Restraint Pada Bayi Dan Anak2
Restraint Pada Bayi Dan Anak2
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tingkah laku adalah aksi, reaksi, terhadap perangsangan dari lingkungan. Bisa
beruparespon pasif atau tanpa tindakan, maupun aktif dengan tindakan. Tingkah laku
dapatmengalami suatu perubahan yang relatif menetap. Tingkah laku anak sangat dipengaruhi
olehkarakteristik individu dan lingkungannya. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar
dalam menentukan perilaku atau kebiasaan anak.
Ada beberapa jenis tingkah laku anak yaitu Koperatif (Cooperative), Kurang koperatif
(Inability to Cooperative), Tingkah laku yang tidak terkontrol (hysterical or Uncontrolled
Behavior), Anak yang keras kepala (Obstinate Behavior), Anak yang Pemalu (Timid
Behavior), Tingkah laku yang tegang (Tense Cooperative), Anak yang Cengeng (Whining
Patient).
Adapun tehnik-tehnik dalam menangani tingkah laku anak yaitu, komunikasi dengan
pasien, penanganan farmakologis dan penanganan non farmakologis. Yang termasuk
penanganan non farmakologis adalah pembentukan tingkah laku TSD atau ceritakan (Tell),
tunjukan (Show), kerjakan (Do), pengontrolan suara, Reinforcement, HOME (Hand Over
Mounth Excercises), Modelling, Desensitisasi, Hipnosis, Appointment physical restraint.
Setiap anak memiliki sifat dan prilaku yang berbeda-beda saat menjalankan suatu
perawatan, ada yang dapat menerima perawatan dengan baik dan ada yang tidak.
Teknik pengendalian fisik (restraint) merupakan teknik menahan gerakan pasien
dengan cara mengunci gerakan tangan, kepala, ataupun kaki pasien sehingga
memudahkan perawatan. Tekhnik ini biasanya digunakan pada anak yang mengalami kondisi
tertentu, seperti gangguan kepribadian, tujuan penggunaan teknik ini adalah untuk mencegah
terjadinya luka ataupun hal-hal yang tidak diinginkan pada pasien ataupun orang lain yang
terlibat dalam perawatan.
Manfaat penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint) adalah supaya pasien yang
mengalami gangguan kepribadian ataupun pasien yang tidak dapat menjadi kooperatif dapat
mendapatkan perawatan dengan baik.
Rumusan Masalah
Bagaimanakah tekhnik penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi dan anak ?
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Menjelaskan tekhnik penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi dan anak.
Tujuan Khusus
Menjelaskan definisi Restraint
Menjelaskan tujuan penggunaan Restrain
Menjelaskan indikasi penggunaan Restrain pada bayi dan anak
Menjelaskan kontraindikasi penggunaan Restrain pada bayi dan anak
Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan Restrain pada bayi dan anak
Menjelaskan macam-macam Restrain pada bayi dan anak
Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Agar mampu memahami tentang penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi dan anak,
serta dapat mengetahui macam-macam Restraint pada bayi dan anak.
1.4.2 Bagi Institusi
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas penggunaan tindakan fisik (restrain) pada
bayi dan anak serta dapat lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku tentang
penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi dan anak.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Agar lebih mengerti dan memahami tentang penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi
dan anak, serta dapat lebih mengetahui macam-macam Restraint pada bayi dan anak.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Restraint (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk tindakan
menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu yang
berperilaku di luar kendali yang bertujuan memberikan keamanan fisik dan psikologis
individu.
Restraint (fisik) merupakan alternative terakhir intervensi jika dengan intervensi
verbal, chemical restraint mengalami kegagalan. Seklusi merupakan bagian dari restraint
fisik yaitu dengan menempatkan klien di sebuah ruangan tersendiri untuk membatasi ruang
gerak dengan tujuan meningkatkan keamanan dan kenyamanan klien.
Perawat perlu mengkaji apakah restraint di perlukan atau tidak. Restrein seringkali
dapat dihindari dengan persiapan anak yang adekuat, pengawasan orang tua atau staf
terhadap anak, dan proteksi adekuat terhadap sisi yang rentan seperti alat infus. Perawat perlu
mempertimbangkan perkembangan anak, status mental, ancaman potensial pada diri sendiri
atau orang lain dan keamannnya.
Alasan mengapa perlu digunakan teknik pengendalian fisik (restraint) adalah karena
tenaga kesehatan harus mengutamakan kebutuhan kesehatan pasien, teknik pengendalian
tersebut dapat dilaksanakan dengan cara menjaga keamanan pasien ataupun keluarga
yang bersangkutan, mengontrol tingkat agitasi dan agresi pasien, mengontrol perilaku pasien,
serta menyediakan dukungan fisik bagi pasien.
2.5 Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan Restraint pada bayi dan anak
Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa order dokter.
Sesegera mungkin (< 1jam) setelah melakukan restrain, perawat melaporkan pada dokter
untuk mendapatkan legalitas tindakan baik secara verbal maupun tertulis.
Intervensi restrain dibatasi waktu yaitu: 4 jam untuk klien berusia >18 tahun, 2 jam untuk
usia 9-17 tahun, dan 1 jam untuk umur <9 tahun.
Evaluasi dilakukan 4 jam untuk klien >18tahun, 2 jam untuk anak-anak dan usia 9-17 tahun.
Waktu minimal reevaluasi oleh dokter adalah 8 jam untuk usia >18 tahun dan 4 jam untuk
usia <17 tahun.
Selama restrain klien di observasi tiap 10-15 menit, dengan fokus observasi:
Tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan restrain
Nutrisi dan hidrasi
Sirkulasi dan Range of Motion eksstremitas
Vital Sign
Hygiene dan eliminasi
Status fisik dan psikologis
Kesiapan klien untuk dibebaskan dari restrain
Alat restrain bukan tanpa resiko dan harus diperiksa dan di dokumentasikan setiap 1-2
jam untuk memastikan bahwa alat tersebut mencapai tujuan pemasangannya, bahwa alat
tersebut dipasang dengan benar dan bahwa alat tersebut tidak merusak sirkulasi, sensai, atau
integritas kulit.
Selekman dan Snyder (1997) merekomendasikan intervensi keperawatan yang tepat
untuk anak yang direstrain adalah:
Lepaskan dan pasang kembali restrain secara periodik
Lakukan tindakan untuk memberi rasa nyaman, gunakan pelukan terapeutik bukan restrain
mekanik
Lakukan latihan rentan gerak jika diperlukan
Tawarkan makanan, minuman dan bantuan untuk eliminasi, beri anak dot.
Diskusikan kriteria pelepasan restrain
Berikan analgesik dan sedatif jika diinstruksikan atau di minta
Hindari kemarahan psikologik kepada pasien lain
Berikan distraksi (membaca buku) dan sentuhan
Pertahankan harga diri anak
Lakukan pengkajian keperawatan yang kontinu
Dokumentasikan penggunaan restrain
Pedi-wrap
Pedi-wrap merupakan sejenis perban kain yang dilingkarkan pada leher
sampai pergelangan kaki pasien anak untuk menstabilkan tubuh anak serta menahan gerakan
tubuh anak. Pedi-wrap mempunyai berbagai variasi ukuran sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 2.2 Alat Restrain Pedi-wrap
Tongue Blades
Tongue blades merupakan alat bantu yang digunakan untuk menahan lidah pasien supaya
tidak mengganggu proses perawatan.
Gambar 2.5 Alat Restrain Tongue Blades
Pengendalian fisik (physical restraint) tanpa bantuan alat (dengan bantuan orang lain)
Pengendalian fisik tanpa bantuan alat merupakan bentuk pengendalian fisik tanpa
menggunakan bantuan alat, pengendalian bentuk ini merupakan bentuk pengendalian yang
menggunakan bantuan perawat maupun bantuan orang tua atau pihak keluarga pasien.
Pengendalian fisik dengan bantuan tenaga kesehatan
Pengendalian fisik dengan menggunakan bantuan tenaga kesehatan merupakan
bentuk pengendalian fisik dimana diperlukan tenaga kesehatan, misalnya perawat untuk
menahan gerakan pasien anak dengan cara memegang kepala, lengan, tangan ataupun
kaki pasien anak.
Pengendalian fisik dengan bantuan orang tua pasien
Pengendalian fisik dengan bantuan orang tua sebenarnya sama
dengan pengendalian fisik dengan bantuan tim medis (tenaga kesehatan). Hanya saja peran
perawat digantikan oleh orang tua pasien anak. Cara pengendalian dengan menggunakan
bantuan orang tua lebih disukai anak apabila dibandingkan dengan menggunakan bantuan tim
medis, sebab anak lebih merasa aman apabila dekat dengan orang tuanya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam mengatasi tingkah laku anak yang sangat beragam, seorang tenaga medis
memerlukan teknik tertentu dalam melakukan perawatan, salah satunya adalah
dengan penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint).
Teknik pengendalian fisik (restraint) hanya boleh digunakan pada anak yang tidak
dapat menjadi kooperatif, teknik ini tidak boleh digunakan pada anak yang kooperatif atau
anak yang memiliki potensi menjadi kooperatif. Teknik pengendalian fisik memiliki beberapa
jenis, yaitu teknik pengendalian dengan menggunakan bantuan alat dan teknik pengendalian
tanpa menggunakan bantuan alat. Teknik pengendalian dengan menggunakan alat merupakan
teknik pengendalian yang dalam proses pengendaliannya menggunakan alat bantu.
Sedangkan teknik pengendalian tanpa menggunakan alat merupakan teknik
pengendalian fisik dengan bantuan orang lain, teknik ini dapat dibagi menjadi dua jenis,
yakni teknik pengendalian dengan menggunakan bantuan tim medis dan teknik pengendalian
dengan menggunakan bantuan orang tua.
Dalam praktiknya, teknik pengendalian fisik (restraint) tidak selalu dapat
diterapkan pada setiap anak, sebab teknik ini memiliki resiko yang dapat membahayakan
pasien anak hingga dapat menyebabkan kematian pada anak. Penggunaan teknik ini
menyebabkan terjadinya berbagai berdebatan di kalangan masyarakat karena cara
penerapannya yang dianggap kasar. Oleh karena itu, tekhnik pengendalian fisik yang baik
tidak boleh berdampak buruk terhadap keadaan tubuh pasien.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tekhnik pengendalian fisik memiliki beberapa
cara perawatan yang berbeda, tetapi tekhnik restraint yang paling baik adalah
teknik pengendalian tanpa penggunaan bantuan alat, sebab dengan menggunakan alat, anak
akan cenderung merasa depresi karena tubuh anak hanya ditahan oleh alat bantu, dan tidak
dapat merasakan sentuhan dari orang lain, terutama orang terdekat pasien anak yaitu orang
tua maupun keluarga dekat pasien anak,sedangkan teknik pengendalian tanpa menggunakan
alat akan cenderung membuat pasien anak merasa lebih nyaman dan aman.
Seorang perawat yang baik harus dapat membuat pilihan yang bijaksana dalam
menangani pasien anak, terutama yang tidak kooperatif. Pilihan tekhnik pendekatan
perawatan yang baik akan memberikan hasil yang baik dan maksimal dalam proses
perawatan, teknik restraint hanya boleh digunakan apabila teknik pendekatan yang lain sudah
digunakan dan tidak berhasil.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan mampu memahami tentang penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi dan
anak, serta dapat mengetahui macam-macam Restraint pada bayi dan anak.
3.2.2 Bagi Institusi
Diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih luas penggunaan tindakan fisik
(restrain) pada bayi dan anak serta dapat lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku
tentang penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi dan anak.
3.2.3 Bagi Masyarakat
Diharapkan lebih mengerti dan memahami tentang penggunaan tindakan fisik (restrain) pada
bayi dan anak, serta dapat lebih mengetahui macam-macam Restraint pada bayi dan anak.