Case Report Angelman Syndrome
Case Report Angelman Syndrome
PATOLOGI/BIOLOGI
Jonathon Herbst,1,* M.D. and Roger W. Byard,2 M.B.B.S., M.D.
Laporan Kasus
Seorang anak laki-laki berumur 5 tahun dengan diagnosis sindrom
Angelman, memiliki hiperaktifitas, infeksi saluran pernapasan berulang,
dan gangguan tidur, telah dibawa kepada dokter dengan demam,
adenopati leher, dan pembesaran tonsil. Selain itu, ibunya mengatakan
bahwa ia memiliki sianosis pada ekstremitasnya. Anak tersebut di
diagnosis tonsilitis dan pada awalnya diberi obat amoksisilin per oral.
Perbaikan klinis tidak terjadi dan ia mengalami henti jantung dan
pernapasan di rumah beberapa hari kemudian. Upaya resusitasi tidak
berhasil.
Pada otopsi, tidak ada gambaran dismorfik jelas terlihat. Tidak ada
bukti adanya skoliosis. Temuan yang paling signifikan berada di orofaring
dan leher yang ditandai dengan adanya pembesaran tonsil bilateral
(Gambar 1) terkait dengan penononjolan limfadenopati pada leher
(Gambar 2). Tonsil dilapisi dengan eksudat cokelat putih yang berlebihan
dan begitu membesar sehingga jalan masuk saluran nafas bagian atas
tidak terlihat. Kelenjar limfe membesar dan beratnya mencapai 247 gram
(normal = 47 gram) (3). Temuan lain pada otopsi ialah termasuk kongesti,
pembengkakan paru dan displasia susunan saraf otak. Tidak ada kondisi
lain yang mendasari yang dapat menyebabkan atau memberikan
kontribusi kematian dan tidak ada bukti trauma.
Diskusi
Ismail dkk. (7) telah melaporkan adanya daya tarik terhadap air
pada individu dengan sindrom Angelman sehingga meningkatkan resiko
kemungkinan tenggelam. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
kesulitan dengan air dan berenang pada umumnya ialah, koordinasi yang
buruk, ataksia, tonus otot yang menurun, dan kognisi yang buruk (7). Para
penulis menekankan perlunya pendamping untuk tetap waspada
khususnya saat pasien dengan penyakit ini berada disekitar air atau
selama kegiatan yang berhubungan air.