Anda di halaman 1dari 35

BAB II

DASAR TEORI

II.1. Kemagnetan
II.1.1. Magnet
Magnet adalah suatu benda yang dibuat dari material tertentu yang
menghasilkan suatu medan magnet. Medan magnet suatu magnet adalah daerah
sekeliling magnet dimana magnet dapat menarik atau menolak suatu benda. Diluar
daerah ini magnet tidak mempunyai pengaruh.

Gambar 2.1. Medan Magnet Suatu Material Magnet[5]

Material dapat bersifat magnet dari dasarnya (alami) atau magnet buatan
(magnet listrik). Pada umumnya, material dibuat menjadi magnet dengan
mengalirkan arus listrik melalui kawat yang dililiti pada material.

4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
II.1.2. Sifat Magnet Material
Kemagnetan adalah suatu penomena material yang memperlihatkan suatu
pengaruh gaya tarik atau gaya tolak terhadap material lain. Gaya bekerja pada
sustu jarak tertentu dan dapat dianalisis dalam bentuk medan magnet.
Seluruh material yang mempunyai sifat magnet seperti besi, nikel, dan
kobalt, mempunyai kutub utara (N, north) dan kutub selatan (S, south). Kutub
yang sejenis akan tolak-menolak dan kutub yang tidak sejenis akan tarik menarik.
Gambar berikut memperlihatkan peristiwa ini.

a) Gaya Tolak Menolak b) Gaya Tarik Menarik


Gambar 2.2. Kutub-Kutub Magnet[5]
Ada tiga jenis magnet yang dapat menarik benda lain, yaitu magnet
permanen, magnet temporer, dan magnet listrik. Magnet permanen sering juga
disebut magnet keras (hard magnet) mempertahankan sebagian sifat magnetnya
dan hanya hilang pada kondisi demagnetising. Sifat-sifat magnet permanen adalah
: remanensi tinggi, permeabiliti tingi, medan koersif tinggi, loop histeresis besar,
dan memerlukan daya listrik besar untuk mencapai satu siklus penuh. Magnet
temporer bersifat seperti magnet permanen bila berada dalam medan magnet yang
kuat tetapi kehilangan magnetnya bila medan magnet hilang. Magnet temporer
mempunyai loop histeresis kecil sehingga mudah dibuat menjadi magnet dan
dihilangkan magnetnya. Magnet listrik dihasilkan dengan suatu lilitan kawat
dalam suatu material magnet seperti besi lunak atau bukan material magnet seperti
udara. Magnet listrik bersifat seperti magnet permanen bila lilitan kawat dialiri
arus listrik.

5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah


. Banyak peralatan-peralatan listrik menyandarkan prinsip kerjanya pada
kemagnetan dan material magnetik. Fungsi material magnet adalah menghasilkan
dan mengontrol medan magnet untuk melakukan proses konversi energi yang
diinginkan, transfer energi, atau prosesing energi. Penggunaan material magnet
akan berkaitan dengan kurva magnetisasi material magnet dan ini akan berkaitan
dengan kejenuhan (saturasi) material magnetik[1].
Generator sinkron sebagai alat konversi energi mekanik listrik
menyandarkan proses konversi energi melalui medium medan magnet (fluks
magnet). Fluks magnet generator sinkron dihasilkan oleh suatu inti magnet yang
dililiti kawat dan dialiri arus searah (arus penguat). Tergantung kualitas inti
magnet yang digunakan, inti magnet akan mengalami kejenuhan pada besar fluks
magnet tertentu. Penomena saturasi sangat nyata mempengaruhi tegangan yang
dibangkitkan generator dan sudut daya generator[2,3].
Normalnya, berdasarkan rancangannya, generator sinkron beroperasi
sedikit pada daerah knee dari kurva magnetisasi (kurva B-H). Generator tidak
akan dioperasikan pada daerah di luar knee, karena rugi-rugi akan naik signifikan,
dan arus serta tegangan keluaran akan terdistorsi. Efisiensi akan turun nyata diluar
daerah knee karena energi diubah menjadi panas bukan menjadi energi listrik[1].
Oleh karena itu sangatlah penting memprediksi titik kejenuhan inti magnet
generator. Tulisan ini berkaitan dengan studi penentuan titik jenuh inti suatu
generator sinkron.

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
I.2. Tujuan Penulisan Tugas Akhir
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah memperlihatkan bagaimana
menentukan titik jenuh inti magnet generator dengan pengujian.

I.3. Batasan Masalah


Untuk memperjelas pokok bahasan sesuai dengan tujuan penulisan tugas
akhir, ada beberapa batasan masalah yang dibuat, antara lain :
1. Material inti yang diuji adalah inti rotor, bukan inti stator,
2. Material inti yang diuji adalah material yang ada pada PT.MORAWA
ELECTRIC TRANSBUANA.
3. Tidak membahas sistem eksitasi generator.

I.4. Metode Penulisan

1. Studi Pustaka

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dan

kemudian dilakukan studi pustaka dari buku-buku, artikel-artikel,

paten-paten, karya ilmiah dan browsing internet yang menunjang

penelitian ini.

2. Studi Lapangan dan Eksperimen

Pada tahap ini dilakukan observasi langsung ke lapangan untuk untuk

mendapatkan data yang diperlukan.

3. Studi Bimbingan

Dalam hal ini penulis melakukan diskusi tentang topik tugas akhir ini

dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak departemen.

2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
I.5. Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini ditulis dalam lima (5) bab dengan uraian isi setiap bab

sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Didalam bab ini berisikan latar belakang materi penulisan tugas akhir,

pokok bahasan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan batasan masalah.

BAB II DASAR TEORI

Didalam bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan penulisan

tugas akhir dimana akan dibahas tentang kemagnetan dan generator sinkron tiga

fasa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Didalam bab ini akan dibahas tentang metodologi dari pengujian yang

dilakukan di PT.MORAWA ELECTRIC TRANSBUANA.

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Didalam bab ini akan berisi hasil berupa data dan grafik serta analisa dari

hasil pengujian yang dilakukan di PT. MORAWA ELECTRIC TRANSBUANA.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Didalam bab ini akan membahas mengenai kesimpulan dan saran yang

diperoleh dari hasil pengujian yang telah dilakukan.

3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II
DASAR TEORI

II.1. Kemagnetan
II.1.1. Magnet
Magnet adalah suatu benda yang dibuat dari material tertentu yang
menghasilkan suatu medan magnet. Medan magnet suatu magnet adalah daerah
sekeliling magnet dimana magnet dapat menarik atau menolak suatu benda. Diluar
daerah ini magnet tidak mempunyai pengaruh.

Gambar 2.1. Medan Magnet Suatu Material Magnet[5]

Material dapat bersifat magnet dari dasarnya (alami) atau magnet buatan
(magnet listrik). Pada umumnya, material dibuat menjadi magnet dengan
mengalirkan arus listrik melalui kawat yang dililiti pada material.

4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
II.1.2. Sifat Magnet Material
Kemagnetan adalah suatu penomena material yang memperlihatkan suatu
pengaruh gaya tarik atau gaya tolak terhadap material lain. Gaya bekerja pada
sustu jarak tertentu dan dapat dianalisis dalam bentuk medan magnet.
Seluruh material yang mempunyai sifat magnet seperti besi, nikel, dan
kobalt, mempunyai kutub utara (N, north) dan kutub selatan (S, south). Kutub
yang sejenis akan tolak-menolak dan kutub yang tidak sejenis akan tarik menarik.
Gambar berikut memperlihatkan peristiwa ini.

a) Gaya Tolak Menolak b) Gaya Tarik Menarik


Gambar 2.2. Kutub-Kutub Magnet[5]
Ada tiga jenis magnet yang dapat menarik benda lain, yaitu magnet
permanen, magnet temporer, dan magnet listrik. Magnet permanen sering juga
disebut magnet keras (hard magnet) mempertahankan sebagian sifat magnetnya
dan hanya hilang pada kondisi demagnetising. Sifat-sifat magnet permanen adalah
: remanensi tinggi, permeabiliti tingi, medan koersif tinggi, loop histeresis besar,
dan memerlukan daya listrik besar untuk mencapai satu siklus penuh. Magnet
temporer bersifat seperti magnet permanen bila berada dalam medan magnet yang
kuat tetapi kehilangan magnetnya bila medan magnet hilang. Magnet temporer
mempunyai loop histeresis kecil sehingga mudah dibuat menjadi magnet dan
dihilangkan magnetnya. Magnet listrik dihasilkan dengan suatu lilitan kawat
dalam suatu material magnet seperti besi lunak atau bukan material magnet seperti
udara. Magnet listrik bersifat seperti magnet permanen bila lilitan kawat dialiri
arus listrik.

5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kuat dan polaritas medan magnet yang dihasilkan oleh magnet listrik diatur
dengan mengubah besar arus mengalir melalui kawat dan mengubah arah aliran
arus.

II.1.3. Dipol Magnet dan Momen Magnet[5,6]


Sifat magnet suatu material ditentukan terutama oleh struktur elektronnya
yang akan memberi dipol-dipol magnet. Interaksi dipol-dipol ini akan menentukan
sifat magnet material.
Dipol-dipol magnet ada dalam seluruh material magnet. Dipol-dipol
magnet yang sudah ada sebelumnya dalam material diarahkan dalam berbagai
cara tetapi akan dipengaruhi bila medan magnet luar dibangkitkan. Dalam medan
magnet, gaya yang ada mungkin menghasilkan torka yang cenderung
mengarahkan dipol-dipol searah medan.
Secara fisika, penyebab kemagnetan dalam objek adalah dipol magnetik
atom yang berkaitan dengan elektron. Dipol magnet atau momen magnetik adalah
hasil dua jenis pergerakan elektron. Yang pertama dengan gerak orbital elektron
sekeliling inti (gambar 2.3a). Yang kedua momen magnetik yang disebut dipol
putar yang berasal dari elektron berputar (gambar 2.3b).

Gambar 2.3. Momen Magnetik Berkaitan dengan[5]:


(a) Suatu Orbital Elektron
(b) Elektron Berputar
Seluruh momen magnetik atom adalah jumlah seluruh momen dari
masing-masing atom. Dalam setiap individu atom, momen orbital dari hampir
seluruh pasang atom saling mengkansel satu sama lain. Perbedaan dalam

6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
konfigurasi elektron dalam berbagai elemen akan menentukan sifat dan besar
momen magnetik atom yang pada akhirnya menentukan sifat-sifat magnet dari
berbagi material.

II.1.4. Medan Magnet Sekeliling Konduktor Dialiri Arus[5,6]


Bila suatu konduktor dialiri arus, suatu medan magnet dihasilkan
disekeliling konduktor (gambar 2.4A). Jika suatu kompas berada di sekitar
konduktor ini, jarum kompas akan meluruskan diri tegak lurus konduktor yang
menunjukkan ada medan magnet.
Suatu pandangan penampang konduktor yang dialiri arus menuju
pengamat diperlihatkan dalam gambar 2.4B. Arah arus dinyatakan dengan tanda
dot yang menggambarkan kepala panah. Suatu konduktor yang dialiri arus
menjauhi pengamat diperlihatkan dalam gambar 2.4C. Arah arus dinyatakan
dengan tanda cross yang menggambarkan ekor panah. Perhatikan bahwa medan
magnet sekeliling konduktor tegak lurus ke konduktor dan garis-garis gaya
magnet sama panjang seluruh konduktor.

Gambar 2.4. Medan Magnet Sekeliling Konduktor Dialiri Arus[5]

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jika dua konduktor paralel dan berdekatan dialiri arus dalam arah sama
seperti diperlihatkan dalam gambar 2.5A, medan magnet yang dihasilkan kedua
konduktor akan membantu satu sama lain. Sebaliknay, jika arah kedua arus dalam
konduktor berlawanan, medan yang dihasilkan kedua konduktor akan menolak
satu sama lain (gambar 2.5B).

Gambar 2.5. Medan Magnet Sekeliling Dua Konduktor Paralel[5]

II.1.5. Medan Magnet Yang Dihasilkan Suatu Koil Dialiri Arus[5,6]


Untuk memperbesar kuat medan magnet digunakan suatu koil N lilit
seperti yang dikonstruksikan dalam gambar 2.6. Koil dibentuk dengan melilitkan
suatu konduktor sekeliling suatu inti besi.
Kuat medan magnet berbanding lurus dengan jumlah lilitan maupun besar
arus yang mengalir. Medan magnet sekeliling setiap lilitan kawat tergandeng
dengan medan yang dihasilkan dalam lilitan berdekatan bila suatu arus lewat
melalui koil. Jika koil dikonstruksikan seperti gambar 2.7, kuat medan magnet
koil dapat diestimasi menggunakan persamaan :
B B
H (2.1)
H

8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kuat dan polaritas medan magnet yang dihasilkan oleh magnet listrik diatur
dengan mengubah besar arus mengalir melalui kawat dan mengubah arah aliran
arus.

II.1.3. Dipol Magnet dan Momen Magnet[5,6]


Sifat magnet suatu material ditentukan terutama oleh struktur elektronnya
yang akan memberi dipol-dipol magnet. Interaksi dipol-dipol ini akan menentukan
sifat magnet material.
Dipol-dipol magnet ada dalam seluruh material magnet. Dipol-dipol
magnet yang sudah ada sebelumnya dalam material diarahkan dalam berbagai
cara tetapi akan dipengaruhi bila medan magnet luar dibangkitkan. Dalam medan
magnet, gaya yang ada mungkin menghasilkan torka yang cenderung
mengarahkan dipol-dipol searah medan.
Secara fisika, penyebab kemagnetan dalam objek adalah dipol magnetik
atom yang berkaitan dengan elektron. Dipol magnet atau momen magnetik adalah
hasil dua jenis pergerakan elektron. Yang pertama dengan gerak orbital elektron
sekeliling inti (gambar 2.3a). Yang kedua momen magnetik yang disebut dipol
putar yang berasal dari elektron berputar (gambar 2.3b).

Gambar 2.3. Momen Magnetik Berkaitan dengan[5]:


(a) Suatu Orbital Elektron
(b) Elektron Berputar
Seluruh momen magnetik atom adalah jumlah seluruh momen dari
masing-masing atom. Dalam setiap individu atom, momen orbital dari hampir
seluruh pasang atom saling mengkansel satu sama lain. Perbedaan dalam

6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
konfigurasi elektron dalam berbagai elemen akan menentukan sifat dan besar
momen magnetik atom yang pada akhirnya menentukan sifat-sifat magnet dari
berbagi material.

II.1.4. Medan Magnet Sekeliling Konduktor Dialiri Arus[5,6]


Bila suatu konduktor dialiri arus, suatu medan magnet dihasilkan
disekeliling konduktor (gambar 2.4A). Jika suatu kompas berada di sekitar
konduktor ini, jarum kompas akan meluruskan diri tegak lurus konduktor yang
menunjukkan ada medan magnet.
Suatu pandangan penampang konduktor yang dialiri arus menuju
pengamat diperlihatkan dalam gambar 2.4B. Arah arus dinyatakan dengan tanda
dot yang menggambarkan kepala panah. Suatu konduktor yang dialiri arus
menjauhi pengamat diperlihatkan dalam gambar 2.4C. Arah arus dinyatakan
dengan tanda cross yang menggambarkan ekor panah. Perhatikan bahwa medan
magnet sekeliling konduktor tegak lurus ke konduktor dan garis-garis gaya
magnet sama panjang seluruh konduktor.

Gambar 2.4. Medan Magnet Sekeliling Konduktor Dialiri Arus[5]

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jika dua konduktor paralel dan berdekatan dialiri arus dalam arah sama
seperti diperlihatkan dalam gambar 2.5A, medan magnet yang dihasilkan kedua
konduktor akan membantu satu sama lain. Sebaliknay, jika arah kedua arus dalam
konduktor berlawanan, medan yang dihasilkan kedua konduktor akan menolak
satu sama lain (gambar 2.5B).

Gambar 2.5. Medan Magnet Sekeliling Dua Konduktor Paralel[5]

II.1.5. Medan Magnet Yang Dihasilkan Suatu Koil Dialiri Arus[5,6]


Untuk memperbesar kuat medan magnet digunakan suatu koil N lilit
seperti yang dikonstruksikan dalam gambar 2.6. Koil dibentuk dengan melilitkan
suatu konduktor sekeliling suatu inti besi.
Kuat medan magnet berbanding lurus dengan jumlah lilitan maupun besar
arus yang mengalir. Medan magnet sekeliling setiap lilitan kawat tergandeng
dengan medan yang dihasilkan dalam lilitan berdekatan bila suatu arus lewat
melalui koil. Jika koil dikonstruksikan seperti gambar 2.7, kuat medan magnet
koil dapat diestimasi menggunakan persamaan :
B B
H (2.1)
H

8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan : B = kerapatan fluks
H = kuat medan magnet
= konstanta permeabilitas magnet.

Gambar 2.6. Medan Magnet Dihasilkan Koil Dialiri Arus[5]

Gambar 2.7. Skematik Inti Besi Dengan Suatu Koil[5]


Kerapatan fluks maksimum B akan ada pada pusat koil yang dinyatakan
dengan persamaan :
NI
B (2.2)
4r 2 l 2
B NI
(2.3)
4r 2 l 2

9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan : N = jumlah lilitan,
I = arus mengalir melalui koil,
r = radius efektif koil,
l = panjang koil
Kombinasi persamaan (2.1) dan (2.3) memberi hasil :
NI
H (2.4)
4r 2 l 2

II.1.6. Permeabilitas Magnetik Dan Magnetisasi[5]


Permeabilitas magnetik adalah sifat suatu spesifik medium dimana kuat
medan magnet H lewat dan dimana kerapatan fluks magnet B diukur. Dimensinya
adalah webers per ampere-meter (Wb/A-m) atau henri per meter (H/m).
Kuat medan magnet H adalah besar gaya magnetisasi yang berbanding
terbalik dengan panjang koil dan berbanding lurus dengan besar arus mengalir
melalui koil. Berdasarkan hukum Ampere, integral garis H sekeliling lintasan
tertutup sama dengan besar arus yang dilingkupi lintasan. Atau dalam bentuk
persamaan :

H.dL I =F (2.5)

Dengan F adalah adalah gaya gerak magnet (mmf) yang sama dengan arus yang
dilingkupi.
Jika integrasi persamaan (2.5) terdiri dari sejumlah kawat N lilit dengan
arus dalam arah sama, persamaan (2.5) dapat ditulis menjadi :

H.dL F NI (2.6)

Jika medan magnet dibangkitkan oleh suatu koil silindris, maka :


NI
H (2.7)
L
Kerapatan fluks magnet B menggambarkan besar kuat medan internal
yang dipengaruhi oleh H. Dalam ruang hampa (vakum) :
B 0 H (2.8)

Dengan : 0 = permeabilitas ruang hampa = 4 x 10-7 1,257 x 10-6 T.m/A.

10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jika ada material lain selain ruang hampa, persamaan (2.8) akan menjadi :
B r 0 H H (2.9)
r adalah permeabilitas relatif (tanpa satuan) material yang digunakan mengukur
derajat material dapat dimagnetisasi.

r (2.10)
0
Magnetisasi M adalah suatu sifat material yang menggambarkan kerapatan
fluks magnet yang tersisa (residu) dalam material dan dinyatakan dengan :
B 0 H 0 M (2.11)
Dimana M adalah magnetisasi material (momen magnet per unit volume, A.m2/kg
atau Wb.m/kg).
Pada umumnya, suatu material menjadi magnet sebagai respon terhadap
medan luar H dan dapat diukur melalui suseptibilitas dan permeabilitas. Oleh
sebab itu M dapat dinyatakan dengan :
M m H (2.12)

Dimana m adalah suseptibilitas magnetik (tanpa satuan). Suseptibilitas magnetik


adalah derajat magnetisasi suatu material sebagai respon terhadap medan luar.
Permeabilitas relatif dan suseptibilitas magnetik dihubungkan dengan persamaan :
r 1 (2.13)

II.1.7. Jenis-Jenis Magnetisasi[4,5]


Material dapat diklasifikasikan berdasarkan responnya terhadap medan
magnet luar yang terpasang. Berdasarkan ini material diklasifikasikan menjadi :
diamagnetik, paramagnetik, feromagnetik, ferimagnetik, dan anti feromagnetik.
Diamagnetik adalah bentuk magnetisasi paling lemah. Magnetisasi hanya
ada selama medan luar digunakan pada material. Permeabilitas relatif kecil dari
satu, dan suseptibilitas magnetik adal negatif. Besar kerapatan fluks B dalam
material diamagnetik solid lebih kecil dari B ruang hampa. Contoh material ini
adalah : tembaga, perak, emas, dan alumina.

11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dalam material paramagnetik seperti aluminium dan titanium, setiap atom
membentuk suatu momen dipol permanen yang akan menghasilkan momen
magnetik walau tidak ada medan luar. Dengan tidak adanya medan luar, orientasi
momen magnetik atom adalah acak (random). Tetapi, bila medan luar dipasang,
momen magnetik mengalami suatu torka yang meluruskannya dengan arah
medan.
Tabel 2.1. Berbagai Jenis Sifat Magnetisasi[5]
Jenis Sifat Suseptibilitas Contoh
Magnetisasi Magnetisasi Magnetik Material

Kecil dan negatif Tembaga, perak,


Diamagnetik
emas, alumina

Paramagnetik Kecil dan positif Aluminium, titanium,


campuran tembaga

Feromagnetik Sangat besar dan positif Besi, nikel, kobal

Anti Manganese, kromium,


Feromagnetik Kecil dan positif MnO, NiO

Ferimagnetik Besar dan positif Ferit

Material feromagnetik seperti besi, nikel, dan kobal dianggap subtansi


magnetik yang paling penting. Seluruh dipol magnet dalam domain diarahklan

12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
paralel satu sama lain. Permeabilitas magnetiknya sangat besar dan mampu
mempertahankan momen magnetik permanen walau medan luar tidak ada. Jika
momen magnetik dari atom berdekatan diarahkan dalam arah anti paralel satu
sama lain, material dikatakan anti feromagnetik. Jika momen magnetik tidak sama
dan diarahkan berlawanan satu sama lain, momen magnetik sama dengan nol.
Material dikatakan ferimagnetik.

II.1.8. Jenis-Jenis Material Magnet[4,5,6]


II.1.8.1. Material Magnetik Keras
Magnet keras (hard magnet) dipandang sebagai magnet permanen,
material yang saturasi secara magnet. Salah satu faktor yang penting dalam
magnet permanen adalah remanensi magnetik material.
Penomena ini terjadi bila medan magnet yang ada dipindahkan dan
sebagian magnetisasi jenuh masih ada. Pada tingkat tertentu diperlukan energi
untuk memaksa domain kembali ke kondisi semula. Normalnya, material
magnetik keras digunakan untuk menghasilkan magnet permanen.

II.1.8.2. Material Magnetik Lunak


Material magnetik lunak (soft) hanya memerlukan sedikit medan magnet
untuk membuatnya menjadi magnet. Material ini mempunyai koersivitas rendah
dan sekali medan magnetnya hilang, kerapatan fluks akan menjadi nol. Rangkaian
arus bolak-balik atau searah dapat digunakan untuk membangkitkan medan
magnet atau menghasilkan suatu gaya.
Permeabilitas merupakan pertimbangan utama untuk pemilihan material
untuk penerapan dalam arus searah. Dimana saturasi dapat menjadi sangat nyata.
Untuk penerapan dalam arus bolak-balik, rugi energi akan menjadi pertimbangan
utama. Rugi energi dapat berasal dari tiga sumber berbeda, yaitu : rugi histeresis,
rugi arus eddy, rugi anomalus (rugi magnetik dalam material lunak).

13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.7. Kurva Magnetisasi[6]

II.1.9. Rangkaian Magnetik[5]


Rangkaian magnetik adalah suatu lintasan tertutup suatu fluks magnetik.
Pada umumnya, lintasan ini dibentuk elemen magnetik seperti magnet permanen,
material feromagnetik, dan magnet listrik. Dasarnya, rangkaian magnetik bisa
membentuk rankaian paralel dan seri.

Gambar 2.8. Contoh Rangkaian magnetik[5]:


(a) Seri; (b) paralel.

14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jika adalah fluks magnet, F adalah gaya gerak magnet yang ada dalam
rangkaian, dan adalah reluktansi rangkaian, maka
F
(2.14)

Persamaan (2.14) analog dengan hukum Ohm dalam rangkaian listrik. , F, dan
analog dengan I, V, dan R dalam rangkaian listrik. Ini berarti dapat ditulis
sebagai :
l
(2.15)
A
Dimana : A = luas penampang lintasan fluks, m2
= permeabilitas material, H/m
l = panjang lintasan magnetik, m
Reluktansi rangkaian magnetik berbanding lurus dengan panjang lintasan
magnetik dan berbanding terbalik dengan luas penampang. Persamaan (2.15)
analog dengan persamaan tahanan listrik R.
Dalam rangkaian tanpa sela (gapless) seperti gambar 2.8, NI yang
diperlukan untuk menghasilkan kerapatan fluks B tertentu dapat dihitung dari
persamaan
NI = Hl (2.16)
Harga H yang sesuai dapat diambil dari kurva B-H material inti yang digunakan.
Selanjutnya B dihitung dari persamaan :
NI NI
B (2.17)
l 2r

Dalam sebagian rangkaian magnetik khususnya yang memiliki celah


udara, ada kecenderungan fluks keluar lintasan (fluks bocor) atau menyebar dalam
celah udara. Fluks bocor tidak efektif dan diperlukan F lebih besar untuk
mengkompensasinya. Penyebaran fluks dalam celah udara disebut fringing
leakage. Jika celah udara lebar, penyebaran fluks juga akan lebih lebar. Ini akan
mengurangi kerapatan fluks B dalam celah udara.

15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.9. Rangkaian Magnetik Dengan Celah Udara[5]
Celah udara sangat umum digunakan dalam peralatan magnetik seperti
mesin berputar dan mempengaruhi karakteristik inti. Dalam rancangan mesin
dengan celah udara, diinginkan mempunyai celah lebih kecil dari jarak mekanikal.
Panjang inti bukanlah faktor yang utama.
Kuat medan magnet dalam celah udara Hg dan inti besi Hc dinyatakan
dengan :
B
Hg (2.18)
0
B
Hc (2.19)
r 0
Berdasarkan hukum Ampere, gaya gerak magnet F dinyatakan dengan :
F NI H .dl (2.20)

Jika fluks bocor diabaikan, B dan H dalam inti besi akan konstan. Atau :
Bl iron Bl gap
F NI H .dl = Hironliron + Hgaplgap = (2.21)
r 0 0
Kerapatan energi w yang tersimpan dalam medan magnet dinyatakan dengan :
1 B2
w (2.22)
2
Asumsikan celah udara kecil dan medan dalam celah udara seragam, maka
energi total Wm yang tersimpan dalam celah udara dinyatakan dengan :
B 2 Ag
Wm (2.23)
2 0

16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan : A = luas celah udara, m2
g = lebar celah udara, m
Jika inti besi fleksibel, sehingga celah udara harus tetap terbuka dengan
suatu gaya F. Jika gaya naik, celah udara akan naik sebesar g, pada waktu sama
arus dalam koil diperbesar untuk mempertahankan kerapatan fluks B konstan
dalam rangkaian magnetik, maka energi tersimpan naik sebesar
B2 A
Wm g (2.24)
2 0
Energi dapat dinyatakan sebagai perkalian gaya dengan jarak :
Wm Fg (2.25)
Dari persamaan (2.24) dan (2.25) diperoleh
B2 A
F (2.26)
2 0
F adalah gaya yang diperlukan menjaga kutub-kutub terpisah satu sama lain.

II.1.10. Kurva B-H[2,4]


Kurva B-H atau kurva magnetisasi adalah menggambarkan hubungan B
dan H suatu material magnetik. Gambar 2.10 memperlihatkan suatu contoh kurva
B-H dari feromanetik dan ferimagnetik.
Kerapatan fluks B dan kuat medan magnet H tidaklah selalu berbanding
lurus dalam material feromagnetik dan ferimagnetik. Ada empat (4) bagian utama
dari kurva B-H material seperti diilustrasikan dalam gambar 2.10.
Dalam bagian pertama, dengan asumsi material belum dimagnetisasi,
lekukan kurva naik tidak linier untuk harga H rendah. Pada bagian kedua, lekukan
kurva naik linier (tidak selalu) untuk harga H sedang (medium). Pada bagian
ketiga, lekukan kurva turun untuk harga H tinggi. Pada bagian ketiga ini
penurunan lekukan kurva membentuk pola seperti lutut kaki manusia (knee). Pada
bagian keempat, lekukan kurva hampir rata untuk harga H sangat tinggi. Bagian
keempat ini disebut daerah saturasi (jenuh). Dalam daerah ini, kerapatan fluks B
tidak akan naik walau kuat medan H (arus I) naik terus. Material akan mengalami
kejenuhan bilamana seluruh domain magnetik diarahkan dalam arah H.

17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
B
Saturasi

Knee
(lutut)

Linier

H tinggi H sangat tinggi H


H rendah H sedang

Gambar 2.10. Pola Kurva B-H Feromagnetik dan Ferimagnetik[4]

Permeabilitas relatif r material tidaklah konstan tetapi bergantung pada


kuat medan magnet H. Permeabilitas relatif akan naik menuju maksimum dan
kemudian akan turun menuju nol dengan kenaikan H lebih lanjut.

Gambar 2.11. Kurva r Fungsi H[4]

18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Reluktansi material dipengaruhi permeabilitas relatif r (persamaan
2.15). Oleh karena r tidak konstan, maka juga tidak kosntan. Pada daerah
jenuh harga akan sangat besar.
Beberapa material mempunyai tingkat saturasi berbeda. Sebagai contoh,
campuran besi permeabilitas tinggi seperti yang digunakan dalam transformator
mencapai kejenuhan magnetik pada 1,6-2,2 tesla. Sedangkan ferit jenuh pada 0,2-
0,5 tesla. Berikut ini diperlihatkan kurva B-H beberapa material.

Gambar 2.12. Kurva B-H Beberapa Material[6]:


1. Baja lembar, 2. Baja silikon, 3. Baja tuang,
4. Baja tungsten, 5. Baja magnet, 6. Besi tuang,
7. Nikel, 8. Kobal, 9. Magnetit.

19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
II.1.11. Material Inti Mesin Listrik[2,4]
Ada dua kelas material magnet yang digunakan dalam mesin listrik, yaitu :
feromagnetik dan ferimagnetik. Feromagnetik dibagi menjadi material keras dan
material lunak.
Material feromagnetik lunak meliputi : besi, nikel, kobal, baja lunak, atau
campuran keempat elemen. Material feromagnetik keras meliputi : material
magnet permanen seperti alniko, campuran kobal, baja kromium, baja karbon,
baja silikon, campuran tembaga-nikel, dan campuran logam-logam lain.
Material ferimagnetik adalah ferit yang dibentuk dari oksida besi dengan
formula MeOFe2O3 (Me adalah suatu ion logam). Seperti halnya feromagnetik,
ferimagnetik juga terbagi atas material keras dan material lunak. Material
ferimagnetik lunak meliputi : seng-nikel dan mangan-feri seng. Material
ferimagnetik keras meliputi : barium dan ferit strontium.

II.2. Generator Sinkron Tiga Fasa


Generator sinkron masuk dalam kelompok generator arus bolak-balik
(generator AC) dan biasa disebut alternator. Generator berfungsi mengubah
energi mekanik dari penggerak mula melalui poros berputar menjadi energi listrik.
Konversi energi mekanik menjadi energi listrik terjadi melalui medium medan
magnet dalam generator.
Dua bagian utama generator adalah stator dan rotor. Rotor dipisahkan
oleh celah udara dengan stator. Generator sinkron memiliki dua belitan utama,
yaitu belitan jangkar dan belitan penguat (belitan medan atau belitan eksitasi).
Belitan jangkar (belitan daya) adalah belitan dimana tegangan dibangkitkan.
Belitan penguat berfungsi menghasilkan medan magnet bila dialiri arus searah.
Pada umumnya belitan jangkar ditempatkan di stator dan belitan penguat
ditempatkan di rotor.
Dalam generator sinkron, arus searah dicatu ke belitan penguat yang
menghasilkan medan magnet rotor. Rotor diputar penggerak mula (turbin)
menghasilkan suatu medan magnet berputar dalam mesin. Medan magnet berputar

20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
memotong konduktor-konduktor jangkar dan menginduksikan tegangan dalam
belitan jangkar stator.

II.2.1. Konstruksi Generator Sinkron[2,3,7]


Secara umum konstruksi dari suatu mesin sinkron terdiri dari stator dan
rotor. Stator dibuat dari laminasi-laminasi material magnet. Laminasi- laminasi
stator terdiri dari tiga bagian dasar, yaitu : alur-alur (slots), gigi (teeth), dan gandar
(yoke). Alur-alur berada sekeliling permukaan dalam untuk peletakan konduktor
jangkar. Laminasi-laminasi stator terbuat dari material baja karbon seperti ASA
1020 atau baja silikon.
.

a) Bagian dalam stator

b) Laminasi stator
Gambar 2.13. Stator Generator Sinkron[7]

21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Rotor dari generator sinkron merupakan suatu magnet listrik besar. Kutub-
kutub magnet pada rotor (bentuk penampang) dapat berbentuk sepatu (salient)
atau silindris (cylindrical). Medan magnet dihasilkan suatu magnet permanen
atau suatu inti dililiti kawat dan dialiri arus searah (magnet listrik). Seperti stator,
rotor dibuat dari laminasi-laminasi material magnet. Laminasi-laminasi rotor
terbuat dari material yang sama dengan stator. Gambar 2.14 memperlihatkan rotor
silindris dua kutub dan empat kutub.

a) Dua kutub b) Empat kutub


Gambar 2.14. Rotor Silindris[7]
Konstruksi rotor silindris digunakan dalam penerapan kecepatan tinggi,
dimana perbandingan diameter dengan panjang harus kecil untuk
mempertahankan tekanan mekanik dari gaya sentrifugal dalam batas-batas yang
dapat diterima. Generator sinkron kutub silindris dengan dua atau empat kutub
digunakan dalam PLTU atau PLTG untuk memenuhi kecepatan operasi yang
tinggi dari turbin. Generator yang berputar pada kecepatan tinggi sering disebut
generator turbo.
Konstruksi kutub sepatu mengacu ke bentuk kutub yang menonjol keluar.
Jenis kutub ini digunakan untuk penerapan kecepatan rendah, dimana
perbandingan diameter dengan panjang rotor dapat dibuat besar untuk
mengakomodasi jumlah kutub banyak. Generator sinkron kutub sepatu sering

22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
digunakan dalam PLTA untuk memenuhi kecepatan operasi yang rendah dari
turbin air. Gambar 2.15. memperlihatkan rotor kutub sepatu dua kutub dan empat
kutub.

a) Dua kutub b) Empat kutub


Gambar 2.15. Rotor Kutub Sepatu[7]

II.2.2. Belitan Jangkar[2,3]


Ada dua tipe belitan jangkar yang umum digunakan dalam generator
sinkron tiga fasa, yaitu : (i) belitan satu lapis dan (ii) belitan dua lapis
Dalam belitan satu lapis, setiap alur inti jangkar ditempati satu sisi
kumparan. Belitan ini dipandang sebagai belitan konsentrik atau rantai (chain).
Gambar 2.16 memperlihatkan suatu contoh belitan satu lapis generator sinkron
tiga fasa, 4 kutub, 12 alur.

(a) (b)

Gambar 2.16. Belitan Satu Lapis Generator Sinkron[2]

23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dalam belitan dua lapis, setiap alur inti jangkar ditempati dua sisi
kumparan yang berbeda. Biasanya, jumlah alur stator adalah kelipatan perkalian
jumlah kutub dan jumlah fasa. Sebagai contoh, generator 3 fasa, 4 kutub, jumlah
alurnya yang mungkin adalah : 12, 24, 36, 48, dan seterusnya. Gambar 2.17
memperlihatkan suatu contoh belitan dua lapis generator sinkron tiga fasa, 4
kutub, 24 alur.

(a)

(b)
Gambar 2.17. Belitan Dua Lapis Generator Sinkron[2]
(hanya diperlihatkan satu fasa)

24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
II.2.3. Pembangkitan Tegangan[2,3,7]
Andaikan suatu generator sinkron dua kutub dan empat kutub, seperti
diperlihatkan dalam 2.18.
Bila rotor dialiri arus searah dan diputar pada kecepatan N rpm, bentuk
gelombang rapat fluks/fluks (B atau ) dalam generator diperlihatkan dalam
gambar. Dari gambar 3.6(a) dapat dilihat, satu kali perputaran rotor (derajat
mekanik) terbentuk satu gelombang sinus rapat fluks (derajat listrik). Sedangkan
untuk empat kutub, satu kali perputaran rotor terbentuk dua gelombang sinus rapat
fluks. Hubungan derajat mekanik dengan derajat listrik dinyatakan dengan :
m 2 2
2 (2.27)
e 4 P

dengan : m derajat mekanik,

e derajat listrik,
P = jumlah kutub

Gambar 2.18. Generator Sinkron : (a) 2 kutub, (b) 4 kutub[7]

25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bentuk gelombang tegangan terbangkit/terinduksi dalam kumparan
jangkar akan mengikuti bentuk gelombang fluks . Dalam generator P kutub, satu
siklus tegangan (satu gelombang sinus) dibangkitkan dalam masing-masing
kumparan bila sepasang kutub (utara-selatan) melewati kumparan tersebut. Untuk
satu kali perputaran rotor dengan kecepatan N rpm, ada P/2 gelombang tegangan
dibangkitkan. Frekuensi tegangan terbangkit adalah :
P N
f x , Hz (2.28)
2 60
2
Atau : N x60 f , rpm (2.29)
P
Andaikan fluks dinyatakan dengan :
= m sin t (2.30)
Tegangan terbangkit per fasa dinyatakan dengan :
d
e/fasa = - Nph
dt

N ph 2f m sin t 90 0 (2.31)

eph = Em sin (t 900) Em = Nph.2..f.m (2.32)


Harga efektip tegangan terbangkit/fasa :
Em
E/fasa = = 4,44.Nph.f.m (2.33)
2
Dalam bentuk yang lebih umum :
E/fasa = 4,44 Kd Kp Nph f m (2.34)
dengan : Kd = faktor distribusi belitan,
Kp = faktor kisar belitan,
f = frekuensi tegangan terbangkit, Hz,
Nph = jumlah lilitan/fasa,
m = harga maksimum fluks, Wb.

II.2.4. Kurva Magnetisasi Generator[2,4]


Kurva magnetisasi generator menyatakan hubungan antara tegangan
terbangkit dengan arus penguat (fluks magnet).

26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Persamaan (3.8) dapat ditulis menjadi :
E = CN (2.35)
P
dengan : C = 4,44.K d .K p .N ph . konstanta mesin
120
Generator biasanya beroperasi dengan putaran/frekuensi konstan. Bila
generator diputar pada kecepatan sinkron konstan, tegangan terbangkit merupakan
E merupakan fungsi fluks celah udara (air gap) .
Persamaan (2.35) memperlihatkan hubungan tegangan terbangkit E
dengan fluks magnet linier. Fluks magnet sebanding dengan arus penguat If
( If). Tetapi dalam prakteknya, hubungan linier ini hanya dalam batas
tertentu, tergantung kualitas bahan inti magnet yang digunakan. Pada harga
tertentu fluks (arus eksitasi), inti magnet mulai jenuh (saturasi). Hubungan E dan
If tidak linier lagi. Kurva E-If ekivalen dengan kurva B-H material magnet.
Gambar 2.19 memperlihatkan satu contoh kurva magnetisasi generator.

Gambar 2.19. Kurva Magnetisasi Generator Sinkron[1]

27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
II.2.5. Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron[3,7]
Rangkaian ekivalen per fasa generator sinkron diperlihatkan dalam gambar
2.20 berikut.

Gambar 2.20. Rangakaian Ekivalen Per Fasa Generator Sinkron[3]

Berdasarkan gambar 2.20, persamaan tegangan generator adalah :


V E I a Ra jX s (2.36)

= CN - I a Ra jX s
Dengan : V = tegangan terminal,
E = tegangan terbangkit,
Ia = arus jangkar,
Ra = tahanan belitan jangkar,
Xs = reaktansi sinkron = Xar + Xl
Xar = reaktansi reaksi jangkar,
Xl = reaktansi bocor

Dalam prakteknya, generator sinkron beroperasi dengan tegangan terminal


V konstan. Tegangan terminal V akan selalu berubah dengan perubahan beban.
Untuk tegangan terminal V yang konstan, peubah yang bisa diatur adalah fluks
magnet atau arus penguat If. Dalam daerah saturasi (jenuh) tidak bisa dijaga
konstan oleh karena fluks magnet .

28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
II.2.6. Karakteristik Daya-Sudut Daya[3,7]
Jika RA diabaikan (karena XS RA), daya keluaran generator dapat
dinyatakan dalam bentuk sudut daya . Daya kompleks S dinyatakan dengan :


S 3.V . I a
*
(2.37)

E V 0
= 3. V 0.

X S 90
3E V 3V 2
= 90 - 90
XS XS

=
3E V
XS
sin + j
3V
XS
E cos V (2.38)

= Pout + jQout
3EV
Pout sin (2.39)
Xs

Qout
3V
E cos V (2.40)
Xs
Persamaan (2.39) memperlihatkan bahwa, daya yang dihasilkan generator
sinkron bergantung pada sudut antara E dan V. Sudut ini diketahui sebagai sudut
daya atau sudut torka. Daya maksimum yang dapat disalurkan generator terjadi
pada = 90o.
3EV
Pmaks (2.41)
Xs
Daya maksimum yang dinyatakan dengan persamaan (3.15) disebut batas
stabilitas statik. Dalam prakteknya, generator tidak akan dioperasikan mendekati
batas ini. Dengan mengasumsikan, daya keluaran Pout sama dengan daya yang
dirubah Pcon, torka yang diinduksikan dalam generator dapat dinyatakan dengan :
3EV
ind sin (2.42)
m X s

29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Untuk generator yang bekerja paralel dengan infinite bus, fluks magnet
atau arus penguat berfungsi sebagai kontrol daya reaktif Q. Persamaan (2.40)
menjelaskan kontrol daya reaktif Q. Kejenuhan inti magnet generator akan
mempengaruhi sudut daya dan kontrol daya reaktif generator sinkron.

Gambar 2.21. Kurva Daya Dan Torka Fungsi Sudut Daya Generator Sinkron[3]

30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai