Kota Bau2 PDF
Kota Bau2 PDF
G
GAAM
MBBA
ARRA
ANNU
UMMU
UMMK
KOON
NDDIISSII D
DAAEER
RAAH
H
II-1
II- 2
Gambar 2.2
Peta Administrasi Kota Baubau
Luas wilayah Kota Baubau menurut BPS adalah sekitar 221,00 km2 atau 0,58%
luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Akan tetapi, berdasarkan hasil perhitungan
foto udara, luas wilayah Kota Baubau adalah 29,02 km2 (Tabel 2.1).
Tabel 2.1.
Luas Wilayah Kota Baubau Menurut Kecamatan
Luas Wilayah (Ha)
Kecamatan
BPS Foto Udara
Betoambari 2.789 2.891,50
Murhum 329 1035,86*
Wolio 1.733 2.926,97
Kokalukuna 944 1.736,57
Sorawolio 8.325 10.879,40
Bungi 4.856 6.063,02
Lea-Lea 2.808 3.456,17
Batupoaro 316 -
Kota Baubau 22.100 29.016,49
*termasuk Kecamatan Batupoaro
Sumber : Dinas Tata Kota dan Bangunan (2012), Revisi RTRW Kota Baubau, 2011
Gambar 2.3
Peta Bagian Wilayah Kota Baubau
C. Topografi
Kondisi topografi wilayah Kota Baubau relatif bervariasi mulai dari topografi
yang datar, bergelombang hingga berbukit. Kawasan yang mempunyai kemiringan
lahan 0 8% adalah kawasan yang berada di bagian Utara dan Barat wilayah Kota
Baubau, semakin ke Timur, kemiringan semakin besar dan merupakan perbukitan
yang membentang dari Utara ke Selatan.
Kondisi bentangan alam atau geomorfologi merupakan elemen penting
dalam penentuan kesesuaian pemanfaatan lahan atau kemampuan daya
dukung lahan. Kota Baubau dikelilingi oleh daerah belakang (hinterland) berupa
dataran yang termasuk dalam kelas kelerengan agak curam yaitu berkisar
antara 1540% dan kelerengan sebagian tempat di atas 40% serta beberapa
bagian wilayah dengan kelerangan antara 215% yang terdapat di Kecamatan
Murhum dan Kecamatan Bungi. Kelerangan yang cukup tinggi merupakan
limitasi dalam pengembangan pusat-pusat permukiman Kota Baubau terutama
ke arah Selatan, pada wilayah-wilayah dengan kelerangan di atas 15%
dimanfaatkan untuk perkebunan dan hutan.
D. Geologi
Secara topografis fisiografis, Kota Baubau terletak pada bagian Barat Daya
dari Pulau Buton, di mana dikontrol oleh pola struktur tektonik yang berarah
Timur Laut Tenggara dan sebagian kecil menunjukkan arah pergerakan Barat
Laut Tenggara.
Formasi geologi sebagai pembentuk struktur batuan di wilayah Kota
Baubau yang berada di Pulau Buton Bagian Selatan memiliki karakteristik yang
kompleks. Hal ini dicirikan oleh adanya jenis satuan batuan yang bervariasi
akibat pengaruh struktur geologi. Beberapa jenis batuan yang dapat ditemukan
di wilayah Kota Baubau pada umumnya antara lain: Batuan Molasa Celebes
Sarasin (Qtms) terdapat di sebagian besar Kecamatan Wolio, Kokalukuna, Bungi,
Lea-Lea dan Sorawolio;Batu Gamping (Kl) terdapat di sebagian besar wilayah
Kecamatan Betoambari (bagian timur), Batuan Sedimen (S) menempati
sebagian besar wilayah Kecamatan Sorawolio; dan Batuan Ultra Basa (Ub) yang
hanya terdapat di wilayah Kecamatan Sorawolio.
Struktur geologi sangat mempengaruhi pola penyebaran batuan dan
keterdapatan bahan galian. Dari aspek bencana geologi kemungkinan relatif kecil,
begitu pula dengan kemungkinan pengaruh gelombang laut, karena secara geografis
Kawasan Pelabuhan Baubau berada di bagian Barat Pulau Buton sehingga
terlindungi dari pengaruh gelombang Laut Banda. Walaupun demikian, dibeberapa
pesisir yang terkena arus gelombang laut musim Barat memperlihatkan abrasi jangka
panjang yang meruntuhkan tebing-tebing pantai tersebut.
Beberapa variabel untuk menentukan penilaian kesesuaian
lahan/kemampuan tanah untuk mendukung aktivitas di atasnya antara lain
dipengaruhi oleh jenis tanah, luas wilayah berdasarkan limitasi/daerah
permbatas. Jenis tanah di Kota Baubau pada umumnya sama dengan jenis tanah
di Kabupaten Buton (terutama wilayah yang berada di Pulau Buton), yaitu
didominasi oleh pedzolik merah kuning dan mediteran yang memerlukan
perlakuan khusus bila dimanfaatkan untuk p ertumbuhan tanaman.
Berdasarkan tekstur tanahnya, 90,89% adalah tanah dengan tekstur
sedang dan sisanya yaitu 6,20% bertekstur kasar dan 2,91% bertekstur halus. Oleh
karena itu, wilayah Kota Baubau cocok untuk pengembangan permukiman
perkotaan dan semua aktivitas pendukungnya.Limitasi pengembangan
pemanfaatan lahan yang paling dominan yaitu berupa tutupan batu seluas
18.909 Ha. Sedangkan daerah yang memiliki resiko terjadinya erosi yaitu seluas
377 Ha yang tersebar di Kecamatan Wolio seluas 73 Ha dan di Kecamatan
Sorawolio seluas 304 Ha.
Wilayah Kota Baubau didominasi oleh tanah dengan kedalaman efektif
antara 30-90 cm, kedalaman efektif tanah pada interval tersebut sesuai bagi
pengembangan permukiman dan pengembangan aktivitas perkotaan. Luas
wilayah dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm hanya terdapat di
Kecamatan Bungi yaitu seluas 4.479 Ha atau 15,05% yang sebagian besar
dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Sedangkan untuk kedalaman efektif
tanah kurang dari 30 cm seluas 2.378 Ha (7,99%) dan sisanya adalah wilayah
dengan kedalaman efektif tanah antara 30 sampai dengan 90 cm seluas 22.901
Ha (76,96%).
E. Hidrologi
Kota Baubau memiliki dua sungai yang besar yaitu Sungai Baubau yang
membatasi Kecamatan Wolio dan Kecamatan Murhum/Kecamatan Betoambari
dan membelah ibukota Baubau dan bermuara di Selat Buton. Sungai tersebut
umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga, irigasi
dan kebutuhan rumah tangga. Yang kedua adalah Sungai Bungi yang
merupakan sumber air bersih PDAM.
F. Klimatologi
global dan beberapa fenomena alam terkini, kondisi klimatologi Kota Baubau
dan sekitarnya cenderung fluktuatif, yang kemudian berimbas pada beberapa
sektor ekonomi, utamanya perikanan, pertanian dan transportasi.
G. Penggunaan Lahan
Kota Baubau. Kawasan yang belum terbangun ini didominasi oleh pemanfaatan
hutan dengan luas 9.543 Ha atau 43,18% dari total luas lahan. Pemanfaatan
lahan lainnya yaitu digunakan sebagai tegal/kebun yaitu sebesar 13,28% atau
seluas 2.934 Ha, sisanya berturut-turut adalah perkebunan 1.901 Ha atau 8,60%,
ladang 1.531 Ha atau 6,93%, lainnya 1.368 Ha atau 6,19%
Tabel 2.3
Penggunaan Lahan di Kota Baubau
Luas Penggunaan Lahan Per Kecamatan (Ha)
Kota Baubau
Kokalukuna
Betoambari
Batupoaro
Murhum &
Sorawolio
Lea-lea
No Tata Guna Lahan
Bungi
Wolio
melindungi kelestarian hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber
daya buatan.
b. Kawasan Budidaya
Kawasan budi daya merupakan kawasan di luar lindung yang kondisi fisik
dan potensi sumber daya alamnya dianggap dapat dan perlu dimanfaatkan
baik bagi kepentingan produksi maupun pemenuhan kebutuhan ruang
untuk ekonomi dan pemukiman. Kawasan ini berada di beberapa wilayah
BWK seperti BWK III, V, VI, VII, penetapan kawasan ini lebih bersifat
memberikan arahan bagi pengembangan berbagai kegiatan budi daya
sesuai dengan potensi sumber daya (terutama lahan) yang ada dan dengan
memperhatikan optimasi pemanfaatannya.
berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup dalam wilayah kota yang dinilai mempunyai
pengaruh sangat penting terhadap wilayah kota bersangkutan.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Baubau 2011-
2030, maka kawasan strategis bagi sektor-sektor potensial di Kota Baubau yang
merupakan ruang bagi pengembangan potensi wilayah Kota Baubau dapat
dibagi menjadi 5 Kelompok Kawasan Strategis, yakni : Kawasan Strategis dari
Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi , Sosial dan Budaya, Pendayagunaan
Sumber Daya Alam (SDA) dan/atau Teknologi Tinggi, (d) Fungsi dan Daya
Dukung Lingkungan Hidup,dan (e) Kawasan Strategis lainnya sesuai dengan
Kepentingan Pembangunan Keruangan Kota.
Gambar 2.5
Kawasan Strategis Kota Baubau
Kebun Raya juga diarahkan sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung di Kota Baubau. Kawasan Kebun Raya direncanakan
di Kecamatan Betoambari tepatnya berbatasan dengan Kabupaten Buton di
bagian selatan Kota Baubau. Kawasan ini dinilai memiliki tumbuhan yang
beragam, memliki arsitektur bentang alam yang baik, keindahan alam dan
gejala alam yang memiliki ciri khas tertentu.
Tabel 2.4
Rekapitulasi Kejadian Bencana Kota Baubau Tahun 2012
Jenis Kejadian Bencana Jumlah Kejadian
Banjir / Genangan air 14
Tanah Longsor 10
Puting Beliung / Angin Kencang 9
Abras I / Gelombang tinggi 9
Kebakaran 2
Amblasan Tanah 3
Kekeringan 7
Epidemi Malaria 1
DBD 27
AFP Polio 1
Jumlah 83
Sumber: BNPB Kota Baubau, 2013
Berikut ini diuraikan Persebaran kawasan rawan bencana dan intensitas kejadian
Bencana di Kota Baubau, yang dibagi menurut klasifikasi Bencana Alam dan
Non Alam
A. Bencana Alam
Banjir
Berdasarkan data BNPB tahun 2010, Baubau termasuk salah satu daerah
yang memiliki resiko bencana banjir tinggi. Pada Tabel 2.5 berikut diuraikan
lokasi, luas dan waktu genangan yang potensial terjadi di Kota Baubau :
Tabel 2.5
Kondisi Eksisting Genangan Banjir Di Kota BaubauTahun 2011
Lama Genangan
Kecamatan Kelurahan Luas (Ha) Tinggi (cm)
(jam)
Wajo 1 20 3
Tanganapada 1 20 3
Murhum
Lamangga 0,75 30 3
Lanto 0,5 20 1,5
Kaobula 0,5 20 2
Nganganaumala 1,5 20 3
Batupoaro
Wameo 0,5 20 1,5
Tarafu 0,5 20 1
Bone-bone 1,5 20 1,5
Lipu 2,5 20 3
Betoambari Katobengke 2,5 20 4
Waborobo 0,5 15 2
Kaisabu baru 3 20 6
Karya Baru 3 25 6
Sorawolio
Gonda Baru 1,5 25 3
Bugi 4 25 6
Kampeonaho 2,5 20 3
Bungi
Ngkari ngkari 3 25 6
Wangkanapi 2,5 30 4
Tomba 5 30 5
Wolio Bataraguru 5 30 5
Bukit Wolio Indah 2,5 40 24
Kadolokatapi 1,5 20 3
Sumber : Dinas PU Kota Baubau, 2012
Banjir yang terus berlangsung tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti
curah hujan yang cukup ekstrim dibeberapa Kecamatan (Murhum, Bungi,
Sorawolio dan Wolio), pendangkalan sungai Baubau sebagai akibat erosi di
bagian hulu, pasang surut air laut, menurunnya resistensi DAS Baubau
terhadap banjir akibat perubahan tata guna lahan di sekitar bantaran sungai,
selain itu juga perilaku masyarakat terhadap penebangan pohon di kawasan
hutan lindung.
Pada tahun 2012 bencana banjir di Kota Baubau terjadi sebanyak 20 kasus
yang tersebar di beberapa kelurahan dengan curah hujan yang tinggi dan
pengaruh pasang surut air laut mengakibatkan ketinggian air antara 0,5-1
meter dipermukiman masyarakat, walaupun tidak ada korban jiwa akan
tetapi merendam puluhan rumahmilik masyarakat setempat.
Tanah Longsor
Bencana tanah longsor yang terjadi di Kota Baubau sebagian besar
terdapat pada daerah dengan kondisi geologi yang tidak stabil dan
seringkali dipicu oleh terjadinya hujan deras yang ekstrim melebihi titik
tertinggi dan juga pengaruh hantaman gelombang laut pada wilayah
pesisir dengan tingkat resiko dipengaruhi oleh kepadatan bangunan dan
infrastruktur. Seperti yang terjadi dibeberapa wilayah perbukitan
diantaranya wilayah Longaria Kelurahan Bataraguru, Bukit Kolema
Kelurahan Waruruma, Kadolomoko, dan Waliabuku.
Kekeringan
Ancaman alam yang bersifat hidro-meteorologis lain yang sering menimpa
Kota Baubau pada saat musim kemarau adalah kekeringan, yang terjadi
akibat berkurangnya persediaan air dan menurunnya curah hujan dalam
periode yang lama disebabkan oleh ketidakteraturan suhu permukaan
laut sehingga mengakibatkan gangguan pada pola tanam, pola
pengairan, pola pengoperasian irigasi serta pengelolaan sumber daya air
di permukaan. Seperti yang terjadi dua kecamatan yang dominan
wilayah persawahan, yaitu Kecamatan Bungi dan Sorawolio dan sebagian
lahan pertanian dan perkebunan di Kecamatan Betoambari.
Puting Beliung
Puting beliung ini sering terjadi di Kota Baubau pada saat musim
pancaroba atau peralihan dari musim hujan ke musim kemarau maupun
B. Bencana Non-Alam
Kegagalan Teknologi
Kecelakaan transportasi laut merupakan salah satu ancaman kegagalan
teknologi yang paling sering terjadi Kota Baubau baik itu kapal terbakar
akibat tabung gas yang meledak maupun tenggelam akibat kelebihan
penumpang yang melebihi kapasitas armada. Hal ini sering terjadi dalam
wilayah perairan Baubau untuk transportasi lintas kabupaten dalam
wilayah pulau Buton, Bombana dan Wakatobi. Kecelakaan transportasi
laut seperti kapal Acitah rute Baubau-Wanci
Wabah, Epidemi dan Kejadian Luar Biasa
Berdasarkan data pemetaan BNPB tahun 2010, Baubau merupakan
salah satu wilayah yang berpotensi dan rawan epidemi penyakit Malaria.
Penderita Malaria tersebut paling sering terjadi pada saat musim
penghujan dengan jumlah kasus yang terjadi di Kota Baubau dalam
kurun waktu tahun 2012 berjumlah 49 kasus yang tersebar dalam wilayah
Kota Baubau. Sementara untuk kasus demam berdarah (DBD) pada
tahun 2012 berjumlah 27 kasus. Selain itu pula kasus AFP Poliu yang
terjadi di Kelurahan Waliabuku pada BulanJuni tahun 2012 yang
dinyatakan sebagi kejadian luar biasa karena merupakan salah satu
penyakit yang sebelumnya tidak ada atau tidak pernah ada.
Bencana Sosial
Secara geografis Baubau sebagai wilayah terbuka dan daerah transit baik dari
masyarakat KBI maupun dari KTI, sehingga kondisi sosial budaya masyarakat
Baubau sangat beraneka ragam suku, ras, golongan, bahasa, agama.. Kondisi
tersebut sangat rawan terhadap konflik dan sering dimanfaatkan oleh pihak
yang mempunyai kepentingan tertentu. Kerawanan terhadap konflik dalam
2.1.4 Demografi
A. Pertumbuhan dan Distribusi Penduduk
Peran Kota Baubau sebagai pusat aktifitas dan perekonomian
masyarakat di wilayah Sulawesi Tenggara bagian Kepulauan, menyebabkan
perbedaan yang cukup signifikan antara jumlah penduduk siang dan malam
karena besarnya jumlah penduduk komuter dari beberapa daerah disekitarnya.
Dari hasil pendataan BPS jumlah penduduk tetap non komuter di Kota Baubau
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Selama kurun waktu 5 (lima)
tahun terakhir (2008 2012), rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar
2,85%. Angka ini lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sulawesi
Tenggara pada periode yang sama yakni 2,17% dan Indonesia 1,49%.
Selengkapnya perkembangan penduduk Kota Baubau selama kurun waktu
2008-2012 dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut ini:
150.000
143.363
140.000
139.717
137.118
130.000 130.862
127.743
120.000
2008 2009 2010 2011 2012
Gambar. 2.7
Grafik Perkembangan Penduduk Kota Baubau Tahun 2008-2012
Pada tahun 2011 dari 139.717 jiwa penduduk, tercatat32.975 Kepala Keluargaatau
rata-rata satu keluarga terdiri dari 4,24 jiwa. Perbandingan penduduk
perempuan dengan penduduk laki-laki atau rasio jenis kelamin penduduk tahun
2011 sebesar 97,6 yang berarti dari setiap 100 orang penduduk perempuan
terdapat 98 orang laki-laki.Perkembangan sex ratio dapat dilihat pada tabel 2.6
Tabel 2.6
Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah Rasio Jenis
Tahun Laki-Laki Perempuan
Penduduk Kelamin
2008 127.743 62.986 64.757 97,27
2009 130.862 64.524 66.338 97,26
2010 137.118 67.736 69.382 97,62
2011 139. 717 68.997 70.720 97,53
2012* 143.363 70.630 72.537 97,64
Sumber : BPS Kota Baubau (Diolah)
Dari jumlah penduduk yang mencapai 139.717 orang pada tahun 2011,
sebagian besar tersebar di 5 kecamatan yang merupakan pusat perkotaan yaitu
Kecamatan Wolio yang dihuni 27,86% dari total penduduk Kota Baubau,
kemudian diikuiti oleh Kecamatan Batupoaro (16,98%), Murhum (16,0%),
Kokalukuna (12,25%), dan Betoambari (11,96%). Sedangkan 3 kecamatan
lainnya,yakni Kecamatan Bungi, Lea-Lea dan Sorawolio yang berada di
pinggiran perkotaan persebaran penduduknya dibawah 6 persen.
Gambar 2.8
Piramida Penduduk Kota Baubau Tahun 2011
Implikasi lain yang perlu disikapi dari piramida penduduk ini adalah
tingginya jumlah penduduk pada kelompok umur 10-49 tahun lebih besar dari
jumlah penduduk usia 50 tahun keatas dan usia 5 tahun kebawah, yang berarti
bahwa Kota Baubau satu dekade ke depan akan memperoleh Bonus Demografi,
yaitu kondisi ketika jumlah penduduk produktif (berusia 15-64 tahun)
mendominasi populasi Kota.Saat bonus demografi datang, pertumbuhan
ekonomi bakal melonjak, pendapatan per kapita melambung, dan sektor-sektor
produksi akan tumbuh luar biasa pesat. Siklus ini hanya akan datang sekali
dalam sekian ratus atau bahkan sekian ribu tahun bagi sebuah bangsa. Bonus
Demografi akan terjadi pada 2020-2030.Tanda-tanda bonus demografi sudah
muncul. Sejak dua tahun silam, tingkat kelahiran di Kota Baubau khususnya dan
Indonesia pada umumnya menurun, diikuti oleh meningkatnya jumlah penduduk
usia produktif.
Tabel 2.8
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB tahun 2008 - 2012 atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 Kota Baubau
2008 2009 2010 2011 2012*
NO SEKTOR
(Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) %
SEKTOR PRIMER 61.460,24 9,82 66.684,94 9,52 69.348,27 9,08 71.513,74 8,56 74.591,37 8,22
1 Pertanian 58.484,51 9,35 62.820,01 8,97 64.202,98 8,40 65.486,03 7,84 67.259,00 7,41
2 Pertambangan & Penggalian 2.975,73 0,48 3.864,93 0,55 5.145,29 0,67 6.027,71 0,72 7.332,37 0,81
SEKTOR SEKUNDER 158.901,99 25,39 177.668,77 25,38 209.152,14 27,38 232.705,45 27,85 246.861,34 27,19
3 Industri Pengolaan 27.230,95 4,35 30.701,56 4,38 32.096,18 4,20 34.192,70 4,09 36.157,31 3,98
4 Listrik, Gas & Air Bersih 6.245,26 1,00 7.051,56 1,01 7.702,06 1,01 8.310,74 0,99 9.440,92 1,04
5 Kontruksi 125.425,78 20,04 139.915,65 19,98 169.353,90 22,17 190.202,01 22,77 201.263,11 22,17
SEKTOR TERSIER 405.396,01 64,78 455.804,97 65,10 485.485,38 63,55 531.228,68 63,59 586.353,52 64,59
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 137.569,34 21,98 156.796,43 22,39 169.891,09 22,24 188.502,34 22,56 207.373,83 22,84
7 Pengangkutan dan Komunikasi 69.949,36 11,18 82.611,47 11,80 85.570,42 11,20 92.506,52 11,07 110.919,59 12,22
8 Keuangan, sewa & Jasa Perusahaan 47.965,30 7,67 49.099,12 7,01 54.482,16 7,13 67.493,06 8,08 72.264,56 7,96
9 Jasa-jasa 149.912,01 23,96 167.297,95 23,89 175.541,71 22,98 182.726,76 21,87 195.795,54 21,57
PDRB 625.758,24 100,00 700.158,68 100,00 763.985,79 100,00 835.447,87 100,00 907.806,23 100,00
Sumber: BPS Kota Baubau (2012), Produk Domestik Regional Bruto Kota Baubau Tahun 2011, Diolah
Tabel 2.9
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 - 2012 atas Dasar Harga Berlaku Kota Baubau
2008 2009 2010 2011 2012*
NO SEKTOR
(Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) %
SEKTOR PRIMER 253.333,68 10,39 293.859,13 15,66 306.567,41 14,72 331.149,42 14,16 397.698,91 14,82
1 Pertanian 246.758,86 10,12 284.999,87 15,18 294.359,69 14,13 316.175,46 13,52 380.982,77 14,20
2 Pertambangan & Penggalian 6.574,82 0,27 8.859,26 0,47 12.207,72 0,59 14.973,96 0,64 16.716,14 0,62
SEKTOR SEKUNDER 314.416,45 12,89 386.145,16 20,57 473.664,90 22,74 538.514,68 23,02 612.871,41 22,84
3 Industri Pengolaan 41.816,78 1,71 49.419,48 2,63 52.983,68 2,54 57.963,11 2,48 60.605,32 2,26
4 Listrik, Gas & Air Bersih 17.707,84 0,73 21.401,58 1,14 23.715,68 1,14 26.001,29 1,11 32.724,94 1,22
5 Kontruksi 254.891,83 10,45 315.324,10 16,80 396.965,54 19,06 454.550,28 19,43 519.541,15 19,36
SEKTOR TERSIER 1.871.313,67 76,72 1.196.991,17 63,77 1.302.381,67 62,54 1.469.542,66 62,82 1.673.180,78 62,34
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 388.354,06 15,92 477.540,27 25,44 533.255,51 25,61 613.408,32 26,22 707.337,07 26,36
7 Pengangkutan & Komunikasi 175.601,37 7,20 217.336,49 11,58 227.424,11 10,92 248.744,51 10,63 284.388,64 10,60
8 Keuangan, sewa & Jasa Perusahaan 977.777,94 40,09 104.648,32 5,58 119.624,04 5,74 151.099,06 6,46 193.359,75 7,20
9 Jasa-jasa 329.580,30 13,51 397.466,09 21,18 422.078,01 20,27 456.290,77 19,51 488.095,32 18,19
PDRB 2.439.063,80 100,00 1.876.995,46 100,00 2.082.613,98 100,00 2.339.206,76 100,00 2.683.751,10 100,00
Sumber: BPS Kota Baubau (2012), Produk Domestik Regional Bruto Kota Baubau Tahun 2011, diolah
Pertanian, Industri
Pertambangan
Peternakan, Pengolahan
& Penggalian
Jasa-Jasa Kehutanan & 1% 4% SEKTOR
21% Perikanan Listrik, Gas PRIMER
8% dan Air bersih 8.57%
Keuangan, 1%
persewaan &
Jasa Konstruksi SEKTOR
perusahaan 23% SEKUNDER
7% SEKTOR 28.59%
Perdagangan, TERSIER
Hotel & 62.54%
Restoran
Pengangkutan
23%
& Komunikasi
12%
Sumber: BPS Kota Baubau (2012), dan proyeksi PDRB Kota Baubau, diolah
Gambar 2.9
Struktur Perekonomian Kota Baubau Tahun 2012
Jika ditinjau secara kumulatif 5 tahun terakhir, maka dapat disimpulkan bahwa
terjadi pergeseran struktur perekonomian Kota Baubau, dimana sektor primer
dan sekunder mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yang secara
simultan diikuti dengan penurunan peran sektor tersier terhadap pergerakan
ekonomi di Kota Baubau, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.10.
100,0
%
Gambar 2.10
Pergeseran Struktur Perekonomian Kota Baubau 2008-2012
Tabel. 2.10
Perkembangan PDB dan PDRB Provinsi/kota Tahun 2008 s.d 2012
atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku
PDRB Kota Baubau PDRB Prov. Sultra PDB non migas
TAHUN
(Juta Rp) (Juta Rp) Triliun Rp)
2008 HB 2.439.063,8 10.335.160,0 4.948,7
HK 625.758,2 4.659.810,0 2.082,5
2009 HB 1.876.995,5 11.704.610,0 5.606,2
HK 700.158,7 4.912.780,0 2.178,9
2010 HB 2.082.614,0 12.706.800,0 6.436,3
HK 763.985,8 5.218.250,0 2.313,8
2011 HB 2.339.206,8 14.067.730,0 7.427,1
HK 835.447,9 5.560.750,0 2.463,2
2012 HB 2.683.751,10* 4027,8*smt1
HK 907.806,23* 1283,4*smt1
*Angka sementara
Sumber: BPS RI (2013), BPS Prov.Sultra (2012), BPS Kota Baubau (2012), Produk Domestik Regional Bruto
Kota Baubau Tahun 2011, diolah
Laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Kota Baubau menunjukkan tren
yang positif dari tahun ke tahun, dimana pertumbuhan ekonomi Kota Baubau
pada tahun 2012 mencapai 9,67% jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang
hanya mencapai 10,12% berarti terjadi peningkatan sebesar 0,96%.
Gambar 2.11
Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Kota Baubau Tahun 2008-2012
PERTUMBUHAN EKONOMI
15 KOTA BAUBAU (%)
13
11
9
7
5
3
1
-1
-3
-5
-7
-9
-11
-13
-15
2000
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Keterangan:
Nilai angka tahun 2011 s.d tahun 2012 adalah angka sementara.
Sumber: BPS Kota Baubau (2011), Produk Domestik Regional Bruto Kota Baubau Tahun 2010, diolah
Sementara itu dari Tabel 2.11 dan 2.12 dapat dilihat bahwa semua sektor
pembentuk PDRB selama kurun waktu 2010-2012 mengalami pertumbuhan
(positif). Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor dengan
pertumbuhan tertinggi selama kurun waktu tersebut 154,24% , namun demikian
jika dilihat dari andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi, sektor ini hanya
menyumbang rata-rata dibawah 1% selama 5 tahun terakhir.
Tabel. 2.11
Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008- 2012
Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) & Harga Konstan (Hk) Kota Baubau
2008 2009 2010 2011 2012
SEKTOR Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
SEKTOR PRIMER 16,25 9,82 15,66 15,66 14,72 14,72 14,16 14,16 14,82 8,22
Pertanian 15,83 9,35 15,18 15,18 14,13 14,13 13,52 13,52 14,20 7,41
Pertambangan &
0,42 0,48 0,47 0,47 0,59 0,59 0,64 0,64 0,62 0,81
Penggalian
SEKTOR SEKUNDER 20,17 25,39 20,57 20,57 22,74 22,74 23,02 23,02 22,84 27,19
Industri Pengolaan 2,68 4,35 2,63 2,63 2,54 2,54 2,48 2,48 2,26 3,98
Listrik, Gas & Air
1,14 1,00 1,14 1,14 1,14 1,14 1,11 1,11 1,22 1,04
Bersih
Kontruksi 16,35 20,04 16,80 16,80 19,06 19,06 19,43 19,43 19,36 22,17
SEKTOR TERSIER 63,58 64,78 63,77 63,77 62,54 62,54 62,82 62,82 62,34 64,59
Perdagangan, Hotel
24,91 21,98 25,44 25,44 25,61 25,61 26,22 26,22 26,36 22,84
dan Restoran
Sumber: BPS Kota Baubau (2012), dan PDRB Kota Baubau 2008-2012, diolah
Tabel 2.12
Pertumbuhan Kontribusi Sektor & PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb)
dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2008-2012 Kota Baubau
Pertumbuhan (%)
NO SEKTOR
Hb Hk
SEKTOR PRIMER 56,99 21,37
1 Pertanian 54,39 15,00
2 Pertambangan & Penggalian 154,24 146,41
SEKTOR SEKUNDER 94,92 55,35
3 Industri Pengolaan 44,93 32,78
4 Listrik, Gas & Air Bersih 84,80 51,17
5 Kontruksi 103,83 60,46
SEKTOR TERSIER 68,78 44,64
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 82,14 50,74
7 Pengangkutan & Komunikasi Agkutan & Komunikasi 61,95 58,57
8 Keuangan, sewa & Jasa Perusahaan 97,75 50,66
9 Jasa-jasa 48,10 30,61
PDRB 72,14 45,07
Sumber: BPS Kota Baubau (2012), dan PDRB Kota Baubau 2008-2012, diolah
B. Laju Inflasi
Salah satu masalah pokok yang selalu dihadapi oleh pemerintah maupun
masyarakat adalah tingkat inflasi yang cenderung selalu tinggi. Peningkatan
pendapatan masyarakat secara nominal akan berkurang artinya apabila diikuti
oleh tingkat inflasi yang tinggi, karena bila faktor inflasi diperhitungkan belum
tentu terjadi peningkatan secara riil. Tingkat inflasi yang tinggi secara umum
akan menurunkan daya beli masyarakat yang berpenghasilan nominal tetap.
Penyajian PDRB atas dasarharga konstan bersama sama dengan atas dasar
harga berlaku dapat dipakai sebagai indikator untuk melihat tingkat inflasi atau
deflasi yang terjadi.
Isu-isu ekonomi nasional cukup memberi pengaruh yang relatif terhadap
peningkatan laju inflasi Kota Baubau pada tahun 2012 jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, dimana isu kenaikan harga BBM bersubsidi yang sempat
dihembuskan oleh pemerintah cukup menimbulkan gejolak harga beberapa
saat, walaupun kenaikan secara signifikan tidak terjadi dengan ditundanya
kenaikan tersebut beberapa saat setelahnya. Pada tahun 2011 inflasi kota
Baubau mencapai 2,61 persen dan di tahun 2012 meningkat 0.03 persen menjadi
2.64 persen.
Gambar 2.12
Perkembangan Tingkat Inflasi Kota Baubau menggunakan PDRB
deflator(y.o.y) tahun 2007 2012
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
2007 2008 2009 2010 2011* 2012*
Laju Inflasi 2,14 2,47 2,68 2,73 2,61 2,65
Keterangan:
Angka tahun 2011 s.d 2012 adalah angka sementara.
Baubau dalam Angka (beberapa edisi), PDRB Kota Baubau Tahun 2010, diolah
Inflasi yang tinggi merupakan salah satu fenomena dalam perekonomian yang
dapat menekan daya beli masyarakat dan menurunkan pendapatan rill
masyarakat. Inflasi dapat dilihat dari perubahan Indeks PDRB Deflator. Dalam
beberapa tahun terakhir inflasi Kota Baubau cenderung berada di bawah rata-
rata inflasi nasional. Hal ini tentu saja berdampak positif pada jalannya roda
18.719.970
15000000 16.742.463
15.188.480
14.343.319
12.204.691
10000000
2008 2009 2010 2011 2012
Keterangan:
Atas dasar Harga Berlaku, Nilai Angka tahun 2012 adalah angka sementara
Sumber: BPS Kota Baubau (2011), Produk Domestik Regional Bruto Kota Baubau (beberapa edisi) ;
D. Tingkat Kemiskinan
Jumlah penduduk miskin di Kota Baubau dari tahun ke tahun
menunjukkan angka penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa tingkat
kesejahteraan penduduk semakin membaik setiap tahunnya. Pada tahun 2010
jumlah penduduk miskin mencapai 18.170 orang, menurun bila dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 23.100 pada tahun 2005. Disisi
lain jumlah penduduk miskin jika dibandingkan dengan laju pertambahan
penduduk juga mengalami penurunan. Tahun 2007 persentase jumlah penduduk
miskin masing-masing sebesar 17,08% dari jumlah total penduduk, mengalami
penurunan pada tahun 2011 menjadi hanya 10.31%. Membaiknya tingkat
kesejahteraan masyarakat dan penurunan persentase kemisikinan dalam hal ini
tidak terlepas dari peran pemerintah yang signifikan menciptakan peluang-
peluang ekonomi bagi masyarakat, selain itu upaya penanggulangan kemiskinan
yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak dalam beberapa tahun terakhir
turut memberi andil menciptakan kondisi ini.
Tabel 2.14
Garis Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Kota Baubau
Penduduk Miskin
Garis Kemiskinan
Wilayah Tahun Jumlah Persentase
(Rp/Perkapita)
(Jiwa) (%)
2005 135.145 21,300 16,36
2006 157.138 23,100 18,90
2007 167.668 22,600 17,08
2008 182.765 19,640 14,13
Baubau
2009 217,430 18,170 12,72
2010 232,130 16,530 12.06
2011 238,200 14,450 10.31
2012 244.129* 14.426 10,06
2011 199.176 334.280 14,61
Sultra
2012 195.306* 316.330 13,71
2011 233.740 29,89 juta 12,36
Indonesia
2012 248.707* 29,13 juta 11,96*
*Angka sementara
Sumber : BPS Kota Baubau; , Data Strategis Indonesia 2012, www.bps.go.id
Indeks Angka Melek Huruf (AMH), Indeks Rata-rata Lama Sekolah, Angka Rata-
rata Lama Sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan indikator makro yang terkait
dan ikut mempengaruhi angka tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung seperti Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni.
Pencermatan atas data sebaran Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka
Melek Huruf (AHM) menunjukan bahwa ketersediaan saran prasarana,
aksesibilitas serta kondisi sosial ekonomi berpengaruh pada peningkatan Rata-
rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH).
Gambar 2.14
Angka Melek Huruf Penduduk Kota Baubau Tahun 2007/2008-2011/2012
100
90
95,2 96,3 97,83 98,01 98,86
80
70
60
50
40
30
20 4,8 3,7
10 2,17 1,99 1,14
0
%
Tabel. 2.15
Capaian Indikator Pendidikan dan IPM tahun 2008-2012
Indikator Capaian
Indikator Pendidikan
2008 2009 2010 2011 2012*
Indeks Pembangunan Manusia
a. Angka melek huruf (%) 95.20 95.30 95.58 98,86 99,81
b. Angka Rata-rata lama sekolah (tahun) 9.60 9.75 9.84 9.92* 10,00
c. Angka harapan hidup (tahun) 69.79 70.09 70.39 70.66* 70,92
d. Pengeluaran riil perkapita (Rp.000) 607.11 608.12 616.11 620,96* 625,85
IPM Kota Baubau 72.14 72.56 73.48 74.33* 75,18
IPM Prov. Sultra 69.00 69.68 70.36 71.05* 71,75
IPM Nasional 71.17 71.76 72.23 72.79* 73,34
Sumber: Baubau Dalam Angka; Bappeda, Profil Pendidikan Tahun 2010/2011, (Diolah)
Tabel 2.16
Perkembangan Capaian MDGs di Kota Baubau Tahun 2008-2012
TARGET
NO TUJUAN TARGET INDIKATOR TARGET 2008 2009 2010 2011 2012
2015
1 Menanggulangi Menurunkan proporsi penduduk yang Persentase penduduk dengan pendapatan di
a 10% 17,20% 14,44% 13,96 9,72 9,15*
Kemiskinan dan tingkat pendapatannya di bawah US$1 bawah US$1 (PPP) perhari.
Kelaparan perhari menjadi setengahnya dalam Persentase penduduk dengan tingkat konsumsi di
kurun waktu 1990-2015 b 7,50% 14,13 12,72 12,06 *10,31 10,06*
bawah garis kemiskinan nasional.
Menurunkan proporsi penduduk yang Persentase anak-anak berusia di bawah 5 tahun
a 3,30% 0,16% 0,06% 0,25% 0,15% 0,06*
menderita kelaparan menjadi yang mengalami gizi buruk (severe underweight)
setengahnya. Persentase anak-anak berusia di bawah 5 tahun
b yang menqalami gizi kurang (moderate 18% 9,20% 9,00% 7,23% 8,41% 3,49*
underweight)
2 Mencapai Menjamin pada lahun 2015, semua a Angka melek huruf usia 15-24 tahun. 100% 95.20 95.30 95.58 98,86 99,81*
Pendidikan Dasar anak, di manapun, laki-laki maupun Angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar /
untuk Semua perempuan, dapat menyelesaikan b 100% 91.2 % 88,12 92,29 94,4 98,8*
madrasah ibtidaiyah (7-12 tahun).
pendidikan dasar Angka partisipasi murni (APM). sekolah menengah
c 100% 72,80% 72,08 82,97 76 83*
pertama / madrasah tsanawiyah (13-15 tahun)
d Angka Partisipasi Murni (APM) SMA / SMK / MA 100% 64,59 69,73 85,62 84,8 90*
e Presentase guru yang rnemenuhi kualifikasi S1 / D4 100% 52,52% 67,31% 66,14 65,32 68,14*
3 Mendorong Menghilangkan ketirnpangan gender di Rasio anak perempuan terhadap anak laki-laki di
Kesetaraan Gender tingkat pendidikan dasar dan lanjuan tingkat pendidikan dasar, lanjutan dan tinggi.
a 100% 90,21% 94,45% 96,12 99,53 100*
dan pada tahun 2005, dan di semua yang diukur melalui angka partisipasi murni anak
Pemberdayaan jenjang pendidkan tidak lebih dari perempuan terhadap anak laki-laki.
Perempuan tahun 2015 Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki
b usia 1 5-24 tahun, yanq diukur melalui anqka 100% 98,97% 99,45% 101,2 102,3 102,1*
melek huruf.
c Partisipasi perempuan di Eksekutif Pernerintah indikator 58,90% 59,64% 56,14 53,20 55,42*
d Partisipasi perempuan di Legislatif DPRD 30% 5% 12% 12% 12% 12*
e Partisipasi perempuan di Yudikatif 5% 6,10% 6,12 7,82 8,12*
Partisipasi angkatan kerja perempuan di sektor
f indikator 36,39% 36,83% 37,8 39,41 37,91*
non pertanian
4 Menurunkan Menurunkan Angka Kematian Balita Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran
a 19% 5 5 14,00 21,89 6,48*
Angka Kematian hidup
Anak Angka Kematian Balita (AKABA ) per 1000
b 32% 13% 12% 3,67% 3,91% 12,10*
kelahiran hidup
c Anak usia 12-23 bulan yang diimunisasi campak 100% 92,33% 95,83% 96,43 96,71 98,67*
5 Meningkatkan Menurunkan angka kematian ibu a Angka kematian ibu melahirkan (AKI) per 110 303 138 166,94 195,47 259,29*
TARGET
NO TUJUAN TARGET INDIKATOR TARGET 2008 2009 2010 2011 2012
2015
Kesehatan Ibu sebesar tiga-perempatnya dalam kurun 100.000 kelahiran hidup
waktu 1990-2015 b Proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis 90% 87,66% 89,28% 91,53 89,36 63,81*
Prosentase penggunaan kontrasepsi pasangan
c indikator 55,65% 60,12% 63,32 66,27 67,41*
menikah
Proporsi wanita 15-49 tahun berstatus kawin yang
d sedang menggunakan atau memakai alat indikator 57,59% 58,54% 58,16 59,21 60,12*
keluarga berencana
Jumlah rata-rata kunjungan pemeriksaan ibu
e indikator 82,61% 83,54% 87,51 91,17 92,4*
hamil ke RS. Puskesmas, Dokter/ Bidan Keluarga
6 Memerangi Menghentikan dan mulai rnenurunkan a Prevalensi HIV 0,143 0,125 0,127 0,213 0,251 0,312*
HIV/AIDS, Malariakecenderungan penyebaran HIV AIDS b Penggunaan kondom pada pemakai kontrasepsi indikator 2,13 2,44 4,35 17 18,1*
& Penyakit Mengendalikan penyebaran HIV dan
Menular Lainnya Pendidikan / Pengenalan penyakit HIV AIDS untuk
AIDS dan mulai menurunnya jumlah a indikator 6 12 12 12 12*
remaja usia 15-24 tahun ?
kasus baru
Mengendalikan penyakit malaria dan a Prevalensi malaria per 1.000 penduduk 14,37 15,4 13,2 2,18 5,1*
mulai menurunnya jumlah kasus
malaria dan penyakit lainnya b Prevalensi tuberkulosis per 100.000 penduduk 222 82,1 89 125,45 176,79 177,12*
7 Memastikan Memadukan prinsip-prinsip
Kelestarian pembangunan berkelanjutan dengan Rasio luas kawasan tertutup pepohonan yang
Lingkungan Hidup kebijakan dan program nasiortal serta a dilakukan dengan program reboisasi atau hutan 44,32 48,7 42,16 41,6 49,3*
mengembalikan sumber daya rakyat.
lingkungan yang hilang
Menurunkan proporsi penduduk tanpa Proporsi rumah tangga yang mendapatkan
b 78,3 83,1 85,41 86,16 86,79*
akses terhadap sumber air minum yang sumber air bersih / jumlah seluruh rumah tangga
aman dan berkelanjutan serta fasilitas Proporsi cakupan pelayanan perusahaan daerah
sanitasi dasar sebesar separuhnya c 67% 71 75 79 83 85*
air minum / jumlah seluruh rumah tangga
Mencapai perbaikan yang berarti Proporsi rumah tangga dengan akses pada fasilitas
d 65% 86,98 88,66 88,72 89,58 91,5*
dalam kehidupan penduduk miskin di sanitasi yang layak
pemukiman kumuh Proporsi rumah tangga yang menempati Rumah
e 80,5 83,32 85,14 86,54 87,53*
Sehat
Sumber: BAPPEDA Kota Baubau (2012)
Tabel 2.17
Perkembangan Fasilitas Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2008-2012 Kota Baubau
No Capain Pembangunan 2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk 0,23 0,23 0,22 0,36 0,35
2 Jumlah gedung kesenian per 10.000 penduduk 0,08 0,08 0,07 0,07 0,07
3 Jumlah klub olahraga per 10.000 penduduk 0,39 0,53 0,73 1,22 1,19
4 Jumlah gedung olahraga per 10.000 penduduk 0,23 0,23 0,22 0,36 0,35
Sumber: Bappeda Kota Baubau, 2012
Tabel 2.18
Fasilitas Kebudayaan Tahun 2012 di Kota Baubau
Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi
No Kecamatan Balai Warga Balai Serba Guna / Gedung Serba Gedung
/Pertemuan Karang Taruna Guna Bioskop
1 Betoambari 6 - - -
2 Murhum& Batupoaro 17 - 1 -
3 Wolio 14 - 2 -
4 Kokalukuna 6 -
5 Sorawolio 3 - - -
6 Bungi 3 - - -
7 Lea-lea 3 - - -
Kota Baubau 52 3
Sumber: Bappeda Kota Baubau, 2012
1. Obyek Wisata Bahari Pantai Nirwana, Pantai Lakeba, Pantai Lakorapu dan
Pantai kokalukuna
5. Batu Puaro
Merupakan batu yang menjadi pertanda hilangnya
penyiar agama islam di Buton yang bernama Syech
Abdul Wahid di pesisir pantai Buton Obyek Wisata ini
terletak di Kawasan Kotamara, Kelurahan Wameo
Kecamatan Murhum 2 Km dari Pusat Kota Baubau.
6. Kawasan Benteng Keraton Buton
Kawasan Benteng Keraton Buton adalah jenis
kawasan Intra Muros yakni kota dalam benteng,
Kawasan tersebut saat ini merupakan sebuah kelurahan
yakni Melai yang dihuni masyarakat asli suku Buton.
Kawasan Benteng Keraton Buton menyuguhkan
pemandangan (view) yang sangat menarik berupa
pemandangan alam (laut, matahari terbenam, gunung
dan pulau) serta pemandangan kota Baubau yang tampak dari atas.
Gambar 2.15
Peta Benteng Keraton Buton
C. Pusaka Saujana
Pusaka saujana diartikan sebagai produk kreativitas manusia dalam
merubah bentang alam dalam waktu yang lama sehingga didapatkan
keseimbangan harmoni kehidupan antara alam dan manusiaAda beberapa
kawasan di Kota Baubau yang dianggap termasuk Pusaka Saujana adalah:
Selanjutnya dibawah ini diuraikan capaian beberapa indikator kinerja utama dalam
penyelenggaraan urusan wajib pendidikan di Kota Baubau pada tahun 2008-2012
Tabel. 2.20
Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK)Kota Baubau
No Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012
1.1 APK SD/MI 94,29 101,83 116,43 110,25 112,93
2.1 APK SMP/MTs 76,63 79,40 122,40 122,00 122,00*
3.1 APK SMA 92,82 97,70 137,41 121,00 121,00*
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Baubau, Profil Pendidikan Kota Baubau, Beberapa
Edisi, diolah, 2011/2012* Angka sementara
Rasio Murid-Guru
Rasio Murid-Guru (RMG) merupakan perbandingan jumlah murid
dengan jumlah guru pada suatu jenjang pendidikan tertentu. RMG
menggambarkan rata-rata banyaknya murid yang diajar oleh seorang guru.
Semakin sedikit murid ditangani oleh seorang guru, maka semakin baik pula
proses belajar-mengajar. Guru akan mudah memantau aktivitas murid dan
mudah mengukur prestasi belajar setiap siswa. Patokan umum yang
digunakan adalah seorang guru idealnya hanya mengajari 20 orang murid.
Tabel 2.23
Jumlah Guru dan Murid Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Baubau
No. Tahun Ajaran Guru Murid Rasio
I. Taman Kanak-Kanak (TK) Murid per
2007/2008 359 2.546 7
2008/2009 380 2.704 Guru
7
2009/2010 404 3.598 9
2010/2011 417 3.292 8
2011/2012* 425 3.295 8
II. Sekolah Dasar (SD)
2007/2008 1.130 18.114 16
2008/2009 1.342 18.479 14
2009/2010 1.341 19.202 14
2010/2011 1.373 19.737 14
2011/2012* 1.385 19.755 14
III. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
2007/2008 688 7.790 12
2008/2009 777 7.477 10
2009/2010 889 7.664 9
2010/2011 932 7.945 9
2011/2012* 945 7.965 9
IV. Sekolah Menengah Atas (SMA)
2007/2008 821 9.707 12
2008/2009 797 9.923 12
2009/2010 924 9.579 10
2010/2011 1.026 10.313 10
2011/2012* 1.035 10.415 10
Sumber: BPS Kota Baubau (2011), Kota Baubau dalam Angka Tahun 2011, diolah.
Keterangan : * Angka Sementara
Tabel. 2.24
Persebaran Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2012
Menurut Kecamatan di Kota Baubau
SD/MI SMP/MTs
No Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah
Rasio Jumlah Guru Rasio
Guru Murid Murid
1 Wolio 317 5779 18 204 1912 9
2 Betoambari 150 2293 15 55 207 4
3 Murhum / Batupoaro 437 5522 13 319 3334 10
4 Kokalukuna 174 2524 15 72 595 8
5 Bungi 82 1060 13 77 591 8
6 Sorawolio 92 1322 14 62 406 7
7 Lea-Lea 98 1090 11 50 278 6
Sumber: Dinas Pendidikan Nasional, 2013
Tabel 2.23 menunjukkan bahwa selama tahun ajaran 2007/2008-
2011/2012, RMG pada semua tingkatan pendidikan (kecuali SD) di Kota
Baubau relatif stabil dan mempunyai kecenderungan untuk menurun. Hal ini
disebabkan karena pertambahan jumlah murid selama tahun ajaran
tersebut juga diimbangi dengan penambahan jumlah guru. Hal lain yang
cukup menarik dari Tabel 2.23, RMG untuk tingkat pendidikan SD, setiap
guru hanya mengajari sekitar 14 orang murid, dan untuk tingkat pendidikan
SMP setiap guru hanya mengajari maksimal 10 orang murid. Hal ini
Analisis ; 29
Bidan ; 107 Dokter
Spesialis; 9
Perawat;
294 Dokter
Gigi; 15
Dokter
SKM; 82 Umum; 32
Apoteker;
48
Sumber: Dinas Kesehatan tahun 2012, diolah
Upaya memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan baik dari segi kualitas maupun
kuantitas juga menjadi bagian penting dalam rangka mewujudkan pelayanan
kesehatan yang bermutu. Peningkatan SDM dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kemampuan daerah setiap tahunnya. Perkembangan tenaga
kesehatan di Puskesmas dan jaringannya disajikan pada tabel 2.28. berikut
Tabel 2.28
Perkembangan Tenaga Kesehatan di Kota Baubau Tahun 20082011
Jenis Tenaga 2008 2009 2010 2011
Dokter Spesialis 5 8 8 9
Dokter Gigi 7 9 12 15
Dokter Umum 20 26 28 32
Apoteker 10 28 30 48
Sarjana Kesehatan Masyarakat 25 39 56 82
Sarjana Keperawatan 221 263 285 294
Bidan 86 95 105 107
Anastesi 1 1 1 1
Analis lab. 7 12 20 29
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Baubau (2012): Diolah
Tabel 2.31
Perkembangan Pencapaian SPM Kesehatan di Kota Baubau
Target 2012*)
Indikator 2010 2011
2015 Oktober
Pelayanan Kesehatan Dasar
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 95% 78,24% 91,20% 58,33%
2. Cakupan Ibu hamil dengan komplikasi yg ditangani. 80% 31,39% 82,80% 37,41%
Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau
3. tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi 90% 91,53% 89,50% 63,81%
kebidanan.
4. Cakupan pelayanan Ibu Nifas 90% 97,45% 82,10% 54,19%
5. Cakupan neonatal dengan komplikasi yg ditangani. 80% 12,42% 21,10% 9,18%
6. Cakupan kunjungan bayi. 90% 81,46% 95,40% 78,77%
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child
7. 100% 53,49% 81,40% 58,14%
Immunization (UCI).
8. Cakupan pelayanan anak balita. 90% 47,66% 48,50% 57,44%
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI
9. 100% 3,08% 42,50% 7,06%
pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin.
10. Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatan. 100% 100,00% 100,00% 100,00%
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan
11. 100% 40,26% 70,10% 65,00%
setingkat.
12. Cakupan peserta KB Aktif 70% 64,81% 62,00% 61,47%
Cakupan Penemuan dan penanganan penderita
13.
penyakit.
a. Accute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 2/100.0
2,21% 0,00% 0,00%
penduduk < 15 tahun 00
b. Pneumonia Balita 100% 100,00% 100,00% 100,00
c. Pasien baru TB BTA + 70% 81,92% 88,80% 54,90%
d. DBD yang ditangani 100% 100,00% 100,00% 100,00%
e. Cakupan penanganan penderita diare 100% 100,00% 100,00% 100,00%
Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat
14. 100% 100,00% 88,90% 57,18
miskin.
Pelayanan Kesehatan Rujukan
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien
15. 100% 8,01% 1,40% 1,39
masyarakat miskin.
Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yg harus
16. 100% 20,00% 22,73% 21,74%
diberikan sarana kesehatan (RS) di Kab/Kota.
Penyelidikan epidemiologi&Penanggulangan
Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang
17. 100% 100,00% 0,00% 0,00%
dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam.
Promosi kesehatan & pemberdayaan masy.
18. Cakupan Desa Siaga Aktif. 80% 97,67% 100,00% 100,00%
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Baubau, 2012
Tabel 2.37
Indikator Kinerja Urusan Perhubungan
Indikator Capaian 2012
Rasio Izin Trayek
Jumlah Uji KIR Angkutan Umum 65%
Meningkatnya persentase arus penumpang yang datang dan 4,60%
berangkat melalui pelabuhan laut
Meningkatnya persentase arus penumpang yang datang dan 25%
berangkat melalui pelabuhan udara
Persentase Jumlah Pemasangan Rambu-rambu lalulintas 60%
Sumber: Dinas Perhubungan, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
- Rasio bayi berakte kelahiran sebanyak 50% dan rasio pasangan berakte
nikah sebanyak 75%.
Tabel 2.39
Indikator Kinerja Urusan Kependudukan dan Capil
Indikator Capaian 2012
Rasio penduduk ber-KTP 90%
Rasio Bayi berakte kelahiran 50%
Ketersediaan Database Kependudukan berskala Kota Ada
Penerapan KTP Nasional berbasis NIK 60%
Sumber: Dinas Dukcapil, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
2.3.1.10 Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Urusan wajib Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan adalah:
- Kesetaraan peran perempuan dalam pembangunan menunjukkan
peningkatan, yang ditandai dengan meningkatnya proporsi perempuan yang
bekerja dalam lembaga pemerintahan menjadi 15,74%, dan proporsi
partisipasi perempuan dilembaga swasta menjadi 40%.
- Masalah eksploitasi anak yang berkerja di bawah umur menunjukkan nilai
yang relatif rendah yaitu sebanyak 7%. Tetapi menunjukkan peningkatan 2%
dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebanyak 5%. Selain itu dalam upaya
penyelesaian kasus-kasus tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak
masih rendah yaitu hanya sekitar 38% terselesaikan.
Tabel 2.40
Indikator Kinerja Urusan Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak
Indikator Capaian 2012
Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan 38,51%
Kasus kekerasan terhadap perempuan 40
Sumber: Badan KB dan PP Kota Baubau, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
Tabel 2.43
Pemakai Kontrasepsi Menurut Kecamatan di Kota Baubau Tahun 2011
Tabel 2.45
Tempat Peribadatan Menurut Kecamatan Tahun 2011
2.3.1.14 Urusan Wajib / Bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Urusan wajib Bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dilaksanakan
oleh Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi & UKM; dan Bagian Administrasi
Ekonomi Sekretariat Daerah Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah
dihasilkan adalah sebagai berikut :
- Rasio koperasi yang sehat terhadap jumlah koperasi sebesar 60% dan Rasio
koperasi klasifikasi A terhadap jumlah koperasi sebesar 25%.
- Jumlah fasilitasi skim kredit investasi UMKM sekitar Rp. 3,08 Milyar.
Tabel 2.49
Indikator Kinerja Urusan Koperasi dan UKM
Indikator Capaian 2012
Rasio Koperasi Aktif 96%
Rasio Usaha Mikro dan Kecil/ UMKM yang berkembang 16,10%
Sumber: Dinas Perindagkop dan UKM , Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
Kebijakan pemerintah dalam pembinaan koperasi ditujukan agar
koperasi menjadi lembaga yang kuat dan wadah utama untuk membina
kemampuan usahagolongan ekonomi lemah. Indikator yang dapat mengukur
tingkat kemajuan koperasi di Kota Baubau dapat dilihat pada tabel 2.49.
Koperasi yang ada di Kota Baubau tahun 2011 hanya koperasi primer yang terdiri
dari Koperasi Unit Desa sebanyak 7 buah dengan jumlah anggota sebanyak 2.702
orang dan koperasi non KUD sebanyak 212 buah dengan jumlah anggota
sebanyak 17.354 orang. Jumlah aset koperasi tahun 2011 mencapai 29.382 juta
rupiah dengan volume usaha sebesar 32.978 juta rupiah, nilai SHU yang mencapai
3.367 juta rupiah serta modal usaha sebesar 29.045 juta rupiah.
Tabel 2.50 Jumlah KUD dan Non KUD di Kota Baubau Tahun 2011
Tabel 2.53
Jumlah Investasi PMDN/PMA diKota Baubau Tahun 2011-2012
Realisasi
Tahun
JumlahProyek Nilai Investasi
2010 Na Rp. 7.290.000.000,-
2011 Na Rp. 7.415.000.000,-
Sumber: Badan Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal, 2012
*Hanya memperhitungkan investasi pada industri skala Besar dan Menengah
Tabel 2.54
Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Tahun 2011 s.d 2012 di Kota Baubau
No Uraian 2010 2011
1 Jumlah tenaga kerja yang berkerja pada
perusahaan PMA/PMDN Skala Besar dan 344 354
menengah
Jumlah seluruh PMA/PMDN Skala Besar dan 8 8
2
menengah
3 Rasio daya serap tenaga kerja 1:43 1:44,25
Sumber: Badan Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal, 2012
yang melakukan investasi, dan didominasi oleh Perusahaan skala kecil dan
menengah, dengan total aliran investasi sebesar 154 Milyar rupiah di akhir kwartal
kedua, jika ditinjau sebatas dua skala usaha PMDN/PMA yang termasuk skala
nasional, di Kota Baubau hanya terdapat 1 usaha berupa industri skala Besar,
dan 7 industri skala menengah dengan nilai investasi pada tahun 2011 sebesar
7,290 Milyar Rupiah dan mempekerjakan 354 orang Tenaga Kerja . PMDN atau
usaha yang terbentuk di Kota Baubau didominasi oleh usaha kecil dengan daya
serap tenaga kerja yang relatif rendah, serta usaha menengah yang terbentuk
merupakan usaha yang padat modal dan tidak padat karya.
Tabel 2.57
Indikator Kinerja Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Indikator Capaian 2012
Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP 40%
Persentase Persentase Kerjasama Antara Tokoh 10%
Masyarakat, Adat, Agama, dan Pemuda
Sumber: Dinas Kesbangpol, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
Tabel 2.58
Jumlah PNS Menurut SKPD dan Golongan
di Pemerintah Kota Baubau Tahun 2011
Tabel 2.59
Jumlah Pegawai negeri Sipil Menurut Tingkat Pendidikan
di Pemerintah Kota Baubau
Tabel 2.60
Indikator Kinerja Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
panen 2.214 ha yang mencapai hasil produksi sebesar 11.202,84 ton, kemudian
Kecamatan Lea-lea dengan luas panen 150 ha yang mencapai hasil produksi
sebesar 624 ton. Bila dibandingkan dengan tahun 2010, maka produksi padi
sawah pada tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 1,21 persen dimana pada tahun
2010 produksi padi sawah sebanyak 12.364,70 ton sedangkan tahun 2011
mencapai 12.214,68 ton.
Tabel 2.61
Produktivitas Tanaman Pangan menurut Kecamatan Tahun 2011 di Kota Baubau
Padi Sawah Padi Ladang Jagung
Kecamatan Luas
Produksi Produktivitas
Luas
Produksi Produktivita
Luas
Produksi Produktivitas
Panen Panen Panen
(ton) (ton/ha) (ton) s (ton/ha) (ton) (ton/ha)
(ha) (ha) (ha)
Betoambari - - - - - - 16 36 23
Murhum/
Batupoaro
- - - - - - 8 16 20
Wolio - - - - - - 54 113 21
Kokalukuna - - - - - - 14 28 20
Sorawolio 96 388 40 371 1.187 32 70 182 26
Bungi 2.214 11.203 51 - - - 15 105 70
Lea-Lea 150 624 42 - - - 126 284 23
Kota Baubau
2011 2.460 12.214,68 132,6 371 1.187,20 32,0 287 727,90 179,50
2010 2.516 12.364,70 39,0 346 891,85 28,1 198 446,42 23,10
2009 2.040 10.274,56 49,3 562 2.050,59 36,4 277 363,00 22,10
2008 1.951 9.811,51 49,3 706 2.419,53 36,3 287 640,53 22,20
2007 1.860 9.281,00 49,0 650 2.362,12 36,2 578 1.170,90 22,20
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2012
Tabel 2.67
Capaian Pengembangan e-Government Kota Baubau
Tahun Tahap Capaian
- Pembangunan Infrastruktur Dasar dan koneksi internet
Pra Kondisi + - Pembangunan 2 hotspot area publik
2008 Infrastruktur - Pembangunan website KDH
Jaringan - Pengembangan Jardiknas
- Pembangunan media teleconference
- Penyusunan Blueprint Pengembangan e-Government Kota Baubau
- Pembangunan WAN (Wide Area Network) seluruh SKPD
Infrastruktur
- Revitalisasi Website resmi pemerintah daerah
2009 Jaringan +
Data - Pembangunan beberapa website SKPD, Institusi, dan event
- Implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah
- Pembentukan Tim IT Pemkot Baubau
- Pembuatan Profil Interaktif Pemerintah Kota Baubau melalui Media
Touchscreen
Infrastruktur - Peningkatan Kapasitas Tim Teknis Pengelola Jaringan
2010 Aplikasi/ - Riset dan Development 18 Aplikasi e-Government - kerjasama dengan
Suprastuktur Depkominfo
- Pelatihan IT pada siswa SMA Kerjasama dengan Kota Seoul
- Pembangunan Website SEKDA, Kominfo, dan Perijinan
- Pembentukan UPT-PPTI melalui Perwali Nomor 13 Tahun 2011
- Pembangunan Infrastruktur WAN tingkat kecamatan
- Pengembangan Infrastruktur Pendukung implementasi e-KTP
- Pengembangan Website Tata Kota dan Website promosi Osiymobaubau
2011 Suprastruktur
- Implementasi Telepon VoIP di Sekretariat Daerah
- Pembangunan Wireless CCTV Tahap I-pemantauan kawasan Kotamara
- Pengembangan Server e-library dan e-Procurement
- Pembangunan Aplikasi Sistem Informasi Perijinan
- Pembangunan Telepon VoIP Tahap II meliputi SKPD dan Kecamatan
- Pembangunan Digital Library
- Implementasi Sistem Informasi surat menyurat (e-Office) lingkup
Pemantapan Pemkot Baubau
2012
E-Gov - Pembangunan Wireless CCTV Tahap II - pemantauan Kota dan
Beberapa perempatan jalan terpadat
- Implementasi Lelang Online (e-procurement)
http://lpse.baubaukota.go.id
Sumber: UPT- PPTI Kota Baubau, 2012
Sorawolio
Murhum
Lea-Lea
Jenis Hutan Jumlah
Bungi
Wolio
yang mengalami penurunan untuk populasi. Tahun 2011 populasi kambing dan
babi mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yakni masing-masing
sebesar 1,92 persen dan 3,58 persen, sedangkan untuk ternak sapi, mengalami
penurunan populasi dibanding tahun sebelumnya yakni sebesar 26,52 persen.
Untuk ternak unggas yang mengalami penurunan yaitu ayam ras sebesar 91,02
persen, sedangkan ayam kampong mengalami peningkatan sebesar 1,87 persen
dan itik/itik manila juga mengalami peningkatan sebesar 3,94 persen. Untuk
produksi daging ternak besar dan kecil serta unggas mengalami penurunan yaitu
untuk ternak besar dan kecil sebesar 18,53 persen, sedangkan ternak unggas
mengalami peningkatan sebesar 9,00 persen. Demikian pula dengan produksi
telur unggas juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 3,52 persen dari
2.016.500 kg pada tahun 2010 naik menjadi 2.087.500kg tahun 2011
Tabel 2.70
Indikator Kinerja Urusan Pertanian
Indikator Capaian 2012
Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal 372
lainnya per hektar (Ton/ tahun)
Cakupan pembinaan kelompok petani 40%
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
Batupoaro
Sorawolio
Murhum/
Lea-Lea
Hutan Produksi Biasa 168 117 1.086 305 1.273 531 - 3.480
Hutan Produksi Terbatas - - - - 2.325 2.143 - 4.468
Hutan Lindung 51 30 990 - 2.715 378 627 4.791
Hutan Wisata - - - 488 - - - 488
Hutan Produksi yang
- - - - - - - -
dapat dikonversikan
Hutan Lainnya 1.992 848 907 943 4.059 2.240 2.785 13.774
Jumlah 2.211 995 2.983 1.736 10.372 5.292 3.412 27.001
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2012
Sumber Daya Laut Pesisir dan Pulau Pulau Kecil Yang Terkelola 7%
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
Tabel 2.79
Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor melalui Pelabuhan Baubau
Tabel 2.88
Posisi Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang Diberikan Bank Umum
menurut Skala Usaha di Kota Baubau (Juta Rp)
Wilayah dan Kriteria Usaha 2011 2012
438.068
-Mikro 115.809 120.329
- Kecil 171.989 216.646
-Menengah 13.700 101.093
# SULAWESI TENGGARA 2.870.750 3.714.685
-Mikro 712.849 773.267
-Kecil 1.433.396 1.764.035
-Menengah 724.506 1.177.383
Sumber: Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
Tabel 2.89
Posisi Simpanan Masyarakat Rupiah dan Valuta Asing Bank Umum dan BPR
Berdasarkan Lokasi Kantor Penghimpun Dana (Juta Rp)
Wilayah dan Jenis Simpanan 2008 2009 2010 2011 2012
Tahap
Pelaksanaan
No Program
2011- 2016-
2015 2020
23 Pembangunan dan peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan fasilitas
pelayanan umum (fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan dan olahraga)
24 Peningkatan kapasitas, kualitas dan keterpaduan pelayanan sistem infrastruktur
perkotaan (persampahan, air bersih, limbah, drainase, RTH) berskala regional
25 Peningkatan fungsi jaringan jalan kolektor primer (K1) yang menghubungkan ke
PKWp Pasarwajo
26 Pembangunan rencana jembatan penghubung Kota Baubau Pulau Makassar
27 Pembangunan rencana jembatan penghubung Pulau Buton Pulau Muna
28 Pengembangan pembangkit dan jaringan transmisi tenaga listrik
29 Pembangunan rencana PLTU Baubau dan PLTM Rongi
30 Peningkatan dan perluasan pelayanan Depo BBM
31 Pembangunan dan peningkatan pelayanan Terminal Transit BBM
32 Pemantapan rencana kawasan Benteng Keraton Buton sebagai kawasan khusus
nasional
33 Pengembangan wisata sejarah dan wisata budaya (perkampungan tradisional,
atraksi seni budaya, upacara adat, kerajinan)
34 Pengembangan wisata alam, wisata alam laut dan wisata buatan
35 Optimalisasi pemanfaatan kawasan hutan produksi
36 Pemantapan kawasan lindung di Taman Wisata Alam Tirta Rimba, sempadan
pantai, sempadan sungai dan cekungan air tanah
Sumber: RTRWP Sulawesi Tenggara 2011-2031
Tabel. 2.92
Hasil Telaahan Struktur RuangKota Baubau
Waktu Pelaksanaan
No Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program Lokasi
2010-2015 2016-2020
I Perwujudan Sistem Perkotaan
I.1 Pembagian Wilayah Kota 1 Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I BWK I
2 Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK II BWK II
3 Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK III BWK III
4 Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK IV BWK IV
5 Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK V BWK V
6 Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK VI BWK VI
7 Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK VII BWK VII
I.2 Perwujudan Pusat Pelayanan
I.2.1 Pusat Kegiatan Primer 1 Revitalisasi dan pengembangan Kawasan Budaya Keraton Buton Kecamatan Murhum
2 Pengembangan Kawasan Pendidikan dan Perkantoran di Jalan Sultan Kecamatan Betoambari
Dayanu Ikhsanudin
3 Pembangunan KIPPT Pulau Makasar Kelurahan Sukanayo dan Liwuto
4 Peremajaan dan Pengembangan Kawasan Kota Mara Kecamatan Murhum dan Wolio
5 Peremajaan dan Pengembang-an Kawasan Pendidikan dan Kecamatan Wolio
Perkantoran di Jalan Muh. Husni Thamrin
6 Peremajaan &Pengembangan Kawasan Perkantoran di jl. Bhakti ABRI Kecamatan Wolio
7 Peremajaan dan Pengembang-an Kawasan Perkantoran dan Jasa di Kecamatan Wolio
Jalan Sultan Hasanuddin
8 Peremajaan dan Pengembang-an Kawasan Palatiga Kecamatan Wolio
9 Pembangunan Kota Satelit di Kecamatan Lea-Lea Kecamatan Lea-Lea
I.2.2 Pusat Kegiatan Sekunder 1 Pemeliharaan dan pengembangan Pantai Kamali Kecamatan Wolio
2 Peremajaan dan Pengembangan Kawasan Pendidikan dan Kecamatan Wolio
Perkantoran di Jalan Muh. Husni Thamrin
3 Pengembangan Pusat Perdagangan Wolio Wuna Kecamatan Wolio
4 Revitalisasi Kawasan Pasar Laelangi Kecamatan Wolio
5 Peremajaan dan Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Wolio
Jalan Wolter Monginsidi, Jl. Bakti ABRI, Jl. Sultan Hasanuddin
6 Pengembangan Kawasan Permukiman (Perumahan/BTN) Kec. Betoambari, Wolio, Kokalukuna
7 Peremajaan dan Pengembangan Kawasan Pendidikan di Jl.Betoambari Kecamatan Murhum
8 Pengembangan peran dan fungsi Kawasan PPI Wameo Kecamatan Murhum
9 Revitalisasi Kawasan Pantai Lakeba Kecamatan Betoambari
10 Revitalisasi Kawasan Pantai Nirwana Kecamatan Betoambari
11 Revitalisasi Kawasan Pantai Kokalukuna Kecamatan Kokalukuna
12 Revitalisasi Pasar Wameo Kecamatan Murhum
13 Peremajaan dan pengembang-an Kawasan Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Murhum
Jalan Betoambari
14 Pengembangan Kawasan Palagimata sebagai Kawasan Permukiman, Kecamatan Betoambari
Pelayanan Umum, dan Perkantoran.
Waktu Pelaksanaan
No Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program Lokasi
2010-2015 2016-2020
15 Revitalisasi Permandian Alam Bungi Kecamatan Bungi
16 Pengembangan Program Pembangunan Wilayah Terpadu BUSO Kecamatan Bungi dan Sorawolio
II Rencana Jaringan Transportasi
II.1 Jaringan Transportasi Darat
II.1.1 Jaringan Jalan 1 Peningkatan Konstruksi dan Pembangunan Jalan Ring Road Kecamatan Betoambari, Murhum,
Betoambari Sorawolio Bungi Kota Baubau Wolio,Sorawolio, dan Bungi
2 Peningkatan konstruksi Jaringan Jalan Kota Baubau Seluruh Kecamatan
3 Pembangunan Jalan bypass Liabuku Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea
II.1.2 Terminal 1 Pembangunan Terminal yang Berbatasan dengan Kec.Kapontori Kecamatan Kokalukuna
2 Pembangunan Terminal yang Berbatasan dengan Kec.Pasarwajo Kecamatan Kokalukuna
3 Pembangunan Terminal yang Berbatasan dengan Kecamatan Batauga Kecamatan Betoambari
4 Peningkatan Jumlah Armada Angkutan Umum baik Angkutan Barang Seluruh Kecamatan
maupun Orang
5 Peningkatan Sarana dan Prasarana Penunjang Angkutan Umum Seluruh Kecamatan
6 Pengelolaan Sistem Perparkiran baik On Street maupun Off Street Seluruh Kecamatan
II.2 Jaringan Transportasi Laut
II.2.1 Pelabuhan/Dermaga dan 1 Pengembangan Sarana dan Prasarana Kepelabuhanan Pelabuhan Kecamatan Wolio
Pergudangan Murhum Kota Baubau
2 Pengembangan Sarana dan Prasarana Kepelabuhanan Dermaga Kecamatan Wolio
Kapal Ferry
3 Pembangunan Kawasan Pelabuhan dan Pergudangan di Warumusio Kecamatan Kokalukuna
4 Peningkatan Kualitas Sarana dan Prasarana Pelabuhan-Pelabuhan di Kecamatan Betoambari, Murhum,
Kota Baubau Wolio, dan Lea-Lea
II.2.2 Jembatan ke Pulau Makasar 1 Pengembangan sarana dan prasarana penunjang jembatan yang
menhubungkan daratan Kota Baubau dengan Pulau Makasar
2 Penataan pengendalian kawasan disekitar jembatan tersebut untuk
menghindari perkembangan ruang akibat munculnya fasilitas baru
tersebut
II.2.3 Jembatan Pulau Buton ke Pulau 1 Pengembangan sarana dan prasarana penunjang jembatan yang
Muna menghubungkan dua pulau besar di Sulawesi Tenggara tersebut.
2 Pengendalian ruang di sekitar jembatan tersebut dengan suatu
perencanaan ruang berdasarkan kajian (studi) tertentu agar ruang di
sekitar kawasan jembatan tetap seimbang
II.3 Jaringan Transportasi Udara 3 Pengembangan Sarana dan Prasarana yang Mendukung Aktivitas Kecamatan Betoambari
Kebandaraan di Bandara Betoambari
4 Perluasan Landasan Pacu Bandara Betoambari Kecamatan Betoambari
5 Pengendalian Pembangunan KKOP Bandara Betoambari Kecamatan Betoambari
III Rencana Jaringan Energi 1 Peningkatan Sarana dan Prasarana Jaringan Listrik oleh karena Seluruh Kecamatan
meningkatnya target pelayanan
2 Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Fasilitas Penerangan Jalan Seluruh Kecamatan
IV Rencana Jaringan 1 Peningkatan Sarana dan Prasarana Jaringan Telekomunikasi Seluruh Kecamatan
Waktu Pelaksanaan
No Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program Lokasi
2010-2015 2016-2020
Telekomunikasi 2 Pemeliharaan Mutu Sentra Telepon yang Melayani kebutuhan Kecamatan Wolio
sambungan dan jaringan telepon
3 Penambahan dan Pemeliharaan Fasilitas Telekomunikasi Rumah Kabel Seluruh Kecamatan
4 Peningkatan Kualitas dan Jumlah Titik Telepon Umum Seluruh Kecamatan
V Rencana Jaringan Prasarana 1 Optimalisasi pemanfaatan jaringan sumber daya air sebagai sumber Seluruh Kecamatan
Sumber Daya Air Kota baku penyedia air bersih bagi masyarakat.
2 Peningkatan efektifitas pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
sebagai upaya terintegrasi pengendalian banjir.
VI Rencana Infrastruktur Kota
VI.1 Sistem Penyediaan Air Minum 1 Peningkatan Kualitas Pipa Distribusi Air Minum Seluruh Kecamatan
2 Peningkatan dan Pemeliharaan Sistem Pengolahan Air Bersih yang Kecamatan Murhum, tan Kokalukuna,
dilengkapi dengan reservoir Lea-Lea
VI.2 Sistem Pengelolaan Air Limbah 1 Pembangunan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Seluruh Kecamatan
Kota 2 Pengembangan Sistem Penggunaan Tangki Septik yang Ada Di Tiap- Seluruh Kecamatan
Tiap Rumah dengan Lebih Meningkatkan Kuantitas dan Kualitasnya
3 Penyediaan kendaraan pengangkut tinja untuk membersihkan dan Seluruh Kecamatan
menguras lumpur tinja pada tangki septik yang sudah penuh
4 Pemantauan Pengelolaan Air Limbah Domestik, serta Kualitas dan Seluruh Kecamatan
Kuantitas Badan-Badan Air yang Ada di Perkotaan.
VI.3 Sistem Persampahan Kota 1 Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan secara Terpadu Seluruh Kecamatan
antara Pemerintah dan Masyarakat.
2 Pengembangan Sarana dan Prasana Persampahan seperti TPS TPA Seluruh Kecamatan
VI.4 Sistem Drainase Kota 1 Peningkatan Mutu Sistem Drainase Seluruh Kota Baubau Seluruh Kecamatan
2 Pengembangan Sistem Jaring-an Drainase Kota yang Berhirarki dan Seluruh Kecamatan
Terpadu sesuai Fungsinya
3 Normalisasi dan Rehabilitasi Saluran Pembuangan dan Sungai-Sungai Sungai Baubau dam Sungai Bungi
4 Pengembangan kanal-kanal terbuka sebagai sistem jaring-an drainase Seluruh Kecamatan
primer (utama)
5 Pengembangan sistem jaringan drainase sekunder Seluruh Kecamatan
6 Pembuatan sistem saluran drainase tersier Seluruh Kecamatan
7 Melakukan penyuluhan kepada masyarakat terutama yang tinggal di Kecamatan Murhum, =Wolio, = Bungi,
sekitar daerah aliran sungai dan Kecamatan Lea-Lea
8 Pembuatan waduk atau catchment area baru pada daerah-daerah Kecamatan Betoambari, Murhum,
yang mempunyai cekungan (lembah) cukup luas sebagai penampung Kecamatan Wolio, Kecamatan
limpasan air hujan di wilayah tersebut untuk dimanfaatkan sebagai Kokalukuna, Kecamatan Bungi,
sumber air baku Kecamatan Lea-Lea
VI.5 Jaringan Jalan Pejalan Kaki Peningkatan kualitas prasarana pejalan kaki di seluruh trotoar Seluruh Kecamatan
VI.6 Jalur Evakuasi Bencana 1 Peningkatan mutu sarana dan prasarana terkait jalur evakuasi Kecamatan Murhum, Betoambari, dan
bencana dan tujuan evekuasi di Kawasan Palagimata dan Palatiga Wolio
2 Peningkatan Kualitas Hidran Kebakaran Seluruh Kecamatan
Sumber: Revisi RTRW Kota Baubau 2010-2030
Gambar 2.17
Peta Rencana Struktur Ruang Kota Baubau
Tabel. 2.93
Hasil Telaahan Pola RuangKota Baubau
Rencana Waktu Pelaksanaan
No Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program Lokasi
Pola Ruang 2010-2015 2016-2010
I Rencana Kawasan 1 Menyusun standarisasi dan kriteria teknis penataan ruang kawasan lindung Kota Baubau
Lindung 2 Penetapan dan pemetaan kawasan-kawasan yang berfungsi lindung Kota Baubau
Perwujudan Kawasan 3 Sosialisasi kawasan yang berfungsi lindung Kota Baubau
Lindung 4 Penerapan instrumen insentif dan disinsentif dalam upaya pelestarian Kota Baubau
kawasan lindung
5 Pengamanan dan rehabilisasi kawasan tangkapan air dan sempadan Kecamatan dan kelurahan yang menjadi
sungai dan pantai lokasi kawasan tangkapan air dan
sempadan sungai dan pantai
6 Mempertahankan dan mendaya gunakan bantaran sungai yang berfungsi Kecamatan dan kelurahan yang menjadi
sebagai saluran drainase primer dan sekunder lokasi kawasan bantaran sungai yang
berfungsi sebagai saluran drainase primer
dan sekunder
7 Penyusunan rencana pengelo-laan kawasan penyangga daerah tangkapan Kecamatan Bungi dan Lea-Lea.
Sungai Bungi
8 Pembuatan tapal batas kawa-san lindung/konservasi utama-nya Kecamatan Bugi dan kecamatan Lea-
sempadan sungai dan zona kawasan konservasi Teluk Lea-Lea Lea
II Rencana Kawasan
Budi Daya
II.1 Perumahan 1 Rencana Penanganan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman
Kec. Wolio : Bataraguru, Tomba, Wale.
a Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan Tinggi
Kec. Murhum : Wameo, Nganganaumala
b Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan Sedang Kec. Wolio (Batulo, Kadolokatapi), Kec.
Murhum (Baadia, Melai, Bone-Bone,
Kaobula, Lanto), Kec. Betoambari
(Sulaa, Waborobo,Katobengke,
Labalawa), Kec.Bungi ( Liabuku,
Waliabuku, NgkariNgkari) Kec. Lea-Lea :
Kalia-lia, Kampeonaho, Palabusa), Kec.
Sorawolio ( Kaisabu Baru, Gonda Baru,
Karya Baru, Bugi), Kec. Kokalukuna
(Waruruma, Liwuto,Sukanaeyo)
c Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan Rendah Kec. Wolio ( Wangkanapi, BWI), Kec.
Murhum ( Wajo, Lamangga, Tarafu
Tanganapada), Kec. Betoambari (Lipu),
Kec. Lea-Lea ( Lowu-Lowu, Kolese),
Kec.Kokalukuna ( Kadolomoko, Kadolo,
Lakologou)
2 Pengendalian Pertumbuhan Permukiman 1. Permukiman nelayan, sepanjang daerah
aliran sungai dan pesisir pantai
2. Permukiman Pusat Kota / CBD, yang
D. Penanganan Persampahan
Pengelolaan sampah dengan sistem kota merupakan sebagian lingkup
pekerjaan Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dimana kegiatannya meliputi
pengumpulan (jalan dan daerah komersil), pengangkutan dan pengelolaan
tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.Pengelolaan sampah di Kota Baubau
dilakukan dengan dua tahapan kegiatan antara lain (1) Sistem pengumpulan
dan pengangkutan, (2) Sistem pembuangan.Di tahun 2011 2012 lokasi TPA Kota
Baubau berada di Kelurahan Kadolokatapi dengan kapasitas daya tampung
480.000 ton. Dengan tingkat produksi rata-rata 186m3.
Tabel 2.97
Kondisi Pelayanan Persampahan Kota Baubau Tahun 2012
NO SARANA/FASILITAS VOLUME
1 Volume Produksi Sampah Setiap Hari 135,78 m
2 Volume Sampah Terangkut 73 % = 186 m
3 Armada Sampah
- Mobil Sampah 15 Unit
- Tempat Pembuangan Sampah Sementara 164 Unit
- Tempat Pembuangan Sampah Akhir 1 Unit
- Doser 1 Unit
4. Jumlah Tenaga Pengelola Sampah 114 Orang
5. Kapasitas Tampung TPA 480.000 m3
6. Kapasitas Tampung TPS 3 m
7. Rumah Tangga 5 100 Kg
8. Kapasitas Mobil Angkut 7 m
Sumber: Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Baubau, 2012
Tabel 2.98
Sumber dan Produksi Sampah di Kota Baubau Tahun 2007-2011
Produksi Sampah (m3)
Tahun
Rumah Pasar Kantor Jalan Toko Total
2007 232,016 11,601 116 2,320 2,320 248,373
2008 245,696 12,285 123 2,456 2,456 263,016
2009 260,184 13,009 130 2,602 2,602 278,527
2010 275,526 13,776 138 2,755 2,755 294,950
2011 291,774 14,589 146 2,918 2,918 312,345
Sumber: RPIJM Kota Baubau 2013-2017
terbangun cukup tinggi, yang umumnya berada pada jalur jalan utama kota.
Kondisi topografi yang sangat heterogen merupakan kendala mendasar
pengembangan sistem drainase yang terintegrasi.Saluran drainase berjenjang
mulai dari saluran primer berupa saluran alam yaitu sungai kemudian sekunder
sebagai saluran pengumpul sebelum menuju sungai dan terakhir tersier yang
langsung terkait dengan daerah tangkapan (Cathment Area). Misi
pengembangan drainase tidak hanya membuang air larian secepat-cepatnya
tetapi lebih penting dari itu adalah membuang air dalam waktu yang tepat
sesuai dengan kapasitas saluran.
Tabel 2.99
Jaringan Drainase Kota Baubau Tahun 2012
Jumlah Ruas Jenis Saluran
Panjang Saluran
Jalan Berdrainase Primer Sekunder Tersier
78 ruas 8 ruas
86 Sungai Baubau 39.052 m
36.572 m 2.480 m
Sumber: BAPPEDA Kota Baubau,diolah, 2012
Tabel 2.100
Pembagian Zona Pelayanan Air Minum Kota Baubau
Cakupan Pelayanan Tingkat
Zona Sumber
PDAM Baubau Layanan
Kondisi sistim penyediaan air minum sistim non perpipaan menganut sistim
pendekatan sarana air minum kepada masyarakat dimana wilayah tertentu
yang sulit dijangkau dengan jaringan perpipaan dibangun Bak Penampung,
Terminal air, Hidran umum. Sarana non perpipaan tersebut dibangun untuk
menampung air yang disuplai melalui mobil tangki, perpipaan pada titik daerah
tertentu ditempatkan pada daerah yang letaknya bisa dijangkau masyarakat..
Sumber utama air minum non perpipaan untuk keperluan domestik adalah air
permukaan, air tanah dan air suplai PDAM Kota Baubau melalui mobil tangki.
Terdapat sekitar 45 55 % penduduk yang tergantung pada air permukaan dan
air tanah untuk keperluan makan dan minum. Pada table 2.109 berikut
diuraikan perkembangan volume air minum yang disalurkan pada 4 kelompok
pengguna di Kota Baubau
Tabel 2.101
Perkembangan Volume Air Minum yang Disalurkan menurut Jenis Konsumen di
Kota Baubau Tahun 2008-2011(m3)
No Uraian 2008 2009 2010 2011
1 Rumah Tempat Tinggal 674.994 198.336 1.505.479 449.757
Hotel, Obyek Pariwisata, Toko
2 1.282.058 218.214 86.490 65.503
Perusahaan dan Industri
Badan-Badan Sosial, RS, dan Rumah
3 169.019 33.868 70.816 52.769
Sakit Umum
4 Instansi Pemerintah 58.317 32.856 91.169 11.978
5 Lainnya 752.545 1.334.430 - 989.709
Sumber : PDAM Kota Baubau, 2012
angkutan barang, baik barang produksi pabrik maupun barang hasil produksi
pertanian dan hasil-hasil lainnya.
Gambar 2.18
Perkembangan Panjang Jalan Menurut Kondisi di Kota Baubau
Tabel 2.103
Perkembangan Panjang Jalan Kota Baubau
Menururt Jenis Permukaan, Kondisi dan Status Jalan Tahun 2010-2011
Status Jalan
Keadaan JALAN NASIONAL (KM) JALAN PROPINSI (KM) JALAN KAB / KOTA (KM)
2010 2011 2010 2011 2010 2011
JENIS PERMUKAAN
a. Diaspal 62,076 62,076 - - 130,787 133,206
b. Kerikil - - - - 23,663 47,844
c. Tanah - - - - - -
d. Tidak dirinci - - - - - -
Jumlah 62,076 62,076 - - 154,45 181,05
KONDISI JALAN
a. Baik 47,96 53,5 - - 122,264 158,16
b. Sedang 6,076 6,076 - - 20,597 13,17
c. Rusak - 2,5 - - 11,589 9,72
d. Rusak Berat 8,04 - - - - -
Jumlah II 62,076 62,076 - - 154,45 181,05
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Baubau, 2012
Tabel 2.104
Prasarana Jembatan di Kota Baubau
Dimensi
Nama Jembatan Nama Ruas
TotalPanjang (m) Lebar( m )
Jembatan Gantung Jl.Kartini/Murhum 67,6 11,2
Jembatan Tengah Jl. Bataraguru 59 9
Jembatan Baley Jl. Monginsidi 31,1 9
Tabel. 2.105
Perkembangan Jenis Kendaraan Bermotor yang Terdaftar
di Kota BaubauTahun 2008-2012
Tabel 2.106
Perkembangan Jumlah Penumpang Melalui Dermaga dan Bandara
di Kota Baubau Tahun 2008-2012
Dermaga/
Arus Penumpang yang Datang Bandara
Tahun Pelabuhan Jumlah
dan Berangkat (orang)
(orang)
Datang 489.804 6.805 496.609
2008
Berangkat 372.991 4.710 377.701
Datang 510.414 5.778 516.192
2009
Berangkat 414.833 5.250 420.083
Datang 473.934 37.058 510.992
2010
Berangkat 429.655 34.872 464.527
Datang 500.100 48.750 548.850
2011
Berangkat 445.723 43.658 489.381
Datang 492.165 63.877 556.042
2012*
Berangkat 474.055 58.739 532.794
Sumber : Baubau dalam Angka 2009-2012, Kantor Pelabuhan, 2011; Bandar Udara Betoambari, 2011
tSarana Bandar Udara yang ada di Kota Baubau yang dapat disinggahi
pesawat udara sebagai angkutan penumpang dan barang adalah Bandar
UdaraBetoambari yang dapat menghubungkan Baubau dan Makassar sebagai
pelabuhan transit. Kunjungan pesawat udara yang datang melalui Bandara
Betoambari selama tahun 2011 dengan jumlah kunjungan sebanyak 1.431 kali
dengan jumlah penumpang datang sebanyak 48.750 orang dan 43.658 orang
yang berangkat. Jumlah lalulintas untuk bagasi melalui bandara Betoambari
tahun 2011 mencapai 388.532 kg bongkar dan muat sebanyak 279.774 kg
Tabel 2.107
Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Melalui Dermaga dan Bandara di
Kota BaubauTahun 2008-2012
Arus Bongkar Muat Dermaga/
Tahun Bandara (Kg) Jumlah
Barang Pelabuhan (Ton)
Bongkar 186.349,31 59.930,00 246.279
2008
Muat 1.558.012,70 23.606,00 1.581.619
Bongkar 263.404,42 45.484,00 308.888
2009
Muat 1.788.097,14 35.969,00 1.824.066
Bongkar 551.126,43 256.604,00 807.730
2010
Muat 902.955,93 197.608,00 1.100.564
Bongkar 186.725,32 388.532,00 575.257
2011
Muat 486.938,48 279.774,00 766.712
Bongkar 369.113,88 486.869,00 855.983
2012*
Muat 159.410,10 366.775,00 526.185
Sumber : Baubau dalam Angka 2009-2012, Kantor Pelabuhan, 2011; Bandar Udara Betoambari , 2011
Tabel 2.109
Persentase Wilayah Produktif Tahun 2011 Menurut KecamatanKota Baubau
Kokalukuna
Betoambari
Sorawaolio
Murhum
Lea Lea
Jumlah
Bungi
Wolio
No Uraian
Jumlah pelanggan tahun 2011 sebanyak 21.187 atau menurun sebesar 9,11 persen
dibanding tahun 2010 yang mencapai 23.308 pelanggan.
Tabel 2.111
Jumlah ProduksiListrik PLN Menurut Kecamatan
di Kota Baubau Tahun 2011
Tabel 2.112
Jumlah Pelanggan, tenaga Listrik terjual dan
Nilai Penjualan Listrik PLN Menurut Jenis Penggunaan
di Kota Baubau Tahun 2011
Pada sisi lain, jumlah orang yang tidak mempunyai pekerjaan (sedang mencari
pekerjaan) atau menganggur di Kota Baubau pada tahun 2012 diperkirakan
sebanyak 5.870 orang atau 8,76% dari jumlah angkatan kerja. Jumlah ini secara
nominal bertambah 123 orang dibanding tahun 2011 yang mempunyai angka
pengangguran sebanyak 5.746 orang dimana tingkat pengangguran mencapai
8.93%. Kecenderungan tingkat pengangguran menunjukkan tren yang semakin
menurun setiap tahunnya mengacu kepada performa pertumbuhan ekonomi
yang selalu positif.
Gambar 2.19
Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Terbuka
Keterangan: Nilai Angka tahun 2010 s.d 2012 adalah angka sementara.
Sumber: Kota Baubau Dalam Angka Tahun 2011, diolah.
Gambar diatas juga menunjukkan bahwa selama kurun waktu 2007-2013,
tingkat pengangguran terbuka dengan pertumbuhan ekonomi mempunyai
kecenderungan slope yang negatif dengan tingkat korelasi yang cukup kuat yang
mencerminkan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan maka semakin
rendah tingkat pengangguran.
Tabel 2.115
Rasio Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Kota Baubau Tahun 2009-2011
NO Uraian 2009 2010 2011
Tidak Pernah Sekolah/Belum Tamat
1. 11.165 9.642 11.566
Sekolah
2. Tamat Sekolah Dasar 7.192 8.561 8.087
3. Tamat SLTP 8.099 8.862 7.687
4. Tamat SMA Umum 12.596 14.852 13.417
5. Tamat SMA Kejuruan 4.524 5.329 3.581
6. Tamat Universitas/Akademi/Diploma 8.353 9.205 11.539
Jumlah Tenaga Kerja 51.929 56.451 57.777
Jumlah penduduk 130862 137.118 139.717
Rasio Tenaga Kerja Lulusan
0,06 0,07 0,08
Universitas/Diploma/Akademi
Sumber: Baubau Dalam angka 2012, Diolah
Sedangkan Pencari Kerja yang terdaftar di Dinas Sosial, tenaga Kerja dan
Transmigrasi didominasi oleh tamatan SMU/SMK/sederajat sejumlah 730 orang,
dan diikuti oleh Sarjana 211 orang, secara rinci diuraikan pada tabel 2.116
Tabel 2.116
Banyaknya Pencari Kerja yang Terdaftar
Menurut TingkatPendidikan di Kota Baubau Tahun 2011
Gambar 2.20
Grafik Serapan Tenaga Kerja per Sektor dan PDRB Sektoraltahun 2007-2013
Serapan Tenaga Kerja Sektoral (orang) PDRB ADH Berlaku (juta rupiah)
Tabel 2.117
Perkembangan Serapan Tenaga Kerja Kota Baubau Per Sektor 2008-2012
Jumlah Serapan Tenaga Kerja Kota Bau-Bau
Sektor/Lapangan Usaha
2008 2009 2010 2011 2012*
Pertanian 11,645 10,401 10,398 11,737 12,319
Tabel 2.118
Rasio Ketergantungan di Kota Baubau
Tahun 2008-2013
No Uraian 2008 2009 2010 2011