Anda di halaman 1dari 3

Konsep eco-airport diharapkan bisa membantu mengurangi emisi karbondioksida (CO2)

dari sektor penerbangan yang berkontribusi 2 persen terhadap perubahan iklim

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menginstruksikan seluruh


pengelola bandarainternasional, baik PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, maupun
Kepala Bandara Unit Pelaksana Teknis (UPT), untuk segera mengimplementasikan
konsep bandara ramah lingkungan (ecological airport/eco-airport).

Instruksi tersebut dituangkan melalui surat nomor AU. 105/1/4/DRJU-212 yang diteken Dirjen
Perhubungan Udara Kemenhub Herry Bakti Singayuda Gumay pada 5 Maret 2012.

Konsep eco-airport diharapkan bisa membantu mengurangi emisi karbondioksida (CO2) dari
sektor penerbangan yang berkontribusi 2 persen terhadap perubahan iklim.

Direktur Bandara Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub Ignatius Bambang Tjahjono


mengungkapkan, pihaknya terus menggenjot implementasi eco-airport di seluruh bandara di
Tanah Air karena implementasi konsep eco-airport menjadi sangat penting karena permasalahan
lingkungan di tahun-tahun mendatang akan jadi sorotan dari banyak pihak, terutama pemerhati
lingkungan hingga Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).

"Kontribusi emisi karbon sektor penerbangan terhadap perubahan iklim saat ini 2 persen dan
pada 2050 menjadi 3 persen. Itu dengan asumsi trafik tumbuh 5 persen per tahun, padahal
realisasi 15-17 persen per tahun. Kepala Negara sudah canangkan penurunan emisi karbon
seluruh sektor 26 persen dan jika dibantu negara lain bisa 41 persen pada 2020. Konsep eco-
airport diharapkan bisa membantu upaya itu," kata dia di Jakarta, hari ini.

Dalam implementasi eco-airport untuk pengurangan emisi karbon, kata Bambang, di antaranya
dengan melakukan penanaman pohon, material gedung ramah lingkungan, menghimbau agar
maskapai penerbangan menggunakan pesawat-pesawat jenis baru, mengusahakan mobil-mobil di
wilayah apron menggunakan biofuel, serta jangka panjang operasional listrik bandara dialihkan
dengan tenaga panel surya (solar cell) yang juga bisa menghemat biaya operasional bandara.

Saat ini, konsep eco-airport baru dikembangkan di lima bandara, yakni Soekarno Hatta (Jakarta),
Juanda (Surabaya), Ngurah Rai (Denpasar), Hang Nadim (Batam), dan Sultan Mahmud
Badarudin II (Palembang). Pengembangan eco-airport didahului dengan dibentuknya Eco-
Airport Council di masing-masing bandara.

Menurut Bambang, pihaknya terus berkomitmen menambah jumlah bandara dengan eco-
airport dari saat ini hanya lima bandara, meski tidak memasang target. Dari data Kemenhub,
total bandara di Indonesia sebanyak 233 unit, namun yang sudah memiliki dokumen lingkungan
(AMDAL, UKL-UPL DPPL, dan DELH) baru 37 unit dengan lima di antaranya sudah merintis
eco-airport dan 196 unit lainnya tanpa dokumen lingkungan. Ke-196 bandara itu tengah
memproses pengesahan dokumen lingkungan kepada KLH.
"Sekitar 196 bandara bukan tidak memiliki dokumen lingkungan, tetapi sudah dibuat
dokumennya namun belum disahkan oleh KLH. Umumnya, bandara-bandara itu
adalah bandara kecil, perintis, dan dibangun pada zaman penjajahan Belanda yang memang tidak
mengharuskan adanya dokumen lingkungan," kata dia.

Bambang mengatakan, Eco-Airport Council bertugas memeriksa dokumen lingkungan hidup


yang dimiliki bandara, apakah dokumennya dilaksanakan atau tidak. Dari dokumen yang sudah
disahkan oleh KLH, setiap enam bulan sekali dilaksanakan pemeriksaan apakah dokumen di
dalamnya sudah dilaksanakan atau belum.

Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Herry Bakti Singayuda Gumay mengatakan tugas dari
Kantor Otoritas Bandara adalah melaksanakan pengaturan, pengendalian dan pengawasan
penerbangan bandar udara termasuk bidang pelestarian lingkungan hidup bandar udara.

Ada lima bandara yang sudah punya Eco-Airport Council sebagai awal dari terciptanya eco-
airport. Kelima bandara itu harus segera menyusun dan menetapkan Airport Environment Plan
dan melaporkan pelaksanaannya ke kami, kata dia di Jakarta, hari ini.

Eco-Airport Council diketuai oleh Kepala Bandara untuk bandara-bandara UPT di bawah Ditjen
Perhubungan Udara Kemenhub dan untuk bandara yang dikelola oleh PT Angkasa Pura 1 dan II
diketuai oleh Kepala Cabang Bandara.

BALIKPAPAN - Dalam mewujudkan Eco Airport di Bandar Udara Internasional Sultan


Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, PT. Angkasa Pura I (Persero) Sepinggan
Balikpapan melaksanakan pembentukan Kader Pengelolaan Sampah 3R (Waste
Management) dengan mengundang Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Balikpapan
(12-04-2016) di Ruang Rapat Kahayan PT. Angkasa Pura I Sepinggan.

Hari ini kami melaksanakan Rapat Kordinasi Kader Pengelolaan Sampah 3R


(Waste Management) dengan tujuan melaksanakan pengelolaan sampah yang lebih
baik dan mewujudkan Zero Waste Management di Bandar Udara Internasional Sultan
Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan dengan melibatkan Balai Lingkungan
Hidup ujar Herdanu Sri Novanto selaku Safety Health Environment Section Head
PT. Angkasa Pura I (Persero) Sepinggan Balikpapan dalam pembukaan acara.

Menurut Ir. Syukur Effendi Kabid Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Balikpapan Kota
Balikpapan Rapat kordinasi ini untuk memberikan informasi tentang pengelolaan
sampah dengan cara pemilahan sampah organik dan an-organik sehingga sampah
dapat dimanfaatkan kembali.
Pemilahan sampah dari sumber memiliki peranan yang sangat penting dalam
penerapan Program Waste Management agar dapat memudahkan pengelolaan
sampah.

Rapat Kordinasi Kader Pengelolaan Sampah 3R (Waste Management) berjalan


interaktif dan merumuskan solusi untuk Pengelolaan dan mengurangi sampah yang
terdapat di Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan
Balikpapan.

Di akhir acara, Herdanu Sri Novanto mengatakan bahwa Semoga kegiatan ini
dapat meningkatkan budaya pengelolaan sampah terpilah dari sumber yang berbasis
3R (Reuse Reduce Recycle) dan para kader dapat menjadi pioneer di unitnya masing
masing untuk menjaga lingkungan hidup di Bandar Udara Internasional Sultan Aji
Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan tutupnya.

Anda mungkin juga menyukai