Anda di halaman 1dari 20

Cara mentelaah jurnal 1

JURNAL 1 :

JURNAL 2 :

HASIL TELAAH JURNAL :

Nyeri musculoskeletal dan hubungannya dengan kemampuan fungsional fisik pada lanjut
usia

No Isi Jurnal Pembahasan


1. Latar Belakang :
Menurut Taslim, 2001 Semakin seseorang
Nyeri musculoskeletal yaitu nyeri
bertambah usia maka seseorang akan rentan
yang berasal dari sistem terhadap suatu penyakit karena adanya
penurunan pada sistem tubuhnya. Lansia
musculoskeletal, yang terdiri dari
cenderung mengalami penurunan pada
tulang, sendi dan jaringan lunak sistem muskuloskeletal. Penurunan pada
sistem muskuloskeletal ini dapat
pendukung yaitu otot, ligamen,
mempengaruhi mobilitas fisik pada lansia.
tendo dan bursa.
Menurut Martono, 2009 Gangguan pada
muskuloskeletal pada umumnya
memberikan gejala atau keluhan nyeri, dari
tingkat ringan sampai berat. Keluhan nyeri
yang timbul dapat mengganggu penderita
sehingga, penderita tidak dapat bekerja atau
beraktivitas dengan nyaman bahkan juga
tidak dapat merasakan kenyamanan dalam
hidupnya. Oleh karena itu, penanganan
untuk gangguan muskuloskeletal yang
pertama kali harus kita lakukan adalah
mengurangi nyeri atau gejala yang
ditimbulkan.

Menurut analisa saya, Nyeri


musculoskuletal adalah nyeri yang berasal
dari sistem musculoskeletal, yang terdiri
dari tulang, sendi dan jaringan lunak
pendukung yaitu otot, ligamen, tendo dan
bursa yang dapat mempengaruhi kualitas
hidup lansia, termasuk gangguan
kemampuan fisiknya seperti gangguan gaya
berjalan berhubungan dengan proses menua
fisiologis, Berkurangnya massa otot,
Perlambatan konduksi saraf, Penurunan
visus / lapang pandang, dan Kerusakan
proprioseptif. Yang mana disebabkan oleh
nyeri yang sering terjadi pada lansia seperti
fibromyalgia, gout, neuropati (diabetik,
postherpetik), osteoartritis, osteoporosis dan
fraktur, serta polimialgia rematik, namun
nyeri tersebut dapat dikurangi dengan
melakukan terapi seperti terapi senam lansia
yang merupakan suatu latihan fisik yang
mempunyai pengaruh yang baik untuk
meningkatkan kemampuan otot sendi, atau
melakukan aktivitas fisik seperti berjalan
yang dapat memberikan pengaruh yang baik
bagikesehatan tubuh pada lansia salah
satunya adalah melatih kemampuan otot
sendi pada lansia agar tidak terjadi
kekakuan sendi

2. Metode :
Rancangan penelitian Ini
Penelitian yang berbeda berkaitan
menggunakan rancangan potong
dengan nyeri juga dilakukan oleh Halimul,
lintang (cross sectional) yang
2008 Penelitian ini merupakan penelitian
dilakukan di Puskesmas Mampang
kuantitatif dengan menggunakan rancangan
Jakarta Selatan pada bulan
penelitian eksperiment dan desain one
Desember 2005 sampai Januari
group pre test-post test. Penelitian ini
2006.
melibatkan 15 lansia yang dijadikan
Kriteria inklusi studi ini adalah
responden sesuai dengan kriteria inklusif,
umur 60 tahun, masih aktif dan
ekslusi dan bersedia menjadi responden dan
dapat berkomunikasi. Subyek yang
menandatangani surat persetujuan.
bersedia menandatangani informed
Pengambilan sampel sesuai dengan syarat
consent diikut sertakan pada
penelitian untuk eksperimen. Penelitian ini
penelitian ini.
dilakukan pada tanggal 27 Februari 2012
Data dikumpulkan oleh peneliti
hingga 3Maret 2012 di Unit Rehabilitasi
dan petugas survei dengan
Sosial Margo Mukti Kabupaten
melakukan wawancara
Rembang.Alat pengumpulan data
menggunakan kuesioner yang
menggunakan skala nyeri VAS atau
mencakup karakteristik subyek,
Bourbanis dan lembar observasi.
pemeriksaan fisik meliputi
Pengambilan data penelitian dilakukan
pemeriksaan otot dan sendi untuk
dengan mengukur skala nyeri pada lansia
menentukan lokasi nyeri,
sebelum dilakukan terapi senam lansia dan
menanyakan adanya rasa nyeri
setelah dilakukan terapi senam lansia
yang masih diderita. Persepsi rasa
dilakukan pengukuran skala nyeri lagi
nyeri diukur menggunakan visual
analogue scale (VAS) dan
selama 6 hari. Penelitian ini dilakukan
kemampuan fisik dan kognitif
selam 6 hari. Uji satistik menggunakan uji
menggunakan functional
Wilcoxon. Sebelum dilakukan uji Wilcoxon
independence measure (FIM).
dilakukan uji normalitas data menggunakan
Shapiro-Wilk karena jumlah sampel kurang
dari 50 responden

3. Hasil :
Sebanyak 225 lansia berhasil
Hasil yang diperoleh menunjukkan
dikumpulkan selama penelitian. prevalensi nyeri pada lansia besarnya 80%
Usia terbanyak 60 tahun, dengan dan terbanyak di lutut. Prevalensi nyeri ini
sesuai dengan penelitian terdahulu yang
rata-rata 66,5 6,1 tahun dan jenis mendapatkan rasa nyeri pada lansia sebesar
kelamin terbanyak adalah 65-80% kasus nyeri. Tetapi berbeda dengan
studi terdahulu yang menyatakan bahwa
perempuan (68,9%). Pendidikan pada musculoskeletal terbanyak adalah
terbanyak adalah tidak tamat SD nyeri punggung bawah. Penelitian yang
dilakukan pada lansia yang berkunjung ke
(22,2%), diikuti oleh tamat SD tempat perawatan menunjukkan hasil yang
(21,8%), tamat SMP (14,2%), tidak berbeda, prevalensi nyeri besarnya 71-
76%.
tamat SMA (13,8%), Perguruan
Tinggi (10,7%), dan tidak sekolah Penelitian yang berhubungan dengan
nyeri sendi lutut juga dilakukan oleh
(12,4%). Status perkawinan Halimul, 2008 menunjukkan menunjukkan
ditemukan menikah (54,7%), bahwa skala nyeri pada lansia dengan nyeri
lutut sebelum diberikan terapi senam lansia
janda/duda (45,3%). Aktivitas sebanyak 13 responden (73,33%) dengan
terbanyak yang dilakukan oleh skala nyeri 1-3 (nyeri ringan), dan sebanyak
2 responden (13,33%) dengan skala nyeri 4
para subyek yaitu pekerjaan rumah (nyeri sedang). Skala nyeri sesudah
tangga (62,7%), diikuti oleh dilakukan terapi senam lansia sebanyak 13
responden (86,7%) skala nyeri 0 (tidak
berdagang (12,4%), dan aktivitas nyeri) dan sebanyak 2 lansia (13,33%) skala
sosial dan guru (3,1%). Sedangkan nyeri 1-3 (nyeri ringan). dan menunjukkan
bahwa hasil uji statistik menggunakan
yang mengaku tidak memiliki Wilcoxon diperoleh nilai p-value 0,001
aktivitas sama sekali sebesar yang berarti sig < (0,05). Nilai
signifikansi 0,001 < 0,05 artinya hipotesa
12,4%. diterima.

pemberian terapi senam lansia ini efektif


mengatasi nyeri lutut pada lansia di Unit
Rehabilitasi Sosial Margo Mukti
Kabupaten Rembang.

Menurut analisa saya bahwa Postur


tubuh berhubungan secara bermakna
dengan rasa nyeri pada lansia kronik.
Dengan demikian lansia perlu dilatih supaya
tubuhnya lebih lentur untuk mengatasi rasa
nyeri.

4. Kesimpulan :
Prevalensi nyeri musculoskeletal
Nyeri musculoskeletal yaitu nyeri yang
pada lansia cukup tinggi dan
berasal dari sistem musculoskeletal, yang
termasuk kategori nyeri ringan. terdiri dari tulang, sendi dan jaringan lunak
pendukung yaitu otot, ligamen, tendo dan
Sebagian besar berupaya mencari
bursa.
pengobatan dan jenis nyeri
nyeri pada lansia dapat dikurangi dengan
terbanyak terjadi pada lutut.
melakukan terapi seperti terapi senam lansia
Terdapat hubungan yang lemah yang merupakan suatu latihan fisik yang
antara rasa nyeri dan beberapa mempunyai pengaruh yang baik untuk
meningkatkan kemampuan otot sendi, atau
aspek kemampuan fungsional fisik melakukan aktivitas fisik seperti berjalan
(aspek transfer dari tempat tidur, yang dapat memberikan pengaruh yang baik
bagi lansia.
kursi, kursi roda, transfer ke toilet,
transfer ke kamar mandi, serta kesehatan tubuh pada lansia salah
satunya adalah melatih kemampuan otot
kemampuan memecahkan sendi pada lansia agar tidak terjadi
masalah). kekakuan sendi.

Diposkan oleh Hendika Safitri di 04.31


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Faceboo

HASIL TELAAH JURNAL

A. JUDUL JURNAL
Hasil Telaah :
Judul jurnal penelitian tidak lebih dari 14 kata dalam bahasa Indonesia dan 10 kata dalam
bahasa Inggris , namun pada jurnal penelitian ini terdapat 10 kata dalam bahasa indonesia dan 9
kata dalam bahasa inggris (sudah sesuai dengan penulisan kaidah penulisan jurnal yang baik yaitu
tidak lebih 14 kata dalam bahasa indonesia dan 10 kata dalam bahasa inggris) (LIPI, 2013). Judul
jurnal tidak mengerucut kebawah, seharusnya judul jurnal mengurucut kebawah seprti piramida
(LIPI, 2013).
Nama penulis jurnal dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditempatkan dibawah judul
jurnal. Penulis harus mencamtumkan institusi asal dan alamat email (bagi penulis utama) untuk
memudahkan komunikasi. Nama penulis utama berada urutan paling depan (LIPI, 2013). Pada
jurnal ini penulis nama sudah sesuai dengan kaidah penulisan jurnal yang baik karena sudah
mencamtumkan alamat penulis utama, dan nama dibuat tanpa menggunakan gelar.

B. ABSTRAK
Hasil Telaah
Abstrak dibuat dalam dua bahasa (indonesia dan inggris), tidak melebihi 250 kata,
ditempatkan sebelum pendahuluan, diketik dengan jarak 1 (satu) spasi (Fakultas Keperawatan
UNAND, 2012). Pada jurnal ini sudah terdapat dua bahasa yaitu bahasa indonesia 202 kata dan
bahasa inggris 235 kata, maka dari itu penulisan jurnal ini sudah sesuai dengan kaidah penulisan
jurnal yang baik.
Abstrak dalam penelitian jurnal setidaknya memuat lima hal pokok yaitu pendahuluan yang
terdiri dari : metode, hasil, Analisis, pembahasan, dan kesimpulan berserat saran. Pada jurnal ini
terdapat lima hal pokok dalam abstrak. Adapun poin-poin yang dimuat dalam abstrak tersebut
adalah sebagai berikut :

1. Metode

Desain Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 adalah survey dengan metode
penghitungan serta cara penarikan sampel identik dengan Susenas 2007, yaitu two-stage
sampling.

Populasi adalah seluruh rumah tangga di Indonesia.

Sampel Riskesdas 2007 berasal dari 440 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi di
Indonesia dan diambil secara probability proportional to size (PPS).

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah nested case-control.

Untuk setiap kasus dipilih empat kontrol secara random dari kabupaten yang sama
dengan asal kasus. Dilakukan matching berdasarkan kabupaten supaya adat istiadat
(kebiasaan) kasus dan kontrol setidaknya sama.

Instrumen yang digunakan dalam jurnali ini adalah kuesioner.

2. Hasil
Besar sampel Riskesdas 2007 adalah 986.532 orang. Dari sampel ini ditemukan 203 kasus
(prevalensi 0,2%) dan diambil 812 orang kontrol ( empat kali jumlah kasus) secara random dan di
matching berdasarkan asal kabupaten kasus. Tumor ini tersebar di 28 provinsi seperti terlihat pada
grafik di bawah. Dari grafik ini terlihat bahwa prevalensi tumor/kanker rongga mulut dan
tenggorokan tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Tengah sebesar 14,3% , Provinsi Jawa Timur 9,4%
dan Provinsi Nusa Tenggara Timur 8,4%, namun ada beberapa provinsi yang tidak ditemukan kasus
seperti Provinsi Jambi, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.

3. Analisis
yang teridiri dari Analisis dasar (Pada analisis ini diperlihatkan karakteristik serta
komparabilitas kasus dan kontrol. Jumlah responden yang dianalisis berbeda untuk variabel yang
berbeda karena ada data yang tidak lengkap (missing) pada variabel tertentu), Analisis Rasio Odds
(Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya serta berapa besar risiko tumor/ kanker
rongga mulut dari variabel independen maupun dari setiap variabel yang dianggap perancu),
Analisis Multivariat (Variabel yang nilai p < 0,25 pada uji bivariat adalah sebagi kandidat variabel
pada analisis multivariat (regresi logistik), dalam hal ini adalah kelompok umur, merokok dan
kebersihan mulut. Semua variabel kandidat dimasukkan secara bersama-sama ke regressi logistik
kemudian diperiksa apakah ada perancu dan interaksi).

4. Pembahasan
Penyakit tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan merupakan salah satu dari Penyakit Tidak
Menular yang penanggulangan/pengendaliannya belum mendapat prioritas dari pemerintah. analisis
Riskesdas 2007 ditemukan prevalensi tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan sekitar 0,2.
Menurut Simanjuntak kasus kanker rongga mulut di Indonesia berkisar 3-4% dari seluruh kanker
yang terjadi7. Di India khususnya Kerala kejadian kanker rongga mulut sekitar 20% dari seluruh
kanker6. Hasil penelitian ini jauh lebih rendah dari temuan-temuan di atas karena penelitian ini
dilakukan pada masyarakat (populasi) sedang penelitian di atas dilakukan di rumah sakit. Analisis
ini memperlihatkan bahwa kebanyakan kasus pada mereka yang tinggal di perdesaan, berbeda
dengan Simanjuntak dalam laporannya yang menyatakan bahwa kanker rongga mulut kebanyakan
pada wanita dari kota kecil yang memiliki kebiasaan menyirih.7 Ditinjau dari kelompok umur,
nampak bahwa banyak ditemukan pada kelompok umur muda, pada hal secara umum kanker
termasuk kanker rongga mulut maupun tenggorokan atau laring kebanyakan pada umur yang sudah
lanjut. Perbedaan umur ini mungkin karena kuesioner pada Riskesdas hanya melalui wawancara
dengan pertanyaan ada tidaknya tumor/benjolan /kanker di daerah mulut maupun tenggorokan.
Mungkin benjolan seperti amandel atau gondongan (limfadenitis) yang biasa terjadi pada umur
muda dianggap jadi tumor/kanker rongga mulut oleh responden. Sedang pada beberapa peneliti
seperti Simanjuntak benar-benar dari hasil laboratorium patologi anatomi..

5. kesimpulan
Ditemukan prevalensi tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan 0,2. Penyakit ini ditemukan
paling banyak di Provinsi Jawa Tengah dan tidak ditemukan kasus di 5 provinsi yaitu Provinsi
Jambi, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Faktor risiko yang berhubungan
dengan penyakit ini adalah umur, merokok/menyirih dan kebersihan mulut.

6. Saran
Dianjurkan kepada seluruh masyarakat agar menghindari asap rokok, dan bagi yang masih
merokok diminta agar diusahakan untuk berhenti merokok, jika masih merokok agar ditempat yang
sudah ditentukan agar asap rokoknya tidak menggangu orang lain. Di samping itu periksakan
kondisi gigi dan mulut ke dokter gigi secara rutin setidaknya setiap enam bulan sekali dan meminta
untuk dilakukan skrining kanker mulut agar dapat mendeteksi kanker sejak dini.

7. kata Kunci
prevalensi, tumor/ kanker, rongga mulut dan tenggorokan, Riskesdas 2007.
prevalence, cancer, oral and naso- pharingeal. Basic Health Research 2007.
penulisan kata kunci dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris), ditempatkan di bawah abstrak,
terdiri dari dua sampai lima kata yang berfungsi untuk memudahkan pencarian jurnal ini secara
elektronik (LIPI, 2013). Berdasarkan uraian diatas, isi abstrak sudah sesuai dengan syarat kaidah
penulisan jurnal jurnal yang baik.

C. PENDAHULUAN
Pendahuluan tidak boleh terlalu panjang, tidak boleh melebihi 2 halaman ketik (Fakultas
Keperawatan UNAND, 2012). Itulah sebabnya, kalimat pada pendahuluan ini harus padat dan
berisi. Pembahasan dalam pendahuluan suda sesuai dengan kaidah penulisan jurnal yang baik yaitu
tidak lebih dari 2 halaman ketik.
pendahuluan memuat tiga hal pokok, yaitu: latar belakang, tinjauan pustaka, dan tujuan
penelitian. Alinea berikutnya dari paparan pendahuluan dibuat menjorok ke dalam sesuai dengan
penulisan alinia baru pada umunya (LIPI, 2013). Jurnal ini telah mencangkup tiga hal pokok
tersebut dan setiap alinia baru di jorokan.
Dalam pendahuluan sudah terpapar jelas alasan mengapa peneliti memilih tentang
kanker rongga mulut, karena kanker rongga mulut merupakan suatu masalah yang serius di
berbagai negara dan bila digabung antara kanker rongga mulut dan tenggorokan merupakan urutan
ke-enam terbanyak dari seluruh kanker yang dilaporkan di dunia. Diperkirakan insiden setiap
tahunnya sekitar 275.000 untuk kanker rongga mulut dan 130.300 untuk kanker tenggorokan dan
hampir 75% terjadi di negara sedang berkembang. Di dunia, kanker rongga mulut menyebabkan
meninggal satu orang dalam sehari. Di Amerika satu orang meninggal dalam satu jam. Hal itu
akibat kanker rongga mulut yang mudah menyebar. Di India khususnya di Kerala kejadian kanker
rongga mulut sangat tinggi yaitu sekitar 20% dari seluruh keganasan. Di Indonesia, menurut
Simanjuntak kasus kanker rongga mulut berkisar 3-4% dari seluruh kasus kanker yang terjadi7.
Angka kematiannya 2-3% dari seluruh kematian akibat keganasan.
Dalam Pendahuluan sudah terdapat studi pendahuluan yang dilakukan peneliti sendiri pada
kanker rongga mulut , pada beberapa responden untuk memperkuat alasan penelitian dan
membuktikan bahwa kanker ronggga mulut memang merupakan suatu masalah serius di berbagai
negara.

Analisa isi jurnal :

Latar belakang dari penelitian jurnal : Kanker rongga mulut merupakan suatu
masalah yang serius di berbagai negara dan bila digabung antara kanker rongga mulut dan
tenggorokan merupakan urutan ke-enam terbanyak dari seluruh kanker yang dilaporkan di
dunia.

Tinjauan pustaka : Di dunia, kanker rongga mulut menyebabkan meninggal satu


orang dalam sehari. Di Amerika satu orang meninggal dalam satu jam. Hal itu akibat kanker
rongga mulut yang mudah menyebar.

Tujuan dari penelitian jurnal ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kejadian tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan di
Indonesia.

Faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker tenggorokan antara lain merokok dan mengunyah
tembakau, penggunaan alkohol secara berlebihan, kurangnya kebersihan gigi, virus HPV (human
papilloma virus), makan rendah buah dan sayur, terkena serat asbes. Umumnya penderita datang
berobat sesudah ada keluhan seperti adanya benjolan di leher, nyeri tukak atau borok. Pada hal bila
sudah ada keluhan maka penyakit sudah dalam stadium lanjut akibatnya prognosa dari kanker
tenggorokan maupun rongga mulut relatif buruk. Suatu kenyataan yang kurang menyenangkan di
mana seringkali prognosa ini diakibatkan oleh diagnosa dan perawatan yang terlambat.12
Faktorfaktor yang dapat menimbulkan keterlambatan ini antara lain kanker pada tahap awal
seringkali tidak menimbulkan keluhan (ketidaktahuan penderita), rasa takut berobat dan tidak ada
biaya untuk berobat. Di samping itu dokter yang memeriksa tidak memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai gambaran klinis keganasan mulut, sehingga terlambat untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
Analisa kanker kerongkongan dengan sistim pencernaan
Apa hubungan nya penelitian kanker korongkongan ini dengan sistim pencernaan? Kerongkongan
(esofagus) merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh selaput lendir.
Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan lambung.
Makanan didorong melalui kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang
kontraksi dan relaksasi otot ritmik yang disebut dengan peristaltik, sehingga jika terganggu akan
mempengaruhi sistim pencernaan lain. Karna sistim pencernaan itu pada dasarnya saling berkaitan
(Mulut, Tenggorokan, Kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, anus/rektum

D. PERNYATAAN MASALAH PENILITIAN


Apakah faktor resiko tumor/ kanker rongga mulut dan tenggorokan di indonesia?
Hasil Telaah
Pada jurnal ini telah di cantumkan tentang faktor resiko apa-apa saja yang mempengaruhi terjadinya
kanker rongga mulut. sehingga sudah dapat menggambarkan kriteria standarisasi dari masalah
penelitian.

E. STUDI LITERATUR ATAU TINJAUAN PUSTAKAAN


Hasil telaah

pada literature review sudah tergambarkan tentang tinjauan pustaka dan petunjuk
kriteria standarisasi dari tinjauan pustaka penelitian. Tinjauan pustaka terdapat pada
pendahuluan jurnal yang membantu untuk menguatkan data tentang permasalahan yang
akan diangkat.

pada jurnal ini sudah mencantumkan subjudul tentang rumusan masalah ataupun
membahas tinjauan pustaka yang seharusnya terdapat pada bagian pendahuluan.

Tinjauan pustaka sudah berisikan semua teori yang memperkuat pembahasan tentang
penelitian dan menjelaskan semua variabel yang dibahas pada penelitian tersebut.

pembahasan yang harus dimunculkan pada studi literatur adalah: Apa-apa saja faktor
yang mempengaruhi terjadinya kanker rongga mulut tersebut.

G. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS


Hasil telaah
Hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara tentang hasil akhir dari penelitian ini
(Nursalam, 2011). Apapun hasil pnelitian walaupun berbeda dengan hipotesisnya tidak membuat
penelitian menjadi kurang bermakna.
Hipotesis pada penelitian ini sudah dicantumkan tentang faktor apa apa saja yang
mempengaruhi kanker rongga mulut.

H. METODOLOGI
Desain Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 adalah survey dengan metode penghitungan serta
cara penarikan sampel identik dengan Susenas 2007, yaitu two-stage sampling. Populasi adalah
seluruh rumah tangga di Indonesia. Sampel Riskesdas 2007 berasal dari 440 kabupaten/kota
yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia dan diambil secara probability proportional to size
(PPS). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah nested case-control yang diambil
dari data Riskesdas 2007 dan data dari Kor Susenas 2007. Kasus adalah semua responden yang
telah/sedang mengalami tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan. Pada penelitian ini tidak
dipisahkan tumor/ kanker rongga mulut maupun tumor/kanker tenggorokan, karena pada kuesioner
digabung menjadi satu variabel. Kontrol adalah semua responden yang tidak pernah menderita
tumor/kanker. Untuk setiap kasus dipilih empat kontrol secara random dari kabupaten yang sama
dengan asal kasus. Dilakukan matching berdasarkan kabupaten supaya adat istiadat (kebiasaan)
kasus dan kontrol setidaknya sama.
Hasil telaah

Bagian metodologi ini umumnya terdiri dari beberapa bagian tergantung dari besar
kecilnya informasi yang akan diberikan. Pada penelitian besar dengan desain yang agak
kompleks, biasanya bagian ini agak panjang, mengingat banyak hal yang perlu dijelaskan
khususnya bagaimana penelitian dilakukan di lapangan termasuk beragai metode
pengukuran yang digunakan. Pada penlitian kecil dengan desain yang sederhana biasanya
hanya beberapa paragraf saja. Umumnya, bagian ini terdiri dari beberapa bagian seperti :
lokasi penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan analisis data.bagian-bagian
lainnya bisa ditambahkan sesuai dengan keperluan (LIPI, 2013).

Metode penilitian disesuaikan dengan jenis penilitian. Penilitian kualitatif seperti


eksperimen seperti jurnal ini yang sudah sesuai dengan jenis penelitian nya.

I. POPULASI DAN SAMPEL


Hasil telaah
Berisikan tentang siapa populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Perlu
dikemukakan mengapa peneliti memilih sampel seperti itu. Bila peneliti menggunakan kriteria
sampel maka harus dikemukakan dengan jelas bagaimana sampel dipilih. Penulisan pengambilan
sampel sudah cukup mencamtumkan, misalnya matode random sederhana atau metode
sistematik random.
Di dalam jurnal telah terantum dan dijelaskan siapa yang menjadi subjek penelitian yaitu
dari 440 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia dan diambil secara
probability proportional to size (PPS). Di dalam jurnal ini juga telah dijelaskan bagaimana teknik
pengambilan sampel yang digunakan dan besarnya sampel, dan sudah dijelaskan teknik
pengambilan sampel yang digunakan dan besarnya sampel,

J. INSTRUMENT
Hasil telaah
Instrumen penilitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen
penilitian dapat berupa kuesioner, formulir observasi. Formulir yang berhubungan dengan
pencatatan data (Nursalam 2011). di dalam jurnal penelitian ini menggunakan instrument
kuesioner.

K. DATA ANALISIS
Hasil telaah
Pada bagian ini harus dijelaskan bagaimana data yang telah dikumpulkan di lapangan di
analisis berbentuk tabel. Program statistik apa yang digunakan dan data analisnya sudah di
tampilkan sehingga kita dapat mengetahui bagaimana cara penelitian menganalisis hasil penelitian.

L. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil telaah
Penjelasan tabel atau gambar dalam narasi tidak boleh terlalu detail atau panjang. Cukup
memberikan keterangan singkat tentang isi dari tabel atau gambar. Dengan demikian tidak ada
pengulangan informasi dari tabel atau gambar dalam narasi (LIPI, 2013).
Usahakan jumlah tabel dan gambar tidak melibihi 5 buah. Untuk memperkecil jumlah tabel,
dalam satu tabel dapat dimuat beberapa variabel karakteristik responden yang terdiri dari umur,
jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, suku, dan agama dalam suatu tabel. Harus diperhatikan juga
bahwa setiap tabel atau gambar harus dapat menjelaskan dirinya sendiri. Jenis satuan, jumlah
sampel, apakah berhubungan (nilai p) harus bisa terlihat pada tabel tersebut. Tabel atau gambar
yang dibuat untuk tulisan jurnal harus diletakan pada bagian belakang dari manuskrip yang kita
siapkan atau setelah daftar pustaka. Setiap satu tabel atau gambar dimuat dalam satu halaman dan
tetap dibuat dalam 2 spasi.
Bagian hasil analisis data behavariat disebutkan bahwa uji statistik yang dipakai untuk
mengetahui desain Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 adalah survey dengan metode
penghitungan serta cara penarikan sampel identik dengan Susenas 2007, yaitu two-stage sampling
dan Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah nested case-control.

2. Pembahasan
Pembahasan dilakukan dengan memperlihatkan mengapa apa saja faktor resiko dari
tumor/ kanker rongga mulut, dan bagaimana pemahaman kebanyak orang tentang penyakit tersebut.
Kalau itu sesuatu yang bertentangan dengan pemahaman selama ini harus pula ada penjelasan
mengapa penelitian ini tidak sama dengan apa yang dipahami. Berbagai keterbatasan perlu
dikemukakan termasuk kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi karena desain penelitian analitik
di mana hasil analisis statistik tidak memperlihatkan hubungan yang bermakna dari variabel utama
yang diteliti. Ini berarti, ada faktor pengganggu yang tidak dikontrol atau ada kekurangan dalam hal
jumlah sampel atau kelemahan dalam alat ukur yang digunakan. Semua ini harus ditelusuri dan
dikemukakan dengan baik.
Pada paragraf terakhir di bagian ini biasanya kita temukan kalimat yang berhubungan dengan
kesimpulan dan saran. Kalimat ini kadang dibuat tidak secara eksplisit namun memberikan
informasi kepada pembaca apa kesimpulan Yang tidak ditarik oleh tim peneliti terhadap penelitian
yang Telah dilakukan. Ini tentu merujuk pada hasil dan pembahasan yang telah dilakukan
sebelumnya. Saran dikemukakan juga dalam bentuk yang sangat singkat. Biasanya semuanya dalam
bentuk satu paragraph. Namun demikian, pada beberapa jurnal ilmiah, bagian ini disendirikan. Pada
keadaan demikian, kita bisa memberikan kesimpulan dan saran dalam beberapa kalimat.
Pembahasan dalam jurnal ini sudah mencakup pembahasan masing-masing variabel dan
pembahasan hasil analisis bivariatnya.

Analisa Isi jurnal


Penyakit tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan merupakan salah satu dari Penyakit Tidak
Menular yang penanggulangan/pengendaliannya belum mendapat prioritas dari pemerintah. Bila
dilihat dari pekerjaan responden, ditemukan yang paling banyak adalah yang bekerja sebagai buruh
(buruh tani) termasuk nelayan. Beberapa peneliti menyebutkan paparan sinar matahari yang
mengandung komponen ultraviolet merupakan risiko terjadinya kanker pada bibir. Kanker bibir
selalu dihubungkan dengan orang-orang yang memiliki aktivitas di luar seperti nelayan dan petani.14
Kira-kira 30% pasien menderita kanker bibir merupakan pekerja yang banyak terpapar pada sinar
matahari, misalnya petani dan nelayan.15 Merokok/menyirih dengan menggunakan tembakau
merupakan faktor risiko terpenting menjadi penyebab kanker tenggorokan karena dapat merusak
sel-sel dalam rongga mulut dan bagian dalam tenggorokan. Dikatakan 90% pasien kanker rongga
mulut disebabkan oleh pengguna tembakau.16 Orang yang merokok dengan tembakau mempunyai
enam kali lebih besar terkena kanker rongga mulut dari pada yang tidak merokok17. Berbeda dengan
hasil analisis ini, yang menunjukkan bahwa merokok mempunyai risiko hanya sebesar 1,6 kali
menderita tumor/kanker rongga mulut dibanding yang tidak merokok. Kebersihan rongga mulut
yang tidak terjaga pun ikut ambil peranan memicu timbulnya kanker rongga mulut. Analisis ini
memperlihatkan bahwa kebersihan mulut yang jelek mempunyai risiko 2,3 kali menjadi
tumor/kanker rongga mulut dibanding yang kebersihan mulut baik. Ada juga kanker rongga mulut
yang bermula dari gigi yang tidak dirawat atau luka kronis pada mulut akibat gigi palsu yang
posisinya tidak pas. Iritasi yang berulang karena tepi yang tajam dari gigi yang patah, tambalan gigi
palsu dapat merupakan risiko tambahan untuk terjadinya tumor ganas di rongga mulut.

M. KESIMPULAN/DISKUSI
Hasil telaah :
Bagian ini adalah yang kadang ditampilkan dalam teks dan kadang pula dicantumkan secara tidak
langsung pada bagian akhir dari pembahasan. Patut diingat, bahwa yang disampaikan dalam bagian
ini adalah kesimpulan yang diputuskan oleh peneliti setelah melihat hasil yang diperoleh dan
pembahasan yang mempertimbangkan semua aspek yang terkait dengan apa yang ada dalam
penelitian tersebut. Kesimpulan harus menjawab pertanyaan penelitian yang dinyatakan dalam sub-
bab pendahuluan. Saran mengikuti kesimpulan yang umumnya mengemukakan rekomendasi
kepada pihak pengambil kebijakan dalam menanggulangi masalah yang di teliti serta saran untuk
penelitian berikutnya. Kesimpulan dan saran disusun dalam beberapa kalimat dan umumnya hanya
satu paragraph (LIPI, 2013).
Kesimpulan dalam jurnal ini dibuat dalam satu paragraf, sehingga sudah sesuai dengan
pertanyaan dan tujuan penelitian.

N. IMPILIKASI PENGGUNAAN HASIL PENELITIAN


Hasil telaah
Penelitian ini sangat penting diketahui dan dipahami masyarkat agar tidak terlalu
meremehkan penyakit ini.

O. DAFTAR PUSTAKA
Hasil telaah
1. Daftar Pustaka harusnya tersusun berdasarkan abjad, namun dalam jurnal ini tidak tersusun
berdasarkan abjad.
2. Daftar Pustaka dari internet harusnya dibuat nama penulis, kalau tidak ada nama penulis dibuat
anonim. Alamat website yang ditampilkan dalam sumber internet tidak lengkap dan tidak ada
tanggal dan waktu mengakses. Jenis sumber internet yang ada juga tidak diketahui apakah jurnal
ilmiah atau artikel.
3. judul buku atau artikel dalam daftar pustaka tidak dicetak miring, seharusnya dicetak miring.

REFERENSI

Fakaultas keperawatan UNAND. (2012). Jurnal Ners. Di akses pada tanggal 8 September 2013
dari http://www.unand.ac.id

LIPI. (2013). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah.Diakses pada tanggal 8 September 2013 dari
http://www. Pusbindiklat.lipi.go.id

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya:
Salemba Medika.

TELAAH JURNAL

PENGARUH AROMA TERAPI TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA

DI PSTW UNIT BUDI LUHUR KASONGAN BANTUL

YOGYAKARTA

1. PENDAHULUAN

1. Metode Pencarian Literatur

1. Database yang digunakan dalam pencarian jurnal ini adalah google scholar.

2. Kata kunci dalam pencarian litertur adalah kebidanan.

3. Jumlah literature yang didapatkan sebanyak 2.890

4. Proses seleksi literature dilakukan dengan menggunakan criteria inklusi, yaitu


:

1. Artikel dalam lingkup kesehatan atau kebidanan.

2. Artikel lima tahun terakhir.


2. Abstrak

1. Konteks

Insomnia merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada lansia. Terdapat beberapa
terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan derajat insomnia pada lansia, aroma terapi
merupakan terapi non farmakologi yang dapat digunakan dalam menurunkan derajat insomnia pada
lansia.

1. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh aroma terapi terhadap insomnia pada lansia.

1. Pengaturan dan Desain

Desain penelitian Quasi Eksperiment dengan subyek sebanyak 30 orang lansia..

1. Bahan dan Metode

Metode yang digunakan dalam pengumpulan sampel adalah purposive sampling. Sampel sebanyal
30 orang lansia dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok yang pertama digunakan sebagai kelompok
control.

1. Analisis Statistik yang Digunakan

Analisis statistic yang digunakan adalah independent t-test dan paired t-test.

1. Hasil

Terjadi penurunan derajat insomnia pada kelompok perlakuan dengan hasil uji paired t-test
diperoleh nilai t=2,702 dengan nilai probabilitas Sig. (2-tailed)=0,017 dan tidak diperoleh
penurunan derajat insomnia pada kelompok control, diperoleh nilai t=0,535 dengan nilai
probabilitas Sig. (2-tailed)=0,601 tidak ada perbedaan hasil pre test pada kelompok perlakuan dan
kelompok control dengan hasil uji statistic independent sample t-test nilai t= 2,024 dengan
probabilitas Sig. (2-tailed)=0,053.

1. Kesimpulan

Terapi komplementer aromaterapi dapat digunakan untuk menurunkan derajat insomnia pada lansia.

Keyword : Lansia, Insomnia, Aromaterapi

1. DESKRIPSI JURNAL

1. Deskripsi Umum

1. Judul : Pengaruh Aroma Terapi Tehadap Insomnia Pada Lansia di PWST Unit
Budi Luhur Kasongan Bantul.

2. Penulis : Sri Adiyati.

3. Publikasi : Jurnal Kebidanan Akbid Estu Utomo Boyolali, 2010. Volume 2.


No. 2.
4. Penelaah : Yespy Anna Wahyu

5. Tanggal telaah : 28 Juni 2012.

2. Deskripsi Konten

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh aroma terapi terhadap insomnia pada lansia.

1. Hasil Penelitian

Terjadi penurunan derajat insomnia pada kelompok perlakuan dengan hasil uji paired t-test
diperoleh nilai t=2,702 dengan nilai probabilitas Sig. (2-tailed)=0,017 dan tidak diperoleh
penurunan derajat insomnia pada kelompok control, diperoleh nilai t=0,535 dengan nilai
probabilitas Sig. (2-tailed)=0,601 tidak ada perbedaan hasil pre test pada kelompok perlakuan dan
kelompok control dengan hasil uji statistic independent sample t-test nilai t= 2,024 dengan
probabilitas Sig. (2-tailed)=0,053.

1. Kesimpulan Penelitian

Terapi komplementer aromaterapi dapat digunakan untuk menurunkan derajat insomnia pada lansia.

1. TELAAH JURNAL

1. Fokus Utama Penelitian

Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2000 setara denga 7,2% jumlah penduduk dan diperkirakan
akan meningkat pada tahun 2020 menjadi 29 juta jiwa atai setara dengan 11,4%.

Pertambahan umur pada individu merupakan suatu proses yang fisiologi yang akan terjadi pada
setiap manuasia, pada proses penuaan seseorang akan mengalami berbagai macam masalah baik
secara fisik, mental maupun sosioekonomi. Gangguan tidur atau insomnia merupakan salah satu
gangguan yang terjadi pada lansia. Gangguan tidur menyerang 50% orang yang berusia 65 tahun
atau lebih yang tinggal di rumah dan 66% lansia yang tinggal di fasilitas jangka panjang.

Lansia mengalami penurunan efektifitas tidur pada malam hari 70% samapi 80% dibandingkan
dengan usia muda. Prosentase penderita insomnia lebih tinggi dialami orang yang lebih tua, dimana
1 dar 4 pada usia 60 tahun atau lebih mengalami sulit tidur yang serius. Setelah dilakukan screening
dari 42 lansia yang tinggal di PSTW ( Panti Sosial Tresna Werdha ) unit Budi LUhur Kasongan
Bnatul didapatkan 32 lansia mengalami insomnia.

Aromaterapi merupakan salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk mengatasi
insomnia. Aroma terapi memiliki efek menenangkan atau rileks untuk beberapa gangguan misalnya
mengurangi kecemasan, ketegangan dan insomnia. Terrapi komplementer dan Alternatif mempunyai
hubungan dengan nilai praktek keperawatan dalam kepercayaan holistic manusia.

Teori keperawatan sunrise model yang mempunyai tujuan dasar yaitu menggunakan pengetahuan
relevan dalam menyediakan kultur spesifik dan kultur yang kongruen untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien. Dari gambaran diatas peneliti ingin mengetahui apakah aromaterapi
memiliki pengaruh terhadap insomnia pada lansia.

Berdasarkan kutipan dari pendahuluan diatas diketahui bahwa jumlah lansia akan mengalami
peningkatan pda tahun 2020 yaitu setara dengan 11,4% dari jumlah keseluruhan penduduk
Indonesia. Hal ini meningkatkan pula populasi yang beresiko untuk terkena insomnia. Gangguan
tidur atau insomnia merupakan salah satu gangguan yang terjadi pada lansia. Lansia mengalami
penurunan efektifitas tidur pada malam hari 70% samapi 80% dibandingkan dengan usia muda.
Prosentase penderita insomnia lebih tinggi dialami orang yang lebih tua, dimana 1 dar 4 pada usia
60 tahun atau lebih mengalami sulit tidur yang serius. Melihat makin besarnya yang beresiko
terkena insomnia akibat makin bertambahnya usia, maka dapat terjadi epidemic dalam waktu dekat.
Aromaterapi merupakan salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk mengatasi
insomnia. Aroma terapi memiliki efek menenangkan atau rileks untuk beberapa gangguan misalnya
mengurangi kecemasan, ketegangan dan insomnia. Focus utama penelitian cukup jelas yaitu untuk
mengetahui pengaruh aroma terapi terhadap insomnia pada lansia.

1. Elemen Yang Mempengaruhi Tingkat Kepercayaan Suatu Penelitian

1. Gaya penulisan

Sistematika telah tersusun dengan baik dan jelas pada judul penelitian, nama penulis, abstrak
(konteks, tujuan penelitian, , analisis statistic, hasil, kesimpulan) tetapi pada pengaturan dan desain
tidak dijelaskan secara terperinci hanya menyebutkan secara umum yaitu Quasy Eksperiment.
Metode juga tidak dijelaskan instrument pengukuran yang digunakan.

Tata bahasa yang dipergunakan dalam penulisan jurnal ini cukup mudah dipahami sehingga
memudahkan pembaca mengerti bagaimana penelitian itu dilaksanakan dan apa hasil yang di
peroleh namun pada penulisan masih kita jumpai banyak kata depan, kata hubung maupun awalan
yang berada di awal kalimat.

1. Penulis

Penulis dalam penelitian ini adalah Sri Adiyati berasal dari Prodi Keperawatan Magelang politeknik
Kesehatan Semarang.

1. Judul

Pengaruh Aroma Terapi Tehadap Insomnia Pada Lansia di PWST Unit Budi Luhur Kasongan
Bantul.

Judul penelitian cukup jelas, akurat dan tidak ambigu serta menggambarkan apa yang akan di teliti.
Namun kekurangannya tidak memenuhi prinsip 5 W 1 H yaitu peneliti tidak mencantumkan kapan
penelitian tersebut diadakan.

1. Abstrak

1. Kelebihan

Mampu mengambarkan secara jelas mengenai masalah penelitian, tujuan penelitian,


metodologi dan hasil yang didapatkan.

Jurnal ini memenuhi IMRAD (introduction, Metode, Result, Analize, Discussion).

Jurnal ini juga mencantumkan kata kunci.

1. Kekurangan

Jurnal ini tidak menyebutkan rekomendasi apa yang diberikan kepada pihak-pihak yang
terkait atau berkepentingan dalam penelitian ini.

Jurnal ini tidak memberikan rekomendasi apa yang diberikan untuk penelitian selanjutnya.

1. Elemen Yang Memepengaruhi Kekuatan Suatu Penelitian

1. Tujuan / Masalah Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh aroma terapi terhadap insomnia pada
lansia. Tujuan dalam penelitin ini sangat sederhana dan jelas.
1. Konsistensi Logis

Laporan penelitian telah mengikuti langkah-langkah yang seharusnya yaitu : dimulai dari judul
penelitian, nama penulis, abstrak (konteks, tujuan penelitian, pengaturan dan desain, bahan dan
metode, analisis statistik, hasil, kesimpulan, dan kata kunci), pendahuluan, bahan dan metode, hasil,
pembahasan dan kesimpulan. Catatan kaki tidak terdapat dalam jurnal ini.

1. Literature Review

Penyusunan literatur sepertinya penulis ingin menggunakan sistim vancouver tetapi pada daftar
pustaka tidak ikut dilakukan penomoran, hanya pada teorinya saja.

Penulisan jurnal menggunakan analitis kritis berdasarkan literatur yang ada dengan membandingkan
temuan-temuan pada penelitian sebelumnya dengan hasil yang didapatkan oleh penulis tetapi tidak
secara langsung karena ditemukan dalam paragraph yang berbeda.

Contoh kutipan Jurnal :

Insomnia dapat diatasi denga terapi relaksasi, menurut Kaina (2006) aroma terapi merupakan salah
satu terapi relaksasi yang dapat digunakan untuk mengatasi insomnia, hal tersebut dikarenakan
aroma wangi memberikan rasa rileks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aroma terapi
menurunkan derajat insomnia pada lansia. Aroma terapi lavender mempunyai pengaruh pola tidur
pada lansia dimensia. Lansia yang diberikan aroma terapi lavender memliki peningkatan durasi
tidur malam yang lebih lama daripada sebelum pemberian aroma terapi.

Literature yang digunakan berasal dari jurnal-jurnal yang telah dipublikasikan sebelumnya.

1. Kerangka Teori

Baik kerangka konseptual maupun kerangka teori tidak digambarkan secara jelas dalam jurnal
penelitian tersebut, namun pada bagian pembahasan, tinjauan pustaka mengenai aroma terapi yang
dapat meringankan gangguan tidur pada berbagai penelitian sebelumnya dijelaskan dengan cukup
rinci.

1. Tujuan / Sasaran/ Pertanyaan Penelitian/ Hipotesis

Tujuan dan sasaran penelitian disebutkan secara jelas dan mencerminkan informasi yang disajikan
dalam tinjauan pustaka.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh aroma terapi terhadap insomnia pada lansia.

Pertanyaan penelitian juga tertuang dalam pendahuluan yaitu apakah aroma terapi memiliki
pengaruh terhadap insomnia pada lansia?

Hipotesis tidak disebutkan dalam jurnal ini.

1. Sampel

Penelitian ini dilakukan di di PWST Unit Budi Luhur Kasongan Bantul tetapi waktu penelitian tidak
disebutkan. Sampel pada penelitian ini dikenakan criteria inklusi sehingga diperoleh 30 sampel
yang dibagi ke dalam 2 kelompok. Sampel diambil 30 orang dari 32 orang yang mengalami
insomnia, tetapi tidak dijelaskan alas an mengambil 32 sampel tersebut.

1. Pertimbangan Etika

Sebelum mendapatkan persetujuan lisan dari peserta (subjek penelitian), terlebih dahulu mereka
diberikan penjelasan mengenai : tujuan, sasaran dan metodologi penelitian.
Izin etik untuk penelitian tidak diperoleh dari Komite Etik karena di Indonesia belum memiliki
komite etik untuk penelitian. Izin diperoleh dari pimpinan PWST Unit Budi Luhur Kasongan Bantul
dan lansia yang terlibat dalam penelitian tersebut.

1. Definisi Operasional

Definisi operasional tidak disebutkan dalam jurnal ini. Seperti apa insomnia yang dimaksud oleh
peneliti tidak disebutkan secara jelas. Berapa rentang waktu tidur malam sehingga dikatakan
insomnia juga tidak dijelaskan.

1. Metodologi

Desain penelitian ini dalah Quasy Eksperiment dengan menggunakan 30 orang subyek yng
mengalami insomnia.

Instrument yang digunakan adalah pre test dan post test dengan menggunakan KSPBJ (Kelompok
Study Psikologi Biologik Jakarta). Penelaah tidak bisa menyimpulkan apakah instrument yang
digunakan sudah sesuai atau belum dengan informasi yang ingin dikumpulkan oleh peneliti karena
instrument tidak dijelaskan secara rinci.

1. Data Analisis/ hasil

Analisis statistic yang digunakan adalah t-test. Analisis ini digunakan untuk membandingkan
kelompok control dan kelompok intervensi.

Penyajian table disertai dengan narasi yang jelas dan singkat mengenai isi table.

Table 1. distribusi hasil analisis paired sample t-test derajat insomnia kelompok perlakuan pada
lansia yang mengalami insomnia dip anti social Tresna Werdha unit Budi Luhur Kasongan Bantul
Yogyakarta tahuan 2009

Mean pre test Mean post test Std. dev t Sig. (2 tailed)

12,27 8,53 5,351 2,702 0,017

Berdasarkan table 1 pada kelompok perlakuan terjadi penurunan derajat insomnia yang signifikan,
selisih mean derajat insomnia pre test dan post test sebesar 3,73 dan nilai t= 2.702 dengan nilai
probabilitas Sig (2 tailed) 0,017.

Jumlah sampel

Jumlah sampel yang berpartisipasi : dari 32 lansia yang mengalami insomnia dipilih dengan
menggunakan criteria inklusi, terdapat 2 orang yang tidak berpartisipasi dalam penelitian ini,
sehingga sisa dari subyek sebanyak 30 orang.

Hasil penelitian

Terjadi penurunan derajat insomnia pada kelompok perlakuan dengan hasil uji paired t-test
diperoleh nilai t=2,702 dengan nilai probabilitas Sig. (2-tailed)=0,017 dan tidak diperoleh
penurunan derajat insomnia pada kelompok control, diperoleh nilai t=0,535 dengan nilai
probabilitas Sig. (2-tailed)=0,601 tidak ada perbedaan hasil pre test pada kelompok perlakuan dan
kelompok control dengan hasil uji statistic independent sample t-test nilai t= 2,024 dengan
probabilitas Sig. (2-tailed)=0,053. Aroma terapi lavender mempunyai pengaruh terhadap pola tidur
pada lansia dimensia. Lansia yang diberikan aroma terapi lavender memiliki peningkatan durasi
tidur malam yang lebih lama daripada sebelum pemberian aroma terapi.
1. Pembahasan Temuan Hasil Penelitian

Kelebihan

Bagian pembahasan mengacu kepada beberapa criteria Hills :

1. Kekuatan asosiasi

Insomnia dapat diatasi dengan terapi relaksasi, menurut Kaina (2006) aroma terapi merupakan
salah satu terapi relaksasi yang dapat digunakan untuk mengatasi insomnia, hal tersebut
dikarenakan aroma wangi memberikan rasa rileks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aroma
terapi menurunkan derajat insomnia pada lansia.

Pengaruh aroma terapi dapat mengatasi insomnia juga dapat ditemukan pada penelitian sebelumnya,
hanya saja besarnya pengaruh tidak disebutkan.

1. Konsistensi

Penulis tidak mencantumkan replikasi dari penelitian sebelumnya sehingga penelaah tidak bisa
membandingkan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.

1. Hubungan Temporal

Insomnia merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada lansia. Terdapat beberapa
terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan derajat insomnia pada lansia, aroma terapi
merupakan terapi non farmakologi yang dapat digunakan dalam menurunkan derajat insomnia pada
lansia.

Penelitian ini berusaha untuk mencari pemecahan masalah. Adanya factor kausa yang mendahului
akibat menjadikan peneliti tertarik untuk mencari pemecahan masalahnya.

1. Efek dosis respon

Dalam penelitian ini hanya dijelaskan hasil bahwa aroma terapi dapat menurunkan tingkat
insomnia. Dosis, cara pakai, waktu pemakaian dan frekuensi penggunaan tidak dijelaskan secara
rinci. Penelaah atau pembaca jurnal tidak emngetahui secara pasti dosis, cara pakai, waktu
pemakaian dan frekuensi penggunaan yang seperti apa yang dapat menurunkan tingkat insomnia.

1. Spesifikasi

Hubungan kausal dalam hal specificity tidak terpenuhi, meskipun di temukan perbedaan dari hasil
pre test dan posttest kelompok perlakuan dan kelompok control. Namun pengontrolan terhadap
factor-faktor lain yang berpengaruh tidak dilakukan, misalnya pada aktifitas apa yang mereka
lakukan. Di teori disampaikan bahwa aktifitas yang dilakukan juga akan mempengaruhi tingkat
insomnia.

1. Plausibility

Pada penelitian ini, unsur kausalitas dalam hal biological plausibility terpenuhi sebab aromaterapi
dapat mempengaruhi system syaraf sehingga menimbulkan rasa rileks. Relaksasi dapat menekan
rasa tegang dan cemas dengan cara resiprok, yang mana rasa tegang dan kecemasan merupakan
penyebab dari insomnia sehingga timbul counter conditioning dan penghilangan. Pada penelitian ini
kesesuaian terpenuhi dalam hal pemilihan subyek dimana aromaterapi dapat menurunkan tingkat
insomnia.

1. Bukti eksperimen
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang mengungkapkan fakta secara empiris
dan rasional mengenai pengaruh aroma terapi terhadap penurunan tingkat insomnia.

1. Analogi

Pada penelitian ini unsure kausalitas dalam hal analogi belum terlihat jelas karena penulis tidak
mencantumkan penelitian atau hasil penelitian sebelumnya.

Kekurangan

Kekuatan dan keterbatasan penelitian termasuk generalisasi tidak dijelaskan dalam jurnal
tersebut.

Penelitian sebelumnya juga tidak dicantumkan dalam jurnal tersebut.

1. Referensi

Literature yang digunakan hanya sebanyak 2 jurnal dari keseluruhan jurnal yang kurang dari 2
tahun pada saat penelitian tersebut dilakukan.

1. Kesimpulan dan Saran

1. Kelebihan

Isi dari kesimpulan penelitian menjawab tujuan penelitian penelitian.

Saran mengungkapkan harapan peneliti bagi semua pihak yang terkait dan harapan bagi
dirinya sendiri untuk dapat mengembangkan lagi penelitian ini menjadi penelitian true
experiment.

1. Kekurangan

Isi dari kesimpulan memang menjawab pertanyaan penelitian tetapi dalam penyampaiannya
tidak dikemas secara ringkas.

Isi dalam saran tidak menjelaskan waktu yang tepat dan durasi untuk menggunakan aroma
terapi sehingga dapat mengatasi gangguan tidur.

Saran juga tidak menjelaskan kondisi kesehatan lansia yang seperti apa yang dapat
menggunakan aroma terapi.

1. PENUTUP

Sebagai penutup, meskipun ditemukan berbagai kekurangan dan kelebihan dalam penelitian
tersebut, namun penelitian tersebut telah memberikan kontribusi positif pada kemajuan dan
pengembangan di bidang ilmu pengetahuan khususnya pada pengembangan karya ilmiah. Penelitian
ini juga dapat dijadikan sebgaai langkah awal dalam penelitian selanjutnya.

untuk melihat jurnal asli silahkan klik disini

About these ads


Share this:

Twitter

Facebook

Leave a Reply

Anda mungkin juga menyukai