Penguat Transistor PDF
Penguat Transistor PDF
1. Pendahuluan
Setelah mempelajari Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Penguat Transistor,
diharapkan mahasiswa mempunyai pengetahuan dan memahami fungsi kerja dari
rangkaian penguat transistor dalam rangkaian elektronika.
Setelah mempelajari Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Penguat Transistor,
Mahasiswa mempunyai kemampuan
3.1.Menjelaskan fungsi rangkaian transistor sebagai rangkaian penguat awal dengan
impedansi masukan tinggi
3.2.Menjelaskan fungsi rangkaian transistor sebagai rangkaian penyangga (buffer)
3.3.Menjelaskan fungsi rangkaian transistor sebagai penguat akhir dengan faktor penguat
daya yang besar
3.4.Menunjukan kemudahan teknis penggunaan rangkaian terpadu (IC: integrated circuit)
sebagai rangkaian penguat awal maupun rangkaian penguat akhir.
2
4. Kegiatan Belajar 1
PENGUAT AWAL
4.1. Pengantar
Kita dapat menganggap bahwa suatu penguat atau transistor merupakan piranti yang
memiliki dua gerbang. Gerbang yang dimaksud adalah gerbang masukan dan gerbang
keluaran, seperti tergambar di gambar 6.1., yang melukiskan atau memberikan simbol
dari suatu piranti dengan dua gerbang.
3
Sesungguhnya dari kedua gerbang tersebut kita dapat meninjau untuk bagian
masukannya, misalnya hambatan, tegangan dan arus masukannya. Demikian pula untuk
bagian keluarannya. Namun kali ini kita akan menekankan pada rankaian setaranya.
Sesungguhnya ada beberapa macam rangkaian setara, yaitu setara -T, -z, -y dan rangkaian
setara parameter-h.
Rangkaian setara didasarkan pada rangkaian setara Thevenin untuk hambatan
keluaran yang tidak terlalu besar atau rangkaian setara Norton untuk hambatan keluaran
yang besar. Untuk kesempatan kali ini kita akan membahas rangkaian setara parameter-h.
Dalam rangkaian setara parameter-h untuk transistor dengan emitor bersama pada
masukan digunakan rangkaian setara Thevenin, sedangkan pada keluarannya digunakan
rangkaian setara Norton. Hal ini mengingat bahwa pada transistor dwikutub emitor
bersama hambatan masukan rendah, dan pada keluaran merupakan sumber arus tetap
yang dikendalikan oleh arus masukan. Rangkaian setara parameter-h ditunjukkan pada
gambar 6.2.
iI i0
hI
vI 1/h0
hf iI v0
hr v0
4
Sedangkan parameter-h adalah :
hi = impedansi masukan dengan keluaran terhubung singkat
hr = nisbah tegangan balik dengan masukan terbuka
hf = nisbah arus maju dengan keluaran terhubung singkat
h0 = admitansi keluaran dengan masukan terbuka.
Untuk hubungan emitor ditanahkan digunakan parameter-h : hie, hre, hfe dan hoe.
Sedangkan untuk hubungan basis bersama digunakan hib, hrb, hfb dan hob, dan untuk
kolektor bersama digunakan hic, hrc, hfc dan h0c. Nilai hie adalah
hie = rb + ( 1 + hfe ) re (3)
rb = hambatan melintang dalam basis yang besarnya kira-kira 300 W, untuk titik Q berada
ditengah-tengah, adakalanya nilai ini dapat diabaikan terhadap ( 1 + hfe )re.
re = hambatan sambungan pn untuk panjar maju dengan isyarat kecil, yaitu
26 25
re = atau dengan pendekatan re = (4)
I E (Q)mA I E (Q)mA
Nilai hre sangat kecil pada orde 10-4, sehingga hasil perkaliannya dengan v0 kecil
mendekati nol, dan diabaikan terhadap hi ii. Nilai hfe tidak lain adalah , sedangkan h0e
ordenya di sekitar 25 A/V (A/V = mho = siemen) atau 1/h0e di sekitar ~40 k, atau
tepatnya tergantung dari tipe transistornya.
Nilai-nilai dari parameter yang lain biasanya dilihat pada buku panduan dari
transistor yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya, namun untuk keperluan kegiatan
belajar ini kita dapat mengadakan perandaian atau pendekatan-pendekatan nilai.
5
Keluaran Masukan Keluaran
Sumber z0 ; v0 zi ; vi Penguat awal z0 ; v0
isyarat
akan digandeng
Pada modul 5 telah dirumuskan bahwa besarnya v jika antara keluaran sumber
isyarat dihubungkan atau digandengkan dengan masukan penguat awal maka
zi 1
vi = v0 = v0 (5)
zi z 0 1
z0
zi
Terlihat bahwa nilai vi sangat tergantung dari nisbah z0/zi. Jika z0 > zi maka bilangan
pembagi menjadi besar dan vi > v0, jika z0 < zi maka bilangan pembagi mendekati satu dan
vi ~ v0 dan jika z0 = zi maka vi = () v0. Untuk yang terakhir ini merupakan hal yang
paling ideal. Hal tersebut dikarenakan daya yang dilesapkan dari rangkaian di depan ke
rangkaian berikut maksimal, atau dalam keadaan ini terjadi penyesuaian impedansi
(matching impedance).
Dengan demikian masalah impedansi merupakan sangat penting untuk
menggandengkan antara dua sistem tersebut di atas. Oleh karena itu di dalam pemilihan
konfigurasi transistor haruslah tepat agar penguatan dapat berkerja dengan baik.
Ciri dari penguat emitor bersama adalah memiliki hambatan masukan dan hambatan
keluaran yang bernilai sedang yaitu pada orde 1 kilo-ohm sampai 3 kilo-ohm, atau
tergantung dari harga hie-nya, demikian pula nilai hambatan input tergantung dari RC atau
hambatan beban RL yang biasanya juga berorde 5 kilo-ohm. Jika suatu isyarat masukan
memiliki impedansi yang cukup rendah maka penguat emitor bersama dapat digunakan
langsung dengan gandengan kapasitor saja, seperti pada gambar 6.4.
6
RC
R1
RS v0
vS R2
CE
RE
i0
hIe 1/h0e
RS ib
hfe ib
RC
RB hre v0
vS
RE
CE
hIe 1/h0e
RS
vi hfe ib v0
RB RC
vS ib
Dari gambar 6.5 (b) terlihat bahwa besarnya impedansi atau hambatan masukan penguat
awal adalah
zi = RB // hie (6)
Kita ingat bahwa RB = R1 // R2 dan hie dihitung dengan rumus (3). Apabila nilai zi masih
lebih besar atau sama dengan hambatan/impedansi keluaran RS maka kita dapat
7
menggunakan penguat tersebut sebagai penguat awal. Dari gambar ini dapat kita peroleh
bahwa hambatan atau impedansi keluaran dari penguat adalah
1
z'0 = // RC (7)
h0 e
Jika dihitung penguatannya maka
v0'
Av = (8)
vi
dari gambar 6.5b terlihat bahwa
1
v'0 = - ( hfe ib )( // RC ) = - ( hfe ib ) z'0 (9)
h0 e
vi = hie i b (10)
v0' h z'
A = = - fe 0 (11)
vi hie
Dari rumus-rumus di atas parameter yang perlu dicari terlebih dahulu adalah hie. Apabila
arus emitor IE(Q) dapat ditentukan maka rumus-rumus selanjutnya dapat dihitung. Untuk
itu analisis dc emitor bersama harus lebih dipahami.
Apabila dalam persoalan gandengan terdapat perbedaan impedansi yang cukup
besar, misalnya sumber isyarat memiliki z0 = 25 zi, maka vi akan mengalami penurunan
sampai 1/26 kali terhadap tegangan keluaran isyarat v0. Hal ini jelas tidak
menguntungkan, apalagi jika tegangan isyarat tadi sangat lemah. Untuk keperluan itu
perlu alat yang digunakan untuk menyesuaikan atau seolah-olah menaikkan
impedansi dari rangkaian penguat awal agar tidak terjadi penurunan tegangan. Untuk itu
dapat digunakan "transformator masukan" atau sering juga disebut "transformator input",
untuk menyesuaikan impedansi dari dua sistem yang akan digandengkan. Cara yang
umum digunakan seperti pada gambar 6.6.
N1 N2
Sumber z0 zit z0t zi Penguat awal
isyarat
transformator
Vcc
R1
RS
vS R2
RE
9
RS hIe
1/h0e
RB
v0
vS
RE
RS hIe
R B ib hfe ib
vi
vS v0
1/h0e
RE
Dari rangkaian gambar 6.7 tersebut kita dapat membuat rangkaian setara
parameter-h, lihat gambar 6.8 (a) atau 6.8 (b). Untuk mencari penguatannya, yaitu A v =
v '0 /vi, dicari dahulu v '0 dan vi. Pada gambar 6.8 (b) 1/h0e digambar sejajar dengan RE
agar mudah menganalisisnya. Pada RE mengalir arus ib dari jalur masukan dan arus hfe
ib dari jalur keluaran, sehingga tegangan keluaran dapat dinyatakan sebagai
1 1
v'0 = ib ( RE // ) + hfe ib ( RE // )
h0 e h0 e
1
= ( 1 + hfe ) ib ( RE // ) (12)
h0 e
10
1 1
vI = hie ib + ib ( RE // ) + hfe ib ( RE // )
h0 e h0 e
1
= hie ib + (1 + hfe ) ib ( RE // ) (13)
h0 e
sehingga
1
'
(1 h fe )( RE // )
v 0 h0e
Av = = (14)
vi 1
hie (1 h fe )( RE // )
h0e
Faktor arus basis ib lenyap dalam persamaan tersebut dan dilihat dari bentuk
persamaannya pastilah bahwa nilai Av selalu lebih kecil atau mendekati satu. Parameter
hie dapat ditentukan dengan persamaan (3), yaitu hie = rb + (1 + hfe )re.
Untuk menghitung impedansi masukannya zi, dengan melihat gambar 6.8 (b), dapat
diperoleh bahwa
zi = RB // Rit (15)
vi 1
Rit = = hie + (1 + hfe )( RE // ) (16)
ib h0 e
1
Besarnya Rit ditentukan oleh nilai (1 + hfe ) RE untuk RE<< . Dengan demikian nilai zi
h0 e
ditentukan oleh nilai RB jika RB << Rit.
Sedang untuk menghitung impedansi keluaran kita dapat menganggap v'0 sebagai
sumber tegangan dengan arus masuk ke arah transistor sebagai i0, pada gambar 6.8 (b).
v0'
Impedansi keluarannya adalah z = (17)
i0
1
dimana arus i0 terbagi tiga yang lewat RE // , dan yang lewat (hie + RB // RS ) dan yang
h0 e
lewat sumber arus hfe ib. Maka besarnya arus total adalah
11
v0 v0 h fev0
i0 = + +
( RE //
1
) (hie RB // RS ) (hie RB // RS )
h0 e
v0 (1 h fe )v0 1
= + jika v0 dibawa ke ruas kiri diperoleh
( RE //
1
) (hie RB // RS ) z0
h0 e
i0 1 (1 h fe ) 1
= + =
v0 1
( RE // ) (hie RB // RS ) z0
h0e
1 (h RB // RS )
atau impedansi z0 menjadi z0 = ( RE // ) // ie (18)
h0 e (1 h fe )
apabila diisikan nilai-nilai tertentu akan diperoleh bahwa nilai impedansi keluaran dari
(h RB // RS )
penguat kolektor bersama ini yang berperan adalah z0 ~ ie atau lebih
(1 h fe )
RS
sederhana lagi hanya ditentukan oleh z0 = re + .
1 h fe
Dari pembicaraan di atas, penguat kolektor bersama ini dapat digunakan sebagai
penguat awal terutama penyesuai impedansi, sehingga penguat berikutnya tidak akan
menarik arus terlalu banyak karena impedansi keluaran kolektor bersama sangat kecil.
Juga penguat ini karena penguatannya mendekati satu disebut sebagai penguat penyangga.
Namun demikian dari rumus (15) terlihat bahwa impedansi masukan z i = RB // Rit,
dengan demikian nilai zi masih ditentukan oleh besarnya RB. Untuk mengatasi pengaruh
RB ini digunakan teknik pengangkat impedansi (bootstrap), yaitu dengan memasang
kapasitor CB seperti pada gambar 6.9.
Vcc
RB1
RB21 b v0
RB22 CB
12
Nilai CB cukup besar sehingga reaktansinya pada frekuensi sinyal masuk cukup
kecil, sehingga tegangan di titik a kira-kira sama dengan di b dan sama dengan
tegangan keluaran. Dengan pemasangan teknik bootstrap ini diharapkan besarnya
1
zi = Rit = hie + (1 + hfe )( RE // )
h0 e
1
jika RE << , maka zi = Rit = hie + (1 + hfe ) RE (19)
h0 e
1
dengan syarat bahwa RE << (RB1 // RB22 // ) dan hie << RB21.
h0 e
1 8
-
2 7
+
3 6
4 5
13
Banyak sekali jenis-jenis op-amp yang dipergunakan orang untuk keperluan
penguat awal, misalnya LF 155, LF 356, LM 110, LM 170, LM 381,LM 387 dan lain
sebagainya. Pada dasarnya op-amp memiliki dua buah masukan yaitu masukan
yang fase keluarannya berbalik disebut masukan membalik atau inverting input dan
masukan yang fase keluarannya tak membalik disebut masukan tak membalik atau
non inverting input. Keluaran pada op-amp merupakan keluaran tunggal, yaitu apabila
kedua masukan tersebut digunakan bersama-sama atau masukan inverting dan non
inverting disambung jadi satu (dikopel) sebagai penerima sinyal, hal ini disebut sebagai
masukan modus bersama (common mode), lihat gambar 6.11 (a). Namun dalam hal yang
lain, yaitu apabila kedua masukan menerima masukan masing-masing, maka op-amp
dikatakan dioperasikan dengan modus diferensial. Lihat Gambar 6.11 (b).
v0
va
v0
vb
Sebagai penguat deferensial maka masukan pembalik maupun tak membalik dapat
dihubungkan dengan suatu sumber tegangan dengan teknik-teknik tertentu. Contoh yang
paling mudah misalkan dihubungkan dengan termistor (hambatan yang berubah
terhadap suhu). Alat ini biasanya digunakan untuk indikator perubahan suhu. Maka
termistor dapat dipasang sebagai salah satu hambatan dalam konfigurasi jembatan
wheatstone. Lihat gambar 12.
14
B
Masukan
R1 R0 membalik
C
A R2
R3
Masukan
tak membalik
D
Dari rangkaian jembatan tersebut misalkan diambil suatu suhu acuan adalah 0o
Celcius hambatan termistor adalah R0 , maka tiga hambatan yang lain R1 , R2 dan R3
juga harus sama dengan R0 , dan nilai hambatan R1 , R2 dan R3 tidak berubah karena
perubahan suhu. Saat suhu acuan akan berlaku hubungan
R0 R3 = R1 R2
jika hal itu dipenuhi, maka VB = VD . Namun jika R0 berubah dengan perubahan suhu
maka potensial titik B atau VB tidak sama dengan potensial titik D atau VD . Dengan
demikian terjadi perbedaan potensial di antaranya, perbedaan ini justru digunakan
sebagai masukan penguat diferensial pada op-amp.
Pada kegiatan belajar 1 telah disinggung bahwa penguat kolektor bersama atau
pengikut emitor merupakan penguat penyangga. Penguat penyangga digunakan
sebagai suatu tahap penyesuaian impedansi tanpa mengurangi besarnya tegangan
isyarat. Sesungguhnya terdapat pengurangan tegangan namun tidak terlalu berarti.
Karena penguat kolektor bersama ini bukan penguat tegangan melainkan merupakan
penguat arus. Dengan memperhatikan penjelasan terdahulu pada kegiatan belajar 1 bahwa
15
arus masukan pada umumnya kecil sedangkan arus pada keluaran besar, maka penguat
ini disebut penguat arus.
Jika diingat kembali konfigurasi kolektor bersama, di mana keluaran diambil dari
terminal emitor dari transistor yang digunakan. Tegangan sinyal keluaran selalu sedikit
lebih rendah dari pada tegangan sinyal masukan yang diakibatkan adanya jatuh tegangan
pada persambungan emitor-basis. Tidak seperti tegangan kolektor, tegangan emitor adalah
sefase dengan sinyal masukan. Berikut adalah gambar konfigurasi kolektor bersama
(pengikut emitor).
Vcc
RB
Vi
Ii
V0
RE
Zi
I0 Z0
Ii
Ib
Vi
hie hfe Ib
Zi
RB V0
Zb
Z0 Ie = (1 + hfe) Ib
RE
I0 = Ie
16
Impedansi masukan ZI adalah ZI = RB // Zb
dengan Zb = hie + (1 + hfe)RE untuk parameter h,
atau Zb = (re + RE) untuk model re.
Sedangkan impedansi keluaran Z0 dapat ditentukan dengan mengingat Ie = (1 + hfe) Ib
dan Ib = Vi/Zb yang akan diperoleh :
Vi
Ie = (20)
[hie /(1 h fe )] RE
Jika persamaan (20) tersebut dituangkan dalam bentuk rangkaian akan terlihat seperti
gambat berikut.
hie/(1+hfe)
V0
Vi
RE
Z0
Ie
hie
Z0 = RE // . (21)
1 h fe
Penguatan arus Ai ditentukan berdasarkan Ib = RBII / (RB + Zb) dan I0 = Ie sehingga akan
diperoleh :
17
I0 (1 h fe ) RB
Ai = = . (23)
Ii RB Z b
1). Suatu penguat awal seperti gambar 6.4 dimana RB1 = 50 k, RB2 = 5 k, RC = 2 k,
RE = 1 k, C1 = C2 = 30 F dan CE = 100 F. Apabila VCE = () V , = 150,
transistornya silikon dan Vcc = 6 V, tentukanlah
a. hambatan masukan penguat
b. hambatan keluaran penguat
Jawab :
a. dicari dahulu IB dengan cara seperti pada Modul 5 KB 2, RB = RB1 //RB2 = 50 k //5
Vcc Vce 6V 3V
k = 4,54 k. Jika IE ~ IC = = = 1 mA,
RC RE 3k
25
maka hie = rb + ( 1 + ) re = 300 + (151) = 4075 ~ 4 k,
1
sehingga zi = RB // hie = 2,126 k.
1
b. Untuk menghitung z'0 = ( // RC ) ~ RC = 2 k.
hoe
2). Pada soal nomor 1 akan digunakan untuk memperkuat keluaran dari sebuah mikrofon
yang impedansi keluarannya 50 k, apa yang harus dilakukan agar terjadi penyesuaian
impedansi ?
Jawab :
Dipasang transformator input yang memiliki impedansi masukan/input sebesar 50 k
dan impedansi keluaran 2 k.
3). Suatu penguat awal seperti gambar 6.4 dimana RB1 = 100 k, RB2 = 10 k, RC = 4,7
k, RE = 1 k, C1 = 0,5 F, C2 = 0,2 F dan CE = 50 F. Apabila = 120, hie = 3,15
k, hoe = 2 x 10-5 mho, transistornya silikon dan Vcc = 20 V, tentukanlah
18
a. impedansi masukan penguat
b. impedansi keluaran penguat
c. penguatan tegangan
d. Jika ada masukan sebesar 1 mV dan hambatan dalamnya 600, tentukan pula tegangan
keluarannya.
Jawab :
a. Karena hie telah diketahui, maka RB = RB1 //RB2 = 100 k // 10 k = 9,1 k jadi z = R
// h = 9,1 k // 3,15 k = 2,34 k
1
b. z'0 = ( // RC ) = 50 k // 4,7 k = 4,3 k
hoe
d. Jika hambatan dalam sumber isyarat zo = 600 dan zi penguat = 2,34 k dan
tegangan isyarat 1 mV, maka tegangan masukan ke penguat adalah
zi 2,34k
vi = vS = 1 mV = 0,76 mV
z o zi 0,6k 2,34k
vo = Av vi = - 164 x 0,76 mV = 124,6 mV.
4). Dari gambar 6.9 apabila diketahui RB1 = 56 k, RB21 = 10 k, RB22 = 56 k, hOE =
2,5 x 10-5 mho, RE = 3,9 k, CB = 100 F dan = 300, tentukanlah
a. besarnya impedansi masukannya dan
b. berapa reaktansi kapasitif dari kapasitor jika frekuensi isyaratnya 1 KHz dan Vcc = 12
volt.
Jawab :
a. Dicari terlebih dahulu arus basis IB dengan mencari sumber tegangan pengganti
VB dan hambatan pengganti RB
RB = (RB1 //RB22 ) + RB21 = (56 k // 56 k) + 10 k = 38 k
RB 22 56 K
VB = Vcc = 12 V = 6 V.
RB1 RB 22 112 K
VB VBE 6V 0,7V
IB = = = 4,7 A
RB (1 ) RE 38K 301x3,9 K
19
IE = (1 + 300) IB = 1,4 mA
Gunakan rumus (3) dan (4) untuk mencari hie , yaitu
25
hie = rb + ( 1 + )
IE
25
hie = 300 + ( 1 + 300 ) = 5675 ~ 5,6 k
1,4
Ternyata RE << 56 k // 56 k // 40 k dan hie < RB21 = 10 k,
sehingga zi = hie + ( 1 + ) RE = 5,6 k + (1 + 300) 3,9 k = 1179,5 k ~1,18 M
Terlihat jika tidak ada bootstrap impedasi masukan hanya
38 k, sedangkan dengan bootstrap impedansinya menjadi 1,18 M.
b. Reaktansi kapasitifnya adalah
1 1
XCB = = = 1,6 .
C B 2x1000 x100 x10 6
5). Mana yang lebih praktis dalam kenyataannya penggunaan transistor bipolar sebagai
penguat awal dibandingkan dengan menggunakan op-amp dalam rangkaian terpadu,
tunjukkan alasannya.
a. Penggunaan op-amp lebih praktis, karena sifat-sifat dasar op-amp sudah menunjukkan
bahwa op-amp memiliki impedansi masukan tinggi dan impedansi keluaran rendah.
Kualitas keluaran tentunya lebih baik karena rangkaian lebih terpadu. Namun dalam
pembiayaan op-amp lebih mahal.
b. Penggunaan transistor bipolar harus menghitung secara saksama piranti pasif yang
digunakan agar diperoleh impedansi masukan yang dikehendaki. Namun pebiayaan
komponen relatif lebih murah. Kualitas keluaran tergantung cara pemasangan.
4.6. Latihan 1
1). Apa perbedaan penggunaan penguat basis bersama, emitor bersama dan kolektor
bersama untuk keperluan penguat awal.
2). Faktor-faktor apa yang harus diperhatikan untuk keperluan penguat awal.
20
3). Suatu tabung hampa yang dipakai dalam efek foto listrik memiliki tegangan keluaran
0,1 V dan impedansi keluarannya 10 M. Menggunakan rangkaian penguat awal
apakah agar tegangan keluaran tersebut dapat terdeteksi dengan lebih baik.
4). Tunjukkan perbedaan penguat awal kolektor bersama tanpa teknik bootstrap dan
menggunakan teknik bootstrap.
5). Suatu termistor akan digunakan sebagai sensor suhu dengan menggunakan jembatan
wheatstone karena akan diperkuat oleh penguat awal op-amp dengan modus diferensial.
Jika pada suhu nol termistor memiliki resistansi 100 dan pada suhu 400 C termistor
memiliki resistansi 116 . Tentukan beda potensial antara dua titik jembatan, jika tiga
hambatan lain besarnya tetap 100 . Anggap sumber tegangannya 2 volt.
Jawaban Latihan 1
1). Perbedaan antara ketiga konfigurasi penguat pada masalah penguatan tegangan,
impedansi masukan dan impedansi keluaran adalah sebagai berikut :
basis bersama emitor bersama kolektor bersama
Av Tinggi Tinggi Rendah
zi Rendah Sedang Tinggi
z0 Tinggi Sedang Rendah
2). Untuk penguat awal yang perlu diperhatikan adalah impedansi masukan. Seperti telah
dibahas bersama bahwa antara impedansi keluaran dari piranti sumber isyarat yang
akan diperkuat sebaik-baiknya tepat sama dengan impedansi masukan dari penguat awal.
Hal itu dimaksudkan agar daya yang dilesapkan antara dua piranti tersebut maksimal.
3). Untuk memenuhi impedansi masukan sebesar itu dan memperkuat tegangan isyaratnya
paling baik digunakan penguat awal op-amp.
4). Penguat awal tanpa menggunakan teknik bootstrap, impedansi masukan sangat
ditentukan oleh besarnya hambatan masukan pada rangkaian basis R B seperti yang
ditunjukkan rumus (15) dan (16), yaitu
(15) zi = RB // Rit
21
Rit adalah hambatan masukan transistor yang besarnya
vi 1
(16) Rit = = hie + (1 + hfe)( RE // )
ib h0 e
Sedangkan menggunaka teknik bootstrap RB lenyap dan impedansi masukan tergantung
dari Rit saja.
5). Kita gunakan gambar 6.12 untuk menyelesaikan soal ini. Misalkan titik C dianggap
sebagai acuan, maka beda potensial antara titik D dan C atau VDC = 1 volt (dihitung
dengan prinsip pembagi tegangan). Demikian pula dapat dihitung VBC = 1,074 volt.
Tegangan diferensial adalah VBD = VBC VDC = 1,074 volt - 1 volt = 0,074 volt.
4.7. Rangkuman
1). Semua konfigurasi transistor dwi kutub dapat digunakan sebagai penguat awal.
2). Pemilihan rangkaian tergantung pada impedansi keluaran sumber isyarat yang
akan diperkuat, dengan patokan impedansi yang saling berhubungan diharapkan sama.
3). Apabila antara sumber isyarat dan penguat impedansi tidak sesuai dapat digunakan
transformator penyesuai impedansi.
4). Peningkatan impedansi masukan pada penguat kolektor bersama dapat digunakan
teknik pengangkat impedansi atau bootstrap.
5). Penguat kolektor bersama dapat berfungsi sebagai penyesuai impedansi dan disebut
juga sebagai penguat penyangga karena penguatannya mendekati satu.
6). Untuk impedansi masukan yang sangat tinggi dapat digunakan rangkaian penguat
terintegrasi yang intinya adalah penguat diferensial atau disebut juga penguat operasi (0p-
amp).
7). Rangkaian jembatan wheatstone dapat digunakan sebagai rangkaian perantara untuk
menciptakan masukan diferensial.
22
4.8. Tes Formatif 1
2. Rangkaian transistor dalam konfigurasi basis bersama dapat digunakan sebagai penguat
awal yang memiliki impedansi masukan pada orde
a. sekitar ratusan ohm ( rendah)
b. sekitar dua ribuan ohm (sedang)
c. sekitar lima puluh kilo ohm (tinggi)
d. sekitar satu mega ohm (sangat tinggi)
3. Rangkaian transistor dalam konfigurasi emitor bersama akan digunakan sebagai penguat
awal mikrofon yang memiliki impedansi keluaran 50 k. Maka
a. mikrofon dapat langsung dipasang
b. tegangan keluaran mikrofon tetap
c. tegangan keluaran diperkecil setengahnya
d. perlu alat penyesuai impedansi
4. Suatu sumber isyarat memiliki tegangan keluaran 0,1 mV dan impedansi keluaran 1
M. Agar sistem ini memiliki tegangan keluaran kira-kira tetap dan impedansi
keluarannya menjadi sangat rendah diperlukan penguat jenis
a. basis bersama dengan transformator input
b. emitor bersama dengan transformator input
c. kolektor bersama tanpa teknik bootsrap
d. kolektor bersama dengan teknik bootstrap
23
5. Suatu sumber isyarat memiliki tegangan keluaran 1 mV dan impedansi keluarannya
600 W dipasang pada suatu penguat yang impedansi masukannya juga 600 . Maka
tegangan masukan yang akan diterima oleh penguat sebesar
a. 0,0016 mV
b. 0,5 mV
c. 1 mV
d. 2 mV
6. Impedansi keluaran dari penguat terangkai kolektor bersama, selain tergantung pada
parameter yang ada pada transistor juga tergantung pada
a. tegangan sumber isyarat
b. penurunan tegangan sumber isyarat
c. impedansi keluaran sumber isyarat
d. jenis tegangan sumber isyarat.
7. Penguat terintegrasi atau op-amp yang terpasang pada modus bersama memiliki
impedansi masukan sebesar
a. sekitar 600
b. sekitar 2 k
c. sekitar 1 M
d. sekitar 1 G.
8. Penguat kolektor bersama disebut juga sebagai penguat penyangga, hal ini
disebabkan karena
a. penguatannya kecil mendekati nol
b. penguatannya kecil mendekati satu
c. penguatannya besar dan tergantung besarnya hfe
d. penguatannya sangat besar seperti penguatan op-amp
9. Besarnya impedansi keluaran dari kolektor bersama ditinjau dari hambatan basis
besarnya
a. sama dengan rre
b. sama dengan hie
24
1
c.
1
d. paralel terhadap hambatan sumber isyarat
10. Untuk membentuk sumber tegangan isyarat diferensial bagi masukan modus
diferensial suatu penguat dengan menggunakan op-amp yang berasal dari sumber
tegangan tunggal dapat digunakan rangkaian
a. jembatan wheatstone
b. penyesuai impedansi
c. penyangga tegangan
d. teknik bootstrap.
25