PENDAHULUAN
Ikan lele memiliki bentuk tubuh yang memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak
bersisik, mempunyai kumis, mulut besar, warna kelabu sampai hitam. Ikan lele banyak
dijumpai di rawa-rawa dan sungai-sungai, terutama di datarn rendah sampai sedikit payau.
ikan ini memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut abrorescent, sehingga mampu hidup
di air yang oksigenya rendah (Nijiyati, 1999).
Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang
(Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar),
ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan
nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka),
catretrang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking
catfish (Anonymous, 2006).
Budidaya lele dapat dilakukan di kolam tanah, bak permanent maupun bak plastic
(kolam dari terpal). Sumber air dapat berasal dari air sungai mapun air sumur. Suhu air yang
ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-27 C. Suhu air mempengaruhi laju
pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air
(Prihartono, 2001).
Usaha pembudidayaan ikan lele dumbo perlu dikembang kan sesuai permintaan
masyarakat, ini akan menambah pendapatan usahatani akan lele dumbo. Pendapatan
usahatani ikan lele dumbo sangat erat kaitanya denagn harga. Semangkin tinggi harga jual,
semangkin tinggi nilai produksi yang diterima petani yang berarti semangkin meningkat
pendapatan usahatani. Menurut Mubayarto (1994), Pada setiap akhir panen petani akan
menghitung berapa hasil bruto produksinya yaitu yaitu luas tanah akan dikalikan hasil
persatuan luas. Tetapi tidak semua hasil ini diterima oleh petani. Hasil ini akan dikurangi
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, maka petani akan memperoleh hasil netto yang disebut
pendapatan usahatani.
Setiap usaha yang dilakukan, tujuanya adalah untuk memperoleh pendapatan yang
lebih baik bagi pengolahnya. Terutama usahatani lele dumbo,tujuannya tidak lain addalah
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui peningkatan pendapatan dengan adanya
usahatani tersebut. Secara umum pendapatan merupakan balas jasa yang diterima oleh
pemilik faktor produksi (Partadireja, 1979).
III. METODOLOGI
Praktikum mata kuliah Biologi Perikanan mengenai budidaya pembesaran ikan lele
(Clarias batrachus) dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Mei 2016 yaitu pengamatan
pertumbuhan lele, sampaai dengan selesai pada kolam yang berlokasi dibelakang Balai Desa
Pamotan.
Bak grading
Serok
Timbangan
Ember
PH meter
DO meter
Refrakto meter
Penggaris
Kayu
Waring / jaring
Palu
Gergaji
Sabit
Bahan bahan yang digunakan selama praktikum adalah sebagai berikut :
Pakan
Probiotik
Kapporit
2. Kondisi lumpur dasar yang tinggi dan kolam terlalu luas untuk intensifikasi awal
mahasiswa;
4.1 HASIL
Nomor Kolam :1
Tebar Benih : 1500 ekor
*Penentuan berat ikan diambil sample sebanyak 50 ekor dan dilakukan sebanyak 5 kali
percobaan, sehingga dalam satu kali percobaan sample ditimbang sebanyak 10 ekor.
4.2 Pembahasan
Pada hasil sampel pertama diambil sebanyak dua puluh ekor lele, didapatkan hasil
bahwa dari dua puluh ekor lele memilik ukuran panjang rata-rata 20cm. Sedangkan berat
pada sampel juga tidak memiliki berat yang sama, ada satu ikan lele yang memiliki berat
terbesar 85 gram, namun ada juga berat ikan lele terkecil 49 gram.
Pada hasil sampling kedua diambil dua puluh jumlah ikan lele untuk dilakukan
sampling dengan mengukur panjang dan beratnya. Didapatkan hasil berdasarkan table diatas
bahwa panjang ukuran lele tidak relative sama, ada satu sampel lele panjang terbesar
mencapai 23cm pada sampel lele ke dua puluh. Sedangkan ukuran panjang lele terkecil pada
hasil sampling kedua yaitu 18 cm. Pengukuran sampling berat beradasarkan table kedua yaitu
didapatkan hasil berat ikan lele terbesar 22 gram dengan panjang 18cm.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum budidaya perikanan tentang budidaya ikan lele (Clarias Batrachus)
memiliki hasil yang kurang baik karena ukuran panjang dan beratnya yang relative tidak
sama. Pertumbuhan ikan lele yang tidak sama mungkin disebabkan karena pemberian pakan
yang kurang teratur.
Pada hasil sample ikan lele pada praktikum budidaya ini yaitu ikan dengan umur yang
sama. Namun ukuran berat dan panjang yang berbeda-beda, berdasarkan hasil sample ikan
lele, ikan lele yang memiliki berat terbesar 22 gram dengan ukuran panjang 15cm, dan ikan
lele yang memiliki berat terkecil sebesar 9 gram dengan ukuran ikan 11,5cm.
Dapat dikatakan bahwa dalam melakukan budidaya ikan lele perlu dilakukan dengan
cara perawatan ikan yang cukup baik dalam hal pemberian pakan yang rutin. Agar
pertumbuhan ikan lele dapat bertumbuh secara merata dan baik, perlu juga diperhatikan
kualitas air dalam melakukan budidaya ikan lele tersebut.
4.2 Saran
Dalam praktikum budidaya pembesaran ikan lele (Clarias batrachus) sebaiknya praktikan
lebih teratur dalam pemberian pakan dan harus sering mengontrol ikan, kualitas air, suhu, dan
sebagainya agar meminimalisir terserangnya penyakit yang disebabkan oleh organisme
patogen pada ikan yang dapat menyebabkan kematian dan pakan yang harus sesuai dengan
jenis ikan, karena beda pakan akan berbeda pula komposisinya terutama kandungan protein
karena setiap ikan kebutuhan proteinnya berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
http://obyasykar.blogspot.co.id/2014/06/laporan-praktikum-budidaya-ikan-lele.html
Prihartono, E, Juansyah R dan A. Usnie. 2010. Mengatasi Permasalahan Budidaya Lele.
Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.