Manajemen Resiko ISO 3001 2009 PDF
Manajemen Resiko ISO 3001 2009 PDF
I. PENDAHULUAN
Kantor Perburuhan Internasional (ILO) pada tahun 2005 memperkirakan bahwa diseluruh dunia
setiap tahun 2.2 juta orang meninggal karena kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja.
dan diperkirakan bahwa setiap tahun terjadi 270 juta kecelakaan-kecelakaan yang akibat kerja, dan 160
juta penyakit-penyakit baru akibat kerja.
Untuk itu berbagai pendekatan dilakukan dalam menghadapi risiko dalam organisasi atau
perusahaan, seperti Framework Qualiti (ISO 9001), AS NZS 4804-2001 Occupational Health and Safety
Management, EMS ( ISO 14001) dan Manajemen Risiko ISO 31000:2009 menggunakan prinsip PDCA
atau Plan Do Check Action, untuk perbaikan berkelanjutan (continual improvement) sebagai basis
framework dan proses manajemen risiko. PDCA ini digambarkan secara jelas pada gambar di bawah.
Salah satu pendekatan sering dilakukan dalam menghadapi risiko dalam organisasi atau
perusahaan salah satunya yaitu menerapkan konsep manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja pada era tahun 1980-an setelah berkembangnya teori Accident
Model dari ILCI dan juga semakin maraknya isu lingkungan dan keseselamtan dan kesehatan keja.
Tujuan dari manajemen risiko adalah minimalisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan
ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka
manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya
tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian
maupun accident.
The International Organization for Standardization (ISO) 31000: 2009 Risk Management
Principles and Guidelines merupakan sebuah standar internasional yang disusun dengan tujuan
memberikan prinsip dan panduan generik untuk penerapan manajemen risiko. Standar internasional
yang diterbitkan pada 13 November 2009 ini dapat digunakan oleh segala jenis organisasi dalam
menghadapi berbagai risiko yang melekat pada aktivitas mereka. Walau ISO 31000: 2009 menyediakan
panduan generik, standar ini tidak ditujukan untuk menyeragamkan manajemen risiko lintas organisasi,
tetapi ditujukan untuk memberikan standar pendukung penerapan manajemen risiko dalam usaha
memberikan jaminan terhadap pencapaian sasaran organisasi. ISO 31000: 2009 menyediakan prinsip,
kerangka kerja, dan proses manajemen risiko yang dapat digunakan sebagai arsitektur manajemen risiko
dalam usaha menjamin penerapan manajemen risiko yang efektif.
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan sistem
manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko Ini merupakan salah satu langkah yang
dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses
manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah
organisasi. Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu
rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi
risiko.
Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk ataupun asset.
Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun
demikian manajemen risiko seringkali dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.
1.3. Pengertian :
Kebijakan manjemen risiko harus relevan dengan konteks strategi dan tujuan organisasi, objektif
dan sesuai dengan sifat dasar bisnis (organisasi) tersebut. Manejemen akan memastikan bahwa
kebijakan tersebut dapat dimengerti, dapat diimplementasikan di setiap tingkatan organisasi.
1. Komitmen Manajemen.
Organisasi harus dapat memastikan bahwa:
a. Sistem manejemen risiko telah dapat dilaksanakan, dan telah sesuai dengan standar
b. Hasil/ performa dari sistem manajemen risiko dilaporkan ke manajemen organisasi, agar
dapat digunakan dalam meninjau (review) dan sebagai dasar (acuan) dalam pengambilan
keputusan.
2. Tanggung jawab dan kewenangan
Tanggung jawab, kekuasaan dan hubungan antar anggota yang dapat menunjukkan dan
membedakan fungsi kerja didalam manajemen risiko harus terdokumentasikan khususnya untuk
hal-hal sebagai berikut:
a. Tindakan pencegahan atau pengurangan efek dari risiko.
b. Pengendalian yang akan dilakukan agar faktor risiko tetap pada batas yang masih dapat
diterima.
c. Pencatatan faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan manajemen risiko.
d. Rekomendasi solusi sesuai cara yang telah ditentukan.
e. Memeriksa validitas implementasi solusi yang ada.
f. Komunikasi dan konsultasi secara internal dan eksternal.
3. Sumber
Organisasi harus dapat mengidentifikasikan persyaratan kompetensi sumber daya manusia
(SDM) yang diperlukan. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualifikasi SDM perlu untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan yang relevan dengan pekerjaannya seperti pelatihan manajerial, dan lain
sebagainya.
2.1 Pengantar
Asesmen manajemen risiko berbasis ISO 31000:2009 yang agaknya menjadi trending topic di
beberapa perusahaan saat ini dan ISO 31000 dianggap bisa mewakili standar manajemen risiko pada
beberapa perusahaan di Indonesia. Sebelum membahas mengenai asesmen manajemen risiko, ada
beberapa hal yang perlu dibedah dari ISO 31000:2009.
Organisasi yang telah mengimplementasikan AS/NZS 4360:2004 Risk Management Standard
(standar manajemen risiko dari Australia) akan langsung melihat kemiripan antara proses manajemen
risiko yang diperkenalkan ISO 31000:2009 di atas dengan proses manajemen risiko menurut AS/NZS
4360:2004. Memang demikian karena ISO mengadopsi proses manajemen risiko AS/NZS 4360:2004
untuk mendukung kerangka kerja yang dikembangkannya
Organisasi yang berminat menerapkan manajemen risiko berbasis ISO 31000:2009 perlu
memperhatikan tiga aspek penting yang ditekankan dalam standar ini yakni, pertama, penerapan
manajemen risiko harus disertai komitmen yang tinggi dari pengurus organisasi (corporate boards),
dalam perusahaan berarti Direksi dan Komisaris; kedua, manajemen risiko harus diintegrasikan ke dalam
seluruh proses organisasi dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari core responsibilities para
pemilik/penanggung jawab proses (dalam perusahaan adalah para manajer dan staf di setiap
departemen), dan manajemen risiko harus merupakan bagian dari proses pengambilan keputusan baik
pada tingkat governance maupun manajerial
Gbr- 01, Ketidakpastian
Defenisi
Perlu dipahami terlebih dahulu mengenai definisi risiko dan manajemen risiko menurut ISO 31000:2009.
Definisi risiko adalah dampak dari ketidakpastian terhadap pencapaian obyektif. Dampak
menurut ISO 31000 adalah deviasi dari apa yang diharapkan, bisa bersifat positif dan/atau
negatif.
Definisi manajemen risiko adalah aktivitas yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan
mengendalikan sebuah organisasi dalam menangani risiko
Definisi memberikan kita pemahaman awal bagaimana ISO 31000 memberikan arti mengenai keluasan
dan kedalaman sebuah risiko yang menjadi obyek sebuah asesmen.
Pemahaman mengenai pendekatan yang disajikan dalam ISO 31000 terhadap pengelolaan risiko di
dalam sebuah organisasi melalui gambaran relasi antara prinsip, kerangka kerja, dan proses pengelolaan
risiko
Framework Manajemen Risiko ISO 31000:2009 dalam klausul 4 (lihat gambar 03 di bawah)
Setelah pemberian mandat dan komitmen, kerangka kerja ISO 31000: 2009 dilanjutkan dengan
kerangka implementasi Plan, Do, Check, Act, yaitu dengan melakukan:
(1) perencanaan kerangka kerja manajemen risiko;
(2) penerapan manajemen risiko;
(3) monitoring dan review terhadap kerangka kerja manajemen risiko;
(4) perbaikan kerangka kerja manajemen risiko secara berkelanjutan
Plan mendefinisikan dan analisis suatu masalah serta mengidentifikasi akar masalahnya
Mengkomunikasikan dan melatih.
Rencana komunikasi dan pelaporan.
Strategi training.
Jaringan manajemen risiko.
Gbr 04 , kerangka implementasi Plan, Do, Check, Act,
Do melaksanakan solusi, membuat rencana kerja secara terinci dan menarapkannya secara
sistematis.
Yang masuk dalam Do ini antara lain :
Mengelola dan mengalokasikan
Komite manajemen risiko komisaris/dewan pengawas.
Komite manajemen risiko eksekutif /direksi.
Manajer manajemen risiko.
RM Champions.
Risiko, pengendaliannya, ownernya.
Penyedia asuransi/penjaminannya.
Act Menstandarisasi solusi. Mengkaji ulang dan mendefinisikan masalah-masalah yang akan datang.
Yang masuk dalam Act ini antara lain :
Komitmen dan Mandat dari atasan kepada bawahannya, mulai dari pemegang saham,
Komisaris, Direksi, sampai dengan karyawan level terendah dalam masalah manajemen
risiko.
Pernyataan kebijakan manajemen risiko.
Rencana manajemen risiko.
Rencana Asuransi.
Standar-standar manajemen risiko.
Prosedur dan petunjuk-petunjuk kerja.
Secara lebih detail klausul 4 dengan PDCA nya digambarkan dengan gambar 05,berikut ini :
Framework Manajemen Risiko ISO 31000:2009 dalam klausul 5 (lihat gambar 06 di bawah) terdiri atas
Kerangka kerja manajemen risiko ISO 31000: 2009 Risk Management Principles and Guidelines
dimulai dengan pemberian mandat dan komitmen. Pemberian mandat dan komitmen merupakan hal
yang sangat penting karena menentukan akuntabilitas, kewenangan, dan kapabilitas dari pelaku
manajemen risiko
.Hal-hal penting yang harus dilakukan pada pemberian mandat dan komitmen adalah:
Membuat dan menyetujui kebijakan manajemen risiko;
Menyesuaikan indikator kinerja manajemen risiko dengan indikator kinerja perusahaan;
Menyesuaikan kultur organisasi dengan nilai-nilai manajemen risiko;
Menyesuaikan sasaran manajemen risiko dengan sasaran strategis perusahaan;
Memberikan kejelasan peran dan tanggung jawab;
Menyesuaikan kerangka kerja manajemen risiko dengan kebutuhan organisasi.
Gambar. Komponen-komponen Kerangka Kerja Manajemen Risiko ISO 31000:2009 dalam klausul 5
Sumber: Broadleaf Capital International. Strategic, Enterprise and Project Risk Management.
Perencanaan kerangka kerja manajemen risiko mencakup pemahaman mengenai organisasi dan
konteksnya, menetapkan kebijakan manajemen risiko, menetapkan akuntabilitas manajemen risiko,
mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam proses bisnis organisasi, alokasi sumber daya manajemen
risiko, dan menetapkan mekanisme komunikasi internal dan eksternal. Setelah melakukan perencanaan
kerangka kerja, maka dilakukan penerapan proses manajemen risiko.
Dalam penerapan manajemen risiko, perlu dilakukan monitoring dan review terhadap kerangka kerja
manajemen risiko. Setelah itu, kerangka kerja manajemen risiko perlu diperbaiki secara berkelanjutan
untuk memfasilitasi perubahan yang terjadi pada konteks internal dan eksternal organisasi. Proses-
proses tersebut kemudian berulang kembali untuk memastikan adanya kerangka kerja manajemen risiko
yang mengalami perbaikan berkesinambungan dan dapat menghasilkan penerapan manajemen risiko
yang andal.
ISO 31000 menyediakan kerangka kerja sebagai pedoman dalam implementasi manajemen risiko yang
efektif.
Pemastian bahwa informasi mengenai pengelolaan risiko yang dihasilkan dari proses
pengelolaan risiko telah cukup dilaporkan dan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan
Pemenuhan akuntabilitas pada setiap tingkatan organisasi yang relevan
2.5. Proses pengelolaan risiko
Proses pengelolaan risiko menurut ISO 31000 seharusnya merupakan bagian yang terintegrasi, melekat
dalam budaya dan praktik manajemen, dan terkustomisasi menurut proses bisnis organisasi.
Menurut ISO 31000, asesmen risiko merupakan bagian yang paling penting dan fundamental dalam
proses pengelolaan risiko. Oleh karena itu, organisasi perlu melakukan asesmen risiko yang benar agar
memperoleh laporan profil risiko yang tepat sehingga organisasi dapat secara cermat mengelola
risikonya.
Sumber: Asesmen Risiko Berbasis ISO 31000: 2009. Diane Christina, 2012.
Proses manajemen risiko merupakan kegiatan kritikal dalam manajemen risiko, karena merupakan
penerapan dari pada prinsip dan kerangka kerja yang telah dibangun. Proses manajemen risiko terdiri
dari tiga proses besar, yaitu:
(1) Penetapan konteks (establishing the context)
Penetapan konteks bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan sasaran organisasi,
lingkungan dimana sasaran hendak dicapai, stakeholders yang berkepentingan, dan
keberagaman kriteria risiko, dimana hal-hal ini akan membantu mengungkapkan dan menilai sifat
dan kompleksitas dari risiko. Terdapat empat konteks yang perlu ditentukan dalam penetapan
konteks, yaitu konteks internal, konteks eksternal, konteks manajemen risiko, dan kriteria risiko.
(i) Konteks internal memperhatikan sisi internal organisasi yaitu struktur organisasi, kultur
dalam organisasi, dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran
organisasi.
(ii) Konteks eksternal mendefinisikan sisi eksternal organisasi yaitu pesaing, otoritas,
perkembangan teknologi, dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran
organisasi.
(iii) Konteks manajemen risiko memperhatikan bagaimana manajemen risiko diberlakukan dan
bagaimana hal tersebut akan diterapkan di masa yang akan datang.
(iv) Terakhir, dalam pembentukan manajemen risiko organisasi perlu
mendefinisikan parameter yang disepakati bersama untuk digunakan sebagai kriteria risiko.
Setelah kita membedah ISO 31000, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana metodologi asesmen
manajemen risiko berbasis ISO 31000:2009. Sebagai seorang asesor independen atas sistem
manajemen korporat, jawaban sederhana yang bisa saya bagi adalah asesor akan melakukan penilaian
terhadap kerangka kerja implementasi pengelolaan risiko seperti yang telah dibedah di atas dengan
unsur-unsur penilaian antara lain tanggung jawab, akuntabilitas, strategi, dan praktik manajemen risiko.
Sistem manajemen risiko yang baik seharusnya dapat memberikan keyakinan bahwa dengan penerapan
manajemen risiko, organisasi dapat mengurangi ketidakpastian yang membayangi dalam setiap
pengambilan keputusan namun tetap dapat berinovasi sesuai dengan kapabilitas yang dimiliki.
Proses Manajemen Risiko ISO 31000:2009 digambarkan kembali secara lebih detail sebagaimana
gambar di bawah ini. Proses pertama adalah Establishing The Context (Menetapkan Konteks).
Dalam proses manajemen risiko langkah awal yang sangat penting adalah Establishing The Context .
Menetapkan konteks ini meliputi penetapan tujuan, strategi, ruang lingkup dan parameter-parameter lain yang
berhubungan dengan proses pengelolaan risiko suatu organisasi..
Penetapan konteks ini menunjukkan hubungan antara masalah atau hal yang akan dikelola risikonya
dengan lingkungan organisasi (eksternal & internal), proses manajemen risiko dan ukuran atau kriteria
risiko yang dijadikan standar
Kriteria risiko atau Risk Criteria adalah ukuran standar seberapa besar dampak atau konsekwensi yang
mungkin akan terjadi dan seberapa besar kemungkinan atau frekeunsi atau likelihood risiko akan terjadi.
Gambar di bawah semoga dapat dijadikan contoh kriteria risiko itu.
Dalam penetapan konteks ini ditetapkan pula sumber daya, struktur organisasi (tanggung jawab dan
wewenang) yang diperlukan dalam pengeloaan risiko. Dalam dokumen rencana risk manajemen (Risk
Management Plan), penetapan konteks ini dapat dijadikan bab Latar Belakang Masalah, bab struktur
organisasi pengeloaan risiko dan bab Kriteria Risiko.
Proses kedua adalah Risk Identification atau identifikasi risiko, yaitu melakukan identifikasi risiko-risiko
yang dapat terjadi di masa yang akan datang (yaitu : risiko apa, kapan, di mana, bagaimana, mengapa
suatu risiko bisa terjadi). Identifikasi ini termasuk pengidentifikasian poses-proses/tugas-tugas/aktifitas-
aktifitas kritikal atau kunci, pengenalan area-area risiko dan katagorinya.
Proses ketiga adalah Risk Analysis atau analisis risiko-risiko, yaitu proses menentukan berapa besar
dampak (impact atau consequences) dan kemungkinan (frequency atau likelihood) risiko-risiko yang
akan terjadi, serta menghitung berapa besar level risikonya dengan mengalikan antara besar dampak
dan besar kemungkinan (Risk = Consequences x Likelihood).
Proses keempat adalah Risk Evaluation atau membandingkan risiko-risiko yang sudah dihitung diatas
dengan Kriteria Risiko yang sudah distandarkan (menempatkan posisi risiko-risiko pada gambar kriteria
risiko), apakah risiko-risiko itu acceptable/dapat diterima, menjadi issue/diwaspadai, atau
unacceptable/tidak diterima, serta memprioritaskan mitigasi atau penangannya. Lihat gambar di bawah
ini, risiko nomor 1 dan 5 terletak di daerah warna merah Unacceptable Risk dan menjadi prioritas untuk
dilakukan penanganan atau mitigasinya.
Proses kelima adalah Risk Treatment atau mitigasi risiko-risiko. Mitigasi risiko-risiko harus direncanakan
sebaik-baiknya dan dipertimbangkan semua alternatif solusinya, sebelum dilaksanakan
mitigasinya, agar mendapatkan hasil yang diharapkan ecara efektif dan efisien. Beberapa alternatif bisa
dipertimbangkan untuk digunakan, seperti :
membagi risiko,
mengurangi likeliihood dan/atau mengurangi konsekwensi,
menghindari risiko atau membatalkan aktifitas yg berisiko tinggi,
menerima risiko.
Proses keenam adalah Monitor & Review (Pemantauan & Pengkajian Ulang). Pemantauan &
Pengkajian Ulang dilaksanakan terhadap seluruh proses manajemen risiko termasuk konteksnya
(lingkungan, proses, organisasi, strategi, stakeholder dsb.). Catatan-catatan hasil Pemantauan &
Pengkajian Ulang disimpan sebagai bukti dan laporna bahwa aktifitas itu telah dilaksanakan dan sebagai
masukan bagi Risk Management Framework yang telah disiapkan sebelumnya.
Selama melaksanakan ke enam proses manajemen risiko itu Communication & Consultation
(komunikasi dan konsultasi) selalu dilaksanakan kepada semua stakeholder, secara kontinyu dan
iterative.
Skema lain yang menambah kejelasan mengenai langkah-langkah penerapan proses manajemen risiko
ISO 31000:2009 dapat dilihat pada gambar di bawah.
Referensi :
1. COSO ERM Executive
Summary (http://www.coso.org/documents/coso_erm_executivesummary.pdf ).
2. International Organization for Standardization (ISO). ISO 13000:2009Risk
Management: Principles and Guidelines. Geneva,
2009. (http://www.iso.org/iso/home/standards/iso31000.htm).
3. Kevin W Knight AM Applying ISO 31000:2009 in Regulatory Work.
4. Diane Christina Asesmen Manajemen Risiko berbasis COSO ERM.
5. Diane Christina Asesmen Manajemen Risiko berbasis ISO 31000:2009.
ISO 31000:2009