perdagangan dan jasa di tiap pusat kelurahan Tiap pusat kelurahan
II.3 Perkantoran 1 Revitalisasi kawasan perkantoran pemerintah dan swasta skala pelayanan Kecamatan Murhum, Kecamatan Wolio
kota
2 Pengembangan pusat perkantoran pemerintah dan swasta skala Kelurahan Wale, Wameo, Katobengke,
pelayanan BWK Waruruma, Liabuku, Kaisabu, dan Lowu-
Lowu/ Kolese.
II.4 Industri 1 Kajian pengembangan dan penerapan konsep cluster industry Kota Baubau
2 Kajian pengembangan kawasan industry Kecamatan Lea-Lea
3 Pengembangan agro industry Kecamatan Lea-Lea
4 Pengembangan industri unggulan Kota Baubau
5 Pembangunan kawasan industry Kecamatan Lea-Lea
6 Pengarahan dan pengawasan fungsi lahan untuk kegiatan industri sesuai Kecamatan Kokalukuna, Murhum, dan
dengan karakteristik industri Sorawolio
7 Studi industri pengolahan pertanian dan penunjang pariwisata Kota Baubau
8 Pembinaan industri kecil dan kerajinan/rumah tangga Kota Baubau
II.5 Pariwisata 1 Pengembangan wisata sejarah pada Malige yang disertai dengan atraksi
budaya (tangible dan intangible)
2 Pengembangan Poaro menjadi lebih atraktif (disertai ritual)
3 Pengembangan Wisata Terpadu (dipaketkan dengan objek wisata lain) Kota Lama, Malige, Pelabuhan Murhum,
4 Pengembangan wisata kuliner malam hari Pantai Kalimali, Batu Poaro
5 Pengoptimalan keberadaan hotel dan rumah makan yang ada
6 Pengembangan sistem informasi, guiding, Tour and Travel, serta torist
information yg mencakup keseluruhan daerah tujuan wisata di Baubau

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 102

Rencana Waktu Pelaksanaan


No Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program Lokasi
Pola Ruang 2010-2015 2016-2010
dan sekitarnya
7 Penyediaan fasiltas money changer, ATM, Internet
8 Peningkatan pelayanan bagi wisatawan dengan mengadakan wisata
kuliner malam hari
9 Pengembangan jalur dan moda transportasi ke objek wisata yang lain
yang berada di luar kota Baubau
10 Pembagian zona terhadap objek wisata. Zona inti dan zona
pengembangan.
11 Pengembangan wisata sejarah mendukung atraksi budaya
12 Pengembangan platform pandang panorama Kota Baubau
13 Pemanfaatan rute kunjungan benteng (Green and Trail Map)
14 Pengembangan fasilitas seperti lahan parkir, gerai cinderamata, kantin,
gasebo, rambu petunjuk, peta objek
15 Pengembangan sistem informasi, optimalisasi Trail dan Gren Map, tour and
travel, serta tourist information Benteng Wolio, Museum dan Benteng
16 Pengembangan jalur dan Moda transportasi dari Benteng Wolio ke Sorawolio
Benteng Sorowolio.
17 Pengembangan jalur dan moda transportasi ke objek wisata yang lain
yang berada luar Kota Baubau
18 Pengembangan fasilitas tambahan memanfaatkan lahan terbuka yang
berada dalam kawasan Benteng
19 Pengembangan fasilitas tetap memperhatikan prinsip-prinsip pelestarian
20 Pengembangan kawasan wisata bahari dengan basis pantai
21 Pengembangan kawasan untuk kegiatan olah raga pantai
22 Pengembangan Kelurahan Sulaa untuk enjadi penunjang Wisata Budaya
dalam KPP ini
23 Pembangunan fasilitas dasar berupa parkir,dll
Pantai Nirwana, Pantai Lakeba, Desa
24 Penyediaan perlengkapan outdoor sport
Sulaa, Gua Lakasa
25 Pengadaan tourism information
26 Penyediaan moda transportasi dari Baubau menuju Lakeba
27 Pengembangan Moda Transportasi antar objek (Lakeba Sulaa
Lakasa Nirwana)
28 Pengembangan kawasan wisata merujuk pada pembagian zona wilayah
29 Pengembangan Kawasan Bungi sebagai objek wisata alam dengan
kegiatan outdoor yang bersifat petualangan
30 Pengembangan kawasan untuk tujuan wisatawan minat khusus.
Pemandian Bungi, Ekowisata, Tirta
31 Pengembangan air terjun yang berbasis pada ekologi hutan
Rimba, Hutan Lindung Wakonti, Pantai
32 Pembangunan fasilitas berupa toilet, kantin, gazebo, cinderamata, lahan
Kokalokuna
parker
33 Penyediaan perlengkapan outdoor sport.
34 Pengadaan tourism information yang menyediakan peta wisata, display,

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 103

Rencana Waktu Pelaksanaan


No Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program Lokasi
Pola Ruang 2010-2015 2016-2010
panduan wisata dll
35 Pembuatan jalur trekking yang dilengkapi rambu rambu penunjuk jalan
dan tetap memperhatikan keserasian lingkungan
36 Penyediaan moda transportasi antar objek (Pemandian Bungi Wakonti)
37 Pengembangan kawasan wisata merujuk pada pembagian zona wilayah
38 Pengembangan Samparona sebagai objek wisata alam dengan kegiatan
wisata outdoor yang bersifat petualangan
39 Pengembangan kawasan tujuan wisatawan minat khusus
40 Pengembangan air terjun yang berbasis pada ekologi hutan
41 Fasiltas pendukung mencakup tourist information, jalur trekking
dilengkapi rampu petunjuk arah, area terbuka dan fasilitas parkir, peta
objek wisata.
42 Fasilitas penyewaan alat outdoor
43 Platform pandang, camping ground dan penyediaan air bersih dan fasilitas Air Terjun Samparona dan Kantongara
parkirbagi pengunjung
44 Pengembangan jalur trekking dari Kelurahan Kaisabu baru menuju objek
dengan jalur terencana serta memperhatikan konsep pelestarian alam.
45 Menambah moda transportasi ke objek lain terdekat.
46 Pembuatan zona yakni. Zona inti meliputi kawasan air terjun, hutan dan
jalur trekking, Zona Pengembangan berada di permukiman
47 Pengembangan fasilitas seperti tourist information, parkir dan penyewaan
alat outdoor ditempatkan dizona pengembangan
48 Perkembangan Perkampungan Nelayan sebagai objek wisata dengan
mempertahankan model pemutakhiran, arsitektur bangunan serta cara
hidup nelayan tradisional
49 Pengembangan kawasan Pantai Pulau Makassar sebagai objek wisata
bahari
50 Pengembangan untuk arena olahraga air
51 Fasiltas Pendukung
Kampung Nelayan dan Pantai Pulau
52 Tempat penyewaan perlengkapan olahraga air dan memancing.
Makassar
53 Penetapan manajemen untuk arena olahraga air.
54 Pengembangan jalur transportasi laut ke Pulau Makassar, baik dari kota
Baubau maupun dari Bungi
55 Pembuatan pelabuhan untuk kapal kecil di Baubau, Bungi &Pulau
Makassar
56 Manajemen Tata Ruang dibagi menjadi dua zona yakni zona inti dan zona
pengembangan
II.6 Ruang Terbuka Non 1 Inventarisasi rinci sediaan Ruang Terbuka Non Hijau. Kota Baubau
Hijau 2 Perumusan program pemeliharaan Ruang Terbuka Non Hijau Kota Baubau
3 Pemeliharan Ruang Terbuka Non Hijau. Kota Baubau
II.7 Peruntukan Lainnya

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 104

Rencana Waktu Pelaksanaan


No Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program Lokasi
Pola Ruang 2010-2015 2016-2010
II.7.1 Ruang Untuk Evakuasi 1 Penyediaan rambu, marka dan fasilitas dan prasarana evakuasi bencana. Kecamatan Murhum dan Wolio
Bencan 2 Sosialisasi pelaksanaan evakuasi bencana secara berkala. Kecamatan Murhum dan Wolio
II.7.2 Pertanian 1 Pengembangan komoditi perkebunan, peremajaan dan rehab. tanaman. Kecamatan Betoambari, Bungi,
Perkebunan Kokalukuna, Lea-lea, Murhum dan Wolio
2 Peningkatan produksi ternak untuk kebutuhan domestic Kota Baubau
3 Pengembangan sentra budidaya perikanan laut Kec. Betoambari, Kokalukuna, Lea-Lea
4 Pengembangan sentra budidaya perikanan air tawar Kota Baubau
5 Rehabilitasi dan konservasi sumber daya pesisir dan laut. Kec. Betoambari, Kokalukuna , Lea-Lea
6 Pengembangan sentra-sentra produksi komoditas pertanian dan Kecamatan Betoambari, Bungi,
perkebunan Kokalukuna, Lea-lea, Murhum dan Wolio
7 Pengembangan kemampuan pertanian melalui pelaksanaan diklat bagi Kota Baubau
aparat dan petani
8 Pembangunan infrastruktur penunjang upaya pengem-bangan teknologi Kota Baubau
inseminasi buatan
9 Pengembangan pelabuhan perikanan/TPI/PPI Kec. Betoambari, Kokalukuna, Lea-Lea
10 Pembangunan balai benih Kota Baubau
11 Pemetaan & pemantapan lahan sawah beririgasi teknis& lahan produktif Kota Baubau
lainnya
II.7.3 Pertambangan 1 Inventarisasi daerah yang berpotensi untuk usaha pertambangan dan Kota Baubau
berada pada kawasan hutan lindung.
2 Rehabilitasi lahan pasca tambang. Kota Baubau
3 Penetapan aturan zonasi penambangan rakyat yang diijinkan agar tidak Kota Baubau
menimbulkan dampak lingkungan.
II.7.4 Peruntukan 1 Pendidikan
Pelayanan Umum a Peningkatan kualitas pendidikan Kota Baubau
b Perencanaan pembangunan perguruan tinggi (politeknik) Kota Baubau
c Perencanaan pembangun-an pusat pendidikan tinggi Kota Baubau
d Pembangunan pusat penelitian perikanan dan kelautan Kec. Betoambari, Kokalukuna, Lea-Lea
2 Kesehatan
a Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan Kota Baubau
b Perencanaan penambahan fasilitas kesehatan skala kota Kota Baubau
3 Peribadatan
a Peningkatan kualitas fisik tempat peribadatan Kota Baubau
b Perencanaan penambahan fasilitas peribadatan skala kota Kota Baubau
4 Perdagangan dan Niaga
a Pengembangan fasilitas pasar tradisional-modern Kota Baubau
b Pengaturan bangunan Ruko Ruko Kota Baubau
c Penataan pasar ikan Kec Betoambari, Kokalukuna Lea-Lea
d Perencanaan lokasi untuk pedagang Kaki Lima Kota Baubau
Sumber: Revisi RTRW Kota Baubau 2010-2030,

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 105

B. Pembangunan Pemukiman dan Penataan Bangunan


Pengembangan kawasan perumahan di Kota Baubau cenderung terpusat
di Kecamatan Wolio dan Betoambari. Kendala dalam pengembangan
perumahan di Kota Baubau adalah kondisi kemiringan lahan dan penyediaan air
bersih mengingat sumber air bersih yang sangat terbatas semenetara sumber air
baku masih memenihi. Disamping itu kedekatan dengan pusat pelayanan
merupakan faktor tambahan yang penting. Umumnya rumah-rumah yang ada
mayoritas diusahakan sendiri oleh masyarakat. Hal ini mengakibatkan sebaran
permukiman cenderung tidak teratur dan terkonsentrasi pada satu wilayah
tertentu. Kondisi teraktual saat ini, Pemerintah Kota Baubau mulai mengadakan
peremajaan dan penataan kembali permukiman. Upaya ini diwujudkan dalam
arahan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah dalam
bentuk Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba).
Dengan stimulasi yang tepat, saat ini pembangunan perumahan oleh developer
swasta telah berkembang dengan pesat di Kota Baubau
Jumlah total bangunan rumah di Kota Baubau tahun 2005 sebanyak 19.918
unit. Jumlah tersebut berada pada kawasan-kawasan perumahan/permukiman,
yang dibedakan berdasarkan klasifikasi: Kawasan permukiman teratur dan
terencana, Kawasan permukiman teratur dan tidak terencana, serta Kawasan
permukiman tidak teratur dan tidak terencana.Berdasarkan peningkatan jumlah
penduduk sampai tahun 2012 maka kebutuhan rumah mencapai 7.256 unit
rumah. Total lahan yang dibutuhkan untuk perumahan mencapai 138,33 Ha.
Dengan memperhitungkan penyediaan fasilitas lingkungan maka
pengembangan kawasan perumahan dilakukan minimal 197,61 Ha.Untuk itu
dalam rencana pemanfaatan ruang ini kegiatan perumahan termasuk
perumahan yang telah ada dialokasikan seluas 1.150,05 Ha yang tersebar
terutama di BWK III, IV, dan V. Ketiga BWK ini menjadi konsentrasi pelimpahan
persebaran penduduk.
Beberapa keberhasilan pembangunan di Kota Baubau dalam Urusan
Perumahan Rakyat yang pedanaannya berasal dari APBD Kota, Provinsi
maupun APBN antara lain adalah sebagai berikut. Pertama pembangunan
perumahan eksodus dan stimulasi pembangunan perumahan kurang mampu,
Kedua, pembangunan Rusunawa Asrama Mahasiswa di Kelurahan Lipu
Kecamatan Betoambari. dan Ketiga, pembangunan Rusunawa bagi masyarakat

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 106

yang berpenghasilan rendah di Kelurahan Wameo Kecamatan Murhum. Di tahun


2010-2012 yang pendanaannya berasal dari APBD Kota, Propinsi dan APBN
antara lain adalah Pertama Pembangunan NSD di Palagimata, Kedua
Pembangunan Rusunawa MBR di kelurahan Tarafu.
Terkait penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Baubau, sebagaimana
diuraikan pada Rencana Pembangunan Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
tahun 2013-2017, Kepadatan bangunan tertinggi terdapat di sepanjang jalan Jl. Yos
Sudarso dan RA Kartini sebagai Kawasan Pusat Kegiatan. Karena tingginya nilai lahan
dan intensitas kegiatan di kawasan tersebut (sebagai kawasan komersial), maka KDB
minimal yang diharuskan adalah 80%, sedangkan KDB maksimal yang diijinkan
mencapai 90%.Selanjutnya KDB untuk kawasan perdagangan eceran di BWK I dan
BWK II ditetapkan antara 60% hingga 80%. Untuk kawasan industri KDB mencapai
40-60% demikian pula kawasan komersial pada pusat pelayanan jenjang kedua.
Khusus pengaturan KDB di kawasan perumahan terbagi menjadi tiga, yaitu
intensitas tinggi (KDB 60%-80%), intensitas sedang (KDB 40%-60%) dan intensitas
rendah (KDB >40%). Perumahan yang termasuk dalam kategori intensitas tinggi
adalah perumahan dengan kepadatan penduduk diatas 80 jiwa/Ha yaitu
perumahan di BWK II. Demikian pula perumahan satu lapis sepanjang jalan
arteri. Perumahan kategori intensitas sedang antara lain perumahan di
Waruruma dan Bukit Wolio Indah. Sisanya perumahan dianggap sebagai
perumahan intensitas rendah dan diatur dengan KDB maksimal 40%.

C. Penanganan Limbah Perkotaan


Berdasarkan sumbernya, air limbah di Kota Baubau dibedakan menjadi
air limbah industri dan air limbah domestik. Volume buangan air limbah yang
berasal dari kegiatan domestik lebih besar dari kegiatan industri namun
demikian air limbah hasil kegiatan industri walaupun volumenya kecil tetapi
pada umumnya mempunyai tingkat pencemaran yang tinggi, termasuk
didalamnya kegiatan-kegiatan hotel dan rumah sakit.
Tabel 2.94
Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Kota Baubau Tahun 2012
Kapasitas
Prasarana/Sarana Jumlah Pengelola
(Volume)
Truk Tinja 1 4000 Dinas Kebersihan
IPLT 1 100 Ton
IPAL 1 Dinas Kebersihan
Sumber : Dinas Kebersihan, Pertamaman, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran Kota Baubau,2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 107

Salah satu program berbasis masyarakat dalam penangan limbah


masyarakat perkotaan adalah kegiatan pembangunan sanitasi masyarakat
(SANIMAS). Sasaran SANIMAS adalah wilayah perkotaan dengan kepadatan
tinggi/kumuh/miskin yang belum mempunyai sarana sanitasi yang layak dan
memenuhi kualitas standar, pelaksanaan program ini di Kota Baubau diuraikan
pada tabel 2.94 berikut ini:
Tabel 2.95
Sarana SANIMAS Kota Baubau
Tahun Sarana Sanitasi Lokasi
2006 3 MCK-Plus Kelurahan Tomba, Bataraguru dan Nganganaumala
MCK Kelurahan Bataraguru
2007
IPAL Kelurahan Kaobula
3 IPAL dan MCK Kelurahan Kadolokatapi, Tarafu dan Nganganaumala
2008
Plus
2010 2 MCK-Plus Kelurahan Lamangga dan Wameo
2 MCK-Plus Pesantren al Amanah Kelurahan Liabuku dan Panti
2011
asuhan al Muslimin di kelurahan Bone bone
3 ipal komunal Kelurahan Sulaa, Waborobo dan Bone bone
2012
MCK-Plus kelurahan lakologou
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, 2012
Pengelolaan air limbah saat ini dilakukan pada taraf yang efektif. Namun
demikian, kinerja dari setiap tahapan kegiatan dan pelaksana kegiatan harus
tetap ditingkatkan untuk mencegah terjadinya degradasi lingkungan. Pelayanan
air limbah di Kota Baubau melalui sarana dan prasarana seperti jamban
keluarga dan jamban umum yang berada ditempat-tempat umum seperti pasar,
terminal dan tempat-tempat umum lainnya. Saat ini, penduduk Kota Baubau
membuang air limbahnya keberbagai macam saluran pembuangan yang ada.
Sebagian ada yang membuangnya langsung kesungai/kali dan sebagian lagi ada
yang membuang ke saluran drainase dan yang sudah tersedia salurannya
membuang kesaluran riool kota, disamping itu sebagian masyarakat
membuangnya ke septic tank pribadi.
Tabel 2.96
Cakupan Pelayanan Air Limbah Sistim On-SiteTahun 2012 Kota Baubau
Jumlah PS Sanitasi Sistim On-Site
Pengumpulan Pengolahan
Kecamatan
Jamban Septik tank
MCK (%) Lain-Lain Cubluk (%) Lain-Lain
Keluarga (%) (%)
Betoambari 79,5 15,5 5 57 20 23
Murhum- Batupoaro 86,13 8,18 5,69 87,27 2,5 10,23
Wolio 95,35 3,57 1,08 95 1,42 3,58
Kokalukuna 73,33 17,5 9,17 82,08 6,66 11,26
Bungi 65 14,5 20,5 34 39 27
Sorawolio 62,5 15,62 21,88 56,87 21,87 21,26
Lea-Lea 70 23 7 85,5 2,5 12
Sumber Data : Hasil Studi EHRA Kota BauBau tahun 2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 108

D. Penanganan Persampahan
Pengelolaan sampah dengan sistem kota merupakan sebagian lingkup
pekerjaan Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dimana kegiatannya meliputi
pengumpulan (jalan dan daerah komersil), pengangkutan dan pengelolaan
tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.Pengelolaan sampah di Kota Baubau
dilakukan dengan dua tahapan kegiatan antara lain (1) Sistem pengumpulan
dan pengangkutan, (2) Sistem pembuangan.Di tahun 2011 2012 lokasi TPA Kota
Baubau berada di Kelurahan Kadolokatapi dengan kapasitas daya tampung
480.000 ton. Dengan tingkat produksi rata-rata 186m3.
Tabel 2.97
Kondisi Pelayanan Persampahan Kota Baubau Tahun 2012
NO SARANA/FASILITAS VOLUME
1 Volume Produksi Sampah Setiap Hari 135,78 m
2 Volume Sampah Terangkut 73 % = 186 m
3 Armada Sampah
- Mobil Sampah 15 Unit
- Tempat Pembuangan Sampah Sementara 164 Unit
- Tempat Pembuangan Sampah Akhir 1 Unit
- Doser 1 Unit
4. Jumlah Tenaga Pengelola Sampah 114 Orang
5. Kapasitas Tampung TPA 480.000 m3
6. Kapasitas Tampung TPS 3 m
7. Rumah Tangga 5 100 Kg
8. Kapasitas Mobil Angkut 7 m
Sumber: Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Baubau, 2012

Tabel 2.98
Sumber dan Produksi Sampah di Kota Baubau Tahun 2007-2011
Produksi Sampah (m3)
Tahun
Rumah Pasar Kantor Jalan Toko Total
2007 232,016 11,601 116 2,320 2,320 248,373
2008 245,696 12,285 123 2,456 2,456 263,016
2009 260,184 13,009 130 2,602 2,602 278,527
2010 275,526 13,776 138 2,755 2,755 294,950
2011 291,774 14,589 146 2,918 2,918 312,345
Sumber: RPIJM Kota Baubau 2013-2017

E. Sistem Jaringan Drainase


Prasarana drainase memegang peranan penting di dalam penanggulangan
permasalahan genangan dan banjir di Kota Baubau. Permasalahan genangan
dan banjir berada pada kawasan kota yang mempunyai intensitas kawasan

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 109

terbangun cukup tinggi, yang umumnya berada pada jalur jalan utama kota.
Kondisi topografi yang sangat heterogen merupakan kendala mendasar
pengembangan sistem drainase yang terintegrasi.Saluran drainase berjenjang
mulai dari saluran primer berupa saluran alam yaitu sungai kemudian sekunder
sebagai saluran pengumpul sebelum menuju sungai dan terakhir tersier yang
langsung terkait dengan daerah tangkapan (Cathment Area). Misi
pengembangan drainase tidak hanya membuang air larian secepat-cepatnya
tetapi lebih penting dari itu adalah membuang air dalam waktu yang tepat
sesuai dengan kapasitas saluran.
Tabel 2.99
Jaringan Drainase Kota Baubau Tahun 2012
Jumlah Ruas Jenis Saluran
Panjang Saluran
Jalan Berdrainase Primer Sekunder Tersier
78 ruas 8 ruas
86 Sungai Baubau 39.052 m
36.572 m 2.480 m
Sumber: BAPPEDA Kota Baubau,diolah, 2012

F. Sistem Jaringan Air Bersih


Secara umum Kota Bau Bau memenuhi kebutuhan air minumnya dari 3
(tiga) jenis sumber yaitu : (a) Sistim Perpipaan dan Non Perpipaan yang
dikelolaoleh PDAM dan Masyarakat, (b) Air permukaan, Sungai Bau Bau dan
beberapa sungai-sungai kecil, serta (c) Air tanah, terutama melalui sumur
dangkal. Secara umum sistim penyediaan air minum Kota Baubau sesuai dengan
kondisi topografi dibagi dalam 7 (tujuh) Zona wilayah pelayanan dan 2 (dua)
wilayah pelayanan khusus, sebagaimana diuraikan pada tabel 2.99.
Pemakaian air perhari setiap SR untuk domestik 960.300 liter dengan
pemakaian perorang setiap hari rata-rata 90 liter/orang/hari sedangkan untuk
non domestik sangat tinggi hal ini dipengaruhi oleh pelayanan pelabuhan yang
rata-rata perbulan 9.800 m3 atau 350.000 liter/hari. Berdasarkan data PDAM
Kota Baubau tingkat kebocoran rata-rata 25 30 % perbulan dengan waktu
pelayanan untuk pelabuhan 24 jam sedangkan untuk domestic 10 jam perhari.
Rata-rata pemakaian persambungan SR 300 liter 475 liter setiap hari
persambungan. Beberapa sumber air baku yang belum dimanfaatkan di Kota
Bau Bau yaitu :Mata Air Samparona Kapasitas sumber 120 Liter/detik, Mata Air
Ntowu-Ntolibu Kapsitas sumber 80 liter/detik, Mata Air Waruruma Kapasitas 15
liter/detik, Mata Air Waeni kapasitas 60 liter/detik, Mata Air Rumbia Kapasitas 20
liter/detik dan Air Permukaan Kali Baubau

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 110

Tabel 2.100
Pembagian Zona Pelayanan Air Minum Kota Baubau
Cakupan Pelayanan Tingkat
Zona Sumber
PDAM Baubau Layanan

Wilayah Air permukaan Sungai Baubau Kecamatan Murhum, Batupoaro,


Pelayanan dengan kapasitas debit 100120 l/s; dan Betoambari tidak termasuk 3,45 % **
I dan kapasitas produksi 5 l/s. Kelurahan Waborobo
Air tanah (Mata Air Mata I dan II,
Wilayah
Mata Air Kasombu) dengan Kecamatan Wolio dan Kokalukuna
Pelayanan 2,41 % **
kapasitas debit 80100 l/s; dan (Kelurahan Kadolomoko)
II
kapasitas produksi 7,5 l/s.
Wilayah Air tanah (Mata Air Rumbia)
Pelayanan dengan kapasitas debit 10 20 l/s; Kecamatan Sorawolio 46,91%.
III dan kapasitas produksi baru 5 l/s
Kecamatan Lea-Lea dan Bungi
Wilayah Air tanah (Air Waeni) dengan total
(sebagian wilayah Kelurahan
Pelayanan kapasitas debit 75 100 l/s; dan 41,12%
Palabusa, Ngkaring-Ngkaring,
IV kapasitas produksi baru 5 l/s.
Waliabuku, Liabuku)
Kecamatan Kokalukuna (Kelurahan
Wilayah Air tanah (Mata Air Wamembe)
Liwuto dan Sukanayo) dan
Pelayanan dengan total kapasitas debit 15 37,16%
Kecamatan Bungi (Kelurahan
V 20 l/s; dan kapasitas produksi 7,5 l/s
Kalialia, Lowu-Lowu, Kolese)
Kecamatan Bungi dan Lea-
Wilayah Air tanah (Mata Air Waeni) dengan
lea(sebagian wilayah Kelurahan
Pelayanan total kapasitas debit 60 75 l/s; dan 52,32%
Palabusa, Ngkaring-Ngkaring,
VI kapasitas produksi baru 5 l/s.
Liabuku, serta seluruh Kampeonaho)
Wilayah Air tanah (Mata Air Bungi dan Kecamatan Kokalukuna (Kelurahan
Pelayanan Waruruma),total kapasitas debit Waruruma dan Kelurahan 61,43 %
VII 5075 l/s; kapasitas produksi 5 l/s. Lakologou)
Pelayanan khusus untuk Industri,
Wilayah Air tanah (Mata Air Jatuh) dengan
Niaga besar dan pelabuhan yang
Pelayanan total kapasitas debit 50 75 l/s; dan
rata-rata kebutuhan airnya setiap
Khusus I kapasitas produksi baru 5 l/s
hari 750 m3,
Wilayah Distribusi air menggunakan mobil
Pelayanan tangki dan terminal air berupa Kelurahan Waborobo
Khusus II hidran dan penampung
Keterangan : ** sisanya sebagian besar terlayani oleh PDAM Kab. Buton
Sumber: PDAM Kota Baubau,

Untuk Zona pelayanan non perniagaan, Jenis jaringan yang digunakan


adalah perpipaan yaitu Pipa GI Kls Medium dia 2 sampai 6 dan non perpipaan
meliputi Bangunan Watertriment, Instalasi Pengolahan Air dan
Reservoir.Pendistribusian air oleh PDAM dilakukan secara grafitasi dan
pompanisasi dan tanpa pengolahan secara terpusat. Sistim perpipaan air minum
di Kota Baubau sebagian besar dikelola oleh PDAM Kota Baubau sedangkan
yang lainnya dikelola oleh masyarakat setempat, dan khusus di Kecamatan
Murum, Wolio dan Batupoaro sebagian besar masih dilayani oleh Jaringan PDAM
Kabupaten Buton.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 111

Kondisi sistim penyediaan air minum sistim non perpipaan menganut sistim
pendekatan sarana air minum kepada masyarakat dimana wilayah tertentu
yang sulit dijangkau dengan jaringan perpipaan dibangun Bak Penampung,
Terminal air, Hidran umum. Sarana non perpipaan tersebut dibangun untuk
menampung air yang disuplai melalui mobil tangki, perpipaan pada titik daerah
tertentu ditempatkan pada daerah yang letaknya bisa dijangkau masyarakat..
Sumber utama air minum non perpipaan untuk keperluan domestik adalah air
permukaan, air tanah dan air suplai PDAM Kota Baubau melalui mobil tangki.
Terdapat sekitar 45 55 % penduduk yang tergantung pada air permukaan dan
air tanah untuk keperluan makan dan minum. Pada table 2.109 berikut
diuraikan perkembangan volume air minum yang disalurkan pada 4 kelompok
pengguna di Kota Baubau
Tabel 2.101
Perkembangan Volume Air Minum yang Disalurkan menurut Jenis Konsumen di
Kota Baubau Tahun 2008-2011(m3)
No Uraian 2008 2009 2010 2011
1 Rumah Tempat Tinggal 674.994 198.336 1.505.479 449.757
Hotel, Obyek Pariwisata, Toko
2 1.282.058 218.214 86.490 65.503
Perusahaan dan Industri
Badan-Badan Sosial, RS, dan Rumah
3 169.019 33.868 70.816 52.769
Sakit Umum
4 Instansi Pemerintah 58.317 32.856 91.169 11.978
5 Lainnya 752.545 1.334.430 - 989.709
Sumber : PDAM Kota Baubau, 2012

G. Sarana dan Prasarana Transportasi


Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang sangat penting
untuk memperlancar roda kegiatan ekonomi. Kondisi jalan yang baik akan
memudahkan mobilitas penduduk dalam mengadakan hubungan
perekonomian dan kegiatan sosial lainnya. Panjang jalan tahun 2011 di Kota
Baubau secara keseluruhan sepanjang 243,13 km, yang terdiri dari jalan beraspal
sepanjang 195,26 km (80,31%), dan Kerikil 47,84 km (19,68%). Kalau dilihat dari
kondisi jalan di Kota Baubau, kondisi jalan yang baik sepanjang 211.66 km,
sepanjang 19,25 km dalam kondisi sedang kemudian sepanjang 12,22 km dalam
kondisi rusak, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.99 dan 2.100 Sarana
angkutan darat seperti kendaraan bermotor disamping dapat digunakan oleh
masyarakat sebagai angkutan penumpang, juga dapat digunakan sebagai

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 112

angkutan barang, baik barang produksi pabrik maupun barang hasil produksi
pertanian dan hasil-hasil lainnya.
Gambar 2.18
Perkembangan Panjang Jalan Menurut Kondisi di Kota Baubau

Sumber: BAPPEDA Kota Baubau, 2012


Tabel. 2.102
Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan di Kota Baubau tahun 2008-2012
No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012*
1 Panjang Jalan (Km) 290,953 265,749 216,53 243,13 262,31
2 Jumlah Kendaraan (unit) 12.776 14.802 20.857 21.369 25.410
Rasio 1/2 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01
Sumber : Baubau dalam Angka 2009-2012, Dinas PU Kota Baubau, 2011
Keterangan : angka 2012 merupakan angka sementara

Tabel 2.103
Perkembangan Panjang Jalan Kota Baubau
Menururt Jenis Permukaan, Kondisi dan Status Jalan Tahun 2010-2011
Status Jalan
Keadaan JALAN NASIONAL (KM) JALAN PROPINSI (KM) JALAN KAB / KOTA (KM)
2010 2011 2010 2011 2010 2011
JENIS PERMUKAAN
a. Diaspal 62,076 62,076 - - 130,787 133,206
b. Kerikil - - - - 23,663 47,844
c. Tanah - - - - - -
d. Tidak dirinci - - - - - -
Jumlah 62,076 62,076 - - 154,45 181,05
KONDISI JALAN
a. Baik 47,96 53,5 - - 122,264 158,16
b. Sedang 6,076 6,076 - - 20,597 13,17
c. Rusak - 2,5 - - 11,589 9,72
d. Rusak Berat 8,04 - - - - -
Jumlah II 62,076 62,076 - - 154,45 181,05
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Baubau, 2012

Tabel 2.104
Prasarana Jembatan di Kota Baubau
Dimensi
Nama Jembatan Nama Ruas
TotalPanjang (m) Lebar( m )
Jembatan Gantung Jl.Kartini/Murhum 67,6 11,2
Jembatan Tengah Jl. Bataraguru 59 9
Jembatan Baley Jl. Monginsidi 31,1 9

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 113

Jembatan tomba Jl. Monginsidi 5 10,8


Jembatan Air jatuh Jl. Anoa
Jembatan Jabar Rahma
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Baubau, 2012

Sarana Transportasi yang melayani angkutan jalan di Kota Baubau pada


tahun 2011, terdaftar meliputi kendaraan bermotor diantaranya mobil
penumpang sebanyak 335 buah, mobil barang sebanyak 480 buah, mobil bus
sebanyak 1.016 buah dan sepeda motor sebanyak 19.538 buah. Pertumbuhan
yang paling signifikan terjadi pada moda transportasi sepeda motor

Tabel. 2.105
Perkembangan Jenis Kendaraan Bermotor yang Terdaftar
di Kota BaubauTahun 2008-2012

No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012*

1 Mobil Penumpang 166 187 285 335 395

2 Mobil Barang 576 597 605 480 511

3 Mobil Bus 544 783 1.013 1.016 1264

4 Sepeda Motor 11.480 13.235 18.954 19.538 21.275


Sumber : Baubau dalam Angka 2009-2012, Samsat Kota Baubau, 2011
Keterangan : angka 2012 merupakan angka sementara

Disamping sarana dan prasarana transportasi darat, angkutan laut merupakan


sarana perhubungan yang sangat penting dan strategis bagi Kota Baubau yang
merupakan pintu gerbang pelayaran antar pulau di wilayah Indonesia bagian
timur. Hal ini terlihat dari banyaknya kunjungan kapal di Pelabuhan Baubau
sebagaiman disajikan pada tabel 2.106 dan tabel 2.107 yang menggambarkan
lalulintas kapal laut dan Fery di Pelabuhan Baubau selama tahun 2008-2012.

Jumlah kunjungan kapal laut tahun 2011 tercatat sebanyak 8.067


kunjungan meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 8.010
kunjungan (naik 0,71%). Jumlah penumpang naik mencapai 500.100 orang, naik
sebanyak 26.166 orang. Untuk volume bongkar barang mencapai 186.725,32 ton
dan 70.450 m3 sedangkan volume muat barang sebanyak 3.486.938 ton dan
28.810 m3. Untuk penyeberangan kapal ferry selama tahun 2011 tercatat

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 114

sebanyak 2.609 kunjungan dengan jumlah penumpang yang naik mencapai


135.952 orang dan turun 151.364 orang.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 115

Tabel 2.106
Perkembangan Jumlah Penumpang Melalui Dermaga dan Bandara
di Kota Baubau Tahun 2008-2012
Dermaga/
Arus Penumpang yang Datang Bandara
Tahun Pelabuhan Jumlah
dan Berangkat (orang)
(orang)
Datang 489.804 6.805 496.609
2008
Berangkat 372.991 4.710 377.701
Datang 510.414 5.778 516.192
2009
Berangkat 414.833 5.250 420.083
Datang 473.934 37.058 510.992
2010
Berangkat 429.655 34.872 464.527
Datang 500.100 48.750 548.850
2011
Berangkat 445.723 43.658 489.381
Datang 492.165 63.877 556.042
2012*
Berangkat 474.055 58.739 532.794
Sumber : Baubau dalam Angka 2009-2012, Kantor Pelabuhan, 2011; Bandar Udara Betoambari, 2011

tSarana Bandar Udara yang ada di Kota Baubau yang dapat disinggahi
pesawat udara sebagai angkutan penumpang dan barang adalah Bandar
UdaraBetoambari yang dapat menghubungkan Baubau dan Makassar sebagai
pelabuhan transit. Kunjungan pesawat udara yang datang melalui Bandara
Betoambari selama tahun 2011 dengan jumlah kunjungan sebanyak 1.431 kali
dengan jumlah penumpang datang sebanyak 48.750 orang dan 43.658 orang
yang berangkat. Jumlah lalulintas untuk bagasi melalui bandara Betoambari
tahun 2011 mencapai 388.532 kg bongkar dan muat sebanyak 279.774 kg
Tabel 2.107
Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Melalui Dermaga dan Bandara di
Kota BaubauTahun 2008-2012
Arus Bongkar Muat Dermaga/
Tahun Bandara (Kg) Jumlah
Barang Pelabuhan (Ton)
Bongkar 186.349,31 59.930,00 246.279
2008
Muat 1.558.012,70 23.606,00 1.581.619
Bongkar 263.404,42 45.484,00 308.888
2009
Muat 1.788.097,14 35.969,00 1.824.066
Bongkar 551.126,43 256.604,00 807.730
2010
Muat 902.955,93 197.608,00 1.100.564
Bongkar 186.725,32 388.532,00 575.257
2011
Muat 486.938,48 279.774,00 766.712
Bongkar 369.113,88 486.869,00 855.983
2012*
Muat 159.410,10 366.775,00 526.185
Sumber : Baubau dalam Angka 2009-2012, Kantor Pelabuhan, 2011; Bandar Udara Betoambari , 2011

H. Luas Wilayah Produktif


Kota Baubau dengan karakteristik wilayah yang merupakan kombinasi
antara urban (perkotaan) dan rural (pedesaan), aktivitas masyarakatnya juga
merupakan ombinasi antara dua sektor dominan, yakni Sektor Pertanian di
Kecamatan Bungi, Sorawolio, kokalukuna, dan Lea-lea, dan Sektor

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 116

Perdagangan dan jasa di Kecamatan Wolio, Murhum, Batupoaro, dan


Betoambari. Agar mampu mewadahi berjalannya aktivitas masyarakat tersebut
maka ketersediaan ruang yang produktif dan termasuk dalam Kawasan
Budidaya mutlak diperhitungkan dalam pengembangan wilayah lebih lanjut,
sebagaimana diuraikan pada tabel 2.108 dan 2.109 berikut ini:
Tabel 2.108
Persentase Luas Wilayah Produktif Tahun 2008-2012 Kota Baubau (Ha)
No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1 Tanah Sawah 1.157 1.147 1.380 1.326 1.271
2 Bangunan dan Halaman 1.735 2.115 2.261 2.906 2.673
3 Tegal/Kebun 3.174 3.002 2.646 2.855 2.424
4 Ladang/Huma 1.303 1.293 1.306 1.293 1.128
5 Padang Rumput 463 494 409 373 179
6 Rawa 37 48 37 31 31
7 Tambak, Kolam, Tebat dan Empang 71 67 59 59 53
8 Lahan yg sementara tidak diusahakan 252 481 478 502 448
9 Lahan tanaman kayu-kayuan 981 984 696 683 374
10 Hutan Negara 9.575 9.889 9.822 9.828 9.785
11 Perkebunan 1.957 1.954 1.875 1.729 1.521
12 Lainnya 855 626 1.131 2.244 2.215
a Luas Wilayah Produktif 8.643 8.447 7.962 7.945 6.771
b Luas Seluruh Wilayah Budidaya 10.667 11.091 10.738 11.384 9.923
c Rasio 81,03% 76,16% 74,15% 69,79% 68,24%
Sumber : Baubau dalam Angka 2008-2012
Keterangan : angka 2012 merupakan angka sementara

Tabel 2.109
Persentase Wilayah Produktif Tahun 2011 Menurut KecamatanKota Baubau
Kokalukuna
Betoambari

Sorawaolio
Murhum

Lea Lea

Jumlah
Bungi
Wolio

No Uraian

1 Tanah Sawah - - - - 100 1.136 90 1.326


2 Bangunan dan Halaman 447 587 720 141 303 318 390 2.906
3 Tegal/Kebun 429 20 475 454 1.025 196 256 2.855
4 Ladang/Huma 45 - 345 228 344 215 116 1.293
5 Padang Rumput 337 3 - - - 5 2 373
6 Rawa - - - - 1 15 15 31
7 Tambak, Kolam, Tebat Empang - - - - 1 34 24 59
Lahan yang sementara tidak
8 - - - - 200 103 199 502
diusahakan
9 Lahan tanaman kayu-kayuan - - - - 300 212 171 683
10 Hutan Negara 1.255 - - - 5.860 1.742 971 9.828
11 Perkebunan 244 5 182 107 150 463 578 1.729
12 Lainnya 32 30 11 14 41 332 55 2.244
a Luas Wilayah Produktif 718 25 1.002 789 1.920 2.256 1.235 7.945
b Luas Seluruh Wilayah Budidaya 1.165 612 1.722 930 2.424 2.692 1.839 11.384
c Rasio (%) 61,63 4,08 58,19 84,84 79,21 83,80 67,16 69,79
Sumber : Baubau dalam Angka 2008-2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 117

I. Sarana Hotel dan Restoran


Sarana akomodasi kepariwisataan yang dapat disajikan adalah fasilitas
perhotelan dan penginapan. Tabel 2.109 memaparkan jumlah hotel/akomodasi pada
tahun 2011 yakni sebanyak 42 buah, dengan 561 jumlah kamar serta 803 buah
tempat tidur. Untuk banyaknya kamar dan tempat tidur pada hotel bintang dan
nonbintang/akomodasi lainnya yakni hotel bintang dengan kamar sebanyak 32
ruanganserta tempat tidur sebanyak 56 buah. Sementara hotelnon
bintang/akomodasi lain mempunyai 529 kamarserta tempat tidur sebanyak 747
buah.
Jika kita melihat wisatawan mancanegara yangberkunjung ke Kota Baubau
yang menggunakan saranaakomodasi tahun 2010 sebanyak 465 orang dan
tahun2011 menjadi 221 orang atau turun sekitar 52,47 persen.Adapun ketersediaan
restoran dan rumah makan pada tahun 2011 terdata 27 buah, sedangkan Travel dan
rental kendaraan masing-masing 17 buah dan 8 buah
Tabel 2.110
Jenis dan Jumlah Penginapan dan Hotel
di Kota Baubau Tahun 2011

Sumber: BPS Kota Baubau, 2012

J. Rasio ketersediaan Prasarana Listrik dan Air Bersih


Keseluruhan kebutuhan listrik di Daerah Kota Baubau dipenuhi oleh
Perusahaan Listrik Negara (PLN). Perkembangan daya terpasang listrik PLN dari
tahun ke tahun menunjukan adanya peningkatan. Demikian juga produksi listrik
dan nilai penjualan listrik mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, Sedangkan untuk jumlah pelanggan dan jumlah listrik terjual tahun
2011 mengalami penurunan. Daya terpasang tahun 2010 sebanyak 21.799.570 Kw,
sedangkan pada tahun 2011 mencapai 30.478.250 Kw atau meningkat 39,81 persen.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 118

Jumlah pelanggan tahun 2011 sebanyak 21.187 atau menurun sebesar 9,11 persen
dibanding tahun 2010 yang mencapai 23.308 pelanggan.
Tabel 2.111
Jumlah ProduksiListrik PLN Menurut Kecamatan
di Kota Baubau Tahun 2011

Sumber: PT. PLN Wilayah VIII Cabang Baubau


Keterangan: 1) Termasuk Kec. Batupoaro, Betoambari, Wolio, Sorawolio
2)
Termasuk Kecamatan Lea-Lea

Tabel 2.112
Jumlah Pelanggan, tenaga Listrik terjual dan
Nilai Penjualan Listrik PLN Menurut Jenis Penggunaan
di Kota Baubau Tahun 2011

Sumber: PT. PLN Wilayah VIII Cabang Baubau, 2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 119

2.4.2 Fokus Iklim Berinvestasi


2.4.2.1 Rencana Umum Penanaman Modal Daerah Kota Baubau
Pengembangan iklim Berinvestasi di Kota Baubau diarahkan pada
tercapainya Baubau sebagai ota Terbaik dalam Pelayanan dan Realisasi
Penanaman Modal di Propinsi Sulawesi Tenggara Rencana Umum Penanaman
Modal Daerah (RUPMD) Kota Baubau menjadi dokumen perencanaan dibidang
penanaman modal di tingkat daerah untuk mensinergikan kebijakan-kebijakan
dasar kegiatan penanaman modal. Penanaman modal diarahkan kepada
pemerataan pembangunan ekonomi di seluruh wilayah Kota Baubau melalui
perencanaan pengembangan wilayah dan optimalisasi potensi investasi daerah,
sehingga diharapkan mampu menjadi motor penggerak tumbuhnya sentra
industri dan aktivitas ekonomi di Kota Baubau. Oleh karena itu, Pemerintah Kota
Baubau harus menyiapkan peta investasi yang menjadi prioritas pengembangan
investasi secara komprehensif.
Kegiatan penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan
perekonomian Kota Baubau dan ditempatkan sebagai upaya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
pembangunan ekonomi berkelanjutan, mendorong pembangunan ekonomi
kerakyatan serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu
perekonomian yang berdaya saing. Untuk itu, lembaga penanaman modal di
Kota Baubau harus mampu menjadi inisiator, berorientasi "problem solving", dan
memfasilitasi secara proaktif, baik kepada calon penanam modal maupun
penanam modal yang sudah menjalankan usahanya di Kota Baubau.
Uraian pelaksanaan RUPMD Kota Baubau berdasarkan arah dan
kebijakan penanaman modal diuraikan sebagai berikut:
1. Penanaman Modal yang Terencana dan Berwawasan Lingkungan
Beberapa strategi yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam arah
kebijakan penanaman modal ini, adalah: (1) Menetapkan bidang pangan,
infrastruktur, dan pelayanan jasa sebagai isu strategis dalam penyediaan dan
pengembangan kualitas dan kuantitas penanaman modal, (2) Menentukan
wilayah yang dikembangkandengan mempertimbangkan isu strategis
sebagai Fokus Pembangunan wilayah Kota Baubau yang sejalan RUTR
Propinsi Sultra dan Nasional. (3) Sinergi dengan kebijakan dan program
pembangunan lingkungan hidup, khususnya program pengurangan emisi gas

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 120

rumah kaca dan pencegahan kerusakan keanekaragaman hayati. (4)


Peningkatan penggunaan teknologi dan proses produksi yang ramah
lingkungan secara lebih terintegrasi, dari aspek hulu hingga aspek hilir., serta
(5) Pengembangan wilayah yang memperhatikan tata ruang dan daya
dukung lingkungan.

2. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah&Koperasi (UMKMK)


Beberapa strategi yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam arah
kebijakan penanaman modal ini, adalah:Pemberdayaan Lembaga Usaha
Ekonomi masyarakat Desa/ Kelurahan, Penumbuhan Lingkungan Usaha
Yang Kondusif, Program Pengembangan Fasilitasi Pembiayaan, Program
Pengembangan Kewirausahaan Dan Sumber Daya Manusia UKM, Program
Pengembangan Sentra Bisnis UKM Yang Dinamis, Program Fasilitasi
Pemasaran UKM, Program Pengembangan Infrastruktur Fisik dan Ekonomi.

3. Perbaikan Iklim Investasi


Adapun strategi yang direncanakan dalam arah kebijakan penanaman
modal ini adalah:
Penguatan Kelembagaan Badan Pelayanan Perizinan dan Penanaman
Modal (BP3M) Kota Baubau.
Pengaturan arah kebijakan prioritas pembangunan yang dapat
menjamin peningkatan produktivitas dan inovasi secara berkelanjutan.
Pengaturan Perizinan dan Non Perizinan yang mempertimbangkan
klasifikasi wilayah dalam rangka mendorong persebaran dan
pemerataan Penanaman Modal.
Pengaturan Persaingan Usahadan jaringan mitra strategis
kepenanammodalan.
Pengaturan kegiatan penanaman modal yang strategis dan berkualitas,
dengan menekankan pada peningkatan nilai tambah, peningkatan
penanaman modal di sektor prioritas dan pengembangan wilayah.

4. Promosi Penanaman Modal


Arah dan kebijakan penanaman modal ini diharapkan dapat berperan
untuk memperkenalkan serta membangun image positif bagi Kota Baubau
dalam hal investasi dan penanaman modal.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 121

5. Persebaran Penanaman Modal


Arah kebijakan persebaran penanaman modal bertujuan untuk pemerataan
dan optimalisasi penanaman modal dan investasi di Kota Baubau agar
semua sektor ekonomi dapat produktif dan memberikan nilai tambah
ekonomi bagi daerah.

2.4.2.2 Angka Kriminalitas


Dalam mewujudkan iklim yang kondusif bagi Investasi di Kota Baubau,
angka kriminalitas merupakan salah satu factor yang harus ditekan seoptimal
mungkin. Kriminalitas menggambarkan adanya ketimpangan kehidupan sosial di
masyarakat, sekaligus merupakan fenomena sosial yang memerlukan penanganan
yang serius. Keamanan dan ketertiban merupakan salah satu kebutuhan yang selalu
didambakan oleh masyarakat, baik dalam kehidupan beragama maupun dalam
kehidupan bermasyarakat. Untuk itu pemerintah dan masyarakat selalu
mengupayakan berbagai usaha guna terciptanya kehidupan yang aman dan tertib.
Gambaran tentang angka kriminalitas di Kota Baubau disajikan pada tabel 2.112
berikut ini:
Tabel 2.113
Angka Kriminalitas Tahun 2008-2011 Kota Baubau
No Uraian 2008 2009 2010 2011 rerata
1 Jumlah Kasus Pembunuhan 2 5 4 3 4
2 Jumlah Kasus Aniaya Berat 18 10 7 6 10
3 Jumlah Kasus Pencurian Berat 134 75 21 39 67
4 Jumlah Kasus Pencurian dengan Kekerasan 12 4 1 8 6
5 Jumlah Kasus Curanmor 3 20 7 31 15
6 Jumlah Kasus Pasal 359 KUHP - - - 130 33
7 Jumlah Kasus Pembakaran 1 - - 2 1
8 Jumlah Kasus Perjudian 40 19 13 31 26
9 Jumlah Kasus Perkosaan 11 6 5 5 7
10 Jumlah Kasus Pengrusakan 18 17 8 19 16
11 Jumlah Kasus Tebang Liar 7 5 1 6 5
12 Jumlah Kasus KDRT 46 17 26 37 32
a Jumlah Tindak Kriminal selama 1 tahun 292 178 93 317 220
b Jumlah Penduduk 127.743 130.862 136.991 139.717
c Rasio a/b 0,23% 0,14% 0,07% 0,23%
Sumber : Baubau dalam Angka 2008-2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 122

2.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia


2.4.4.1. Tenaga Kerja dan Pengangguran
Salah satu tujuan pembangunan adalah menciptakan lapangan kerja
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.Ukuran tersebut
salah satunya dapat dilihat dari banyaknya orang yang masuk dalam angkatan
kerja mendapatkan pekerjaan dan/atau menurunnya Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT).Gambaran Keadaan tenaga kerja di Kota Baubau berdasarkan
jumlah penduduk usia kerja pada tahun 2011 sebanyak 90.495 orang. Dari
jumlah tersebut, terdapat 59.091 orang atau 65,30 %merupakan angkatan kerja
dan sisanya sebanyak 31.404 orang atau 34.70 persen adalah bukan angkatan
kerja. Angkatan kerja terdiri dari 55.777 orang (94,39%) adalah pekerja
sedangkan 3.314 orang atau 5.61 persen merupakan pencari kerja seperti terlihat
pada tabel 2.113
Pada tabel 2.115 terlihat bahwa jumlah penduduk usia kerja di Kota
Baubau pada tahun 2011 sebanyak90.495 orang, sebanyak 59.091 orang atau
65,30 persen merupakan angkatan kerja dan sisanya sebanyak 31.404 orang atau
34,70 persen adalah bukan angkatan kerja. Angkatan kerja tersebut terdiri dari
55.777 orang (94,39persen) adalah bekerja dan 3.314 orang (5,61 persen)
merupakan pencari kerja (pengangguran terbuka). Bila kita perhatikan
keadaan pengangguran terbuka 3 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang
cukup signifikan.
Tabel 2.114
Penduduk 15 tahun keatas menurut jenis kegiatan di Kota Baubau
Tahun
Angkatan Kerja
2009 2010 2011
ANGKATAN KERJA 57.210 62.115 59.091
Bekerja 51.929 56.451 55.777
Mencari pekerjaan 5.281 5.664 3.314
Bukan angkatan kerja 31.481 29.613 3. 404
Sekolah 14.089 12.621 5.107
Mengurus rumah tangga 15.649 15.020 21.513
Lainnya 1.743 1.972 4.784
Penduduk umur 15 tahun ke atas 88.691 91.728 90.495
% Pekerjaan terhadap angkatan kerja 90,77 90,88 94,39
% Angkatan Kerja terhadap Penduduk 15 tahun ke Atas
64,50 67,72 65,30
(TPAK)
Sumber : Baubau dalam angka 2012

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 123

Pada sisi lain, jumlah orang yang tidak mempunyai pekerjaan (sedang mencari
pekerjaan) atau menganggur di Kota Baubau pada tahun 2012 diperkirakan
sebanyak 5.870 orang atau 8,76% dari jumlah angkatan kerja. Jumlah ini secara
nominal bertambah 123 orang dibanding tahun 2011 yang mempunyai angka
pengangguran sebanyak 5.746 orang dimana tingkat pengangguran mencapai
8.93%. Kecenderungan tingkat pengangguran menunjukkan tren yang semakin
menurun setiap tahunnya mengacu kepada performa pertumbuhan ekonomi
yang selalu positif.
Gambar 2.19
Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Terbuka

Keterangan: Nilai Angka tahun 2010 s.d 2012 adalah angka sementara.
Sumber: Kota Baubau Dalam Angka Tahun 2011, diolah.
Gambar diatas juga menunjukkan bahwa selama kurun waktu 2007-2013,
tingkat pengangguran terbuka dengan pertumbuhan ekonomi mempunyai
kecenderungan slope yang negatif dengan tingkat korelasi yang cukup kuat yang
mencerminkan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan maka semakin
rendah tingkat pengangguran.

2.4.4.2. Kualitas tenaga kerja


Penduduk yang bekerja di Kota Baubau jika di lihat dari
tingkatpendidikannya terbesar adalah tamatan SLTA umumsebesar 13.417 orang
atau sekitar 24,05 persen,sementara itu SLTP kejuruan yang mempunyai
keahliankhusus persentasenya paling rendah yaitu 0,98 persenyang
mengindikasikan masih rendahnya minatbersekolah di sekolah menengah
kejuruan

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 124

Tabel 2.115
Rasio Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Kota Baubau Tahun 2009-2011
NO Uraian 2009 2010 2011
Tidak Pernah Sekolah/Belum Tamat
1. 11.165 9.642 11.566
Sekolah
2. Tamat Sekolah Dasar 7.192 8.561 8.087
3. Tamat SLTP 8.099 8.862 7.687
4. Tamat SMA Umum 12.596 14.852 13.417
5. Tamat SMA Kejuruan 4.524 5.329 3.581
6. Tamat Universitas/Akademi/Diploma 8.353 9.205 11.539
Jumlah Tenaga Kerja 51.929 56.451 57.777
Jumlah penduduk 130862 137.118 139.717
Rasio Tenaga Kerja Lulusan
0,06 0,07 0,08
Universitas/Diploma/Akademi
Sumber: Baubau Dalam angka 2012, Diolah
Sedangkan Pencari Kerja yang terdaftar di Dinas Sosial, tenaga Kerja dan
Transmigrasi didominasi oleh tamatan SMU/SMK/sederajat sejumlah 730 orang,
dan diikuti oleh Sarjana 211 orang, secara rinci diuraikan pada tabel 2.116
Tabel 2.116
Banyaknya Pencari Kerja yang Terdaftar
Menurut TingkatPendidikan di Kota Baubau Tahun 2011

Sumber: Dinas Sosnakertrans, 2012

2.4.4.3 Tenaga Kerja Sektoral


Ditinjau dari sisi serapan tenaga kerja, pilihan sektor perdagangan dan
jasa masih mendominasi pasar tenaga kerja di Kota Baubau. Kedua sektor ini
berperan sebagai kontributor utama peningkatan nilai produk domestik regional
bruto. Serapan tenaga kerja di sektor perdagangan, hotel dan restoran

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 125

diperkirakan akan mencapai 15.908 orang atau meningkat sebesar 17,36 %


dibandingkan tahun 2008 yang hanya sebesar 13.555 orang. Kondisi ini
mengindikasikan adanya produktivitas sektor perdagangan dengan serapan
tenaga yang cukup besar mampu menghasilkan produk domestik regional bruto
(ADH berlaku) sebesar Rp. 975.432,25 juta. Hal sebaliknya terjadi pada sektor
pertanian dan sektor kontruksi/ bangunan, dimana serapan tenaga kerja yang
cukup tinggi di sektor pertanian pada kenyataannya tidak mampu mendukung
peningkatan produk domestik regional bruto di sektor tersebut. Sementara itu,
sektor kontrsuksi/bangunan yang hanya memiliki angka serapan tenaga kerja
sedikit pada kenyataannya mampu menyumbang peningkatan nilai produk
domestik regional bruto di sektor tersebut.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 126

Gambar 2.20
Grafik Serapan Tenaga Kerja per Sektor dan PDRB Sektoraltahun 2007-2013

Serapan Tenaga Kerja Sektoral (orang) PDRB ADH Berlaku (juta rupiah)

Keterangan: Nilai Angka 2012 dan 2013 adalah angka sementara.


Sumber: BPS Kota Baubau (2011), Kota Baubau Dalam Angka Tahun (beberapa edisi), diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 127

Tabel 2.117
Perkembangan Serapan Tenaga Kerja Kota Baubau Per Sektor 2008-2012
Jumlah Serapan Tenaga Kerja Kota Bau-Bau
Sektor/Lapangan Usaha
2008 2009 2010 2011 2012*
Pertanian 11,645 10,401 10,398 11,737 12,319

Pertambangan 540 715 503 569 634

Industri Pengolahan 2,890 2,786 3,671 3,250 3,188

Listrik dan Air bersih 337 208 206 253 277

Konstruksi 2,781 3,361 4,008 3,746 3,927

Perdagangan 13,555 14,410 15,320 14,978 15,443

Transportasi dan Komunikasi 5,817 5,904 5,256 6,790 7,290

Keuangan/Perbankan 619 424 957 1,166 1,252

Jasa-Jasa 10,839 13,720 11,458 11,646 11,833


Total Serapan 49,023 51,929 51,777 54,135 56,163
Keterangan: Nilai Angka tahun 2012 adalah angka sementara.
Sumber: BPS Kota Baubau (2011), Kota Baubau Dalam Angka Tahun (beberapa edisi), diolah

Jenis Lapangan Usaha atau biasa disebut sebagai mata pencaharian


penduduk dapat diklasifikasikan dalam bidang: pertanian, industri, konstruksi,
niaga, transportasi, jasa sosial dan lainnya. Penduduk yang bergerak dibidang
kegiatan jasa sekitar 11.646jiwa (21,51%), perdagangan sebesar 14.978 jiwa
(27,67%). Skala kegiatan sektor jasa dan perdagangan cukup besar jika dikaitkan
dengan rencana pengembangan Kota Baubau sebagai kegiatan perdagangan,
kondisi tersebut tidak berlebihan karena penduduknya yang bergerak atau
berusaha disektor tersebut dominan dibandingkan dengan jenis usaha lain.
Penduduk yang bekerja disektor jasa sosial relatif tinggi dan diperkirakan sektor
ini diisi penduduk yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan militer, pengajar,
tenaga penjualan dan sektor jasa lainnya.
Dilain pihak ternyata, bahwa penduduk yang bermata pencaharian
dibidang pertanian jumlahnya masih cukup besar, yaitu sekitar 11.737jiwa
(21,68%) dan seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa dalam rencana
penataan ruang kota di Kota Baubau ini sektor pertanian sebagai ciri kegiatan
perdesaan merupakan unsur rencana atau elemen ruang yang harus
dipertimbangkan keberadaannya. Sektor lain yang cukup besar dalam mengisi
kegiatan usaha penduduk Kota Baubau adalah disektor transportasi /
komunikasi sebesar 6.790 jiwa atau 12,54 % dari total tenaga kerja.

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 128

2.4.4.4 Angka Ketergantungan


Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang
harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk
yang tidak produktif. Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya
dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis
masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain
itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah
melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja
yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan
berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja.
Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan
gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi.

Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai


indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu daerah
apakah tergolong daerah maju atau daerah yang sedang berkembang.
Dependencyratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting.
Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya
beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup
penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase
dependencyratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban
yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang
belum produktif dan tidak produktif lagi. Di Kota Baubau rata-rata dependency
Ratio selama 4 tahun terakhir adalah sebesar 0,645 yang berarti bahwa tingkat
ketergantungan penduduk masih relatif rendah dari 100%, secara lengkap
perkembangannya diuraikan pada Tabel 2.118 berikut ini:

Tabel 2.118
Rasio Ketergantungan di Kota Baubau
Tahun 2008-2013
No Uraian 2008 2009 2010 2011

1 Jumlah penduduk usia < 15 tahun 47.345 48.494 45.315 46.185


2 Jumlah penduduk usia 15-64 tahun 75.868 77.726 86.736 78.491
3 Jumlah penduduk usia > 64 tahun 2.885 4.940 4.940 5.041
4 Jumlah penduduk usia tidak produktif 50.230 53.434 50.255 51.226
Rasio Ketergantungan (%) 66,21 68,75 57,94 65,26
Sumber: Baubau Dalam Angka 2008-2011, diolah

RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017

Anda mungkin juga menyukai