S1-KEPERAWATAN / Semester VI
1. Abdurrahman Wahed(1310001)
2. Achmad Dhani K. (1310002)
3. Mohammad Romli (1310038)
4. Mulyatati (1310039)
5. Muzdalifah (1310040)
6. Nurul Hidayat (1310043)
7. Pangestu Rahmasari (1310044)
8. Renny Manda Irfanti (1310046)
9. Zumrotul Hanifah (1310063)
1
Segala Puja dan puji syukur kita haturkan Kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kita berbagai macam nikmat terutama nikmat sehat dan sempat
sehingga alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah tentang PSBH di
Puskesmas dapat diselesaikan dengan apa adanya dan tepat pada waktunya.
Apabila didalam makalah ini masih terdapat kekeliruan, oleh sebab itu kami
mengharapkan keritikan dan saran dari Bapak/Ibu Dosen dan Teman-Teman agar
saya memiliki bahan untuk merefisi makalah ini.
Semoga makalah yang saya tulis ini dapat memberikan tambahan wawasan
bagi temen-temen mahasiswa keperawatan dan semoga bisa menjadi bahan
refrensi untuk pembelajaran kita bersama.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan
penduduk yang masih perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh
dari semua pihak antaralain: anemia pada ibu hamil, kekurangan kalori dan
protein pada bayi dan anak-anak, terutama di daerah endemic, kekurangan
vitamin A pada anak, anemia pada kelompok mahasiswa, anak-anak usia
sekolah, serta bagaimana mempertahankan danmeningkatkan cakupan
imunisasi.
Permasalahan tersebut harus ditangani secara sungguh-sungguh
karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya
manusia Indonesia di masa yang akan datang. Perubahan masalah kesehatan
ditandai dengan terjadinya berbagai macam transisi kesehatan berupa
transisi demografi, transisi epidemiologi, transisi gizi dantransisi perilaku.
Transisi kesehatan ini pada dasarnya telah menciptakan beban ganda
(double burden) masalah kesehatan.
Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan
hidup yangmeningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah
bayi dan balita tetap menggantung. Transisi epidemiologi, menyebabkan
beban ganda atas penyakit menular yang belum pupus ditambah dengan
penyakit tidak menular yang meningkat dengandrastis. Transisi gizi,
ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih. Transisi perilaku,
membawa masyarakat beralih dari perilaku tradisional menjadimodern yang
cenderung membawa resiko. Masalah kesehatan tidak hanya ditandai
dengan keberadaan penyakit, tetapi gangguan kesehatan yang ditandai
dengan adanya perasaan terganggu fisik, mentaldan spiritual. Gangguan
pada lingkungan juga merupakan masalah kesehatan karena dapat
memberikan gangguan kesehatan atau sakit.
3
mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara sehatdan sakit
tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam
penyusunan prioritas anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 %
seharusnya diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang perlu
mendapatkan upaya promosi kesehatan.B.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Masalah Perilaku Kesehatan
2. Untuk mengetahui Masalah Kesehatan lingkungan
3. Untuk mengetahui Masalah Pelayanan Kesehatan
4. Untuk mengetahui Masalah Genetik
BAB II
PEMBAHASAN
4
membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok . (M.Fais ,2014)
5
syarat syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman,
perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh
manfaat yang sebesar besarnya.
Standar yang berbasis pada sistem manajemen kinerja mempunyai ciri
SMART yaitu:
1) Spesifik (spesific)
2) Terukur (measurable)
3) Tepat (appropriate)
4) Handal (reliable)
5) Tepat waktu (timely)
6
standart operational procedure (SOP). SOP adalah suatu perangkat instruksi
atau langkah langkah kegiatan yang dibakukan untuk memenuhi
kebutuhan tertentu klien (Depkes RI, 2004). SOP dibuat untuk mengarahkan
serangkaian kegiatan asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang
efisien dan efektif sehingga konsisten dan aman dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku.
SOP harus tertulis dan disepakati dalam suatu tatanan praktek / klinik. SOP
harus memuat komponen struktur, proses dan outcomes. SOP harus
berorientasi pada pelanggan dan disahkan oleh pemegang kebijakan.
7
melakukan tugas non keperawatan yang tentunya mengurangi pelayanan
keperawatan yang seharusnya dilakukannya. Di samping itu kegiatan non
keperawatan juga dapat mengaburkan uraian tugas perawat baik dalam
jabatan maupun tanggungjawabnya sebagai perawat klinik.
Sebelum membuat suatu uraian tugas, maka perlu dinilai kewajaran
dan beban kerja masing masing perawat. Masalah kewajaran dan beban
kerja dapat diketahui dengan cara menghitung beban kerja perawat.
Prinsip penulisan uraian tugas adalah:
1) Mengidentifikasi fungsi dan tugas yang telah ditetapkan
2) Membuat urutan tugas secara logis dan jelas
3) Mulai dengan kalimat aktif
4) Menggunakan kata kerja
8
Kinerja (performance) dalam konteks tugas, sama dengan prestasi
kerja. Para pakar banyak memberikan definis tentang kinerja secara umum.
Berikut ini beberapa di antaranya:
1. Kinerja adalah catatan tentang hasil hasil yang diperoleh dari fungsi
fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu
(Bernardin dan Russel, 1993)
2. Kinerja adalah keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu
pekerjaan (Asad, 1991)
3. Kinerja adalah pekerjaan yang merupakan gabungan dari karakteristik
pribadi dan pengorganisasian seseorang (Kurb, 1986)
4. Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan sesuai dengan tugas dan
fungsinya (Gilbert, 1977)
1) Spesifik dan jelas sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan
kesalahan interpretasi
2) Dapat diukur secara obyektif baik yang bersifat kuantitatif maupun
kualitatif yaitu dua atau lebih yang mengukur indikator kinerja
mempunyai kesimpulan yang sama.
3) Relevan, indikator kinerja harus menangani aspek aspek obyektif
yang relevan.
9
4) Dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukkan
keberhasilan masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak setiap
proses.
5) Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan / penyesuaian
pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan
6) Efektif, data / informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang
bersangkutan dapat dikumpulkan, diolah, dianalisis dengan biaya yang
tersedia
10
adalah daftar kegiatan yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu yang
telah ditetapkan dan disepakati. Kegiatan diskusi refleksi kasus disepakati
dalam kelompok kerja di Puskesmas. Dan selanjutnya diskusi refleksi kasus
ini bisa dilaksanakan. Kegiatan diskusi refleksi kasus dilakukan minimal
satu kali dala satu bulan dan sebaiknya jadwal disusun untuk kegiatan satu
tahun. Dengan demikian para peserta yang telah ditetapkan akan
mempunyai waktu yang cukup untuk mempersiapkannya. Proses diskusi ini
akan memberikan ruang dan waktu bagi setiap peserta untuk merefleksikan
pengalaman, pengatahuan serta kemampuannya dan mengarahkan maupun
meningkatkan pemahaman perawat terhadap standar yang akan memacu
mereka untuk melakukan kinerja yang bermutu.
2.7 Monitoring
Monitoring adalah suatu proses pengumpulan dan menganalisis
informasi dari penerapan suatu program termasuk mengecek secara reguler
untuk melihat apakah kegiatan / program itu berjalan sesuai rencana
sehingga masalah yang dilihat atau ditemui dapat diatasi. (WHO dalam
Depkes RI, 2005).
Sistem monitoring indikator kinerja klinis perawat sangat diperlukan
untuk meningkatkan serta mempertahankan tingkat kinerja yang bermutu.
Melalui monitoring, akan dapat dipantau penyimpangan penyimpangan
yang terjadi. Penyimpangan harus dikelola dengan baik oleh manajer
perawat untuk diluruskan kembali agar kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan standar.
Ada tiga indikator kinerja perawat yang perlu dimonitor :
1) Indikator kinerja administratif, meliputi pendokumentasian asuhan
keperawatan, segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan
administratif termasuk pencatatan dan pelaporan
2) Indikator kinerja klinis, meliputi pelaksanaan kegiatan atau aktifitas
langsung terhadap pasien
3) Pengembangan staf, berkaitan dengan pengembangan kemampuan
klinis staf (pengetahuan, keterampilan dan sikap) yang dapat dilakukan
secara rutin antara lain melalui diskusi refleksi kasus.
11
Monitoring sangat diperlukan dalam suatu sistem manajemen dan
hasilnya merupakan feed back bagi manajemen untuk lebih meningkatkan
rencana operasional serta mengambil langkah langkah perbaikan. Oleh
karena itu manajer diharapkan memiliki sistem monitoring yang baik
sehingga penyimpangan yang terjadi akan dapat dikelola dengan tepat, cepat
dan dapat dilakukan upaya perbaikan dengan segera. Dengan melakukan
monitoring secara periodik sesuai dengan kebutuhan, maka pelayanan
keperawatan dapat ditingkatkan mutunya secara terus menerus.
12
tentang pedoman pengembangan manajemen kinerja perawat dan bidan. Hal
ini seharusnya menjadi jalan terbaik agar manajemen keperawatan bisa
diaplikasikan dengan baik dan menghasilkan pelayanan keperawatan yang
bermutu. Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis pada
dasarnya sama dan hanya mempunyai perbedaan dalam istilah yang dipakai.
Manajemen keperawatan sama dengan manajemen kinerja klinis baik dalam
tahapan maupun unsur yang menjadi bagian bagiannya. Manajemen
keperawatan terdiri dari 3 tahapan yaitu masukan (input), proses (process)
dan keluaran (output).
Dalam manajemen kinerja klinik terdapat standar, hal ini mencakup
standar, sistem, prosedur, anggaran, peralatan, persediaan yang merupakan
bagian bagian dari pengumpulan dan perencanaan. Dalam manajemen
kinerja klinik juga terdapat uraian tugas, hal ini mencakup personalia,
organisasi, deskripsi kerja, kerjasama tim dalam manajemen keperawatan.
Indikator kinerja mencakup evaluasi tugas, pengambilan keputusan,
mempengaruhi keputusan, mempengaruhi perubahan, audit pasien, penilaian
prestasi. Khusus untuk diskusi refleksi kasus, mempunyai istilah yang
dikenal sebagai Nursing Round (ronde keperawatan). Namun sebenarnya
diskusi refleksi kasus mencakup organisasi, evaluasi tugas, kerjasama tim,
pemecahan masalah, pengembangan staf dan penelitian. Monitoring
mencakup evaluasi tugas, minimalisasi ketidakhadiran, penurunan
pergantian, pemecahan masalah, menangani konflik, komunikasi dan
analisis transaksional, sistem informasi komputer.
Dalam manajemen kinerja klinis ada beberapa keterampilan dan
teknik yang harus dikuasai yaitu learning organisation dan coaching.
Learning organisation adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh
perawat primer. Dengan learning organisation perawat primer akan mampu
mengorganisir perawat asociated yang dipimpinnya. Coaching adalah
kemampuan yang sudah seharusnya dimiliki oleh semua perawat, karena
salah satu peran perawat adalah sebagai educator atau pendidik. Jadi selain
mendidik mahasiswa keperawatan, perawat juga memberikan pendidikan
kepada perawat yang lebih junior dan tim kesehatan lainnya. Dari kerangka
13
konsep manajemen kinerja klinik dan manajemen keperawatan, hampir
semua bagiannya sama. Jadi pada dasarnya manajemen klinik adalah
manajemen keperawatan. Dan hal ini merupakan peluang bagi para perawat
untuk meningkatkan mutu kinerjanya, khususnya di Puskesmas.
14