Anda di halaman 1dari 3

Angga P Pratama

0807706 (PJKR A)

PEDAGOGI OLAHRAGA

1. konsep pedagogi olahraga?

Pedagogi Olahraga (sport pedagogy) adalah sebuah disiplin ilmu keolahragaan


yang berpotensi untuk mengintegrasikan subdisiplin ilmu keolahragaan lainnya untuk
melandasi semua praktik dalam bidang keolahragaan yang mengandung maksud dan
tujuan untuk mendidik .

Seperti dikemukakan oleh para ahli lainnya (Pierson, Cheffers, dan Barette
1994; dalam Naul, 1994) pedagogi olahraga merupakan sebuah disiplin yang terpadu
dalam struktur ilmu keolahragaan. Paradiqma ini telah diadopsi di Indonesia dalam
pengembangan pedagogi olahraga di FIK/FPOK/JPOK dengan kedudukan bahwa
pedagogi olahraga dianggap sebagai induk yang berpotensi untuk memadukan
konsep / teori terkait dan relevan dari beberapa subdisiplin ilmu keolahragaan lainnya
terutama dalam konteks pembinaan dalam arti luas dan paradiqma interdisiplin
(Matveyev, dalam Rusli lutan, 1988). Pandangan ini tak berbeda dengan tradisi di
Jerman yang menempatkan pedagogi olahraga dalam kedudukan sentral dan struktural
ilmu keolahragaan (Wasmund, 1973).

Bagi Grupe & Kruger (1994), pedagogy olahraga mencakup 2 (dua) hal utama
: (1) tindakan pendidikan praktis dalam bermain dan olahraga, dan karena itu ada
landasan teoritis bagi kegiatan olahraga yang mengandung maksud mendidik tersebut,
(2) praktik yang dimaksud berbeda dengan praktik dan konsep lama dalam pendidikan
jasmani yang mengutamakan latihan gaya meliter dan drill di beberapa negara,
khususnya di Jerman; praktik baru itu disertai konsep teoritis pendidikan jasmani,
kontrol terhadap badan, disiplin, yang menyatu dengan gerak fisik, ability, dan
keterampilan di bawah pengendalian jiwa dan kemauan.
2. Konsep pendidikan jasmani?
Pandangan pertama, atau juga sering disebut pandangan tradisional,
menganggap bahwa manusia itu terdiri dari dua komponen utama yang dapat dipilah-
pilah, yaitu jasmani dan rohani (dikhotomi). Pandangan ini menganggap bahwa
Pendidikan Jasmani hanya semata-mata mendidik jasmani atau sebagai pelengkap,
penyeimbang, atau penyelaras pendidikan rohani manusia. Dengan kata lain
Pendidikan Jasmani hanya sebagai pelengkap saja.
Antara tahun 1885 1900. Pada saat itu, Pendidikan Jasmani di pengaruhi
oleh system Eropa, seperti: Sistem Jerman dan Sistem Swedia, yang lebih
menekankan pada perkembangan aspek fisik (fitness), kehalusan gerak, dan karakter
siswa, dengan gimnastik sebagai medianya.
Pada saat itu, Pendidikan Jasmani lebih berperan sebagai medicine (obat)
daripada sebagai pendidikan. Oleh karena itu, para pengajar Pendidikan Jasmani lebih
banyak dibekali latar belakang akademis kedokteran dasar (medicine). Pandangan
Pendidikan Jasmani berdasarkan pandangan dikhotomi manusia ini secara empirik
menimbulkan salah kaprah dalam merumuskan tujuan, program pelaksanaan, dan
penilaian pendidikan. Kenyataan menunjukkan bahwa pelaksanaan Pendidikan
Jasmani ini cenderung mengarah kepada upaya memperkuat badan, memperhebat
keterampilan fisik, atau kemampuan jasmaniahnya saja. Selain dari itu, sering juga
pelaksanaan Pendidikan Jasmani ini justru mengabaikan kepentingan jasmani itu
sendiri, hingga akhirnya mendorong timbulnya pandangan modern.

3. Konsep belajar?
Belajar, pada hakekatnya, adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang
ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan
kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Menurut
Sudjana,1989 Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami
sesuatu. Sedangkan menurut Witherington, 1952
Beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian belajar yaitu belajar suatu
proses yang berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat,
dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen,
hasil belajar ditunjukan dengan tingkah laku,dalam belajar ada aspek yang berperan
yaitu motivasi, emosional, sikap,dan yang lainnya. Menurut Gagne dan Briggs (1988),
perubahan tingkah laku dalam proses
4. Konsep Mengajar ?
Mengajar adalah memberikan kepada seseorang sebuah ilmu atau kemampuan
yang kita miliki. pasti ketika kita belajar dan diajar semua ilmu telah kita milki,
dengan demikian salah satu cara terbaik untuk kita disenangi atau disayangi oleh
orang lain adalah kita mengajari mereka. Namanya mengajar bukan saja ilmu namun
masih banyak hal lagi seperti mengajar orang dari berbagai pengalaman kita
kemudian mendidik karakter orang melalui pengalaman kita dan lain sebagainya.
Semua pengajaran yang kita berikan jangan selalu berpikir uantuk mengajar dengan
mengharapkan imbalan tetapi berpikir uantuk memberikannya dengan setulus hati kita
karena upah yang kita harapkan diberikan nanti oleh Sang Pencipta.

5. Bagaimana kaitan pedagogi olahraga dengan pemblajran penjas?

Meskipun rumusan lingkup unsur pedagogi olahraga (sport pedagogy)


beragam pada berbagai negara, karena terkait dengan perbedaan budaya, akar sejarah,
dan standar metodologi, namun pada tingkat internasional, terdapat persamaan
pemahaman yaitu pendidikan jasmani dipahami sebagai sebuah bidang studi (mata
pelajaran) di sekolah, dan pedagogi olahraga dipandang sebagai sebuah subdisipIin
iImu dalam kerangka iImu keolahragaan.

Di berbagai negara di seluruh dunia, perkembangan pendidikan jasmani dan


pedagogi olahraga terkait dengan sejarah, yang mencerminkan perbedaan
perkembangan secara nasional dan perbedaan konsep, seperti juga perbedaan teori
dan paradigma. Meskipun perspektif sejarah tampak merupakan bagian terpadu dari
semua Subdisiplin ilmu ke olahraggaan (misalnya, sport medicine, sport psychology),
namun ada elemen sejarah yang amat khusus yang mengaitkan kedua subdisiplin ilmu
keolahragaan, pedagogi olahraga, dari sejarah olahraga (sport history)

PEDAGOGI OLAHRAGA

Anda mungkin juga menyukai