Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan Lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam ordo
Siluriformes dan digolongkan ke dalam ikan bertulang sejati. Lele dicirikan dengan tubuhnya
yang licin dan pipih memanjang, serta adanya sungut yang menyembul dari daerah sekitar
mulutnya. Nama ilmiah Lele adalah Clarias spp. yang berasal dari bahasa Yunani "chlaros",
berarti "kuat dan lincah". Dalam bahasa Inggris lele disebut dengan beberapa nama, seperti
catfish, mudfish dan walking catfish.
Lele Lokal (Clarias batrachus) atau yang sering disebut dengan walking catfish ini
merupakan lele habitat asli di Indonesia. Dinamakan walking catfish karena kemampuanya
untuk berjalan didaratan untuk mencari makanan atau lingkungan yang cocok. Lele ini
berjalan dengan menggunakan sirip pektoral untuk mengangkat tubuhnya dan berjalan
menyerupai ular.
Lele Lokal memiliki tubuh yang pipih dibagian posterior. Rahang atas yang lebih
menjorok. Ujung dari sirip pectoral mengeras menyerupai duri dan kasar dibagian sisi luar
serta bergerigi dibagian ujung dalam. Duri atau sirip pektoral mengandung racun, dan
memiliki panjang 2 kali dari lebar tubuh. Genital jantan panjang dan meruncing, serta
memiliki warna hitam ke abuan walaupun dalam keadaan stress disertai bintik putih. Lele
Lokal dapat bertahan hidup dengan berpindah tempat selama tempat itu tetap menjaga lele
dalam keadaan lembab dan basah seperti berpindah dari kolam air stagnan, rawa, sungai, atau
bahkan lahan padi yang terkena banjir. Ikan lele Lokal mampu bertahan cukup lama di
daratan karena memiliki alat bantu pernafasan berupa arborescent. Lele Lokal memiliki tubuh
paling panjang rata-rata 30cm, lele Lokal dapat mengkonsumsi ikan kecil, moluska,
invertebrata lain, detritus, bahkan gulma air di habitat alaminya.
Banyak orang beranggapan bahwa usaha budidaya ikan Lele sangat mudah dilakukan.
Anggapan ini tidak semuanya salah dan juga tidak semuanya benar. Dikatakan benar,
manakala hanya ditinjau dari faktor teknis, sebab ikan Lele merupakan ikan yang mudah
dibudidayakan, dapat hidup dengan mutu air kurang baik, tahan terhadap penyakit, dapat
ditebar dengan kepadatan tinggi, cepat pertumbuhannya, tahan terhadap perlakuan fisik yang
kasar saat panen (Prihartono, Juansyah dan Usnie, 2010).
II.TINJAUAN PUSTAKA

Ikan lele memiliki bentuk tubuh yang memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak
bersisik, mempunyai kumis, mulut besar, warna kelabu sampai hitam. Ikan lele banyak
dijumpai di rawa-rawa dan sungai-sungai, terutama di datarn rendah sampai sedikit payau.
ikan ini memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut abrorescent, sehingga mampu hidup
di air yang oksigenya rendah (Nijiyati, 1999).
Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang
(Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar),
ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan
nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka),
catretrang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking
catfish (Anonymous, 2006).
Budidaya lele dapat dilakukan di kolam tanah, bak permanent maupun bak plastic
(kolam dari terpal). Sumber air dapat berasal dari air sungai mapun air sumur. Suhu air yang
ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-27 C. Suhu air mempengaruhi laju
pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air
(Prihartono, 2001).
Usaha pembudidayaan ikan lele dumbo perlu dikembang kan sesuai permintaan
masyarakat, ini akan menambah pendapatan usahatani akan lele dumbo. Pendapatan
usahatani ikan lele dumbo sangat erat kaitanya denagn harga. Semangkin tinggi harga jual,
semangkin tinggi nilai produksi yang diterima petani yang berarti semangkin meningkat
pendapatan usahatani. Menurut Mubayarto (1994), Pada setiap akhir panen petani akan
menghitung berapa hasil bruto produksinya yaitu yaitu luas tanah akan dikalikan hasil
persatuan luas. Tetapi tidak semua hasil ini diterima oleh petani. Hasil ini akan dikurangi
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, maka petani akan memperoleh hasil netto yang disebut
pendapatan usahatani.
Setiap usaha yang dilakukan, tujuanya adalah untuk memperoleh pendapatan yang
lebih baik bagi pengolahnya. Terutama usahatani lele dumbo,tujuannya tidak lain addalah
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui peningkatan pendapatan dengan adanya
usahatani tersebut. Secara umum pendapatan merupakan balas jasa yang diterima oleh
pemilik faktor produksi (Partadireja, 1979).
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum mata kuliah Biologi Perikanan mengenai budidaya pembesaran ikan lele
(Clarias batrachus) dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Mei 2016 yaitu pengamatan
pertumbuhan lele, sampaai dengan selesai pada kolam yang berlokasi dibelakang Balai Desa
Pamotan.

3.2 Alat dan Bahan


Alat alat yang digunakan selama praktikum adalah sebagai berikut :

Bak grading

Serok

Timbangan

Ember

PH meter

DO meter

Refrakto meter

Penggaris

Kayu

Waring / jaring

Palu

Gergaji

Sabit
Bahan bahan yang digunakan selama praktikum adalah sebagai berikut :

Bibit lele dumbo

Pakan

Probiotik

Kapporit

3.3 Prosedur Kerja


Kolam yang digunakan untuk pembesaran merupakan kolam milik Desa Pamotan
Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang terletak di belakang Balai Desa Pamotan yang
kodisinya saat ini mangkrak karena tidak digunakan untuk kegiatan usaha. Kolam dengan
luas sekitar 33 x 13 m dengan dinding permanen dan dasar tanah.

Pelaksanaan kegiatan budidaya dilaksanakan dengan metode keramba tancap, dengan


alasan sebagai berikut :

1. Kondisi kolam yang tidak dapat dikeringkan airnya;

2. Kondisi lumpur dasar yang tinggi dan kolam terlalu luas untuk intensifikasi awal
mahasiswa;

3. Efektivitas grading dan panen relatif singkat dengan metode keramba;

4. Kontrol terhadap biota peliharaan relatif mudah.


Air pemeliharaan dengan memanfaatkan genangan air yang ada dikolam dengan
ditreatment terlebih dahulu sebelum difungsikan dengan:

1. Pengapuran untuk menaikkan pH;

2. Pemupukan untuk penumbuhan plankton sebagai stabilizer perairan;


Sebelumnya dilakukan aklimitasi sebelum ikan benar-benar di biarkan lepas pada kolam.
Agar ikan mampu beradaptasi pada suhu air kolam. Aklimitasi dilakukan selama beberapa
menit. Selanjutnya pemberian pakan setiap harinya dengan frekuensi pakan 2 kali sehari.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
Nomor Kolam :1
Tebar Benih : 1500 ekor
*Penentuan berat ikan diambil sample sebanyak 50 ekor dan dilakukan sebanyak 5 kali
percobaan, sehingga dalam satu kali percobaan sample ditimbang sebanyak 10 ekor.

1. Tanggal Sampling :Selasa, 24 Mei 2016


Percobaan Berat
I 68 gram
II 49 gram
III 77 gram
IV 85 gram
V 66 gram
Jumlah Berat Sample 345 Gram

Rata Rata berat per ekor = Jumlah Berat Sample


Total Sample
= 345 gram
20 ekor
= 17,25 gram / ekor
2. Tanggal Sampling :Rabu, 1 Juni 2016
Percobaan Berat
I 115 gram
II 150 gram
III 113 gram
IV 145 gram
V 124 gram
Jumlah Berat Sample 647 Gram

Rata Rata berat per ekor = Jumlah Berat Sample


Total Sample
= 647 gram
20 ekor
= 32,35 gram / ekor

3. Tanggal Sampling :Jumat, 10 Juni 2016


Percobaan Berat
I 263 gram
II 317 gram
III 294 gram
IV 287 gram
V 229 gram
Jumlah Berat Sample 1389 Gram

Rata Rata berat per ekor = Jumlah Berat Sample


Total Sample
= 1389 gram
20 ekor
= 69,45 gram / ekor

4.2 Pembahasan

Praktikum bioligi perikanan dilakukan dengan membudidaya ikan lele (Clarias


batrachus) selama kurang lebih dua bulan telah didapatkan hasil pada table diatas dengan tiga
kali dilakukan sampeling.

Pada hasil sampel pertama diambil sebanyak dua puluh ekor lele, didapatkan hasil
bahwa dari dua puluh ekor lele memilik ukuran panjang rata-rata 20cm. Sedangkan berat
pada sampel juga tidak memiliki berat yang sama, ada satu ikan lele yang memiliki berat
terbesar 85 gram, namun ada juga berat ikan lele terkecil 49 gram.

Pada hasil sampling kedua diambil dua puluh jumlah ikan lele untuk dilakukan
sampling dengan mengukur panjang dan beratnya. Didapatkan hasil berdasarkan table diatas
bahwa panjang ukuran lele tidak relative sama, ada satu sampel lele panjang terbesar
mencapai 23cm pada sampel lele ke dua puluh. Sedangkan ukuran panjang lele terkecil pada
hasil sampling kedua yaitu 18 cm. Pengukuran sampling berat beradasarkan table kedua yaitu
didapatkan hasil berat ikan lele terbesar 22 gram dengan panjang 18cm.

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari praktikum budidaya perikanan tentang budidaya ikan lele (Clarias Batrachus)
memiliki hasil yang kurang baik karena ukuran panjang dan beratnya yang relative tidak
sama. Pertumbuhan ikan lele yang tidak sama mungkin disebabkan karena pemberian pakan
yang kurang teratur.

Pada hasil sample ikan lele pada praktikum budidaya ini yaitu ikan dengan umur yang
sama. Namun ukuran berat dan panjang yang berbeda-beda, berdasarkan hasil sample ikan
lele, ikan lele yang memiliki berat terbesar 22 gram dengan ukuran panjang 15cm, dan ikan
lele yang memiliki berat terkecil sebesar 9 gram dengan ukuran ikan 11,5cm.

Dapat dikatakan bahwa dalam melakukan budidaya ikan lele perlu dilakukan dengan
cara perawatan ikan yang cukup baik dalam hal pemberian pakan yang rutin. Agar
pertumbuhan ikan lele dapat bertumbuh secara merata dan baik, perlu juga diperhatikan
kualitas air dalam melakukan budidaya ikan lele tersebut.

4.2 Saran
Dalam praktikum budidaya pembesaran ikan lele (Clarias batrachus) sebaiknya praktikan
lebih teratur dalam pemberian pakan dan harus sering mengontrol ikan, kualitas air, suhu, dan
sebagainya agar meminimalisir terserangnya penyakit yang disebabkan oleh organisme
patogen pada ikan yang dapat menyebabkan kematian dan pakan yang harus sesuai dengan
jenis ikan, karena beda pakan akan berbeda pula komposisinya terutama kandungan protein
karena setiap ikan kebutuhan proteinnya berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

http://obyasykar.blogspot.co.id/2014/06/laporan-praktikum-budidaya-ikan-lele.html
Prihartono, E, Juansyah R dan A. Usnie. 2010. Mengatasi Permasalahan Budidaya Lele.
Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.

Sumanatadinata, Komar. 1981. Pengembangan Ikan-Ikan Peliharaan Di Indonesia. Bogor:


PT.Sastra Hudaya.

Suyanto, Rachenaturi. 1998. Budidaya Nila. Jakarta: Penebar swaday

Anda mungkin juga menyukai