Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Sindrom Tourette

SUMBER : http://www.alodokter.com/sindrom-tourette

Sindrom Tourette adalah gangguan neuropsikiatri di mana penderita melakukan serangkaian


gerakan berulang yang tidak disengaja, di luar kendali, dan bersifat tiba-tiba. Perilaku-perilaku
ini disebut tic. Sindrom Tourette biasanya bermula pada usia 2-15 tahun dan lebih umum diderita
oleh anak laki-laki daripada anak perempuan.

Seorang anak dapat mengalami tic pada usia tertentu dan umumnya tidak terlalu terlihat. Tic
terjadi secara hilang timbul dan biasanya menghilang dalam satu tahun. Pada penderita sindrom
Tourette, terjadi berbagai jenis tic selama beberapa kali dalam satu hari dan berlangsung selama
lebih dari satu tahun.

Penyebab Sindrom Tourette

Penyebab pasti sindrom Tourette belum diketahui hingga saat ini. Diperkirakan gangguan ini
terjadi dari kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Jenis kelamin laki-laki dan adanya anggota
keluarga yang mengalami sindrom Tourette atau gangguan tic lainnya akan meningkatkan risiko
seseorang mengalami sindrom Tourette.

Beberapa teori yang menerangkan sindrom Tourette antara lain:

Neurologikal. Beberapa studi menunjukkan bahwa anak dengan sindrom Tourette


memiliki cacat pada struktur, fungsi, atau zat kimia pada otak. Meski begitu, keterangan
yang lebih mendetail tentang penemuan ini juga belum banyak ditemukan sehingga
masih belum bisa dipastikan.

Genetik. Gen abnormal yang diwarisi orang tua kepada anak diduga sebagai faktor
penyebab kebanyakan sindrom Tourette.

Lingkungan. Gangguan yang dialami ibu selama masa kehamilan dan kelahiran diduga
menjadi faktor risiko sindrom Tourette pada anak. Gangguan ini dapat berupa tingkat
stres yang dialami ibu selama proses kehamilan atau proses kelahiran yang berlangsung
lebih lama. Kondisi fisik bayi saat lahir juga diduga turut berdampak kepada kemunculan
sindrom ini, misalnya berat badan di bawah kisaran normal. Selain itu, infeksi kuman
streptococcal pada anak diperkirakan memiliki kaitan dengan berkembangnya sindrom
ini, walaupun informasi ini juga masih belum dapat dipastikan.

Sindrom Tourette juga dikaitkan dengan kondisi-kondisi lain, seperti gangguan perilaku
hiperaktif atau disebut juga ADHD (attention deficit hyperactivity disorder). Kondisi ini
diketahui dapat dialami oleh 6 dari 10 anak dengan sindrom Tourette. Keterkaitan ini belum
diketahui juga penyebabnya. Penyakit lain yang ditemui pada anak dengan kasus sindrom
Tourette, antara lain:

OCD (obsessive-compulsive disorder) atau OCB (obsessive-compulsive behavior) yang


dialami juga oleh 5 dari 10 anak penderita sindrom Tourette.

Gangguan tingkah laku (conduct disoder), seperti suka melawan dan perilaku kasar, yang
dialami oleh 1-2 anak dari 10 anak penderita sindrom Tourette.

Gangguan perubahan suasana hati, seperti kecemasan berlebihan dan depresi yang
dialami oleh 2 dari 10 anak penderita sindrom Tourette.

Perilaku melukai diri, seperti membenturkan kepalanya. Kondisi ini dialami juga oleh 3
dari 10 anak dengan sindrom Tourette.

Gangguan perilaku dialami hingga 8 dari 10 anak penderita sindrom Tourette.

Kesulitan belajar juga dialami oleh 3 dari 10 anak dengan sindrom Tourette.

Gejala Sindrom Tourette

Tic adalah gejala utama dari sindrom Tourette yang dilakukan tanpa sengaja. Perilaku Tic juga
tidak memiliki maksud atau tujuan apa pun karena penderita sendiri tidak dapat mengendalikan
kemunculannya.

Beberapa klasifikasi tic yang umumnya dilakukan oleh anak-anak, antara lain:

Motor tics, yaitu melakukan gerakan secara berulang dan dapat melibatkan kelompok
otot dalam jumlah yang terbatas (simple tics) maupun beberapa otot sekaligus (complex
tics). Beberapa gerakan yang termasuk ke dalam simple motor tics adalah mengerdipkan
mata, membuka mulut, mencibir, mengedutkan mulut, menganggukkan kepala, atau
menggelengkan kepala. Beberapa gerakan yang termasuk ke dalam complex motor
tics adalah menyentuh, mengulang pergerakan suatu benda, menekuk atau memutar
badan, dan meloncat-loncat.

Vocal tics, yaitu membuat suara-suara yang turut melibatkan otot dalam jumlah terbatas
(simple tics) maupun beberapa kelompok otot sekaligus (complex tics). Beberapa contoh
dari simple vocal tics adalah batuk, membuat suara menyerupai binatang, misalnya
menggonggong. Perilaku anak dengan simple vocal tics juga sering menggerutu tanpa
alasan. Beberapa contoh dari complex vocal tics adalah mengulang perkataan sendiri
(palilalia) dan mengulang perkataan orang lain (echophenomena).

Tic merupakan gejala yang pada level tertentu dapat menyebabkan kesulitan bagi anak dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Gejala lain yang juga mengikuti sindrom Tourette
dan terkadang bisa cukup mengganggu, antara lain:

Koprolalia, yaitu menggunakan kata-kata atau umpatan yang vulgar, kotor, dan tidak
sopan secara sengaja. Penting diingat hal ini tidak merefleksikan kepada karakter moral
penderita atau cara asuh anak.

Perilaku noncabul namun tidak pantas dilakukan di tengah kehidupan sosial, seperti
mengeluarkan komentar yang kasar dan tidak pantas.
Tic dapat bertambah parah jika penderita mengalami stres, cemas, kelelahan, atau sebaliknya
terlalu bersemangat.

Diagnosis Sindrom Tourette

Diagnosis sindrom Tourette dilakukan berdasarkan melihat gejala yang dialami dan pemeriksaan
fisik yang terkait.

Beberapa kriteria yang digunakan untuk mendapatkan diagnosis sindrom ini, adalah:

Tics dimulai sebelum usia 18 tahun.

Tics tidak disebabkan oleh obat-obatan, zat, atau kondisi medis lainnya.

Tics dialami beberapa kali dalam sehari, hampir tiap hari atau berselang-seling, dan
terjadi selama lebih dari satu tahun.

Mengalami baik motor maupun vocal tics walaupun tidak selalu di saat yang bersamaan.

Beberapa tes lain mungkin dilakukan oleh seorang neurologis untuk memastikan diagnosis
sindrom Tourette, misalnya melakukan dengan tes darah dan MRI scan untuk
mengenyampingkan penyebab tic oleh penyakit lain.

Pengobatan Sindrom Tourette

Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan sindrom Tourette. Penanganan terhadap sindrom ini
ditujukan untuk mengendalikan gejala yang mengganggu kehidupan sehari-hari penderita.

Tindakan perawatan sindrom Tourette sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pengobatan


kondisi lain yang muncul bersama sindrom ini. Hal ini dilakukan agar dapat mempercepat
perkembangan kondisi anak menjadi lebih baik. Beberapa prosedur penanganan sindrom
Tourette, antara lain:

Terapi wicara/penanganan psikologis

Beberapa terapi psikologis dapat membantu meredakan gejala dan permasalahan yang dipicu
oleh sindrom ini, seperti mengendalikan tic saat di sekolah dan menyalurkannya kembali di
rumah. Beberapa terapi yang mungkin dilakukan adalah CBT (cognitive behavioural therapy),
latihan pembalikan kebiasaan, dan terapi pencegahan eksposur dan respons.

Edukasi dan dukungan.

Membekali informasi mengenai sindrom Tourette dapat membantu meningkatkan hasil dari
perawatan yang dilakukan. Orang tua dan anak juga disarankan untuk mencari tahu dan
bergabung dengan kelompok konsultasi agar dapat saling berbagi informasi dan pengalaman
dengan sesama penderita sindrom Tourette lainnya. Edukasi juga sebaiknya dilebarkan kepada
lingkungan yang sering berinteraksi dengan anak agar turut mendukung terciptanya lingkungan
yang positif bagi perkembangan anak, misalnya guru di sekolah. Beberapa anak mungkin
membutuhkan terapi pendekatan berbeda dalam berinteraksi atau berkembang, misalnya lewat
menari atau seni drama.

Obat-obatan.
Selain clonazepam-a benzodiazepine, obat-obatan golongan antipsikotik umumnya digunakan
untuk mengurangi terjadinya tic pada kasus sindrom Tourette yang lebih parah. Pengobatan ini
bertujuan agar anak dapat melakukan aktivitas harian dengan baik sekaligus meminimalkan efek
samping dari obat-obatan yang digunakan. Obat-obatan yang digunakan, antara lain aripiprazole,
haloperidol, sulpiride, dan risperidone.

Bedah

Prosedur ini menggunakan elektroda yang ditanam ke dalam otak untuk merangsang reaksi otak
dalam. Prosedur bedah pada penderita Tourette hanya direkomendasikan bagi penderita sindrom
yang parah dan pada keadaan setelah terapi lain sudah tidak membuahkan hasil. Prosedur ini
masih dilakukan secara terbatas sehingga tingkat keamanan dan hasilnya masih perlu dikaji lebih
lanjut.

Di luar kontroversi yang ada mengenai prosedur penanganan sindrom Tourette, kondisi anak-
anak dengan sindrom ini cenderung membaik seiring berjalannya waktu. Pada beberapa kasus,
gejala yang muncul dapat berkurang atau menghilang ketika anak makin dewasa. Namun pada
sebagian kasus lainnya, gejala dapat terus ada hingga anak beranjak dewasa.

Dukungan untuk Penderita Sindrom Tourette

Penderita sindrom Tourette umumnya memiliki tantangan atau masalah ketika berada di ruangan
terbuka atau ketika harus berinteraksi dengan orang lain. Kepercayaan diri mereka dapat
berkurang dan menjadi malu dengan kondisi yang mereka miliki sehingga turut meningkatkan
stres dan depresi yang dapat berujung kepada penyalahgunaan obat atau zat tertentu. Beberapa
langkah yang dapat dilakukan untuk membantu penderita sindrom Tourette melalui kondisi
mereka, antara lain:

Usahakan untuk selalu mendapatkan informasi yang akurat dan terkini mengenai sindrom
ini, baik bagi penderita, dan keluarga. Upaya menyebarkan informasi kepada orang lain
di sekitar Anda juga bisa dilakukan.

Ingatlah bahwa tic akan mencapai puncaknya pada saat penderita mencapai usia remaja,
namun kondisi ini akan membaik seiring bertambahnya usia.

Pupuklah kepercayaan diri penderita sindrom Tourette, salah satunya dengan cara
mendukung olahraga pilihannya atau kegiatan lain yang menarik perhatiannya serta
menjaga hubungan baik dengan teman bermainnya.

Jadilah pendukung yang baik dan setia bagi penderita sindrom Tourette dengan
membantu mengedukasi guru, teman sekolah, hingga pengemudi mobil jemputan sekolah
atau orang lain di sekitar anak secara rutin. Anak dengan sindrom Tourette dapat
berkembang lebih baik dalam lingkungan belajar yang lebih kecil atau melalui pelajaran
tambahan yang dilakukan secara individual. Anda dapat mendukungnya dengan
mengajukan kedua ide ini kepada manajemen sekolah atau perwakilan orang tua murid.

Temukan atau dirikan kelompok dukungan yang sesuai dan cocok dengan kebutuhan
penderita atau Anda dan seluruh anggota keluarga.

Sindrom Tourette tidak mengurangi kepintaran atau jangka waktu hidup penderitanya. Gejala
sindrom Tourette dapat membaik seiring bertambahnya usia, namun dapat juga bertambah parah
sehingga membutuhkan perawatan lanjutan. Dukungan bagi penderita sindrom dapat membantu
meredakan gejala yang mereka alami yang mana dapat terpicu oleh serangan kecemasan, depresi,
serangan panik yang berasal dari lingkungan di sekitar mereka. Inilah sebabnya edukasi, terapi,
dan dukungan kelompok memegang peranan penting bagi perkembangan kondisi penderita
sindrom Tourette.

Anda mungkin juga menyukai