Anda di halaman 1dari 22

TOURETTE SYDROME

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Madikal Bedah III

Disusun oleh kelompok 3 :

1. GITA PROTESA ABDI 1811312011


2. TAMMY DIANNISA GERDA 1811312013
3. OLGA MULYANES 1811312015
4. OLIVIA EVELIN 1811312017
5. ABDUL RAHIM 1811312019
6. SALSABILA FITRI 1811312021
7. YESSICA CARMELIA 1811312023
8. DEVA HALISA 1811312027
9. NANDA AMELIA 1811312029
10. MIFTAHUL KHAIRINA H 1811312031

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak dengan Masalah Osteomielitis”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bu Hermalinda selaku dosen
Keperawatan Anak II dan teman – teman yang sudah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita.

Padang, 25 Agustus 2020

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Pengertian............................................................................................................3
2.2 Etiologi.................................................................................................................3
2.3 Manifestasi klinis..................................................................................................5
2.5 Model dan konsep dan tipologi pola kesehatan fungsional menurut gordon......6
2.6 Penatalaksana Medis dan Keperawatan...............................................................8
2.7 Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................................10
2.8 Asuhan Keperawatan Sindrome Tourette..........................................................10
BAB III PENUTUP....................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................17
3.2 Saran..............................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Tourette ialah sebuah penyakit langka yang menyerang sistem saraf


manusia. Penderitanya tak bisa mengontrol gerak-gerik tubuh dan
ucapannya―disebut tics. Pola gerakan bisa terjadi di bagian tubuh mana pun, baik
wajah, kaki, maupun tangan. Pada kasus lainnya, penderita Tourette dapat
mengumpat, mengeluarkan suara yang tidak normal, atau mengulang-ulang
ucapannya.
Tics terjadi secara tiba-tiba tanpa disadari, tak dapat dikendalikan, dan
berulang. Sindrom ini dapat terjadi secara serius sampai memengaruhi kehidupan
orang-orang di sekitar si penderita. Sindrom ini umumnya dimulai pada usia 2 hingga
15 tahun serta lebih umum diderita oleh anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan. Tic umum biasanya tidak bertahan lebih dari setahun. Namun, tic dari
penyakit Tourette bisa berlangsung lebih dari setahun. Tics pun tidak disebabkan
oleh penggunaan zat dan obat-obatan kimia

Penyebab pasti sindrom Tourette masih belum diketahui. Namun ada


sejumlah dugaan bahwa kondisi ini disebabkan oleh Sistem saraf otak, Genetik,
Lingkungan, Faktor neurokimia dan neuroanatomi, serta Faktor imunologi dan pasca
infeksi.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan Tourette Sydrome ?

b. Apa Etiologi Tourette Sydrome ?

c. Bagaimana Manifestasi klinis Tourette Sydrome ?

d. Apa saja Komplikasi Tourette Sydrome ?

e. Apa Woc dari Tourette Sydrome ?

f. Apa pengkajian Gordon Tourette Sydrome ?

1
g. Bagaimana Penatalaksanaan medis dan keperawatan Tourette Sydrome ?

h. Bagaimana Pemeriksaan diagnostic Tourette Sydrome ?

i. Bagaimana Asuhan keperawatan Tourette Sydrome ?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian Tourette Sydrome ?

b. Untuk mengetahui Etiologi dari Tourette Sydrome ?

c. Untuk mengetahui Manifestasi klinis Tourette Sydrome ?

d. Untuk mengetahui apa saja Komplikasi Tourette Sydrome ?

e. Untuk mengetahui Woc dari Tourette Sydrome ?

f. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian Gordon Tourette Sydrome ?

g. Untuk mengetahui Penatalaksanaan medis dan keperawatan Tourette Sydrome ?

h. Untuk mengetahui Pemeriksaan diagnostic Tourette Sydrome ?

i. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan Tourette Sydrome ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Gangguan Tourette adalah suatu gangguan neuropsikiatri herediter dengan onset


pada masa kanak-kanak, ditandai dengan beberapa gangguan tik fisik (motorik) dan
setidaknya satu tik vokal (phonic). Tik secara khas terjadi pasang surut, dapat ditekan
sementara, dan didahului oleh dorongan yang dapat ditandai. Tourette didefinisikan
sebagai bagian dari suatu spektrum gangguan tik, yang meliputi tik transien dan
kronis.

Gangguan tik didefinisikan sebagai kontraksi otot berulang dan cepat yang
menghasilkan gerakan atau vokalisasi yang dirasakan sebagai sesuatu yang
involuntar. Anak dan remaja bisa menunjukkan perilaku tik yang terjadi setelah
stimulus atau sebagai respons terhadap dorongan internal. Gangguan tik merupakan
kelompok gangguan neuropsikiatrik yang umumnya dimulai pada masa kanak atau
remaja dan dapat konstan atau memburuk-membaik sepanjang waktu. Meskipun tik
tidak atas keinginan sendiri, pada beberapa orang, tik dapat ditekan untuk suatu
periode waktu.

2.2 Etiologi

Faktor genetik dan lingkungan memainkan peran dalam etiologi Tourette,


namun penyebab pasti tidak diketahui. Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya gangguan Tourette

1. Faktor genetik

Berdasarkan beberapa penelitian pada kembar monozigot memiliki resiko lebih


besar dibandingkan kembar dizigot. gangguan Tourette diturunkan secara autosomal
dominan sehingga anak lelaki dari ibu yang memiliki gangguan Tourette memiliki
resiko lebih besar. Tetapi bedasarkan beberapa penelitian silsilah keluarga
meyakinkan bahwa gangguan Tourette diturunkan melalui bilinear mode, sehingga
dapat diturunkan secara autosomal yang sama antara dominan dan resesif. Resiko
tinngi didapati pada keluarga derajat pertama menjadi gangguan Tourette dan

3
penyakit obsesif kompulsif. Berdasarkan penelitian terdapat 2 kromosom yang
terpengaruh pada gangguan Tourette yaitu 4q dan Sp. Beberapa gen yang ikut
bepengaruh termasuk gen resptor dopamin (DRD1, DRD2.DRD4, dan DRD5),
transporter dopamin, dan noradrenergik (5HTT).

Faktor genetik harus bersamaan dengan faktor lingkungan sehingga disebut


faktor epigenetik. Banyak faktor yang mempengaruhi epigenetik seperti riwayat mual
muntal ibu pada trismester 1 kehamilan.penggunaan forcep, stress psikososial saat
kehamilan, ibu meminum kopi atau alkohol berlebihan saat hamil, berat badan bayi
lahir rendah, bayi hipoksia atau fetal distres, dan rendahnya skor apgar, keadaan stres
dan pengguaan obat tertentu.

2. Faktor neurokimia dan neuroanatomi

Berdasarkan penelitian neuroimaging, neuropatologi dan neurosurgical, terjadi


gangguan pada basal ganglia dan cortico-striatal thalamacocortical (CSTC), CSTC
bersifat multipel dan paralel yang memiliki fungsi untuk menyampaikan informasi
dari daerah tertentu di korteks serebri ke subkorteks( daerah striatum dan dan
thalamus). Basal ganglia merupakan jalur perantara sesuatu yang hendak dilakukan
dan aksinya (pikiran,afek, dan gerakan). Neuron kortikal memproyeksi ke striatum
melalui neuron striatal. Sel striatal sebagai kunci utama pada habit learning, termasuk
cholonergic tonically active neuron (untuk persepsi dan kalkulasi) dan fast spiking
interneuron (menghambat proyeksi neuron striatal secara bersamaan yang menjadi
karakteristik yaitu serangan episodik yang iregular dengan frekuensi yang stabil antar
tik nya). Tik merupakan gerakan berulang dan stereotipik yang diketahu berasal dari
ketidakseimbangan pada basal ganglia. Hal ini disebabkan karena gagalnya inhibisi
pada sekumpulan neuron intrakortikal oleh abnormalitas neuron striatal.,inhibisi
nuron proyeksi ke thalamus, yang menyebabkan aktivasi pada korteks serebri.
gangguan Tourette juga menyebabkan pemendekan cortical silent period. Kedua
mekanisme ini menjalaskan tentang penurunan inhibisi motorik dan gangguan
sensorik yang merupakan gejala gangguan Tourette. Ketika neuron striatal menjadi
overaktif dengan episode berulang. menghasilkan gerakan yang multipel dan
stereotipik. Semua gerakan ini bersifat involunter.

Terjadi perubahan neurotransmitter pada sistem dopaminergik. Berdasarkan


studi postmortem, memiliki level serotonin ysng rendah pada batang otak, rendahnya
glutamat pada globus palidus, dan rendahnya CAMP pada korteks serebri.
Perkembangan penyakitnya sebagai hasil hiperinervasi dopaminergik pada striatum
ventral dan hubungannya dengan sistem limbik. Berdasarkan penelitian melalui
photon-emission computed tomography/PET didapati peningkatan densitas dari

4
transporter dopamin presinaps dan reseptor dopamin D2 postsinaps, yang
menghasilkan ketidakseimbangan dopamine release dan uptake pada celah sinaps.

3. Faktor imunologi dan pasca infeksi

Proses autoimun yang berhubungan infeksi streptokokus sekunder merupakan


mekanisme yang potensial pada gangguan Tourette. Pada penyakit demam rematik
akut setelah 3 minggu dapat terjadi sydenham's chorea yang berhubungan dengan
gangguan Tourette melalui anotomi kerusakan yang sama yaitu basal ganglia yang
menghubungkan korteks serebri dengan talamus.berdasarkan penelitian didapati
antibodi antineuron (antigen DS/17 limfosit B) yang terdapat pada putamen pasien
gangguan Tourette dengan infeksi streptokokus sebelumnya

2.3 Manifestasi klinis :

* Motor tics, yaitu melakukan gerakan yang sama secara berulang. Motor tics dapat
melibatkan kelompok otot dalam jumlah terbatas (simple tics), maupun beberapa otot
sekaligus (complex tics). Beberapa gerakan yang termasuk ke dalam simple motor
tics adalah berkedip, mengangguk, menggeleng, dan menggerak-gerakkan mulut.
Sedangkan pada complex motor tics, penderita umumnya mengulang gerakan seperti
menyentuh atau mencium suatu benda, meniru pergerakan suatu benda, menekuk atau
memutar badan, meloncat, dan melangkah dalam pola tertentu.

* Vocal tics, yaitu membuat suara yang berulang. Sama seperti motor tics, vocal tics
juga bisa terjadi dalam bentuk simple tics maupun complex tics.eberapa contoh dari
simple vocal tics adalah batuk, berdeham, dan membuat suara menyerupai binatang
seperti menggonggong. Sedangkan pada complex vocal tics, gejala yang muncul
antara lain mengulang perkataan sendiri (palilalia) atau perkataan orang lain
(echophenomena), dan mengucapkan kata-kata kasar dan vulgar (koprolalia).

2.4 Komplikasi

Orang yang menderita sindrom tourette seringkali mengalami gangguan kesehatan


mental dan gangguan perilaku.

Sebagian besar orang yang menderita sindrom ini juga seringkali mengalami
gangguan berikut:

* Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas (ADHD).

* Gangguan obsesif kompulsif

5
* Masalah perilaku seperti agresi, kemarahan atau perilaku yang melanggar norma
sosial.

* Kecemasan berlebihan.

* Gangguan belajar

* Defisit keterampilan dan fungsi sosial.

* Masalah proses sensorik.

* Gangguan tidur.

* Perilaku melukai diri sendiri.

* Gangguan suasana hati.

* Kesulitan belajar.

* Gangguan tingkah laku.

2.5 Model dan konsep dan tipologi pola kesehatan fungsional menurut gordon :
1. Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Sindrom tourette memiliki gejala dan konsistensi yang sangat beragam pada
masing-masing orang, sehingga pasien dan keluarga sering terlambat menyadari bahwa
pasien mengalami sindrom tourrete. Ada kemungkinan pasien diberikan pemeriksaan
hanya saat sindrom tourette semakin parah.

2. Pola Nutrisi –Metabolik


Menggambarkan Masukan Nutrisi, balance cairan dan elektrolit.

3. Pola Eliminasi
Menjelaskan pola Fungsi eksresi,kandung kemih dan Kulit

4. Pola Latihan-Aktivitas
Aktivitas pasien dengan sindrom tourette dapat terganggu karena tics yang datang
secara tiba-tiba dan dapat mempengaruhi aktivitas yang sedang dilakukan.
Kemungkinan terjadinya Sindrom tourrete akan Berkurang saat pasien melakukan
aktvitas yang memerlukan konsentrasi tinggi

5. Pola Kognitif Perseptual

6
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola Persepsi sensori dan kognitif pasien
sindrom tourette normal namun dapat terganggu jika tics yang terjadi sangat parah atau
kompleks

6. Pola Istirahat-Tidur
Sindrom tourrette tidak mempengaruhi istirahat dan tidur

7. Pola Konsep Diri-persepsi Diri


Pasien dapat mengalami isolasi diri dari lingkungan karena diperlakukan berbeda
oleh orang lain, Dan merasa tidak percaya diri jika tics terjadi secara tiba-tiba di depan
umum

8. Pola Peran dan Hubungan


Pasien sindrom tourrete dengan tics yang parah dan tidak ditangani bisa
menghambat pasien dewasa dalam melakukan pekerjaan, dijahui lingkungan keluarga,
sosial dan lain-lain.

9. Pola Reproduksi/Seksual
Sindrom tourrette lebih banyak di derita oleh pasien laki-laki dibandingkan dengan
perempuan. Sindrom tourrette tidak mempengaruhi pola reproduksi dan seksual

10. Pola Pertahanan Diri (Koping-Toleransi Stres )


Sindrom tourrette dapat semakin parah jika dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
yang dapat menyebabkan stress. Koping dan dukungan keluarga sangat diperlukan
dalam sotuasi ini

11. Pola Keyakinan Dan Nilai


Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai,keyakinan termasuk spiritual.

7
WOC

Faktor Genetik Neurokimiawi

Disfungsi Daerah
Korteks/Subkorteks/Talamus/
Basal Ganglia

Interkoneksi daerah yang Mengalami


Disfungsi dengan Neurotransmitter

Hipersensitivitas
Neurotransmitter

Miskomunikasi antar sel-sel


saraf

Motor Tics Vocal Tics

Ketidakefektifan kotrol impuls Hambatan Interaksi Sosial


contro

Resiko cidera

2.6 Penatalaksana Medis dan Keperawatan

Tourette syndrome atau sindrom Tourette adalah kondisi kronis yang tidak bisa
disembuhkan.Pengobatan yang ada ditujukan untuk mengendalikan serangan tics yang
menganggu aktivitas sehari-hari. Sementara jika tics tidak parah, biasanya pengobatan tidak
diperlukan.

Secara umum, berikut pilihan pengobatan yang biasa dilakukan dokter untuk mengatasi
sindrom ini.

A. Minum obat tertentu

8
Dokter biasanya akan meresepkan beberapa obat untuk mengurangi gejala dan
memudahkan anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari.Beberapa obat yang mungkin
diresepkan dokter sebagai perawatan Tourette syndrome atau sindrom Tourette adalah
sebagai berikut:

1. Obat antipsikotik.

Kelompok obat ini dapat membantu mengendalikan serangan tics. Namun, ada beberapa
efek samping yang mungkin terjadi, yaitu kenaikan berat badan dan gerakan berulang yang
tidak disengaja.

2. Suntikan botulinum (Botox).

Suntikan ke otot yang bermasalah dapat membantu meringankan serangan tics motorik
maupu vokal.

3. Obat ADHD.

Stimulan seperti methylphenidate dan obat-obatan yang mengandung dextroamphetamine


dapat membantu meningkatkan konsentrasi. Sayangnya, obat-obatan tersebut justru dapat
memperburuk tics bagi beberapa anak.

4.Inhibitor adrenergik sentral.

Obat-obatan seperti clonidine dan guanfacine, biasanya diresepkan bagi penderita yang
juga memiliki tekanan darah tinggi.

5. Obat antidepresan.

Fluoxetine dapat membantu mengendalikan gejala kesedihan, kecemasan, dan OCD.

6. Obat anti kejang.

Studi terbaru menunjukkan bahwa beberapa orang dengan sindrom Tourette merespons
topiramate (Topamax), yang digunakan untuk mengobati epilepsi.

Berbagai obat tak boleh dikonsumsi sembarangan. Pastikan Anda berkonsultasi terlebih
dahulu ke dokter guna menentukan obat mana yang paling sesuai dengan kondisi anak.

B. Terapi perilaku

Selain itu, berkonsultasi ke seorang psikolog atau psiakter juga bisa dilakukan untuk
membantu mengontrol gejala Tourette syndrome atau sindrom Tourette.Sebenarnya Tourette
syndrome atau sindrom Tourette bukanlah masalah dalam kesehatan mental.

9
Namun, seorang psikolog maupun psikiater dapat memberikan terapi perilaku untuk
membantu menenangkan anak ketika serangan tics tiba-tiba muncul.

Seorang psikolog maupun psikiater juga bisa membantu meringankan gejala dari penyakit
lain yang sering dikatkan dengan Tourette syndrome atau sindrom Tourette, misalnya ADHD
dan gangguan kecemasan.

Salah satu bentuk terapi perilaku untuk mengobati Tourette syndrome atau sindrom Tourette
adalah Comprehensive Behavioral Intervention for Tics, atau CBIT.

Terapi ini membantu anak dengan Tourette syndrome atau sindrom Tourette mengontrol
serangan tics dengan cara yang sangat hati-hati dan sistematis.

Tak hanya penderita, terapis juga akan memberikan tips kepada keluarga pasien perihal
bagaimana cara mereka menghadapi kekambuhan serangan tics pada sindrom ini agar tidak
semakin memburuk.

Entah itu dengan berjalan-jalan, mendengarkan musik yang menenangkan, atau melakukan
latihan pernapasan.

Semuanya dilakukan semata-mata untuk mengurangi keparahan serangan tics atau bahkan
mencegahnya agar tidak terjadi sama sekali.

Biasanya, terapi perilaku ini membutuhkan delapan sesi pertemuan, yang setiap sesinya
menghabiskan waktu sekitar satu jam.

Dalam kasus tertentu, terapi CBIT mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

1. Tes Purdue Pegboard


Untuk mengetahui kemampuan motorik, dapat menggunakan tes ini. Baik buruknya
kemampuan motorik di masa anak-anak, berhubungan dengan meningkatnya derajat
keparahan tik di masa dewasa.
2. Tes darah
Pmeriksaan darah lengkap dilakukan sesuai indikasi dan/atau untuk keperluan riset,
yaitu mengetahui ekspresi gen (RNA) yang diukur menggunakan whole genome
affymetrix micoarrays.
3. MRI
Melalui pemeriksaan MRI, diketahui penderita sindrom tourette memiliki area
dorsolateral prefrontal yang lebih besar dan peningkatan substantia alba di lobus
frontal kanan. Volume nucleus caudatus yang lebih kecil pada MRI di masa anak
berhubungan dengan meningkatnya derajat keparahan tik dim masa dewasa. Dengan
MRI, reduksi substantia alba terlihat di girus frontal medial kanan.

10
4. Pemeriksaan lain menggunakan VBM dan MTI yang lebih sensitif terhadap
perubahan jaringan dibandingkan MRI konvesional.Keduanya merupakan
pengukuran kuantitatif integritas makro-struktur.Pada VBM, penderita sindrom
tourette menunjukkan penurunan volume substantia nigra di area prefrontal.

2.8 Asuhan Keperawatan Sindrome Tourette

Pengkajian
a. Pengumpulan data
● Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, nomor register,
tanggal diagnosa
MRS diagnosa medis
● Keluhan utama
Pada penderita sindrome tourette mengalami gerakan anggota tubuh
yang spontan
dan tidak dapat dikontrol, selain itu penderita sering mengucapkan
kata jorok, vulgar, kasar, ataupun juga mengulangi ucapan orang lain.
● Riwayat penyakit sekarang
Biasanya terjadi dan tidak dapat terkendalikan oleh penderita.
Biasanya penderita mengeluh bahwa tubuhnya bergerak secara
beulang (tidak terkontrol).
● Riwayat penyakit dahulu
Terjadinya masalah psikologis atau gangguan pada saraf otak
● Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada salah satu anggota keluarga yang menderita
● Pola – pola fungsi kesehatan
 Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Pola persepsi tidak terjadi gangguan
 Pola nutrisi dan metabolisme

11
Pasien tidak mengalami gangguaan pola nutris dan
metabolisme
 Pola eliminasi
Tidak terjadi gangguan pada pola nutrisi dan metabolisme
 Pola istirahat dan tidur
Pasien mengalami gangguan pola istirahat dan tidur karena
adanya gerakan tubuh yang muncul secara tiba-tiba dan tidak
terkontrol
 Pola aktivitas dan latihan
Pasien mengalami gangguan pola aktivitas dan tidur karena
sikap dan bagian tubuh yang secara tidak terkontrol bergerak

 Pola persepsi dan dan konsep diri


Tidak terjadi gangguan pada pola persepsi
 Pola sensori dan kognitif
Tidak terjadi gangguan
 Pola seksual
Tidak terjadi gangguan
 Pola hubungan peran
Tidak ada gangguan pada pola hubungan peran
 Pola koping
Tidak terjadi gangguan
 Pola nilai dan kepercayaan
Tidak terjadi gangguan

b. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Terjjadi perilaku yang tidak disadarinoleh penderita sindrom
tourette yang tidak bisa dikontrol.
2. Kepala dan leher

12
Terjadi gangguan apabila terjadi tics dan penderita menggelengkan
kepala dengan keras hingga terjadi cedera leher (whiplash).
3. Paru-paru dan jantung
Tidak terjadi gangguan
4. Abdomen
Ppada pasien sindrome tourette tidak terjadi gangguan pada
abdomen, tapi dapat terjadi gangguan apabila penderita memukul
perut dengan keras hingga teŕjadi lebam dan luka pada organ
dalam.
5. Inguinal, genital, dan anus
Pada penderita sindrome tourette tidak terjadi gangguan.
6. Integumen
Tidak terjadi gangguan
7. Ekstremitas dan neurologis
Mengalami gangguan neurologis, yaitu sering terjadi gerakan yang
berlebihan yang tidak dapat dikontrol sehingga menimbulkan
cedera, misalnya menghentakkan kaki dengan kuat sampai
mengalami dislokasi panggul, atau memukul-mukul perut hingga
lebam dan merusak organ dalam.

Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
Ketidakefektifa Kontrol diri terhadap impuls 1. Latihan kontrol impuls
n kontrol impuls
b.d tics motorik Skala outcome : Aktivitas :
- Mengidentifikasi perilaku impulsive - Pilih strategi pemecahan
yang berbahaya (5) masalah yang tepat sesuai
-Mengidentifikasi perilaku yang dengan tingkat
mengarah pada tindakan impulsive perkembangan pasien dan

13
(5) fungsi kognitif
- Mengidentifikasi konsekuensi dari - Gunakan rencana
tindakan impulsive (5) modifikasi perilaku sesuai
- Mendapatkan bantuan ketika kebutuhan untuk
merasakan impuls (5) mendukung strategi
- Menggunakan dukungan sosial pemecahan masalah yang
yang ada (5) sudah diajarkan
- Mempertahankan kontrol diri tanpa - Bantu pasien memilih
pengawasan (5) tindakan yang paling
menguntungkan
- Bantu pasien untuk
mengevaluasi bagaimana
hasil yang tidak sesuai
bisa dihindari dengan
menggunakan pilihan
perilaku yang berbeda

2. Manajemen perilaku
Aktivitas :

- Berikan pasien tanggung


jawab terhadap
perilakunya sendiri
- Komunikasikan harapan
bahwa pasien dapat
mengontrol perilakunya
sendiri
- Konsultasikan dengan
keluarga dalam rangka
mendapatkan informasi

14
mengenai kondisi kognisi
dasar pasien
- Berikan obat sesuai
kebutuhan

Risiko cedera Kontrol risiko Monitor Neurologi


b.d hiperaktif Skala outcome : Aktivitas:
(melakukan
gerakan - Mengidentifikasi faktor risiko (5) - Monitor ICP dan CPP
berlebihan tanpa -Mengenali kemampuan untuk - Monitor refleks batuk
disadari) merubah perilaku (5) dan muntah
-Mengembangkan strategi efektif - Monitor bentuk otot,
dala mengontrol risiko (5) gerakan motorik, gaya
- Menjalankan strategi kontrol risiko berjalan, dan
yang sudah ditetapkan (5) proprioception
- Monitor karakteristik
Keparahan cedera fisik bicara : kelancaran,
Skala outcome : adanya aphasia, atau
- Memar (5) kesulitan menemukan kata
- Ekstremitas kesleo (5) - Monitor respon terhadap
- Fraktur panggul (5) stimuli : verbal, taktil, dan
- Trauma perut (5) respon bahaya
- Monitor respon terhadap
obat
- Tingkatkan frekuensi
pemantauan neurologis
Koordinasi pergerakan - Beritahu dokter
Skala outcome : mengenai perubahan
- Kecepatan gerakan (5) kondisi klien

15
-Kontrol gerakan (5) - Mulailah tindakan
- Gerakan dengan waktu yang pencegahan sesuai
diinginkan (5) peraturan

Hambatan Ketrampilan interaksi sosial Peningkatan komunikasi :


interaksi sosial kurang bicara

Skala outcome Aktivitas:


-Menunjukkan penerimaan (5) - Monitor kecepatan
- Bekerja sama dengan orang lain (5) bicara, tekanan,
- Menunjukkan sensitivitas kepada kecepatan, kuantitas,
orang lain (5) volume, dan diksi
- Menggunakan perilaku asertif - Monitor proses kognitif,
secara tepat (5) anatomis, dan fisiologi
- Menunjukkan ketulusan (5) terkait dengan
- Menunjukkan kehangatan (5) kemampuan berbicara
- Menunjukkan sikap tenang (5) (misalnya memori,
pendengaran dan bahasa)
- Instruksikan pasien atau
keluarga untuk
menggunakan proses
kognitif, anatomis, dan
fisiologi yang terlibat
dalan kemampuan
berbicara
- Monitor pasien terkait
dengan perasaan frustasi,
kemarahan, depresi atau
respon-respon lain

16
disebabkan karena adanya
gangguan kemampuan
bicara

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sindrom Tourette (TS) adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan gerakan involunter
dan berulang-ulang, stereotipikal, dan vokalisasi yang disebut dengan tics.

17
Penyebab pasti Sindrom Tourette belum diketahui, tetapi dugaan kuat mengarah pada
kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Diduga pula
ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamin dan serotonin berperan dalam
terjadinya Sindrom Tourette.

Gejala utama Sindrom Tourette adalah tics, yaitu gerakan atau vokalisasi yang mendadak dan
berulang-ulang. Gejala bervariasi dari ringan hingga berat dan memengaruhi kualitas hidup
pengidap. Terdapat juga komplikasi pada penderita sindrom Tourette ini seperti Gangguan
Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas (ADHD), Gangguan obsesif kompulsif, Masalah perilaku
seperti agresi, kemarahan atau perilaku yang melanggar norma social, Kecemasan berlebihan,
serta Gangguan belajar.

Manifestasi klinis yang dapat dilakukan yaitu motor tics dan vocal tics. Sedangkan
penatalaksanaan medisnya adalah minum obat tertentu dan melakukan terapi perilaku. Dan
yang terakhir pemeriksaan diagnostiknya adalah Tes Purdue Pegboard, Tes darah, MRI, serta
Pemeriksaan lain menggunakan VBM dan MTI yang lebih sensitif terhadap perubahan
jaringan.

3.2 Saran

Semoga kedepannya kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi karena masih banyak
kesalahan dari penulisan makalah ini dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Sadock B, Sadock V. Gangguan Tourette. In: Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri
Klinis. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2014. hal. 611-14.

Maslim R. Sindrom de la Tourette. In: Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III). 1*ed.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2003. hal. 145.

Kay J, Tasman A. Relationship of the Commonly Cooccurring Symptoms and


Conditions with Tourette's Disorder. In: Essentials of Psychiatry. 1" ed. USA: John
Wiley & Sons: 2006. P. 341-9.

18
Psychology Today (2018). Tourette's Disorder.

Mayo Clinic (2017). Diseases & Conditions. Tourette Syndrome.

19

Anda mungkin juga menyukai