DASAR TEORI
II.1. Kemagnetan
II.1.1. Magnet
Magnet adalah suatu benda yang dibuat dari material tertentu yang
menghasilkan suatu medan magnet. Medan magnet suatu magnet adalah daerah
sekeliling magnet dimana magnet dapat menarik atau menolak suatu benda. Diluar
daerah ini magnet tidak mempunyai pengaruh.
Material dapat bersifat magnet dari dasarnya (alami) atau magnet buatan
(magnet listrik). Pada umumnya, material dibuat menjadi magnet dengan
mengalirkan arus listrik melalui kawat yang dililiti pada material.
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
II.1.2. Sifat Magnet Material
Kemagnetan adalah suatu penomena material yang memperlihatkan suatu
pengaruh gaya tarik atau gaya tolak terhadap material lain. Gaya bekerja pada
sustu jarak tertentu dan dapat dianalisis dalam bentuk medan magnet.
Seluruh material yang mempunyai sifat magnet seperti besi, nikel, dan
kobalt, mempunyai kutub utara (N, north) dan kutub selatan (S, south). Kutub
yang sejenis akan tolak-menolak dan kutub yang tidak sejenis akan tarik menarik.
Gambar berikut memperlihatkan peristiwa ini.
5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
I.2. Tujuan Penulisan Tugas Akhir
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah memperlihatkan bagaimana
menentukan titik jenuh inti magnet generator dengan pengujian.
1. Studi Pustaka
penelitian ini.
3. Studi Bimbingan
Dalam hal ini penulis melakukan diskusi tentang topik tugas akhir ini
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
I.5. Sistematika Penulisan
Tugas akhir ini ditulis dalam lima (5) bab dengan uraian isi setiap bab
sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Didalam bab ini berisikan latar belakang materi penulisan tugas akhir,
tugas akhir dimana akan dibahas tentang kemagnetan dan generator sinkron tiga
fasa.
Didalam bab ini akan dibahas tentang metodologi dari pengujian yang
Didalam bab ini akan berisi hasil berupa data dan grafik serta analisa dari
Didalam bab ini akan membahas mengenai kesimpulan dan saran yang
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II
DASAR TEORI
II.1. Kemagnetan
II.1.1. Magnet
Magnet adalah suatu benda yang dibuat dari material tertentu yang
menghasilkan suatu medan magnet. Medan magnet suatu magnet adalah daerah
sekeliling magnet dimana magnet dapat menarik atau menolak suatu benda. Diluar
daerah ini magnet tidak mempunyai pengaruh.
Material dapat bersifat magnet dari dasarnya (alami) atau magnet buatan
(magnet listrik). Pada umumnya, material dibuat menjadi magnet dengan
mengalirkan arus listrik melalui kawat yang dililiti pada material.
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
II.1.2. Sifat Magnet Material
Kemagnetan adalah suatu penomena material yang memperlihatkan suatu
pengaruh gaya tarik atau gaya tolak terhadap material lain. Gaya bekerja pada
sustu jarak tertentu dan dapat dianalisis dalam bentuk medan magnet.
Seluruh material yang mempunyai sifat magnet seperti besi, nikel, dan
kobalt, mempunyai kutub utara (N, north) dan kutub selatan (S, south). Kutub
yang sejenis akan tolak-menolak dan kutub yang tidak sejenis akan tarik menarik.
Gambar berikut memperlihatkan peristiwa ini.
5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kuat dan polaritas medan magnet yang dihasilkan oleh magnet listrik diatur
dengan mengubah besar arus mengalir melalui kawat dan mengubah arah aliran
arus.
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
konfigurasi elektron dalam berbagai elemen akan menentukan sifat dan besar
momen magnetik atom yang pada akhirnya menentukan sifat-sifat magnet dari
berbagi material.
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jika dua konduktor paralel dan berdekatan dialiri arus dalam arah sama
seperti diperlihatkan dalam gambar 2.5A, medan magnet yang dihasilkan kedua
konduktor akan membantu satu sama lain. Sebaliknay, jika arah kedua arus dalam
konduktor berlawanan, medan yang dihasilkan kedua konduktor akan menolak
satu sama lain (gambar 2.5B).
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kuat dan polaritas medan magnet yang dihasilkan oleh magnet listrik diatur
dengan mengubah besar arus mengalir melalui kawat dan mengubah arah aliran
arus.
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
konfigurasi elektron dalam berbagai elemen akan menentukan sifat dan besar
momen magnetik atom yang pada akhirnya menentukan sifat-sifat magnet dari
berbagi material.
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jika dua konduktor paralel dan berdekatan dialiri arus dalam arah sama
seperti diperlihatkan dalam gambar 2.5A, medan magnet yang dihasilkan kedua
konduktor akan membantu satu sama lain. Sebaliknay, jika arah kedua arus dalam
konduktor berlawanan, medan yang dihasilkan kedua konduktor akan menolak
satu sama lain (gambar 2.5B).
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan : B = kerapatan fluks
H = kuat medan magnet
= konstanta permeabilitas magnet.
9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan : N = jumlah lilitan,
I = arus mengalir melalui koil,
r = radius efektif koil,
l = panjang koil
Kombinasi persamaan (2.1) dan (2.3) memberi hasil :
NI
H (2.4)
4r 2 l 2
H.dL I =F (2.5)
Dengan F adalah adalah gaya gerak magnet (mmf) yang sama dengan arus yang
dilingkupi.
Jika integrasi persamaan (2.5) terdiri dari sejumlah kawat N lilit dengan
arus dalam arah sama, persamaan (2.5) dapat ditulis menjadi :
H.dL F NI (2.6)
10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jika ada material lain selain ruang hampa, persamaan (2.8) akan menjadi :
B r 0 H H (2.9)
r adalah permeabilitas relatif (tanpa satuan) material yang digunakan mengukur
derajat material dapat dimagnetisasi.
r (2.10)
0
Magnetisasi M adalah suatu sifat material yang menggambarkan kerapatan
fluks magnet yang tersisa (residu) dalam material dan dinyatakan dengan :
B 0 H 0 M (2.11)
Dimana M adalah magnetisasi material (momen magnet per unit volume, A.m2/kg
atau Wb.m/kg).
Pada umumnya, suatu material menjadi magnet sebagai respon terhadap
medan luar H dan dapat diukur melalui suseptibilitas dan permeabilitas. Oleh
sebab itu M dapat dinyatakan dengan :
M m H (2.12)
11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dalam material paramagnetik seperti aluminium dan titanium, setiap atom
membentuk suatu momen dipol permanen yang akan menghasilkan momen
magnetik walau tidak ada medan luar. Dengan tidak adanya medan luar, orientasi
momen magnetik atom adalah acak (random). Tetapi, bila medan luar dipasang,
momen magnetik mengalami suatu torka yang meluruskannya dengan arah
medan.
Tabel 2.1. Berbagai Jenis Sifat Magnetisasi[5]
Jenis Sifat Suseptibilitas Contoh
Magnetisasi Magnetisasi Magnetik Material
12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
paralel satu sama lain. Permeabilitas magnetiknya sangat besar dan mampu
mempertahankan momen magnetik permanen walau medan luar tidak ada. Jika
momen magnetik dari atom berdekatan diarahkan dalam arah anti paralel satu
sama lain, material dikatakan anti feromagnetik. Jika momen magnetik tidak sama
dan diarahkan berlawanan satu sama lain, momen magnetik sama dengan nol.
Material dikatakan ferimagnetik.
13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.7. Kurva Magnetisasi[6]
14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jika adalah fluks magnet, F adalah gaya gerak magnet yang ada dalam
rangkaian, dan adalah reluktansi rangkaian, maka
F
(2.14)
Persamaan (2.14) analog dengan hukum Ohm dalam rangkaian listrik. , F, dan
analog dengan I, V, dan R dalam rangkaian listrik. Ini berarti dapat ditulis
sebagai :
l
(2.15)
A
Dimana : A = luas penampang lintasan fluks, m2
= permeabilitas material, H/m
l = panjang lintasan magnetik, m
Reluktansi rangkaian magnetik berbanding lurus dengan panjang lintasan
magnetik dan berbanding terbalik dengan luas penampang. Persamaan (2.15)
analog dengan persamaan tahanan listrik R.
Dalam rangkaian tanpa sela (gapless) seperti gambar 2.8, NI yang
diperlukan untuk menghasilkan kerapatan fluks B tertentu dapat dihitung dari
persamaan
NI = Hl (2.16)
Harga H yang sesuai dapat diambil dari kurva B-H material inti yang digunakan.
Selanjutnya B dihitung dari persamaan :
NI NI
B (2.17)
l 2r
15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.9. Rangkaian Magnetik Dengan Celah Udara[5]
Celah udara sangat umum digunakan dalam peralatan magnetik seperti
mesin berputar dan mempengaruhi karakteristik inti. Dalam rancangan mesin
dengan celah udara, diinginkan mempunyai celah lebih kecil dari jarak mekanikal.
Panjang inti bukanlah faktor yang utama.
Kuat medan magnet dalam celah udara Hg dan inti besi Hc dinyatakan
dengan :
B
Hg (2.18)
0
B
Hc (2.19)
r 0
Berdasarkan hukum Ampere, gaya gerak magnet F dinyatakan dengan :
F NI H .dl (2.20)
Jika fluks bocor diabaikan, B dan H dalam inti besi akan konstan. Atau :
Bl iron Bl gap
F NI H .dl = Hironliron + Hgaplgap = (2.21)
r 0 0
Kerapatan energi w yang tersimpan dalam medan magnet dinyatakan dengan :
1 B2
w (2.22)
2
Asumsikan celah udara kecil dan medan dalam celah udara seragam, maka
energi total Wm yang tersimpan dalam celah udara dinyatakan dengan :
B 2 Ag
Wm (2.23)
2 0
16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan : A = luas celah udara, m2
g = lebar celah udara, m
Jika inti besi fleksibel, sehingga celah udara harus tetap terbuka dengan
suatu gaya F. Jika gaya naik, celah udara akan naik sebesar g, pada waktu sama
arus dalam koil diperbesar untuk mempertahankan kerapatan fluks B konstan
dalam rangkaian magnetik, maka energi tersimpan naik sebesar
B2 A
Wm g (2.24)
2 0
Energi dapat dinyatakan sebagai perkalian gaya dengan jarak :
Wm Fg (2.25)
Dari persamaan (2.24) dan (2.25) diperoleh
B2 A
F (2.26)
2 0
F adalah gaya yang diperlukan menjaga kutub-kutub terpisah satu sama lain.
17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
B
Saturasi
Knee
(lutut)
Linier
18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Reluktansi material dipengaruhi permeabilitas relatif r (persamaan
2.15). Oleh karena r tidak konstan, maka juga tidak kosntan. Pada daerah
jenuh harga akan sangat besar.
Beberapa material mempunyai tingkat saturasi berbeda. Sebagai contoh,
campuran besi permeabilitas tinggi seperti yang digunakan dalam transformator
mencapai kejenuhan magnetik pada 1,6-2,2 tesla. Sedangkan ferit jenuh pada 0,2-
0,5 tesla. Berikut ini diperlihatkan kurva B-H beberapa material.
19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
II.1.11. Material Inti Mesin Listrik[2,4]
Ada dua kelas material magnet yang digunakan dalam mesin listrik, yaitu :
feromagnetik dan ferimagnetik. Feromagnetik dibagi menjadi material keras dan
material lunak.
Material feromagnetik lunak meliputi : besi, nikel, kobal, baja lunak, atau
campuran keempat elemen. Material feromagnetik keras meliputi : material
magnet permanen seperti alniko, campuran kobal, baja kromium, baja karbon,
baja silikon, campuran tembaga-nikel, dan campuran logam-logam lain.
Material ferimagnetik adalah ferit yang dibentuk dari oksida besi dengan
formula MeOFe2O3 (Me adalah suatu ion logam). Seperti halnya feromagnetik,
ferimagnetik juga terbagi atas material keras dan material lunak. Material
ferimagnetik lunak meliputi : seng-nikel dan mangan-feri seng. Material
ferimagnetik keras meliputi : barium dan ferit strontium.
20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
memotong konduktor-konduktor jangkar dan menginduksikan tegangan dalam
belitan jangkar stator.
b) Laminasi stator
Gambar 2.13. Stator Generator Sinkron[7]
21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Rotor dari generator sinkron merupakan suatu magnet listrik besar. Kutub-
kutub magnet pada rotor (bentuk penampang) dapat berbentuk sepatu (salient)
atau silindris (cylindrical). Medan magnet dihasilkan suatu magnet permanen
atau suatu inti dililiti kawat dan dialiri arus searah (magnet listrik). Seperti stator,
rotor dibuat dari laminasi-laminasi material magnet. Laminasi-laminasi rotor
terbuat dari material yang sama dengan stator. Gambar 2.14 memperlihatkan rotor
silindris dua kutub dan empat kutub.
22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
digunakan dalam PLTA untuk memenuhi kecepatan operasi yang rendah dari
turbin air. Gambar 2.15. memperlihatkan rotor kutub sepatu dua kutub dan empat
kutub.
(a) (b)
23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dalam belitan dua lapis, setiap alur inti jangkar ditempati dua sisi
kumparan yang berbeda. Biasanya, jumlah alur stator adalah kelipatan perkalian
jumlah kutub dan jumlah fasa. Sebagai contoh, generator 3 fasa, 4 kutub, jumlah
alurnya yang mungkin adalah : 12, 24, 36, 48, dan seterusnya. Gambar 2.17
memperlihatkan suatu contoh belitan dua lapis generator sinkron tiga fasa, 4
kutub, 24 alur.
(a)
(b)
Gambar 2.17. Belitan Dua Lapis Generator Sinkron[2]
(hanya diperlihatkan satu fasa)
24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
II.2.3. Pembangkitan Tegangan[2,3,7]
Andaikan suatu generator sinkron dua kutub dan empat kutub, seperti
diperlihatkan dalam 2.18.
Bila rotor dialiri arus searah dan diputar pada kecepatan N rpm, bentuk
gelombang rapat fluks/fluks (B atau ) dalam generator diperlihatkan dalam
gambar. Dari gambar 3.6(a) dapat dilihat, satu kali perputaran rotor (derajat
mekanik) terbentuk satu gelombang sinus rapat fluks (derajat listrik). Sedangkan
untuk empat kutub, satu kali perputaran rotor terbentuk dua gelombang sinus rapat
fluks. Hubungan derajat mekanik dengan derajat listrik dinyatakan dengan :
m 2 2
2 (2.27)
e 4 P
e derajat listrik,
P = jumlah kutub
25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bentuk gelombang tegangan terbangkit/terinduksi dalam kumparan
jangkar akan mengikuti bentuk gelombang fluks . Dalam generator P kutub, satu
siklus tegangan (satu gelombang sinus) dibangkitkan dalam masing-masing
kumparan bila sepasang kutub (utara-selatan) melewati kumparan tersebut. Untuk
satu kali perputaran rotor dengan kecepatan N rpm, ada P/2 gelombang tegangan
dibangkitkan. Frekuensi tegangan terbangkit adalah :
P N
f x , Hz (2.28)
2 60
2
Atau : N x60 f , rpm (2.29)
P
Andaikan fluks dinyatakan dengan :
= m sin t (2.30)
Tegangan terbangkit per fasa dinyatakan dengan :
d
e/fasa = - Nph
dt
N ph 2f m sin t 90 0 (2.31)
26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Persamaan (3.8) dapat ditulis menjadi :
E = CN (2.35)
P
dengan : C = 4,44.K d .K p .N ph . konstanta mesin
120
Generator biasanya beroperasi dengan putaran/frekuensi konstan. Bila
generator diputar pada kecepatan sinkron konstan, tegangan terbangkit merupakan
E merupakan fungsi fluks celah udara (air gap) .
Persamaan (2.35) memperlihatkan hubungan tegangan terbangkit E
dengan fluks magnet linier. Fluks magnet sebanding dengan arus penguat If
( If). Tetapi dalam prakteknya, hubungan linier ini hanya dalam batas
tertentu, tergantung kualitas bahan inti magnet yang digunakan. Pada harga
tertentu fluks (arus eksitasi), inti magnet mulai jenuh (saturasi). Hubungan E dan
If tidak linier lagi. Kurva E-If ekivalen dengan kurva B-H material magnet.
Gambar 2.19 memperlihatkan satu contoh kurva magnetisasi generator.
27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
II.2.5. Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron[3,7]
Rangkaian ekivalen per fasa generator sinkron diperlihatkan dalam gambar
2.20 berikut.
= CN - I a Ra jX s
Dengan : V = tegangan terminal,
E = tegangan terbangkit,
Ia = arus jangkar,
Ra = tahanan belitan jangkar,
Xs = reaktansi sinkron = Xar + Xl
Xar = reaktansi reaksi jangkar,
Xl = reaktansi bocor
28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
II.2.6. Karakteristik Daya-Sudut Daya[3,7]
Jika RA diabaikan (karena XS RA), daya keluaran generator dapat
dinyatakan dalam bentuk sudut daya . Daya kompleks S dinyatakan dengan :
S 3.V . I a
*
(2.37)
E V 0
= 3. V 0.
X S 90
3E V 3V 2
= 90 - 90
XS XS
=
3E V
XS
sin + j
3V
XS
E cos V (2.38)
= Pout + jQout
3EV
Pout sin (2.39)
Xs
Qout
3V
E cos V (2.40)
Xs
Persamaan (2.39) memperlihatkan bahwa, daya yang dihasilkan generator
sinkron bergantung pada sudut antara E dan V. Sudut ini diketahui sebagai sudut
daya atau sudut torka. Daya maksimum yang dapat disalurkan generator terjadi
pada = 90o.
3EV
Pmaks (2.41)
Xs
Daya maksimum yang dinyatakan dengan persamaan (3.15) disebut batas
stabilitas statik. Dalam prakteknya, generator tidak akan dioperasikan mendekati
batas ini. Dengan mengasumsikan, daya keluaran Pout sama dengan daya yang
dirubah Pcon, torka yang diinduksikan dalam generator dapat dinyatakan dengan :
3EV
ind sin (2.42)
m X s
29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Untuk generator yang bekerja paralel dengan infinite bus, fluks magnet
atau arus penguat berfungsi sebagai kontrol daya reaktif Q. Persamaan (2.40)
menjelaskan kontrol daya reaktif Q. Kejenuhan inti magnet generator akan
mempengaruhi sudut daya dan kontrol daya reaktif generator sinkron.
Gambar 2.21. Kurva Daya Dan Torka Fungsi Sudut Daya Generator Sinkron[3]
30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA