Anda di halaman 1dari 30

Definisi

Restrain
Restrain (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada
suatu bentuk tindakan menggunakan tali untuk
mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu
yang berperilaku di luar kendali yang bertujuan
memberikan keamanan fisik dan psikologis individu.

Restrain (fisik) merupakan alternative terakhir intervensi


jika dengan intervensi verbal, chemical restraint
mengalami kegagalan.
Indikasi
Penggunaan
Restrain
Penggunaan tekhnik pengendalian fisik (restrain) dapat
siterapkan dalam keadaan:

Pasien yang membutuhkan diagnosa atau perawatan dan


tidak bisa menjadi kooperatif karena suatu keterbatasan
misalnya :
 Pasien dibawah umur,
 Pasien agresif atau aktif dan
 Pasien yang memiliki retardasi mental.
Kontraindikasi Pengunaan
Restrain
Penggunaan teknik pengendalian fisik
(restraint) tidak boleh diterapkan dalam
keadaan yaitu:
◦ Tidak bisa mendapatkan izin tertulis dari orang tua
pasien untuk melaksanakan prosedur kegiatan.
◦ Pasien pasien kooperatif.
◦ Pasien pasien memiliki komplikasi kondisi fisik atau
mental
Hal-hal Yang Perlu
Diperhatikan Dalam
Penggunaan Restrain
Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi
dapat dilakukan tanpa order dokter.

Sesegera mungkin (< 1jam) setelah melakukan


restrain, perawat melaporkan pada dokter untuk
mendapatkan legalitas tindakan baik secara
verbal maupun tertulis.
Intervensi restrain dibatasi waktu yaitu: 4
jam untuk klien berusia >18 tahun, 2 jam
untuk usia 9-17 tahun, dan 1 jam untuk
umur <9 tahun. Evaluasi dilakukan 4 jam
untuk klien >18tahun, 2 jam untuk pasien-
pasien dan usia 9-17 tahun. Waktu minimal
reevaluasi oleh dokter adalah 8 jam untuk
usia >18 tahun dan 4 jam untuk usia <17
tahun.
Observasi tiap 10-15 menit, dengan fokus
observasi:
Tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan
restrain Nutrisi dan hidrasi, sirkulasi dan rentang
gerak eksstremitas, tanda penting kebersihan
dan eliminasi, status fisik dan kesiapan
psikologis klien untuk dibebaskan dari restrain
 Lepaskan dan pasang kembali restrain secara
periodic
 Lakukan tindakan untuk memberi rasa nyaman,
gunakan pelukan terapeutik bukan restrain
mekanik lakukan latihan rentan gerak jika
diperlukan tawarkan makanan, minuman dan
bantuan untuk eliminasi, beri pasien dot.
Jenis-jenis
Restrain
Pengendalian fisik (physical restraint)
dengan menggunakan alat

Pengendalian fisik dengan menggunakan alat


merupakan bentuk pengendalian dengan
menggunakan bantuan alat bantu untuk
menahan gerakan tubuh dan kepala pasien
maupu nmenahan gerakan rahang dan mulut
pasien. Alat bantu untuk menahan gerakan
tubuh dan kepala pasien
 Sheet and ties  Papoose board

 Restraint Jaket
 Restraint Mumi atau Bedong
 Pedi-wrap

 Restraint Lengan dan Kaki


 Molt Mouth Prop  Tongue Blades

 Molt Mouth Gags


Pengendalian fisik (physical restraint)
tanpa bantuan alat

Pengendalian fisik tanpa bantuan alat merupakan


bentuk pengendalian fisik tanpa menggunakan bantuan
alat, pengendalian bentuk ini merupakan bentuk
pengendalian yang menggunakan bantuan perawat
maupun bantuan orang tua atau pihak keluarga pasien.
Pengendalian fisik dengan bantuan tenaga kesehatan
pengendalian fisik dengan menggunakan bantuan
tenaga kesehatan merupakan bentuk pengendalian
fisik dimana diperlukan tenaga kesehatan
Resiko Penggunaan
Restrain Pada Pasien
Terdapat beberapa laporan ilmiah mengenai kematian pasien
yang disebabkan oleh penggunaan teknik pengendalian fisik
(restraint). Hubungan kematian pasien dengan gangguan
psikologi yang disebabkan penggunaan restraint adalah
dimana ketika pengendalian fisik (restrain) dilakukan, pasien
pasien mengalami reaksi psikologis yang tidak normal, yaitu
seperti menigkatnya suhu tubuh, cardiac arrhythmia yang
kemudian dapat menyebabkan timbulnya positional asphyxia,
excited delirium, acute pulmonary edema, atau pneumonitis
yang dapat menyebabkan kematian pada pasien.
Aspek Etis Dalam
Penggunaan Restrain
 Beneficence: bertujuan untuk kepentingan
pasien (bersifat menguntungkan pasien).
 Non-maleficence: tidak membahayakan
pasien/merugikan pasien.
 Justice: memperlakukan semua pasien dengan
setara dan adil.
 Autonomy: menghargai hak pasien dalam
mengambil keputusan terhadap diri sendiri.
Aspek Legal Dalam
Penggunaan Restrain
 Seseorang harus dianggap memiliki kapasitas mental yang
baik kecuali telah terbukti bahwa orang tersebut tidak
memiliki kapasitas.
 Seseorang tidak boleh diperlakukan seakan-akan ia tidak
dapat/tidak mampu membuat keputusan, kecuali semua
langkah praktis untuk membuat keputusan telah dilakukan
dan tidak berhasil.
 Seseorang tidak boleh diperlakukan seakan-akan tidak
dapat/tidak mampu membuat. keputusan hanya karena
sebelumnya ia membuat keputusan yang tidak
bijaksana/kurang tepat.
 Suatu keputusan yang dibuat di bawah naungan
perundang-undangan dan diperuntukan kepada
seseorang yang tidak mampu membuat keputusan
haruslah berdasarkan kepentingan yang menjadi
pilihan terbaiknya.
 Sebelum suatu keputusan dibuat, pertimbangkan
juga mengenai apakah tujuan tersebut dapat
dicapai secara efektif dengan cara yang lebih tidak
membatasi hak dan kebebasan seseorang.
Pemberian Persetujuan
Tindakan Restrain
Terdapat tiga persyaratan yang harus dipenuhi
sebelum pernyataan persetujuan oleh individu dapat
diterima secara sah, yaitu:
 Persetujuan harus diberikan oleh seseorang yang
kompeten dalam segi mental/kejiwaan.
 Individu yang membuat persetujuan harus
memperoleh informasi yang memadai mengenai
kondisinya, risiko dan implikasi penggunaan restrain.
 Persetujuan ini harus dibuat tanpa adanya paksaan.
Keputusan
Pelepasan Restrain
Selama dilakukan restrain untuk penghentian
atau pelepasan restrain yang harus
diperhatikan kondisi pasien dan
berkoordinasi, dimana kondisi pasien sudah
tenang dan pasien terkendali sedangkan
kordinasi harus mempertimbangan
keputusan dari atasan dan tim dinas.

Anda mungkin juga menyukai