Bentuk Molekul
Bentuk Molekul
Bentuk Molekul Dengan Atom Pusat Tidak Memiliki Pasangan Elektron Bebas
Langkah-Langkah dalam Meramalkan Bentuk Molekul
Pada dasarnya dalam meramalkan bentuk molekul tidak harus dimulai dengan
menggambarkan struktur Lewis dari molekul yang bersangkutan meskipun struktur Lewis
tersebut dapat membantu dalam peramalan bentuk molekul. Peramalan bentuk molekul dapat
dilakukan dengan mudah dan cepat melalui empat langkah pokok, yaitu: (a) menentukan atom
pusat; (b) menentukan bilangan koordinasi atom pusat; (c) menentukan banyaknya pasangan
elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron bebas (PEB) pada kulit valensi atom pusat; dan (d)
menentukan bentuk molekul beserta perkiraan besarnya sudut-sudut ikatan yang ada.
Pada cara tersebut bilangan koordinasi (BK) menunjukkan banyaknya pasangan elektron
ikatan (PEI) sigma () dan pasangan elektron bebas (PEB) pada kulit valensi atom pusat.
Pasangan elektron ikatan pi () berapapun jumlahnya tidak diikutkan dalam penentuan bilangan
koordinasi atom pusat. Harga bilangan koordinasi atom pusat tergantung kepada banyaknya
elektron pada kulit valensi atom pusat dan banyaknya elektron yang disumbangkan pada atom
pusat oleh substituen-substituen dalam membentuk ikatan kovalen serta muatan yang ada.
Ketentuan ini dapat dinyatakan dengan persamaan berikut.
1
Tiga PEI akan minimal tolakannya bila ketiganya mengarah pada pojok-pojok segitiga sama sisi.
BF3 berbentuk trigonal planar dengan sudut ikatan F-B-F sebesar 120.
Contoh 3: CCl4
Atom pusat: C
BK atom C = (4 + 4 x 1-0) = 4
Jumlah PEI = 4 ; Jumlah PEB = 0
Empat PEI akan minimal tolakannya bila letaknya mengarah pada pojok-pojok tetrahedral. CC1 4
berbentuk tetrahedral normal dengan sudut ikatan C1-C-C1 sebesar 109 28'.
2
Bahwa tolakan yang dialami oleh pasangan elektron ikatan P-F(ekuatorial) lebih lemah
daripada tolakan yang dialami oleh pasangan elektron ikatan P-F(aksial). Dengan kata lain posisi
ekuatorial lebih longgar daripada posisi aksial. Tolakan yang dialami oleh pasangan elektron
ikatan P-F(aksial) akan berkurang apabila pasangan elektron ikatan P-F(aksial) menjadi lebih
kurus atau lebih ramping. Hal ini dapat dicapai bila ikatan P-F(aksial) lebih panjang daripada
ikatan P-F(ekuatorial). Fakta eksperimen untuk PF5 menunjang hal tersebut. Fakta yang sama
juga terjadi pada molekul-molekul yang memiliki bentuk TBP, seperti ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel l. Panjang Ikatan Aksial dan Ekuatorial pada Beberapa Molekul dengan Bentuk TBP
Jadi, untuk
molekul dengan
bentuk TBP
dengan atom
pusat mengikat
substituen-
substituen yang sama, ikatan aksial adalah lebih panjang daripada ikatan ekuatorial. Dengan kata
lain substituen yang menempati posisi yang lebih longgar (posisi ekuatorial) ikatannya lebih
pendek daripada substituen yang menempati posisi yang kurang longgar (posisi aksial).
Contoh 5: SF6
Atom pusat: S
; BK atom S = (6 + 6 x 1-0) = 6
Jumlah PEI = 6 ; Jumlah PEB = 0
Enam PEI tolakannya minimal bila posisinya mengarah pada pojok-pojok oktahedral normal
dengan sudut ikatan cis-F-S-F sebesar 90 dan sudut ikatan trans-F-S-F sebesar 180.
3
demikian, posisi aksial dapat dianggap lebih longgar daripada posisi ekuatorial sehingga ikatan I-
F(aksial) lebih pendek daripada ikatan I-F (ekuatorial).
Contoh 8 : BF4-
Atom pusat: B
BK atom B = [3 + 4x1- (-1)] = 4
Jumlah PEI = 4 ; jumlah PEB = 0
Empat PEI tersebut akan minimal tolakannya bila posisinya mengarah pada pojok-pojok
tetrahedral. BF4- berbentuk tetrahedral dengan sudut ikatan F-B-F sebesar 10928.
4
Dalam suatu molekul substituen-substituen yang terikat pada atom pusat dapat berbeda,
contohnya pada CH2C12, PC13F2 dan PC13(CH3)2. Ada dua faktor penting yang berkaitan dengan
substituen-substituen yang berbeda, yaitu keelektronegatifan dan ukurannya. Persoalannya
adalah faktor mana yang lebih dominan. Substitusi dua atom hidrogen pada metana dengan dua
atom fluor menghasilkan difluorometana dengan sudut ikatan sebagai berikut.
Apabila faktor ukuran substituen merupakan faktor yang dominan, maka sudut ikatan F-C-F
seharusnya lebih besar dibandingkan sudut ikatan H-C-H karena jari-jari atom F (71 pm) lebih
besar dari jari-jari atom H (37 pm). Diperolehnya fakta yang sebaliknya merupakan indikasi
bahwa keelektronegatifan substituen mungkin menjadi faktor yang lebih dominan. Mengingat
keelektronegatifan atom F lebih besar daripada keelektronegatifan atom H, maka timbul dugaan
bahwa pasangan elektron ikatan dengan atom yang lebih elektronegatif tolakannya lebih lemah
daripada pasangan elektron ikatan dengan substituen yang kurang elektronegatif. Apabila hal itu
benar, maka hal yang sama harus berlaku juga pada molekul-molekul yang lain. Untuk molekul-
molekul COX2 (X = F, Cl), POX 3 (X = F, Cl), PSX 3 (X = F, Cl), dan SO 2X2 (X = F, Cl) diperoleh
data panjang dan sudut ikatan seperti diberikan pada Gambar 9.
Pada contoh-contoh tersebut tampak bahwa sudut ikatan F-E-F (E = C, P, S) lebih kecil
daripada sudut ikatan C1-E-C1. Fakta-fakta tersebut memperkuat dugaan bahwa tolakan
pasangan-pasangan elektron ikatan dengan atom yang lebih elektronegatif lebih lemah daripada
tolakan pasangan-pasangan elektron ikatan dengan atom yang kurang elektronegatif. Terjadinya
hal tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan molekul CH2F2 sebagai model.
Keelektronegatifan atom fluor lebih besar daripada keelektronegatifan atom hidrogen. Hal
ini menyebabkan kekuatan atom F dalam menarik rapatan elektron ikatan C-F lebih besar
daripada kekuatan atom H dalam menarik rapatan elektron ikatan C-H sehingga rapatan elektron
ikatan C-F dapat dianggap "lebih kurus atau lebih ramping" daripada rapatan elektron ikatan C-
H. Akibatnya, tolakan yang ditimbulkan oleh pasangan-pasangan elektron ikatan C-F lebih
lemah daripada tolakan yang ditimbulkan oleh pasangan-pasangan elektron ikatan C-H dan sudut
ikatan F-C-F menjadi lebih kecil daripada sudut ikatan H-C-H.
5
Gambar 9. COX2, POX3, PSF3,dan
S02X2 (X = F, C1)
Gambar 10. Perbedaan Sudut Ikatan pada NH3, N(CH3)3 dan NPh3
Ukuran Ph (C6H5) > CH3 > H. Volume ruangan di sekitar atom pusat yang ditempati oleh
substituen Ph > CH3 > H atau tolakan yang ditimbulkan oleh substituen Ph > CH3 > H.
Akibatnya sudut ikatan (Ph)-N-(Ph) > (Me)-N-C(Me) > H-N-H. Ph adalah gugus fenil.
AturanBent
Pada molekul PF5 untuk pembentukan ikatan-ikatan P-F atom P menggunakan lima orbital
hibrida sp3d. Lima orbital hibrida sp3d tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok orbital
hibrida, yaitu tiga buah orbital hibrida sp2 dan dua buah orbital hibrida pd, seperti ditunjukkan
pada Gambar 11.
6
Gambar 11. Dua Orbital Hibrida pd pada Posisi Aksial dan Tiga Orbital
Hibrida sp2 pada Posisi Ekuatorial
Dua orbital hibrida pd berada pada posisi aksial dengan kedudukan berlawanan; tiga orbital
hibrida sp2 kedudukannya mengarah pada pojok-pojok segitiga sama sisi. Dua orbital hibrida pd
digunakan untuk membentuk ikatan-ikatan aksial, sedangkan tiga orbital hibrida sp2 digunakan
untuk membentuk ikatan-ikatan ekuatorial. Untuk orbital hibrida berlaku ketentuan bahwa
naiknya karakter s akan meningkatkan keelektronegatifannya. Orbital hibrida sp2 dengan
karakter s sebesar 33,33% adalah lebih elektronegatif daripada orbital hibrida pd yang tidak
memiliki karakter s.
Substitusi atom fluor dengan atom klorin pada PF5 akan menghasilkan PC14F, PC13F2,
PCl2F3, dan PClF4. Mengingat posisi aksial dan ekuatorial pada trigonal bipiramidal adalah tidak
seharga, maka timbul masalah berkaitan dengan penempatan atom-atom tersebut pada dua posisi
berbeda yang ada.
Pada PCl4F misalnya, ada dua kemungkinan bentuk yang dapat diperoleh seperti
ditunjukkan pada Gambar 12.
7
substitusi pada trigonal bipiramidal, yaitu pada trigonal bipiramidal substituen yang lebih
elektronegatif lebih suka orbital hibrida yang memiliki karakter s lebih kecil, sedangkan
substituen yang lebih elektropositif lebih suka orbital hibrida yang memiliki karakter s
lebih besar. Jadi, atom yang lebih elektronegatif (F) menempati ruangan yang lebih sempit
(posisi aksial), sedangkan atom yang lebih elektropositif (CI) menempati ruangan yang lebih
longgar (posisi ekuatorial). Untuk PCl2F3, dan PClF4 bentuknya diberikan pada Gambar 13.
Substituen yang termasuk gugus pendorong elektron seperti gugus metil akan menempati
posisi ekuatorial apabila substituen-substituen yang lain memiliki keelektronegatifan yang lebih
tinggi. Gugus metil memiliki keelektronegatifan lebih kecil daripada atom fluor sehingga apabila
atom fluor pada PF5 disubstitusi oleh gugus metil, maka diperoleh beberapa struktur seperti
ditunjukkan pada Gambar 14.
Pasangan elektron ikatan P-CH3 adalah lebih gemuk dibandingkan pasangan elektron ikatan
P-F sehingga sudut-sudut ikatan F-P-F menjadi lebih kecil daripada sudut-sudut ikatan
normalnya.
8
elektron ikatan. Akibatnya, adanya pasangan elektron bebas dapat memperkecil sudut-sudut
ikatan yang ada di sekitar atom pusat.
Jumlah pasangan elektron bebas yang terdapat pada kulit valensi atom pusat bisa satu atau
lebih. Dalam hal ini semakin banyak jumlah pasangan elektron bebas yang terdapat pada
kulit valensi atom pusat, sudut-sudut ikatan yang terdapat di sekitar atom pusat akan
semakin kecil. Sebagai contoh adalah sudut ikatan pada NH 3 dan H2O. Dua molekul ini
memiliki BK yang sama yaitu 4. Empat buah pasangan elektron yang ada posisinya mengarah
pada pojok-pojok tetrahedral. Pada NH3 terdapat satu pasangan elektron bebas pada kulit valensi
atom N, sedangkan pada H2O terdapat dua pasangan elektron bebas pada kulit valensi atom O
sehingga sudut ikatan H-N-H (107,3) lebih besar daripada sudut ikatan H-O-H (104,5). Adanya
pasangan elektron bebas tersebut menyebabkan sudut ikatan yang ada lebih kecil daripada sudut
tetrahedral normal (10928' atau 109,47). Apabila atom-atom digambarkan dengan bola,
sedangkan pasangan elektron bebas digambarkan dengan cuping (lobe) berwarna hitam, maka
untuk molekul NH3, H2O, SeF4, dan ClF5 diperoleh gambar-gambar sebagai berikut.
Untuk atom pusat dengan bilangan koordinasi yang sama, adanya pasangan elektron bebas
pada kulit valensi atom pusat akan memperkecil sudut-sudut ikatan yang ada di sekitar atom
tersebut. Dalam hal ini sudut ikatan akan semakin kecil dengan semakin bertambahnya pasangan
elektron bebas pada kulit valensi atom pusat. Sudut ikatan H-O-H pada H 2O adalah lebih kecil
dibandingkan sudut ikatan H-N-H pada NH3 karena pada kulit valensi atom O terdapat 2
pasangan elektron bebas sedangkan pada kulit valensi atom N hanya terdapat satu pasangan
elektron bebas.
Gambar 15. Molekul NH3 dan H2O dengan Sudut-sudut Ikatan Lebih Kecil dari Sudut
Tetrahedral Normal; Molekul SeF4 dengan Sudut-sudut Ikatan Lebih Kecil dari Sudut TBP
Normal; Molekul C1F5 dengan Sudut-sudut Ikatan Lebih Kecil dari Sudut Oktahedral Normal
Untuk molekul dan ion yang atom pusatnya memiliki pasangan electron bebas,
permasalahan yang timbul adalah di mana pasangan elektron bebas tersebut harus diletakkan.
Untuk molekul dengan bilangan koordinasi 3, 4, dan 6 bila pada kulit valensi atom pusatnya
terdapat sebuah pasangan electron bebas, penempatannya boleh di mana pun karena semua posisi
yang ada seharga sehingga diperoleh bentuk-bentuk seperti diberikan pada Gambar 16.
Penempatan PEB di sebelah atas pada NF3, dan di sebelah bawah pada BrF5 adalah lebih
memudahkan dalam meramalkan pengaruh PEB terhadap pengecilan sudut-sudut ikatan di
sekitar atom pusat dibandingkan penempatan PEB pada posisi-posisi yang lain.
Pada BrF5 atom F yang letaknya berlawanan dengan PEB disebut atom F puncak, sedangkan
empat atom F yang lain disebut atom F basal. Adanya PEB menyebabkan atom Br terletak di
9
bawah bujur sangkar yang terbuat dari empat atom F basal. Sudut ikatan F-Br-F besarnya adalah
< 90, sedangkan sudut ikatan trans-F-Br-F besarnya <180.
Gambar 16. Molekul dengan 1 PEB. a) BK 3 bentuk huruf V (SnCl2), b) BK 4 bentuk trigonal
pyramidal (NF3), dan BK 6 bentuk piramida alas bujur sangkar terdistorsi (BrF5)
Untuk bilangan koordinasi lima penempatan sebuah pasangan elektron bebas ada dua
kemungkinan, yaitu pada posisi ekuatorial dan posisi aksial.
Bila pasangan elektron bebas terdapat pada posisi ekuatorial maka terdapat dua buah tolakan
antara pasangan elektron bebas dengan pasangan-pasangan elektron ikatan yang lain dengan
sudut 90.
Sebaliknya, bila pasangan elektron bebas terdapat pada posisi aksial akan terdapat tiga buah
tolakan antara pasangan elektron bebas dengan pasangan-pasangan elektron ikatan yang lain
dengan sudut 90. Tolakan yang dialami oleh pasangan elektron bebas bila menempati posisi
ekuatorial lebih lemah daripada tolakan yang dialaminya apabila menempati posisi aksial.
Dengan kata lain posisi ekuatorial lebih longgar daripada posisi aksial. Oleh karena itu bila
pasangan elektron bebas terdapat pada posisi ekuatorial, maka akan diperoleh struktur yang lebih
stabil. Fakta ini teramati untuk SF4 yang ditunjukkan pada Gambar 25.
Untuk bilangan koordinasi 4 bila pada kulit valensi atom pusatnya terdapat dua pasangan
elektron bebas, maka pasangan-pasangan elektron bebas tersebut dapat diletakkan di mana pun
sehingga diperoleh bentuk sebagai berikut.
10
Untuk bilangan koordinasi 5, dua pasangan elektron bebas diletakkan pada posisi ekuatorial
sehingga diperoleh bentuk huruf T bengkok seperti yang teramati pada BrF3.
Gambar 19. Dua PEB pada Posisi Ekuatorial dalam Molekul dengan BK 5
Bentuk: huruf T bengkok; Contoh: BrF3
Untuk bilangan koordinasi 6, ada dua kemungkinan penempatan dua pasangan elektron
bebas, yaitu pada posisi cis dan posisi trans.
Gambar 20. Dua kemungkinan posisi dua PEB pada molekul dengan BK 6
(gambar a. posisi cis dan gambar b. posisi trans)
Struktur dengan dua PEB pada posisi trans lebih stabil daripada struktur dengan dua PEB
pada posisi cis karena tolakan antara dua buah pasangan elektron bebas yang ada lebih kecil
sehingga bentuk molekul yang diperoleh adalah bujursangkar seperti yang teramati pada XeF 4
yang diberikan pada Gambar 29.
Untuk bilangan koordinasi 4 bila pada kulit valensi atom pusatnya terdapat 3 buah pasangan
elektron bebas, maka ketiganya dapat ditempatkan di mana pun sehingga diperoleh bentuk linear
seperti yang teramati pada molekul HF
11
Gambar 22. Tiga PEB pada Posisi Ekuatorial dalam Molekul dengan BK 5
Bentuk: linear; Contoh: XeF2
Untuk bilangan koordinasi 6, bila terdapat 3 pasangan elektron bebas maka 2 buah
diletakkan pada posisi trans dan yang ketiga pada posisi cis terhadap 2 pasangan elektron bebas
yang berposisi trans sehingga diperoleh bentuk huruf T terdistorsi. Sampai saat ini dianggap
belum ada contoh molekul yang termasuk dalam kategori tersebut. Beberapa ion yang
kemungkinan dalam kategori tersebut adalah XeF3- dan IF32-.
12
Gambar 24. NH2-, BK 4 dengan 2 PEB; Bentuk: Huruf V
Contoh 9: SF4
Atom pusat: S
BK atom S = (6 + 4 x 1) = 5
Jumlah PEI = 4, jumlah PEB = 1
Lima pasangan elektron yang ada posisinya mengarah pada pojok-pojok trigonal bipiramidal.
SF4 berbentuk seesaw atau disfenoidal seperti ditunjukkan pada Gambar 25. Adanya PEB
menyebabkan sudut ikatan F(aksial)-S-F(aksial) lebih kecil dari 180 dan sudut ikatan
F(ekuatorial)-S-F(ekuatorial) lebih kecil dari 120 seperti ditunjukkan pada gambar di bawah.
Panjang ikatan S-F(aksial) adalah 164,6(3) pm dan ikatan S-F(ekuatorial) adalah 154,5(3) pm.
Pada molekul SF4 sudut ikatan F(ekuatorial)-S-F(ekuatorial) adalah 19,5 lebih kecil
dibandingkan sudut ikatan pada TBP normal (120); sudut ikatan F(aksial)-S-F(aksial) adalah
6,5 lebih kecil dibandingkan sudut ikatan pada TBP normal (180). Hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh tolakan PEB terhadap ikatan ekuatorial cenderung lebih kuat dibandingkan pengaruh
PEB pada ikatan aksial. Kecenderungan ini juga terjadi pada molekul SeF 4 yang diberikan pada
Gambar 15.
13
Gambar 26. ClF3, BK 5 dengan 2 PEB;
Bentuk: Huruf T Bengkok
Contoh 11: ICl2-
Atom pusat: I
BK atom I = [7 + 2x1 -(-1)] = 5
Jumlah PEI = 2, jumlah PEB = 3
Tiga PEB menempati posisi ekuatorial dalam kedudukan simetris sehingga diperoleh bentuk
linear seperti ditunjukkan pada Gambar 27.
14
Bentuk: Piramida alas Bujursangkar Terdistorsi
Pada TeF5- terdapat dua macam atom F, yaitu atom F(puncak) dan atom F(basal). Empat
buah atom F (basal) membentuk bujursangkar dengan atom Te terletak 4 pm di bawah pusat
bujursangkar tersebut, karena tolakan yang ditimbulkan oleh pasangan elektron bebas lebih kuat
dibandingkan tolakan yang ditimbulkan oleh pasangan elektron ikatan yang berada pada posisi
yang berlawanan. Sudut ikatan F(puncak)-Te-F(basal) adalah 79. Panjang ikatan Te-F(puncak)
adalah 185 pm sedangkan panjang ikatan Te-F(basal) adalah 196 pm. Untuk bentuk piramida
alas bujursangkar terdistorsi pada umumnya ikatan antara atom pusat dengan atom pada puncak
lebih pendek daripada ikatan antara atom pusat dengan atom-atom pada basal seperti yang
teramati pada XeF5+, SbF52-, dan BrF5.
15
BK 2 berada di antara BK 2 dan 3 sehingga sudut ikatan yang ada harus lebih kecil dari 180
(sudut normal untuk BK 2), tetapi lebih besar dari 120 (sudut normal untuk BK 3). NO2-
berbentuk huruf V dengan sudut ikatan O-N-O sebesar 134.3 karena tolakan antara PEI-PEI
lebih kuat daripada tolakan antara PEI-ETB.
Atom oksigen jembatan dapat juga terikat pada 3 buah atom lain seperti yang terdapat pada
alkohol terprotonasi, salah satu contohnya ditunjukkan pada Gambar 32.
16
Spesies semacam ini biasanya merupakan hasil antara (intermediate} dalam suatu reaksi.
Berdasarkan data dari beberapa buku bahwa: "Dalam penghitungan bilangan koordinasi
atom pusat, atom oksigen terminal, O(t), dapat dianggap tidak menyumbang elektron".
Berlakunya aturan tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa contoh berikut.
17
Gambar 35.Molekul XeO4 dengan Bentuk Tetrahedral
Contoh 18: NO3-
Atom pusat: N
BK atom N = [5 + 3 x 0 (-1)] = 3
Jumlah PEI = 3; jumlah PEB = 0
Agar aturan oktet terpenuhi, maka ikatan antara atom nitrogen dengan dua atom oksigen adalah
ikatan tunggal, sedangkan satu ikatan yang lain merupakan ikatan rangkap dua. NO 3- berbentuk
trigonal planar dengan sudut ikatan O-N-O sebesar 120 dan panjang tiga ikatan N-O sama yaitu
125 pm, karena adanya resonansi dari ikatan rangkap. Tiga ikatan N-O yang ada berorde 4/3.
18
Contoh 20: ClO4-
Atom pusat: Cl
BK atom CL = 1/2 [7 + 4 x 0 - (-1)] =4
Jumlah PEI = 4; jumlah PEB = 0
Bentuk dari C1O4- adalah tetrahedral normal.
Tabel 1
Bentuk Molekul dan Ion dengan Atom Pusat Mengikat Atom Oksigen Terminal
dan Atom-atom Selain Oksigen ,
Molekul Bentuk BK
COF2 trigonal planar terdistorsi 3
COC12 trigonal planar terdistorsi 3
POF3 tetrahedral terdistorsi 4
POCl3 tetrahedral terdistorsi 4
SO2F2 tetrahedral terdistorsi 4
SO2Cl2 tetrahedral terdistorsi 4
Contoh 21:COF2
Atom pusat: C
BK atom C = 1/2(4 + lxO + 2x1) = 3
Jumlah PEI = 3; jumlah PEB = 0
COF2 berbentuk trigonal planar terdistorsi. Agar aturan oktet terpenuhi, maka ikatan antara
atom karbon dengan atom oksigen adalah ikatan rangkap dua. Sudut ikatan O-C-F adalah 126,2
dan sudut ikatan F-C-F adalah 107,7 karena ikatan rangkap dua memerlukan ruangan yang lebih
besar daripada ikatan tunggal, seperti ditunjukkan pada Gambar 39.
19
Gambar 39
COF2 dengan Bentuk Trigonal Planar Terdistorsi
Contoh 22: POF3
Atom pusat: P
BK atom P = (5 + 1x0 + 3x1) = 4
Jumlah PEI = 4; jumlah PEB = 0
POF3 berbentuk tetrahedral terdistorsi. Agar muatan formal dari atom P nol, maka ikatan
antara atom fosfor dengan atom oksigen adalah ikatan rangkap dua. Sudut ikatan F-P-F sebesar
101,3(2), karena ikatan rangkap memerlukan ruangan yang lebih besar, seperti ditunjukkan pada
Gambar 40.
20
Gambar 41. SO2F2 dengan Bentuk Tetrahedral Terdistorsi
Contoh 24: B(OH)3
Atom pusat: B
BK atom B = (3 + 3x1) = 3
Jumlah PEI = 3; jumlah PEB = 0
Geometri B(OH)3 adalah trigonal planar dengan sudut ikatan O-B-O sebesar 120.
21
Contoh 24: HSO4- atau SO3OH-
Atom pusat: S
BK atom S = [6 + 3x0 + 1x1 (-1)] = 4
PEI = 4, PEB = 0
SO3OH- berbentuk tetrahedral terdistorsi. Ikatan-ikatan S-O(t) sama panjang karena adanya
resonansi dan berorde 5/3. Panjang ikatan S-O(j) adalah 1,56 A sedangkan panjang ikatan S-O(t)
adalah 1,47 A. Sudut ikatan O(t)-S-O(t) adalah 113 dan O(t):S-O(j) adalah 106. Sudut ikatan
O(t)-S-O(t) lebih besar daripada sudut O(t)-S-O(j) karena ikatan S-O(t) berorde 5/3 sedangkan
ikatan S-O(j) berorde 1.
22
HNO3 berbentuk segitiga planar. Ikatan N-O(j) lebih panjang daripada ikatan N-O(t); sudut
O(t)-N-O(t) adalah 130. Sudut O(t)-N-O(j) adalah 116 dan 114, lebih kecil daripada sudut O(t)-
N-O(t) karena ikatan N-O(t) berorde 1,5 sedangkan ikatan N-O berorde 1.
Pasangan elektron ikatan rangkap memerlukan ruangan yang lebih besar daripada pasangan
elektron ikatan tunggal. Volume ruangan yang ditempati oleh pasangan elektron bebas dapat
dianggap sedikit lebih besar daripada volume ruangan yang ditempati oleh pasangan elektron
ikatan rangkap dua. Tolakan yang ditimbulkan oleh pasangan elektron bebas juga sedikit lebih
kuat daripada tolakan yang ditimbulkan oleh pasangan elektron ikatan rangkap dua. Pada bentuk
trigonal bipiramidal pasangan elektron ikatan rangkap menempati posisi ekuatorial. Adanya
pasangan elektron bebas dan pasangan elektron ikatan rangkap dapat memperkecil sudut-sudut
ikatan yang ada, seperti yang ditunjukkan oleh contoh-contoh pada Gambar 47.
23
CS2 berbentuk linear, analog dengan bentuk CO2 pada Gambar 34 dengan sudut ikatan S-C-
S sebesar 180.
24
C=CR terikat pada C(sp2) 1 ER3(E = B, N,P, As, Sb) 2
C=CR terikat pada C(sp3) 1 CO(t) 2
CR=CR2 terikat pada C(sp) 0 CO(j) 1
CR=CR2 terikat pada C(sp2) 1 BR3 0
Keterangan:
t = terminal; j = jembatan; R = hidrogen, halogen, alkil atau aril.
Contoh 28: H3NBF3
Geometri di sekitar atom N
BK atom N = (5 + 3 x 1) = 4
Jumlah PEI = 4; Jumlah PEB = 0
Geometri di sekitar atom N adalah tetrahedral terdistorsi karena ada dua macam substituen, yaitu
atom H dan BF3 yang diikat oleh atom N.
Geometri di sekitar atom B
BK atom B = (3 + 2 + 3 x 1) = 4
Jumlah PEI = 4
Jumlah PEB = 0
Geometri di sekitar atom B adalah tetrahedral terdistorsi karena ada dua macam substituen, yaitu
NH3 dan atom F yang diikat oleh atom B.
25
Gambar 50. Molekul F3PBH3
Contoh 30: H2C=CHCH3 (propilena)
Geometri di sekitar atom C (kiri)
BK atom B = (4 + 2 x l) = 3
Jumlah PEI = 3
Jumlah PEB = 0
Geometri di sekitar atom C (kiri) adalah segitiga planar terdistorsi. ,
Geometri di sekitar atom C (tengah)
BK atom C = (4 + 0 + l + l) = 3
Jumlah PEI = 3; Jumlah PEB = 0
Geometri di sekitar atom C (tengah) adalah segitiga planar terdistorsi.
Geometri di sekitar atom C (kanan)
BK atom C = (4 + l+3xl) = 4
Jumlah PEI = 4
Jumlah PEB = 0
Geometri di sekitar atom C (kanan) adalah tetrahedral terdistorsi karena ada dua macam
substituen, yaitu H2C=CH dan atom H yang diikat oleh atom C (kanan).
26
Geometri di sekitar atom C (tengah)
BK atom C = (4 + 0 + 0) = 2
Jumlah PEI = 2; Jumlah PEB = 0
Geometri di sekitar atom C (tengah) adalah linear.
Geometri di sekitar atom C (kanan)
BK atom C = (4 +1 + 3 x 1) = 4
Jumlah PEI = 4 ; Jumlah PEB = 0
Geometri di sekitar atom C (kanan) adalah tetrahedral terdistorsi karena ada dua macam
substituen, yaitu HCC dan atom H yang diikat oleh atom C (kanan).
Sumber: Effendy. 2010. Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul. Malang: Bayumedia
Publishing.
27